BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan sebelumnya; A.
indikator
ekonomi
makro
daerah
pada
tahun
Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang menggambarkan capaian keberhasilan pembangunan perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi juga dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangan pembangunan ekonomi di suatu daerah untuk periode tertentu. Agar diperoleh gambaran tentang pertumbuhan ekonomi secara riil, maka digunakan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merangin yang digambarkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000, dari tahun 2008 sampai tahun 2014 rata-rata pertumbuhannya 7,03 persen pertahun. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Merangin berturut-turut, 5,99 persen di tahun 2008; 8,42 persen di tahun 2009; 7,85 persen di tahun 2010, 7,02 pada 2011 dan pada 2012, 2013 masing-masing tumbuh sebesar 6,47 persen dan 6,45 persen dan pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 6,52 persen. Hal ini sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1 berikut : Gambar 2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI KAB. MERANGIN dan PROVINSI JAMBI Tahun 2008-2014 (dalam persen)
9.00
8.54
8.42
8.00
7.00
7.16
6.00
5.99
7.85 7.35
7.88
7.44
7.02
6.47
6.39
7.51 6.52
6.45
5.00
Merangin
4.00
Jambi
3.00
2.00 1.00 2008 Sumber Data
2009
2010
2011
2012
2013
2014
: BPS Provinsi Jambi dan Kabupaten Merangin, diolah (Tahun 2015)
KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN ANGGARAN 2016
HAL:
6
B.
Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan output yang dihasilkan masyarakat pada suatu daerah tertentu. PDRB dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pembangunan di segala bidang yang telah menjangkau wilayah Kabupaten Merangin memerlukan adanya data statistik untuk perencanaan pembangunan khususnya di bidang ekonomi sekaligus evaluasi hasilnya. PDRB merupakan salah satu data yang digunakan untuk keperluan tersebut baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada tahun 2013, nilai PDRB di Kabupaten Merangin atas dasar harga berlaku mencapai Rp 5.240.829,91 juta; pada tahun 2000 sebesar Rp.690.389,00 juta berarti atas dasar harga berlaku PDRB berkembang 7,59 kali selama kurun waktu tersebut, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2013 mencapai Rp 1.435.815,84 juta yang berarti PDRB 2013 berkembang 2,08 kali lipat dari tahun 2000. Distribusi PDRB menurut sektor ekonomi atau lapangan usaha atas dasar harga berlaku menunjukkan peranan dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, sektor yang mendominasi dalam perekonomian Kabupaten Merangin adalah sektor pertanian dengan peranannya sebesar 37,44 persen. Subsektor tanaman perkebunan memberi sumbangan tertinggi terhadap sektor ini tiap tahunnya, yaitu tahun 2008 mencapai 20,00 persen, tahun 2009 mencapai 19,09 persen, tahun 2010 sebesar 18,75 persen, pada tahun 2011 sebesar 19,29 persen, lalu pada 2012 dan 2013 masing-masing sebesar 18,47 persen dan 18,03 persen. Sektor-sektor lain juga mempunyai peranan yang signifikan dalam perekonomian Kabupaten Merangin. Sektor-sektor tersebut antara lain sektor perdagangan hotel dan restoran yang berperan sebesar 17,57 persen serta sektor jasa-jasa yang menyumbang sebesar 12,28 persen terhadap total PDRB dan sekaligus menjadi sektor penyumbang terbesar kedua dan ketiga dalam pembentukan PDRB. Peranan sektor bangunan menempati urutan keempat setelah sektor jasa-jasa. Kontribusinya pada tahun 2013 sebesar 12,08 persen. Sektor pertambangan dan penggalian berperan sebesar 6,53 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 5,81 persen; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 4,32 persen; sektor industri pengolahan sebesar 3,32 persen terhadap pembentukan PDRB. Sektor listrik, gas dan air bersih memberikan kontribusi terkecil dalam pembentukan PDRB Kabupaten Merangin, yaitu 0,64 persen. Meskipun demikian, subsektor ini merupakan penunjang sektorsektor lainnya. Hal ini sebagaimana terlihat pada Gambar 2.2 berikut :
KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN ANGGARAN 2016
HAL:
7
Gambar 2.2 PERKIRAAN DISTRIBUSI MASING-MASING SEKTOR TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2013 ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (dalam persen)
Sumber Data : BPS Provinsi Jambi dan Kabupaten Merangin, diolah (Tahun 2014)
Pada tahun 2013, sektor yang mendominasi dalam perekonomian Kabupaten Merangin adalah sektor pertanian dengan peranannya sebesar 37,44 persen sebagaimana Gambar 2.3 berikut :
KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN ANGGARAN 2016
HAL:
8
Gambar 2.3 PERKIRAAN PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2013 ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN HARGA KONSTAN (dalam persen)
45 40 37.44
40.4
35 30 25 17.57 17.7
20 15 10 5 0
12.08 10.57 6.53 7.29 3.32 4.07 0.64 0.56
12.28 9.91 5.81 5.15 4.35 4.32
ADHB ADHK
Sumber: BPS Kabupaten Merangin, diolah (Tahun 2014)
Jika diklasifikasikan kesembilan sektor ekonomi tersebut ke dalam sektor primer, sekunder dan tersier, maka sektor primer (sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian) pada tahun 2013 memberikan kontribusi terbesar yaitu 43,97 persen. Sebelumnya, di tahun 2009, 2010, 2011, 2012 kontribusi sektor primer ini dalam pembentukan PDRB Kabupaten Merangin masing-masing sebesar 48,29 persen, 47,48 persen, 46,99 dan 45,55 persen. Kontribusi sektor sekunder menempati urutan ketiga dalam pembentukan PDRB Kabupaten Merangin tahun 2013 yakni sebesar 16,04 persen. Sebelumnya, 16,30 persen di tahun 2009; 16,09 persen di tahun 2010, 15,83 dan 15,84 di tahun 2011 dan 2012. Sektor tersier pada tahun 2008 sampai dengan 2013 memberikan pengaruh terbesar kedua setelah sektor primer yaitu mencapai 39,98 persen. Sebelumnya, di tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012, berturut-turut mencapai 36,6 persen, 35,42 persen, 36,42 persen, 37,19 persen dan 38,62 persen.dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini :
KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN ANGGARAN 2016
HAL:
9
Tabel 2.2 Struktur Perekonomian Kabupaten Merangin menurut Sektor Primer, Sekunder dan Tersier, 2008-2013 (dalam persen)
Sumber: BPS Kabupaten Merangin, diolah (Tahun 2014)
Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Merangin dimasa mendatang untuk lebih mengintensifkan upaya-upaya secara optimal agar masing-masing lapangan usaha memiliki kemampuan untuk tumbuh positif sehingga dimasa mendatang mampu memberikan kontribusi yang seimbang bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merangin secara umum. C. Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi Kabupaten Merangin pada dasarnya cenderung sama dengan tingkat inflasi Provinsi Jambi secara regional. Pada bulan Mei 2015 Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 1,18 persen dan Kabupaten Bungo inflasi sebesar 0,34 persen. Laju inflasi tahun kalender Kota Jambi sebesar minus 1,12 persen dan laju inflasi kalender Kabupaten Bungo sebesar minus 2,09 persen. Laju inflasi year on year Kota Jambi bulan Mei sebesar 6,04 persen, sementara year on year Kabupaten Bungo sebesar 6,21 persen. Inflasi di Kota Jambi terjadi karena adanya peningkatan indeks harga pada lima kelompok pengeluaran yaitu Kelompok Bahan Makanan sebesar 4,52 persen; Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 0,79 persen; Kelompok Sandang sebesar 0,37 persen; Kelompok Kesehatan sebesar 0,40 persen dan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 0,06 persen. Inflasi di Kabupaten Bungo terjadi karena adanya peningkatan indeks harga pada 6 (enam) kelompok pengeluaran KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN ANGGARAN 2016
HAL:
10
yaitu Kelompok Bahan Makanan sebesar 1,07 persen; Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 0,25 persen; Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 0,22 persen; Kelompok Kesehatan sebesar 0,17 persen; Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga sebesar 0,04 persen dan Kelompok Transport, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 0,02 persen. D. Pendapatan Perkapita
Pendapatan regional per kapita mencerminkan pendapatan penduduk Kabupaten Merangin yang tak lepas dari pengaruh PDRB.Pendapatan regional per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun pada tahun 2011 Rp.10.211.300; pada 2012 Rp 11.552.103 dan naik sebesar 13,26 persen pada tahun 2013 menjadi Rp 13.084.000. Demikian juga PDRB per kapita atas dasar harga berlaku, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir selalu mengalami kenaikan, tahun 2011 sebesar Rp.11.296.616.70 ; pada 2012 dan 2013 masing-masing sebesar Rp 12.829.541,05 dan Rp 14.617.549,18 yang berarti pada tahun 2013 terjadi kenaikan sebesar 13,94 persen dari tahun sebelumnya. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku tersebut tidak dapat dijadikan sebagai ukuran peningkatan kemakmuran ekonomi maupun penyebaran pendapatan di setiap strata ekonomi, karena pengaruh inflasi masih sangat dominan dalam pembentukan besaran PDRB maupun PDRN. Sebagiamana dilihat pada tabel 2.5 berikut ini :
KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN ANGGARAN 2016
HAL:
11
Gambar 2.5 PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Merangin, 2008-2013 (Rupiah)
Sumber: BPS Kabupaten Merangin, diolah (Tahun 2014)
2.2
Rencana target ekonomi makro pada tahun perencanaan.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merangin yang digambarkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000, dari tahun 2008 sampai tahun 2013 rata-rata pertumbuhannya 7,03 persen pertahun. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Merangin berturut-turut, 5,99 persen di tahun 2008; 8,42 persen di tahun 2009; 7,85 persen di tahun 2010, 7,02 pada 2011 dan pada 2012, 2013 masing-masing tumbuh sebesar 6,47 persen dan 6,45 persen.Semakin stabilnya harga barang beredar serta terpenuhinya pasokan kebutuhan pokok masyarakat diharapkan berdampak pada stabilitas inflasi Provinsi Jambi pada tahun 2015 yang diperkirakan sebesar 7,0 ± 1,0%, selengkapnya dapat dilihat tabel 2.4 berikut : Tabel 2.4 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI DAN NASIONAL TAHUN 2015 Pertumbuhan Lingkup Wilayah Inflasi Ekonomi Kab. Merangin 6,0 - 6,5 6,5 ± 1,0 Prov. Jambi 7,5 - 8,0 7,0 ± 1,0 Nasional 5,5 - 6,0 5,0 ± 1,0 Sumber Data : Bappenas, Bappeda Provinsi Jambi, Bappeda Kab. Merangin, diolah. *) angka sementara **) angka sangat sangat sementara
Prediksi PDRB Kabupaten Merangin tahun 2015 menurut harga berlaku diperkirakan sebesar Rp. 5.841.170,68 juta sedangkan menurut harga konstan diperkirakan sebesar Rp. 1.526.415,38 juta, selengkapnya lihat tabel 2.5 berikut :
KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN ANGGARAN 2016
HAL:
12
Tabel 2.5 PREDIKSI PDRB KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2015 (dalam juta rupiah) URAIAN 2010 2011 2012 PDRB ADHB (Milyar 3.249.319,89 3.858.506,29 4.491.134,80 Rupiah) PDRB ADHK (Milyar 1.183.697,85 1.266.789,65 1.348.801,16 Rupiah) Sumber Data : Bappeda Kab. Merangin, diolah (tahun 2015)
2013*
2014**
5.240.829,91
5.841.170,68
1.435.815,84
1.526.415,38
Pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diprediksi akan lebih baik dibanding tahun 2014. Mengacu pada perkiraan Produk Domestik Regional Bruto tahun 2015 sebagaimana tabel 2.6 diatas, Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merangin diprediksi mencapai 6,0 - 6,5%, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut : Tabel 2.6 PREDIKSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2015 (dalam persen) No. A.
B.
Sektor Sektor Primer 1 Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian Sektor Sekunder
1 Industri Pengolahan 2 Listrik, Gas dan Air Minum 3 Bangunan C. Sektor Tersier 1 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2 Pengangkutan, Pos dan Telekomunikasi 3 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4 Jasa-jasa Jumlah PDRB Sumber Data : Bappeda Kab. Merangin, diolah. (2015)
2015** ADHB
ADHK
15,49
4,12
47,35
39,43
16,00 16,96 17,43
5,54 10,32 8,65
21,57 25,39 19,91 16,25 11,46
8,51 11,06 9,91 4,89 6,31
Dari tabel prediksi pertumbuhan diatas, tampak bahwa Sektor Pertambangan dan Penggalian menjadi sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi. Namun jika dilihat dari kontribusi masingmasing sektor terhadap pertumbuhan ekonomi, tidak dapat dipungkiri bahwa sektor Pengangkutan, Pos dan Telekomunikasi menjadi penyumbang terbesar. Distribusi masing-masing lapangan usaha terhadap PDRB Kabupaten Merangin tahun 2015 sebagaimana tabel 2.7 dibawah ini :
KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN ANGGARAN 2016
HAL:
13
No.
Tabel 2.7 PREDIKSI DISTRIBUSI MASING-MASING SEKTOR PDRB KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2015 (dalam persen) 2015** Sektor ADHB ADHK
A.
Sektor Primer Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan 1 Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian B. Sektor Sekunder 1 Industri Pengolahan 2 Listrik, Gas dan Air Minum 3 Bangunan C. Sektor Tersier 1 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2 Pengangkutan, Pos dan Telekomunikasi 3 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4 Jasa-jasa Jumlah PDRB Sumber Data : Bappeda Kab. Merangin, diolah (2015)
39,89
43,05
6,45
6,62
3,45 0,70 12,14
4,16 0,54 9,71
15,92 4,78 4,02 12,64 100.00
16,76 4,78 4,08 10,29 100.00
Berdasarkan kondisi ekonomi Kabupaten Merangin tahun 2015 dan serta prediksi kondisi ekonomi tahun 2016 maka perekonomian makro Kabupaten Merangin akan diarahkan pada : 1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan mengembangkan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dominan, yang bertumpu pada peran ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Pertumbuhan ekonomi dengan percepatan yang lebih tinggi, terjaganya stabilitas ekonomi makro. Dengan pembenahan yang sungguh-sungguh pada sektor riil, diharapkan akan dapat mendorong peningkatan investasi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dengan fokus utama untuk menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Dalam hal ini diperlukan strategi kebijakan yang tepat dengan menempatkan prioritas pengembangan pada sektor-sektor yang mempunyai efek pengganda tinggi dalam menciptakan kesempatan kerja. 2. Menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif merupakan tantangan yang cukup berat karena ini menyangkut beberapa peraturan baik tingkat pusat maupun daerah. Perbaikan iklim investasi perlu dilakukan pemerintah daerah dengan mensikapi atas perbaikan di bidang peraturan perundang-undangan di daerah, perbaikan pelayanan, dan penyederhanaan birokrasi. 3. Menyediakan infrastruktur yang cukup dan berkualitas. Hal ini merupakan prasyarat agar dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai akan menjadi kendala bagi masuknya investasi. 4. Meningkatkan daya saing ekspor daerah, untuk mencapai peningkatan pertumbuhan nilai ekspor. Pertumbuhan ekspor akan mempengaruhi keberlangsungan usaha dan perekonomian daerah sehingga dapat mempertahankan ketersediaan lapangan kerja bahkan mungkin dapat menambah lapangan kerja. 5. Meningkatkan partisipasi swasta melalui kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan swasta (publik-private partnership). KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN ANGGARAN 2016
HAL:
14
6.
7.
8.
9.
Tantangan ini menjadi cukup penting karena terbatasnya sumber daya pemerintah dalam pembiayaan pembangunan, terutama terkait dengan efisiensi pembiayaan investasi dan penyediaan infrastruktur yang bervariasi dan berkualitas. Meningkatkan pelayanan dan penyediaan fasilitas ekonomi seperti pasar dan kawasan khusus PKL secara memadai bagi pelaku ekonomi dan masyarakat luas untuk mendukung kegiatan bisnis di Kabupaten Merangin , di samping menciptakan lapangan kerja. Mengembangkan program-program bagi perusahaan yang berskala mikro dengan menyediakan modal umpan (seed capital) melalui pendekatan pemberian pinjaman kelompok (a group lending approach) dalam rangka membangun modal sosial kolektif serta meningkatkan kepemilikan dan pembentukan modal lokal di Kabupaten Merangin. Memfasilitasi pengembangan koperasi di berbagai bidang dan lokasi usaha di Kabupaten Merangin sebagai bentuk bisnis yang dimiliki dan dikelola bersama-sama oleh pekerja untuk meningkatkan kemampuan menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan melalui sumber daya bersama. Membangun promosi bersama (joint marketing) dalam memasarkan potensi daerah dengan melalui kerjasama pemerintah dengan pemerintah, dan pemerintah dengan swasta serta masyarakat.
KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN ANGGARAN 2016
HAL:
15