Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung
BAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO
3.1.
Perkiraan Kondisi Ekonomi Tahun 2006 Stabilitas
perekonomian
merupakan
syarat
untuk
tercapainya
peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam hal ini pemerintah sebagai fasilitator (agent of development) dapat memberikan jaminan kepastian berusaha. Sedangkan ketidakstabilan akan menimbulkan biaya tinggi bagi perekonomian, sebagai contoh inflasi yang tinggi menyulitkan pembedaan pergerakan
harga
yang
disebabkan
oleh
perubahan
permintaan
atau
penawaran barang dan jasa dari kenaikan umum harga-harga yang disebabkan oleh permintaan yang berlebih. Sehingga pada akhirnya akan berdampak terhadap penurunan daya beli masyarakat. Dengan demikian keberhasilan pembangunan dapat diindikasikan melalui pencapaian stabilitas perekonomian melalui indikator pertumbuhan ekonomi, yang pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor produksi (sektor riil), kebijakan moneter dan inflasi, serta situasi dan kondisi umum serta pengaruh global. Disamping itu perkembangan daerah sekitar juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan, dimana saat ini rata-rata tingkat LPE Kota
Bandung mencapai 7%,
masih diatas rata-rata LPE daerah
sekitarnya yang hanya mencapai kisaran 3 – 5%, serta masih diatas capaian LPE Provinsi Jawa Barat yang mencapai 5,31% untuk tahun 2005. Sehubungan dengan hal tersebut maka laju pertumbuhan ekonomi kota Bandung tahun 2006 diharapkan dapat mencapai 7,61 % dalam kondisi normal 125
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung
dan dalam kondisi optimistik mencapai 7,75%, dengan
kontribusi laju
pertumbuhan dari sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar. Peningkatan LPE tersebut didorong oleh peningkatan nilai investasi dalam bentuk Pembentukan modal tetap Bruto (PMTB) berkisar antara Rp 6.2 – 6.3 trilyun. Dengan pertumbuhan ekonomi tersebut diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sebesar 985.215 orang. Tabel berikut ini menyajikan pertumbuhan PDRB berdasarkan lapangan usaha sampai tahun 2005 dan perkiraan tahun 2006. Tabel 3.1 Laju Pertumbuhan PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2000 – 2005 ADH KONSTAN Pertanian
2001
2002
2003
2004
Rerata Tumbuh
-2.42
-2.02
1.89
-5.20
-1.93
0
0
0
0
0
11.25
9.65
6.88
6.17
8.48
Listrik, Gas dan Air Bersih
3.13
11.28
10.29
10.25
8.73
Bangunan Kontruksi
2.44
5.32
7.92
7.55
5.80
6.27
5.52
7.13
9.26
7.045
11.28
10.47
6.97
8.26
9.2
Jasa Perusahaan
5.71
4.86
14.87
8.29
8.43
Jasa-jasa
3.24
3.83
4.63
4.67
4.09
PDRB
7.54
7.13
7.34
7.49
7.37
Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan
Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, persewaan dan
*) Angka Sementara 126
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung
Sumber : BPS Kota Bandung th 2001-2004, data diolah Bappeda
3.2. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2007 Karakterisktik
Kota
Bandung
sebagai
kota
metropolitan,
membawa
konsekuensi terhadap perkembangan struktur perekonomian yang mengarah kepada semakin siginifikannya peranan sektor tersier (sektor jasa-jasa) terhadap PDRB Kota Bandung pada tahun 2005 memberikan kontribusi sebesar 63,04%, diikuti oleh sektor sekunder (Industri Pengolahan) sebesar 33,01%, dan sektor primer yang memberikan kotribusi sebesar 0,32%. Kontribusi tersebut secara terinci diuraikan kedalam 53 sektor yang tertuang dalam Tabel Input - Output dengan menggunakan analisis indeks komposit dapat ditelusuri sektor unggulan apa saja yang berperan dalam struktur perekonomian tersebut, dengan memperhatikan beberapa variabel sebagai berikut : 1. Besarnya kontribusi PDRB Kota Bandung; 2. Efek relatif dari kenaikan output sektor terhadap peningkatan output sektor lainnya (indeks daya penyebaran); 3. Efek relatif dari peningkatan output suatu sektor terhadap dorongan peningkatan output sektor-sektor lainnya (nilai indeks derajat kepekaan); 4. Pengaruh permintaan akhir sektor terhadap total output perekonomian secara total (multiplier output); 5. Pengaruh pengganda pendapatan; 6. Pengaruh penyerapan tenaga kerja.
127
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung
Dari hasil analisis tersebut maka didapat nilai indeks komposit 53 sektor kegiatan unggulan ekonomi di Kota Bandung sebagai berikut : Tabel 3.2 Sektor Unggulan berdasarkan Analisis Indeks Komposit KODE
SEKTOR
[1]
[2]
Nilai Indeks Komposit [3]
42
Jasa Komunikasi
175,320
35
Perdagangan
175,190
23
18
Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia lainnya Industri kayu dan barang-barang lainnya terbuat dari kayu, bambu, gabus dan rotan
173,040
160,400
43
Bank dan lembaga keuangan lainnya
157,490
36
Perhotelan
142,600
13
Industri tekstil, kecuali untuk pakaian jadi
128,320
32
Listrik
125,070
44
Jasa Perusahaan
120,240
25
Industri barang-barang dari plastik kecuali furnitur
112,760
14
Industri perajutan
110,340
15
Industri pakaian jadi, kecuali untuk alas kaki
109,980
41
Jasa Penunjang angkutan
109,590
12
Industri makanan , minuman dan tembakau
105,400
128
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung
16 40 20
Industri kulit dan barang dari kulit, kecuali untuk alas kaki Jasa Angkutan udara Industri kertas ,barang dari kertas dan sejenisnya
104,760 104,750 104,620
34
Bangunan
104,360
47
Jasa Pendidikan pemerintah
103,960
17
Industri alas kaki
103,270
24
Industri karet dan barang-barang dari karet
102,820
46
Jasa Pemerintahan umum
101,920
28
27
Industri mesin dan peralatannya termasuk perlengkapannya Industri logam dasar dan barang dari logam, kecuali mesin dan peralatannya
100,710
100,470
29
Industri alat angkutan
99,051
38
Jasa Angkutan rel
96,656
30
Industri peralatan professional, ilmu pengetahuan, pengukur dan pengatur
96,430
21
Industri penerbitan dan percetakan
96,222
48
Jasa Kesehatan pemerintah
95,976
9
Perikanan dan hasil perikanan lainnya
94,053
50
Jasa Kesehatan Swasta
93,491
31
Industri pengolahan lainnya
92,737
26
Industri barang galian bukan logam
91,899
129
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung
49
Jasa Pendidikan swasta
91,817
39
Jasa Angkutan jalan
90,764
33
Air Bersih
89,301
19
Industri furnitur semua bahan
85,727
53
Jasa perseorangan dan rumah tangga
83,417
52
Jasa rekreasi, kebudayaan, dan olah raga
82,619
37
Restoran
81,725
8
Ternak, unggas dan hasil-hasilnya
80,309
45
Real Estate dan Usaha Persewaan
79,323
51
Jasa Kemasyarakatan Swasta Lainnya
78,208
2
Jagung
74,045
1
Padi
73,170
4
Ubi jalar
71,044
3
Ketela pohon
71,020
6
Buah-buahan
70,532
7
Sayur-sayuran
69,371
5
Kacang Tanah
69,288
10
Hasil pertanian lainnya
66,695
22
Industri pengilangan minyak bumi
52,395
11
Barang tambang dan hasil galian lainnya
45,344
Sumber
: Data BPS diolah Bappeda
Nilai Indeks komposit tersebut menunjukkan nilai keunggulan dari masing-masing sektor. Sektor kegiatan yang memiliki nilai indeks komposit lebih besar dari rata-rata, menandakan sektor tersebut menjadi sektor 130
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung
unggulan di Kota Bandung. Sektor kegiatan yang menjadi sektor unggulan di Kota Bandung adalah 24 sektor yang meliputi sektor jasa komunikasi dengan nilai indeks komposit terbesar yaitu (175,32), sektor perdagangan menjadi sektor terbesar kedua dengan nilai indeks komposit sebesar (175,19), terbesar ketiga adalah sektor Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia lainnya sebesar (173,04), Industri kayu dan barang-barang lainnya terbuat dari kayu, bambu, gabus dan rotan sebesar
(160,400), sektor bank dan lembaga
keuangan lainnya sebesar (157,490), sektor perhotelan (142,600), sektor Industri tekstil, kecuali untuk pakaian jadi (128,320), listrik sebesar (125,070), jasa perusahaan sebesar (120,240), Industri barang-barang dari plastik kecuali furniture (112,760), Industri perajutan (110,340), Industri pakaian jadi, kecuali untuk alas kaki (109,980), Jasa Penunjang angkutan (109,590) Industri makanan , minuman dan tembakau (105,400) Industri kulit dan barang dari kulit, kecuali untuk alas kaki (104,760), Jasa Angkutan udara (104,750), Industri kertas ,barang dari kertas dan sejenisnya (104,620), Bangunan (104,360), Jasa Pendidikan pemerintah (103,960) Industri alas kaki (103,270 ) Industri karet dan barang-barang dari karet (102,820) Jasa Pemerintahan umum (101,920) Industri mesin dan peralatannya termasuk perlengkapannya (100,710) Industri logam dasar dan barang dari logam, kecuali mesin dan peralatannya (100,470) Dari ke-24 (dua puluh empat) sektor unggulan tersebut terbagi ke dalam klasifikasi sektor industri pengolahan terdiri dari 12 (dua belas) sektor, dan sektor jasa – jasa 12 (dua
belas ) sektor. Dengan demikian
strategi
pertumbuhan ekonomi kota Bandung harus berbasis pada ekonomi jasa, sesuai dengan karakteritik kota Bandung sebagai kota metropolitan. Kenyataaan ini harus disikapi dengan
penetapan kebijakan ekonomi yang mendorong 131
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung
pengembangan sektor jasa melalui penciptaan iklim yang kondusif yang mencakup peningkatan pelayanan publik (regulasi, perbaikan infrastruktur, kenyamanan berusaha). Berdasarkan kondisi tersebut, diperkirakan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung tahun 2007 diperkirakan masih berada pada kisaran 7% yaiitu 7,61% dalam kondisi normal dan 7,75% pada kondisi optimis. Untuk dapat mencapai
pertumbuhan ekonomi tersebut, pemerintah
sebagai fasilitator berperan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif, mengingat investasi
memiliki peran yang penting dalam mendorong
perekonomian suatu daerah. Berdasarkan pada perkiraan laju pertumbuhan ekonomi yang telah disebutkan dengan asumsi sektor produksi terus melakukan inovasi atau menggunakan teknologi yang lebih baik, maka tingkat investasi tersebut akan memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Berdasarkan kondisi normal, perkiraan pertumbuhan kebutuhan investasi pada tahun 2007 mencapai 20%
atau total investasi yang dibutuhkan
mencapai RP 6,6 trilyun, dengan perkiraan serapan tenaga kerja
berdasarkan
kondisi normal, tahun 2007 secara akumulatif mencapai 913.190 orang, sedangkan berdasarkan skenario optimis, angka tersebut mencapai 931.454 orang. Dalam
mendorong
pemerintah tidak dapat
pencapaian
pertumbuhan
ekonomi
tersebut
bekerja sendirian tetapi perlu pelibatan berbagai
Stakeholder, hal ini sesuai dengan peran pemerintah sebagai fasilitator dan regulator dalam menyediakan
pelayanan publik dalam rangka menciptakan
iklim investasi yang kondusif. Implikasi dari pencapaian pertumbuhan tersebut diperkirakan
membutuhkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota 132
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung
Bandung tahun 2007, yang didasarkan atas perhitungan secara sederhana melalui proporsi Anggaran angka rata-rata terhadap PDRB atas dasar harga berlaku
dengan
asumsi
rata-rata
inflasi
8%,
adalah
sebesar
Rp
1.410.087.202,800,-. Anggaran pembangunan daerah semata mata ditujukan untuk menciptakan iklim usaha yang bersifat eskalatif sehingga anggaran pembangunan harus difokuskan pada upaya perbaikan pelayanan publik, misalnya perbaikan kwalitas sumber daya manusia, penataan kota, perbaikan dalam pelayanan ekonomi jasa, perbaikan aparatur pemerintahan.
Perkiraan PDRB Kota Bandung Tahun 2005-2007 (harga konstan 2000) (dalam juta rupiah) Tahun
Normal
Optimis
2000
18.732.422
18.732.422
2001
20.458.341
20.458.341
2002
21.854.641
21.854.641
2003
23.420.125
23.420.125
2004
25.169.540
25.169.540
2005
21.370.696
2006*
22.439.230
23.080.351
2007*
25.766.103
26.338.683
30.919.323 2008* *) Angka sangat sementara
31.606.419
133
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung
3.3
Peningkatan Optimalisasi Anggaran Penyusunan prioritas program pada proses perumusan RAPBD Kota Bandung 2007 ini ditujukan untuk meningkatkan optimalisasi anggaran, dimana Pemerintah Kota Bandung menyusun program dan kegiatan yang berbasis pada pertumbuhan ekonomi Kota Bandung 11% pada 2008. Struktur anggaran yang optimal dapat dicapai apabila seluruh komponen pendapatan daerah dan belanja daerah diukur dalam sebuah proyeksi kinerja Pemerintah Kota secara menyeluruh. Pencapaian kinerja yang dimaksud adalah pengukuran tingkat output dari suatu program dan atau kegiatan, dimana paradigma baru yang ingin dibangun dalam menyelenggarakan sistem pemerintahan saat ini adalah customer
satisfaction (kepuasan publik). Publik harus dimaknai sebagai “pelanggan”, dan aparatur Pemerintah Kota Bandung sebagai penyedia pelayanan publik (public
service provider). Dengan demikian, peningkatan kualitas pelayanan publik harus senantiasa menjadi salah satu inti dari pelayanan prima Pemerintah Kota Bandung. Pemahaman paradigma dimana publik menjadi pelanggan (customer) sesungguhnya membutuhkan perubahan sikap, perilaku dan tindakan secara drastis dari seluruh aparat Pemerintah Kota Bandung untuk senantiasa meningkatkan kualitas SDM dan adanya sebuah Sistem Operasional dan Prosedur (SOP) tentang Standar Kualitas Pelayanan Publik, sehingga seluruh unit kerja dan SKPD mengacu tidak hanya pada tugas pokok dan fungsi semata, melainkan melakukan inovasi dan terobosan dalam ruang lingkup ketatalaksanaan Pemerintah Kota Bandung, namun yang ingin dicapai adalah
134
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung
adanya kepuasan masyarakat atas kinerja Pemerintah Kota Bandung secara menyeluruh. Optimalisasi anggaran juga memerlukan dukungan politik (political will) dari pada pimpinan dalam hal ini Walikota dan juga masing-masing pimpinan unit kerja dan SKPD, tentunya hal ini berimplikasi pada produktivitas dan kinerja aparatur Pemerintah Kota yang berwibawa, bertanggungjawab, efisien, akuntabel, dan transparan.
3.4
Mendukung Laju Pertumbuhan Ekonomi 11% Pada 2008 Program dan kegiatan yang akan disusun dalam APBD 2007 ini diusulkan sebagai usaha dalam sebuah kerangka mendukung laju pertumbuhan ekonomi 11% pada 2008, dengan pendekatan alokasi anggaran pada 4 (empat) aspek atau indikator, yaitu:
a.
Kesempatan Kerja Aspek kesempatan kerja merupakan indikator
yang paling relevan
dalam usaha Pemerintah Kota Bandung meningkatkan kesejahteraan masyarakat, selain itu usaha ini pun akan secara tidak langsung dapat menurunkan angka pengangguran.
Namun, pada dasarnya aspek kesempatan kerja ini akan menjadi faktor pendukung dalam upaya masyarakat dalam memperoleh akses pekerjaan, akses sumberdaya keuangan, akses kemudahan informasi yang disediakan Pemerintah Kota Bandung, dan banyak hal lain 135
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung
dimana
Pemerintah menjadi
penyedia
pelayanan
publik
yang
memberikan berbagai kemudahan dan akses bagi masyarakat.
Dalam aspek kesempatan kerja ini, tentu tidak cukup hanya instrumen Pemerintah Kota Bandung saja yang menyediakan pelbagai bentuk penyediaan pelayanan publik ini, justru pihak stakeholder lainnya dapat dilibatkan dan menjadi bagian terintegrasi dalam suatu sistem
pelayanan
publik
Pemerintah
Kota
yang
mendorong
terwujudnya kepuasan publik (customer satisfaction).
b.
Pembangunan Infrastruktur Aspek pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari usaha meningkatkan sarana dan prasarana fasilitas umum dan pelbagai bentuk penyediaan pelayanan publik. Hal ini juga mendukung tersedianya sebuah kebutuhan dasar bagi peningkatan pelayanan publik bagi warga kota, sebagai bagian dari apa yang telah mereka bayarkan dalam bentuk pajak daerah dan retribusi daerah.
Pembangunan infrastruktur juga mengakselarasi pertumbuhan sektor riil, dimana dengan demikian semakin lengkapnya sarana dan prasarana infrastuktur Kota diharapkan terwujudnya sinergitas pengembangan kapasitas ekonomi kota dan mendorong sektor riil untuk meningkatkan produktivitas dalam skala Kota. Oleh karena itu, pembangunan
infrastruktur
menjadi
bagian
penting
dalam
pencapaian laju pertumbuhan ekonomi 11% Kota Bandung pada 2008. 136
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung
c. Peningkatan Kapasitas Investasi dan Produksi Jasa Aspek peningkatan kapasitas investasi dan produksi jasa merupakan indikator yang dapat diukur dari kinerja program dan kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Kota Bandung. Untuk itu, program dan kegiatan yang dimaksud harus mendorong faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan investasi dan produksi jasa Kota.
Kapasitas investasi dan produksi jasa merupakan faktor-faktor dari instrumen penyediaan pelayanan publik Pemerintah Kota Bandung dalam hal upaya-upaya melakukan deregulasi perijinan, memberikan insentif bagi pembangunan di kawasan Timur dan Gedebage, memberikan insentif pajak daerah sesuai kewenangan yang dimiliki Pemerintah Kota Bandung dalam hal meningkatkan sektor riil yang akan meningkatkan produksi jasa.
d.
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Aspek peningkatan kualitas pelayanan publik senantiasa menjadi perhatian utama Pemerintah Kota Bandung, hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Bandung sangat memperhatikan apa yang diperoleh masyarakat dalam pelayanan publik.
Peningkatan
kualitas
pelayanan
publik
merupakan
komitmen
Pemerintah Kota Bandung sebagai bentuk pertanggung-jawaban aparatur dalam mengemban amanah untuk memberikan yang terbaik dalam pelayanan pada masyarakat.
137
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung
Untuk itu, Pemerintah Kota Bandung dalam implementasi program dan kegiatannya senantiasa melakukan pelbagai perbaikan dalam usahanya meningkatkan kualitas pelayanan publik yang lebih dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. 3.5.
Kebijakan Alokasi Anggaran
3.5.1.
Dasar Pertimbangan Alokasi Anggaran
Dalam penyusunan anggaran, perlu kiranya Pemerintah Kota Bandung mempertimbangkan
beberapa
hal
di
bawah
ini
sebagai
dasar
pertimbangan dalam alokasi anggaran, yaitu sebagai berikut:
A. Kesejahteraan Masyarakat Anggaran yang dikelola Pemerintah Kota Bandung kiranya didorong untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Untuk itu, dibutuhkan komitmen tinggi dari seluruh aparatur Pemerintah Kota Bandung agar tata kelola anggaran menjadi lebih efiesien, transparan dan akuntabel.
Dengan demikian, pada
penyusunan program dan kegiatan di masing-masing unit kerja dan SKPD diharapkan dapat memperhatikan hal-hal mendasar yang dibutuhkan masyarakat, khususnya pelayanan pendidikan dasar dan pelayanan kesehatan dasar.
B. Ketahanan
Sosial,
Budaya,
Ekonomi,
Politik
dan
Pemerintahan
138
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung
Pola penyusunan anggaran pula harus memperhatikan aspek ketahanan sosial, budaya, ekonomi, politik dan pemerintahan, dimana ketahanan ini dapat memberikan suatu kekuatan dari dalam meningkatkan kinerja Pemerintah Kota Bandung dalam memberikan pelayanan pada masyarakat.
Dampak dari ketahanan sosial, budaya, ekonomi, politik dan pemerintahan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat pada pemerintah.
C. Pembangunan Berwawasan Lingkungan Berdasarkan
visi
Kota
Bandung
yang
bermartabat,
maka
pembangunan berwawasan lingkungan harus menjadi komitmen Pemerintah Kota, sehingga terciptanya suatu kondisi lingkungan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik, penguatan dan pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kualitas ekosistem Kota Bandung.
D. Pembangunan Berkelanjutan Pemerintah Kota Bandung mendukung prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
yang
berbasis
pada
upaya-upaya
pelestarian
sumberdaya alam, dengan sebuah paradigma pembangunan dimana konsumsi sumberdaya alam yang dilakukan generasi saat ini tanpa mengurangi hak generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhannya atas pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia
139
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung
3.6.
Perkiraan APBD 2007 Perkiraan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun
2007, disesuaikan dengan Struktur APBD dalam Permendagri No 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagai berikut :
140
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 2007 Kota Bandung
Tabel 3.3
Proyeksi Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Daerah
No
TAHUN
Uraian 2006
1
PENDAPATAN DAERAH
1.1
Pendapatan Asli Daerah
1.2 1.3
2 2.1 2.2
3.
2007
1,269,067,282,000
1,410,087,
233,770,032,000
250,614,
Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan daerah Yang Sah
1,034,797,250,000
1,158,972,
BELANJA DAERAH
1,296,392,685,000
1,394,651,
Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung (Program dan Kegiatan SKPD)
814,427,578,000
912,158,
353,785,607,000
453,232,
PEMBIAYAAN DAERAH
(32,479,903,000)
4,436,
141