REPUBLIK INDONESIA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan sebelumnya. Sejalan dengan berkurangnya permintaan uang, suku bunga SBI 1 bulan menurun menjadi 16,9%. Pada akhir Januari 2002, kurs rupiah sedikit menguat dibandingkan akhir bulan sebelumnya dengan volatilitas yang lebih rendah. Kinerja pasar modal mengalami perbaikan. IHSG meningkat menjadi 451,6 setelah selama sekitar tiga bulan tertekan di bawah 400. Sejalan dengan itu nilai kapitalisasi pasar naik sekitar 14% dibandingkan dengan akhir bulan sebelumnya. Stabilnya kurs rupiah dan menurunnya peredaran uang tidak cukup kuat menahan laju inflasi yang didorong antara lain oleh kenaikan harga BBM dan TDL serta gejolak harga bahan pokok terutama beras. Dalam bulan Januari 2002, laju inflasi mencapai 1,99% sehingga selama setahun (y-o-y), laju inflasi mencapai 14,42% Dalam keseluruhan tahun 2001, total nilai ekspor turun 9,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Ekspor migas dan nonmigas masing-masing turun sekitar 12,1% dan 9,1%. Nilai persetujuan PMDN dan PMA dalam tahun 2001 menurun cukup tajam dibandingkan tahun sebelumnya, masing-masing sekitar 36,5% dan 58,0%. Mengingat peranan investasi sangat penting dalam mempercepat pemulihan ekonomi, upaya terpadu untuk menggalakkannya perlu ditingkatkan. Fungsi intermediasi perbankan secara bertahap menunjukkan perbaikan. Posisi dana yang dihimpun pada bulan Desember 2001 meningkat 11,9% dibandingkan bulan yang sama tahun 2000. Dalam kurun waktu yang sama, penyaluran kredit meningkat sekitar 14,3%, didorong terutama oleh kredit konsumsi. Posisi uang primer akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan sebelumnya
Sejalan dengan berkurangnya permintaan uang oleh masyarakat, posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan sebelumnya. Adapun dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya (y-o-y), laju pertumbuhan uang primer bulan Januari 2002 melambat menjadi sekitar 12,8%.
2
Suku bunga SBI 1 bulan menurun.
Dengan berkurangnya permintaan uang, suku bunga dalam negeri mengalami sedikit penurunan. Pada akhir Januari 2002, suku bunga SBI (rata-rata tertimbang) 1 bulan menurun menjadi 16,9% dari 17,6% pada bulan sebelumnya.
Kurs rupiah pada akhir Januri 2002 sedikit menguat dan ditutup pada nilai tukar level Rp 10.320 /US$.
Nilai tukar rupiah pada akhir bulan Januari ini ditutup pada kurs Rp 10.320 per dolar AS, sedikit menguat dibandingkan akhir bulan lalu yaitu Rp 10.400 per dolar AS. Demikian pula volatilitas rupiah selama bulan Januari 2002 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Selama empat bulan terakhir, pergerakan nilai tukar rupiah relatif stabil.
Kinerja pasar modal mengalami perbaikan. IHSG meningkat di atas 400 dan nilai kapitalisasi pasar naik sekitar 14%.
Kinerja pasar modal mengalami perbaikan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) meningkat cukup tajam dan ditutup pada tingkat 451,6, naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat 392,0. Sejak awal Oktober 2001, IHSG terus tertekan di bawah 400. Sejalan dengan itu nilai kapitalisasi pasar meningkat menjadi Rp 272,9 triliun atau naik 14,0% dibandingkan akhir bulan sebelumnya.
Laju inflasi Januari 2002 mencapai 1,99%. Selama setahun (y-o-y), laju inflasi mencapai 14,42%.
Stabilnya nilai tukar rupiah dan menurunnya peredaran uang tidak cukup kuat menahan laju inflasi yang didorong antara lain oleh kenaikan harga BBM dan TDL rata-rata sebesar 22% dan 6%. Kenaikan harga BBM dan TDL serta announcement effect yang ditimbulkan oleh penundaannya telah meningkatkan harga pada semua kelompok pengeluaran. Dalam bulan Januari 2002, laju inflasi mencapai 1,99%. Kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; bahan makanan; dan perumahan, berturut-turut sebesar 2,77%; 2,74%; dan 2,40%. Dengan perkembangan tersebut, laju inflasi setahun (y-o-y, Februari 2001 – Januari 2002) mencapai 14,42%. Ringkasan perkembangan inflasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
RINGKASAN PERKEMBANGAN INFLASI Jan. 2002 Feb. 2001 - Jan. 2002 (y-o-y) 1,99 14,42 Jan. 2001 Feb. 2000 - Jan. 2001 (y-o-y) 0,33 8,28 Sumber: BPS
Kenaikan harga beras memberi sumbangan yang besar, yaitu sekitar 0,74% dari total inflasi 1,99%.
Dalam bulan Januari terjadi kenaikan harga beras yang cukup tinggi. Sumbangan kenaikan harga beras dalam pembentukan inflasi bulan Januari 2002 mencapai 0,74% dari total inflasi sebesar 1,99%. Kenaikan harga beras terutama di Jakarta disebabkan oleh bencana banjir di beberapa daerah yang menurunkan pasokan beras dari daerah ke Jakarta. Banjir yang terjadi di Jakarta dan beberapa kota lainnya dikuatirkan akan mengganggu distribusi pasokan beras sehingga dapat mengakibatkan laju inflasi yang tinggi pada bulan Februari 2002.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
3
Ekspor bulan Desember 2001 mencapai US$ 3,99 atau naik sekitar 4,1% dibandingkan bulan sebelumnya.
Total nilai ekspor dalam bulan Desember 2001 mencapai US$ 3,99 miliar atau naik sekitar 4,1% dibandingkan bulan sebelumnya. Meningkatnya penerimaan ekspor tersebut didorong oleh kenaikan ekspor migas sebesar 6,3% dan ekspor non-migas sebesar 3,5%. Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, kenaikan ekspor non-migas terjadi hampir pada seluruh mitra dagang utama. Nilai ekspor pada tiga negara tujuan ekspor terbesar yaitu Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura, berturut-turut meningkat 18,7%, 7,0%, dan 21,1%.
Total nilai ekspor dalam keseluruhan tahun 2001 menurun 9,8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Meskipun terjadi kenaikan pada bulan Desember, dalam keseluruhan tahun 2001 total nilai ekspor hanya mencapai US$ 56,04 miliar atau turun sebesar 9,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dalam kurun waktu tersebut, ekspor migas dan non-migas turun masing-masing sebesar 12,1% dan 9,1%. Penurunan ekspor nonmigas tersebut terutama terjadi pada kelompok komoditi industri dan pertanian masing-masing sekitar 11,1% dan 9,0%. Sementara itu nilai ekspor komoditi pertambangan dan lainnya mengalami kenaikan sebesar 18,7%. Persentase penurunan nilai ekspor sepanjang tahun 2001 merupakan yang tertinggi selama 12 tahun terakhir. Hal ini antara lain disebabkan oleh perlambatan perekonomian dunia yang terjadi selama tahun 2001.
Total nilai impor pada bulan Desember 2001 turun 1,1% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Total nilai impor pada bulan Desember 2001 tercatat sebesar US$ 2,00 miliar atau turun 1,1% dibandingkan bulan sebelumnya disebabkan oleh turunnya impor non-migas sebesar 2,9%; sedangkan, impor migas mengalami kenaikan sebesar 7,2%.
Total nilai impor keseluruhan tahun 2001 mengalami penurunan sebesar 8,1% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Dengan demikian total nilai impor selama tahun 2001 mencapai angka US$ 30,79 miliar atau turun sebesar 8,1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Menurut golongan penggunaan barang, impor barang konsumsi dan bahan baku/penolong, dan barang modal berturut-turut menurun sebesar 17,5%; 8,3%; dan 2,2%. Ringkasan perkembangan ekspor dan impor dapat dilihat pada tabel berikut ini.
EKSPOR Migas Nonmigas IMPOR Migas Nonmigas Sumber: BPS
RINGKASAN EKSPOR DAN IMPOR (US$ miliar) Nov. Des. PertumJan - Des 2001 2001 buhan (%) 2000 3,83 3,99 4,1 62,12 0,81 0,87 6,3 14,37 3,02 3,13 3,5 47,76 2,03 2,00 -1,1 33,51 0,35 0,38 7,2 6,02 1,67 1,62 -2,9 27,50
Jan - Des 2001 56,04 12,63 43,41 30,79 5,46 25,33
Pertumbuhan (%) -9,8 -12,1 -9,1 -8,1 -9,4 -7,9
Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia melalui 13 pintu
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
4
Dalam tahun 2001, jumlah wisman ke Indonesia melalui 13 pintu masuk naik 1,0% dibandingkan tahun sebelumnya.
masuk pada bulan Desember 2001 tercatat 309 ribu orang atau naik 1,9% dibandingkan bulan sebelumnya. Dalam keseluruhan tahun 2001, jumlah wisatawan mancanegara meningkat menjadi 4,2 juta orang atau naik 1,0% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Pada dua pintu masuk yaitu bandara Soekarno-Hatta dan Batam, jumlah wisman meningkat masing-masing sebesar 1,9% dan 1,0%; sedangkan pada pintu masuk bandara Ngurah Rai menurun sekitar 3,1%.
Nilai persetujuan PMDN dan PMA dalam keseluruhan tahun 2001 turun berturutturut 36,5% dan 58,0%.
Jumlah proyek PMDN yang disetujui menurun dari 335 pada tahun 2000 menjadi 249 pada tahun 2001. Dalam kurun waktu yang sama nilai PMDN yang disetujui menurun menjadi Rp 58,7 triliun atau lebih rendah 36,5% dibandingkan tahun 2000. Dilihat dari nilai rencana investasi, bidang usaha yang diminati antara lain: (a) industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi; (b) industri makanan; dan (c) industri kertas, barang dari kertas dan percetakan. PMA yang disetujui pada tahun 2001 juga menurun dilihat baik dari jumlah proyek maupun nilai investasinya dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah proyek yang disetujui berkurang dari 1.524 menjadi 1.317; sedangkan nilai investasi turun dari US$ 15,4 miliar menjadi US$ 9,0 miliar. Dilihat dari nilai rencana investasi, bidang usaha yang diminati antara lain: (a) industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi; (b) jasa lain-lain; dan (c) hotel dan restoran. Perkembangan nilai persetujuan PMDN dan PMA sejak tahun 1968 hingga tahun 2001 dapat dilihat pada grafik berikut.
42
120
35
100
28
80
21
60
14
40
7
20
0
1968 1972 1976 1980 1984 1988 1992 1996 2000
PMA
Konsumsi masyarakat pada beberapa barang mengalami perlambatan.
PMDN (Rp Triliun)
PMA (U S$ miliar)
NILA I PERSETUJUAN PMDN DAN PMA 1968-2001
0
PMDN
Konsumsi masyarakat pada beberapa barang mengalami perlambatan. Dalam keseluruhan tahun 2001, penjualan mobil turun sekitar 0,5% dari tahun sebelumnya; sedangkan penjualan sepeda motor tumbuh masih tinggi yaitu sekitar 60,3%. Dari jumlahnya, baik penjualan mobil maupun sepeda motor masih di bawah tingkat yang dicapai pada masa sebelum krisis (1997). Beberapa faktor yang mendorong masih tingginya pertumbuhan penjualan sepeda motor antara lain adalah meningkatnya pendapatan masyarakat khususnya dari sektor ekspor tahun pada
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
5
tahun 2000 dan meningkatnya arus uang ke daerah dalam rangka desentralisasi (lihat Perekonomian Indonesia Tahun 2002: Prospek dan Kebijakan, Bappenas, Desember 2001). Fungsi intermediasi perbankan secara bertahap membaik.
Di sektor perbankan, fungsi intermediasi secara bertahap membaik. Sampai dengan Desember 2001, dana yang dihimpun mencapai Rp 805,8 triliun atau naik sekitar 11,9% dibandingkan dengan posisi Desember 2000. Dalam kurun waktu yang sama, penyaluran kredit meningkat sekitar 14,3% didorong terutama oleh kredit konsumsi yang naik sekitar 45,8%. Jakarta, 11 Februari 2002
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)