5
TINJAUAN PUSTAKA Pedoman Umum Gizi Seimbang Kebutuhan gizi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan dan aktifitasnya dan setiap orang sangat berbeda dalam menerima konsumsi makanan. Di samping itu, keanekaragaman makanan juga harus diperhatikan karena pada dasarnya setiap jenis makanan tertentu tidak mengandung semua kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga perlu beberapa makanan lain untuk mendapatkan komposisi makanan sesuai yang dianjurkan. Gizi seimbang merupakan aneka ragam bahan pangan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, baik kualitas (fungsinya), maupun kuantitas (jumlahnya). Oleh karena makanan yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh dari sangat beragam jenisnya dan harus dikonsumsi setiap hari untuk aktifitas fisiologis dan berbagai aktifitas lainnya. Pendidikan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan status gizi masyarakat untuk jangka panjang. Melalui sosialisasi dan penyampaian pesan gizi yang praktis akan membentuk suatu kesimbangan bangsa antara gaya hidup dengan pola konsumsi masyarakat. Pengembangan pedoman gizi seimbang baik untuk petugas maupun masyarakat adalah salah satu strategi dalam pencapaian perubahan pola konsumsi makanan yang ada di masyarakat dengan tujuan akhir yaitu tercapainya status gizi masyarakat yang baik (Depkes 2005). Depkes (2005) melalui Direktorat Bina Gizi Masyarakat pada tahun 1995 telah mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Pedoman ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu rekomendasi Konferensi Gizi Internasional di Roma pada tahun 1992. PUGS merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 sehat 5 sempurna yang memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih yang selama 20 tahun terakhir mulai terlihat di Indonesia. Tujuan PUGS adalah sebagai alat untuk memberikan penyuluhan
pangan
dan
gizi
memasyarakatkan gizi seimbang.
kepada
masyarakat
luas,
dalam
rangka
6
PUGS merupakan susunan makanan yang menjamin keseimbangan zat -zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat -zat zat gizi yang dikandungnya. Pengelompokan bahan makanan disederhan akan, yaitu didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat zat gizi, yaitu sebagai : (1) sumber energi/tenaga tenaga; (2) sumber zat pembangun; dan (3)) sumber zat pengatur. Sumber energi diperlukan tubuh dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan kebutuhan zat pembangun d an zat pengatur, sedang kebutuhan zat pengatur diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari pada kebutuhan zat pembangun (Almatsier ( 2001). Sumber energi diperoleh dari beras, jagung, sereal/gandum, ubi kayu, kentang dan yang semisal dengannya. Zat pengat ur diperoleh dari sayur dan buah -buahan, sedang zat pembangun diperoleh dari ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang kacangan dan sebagainya. Ketiga golongan bahan makanan dalam konsep dasar gizi seimbang tersebut digambarkan dalam bentuk kerucut dengan ur utan-urutan menurut banyaknya bahan makanan tersebut yang dibutuhkan oleh tubuh. Dasar kerucut menggambarkan sumber energi/tenaga, yaitu golongan bahan pangan yang paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pegatur, sedangkan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang secara relatif paling sedikit dimakan tiap harinya.
Gambar 1 Tumpeng Pedoman Gizi Seimbang (Depkes 2005) 2005 PUGS memuat 13 pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan masyarakat sebagai pedoman untuk mengatur makanan sehari -hari hari yang seimbang dan aman
7
guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal. Pesan dasar tersebut adalah : (Depkes 2005) 1
Makanlah aneka ragam makanan Pemenuhan gizi yang lengkap dan seimbang diperlukan makanan yang aneka ragam. Mengkonsumsi makanan hanya satu jenis makanan dalam jangka
waktu
relatif
lama dapat
mengakibatkan
berbagai
penyakit
kekurangan gizi atau gangguan kesehatan. Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu jenis makanan sumber zat tenaga, satu jenis makanan sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat pengatur. Ini adalah penerapan prinsip penganekaragaman yang minimal. Idealnya adalah jika setiap makan, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah). Makanan sumber zat tenaga antara lain beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak dan santan yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan seperti keju. Zat pembangun berperan peting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang. Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung
berbagai
vitamin
dan
mineral
yang
berperan
untuk
melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh. 2
Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial, dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak. Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandai oleh berat badan yang normal.
8
Konsumsi energi yang melebihi kecukupan dapat mengakibatkan kenaikan berat badan. Energi yang berlebih disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh berbentuk lemak atau jaringan lain. Apabila keadaan ini berlanjut akan menyebabkan kegemukan, yang biasanya disertai berbagai gangguan kesehatan. Antara lain tekanan darah tinggi, penyakit jantung, penyakit kencing manis dan lain-lain, tetapi apabila konsumsi energi kurang, maka cadangan energi dalam tubuh yang berada dalam jaringan otot/lemak akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Apabila hal ini berlanjut, maka dapat menurunkan daya kerja , prestasi belajar dan kreativitas. Kemudian diikuti oleh menurunnya produktivitas kerja, merosotnya prestasi belajar dan prestasi olah raga. Konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 3 - 4 sendok makan setiap hari. Konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebih dan disimpan dalam jaringan
tubuh/lemak.
Apabila
hal
ini
berlangsung
lama
dapat
mengakibatkan kegemukan. Kekurangan
energi
yang
berlangsung
lama
pada
seseorang
akan
mengakibatkan penurunan berat badan dan kekurangan zat gizi lain. Penurunan berat badan yang berlanjut akan menyebabkan keadaan gizi kurang. Keadaan gizi kurang akan membawa akibat terhambatnya proses tumbuh kembang pada anak. Dampaknya pada saat ia mencapai usia dewasa, tinggi badannya tidak mencapai ukuran normal dan kurang tangguh. Selain itu, ia mudah terkena penyakit infeksi. Apabila energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks melebihi 60%, maka kebutuhan protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi. 3
Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi Karbohidrat terdiri dari dua kelompok, yaitu karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padipadian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang), dan makan lainnya seperti tepung, sagu dan pisang. Sedangkan gula sebagai karbohidrat sederhana, tidak mengandung zat gizi lain. Konsumsi gula yang berlebihan dapat mengurangi peluang terpenuhinya zat gizi lain.
9
Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks di dalam tubuh berlangsung lebih lama dari pada karbohidrat sederhana. Sehingga dengan kenkonsumsi kabohidrat kompleks orang tidak segera merasa lapar. Sedangkan gula atau karbohidrat sederhana langsung dapat diserap dan dipergunakan tubuh sebagai energi, sehingga cepat menimbulkan rasa lapar. Konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 3 – 4 sendok makan setiap hari. Konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubuh/lemak. Apabila berlangsunh lama dapat mengakibatkan kegemukan. Makanan sumber karbohidrat kompleks merupakan sumber energi utama dalam hidangan Indonesia, tetapi sumber karbohidrat kompleks ini kurang memberikan zat gizi lain yang diperlukan oleh tubuh, sehingga makanan sumber karbohidrat ini harus dibatasi konsumsinya sekitar 50 – 60% dari kebutuhan energi. Dengan demikian kekurangan zat gizi yang lain dapat dipenuhi dari sumber zat pembangun dan pengatur. Apabila energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks melebihi 60%, maka kebutuhan protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi. 4
Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A, D, E, dan K, serta menambah lezatnya hidangan. Ditinjau dari kemudahan proses pencernaan, lemak terbagi 3 golongan. Yaitu lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang paling mudah dicerna, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh yang sulit dicerna. Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali minyak kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal dari hewani. Konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sehari-hari sebaiknya 10 – 20 % dari kebutuhan energi (Hardinsyah & Tambunan 2004).
10
Potensi lemak dan minyak sebagai sumber energi terhitung lebih tinggi daripada karbohidrat dan protein. Tiap gram lemak menghasilkan 9 kilokalori, sedangkan karbohidrat dan protein hanya 4 kilokalori. Selain berpotensi tinggi kalori, lemak juga relatif lama berada dalam sistim pencernaan dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, sehingga lemak menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama. Jika seseorang mengkonsumsi lemak dan minyak secara berlebihan akan mengurangi konsumsi makanan lain. Akibatnya, kebutuhan zat gizi yang lain tidak terpenuhi. Bagi kebanyakan penduduk Indonesia, khususnya yang tinggal di perdesaan, konsumsi lemak/minyak masih sangat rendah sehingga masih perlu ditingkatkan. Sedangkan konsumsi lemak pada penduduk perkotaan sudah harus diwaspadai, karena cenderung berlebihan. Mereka yang sudah berlebihan mengonsumsi lemak harus segera menurunkan secara bertahap, dengan cara mengurangi konsumsi makanan berlemak tinggi, termasuk mengurangi konsumsi makanan bersantan dan yang digoreng. Kebiasaan
mengonsumsi
lemak
hewani
yang
berlebihan
dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner. Namun membiasakan makan ikan dapat mengurangi risiko menderita penyakit jantung koroner, karena lemak ikan mengandung asam lemak omega 3 yang berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak pada dinding pembuluh darah. Komposisi konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 2 bagian makanan yang mengandung sumber lemak nabati, dan 1 bagian dikonsumsi mengandung sumber lemak hewani. 5
Gunakan garam beriodium Garam beriodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3 (kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm. Sesuai Keppres No. 69 tahun 1994, semua garam yang beredar di Indonesia harus mengandung iodium. Kebijaksanaan ini berkaitan erat dengan masih tingginya kejadian
gangguan kesehatan
akibat kekurangan iodium (GAKI) di Indonesia. GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) merupakan masalah gizi yang serius, karena dapat menyebabkan penyakit gondok dan kretin.
11
Kekurangan
unsur
iodium
dalam
makanan
sehari-hari,
dapat
pula
menurunkan tingkat kecerdasan seseorang. Seperti halnya anemia gizi besi, anak sekolah yang menderita GAKI biasanya memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk menyelesaikan tingkat pendidikan formal tertentu. Bahkan mereka yang menderita GAK I tingkat berat (kretin, kretinoid) tidak mampu menyerap pelajaran pendidikan dasar. Dengan mengkonsumsi garam beriodium 6 gram sehari, kebutuhan iodium dapat terpenuhi, namun ambang batas penggunaan natrium tidak terlampaui. Dalam kondisi tertentu, misalnya keringat yang berlebihan, dianjurkan mengonsumsi garam sampai 10 gram atau dua sendok teh per orang per hari. Bagi seseorang yang harus mengurangi konsumsi garam, dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dari laut yang kaya iodium. Demikian
penting
manfaat
garam
beriodium
untuk
mencegah
dan
menanggulangi GAKI, maka mutu garam beriodium yang beredar di pasar perlu dipantau. Cara untuk menilai mutu garam beriodium tidak sulit, yaitu dengan Test Kit Iodina yang tersedia di puskesmas dan apotik. Ambil garam, kemudian tetesi dengan cairan iodina. Warna yang timbul dibandingkan dengan petunjuk warna yang ada pada Kit. Garam yang bermutu baik akan menunjukkan warna biru keunguan. Semakin berwarna tua, semakin baik mutu garam. Selain itu, pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan singkong parut. Caranya sebagai berikut : singkong (ubi kayu) segar dikupas, diparut dan diperas tanpa diberi air. Tuang 1 sendok perasan singkong parut ke dalam gelas bersih. Tambahkan 4 - 6 sendok teh munjung garam yang akan diperiksa. Tambahkan 2 sendok teh cuka makan berkadar 25 %. Aduk sampai rata, dan tunggu beberapa menit. Apabila timbul warna biru keunguan, berarti garam tersebut mengandung iodium. Semakin berwarna pekat, semakin baik mutu garam. Sebab, garam yang tak beriodium tidak akan mengalami perubahan warna setelah diperiksa dengan cairan iodina maupun cairan singkong parut. Garam beriodium sebaiknya disimpan dalam wadah terbuat dari beling (kaca) dan bertutup, seperti stoples atau botol selai.
12
6
Makanlah makanan sumber zat besi Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah diperoleh dari makanan. Kekurangan zat
besi
dalam
makanan
sehari-hari
secara
berkelanjutan
dapat
menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah. Anemia Gizi Besi (AGB) terutama banyak diderita oleh wanita hamil, wanita menyusui, dan wanita usia subur pada umumnya, karena fungsi kodrati. Peristiwa kodrati wanita adalah haid, hamil, melahirkan dan menyusui. Karena itu menyebabkan kebutuhan Fe atau zat besi relatif lebih tinggi dibandingkan kelompok lain. Kelompok lain yang rawan AGB adalah anak balita, anak usia sekolah dan buruh serta tenaga kerja berpenghasilan rendah. Sumber utama Fe adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Kesulitan utama untuk memenuhi kebutuhan Fe adalah rendahnya tingkat penyerapan Fe di dalam tubuh, terutama sumber Fe nabati yang hanya diserap 1 - 2%. Sedangkan tingkat penyerapan Fe makanan asal hewani
dapat mencapai 10 - 20%. Ini berarti bahwa Fe
pangan asal hewani (heme) lebih mudah diserap daripada Fe pangan asal nabati (non heme). Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam membantu meningkatkan penyerapan Fe di dalam tubuh. Kehadiran protein hewani, vitamin C, vitamin A, zink (Zn),
asam folat, zat gizi mikro lain dapat
meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain dari mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena makanan sumber zat besi biasanya juga merupakan sumber vitamin A. Tanda-tanda anemia gizi besi (AGB) antara lain pucat, lemah, lesu, pusing dan penglihatan sering berkunang-kunang. AGB
dapat
mengakibatkan
gangguan kesehatan dari tingkat ringan sampai berat. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, dan bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat. Anemia sedang dan ringan dapat menimbulkan gejala lesu,
13
lelah, pusing, pucat dan penglihatan sering berkunang-kunang. Bila terjadi pada anak sekolah, anemia gizi akan mengurangi kemampuan belajar. Sedangkan pada orang dewasa akan menurunkan produktivitas kerja. Disamping itu, penderita anemia lebih mudah terserang infeksi. Hal ini tentunya sangat menghambat upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia. Departemen Kesehatan telah melaksanakan program penanggulangan AGB dengan membagikan tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu hamil sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD tersebut mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat. Sedangkan untuk penanggulangan anemia pada balita diberikan preparat besi dalam bentuk sirup. Pada beberapa orang, pemberian preparat besi ini dapat menimbulkan gejala-gejala seperti mual, nyeri di daerah lambung, muntah, dan kadangkadang terjadi diare atau sulit buang air besar. Untuk mencegah timbulnya gejala di atas, dianjurkan minum tablet/sirup besi setelah makan pada malam hari. Agar penyerapan besi dapat maksimal, dianjurkan minum tablet/sirup zat besi dengan air minum yang sudah dimasak. Dengan minum tablet Fe, maka tanda-tanda kurang darah akan menghilang. Bila tidak menghilang, berarti yg bersangkutan bukan menderita AGB, tetapi menderita anemia jenis lain. 7
Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. Tidak ada satu pun makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena ASI mempunyai kelebihan yang meliputi 3 aspek, yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan aspek kejiwaan,
berupa jalinan kasih sayang
yang penting untuk
perkembangan mental dan kecerdasan anak. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI harus diberikan kepada bayi segera setelah dilahirkan (dalam waktu 30 menit setelah lahir), karena daya isap bayi pada saat itu paling kuat untuk
14
merangsang produksi ASI selanjutnya. ASI yang keluar beberapa hari setelah persalinan disebut kolostrum. Kolostrum mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih kental dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada harihari pertama baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Pemberian air gula, air tajin, dan makanan pralaktal (sebelum ASI lancar diproduksi) lain harus dihindari. Pada usia 0 - 6 bulan, bayi cukup diberi ASI saja (pemberian ASI Eksklusif), karena produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang yang sehat. Pemberian makanan selain ASI pada umur 0 - 6 bulan dapat membahayakan bayi, karena bayi belum mampu memproduksi enzim untuk mencerna makanan bukan ASI. Apabila pada periode ini, bayi dipaksa menerima makanan bukan ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan pada bayi, seperti diare, alergi dan bahaya lain yang fatal. Tanda bahwa ASI eksklusif memenuhi kebutuhan bayi antara lain bayi tidak rewel, dan tumbuh sesuai dengan grafik pada Kartu Menuju Sehat (KMS). ASI Eksklusif yaitu kondisi bayi hanya diberi air susu ibu saja tanpa tambahan cairan lain atau makanan lain. Agar pemberian ASI eksklusif dapat berhasil, selain tidak memberikan makanan lain, perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar, yaitu tidak dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin, termasuk menyusui pada malam hari. Ibu menggunakan payudara kiri dan kanan secara bergantian tiap kali menyusui. Di samping itu posisi ibu bisa duduk atau tiduran dengan suasana tenang dan santai. Bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting susu ibu harus baik, yaitu sebagian besar areola (bagian hitam sekitar puting) masuk ke mulut bayi. Apabila payudara terasa penuh dan bayi belum mengisap secara efektif, sebaiknya ASI dikeluarkan dengan menggunakan tangan yang bersih. Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui, serta persiapan psikologis selama kehamilan, akan menunjang keberhasilan menyusui. Seorang ibu yang menyusui harus menjaga ketenangan pikiran, menghindari kelelahan, membuang rasa khawatir yang berlebihan, dan percaya diri bahwa ASI mencukupi untuk kebutuhan bayi. Kegagalan pemberian ASI
15
eksklusif akan menyebabkan berkurangnya jumlah sel-sel otak bayi sebanyak 15 - 20%, sehingga menghambat perkembangan kecerdasan bayi pada tahap selanjutnya. MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi yang diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya setelah umur 6 bulan. Pada umur 6 bulan (masa transisi), bayi terus minum ASI dan mulai diperkenalkan dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
MP-ASI
berbentuk lunak atau setengah cair. Ingat, pemberian ASI harus didahulukan sebelum MP-ASI. Pada umur 6 - 12 bulan, kuantitas dan kualitas MP-ASI perlu diperhatikan. MP-ASI diberikan sesuai umur bayi, minimal diberikan 3 x sehari. Porsi MPASI setiap kali makan sebagai berikut : •
Pada umur 6 bulan, berikan minimal 6 sendok makan;
•
Pada umur 7 bulan, berikan minimal 7 sendok makan;
• Pada umur 8 dan 9 bulan, berturut-turut berikan 8 dan 9 sendok makan, pertambahan sendok sesuai dengan pertambahan usia. Sejak umur 10 bulan, makanan keluarga perlu diperkenalkan kepada bayi, agar pada saat berumur 12 bulan, bayi sudah dapat makan bersama keluarga. Porsi makanan anak 12 bulan kira-kira separuh dari porsi orang dewasa. Pemberian ASI tetap diteruskan sampai bayi berumur 2 tahun. Makanan selingan yang bergizi (bubur kacang hijau, biskuit, pepaya/jeruk) perlu diberikan. Pada umur 23 bulan, secara bertahap anak perlu disapih. Antara lain dengan menjarangkan waktu menyusui. Apabila ibu menghadapi masalah seperti grafik pertumbuhan berat badan bayi tidak sesuai KMS, puting lecet, payudara bengkak, puting terbenam dan lain-lain, dianjurkan menghubungi petugas kesehatan, bidan, klinik laktasi di Rumah Sakit Sayang Bayi (RSSB) atau Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI). Bagi ibu pekerja dianjurkan untuk tetap menyusui sebelum dan sesudah bekerja. Di tempat kerja, ibu dapat mengeluarkan ASI-nya dengan tangan, dan disimpan dalam wadah bersih, bertutup, dan selanjutnya diberikan kepada bayinya saat ibu pulang ke rumah. ASI yang dikeluarkan tadi dapat disimpan dan tidak rusak selama 6 jam pada suhu kamar, atau selama 24
16
jam dalam lemari es. Apabila bayi/anak sakit, tetap teruskan menyusui dan berikan MP-ASI lebih cair/lunak. 8
Biasakan makan pagi Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah,
makan
pagi
dapat
meningkatkan
konsentrasi
belajar
dan
memudahkan menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik. Membiasakan makan pagi pada anak memang terasa sulit. Adanya citra makan pagi sebagai suatu kegiatan yang dirasakan menjengkelkan perlu diubah menjadi salah satu kebiasaan yang disukainya. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengubah citra tersebut adalah sebagai berikut : Anak-anak perlu dibiasakan bangun lebih pagi, agar tersedia waktu yang cukup untuk makan pagi. Para orang tua hendaknya memberi contoh yang baik, yaitu membiasakan makan pagi. Pada saat makan pagi, sebaiknya anak ditemani oleh salah seorang anggota keluarga. Orang tua dan guru hendaknya tidak bosan mengingatkan anak untuk selalu makan pagi, dan memberi penjelasan mengenai manfaat makan pagi. Bagi anak yang tidak sempat makan pagi, sebaiknya makanan dibawa ke sekolah. Untuk membiasakan anak-anak yg belum biasa makan pagi, perlu memakai cara bertahap. Mula-mula diberikan makan pagi dengan takaran (porsi) sedikit. Kemudian, secara bertahap, porsi makanan ditambah sesuai dengan anjuran. Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan. Namun akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat
17
pengatur. Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita gangguan kesehatan berupa menurunnya kadar gula darah dengan tandatanda antara lain : lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun bahkan pingsan. Bagi
anak sekolah, kondisi ini menyebabkan
merosotnya
konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunnya prestasi belajar. Bagi pekerja akan menurunkan produktivitas kerja. Kebiasaan seseorang menghindari makan pagi dengan tujuan untuk menurunkan
berat
badan,
jelas
merupakan kekeliruan
yang
dapat
mengganggu kondisi kesehatan. Antara lain berupa gangguan pada saluran pencernaan. Bagi seseorang yang tidak sempat makan pagi di rumah, agar tetap mengupayakan makan pagi di tempat lain yang memungkinkan. 9
Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya Air minum harus bersih dan aman. Aman berarti bersih dan bebas kuman. Untuk mendapat-kannya, air minum harus dididihkan terlebih dahulu. Fungsi air dalam tubuh adalah : melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh mengatur suhu tubuh melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil Untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang dikonsumsi seseorang, terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap hari. Selain itu, mengkonsumsi cukup cairan dapat mencegah dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh, dan dapat menurunkan risiko penyakit batu ginjal. Mengkonsumsi cairan yang tidak terjamin keamanannya dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti diare dan keracunan berbagai senyawa kimia yang terdapat pada air. Menentukan kebutuhan air minum dengan mengandalkan rasa haus tidak sepenuhnya benar. Contoh, seseorang yang bekerja di ruang AC tidak merasa haus, padahal yang bersangkutan seharusnya memerlukan cairan lebih banyak dibanding ketika ia bekerja di ruang tanpa AC. Pada kondisi tertentu seperti, suhu udara tinggi dan kelembaban udara rendah, terjadi banyak penguapan cairan tubuh seseorang. Tetapi biasanya
18
yang bersangkutan tidak merasa haus. Oleh karena itu, jika tidak mengkonsumsi banyak cairan, maka yang bersangkutan akan menderita dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh. Keadaan demikian dapat berakibat yang bersangkutan menderita heat stroke, pingsan atau tewas akibat sengatan udara panas. 10 Lakukan aktivitas fisik secara teratur Aktifitas fisik bermanfaat bagi setiap orang. Karena dapat meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot serta memperlambat proses penuaan. Seseorang yang sehat dapat melakukan aktivitas fisik setiap hari tanpa kelelahan yang berarti. Olah raga harus dilakukan secara teratur. Macam dan takaran olah raga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan kondisi kesehatan. Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dan aktivitas fisik, banyak dijumpai di kalangan tertentu. Misalnya di kalangan para eksekutif. Kesibukan kerja, cenderung memaksa para eksekutif tidak melakukan aktivitas fisik secara teratur dan mengkonsumsi makanan tidak sesuai dengan kebutuhannya. Kegiatan rutin pergi ketempat kerja dapat dijadikan sebagai suatu aktivitas yang sangat membantu untuk mencapai berat badan yang normal. Biasakan jalan kaki untuk jarak tempuh + 50 – 100 m misalnya mencapai lokasi kendaraan jemputan. Apabila jarak tempat tinggal dengan tempat bekerja sekitar 200 – 300 m usahakan jalan kaki. 11 Hindari minum minuman beralkohol Seseorang yang minum minuman beralkohol akan sering buang air kecil sehingga menimbulkan rasa haus. Orang ini akan mengatasi rasa hausnya dengan minum minuman beralkohol lagi. Alkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizi lain. Kebiasaan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan terhambatnya proses penyerapan zat gizi, hilangnya zat-zat gizi yang penting, meskipun orang tersebut mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup, kurang gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan.
19
Di samping itu, minum minuman beralkohol dapat menyebabkan ketagihan dan kehilangan kendali diri. Hal ini dapat menjadi faktor pencetus ke arah tindak kriminal. 12 Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan Selain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan harus juga layak konsumsi, sehingga aman bagi kesehatan. Makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari kuman dan bahan kimia berbahaya, serta tidak bertentangan
dengan
keyakinan
masyarakat.
Makanan
yang
tidak
bertentangan dengan keyakinan atau norma agama dikenal dengan istilah “halal”. Selama ini, konsep “halal” yang lazim dipergunakan dalam kaidah agama islam, sering diartikan secara sempit. Anggapan bahwa semua makanan dan minuman yang tidak mengandung unsur alkohol dan daging babi dianggap halal. Padahal konsep makanan halal dalam arti luas, selain tidak beralkohol dan bukan daging babi, adalah makanan yang harus diolah atau dipersiapkan secara hygienis, sehingga tidak mengandung cemaran yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Agar makanan atau masakan dapat memenuhi syarat-syarat halal dan aman untuk dikonsumsi, maka sejak bahan makanan tersebut ditanam/diternakan sampai siap disantap, maka makanan harus diperlakukan secara baik dan benar. Perlakuan ini pada tahap budidaya disebut cara budidaya yang baik. Pada tahap pengolahan di pabrik disebut cara produksi yang baik, dan pada tahap pengolahan di rumah tangga disebut cara penanganan yang baik. Sejak pengolahan dan pengemasan di pabrik sampai makanan diangkut dan dipasarkan ke tingkat pengecer/pedagang atau langsung ke konsumen, harus dilakukan dengan cara baik dan benar. Sedangkan cara penanganan makanan yang baik di rumah tangga meliputi cara-cara: mempersiapkan, menyimpan, mencuci, mengolah/memasak, menyimpan makanan matang, yang baik dan benar. Penyelenggaraan seperti ini akan terhindar dari kemungkinan tercemar kuman-kuman dan bahan kimia yang membahayakan kesehatan manusia.
20
Menurut ilmu gizi, makanan yang aman harus pula memenuhi syarat “wholesome”. Artinya, zat-zat gizi tidak banyak yang hilang, dan bentuk fisiknya masih utuh. Kecuali apabila makanan yang akan diolah sengaja diubah bentuk fisiknya (misalnya ikan dijadikan tepung, dll.). Tanda-tanda umum bagi makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara lain: berlendir, berjamur, aroma dan rasa atau warna makanan berubah. Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati tanggal daluwarsa, atau terjadi karat/kerusakan pada kemasan, makanan kaleng tersebut harus segera dimusnahkan. Sebaiknya, makanan dengan tanda-tanda tersebut tidak dibeli dan tidak dikonsumsi, meskipun harganya sangat murah. Tanda lain dari makanan yang tidak memenuhi syarat aman, adalah bila dalam pengolahannya ditambahkan bahan tambahan berbahaya, seperti asam borax/bleng, formalin, zat pewarna rhodamin B dan methanil yellow, seperti banyak dijumpai pada makanan jajanan pasar. Oleh karena itu, produsen jajanan pasar perlu diberi penyuluhan. Penggunaan borax, bleng dan formalin menyebabkan makanan tahan lebih lama dan lebih elastis/kenyal. Misalnya, tahu tahan lebih dari dua hari bila dibiarkan pada suhu ruangan. Makanan jajanan pasar yang bewarna cerah menunjukan tanda adanya penggunaan zat pewarna berbahaya. Bahan makanan yang diberi warna kuning, bila ditetesi air kapur sirih tidak berubah warnanya menjadi ungu, pertanda makanan tersebut menggunakan zat pewarna berbahaya, yaitu methanil yelow. Cara mengolah atau meracik makanan yang tidak benar juga dapat mengancam kesehatan dan keselamatan konsumen. Misalnya merebus air minum dan susu segar, yang tidak dipanaskan sampai mendidih akan sangat berbahaya bila diminum, karena kuman-kuman berbahaya masih dapat hidup. Kuman akan mati bila dipanaskan sampai mendidih. 13 Bacalah label makanan yang dikemas Label pada makanan yang dikemas adalah keterangan tentang isi, jenis dan ukuran bahan-bahan yang digunakan, susunan zat gizi, tanggal kedaluwarsa dan keterangan penting lain. Air minum dalam kemasan, yang banyak
21
beredar di pasaran, telah diproses sesuai dengan ketentuan pemerintah dan memenuhi syarat-syarat kesehatan. Peraturan perundang-undangan menetapkan, bahwa setiap produk makanan yang dikemas harus mencantumkan keterangan pada label. Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas sangat membantu konsumen pada saat memilih dan menggunakan makanan tersebut, sesuai kebutuhan gizi dan keadaan kesehatan konsumen. Beberapa singkatan yang lazim digunakan dalam label antara lain: MD = makanan yang dibuat di dalam negeri ML = makanan luar negeri (import) Exp = tanggal kedaluwarsa, artinya batas waktu makanan tersebut masih layak dikonsumsi. Sesudah tanggal tersebut, makanan tidak layak dikonsumsi. SNI = Standar Nasional Indonesia, yakni keterangan bahwa mutu makanan telah sesuai dengan persyaratan. SP = Sertifikat Penyuluhan. PUGS dengan 13 pesan dasar merupakan acuan atau pedoman setiap individu dan rumah tangga untuk berprilaku gizi yang baik dan benar (Ray et al 1997), meskipun masih perlu penjabaran yang lebih operasional dan mudah dimengerti tentang pesan-pesan PUGS terutama bagi masyarakat secara umum dan perlu upaya pengembangan cara penilaian penerapan pesan-pesan tersebut (Hardinsyah 1997). Dalam The Dietary Guidelines for Americans (Dietary Guidelines) (2005), di Indonesia dikenal dengan PUGS,
disebutkan bahwa penyusunan pedoman gizi
seimbang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan menurunkan risiko penyakit mayor melalui diet dan aktifitas fisik. Ada 9 bagian yang menjadi pesan utama dalam Dietary Guidelines tersebut, yaitu berhubungan dengan 1) adequate nutrients within calorie needs; 2) Weight management; 3) Physical activity; 4) Food groups to encourage; 5) Fats; 6) Carbohydrates; 7) Sodium and potasium; 8. Alcoholic beverages; 9) Food safety.
22
Penelitian yang dilakukan Xiang Gao et al. (2006) menyebutkan bahwa Dietary Guidelines 2005 mungkin berhubungan dengan energi yang lebih rendah dan intik gizi yang optimal dari pada Dietary Guidelines 1992. Di Indonesia evaluasi terhadap PUGS telah dilakukan di setiap pertemuanpertemuan ilmiah seperti Widyakarya Pangan dan Gizi (WNPG) yang diadakan setiap 4 tahun sekali. Dalam pertemuan WNPG VIII pada tanggal 17 – 19 Mei 2004 dalam sebuah artikelnya Hardinsyah & Tambunan mengemukakan bahwa masih relevannya 13 pesan gizi yang terdapat dalam PUGS. Secara umum pola pangan yang baik adalah perbandingan komposisi energi dari karbohidrat, protein dan lemak adalah 50 – 65%, 10 – 20% dan 20 – 30%. Komposisi ini tentunya dapat bervariasi tergantung pada umur, ukuran tubuh, keadaan fisiologis dan mutu protein makanan yang dikonsumsi. Pesan PUGS “makanlah setengah kebutuhan energi dari karbohidrat” masih relevan, tetapi perlu dipermudah cara sosialisasinya. Demikian juga pada pesan “batasi konsumsi lemak seperempat dari kebutuhan energi”. Proporsi energi dari pangan serealia dan umbi-umbian dalam Pola Pangan Harapan (PPH) pada tahun 2020 yaitu 55% masih relevan untuk dijadikan target.
Keluarga Sadar Gizi Depkes (2007) memberikan pengertian Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan : 1 Menimbang berat badan secara teratur. 2 Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif). 3 Makan beraneka ragam. 4 Menggunakan garam beriodium. 5 Minum suplemen gizi Tablet Tambah Darah (TTD), kapsul vitamin A dosis tinggi sesuai anjuran. Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi yang saling terkait. Apabila seseorang tidak mendapat asupan gizi yang cukup akan mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit. Demikian juga bila
23
seseorang sering sakit akan menyebabkan gangguan nafsu makan dan selanjutnya akan mengakibatkan gizi kurang. Di tingkat keluarga dan masyarakat, masalah gizi dipengaruhi oleh : a. Kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan bagi anggotanya baik jumlah maupun jenis sesuai kebutuhan gizinya. b. Pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga dalam hal : 1) Memilih, mengolah dan membagi makanan antar anggota keluarga sesuai dengan kebutuhan gizinya. 2) Memberikan perhatian dan kasih sayang dalam mengasuh anak . 3) Memanfaatkan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
dan
gizi yang tersedia,
terjangkau dan memadai (Posyandu, Pos Kesehatan Desa, Puskesmas, dll). c. Tersedianya pelayanan kesehatan dan gizi yang terjangkau dan berkualitas. d. Kemampuan dan pengetahuan keluarga dalam hal kebersihan pribadi dan lingkungan. Selama ini telah dilakukan upaya perbaikan gizi mencakup promosi gizi seimbang termasuk penyuluhan gizi di Posyandu, fortifikasi pangan, pemberian makanan tambahan termasuk MP-ASI, pemberian suplemen gizi (kapsul Vitamin A dan Tablet Tambah Darah/TTD), pemantauan dan penanggulangan gizi buruk. Kenyataannya masih banyak keluarga yang belum berperilaku gizi yang baik sehingga penurunan masalah gizi berjalan lamban. Masih banyaknya kasus gizi kurang menunjukkan bahwa asuhan gizi di tingkat keluarga belum memadai. Oleh sebab itu diperlukan upaya pemberdayaan melalui pendampingan. Pendampingan keluarga KADARZI adalah proses mendorong, menyemangati, membimbing dan memberikan kemudahan oleh kader pendamping kepada keluarga guna mengatasi masalah gizi yang dialami. Pada umumnya keluarga telah memiliki pengetahuan dasar mengenai gizi. Namun demikian, sikap dan keterampilan serta kemauan untuk bertindak memperbaiki gizi keluarga masih rendah. Sebagian keluarga menganggap asupan makanannya selama ini cukup memadai karena tidak ada dampak buruk yang mereka rasakan. Sebagian keluarga juga mengetahui bahwa ada jenis makanan yang lebih berkualitas, namun mereka tidak ada kemauan dan tidak mempunyai keterampilan untuk penyiapannya.
24
Gambaran perilaku gizi yang belum baik juga ditunjukkan dengan masih rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan oleh masyarakat. Saat ini baru sekitar 50 % anak balita yang dibawa ke Posyandu untuk ditimbang sebagai upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan. Bayi dan balita yang telah mendapat Kapsul Vitamin A baru mencapai 74% dan ibu hamil yang mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) baru mencapai 60%. Sementara itu perilaku gizi lain yang belum baik adalah masih rendahnya ibu yang menyusui bayi 0-6 bulan secara eksklusif yang baru mencapai 39%, sekitar28 % rumah tangga belum menggunakan garam beryodium yang memenuhi syarat dan pola makan yang belum beraneka ragam. Masalah lain yang menghambat penerapan perilaku KADARZI adalah adanya kepercayaan, adat kebiasaan dan mitos negatif pada keluarga. Sebagai contoh masih banyak keluarga yang mempunyai anggapan negatif dan pantangan terhadap beberapa jenis makanan yang justru sangat bermanfaat bagi asupan gizi (Depkes 2007b). Status Gizi Status berarti tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh suatu keadaan. Sedangkan gizi adalah hasil proses organisme dalam menggunakan bahan
makanan
penyimpanan,
melalui
proses
metabolisme
dan
pencernaan, pembuangan
penyerapan, untuk
transportasi,
pemeliharaan
hidup,
pertumbuhan dan fungsi organ tubuh, serta produksi energi, sehingga status gizi dapat diartikan tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan gizi di satu pihak dan pengeluaran oleh organisme di pihak lain (Gibson 1990). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Status gizi merupakan bagian penting dari kesehatan seseorang, karena status gizi menunjukkan suatu keadaan diri yang mana diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu juga status gizi seseorang pada dasarnya merupakan hasil dari proses pencernaan dan penyimpanan zat-zat gizi dalam tubuh untuk digunakan di kemudian hari, memelihara struktur dan susunan jaringan tubuh serta fungsi yang normal. Keadaan tersebut berhubungan dengan keadaan kesehatan tubuh, jika
25
persediaan zat gizi tidak cukup di dalam tubuh, maka akan terjadi kurang gizi, oleh karena keadaan tersebut diperlukan suatu penilaian sebagai dasar penentuan tingkat gizi seseorang (Almatsier 2001). Status gizi erat kaitannya dengan malnutrisi yaitu suatu keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk malnutrisi (Supariasa et al 2002) : 1
Under Nutrition : kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk periode tertentu.
2
Specific deficiency : Kekurangan zat gizi tertentu misalnya kekurangan vitamin A, iodium dan sebagainya.
3
Over nutrition : kelebihan konsumsi untuk periode tertentu.
4
Imbalance : karena disproporsi zat gizi, misalnya : penimbunan kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein). Soekirman (2000) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi itu
dalam 2 kategori besar, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah faktor dalam tubuh manusia sendiri, seperti kemampuan tubuh untuk menyerap bahan makanan yang masuk, faktor keturunan atau kelainankelainan tubuh. Faktor eksternal meliputi : tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua, latar belakang sosial budaya, daya beli keluarga dan jumlah anggota keluarga. Hadi (2002) juga mencatat, bahwa faktor pendidikan ibu berhubungan dengan baik tidaknya pertumbuhan anak. Latham (1990) menemukan bahwa faktor distribusi makanan dalam keluarga sebagai salah satu penyebab kurang energi protein, selain kemiskinan dan penyapihan yang tidak tepat. Pengukuran Status Gizi Penentuan status gizi dapat dilakukan berbagai cara antara lain secara biokimia, dietetika, klinik dan antropometri. Salah satu cara termudah untuk menilai status gizi di lapangan adalah dengan cara antropometri, karena praktis dan teliti. Antropometri adalah ukuran dari bermacam-macam dimensi tubuh manusia yang ukurannya relatif berbeda-beda menurut jenis kelamin, umur, dan keadaan gizi (Jelliffe 1996).
26
Ada 3 cara pengukuran yang dianggap tepat untuk Indonesia dan diakui internasional, yaitu berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkar lengan atas (LILA). Berat badan merupakan pilihan utama, karena merupakan ukuran yang peka, yaitu sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi. Dengan demikian BB turun dengan menurunnya keadaan gizi (Roedjito 1989). Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum sekali. Jellife (1996) mengungkapkan bahwa : “Nutritional anthropometry is measurement of the variations of the physical dimensions and the gross composition of the human body at different age levels and degree of nutriton”. Dari definisi tersebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit. Metode penilaian status gizi dapat dikelompokkan atas metode langsung dan metode tidak langsung. Berikut ini disajikan secara ringkas kedua kelompok metode penilaian status gizi tersebut (Supariasa 2002): a. Penilaian secara langsung 1 Metode Biokimia Penilaian status gizi secara biokimia disebut juga dengan metode pemeriksaan laboratorium, adalah mengukur kadar zat gizi di dalam tubuh dan atau ekskresi tubuh kemudian dibandingkan dengan suatu nilai normatif yang sudah ditetapkan. Misalnya menilai status zat besi (Fe) dengan mengukur kadar hemoglobin. Bila kadar hemoglobin < 11 mg% maka disebut anemia (Depkes 2002). Untuk penilaian biokimia disebut juga pemeriksaan laboratorium, spesimen yang biasa digunakan adalah darah, faces, kelenjar tubuh, urin dan biopsi jaringan tubuh. 2 Penilaian Klinis Penilaian status gizi secara klinis adalah mempelajari gejala yang muncul dari tubuh sebagai akibat dari kelebihan atau kekurangan salah satu zat gizi tertentu. Setiap zat gizi memberikan tampilan klinis yang berbeda, sehingga cara ini dianggap spesifik namun sangat subjektif. Contoh penilaian status gizi
27
secara klinis adalah kekurangan vitamin A menyebabkan buta senja (xerophtalmia) 3 Penilaian Biofisik Penilaian secara biofisik adalah dengan mengukur elastisitas dan fungsi jaringan tubuh. Cara ini jarang digunakan karena membutuhkan peralatan yang canggih, mahal dan tenaga terampil. Salah satu cara penilaian status gizi secara biofisik adah untuk mengukur komposisi tubuh dengan metode bioelectrical impedance. 4 Penilaian Antropometri Cara yang paling mudah, tidak membutuhkan peralatan yang mahal adalah pengukuran antropometri. Dengan demikian antropometri dapat diterapkan secara luas di lapangan. Sebagai contoh tiap bulan dilaksanakannya penimbangan balita di posyandu. Pengukuran antropometri mengandung 2 maksud; pertama untuk mendeskripsikan status gizi (penilaian dilakukan pada satu titik waktu) dan kedua pemantauan status gizi yaitu untuk melihat trend/ perubahan ukuran tubuh dari waktu ke waktu. Penimbangan balita di posyandu yang diplot hasilnya ke dalam KMS (Kartu Menuju Sehat) adalah salah satu contoh pemantauan status gizi (nutritional monitoring).
Semua bagian tubuh (keseluruhan atau secara parsial) dapat digunakan untuk menilai status gizi, namun menurut WHO (2000) hanya 3 ukuran (parameter) saja yang diangap valid, yaitu : berat badan, tinggi badan dan lingkaran lengan atas. Satu ukuran tubuh sebagai dasar menentukan status gizi disebut parameter. Gabungan dari 2 parameter disebut dengan indeks. Sehingga dari parameter yang valid tesebut dapat dinilai 4 indeks, yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dan Lingkaran Lengan Atas menurut Umur (LILA/U). Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Pengukuran status gizi secara antropometri adalah pengukuran keadaan sebagai hasil penggunaan bahan makanan di dalam tubuh. Penentuan ambang batas memerlukan kesepakatan ahli gizi. Ambang batas dapat disajikan ke dalam
28
tiga cara yaitu persen terhadap median, persentil dan standar deviasi (Supariasa et al 2002). Berdasarkan pada standar baku WHO (2006) pengukuran status gizi menggunakan indeks BB/U, TB/U dan BB./TB. Indeks BB/U dan BB/TB digunakan untuk mengetahui status gizi masa sekarang, sedangkan indeks TB/U digunakan untuk menggambarkan status gizi masa lalu. Batas ambang atau cut of point status gizi yaitu:
Tabel 1 Standar Antropometri WHO 2006 Indeks
Range Z-score
BB/U
z-score z-score z-score z-score
TB/U
z-score > -2.0 SD z-score < -2.0 SD s.d -3 SD z-score < -3.0 SD
Normal Pendek Sangat pendek
z-score z-score z-score z-score
Gemuk Normal Kurus Sangat Kurus
BB/TB
> +2 SD -2 SD s.d ≤+2 SD < -2 SD s.d -3 SD < -3 SD
Status Gizi
> 2.0 SD -2 SD s.d ≤+2 SD < -2 SD s.d -3 SD < -3.0 SD
Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Gizi buruk
b. Penilaian secara tidak langsung 1 Penilaian konsumsi pangan : Mengukur pangan yang dikonsumsi kemudian dianalisis kandungan gizinya. Jumlah zat gizi yang dikonsumsi dibandingkan dengan kebutuhan (anjuran) makan sehari sesuai umur, jenis kelamin dan aktivitas (WNPG 2004). 2 Analisis ekologi dan statistik vital : Mempelajari kondisi lingkungan berupa produksi pangan, pola makan, sosial budaya, ekonomi dan variabel lain yang secara teoritis mempengaruhi status gizi. Data ini dianalisis menggunakan statstik tertentu sehingga dapat diprediksi status gizi. 3 Indeks Prognostik Rumah Sakit (IPRS) dan Indeks Diagnostik Rumah Sakit (IDRS) : Suatu metode analisis kebiasaan sehari-hari yang berkaitan dengan konsumsi gzi dan variabel determinannya yang digunakan untuk menetapkan
29
status gizi. Cara ini dilakukan di rumah sakit untuk menegakkan diagnosa dan menentukan tindakan gizi yang harus diberikan kepada pasien. Untuk mengetahui hasil pengukuran antropometri diperlukan suatu rujukan.
Pengukuran Konsumsi Gizi Berbeda dengan pengukuran antropometri, pengukuran konsumsi makanan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, diantaranya adalah 1) metode penghitungan makanan (food account) terdiri dari pencatatan harian oleh rumah tangga tentang semua makanan yang masuk ke rumah tangga, baik yang dibeli, hadiah/bingkisan, atau diproduksi oleh rumah tangga selama periode waktu tertentu, yang biasanya 7 hari. Jumlah tiap makanan dicatat dalam ukuran eceran (jika tersedia) dan ukuran rumah tangga (URT) metode food recall 24 jam; 2) Metode pencatatan keluarga (household food record method), dimana pencatatan makanan biasanya legkap untuk sekurangnya periode 1 minggu oleh penanggungjawab di rumah tangga atau petugas lapangan. Pencatatan makanan yang sesungguhnya dimakan oleh rumah tangga secara rinci, sebaliknya pada metode food account makanan yang dibeli atau diperoleh dicatat. Dalam waktu 1 minggu periode survei, berat atau volume setiap makanan yang dikonsumsi dicatat terpisah sebelum dipilah untuk perorangan; 3) Metode recall 24 jam yang lebih mudah dilakukan. Pedoman teknis
menilai
konsumsi
makanan
menggunakan
24
jam
yang
lampau
dikembangkan oleh Food and Nutrition Technical Assistance Project. Pada metode ini, anggota rumah tangga yang bertanggungjawab pada persiapan makanan diinterview untuk memperoleh informasi
tentang komposisi rumah tangga dan
konsumsi rumah tangga selama 24 jam yang lampau Metode ini cocok digunakan untuk mengetahui asupan zat gizi rata-rata dalam kelompok atau populasi (Gibson 1990). Metode food recall 24 jam dilakukan oleh seorang ahli gizi yang sudah terlatih teknik untuk bertanya dan wawancara dalam melakukan recall asupan makanan pada 24 jam hari sebelumnya. Pertanyaan bias langsung kepada subjek atau pada orang tuanya. Pertanyaan secara terperinci mengenai cara memasak dan nama menu masakan. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah adanya suplementasi vitamin dan mineral juga dicatat dalam daftar pertanyaan. Bahan
30
makanan yang dilaporkan diestimasi kedalam ukuran rumah tangga, kemudian dikonversikan kedalam berat dengan menggunakan satuan gram (Gibson 1990). Recall hanya yang dilakukan satu hari hasilnya tidak dapat menggambarkan asupan makan sehari-hari karena variasi dari makanan pada hari lainnya belum terwakili. Ketepatan dalam mengukur sangat tergantung dari daya ingat subjek yang ditanya sehingga metode ini tidak cocok digunakan untuk mengukur asupan makanan pada anak-anak, orang tua dan orang yang pelupa. Metode ini memerlukan pengumpul data yang terampil dalam menggunakan alat bantu seperti ukuran rumah tangga, mengenal cara pengolahan makanan, dan mengetahui pola pangan daerah. Metode ini tidak cocok digunakan jika pengukuran dilakukan pada saat panen, hari pasar, hari libur, acara keagamaan, acara perkawinan dan beberapa acara lain yang bersifat sesaat (Gibson 1990).
Hubungan Pelayanan Kesehatan dan Kesehatan Lingkungan dengan Status Gizi Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal. Apabila kondisi lingkungan kurang mendukung atau jelek, maka potensi genetik yang optimal tidak akan tercapai. Lingkungan ini meliputi bio-fisikopsikososial yang akan mempengaruhi setiap individu mulai dari masa konsepsi sampai akhir hayatnya. Secara garis besar, faktor lingkungan dapat dibagi dua yaitu faktor pranatal dan lingkungan pascanatal. Faktor lingkungan pranatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan. Faktor lingkungan pascanatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan anak setelah lahir. Faktor lingkungan pascanatal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anak yaitu lingkungan biologis, lingkungan fisik, faktor psikososial dan faktor keluarga dan adat istiadat. Lingkungan biologis yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme yang saling terkait satu dengan yang lain. Lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan adalah cuaca, keadaan geografis, sanitasi lingkungan, keadaan rumah dan radiasi.
Keadaan
31
sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare, cacingan dan infeksi saluran pencernaan. Apabila anak mengalami infeksi saluran pencernaan penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi. Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah terserang penyakit dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa 2002) UNICEF (1998) membuat model interelasi tumbuh kembang anak dengan melihat penyebab dasar, sebab tidak langsung dan sebab langsung. Sebab langsung adalah kecukupan makanan dan keadaan kesehatan. Penyebab tidak langsung meliputi ketahanan makanan keluarga, asuhan bagi ibu dan anak dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Berdasarkan model penyebab kurang gizi yang dikembangkan UNICEF (1998), gizi salah (malnutrition) disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara kuantitas maupun kualitas; sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang memadai, kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga (Azwar 2004). Paradigma
baru
dalam
penanggulangan
masalah
gizi
sebagaimana
disampaikan Soekirman (2001) menekankan pentingnya outcome daripada input. Persediaan pangan yang cukup (input) di masyarakat tidak menjamin setiap rumah tangga dan anggota memperoleh makanan yang cukup dan status gizinya baik. Banyak faktor lain yang dapat mengganggu proses terwujudnya outcome sesuai dengan yang diharapkan. Paradigma input sering melupakan faktor lain tersebut, diantaranya air bersih, kebersihan lingkungan dan pelayanan kesehatan dasar. Kebijakan program gizi yang masih mengedepankan pangan, makanan dan konsumsi sebagai penyebab utama masalah gizi cenderung mengabaikan peran faktor lain sebagai penyebab timbulnya masalah gizi seperti air bersih, kebersihan lingkungan dan pelayanan kesehatan dasar. Akibatnya program gizi lebih sering menjadi program sektoral yang masing-masing berdiri sendiri dengan persepsi berbeda mengenai masalah gizi dan indikatornya.
32
Landasan Teori Menu seimbang yaitu menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dengan jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier 2001). Acuan bagi setiap individu untuk berprilaku gizi yang baik dan benar adalah dengan penerapan PUGS yang terdiri dari 13 pesan dasar (Ray 1997). Keluarga Sadar Gizi merupakan keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi di tingkat keluarga/rumah tangga melalui perilaku menimbang berat badan secara teratur, memberikan hanya ASI saja kepada bayi 06 bulan, makan beraneka ragam, memasak menggunakan garam beriodium, dan mengkonsumsi suplemen zat gizi mikro sesuai anjuran (Depkes 2007). Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) merupakan penyederhaan dari PUGS (Minarto 2009). Status gizi balita sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial terdekat. Di samping itu peran keluarga sangat besar dalam membentuk kepribadian anak. Pola pendidikan yang tepat yang diterapkan oleh orang tua akan sangat membantu anak dalam menghadapi kondisi lingkungan pada masa yang akan datang. Orang tua merupakan tempat bergantung anak-anaknya dan harus memberikan kasih sayang dan perhatian sepenuhnya pada anak hingga remaja (Supariasa et al 2002). Dalam penelitian Xiang Gao et al (2006) diketahui bahwa FGP 2005 berhubungan dengan rendahnya energi dan intik gizi yang optimal, sedangkan FGP 1992 diduga berhubungan dengan kejadian epidemi obesitas (Weinberg 2004; Gifford 2002; Contaldo & Pasanisi 2005) Penyebab langsung status gizi yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi sering menderita penyakit infeksi dapat menderita kurang gizi. Demikian pula pada anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit. Sehingga makanan dan penyakit merupakan penyebab kurang gizi (Supariasa et al 2002). Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan
33
adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental dan social. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga (Soetjiningsih 1998). Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan keluarga terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan keluarga, makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada.
34
Kerangka Konsep
PUGS 1. Makanlah aneka ragam makanan 2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Status Gizi Balita
Status Infeksi
Konsumsi Gizi
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi
KADARZI 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai ¼ dari kecukupan energi
Menimbang Berat Badan Secara Teratur
5. Gunakan garam beriodium
ASI Eksklusif
6. Makanlah makanan sumber zat besi 7. Berikan ASI saja pada bayi umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya
Pelayanan Kesehatan Kesehatan Lingkungan
Makan Beraneka Ragam Menggunakan Garam Beriodium
Orang Tua : Pendidikan Pendapatan
Memberikan Suplemen Gizi Sesuai Anjuran
8. Biasakan makan pagi 9. Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya 10. Lakukan aktivitas fisik secara teratur 11. Hindari minum minuman beralkohol
= Yang diteliti 12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
= Yang tidak diteliti
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas
Gambar 2 Kerangka Konsep Analisis Penerapan Pesan Gizi Seimbang Keluarga dan Perilaku Keluarga Sadar Gizi Hubungannya dengan Status Gizi Balita di Provinsi Kalimantan Barat
35
Hipotesis Penelitian 1
Ada hubungan antara penerapan pesan gizi seimbang dengan status gizi balita di Provinsi Kalimantan Barat.
2
Ada hubungan perilaku KADARZI dengan status gizi balita di Provinsi Kalimantan Barat.
Definisi Operasional 1
Penerapan pesan gizi seimbang keluarga adalah penilaian pererapan 13 pesan gizi seimbang keluarga berdasarkan pesan pada PUGS yang diukur dengan proximate hasil pengkuran konsumsi menggunakan metode recall 1 x 24 jam dan kuesioner sebagaimana metode yang digunakan dalam Riskesdas 2007, sehingga data yang dapat diukur sebanyak 8 pesan dari 13 pesan yang ada. Lima pesan, masing-masing makan aneka ragam makanan, makan cukup energi, makan sumber karbohidrat setengah dari kecukupan energi, konsumsi lemak sampai ¼ dari kecukupan energi dan makan sumber zat besi menggunakan proximate recall 1 x 24 jam dan 3 pesan (menggunakan garam beriodium, melakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur dan menghindari minum minuman beralkohol) menggunakan kuesioner. Masingmasing item pesan diberi skor 0 jika tidak melaksanakan pesan gizi seimbang; skor 1 jika melakukan praktek pesan gizi seimbang. Selanjutnya dikategorikan menjadi baik jika total skor 4 – 8; dan kurang baik jika total skor < 4 (Modifikasi dari Hardinsyah 1998), beberapa pesan tersebut adalah: a) Makan aneka ragam makanan adalah jenis makanan yang dikonsumsi terdiri dari sumber karbohidrat, sumber lemak, sumber protein, dan sumber mineral yang dilihat dengan pendekatan ada tidaknya lauk hewani dan sayur dalam menu makanan. Beragam jika makan lauk hewani dan sayur; kurang beragam jika tidak makan lauk hewani dan sayur. Pengukuran ini berdasarkan indikator yang dipakai pada indikator KADARZI dengan modifikasi pada jenis makanan sayur dan buah (Depkes 2007a) b) Makan cukup energi adalah jumlah energi makanan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan yang dibandingkan dengan rata-rata kecukupan energi
36
untuk penduduk Indonesia sebesar 2000 kalori (WNPG 2004). Selanjutnya diukur jumlah energi yang dikonsumsi dalam ukuran kalori. c) Makan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi adalah jumlah gram karbohidrat yang dikonversi dari jumlah total energi antara 50% sampai 65% dari kebutuhan energi. Diukur dengan ukuran gram karbohidrat. Memenuhi jika konsumsi karbohidrat antara 50% - 65% dari kebutuhan energi; tidak memenuhi jika kurang dari 50% atau lebih dari 65% dari total kalori. (WNPG 2004) d) Konsumsi lemak sampai ¼ dari kecukupan energi adalah jumlah gram lemak yang dikonversi dari jumlah total energi 20% sampai 30% dari kebutuhan energi. Diukur dengan ukuran gram lemak. Memenuhi jika konsumsi lemak antara 20% - 30% dari kebutuhan energi; tidak memenuhi jika kurang dari 20% atau lebih dari 30% dari total kalori. e) Menggunakan garam beriodium adalah ketersediaan garam beriodium di rumah tangga. Kadar iodium di test menggunakan iodina test. Memenuhi jika berwarna ungu; tidak memenuhi jika tidak berubah warna/muda. f) Makan sumber zat besi adalah menkonsumsi sumber zat besi berupa hewani dan atau kacang-kacangan dan atau sayuran berwarna hijau tua. Penilaian dengan pendekatan jenis makanan sumber zat besi (Fe) yang dikonsumsi. Memenuhi jika dalam menu makanan terdapat sumber Fe; tidak memenuhi jika dalam menu makanan tidak terdapat sumber Fe. g) Melakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur adalah aktifitas fisik yang dilakukan anggota rumah tangga yang berumur di atas 10 tahun secara rutin selama 10 menit setiap kali melakukan yang diperoleh dari wawancara. Selanjutnya dikategorikan cukup apabila kegiatan dilakukan terus-menerus sekurangnya 10 menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit selama lima hari dalam satu minggu. Kurang apabila kegiatan dilakukan terus-menerus sekurangnya 10 menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif kurang dari 150 menit selama lima hari dalam satu minggu. h) Menghindari minum minuman beralkohol adalah ibu balita minum minuman beralkohol dari berbagai jenis dan merk yang ada dalam 12 bulan terakhir.
37
Selanjutnya dikategorikan ya, jika 12 bulan terakhir pernah minum minuman beralkohol;
dan tidak pernah, jika 12 bulan terakhir tidak pernah minum
minuman beralkohol. 2
Perilaku KADARZI adalah keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi di tingkat keluarga/rumah tangga melalui 4 indikator, yaitu menimbang berat badan secara teratur, makan beraneka ragam, menggunakan garam beriodium dan mengkonsumsi suplemen zat gizi mikro sesuai anjuran. Selanjutnya pengukuran dilakukan sesuai dengan pedoman KADARZI Depkes RI pada KEPMENKES RI No. 747/Menkes/SK/VI/2007 dengan modifikasi yang dikategorikan baik jika memenuhi 4 kriteria dan kurang baik jika tidak memenuhi 4 kriteria KADARZI. a) Menimbang berat badan balita adalah frekuensi menimbang berat badan balita secara rutin. Baik jika ditimbang 4 kali atau lebih dalam 6 bulan terakhir; kurang baik jika ditimbang kurang dari 4 kali dalam 6 bulan terakhir. b) Makan aneka ragam makanan adalah jenis makanan yang dikonsumsi terdiri dari sumber karbohidrat, sumber lemak, sumber protein, dan sumber mineral yang dilihat dengan pendekatan lauk hewani dan sayur. Beragam jika makan lauk hewani dan sayur; kurang beragam jika tidak makan lauk hewani dan sayur. c) Menggunakan garam beriodium adalah kandungan iodium dalam garam yang digunakan rumah tangga balita. Kadar iodium di test menggunakan iodina test. Baik jika berwarna ungu; kurang baik jika tidak berubah warna/muda. d) Minum suplemen gizi sesuai anjuran adalah suplement vitamin A yang diberikan oleh program kesehatan pada balita. Baik jika mendapat kapsul vitamin A; kurang baik jika tidak mendapat kapsul vitamin A.
3
Pendidikan orang tua dan pengeluaran rumah tangga a) Pendidikan ayah adalah tingkat pendidikan formal/terakhir yang pernah dilalui ayah. Klasifikasi : a. ≤SD
38
b. SMP c. ≥SMA Skala : Ordinal. b) Pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan formal/terakhir yang pernah dilalui ibu. Klasifikasi : a. ≤SD b. SMP c. ≥SMA Skala : Ordinal. c) Pengeluaran rumah tangga adalah rata-rata pengeluaran rumah tangga yang digunakan untuk makanan setiap bulan. Klasifikasi : 1. ≥Rata-rata 2. < Rata-rata Skala : Ordinal. 4
Status gizi Balita adalah status gizi balita yang diukur berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) selanjutnya dibuat kategori menggunakan standar WHO 2006 sebagai berikut : a. Indeks BB/U a)
Gizi lebih bila Z-score > +2SD
b)
Gizi baik bila Z-score -2 SD sampai +2 SD
c)
Gizi kurang bila Z-score < -2 SD sampai -3 SD
d)
Gizi buruk bila Z-score < -3 SD
b. Indeks TB/U a)
Normal bila Z-score -2 SD
b)
Pendek bila Z-score -3 SD sampai < - 2SD
c)
Sangat pendek bila Z-score < -3 SD
c. Indeks BB/TB a)
Gemuk bila Z-score > +2 SD
39
5
b)
Normal bila Z-score -2 SD sampai +2 SD
c)
Kurus bila Z-score < -2 SD sampai -3 SD
d)
Sangat kurus bila Z-score < -3 SD
Infeksi adalah penyakit infeksi yang pernah diderita oleh anak sebulan terakhir berupa penyakit ISPA, Diare, Demam thypoid, Malaria, Campak atau Demam Berdarah. Selanjutnya dikategorikan pernah dan tidak pernah.
6
Konsumsi gizi balita adalah jumah zat gizi yang dikonsumsi dalam sehari, meliputi energi, protein dan vitamin A sesuai ketersediaan data Riskesdas 2007.
7
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang diukur dengan tingkat kemudahan dalam mengakses dan memanfaatkan pelayanan kesehatan berdasarkan jarak dan waktu yang diperlukan agar mendapatkan pelayanan kesehatan serta pemanfaatan terhadap pelayanan yang telah tersedia maupun Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM). Pengukuran dilakukan dengan memberikan skor pada jawaban pertanyaan tentang pelayanan kesehatan.
8
Kesehatan lingkungan adalah higiene dan sanitasi lingkungan yang diukur dengan melihat kondisi kesehatan lingkungan keluarga dan higiene ibu balita. Pengukuran dengan memberikan skor pada jawaban pertanyaan tentang kesehatan lingkungan.