PERILAKU GIZI MAHASISWA BIDANG GIZI FAKULTAS PERTANIAN DAN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA IPB TENTANG PESAN-PESAN PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG
NOVIKA TRI AFIANTI
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Nutritional Behavior of Student Majoring Nutrition in Faculty of Agriculture and Faculty of Human Ecology, IPB, Related to the General Guidance of Balance Diet Novika Tri Afianti1) Siti Madnijah2)
Abstract The General Guidance of Balance Diet are guidelines for good and right nutritional behavior which consist of 13 messages made by government in order to prevent many nutritional problems. The general objective of this research was to analyze nutritional behavior of student majoring Nutrition in Faculty of Agriculture and Faculty of Human Ecology, IPB, related to the General Guidance of Balance Diet. The research, which used cross sectional study design, was conducted in March 2008 in IPB Darmaga Campus. The statistical test used was Kruskal Wallis Test, Spearman Correlation Test, and Logistic Regression. The result shows that the knowledge about the General Guidance of Balance Diet of students in fourth, third, and second grades are different (p=0.000). Lower the educational level in college, greater number of sample with little knowledge of the General Guidance of Balance Diet. The attitude of the General Guidance of Balance Diet among samples has significant difference (p=0.000). Higher the educational level in college, greater number of student with good attitude of the General Guidance of Balance Diet. However, the practice of samples is not significantly different (p=0.288). The practical score difference between samples are not big. There is significant correlation between knowledge and attitude (p=0.000), and between knowledge and practice (p=0.022) about the General Guidance of Balance Diet. There is also correlation between attitude and practice of the General Guidance of Balance Diet (p=0.024). Factors that influence the practice about the General Guidance of Balance Diet are educational level of father, participation to organization and seminar/training related to food and nutrition, and information access to food and nutritional. Key word: The General Guidance of Balance Diet, nutritional behavior of college student
__________________ 1 2
Alumni Dept. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, IPB Staf Pengajar Dept. Gizi Masyarakat, FEMA, IPB
RINGKASAN NOVIKA TRI AFIANTI. Perilaku Gizi Mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang Pesan-pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH. Pesan-pesan pedoman umum gizi seimbang (PUGS) merupakan suatu pedoman perilaku gizi baik dan benar yang terdiri dari 13 pesan dan dibuat oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah berbagai masalah gizi. Tiga belas pesan tersebut, meliputi 1) makanlah aneka ragam makanan, (2) makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi, (3) makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi, (4) batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi, (5) gunakan garam beriodium, (6) makanlah makanan sumber zat besi, (7) berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif) dan tambahkan MP-ASI sesudahnya, (8) biasakan makan pagi, (9) minumlah air bersih, aman, dan cukup jumlahnya, (10) lakukan aktivitas fisik secara teratur, (11) hindari minuman beralkohol, (12) makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, (13) bacalah label pada makanan yang dikemas. Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis perilaku gizi mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang pesan-pesan PUGS. Tujuan khususnya, yaitu membandingkan pengetahuan, sikap, dan praktek tentang pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2), menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap dan praktek tentang pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3,dan 2), dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan praktek terhadap pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2). Desain penelitian ini adalah cross-sectional study dan dilaksanakan pada bulan Maret 2008 yang berlokasi di lingkungan kampus IPB, Darmaga Bogor. Contoh terdiri dari 120 mahasiswa dengan proporsi 39 mahasiswa tingkat 4 (35 orang perempuan dan 4 orang laki-laki), 41 mahasiswa tingkat 3 (35 orang perempuan dan 6 orang laki-laki), dan 40 mahasiswa tingkat 2 (36 orang perempuan dan 4 orang laki-laki). Pengambilan contoh dilakukan dengan proportionate stratified random sampling. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer, meliputi karakteristik contoh (tingkat pendidikan di perguruan tinggi, alokasi pengeluaran untuk pangan, dan jenis kelamin), akses informasi pangan dan gizi, keikutsertaan pada organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi, pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS, sikap tentang pesan-pesan PUGS, dan praktek tentang pesan-pesan PUGS. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada contoh untuk diisi. Data sekunder yang dikumpulkan, meliputi nama mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah diikuti oleh contoh di perguruan tinggi serta nilai mutunya. Data sekunder diperoleh dari komisi pendidikan Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga dan Mayor Ilmu Gizi. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensia dengan uji Kruskal Wallis, korelasi Spearman, dan Regresi Logistik.
Diantara 13 pesan PUGS, pesan yang diketahui oleh sebagian besar contoh adalah pesan ke-1 yakni makanlah aneka ragam makanan. Sementara itu, pesan yang diketahui oleh sebagian kecil contoh adalah pesan ke-12 yakni makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Semakin rendah tingkat pendidikan contoh di perguruan tinggi maka semakin banyak contoh yang pengetahuannya kurang tentang pesan-pesan PUGS. Pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS antara contoh pada kelompok tingkat 4, tingkat 3, dan tingkat 2 memiliki perbedaan yang nyata (p=0.000). Rata-rata skor pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS kelompok tingkat 4, 3, dan 2, yaitu 56.2, 55.8, dan 34.4. Lebih dari 90% contoh baik pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 mempunyai sikap setuju bahwa makanan yang beranekaragam adalah makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah pada setiap kali makan. Semakin tinggi tingkat pendidikan contoh di perguruan tinggi, maka semakin banyak contoh yang memiliki sikap tentang pesan-pesan PUGS baik. Sikap tentang pesan-pesan PUGS antara contoh pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 memiliki perbedaan yang nyata (p=0.000). Rata-rata skor sikap tentang pesanpesan PUGS contoh pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 berturut-turut adalah 78.4, 76.6, dan 72.6. Diantara ke 13 pesan PUGS, pesan yang dipraktekkan oleh sebagian besar contoh adalah pesan ke-5 yakni menggunakan garam beriodium. Sementara itu, pesan PUGS yang dipraktekkan oleh sebagian kecil contoh adalah pesan ke-10 yakni olahraga secara teratur minimal 3 kali dalam satu minggu selama 30 menit. Hanya 2.5% contoh yang mempraktekkan pesan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh yang mempraktekkan pesanpesan PUGS dengan baik hanya terdapat 3.3%. Jumlah terbanyak contoh yang memiliki praktek tentang pesan-pesan PUGS baik terdapat pada kelompok tingkat 4. Secara umum praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS tergolong cukup dan kurang. Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan contoh di perguruan tinggi, maka prakteknya tentang pesan-pesan PUGS akan semakin baik. Namun, praktek tentang pesan-pesan PUGS antara contoh pada kelompok tingkat 4, 3 dan 2 tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p=0.288). Rata-rata skor praktek tentang pesan-pesan PUGS antara kelompok contoh tingkat 4, 3 dan 2 tidak berbeda jauh, yaitu 59.3, 57.4, dan 56.8. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS dengan sikap contoh tentang pesan-pesan PUGS (p=0.000) dan praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS (p=0.022). Sementara itu, sikap tentang pesan-pesan PUGS juga memiliki hubungan yang nyata (p=0.024) dengan praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS. Hasil uji Regresi Logistik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi praktek tentang pesan-pesan PUGS adalah pendidikan ayah, keikutsertaan contoh terhadap organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi serta akses informasi pangan dan gizi.
PERILAKU GIZI MAHASISWA BIDANG GIZI FAKULTAS PERTANIAN DAN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA IPB TENTANG PESAN-PESAN PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG
NOVIKA TRI AFIANTI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Judul Penelitian
: Perilaku Gizi Mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang Pesan-pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang
Nama Mahasiswa
: Novika Tri Afianti
Nomor Pokok
: A54104086
Disetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Siti Madanijah, MS NIP. 130 541 472
Diketahui, Dekan Fakultas Pertanian IPB
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat serta hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Skripsi ini yang berjudul “Perilaku Gizi Mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang Pesan-pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Atas selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1.
Dr. Ir. Siti Madanijah, MS, selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan waktunya untuk membimbing penulis serta kesabarannya dalam membimbing.
2.
Katrin Roosita, SP, MSi, selaku dosen penguji yang banyak memberikan kritikan serta saran yang membangun untuk perbaikan skripsi.
3.
dr. Yekti Hartati Effendi selaku dosen pemandu seminar yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.
4.
drh. M. Rizal Martua Damanik, M. Rep. Sc.,PhD, selaku pembimbing akademik yang telah membantu penulis dalam perkuliahan awal semester.
5.
Seluruh rekan-rekan GMSK 41, GIZ 42 dan 43 yang telah bersedia menjadi responden penulis sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.
6.
Staf komisi pendidikan, mas Rena untuk kesediaan waktunya dalam memberikan data pada penulis mengenai mata kuliah yang telah diambil oleh contoh dalam penelitian ini.
7.
Bapak yang ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun dan (tapi) selalu membutuhkan kehadiranya. Terima kasih atas semuanya yang tak terhingga baik dukungan moril maupun materi.
8.
Ibu yang setiap saat memberi perhatian dan doa dalam setiap sujudnya.
9.
Kakak-kakakku tersayang mba Lia dan mba Pipit yang telah berbagi pengalaman yang sangat berharga kepada penulis.
10. Sdr. Firmansyah Alam yang selalu memberi dorongan agar penulis cepat menyelesaikan skripsi dan selalu membantu penulis dalam segala hal serta memberi penghiburan saat penulis mengalami kejenuhan.
11. Sahabat-sahabat penulis : Lenny, Dhyta, Suci, Yulia, dan Lia yang telah memberi aspirasi, kesediaan waktu, dan dukungan moril pada saat penulis dalam keadaan panik menghadapi seminar ataupun sidang. 12. Rekan-rekan seperjuangan, GMSK 41 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. I Love U All. Terima kasih ya Allah, atas izin dan ridho-Mu skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Engkau anugrahkan pancaindera dan otak ini untuk berfikir serta orang-orang yang Engkau gerakkan untuk membantu penulis sehingga skripsi ini menjadi sebuah karya yang tak ternilai harganya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.
Bogor, Juli 2008
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 7 November 1986 di Tangerang, Provinsi Banten. Penulis merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara pasangan ayahanda Aminuddin dan Ibunda Barikoh. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis adalah pendidikan taman kanak-kanak di TK Nurul Mursyidah yang kemudian dilanjutkan ke SD Islamic Village Tangerang lalu ke SMP Negeri 17 Tangerang, kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Islamic Village Tangerang tahun 2004. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur SPMB. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kepungurusan dan kepanitiaan. Penulis aktif dalam keorganisasian Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian (HIMAGITA) sebagai bendahara divisi kewirausahaan periode 2005-2006, serta aktif sebagai panitia berbagai acara-acara yang berlangsung di Program Studi maupun Fakultas. Penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan. Selain itu, penulis juga aktif di organisasi luar kampus, seperti Forum Silaturahmi Mahasiswa (FOSMA). Forum ini merupakan himpunan mahasiswa yang telah menjadi alumni training Emotional dan Spiritual Quotient (ESQ). Pada tahun 2005-2007, penulis berperan serta secara aktif dalam penyelengaraan training Emotional dan Spiritual Quotient (ESQ) di daerah Bogor.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ...................................................................................................... v DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan .................................................................................................. 2 Hipotesis .................................................................................................... 3 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4 Perilaku terhadap Gizi dan Makanan ......................................................... 4 Pengetahuan tentang Gizi dan Makanan ................................................... 4 Sikap terhadap Gizi dan Makanan ........................................ 6 Praktek tentang Gizi dan Makanan ....................................... 7 Pendidikan gizi ................................................................................ 9 Pendidikan formal ................................................................. 9 Pendidikan nonformal ........................................................... 9 Proses belajar............................................................................................. 10 Akses terhadap informasi ........................................................................... 12 Pedoman Umum Gizi Seimbang .................................................... 12 Makna Pesan-Pesan PUGS ....................................................................... 13 KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................ 20 METODE PENELITIAN .................................................................................... 22 Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 22 Cara Pengambilan Contoh ........................................................................ 22 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................................... 24 Pengolahan dan Analisis Data .................................................................. 24 Definisi operasional .................................................................................... 29 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 31 Karakteristik Contoh ................................................................................... 31 Jenis Kelamin ............................................................................................. 31 Alokasi Pengeluaran untuk Pangan ........................................................... 31 Karakteristik Orangtua ................................................................................ 32 Pendidikan Orangtua .................................................................................. 32 Pendapatan Orangtua ................................................................................ 33 Pendidikan Nonformal ................................................................................ 34 Akses terhadap Informasi Pangan dan Gizi ............................................... 36 Jumlah Mata Kuliah bidang Pangan dan Gizi ............................................. 38 IPK mata kuliah bidang pangan dan gizi .................................................... 40 Pengetahuan tentang Pesan-pesan PUGS ................................................ 40 Sikap tentang Pesan-pesan PUGS ............................................................ 45 Praktek tentang Pesan-pesan PUGS ......................................................... 49
Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktek tentang Pesan-pesan PUGS ................................................................................... 53 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap tentang Pesan-pesan PUGS ......................................................................... 53 Hubungan Pengetahuan dengan Praktek tentang Pesan-pesan PUGS ......................................................................... 54 Hubungan Sikap dengan Praktek tentang Pesan-pesan PUGS ......................................................................... 55 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktek tentang Pesan-pesan PUGS ......................................................................................................... 56 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 59 Kesimpulan ................................................................................................. 59 Saran .......................................................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 61 LAMPIRAN ....................................................................................................... 64
DAFTAR TABEL Halaman 1. Proporsi jumlah contoh tiap kelompok sesuai tingkat pendidikan di perguruan tinggi ................................................................................ 23 2. Proporsi jumlah contoh tiap kelompok contoh sesuai jenis kelamin ..... 23 3. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin.......................................... 31 4. Sebaran contoh berdasarkan besar alokasi pengeluaran untuk pangan .................................................................................................. 32 5. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orangtua .................. 33 6. Sebaran orangtua contoh berdasarkan tingkat pendapatan perbulan ................................................................................................ 34 7. Sebaran contoh berdasarkan tingkat keikutsertaan terhadap organisasi bidang pangan dan gizi ....................................................... 34 8. Sebaran contoh berdasarkan tingkat keikutsertaan terhadap seminar/pelatihan mengenai pangan dan gizi ...................................... 36 9. Sebaran contoh berdasarkan akses terhadap informasi pangan dan gizi ................................................................................................. 37 10. Sebaran contoh berdasarkan tingkat akses informasi pangan dan gizi ................................................................................................. 38 11. Jumlah mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh ................................................................................................... 38 12. Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang istilah pesan-pesan PUGS .............................................................................. 41 13. Sebaran contoh yang dapat menyebutkan isi pesan-pesan PUGS dengan benar ....................................................................................... 42 14. Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar mengenai pertanyaan makna pesan-pesan PUGS .............................. 43 15. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS .............................................................................. 44 16. Sebaran contoh berdasarkan sikap setuju tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 46 17. Sebaran contoh berdasarkan tingkat sikap tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 46 18. Sebaran contoh yang selalu mempraktekkan pesan-pesan PUGS...... 49 19. Sebaran contoh berdasarkan tingkat praktek tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 51 20. Hubungan pengetahuan dengan sikap contoh tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 53 21. Hubungan pengetahuan dengan praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 54
22. Hubungan sikap dengan praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 56 23. Faktor yang mempengaruhi praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 56
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.. Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku gizi mahasiswa bidang gizi tentang pesan-pesan PUGS ......... 21
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuesioner penelitian ........................................................................... 65 2. Daftar nilai mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh kelompok tingkat 4................................................... 73 3. Daftar nilai mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh kelompok tingkat 3................................................... 75 4. Daftar nilai mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh kelompok tingkat 2................................................... 77 5. Daftar nama seminar/pelatihan dan organisasi bidang pangan dan gizi yang telah diikuti contoh ........................................................ 79 6. Hasil uji Kruskal Wallis variabel penelitian.......................................... 80 7. Hasil uji korelasi Spearman variabel penelitian .................................. 81 8. Hasil uji Regresi Logistik variabel penelitian ....................................... 82
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era globalisasi ini, masalah gizi ganda seperti masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih masih dialami penduduk Indonesia. Masalah gizi berkaitan erat dengan kualitas sumberdaya manusia (SDM). Rendahnya kualitas SDM merupakan tantangan berat dalam menghadapi persaingan bebas di era globalisasi. Oleh karena itu, pemerintah perlu meningkatkan upaya dalam pembangunan melalui peningkatan kualitas SDM. Hal ini harus dilakukan secara berkelanjutan agar dapat mencapai perkembangan gizi masyarakat yang baik serta dapat mencapai tujuan globalisasi. Pada dasarnya, masalah gizi ganda ini merupakan masalah perilaku. Oleh sebab itu, diperlukan suatu tindakan pemerintah untuk memperbaiki perilaku tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan melalui pemberian informasi tentang perilaku gizi yang baik dan benar (Depkes 1996). Pada tahun 1992, kongres gizi internasional di Roma menghasilkan keputusan bahwa setiap negara direkomendasikan untuk membuat pedoman umum gizi seimbang (PUGS) guna menciptakan kualitas sumber daya manusia yang baik. Oleh karena itu, Indonesia membuat pedoman umum gizi seimbang (PUGS) yang terdiri dari 13 pesan, yaitu : (1) makanlah aneka ragam makanan, (2) makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi, (3) makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi, (4) batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi, (5) gunakan garam beriodium, (6) makanlah makanan sumber zat besi, (7) berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif) dan tambahkan MP-ASI sesudahnya, (8) biasakan makan pagi, (9) minumlah air bersih, aman, dan cukup jumlahnya, (10) lakukan aktivitas fisik secara teratur, (11) hindari minuman beralkohol, (12) makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, (13) bacalah label pada makanan yang dikemas (Depkes 2005). Pendidikan gizi merupakan salah satu upaya penting yang dapat dilakukan dalam meningkatkan status gizi masyarakat. Oleh karena itu, materi mengenai pesan-pesan PUGS penting dimasukkan dalam kurikulum pada suatu perguruan tinggi khususnya di bidang ilmu gizi.
Pendidikan gizi bagi orang dewasa bisa didapatkan secara formal, non formal maupun informal. Pendidikan gizi secara formal didapatkan dalam kegiatan belajar mengajar di suatu perguruan tinggi dimana materi yang diberikan sesuai dengan kurikulum. Suatu indikator keberhasilan dari kegiatan proses belajar di perguruan tinggi adalah meningkatnya pengetahuan gizi dan terwujudnya perilaku mahasiswa yang sesuai dengan pesan-pesan PUGS. Namun banyak faktor yang mempengaruhi perilaku gizi sesuai pesan-pesan PUGS. Faktor yang dapat mempengaruhinya antara lain faktor sosial ekonomi, budaya, kondisi kesehatan dan sebagainya. Penelitian ini ingin melihat sejauh mana mahasiswa bidang gizi telah menerapkan pesan-pesan PUGS dalam kehidupannya sehari-hari. Penelitian ini terfokus pada pengetahuan, sikap dan praktek mahasiswa bidang gizi tentang pesan-pesan PUGS. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku gizi mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB terhadap pesan-pesan pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Tujuan Khusus Secara khusus tujuan penelitian ini, yaitu : 1. Membandingkan pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2). 2. Membandingkan sikap tentang pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2). 3. Membandingkan praktek tentang pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2). 4. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap dan praktek tentang pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3,dan 2).
5. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktek tentang pesanpesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2) Hipotesis 1. Terdapat perbedaan pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS antara tiga kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2). 2. Tiga kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2) memiliki sikap yang berbeda tentang pesan-pesan PUGS. 3. Terdapat perbedaan praktek tentang pesan-pesan PUGS antara tiga kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2). 4. Terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan dengan sikap dan praktek terhadap pesan-pesan PUGS pada mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2). Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengetahuan, sikap, dan praktek mahasiswa bidang Gizi IPB Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2) tentang pesan-pesan PUGS serta faktor-faktor yang mempengaruhi praktek mahasiswa bidang Gizi IPB Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2) tentang pesan-pesan PUGS. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah dan lembaga terkait lainnya dalam mengembangkan sosialisasi dan penyampaian pesan gizi atau pesan dasar PUGS pada masyarakat luas serta bagi pengelola Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga dan Mayor Ilmu Gizi dalam merencanakan materi dan cara penyampaian materi mengenai pesan-pesan PUGS agar subjek belajar dapat mengetahui dan mempraktekkan pesan-pesan PUGS.
TINJAUAN PUSTAKA Perilaku terhadap gizi dan makanan Perilaku (manusia) adalah seluruh kegiatan atau aktivitas manusia yang dapat terlihat oleh orang lain maupun yang tidak terlihat (Notoatmodjo 2003). Menurut Skiner (1983) diacu dalam Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku terjadi karena adanya proses stimulus terhadap organisme, dimana organisme tersebut akan merespons. Namun, respons yang diberikan sangat tergantung dengan karakteristik individu masing-masing. Oleh karena itu, walaupun stimulus yang diberikan sama tetapi respons yang timbul pada setiap orang berbeda. Faktor yang membedakan respons itu disebut determinan perilaku, diantaranya : 1) Determinan atau faktor internal meliputi karakteristik individu yang bersifat genetik, seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2) Determinan atau faktor eksternal meliputi lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya (Notoatmodjo 2003). Perilaku terbagi ke dalam 3 domain, yaitu kognitif, affektif, dan psikomotor. Ketiga domain ini dapat dinilai dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek (practice) (Bloom 1908 diacu dalam Notoatmodjo 2003). Oleh karena itu, perilaku meliputi pengetahuan, sikap, dan praktek seseorang terhadap makanan. Perilaku makan merupakan respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan utama dalam kehidupan (Notoatmodjo 2003). Perilaku timbul dikarenakan adanya dorongan dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku tidak terjadi secara sporadis (timbul dan hilang pada saat tertentu) melainkan terjadi secara kontinuitas antara perilaku yang satu dan lainnya. Hal ini disebabkan perilaku manusia tidak perrnah berhenti pada suatu waktu (Purwanto 1999). Pengetahuan tentang Gizi dan Makanan Definisi pengetahuan secara luas yaitu hasil penginderaan seseorang melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba tehadap suatu objek tertentu. Selain itu, pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan lebih lama dibanding tidak didasari dengan pengetahuan (Notoatmodjo 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dalam domain kognitif memiliki 6 tingkatan diantaranya, yaitu : 1. Tahu (know) Tingkatan tahu (know) ini merupakan tingkatan dari pengetahuan yang terendah. Mengingat kembali (recall) sesuatu yang telah dipelajari termasuk ke dalam tingkat ini. Tingkat pengetahuan ini dapat diukur melalui kata kerja, seperti menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2. Memahami (comprehension) Memahami merupakan kemapuan seseorang dalam menjelaskan suatu objek
serta
dapat
mengintrepetasikannya
dengan
benar.
Tingkat
pengetahuan ini dapat diukur melalui kata kerja, seperti menjelaskan, menyebutkan contoh, meramalkan, menyimpulkan, dan sebagainya. 3. Aplikasi (aplication) Aplikasi merupakan kemampuan seseorang untuk menerapkan materi yang pernah dipelajarinya, seperti penggunaan rumus, metode, prinsip, dan sebagainya. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan suatu materi ke dalam komponen-komponen secara berkaitan dan terstruktur. Tingkat pengetahuan ini dapat diukur melalui kata kerja, seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis mengarah kepada kemampuan seseorang dalam membentuk formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Tingkat pengetahuan ini dapat diukur melalui kata kerja, seperti menyusun, merencanakan, meringkaskan, meneysuaikan, dan sebagainya. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi merupakan kemampuan seseorang melakukan penilaian terhadap suatu objek yang didasari dengan kriteria-kriteria tertentu. Pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari beberapa macam proses belajar, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal (Idris 1982 diacu dalam Emilia 1998). Berdasarkan hasil penelitian Yusra (1998) terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan gizi dengan tingkat pendidikan seseorang.
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang dalam memilih makanan yang akan mempengaruhi status gizinya. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka akan semakin baik status gizinya (Irawati, Damanhuri & Fahrurozi 1992 diacu dalam Khomsan et al 2007). Pengetahuan gizi dapat diukur dengan cara wawancara atau angket yang mencakup materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmodjo 2003). Sikap terhadap Gizi dan Makanan Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap menggambarkan suka atau tidaknya seseorang terhadap suatu objek. Sikap belum menunjukkan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi sikap merupakan predisposisi tindakan dari suatu perilaku (Notoatmodjo 2003). Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (emosi,
perasaan),
dan
konatif
(tindakan).
Komponen
kognitif
sikap
menggambarkan pengetahuan seseorang tentang suatu objek. Komponen afektif sikap menggambarkan perasaan dan emosi seseorang terhadap suatu objek. Sedangkan komponen konatif sikap menggambarkan kecenderungan seseorang untuk melakukan tindakan yang berkaitan dengan objek sikap. Sikap juga memiliki dimensi positif, netral, dan negatif. Sikap dapat berubah dengan berjalannya waktu (Sumarwan 2003). Adanya hubungan yang kuat antara sikap dan tingkah laku (Fishbein & Ajzen 1975). Oleh karena itu, sikap dapat mempengaruhi perilaku makan secara langsung karena sikap merupakan suatu keadaan jiwa dan keadaan pikiran atau daya nalar untuk memberi tanggapan terhadap sesuatu hal (Engel, Blackwell & Miniard 1994). Menurut Khumaidi (1994) sikap dipengaruhi oleh lingkungan alam, budaya, sosial, dan ekonomi. Sikap seseorang terhadap suatu objek dapat timbul dalam konteks situasi. Oleh karena itu, sikap dapat dipengaruhi oleh suatu situasi atau keadaan (Sumarwan
2003).
Sehingga
seseorang
dapat
bersikap
berdasarkan
pengalamannya tanpa mengerti situasinya secara lengkap (Engel, Blackwell & Miniard 1994). Menurut Allport (1954) diacu dalam Notoatmodjio (2003) sikap memiliki 3 komponen pokok, diantaranya : 1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen tersebut saling mendukung dalam pembentukan sikap yang utuh. Selain itu, sikap juga memiliki beberapa tingkatan seperti halnya pengetahuan.
Tingkatan-tingkatan
tersebut,
yaitu
menerima
(receiving),
merespon (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab (responsible) (Notoatmodjo 2003). Menurut penelitian Yusra (1998) sikap terhadap gizi dan makanan dapat dipengaruhi oleh tingginya tingkat pengetahuan seseorang. Terdapat hubungan yang nyata antara sikap gizi dengan tingkat pendidikan formal seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang, maka akan semakin baik sikapnya terhadap gizi dan makanan. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pengukuran yang dilakukan secara langsung yaitu dengan mewawancarai atau memberi pertanyaan kepada responden mengenai pendapatnya terhadap suatu objek (Notoatmodjo 2003). Praktek tentang Gizi dan Makanan Praktek konsumsi pangan merupakan bentuk penerapan kebiasaan makanan (Sanjur 1982). Kebiasaan merupakan cara-cara individu atau kelompok masyarakat dalam memilih, mengkonsumsi, dan menggunakan makanan yang tersedia, yang didasarkan pada latar belakang sosio budaya (Hertog et al 1983 diacu dalam Emilia 1998). Praktek konsumsi pangan merupakan hasil interaksi antar pengetahuan gizi dan sikap terhadap gizi (Sanjur 1982). Perilaku dalam menerapkan sesuatu informasi terbentuk dimulai dengan domain kognitif yang merupakan rangsangan dari luar sehingga menimbulkan pengetahuan baru dalam diri manusia (Notoatmodjo 2003). Pengetahuan dengan sikap seseorang terhadap suatu obyek tidak sama. Pengetahuan saja tidak dapat menjadi pendorong seseorang untuk melakukan suatu praktek. Pengetahuan akan menjadi sikap dan praktek apabila disertai kesiapan pada diri seseorang untuk melakukannya sesuai pengetahuan yang dimilikinya (Purwanto 1999). Menurut hasil penelitian Yusra (1998) terdapat hubungan yang nyata antara praktek gizi dengan pengetahuan gizi dan tingkat pendidikan formal seseorang. Menurut Lunandi (1984) pengetahuan yang didapat oleh seseorang menyebabkan seseorang tersebut memiliki keterampilan. Keterampilan serta material yang tersedia akan mengarahkan seseorang pada perubahan perilaku.
Perilaku baru terjadi akibat dari perubahan sikap baru yang menyebabkan bertambahnya pengetahuan baru. Dengan demikian, seseorang akan melatihkan keterampilan baru dengan didukung material yang dibutuhkan (Lunandi 1984). Perilaku atau praktek seseorang dalam pemilihan makanan yang terjadi secara berulang–ulang dapat dikatakan sebagai kebiasaan makan (Khumaidi 1994). Perkembangan perilaku makan seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan makan dalam keluarga melalui proses sosialisasi. Faktor kebiasaan makan yang tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari pengaruh faktor luar, seperti faktor lingkungan ekologi (ciri tanaman pangan, ternak, dan ikan yang tersedia yang dapat dibudidayakan), faktor lingkungan budaya, dan sistem ekonomi. Pada hakekatnya kebiasaan makanan ini bersifat dinamis dan dapat berubah akibat beberapa faktor yang terkait (Sajogyo 1994). Perubahan sosial ekonomi dapat menyebabkan perubahan kebiasaan makan (Hartog 1995). Menurut Frankle & Owen (1993) untuk merubah perilaku makan seseorang agar menjadi lebih baik memerlukan beberapa aspek pendukung, seperti biaya untuk makan, akses dan kemampuan, waktu, dan lainnya. Dengan demikian, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ananda (2000) bahwa terdapat pengaruh nyata antara variabel penerimaan dan pengeluaran untuk pangan terhadap tingkat konsumsi seseorang. Menurut Padmiari & Hadi (2001) seseorang yang memiliki pendapatan tinggi cenderung akan membeli makanan yang mahal. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pengeluarannya untuk pangan. Sejalan dengan meningkatnya pendapatan, kecenderungan pola makan pun akan berubah, yaitu terjadi peningkatan dalam asupan lemak dan protein hewani serta gula, diikuti dengan penurunan lemak dan protein nabati serta karbohidrat. Peningkatan pendapatan juga berhubungan dengan peningkatan frekuensi makan di luar rumah yang biasanya tinggi lemak (WHO 2000). Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pemilihan makanan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan atau penentuan jenis dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi seseorang, yaitu selera, tersedia, faktor sosial, ekonomi, pendidikan, dan lainnya (Riyadi 1996). Seseorang dengan pendapatan tinggi cenderung akan lebih memilih pangan yang baik dalam jumlah maupun jenisnya (WHO 2000).
Perubahan biologis, psikologis, dan kognitif pada remaja berpengaruh langsung
terhadap
status
gizinya.
Perkembangan
psikologi
remaja
mempengaruhi kebiasaan makannya, seperti meninggalkan waktu makan, makan berlebihan, mengkonsumsi suplemen, dan memiliki makanan kesukaan (Stang & Story 2005). Pada
masa
dewasa
awal,
seseorang
cenderung
untuk
mudah
dipengaruhi oleh teman sebayanya. Oleh karena itu, semakin lama orang dewasa muda melanjutkan studi di perguruan tinggi atau akademi, maka akan semakin panjang periode pengaruh teman sebaya dan makin lama mereka berperilaku sesuai dengan standar teman kelompok sebaya (Hurlock 1999). Menurut hasil penelitian Smith, Baghurst, & Owen (1995) jenis kelamin tidak mempengaruhi praktek gizi seseorang. Pendidikan Gizi Pendidikan adalah suatu proses interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya, yaitu lingkungan alam semesta, lingkungan sosial, masyarakat, sosial-ekonomi, sosial-politik dan
sosial-budaya. Pendidikan gizi
dapat diperoleh secara formal, nonformal maupun informal (Hadikusumo 1996). Menurut hasil penelitian Smith, Baghurst, & Owen (1995) pendidikan gizi berhubungan secara nyata dengan pengetahuan, sikap, dan kepercayaan serta diduga kuat memilki hubungan dengan perubahan perilaku seseorang. Namun, pendidikan gizi berhubungan secara nyata dengan pengetahuan, sikap, dan kepercayaan lebih memilki hubungan dengan perilaku seseorang terhadap pemilihan makanan. Pendidikan Formal Pendidikan formal merupakan pendidikan yang dilaksanakan pada suatu organisasi tertentu, seperti universitas dimana di dalamnya terlihat ada penjenjangan, program pembelajaran, jangka waktu proses belajar serta memperhatikan
proses
penerimaan
pelajaran
oleh
murid
dan
lain-lain
(Hadikusumo 1996). Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan pengetahuan gizi. (Sanjur 1982). Menurut hasil penelitian Taren et al (2001) penambahan kurikulum atau jumlah mata kuliah ilmu gizi akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan praktek gizi seseorang. Pendidikan Nonformal Pendidikan gizi juga dapat diperoleh melalui pendidikan secara nonformal. Pendidikan nonformal merupakan suatu bentuk kegiatan pendidikan
di luar dari pendidikan pada organisasi tertentu, seperti universitas dan diselenggarakan secara terorganisasi yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dasar masyarakat (Hadikusumo 1996). Pendidikan nonformal ini berfungsi sebagai penambah, pelengkap, dan pengganti pendidikan formal. Pendidikan nonformal lebih menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang selalu berubah (Komar 2006). Selain itu, pendidikan gizi tidak hanya dapat diperoleh melalui kedua jenis pendidikan tersebut tetapi juga dapat dilakukan secara informal, yaitu pendidikan gizi yang diperoleh dari lingkungan keluarga atau masyarakat dan berlangsung tanpa organisasi, pendidik khusus, maupun evaluasi formal (Hadikusumo 1996). Pada saat mencapai masa dewasa awal, seseorang mengalami perubahan nilai dalam dirinya. Perubahan nilai yang dialami pada masa dewasa awal seperti cara memandang pendidikan. Pada masa ini, seseorang tidak lagi memandang pendidikan hanya sebagai kewajiban yang harus ditempuh. Namun, mereka akan memandang pendidikan merupakan sesuatu hal yang dapat membantu mereka dalam meraih keberhasilan sosial, karier, dan kepuasan pribadi. Perubahan tersebut dapat memacu seseorang untuk mencari ilmu dengan mengikuti kegiatan belajar, seperti kursus (Hurlock 1999). Perubahan nilai ini terjadi karena seseorang cenderung menginginkan agar dirinya dapat diterima di masyarakat. Oleh karena itu, mereka harus menerima nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat dan menerapkannya. Nilainilai baru yang diperolehnya tersebut dapat menumbuhkan minat baru dalam dirinya.
Orang-orang
dewasa
awal
dalam
memenuhi
keinginan
untuk
meningkatkan status sosial, mereka cenderung giat mengikuti organisasiorganisasi sosial di lingkungannya (Hurlock 1999). Organisasi adalah suatu pola komunikasi dan hubungan kelompok manusia dalam hal membuat dan melaksanakan keputusan (Simon 1997 diacu dalam Syafaruddin & Anzizhan 2004). Pengalaman dalam aktivitas di luar sekolah atau organisasi termasuk ke dalam pendidikan nonformal (Syafaruddin & Anzizhan 2004). Proses Belajar Proses belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berfungsi untuk perkembangan individu sebagai perorangan maupun individu sebagai makhluk sosial. Terjadinya suatu perubahan atau reaksi individu terhadap lingkungannya merupakan tujuan dari proses belajar. Terdapat 3 domain dalam proses belajar,
yaitu pengertian (cognitive domain), sikap (affective domain), dan tindakan atau ketrampilan (psikomotor domain) (Depkes 1995). Belajar merupakan suatu proses yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Dimana pengetahuan dan pengalaman tersebut akan mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku yang relatif mantap (Hamalik 2003). Menurut Engel, Blackwell & Miniard (1994) proses belajar terbagi dalam dua jenis, yaitu proses belajar kognitif dan proses belajar perilaku. Proses belajar kognitif adalah proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan pengetahuan yang dihasilkan dari suatu informasi yang disimpan dalam jangka panjang. Menurut Solomon (1999) diacu dalam Sumarwan (2003) proses belajar perilaku adalah proses belajar yang terjadi karena adanya reaksi dari lingkungan atau stimulus dari luar. Hasil dari proses belajar dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada tingkah lakunya. Perubahan yang terjadi tersebut dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang (Hamalik 2003). Hal ini sejalan dengan pendapat Winkel (1996), yaitu hasil dari proses belajar dapat mengakibatkan perubahan pada seseorang dalam sikap dan tingkah lakunya. Kegiatan belajar dan mengajar yang menggunakan metode latihan akan menghasilkan kemampuan peserta didik yang lebih terarah (Suhardjo 2003). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar, yaitu faktor materi, lingkungan, instrumental, dan faktor individual subjek belajar. Materi yang dipelajari menentukan proses dan hasil belajar, seperti belajar pengetahuan, belajar sikap atau keterampilan. Kemudian lingkungan, baik lingkungan fisik (suhu, kelembaban udara, dan kondisi tempat belajar) dan lingkungan sosial (interaksi dengan lingkungan). Faktor Instrumental, seperti perlengkapan belajar atau alat peraga dan kurikulum, pengajar serta metode pembelajaran. Sedangkan faktor individual subjek belajar meliputi kondisi fisik individu, seperti (status gizi, kondisi panca indera) dan kondisi psikologis, seperti intelijensi, daya tangkap, ingatan, motivasi dan sebagainya (Suhardjo 2003). Kemampuan motorik mencapai masa puncaknya pada usia duapuluhan. Dimana kecepatan respons maksimal berada pada masa ini. Proses belajar pada masa ini sangat baik terutama dalam belajar menguasai ketrampilan-ketrampilan motorik yang baru. Selain itu, kemampuan mental untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru, seperti mengingat hal yang telah
dipelajari, penalaran analogis, dan berfikir kreatif. Pada masa dewasa awal ini, prestasi kreatifitas wanita lebih tinggi dibanding pria karena wanita lebih banyak diberikan kesempatan dibandingkan pria (Hurlock 1999). Akses tehadap Informasi Informasi dapat diakses oleh siapapun melalui media massa atau lainnya. Media massa yang dijadikan saluran komunikasi bagi sejumlah orang antara lain televisi, radio, majalah dan koran, buku, dan sebagainya. Menurut Hurlock (1999) pada masa dewasa awal, seseorang cenderung menyukai membaca surat kabar atupun majalah. Selain itu, radio merupakan media
yang
mereka
senangi
dalam
rangka
mencari
hiburan
maupun
mendengarkan berita. Media massa dapat memicu respon yang akan berdampak pada tindakan nyata seseorang. Namun, pengaruh dari media massa sulit diidentifikasi karena banyak faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan. Media massa saja tidak dapat membuat perubahan perilaku yang bertahan dalam jangka panjang pada seseorang (Ewles & Simnett 1994). Diskusi tatap muka penting dilakukan karena lebih efektif untuk membuat perubahan perilaku pada seseorang. Diskusi tatap muka yang dapat dilakukan adalah konsultasi atau diskusi dengan tenaga medis dan paramedis, kader, dan lainnya (Ewles & Simnett 1994). Pedoman Umum Gizi Seimbang Manusia memerlukan zat gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam jumlah yang cukup. Selain kelima zat gizi tersebut, manusia juga membutuhkan serat dan air yang berfungsi untuk memperlancar berbagai proses faali tubuh (Depkes 2005). Pengetahuan mengenai cara menyusun menu seimbang yang didasarkan “Empat Sehat Lima Sempurna” sangat diperlukan karena dapat menjamin kesehatan dan gizi yang baik (Kardjati 1985 diacu dalam Yusra 1998). Hampir semua negara yang mengikuti Kongres Gizi Internasional menyadari perlunya disusun Nutritional Guidelines sebagai tindak lanjut dari Kongres Gizi Internasional di Roma, Itali pada tahun 1992. Oleh karena itu, Indonesia membuat pedoman umum gizi seimbang (PUGS) yang bertujuan untuk mencegah timbulnya berbagai masalah gizi (Rai 1997 diacu dalam Yusra 1998). Pada dasarnya kelahiran PUGS merupakan suatu proses dinamisasi dan penjabaran secara operasional dari slogan ”Empat Sehat Lima Sempurna”.
Dalam PUGS terkandung 13 pesan dasar tentang perilaku makan yang diharapkan dapat mencegah permasalahan gizi. Adapun isi dari 13 pesan tersebut antara lain : 1. Makanlah aneka ragam makanan 2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi 3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi 5. Gunakan garam beriodium 6. Makanlah makanan sumber zat besi 7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya 8. Biasakan makan pagi 9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya 10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur 11. Hindari minum minuman beralkohol 12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan 13. Bacalah label pada makanan yang dikemas (Depkes 2005). Makna Pesan-Pesan PUGS 1. Makanlah aneka ragam makanan Makanan yang beraneka ragam, yaitu makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun, dan pengatur. Makanan sumber zat tenaga antara lain : beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti, dan mie. Makanan sumber zat pembangun merupakan makanan yang berasal dari pangan nabati dan hewani. Pangan nabati, seperti kacang-kacangan, tempe, tahu dan pangan hewani, seperti telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahannya, sedangkan makanan sumber zat pengatur, yaitu seluruh sayursayuran dan buah-buahan (Depkes 2005). Makanlah makanan yang beragam dalam setiap kali makan sehari-hari. Setiap kali hidangan makan dianjurkan minimal terdapat satu jenis pangan sumber zat tenaga, satu jenis pangan sumber pembangun, dan satu jenis pangan sumber zat pengatur(Depkes 2005). Makan makanan yang beragam dapat memelihara kesehatan karena kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur yang dibutuhkan tubuh terpenuhi. Oleh karena itu, perlu mengkonsumsi aneka
ragam jenis bahan makanan untuk mencapai konsumsi zat gizi secara lengkap dan seimbang (Depkes 2005). 2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi Energi dibutuhkan oleh seseorang untuk melakukan aktivitas. Energi didapatkan dari makanan yang dikonsumsi. Makanan yang dapat memenuhi kebutuhan energi, yaitu makanan sumber karbohidrat, protein, dan lemak (Depkes 2005). Menurut hasil analisis estimasi energi basal metabolisme (EBM) berdasarkan berat badan Oxford Equation yang dilakukan pada populasi ASIA, angka kecukupan energi (AKE) bagi orang dewasa khususnya umur 19-29 tahun yang berjenis kelamin wanita adalah 1900 Kal. Sementara angka kecukupan energi (AKE) pria pada kelompok umur 19-29 tahun adalah 2550 Kal (Hardinsyah & Tambunan 2004). Berat badan dapat dijadikan indikator kecukupan energi seseorang. Apabila seseorang memiliki berat badan yang normal, maka kecukupan asupan energinya sudah terpenuhi. Asupan energi yang berlebihan akan menimbulkan dampak kegemukan. Namun, apabila konsumsi energinya kurang, maka akan dapat menurunkan produktivitas kerja seseorang serta dalam waktu yang lama akan menimbulkan kekurangan gizi dan penurunan berat badan (Depkes 2005). 3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi Karbohidrat terdiri dari karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Karbohidrat sederhana, seperti gula. Konsumsi gula dibatasi sampai 5% atau sekitar 3-4 sendok makan dari jumlah kecukupan energi per hari, sedangkan karbohidrat kompleks, yaitu padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang), dan makanan lain, seperti tepung, sagu, dan pisang (Depkes 2005). Karbohidrat kompleks sangat baik dikonsumsi untuk tujuan pengendalian kadar glukosa darah (Whitney et al 1998 diacu dalam Hardinsyah & Tambunan 2004). Makanan sumber energi utama yang biasa dikonsumsi orang Indonesia adalah nasi, jagung, ubi atau sagu. Makanan sumber energi ini tidak mengadung zat gizi yang lengkap. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mengkonsumsi pangan sumber karbohidrat hanya 50-60% dari kebutuhan energi (Depkes 2005).
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi Sebagian besar lemak (99%) dalam tubuh, yaitu trigliserida (Hardinsyah & Tambunan 2004). Lemak dan minyak merupakan sumber energi tertinggi dibanding bahan pangan lainnya. Setiap 1 gram lemak menghasilkan 9 Kal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menyumbang 4 Kal (Depkes 2005). Oleh karena itu, proporsi konsumsi energi dari lemak dan minyak yang dianjurkan adalah 20% dari total konsumsi energi dan tidak melebihi 30% (Simopoulus et al 2000 diacu dalam Hardinsyah & Tambunan 2004). Apabila mengkonsumsi
lemak
dalam
jumlah
yang
berlebihan
maka
akan
mengakibatkan kebutuhan zat gizi lain tidak terpenuhi. Komposisi konsumsi lemak yang dianjurkan, yaitu 2:1 antara makanan sumber lemak nabati dan makanan sumber lemak lemak nabati (Depkes 2005). Lemak dan minyak yang terdapat dalam makanan selain befungsi untuk meningkatkan jumlah energi juga dapat membantu penyerapan vitamin larut lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K serta menambah cita rasa makanan. Lemak terdiri dari tiga kelompok, mulai dari yang paling mudah dicerna hingga sulit dicerna, yaitu lemak yang mengandung asam lemat tak jenuh ganda, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh (Depkes 2005). Jenis lemak atau minyak yang banyak mengandung lemak jenuh, yaitu lemak/gajih, minyak kelapa, mentega, minyak inti sawit, dan coklat (Duyff 1998 diacu dalam Hardinsyah & Tambunan 2004). 5. Gunakan garam beriodium Iodium berfungsi dalam produksi hormon tiroid. Hormon ini sangat dibutuhkan dalam perkembangan dan pertumbuhan saraf otot pusat, pertumbuhan tulang, perkembangan fungsi otak dan sebagian besar metabolisme sel tubuh, pengaturan suhu tubuh, sintesa protein, reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan neuromuskular (Kartono & Soekarti 2004). Kekurangan iodium akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan otak pada anak, tekanan darah rendah, dan gondok. Kecukupan iodium menurut FAO/WHO (2001) untuk kelompok umur diatas 12 tahun, pria dan wanita adalah 150 µg/hari (Kartono & Soekarti 2004). Anjuran pemenuhan kebutuhan garam iodium, yaitu tidak boleh lebih dari 6 gram per hari atau satu sendok teh setiap hari. Hal tersebut dikarenakan di
dalam garam beriodium mengandung natrium. Apabila konsumsi garam berlebihan, maka akan dapat memicu timbulnya penyakit, seperti tekanan darah tinggi, stroke, dan lainnya (Depkes 2005). Pangan sumber iodium adalah ikan dan kerang yang mengandung iodium tinggi, dan pangan nabati tinggi iodium, seperti rumput laut (Kartono & Soekarti 2004). Menurut Kodyat (1998) diacu dalam Emilia (1998) penambahan garam pada makanan sebaiknya dilakukan setelah makanan dimasak karena kandungan iodium mudah rusak atau hilang saat makanan dimasak. 6. Makanlah makanan sumber zat besi Zat besi merupakan salah satu unsur yang berfungsi dalam pembentukan sel darah merah. Zat besi terdapat dalam makanan. Oleh karena itu, zat besi dapat diperoleh dari makanan sehari-hari (Depkes 2005). Apabila konsumsi pangan sumber zat besi rendah, maka dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan penyakit anemia gizi atau penyakit kurang darah. Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh, kemampuan kognitif, dan lainnya (Depkes 2005). Menurut FAO/WHO (2001) diacu dalam Kartono & Soekarti (2004) kecukupan zat besi untuk pria pada kelompok umur 19 tahun keatas adalah 13 mg/hari, sedangkan kecukupan untuk wanita pada kelompok umur yang sama adalah 26 mg/hari. Bahan pangan sumber zat besi adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran yang berwarna hijau tua. Kekurangan zat besi dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat penyerapan zat besi (Fe) dalam tubuh. Sumber zat besi (Fe) yang berasal dari nabati hanya diserap 12%, sedangkan yang berasal dari hewani mencapai 10-20%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pangan sumber zat besi yang berasal dari pangan hewani memiliki daya penyerapan yang lebih tinggi dibanding sumber zat besi (Fe) asal nabati (Depkes 2005). Selain itu, konsumsi vitamin C yang rendah akan menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh (Kartono & Soekarti 2004). Tanin dalam teh juga dapat menghambat absorpsi besi dengan cara mengikatnya (Almatsier 2002). 7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan untuk bayi yang memiliki kelebihan dalam segi gizi, kekebalan, dan kejiwaan. ASI harus diberikan pada bayi
segera setelah dilahirkan (30 menit setelah lahir). Hal ini disebabkan oleh daya isap bayi sangat kuat pada masa ini sehingga dapat merangsang produksi ASI selanjutnya (Depkes 2005). ASI yang keluar pada saat pertama kali merupakan kolostrum. Dimana kolostrum
berwarna
kekuning-kuningan
dan
lebih
kental.
Kolostrum
mengandung vitamin A yang tinggi dan zat kekebalan. Oleh karena itu, bayi harus diberikan kolostrum (Depkes 2005). Bayi pada usi 0-6 bulan dianjurkan untuk diberikan ASI eksklusif, artinya bayi hanya diberikan ASI saja. Tidak dianjurkan untuk diberi makanan selain ASI. Hal tersebut dikarenakan bayi belum mampu memproduksi enzim untuk mencerna makanan lain (Depkes 2005). 8. Biasakan makan pagi Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi tubuh. Sarapan sangat bermanfaat untuk memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan, dan
meningkatkan
produktifitas
kerja.
Selain
itu,
sarapan
dapat
meningkatkan konsentrasi belajar sehingga pemahaman terhadap pelajaran menjadi lebih mudah. Kebiasaan makan pagi dapat membantu dalam memenuhi kecukupan gizi (Depkes 2005). Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk sarapan atau makan pagi sebelum melakukan aktivitas sehari-hari. Makan pagi sebaiknya terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun, dan sumber zat pengatur (Depkes 2005). 9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya Sekitar 60% tubuh orang dewasa terdiri dari air (Soekirman 2000). Air dalam tubuh berfungsi unuk melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh, mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh, mengatur suhu tubuh, mengeluarkan bahan sisa (sisa metabolisme) dari dalam tubuh (Depkes 2005). Anjuran untuk mengkonsumsi air minum sehari adalah sekurangkurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap hari. Selain jumlahnya yang cukup, air yang dikonsumsi juga harus aman. Air yang aman adalah air yang jernih, tidak mengandung kuman penyakit dan bahan beracun, tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau serta air dianjurkan untuk dimasak sampai mendidih terlebih dahulu sebelum dikonsumsi (Depkes 2005).
10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur Salah satu syarat menjaga kesehatan adalah menjaga kebugaran badan dengan menjaga berat badan yang ideal. Berat badan adalah indikator kesehatan yang penting bagi setiap orang (Soekirman 2000). Konsumsi energi dengan kegiatan fisik atau olahraga harus seimbang. Apabila tidak seimbang maka akan menyebabkan berat badan kurang atau berlebih. Hal tersebut dapat meningkatkan resiko berkembangnya beberapa penyakit kronis, seperti penyakit hati, tekanan darah tinggi, dan diabetes (Depkes 2005). 11. Hindari minum minuman beralkohol Kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol dapat menyebabkan terhambatnya penyerapan zat gizi dalam tubuh, kurang gizi akibat kehilangan zat gizi penting, timbulnya beberapa penyakit seperti gangguan hati dan kerusakan saraf otak dan jaringan serta menjadi ketagihan dan kehilangan kendali diri. Oleh sebab itu, dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi minuman beralkohol (Depkes 2005). 12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan Makanan yang baik tidak hanya makanan yang mengandung zat gizi yang lengkap dan seimbang, melainkan harus bebas dari kuman, cemaran, racun, tidak mengalami perubahan bentuk, warna, aroma, rasa, dan diolah dengan cara yang benar sehingga menncegah kehilangan beberapa zat gizi rusak dan tidak bertentangan dengan nilai agama yang dianut (halal) (Depkes 1995). Selain itu, makanan juga harus aman dan sehat karena penting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Makanan yang dikatakan tidak aman, yaitu makanan yang sudah berlendir, berjamur, aroma dan rasa serta warna berubah, atau pada makanan kemasan terjadi kerusakan pada kemasan, seperti kaleng karatan, kaleng tidak utuh (menggembung atau peot), dan tidak melewati tanggal kadarluasa (Depkes 1995). 13. Bacalah label pada makanan yang dikemas Label adalah tulisan, tag, gambar atau deskripsi lain yang tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apapun, pemberian kesan yang melekat pada suatu wadah atau pengemas (Tejasari 2003). Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas sangat
membantu
konsumen
untuk
mengetahui
bahan-bahan
yang
terkandung dalam makanan tersebut serta susunan zat gizinya (Depkes 2005). Selain itu, dapat memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi pada konsumen yang berisiko tinggi karena memiliki penyakit tertentu, seperti alergi (Nurjanah 1992 diacu dalam Emilia 1998). Oleh karena itu, dianjurkan untuk membaca label pada makanan yang dikemas terutama keterangan tentang tanggal kadarluasa sebelum membeli atau mengkonsumsi makanan tersebut (Depkes 2005).
KERANGKA PENELITIAN Di dalam PUGS terdapat 13 pesan dasar mengenai perilaku gizi yang baik dan benar. Namun, tidak seluruh dari 13 pesan dasar tersebut yang dapat diterapkan oleh mahasiswa. Beberapa pesan dasar yang dapat diterapkan oleh mahasiswa, yaitu (1) konsumsi makanan yang beragam dan mencukupi kebutuhan energi, (2) konsumsi makanan sumber karbohidrat dan lemak, (3) konsumsi garam beriodium, (4) konsumsi makanan sumber zat besi, (5) makan pagi sebelum melakukan aktivitas sehari-hari, (6) konsumsi air minum yang bersih, aman dan cukup jumlahnya, (7) melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur, (8) konsumsi makanan dan minuman yang aman bagi kesehatan, (9) memperhatikan label pada makanan yang dikemas. Kesembilan pesan tersebut merupakan ringkasan dari 13 pesan dasar PUGS. Banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi praktek seseorang tentang pesan-pesan PUGS. Faktor-faktor tersebut adalah pengetahuan dan sikap tentang pesan-pesan PUGS, karakteristik individu, seperti jenis kelamin dan alokasi pengeluaran untuk pangan serta karakteristik keluarga, seperti pendapatan dan pendidikan orangtua. Pendidikan formal yang dilihat dari jumlah mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari beserta nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) mata kuliah tersebut, pendidikan nonformal, seperti seminar/pelatihan dan organisasi bidang pangan dan gizi serta akses informasi pangan dan gizi dari berbagai sumber, seperti media cetak dan elektronik, tenaga medis dan paramedis, kader, keluarga, dan lainya juga dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan praktek seseorang tentang pesan-pesan PUGS. Sikap seseorang tentang pesan-pesan PUGS juga dipengaruhi oleh banyak hal. Pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS, karakteristik individu dan keluarga, pendidikaan formal, pendidikan nonformal serta akses informasi pangan dan gizi dapat mempengaruhi sikap seseorang tentang pesan-pesan PUGS. Karakteristik individu dan keluarga, pendidikan yang dijalani baik yang formal
maupun
nonformal
serta
akses
informasi
dapat
mempengaruhi
pengetahuan seseorang tentang pesan-pesan PUGS. Selain itu, kondisi individu dan lingkungan baik fisik maupun sosial dapat juga mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang pesan-pesan PUGS. Namun, dalam penelitian ini faktor lingkungan dan kondisi individu tersebut tidak menjadi variabel yang diteliti.
Kondisi Individu : - Kesehatan fisik - Kecerdasan - Motivasi
Karakteristik Individu & Keluarga : - Jenis Kelamin - Alokasi pangan individu - Pendapatan orangtua - Pendidikan ayah - Pendidikan ibu
Pendidikan Formal : - Jumlah MK bid. pangan & gizi - IPK MK bid. pangan & gizi Pendidikan Nonformal : - Seminar/pelatihan bid. pangan & gizi - Organisasi bid. pangan & gizi - Dan lain-lain Akses Informasi pangan & gizi: - Media cetak - Media elektronik - Tenaga medis dan paramedis - Kader - Keluarga - Dan lain-lain
Lingkungan : - Fisik (Tempat & Peralatan belajar) - Sosial
Pengetahuan tentang Pesan-pesan PUGS
Sikap tentang Pesan-pesan PUGS
Praktek tentang Pesan-pesan PUGS, meliputi : 1. Konsumsi makanan yang beragam dan mencukupi kebutuhan energi 2. Konsumsi makanan sumber karbohidrat dan lemak 3. Konsumsi garam beriodium 4. Konsumsi makanan sumber zat besi 5. Makan pagi sebelum melakukan aktivitas sehari-hari 6. Konsumsi air minum yang bersih, aman dan cukup 7. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur 8. Konsumsi makanan yang aman 9. Memperhatikan label pada makanan yang dikemas
Ket.
: Variabel yang tidak diteliti : Variabel yang diteliti : Hubungan yang tidak dianalisis : Hubungan yang dianalisis
Gambar 1 Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku gizi mahasisiwa bidang gizi tentang pesan-pesan PUGS.
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Bogor. Penelitian dilakukan di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga. Pemilihan tempat ini didasarkan pada tingginya aktivitas dari mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) di kampus IPB Darmaga Bogor. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2008. Cara Pengambilan Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian IPB tingkat 4 (Phassing Out) serta mahasiswa bidang gizi Fakultas Ekologi Manusia IPB tingkat 3 dan 2. Jumlah populasi yang akan diteliti berjumlah 210 orang. Dalam penentuan jumlah contoh digunakan rumus Isaac dan Michael. . . . . . Dimana : Jumlah contoh %
= 1.1 , diasumsikan kesalahan sebesar 10%
Jumlah populasi (210) 50% = 0.5 1 - P = 1 - 0.5 = 0.5 5% = 0.05 Jumlah contoh minimum yang didapat dari perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, yaitu 118 orang dari populasi yang akan diteliti. Populasi yang akan diteliti terbagi menjadi 4 kelompok berdasarkan tingkat pendidikan di perguruan tinggi, yaitu tingkat 4, 3, 2, dan 1. Oleh karena itu, diperlukan proporsi contoh yang tepat dari setiap kelompok tersebut. Tetapi dalam penelitian ini hanya mengambil contoh dari tingkat 4, 3, dan 2 karena contoh pada tingkat 1 belum mendapatkan mata kuliah bidang pangan dan gizi.
Perhitungan proporsi contoh sesuai kelompoknya dapat dilihat pada perhitungan dengan menggunakan rumus berikut :
Dimana : ni
= Jumlah contoh tiap kelompok sesuai tingkat pendidikan di perguruan tinggi
Ni
= Jumlah populasi pada tiap kelompok populasi
N
= Jumlah keseluruhan contoh (mahasiswa tingkat 4, 3, dan 2)
n
= Jumlah contoh
Tabel 1 Proporsi jumlah contoh tiap kelompok contoh sesuai tingkat pendidikan di perguruan tinggi Kelompok Mahasiswa tingkat 4 Mahasiswa tingkat 3 Mahasiswa tingkat 2
Jumlah 69 71 70
Jumlah contoh 39 41 40
Jumlah proporsi contoh sesuai jenis kelamin dapat diperoleh dari rumus sebagai berikut :
Dimana : nij = Jumlah contoh tiap kelompok mahasiswa sesuai jenis kelamin Nij = Jumlah populasi pada tiap kelompok mahasiswa sesuai jenis kelamin Ni = Jumlah keseluruhan contoh (mahasiswa tingkat 4, 3, dan 2) ni = Jumlah contoh dari setiap kelompok populasi Tabel 2 Proporsi jumlah contoh tiap kelompok contoh sesuai jenis kelamin Kelompok Mahasiswa tingkat 4
Jenis kelamin Perempuan Laki-laki
Jumlah 63 6
Jumlah contoh 35 4
Mahasiswa tingkat 3
Perempuan Laki-laki
61 10
35 6
Mahasiswa tingkat 2
Perempuan Laki-laki
63 7
36 4
Jadi, jumlah contoh yang akan diteliti adalah 120 orang dengan pembagian 39 orang dari kelompok mahasiswa tingkat 4 (35 orang perempuan dan 4 orang laki-laki), 41 orang dari kelompok mahasiswa tingkat 3 (35 orang perempuan dan 6 orang laki-laki), dan 40 orang dari kelompok mahasiswa tingkat 2 (36 orang perempuan dan 4 orang laki-laki). Pengambilan contoh dilakukan dengan proportionate stratified random sampling.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer, meliputi karakteristik contoh (tingkat pendidikan di perguruan tinggi, alokasi pengeluaran untuk pangan, dan jenis kelamin), akses informasi pangan dan gizi, keikutsertaan pada organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi, pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS, sikap tentang pesan-pesan PUGS, dan praktek tentang pesan-pesan PUGS. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada contoh untuk diisi. Data sekunder yang dikumpulkan, meliputi nama mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah diikuti oleh contoh di perguruan tinggi serta nilai mutunya. Data sekunder diperoleh dari komisi pendidikan Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga dan Mayor Ilmu Gizi. Pengolahan dan Analisis Data Data primer dan data sekunder dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Pada tahap awal, data yang diperoleh dilakukan proses editing, coding, dan entri data secara manual dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. Selanjutnya, data diolah dan dianalisis dengan menggunakan aplikasi komputer, yaitu Microsoft excel dan SPSS 13.0 for Windows. Data primer dan sekunder yang terdiri dari karakteristik contoh (tingkat pendidikan di perguruan tinggi, alokasi pengeluaran untuk pangan, dan jenis kelamin), akses informasi pangan dan gizi, keikutsertaan pada organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi, pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS, sikap tentang pesan-pesan PUGS, praktek tentang pesan-pesan PUGS dan nama mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah diikuti contoh di perguruan tinggi beserta nilai mutunya diolah dengan menggunakan cara deskriptif dan inferensia. Data karakteristik contoh. Data karakteristik contoh terdiri dari tingkat pendidikan di perguruan tinggi, alokasi pengeluaran untuk pangan, dan jenis kelamin. Terdapat tiga tingkat pendidikan contoh dalam perguruan tinggi, yaitu tingkat 4, tingkat 3, dan tingkat 2. Selain itu, alokasi pengeluaran untuk pangan contoh dibagi ke dalam empat kelompok antara lain < Rp. 200.000, Rp. 200.000Rp. 399.999, Rp. 400.000-Rp. 599.999, dan Rp. 600.000-Rp. 800.000. Pengelompokkan tersebut dihitung berdasarkan persentil. Data
Karakterisik
orangtua.
Karakteristik
orangtua
terdiri
dari
pendidikan dan pendapatan orangtua. Pendapatan orangtua dibagi ke dalam
empat kelompok, yaitu > Rp. 5.000.000, Rp. 5.000.000-Rp. 2.500.000, Rp. 2.499.999-1.000.000, < Rp. 1.000.000. Rentang pendapatan ini dilakukan sebelum data diperoleh. Data pendidikan nonformal. Data pendidikan nonformal diukur dengan melihat keikutsertaan contoh dalam organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi. Keikutsertaan contoh dalam organisasi bidang pangan dan gizi diukur dengan melihat jumlah organisasi yang pernah diikuti dan total masa jabatannya. Selain itu, keikutsertaan contoh dalam kegiatan seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi diukur dengan melihat frekuensi dan durasi atau waktu dalam satuan jam. Keikutsertaan dalam organisasi bidang pangan dan gizi dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Tingkat keikutsertaan contoh dikatakan tinggi jika telah mengikuti organisasi selama 2.5-4 tahun, sedang jika 1-2.4 tahun, dan rendah jika < 1 tahun. Pengkategorian ini dihitung berdasarkan persentil. Keikutsertaan dalam seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi juga dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi jika telah mengikuti seminar/pelatihan selama 43-64 jam, sedang jika 21-42 jam, dan rendah jika < 21 jam. Pengkategorian ini dihitung berdasarkan persentil. Data akses informasi. Data ini diukur dengan melihat lamanya contoh dalam memperoleh informasi mengenai pangan dan gizi selama dua minggu terakhir sebelum pengisian kuesioner. Lamanya akses informasi dilihat dari durasi contoh mengakses informasi mengenai pangan dalam satuan jam. Akses informasi contoh mengenai pangan dan gizi dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi jika 18-27 jam, sedang jika 9-17.9 jam, dan rendah jika < 9 jam. Pengkategorian ini dihitung berdasarkan persentil. Data pendidikan formal. Data pendidikan formal terdiri dari jumlah mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah diikuti oleh contoh di perguruan tinggi dan nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) dari semua mata kuliah tersebut. Nilai IPK dihitung dengan cara mengkonversikan nilai mutu setiap mata kuliah bidang pangan dan gizi dan dikalikan dengan jumlah sksnya. Nilai A dihitung 4, nilai B dihitung 3, nilai C dihitung 2, dan nilai D dihitung 1. Selanjutnya, total perhitungan tersebut dibagi dengan jumlah sks total mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari. Data mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh beserta nilai mutunya diperoleh dari komisi pendidikan Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga dan Mayor Ilmu Gizi.
Data pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS. Pengetahuan contoh tentang pesan-pesan PUGS ini diukur dengan pemberian skor pada jawaban pertanyaan dalam kuesioner yang diberikan. Pertanyaan mengenai pengetahuan gizi tentang PUGS yang diberikan berjumlah 25 buah yang terdiri dari 24 pertanyaan tertutup dan 1 pertanyaan terbuka. Di dalam pertanyaan terbuka, contoh diminta untuk menyebutkan ketiga belas pesan PUGS sedangkan pertanyaan tertutup terdiri dari 24 pertanyaan mengenai makna dari pesan-pesan PUGS. Duapuluh empat pertanyaan tersebut mewakili 13 pesan PUGS. Jenis pertanyaan pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS dapat dilihat pada kuesioner (Lampiran 1). Skor penilaian untuk setiap pertanyaan adalah sebagai berikut: 0 = jawaban salah atau tidak dapat menjawab 1 = jawaban tepat Oleh karena itu, untuk pertanyaan terbuka, skor 1 dibagi dengan 13 sehingga setiap pesan yang dapat disebutkan oleh contoh dengan lengkap dan benar mendapat nilai 0.076. Skor total dari pertanyaan mengenai pengetahuan contoh tentang pesan-pesan PUGS adalah 25. Contoh dikatakan memiliki pengetahuan yang baik tentang pesan-pesan PUGS apabila skor totalnya mencapai lebih dari 80% dari total skor, cukup jika antara 60-80% dari total skor, dan kurang jika skornya kurang dari 60% (Khomsan 2000). Data sikap terhadap pesan-pesan PUGS. Sikap contoh terhadap pesan-pesan PUGS ini diukur dengan pemberian skor pada pernyataan yang diberikan pada contoh dalam kuesioner. Pemberian skor pada pernyataan berdasarkan skala likert, yaitu : Pernyataan positif
Pernyataan negatif
5 = sangat setuju (SS)
1 = sangat setuju (SS)
4 = setuju (S)
2 = setuju (S)
3 = ragu-ragu (RG)
3 = ragu-ragu (RG)
2 = tidak setuju (TS), dan
4 = tidak setuju (TS), dan
1 = sangat tidak setuju (STS)
5 = sangat tidak setuju (STS)
Apabila terdapat contoh yang tidak menyikapi pernyataan sikap tentang pesan-pesan PUGS, maka diberi skor 0. Jumlah pernyataan yang diberikan adalah 17 buah. Jenis pertanyaan mengenai sikap tentang pesan-pesan PUGS dapat dilihat pada kuesioner (Lampiran 1). Skor total dari pernyataan sikap ini, yaitu 85. Contoh dikatakan memiliki sikap yang baik tentang pesan-pesan PUGS
apabila skor totalnya mencapai lebih dari 80% dari total skor, cukup jika antara 60-80% dari total skor, dan kurang jika skornya kurang dari 60%. Data praktek tentang pesan-pesan PUGS. Praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS diukur dengan memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan praktek pesan-pesan PUGS. Jumlah pertanyaan yang diberikan adalah 20 buah. Pemberian skor dilakukan sesuai dengan frekuensi praktek contoh, yaitu tidak pernah (TP), kadang-kadang (KD), sering (SR), dan selalu (SL) dengan skor penilaian sebagai berikut : Pernyataan positif
Pernyataan negatif
0 = tidak pernah (TP)
3 = tidak pernah (TP)
1 = kadang-kadang (KD)
2 = kadang-kadang (KD)
2 = sering (SR), dan
1 = sering (SR), dan
3 = selalu (SL)
0 = selalu (SL)
Skor total dari pernyataan praktek ini, yaitu 60. Jenis pertanyaan mengenai praktek tentang pesan-pesan PUGS dapat dilihat pada kuesioner (Lampiran 1). Contoh dikatakan memiliki praktek yang baik tentang pesan-pesan PUGS apabila skor totalnya mencapai lebih dari 75% dari total skor, cukup jika antara 60-75% dari total skor, dan kurang jika skornya kurang dari 60%. Kuesioner yang digunakan untuk memperoleh data sebelumnya telah diujikan pada 10% dari jumlah contoh. Uji coba yang dilakukan meliputi uji reliabilitas dan validitas. Variabel yang diujikan antara lain pengetahuan, sikap, dan praktek tentang pesan-pesan PUGS. Nilai alpha cronbach variabel-variabel tersebut berturut-turut adalah 0.8192, 0.6328, dan 0.7233. Sementara itu, uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor setiap pertanyaan dengan skor totalnya. Korelasi setiap pertanyaan > 0.3 (nilai kritis). Hal ini menandakan bahwa pertanyaan dapat dikatakan valid (Sugiyono 2004). Analisis statistik yang digunakan untuk mengolah data, antara lain : 1. Analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian. 2. Untuk melihat perbedaan antara pengetahuan, sikap, dan praktek tentang pesan-pesan PUGS pada kelompok contoh tingkat 4, 3, dan 2 dilakukan analisis uji beda Kruskal Wallis. 3. Untuk melihat hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktek tentang pesan-pesan PUGS dilakukan uji korelasi Spearman.
4. Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS dilakukan uji Regresi Logistik dengan metode backward wald. Model regresi logistik dalam penelitian ini, yaitu :
1
…
Ket. π( )
: praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS (0=kurang baik, 1=baik) : eksponensial
β0
: konstanta
β1 – βn : koefisien regresi 1 2
: pengetahuan contoh tentang pesan-pesan PUGS baik (0 = tidak, 1 = ya) : pengetahuan contoh tentang pesan-pesan PUGS cukup (0 = tidak, 1 = ya)
3
: sikap contoh tentang pesan-pesan PUGS baik (0 = tidak, 1 = ya)
4
: sikap contoh tentang pesan-pesan PUGS cukup (0 = tidak, 1 = ya)
5
: jumlah alokasi pangan contoh tinggi (0 = < 500 rb, 1 = ≥ 500 rb/bln)
6
: jumlah alokasi pangan contoh cukup (300 rb-500 rb/bln) (0 = tidak, 1 = ya)
7
: pendidikan ayah tinggi (0 = SLTA ke bawah, 1 = Perguruan tinggi)
8
: pendidikan ayah menengah (SLTP dan SLTA) (0 = tidak, 1 = ya)
9
: pendidikan ibu tinggi (0 = SLTA ke bawah, 1 = Perguruan tinggi)
10
: pendidikan ibu menengah (SLTP dan SLTA) (0 = tidak, 1 = ya)
11
12
13
: keikutsetaan contoh dalam organisasi bidang pangan dan gizi tinggi (0 = tidak, 1 = ya) : keikutsetaan contoh dalam organisasi bidang pangan dan gizi sedang (0 = tidak , 1 = ya) : keikutsertaan contoh dalam seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi tinggi (0 = tidak, 1 = ya)
14
: keikutsertaan contoh dalam seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi sedang (0 = tidak, 1 = ya)
15
: akses informasi pangan dan gizi contoh tinggi (0 = tidak, 1= ya)
16
: akses informasi pangan dan gizi contoh sedang (0 = tidak, 1 = ya)
17
: jumlah mata kuliah bidang pangan dan gizi tinggi (0 = tidak, 1 = ya)
18
: jumlah mata kuliah bidang pangan dan gizi sedang (5-15) (0 = tidak, 1 = ya)
19
: IPK mata kuliah bidang pangan dan gizi tinggi (0 = < 2.75, 1 = ≥ 2.75)
20
:IPK mata kuliah bidang pangan dan gizi sedang (2.0-2.74) (0 = tidak, 1 = ya)
21
: tingkat pendidikan contoh di PT tinggi (0 = tingkat 3 & 2, 1 = tingkat 4)
22
: tingkat pendidikan contoh di PT sedang (tingkat 3) (0 = tidak, 1 = ya)
23
: jenis kelamin (0 = perempuan, 1 = laki-laki) Definisi Operasional
Contoh adalah mahasiswa laki-laki dan perempuan Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian (tingkat 4) dan Mayor Ilmu Gizi, Fakultas Ekologi Manusia, IPB (tingkat 3 dan 2). Pedoman umum gizi seimbang (PUGS) adalah tiga belas pesan gizi seimbang yang dapat digunakan sebagai acuan bagi setiap individu untuk berperilaku gizi yang baik dan benar sesuai situasi dan kondisi kesehatan/gizi individu yang bersangkutan serta lingkungannya. Alokasi pengeluaran untuk pangan adalah jumlah uang saku yang diberikan orang tua/wali pada contoh per bulan yang dialokasikan contoh untuk pangan. Akses informasi pangan dan gizi adalah lamanya atau durasi waktu (jam) contoh dalam mengakses informasi mengenai pangan dan gizi termasuk pesan-pesan PUGS melalui media cetak, media elektronik, tenaga medis dan paramedis, kader, keluarga, dan lain-lain selain materi kuliah. Mata kuliah bidang pangan dan gizi adalah mata kuliah yang mempelajari ilmu tentang pangan dan gizi. Jumlah mata kuliah bidang pangan dan gizi adalah banyaknya mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh dan telah mendapatkan nilai mutu. IPK mata kuliah bidang pangan dan gizi adalah nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) yang didapat dari total nilai mutu mata kuliah bidang pangan dan gizi dibagi dengan total sks mata kuliah bidang pangan dan gizi. Pendidikan
nonformal
adalah
lamanya
keikutsertaan
contoh
terhadap
organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi yang diukur dalam satuan jam.
Pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS adalah kemampuan contoh dalam menjawab pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner tentang pesanpesan PUGS yang diukur dengan total skor dari jawaban pertanyaan mengenai pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS dalam kuesioner. Sikap tentang pesan-pesan PUGS adalah sikap contoh terhadap pernyataan yang diberikan melalui kuesioner tentang pesan-pesan PUGS, sikap ini diukur dengan pemberian skor pada jawaban terhadap pernyataan yang terdapat dalam kuesioner. Praktek tentang pesan-pesan PUGS adalah penerapan contoh tentang pesanpesan PUGS dalam kehidupannya sehari-hari yang diukur dengan pemberian skor pada pernyataan yang diberikan mengenai praktek tentang pesan-pesan PUGS melalui kuesioner.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Contoh terbagi atas tiga kelompok tingkatan berdasarkan tahun masuk ke IPB. Ketiga kelompok tersebut terdiri dari angkatan 2004 (tingkat 4) sebanyak 39 orang, angkatan 2005 (tingkat 3) sebanyak 41 orang, dan angkatan 2006 (tingkat 2) sebanyak 40 orang. Jenis Kelamin Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 3. Pada Tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar contoh (87.5%) berjenis kelamin perempuan. Hal ini dikarenakan mayoritas individu pada populasi berjenis kelamin perempuan. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Karakteristik Laki-laki Perempuan Total
Tingkat Pendidikan di Perguruan Tinggi Tingkat 4 Tingkat 3 Tingkat 2 Total (n=39) (n=41) (n=40) (n=120) n % n % n % n % 4 10.3 7 17.1 4 10.0 15 12.5 35 89.7 34 82.9 36 90.0 105 87.5 39 100.0 41 100.0 40 100.0 120 100.0
Alokasi Pengeluaran untuk Pangan Besar uang saku diduga dapat mencerminkan status sosial ekonomi contoh. Besar uang saku yang diukur adalah jumlah alokasi pengeluaran untuk pangan yang dikeluarkan contoh dalam setiap bulannya. Besarnya jumlah alokasi pengeluaran untuk pangan ini diduga mempengaruhi praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS. Dimana menurut Padmiari & Hadi (2001) seseorang yang memiliki pendapatan tinggi cenderung akan membeli makanan yang mahal. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semakin besar jumlah uang saku contoh maka akan semakin besar pengeluarannya untuk pangan. Frankle & Owen (1993) juga menyatakan bahwa untuk merubah perilaku makan seseorang dibutuhkan faktor pendukung, seperti biaya makan. Oleh karena itu, alokasi pengeluaran untuk pangan dapat mempengaruhi praktek gizi seseorang terutama tentang pesan-pesan PUGS. Persentase terbesar dari uang saku contoh dialokasikan untuk pangan. Rata-rata persentase uang saku contoh untuk alokasi pengeluaran pangan adalah 57%. Alokasi lainnya selain untuk pangan digunakan untuk hiburan, keperluan akademik, keperluan pribadi, transportasi, pulsa, dan lainnya.
Pada Tabel 4 dapat dilihat sebaran contoh berdasarkan besar alokasi pengeluaran untuk pangan. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan besar alokasi pengeluaran untuk pangan Alokasi Pangan (x Rp. 1000) 600-800 400-600 200-400 < 200 Total
Tingkat Pendidikan di Perguruan Tinggi Tingkat 4 Tingkat 3 Tingkat 2 Total (n=39) (n=41) (n=40) (n=120) n % n % n % n % 0 0.0 3 7.3 2 5.0 5 4.2 15 38.5 12 30.0 9 22.5 36 30.0 22 56.4 26 65.0 27 67.5 75 62.5 2 5.1 0 0.0 2 5.0 4 3.3 39 100.0 41 100.0 40 100.0 120 100.0
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa lebih dari separuh jumlah contoh memiliki alokasi pengeluaran untuk pangan antara Rp. 200 ribu-Rp. 400 ribu. Masih terdapat contoh pada tingkat 4 dan 2 yang memiliki alokasi pengeluaran untuk pangan dibawah Rp. 200 ribu. Besarnya alokasi pengeluaran untuk pangan terkecil contoh adalah Rp. 112 ribu. Seseorang dengan alokasi pengeluaran untuk pangan yang tinggi dapat mencerminkan pemilihan pangan dengan jumlah dan jenis pangan yang baik. Dimana menurut WHO (2001) seseorang dengan pendapatan tinggi cenderung akan lebih memilih pangan yang baik dalam jumlah maupun jenisnya. Karakteristik Orangtua Pendidikan Orangtua Menurut hasil penelitian Yusra (1998) tingkat pendidikan formal memiliki hubungan yang nyata dengan praktek gizi seseorang. Praktek gizi merupakan penerapan dari kebiasaan makan. Oleh karena itu, orangtua dengan pendidikan yang tinggi akan memiliki kebiasaan makan yang baik. Dimana menurut Sajogyo (1994) perilaku makan seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan makan dalam keluarga. Dengan demikian, seseorang yang memiliki orangtua dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung akan memiliki perilaku gizi yang baik. Oleh karena itu, pendidikan orangtua diduga berpengaruh terhadap praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS. Selain itu, pendidikan orangtua yang tinggi juga akan mempengaruhi keadaan sosial ekonomi keluarganya. Pendapatan yang tinggi akan berdampak pada besarnya alokasi pangan yang dikeluarkan.
Menurut Padmiari & Hadi (2001) seseorang dengan pendapatan yang tinggi akan cenderung memiliki pengeluaran untuk makan yang besar jumlahnya. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orangtua Tingkat Pendidikan Orangtua SD SLTP SLTA PT Total
Tingkat Pendidikan di Perguruan Tinggi Tingkat 4 Tingkat 3 Tingkat 2 Total (n=39) (n=41) (n= 40) (n=120) Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu % % % % % % % % 2.6 10.3 4.9 4.9 17.5 17.5 8.3 10.8 0.0 7.7 2.4 12.2 7.5 12.5 3.3 10.8 41.0 41.0 53.7 34.1 35.0 42.5 43.3 39.3 56.4 41.0 39.0 48.7 40.0 27.5 45.0 39.2 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
Berdasakan Tabel 5, lebih dari 30% contoh baik pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 memiliki ayah dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi. Sementara itu, lebih dari 40% contoh pada tingkat 4 dan 3 memiliki ibu dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi dan SLTA pada kelompok tingkat 2. Orangtua dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung akan memiliki pengetahuan gizi baik sehingga akan berdampak pada perilaku gizinya. Namun, pengetahuan gizi yang baik tidak sepenuhnya dapat mempengaruhi perilaku hidup yang sehat sesuai pesan-pesan PUGS. Terdapat banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhinya, seperti gaya hidup, sosial ekonomi, dan lainnya. Pendapatan Orangtua Pendapatan
orangtua
contoh
diukur
dengan
pernyataan
kisaran
pendapatan, yaitu <1 juta, 1 juta-2.5 juta, 2.5 juta-5 juta, dan >5 juta. Pendapatan orangtua juga dapat mencerminkan keadaan sosial ekonomi keluarga. Pendapatan orangtua akan mempengaruhi besarnya alokasi yang dikeluarkan untuk pangan. Semakin besar pendapatan, maka akan semakin besar pengeluaran untuk alokasi pangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Padmiari & Hadi (2001) bahwa seseorang dengan pendapatan yang tinggi cenderung akan mengeluarkan uang untuk pangan lebih tinggi. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orangtua disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Sebaran orangtua contoh berdasarkan tingkat pendapatan perbulan Tingkat Pendapatan (x Rp. 1000) > 5.000 2.500-5.000 1.000-2.500 < 1.000 Total
Tingkat 4 (n=39) n % 2 5.1 7 17.9 29 74.4 1 2.6 39 100.0
Tingkat Pendidikan di Perguruan Tinggi Tingkat 3 Tingkat 2 Total (n=41) (n=40) (n=120) n % n % n % 2 4.9 2 5.0 6 5.0 4 9.8 5 12.5 16 13.3 29 70.7 23 57.5 81 67.5 6 14.6 10 25.0 17 14.2 41 100.0 40 100.0 120 100.0
Berdasarkan Tabel 6, lebih dari separuh jumlah contoh memiliki orangtua dengan pendapatan antara Rp. 1 juta-Rp. 2.5 juta perbulan. Hanya terdapat 5% contoh yang memiliki orangtua dengan pendapatan di atas Rp. 5 juta perbulan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pendapatan orangtua antara Rp. 1 juta-Rp. 2.5 juta. Pendidikan Nonformal Pendidikan nonformal yang diamati merupakan pendidikan nonformal yang pernah diikuti, seperti seminar/pelatihan dan organisasi bidang pangan dan gizi. Keikutsertaan dalam seminar atau pelatihan dan organisasi bidang pangan dan gizi diduga akan mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi terutama tentang pesan-pesan PUGS. Keikutsertaan dalam organisasi bidang pangan dan gizi diukur dari lamanya contoh mengikuti organisasi yang diukur dalam satuan tahun. Tingkat keikutsertaan dalam organisasi bidang pangan dan gizi dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu tinggi (2.5-4 tahun), sedang (1-2.4 tahun), dan rendah (<1 tahun). Pengelompokkan ini dibuat berdasarkan sebaran data yang diperoleh. Pada Tabel 7 terlihat sebaran contoh berdasarkan keikutsertaan dalam organisasi bidang pangan dan gizi. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat keikutsertaan terhadap organisasi bidang pangan dan gizi
Tinggi (2.5-4) Sedang (1-2.4) Rendah (<1)
Tingkat Pendidikan di Perguruan Tinggi Tingkat 4 Tingkat 3 Tingkat 2 Total (n=39) (n=41) (n=40) (n=120) n % n % n % n % 2 5.1 11 26.8 0 0.0 13 10.8 27 69.2 20 51.3 2 5.0 49 40.8 10 25.6 10 25.6 38 95.0 58 48.3
Total
39
Keikutsertaan Organisasi bidang Pangan dan Gizi (Tahun)
100.0
41
100.0
40
100.0
120
100.0
Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa lebih dari separuh jumlah contoh pada kelompok tingkat 4 dan 3 pernah mengikuti organisasi bidang pangan dan gizi selama 1-2.4 tahun dan kurang dari 1 tahun pada kelompok tingkat 2. Keikutsertaan sebagian besar contoh (95%) pada kelompok tingkat 2 terhadap organisasi bidang pangan dan gizi belum mencapai 1 tahun. Hal ini disebabkan oleh perbedaan lamanya masa pendidikan antara contoh pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2. Masa pendidikan contoh kelompok tingkat 2 di bidang pangan dan gizi belum mencapai 1 tahun, sehingga keikutsertaannya terhadap organisasi bidang pangan dan gizi masih tergolong rendah (<1 tahun). Terdapat 5% contoh kelompok tingkat 2 yang telah mengikuti organisasi bidang pangan dan gizi selama 1 tahun karena contoh menjabat didua organisasi sekaligus. Organisasiorganisasi bidang pangan dan gizi yang pernah diikuti oleh contoh dapat dilihat pada Lampiran 5. Keikutsertaan terhadap organisasi bidang pangan dan gizi merupakan suatu keinginan contoh untuk meningkatkan status sosialnya (Hurlock 1999). Keikutsertaan dalam organisasi bidang pangan dan gizi dapat menambah pengalaman seseorang. Pengalaman akan mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku yang relatif mantap (Hamalik 2003). Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat keikutsertaan seseorang dalam organisasi khususnya bidang pangan dan gizi akan menyebabkan perubahan sikap dan perilaku yang relatif mantap dalam hal pemilihan makanan. Pendidikan nonformal yang diduga dapat menyebabkan perubahan pengetahuan, sikap dan praktek seseorang tentang pesan-pesan PUGS selain organisasi bidang pangan dan gizi, yaitu seminar/pelatihan mengenai pangan dan gizi. Pengukuran keikutsertaan dalam seminar/pelatihan mengenai pangan dan gizi, yaitu dengan mengalikan frekuensi dan durasinya sehingga diukur dalam satuan jam. Tingkat keikutsertaan contoh terhadap seminar/pelatihan mengenai pangan dan gizi dikategorikan berdasarkan sebaran data ke dalam 3 tingkat, yaitu tinggi (43-64 jam), sedang (21-42 jam), dan rendah (< 21 jam). Sebaran contoh berdasarkan tingkat keikutsertaan terhadap seminar/pelatihan mengenai pangan dan gizi disajikan pada Tabel 8.
Tabel
8
Sebaran contoh berdasarkan tingkat keikutsertaan seminar/pelatihan mengenai pangan dan gizi
Keikutsertaan Seminar mengenai Pangan dan Gizi (Jam) Tinggi (43-64) Sedang (21-42) Rendah (<21) Total
terhadap
Tingkat Pendidikan di Perguruan Tinggi Tingkat 4 Tingkat 3 Tingkat 2 Total (n=39) (n=41) (n=40) (n=120) n % n % n % n % 14 35.8 0 0.0 0 0.0 14 11.7 19 48.7 0 0.0 0 0.0 19 15.8 6 15.4 41 100.0 40 100.0 87 72.5 39 100.0 41 100.0 40 100.0 120 100.0
Pada Tabel 8 terlihat bahwa seluruh contoh pada kelompok tingkat 3 dan 2 memiliki keikutsertaan yang rendah terhadap seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi. Sementara pada kelompok tingkat 4, persentase terbanyak memiliki keikutsertaan
yang
sedang
atau
selama
21-42
jam
dalam
mengikuti
seminar/pelatihan pangan dan gizi. Hal ini disebabkan kelompok tingkat 4 sebagian besarnya telah mengikuti pelatihan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP). Dimana lamanya pelatihan ini mencapai 20 jam. Terdapat banyak seminar/pelatihan mengenai pangan dan gizi yang telah diikuti contoh. Macam-macam seminar dan pelatihan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5. Sebagian besar contoh termasuk ke dalam kelompok dewasa awal. Pada masa dewasa awal, seseorang tidak lagi memandang pendidikan hanya sebagai kewajiban yang harus ditempuh. Namun, mereka akan memandang pendidikan menjadi sesuatu hal yang dapat membantu mereka dalam meraih keberhasilan sosial, karier, dan kepuasan pribadi. Sehingga perubahan tersebut dapat memacu seseorang untuk mencari ilmu dengan mengikuti kegiatan belajar di luar pendidikan formal, termasuk seminar bidang pangan dan gizi (Hurlock 1999). Akses terhadap Informasi Pangan dan Gizi Pengukuran akses terhadap informasi pangan dan gizi dilakukan dengan cara mengalikan frekuensi dengan durasinya sehingga akses terhadap informasi diukur dalam satuan jam. Akses terhadap informasi pangan dan gizi yang diukur merupakan akses terhadap informasi selama dua minggu terakhir. Hal ini disebabkan keterbatasan contoh dalam mengingat mengenai jenis dan lamanya akses informasi pangan dan gizi. Akses terhadap informasi selama dua minggu ini diasumsikan dapat mewakili pola akses informasi contoh. Pada Tabel 9 dapat dilihat sebaran contoh berdasarkan akses informasi pangan dan gizi.
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan akses terhadap informasi pangan dan gizi Sumber Informasi Koran Majalah Tabloid Buku Televisi Radio Internet Tenaga medis (dokter, bidan) Kader Lainnya (teman, dosen)
Tingkat Pendidikan di Perguruan Tinggi Tingkat 4 Tingkat 3 Tingkat 2 Total (n=39) (n=41) (n=40) (n=120) n % n % n % n % 12 30.8 12 29.3 18 45.0 42 35.0 18 46.2 18 43.9 18 45.0 54 45.0 1 2.6 7 17.1 5 12.5 13 10.8 30 76.9 33 80.5 36 90.0 99 82.5 23 59.0 34 82.9 28 70.0 85 70.8 7 17.9 2 4.9 2 5.0 11 9.2 24 61.5 38 92.7 32 80.0 94 78.3 2 5.1 5 12.2 4 10.0 11 9.2 2 5.1 0 0.0 0 0.0 2 1.7 4 10.3 1 2.4 1 2.5 6 5.0
Diantara kesepuluh sumber informasi pada Tabel 9, sumber informasi yang paling banyak diakses oleh contoh adalah buku. Lebih dari 70% contoh baik pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 mengakses informasi pangan dan gizi melalui buku. Hal ini dikarenakan akses contoh terhadap buku mengenai pangan dan gizi lebih mudah dibanding sumber informasi lainnya. Contoh tidak harus mengeluarkan biaya untuk dapat mengakses informasi dari buku karena perguruan tinggi menyediakan fasilitas perpustakaan. Contoh termasuk ke dalam kelompok usia dewasa awal. Dimana pada masa dewasa awal, seseorang cenderung menyukai surat kabar atupun majalah sebagai media untuk mendapatkan informasi (Hurlock 1999). Lebih dari 40% contoh pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 mengakses informasi pangan dan gizi melalui majalah. Media massa dapat memicu respon yang akan berdampak pada tindakan nyata seseorang. Namun, pengaruh dari media massa sulit diidentifikasi karena banyak faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan. Media massa saja tidak dapat membuat perubahan perilaku yang bertahan dalam jangka panjang pada seseorang (Ewles & Simnett 1994). Namun, akses terhadap informasi pangan dan gizi dapat menambah pengetahuan contoh khususnya mengenai pangan dan gizi. Oleh karena itu, semakin tinggi akses informasi pangan dan gizi seseorang diduga akan semakin baik
prakteknya
tentang
pesan-pesan
PUGS.
Tingkat
akses
informasi
dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yaitu tinggi (18-27 jam), sedang (9-17.9 jam), dan rendah (<9 jam). Pengelompokkan ini berdasarkan sebaran data akses informasi yang diperoleh. Paling lama contoh mengakses informasi pangan dan
gizi selama 27 jam dan terdapat contoh yang tidak mengakses informasi sama sekali. Sebaran contoh berdasarkan tingkat akses terhadap informasi pangan dan gizi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan tingkat akses informasi pangan dan gizi Akses Informasi Pangan dan Gizi (Jam/2 minggu)
Tingkat 4 (n=39) n % 1 2.6 4 10.3 34 87.2 39 100.0
Tinggi (18-27) Sedang (9-17.9) Rendah (<9) Total
Tingkat Pendidikan di Perguruan Tinggi Tingkat 3 Tingkat 2 Total (n=41) (n=40) (n=120) n % n % n % 2 4.9 1 2.5 4 3.3 9 21.9 5 12.5 18 15.0 30 73.2 34 85.0 98 81.7 41 100.0 40 100.0 120 100.0
Pada Tabel 10 terlihat bahwa lebih dari 70% contoh pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 memiliki tingkat akses terhadap informasi mengenai pangan dan gizi yang tergolong rendah. Rendahnya akses terhadap informasi pangan dan gizi diduga karena rendahnya ketersediaan waktu untuk mengakses informasi dari berbagai sumber informasi. Hal ini dikarenakan contoh pada kelompok tingkat 3 dan 2 masih memiliki aktivitas perkuliahan yang cukup padat. Jumlah Mata Kuliah bidang Pangan dan Gizi Banyaknya mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari diduga dapat mempengaruhi pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS. Pengetahuan tentang pangan dan gizi yang baik akan mempengaruhi kemampuan dalam menjawab pertanyaan mengenai makna dari pesan-pesan PUGS. Pengetahuan yang baik mengenai makna pesan-pesan PUGS diduga akan mempengaruhi praktek tentang pesan-pesan PUGS. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Taren et al (2001) bahwa penambahan kurikulum atau mata kuliah ilmu gizi dapat mempengaruhi kemampuan praktek gizi seseorang. Pada Tabel 11 dapat dilihat jumlah mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh. Tabel 11 Jumlah mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh Mata Kuliah bidang Pangan dan Gizi Jumlah Rata-rata
Tingkat Pendidikan di Perguruan Tinggi Tingkat 4 Tingkat 3 Tingkat 2 16-19
15-19
4
18
19
4
Kelompok contoh yang memiliki rata-rata jumlah mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari terbanyak adalah kelompok tingkat 3. Seharusnya rata-rata mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari
kelompok tingkat 4 lebih banyak dibanding kelompok tingkat 3 karena kelompok tingkat 4 lebih lama menjalani pendidikan di bidang ilmu gizi dibanding kelompok tingkat 3 dan 2. Namun, hasil penelitian tidak menunujukkan demikian. Hal ini disebabkan
adanya
perbedaan
kurikulum.
Kurikulum
pendidikan
antara
kelompok tingkat 4 dengan tingkat 3 dan 2 berbeda karena kelompok tingkat 4 termasuk ke dalam Fakultas Pertanian sedangkan kelompok tingkat 3 dan 2 termasuk ke dalam Fakultas Ekologi Manusia. Perbedaan kurikulum terlihat pada perbedaan jumlah sks antara mata kuliah bidang pangan dan gizi yang dipelajari contoh kelompok tingkat 4 dengan tingkat 3 dan 2. Pada kurikulum yang dijalani contoh kelompok tingkat 4, mata kuliah, seperti pendidikan gizi, konsultasi gizi, percobaan makanan, dan epidemiologi gizi memiliki 3 sks. Sementara dalam kurikulum yang dijalani contoh kelompok tingkat 3 dan 2, mata kuliah tersebut memiliki 2 sks. Jumlah sks total dari mata kuliah bidang pangan dan gizi yang harus diambil oleh kelompok tingkat 3 dan 2 adalah 70 sks. Sedangkan kelompok tingkat 4 minimal harus mengambil 33 sks dari 65 sks mata kuliah bidang pangan dan gizi. Rata-rata contoh kelompok tingkat 4 mengambil 54 sks dari mata kuliah bidang pangan dan gizi. Selain itu, persentase jumlah mata kuliah bidang pangan dan gizi pada kurikulum yang dijalani contoh kelompok tingkat 3 dan 2 adalah 51.9% dari keseluruhan mata kuliah dan 38.6% pada kelompok tingkat 4 baik mata kuliah wajib maupun pilihan. Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum yang dijalani kelompok tingkat 3 dan 2 lebih mencakup banyak ilmu gizi dibandingkan dengan kurikulum yang dijalani contoh pada kelompok tingkat 4. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa contoh kelompok tingkat 3 dan 2 mempelajari lebih banyak mata kuliah bidang pangan dan gizi dibanding kelompok tingkat 4 tetapi materi yang disampaikannya lebih sedikit. Berbeda pada contoh kelompok tingkat 4, contoh kelompok tingkat 4 mempelajari lebih sedikit mata kuliah bidang pangan dan gizi dibanding tingkat 3 dan 2 tetapi materi yang disampaikannya lebih banyak. Persentase mata kuliah selain bidang pangan dan gizi pada kurikulum yang dijalani kelompok tingkat 4, yaitu 24.6% mata kuliah umum, 10.5% mata kuliah bidang pertanian, 17.5% mata kuliah wajib bidang keluarga dan konsumen, dan 8.8% mata kuliah pilihan bidang keluarga dan konsumen. Kurikulum yang dijalani kelompok tingkat 3 dan 2 terdiri dari 26.9% mata kuliah
umum, 9.6% mata kuliah bidang ekologi manusia, dan rata-rata 10.6% mata kuliah minor atau bidang ilmu lain yang dipilih contoh selain ilmu gizi. Pada Lampiran 2, 3, dan 4 dapat dilihat secara lengkap daftar nilai mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh. IPK Mata Kuliah bidang Pangan dan Gizi Banyaknya mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh saja tidak dapat mewakili pengetahuan contoh tentang pesan-pesan PUGS. Hal ini dikarenakan contoh yang mendapat nilai lebih tinggi dapat dikatakan contoh tersebut lebih paham terhadap materi yang disampaikan dalam mata kuliah dibanding dengan contoh yang mendapat nilai lebih rendah. Oleh karena itu, IPK mata kuliah bidang pangan dan gizi dapat dijadikan faktor yang diduga dapat mempengaruhi praktek tentang pesan-pesan PUGS. Rata-rata IPK mata kuliah bidang pangan dan gizi kelompok contoh tingkat 4, 3, dan 2 berturut-turut adalah 3.18, 3.29, dan 3.22. Rata-rata tertinggi terdapat pada kelompok tingkat 3 sedangkan rata-rata terendah terdapat pada kelompok tingkat 4. Daftar nilai mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh dapat dilihat pada Lampiran 2, 3, dan 4. Pada Lampiran tersebut juga dapat terlihat nilai IPK mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh. Menurut Suhardjo (2003) materi yang dipelajari menentukan proses dan hasil belajar, seperti belajar pengetahuan, belajar sikap atau keterampilan. Selain itu, faktor individual subjek belajar yang meliputi kondisi fisik individu, seperti (status gizi, kondisi panca indera) dan kondisi psikologis, seperti intelijensi, daya tangkap, ingatan, motivasi dan sebagainya juga dapat mempengaruhi. Oleh karena itu, nilai IPK khususnya untuk mata kuliah bidang pangan dan gizi diduga dapat mempengaruhi praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS. Pengetahuan Contoh tentang Pesan-Pesan PUGS Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui berbagai cara. Pendidikan formal merupakan salah satu cara memperoleh pengetahuan gizi. Diketahui bahwa pesan-pesan PUGS termasuk ke dalam materi pembelajaran bagi mahasiswa bidang gizi. Oleh karena itu, sudah selayaknya contoh sebagai mahasiswa bidang gizi mengetahui isi pesan-pesan PUGS. Namun, pada kenyataannya seluruh contoh tidak ada yang mengetahui isi pesan-pesan PUGS secara keseluruhan baik pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2. Masih terdapat
contoh yang tidak mengetahui pesan-pesan PUGS. Pada Tabel 12 dapat dilihat sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang istilah pesan-pesan PUGS. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang istilah pesan-pesan PUGS Tingkat Pendidikan di Perguruan Tinggi Tingkat 4 Tingkat 3 Tingkat 2 Total (n=39) (n=41) (n=40) (n=120) n % n % n % n %
Pengetahuan tentang Istilah Pesan-pesan PUGS Tahu Tidak tahu Ragu-ragu Total
39 0 0 39
100.0 0.0 0.0 100.0
29 0 11 41
70.7 0.0 26.8 100.0
10 10 20 40
25.0 25.0 50.0 100.0
78 10 31 120
65.0 8.3 25.8 100.0
Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa tidak terdapat contoh pada kelompok tingkat 4 dan 3 yang tidak mengetahui istilah pesan-pesan PUGS, seluruh contoh pada kelompok tingkat 4 mengetahui istilah pesan-pesan PUGS. Namun, hal ini tidak terjadi pada kelompok contoh tingkat 2. Masih terdapat 25% contoh pada kelompok tingkat 2 yang tidak mengetahui istilah pesan-pesan PUGS. Hal ini diduga contoh pada kelompok tingkat 2 bukan tidak mengetahui istilah pesan-pesan PUGS tetapi karena mereka tidak dapat menyebutkan isi dari pesan-pesan PUGS tersebut. Pada Tabel 13 disajikan sebaran contoh yang dapat menyebutkan isi pesan-pesan PUGS dengan benar. Pengetahuan tentang isi pesan-pesan PUGS diukur dari kemampuan contoh dalam menyebutkan isi pesan-pesan PUGS dengan lengkap dan benar. Ketidakmampuan dalam menyebutkan isi pesanpesan PUGS diduga karena contoh tidak hafal ketiga belas pesan PUGS tersebut. Menurut Notoatmodjo (2003) hafalan akan hilang, jika tidak langsung dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Diantara 13 pesan PUGS, pesan yang diketahui oleh sebagian besar contoh adalah pesan ke-1 yakni makanlah aneka ragam makanan (Tabel 13). Sementara itu, pesan yang diketahui oleh sebagian kecil contoh adalah pesan ke-12 yakni makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Pengetahuan tentang isi pesan-pesan PUGS tertinggi pada pesan ke-1, yaitu makanlah aneka ragam makanan diduga contoh lebih mudah menghafal isi pesan yang pertama dibandingkan pesan-pesan selanjutnya karena adanya faktor daya ingat contoh yang terbatas. Menurut Suhardjo (2003) faktor individual subjek belajar, seperti kemampuan intelijensi, daya tangkap, ingatan, dan sebagainya yang terbatas juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Tabel 13 Sebaran contoh yang dapat menyebutkan isi pesan-pesan PUGS dengan benar Pengetahuan tentang Isi Pesan-pesan PUGS
Tingkat Pendidikan di Perguruan Tinggi Tingkat 4 Tingkat 3 Tingkat 2 Total (n=39) (n=41) (n=40) (n=120) n % n % n % n %
1.
Makanlah aneka ragam makanan
32
82.1
32
78.0
11
27.5
75
62.5
2.
Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
11
28.2
14
34.1
0
0.0
25
20.8
3.
Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
23
59.0
10
24.4
4
10.0
37
30.8
4.
Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi
14
35.9
23
56.1
1
2.5
38
31.7
5.
Gunakan garam beriodium
22
56.4
13
31.7
2
5.0
37
30.8
6.
Makanlah makanan sumber zat besi
8
20.5
5
12.2
1
2.5
14
11.7
7.
Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya
17
43.6
17
41.5
0
0.0
34
28.3
8.
Biasakan makan pagi
26
66.7
20
48.8
0
0.0
46
38.3
9.
Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya
23
59.0
32
78.0
2
5.0
57
47.5
10.
Lakukan aktivitas fisik secara teratur
28
71.8
26
63.4
3
7.5
57
47.5
11.
Hindari minum-minuman beralkohol
23
59.0
19
46.3
0
0.0
42
35.0
12.
Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
3
7.7
3
7.3
0
0.0
6
5.0
13.
Bacalah label pada makanan yang dikemas
17
43.6
10
24.4
0
0.0
27
22.5
Terdapat beberapa pesan PUGS yang tidak diketahui oleh seluruh contoh pada kelompok tingkat 2 (Tabel 13). Pesan-pesan tersebut adalah pesan ke-2 yakni makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi, pesan ke-7 yakni berikan ASI saja pada bayi sampai berumur 6 bulan dan berikan MP-ASI sesudahnya, pesan ke-8 yakni biasakan makan pagi, pesan ke-11 yakni hindari minum-minuman beralkohol, pesan ke-12 yakni makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, dan pesan ke-13 yakni bacalah label pada makanan yang dikemas. Rata-rata contoh kelompok tingkat 2 hanya dapat menjawab satu pesan PUGS. Bahkan terdapat contoh pada kelompok tingkat 2 yang tidak dapat menyebutkan satu pun dari isi pesan-pesan PUGS. Contoh yang mampu menyebutkan isi dari pesan-pesan PUGS belum tentu memahami maknanya. Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar mengenai pertanyaan makna pesan-pesan PUGS disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar mengenai pertanyaan makna pesan-pesan PUGS Pengetahuan tentang Makna Pesan-pesan PUGS 1.
Jumlah pesan-pesan seimbang (PUGS)
pedoman
umum
2.
Jenis makanan beragam
3.
Rata-rata kecukupan energi pada kelompok umur 19-29 tahun pria dan wanita
4.
gizi
Tingkat Pendidikan di Perguruan Tinggi Tingkat 4 Tingkat 3 Tingkat 2 Total (n=39) (n=41) (n=40) (n=120) n % n % n % n % 31
79.5
36
87.8
18
45.0
85
70.8
39
100.0
41
100.0
37
92.5
117
97.5
3
7.7
4
9.8
9
22.5
16
13.3
IMT untuk obesitas
19
48.7
32
78.0
30
75.0
81
67.5
5.
Proporsi gula yang sebaiknya dikonsumsi dalam sehari
21
53.8
26
63.4
20
50.0
67
55.8
6.
Proporsi pangan sumber karbohidrat per hari yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi
33
84.6
29
70.7
15
37.5
77
64.2
7.
Proporsi dari kebutuhan konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sehari-hari
9
23.1
29
70.7
19
47.5
57
47.5
8.
Jenis lemak yang paling mudah dicerna oleh tubuh
27
69.2
32
78.0
24
60.0
83
69.2
9.
Pangan yang merupakan sumber iodium
34
87.2
36
87.8
39
97.5
109
90.8
10.
Akibat dari kekurangan iodium
13
33.3
10
24.4
21
52.5
44
36.7
11.
Kecukupan zat besi pada dewasa pria dan wanita
15
38.5
19
46.3
20
50.0
54
45.0
12.
Tingkat penyerapan zat besi makanan asal hewani
27
69.2
31
75.6
23
57.5
81
67.5
13.
Lamanya ASI eksklusif yang dianjurkan
37
94.9
36
87.8
32
80.0
105
87.5
14.
Akibat tidak sarapan
33
84.6
41
100.0
38
95.0
112
93.3
15.
Banyaknya konsumsi air minum yang dianjurkan dalam sehari
28
71.8
28
68.3
33
82.5
88
73.3
16.
Penyakit yang umumnya terjadi akibat dari gangguan pencernaan berasal dari bakteri atau virus yang mengkontaminasi makanan atau air minum
29
74.4
29
70.7
26
65.0
84
70.0
17.
Frekuensi minimal olah raga yang dianjurkan dalam satu minggu
25
64.1
32
78.0
22
55.0
79
65.8
18.
Faktor yang menentukan dosis olahraga
6
15.4
12
29.3
9
22.5
27
22.5
19.
Kandungan minuman beralkohol
35
89.7
39
95.1
37
92.5
111
92.5
20.
Pengawet makanan dalam daging yang dapat meningkatkan risiko kanker jika dikonsumsi dalam jumlah banyak
29
74.4
37
90.2
15
37.5
81
67.5
21.
Pengertian intoksikasi
38
97.4
41
100.0
35
87.5
114
95.0
22.
Sumber potensial kontaminasi pada tingkat pengolahan pangan
28
71.8
34
82.9
29
72.5
91
75.8
23.
Isi keterangan dalam label makanan yang dikemas
38
97.4
39
95.1
40
100.0
117
97.5
Contoh yang menjawab benar mengenai pertanyaan makna pesan-pesan PUGS mengindikasikan bahwa contoh tersebut mengerti arti dari isi pesan PUGS. Pada Tabel 14 terlihat bahwa hampir seluruh contoh dapat menjawab pertanyaan mengenai jenis makanan yang beragam. Hal ini sesuai dengan pengetahuan contoh tentang isi pesan-pesan PUGS bahwa sebagian besar contoh mengetahui isi pesan PUGS ke-1, yaitu makanlah aneka ragam makanan. Seluruh contoh pada kelompok tingkat 2 dapat menjawab dengan benar pertanyaan mengenai isi keterangan dalam label makanan yang dikemas. Padahal tidak terdapat contoh pada kelompok ini yang dapat menyebutkan isi pesan PUGS ke-12, yaitu bacalah label makanan yang dikemas. Hal ini menandakan bahwa contoh pada kelompok tingkat 2 tidak dapat menyebutkan pesan PUGS ke-12. Namun, contoh pada kelompok tingkat 2 memahami makna dari isi pesan PUGS ke-12. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa contoh yang tidak dapat menyebutkan isi pesan-pesan PUGS belum tentu tidak mengetahui perilaku gizi yang baik dan benar. Rata-rata skor pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS kelompok tingkat 4, 3, dan 2, yaitu 56.2, 55.8, dan 34.4. Skor dari jawaban pertanyaan tentang pesan-pesan PUGS dikelompokkan menjadi tiga kategori tingkat berdasarkan pengetahuan gizi, yaitu baik, cukup, dan kurang. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan tentang pesanpesan PUGS Tingkat Pengetahuan tentang Pesan-pesan PUGS Baik (>80) Cukup (60-80) Kurang (<60) Total
Tingkat Pendidikan di Perguruan Tinggi Tingkat 4 Tingkat 3 Tingkat 2 Total (n=39) (n=41) (n=40) (n=120) n % n % n % n % 0 17 22 39
0.0 43.6 56.4 100.0
1 11 29 41
2.4 26.8 70.7 100.0
0 0 40 40
0.0 0.0 100.0 100.0
1 28 91 120
0.8 23.3 75.8 100.0
Secara umum contoh memilki pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS yang cukup, dan kurang (Tabel 15). Semakin rendah tingkat pendidikan contoh dalam perguruan tinggi maka semakin banyak contoh yang pengetahuannya kurang tentang pesan-pesan PUGS.
Perbedaan tingkat pendidikan di perguruan tinggi mempengaruhi banyaknya mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari. Semakin banyak seseorang mempelajari ilmu bidang pangan dan gizi akan menyebabkan peningkatan pengetahuan tentang pangan dan gizi terutama perilaku gizi yang baik benar. Telah diketahui bahwa jumlah mata kuliah yang telah dipelajari contoh pada kelompok tingkat 2 memilki jumlah yang paling sedikit dibanding contoh pada kelompok tingkat 3 dan 4. Oleh karena itu, contoh pada kelompok tingkat 2 banyak yang tidak dapat menyebutkan isi pesan-pesan PUGS dan menjawab pertanyaan makna isi pesan-pesan PUGS dengan salah. Berdasarkan uji Kruskal Wallis, pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS antara contoh pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 memiliki perbedaan yang nyata (p=0.000). Hal ini terlihat dari rata-rata skor pengetahuan contoh tentang pesanpesan PUGS. Rata-rata skor pengtahuan tentang pesan-pesan PUGS antara contoh pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 berbeda. Semakin tinggi tingkat pendidikan contoh dalam perguruan tinggi, maka semakin tinggi rata-rata skornya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Yusra (1998) bahwa tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuannya. Tingkat pendidikan di perguruan tinggi dapat dikatakan sebagai tingkatan pendidikan karena kesulitan mata kuliah yang dipelajari berbeda pada setiap tingkatnya. Sikap Contoh tentang Pesan-Pesan PUGS Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek yang menggambarkan suka atau tidaknya terhadap suatu objek dan belum menujukkan tindakan atau aktivitas, tetapi sikap merupakan predisposisi tindakan dari suatu perilaku (Notoatmodjo 2003). Menurut Fishein & Ajzen (1975) pengukuran sikap harus mencakup ketiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Pernyataan sikap yang diberikan pada contoh terdiri dari sikap yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan pengetahuan
contoh
konatif. tentang
Komponen suatu
kognitif sikap menggambarkan
objek.
Komponen
afektif
sikap
menggambarkan perasaan dan emosi contoh terhadap suatu objek. Sementara itu, komponen konatif sikap menggambarkan kecenderungan contoh untuk melakukan tindakan yang berkaitan dengan objek sikap (Sumarwan 2003). Pada Tabel 16 terlihat sebaran contoh berdasarkan sikap setuju terhadap pesan-pesan PUGS.
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan sikap setuju tentang pesan-pesan PUGS Tingkat Pendidikan di Perguruan Tinggi Tingkat 4 Tingkat 3 Tingkat 2 Total (n=39) (n=41) (n=40) (n=120) n % n % n % n %
Sikap tentang Pesan-pesan PUGS 1.
Makanan yang beranekaragam adalah makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah pada setiap kali makan
38
97.4
38
92.7
36
90.0
112 93.3
2.
Menimbang berat badan setiap bulan untuk mengontrol berat badan agar tetap ideal
37
94.9
38
92.7
32
80.0
107 89.2
3.
Konsumsi pangan sumber karbohidrat lebih dari 60% dari energi yang dibutuhkan
11
28.2
19
46.3
28
70.0
58
48.3
4.
Konsumsi karbohidrat tinggi secara tidak langsung meningkatkan konsumsi lemak
17
43.6
13
31.7
24
60.0
54
45.0
5.
Tidak ada hubungan antara konsumsi iodium dengan kecerdasan
2
5.1
2
4.9
0
0.0
4
3.3
6.
Tingkat penyerapan zat besi makanan asal nabati lebih tinggi dari makanan asal hewani
3
7.7
3
7.3
2
5.0
8
6.7
7.
Kebiasaan tidak sarapan akan menurunkan berat badan
1
2.6
6
14.6
5
12.5
12
10.0
8.
Setiap hari minum air lebih dari 2 liter (8 gelas)
36
92.3
30
73.2
34
85.0
100 83.3
9.
Orang yang sudah kurus tidak perlu melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur
1
2.6
0
0.0
0
0.0
1
0.8
10.
Kontaminasi awal pada makanan tidak menyebabkan terjadinya perubahan warna, bentuk, bau, dan lainnya
18
46.2
9
22.0
19
47.5
46
38.3
11.
Label pada makanan kemasan tidak penting bagi saya karena makanan dari pabrik sudah terjamin keamanannya
2
5.1
1
2.4
0
0.0
3
2.5
Berdasarkan Tabel 16, lebih dari 90% contoh baik pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 setuju bahwa makanan yang beranekaragam adalah makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah pada setiap kali makan. Pengkategorian sikap dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu baik, cukup, dan kurang. Pada Tabel 17 dapat dilihat sebaran contoh berdasarkan tingkat sikap tentang pesan-pesan PUGS. Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat sikap tentang pesan-pesan PUGS Tingkat Sikap tentang Pesan-pesan PUGS
Tingkat Pendidikan di Perguruan Tinggi Tingkat 4 Tingkat 3 Tingkat 2 Total (n=39) (n=41) (n=40) (n=120) n % n % n % n %
Baik (>80) Cukup (60-80) Kurang (<60) Total
12 27 0 39
31.0 69.0 0.0 100.0
9 32 0 41
22.0 78.0 0.0 100.0
3 36 1 40
7.5 90.0 2.5 100.0
24 95 1 120
20.0 79.2 0.8 100.0
Rata-rata skor sikap tentang pesan-pesan PUGS contoh pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 berturut-turut adalah 78.4, 76.6, dan 72.6. Tabel 17 menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan contoh dalam perguruan tinggi, maka semakin banyak contoh yang memiliki sikap tentang pesan-pesan PUGS baik. Contoh dengan sikap yang baik cenderung menunjukkan sikap sangat setuju terhadap makanan yang beranekaragam merupakan makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah pada setiap kali makan, tidak ada satu jenis bahan makanan pun yang lengkap kandungan zat gizinya, dan setiap hari minum air lebih dari 2 liter (8 gelas). Selain itu, contoh sangat tidak setuju bahwa konsumsi iodium tidak berhubungan dengan kecerdasan, minum teh sehabis makan sangat baik bagi kesehatan, tingkat penyerapan zat besi makanan asal nabati lebih tinggi dari makanan asal hewani, minum hanya pada saat haus sangat baik untuk kesehatan, orang yang sudah kurus tidak perlu melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur, dan label pada makanan kemasan tidak penting karena makanan dari pabrik sudah terjamin keamanannya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa apabila dikaitkan dengan pesan-pesan PUGS, contoh dengan sikap yang baik sangat mendukung pesan ke-1 yakni makanlah makanan aneka ragam makanan, pesan ke-5 yakni gunakan garam beriodium, pesan ke-6 yakni makanlah makanan sumber zat besi, pesan ke-9 yakni minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya, pesan ke-10 yakni lakukan aktivitas fisik secara teratur, dan pesan ke 13 yakni bacalah label pada makanan yang dikemas. Sementara itu, contoh dengan sikap yang cukup rata-rata menunjukkan sikap setuju bahwa makanan yang beranekaragam adalah makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah pada setiap kali makan, dan menimbang berat badan setiap bulan baik untuk mengontrol berat badan agar tetap ideal. Selain itu, contoh tidak setuju terhadap enam pernyataan negatif, yaitu tidak ada hubungan antara konsumsi iodium dengan kecerdasan, minum teh sehabis makan sangat baik bagi kesehatan, tingkat penyerapan zat besi makanan asal nabati lebih tinggi dari makanan asal hewani, kebiasaan tidak sarapan akan menurunkan berat badan, minum hanya pada saat haus sangat
baik untuk kesehatan, dan orang yang sudah kurus tidak perlu melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur. Contoh dengan sikap yang baik kecendrungan memiliki sikap sangat setuju terhadap beberapa pesan PUGS, sedangkan contoh dengan sikap yang cukup hanya mencapai taraf setuju pada beberapa pesan PUGS. Jika dikaitkan dengan pesan-pesan PUGS, contoh dengan sikap cukup setuju pada pesan ke-1 yakni makanlah aneka ragam makanan, pesan ke-2 yakni makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi, pesan ke-5 yakni gunakan garam beriodium, pesan ke-6 yakni makanlah makanan sumber zat besi, pesan ke-8 yakni biasakan makan pagi, dan pesan ke-10 yakni lakukan aktifitas fisik secara teratur. Berbeda dengan contoh yang memiliki sikap kurang, contoh tersebut menunjukkan sikap yang ragu bahwa tingkat penyerapan zat besi makanan asal nabati lebih tinggi dari makanan asal hewani dan kebiasaan tidak sarapan akan menurunkan berat badan. Sikap yang ragu-ragu ini dapat disebabkan contoh tidak mengetahui bahwa pangan hewani memiliki tingkat penyerapan yang lebih tinggi dibanding pangan nabati. Hal ini dikarenakan contoh masih berada di kelompok tingkat 2. Dimana materi kuliah yang dipelajari mengenai pangan dan gizi masih tergolong rendah, yaitu sekitar 4 mata kuliah (Lampiran 4). Sikap ragu contoh mengenai kebiasaan tidak sarapan dapat menurunkan berat badan diduga contoh tersebut masih memiliki keyakinan bahwa sarapan akan meningkatkan berat badan. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan yang penting dalam menentukan sikap. Berdasarkan uji Kruskal Wallis, sikap tentang pesan-pesan PUGS antara contoh pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 memiliki perbedaan yang nyata (p=0.000). Perbedaan sikap tentang pesan-pesan PUGS contoh antara kelompok tingkat 4, 3, dan 2 terlihat dari rata-rata skor sikap tentang pesanpesan PUGS contoh. Semakin tinggi tingkat pendidikan contoh, semakin besar rata-rata skor sikapnya tentang pesan-pesan PUGS. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yusra (1998) bahwa terdapat hubungan yang nyata antara sikap gizi dengan tingkat pendidikan formal seseorang.
Praktek Contoh tentang Pesan-Pesan PUGS Perilaku atau praktek seseorang dalam pemilihan makanan yang terjadi secara berulang-ulang dapat dikatakan sebagai kebiasaan makan (Khumaidi 1994). Pada Tabel 18 disajikan sebaran contoh yang selalu mempraktekkan pesan-pesan PUGS. Tabel 18 Sebaran contoh yang selalu mempraktekkan pesan-pesan PUGS Pernyataan
Tingkat Pendidikan di Perguruan Tinggi Tingkat 4 Tingkat 3 Tingkat 2 Total (n=39) (n=41) (n=40) (n=120) n % n % n % n %
Konsumsi pangan yang terdiri dari seluruh atau minimal satu jenis dari kelompok pangan berikut: makanan pokok, lauk pauk, sayuran, dan buah dalam setiap waktu makan
10
25.6
13
31.7
11
27.5
34
28.3
2.
Menimbang berat badan sebulan sekali
12
30.8
15
36.6
6
15.0
33
27.5
3.
Konsumsi makanan pokok (karbohidrat) setara dengan 3-4 piring nasi setiap hari
3
7.7
4
9.8
4
10.0
11
9.2
4.
Konsumsi 3 potong makanan yang berminyak atau berlemak, atau konsumsi minyak/lemak paling banyak 2-4 sendok makan setiap hari
5
12.8
5
12.2
2
5.0
12
10.0
39
100.0
41
100.0
40
100.0
120
100.0
1.
5.
Menggunakan garam beriodium
6.
Menambahkan garam beriodium pada makanan yang sedang dimasak (api menyala)
8
20.5
4
9.8
4
10.0
16
13.3
7.
Konsumsi pangan sumber zat besi, seperti lauk hewani dan sayuran hijau setiap hari
16
41.0
24
58.5
6
15.0
46
38.3
8.
Minum teh pada saat sehabis makan
9
23.1
17
41.5
15
37.5
41
34.2
9.
Makan pagi sebelum melakukan aktivitas setiap hari
7
18.0
7
17.1
10
25.0
24
20.0
10.
Konsumsi pangan yang terdiri dari seluruh jenis dari kelompok pangan berikut: makanan pokok, lauk pauk, dan sayuran atau buah pada waktu makan pagi
1
2.6
0
0
1
2.5
2
1.7
11
Minum air yang telah dimasak, minimal 2 liter atau 8 gelas setiap hari
13
33.3
7
18.0
15
37.5
35
29.2
12.
Olahraga secara teratur, minimal 3 kali dalam satu minggu selama 30 menit
1
2.6
1
2.4
1
2.5
3
2.5
13.
Berjalan kaki saat menuju ke kampus
36
92.3
35
85.4
36
90.0
107
89.2
14.
Memanaskan makanan yang telah disimpan dalam suhu kamar ± 7 jam minimal selama 15-20 menit
29
74.4
29
70.7
25
62.5
83
69.2
15.
Membaca label kemasan (tanggal kadarluasa, komposisi, dll pada produk kemasan sebelum membelinya
24
61.5
20
48.8
24
60.0
68
56.7
Diantara 13 pesan PUGS, pesan yang dipraktekkan oleh sebagian besar contoh adalah pesan ke-5 yakni gunakan garam beriodium. Hal ini terlihat pada Tabel 18 bahwa seluruh contoh telah menggunakan garam beriodium. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa seluruh contoh telah menyadari pentingnya garam iodium untuk kebutuhan tubuh. Namun, tidak semua contoh menggunakan garam iodium dengan tepat. Menurut Kodyat (1998) diacu dalam Emilia (1998) kandungan iodium mudah rusak atau hilang saat makanan dimasak. Oleh karena itu, penambahan garam pada makanan sebaiknya dilakukan setelah makanan selesai dimasak. Tetapi hanya 13.3% contoh saja yang telah mempraktekkan hal tersebut. Berdasarkan Tabel 18, hanya 28.3% contoh yang menerapkan pesan PUGS ke-1 yakni makanlah aneka ragam makanan. Padahal diketahui bahwa lebih dari 60% contoh mengetahui pesan PUGS ini (Tabel 13). Selain itu, hampir seluruh contoh juga mengetahui jenis makanan yang beragam (Tabel 14). Dengan demikian, terbukti bahwa contoh yang memiliki pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS belum tentu menerapakannya dalam kehidupan sehari-hari. Contoh tidak tinggal bersama orangtua sehingga untuk mendapatkan makanan, contoh harus membeli ke warung makan di sekitar kampus/tempat tinggal. Hal inilah yang diduga menyebabkan contoh tidak dapat memilih makanan yang beragam karena contoh cenderung membeli makanan yang hanya terdapat di warung tersebut. Dimana menu makanan di warung belum tentu memenuhi syarat makanan beragam. Kebiasaan makan dan pola konsumsi seseorang bersifat sangat dinamis. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pemilihan makanan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan atau penentuan jenis dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi seseorang, yaitu selera, tersedia, faktor sosial, ekonomi, pendidikan, dan lainnya (Riyadi 1996). Pesan PUGS yang dipraktekkan oleh sebagian kecil contoh adalah pesan ke-10 yakni olahraga secara teratur minimal 3 kali dalam satu minggu selama 30 menit. Hanya 2.5% contoh yang mempraktekkan pesan tersebut. Padahal diketahui lebih dari separuh contoh baik pada tingkat 4, 3, dan 2 mengetahui frekuensi minimal olahraga yang dianjurkan dalam satu minggu (Tabel 14). Berarti tidak semua contoh yang mengetahui frekuensi minimal olahraga yang dianjurkan melakukan praktek tersebut.
Hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto (1999) bahwa untuk melakukan praktek sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki, seseorang membutuhkan kesiapan diri. Kesiapan diri tersebut dapat berupa kemauan, selera, waktu, dan kebiasaan makan pada diri seseorang. Praktek tentang pesan-pesan PUGS dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu
baik,
cukup,
dan
kurang.
Contoh
dengan
praktek
yang
baik
mengindikasikan bahwa contoh melakukan praktek gizi sesuai pesan-pesan PUGS dengan frekuensi yang tinggi. Semakin tinggi frekuensi praktek gizi sesuai pesan-pesan PUGS seseorang, maka akan semakin baik prakteknya tentang pesan-pesan PUGS. Rata-rata skor praktek tentang pesan-pesan PUGS pada kelompok contoh tingkat 4, 3 dan 2 , yaitu 59.3, 57.4, dan 56.8. Pada Tabel 19 dapat dilihat sebaran contoh berdasarkan praktek tentang pesan-pesan PUGS. Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan tingkat praktek tentang pesan-pesan PUGS Tingkat Praktek tentang Pesan-pesan PUGS
Tingkat Pendidikan di Perguruan Tinggi Tingkat 4 Tingkat 3 Tingkat 2 Total (n=39) (n=41) (n=40) (n=120) n % n % n % n %
Baik (>75) Cukup (60-75) Kurang (<60) Total
2 19 18 39
5.1 48.7 46.2 100.0
1 16 24 41
2.4 39.0 58.5 100.0
1 14 25 40
2.5 35.0 62.5 100.0
4 49 67 120
3.3 40.8 55.8 100.0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh yang mempraktekkan pesanpesan PUGS dengan baik hanya terdapat 3.3%. Jumlah terbanyak contoh yang memiliki praktek tentang pesan-pesan PUGS baik terdapat pada kelompok tingkat 4. Secara umum praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS tergolong cukup dan kurang. Praktek tentang pesan-pesan PUGS pada lebih dari separuh jumlah contoh tergolong kurang (Tabel 19). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan contoh di perguruan tinggi, maka prakteknya tentang pesan-pesan PUGS cenderung akan semakin baik. Contoh dengan praktek tentang pesan-pesan PUGS yang baik selalu tidak minum teh sehabis makan dan selalu berjalan kaki saat menuju ke kampus. Contoh yang praktek tentang pesan-pesan PUGSnya tergolong cukup dan kurang masih meminum teh sehabis makan. Tetapi hal ini tidak menunjukkan bahwa contoh dengan praktek tentang pesan-pesan PUGS cukup dan kurang melakukan praktek yang buruk, jika contoh tersebut minum teh sehabis makan.
Hal ini dikarenakan teh yang pada umumnya dikonsumsi oleh orang suku sunda cenderung encer sehingga tidak terlalu berpengaruh dalam proses penyerapan zat besi dalam pencernaan. Perbedaan antara contoh yang memiliki praktek cukup dengan kurang terletak pada praktek tentang pesan PUGS ke-6 yakni makanlah makanan sumber zat besi dan pesan ke-13 yakni bacalah label pada makanan yang dikemas.
Contoh
dengan
praktek
cukup
sebagian
besarnya
selalu
mengkonsumsi pangan sumber zat besi, seperti lauk hewani dan sayuran hijau setiap hari. Sementara contoh dengan praktek kurang sebagian besarnya tidak mengkonsumsi pangan sumber zat besi, seperti lauk hewani dan sayuran hijau setiap hari melainkan hanya dilakukan 4-6 kali dalam seminggu. Selain itu, contoh dengan praktek cukup tidak ada yang membeli produk makanan atau minuman kemasan yang tidak memiliki label kemasan. Sementara contoh dengan praktek kurang masih ada yang membeli produk makanan atau minuman kemasan walaupun produk kemasan tersebut tidak memiliki label kemasan. Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis, praktek tentang pesan-pesan PUGS antara contoh pada kelompok tingkat 4, 3 dan 2 tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p=0.288). Praktek tentang pesan-pesan PUGS merupakan respon dari stimulus hasil proses belajar dalam pendidikan formal yang dijalani contoh. Respon dari setiap contoh berbeda-beda tergantung pada karakteristik individu tersebut. Menurut Notoatmodjo (2003) faktor yang membedakan respon atau praktek tentang pesan-pesan PUGS setiap individu, meliputi karakteristik individu yang bersifat genetik (tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya) dan faktor eksternal (lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya). Praktek seseorang tentang pesan-pesan PUGS tidak hanya dipengaruhi lamanya pendidikan dan pengetahuannya saja. Namun, banyak hal yang dapat mempengaruhinya, seperti keadaan biaya untuk makan, akses dan kemampuan, waktu, dan lainnya (Frankle & Owen 1993). Hal ini didukung dengan hasil penelitian Ananda (2000) bahwa terdapat pengaruh yang nyata antara pengeluaran untuk pangan terhadap tingkat konsumsi seseorang.
Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Contoh tentang Pesan-Pesan PUGS Hubungan Pengetahuan dengan Sikap tentang Pesan-pesan PUGS Tingkat pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS diduga memiliki hubungan dengan sikap tentang pesan-pesan PUGS. Pada Tabel 20 disajikan mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap tentang pesan-pesan PUGS. Tabel 20 Hubungan pengetahuan dengan sikap contoh tentang pesan-pesan PUGS Tingkat Pengetahuan tentang Pesan-pesan PUGS Baik Cukup Kurang Total
Tingkat Sikap tentang Pesan-pesan PUGS Baik Cukup Kurang Total n % n % n % n % 0 9 15 24
0.0 32.1 16.5 20.0
1 19 75 95
100.0 67.8 82.4 79.2
r=0.412
0 0 1 1
0.0 0.0 1.1 0.83 p=0.000
1 28 91 120
100.0 100.0 100.0 100.0
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan korelasi Spearman, terlihat bahwa adanya hubungan yang nyata (p<0.05) antara pengetahuan dengan sikap tentang pesan-pesan PUGS (Tabel 20). Pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS secara positif dan nyata berkorelasi dengan sikap terhadap pesan-pesan PUGS. Hubungan yang nyata antara pengetahuan dengan sikap tentang pesan-pesan PUGS terlihat dari pesan yang diketahui oleh sebagian besar contoh adalah pesan PUGS ke-1 yakni makanlah aneka ragam makanan (Tabel 13). Hal ini serupa pada sikap tentang pesan-pesan PUGS. Sebagian besar contoh memiliki sikap yang setuju terhadap pesan PUGS ke-1 yakni makanlah aneka ragam makanan (Tabel 16). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS seseorang dengan sikap seseorang tentang pesanpesan PUGS. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yusra (1998) bahwa sikap terhadap
gizi
dan
makanan
dapat
dipengaruhi
oleh
tingginya
tingkat
pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang, maka akan semakin baik sikapnya terhadap gizi dan makanan. Oleh karena itu, semakin baik pengetahuan seseorang terhadap suatu objek, maka akan semakin baik sikapnya terhadap suatu objek tersebut. Selain itu, Irawati, Damanhuri, & Fahrurozi (1992) diacu dalam Khomsan et al (2007) berpendapat bahwa tingkat pengetahuan gizi berpengaruh terhadap sikap seseorang. Semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang pesan-pesan
PUGS seseorang, maka akan semakin baik pula sikapnya tentang pesan-pesan PUGS. Namun dalam penelitian, terdapat contoh yang memiliki pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS kurang tetapi memiliki sikap tentang pesan-pesan PUGS baik. Hal ini diduga contoh tersebut bersikap dengan menduga jawaban yang benar menurutnya. Sebagaimana yang dinyatakan Engel, Blackwell, & Miniard (1994) bahwa sikap dapat muncul dari pengalaman yang sangat terbatas. Jadi, seseorang dapat bersikap berdasarkan pengalaman tanpa mengerti situasinya secara lengkap sehingga walaupun seseorang memiliki pengetahuan yang kurang tentang pesan-pesan PUGS tetapi sikapnya dapat tergolong baik. Hubungan Pengetahuan dengan Praktek tentang Pesan-pesan PUGS Perilaku dalam menerapkan sesuatu informasi terbentuk dimulai dengan domain kognitif yang merupakan rangsangan dari luar, yaitu pengetahuan (Notoatmodjo 2003). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan lebih lama dibanding tidak didasari dengan pengetahuan (Notoatmodjo 2003). Oleh karena itu, praktek tentang pesan-pesan PUGS diduga berhubungan dengan pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS. Pada Tabel 21 dapat dilihat hubungan pengetahuan dengan praktek tentang pesan-pesan PUGS. Analisis hubungan antara kedua variabel tersebut menggunakan korelasi Spearman. Tabel 21 Hubungan pengetahuan dengan praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS Tingkat Pengetahuan tentang Pesan-pesan PUGS
Tingkat Praktek tentang Pesan-pesan PUGS Baik Cukup Kurang Total n % n % n % n %
Baik Cukup Kurang Total
0 1 3 4 r=0.209
0.0 3.6 3.3 3.3
0 18 31 49
0.0 64.3 34.1 40.8
1 9 57 67
100.0 32.1 62.6 55.8 p=0.022
1 28 91 120
100.0 100.0 100.0 100.0
Berdasarkan Tabel 21, hasil analisis korelasi Spearman antara pengetahuan dengan praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS menunjukkan adanya korelasi yang nyata (p<0.05). Hal ini terlihat dari persentase contoh dengan pengetahuan cukup yang melakukan praktek cukup baik lebih besar dibanding persentse contoh dengan pengetahuan cukup yang melakukan praktek kurang.
Namun menurut Purwanto (1999) pengetahuan saja tidak dapat menjadi pendorong seseorang untuk melakukan suatu praktek. Pengetahuan akan menjadi sikap dan praktek apabila disertai kesiapan pada diri seseorang untuk melakukannya sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, masih terdapat contoh yang memiliki pengetahuan cukup tetapi prakteknya kurang dan sebaliknya. Selain itu, perubahan perilaku juga membutuhkan dukungan material. Sebagaimana yang dinyatakan Frankle & Owen (1993) bahwa untuk merubah perilaku makan seseorang agar menjadi lebih baik memerlukan beberapa aspek pendukung, seperti biaya untuk makan, akses dan kemampuan, waktu, dan lainnya. Namun jika dilihat dari skor pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS, contoh kelompok tingkat 4 menunjukkan rata-rata tertinggi yang diikuti dengan rata-rata skor praktek tentang pesan-pesan PUGS yang tinggi pula. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang tentang pesan-pesan PUGS maka akan semakin tinggi tingkat prakteknya tentang pesan-pesan PUGS. Hal ini sesuai dengan pendapat Fishbein & Ajzen (1975), yaitu adanya hubungan antara konsep pengetahuan, sikap, dan praktek dalam kaitannya dengan suatu kegiatan tidak dipisahkan. Selain itu, hasil penelitian Yusra (1998) juga menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara praktek gizi dengan pengetahuan gizi seseorang. Hubungan Sikap dengan Praktek tentang Pesan-pesan PUGS Praktek konsumsi pangan merupakan hasil interaksi antar pengetahuan gizi dan sikap terhadap gizi (Sanjur 1982). Pengetahuan dengan sikap seseorang terhadap suatu obyek tidak sama. Pengetahuan saja tidak dapat menjadi pendorong seseorang untuk melakukan suatu praktek. Pengetahuan akan menjadi sikap dan praktek apabila disertai kesiapan pada diri seseorang untuk melakukannya sesuai pengetahuan yang dimilikinya (Purwanto 1999). Pada Tabel 22 dapat dilihat hubungan sikap dengan praktek tentang pesanpesan PUGS. Analisis hubungan antara kedua variabel tersebut menggunakan korelasi Spearman.
Tabel 22 Hubungan sikap dengan praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS Tingkat Sikap tentang Pesan-pesan PUGS Baik Cukup Kurang Total
Tingkat Praktek tentang Pesan-pesan PUGS Baik Cukup Kurang Total n % n % n % n % 1 3 0 4
4.2 3.2 0.0 3.3
12 37 0 49
50.0 38.9 0.0 40.8
11 55 1 67
r=0.206
45.8 24 57.9 95 100.0 1 55.8 120 p=0.024
100.0 100.0 100.0 100.0
Hasil anaisis korelasi Spearman menunjukkan bahwa adanya korelasi yang nyata (p<0.05) antara sikap dengan praktek tentang pesan-pesan PUGS. Hal ini terlihat bahwa masih terdapat 45.8% contoh yang memiliki sikap tentang pesan-pesan PUGS baik tetapi prakteknya tentang pesan-pesan PUGS tergolong kurang (Tabel 22). Contoh yang memiliki pengetahuan tentang sesuatu hal yang baik, seperti perilaku gizi yang baik akan menyebabkan sikap yang positif dan selanjutnya akan mempengaruhi niatnya untuk melakukan suatu tindakan. Oleh karena itu, praktek gizi sangat berkaitan dengan pengetahuan dan sikap seseorang. Menurut Fishbein & Ajzen (1975) terdapat hubungan yang kuat antara sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu, sikap dapat mempengaruhi perilaku makan secara langsung karena sikap merupakan suatu keadaan jiwa dan keadaan pikiran atau daya nalar untuk memberi tanggapan terhadap sesuatu hal (Engel, Blackwell & Miniard 1994). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktek tentang Pesan-Pesan PUGS Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS menggunakan analisis uji Regesi Logistik. Hasil analisis dari faktor-faktor yang mempengaruhi praktek contoh tentang pesanpesan PUGS disajikan pada Tabel 23. Tabel 23 Faktor yang mempengaruhi praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS Variabel Pendidikan Ayah Organisasi bidang pangan dan gizi Seminar bidang pangan dan gizi Akses informasi pangan dan gizi Ket.
Kategori Tinggi (rendah=0) Tinggi (rendah=0) Sedang (rendah=0) Sedang (rendah=0)
B
P Value
OR
-0.940
0.050
0.391
1.743
0.010
5.715
1.698
0.004
5.464
2.154
0.000
8.619
(x) : peluang praktek tentang pesan-pesan PUGS (0=kurang, 1=baik)
Faktor pertama yang mempengaruhi praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS adalah pendidikan ayah. Contoh yang memiliki ayah dengan tingkat pendidikan tinggi (OR = 2.5; 95% CI 0.153-1.000) cenderung memiliki peluang praktek tentang pesan-pesan PUGS yang lebih rendah 2.5 kali dibandingkan contoh yang memiliki ayah dengan pendidikan rendah, seperti tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Semakin tinggi pendidikan ayah, maka praktek contoh tentang pesanpesan PUGS akan semakin kurang baik. Pendidikan ayah yang tinggi dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Sejalan dengan meningkatnya pendapatan, kecenderungan pola makan pun akan berubah, yaitu terjadi peningkatan dalam asupan lemak dan protein hewani serta gula, diikuti dengan penurunan lemak dan protein nabati serta karbohidrat. Peningkatan pendapatan juga berhubungan dengan peningkatan frekuensi makan di luar rumah yang biasanya tinggi lemak (WHO 2000). Oleh karena itu, pendidikan ayah dapat mempengaruhi praktek contoh tentang pesanpesan PUGS. Faktor kedua yang mempengaruhi praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS adalah keikutsertaan contoh terhadap organisasi bidang pangan dan gizi. Contoh yang memiliki tingkat keikutsertaan terhadap organisasi bidang pangan dan gizi tinggi, yaitu 2.5-4 tahun (OR = 5.71; 95% CI 1.505-21.70) memiliki peluang praktek tentang pesan-pesan PUGS 5.71 kali lebih baik dibandingkan contoh yang memiliki tingkat keikutsertaan terhadap organisasi bidang pangan dan gizi rendah, yaitu kurang dari 2.5 tahun. Pengalaman dalam aktivitas di luar sekolah atau organisasi termasuk ke dalam pendidikan nonformal (Syafaruddin & Anzizhan 2004). Oleh karena itu, organisasi bidang pangan dan gizi dapat dikatakan sebagai salah satu media pendidikan gizi. Menurut hasil penelitian Smith, Baghurst, & Owen (1995) pendidikan gizi berhubungan secara nyata dengan perubahan perilaku seseorang dalam pemilihan makanan. Oleh karena itu, keikutsertaan contoh terhadap organisasi khususnya bidang pangan dan gizi berpengaruh dengan prakteknya tentang pesan-pesan PUGS. Faktor ketiga yang mempengaruhi praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS adalah keikutsertaan contoh terhadap seminar/pelathan bidang pangan dan gizi. Contoh yang telah mengikuti seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi selama 21-42 jam (OR = 5.46; 95% CI 1.707-17.49) memiliki peluang praktek
tentang pesan-pesan PUGS 5.46 kali lebih baik dibandingkan contoh yang telah mengikuti seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi kurang dari 21 jam selama menjalani pendidikan di perguruan tinggi. Seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi juga termasuk dalam pendidikan nonformal. Seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi merupakan kegiatan belajar dan mengajar yang menggunakan teknik dan metode latihan. Menurut Suhardjo (2003) keberhasilan proses belajar terlihat dari adanya kemampuan peserta didik dalam mengarahkan dirinya pada apa yang telah dipelajarinya. Hal ini dapat tercapai apabila dalam proses belajar dilakukan dengan
penggunaan
teknik
dan
metode
latihan.
Oleh
karena
itu,
seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi dapat mempengaruhi praktek seseorang tentang pesan-pesan PUGS. Faktor keempat yang mempengaruhi praktek contoh tentang pesanpesan PUGS adalah akses contoh terhadap informasi pangan dan gizi. Contoh yang memiliki tingkat akses informasi pangan dan gizi sedang, yaitu 9-17.9 jam/2 minggu (OR = 8.61; 95% CI 2.609-28.47) cenderung memiliki peluang praktek tentang pesan-pesan PUGS 8.61 kali lebih baik dibandingkan contoh yang memiliki tingkat akses informasi pangan dan gizi rendah, yaitu kurang dari 9 jam/2 minggu. Contoh yang banyak mengakses informasi mengenai pangan dan gizi akan meningkat pengetahuannya terutama tentang pangan dan gizi. Contoh yang memiliki pengetahuan tentang pangan dan gizi yang baik cenderung akan berperilaku gizi baik. Oleh karena itu, akses informasi pangan dan gizi dapat mempengaruhi praktek gizi seseorang terutama tentang pesan-pesan PUGS. Salah satu sumber informasi yang diakses oleh contoh adalah media massa. Dimana menurut Ewles & Simnett (1994) media massa dapat memicu respon yang akan berdampak pada tindakan nyata seseorang walaupun pengaruh dari media massa sulit diidentifikasi. Hal ini dikarenakan terlalu banyak faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai perilaku gizi mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang pesan-pesan PUGS, dapat disimpulkan bahwa : 1.
Terdapat perbedaan yang nyata (p=0.000) antara pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS contoh pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2. Rata-rata skor pengetahuan contoh tentang pesan-pesan PUGS pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2, yaitu 56.2, 55.8, dan 34.4. Pesan PUGS yang diketahui oleh sebagian besar contoh baik pada tingkat 4, 3, dan 2 adalah pesan ke-1 yakni makanlah aneka ragam makanan.
2.
Terdapat perbedaan yang nyata (p=0.000) antara sikap tentang pesanpesan PUGS contoh pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2. Rata-rata skor sikap contoh tentang pesan-pesan PUGS pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2, yaitu 78.4, 76.6, dan 72.6. Sebagian besar contoh baik pada tingkat 4, 3, dan 2 memiliki sikap yang setuju terhadap pesan PUGS ke-1 yakni makanlah aneka ragam makanan.
3.
Praktek tentang pesan-pesan PUGS antara contoh kelompok tingkat 4, 3, dan 2 tidak terdapat perbedaan yang nyata (p=0.288). Rata-rata skor praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS pada kelompok 4, 3, dan 2, yaitu 59.3, 57.4, dan 56.8. Pesan PUGS yang dipraktekkan oleh sebagian besar contoh adalah pesan ke-5 yakni gunakan garam beriodium.
4.
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS dengan sikap contoh tentang pesan-pesan PUGS (p=0.000) dan praktek contoh tentang pesanpesan PUGS (p=0.022). Sementara itu, sikap tentang pesan-pesan PUGS juga memiliki hubungan yang nyata (p=0.024) dengan praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS.
5.
Hasil
uji
Regresi
Logistik
menunjukkan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi praktek tentang pesan-pesan PUGS adalah pendidikan ayah, keikutsertaan organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi serta akses informasi pangan dan gizi.
Saran 1. Mengingat masih rendahnya pengetahuan mahasiswa bidang gizi mengenai isi dan
makna pesan-pesan PUGS, untuk itu perlunya
dilakukan
penambahan materi tentang pesan-pesan PUGS pada mata kuliah yang akan dipelajari oleh mahasiswa bidang gizi. 2. Selain itu, mahasiswa bidang gizi perlu lebih banyak mengakses informasi mengenai pangan dan gizi diluar kegiatan perkuliahan. 3. Masih terdapat mahasiswa bidang gizi yang telah mendapatkan pendidikan gizi secara formal memiliki tingkat pengetahuan dan praktek tentang pesanpesan PUGS yang rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemasaran sosial kepada masyarakat luas tentang pesan-pesan PUGS baik isi dan maksudnya dengan lebih intensif agar masyarakat lebih paham dan diharapkan dapat mempraktekkan pesan-pesan PUGS. 4. Perlunya penelitian lanjut untuk mengetahui faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi praktek mahasiswa bidang gizi tentang pesan-pesan PUGS, seperti motivasi, status ekonomi, dan sebagainya. Selain itu, perlu juga diteliti lebih lanjut mengenai dampak dari praktek tentang pesan-pesan PUGS, seperti status gizi. 5. Perlunya pengembangan dan pembuatan standar pengukuran pengetahuan, sikap, dan praktek terhadap pesan-pesan PUGS untuk mahasiswa bidang gizi.
Oleh
karena
mengembangkannya.
itu,
diperlukan
penelitian
lebih
lanjut
untuk
DAFTAR PUSTAKA Ananda, A. K. 2000. Kebiasan makan dan status gizi mahasisiwa yang memperoleh pangan utama di dalam dan di luar pondokan. [Skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 1996. Panduan 13 Pesan dasar Gizi Seimbang. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Departemen Kesehatan. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2005. Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Departemen Kesehatan. Jakarta. Engel, JF. R.D. Blackwell, P. W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen, (Budiyanto, penerjemah). Bina Rupa Aksara. Jakarta. Emilia, E. 1998. Cara penilaian penerapan pesan-pesan pedoman umum gizi seimbang (PUGS). [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Ewles, L. & I. Simnett. 1994. Promosi Kesehatan Petunjuk Praktis (2nd ed). UGM Press. Yogyakarta. Fishbein, M. & I. Ajzen. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behaviour : an Introduction to Theory and Research. Addison-Weshley Publishing. Massachusets. Frankle & Owen. 1993. The Art of Delivering Services on Nutrition in The Community. Mosby-Year Book, Inc. USA Hadikusumo, K., dkk. 1996. Pengantar Pendidikan. IKIP Semarang Press. Semarang. Hamalik, O. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Hardinsyah & V. Tambunan. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Serat Makanan dalam Risalah Widyakarya Pangan dan Gizi VIII. Jakarta. Hartog, A. P. D, W. A. van stveren, & I. D. Brouwer. 1995. Manual for Social Surverys on Food Habits and Consumption in Developing Countries. Magraf Verlag. Germany. Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan. Edisi ke-5. Penerbit Erlangga. Jakarta. Kartono, D & M. Soekatri. 2004. Angka Kecukupan Mineral : Besi, Iodium, Seng, Mangan, Selenium dalam Risalah Widyakarya Pangan dan Gizi VIII. Jakarta.
Khomsan, A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor , F. Anwar, D. Sukandar, H. Riyadi, E.S. Mudjajanto. 2007. Study of Nutrition Program Implementation : Its Utilization By Households, Coverage, Effectiveness, and Impact on Nutritioal status in Poor Areas. Departement of Comunity Nutrition. Bogor Agricultural University. Khumaidi, M. 1994. Gizi Masyarakat. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Komar, O. Filsafat Pendidikan Nonformal. Penerbit Pustaka Setia. Bandung. Lunandi, A.G. 1984. Pendidikan Orang Dewasa. PT. Gramedia. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Padmiari, I.A.E. & Hadi. 2001. Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor Risiko Obesitas Pada Anak SD. [terhubungberkala]. www.tempo.co.id. [17 Mei 2008]. Purwanto, H. 1999. Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Penerbit Buku kedokteran EGC. Jakarta. Riyadi, H. 1996. Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian (A. Khomsan & A. Sulaeman, editor). IPB Press. Bogor. Bogor. Sajogyo. 1994. Menuju Gizi Baik yang Merata di Pedesaan dan di Kota. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Sanjur, D. 1982. Social and Cultural Perspectives in Nutrition. Prentice-Hall, Inc. Englewood Clifts. Smith, A.M., K. Baghurst, & N. Owen. 1995. Sosioeconomic status and personal characteristics as predictors of dietary change. Journal of Nutrition Education, 27, 173 – 181. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Stang, J dan Marry, S. 2005. Adolescent Nutrition on Nutrition Trough The Life Cycle. Internatoinal Student Edition. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta. Bandung. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor. . 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pusat Antar Universitas.
Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Syafaruddin & Anzizhan. 1997. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. PT. Grasindo. Jakarta. Taren, D.L et al. 2001. Effect of an integrated nutrition curriculum on medical education, student clinical performance, and student perception of medical-nutrition training. Journal of Clinical Nutrition, 73, 1107-1112.
Tejasari. 2003. Nilai Gizi Pangan. PT. Graha Ilmu. Jakarta. Winkel, W. S. 1996. Psikologi Pengajaran. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. WHO. 2000. Obesity : Preventing and Managing the Global Epidemic. Geneva. WHO Technical Report Series. Yusra. 1998. Pengetahuan, sikap, dan praktek pasangan usia subur tentang pesan-pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner penelitian
KUESIONER
PERILAKU GIZI MAHASISWA BIDANG GIZI FAKULTAS PERTANIAN DAN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA IPB TENTANG PESAN-PESAN PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG
Nama Lengkap
:
NRP
:
Jenis kelamin
:
Semester/tingkat
:
Tempat, tanggal lahir
:
Alamat bogor
:
Telp/HP
:
Tanggal pengisian
:
Pernyataan Demi kelancaran penelitian ini, saya bersedia untuk tidak melihat buku/sumber informasi lainnya ataupun bertanya kepada orang lain pada saat mengisi kuesioner ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
(.................................)
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
A. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI INDIVIDU DAN KELUARGA 1. Anda adalah anak ke......dari......orang bersaudara sekandung 2. Pendidikan orang tua Ayah : Ibu : 3. Pekerjaan orang tua/wali Ayah : Ibu : 4. Rata-rata penghasilan orang tua per bulan : < Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000,- Rp. 2.499.999.-
Rp. 2.500.000 – Rp. 5.000.000,> Rp. 5.000.000
5. Uang saku per bulan : Rp......................../bulan 6. Sumber biaya hidup/uang saku Orang tua, sebesar Rp............................ Beasiswa, sejumlah Rp........................... Lainnya ...........................(sebutkan), sejumlah Rp............... 7. Alokasi biaya hidup untuk pangan dalam 1 bulan : Rp................ 8. Alokasi biaya hidup untuk nonpangan dalam 1 bulan (sebutkan): -
Keperluan RT (listrik,telpon, dll)
: Rp....................
-
Keperluan akademik (buku, fotokopi, alat tulis, dll)
: Rp. ..................
-
Keperluan pribadi (perlengkapan mandi, kosmetik,dll) : Rp. ...................
-
Hiburan
: Rp.....................
-
Biaya transportasi
: Rp.....................
-
Biaya pulsa
: Rp.....................
-
Lainnya..................................................(sebutkan)
: Rp.....................
B. PENDIDIKAN NONFORMAL DAN AKSES INFORMASI CONTOH 1. Apakah anda pernah mengikuti organisasi bidang pangan dan gizi di kampus ? a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu 2. Jika Ya, sebutkan organisasi apa saja yang pernah anda ikuti? No.
Organisasi yang pernah diikuti
Status (aktif/pasif)
Masa jabatan
3. Apakah anda pernah mengikuti kegiatan seminar atau pelatihan mengenai pangan dan gizi? a. Pernah b. Tidak pernah c. Ragu-ragu
4. Jika Pernah, sebutkan seminar atau pelatihan apa saja yang pernah anda ikuti? (tulis jawaban pada tabel di bawah ini) No.
Seminar yang pernah diikuti
Frekuensi (kali)
Durasi (jam)
Total waktu (jam)
Total 5. Apakah dalam dua minggu terakhir Anda pernah mengakses informasi mengenai pangan dan gizi? a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu Jika Ya, beri tanda (√) dan isi kolom tabel di bawah ini sesuai jawaban Anda! No.
Pernyataan
1.
Saya mengakses informasi mengenai pangan dan gizi melalui koran Saya mengakses informasi mengenai pangan dan gizi melalui majalah Saya mengakses informasi mengenai pangan dan gizi melalui tabloid Saya mengakses informasi mengenai pangan dan gizi melalui buku Saya mengakses informasi mengenai pangan dan gizi melalui TV Saya mengakses informasi mengenai pangan dan gizi melalui radio Saya mengakses informasi mengenai pangan dan gizi melalui internet Saya mendapatkan informasi mengenai pangan dan gizi dari dokter
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
12.
Ya
Tdk
Saya mendapatkan informasi mengenai pangan dan gizi dari perawat Saya mendapatkan informasi mengenai pangan dan gizi dari bidan Saya mendapatkan informasi mengenai pangan dan gizi dari kader Saya mendapatkan informasi mengenai pangan dan gizi selain dari media cetak, elektronik, tenaga medis dan paramedis, kader, dan kegiatan perkuliahan,yaitu.................(sebutkan) Total
Frekuensi (kali)
Durasi (menit)
Total waktu (menit)
C. PENGETAHUAN GIZI TENTANG PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG 1. Apakah Anda mengetahui istilah pedoman umum gizi seimbang (PUGS)? a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu 2. Jika Anda mengetahui isi dari pesan-pesan PUGS, sebutkan ! ........................................................................................................................................ ........................................................................................................................................ .............................................................................................................................. ........................................................................................................................................ ............................................................................................................................... ........................................................................................................................................ ........................................................................................................................................ ........................................................................................................................................ ........................................................................................................................................ ........................................................................................................................................ ........................................................................................................................................ ........................................................................................................................................ ........................................................................................................................................ .................................................................................................................................... 3. Berapa banyak isi pesan-pesan pedoman umum gizi seimbang (PUGS)? a. 11 b. 12 c. 13 4. Manakah jenis makanan di bawah ini yang paling beragam? a. Nasi putih, kentang balado, telur ceplok, tumis kangkung, & jus jeruk b. Nasi putih, ayam goreng, tempe goreng, sayur bayam, & buah pepaya c. Nasi goreng, ayam goreng, salad, & softdrink 5. Berapa rata-rata kecukupan energi pada kelompok umur 19-29 tahun pria dan wanita? a. 2200 Kal dan 1900 Kal b. 2550 Kal dan 1900 Kal c. 2600 Kal dan 1900 Kal 6. Berapa nilai IMT yang termasuk obesitas? a. Lebih dari 25.0 b. Lebih dari 28.5
c. Lebih dari 30.0
7. Berapa banyak proporsi maksimum gula yang sebaiknya dikonsumsi dalam sehari? a. 5% dari jumlah kecukupan energi b. 10% dari jumlah kecukupan energi c. 15% dari jumlah kecukupan energi 8. Berapa banyak proporsi pangan sumber karbohidrat per hari yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi? a. 45 % dari kebutuhan energi b. 50-60% dari kebutuhan energi c. 70-75% dari kebutuhan energi 9. Berapa banyak proporsi maksimum dari kebutuhan konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sehari-hari? a. 10% dari kebutuhan energi b. 15% dari kebutuhan energi c. 25% dari kebutuhan energi
10. Manakah dari jenis lemak di bawah ini yang paling mudah dicerna oleh tubuh? a. Minyak kedelai b. Mentega c. Lemak sapi 11. Manakah makanan di bawah ini yang merupakan pangan sumber iodium? a. Ayam, daging kambing b. Ikan teri, rumput laut c. Telur, daging sapi 12. Apa akibat kekurangan iodium? a. Nafsu makan menurun b. Gangguan pencernaan c. Tekanan darah rendah 13. Berapa kecukupan zat besi pada dewasa pria dan wanita? a. 13 mg/hari & 25 mg/hari b. 13 mg/hari & 26 mg/hari c. 15 mg/hari & 25 mg/hari 14. Berapa tingkat penyerapan zat besi makanan asal hewani? a. 1-2% b. 5-10% c. 10-20% 15. Berapa lama ASI eksklusif yang dianjurkan? a. 4 bulan b. 6 bulan c. 2 tahun 16. Apa akibatnya jika tidak sarapan? a. Konsentrasi menurun dan keringat dingin b. Kadar gula darah meningkat dan konsentrasi menurun c. Meningkatkan nafsu makan dan keringat dingin 17. Berapa liter air minum yang dianjurkan untuk dikonsumsi per hari? a. 1 lt b. 1,5 lt c. 2 lt 18. Penyakit apa yang umumnya terjadi akibat dari gangguan pencernaan berasal dari bakteri atau virus yang mengkontaminasi makanan atau air minum? a. Diare b. Ulcer c. a dan b benar 19. Berapa kali minimal dalam satu minggu dianjurkan untuk melakukan olah raga ? a. 1 kali/minggu b. 3 kali/minggu d. Setiap hari 20. Manakah pernyataan di bawah ini yang paling benar? a. Dosis olahraga tergantung pada masalah kesehatan dan kondisi awal pra latihan b. Dosis olahraga tergantung pada intensitas denyut nadi minimal c. Pernyataan a dan b benar 21. Manakah pernyataan berikut yang paling benar tentang minuman beralkohol? a. Hanya mengandung energi, tidak mengandung zat gizi lain b. Mengandung protein tinggi c. Meningkatkan penyerapan zat gizi dalam tubuh 22. Pengawet makanan apa yang ditemukan dalam daging yang meningkatkan risiko kanker apabila dikonsumsi dalam jumlah banyak? a. Nitrat b. Monosodium Glutamat c. Semuanya benar
dapat
23. Apakah yang dimaksud dengan intoksikasi? a. Penyakit disebabkan oleh mikroorganisme yang berada dalam makanan sebelum dikonsumsi b. Penyakit disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam makanan sebelum makanan tersebut dikonsumsi c. Penyakit disebabkan mengkonsumsi makanan yang setengah matang 24. Manakah yang merupakan sumber potensial kontaminasi pada tingkat pengolahan pangan? a. Kontaminasi silang b. Kendaraan transportasi c. Peralatan makan 25. Apa isi keterangan dalam label makanan yang dikemas? a. Jenis makanan dan tanggal kadaluarsa b. Berat kotor dan jenis makanan c. Informasi yang menyesatkan konsumen
D. SIKAP TERHADAP PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG Berilah jawaban pada pernyataan berikut sesuai dengan pendapat Anda, dengan cara memberi tanda (√) pada kolom yang tersedia. Tingkat persetujuan No. Pernyataan STS TS RG S Makanan yang beranekaragam adalah makanan yang terdiri 1. dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah pada setiap kali makan Tidak ada satu jenis bahan makanan pun yang lengkap 2. kandungan zat gizinya Menimbang berat badan setiap bulan untuk mengontrol berat 3. badan agar tetap ideal Konsumsi pangan sumber karbohidrat lebih dari 60% dari 4. energi yang dibutuhkan 5. Makan ketan akan lebih tahan lapar dibanding makan nasi Konsumsi karbohidrat tinggi, secara tidak langsung 6. meningkatkan konsumsi lemak 7. Lemak nabati mudah dicerna oleh tubuh Tidak ada hubungan antara konsumsi iodium dengan 8. kecerdasan Menambahkan garam iodium pada saat makanan dimasak 9. (api kompor masih menyala) Minum teh pada saat setelah makan sangat baik bagi 10. kesehatan Tingkat penyerapan zat besi makanan asal nabati lebih tinggi 11. dari makanan asal hewani 12. Kebiasaan tidak sarapan akan menurunkan berat badan 13. Minum hanya pada saat haus sangat baik untuk kesehatan Setiap hari minum air lebih dari 2 liter (8 gelas) baik untuk 14. kesehatan 15. Orang yang sudah kurus tidak perlu melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara rutin 16. Kontaminasi awal pada makanan tidak menyebabkan terjadinya perubahan warna, bentuk, bau, dan lainnya 17. Label pada makanan kemasan tidak penting bagi saya karena makanan dari pabrik sudah terjamin keamanannya Ket.
STS TS RG S SS
: Sangat Tidak Setuju : Tidak Setuju : Ragu-ragu : Setuju : Sangat Setuju
E. PRAKTEK TENTANG PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG Berilah tanda (x) sesuai jawaban Anda. Jawablah sesuai praktek Anda terhadap PUGS pada saat setelah Anda mendapatkan materi kuliah mengenai pangan dan gizi (tingkat 2). 1. Apakah dalam satu hari Anda mengkonsumsi pangan yang terdiri dari seluruh atau minimal satu jenis dari kelompok pangan berikut: makanan pokok, lauk pauk (hewani dan nabati), dan sayuran atau buah dalam setiap waktu makan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang (dilakukan 1-3 kali dalam seminggu) c. Sering (dilakukan 4-6 kali dalam seminggu) d. Selalu (dilakukan 7 kali dalam seminggu/setiap hari)
SS
2. Berapa sering Anda menimbang berat badan? a. Tidak pernah c. Sering (3 bulan sekali) b. Kadang-kadang (6 bulan sekali) d. Selalu (setiap bulan) 3. Apakah dalam sehari Anda mengkonsumsi makanan pokok setara dengan 3-4 piring nasi? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang (dilakukan 1-3 kali dalam seminggu) c. Sering (dilakukan 4-6 kali dalam seminggu) d. Selalu (dilakukan 7 kali dalam seminggu/setiap hari) 4. Apakah Anda dalam sehari mengkonsumsi 3 potong makanan yang berminyak atau berlemak, atau konsumsi minyak/lemak paling banyak 2-4 sendok makan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang (dilakukan 1-3 kali dalam seminggu) c. Sering (dilakukan 4-6 kali dalam seminggu) d. Selalu (dilakukan 7 kali dalam seminggu/setiap hari) 5. Apakah garam yang Anda gunakan di rumah adalah garam beriodium? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang (dilakukan 1-3 kali dalam seminggu) c. Sering (dilakukan 4-6 kali dalam seminggu) d. Selalu (dilakukan 7 kali dalam seminggu/setiap hari) 6. Apakah dalam sehari Anda mengkonsumsi garam iodium 1 sendok teh? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang (dilakukan 1-3 kali dalam seminggu) c. Sering (dilakukan 4-6 kali dalam seminggu) d. Selalu (dilakukan 7 kali dalam seminggu/setiap hari) 7. Apakah Anda menambahkan garam beriodium pada saat makanan dimasak (saat api kompor masih menyala)? a. Tidak pernah (tidak dilakukan setiap kali memasak) c. Sering b. Kadang-kadang d. Selalu (setiap kali memasak) 8. Apakah setiap hari Anda mengkonsumsi pangan sumber zat besi, seperti lauk hewani dan sayuran hijau? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang (dilakukan 1-3 kali dalam seminggu) c. Sering (dilakukan 4-6 kali dalam seminggu) d. Selalu (dilakukan 7 kali dalam seminggu/setiap hari) 9. Apakah Anda pernah meminum teh pada saat setelah makan? a. Tidak pernah (tidak dilakukan setiap kali sehabis makan) b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu (dilakukan setiap kali sehabis makan) 10. Apakah Anda sarapan sebelum melakukan aktivitas setiap hari? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang (dilakukan 1-3 kali dalam seminggu) c. Sering (dilakukan 4-6 kali dalam seminggu) d. Selalu (dilakukan 7 kali dalam seminggu/setiap hari) 11. Apakah pada setiap sarapan, Anda mengkonsumsi makanan pokok beserta lauk pauk dan sayuran atau buah ? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang (dilakukan 1-3 kali dalam seminggu) c. Sering (dilakukan 4-6 kali dalam seminggu) d. Selalu (dilakukan setiap kali sarapan)
12. Apakah setiap hari Anda minum air yang telah dimasak, minimal sebanyak 8 gelas? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang (dilakukan 1-3 kali dalam seminggu) c. Sering (dilakukan 4-6 kali dalam seminggu) d. Selalu (dilakukan 7 kali dalam seminggu/setiap hari) 13. Seberapa sering Anda melakukan olahraga dalam seminggu yang dilakukan minimal selama 30 menit dalam sehari? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang (dilakukan 1-3 hari dalam seminggu) c. Sering (dilakukan 4-6 hari dalam seminggu) d. Selalu (dilakukan 7 hari dalam seminggu/setiap hari) 14. Seberapa sering Anda naik/turun tangga dalam seminggu? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang (dilakukan 1-3 kali dalam seminggu) c. Sering (dilakukan 4-6 kali dalam seminggu) d. Selalu (dilakukan 7 kali dalam seminggu/setiap hari) 15. Apakah Anda berjalan kaki pada saat menuju ke kampus? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang (dilakukan 1-3 kali dalam seminggu) c. Sering (dilakukan 4-6 kali dalam seminggu) d. Selalu (dilakukan 7 kali dalam seminggu/setiap hari) 16. Apakah Anda mengikuti kegiatan olahraga di kampus atau luar kampus? a. Ya b. Tidak Jika Ya, seberapa sering Anda melakukan kegiatan olahraga di kampus atau luar kampus? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang (dilakukan 1-3 kali dalam seminggu) c. Sering (dilakukan 4-6 kali dalam seminggu) d. Selalu (dilakukan 7 kali dalam seminggu/setiap hari) 17. Apakah Anda memanaskan makanan minimal selama 15-20 menit pada makanan yang telah disimpan dalam suhu kamar selama ± 7 jam? a. Tidak pernah c. Sering b. Kadang-kadang d. Selalu 18. Seberapa sering Anda memasak makanan sendiri dengan alasan makanan yang diolah sendiri akan lebih higienis dibanding makanan yang dibeli di warung? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang (dilakukan 1-3 kali dalam seminggu) c. Sering (dilakukan 4-6 kali dalam seminggu) d. Selalu (dilakukan 7 kali dalam seminggu/setiap hari) 19. Apakah Anda membaca label kemasan (tanggal kadaluarsa, komposisi, dll) pada produk kemasan setiap kali sebelum Anda membelinya? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 20. Apakah Anda akan tetap membeli produk makanan atau minuman kemasan walaupun produk kemasan tersebut tidak memiliki label kemasan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu
..…………………………Terima Kasih ……………………………
AZG
SPG
MPG
GT
GK
PBP
Dtk
PP
PMKP
PEGI
EG
PPG
KG
PSPG
SBG
MJMG
B C B C C C B C B B B C B B B B A B B B C B B
B C C C C C C C A B A C B C A B A C A B C B A
B C C C C C B C B B B C C B B B A C A B C B A
A C C D D B A C A B B C B B B A A C A B C A A
B B B B B B A A A B A B B B B A A B B A B B A
A A B C C B B B A B A A B A A B A B A A B B B
B B B C B B B B A B A B B B B A A B A A C B A
A B B C C B B A A A B B B B A A A B A A B A A
B B B C B B A B A A A B B A B A A B A A A A A
A C C C C C B B B B B B B B C B B C A B C B B
A A A B B A B B A A A A B A A A A A A A B A A
A B A B B C A B A A A C B B B A A B A A B A A
B B A B A A A A A B A A B A B A A A B B B A A
B B A B B B B B A B B B B A B B A B B A B A B
B B B B A A B B A A A B A C A A
A A A A C A A A A A B A A A A A B A A A A A
B B B B A B -
B B A
B B C B A A A A B
B B A
B A B
A B -
EPG
BDG
A B B C C B B B A B A B B B B B A A A B
PM
KPG
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
AF
No. Responden
IGD
Mata Kuliah
IPK MK. bid.Pangan &Gizi
A B B A B B B B A
A A -
3.43 2.89 3.09 2.40 2.41 2.90 3.28 3.00 3.83 3.32 3.57 2.91 3.00 3.43 3.34 3.82 3.95 2.95 3.68 3.52 2.79 3.52 3.73
Total MK
Lampiran 2 Daftar nilai mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh kelompok tingkat 4
18 18 18 17 18 17 17 19 18 18 19 18 17 19 18 18 18 19 19 19 19 17 19
SPG
MPG
GT
GK
PBP
Dtk
PP
PMKP
PEGI
EG
PPG
KG
C B C A C B C B C B B B B C C C
B B C A B B B B C C B C C B C C
B B B B B B B B C B B B B B B B
B A B A B A B B C B A B A C B B
B A B A B B B B B B B B B C B B
A A B B B A A B C A A B A C A B
B A B A A A A A C B B B B B B B
C B C B B B B B C B A B C C C C
A B A A B A A A C A A B B B A B
A A B A B A B B C A A C A C B B
A A A B B A B A C A A A B B B B
B B B B B A A A B B B B B B B B
B B B A B B B -
A A A A A A A A B A A A A A A A
Ket. IGD AF KPG BDG AZG SPG PBP GT
: Ilmu Gizi Dasar : Anatomi dan Fisiologi : Kimia Pangan dan Gizi : Biokimia Gizi Dasar : Analisis Zat Gizi : Sistem Pangan dan Gizi : Pengetahuan Bahan Pangan : Gizi Terapan
GK DTK PP MPG PMKP PEGI EG
: Gizi dan Kesehatan : Dietetika : Pengolahan Pangan : Metode Penilaian Gizi : Pengawasan Mutu&Keamanan Pangan : Pendidikan Gizi : Epidemiologi Gizi
B B C B B
B A -
A A A B A B B B
B B C C
PPG KG PSPG SBG MJMG PM EPG
EPG
AZG
C A C B C B B B C B B B B C C C
PM
BDG
C B C B C C C B C B C B C C B B
MJMG
KPG
B A B B C B B B C B B B B B B B
SBG
AF
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
PSPG
IGD
Mata Kuliah No. Responden
IPK MK. bid.Pangan &Gizi
A A A
A A A -
3.09 3.57 3.00 3.46 2.94 3.46 3.21 3.30 2.28 3.25 3.32 3.15 3.09 2.64 2.89 2.77
B B B B -
Total MK
Lanjutan Lampiran 2 Daftar nilai mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh kelompok tingkat 4
19 18 19 19 18 17 19 17 18 19 18 16 19 19 19 18
: Perencanaan Pangan dan Gizi : Konsultasi Gizi : Pemasaran Sosial Pangan dan Gizi : Sosio Budaya Gizi : Manajemen Jasa Makanan dan Gizi : Percobaan Makanan : Ekonomi Pangan dan Gizi
Lampiran 3 Daftar nilai mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh kelompok tingkat 3
IGD
PBG
MZG
PFG
GDK
IBM
AZGM
GO
PSG
DPI
AZGMi
KG
EPG
ENG
DPD
PG
PTP
KP
MP
P4
KSM
KBP
BKM
A A B B A B A B B A B A B B A A B B B A A B B A A
B B B B B C B B B B B B B B C B B B B B B B B B B
A B B A A B A A B A B A A B B B A A B A B B B A A
A A C B A B A A C B C C B C C B B C C A C C C B B
A A B B B C A B B B C C B C C C B B C A C C C B C
A B A A B A A A B A B A A A C A B B D A A C B A B
A A A B A B A B A A B B B B B B B A C A A A B A B
A A A A A A A B A A A A A A B A B A B B A A A A A
B B B A B C A B B B C B B B C A C B C A B A C B B
B A A A A A A A A A B A A B B A A B B B B B A A A
A A B B A A A B B A B A A B B A A B B A B A B A B
B A B B B B A A A B C B A B C A A B B A C B B B B
A B B C B C A B C B C C A B C B A B B B B B B B B
B A A B A B A A B A B B B A B B A B B B B B B B A
A A A B A B A B B B B A B A B A B A B B A B A A A
-
-
-
B B B C A A B B B A A C B A A A
B B B B B B C C B B C B B C C B
A B B C B A B B A B C B B C C C
A A A B A A A A A A B A A B A
-
-
-
IPK MK. bid.Pangan &Gizi
Total MK
FM
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
ADPG
AM
Mata Kuliah No. responden
-
3.67 3.62 3.31 3.27 3.52 2.90 3.82 3.46 3.12 3.42 2.71 3.17 3.48 3.19 2.70 3.43 3.17 3.19 2.57 3.56 3.17 3.02 2.90 3.50 3.29
15 19 15 19 19 19 19 19 15 19 15 19 19 19 17 15 19 15 15 17 19 18 19 15 19
Lanjutan Lampiran 3 Daftar nilai mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh kelompok tingkat 3
IGD
PBG
MZG
PFG
GDK
IBM
AZGM
GO
PSG
DPI
AZGMi
KG
EPG
ENG
DPD
PG
PTP
KP
MP
P4
KSM
KBP
BKM
A B A A A B B B B A A A A A B A
B C B A B B B B B B B B B B B B
A B B A A A A A A A A A A A B A
C C C A A A A B C B A B B A B A
C C C A C A B B C B C B B B B A
A A C A A A A B A B B A B A B A
B B A A A A A A A A A A A A A A
A B A A A A A A A A A A B B B A
A C C A B A B C A B B B B B B A
A B B A A A A A A A A A B B C A
A B B A A A A A A A B B B C B A
A C C B B A A B A B B A B C C A
A C C A A A A B C C B A B C C A
A B B A A A A A B B B A B A A A
B B B A A A A A A B B A A B A A
-
-
-
B B B A B B B B B A B B B B
B B B B B C B C B C B B B
C B A B A C C C C B D B C B
A B A A A A A A A A B A B A
-
-
-
IPK MK. bid.Pangan &Gizi
Total MK
FM
65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
ADPG
No. responden
AM
Mata Kuliah
-
3.52 2.64 2.76 3.81 3.62 3.85 3.69 3.33 3.27 3.27 3.10 3.62 3.06 3.21 2.96 3.81
17 15 18 19 19 17 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19
Ket. AM FM IGD PBG MZG PFG GDK IBM AZGM
: Anatomi Manusia : Fisiologi Manusia : Ilmu Gizi Dasar : Pengantar Biokimia Gizi : Metabolisme Zat Gizi : Patofisiologi Gizi : Gizi dalam Daur Kehidupan : Ilmu Bahan Makanan : Analisis Zat Gizi Makro
GO PSG DPI AZGMi KG EPG ENG DPD PG
: Gizi Olahraga : Penilaian Status Gizi : Dietetika Penyakit Infeksi dan Defisiensi Gizi : Analisis Zat Gizi Mikro : Kulinari dan Gizi : Ekologi Pangan dan Gizi : Evaluasi Nilai Gizi : Deietetika Penyakit Degeneratif : Pendidikan Gizi
PTP KP MP P4 KSM KBP BKM ADPG
: Pengantar Teknologi Pangan : Kimia Pangan : Mikrobiologi Pangan : Prinsip Proses Pengolahan Pangan : Keamanan dan Sanitasi Makanan : Karakteristik Bahan Pangan : Bioetika dan Kesehatan Masyarakat : Analisis Data Pangan dan Gizi
Lampiran 4 Daftar nilai mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh kelompok tingkat 2
IGD
PBG
MZG
PFG
GDK
IBM
AZGM
GO
PSG
DPI
AZGMi
KG
EPG
ENG
DPD
PG
PTP
KP
MP
P4
KSM
KBP
BKM
A B A A A A A B A C A A A A A A A B A A A A A A A
B B B A B B B B A B B B C B B B B B A B C B C C B
B B B A B A A A A C B B B B A B B B B A B B C A A
B B A B C A B B B C B C B B B C B B C B B A B B B
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
IPK MK. bid.Pangan &Gizi
Total MK
FM
81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105
ADPG
No. responden
AM
Mata Kuliah
-
3.18 3.00 3.45 3.73 2.91 3.73 3.45 3.27 3.73 2.55 3.18 2.36 2.91 3.18 3.45 2.91 3.18 3.00 3.18 3.45 2.91 3.45 2.64 3.18 3.45
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Lanjutan Lampiran 4 Daftar nilai mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh kelompok tingkat 2
IGD
PBG
MZG
PFG
GDK
IBM
AZGM
GO
PSG
DPI
AZGMi
KG
EPG
ENG
DPD
PG
PTP
KP
MP
P4
KSM
KBP
BKM
A A B B A A A A A A A A A A A
B B C B C B B B B B B A B B B
A A B A A B A B B B B B B B A
B A B B B B B B B B C B B C B
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
IPK MK. bid.Pangan &Gizi
Total MK
FM
106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
ADPG
No. responden
AM
Mata Kuliah
-
3.45 3.73 2.73 3.27 3.18 3.18 3.45 3.18 3.18 3.18 3.18 3.45 3.18 2.91 3.45
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Ket. AM FM IGD PBG MZG PFG GDK IBM AZGM
: Anatomi Manusia : Fisiologi Manusia : Ilmu Gizi Dasar : Pengantar Biokimia Gizi : Metabolisme Zat Gizi : Patofisiologi Gizi : Gizi dalam Daur Kehidupan : Ilmu Bahan Makanan : Analisis Zat Gizi Makro
GO PSG DPI AZGMi KG EPG ENG DPD PG
: Gizi Olahraga : Penilaian Status Gizi :Dietetika Penyakit Infeksi & Defisiensi Gizi : Analisis Zat Gizi Mikro : Kulinari dan Gizi : Ekologi Pangan dan Gizi : Evaluasi Nilai Gizi : Deietetika Penyakit Degeneratif : Pendidikan Gizi
PTP KP MP P4 KSM KBP BKM ADPG
: Pengantar Teknologi Pangan : Kimia Pangan : Mikrobiologi Pangan : Prinsip Proses Pengolahan Pangan : Keamanan dan Sanitasi Makanan : Karakteristik Bahan Pangan : Bioetika dan Kesehatan Masyarakat : Analisis Data Pangan dan Gizi
107
Lampiran 5 Daftar nama seminar/pelatihan dan organisasi bidang pangan dan gizi yang telah diikuti contoh No.
Seminar Pangan dan Gizi
Pelatihan Pangan dan Gizi
Organisasi bidang Pangan dan Gizi
1.
Makanan sehat bagi ibu yang menginginkan anak cerdas
Organoleptik
2.
Seminar pangan dan gizi nasional
Good Laboratory Practices (GLP)
Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia (HMPPI)
3.
Pendekatan modifikasi aktif dalam penanganan anak autis
Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP)
Badan Konsultasi Gizi (BKG)
4.
Perkembangan sport nutrition dalam aspek gizi dan kesehatan
Antropometri (BKG)
Bina Desa (BINDES)
5.
Control yourself from 3 hypers
6.
IQ, EQ dalam tumbuh kembang anak mana yang penting
7.
Fenomena probiotik bagi kesehatan manusia
8.
Omega 3 untuk kesehatan dan kecerdasan
9.
Diet atkins ala Indonesia
10.
Boost your brain
11.
South bach diet
12.
Stadium general ketahanan pangan
13.
Penggunaan pangan lokal di tingkat industri rumah tangga
14.
Seminar nasional pangan fungsional IFOODEX
15.
Issue of nutrition
16.
Apakah pangan termasuk HAM
17.
Pentingnya protein hewani
18.
Pangan alternatif pengganti beras
19.
ASI dan ibu Menyusui
20.
Gizi dan kontaminan bahan pangan
21.
Talk show gizi dan kecantikan
22.
Talk show kebijakan pangan
23.
Jangan kedokter lagi
24.
Pangan organik
Himpunan Mahasiswa Peminat Gizi Pertanian (HIMAGITA)
Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi (HIMAGIZI)
108
Lampiran 6 Hasil uji Kruskal Wallis variabel penelitian Kruskal-Wallis Test Ranks Tingkat pendidikan Tingkat 4
Pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS
N 39
Mean Rank 80.81
Tingkat 3
41
75.00
Tingkat 2
40
25.84
Total
120
Test Statistics(a,b) Pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS Chi-Square
60.187
df
2
Asymp. Sig.
.000
a Kruskal Wallis Test b Grouping Variable: Tingkat pendidikan Ranks Sikap tentang pesan-pesan PUGS
Tingkat pendidikan Tingkat 4
39
Mean Rank 78.22
Tingkat 3
41
63.60
Tingkat 2
40
40.05
Total
N
120
Test Statistics(a,b)
Chi-Square
Sikap tentang pesan-pesan PUGS 24.398
df
2
Asymp. Sig.
.000
a Kruskal Wallis Test b Grouping Variable: Tingkat pendidikan Ranks Praktek tentang pesan-pesan PUGS
Tingkat pendidikan Tingkat 4
39
Mean Rank 67.15
Tingkat 3
41
59.59
Tingka t2
40
54.95
Total
120
Test Statistics(a,b) Praktek tentang pesan-pesan PUGS Chi-Square df Asymp. Sig.
N
2.490 2 .288
a Kruskal Wallis Test b Grouping Variable: Tingkat pendidikan
109
Lampiran 7 Hasil uji korelasi Spearman variabel penelitian
Spearman's rho
Correlation Coefficient peng ttg PUGS sikap ttg PUGS
Sig. (2-tailed)
pendidikan ayah pendidikan ibu
akses kategori jenis kelamin
.000
.
.209*
.206*
.022
.024
.
-.060
-.090
.022
Sig. (2-tailed)
.512
.328
.812
.
Correlation Coefficient
-.001
-.005
-.068
.510**
Sig. (2-tailed)
ipk kategori alokasi pangan kategori jumlah mata kuliah yg tlah dipelajari kategori
organisasi kategori
seminar kategori
akses kategori
jenis kelamin
Tingkat pendidikan
ipk kategori
alokasi pangan kategori
1.000
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
pendidikan ibu
1.000
Sig. (2-tailed)
1.000 1.000
.990
.953
.462
.000
.
-.544**
-.355**
-.257**
.004
.127
1.000
.000
.000
.005
.963
.166
.
-.390**
-.325**
-.164
.085
.009
.194*
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.073
.354
.924
.034
.
Correlation Coefficient
-.099
-.132
-.185*
-.011
.112
.148
-.051
1.000 1.000
Sig. (2-tailed)
.284
.152
.043
.902
.222
.107
.582
.
Correlation Coefficient
-.001
-.099
-.060
-.098
-.196*
.005
.104
.049
1.000
Sig. (2-tailed)
.987
.281
.514
.288
.032
.957
.259
.593
.
Correlation Coefficient tingkat pendidikan
pendidikan ayah
. .412**
Correlation Coefficient seminar kategori
praktek ttg PUGS
1.000
Sig. (2-tailed)
Correlation Coefficient organisasi kategori
sikap ttg PUGS
Correlation Coefficient Correlation Coefficient praktek ttg PUGS
peng ttg PUGS
-.647**
-.449**
-.143
.179
.112
.506**
.754**
-.019
-.004
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.119
.051
.223
.000
.000
.833
.966
.
Correlation Coefficient
-.148
-.041
-.086
.043
.046
.161
.025
-.115
-.035
-.003
1.000 1.000
Sig. (2-tailed)
.106
.653
.352
.645
.618
.078
.790
.212
.702
.970
.
Correlation Coefficient
-.046
-.044
-.088
.232*
.199*
.072
.000
-.021
.089
.023
.065
1.000
Sig. (2-tailed)
.618
.634
.341
.011
.029
.432
.996
.820
.331
.804
.482
.
-.683** .000
-.444** .000
-.173 .059
.089 .334
.151 .100
.677** .000
.495** .000
.043 .643
-.073 .426
.873** .000
.078 .396
.017 .858
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
jumlah mata kuliah yg tlah dipelajari kategori
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
1.000 .
110
Lampiran 8 Hasil uji Regresi Logistik variabel penelitian Dependent Variable Encoding Original Value tidak
Internal Value 0
ya
1
Variables not in the Equation(a) Step 0
Variables
Score .450
peng_baik
df 1
Sig. .503
peng_sdng
4.165
1
.041
sikap_sedang
1.244
1
.265
sikap_baik
1.651
1
.199
alokasi_pgn_tinggi
.206
1
.650
alokasi_pgn_sdng
.326
1
.568
pddknaytinggi
2.466
1
.116
pddknaysdng
1.173
1
.279
pddknibutinggi
.104
1
.747
pddknibusdng
.006
1
.940
org_tinggi
6.445
1
.011
org_sdng
.719
1
.396
sem_tinggi
.177
1
.674
sem_sdng
2.894
1
.089
.066
1
.797
akses_inf_tgg akses_inf_sdng
11.060
1
.001
jml_mk_tgg
1.563
1
.211
jml_mk_sdng
1.775
1
.183
ipk_tgg
.039
1
.843
ipk_sdng
.174
1
.677
tngkat_tgg
.695
1
.405
tngkt_sdng
.072
1
.789
2.035
1
.154
jk
Variables in the Equation B Step 19(a)
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper
pddknaytinggi
-.940
.479
3.844
1
.050
.391
.153
1.000
org_tinggi
1.743
.681
6.553
1
.010
5.715
1.505
21.709
sem_sdng
1.698
.594
8.182
1
.004
5.464
1.707
17.492
akses_inf_sdng
2.154
.610
12.478
1
.000
8.619
2.609
28.477
Constant
a
S.E.
-1.337 .347 14.862 1 .000 .263 Variable(s) entered on step 1: peng_baik, peng_sdng, sikap_sedang, sikap_baik, alokasi_pgn_tinggi, alokasi_pgn_sdng, pddknaytinggi, pddknaysdng, pddknibutinggi, pddknibusdng, org_tinggi, org_sdng, sem_tinggi, sem_sdng, akses_inf_tgg, aksess_inf_dng, jml_mk_tgg, jml_mk_sdng, ipk_tgg, ipk_sdng, tngkat_tgg, jk.