BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1.
KONDISI UMUM Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan laju
pertumbuhan dari 7,15% pada triwulan II-2012 menjadi 8,55%. Perekonomian Kepulauan Riau masih didorong oleh dua sektor utama, yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Pada triwulan ini, laju peningkatan tertinggi terjadi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yang diikuti oleh sektor bangunan/konstruksi. Dari sisi permintaan, pertumbuhan yang mengalami akselerasi cukup tinggi terjadi pada investasi. Ditengah kondisi perekonomian global yang menunjukkan penurunan, perekonomian Kepulauan Riau masih menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang cukup baik diatas 8%. Salah satu pendorong peningkatan tersebut adalah masih diminatinya Kepulauan Riau sebagai salah satu tujuan pergerakan arus modal global. Hal tersebut didukung oleh investment grade
Namun demikian kondisi
perekonomian global yang masih belum menunjukkan kinerja positif memerlukan langkah penyesuaian struktural, terutama perbaikan iklim investasi dan akselerasi pembangunan infrastruktur agar momentum peningkatan investasi Kepulauan Riau sebagai daerah tujuan investasi dapat terus berlanjut. Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Penggunaan year on year 2011 Tw-III Tw-IV
KOMPONEN PENGGUNAAN Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa SEKTOR EKONOMI Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa P'an Jasa-Jasa PDRB (termasuk migas)
Tw-I
2012 Tw.II
Tw.III
-1,33%
2,68%
-0,61%
0,09%
5,81%
6,37%
3,92%
5,28%
5,67%
5,92%
7,81%
8,21%
6,50%
5,58%
6,06%
14,60%
13,05%
16,82%
15,54%
13,58%
4,90%
3,36%
7,37%
6,83%
2,44%
6,15%
6,54%
10,76%
11,42%
-8,46%
4,27%
3,44%
2,77%
2,46%
3,07%
1,88%
3,58%
4,63%
7,01%
7,52%
6,90%
5,35%
7,10%
5,07%
7,44%
14,94%
11,23%
11,05%
7,11%
5,56%
10,78%
10,13%
11,01%
11,68%
10,56%
7,46%
7,49%
9,12%
10,97%
12,07%
11,84%
10,26%
9,02%
9,15%
7,87%
7,86%
8,34%
7,76%
8,55%
8,75%
8,89%
7,52%
7,91%
8,76%
7,48%
7,21%
6,34%
7,63%
7,15%
8,55%
Sumber : BPS Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 5
1.2.
SISI PERMINTAAN
1.2.1. Konsumsi Pada
triwulan
III-2012
sektor
konsumsi masih
menjadi
pendorong
utama
pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau. Pada periode tersebut konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan 5,81% (yoy), mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 0,09% (yoy). Peningkatan laju tersebut didorong oleh peningkatan pengeluaran konsumsi rumah tangga non makanan yang mengalami peningkatan sebesar 5,03% (yoy). Indikator tingginya pertumbuhan konsumsi, terlihat dari pertumbuhan kredit konsumsi yang masih tumbuh diatas 20%. Peningkatan juga terlihat dari tingkat konsumsi listrik rumah tangga yang mengalami peningkatan laju dibandingkan triwulan sebelumnya.
Hal tersebut juga terkonfirmasi
berdasarkan indeks tendensi konsumen yang menunjukkan masih optimisnya masyarakat terhadap kondisi perekonomian yang tercatat berada pada indeks 108,23. Grafik 1.1. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Perbankan
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.2. Pertumbuhan Konsumsi Listrik Rumah Tangga Kota Batam
Sumber : PLN Batam
1.2.2. Investasi Peningkatan laju tertinggi dari sisi penggunaan pada triwulan III-2012 terjadi pada investasi yang ditunjukkan melalui pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang mengalami pertumbuhan positif sebesar 13,58% (yoy). Peningkatan investasi terkonfirmasi melalui peningkatan realisasi investasi asing (penanaman modal asing) pada triwulan III-2012 yang tercatat sebesar US$ 43,16 juta dari US$ 7,36 juta pada triwulan sebelumnya. Salah satu pendorong peningkatan tersebut adalah masih diminatinya Kepulauan Riau sebagai salah satu tujuan pergerakan arus modal global. Hal tersebut didukung oleh diperolehnya predikat investment grade
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 6
Peningkatan investasi juga terlihat melalui pertumbuhan positif impor secara umum yang didorong oleh peningkatan pertumbuhan impor benda-benda dari besi dan baja serta impor besi dan baja. Grafik 1.3. Perkembangan Impor Barang Modal Utama
Sumber : BPS Kepulauan Riau
Grafik 1.4. Perkembangan Persetujuan dan Realisasi Investasi di Kota Batam
Sumber : PDSI-BP Batam
Peningkatan investasi juga didukung oleh penyaluran kredit perbankan yang menunjukkan
pertumbuhan tahunan yang cukup tinggi, peningkatan tersebut juga
terindikasi melalui realisasi pengadaan semen di Kepulauan Riau yang pada triwulan III-2012 mengalami pertumbuhan 22,93% (yoy). Berdasarkan hasil liaison (kunjungan langsung) yang dilakukan oleh Bank Indonesia ke beberapa perusahaan, menunjukkan bahwa pelaku usaha masih melakukan investasi dalam bentuk investasi rutin (maintenance), maupun penambahan mesin produksi dan relokasi pabrik. Selain itu pelaku usaha masih optimis terhadap kondisi perekonomian di Kepulauan Riau. Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Investasi Perbankan
Grafik 1.6. Realisasi Pengadaan Semen di Kepulauan Riau
Sumber :Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Sumber : Laporan Bulanan Bank
Walaupun perekonomian Kepulauan Riau mengalami pertumbuhan positif dengan akselerasi yang cukup tinggi perlu diwaspadai kondisi perekonomian global yang masih belum menunjukkan kinerja positif memerlukan langkah penyesuaian struktural, terutama perbaikan iklim investasi dan akselerasi pembangunan infrastruktur agar momentum peningkatan investasi Kepulauan Riau sebagai daerah tujuan investasi dapat terus berlanjut. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 7
1.2.3. Ekspor - Impor Kinerja ekspor Kepulauan Riau pada triwulan laporan menunjukkan perlambatan pertumbuhan dari 6,83% (yoy) pada triwulan II-2012, menjadi 2,44% (yoy) pada triwulan III2012. Belum membaiknya perekonomian global menjadi faktor pemicu perlambatan pertumbuhan ekspor Kepulauan Riau. Berdasarkan prediksi IMF melalui World Economic Outlook (WEO) pada Oktober 2012, perekonomian dunia pada tahun 2012 mengalami perlambatan dibandingkan rilis prediksi yang dikeluarkan sebelumnya. Hal tersebut memberikan dampak negatif terhadap kinerja ekspor Kepulauan Riau. Grafik 1.7. Pertumbuhan Nilai Ekspor-Impor Non Migas
Grafik 1.8. Pertumbuhan Volume Ekspor-Impor Non Migas
Sumber : DSM-BI
Sumber : DSM-BI
Grafik 1.9. Perkembangan Kurs IDR thp USD dan SGD
Sumber : Kurs Tengah Bank Indonesia
Walaupun terjadi pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap SGD dan USD tidak menjadi faktor pendorong peningkatan ekspor. Berdasarkan penggolongan barang, pelemahan kinerja ekspor sebagian besar terjadi pada minyak dan nabati, perangkat optik, dan berbagai produk kimia akibat melemahnya daya beli global.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 8
Grafik 1.10. Perkembangan Nilai Ekspor Utama
Grafik 1.11. Perkembangan Nilai Impor Utama
Sumber : SEKDA – BI (HS2)
Sumber : SEKDA – BI (HS2)
Pelemahan perekonomian global menjadi tantangan bagi pertumbuhan positif kinerja ekspor Kepulauan Riau. Keraguan investor terhadap upaya penyelesaian krisis utang Eropa serta menurunnya data ekonomi Cina dan Jepang kembali menyebabkan kondisi perekonomian global masih belum membaik. Pelemahan perekonomian Eropa juga disebabkan adanya ketidaksepahaman menteri ekonomi Uni Eropa terkait mekanisme surat utang bersama serta upaya penyatuan perbankan Eropa. Untuk meningkatkan kinerja ekspor diperlukan strategi diversifikasi pasar ekspor, optimalisasi peran perwakilan perdagangan di luar negeri, stabilisasi pasokan dan harga barang pokok, serta peningkatan promosi dan pemasaran produk Indonesia.
1.3.
SISI PENAWARAN Pada sisi sektoral, peningkatan pertumbuhan perekonomian triwulan ini dimotori oleh
peningkatan pada Sektor Industri Pengolahan; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; serta Sektor Bangunan. Berdasarkan kontribusinya, Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) masih menjadi penopang utama pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau. 1.3.1. Sektor Industri Pengolahan Pada
triwulan
III-2012
Sektor
Industri
Pengolahan
mengalami
percepatan
pertumbuhan dari 5,07% (yoy) menjadi 7,44% (yoy). Pada triwulan laporan Sektor Industri pengolahan masih menjadi sektor ekonomi utama Kepulauan Riau dengan kontribusi sebesar 47,88%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 9
Peningkatan pertumbuhan tertinggi pada sektor ini terjadi pada subsektor makanan, minuman, dan tembakau dan alat angkut dan mesin yang mengalami peningkatan masingmasing sebesar 11,21% (yoy) dan 10,45% (yoy). Sementara kontributor terbesar pada sektor industri pengolahan adalah subsektor alat angkut, mesin, dan peralatannya yang memberikan kontribusi sebesar 54,29%, diikuti oleh subsektor logam dasar, besi dan baja yang memberikan kontribusi sebesar 16,87%. Grafik 1.12. Struktur Industri Pengolahan Provinsi Kepulauan Riau Tw.II-2012
Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah
Grafik 1.13. Pertumbuhan Sub-Sektor Industri Pengolahan Provinsi Kepulauan Riau
Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah
Peningkatan pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan terindikasi oleh peningkatan ekspor elektronik dan penyaluran kredit perbankan terhadap sektor industri pengolahan. Selain itu kinerja positif sektor ini terlihat dari peningkatan akselerasi penggunaan listrik pada triwulan laporan.
Grafik 1.14. Ekspor Elektronik dari Kepulauan Riau
Sumber : DSM - BI
Grafik 1.15. Pertumbuhan Kredit Sektor Industri
Sumber : Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 10
Grafik 1.16. Pertumbuhan Konsumsi Listrik Industri Kota Batam
Sumber : PLN Batam
Grafik 1.17. Pertumbuhan Penyaluran Gas Industri
Sumber : PGN Batam
Dari sisi industri kapal (shipyard), masih belum membaiknya kondisi perekonomian global, masih memberikan dampak terhadap stagnannya pertumbuhan industri kapal (shipyard) pada triwulan III-2012. Namun demikian pada akhir tahun diperkirakan akan terjadi peningkatan pertumbuhan seiring dengan aktivitas produksi industri yang mengalami peningkatan. Hal ini terjadi akibat masuknya beberapa investor untuk menanamkan modalnya di Batam. Selanjutnya minat investor terhadap sektor perkapalan masih tinggi. Jika dilihat berdasarkan ekspor kapal laut Kepulauan Riau masih menunjukkan peningkatan jika dibandingkan posisi yang sama tahun 2011. Stagnannya pertumbuhan sektor ini banyak disebabkan oleh masih lesunya permintaan global, seiring masih belum pulihnya perekonomian di kawasan Eropa. Industri perkapalan diperkirakan akan mengalami peningkatan dengan rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Sauh dengan rencana potensi penerimaan transhipping cargo dari jalur Selat Malaka sebesar 4 juta TEU s pada awal operasinya. Saat ini jumlah Shipyard di Batam tercatat sebanyak 76 perusahaan. Kebanyakan dari industri itu memiliki pelabuhan sendiri dengan status Pelabuhan Khusus (Pelsus) untuk memasukkan barang-barang kebutuhan perusahaan.
ngan penambahan ini bongkar muat kontainer di pelabuhan tersebut akan lebih efisien. Rencananya pembangunan pelabuhan akan dilakukan selama tiga tahun dengan kapasitas hingga 1,2 juta TEU,s. Sementara harga baja sebagai bahan baku utama menjadi faktor pendorong daya saing sektor ini tidak mengalami perubahan harga, dimana berdasarkan data World Bank, steel index Japan sebesar 137,09 pada Oktober 2012.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 11
Grafik 1.18. Ekspor Kapal Laut dari Kepulauan Riau
Grafik 1.19. Perkembangan Harga Baja Dunia
Sumber : Worldbank
Sumber : DSM - BI
. Upaya
memajukan
Batam
sebagai
kawasan
industri
dan
mengoptimalkan
pengembangan sektor jasa, BP Batam telah menyusun roadmap yang matang. Antara lain, meningkatkan sarana dan prasarana berupa pembanguan jalan tol, rel kereta, penyedia air baku, pemeliharaan pesawat, pengolahan limbah, dan pusat data dan pelatihan. Konstruksi rel kereta akan dikerjakan pada tahun 2013
2015, diharapkan sudah dapat beroperasi pada
2016. 1.3.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan hotel, dan restoran (PHR) pada triwulan II-2012 mencatat pertumbuhan 12,07%, meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 10,97%. Dengan adanya peningkatan pertumbuhan tersebut, sektor ini menjadi faktor pendorong pertumbuhan perekonomian kedua terbesar di Kepulauan Riau pada triwulan laporan dengan kontribusi sebesar 19,82%. Pertumbuhan seluruh subsektor pada sektor ini memilik akselerasi yang cukup tinggi, dimana pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektor perdagangan besar dan eceran. Indikasi peningkatan subsektor ini dapat dilihat dari pemakaian listrik sektor bisnis yang mengalami peningkatan akselerasi, serta masih tingginya pertumbuhan penyaluran kredit perbankan terhadap sektor ini. Grafik 1.20. Pertumbuhan Konsumsi Listrik Bisnis Kota Batam
Sumber : PLN Batam
Grafik 1.21. Kredit Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 12
Peningkatan aktivitas usaha pada subsektor perdagangan diperkirakan karena peningkatan aktivitas masyarakat yang terkonfirmasi melalui peningkatan konsumsi masyarakat, terutama untuk komoditas non makanan. Selain itu peningkatan kunjungan wisatawan yang juga dikarenakan banyaknya aktivitas meeting menjadi faktor pendorong peningkatan sektor ini. Hal tersebut menyebabkan subsektor hotel tumbuh 11,88%. Hal ini terindikasi dari tingkat hunian hotel berbintang secara umum di Kepulauan Riau pada triwulan III-2012 yang masih cukup baik sebesar 46,55%. Tidak hanya berasal dari kedatangan tamu domestik, tingginya tingkat hunian hotel pada triwulan ini juga turut disumbang oleh kedatangan wisatawan mancanegara yang pada triwulan III-2012 tercatat sebanyak 415.964 orang. Grafik 1.21. Tingkat Hunian Hotel Berbintang (occ.rate) di Kepulauan Riau
Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah
Grafik 1.22. Perkembangan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman) yang Berkunjung Ke Kepulauan Riau
Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah
1.3.3. Sektor Pertambangan Kinerja sektor pertambangan migas Kepulauan Riau mengalami percepatan laju pertumbuhan, dimana sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan dari 7,01% pada triwulan II-2012 menjadi 7,52% pada triwulan III-2012. Peningkatan pertumbuhan ini terindikasi dari peningkatan pertumbuhan ekspor migas Kepulauan Riau pada triwulan III2012 dengan kontribustor utama peningkatan ekspor gas. Kinerja positif sektor pertambangan gas di Kepulauan Riau didukung oleh semakin optimalnya eksplorasi blok gas Nort Belut-Natuna oleh Conoco Philips dan beroperasinya blok Gajah Baru-Natuna. Potensi peningkatan produksi gas untuk wilayah Natuna masih sangat besar, karena ladang gas DAlpha memiliki total cadangan yang cukup besar dan merupakan salah satu sumber terbesar di Asia.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 13
Grafik 1.23. Perkembangan Ekspor Migas Kepulauan Riau
Sumber : BPS
Hingga Agustus 2012 (data terkini per 6 November 2012) realisasi lifting Minyak Bumi tercatat 15,09 juta barel atau pencapaian sebesar 70,42% dari sasaran 2012. Sementara lifting gas hingga Agustus 2012 sebesar 196,25 juta MMBTU atau sebesar 77,71% dari pencapaian sasaran tahun 2012. Grafik 1.24. Lifting Gas per KKKS
Sumber : Kementrian ESDM
Grafik 1.25. Lifting Minyak per KKKS
Sumber : Kementrian ESDM
Grafik 1.26. Harga Minyak Dunia
Sumber : Worldbank
Grafik 1.27. Harga Gas Dunia
Sumber : Worldbank
Harga minyak mentah dunia pada September 2012 mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD106,28/bbl. Sedangkan harga gas dunia mengalami sedikit penurunan menjadi US$ 11,08 / MMBTU
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 14
1.3.4. Sektor-sektor Lainnya Kinerja pertumbuhan sektor lainnya menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, terutama pada sektor bangunan yang memiliki akselerasi sebesar 10,56% (yoy). Peningkatan sektor
bangunan didukung
oleh
tingginya pembangunan fisik
yang
diperkirakan
pembangunan fisik pendukung usaha. Peningkatan tersebut terindikasi oleh peningkatan realisasi pengadaan semen yang mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara berdasarkan indeks harga properti residensial, secara umum mengalami perlambatan, indeks yang masih mengalami peningkatan laju adalah indeks properti golongan sederhana. Grafik 1.29. Indeks Harga Properti Residensial
Grafik 1.28. Realisasi Pengadaan Semen di Kepulauan Riau
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Sumber : Survey Properti Harga Residensial
Di sektor pengangkutan dan komunikasi, pertumbuhan yang cukup tinggi terjadi pada pengangkutan udara dan subsektor komunikasi. Peningkatan pertumbuhan pengangkutan didorong oleh peningkatan jumlah wisatawan yang datang berlibur ke Batam dan puncak arus mudik Idul Fitri yang terjadi pada triwulan III-2012. Hal ini terindikasi dari peningkatan jumlah penumpang di Bandara Hang Nadim yang tingginya tingkat kunjungan wisatawan juga memberi imbas positif terhadap sektor komunikasi, dimana indikasi peningkatan sektor angkutan dan komunikasi tercermin melalui peningkatan pertumbuhan pemberian kredit oleh perbankan terhadap sektor ini pada triwulan laporan. Grafik 1.30. Pertumbuhan Jumlah Pesawat di Bandara Hang Nadim Batam
Sumber : Bandara Hang Nadim
Grafik 1.31. Pertumbuhan Kredit Sektor Pengangkutan Umum dan Komunikasi
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 15
Pada sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, perlambatan ini terutama terjadi pada subsektor gas yang terindikasi oleh perlambatan pertumbuhan penyaluran gas oleh PGN. Sementara pada subsektor listrik secara umum berada dalam kondisi yang stabil jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik 1.32. Pertumbuhan Konsumsi Listrik Kota Batam
Grafik 1.33. Pertumbuhan Konsumsi Gas Kota Batam
Sumber : PGN Batam
Sumber : PLN Batam
Pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, pertumbuhan dimotori oleh akselarasi yang meningkat pada subsektor bank yang tumbuh 9,17% (yoy). Hal tersebut terindikasi oleh peningkatan pertumbuhan aset perbankan yang terjadi pada triwulan III2012. Pertumbuhan kredit cenderung stabil, sementara pengimpunan dana pihak ketiga (DPK) menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Grafik 1.34. Pertumbuhan Aset, DPK dan Kredit Perbankan di Kepulauan Riau
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Grafik 1.35. Perkembangan LDR dan NPL Perbankan di Kepulauan Riau
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 16
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Inflasi Kepulauan Riau pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan dari 0,54% (qtq) pada triwulan sebelumnya menjadi 0,98% (qtq). Peningkatan laju inflasi tersebut didorong oleh peningkatan harga pada subkelompok ikan segar, karena berkurangnya pasokan komoditas tersebut yang diakibatkan faktor cuaca. Tabel 2.1. Gambaran Inflasi di Sumatera dan Nasional
Kota 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Banda Aceh Lhokseumawe Sibolga Pematang Siantar Medan Padang Sidempuan Padang Pekanbaru Dumai Jambi Palembang Bengkulu Bandar Lampung Pangkal Pinang
Inflasi Inflasi Tahun Berjalan Tahunan Sept (ytd) (yoy) 2011 2012 Sep-12 2,15 0,51 1,67 2,77 1,70 2,47 1,90 3,08 4,91 3,58 4,58 5,26 3,83 2,76 2,47 3,27 2,52 3,90 3,74 3,12 4,74 3,53 2,67 4,21 1,99 2,37 3,47 2,22 3,89 4,43 2,89 1,72 2,60 4,14 4,33 4,14 3,59 3,68 4,32 6,53 7,37 5,83
15. Batam
3,30
1,52
1,98
16. Tanjungpinang NASIONAL
2,67 2,97
3,59 3,49
4,25 4,31
Sumber: BPS
Komoditas yang berkontribusi besar terjadinya inflasi pada triwulan ini adalah komoditas ikan selar, kangkung dan emas perhiasan. Faktor yang menyebabkan peningkatan harga pada komoditas ikan selar akibat peningatan gelombang, sehingga hasil tangkapan nelayan mengalami penurunan, sedangkan peningkatan komoditas kangkung akibat faktor cuaca yang kurang mendukung pada sentra produksi, sehingga pasokan ke wilayah Kepulauan Riau mengalami penurunan. Kenaikan komoditas emas perhiasan sangat dipengaruhi oleh peningkatan harga emas dunia, karena harga emas domestik terintegrasi dengan kondisi harga di pasar internasional.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 17
Sementara pelemahan nilai tukar rupiah terhadap
Dollar Amerika dan Dollar
Singapura turut menjadi pemicu kenaikan harga pada komoditas import (imported inflation). Dilain pihak adanya peningkatan harga pada beberapa komoditas internasional juga menjadi faktor pendorong terjadinya inflasi pada triwulan ini. Grafik 2.1. Perkembangan Harga Komoditas Internasional
Sumber : IMF
Sumber : BI
Grafik 2.3. Laju Inflasi Kepulauan Riau Berdasarkan Kelompok Pengeluaran
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.2. Perkembangan Kurs IDR terhadap SGD dan USD
Grafik 2.4 Andil Inflasi Kepulauan Riau Berdasarkan Kelompok Pengeluaran
Sumber: BPS, diolah
Untuk menjaga tingkat ekspektasi masyarakat, diperlukan adanya peningkatan eskpektasi positif oleh berbagai pihak terkait. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah pemberitaan mengenai informasi harga kepada masyarakat, dimana informasi harga ini dapat berupa melalui media cetak, media elektronik, penyediaan papan informasi harga, serta penyediaan situs layanan informasi harga. Selanjutnya untuk terjaminnya kebutuhan pasokan masyarakat, diperlukan kerjasama perdagangan antar daerah, terutama dengan daerah produsen. Keikutsertaan masyarakat meningkatkan produksi, salah satunya melalui gerakan menanam di pekarangan rumah untuk komoditas strategis seperti cabe merah, bayam, dan kacang panjang dapat menjadi alternatif solusi.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 18
Terkait dengan pengendalian harga, peran dan kerjasama dinas dan instansi terkait perlu lebih dioptimalkan. Langkah-langkah optimal pengendalian harga terutama dimotori oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah yang telah terbentuk di Provinsi Kepulauan Riau, Kota Batam, serta Kota Tanjungpinang. Pengendalian harga juga harus ditopang oleh optimalisasi fungsi Badan Ketahan Pangan Provinsi Kepulauan Riau. Sebagian besar pasokan bahan makanan untuk Kepulauan Riau masih berasal dari luar wilayah, baik berasal dari domestik seperti dari Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, dan Jawa; juga berasal dari impor, terutama dari Singapura, Malaysia, Thailand dan China. Sehubungan dengan ketergantungan yang cukup besar dari wilayah lain, maka diperlukan pengembangan kawasan pertanian, peternakan dan perikanan sesuai dengan kondisi geografis wilayah dan karakteristik wilayah, yang didukung oleh peran serta pemerintah dalam hal perizinan dan kemudahan bagi investor. Kondisi geografis Kepulauan Riau yang 95% wilayahnya merupakan laut, sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya gelombang laut. Ketika gelombang laut mengalami peningkatan, maka pasokan kebutuhan masyarakat ke Kepulauan Riau mengalami gangguan. Terkait dengan hal tersebut program ketahanan pangan yang terintegrasi perlu dilakukan oleh pemerintah, diantaranya mendirikan tempat cadangan pangan masyarakat sebagai manajemen stok dalam bentuk gudang untuk komoditas padi, sayur, bumbu, dan buah, serta cold storage untuk komoditas ikan. Untuk meningkatkan pasokan ikan, dapat dilakukan dengan pengembangan dan peningkatan budidaya ikan darat, serta melakukan pembinaan pengolahan lanjutan paska budidaya untuk komoditas ikan (ikan laut dan ikan darat). Tabel 2.2. Prakiraan Tinggi Gelombang Laut di Wilayah Kepri Periode Juli s/d September 2012
Lokasi
Angin 10 m Rata – Rata (Knot) Jul-12
Agust-12
Sep-12
Selat Malaka
3-7
2-8
2-8
Laut Natuna
10-16
5-15
5-10
Tinggi Signifikan Rata – Rata (meter) Jul-12 0.4 - 1.6
Agust-12 0.4 - 1.0
Sep-12 0.4 - 1.0
1.25 - 2.0 0,75 - 1.5 1,00-1,50
Frekuensi Gel. > 3 Meter Jul-12 0-5% 0 - 5%
Agust-12 0-5% 0 - 5%
Sep-12 0-5% 0 - 5%
Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi & Geofisika (pemutakhiran September 2012)
2.1.
PERKEMBANGAN INFLASI KOTA BATAM Inflasi Kota Batam selama triwulan III-2012 sebesar 0,65% (qtq), relatif stabil jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,64% (qtq). Terjadinya inflasi pada triwulan III-2012 disebabkan oleh penurunan pasokan subkelompok ikan segar dan sayuran, penurunan pasokan ikan karena peningkatan gelombang sedangkan penurunan produksi akibat kondisi cuaca yang kurang baik menjadi faktor pemicu peningkatan harga sayuran. Jika dilihat secara tahunan, laju inflasi tahunan (year on year) pada triwulan III-2012 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 19
sebesar 1,98% (yoy). Secara tahunan, kelompok pengeluaran yang berkontribusi besar terhadap inflasi Kota Batam terjadi pada kelompok bahan makanan; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; pendidikan, rekreasi, dan olahraga; serta perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Grafik 2.5. Laju Inflasi IHK Triwulanan Kota Batam
Sumber: BPS, diolah
Pencapaian inflasi tahunan (yoy) dan tahun berjalan (ytd) Kota Batam pada September 2012 berada bawah level Nasional sebesar 4,31% (yoy) dan 3,49% (ytd). Dari 16 kota di Sumatera, realisasi inflasi tahun berjalan Kota Batam (1,52% - ytd) merupakan ke dua terendah setelah Kota Banda Aceh. Berdasarkan data Survey Pemantauan Harga Mingguan, terpantau terjadinya peningkatan harga pada komoditas ikan segar yang terjadi pada minggu kedua bulan Agustus 2012, dan peningkatan harga pada komditas sayuran terjadi pada minggu kedua dan ketiga bulan September 2012. Berdasarkan keterangan dari pelaku usaha (penjual) peningkatan harga disebabkan oleh penurunan supply dari daerah nelayan/sentra produksi akibat kondisi cuaca yang kurang baik.
2.2.
INFLASI KOTA BATAM BERDASARKAN KELOMPOK PENGELUARAN Berdasarkan kelompok pengeluaran, laju inflasi Kota Batam pada triwulan ini
terutama disebabkan terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan dengan peningkatan sebesar 0,97% (qtq). Sementara kelompok lainnya yang juga menjadi pendorong kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok sandang (2,39% - qtq), dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga (2,46% - qtq).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 20
Tabel 2.3. Perkembangan Laju Inflasi Batam Triwulan III-2012 (%) Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tahun Dasar 2007
No. 1
2
3 4 5 6
7
Kelompok Bahan makanan Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi dan olahraga Transpor, komunikasi dan jasa keuangan Inflasi IHK
Bulanan (mtm) Jul'12 Agt'12 Sep'12
Triwulanan (qtq)
0,42
0,09
0,46
0,97
0,27
0,08
0,01
0,37
0,01
0,04
0,00
0,05
-0,01 0,22
0,63 0,09
1,75 -0,19
2,39 0,12
1,14
0,13
1,17
2,46
-0,06
0,30
-0,18
0,06
0,21
0,16
0,28
0,65
Sumber: BPS, diolah
Berdasarkan andilnya terhadap pembentukan inflasi Kota Batam selama triwulan III2012 kontributor utama pembentukan inflasi Kota Batam, adalah : a. Kelompok bahan makanan Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 0,97% (qtq), mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami laju inflasi sebesar 1,72% (qtq). Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Bahan Makanan di Batam (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.7. Inflasi/Deflasi Kelompok Bahan Makanan Menurut Subkelompok Triwulan III-2012
Sumber: BPS,diolah.
Inflasi pada kelompok bahan makanan terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pada subkelompok ikan segar yang mengalami inflasi sebesar 8,43% (qtq) dengan andil
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 21
pembentukan sebesar 0,33% (qtq). Selain itu kenaikan juga terjadi kenaikan harga yang cukup besar pada subkelompok sayuran dengan kenaikan indeks sebesar 4,74% (qtq) dengan andil 0,11% (qtq). Terjadinya peningkatan harga subkelompok ikan segar terutama disebabkan peningkatan harga pada komoditas ikan selar dan kenaikan harga sayuran terjadi akibat kenaikan harga pada komoditas kangkung. Kenaikan ini akibat keterbatasan pasokan dari sentra produksi. Sementara terjadinya penurunan indeks harga pada subkelompok bumbu-bumbuan sebesar 11,71% (qtq), menjadi faktor penghambat peningkatan laju inflasi kelompok ini. Penurunan ini terutama peningkatan pasokan cabe merah dari daerah sentra produksi. b. Kelompok sandang Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 2,39% (qtq), berubah arah jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,73% (qtq). Peningkatan harga yang terjadi pada kelompok ini memberikan andil sebesar 0,18%. Faktor utama terjadinya peningkatan pada kelompok sandang adalah peningkatan harga komoditas emas perhiasan akibat peningkatan harga emas dunia dari USD 1597,4/OZ pada akhir triwulan II-2012 menjadi USD 1772,1/OZ pada akhir triwulan laporan. Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Sandang Kota Batam (qtq)
Grafik 2.9. Inflasi Kelompok Sandang Menurut Subkelompok Triwulan III-2012
Sumber: BPS, diolah. Sumber: BPS, diolah
c. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi sebesar 2,46% (qtq), terjadi peningkatan laju inflasi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,60%. Dengan laju tersebut, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga memberikan andil sebesar 0,14% terhadap pembentukan inflasi pada triwulan laporan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 22
Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kota Batam (qtq)
Grafik 2.11. Inflasi/Deflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Menurut Subkelompok Triwulan III-2012
Sumber: BPS,diolah. Sumber: BPS, diolah.
Pendorong utama inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga adalah kenaikan harga yang terjadi pada subkelompok jasa pendidikan dengan kenaikan indeks sebesar 5,64% (qtq). Kenaikan tersebut didorong oleh kenaikan tarif SLTA, Taman Kanak-kanak dan SLTP. Kenaikan tersebut seiring dengan peningkatan yang terjadi secara tahunan pada awal musim tahun ajaran baru yang terjadi pada triwulan III.
2.3.
DISAGREGASI INFLASI KOTA BATAM Pembentukan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Batam pada triwulan III-2012
banyak didorong oleh inflasi volatile foods dengan kenaikan indeks sebesar 1,48% (qtq), dengan andil sebesar 0,31% terhadap inflasi IHK. Peningkatan inflasi volatile foods banyak disebabkan oleh peningkatan subkelompok ikan segar yang memberikan andil 0,33%. Peningkatan kelompok volatile foods sedikit tertahan akibat penurunan harga subkelompok bumbu-bumbuan yang terutama disebabkan penurunan harga cabe merah.. Grafik 2.12. Disgaregasi Inflasi Batam Triwulan III-2012
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.13. Perkembangan Laju Inflasi Inti, Administered Price, dan Volatile Food di Batam (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Sementara inflasi inti juga mengalami inflasi sebesar 0,41% (qtq) dengan andil inflasi sebesar 0,25%. Terjadinya deflasi pada kelompok ini banyak disebabkan oleh peningkatan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 23
harga emas perhiasan seiring kenaikan harga emas dunia. Inflasi administered price tercatat mengalami peningkatan sebesar 0,48% (qtq), dengan andil 0,09% yang disebabkan oleh peningkatan harga rokok. 2.4.
PERKEMBANGAN INFLASI KOTA TANJUNGPINANG Kota Tanjungpinang pada triwulan III-2012 mengalami perlambatan laju inflasi
dibanding periode sebelumnya. Laju inflasi pada akhir triwulan laporan tercatat 2,86% (qtq), dengan peningkatan laju jika dibandingkan dari triwulan sebelumnya yang tercatat 0,00% (qtq). Peningkatan inflasi yang terjadi di Kota Tanjungpinang banyak disebabkan oleh peningkatan harga pada komoditas ikan segar, terutama ikan selar dan tenggiri dikarenakan tingginya gelombang pada triwulan laporan. Pada kelompok inti, kenaikan harga mie dan emas pehiasan menjadi pendorong kenaikan inflasi pada triwulan III -2012 yang disebabkan peningkatan harga emas dunia. Jika dilihat secara tahunan, laju inflasi tahunan (year on year) pada triwulan III-2012 sebesar 4,25% (yoy) mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,37% (yoy). Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Kota Tanjungpinang
Sumber: BPS, diolah
2.5.
INFLASI KOTA TANJUNGPINANG BERDASARKAN KELOMPOK PENGELUARAN Berdasarkan penggolongannya ke dalam kelompok pengeluaran masyarakat, kelompok
yang mengalami peningkatan harga pada triwulan ini terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dengan laju sebesar 7,34% (qtq), yang memberikan andil sebesar 2,05%. Kelompok selanjutnya yang mengalami peningkatan harga cukup besar adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau serta kelompok sandang dengan kenaikan masing-masing sebesar 2,04% (yoy) dan 2,43% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 24
Tabel 2.4. Perkembangan Laju Inflasi Tanjungpinang Triwulan III-2012 (%) Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tahun Dasar 2007
No. 1
2
3 4 5 6
7
Bulanan (mtm)
Kelompok Bahan makanan Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi dan olahraga Transpor, komunikasi dan jasa keuangan Inflasi IHK
Triwulanan (qtq)
Jul'12
Agt'12
Sep'12
1,62
5,45
0,17
7,34
0,28
1,32
0,43
2,04
0,15
0,18
0,12
0,46
0,11
1,02
1,28
2,43
-0,19
0,33
0,38
0,52
0,07
0,64
1,34
2,06
-0,04
0,11
0,02
0,09
0,54
1,98
0,31
2,86
Sumber: BPS, diolah
Berdasarkan besarnya andil peningkatan harga Kota Tanjungpinang selama triwulan III2012, kontributor utama di Kota Tanjungpinang adalah : a.
Kelompok bahan makanan Pada kelompok bahan makanan terjadi kenaikan indeks harga sebesar 7,34% (qtq),
mengalami perubahan arah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 1,01% (qtq). Andil pembentukan inflasi kelompok bahan makanan terhadap pembentukan inflasi Kota Tanjungpinang adalah 2,05%. Grafik 2.15. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Bahan Makanan di Tanjungpinang (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.16. Inflasi/Deflasi Kelompok Bahan Makanan Menurut Subkelompok Triwulan III-2012
Sumer: BPS,diolah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 25
Inflasi pada kelompok bahan makanan terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pada subkelompok ikan segar yang mengalami inflasi sebesar 23,27% (qtq) yang memberikan andil sebesar 1,14% terhadap pembentukan inflasi triwulan III-2012. Seperti halnya yang terjadi pada Kota Batam, terjadinya peningkatan harga pada subkelompok ikan segar terutama pada komoditas ikan selar dan ikan tenggiri disebabkan kurangnya pasokan karena penurunan hasil tangkapan nelayan seiring tingginya gelombang. b.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Pada triwulan III-2012 laju inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau tercatat 2,04% (qtq), mengalami percepatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 0,91% (qtq). Laju tersebut memberikan andil sebesar 0,46% terhadap pembentukan inflasi Tanjungpinang. Inflasi yang terjadi pada kelompok ini terjadi terutama karena kenaikan harga pada komoditas mie, ikan bakar, dan rokok kretek filter. Kenaikan harga pada komoditas mie karena terdapat peningkatan ekspektasi pelaku usaha untuk meningkatkan margin, sementara peningkatan harga ikan bakar dikarenakan peningkatan harga bahan baku. Sedangkan peningkatan harga rokok akibat kenaikan harga cukai rokok. Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Tanjungpinang (qtq)
Grafik 2.18. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Menurut Subkelompok Triwulan III-2012
Sumber: BPS,diolah. Sumber: BPS, diolah.
c. Kelompok sandang Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 2,43% (qtq), berbanding terbaik dengan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 1,36% (qtq). Terjadinya peningkatan laju inflasi ini memberikan andil terhadap pembentukan inflasi sebesar 0,14% (qtq). Pada kelompok ini, kenaikan indeks harga terutama disebabkan naiknya harga emas perhiasan seiring dengan peningkatan harga emas dunia yang mengalami peningkatan sebesar 14,14% (qtq) dari USD 1597,4/OZ menjadi USD 1772,1/OZ Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 26
Grafik 2.19. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Sandang Kota Tanjungpinang (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
2.2.
Grafik 2.20. Inflasi Kelompok Sandang Menurut Subkelompok Triwulan III-2012
Sumber: BPS, diolah
DISAGREGASI INFLASI KOTA TANJUNGPINANG Peningkatan laju inflasi kota Tanjungpinang hingga akhir triwulan III-2012 terutama
dipengaruhi oleh terjadinya peningkatan harga pada kelompok volatile foods didorong kenaikan harga subkelompok ikan segar seiring peningkatan gelombang laut. Laju inflasi inti pada triwulan ini juga mengalami peningkatan yang didorong oleh peningkatan harga komoditas makanan jadi, emas perhiasan. Peningkatan ini banyak disebabkan oleh peningkatan ekspektasi masyarakat, kenaikan harga bahan baku, dan peningkatan harga komoditas internasional. Sementara inflasi administered price pada triwulan III-2012 terutama terjadi akibat peningkatan harga pada komoditas rokok, seiring peningkatan harga cukai rokok. Grafik 2.21. Disgaregasi Inflasi Tanjungpinang Triwulan III-2012
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.22. Perkembangan Laju Inflasi Inti, Administered Price, dan Volatile Food di Tanjungpinang (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 27
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH
Perkembangan
perbankan
secara
umum
menunjukkan
trend
peningkatan
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Tingkat kepercayaan masyarakat mengalami peningkatan yang tercermin dari naiknya dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan. Fungsi intermediasi perbankan juga mengalami peningkatan dengan kualitas kredit yang masih terjaga yang terindikasi dari masih rendahnya rasio kredit bermasalah. Transaksi pembayaran tunai pada triwulan III 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, volume dan nilai transaksi melalui instrumen uang giral terus menunjukkan sedikit penurunan dibanding periode sebelumnya. Selama triwulan berjalan, transaksi keuangan masyarakat yang menggunakan fasilitas BI-RTGS di Provinsi Kepulauan Riau mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. 3.1. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Pada
triwulan
III-2012,
perkembangan
indikator
perbankan
secara
umum
menunjukkan trend yang meningkat. Volume usaha perbankan di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan ketiga 2012 mengalami peningkatan 23,93% (yoy) sehingga tercatat sebesar Rp33,79 triliun. Sementara itu tingkat kepercayaan masyarakat yang tercermin dari penghimpunan dana pihak ketiga sampai triwulan III-2012 tercatat Rp28,01 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 24,15% (yoy). Intermediasi yang dilakukan oleh perbankan triwulan ketiga 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 30,62% (yoy) sehingga menjadi sebesar Rp22,30 triliun. Peningkatan kredit tersebut juga diiringi peningkatan kualitas kredit yang tercermin dari penurunan rasio kredit bermasalah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,74% menjadi 2,42% pada triwulan laporan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 28
Grafik 3.2 Perkembangan NPL dan LDR Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau 84.00% 82.00% 80.00% 78.00% 76.00% 74.00% 72.00% 70.00% 68.00% 66.00% 64.00%
Sumber: Bank Indonesia
0.50%
SEPT
AGUST
MEI
JULI
JUNI
FEB
APR
JAN
MAR
0.00% DEC
SEPT
JULI
AGUST
MEI
JUNI
APR
FEB
MAR
JAN
DEC
NOV
SEP
OKT
JULI
AGUST
MEI
JUNI
APR
FEB
MAR
JAN
-
1.00%
SEP
5,000.00
1.50%
OKT
10,000.00
2.00%
MEI
15,000.00
JULI
20,000.00
2.50%
JUNI
25,000.00
NPL
3.00%
FEB
30,000.00
3.50% LDR
APR
Total Kredit
JAN
Total Dana
MAR
Total Asset
35,000.00
NOV
40,000.00
AGUST
Grafik 3.1 Indikator Utama Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia
Tabel 3.1 Indikator Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau
2011 Total Asset Total Dana Total Kredit NPL LDR
Triwulan III 27.273,06 22.555,91 17.075,53 2,77% 75,70%
Triwulan IV 28.685,52 24.069,09 18.216,27 2,36% 75,68%
2012 Triwulan I 30.250,54 25.550,96 19.210,78 2,04% 75,19%
Triwulan II 31.793,82 26.721,27 20.976,85 2,74% 78,50%
Triwulan III 33.799,07 28.002,68 22.304,38 2,42% 79,65%
Sumber: Bank Indonesia
3.1.1. PERKEMBANGAN DANA PIHAK KETIGA Laju pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan laporan menunjukkan tren peningkatan. Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Kepulauan Riau hingga akhir triwulan laporan tercatat sebesar Rp 28,01 triliun dengan pertumbuhan sebesar 24,15% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, pangsa dana pihak ketiga bank umum tidak terjadi pergeseran yang cukup berarti. Hingga akhir periode laporan, pangsa tabungan sebesar 41,41% dan giro sebesar 37,14%, sementara sisanya deposito sebesar 21,45%. Simpanan dalam bentuk giro mengalami peningkatan tertinggi dengan peningkatan sebesar 29,62% (yoy). Sementara itu simpanan dalam bentuk tabungan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 26,79% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi khususnya sektor perdagangan meningkatkan jumlah transaksi dalam bentuk giral. Sementara itu simpanan dalam bentuk deposito mengalami peningkatan 11,52% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 29
Grafik 3.3 Perkembangan Pertumbuhan DPK Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau
JUNI
JULI
AGUST
SEPT
2012
2011
Sumber: Bank Indonesia
SEPT
MEI
JULI
APR
AGUST
MAR
MEI
FEB
JUNI
JAN
APR
-
0.00%
JAN
15.00%
2,000.00
FEB
2.00%
MAR
20.00%
4,000.00
JAN
4.00%
6,000.00
DEC
6.00%
NOV
25.00%
8,000.00
SEP
8.00%
10,000.00
OKT
30.00%
Deposito
JULI
10.00%
Tabungan
AGUST
35.00%
Giro
12,000.00
MEI
12.00%
14,000.00
JUNI
Deposito
APR
Tabungan
FEB
14.00% Giro
MAR
40.00%
Grafik 3.4 Perkembangan DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan di Provinsi Kepulauan Riau
2012
Sumber: Bank Indonesia
3.1.2. PERKEMBANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Perkembangan kredit yang berhasil disalurkan oleh bank umum cukup ekspansif hingga akhir triwulan laporan. Hal ini ditunjukkan dengan total kredit yang disalurkan di Kepulauan Riau pada triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp22,30 triliun atau tumbuh 30,62% (yoy). Meski cukup ekspansif, ruang bagi fungsi intermediasi perbankan khususnya bank umum masih terbuka mengingat rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan masih 79,65%. Sementara itu risiko kredit bermasalah masih cukup terkendali dengan rasio NPL sebesar 2,42% di bawah target indikatif Bank Indonesia sebesar 5%. Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik telah mendorong daya serap kredit yang disalurkan oleh perbankan di Kepulauan Riau pada periode triwulan laporan. Grafik 3.6 Perkembangan Kredit yang Disalurkan Berdasarkan Jenis Penggunaan
MAR
APR
MEI 2012
Sumber: Bank Indonesia
JUNI
JULI AGUST SEPT
2011
SEPT
FEB
AGUST
30.00%
JAN
JULI
15.00%
35.00%
JUNI
Investasi
MEI
Konsumsi
APR
M. Kerja
MAR
17.00%
FEB
40.00%
JAN
19.00%
DEC
45.00%
NOV
50.00%
21.00%
SEP
23.00%
OKT
55.00%
JULI
25.00%
Konsumsi
AGUST
60.00%
Investasi
JUNI
27.00%
M. Kerja
APR
65.00%
MAR
29.00%
10,000.00 9,000.00 8,000.00 7,000.00 6,000.00 5,000.00 4,000.00 3,000.00 2,000.00 1,000.00 -
FEB
70.00%
JAN
31.00%
MEI
Grafik 3.5 Perkembangan Pertumbuhan Kredit yang Disalurkan di Provinsi Kepulauan Riau
2012
Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 30
Sementara itu, penyaluran kredit menurut jenis penggunaannya kredit investasi mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada posisi triwulan III-2012. Akselerasi kredit juga dialami oleh kredit konsumsi dan kredit modal kerja. Pertumbuhan kredit investasi mengalami peningkatan sebesar 49,22% (yoy). Sementara itu pertumbuhan kredit modal kerja meningkat sebesar 29,08% (yoy) sedangkan kredit konsumsi meningkat sebesar 21,39% (yoy) pada triwulan III-2012. Meskipun perekonomian global khususnya Amerika Serikat dan Eropa mengalami perlambatan, perekonomian regional Provinsi Kepulauan Riau masih menunjukkan kinerja positif yang tercermin dari peningkatan daya serap kredit di sektor produktif. Berdasarkan sektor ekonomi, pangsa pembiayaan yang disalurkan bank umum konvensional untuk sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor perdagangan masih dominan di Kepulauan Riau di luar kredit konsumsi. Diagram 3.1 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau 0.19% 0.48%
Pertanian, Buru Dan Hutan
1.62%
Perikanan Pertambangan Dan Penggalian Industri Pengolahan
15.81%
Listrik, Gas Dan Air Konstruksi Perdagangan Besar Dan Eceran
Akomodasi Dan Makan Minum 35.60%
Trans, Gudang Dan Komunikasi 2.86%
Perantara Keuangan
Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT Adm Pem, Pertahanan Dan Jam Sos 8.16%
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan Dan Keg Sosial Jasa Msy, SosBud, Hiburan Jasa Perorangan RT Badan Internasional
Keg Yang Belum Jelas Batasannya Bukan Lapangan Usaha 0.00%
0.43%
14.77%
0.03%
0.88% 0.16% 0.33%
7.91% 0.01%
8.06% 0.34%
2.37%
3.1.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Pada triwulan III-2012, jumlah BPR yang beroperasi di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 42 BPR atau tidak mengalami penambahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 31
Demikian pula kantor cabang BPR tidak terjadi penambahan pada triwulan laporan sehingga total kantor BPR yang beroperasi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau masih tetap 63 kantor. Kinerja kredit yang disalurkan oleh BPR terus mengalami peningkatan, secara nominal kredit yang disalurkan oleh BPR di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp3,42 triliun meningkat 22,14% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit BPR tercatat sebesar 36,97% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya sehingga tercatat Rp2,49 triliun. Tingkat kepercayaan masyarakat kepada lembaga keuangan mikro ini terus menunjukkan peningkatan yang tercermin dari peningkatan DPK yang dihimpun oleh BPR. Penghimpunan DPK BPR juga mengalami peningkatan. DPK BPR pada posisi triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp2,73 triliun meningkat 20,90% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik 3.7 Perkembangan Perkembangan Indikator BPR di Provinsi Kepulauan Riau
4,000.00
95.00%
Total Asset
3,500.00
Dana
Kredit
LDR 90.00%
3,000.00 2,500.00
85.00%
2,000.00 80.00%
1,500.00
1,000.00
75.00%
500.00 SEPT
AGUST
JULI
JUNI
MEI
APR
MAR
FEB
JAN
DEC
NOV
OKT
SEP
AGUST
JULI
JUNI
MEI
APR
MAR
FEB
70.00% JAN
-
Sumber: Bank Indonesia
Perkembangan fungsi intermediasi BPR di Kepulauan Riau menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika pada triwulan III 2011 LDR BPR tercatat sebesar 80,33% maka pada triwulan laporan LDR BPR tercatat sebesar 91,31%. Banyaknya jumlah BPR berpengaruh pada tingkat persaingan yang semakin tinggi di sektor kredit mikro. Oleh karena itu, BPR harus lebih jeli untuk menangkap peluang-peluang bisnis baru khususnya untuk kredit sektor produktif. Meski demikian pengurus BPR juga harus tetap memperhatikan unsure kehati-hatian dalam penyaluran kredit kepada masyarakat. Kecenderungan BPR di Provinsi Kepulauan Riau lebih banyak menyalurkan kredit untuk sektor konsumsi seperti pembelian kendaraan bermotor maupun perumahan. Hal ini terkonfirmasi oleh data yang menunjukkan kredit konsumsi mendominasi dengan pangsa sebesar 58,84% dari total kredit BPR di Provinsi Kepulauan Riau. Sementara itu, bila ditinjau Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 32
dari aspek risiko kredit cukup terkendali yang tercermin dari rasio NPLs yang tercatat 2,56%, masih di bawah angka indikatif Bank Indonesia sebesar 5%. 3.1.4. PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH Pangsa asset bank syariah terhadap total asset seluruh bank di Kepulauan Riau terus mengalami trend peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan telah melewati angka psikologis 5%. Pada posisi triwulan III-2012 pangsa asset perbankan syariah terhadap total asset tercatat 6,05%. Perkembangan positif dari sisi asset juga dibarengi dengan peningkatan fungsi intermediasi perbankan syariah yang tercermin dari peningkatan pembiayaan oleh perbankan syariah sebesar 23,34% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp1,76 trilun. Sementara itu penghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan syariah juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat Rp1,22 triliun menjadi Rp1,56 trilun atau mengalami peningkatan sebesar Rp334,93 triliun (27,35%). Salah satu karakteristik perbankan syariah di Provinsi Kepulauan Riau adalah tingkat intermediasi yang relatif tinggi tercermin dari rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 113,25% pada triwulan laporan dengan kualitas kredit yang masih terjaga dengan NPLs sebesar 2,43%. Grafik 3.8 Perkembangan Perkembangan Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia
Dilihat dari data historis, aset perbankan syariah terus mengalami peningkatan seiring semakin luasnya informasi mengenai perbankan syariah yang diterima oleh masyarakat di Kepulauan Riau. Dengan demikian, bank syariah di Kepulauan Riau memiliki peluang yang cukup besar untuk terus mengembangkan pangsa pasarnya dengan jaringan yang lebih luas agar bisa diakses oleh masyarakat baik di perkotaan maupun daerah hinterland.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 33
3.2. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi pembayaran tunai pada triwulan III 2012 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pergeseran awal Ramadhan yang jatuh pada bulan Juli berpengaruh pada peningkatan transaksi tunai pada tahun 2012. Sementara itu, volume dan nilai transaksi melalui instrumen uang giral mengalami peningkatan di banding periode sebelumnya. 3.2.1 TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 3.2.1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar Secara umum perkembangan transaksi tunai di Provinsi Kepulauan Riau dipengaruhi oleh siklus transaksi di masyarakat yang biasanya mengalami peningkatan di triwulan II dan triwulan III kemudian menunjukkan kecenderungan turun di triwulan IV dan triwulan I. Meski demikian pada triwulan III-2012 transaksi tunai di Provinsi Kepulauan Riau mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang tercermin dari peningkatan transaksi outflow (uang kartal yang keluar dari kas Bank Indonesia melalui penarikan bank dan penukaran masyarakat). Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, transaksi outflow tercatat sebesar Rp2,39 triliun atau meningkat 19,95% (yoy). Sementara itu transaksi inflow (uang kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia melalui setoran bank dan penukaran masyarakat) mengalami sedikit penurunan sebesar 5,95% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sehingga secara nominal tercatat sebesar Rp522 miliar. Sampai dengan triwulan laporan belum ada perubahan karateristik di KBI Batam di mana outflow hampir selalu lebih besar daripada inflow. Pada triwulan III-2012 net outflow (outflow-inflow) tercatat Rp1,87 miliar lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Grafik 3.9 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal di Provinsi Kepulauan Riau 3,000
Grafik 3.10 Pertumbuhan Inflow – Outflow Uang Kartal di Provinsi Kepulauan Riau
Inflow (Rp milyar)
250.00%
Outflow (Rp milyar)
2,500
Inflow (growth yoy)
Outflow (growth yoy)
200.00%
2 per. Mov. Avg. (Outflow (Rp milyar)) 2,000
150.00%
1,500 100.00%
1,000
50.00%
500 -
0.00%
Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2008
2009
2010
2011
2012
-50.00%
Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. Tw. I II III IV I II III IV I II III IV I II III
-100.00% Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 34
3.2.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Dalam rangka menjaga ketersediaan uang dengan kondisi yang layak edar, Bank Indonesia tetap melakukan kebijakan clean money policy secara konsisten yaitu dengan melakukan pemusnahan terhadap uang kartal yang sudah tidak layak edar dan kegiatan penukaran kepada masyarakat. Pada triwulan laporan Bank Indonesia di Provinsi Kepulauan Riau telah memusnahkan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dengan jumlah nominal mencapai Rp11,43 milyar atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp98,19 milyar. Selain dengan melakukan pemusanahan UTLE, Bank Indonesia juga melakukan kegiatan kas keliling secara rutin ke kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kepulauan Riau, seperti Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Anambas dan Kabupaten Lingga. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat di daerah rural dan hinterland juga dapat mendapatkan fasilitas uang rupiah yang masih relative baru dan layak edar.
Grafik 3.11 Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar di Kepulauan Riau
250
Rp Miliar 200 150 100 50 0
Tw. I
Tw. III
Tw. I
2008
Tw. III 2009
Tw. I
Tw. III 2010
Tw. I
Tw. III
Tw. I
2011
Tw. III
2012
Sumber: Bank Indonesia
Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keaslian uang rupiah, Bank Indonesia juga melakukan sosialisasi tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada masyarakat secara periodik. Sosialisasi ini dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan seperti pasar (baik modern maupun tradisional) serta pusat pendidikan seperti universitas dan sekolah. Selain kegiatan sosialisasi secara langsung, Bank Indonesia juga melakukan publikasi tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui media massa baik cetak maupun elektronik.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 35
3.2.2 TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI 3.2.2.1. Kliring Lokal Volume transaksi non tunai melalui instrumen kliring di Provinsi Kepulauan Riau mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal yang sama juga dibukukan dari sisi jumlah warkat yang dipertukarkan selama triwulan laporan tercatat mengalami penurunan. Sementara itu, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap instrumen uang giral masih dapat dikategorikan baik terlihat dari kualitas penyelenggaraan kliring di Kepulauan Riau pada triwulan III-2012 cukup terkendali dengan rendahnya rasio tolakan kliring yang tercatat sebesar 1,96% dari seluruh jumlah warkat yang dipertukarkan turun dibandingkan dengan rasio triwulan sebelumnya yang tercatat 2,08%. Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Kliring
2011 Tw. III Tw. IV Perputaran Kliring Lembar 118,849 108,865 Nominal (Rp Miliar) 3,399 3,287 Penolakan Cek/BG Kosong Lembar 2,989 2,522 Nominal (Rp Miliar) 109.47 86.96 Keterangan
Tw. I
2012 Tw. II
Tw. III
122,544 3,966
128,274 4,062
124,027 3,725
2,362 93.22
2,664 86.01
2,431 98.68
Sumber: Bank Indonesia
3.2.2.2. Real Time Gross Settlement (RTGS) Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) adalah proses penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed/ gross settlement) dan bersifat real time (electronically processed), dimana rekening peserta dapat didebit/kredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah pembayaran dan peneriman pembayaran.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 36
Tabel 3.3 Transaksi RTGS Provinsi Kepulauan Riau
Wilayah Batam
Karimun
Natuna
Tanjung Pinang
Batam
Karimun
Natuna
Tanjung Pinang
2011 Tw. III Tw. IV RTGS Nilai (Rp Miliar) Batam ke Luar Batam 6,630 7,137 Luar Batam ke Batam 12,592 12,780 Batam ke Batam 3,845 3,948 Karimun ke Luar Karimun 305 346 Luar Karimun ke Karimun 183 167 Karimun ke Karimun 55 50 Natuna ke Luar Natuna 1 21 Luar Natuna ke Natuna 42 154 Natuna ke Natuna 1 21 Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang 218 381 Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang 1,367 1,695 Tg. Pinang ke Tg. Pinang 122 295 RTGS Volume Batam ke Luar Batam 13,022 13,359 Luar Batam ke Batam 16,143 17,602 Batam ke Batam 6,077 5,998 Karimun ke Luar Karimun 743 909 Luar Karimun ke Karimun 623 525 Karimun ke Karimun 109 87 Natuna ke Luar Natuna 11 18 Luar Natuna ke Natuna 173 168 Natuna ke Natuna 1 1 Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang 593 639 Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang 1,673 2,451 Tg. Pinang ke Tg. Pinang 304 364
Tw. I
2012 Tw. II Tw. III
5,736 11,113 3,103 351 159 46 0.48 342 0.06 186 1,041 102
6,895 13,617 3,567 419 188 66 301 198 1,156 110
7,504 13,963 3,676 319 199 59 665 160 1,159 80
11,657 15,279 5,236 893 427 85 7 236 1 462 1,518 227
13,451 16,315 5,947 893 427 85 134 462 1,713 240
13,936 16,309 6,127 893 427 85 144 432 1,715 228
Sumber: Bank Indonesia
Selama triwulan berjalan, transaksi keuangan masyarakat yang menggunakan fasilitas BI-RTGS di Provinsi Kepulauan Riau mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Secara rata-rata peningkatan transaksi BI-RTGS nominal tercatat 9,6% (yoy). Jika dilihat dari sebaran transaksi, sebagian besar transaksi BI-RGTS yang dilakukan oleh masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau terjadi di Kota Batam. Secara nominal Batam mendominasi transaksi BI-RTGS dengan pangsa sebesar 87,71% diikuti oleh Kota Tanjungpinang dengan pangsa 7,25%. Demikian pula secara volume, transaksi BI-RTGS di Provinsi Kepulauan Riau masih didominasi oleh transaksi masyarakat Kota Batam dengan pangsa 87,71% yang kembali diikuti oleh Kota Tanjungpinang dengan pangsa 9,22%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 37
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kepri Tahun Anggaran 2012 yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar Rp2,250 triliun. Angka ini lebih tinggi dibanding APBD Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2011 yang tercatat sebesar Rp 2,21 triliun setelah perubahan. Berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah (BKKD) Pemerintan Provinsi Kepulauan Riau, realisasi penerimaan daerah pada triwulan III2012 diperkirakan sebesar Rp1,83 triliun atau 89,78%. Pencapaian penerimaan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian triwulan yang sama tahun 2011 yang tercatat 78,67% dari target tahun anggaran berjalan. Realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan III-2012 tercatat 82,20% dari target tahun anggaran 2012. Realisasi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada triwulan III-2011 yang tercatat sebesar 57,37% dari target tahun anggaran berjalan. Realisasi belanja daerah diperkirakan akan kembali meningkat pada triwulan ketiga sampai dengan triwulan akhir tahun 2012.
4 .1
APBD PROVINSI KEPULAUAN RIAU TA. 2012 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kepri Tahun Anggaran
2012 yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar Rp2,250 triliun. Angka ini lebih tinggi dibanding APBD Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2011 yang tercatat sebesar Rp 2,21 triliun setelah perubahan. Berdasarkan data Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau, target penerimaan APBD Provinsi Kepulauan Riau adalah sebesar Rp2.03 triliun. Adapun rincian dari target tersebut antara lain berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang ditargetkan sebesar Rp572,2 miliar yang terdiri dari pendapatan pajak daerah sebesar Rp542,74 miliar, retribusi daerah sebesar Rp1,60 miliar dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp27,86 miliar. Sejak 2005 hingga 2011 realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Kepulauan Riau mengalami trend kenaikan dengan kisaran 10-25% tiap tahunnya. Sementara itu, target penerimaan dari Dana Perimbangan dilaporkan sebesar Rp1,3 triliun yang berasal dari Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum serta Dana Alokasi Khusus. Penerimaan pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dari Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak pada tahun 2012 ditargetkan sebesar Rp818,59 miliar. Sedangkan target penerimaan dari Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 38
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus masing-masing sebesar Rp460,86 miliar dan Rp23,17 miliar. Adapun penerimaan dari Lain-lain Pendapatan yang Sah yang merupakan pendapatan hibah dari pemerintah ditargetkan sebesar Rp163,29 miliar pada tahun 2012. Di sisi lain, Belanja Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 ditargetkan Rp2,39 triliun. Belanja pemerintah tersebut dibagi dua yakni belanja tidak langsung dan belanja langsung. Total belanja tidak langsung daerah pada tahun 2012 ditargetkan sebesar Rp1,02 triliun. Rincian belanja tidak langsung tersebut antara lain untuk belanja pegawai sebesar Rp206,25 miliar, belanja hibah sebesar Rp281,85 miliar, belanja bantuan sosial sebesar Rp96,59 miliar, belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota sebesar Rp250 miliar, belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota sebesar Rp179,50 miliar, belanja tidak terduga sebesar Rp1 miliar, belanja bantuan keuangan sebesar Rp950 juta. Total belanja langsung pemerintah daerah pada tahun 2012 ditargetkan sebesar Rp1,37 miliar dengan rincian untuk belanja pegawai sebesar Rp178,45 miliar, belanja barang dan jasa sebesar Rp858,81 miliar serta belanja modal sebesar Rp334,38 miliar.
4 .2 .
REALISASI APBD PROVINSI KEPULAUAN RIAU
4.2.1. Realisasi Penerimaan Berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah (BKKD) Pemerintan Provinsi Kepulauan Riau, realisasi penerimaan daerah pada triwulan III2012 diperkirakan sebesar Rp1,83 triliun atau 89,78%. Pencapaian penerimaan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian triwulan yang sama tahun 2011 yang tercatat 78,67% dari target tahun anggaran berjalan. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp510,56 miliar atau 89,23% dari target anggaran tahun 2012. Pencapaian tersebut sebagian besar berasal dari penerimaan pajak daerah yang tercatat sebesar Rp497,27 miliar atau 91,62% dari yang ditargetkan. Target penerimaan pajak daerah tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 14,76% dibanding target tahun sebelumnya. Meningkatnya target penerimaan pajak mengingat bertambahnya potensi sumber pajak provinsi sehubungan dengan UU No.28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Beberapa tarif pajak mengalami kenaikan, seperti pajak kendaraan bermotor yang naik dari 5% menjadi 10%. Untuk jenis pajak ini, kendaraan pemerintah yang sebelumnya tidak dikenakan pajak berubah menjadi objek pajak, dan daerah juga diperbolehkan untuk mengenakan tarif pajak progresif. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 39
Bermotor (BBNKB) juga naik dari 10% menjadi 20%, serta tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor meningkat dari 5% menjadi 10%. Tabel 4.1. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau Realisasi Bulan Berjalan JENIS PENERIMAAN
TARGET TA. 2012
Juli
Agustus
Realisasi Penerimaan September
Tw.III-2012 (Rp)
(Rp)
(%)
1. PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah Retribusi Daerah - Retribusi Jasa Umum - Retribusi Jasa Usaha - Retribusi Perizinan Tertentu Hasil Pengel.Kekayaan Daerah ydp Lain-lain Pendapatan Asli Daerah TOTAL PAD
542,745,301,000 1,600,000,000 100,000,000 1,450,000,000 50,000,000 27,863,055,500 572,208,356,500
71,986,201,805 188,178,425 14,382,000 173,796,425
57,694,858,893 31,602,000 11,059,000 15,543,000 5,000,000 220,260,450 57,946,721,343
57,694,858,893 149,934,470 12,598,850 137,335,620 1,548,226,412 59,393,019,775
497,272,262,954 1,438,885,630 98,216,350 1,314,219,280 26,450,000 11,844,962,054 510,556,110,638
1,596,000,244 73,770,380,474
818,588,050,459 222,000,000,000 596,588,050,459 460,857,807,000 23,165,600,000 1,302,611,457,459
68,031,288,687 1,352,921,898 66,678,366,789 38,404,817,000 106,436,105,687
Pendapatan Hibah dari Pemerintah
163,289,580,000
TOTAL PENERIMAAN DAERAH
2,038,109,393,959
91.62% 89.93% 98.22% 90.64% 52.90%
1,525,855,603 1,525,855,603
810,781,097,714 83,926,116,964 671,706,336,638 384,048,170,000 6,949,680,000 1,201,778,947,714 -
99.05% 37.80% 112.59%
38,404,817,000 39,930,672,603
280,739,666,416 21,681,154,940 259,058,511,476 38,404,817,000 319,144,483,416
38,692,178,000
18,750,000
18,750,000
71.92%
218,898,664,161
97,896,143,946
378,556,253,191
117,431,014,000 1,829,766,072,352
42.51% 89.23%
2. DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak - Bagi Hasil Pajak - Bagi Hasil Bukan Pajak - Pajak Penghasilan Orang Pribadi Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus TOTAL DANA PERIMBANGAN 3. LAIN - LAIN PENDAPATAN YANG SAH
83.33% 30.00% 92.26%
89.78%
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Realisasi penerimaan dari retribusi daerah sampai dengan triwulan III-2012 tercatat Rp1,43 miliar atau 89,93% dari target tahun anggaran 2012. Penerimaan tersebut berasal dari penerimaan retribusi jasa umum sebesar Rp98,22 juta, retribusi jasa usaha sebesar Rp1,31 miliar dan retribusi perizinan tertentu yang tercatat sebesar Rp26,45 juta. Sementara itu pendapatan dari dana perimbangan sampai dengan triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp1,20 triliun atau 92,26% dari target anggaran tahun 2012. Penerimaan dana perimbangan tersebut berasal dari penerimaan bagi hasil pajak/bukan pajak dan dana alokasi umum. Penerimaan bagi hasil pajak/bukan pajak pada triwulan III-2012 berdasarkan laporan BKKD Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar Rp810,78 miliar atau 99,055% dari target tahun anggaran berjalan yang terdiri atas bagi hasil pajak sebesar Rp83,92 miliar (37,80%) dan bagi hasil bukan pajak sebesar Rp671,71 miliar (112,59%). Penerimaan daerah dari Dana Alokasi Umum sampai dengan triwulan laporan tercatat sebesar Rp384,05 miliar atau 83,33% dari target tahun anggaran 2012. Adapun penerimaan daerah dari lain-lain pendapatan yang sah tercatat sebesar Rp117,43 miliar atau 71,92% dari target tahun anggaran berjalan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 40
4.2.2. Realisasi Belanja Realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan III-2012 tercatat 82,20% dari target tahun anggaran 2012. Realisasi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada triwulan III-2011 yang tercatat sebesar 57,37% dari target tahun anggaran berjalan. Realisasi belanja daerah diperkirakan akan kembali meningkat pada triwulan ketiga sampai dengan triwulan akhir tahun 2012. Berdasarkan data BKKD Provinsi Kepulauan Riau, penyerapan anggaran tersebut sebagian besar dipergunakan untuk kegiatan belanja tidak langsung yang tercatat sebesar Rp1,18 triliun atau 116,38% dari target tahun anggaran. Penyerapan belanja tidak langsung tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh kegiatan belanja pegawai yang sampai dengan triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp398,39 miliar atau 193,16% dari target anggaran tahun berjalan. Tabel 4.2. Perkembangan Realisasi Pengeluaran Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau Realisasi Bulan Berjalan JENIS BELANJA/PENGELUARAN
TARGET TA. 2012
Juli
Agustus
Realisasi Penerimaan September
Tw.III-2012 (Rp)
(Rp)
(%)
1. BELANJA TIDAK LANGSUNG -
Belanja Pegawai 206,254,530,247 Belanja Subsidi Belanja Hibah 281,848,200,000 Belanja Bantuan Sosial 96,593,000,000 Belanja Bagi Hasil kpd Provinsi/Kab/Kota/Desa 250,000,000,000 Belanja Bantuan Keuangan kpd Provinsi/Kabupaten/Kota 179,501,000,000 Belanja Tidak Terduga 1,000,000,000 Belanja Bantuan Keuangan 950,000,000 TOTAL BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,016,146,730,247
26,360,602,298 12,186,000,000 2,224,500,000 17,648,654,589 448,000,000 94,707,000 58,962,463,887
19,320,581,502 10,525,000,000 2,534,280,663 8,391,889,806 1,814,000,000 110,488,000 42,696,239,971
14,719,089,346 54,267,525,000 993,284,000 26,011,379,869 22,228,795,564 118,220,073,779
398,394,741,625 323,700,625,000 45,156,444,680 190,720,321,457 224,370,444,295 205,195,000 1,182,547,772,056
193.16% 114.85% 46.75% 76.29% 125.00% 20.52% 116.38%
2. BELANJA LANGSUNG - Belanja Pegawai - Belanja Barang dan Jasa - Belanja Modal TOTAL BELANJA LANGSUNG
178,447,667,686 858,814,766,529 334,380,415,538 1,371,642,849,753
15,257,922,358 77,756,852,325 11,402,559,453 104,417,334,136
13,983,529,868 68,107,023,751 31,780,280,843 113,870,834,462
13,635,271,577 48,047,018,602 14,567,458,671 76,249,748,850
163,610,254,941 522,174,014,564 94,494,646,509 780,278,916,014 -
91.69% 60.80% 28.26% 56.89%
TOTAL BELANJA DAERAH
2,387,789,580,000
163,379,798,023
156,567,074,433
194,469,822,629
1,962,826,688,070
82.20%
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Realisasi belanja hibah pada triwulan III-2012 dilaporkan sebesar Rp323,70 miliar atau 114,85% dari target anggaran tahun berjalan. Sementara realisasi belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota pada triwulan III-2012 dilaporkan sebesar Rp224,37 miliar atau 125,00% dari target anggaran tahun berjalan. Adapun realisasi belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp190,72 miliar atau 76,29% dari target anggaran tahun 2012. Sementara realisasi belanja bantuan sosial sampai dengan semester awal 2012 tercatat sebesar Rp45,15 miliar atau 46,75% dari target tahun berjalan yang tercatat sebesar Rp96,59 miliar. Penyerapan anggaran melalui kegiatan belanja langsung pada triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp780,28 miliar atau 56,89% dari target anggaran tahun berjalan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 41
Penyerapan anggaran tersebut dipengaruhi oleh belanja barang dan jasa yang sampai dengan akhir triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp522,17 miliar atau 60,80% dari target anggaran tahun berjalan. Sementara itu realisasi belanja pegawai yang tercatat sebesar Rp163,61 miliar atau 91,69% dari target anggaran tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp178,45 miliar. Adapun realisasi belanja modal sampai dengan triwulan III-2012 dilaporkan sebesar Rp94,49 miliar atau 28,26% dari target tahun anggaran 2012 yang tercatat sebesar Rp334,38 miliar.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 42
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau yang cukup tinggi berdampak positif pada penyerapan tenaga kerja yang tercermin dari penurunan tingkat pengangguran. Peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja tersebut dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk yang bekerja di sektor wiraswasta. Struktur tenaga kerja di Provinsi Kepulauan Riau relative tetap dimana Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi menjadi sektor yang dominan dalam struktur tenaga kerja di Provinsi Kepulauan Riau. Secara umum nilai ITK di Kepri pada triwulan III-2012 sebesar 110,78 yang menunjukkan adanya kenaikan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan survey, indeks pendapatan rumah tangga tercatat mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari 106,20 pada triwulan II-2012 menjadi 110,74 pada triwulan III-2012. Kesejahteraan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau yang diukur dari Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP Provinsi Kepulauan Riau tercatat 104,24 lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 103,40.
5.1.
KETENAGAKERJAAN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau yang cukup tinggi berdampak positif
pada penyerapan tenaga kerja yang tercermin dari penurunan tingkat pengangguran. Peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja tersebut dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk yang bekerja di sektor wiraswasta. Struktur tenaga kerja di Provinsi Kepulauan Riau relative tetap dimana Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi menjadi sektor yang dominan dalam struktur tenaga kerja di Provinsi Kepulauan Riau.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 43
Tabel 5.1. Perkembangan Angkatan Kerja Provinsi Kepulauan Riau
Keterangan
Feb.2010 Agus.2010 Feb.2011 Agus.2011 Feb.2012 Agus.2012
Bekerja Pengangguran Jumlah Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka
653,012 50,729 703,741 64.95 7.21
769,486 57,049 826,535 68.85 6.90
777,726 58,883 836,609 68.14 7.04
781,824 66,173 847,997 67.48 7.80
838,934 52,283 891,217 69.33 5.87
824,567 46,798 871,365 66.25 5.37
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Berdasarkan data BPS Kepulauan Riau, jumlah angkatan kerja sampai dengan Agustus 2012 mencapai 871.365 orang, sementara jumlah penduduk yang bekerja adalah sebesar 824.567 orang. Sedangkan jumlah penduduk yang tidak bekerja/pengangguran terbuka tercatat sebanyak 46.798 orang sehingga secara prosentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tercatat sebesar 5,37%. Penurunan TPT tersebut juga menunjukkan daya serap dunia usaha terhadap tenaga kerja mengalami peningkatan. Tingkat partisipasi kerja penduduk Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan Agustus 2012 tercatat 66,25%. Grafik 5.1. Perkembangan Pengangguran Terbuka Kepulauan Riau
14 12 10 8 6 4 2 0
Sumber: BPS Kepulauan Riau, diolah
Pada bulan Agustus 2012, struktur tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan utama di Kepulauan Riau masih didominasi oleh Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi meskipun secara nominal mengalami penurunan dibandingkan dengan Februari 2012. Sementara itu share Sektor Industri Pengolahan meningkat dibandingkan dengan Februari 2012. Sedangkan Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan serta Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan mengalami penurunan dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya. Menurut data BPS Provinsi Kepulauan Riau, tenaga kerja sektor industri di Kepulauan Riau mengalami peningkatan menjadi 194.223 orang. Pada saat yang sama Sektor
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 44
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi mengalami penurunan dari 248.001 orang pada Februari 2012 menjadi 226.134 orang pada Agustus 2012. Tabel 5.2. Perkembangan Penduduk Bekerja Menurut Sektor Ekonomi LAPANGAN KERJA UTAMA Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan Industri Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi Jasa Kemasyarakatan, Sodial dan Perorangan Lainnya Total
Feb.2010 Agus.2010 Feb.2011 Agus.2011 Feb.2012 Agus.2012 88,439 13.50 208,080 31.90 122,627 18.80 135,023 20.70 98,843 15.10 653,012 100
98,091 12.80 252,753 32.90 153,505 20.00 126,543 16.50 138,594 18.00 769,486 100
128,433 16.50 149,311 19.20 188,628 24.30 148,740 19.10 162,614 20.90 777,726 100
97,757 12.50 195,368 25.00 193,860 24.80 139,273 17.80 155,566 19.90 781,824 100
126,345 15.10 122,267 14.60 248,001 29.60 182,003 21.70 160,318 19.10 838,934 100.00
98,336 11.90 194,223 23.60 226,134 27.40 135,358 16.40 170,516 20.70 824,567 100.00
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Sementara itu, struktur tenaga kerja menurut status pekerjaan utama relatif tidak terjadi perubahan yang besar. Buruh/Karyawan/Pegawai masih menjadi pangsa terbesar dalam angkatan kerja di Kepulauan Riau pada Agustus 2012 yang tercatat 539.041 orang atau sebesar 65,40%. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan Februari 2012 yang tercatat sebesar 527.347 orang. Sementara itu status pekerjaan utama terbesar kedua adalah berusaha sendiri sebanyak 150.872 orang dengan pangsa 18,30% turun dibandingkan dengan semester sebelumnya. Tabel 5.3. Perkembangan Pangsa Tenaga Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama di Kepulauan Riau
Feb.2010 Agus.2010 Feb.2011 Agus.2011 Feb.2012 Agus.2012
STATUS PEKERJAAN UTAMA Berusaha Sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap/dibayar Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/Karyawan/Pegawai Pekerja Bebas di Pertanian Pekerja Bebas di non Pertanian Pekerja Keluarga/Pekerja Tidak Dibayar Penduduk Usia Kerja yang Bekerja
147,006 22.50 23,274 3.60 15,623 2.40 407,592 62.40 8,304 1.30 13,238 2.10 37,238 5.70 652,275 100
177,147 23.00 49,865 6.50 23,611 3.00 475,718 61.80 7,237 0.90 14,591 1.90 21,317 2.80 769,486 100
161,969 20.80 37,616 4.80 28,523 3.70 488,533 62.80 3,969 0.50 11,594 1.50 45,522 5.90 777,726 100
139,407 17.80 29,844 3.80 37,742 4.80 527,770 67.50 6,498 0.80 15,202 1.90 25,361 3.20 781,824 100
170,205 20.30 33,891 4.00 24,030 2.90 527,347 62.90 9,992 1.20 6,213 0.70 67,256 8.00 838,934 100.00
150,872 18.30 37,387 4.50 39,211 4.80 539,041 65.40 16,030 1.90 42,026 5.10 824,567 100.00
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 45
5.2.
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5.2.1. Indeks Tendensi Konsumen Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang. Responden STK merupakan sub sampel dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) khusus di daerah perkotaan.
Pemilihan
sampel
dilakukan secara panel antar triwulan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antar waktu. Secara umum nilai ITK di Kepri pada triwulan III-2012 sebesar 110,78 yang menunjukkan adanya kenaikan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan survey, indeks pendapatan rumah tangga tercatat mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari 106,20 pada triwulan II-2012 menjadi 110,74 pada triwulan III-2012. Grafik 5.2. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Kepualauan Riau
120 115
Pendapatan rumah tangga Kaitan inflasi dengan konsumsi makanan sehari-hari Indeks Tendensi Konsumen
110 105 100 95 Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
2011
Triwulan IV
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
2012
Sumber: BPS Kepulauan Riau data diolah
Nilai ITK di kepri pada triwulan IV-2012 diperkirakan sebesar 110,82 yang menunjukkan prediksi kenaikan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan mendatang. Tingkat kepercayaan atau optimisme konsumen juga diperkirakan sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Perbaikan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan III-2012 diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan pendapatan rumah tangga dan rencana pembelian barang-barang tahan lama.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 46
Tabel 5.4. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan IV-2012 Menurut Variabel Pembentuknya
ITK Triwulan IV-2012
Variabel Pembentuk Perkiraan pendapatan rumah tangga mendatang
112,23
Rencana pembelian barang-barang tahan lama
108.16
Indeks Tendensi Konsumen
110.82
Sumber: BPS Kepulauan Riau
5.2.2. Nilai Tukar Petani Kesejahteraan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau yang diukur dari Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP Provinsi Kepulauan Riau tercatat 104,24 lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 103,40. Tabel 5.5. Nilai Tukar Petani per Sub Sektor di Provinsi Kepulauan Riau Keterangan 1. Tanaman Pangan a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 5. Perikanan a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) Umum a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP)
Triwulan III
Triwulan IV
Triwulan I
2012 Triwulan II
Triwulan III
84.04 125.42 67.01
83.76 126.31 66.31
88.9 127.3 69.83
89.9 128.45 69.99
91.8 129.26 71.02
152.32 126.43 120.48
157.63 127.34 123.79
162.87 128.57 126.68
167.76 129.66 129.39
165.21 130.48 126.62
151.75 126.05 120.39
151.08 126.89 119.07
154.89 127.79 121.2
156.42 129.03 121.23
153.86 129.74 118.59
106.75 118.7 89.93
108.25 119.47 90.6
108.48 120.23 90.23
109.35 121.13 90.27
109.77 121.65 90.24
128.99 119.53 107.91
130.09 120.28 103.55
131.33 120.94 108.59
130.78 122.01 107.19
131.08 122.5 107.01
127.13 122.96 103.4
128.17 123.77 103.55
131.09 124.64 105.18
132.26 125.74 105.18
131.74 126.39 104.24
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, dari lima subsektor yang menyusun NTP Provinsi Kepri pada triwulan III-2012 tercatat tiga subsektor yang Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 47
mengalami kenaikan NTP, yaitu subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, dan subsektor peternakan. Sementara itu subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor perikanan mengalami penurunan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 48
BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL
Pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan IV-2012 diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya. Masih belum membaiknya perekonomian global menyebabkan perlambatan kinerja ekspor di Kepulauan Riau. Namun masih diminatinya Kepulauan Riau sebagai salah satu tujuan pergerakan arus modal global. grade
investment
Selain itu strategi BP Batam dalam melakukan promosi investasi
diperkirakan membawa dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau. Proyeksi IMF atas dunia pada tahun 2012 mengalami perlambatan atas proyeksi pada triwulan sebelumnya. Dari proyeksi tersebut perekonomian negara-negara maju sebagian besar terkoreksi kebawah. Pelemahan perekonomian negara tersebut diperkirakan menyebabkan investor melakukan investasi di negara berkembang seperti Indonesia. Sementara pelemahan perekonomian Singapura pada triwulan III-2012, terutama pada sektor manufacturing
dan
services
diperkirakan
memberikan
dampak
negatif
terhadap
perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan IV-2012. Dari sisi sektoral, sektor utama pemicu pertumbuhan Kepulauan Riau pada triwulan IV-2012 diperkirakan masih berasal dari sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Grafik6.1. Estimasi Pertumbuhan GDP Singapura
Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia
2010 World Output Advanced Economies United States Euro Area Japan United Kingdom Canada NIE's China India Indonesia Developing Asia Sumber : MTI SingaporeOkt-2012 (Updated)
5,3 3,2 3,0 1,9 4,4 2,1 3,2 8,5 10,4 10,8 6,2 9,7
Year over Year Latest Projections 2012 2013 3,9 3,3 3,6 1,6 1,3 1,5 1,7 2,2 2,1 1,4 -0,4 0,2 -0,7 2,2 1,2 0,7 0,0 1,2 2,5 1,7 2,2 4,0 2,1 3,6 9,2 7,8 8,2 7,1 4,9 6,0 6,5 6,0 6,3 7,8 6,7 7,2
2011
Sumber : IMF - WEO Okt-2012 (Updated)
Dari sisi inflasi, proyeksi inflasi tahun 2012 diperkirakan masih dalam batas bawah target inflasi tahun 2012 yaitu 4%+1% (yoy). Dari sisi internal, Peningkatan permintaan seiring musim liburan akhir tahun menjadi faktor pendorong terjadinya inflasi pada triwulan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 49
IV-2012. Selanjutnya, pola musiman komoditas volatile food yang menghadapi musim paceklik pada daerah sentra produksi, terutama untuk komoditas beras, dan cabe merah, pembatasan impor sayur dan buah, peningkatan ekspektasi pelaku usaha dan konsumen pada akhir tahun, seiring dengan musim liburan, dan penetapan UMK menjadi pendorong inflasi triwulan IV-2012. Dari sisi eksternal faktor pelemahan nilai tukar rupiah dan peningkatan harga komoditas dunia menjadi faktor pendorong peningkatan laju inflasi pada triwulan akhir 2012.
6.1
PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Pada triwulan IV-2012, laju pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau diproyeksi
pada kisaran 7,61±1%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,55% (yoy). Selanjutnya pada akhir tahun 2012, Bank Indonesia Batam memproyeksikan Provinsi Kepulauan Riau akan mengalami pertumbuhan 7,76±1%, lebih tinggi dari laju pertumbuhan tahun 2011 yang tercatat sebesar 6,67%. Grafik 6.2. Pertumbuhan Nilai Ekspor dan Impor
Tabel 6.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau year on year 2011 Tw-IV
TW-II
2012 Tw-III
Tw-IV (P)
year over year 2012(P)
2,68% 3,92% 8,21% 13,05% 3,34% 6,54%
0,09% 5,67% 5,58% 15,54% 6,83% 11,42%
5,81% 5,92% 6,06% 13,58% 2,44% -8,46%
7,36% 6,29% 15,36% 14,60% 2,60% -7,42%
3,12% 5,79% 8,47% 15,09% 4,77% 1,33%
SEKTOR EKONOMI - Pertanian 3,44% - Pertambangan & Penggalian 3,58% - Industri Pengolahan 5,35% - Listrik, Gas & Air Bersih 11,23% - Bangunan 10,13% - Perdagangan, Hotel & Restoran 7,49% - Pengangkutan & Komunikasi 10,26% - Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 8,34% - Jasa-Jasa 7,52% PDRB (termasuk migas) 6,30%
2,46% 7,01% 5,25% 7,11% 11,68% 10,97% 9,15% 8,55% 8,76% 7,25%
3,07% 7,52% 7,44% 5,56% 10,56% 12,07% 7,87% 8,75% 7,48% 8,55%
4,59% 8,32% 6,31% 5,98% 10,35% 10,40% 8,45% 6,28% 7,56% 7,61%
3,21% 6,89% 6,53% 7,36% 10,89% 10,65% 8,66% 7,82% 7,92% 7,77% 7,76%
KOMPONEN PENGGUNAAN - Konsumsi Rumah Tangga - Konsumsi Lembaga Swasta - Konsumsi Pemerintah - Pembentukan Modal Tetap Bruto - Ekspor Barang dan Jasa - Impor Barang dan Jasa
Sumber : BPS ProvinsiKepulauan Riau ; Keterangan: (P)Proyeksi Bank Indonesia Batamdalamkisaran ±1%
Sumber : DSM - BI
Akselerasi tertinggi pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2012 diperkirakan berasal dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran seiring dengan peningkatan aktifitas masyarakat pada saat musim liburan akhir tahun. Sedangkan pendorong ekonomi utama pada triwulan IV-2012 diperkirakan masih berasal dari sektor industri yang tumbuh 6,31% (yoy). Membaiknya pertumbuhan sektor industri diperkirakan berasal dari peningkatan aktivitas produksi seiring dengan masuknya investor baru sepanjang tahun 2012. Masih diminatinya Kepulauan Riau sebagai salah satu tujuan pergerakan arus modal global. Hal investment grade
,
diperkirakan menjadi faktor pemicu peningkatan investasi Kepulauan Riau pada triwulan IV2012.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 50
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan juga masih menjadi pendorong utama pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan IV-2012, yang terdorong oleh peningkatan permintaan akibat aktifitas masyarakat selama musim liburan akhir tahun 2012 yang menyebabkan peningkatan aktivitas kunjungan wisatawan domestik dan asing ke wilayah Batam. Sektor perdagangan, hotel dan restoran di periode triwulan IV-2012 diproyeksi mengalami percepatan pertumbuhan sebesar 10,40% (yoy).
6.2
PROSPEK INFLASI Inflasi pada triwulan IV-2012 diperkirakan akan mengalami peningkatan, seiring
dengan peningkatan permintaan masyarakat dan faktor ekspektasi masyarakat serta pelaku usaha selama musim liburan akhir tahun 2012. Dari sisi supply, kondisi cuaca yang tidak menentu pada daerah sentra produksi dikhawatirkan akan menyebabkan penurunan pasokan, hal tersebut juga mempengaruhi terhadap hasil tangkapan ikan. Dengan kondisi tersebut, laju inflasi pada triwulan IV-2012 diperkirakan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya Namun demikian peningkatan inflasi pada triwulan III tahun 2012 masih lebih rendah jika dibandingkan dengan peningkatan inflasi tahun 2011. Dengan asumsi tersebut, laju inflasi Kepulauan Riau diperkirakan berada dalam kisaran 3,24% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 2,32% (yoy). Perkiraan inflasi pada dua kota di Kepulauan Riau yang menjadi sampel pengukuran inflasi Nasional oleh BPS, yaitu Kota Batam dan Kota Tanjungpinang kecenderungan yang berbeda. Laju inflasi kota Batam pada triwulan IV-2012 diperkirakan melambat jika dibandingkan laju peningkatan tahun sebelumnya, dimana proyeksi tahunan berada pada kisaran 3,12±1% (yoy). Sedangkan Kota Tanjungpinang pada triwulan IV-2012 diperkirakan mengalami peningkatan dengan proyeksi inflasi sebesar 3,80±1% (yoy). Peningkatan ini diperkirakan berasal dari sisi permintaan, penurunan pasokan khususnya komoditas ikan segar, dan faktor ekspektasi. Grafik 6.3. Laju lnflasi Kota Batam
Sumber : BPS Kota Batam Ket. : InflasiNov & Des 2012adalahangkaproyeksi Bank Indonesia Batam
Grafik 6.4. Laju Inflasi Kota Tanjung Pinang
Sumber : BPS Kota Tanjungpinang Ket. : InflasiNov & Des2012 adalahangkaproyeksi Bank Indonesia Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 51
Pelemahan nilai tukar rupiah diperkirakan turut menjadi faktor pendorong peningkatan harga, terutama pada komoditas yang berasal dari impor (imported inflation). Meningkatnya harga komoditas dunia, terutama harga emas dan minyak diperkirakan juga turut menjadi faktor pendorong terjadinya inflasi pada triwulan IV-2012. Faktor ekspektasi peningkatan harga atas respon rencana kenaikan harga listrik dan kenaikan UMK menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan inflasi akhir tahun 2012. Grafik 6.5. Perkembangan Harga Komoditas Dunia
Grafik 6.6. Perkembangan Nilai Tukar IDR terhadap SGD & USD
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : IMF
Tabel 6.3. Prakiraan Kecepatan Angin, Tinggi Signifikan dan Frekuensi Terjadinya Gelombang Laut Di Perairan Selat Malaka dan Laut Natuna Bulan September - November 2012 Lokasi
Angin 10 m Rata – Rata (Knot) Sep-12
Okt-12
Nop-12
Selat Malaka
2-8
2-5
2-5
Laut Natuna
5-10
2-5
2-5
Tinggi Signifikan Rata – Rata (meter) Agust-12 0.4 - 1.0
Sep-12
Okt-12
Nop-12
0.4 - 1.0 0.4 - 0,75
0,1 - 0,5
0,75 - 1.5 1,00-1,50 1,25-2,00
0,5 -1,25
Frekuensi Gel. > 3 Meter Sep-12 0-5% 0 - 5%
Okt-12 0-5% 0 - 5%
Nop-12 0-5% 0 - 5%
Sumber : BadanMeteorologidanGeofisika, Pemutakhiran6 November2012
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III - 2012 52