Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015
Pertumbuhan Ekonomi
Asumsi pertumbuhan ekonomi di dalam Indikator APBNP tahun 2015 Realisasi APBNP ditetapkan sebesar 5,7 s.d. 31 Des persen. Namun 5,7 4,7 *) a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) demikian, realisasi 5,0 3,35 b. Inflasi (%, yoy) pertumbuhan ekonomi 6,2 5,97 sampai dengan c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) 12.500 13.392 triwulan ketiga tahun d. Nilai tukar (Rp/US$) 60 49 2015 jauh lebih rendah e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) 825 778 dari asumsi yang telah f. Lifting Minyak (ribu barel per hari) ditetapkan tersebut. 1.221 1.195 g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) Pada triwulan pertama Keterangan: * Pertumbuhan merupakan angka realisasi sementara tahun 2015 perekonomian hanya tumbuh 4,72 persen (yoy) kemudian tumbuh melambat pada triwulan kedua 4,67 persen (yoy) dan pada triwulan tiga tumbuh 4,73 persen sehingga sampai dengan triwulan tiga tahun 2015 tumbuh rata-rata 4,7 persen. Perlambatan kinerja perekonomian pada tahun 2015 terutama disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor sebagai dampak dari perlambatan yang terjadi pada perekonomian global terutama Tiongkok sebagai negara partner dagang Indonesia. Selain itu, guncangan di pasar keuangan yang menyebabkan depresiasi nilai tukar rupiah turut berdampak pada penurunan investasi dan juga konsumsi masyarakat. Sementara itu, belanja Pemerintah serta paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah diharapkan dapat menjadi motor pengerak yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015. Dengan memperhatikan realisasi pertumbuhan ekonomi sampai dengan triwulan tiga dan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan empat yang relatif tidak stabil maka pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2015 diharapkan dapat tumbuh 4,73 persen (yoy). 2015
Inflasi 1,20
8,00 7,15
6,96
7,26
7,26
7,18 6,83
6,79
1,00 6,29
6,38
0,96
0,93
0,80 0,60
0,50
6,00 4,89
0,54
0,36
0,40
7,00
6,25
5,00
0,39
4,00 3,35
0,21
0,17
0,20
3,00
-
2,00
(0,05)
(0,20)
(0,08) 1,00
(0,24)
%mtm
(0,36)
%YoY
(0,40) Des
Nov
Okt
Sep
Agust
Jul
Jun
Mei
Apr
Mar
Feb
Jan
-
Tingkat inflasi sepanjang tahun 2015 terkendali dan jauh di bawah asumsi inflasi di dalam APBNP tahun 2015 sebesar 5,0 persen. Inflasi sepanjang tahun 2015 mencapai 3,35 persen (yoy) dengan inflasi tertinggi terjadi pada bulan desember sebesar 0,96 persen. Sementara itu, sepanjang tahun 2015 terjadi empat kali deflasi dan tertingi terjadi pada bulan Februari sebesar 0,36 persen, sedangkan deflasi pada bulan Januari, September dan Oktober masing-masing mencapai 0,24 persen, 0,05 persen dan 0,08 persen.
Berdasarkan pengelompokan komponen, inflasi tertinggi tahun 2015 tercatat pada harga barang bergejolak yaitu mencapai 4,84 persen sementara inflasi inti dan harga diatur pemerintah mencapai 3,95 dan 0,39 persen. Komponen bergejolak memberikan andil/sumbangan inflasi tertinggi yaitu sebesar 0,65 persen. Sementara itu, komponen inti dan harga diatur pemerintah memberikan andil inflasi sebesar 0,13 persen dan 0,18 persen. Berdasarkan kelompok pengeluaran inflasi tahun 2015 tertinggi tercatat pada kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau yaitu 6,42 persen (yoy), sementara kelompok Kesehatan tercatat mengalami inflasi tertinggi kedua yaitu 5,32 persen. Untuk inflasi terendah tercatat pada kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami deflasi sebesar 1,53 persen. Kelompok pengeluaran dengan andil inflasi terbesar yaitu kelompok bahan makanan (0,65 persen yoy). Sementara, penyumbang terbesar kedua adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,1 persen yoy). Sedangkan kelompok sandang; kesehatan; serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga memberikan andil terendah, yaitu sebesar 0,01 persen. Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan Tingkat suku bunga SPN 3 bulan pada tahun 2015 mencapai 5,97 persen, atau lebih rendah dibandingkan target dalam APBNP sebesar 6,2 persen. Terjadi 12 kali penawaran SPN 3 bulan dengan total dana yang berhasil diserap adalah sebesar Rp11,7 triliun. Tingkat suku bunga SPN 3 bulan sepanjang tahun 2015 mengalami tekanan yang antara lain terkait dengan meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global sebagai dampak atas rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat (yang pada akhirnya naik pada bulan Desember 2015) dan stabilitas keuangan di kawasan Euro. Akan tetapi, stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia memberikan kontribusi terhadap stabilnya performa aset-aset keuangan domestik secara umum termasuk stabilnya permintaan surat perbendaharaan negara. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS 15.000 Terlemah: Rp14.728/USD
14.500
14.000
Rata-rata sepanjang tahun 2015: Rp13.392/USD
13.500
31 Des 2015: Rp13.795/USD
13.000 2 Jan 2015: Rp12.474/USD
12.500 Terkuat: Rp12.444/USD Sumber: Bank Indonesia
12.000 Jan-15
Feb-15
Mar-15
Apr-15
May-15
Jun-15
Jul-15
Aug-15
Sep-15
Oct-15
Nov-15
Dec-15
Nilai tukar rupiah di akhir tahun 2015 berada pada posisi Rp13.795/ US$ atau mengalami depresiasi depresiasi sebesar 10,8 persen jika dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun 2014 yang berada pada posisi Rp12.440/US$. Nilai tukar rupiah terkuat pada tahun 2015 yaitu berada pada posisi Rp12.444/US$ yang terjadi pada tanggal 23 Januari 2015 sementara posisi terendah berada pada Rp14.728/US$ yang terjadi pada tanggal 28 September 2015.
Tekanan terhadap nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2015 antara lain dipicu oleh spekulasi isu kenaikan tingkat suku bunga di Amerika Serikat dan tingginya permintaan valas untuk pembayaran utang dan deviden. Terjadinya depresiasi nilai tukar Rupiah tersebut seiring dengan tren depresiasi
mata uang yang dialami oleh negara-negara lain, yang lebih disebabkan oleh faktor eksternal antara lain penguatan nilai tukar dollar AS terhadap mata uang negara-negara lain dan devaluasi nilai tukar Yuan yang dilakukan oleh Pemerintah Tiongkok. Meskipun nilai tukar rupiah sampai dengan 31 Desember 2015 mengalami depresiasi sebesar 10,8 persen (ytd), namun melemahnya nilai tukar tersebut masih berada pada level yang lebih baik dibandingkan pelemahan nilai tukar negara-negara emerging market lain yang sebagian besar juga mengalami pelemahan terhadap dolar AS, khususnya negara-negara berkembang, seperti Brazil, Turki, dan Malaysia yang masing-masing mengalami depresiasi sebesar 49,0 persen, 24,9 persen, dan 22,8 persen sepanjang tahun 2015. Harga Minyak Mentah Indonesia Realisasi harga minyak mentah Indonesia sepanjang semester 65,00 pertama tahun 2015 berada rata60,00 rata USD50/barel dan sempat mencapai harga tertinggi sebesar 55,00 USD61,9/barel pada bulan Mei. 50,00 Namun perkembangan harga 45,00 pada semester kedua pergerakan harga minyak terus menunjukkan 40,00 penurunan hingga di bawah 35,00 ICP WTI Brent USD50/barel. Sepanjang tahun 30,00 2015 rata-rata harga minyak Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des mentah Indonesia tercatat mencapai USD49,71/barel relatif jauh lebih rendah dari asumsi dalam APBNP tahun 2015 sebesar USD60/barel. Penurunan harga minyak mentah dunia termasuk Indonesia tersebut dipengaruhi oleh tingginya pasokan minyak mentah dunia saat ini terutama setelah kebijakan ekspor minyak mentah Amerika dibuka. ICP tertinggi: Mei: 61,9 US$/barel
US$/barel
70,00
Lifting Minyak dan Gas Bumi Realisasi lifting minyak mentah dan gas dalam kurun tahun 2015 cenderung dibawah target yang ditetapkan di dalam APBNP 2015 meskipun pada akhir tahun cenderung meningkat. Rata-rata lifting minyak mentah dalam periode Desember 2014 sampai dengan November 2015 hanya mencapai 779,09 ribu barel per hari atau di bawah target yang ditetapkan dalam APBNP tahun 2015 sebesar 825 ribu barel per hari. Sementara itu realisasi lifting gas dalam periode yang sama mencapai 1.195,39 ribu barel setara minyak per hari atau di bawah target yang ditetapkan dalam APBNP tahun 2015 sebesar 1.221,0 ribu barel setara minyak per hari. Faktor sumur minyak yang sudah tua dan disertai dengan penurunan harga minyak yang menyebabkan disinsentif bagi investasi baru merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya realisasi lifting minyak dan gas bumi.
Realisasi (sementara) APBNP 2015 Ditengah deviasi yang cukup besar pada realisasi asumsi dasar ekonomi makro namun dengan mitigasi risiko dan langkah-langkah kebijakan yang diambil Pemerintah secara keseluruhan dapat mengendalikan realisasi pelaksanaan APBNP tahun 2015 pada tingkat yang aman. Kondisi ini dapat
dilihat dari realisasi defisit APBNP 2015 yang dapat dijaga di bawah 3 persen. Gambaran ringkas realisasi (sementara) APBNP 2015 secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut. Realisasi pendapatan negara (sementara) mencapai Rp1.504,5 triliun, atau sebesar 85,4 persen dari sasaran dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp1.761,6 triliun. Dari jumlah realisasi pendapatan negara tersebut, realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp1.240,4 triliun, atau 83,3 persen dari target dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp1.489,3 triliun. Lebih rendahnya realisasi penerimaan perpajakan tersebut, terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi di tahun 2015 terutama pada sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan. Selain itu, turunnya penerimaan perpajakan juga dipengaruhi oleh tidak tercapainya penerimaan bea masuk akibat melemahnya impor dan tidak tercapainya target penerimaan bea keluar akibat melemahnya harga CPO di pasar internasional dan kebijakan hilirisasi pertambangan. Sementara itu, realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dalam tahun 2015 mencapai Rp253,7 triliun, atau sebesar 94,3 persen dari target PNBP dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp269,1 triliun. Hal ini, terutama disebabkan oleh tidak tercapainya pendapatan SDA gas bumi dan pertambangan minerba. Tidak tercapainya penerimaan SDA nonmigas minerba tersebut disebabkan oleh turunnya harga komoditas batubara di pasar internasional. Kinerja pendapatan tahun 2015 tersebut memberikan sinyal bahwa lebih rendahnya realisasi pendapatan tersebut akan menjadi baseline yang berpotensi mempengaruhi kinerja pendapatan negara tahun 2016, terutama pendapatan perpajakan, sehingga perlu langkah-langkah antisipasi dan penyesuaian. Di sisi lain, realisasi belanja negara dalam tahun 2015 mencapai Rp1.796,6 triliun, atau sebesar 90,5 persen dari pagunya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp1.984,1 triliun. Realisasi belanja negara tersebut terdiri atas (1) Realisasi belanja pemerintah pusat mencapai Rp1.173,6 triliun, atau sebesar 91,1 persen dari pagunya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp1.319,5 triliun dan (2) Realisasi anggaran transfer ke daerah dan dana desa dalam tahun 2015 mencapai Rp623,0 triliun, atau sebesar 93,7 persen dari pagu anggaran dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp664,6 triliun. Kinerja belanja pemerintah pusat tersebut dipengaruhi oleh realisasi anggaran kementerian negara/lembaga (K/L) dan non-K/L. Belanja K/L sepanjang tahun 2015 mencapai 91,1 persen dari pagu APBNP tahun 2015. Tingkat penyerapan belanja K/L tersebut dipengaruhi terutama oleh: (1) perubahan nomenklatur K/L di awal tahun 2015; dan (2) peningkatan kualitas belanja melalui pengendalian revisi anggaran yang Belanja Kementerian Negara/Lembaga 2014-2015 (triliun rupiah) memprioritaskan program/kegiatan 2014 2015 yang lebih produktif. Sementara itu, URAIAN Kinerja belanja non-K/L mencapai No. KODE % thd Realisasi % thd BA APBNP LKPP APBNP APBNP Sementara APBNP 88,3 persen dari pagu APBNP tahun 78,5 76,3 97,2 118,5 108,2 91,3 2015. Capaian realisasi tersebut 1. 033 Kemen PU dan PR 83,3 86,2 103,5 102,3 97,2 95,0 antara lain dipengaruhi oleh lebih 2. 012 Kemenhan 3. 022 Kemenhub 36,0 28,7 79,8 65,0 46,8 72,0 rendahnya realisasi secara 4. 025 Kemenag 51,6 45,7 88,5 60,3 53,7 89,1 43,6 44,0 100,8 57,1 61,7 108,1 persentase untuk belanja subsidi, 5. 060 Polri 76,6 76,6 100,1 53,3 48,8 91,5 baik subsidi energi dan nonenergi, 6. 023 Kemendikbud 7. 024 Kemenkes 47,5 47,5 100,0 51,3 49,0 95,6 dan belanja lain-lain. 8. 042 Kemenristek dan Dikti 0,6 0,5 82,0 43,6 38,4 88,2 Berdasarkan realisasi pendapatan dan realisasi belanja negara tersebut maka defisit anggaran dalam APBNP tahun 2015 mencapai Rp292,1 triliun (2,56 persen terhadap PDB). Realisasi defisit anggaran ini relatif lebih tinggi dari target defisit anggaran dalam
9.
018
Kementan
13,6
13,2
97,0
32,8
28,7
87,4
10.
015
Kemenkeu
18,2
18,1
99,5
25,7
28,2
110,0
11.
027
Kemensos
12.
020
Kemen ESDM
13.
013
14. 15.
6,7
13,2
197,7
22,4
21,1
94,3
14,3
7,4
51,3
15,1
9,6
63,9
Kemenkumham
7,6
7,2
94,5
11,2
9,3
82,8
032
KKP
5,7
5,9
102,0
10,6
9,3
87,5
067
Kemen Desa, PDT, dan Trans
2,4
2,1
84,2
9,0
6,9
76,6
486,2
472,3
97,1
678,1
617,0
91,0
K/L Lainnya
116,1
104,8
90,3
117,4
107,7
91,8
JUMLAH
602,3
577,2
95,8
795,5
724,7
91,1
15 K/L dengan Pagu Terbesar
APBNP tahun 2015 sebesar Rp222,5 triliun (1,9 persen terhadap PDB). Namun demikian, realisasi defisit tersebut masih dalam tingkat yang aman dan di bawah batas maksimal defisit yang ditetapkan di dalam UU Keuangan Negara. Dengan realisasi defisit APBNP 2015 tersebut pemerintah dapat merealisasikan pembiayaan anggaran sebesar Rp318,1 triliun, atau sebesar 143,0 persen dari targetnya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp222,5 triliun. Realisasi pembiayaan anggaran tersebut berasal dari pembiayaan dalam negeri (neto) sebesar Rp307,8 triliun dan pembiayaan luar negeri (neto) sebesar Rp10,4 triliun. Dengan jumlah realisasi pembiayaan tersebut realisasi APBNP 2015 terdapat SiLPA sebesar Rp26,1 triliun. 2014
Uraian (trililun rupiah)
A. PENDAPATAN NEGARA I. PENDAPATAN DALAM NEGERI 1.
Penerimaan Perpajakan
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak II. PENERIMAAN HIBAH B.BELANJA NEGARA I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT
APBNP
2015
LKPP Audited
% thd APBNP
APBNP
Realisasi Sementara
% thd APBNP
1.635,4
1.550,5
94,8
1.761,6
1.504,5
85,4
1.633,1
1.545,5
94,6
1.758,3
1.494,1
85,0
1.246,1
1.146,9
92,0
1.489,3
1.240,4
83,3
386,9
398,6
103,0
269,1
253,7
94,3
2,3
5,0
216,5
3,3
10,4
314,9
1.876,9
1.777,2
94,7
1.984,1
1.796,6
90,5
1.280,4
1.203,6
94,0
1.319,5
1.173,6
88,9
1.
Belanja K/L
602,3
577,2
95,8
795,5
724,7
91,1
2.
Belanja non K/L
678,1
626,4
92,4
524,1
448,9
85,7
596,5 596,5
573,7 573,7
96,2 96,2
(106,0)
(93,3)
87,9
664,6 643,8 20,8 (66,8)
623,0 602,2 20,8 (136,1)
93,7 93,5 100,0 203,8
(241,5) (2,40) 241,5
(226,7) (2,25) 248,9
93,9
(292,1) (2,56) 318,1
131,3
103,1
(222,5) (1,90) 222,5
I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
254,9
261,2
102,5
242,5
307,8
126,9
II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN ANGGARAN
(13,4)
(12,4)
91,9
(20,0)
10,4
(51,9)
(0,0)
22,2
0,0
26,1
II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 1. Transfer ke Daerah 2. Dana Desa C.KESEIMBANGAN PRIMER D.SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B) % Surplus/ (Defisit) Terhadap PDB E. PEMBIAYAAN ANGGARAN (I + II)
143,0