REPUBLIK INDONESIA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001
Kondisi ekonomi makro bulan Juni 2001 tidak mengalami perbaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kepercayaan masyarakat belum pulih. Nilai tukar rupiah, meskipun relatif stabil, tetapi masih lemah. Bahkan laju inflasi meningkat terutama didorong oleh kenaikan harga BBM. Suku bunga juga cenderung meningkat. Hanya IHSG yang mengalami perbaikan. Melambatnya pemulihan ekonomi dan meningkatnya laju inflasi berpengaruh terhadap pendapatan riil tenaga kerja. Kondisi ekonomi makro bulan Juni 2001 tidak mengalami perbaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kepercayaan masyarakat belum pulih.
Kondisi ekonomi makro bulan Juni 2001 tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Beberapa survei mengindikasikan bahwa kepercayaan masyarakat belum sepenuhnya pulih meskipun tidak terlalu memburuk. Pada tanggal 6 Juni 2001, lembaga pemeringkat internasional, Moody’s Investors Service masih mempertahankan prospek (outlook) peringkat obligasi dan utang Indonesia dalam valuta asing pada posisi stabil (stable). Pemerintah tetap dipercaya mampu membayar kewajibannya dalam valuta asing yang jatuh tempo. Meskipun rating ini tidak mengalami perubahan, Moody’s mengingatkan akan besarnya resiko melakukan transaksi dengan perbankan di Indonesia. Sementara itu survei yang dilakukan oleh Danareksa Research Institute menyimpulkan sentimen konsumen yang semakin melemah. Indeks Kepercayaan Konsumen, yang dipengaruhi oleh Indeks Situasi Sekarang (ISS) dan Indeks Ekspektasi (IE), turun untuk keempat kalinya (dari 103,3 pada bulan Januari menjadi 101,1 pada bulan Februari; 98,5 pada bulan Maret; 97,9 pada bulan April 2001; dan 96,3 pada bulan Mei 2001). ISS turun 2,5% (dari 79,7 menjadi 77,7) didorong oleh kondisi ekonomi dan politik yang masih belum stabil; sedangkan IE turun 1,1% (dari 111,5 menjadi 110,3) didorong oleh keraguan masyarakat atas perkembangan politik di dalam negeri. Dalam triwulan I/2001 sentimen konsumen yang melemah tersebut terlihat dari menurunnya konsumsi ritel (riil) dari Rp 1,75 triliun; Rp 1,30 triliun; dan Rp 1,20 triliun pada bulan Januari, Februari, dan Maret 2000 menjadi Rp 1,19 triliun; Rp 1,04 triliun; dan Rp 0,95 triliun untuk bulan yang sama tahun 2000. Sedikit perbaikan terjadi di pasar modal. Indeks Harga Saham
2
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta yang selama hampir 3 bulan terakhir tertekan di bawah 400, meningkat hingga mencapai 437,6 pada akhir Juni 2001. Nilai kapitalisasi pasar dan pemilikan saham oleh asing terlihat mulai meningkat sejak Mei 2001 meskipun masih sangat lemah (lihat Lamp. Tabel 4). Kenaikan harga BBM sebesar 30,1% yang diikuti dengan kenaikan tarif angkutan telah mendorong laju inflasi pada bulan Juni 2001 sebesar 1,67%, sehingga dalam semester I/2001 laju inflasi mencapai 5,46%. Dalam perhitungan year on year (Juli 2000 – Juni 2001) laju inflasi mencapai 12,11%.
Sementara itu kenaikan harga BBM sebesar 30,1% yang diberlakukan pada pertengahan bulan Juni 2001 dan diikuti oleh kenaikan tarif angkutan telah mendorong laju inflasi. Dalam bulan Juni 2001 laju inflasi meningkat menjadi 1,67%. Semua kelompok pengeluaran yang tercakup dalam IHK mengalami kenaikan harga. Dengan demikian selama semester I/2001 (Jan-Jun 2001), laju inflasi telah mencapai 5,46%, lebih tinggi dari semester I/2000 (sekitar 2,86%). Adapun selama setahun (year-on-year, yaitu sejak Juli 2000 hingga Juni 2001), laju inflasi telah mencapai 12,11%. Pada bulan Juli 2001, dorongan inflasi diperkirakan tetap berlanjut berkaitan dengan pengaruh lanjutan kenaikan harga BBM dan kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Ringkasan perkembangan inflasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
RINGKASAN PERKEMBANGAN INFLASI Juni 2001 Jan - Jun 2001 Jul 2000 -Jun 2001 (y-o-y) 1,67 5,46 12,11 Juni 2000 Jan - Jun 2000 Jul 1999 - Jun 2000 (y-o-y) 0,50 2,86 2,04 Sumber: BPS
Pertumbuhan uang primer pada akhir Juni 2001 dalam perhitungan year on year sekitar 17,0%, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 18,3%.
Sementara itu uang primer pada akhir Juni 2001 naik sekitar 2,7% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Apabila dibandingkan Juni 2000, laju pertumbuhan uang primer tahunan (y-o-y) masih sekitar 17,0%. Meskipun lebih rendah dari pertumbuhan uang primer bulan sebelumnya (Mei 2001 terhadap Mei 2000) yang sebesar 18,3%, laju pertumbuhan uang primer tahunan (y-o-y) bulan Juni 2001 tersebut masih di atas sasaran yaitu sekitar 11-12%. Pada akhir Juni 2001, nilai tukar rupiah melemah sebesar 0,9% dibandingkan dengan akhir bulan sebelumnya, menjadi Rp 11.400,per US$. Lemahnya kurs dan meningkatnya inflasi telah memberi dorongan pada suku bunga. Pada akhir Juni 2001 suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 bulan mencapai 16,7% atau naik 0,4% dibandingkan bulan sebelumnya.
Masih lemahnya kurs dan meningkatnya laju inflasi memberi dorongan pada suku bunga.
Total nilai ekspor bulan Mei 2001 hanya mencapai US$ 4,85 miliar. Selama 5 bulan pertama tahun 2001 total nilai ekspor hanya meningkat 2,2%. Sedangkan nilai ekspor nonmigas turun 0,1%. Agar total nilai ekspor tumbuh positif dalam
Total nilai ekspor bulan Mei 2001 hanya mencapai US$ 4,85 miliar. Dengan perkembangan ini, selama lima bulan pertama tahun 2001, total nilai ekspor mencapai US$ 24,53 miliar atau hanya naik sekitar 2,2% dibandingkan dengan lima bulan pertama tahun 2000. Peningkatan nilai ekspor tersebut lebih didorong oleh ekspor migas yang naik sekitar 10,1%; sedangkan ekspor nonmigas turun 0,1% untuk kurun waktu yang sama. Kinerja ekspor yang melambat ini perlu mendapat perhatian yang
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
3
keseluruhan tahun 2001, ratarata total nilai ekspor dalam 7 bulan terakhir harus mencapai rata-rata US$ 5,3 miliar.
seksama. Dalam 7 bulan terakhir tahun 2001 (Juni – Desember 2001) nilai ekspor rata-rata harus mencapai sekitar US$ 5,3 miliar per bulan agar pertumbuhan nilai ekspor dalam keseluruhan tahun 2001 tidak menjadi negatif. Sementara itu total nilai impor bulan Mei 2001 mencapai US$ 2,84 miliar atau turun sekitar 3,0% dibanding bulan sebelumnya. Adapun impor nonmigas mencapai US$ 2,44 miliar atau turun 6,4% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Ringkasan ekspor dan impor dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
RINGKASAN EKSPOR DAN IMPOR (US$ MILIAR) April Mei Pertum- Jan - Mei Jan - Mei Pertum2001 2001 buhan (%) 2000 2001 buhan (%) EKSPOR 4,81 4,85 0,7 24,01 24,53 2,2 Migas 1,07 1,12 4,9 5,34 5,88 10,1 Nonmigas 3,74 3,72 -0,5 18,67 18,65 -0,1 IMPOR 2,93 2,84 -3,0 11,28 14,99 32,9 Migas 0,33 0,41 23,7 2,18 1,93 -11,6 Nonmigas 2,60 2,44 -6,4 9,10 13,06 43,6 Sumber: BPS
Lambatnya pemulihan ekonomi dan meningkatnya laju inflasi berpengaruh terhadap upah riil tenaga kerja. Upah riil tenaga kerja di sektor industri relatif konstan dalam 3 triwulan terakhir tahun 2000. Dalam triwulan IV/2000, upah riil tenaga kerja di sektor industri hanya naik 1,2% dibandingkan dengan triwulan I/1996.
Lambatnya pemulihan ekonomi yang disertai dengan meningkatnya laju inflasi berpengaruh terhadap upah riil tenaga kerja. Di sektor industri, upah riil tenaga kerja (di bawah mandor dan teknisi relatif) relatif konstan dalam 3 triwulan terakhir tahun 2000. Dibandingkan dengan triwulan I/1996, upah riil tenaga kerja di sektor industri dalam triwulan IV/2000 hanya naik 1,2%. Penurunan upah riil lebih dari 10% antara lain terjadi pada kelompok makanan jadi, rokok dan tembakau, furniture, percetakan dan penerbitan, kertas lainnya, produk plastik, pengolahan tanah liat, dan kelompok industri pengolahan lainnya. Sedangkan kenaikan upah riil lebih dari 10% antara lain terjadi pada kelompok industri pengolahan bahan dasar makanan, pakaian jadi, pengolahan kayu, serta logam dan mesin. Perkembangan upah riil tenaga kerja pada beberapa kelompok industri dapat dilihat pada grafik berikut. IN D EK S U PA H R IIL TEN A G A K ER JA T riw u lan I/1996 = 100
PA D A BEBER A PA KEL O M PO K IN D U ST R I
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, upah riil buruh tani dalam bulan Maret/April 2001 menurun pada beberapa propinsi. Upah riil buruh tani di Jawa
140 120 100 80 60 40 20
I/96
I/97
I/98
I/99
I/00
R ok ok -T em bak au
P en golah an Kay u
Ker tas L ain n y a
P ak aian Jadi
Pada bulan Maret/April 2001 upah riil buruh tani, yang merupakan indikator daya beli penduduk miskin di desa, menurun dibandingkan bulan yang sama tahun 2000. Penurunan upah riil buruh tani yang cukup besar terutama terjadi di propinsi Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Barat; sedangkan kenaikan yang cukup tinggi terdapat di
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
4
lebih rendah dibandingkan luar Jawa dan cenderung makin besar setelah krisis.
propinsi Bali. Dibandingkan dengan semester I/1997 (sebelum krisis), upah riil buruh tani pada bulan Maret/April 2001 pada hampir semua propinsi masih jauh lebih rendah. Sementara itu upah riil buruh tani di Jawa lebih rendah dibandingkan dengan di Luar Jawa dan cenderung melebar setelah krisis. Perubahan upah riil di beberapa propinsi dan indeks upah riil buruh tani di Jawa dan Luar Jawa dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.
PERUBAHAN UPAH RIIL BURUH TANI APR/MAR 2001 TERHADAP APR/MAR 2000 Kenaikan Upah Riil Kenaikan Upah Inflasi Kenaikan Upah Nominal (%) (%) Riil (%) Tinggi (>10%) Bali 25,5 11,0 13,1 Relatif Tetap (-2,5% s/d 2,5%) Sumut, Kalsel, Lampung, Jabar, Jateng, Sulsel *) 12,2 12,2 -0,0 Menurun (-2,6% s/d -5,0%) Sumbar, Sulut, Jatim *) 8,1 11,8 -3,3 Sangat Menurun (-5%<) Sumsel, NTB *) 7,5 16,3 -7,5 Sumber: Diolah dari BPS *) Rata-rata sederhana propinsi yang bersangkutan
INDEKS UPA H RIIL BURUH TA NI Jan 1996 - Mar 2001 (Jan 1996 = 100) 120 110 100 90 80 70 60 01-96
01-97
01-98
Jawa
01-99
01-00
Luar Jawa
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
01-01
5
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)