Perkembangan Ekonomi Makro
Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat*
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu enam tahun kontribusi sektor pertanian menurun sekitar 3,3%. Namun demikian sektor pertanian masih memegang peranan strategis sebagai sektor yang terbanyak menyerap tenaga kerja. Dengan mempertimbangkan peran strategis sektor pertanian tersebut serta untuk mengetahui potensi sektor pertanian dengan lebih optimal, termasuk potensi pembiayaan oleh perbankan, maka dilakukan kajian mengenai pemetaan komoditas pertanian unggulan. Hasil kajian secara ringkas dapat dilihat sebagai berikut: Potensi Wilayah 1. Potensi sumber daya alam di Propinsi Jawa Barat dapat distratifikasikan ke dalam tiga strata wilayah, yaitu: (1) Wilayah dataran rendah sebelah utara, wilayah yang berpokok pada usaha tani sawah dengan hasil utama padi, palawija dan hortikultura semusim (2) Wilayah dataran tinggi bagian tengah, dengan usaha hampir berimbang antara padi sawah dan darat dengan produk beranekaragam seperti padi, palawija, sayur-sayuran, (3) Wilayah Jawa Barat Selatan, di mana daerahnya bergunung-gunung dengan sifat tanahnya yang sulit dikembangkan untuk usaha tani dengan pengolahan tanah yang intensif. 2. Sumberdaya tanah darat merupakan sumberdaya potensial untuk agribisnis dengan total lahan daratan mencapai luas 3,584,087 Ha. Luas baku lahan di Jawa Barat adalah 3.548.978 hektar yang terdiri atas lahan sawah 930.158 hektar dan lahan kering 2.618.820 hektar. 3. Potensi luas panen tanaman pangan di Provinsi Jawa Barat didominasi oleh tanaman padi yaitu sekitar 1,88 juta hektar, sementara tanaman palawija hanya mencapai 0,35 juta hektar. Lima kabupaten yang memiliki areal panen padi terluas secara berturut-turut adalah Kabupaten Indramayu, Karawang, Subang, Sukabumi dan Kabupaten Garut. Komoditas padi ditemukan relatif merata di Jawa Barat, baik di dataran rendah (Indramayu, Karawang, Subang, Bekasi, Cirebon) maupun di dataran tinggi (Sukabumi, Garut, Cianjur, dan Bogor). 4. Potensi luas panen sayuran di Jawa Barat lebih terkonsentrasi pada beberapa daerah. Konsentrasi luas panen sayuran dengan pangsa >10 % terdapat di Kabupaten Bandung dan Garut (sayuran dataran tinggi) serta Bekasi (dataran rendah), Sumedang (tinggi dan rendah). Lima Kabupaten dengan pangsa > 5% terdapat di Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, Sukabumi, Bogor (sayuran dataran tinggi) dan Cirebon (sayuran dataran rendah). 5. Tanaman buah-buahan potensial adalah alpukat, jeruk, duren, dukuh, jambu biji, mangga, nanas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, sirsak, belimbing, manggis, nangka, sukun,
18
Perkembangan Ekonomi Makro
markisa, jambu Lanjutan... Air, siam kapok, dan lainnya dengan produksi mencapai 2.587.170 ton per tahun. Produsen utama yang menonjol adalah Kabupaten Cianjur, Tasikmalaya, dan Subang dengan kontribusi Tasikmalaya, dan Subang dengan kontribusi produksi di atas 10 persen. 6. Tanaman perkebunan utama meliputi (1) karet dengan produksi 37.018 ton/tahun, (2) kelapa dengan produksi 156.405 ton/tahun, (3) kopi dengan produksi 13.144 ton/tahun, (4) teh dengan produksi mencapai 128.128 ton/tahun, dan (5) cengkeh dengan produksi 13.194 ton/tahun. Kelima komoditas tersebut dibudidayakan oleh pemerintah (BUMN), swasta dan tanaman rakyat. 7. Wilayah dengan pangsa penghasil ternak > 10 % dari total Jawa Barat : (1) Wilayah utama peternakan sapi potong adalah Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis dan Kabupaten Sumedang; (2) Wilayah utama peternakan sapi perah adalah Kabupaten Bandung dan Garut; (3) Wilayah utama peternakan kerbau adalah Kabupaten Bogor, Garut, Tasikmalaya dan Purwakarta; (4) Wilayah utama peternakan kuda adalah Kabupaten Bandung dan Garut; (5) Wilayah utama peternakan kambing adalah Kabupaten Bogor, Cirebon dan Karawang; (6) Wilayah utama peternakan domba hanya di Kabupaten Bandung; (7) Wilayah utama peternakan babi adalah Kabupaten Bogor dan Kuningan. 8. Wilayah pengembangan usaha unggas produksi daging dan telur dengan kontribusi > 10 % terhadap total Jawa Barat adalah: (1) Wilayah utama peternakan ayam buras adalah Kabupaten Bandung dan Karawang; (2) Wilayah utama peternakan ayam petelur adalah Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Cianjur; (3) Wilayah utama peternakan itik adalah Kabupaten Bandung, Indramayu dan Karawang. 9. Potensi produksi ikan menunjukkan produk hasil penangkapan dan produk budidaya, baik di tambak, kolam, sawah, laut, karamba, kolam air deras, dan jaring apung. Tingkat penyebaran produksi ikan relatif tidak merata, terutama disebabkan tidak semua kabupaten/kota memiliki potensi laut, danau dan sungai. Potensi produksi ikan tangkap dan budidaya dengan persentase lebih dari lima dari Jawa Barat adalah: (1) Wilayah produsen ikan tangkap adalah Kabupaten Indramayu, Cirebon, Subang, Karawang dan Sukabumi; (2) Wilayah produsen ikan budidaya adalah Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Indramayu, Karawang, Subang dan Purwakarta.
Identifikasi Komoditas Unggulan 10. Dari 32 komoditas unggulan Jawa Barat, 17 diantaranya (yang bergaris bawah) termasuk dalam
19
Perkembangan Ekonomi Makro
komoditas unggulan nasional yang mendapat prioritas pengembangan. Komoditas ungglan Jawa Lanjutan... Barat tersebut meliputi: (a) kelompok komoditas tanaman pangan: padi, kedelai, Jagung, ubi kayu dan kacang tanah; (b) kelompok komoditas hortikultura: kentang, cabe merah, bawang merah, mangga, manggis, pisang, anggrek, durian, rimpang dan jeruk; (c) kelompok komoditas perkebunan: kelapa sawit, karet, kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, tanaman serat, tebu, tembakau, dan cengkeh (tanaman obat); serta (d) kelompok komoditas peternakan: sapi potong, kambing, domba, babi, ayam buras dan itik (unggas). 11. Komoditas padi, baik padi padi sawah maupun padi ladang, layak untuk dikembangkan terutama untuk varietas Ciherang, IR 64, dan varietas unggul lokal spesifik lokasi, seperti Pandan Wangi di Cianjur dan Sukabumi, Sarinan di Garut. Penghasil komoditas/produk padi di Provinsi Jawa Barat terdapat pada 16 kabupaten. 12. Pola spasial pemusatan produk palawija berdasarkan nilai pendapatan menunjukkan bahwa masing-masing kabupaten memiliki produk basis yang berbeda-beda. Produk ubi kayu merupakan basis utama yang dimiliki oleh 8 kabupaten, sedangkan produk lainnya umumnya dimiliki oleh 6 kabupaten, kecuali produk jagung dengan wilayah basis hanya Kabupaten Bandung, Garut, Majalengka. Pola spasial kekhasan ditemui pada produk: Jagung (Kabupaten Majalengka), Ubi kayu (kabupaten Bogor, Ciamis, Tasikmalaya, dan kabupaten Purwakarta), kacang Hijau (kabupaten Cirebon dan Indramayu), dan kacang Tanah (kabupaten Subang) memiliki pola spasial yang khas. 13. Provinsi Jawa Barat telah membangun Kawasan Sentra Produksi Jagung (West Java Corn Belt) yang dikonsentrasikan di Kabupaten Kuningan, Majalengka, Sumedang, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Bandung, dan Sukabumi. Komoditas ubi kayu akhir-akhir ini memiliki keunggulan karena berpotensi untuk menghasilkan ethanol. Saat ini sudah ada MoU antara investor dari Korea Selatan untuk pengembangan komoditas ubi kayu varietas unggul sebagai bahan baku produksi ethanol yang akan dikonsentrasikan pada lahan sawah di Kabupaten Sumedang, Subang, Indramayu, dan Kuningan. 14. Nilai quotient spesialisasi dan nilai quotient lokasi untuk sayuran relatif lebih baik, artinya menunjukkan adanya kekhasan dan perkembangan untuk kabupaten/kota tersebut. Komoditas/produk yang memiliki pola spasial kekhasan dan pola perkembangan pada kabupaten/kota adalah: Bawang daun (Cianjur, Kuningan), Bawang merah (Cirebon, Majalengka), Kentang (Bandung dan Garut), Kubis (Sumedang), Sawi (a Sukabumi), Kacang Panjang (Kabupaten Purwakarta dan Karawang), Wortel (Kabupaten Cianjur), Bayam (Kabupaten dan kota Bekasi), Ketimun (Bogor), Cabe (Kabupaten Garut), Kangkung (, Bekasi,
20
Perkembangan Ekonomi Makro
Depok), Kacang merah (Banjar), Kembang kol (Cimahi), Cabe Rawit (Tasikmalaya), Jamur (Tasikmalaya), Petai (Ciamis, Kuningan). Lanjutan... 15. Komoditas/produk buah-buahan yang memiliki pola spasial kekhasan adalah: Alpukat (Bandung), Jeruk (Bandung), Durian (Kabuaten Bogor), Duku (Ciamis), Jambu batu (Bandung), Mangga (Majalengka), Nenas (Subang), Pepaya (Bogor), Pisang (Cianjur), Rambutan (Bogor), Salak (Tasikmalaya), Sawo (Ciamis), Sirsak (Cianjur), Belimbing (Depok), Manggis (Tasikmalalya), Sukun (Banjar), Markisa (Bogor), Jambu Air (Karawang), Siam Keprok (Garut), Semangka (Indramayu), Melon (Garut), dan Blewah (Indramayu). 16. Rincian produk basis komoditas perkebunan untuk masing-masing kabupaten/kota, yaitu: karet (Subang), kelapa (Cirebon), kopi (Karawang), Teh (Bandung), dan Cengkeh (Majalengka). Nampak bahwa masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat mempunyai pola spasial kekhasan yang relatif lebih baik, artiya menunjukan kekhasan untuk masing-masing kabupateni kota tersebut 17. Share effect dari produk daging di Jawa Barat masih rendah, terutama untuk produk daging sapi, daging domba dan daging ayam buras, dibandingkan dengan nilai pendapatan untuk daging produk lainnya seperti kerbau, babi, dan itik, terutama ayam ras
pedaging
(broiler).
Kabupaten/kota penghasil daging relatif terkonsentrasi pada kabupaten/kota yang berada di wilayah selatan, kecuali untuk daging kerbau, daging babi dan daging itik yang sebagian terjadi pemusatan di wilayah pantai utara (kabupaten Karawang, Indramayu, Kuningan dan Cirebon). 18. Pola spasial perkembangan produk daging menurut nilai quotient lokasi produk daging di Provinsi Jawa Barat pada secara umum memiliki nilai lokasi jauh lebih kecil dari satu, namun terdapat kabupaten/kota yang mempunyai nilai lokasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya untuk seluruh produk daging ternak yang sama, yaitu: daging sapi (Bandung), daging kerbau (Garut), daging kambing (Bandung), daging domba (Bandung), daging babi (Bandung), daging ayam ras (Ciamis), daging ayam buras (Karawang), daging itik (Indramayu). 19. Pola spasial pemusatan produk telur dan susu menurut nilai quotient lokasi produk-produk telur dan susu pada masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa masing-masing kabupaten memiliki produk basis yang berbeda-beda atau tidak terjadi pemusatan, tetapi rata-rata lebih dari 12 kabupaten/kota memiliki pola spasial untuk produksi telur dan susu. Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat yang mempunyai nilai lokalisasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya untuk komoditas telur dan susu, yaitu: telur ayam ras (Bogor), telur ayam buras (Karawang), telur itik (Subang), dan susu (Bandung dan Garut).
21
Perkembangan Ekonomi Makro
20. Pola spasial pemusatan produk perikanan menurut nilai quotient lokasi untuk produk-produk perikanan pada masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat berdasarkan nilai pendapatan menunjukan bahwa masing-masing kabupaten memiliki produk basis yang berbeda-beda. Rincian untuk masing-masing kabupaten/kota menunjukkan bahwa wilayah basis produk Lanjutan... Ikan laut didominasi oleh kabupaten/kota yang diberada di pesisir utara, serta Kabupaten Garut di pesisir selatan 21. Pola spasial kekhasan produk perikanan menurut nilai quotient spesialisasi produk perikanan pada masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tidak memiliki pola kekhasan kegiatan produksi perikanan. Nilai quotient spesialisasi yang relatif lebih baik, artinya sedikit menunjukkan pola kekhasan untuk kabupaten/kota tersebut, yaitu: hasil tangkap laut (Cirebon), hasil tangkap perairan sungai/situ (Kuningan) dan hasil budidaya (Bogor, Sukabumi, dan Bandung), serta ikan hias dan budidaya (Depok). Nilai quotient spesialisasi dari produk-produk perikanan tersebut, dapat saja untuk dijadikan acuan dalam pengembangan perikanan di masa yang akan datang. Selanjutnya, diharapkan peta komoditas unggulan tersebut dapat digunakan oleh perbankan
sektor pertanian tersebut serta untuk mengetahui potensi sektor pertanian dengan lebih optimal maka dilakukan kajian mengenai pemetaan komoditas pertanian unggulan (lihat
22