PERCEPATAN PENINGKATAN ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI DAN PENDAPATAN PETANI MELALUI PROGRAM PRIMA TANI DESA SEBAPO, PROVINSI JAMBI1) Firdaus*, Endrizal*, Jon Hendri* *Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi
Abstrak Prima Tani merupakan salah satu program Badan Litbang Pertanian guna untuk mempercepat adopsi inovasi teknologi baru oleh petani. Desa Sebapo Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu lokasi Prima Tani di Provinsi Jambi, termasuk agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah (LKDRIB) dengan komoditas utama tanaman karet. Sebelum program Prima Tani dilaksananakan adopsi inovasi baru oleh petani berjalan sangat lambat. Kondisi karet rakyat banyak yang tua dan rusak dan perlu dilakukan peremajaan, disamping itu dalam program Gapoktan Desa Sebapo akan menjadikan Desa Sebapo sebagai pusat penangkaran bibit karet unggul guna mendukung program Pemerintah Daerah dalam melakukan program peremajaan karet rakyat. Dalam kurun waktu lima tahun (2006-2010) Pemerintah Provinsi Jambi akan melakukan peremajaan karet rakyat dan melakukan penambahan penanaman baru seluas 155.950 ha dengan kebutuhan bibit karet unggul sebanyak 81.873.750 batang. Dua faktor pendukung program peremajaan dan peningkatan pendapatan petani adalah adopsi teknologi pembibitan karet unggul dan tanaman sela. Pembibitan dan tanaman sela kedelai dan kacang tanah dilaksanakan pada lahan petani di lokasi Prima Tani, masing-masing seluas satu ha. Kedelai dan kacang tanah ditanam di antara tanaman karet umur 1,5 tahun. Untuk melihat apakah inovasi teknologi yang diimplementasikan menguntungkan atau tidak dilakukan dengan analisis fiansial. Keuntungan yang diperoleh petani pada masing-masing inovasi adalah sbb; pembibitan adalah Rp 56.786.000,- dengan nilai R/C 1.7, kedelai sebesar Rp 4.266.000,- dengan nilai R/C 1.6 dan kacang tanah sebesar Rp 8.085.000,- dengan nilai R/C 1.9 Kata kunci : Percepatan, adopsi, teknologi, pendapatan, primatani
PENDAHULUAN Badan Litbang Pertanian telah cukup berhasil dalam penemuan
inovasi
teknologi pertanian. Namun kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi tersebut oleh pengguna sangat lambat antara lain karena lemahnya sub-sistem penyampaian dan subsistem penerima inovasi. Prima Tani adalah suatu pengkajian model atau konsep baru diseminasi teknologi pertanian dan juga sebagai wahana pengkajian partisipatif yang merupakan kegiatan terencana dan dilaksanakan secara sistematis untuk mewujudkan pengkajian dan pengembangan berorientasi konsumen dan pengguna. 1
Sub sektor perkebunan memberikan kontribusi sebesar 12,64% terhadap PDRB Provinsi Jambi serta menyerap tenaga kerja 425.282 orang (Alamsyah, et al, 2006). Luas perkebunan karet rakyat di Provinsi Jambi 557.042 ha dan merupakan perkebunan karet rakyat terluas kedua setelah Sumatera Selatan (Puslit Karet, 2006). Kabupaten Muaro Jambi yang merupakan salah satu lokasi kegiatan Prima Tani dengan luas wilayah 524.600 ha, memiliki potensi lahan untuk usaha pertanian seluas 243.245 ha. Usaha pertanian tersebut didominasi usaha perkebunan 226.319 ha, persawahan 9.438 ha, dan rawa/sungai/jalan 18.914 ha (Baperlitbangda Kabupaten Muaro Jambi, 2005). Sektor pertanian di Kabupaten Muaro Jambi masih menjadi andalan sebagai penggerak perekonomian daerah. Sampai dengan tahun 2004 sektor pertanian tetap menjadi penyumbang terbesar dalam penciptaan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Muaro Jambi atas dasar harga konstan senilai Rp. 93,89 milyar (32, 84%). Dari sektor pertanian tersebut, sub sektor perkebunan memberikan kontribusi paling tinggi (56,89%), diikuti tanaman bahan makanan (17,30%), peternakan (8,16%), perikanan (4,88%), dan sisanya kehutanan (13,12%). Nilai ekspor kabupaten Muaro Jambi sampai dengan tahun 2003 mencapai US $ 505.111.356,27. dari nilai tersebut kontribusi sub sektor perkebunan sebesar 39.05% menempati urutan kedua setelah kayu lapis (45.65%) (Baperlitbangda dan BPS Kabupaten Muaro Jambi, 2005). Sekitar 50% penduduk Kabupaten Muaro Jambi menggantungkan hidupnya dari hasil perkebunan dan karet menjadi komoditi andalan dengan luas 59.248 ha (Baperlitbangda Kabupaten Muaro Jambi, 2007). Namun kondisi karet nasional pada saat ini cukup memprihatinkan, dimana rata-rata produksinya masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari luas areal yang cukup luas, yaitu 2,8 juta ha hanya mampu memberikan produksi sebesar 2,08 juta ton/tahun (Ditjenbun, 2007). Rendahnya produktivitas karet ini salah satunya adalah kurangnya pemeliharaan . Berdasarkan kondisi di atas, maka petani perlu melakukan peremajaan karet tua dan rusak serta membudidayakan tanaman sela pada gawangan karet yang diremajakan.. Pembangunan pertanian dilakukan dengan pendekatan sistem pertanian yang berkelanjutan dan berorientasi agribisnis dalam kerangka otonomi untuk memperkuat perekonomian di daerah. Sistem pertanian berkelanjutan akan terwujud apabila lahan yang digunakan untuk sistem pertanian dikelola secara tepat dan dengan cara pengelolaan
yang sesuai
(Amien, 1998).
Penggunaan lahan yang tepat selain 2
menjamin bahwa lahan dan alam akan memberikan manfaat untuk pemakai pada masa kini, juga menjamin bahwa sumberdaya alam ini bermanfaat untuk generasi mendatang. METODOLOGI Pengkajian dilaksanakan di Desa Sebapo, Kecamatan Mestong
Kabupaten Muaro
Jambi, lokasi ini termasuk zona Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah (LKDRIB) yang merupakan kawasan Prima Tani dengan komoditas utama tanaman karet rakyat, sebagian besar di dominasi oleh tanaman karet tua. Sehingga dalam road map Prima Tani dilaksanakan pembibitan karet klon unggul, budidaya karet, panen dan pasca panen, peremajaan dan tanaman sela dan pembinaan kelembagaan kelompok tani. Pada kegiatan peremajaan karet difokuskan pada penggunaan klon unggul karet anjuran seperti PB 260, BPM 24, BPM 107, BPM 109, dan IRR 39, dan penerapan jarak tanam 6 x 4 m dan 7 x 3 m serta kegiatan pemberantasan Jamur akar putih (JAP) pada saat penanaman dan setelah tanaman tumbuh serta adanya pemupukan tanaman karet muda dan sanitasi kebun.
Pembibitan Karet Pembibitan karet dilaksanakan oleh enam kelompok tani penangkar bibit karet dengan jumlah bibit batang bawah 100.000 batang. Teknologi yang diintroduksikan adalah biji legitim (biji yang diketahui pohon induknya), pendederan secara teratur, jarak tanam 40 cm x 30 cm, pemupukan lengkap sesuai anjuran (rekomendasi Balit Sembawa), sanitasi dan okulasi. Okulasi pertama dilakukan pada saat bibit batang bawah berumur enam bulan atau dengan diameter batang minimal mencapai 1,5 cm pada ketinggian 10 cm dari leher akar. Jumlah pembibitan batang bawah masing-masing kelompok tani tidak sama tergantung dari kemampuan masing-masing kelompok tani untuk melaksanakannya. Disamping pembibitan batang bawah juga dilakukan penanaman entres dengan klon-klon anjuran yang sesuai untuk agroekosistem Jambi. Klon-klon dominan yang ditanam adalah PB 260, BPM 24, BPM 107, BPM 109, dan IRR 39. Jumlah entres yang sudah ditanam dan menghasilkan 10.000 batang. Lokasi perbibitan tersebar di dalam desa. Untuk analisis finansial pembibitan dilaksanakan pada luasan 1 ha bibit batang bawah. 3
Desa Sebapo telah melakukan pembibitan karet sejak sebelum Prima Tani dilaksanakan tetapi masih dengan skala kecil yaitu dilaksanakan sekitar 7.000 biji untuk bibit batang bawah serta belum mempunyai kebun entres, sehingga mutu bibit yang dihasilkan juga rendah.
Petani mengusahakan bibit secara induvidu dan belum
terbentuk kelompok penangkar bibit. Bibit yang dihasilkan juga belum memiliki sertifikasi. Tanaman Sela Teknologi tanaman sela Kedelai dan Kacang Tanah dilaksanakan pada karet berumur 1,5 tahun pada gawangan karet. Teknologi yang di cobakan seperti pengolahan tanah dilakukan dua kali cangkul. Inovasi teknologi yang diintroduksikan adalah varietas unggul, jarak tanam, pemupukan dan pengendalian hama penyakit. Jarak tanam dari barisan tanaman karet satu meter dan jarak dalam barisan tanaman kedelai dan kacang tanah 40 cm x 15 cm dan 30 cm x 15 cm. Kedelai menggunakan varietas Anjasmoro dan kacang tanah varietas Kelinci. Pemupukan kedelai dan kacang tanah masing-masing diberikan Urea 50 kg/ha, Sp36 100 kg/ha dan KCl 75 dan 100 kg/ha.Untuk menilai/melihat perubahan perkembangan adopsi inovasi teknologi yang dilaksanakan petani, maka semua inovasi teknologi yang dianjurkan dalam program Prima Tani dinilai persentase perubahannya. Inovasi teknologi sebelum Prima Tani dilaksanakan dibandingkan dengan inovasi teknologi yang dilaksanakan petani setelah adanya kegiatan Prima Tani, Sedangkan hasil pembibitan karet unggul dan tanaman sela dianalisis dengan menghitung perbandingan biaya yang digunakan terhadap keuntungan yang dipoeroleh, serta R/C Metode analisis (Soekartawi, 1995) Data hasil pembibitan dan tanaman sela dianalisis dengan kelayakan usaha untuk melihat perbandingan (nisbah) penerimaan dan biaya. Secara matematik dapat ditulis sebagai berikut : a = R/C R = Py.Y C = {(Py.Y)/(FC+VC)} 4
Keterangan : R = penerimaan a = Nisbah penerimaan dan biaya C = Biaya
FC = Biaya tetap
Py = Harga output
VC = Biaya variabel
Y = Output
HASIL DAN PEMBAHASAN Adopsi Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Keberhasilan Prima Tani identik dengan keberhasilan petani dalam mengadopsi inovasi teknologi baru dan mengakomodir seluruh aspek agribisnis yang ada di daerah dimana Prima Tani dilaksanakan, sehingga terjadi perubahan dan peningkatan adopsi inovasi teknologi dan pendapatan petani. Perkembangan adopsi teknologi tidak terlepas dari adanya kemajuan kelembagaan usahatani yang mendukung perkembangan adopsi teknologi. Kelembagaan usahatani merupakan titik awal adopsi teknologi. Tabel Persentase Penyerapan Inovasi Teknologi dan Perkembangan Kelembagaan ( Jumlah Kelompok) Perkembangan (%) Inovasi
Sebelum Prita (2005)
Awal Prita (2006)
Thn I Aplikasi Teknologi (2007)
Thn II Aplikasi Teknologi (2008)
20 40 20 10 5 5
40 60 20 15 10 5
80 80 30 40 40 30
90 90 50 60 60 70
10
30
40
50
5
10
40
70
Teknologi
Klon unggul Jarak tanam Lubang tanam Sanitasi Pemupukan Pengendalian JAP Pengelolaan panen dan pasca panen karet Tanaman sela
5
Kelembagaan (Jumlah kelompok) Kelompok tani Kelompok Penangkar Kelompok wanita tani
12 -
12 -
16 4 -
18 6 1
Pembibitan Karet Hasil analisis pembibitan karet unggul memberikan keuntungan cukup tinggi dan layak untuk diusahakan guna meningkatkan pendapatan petani, hal ini ditunjukkan oleh indikator nilai perimbangan penerimaan dengan biaya atau R/C > 1. Tabel 2. Analisis Finansial Pembibitan Karet, 2008 No.
Uraian
Saprodi 1. Biji karet unggul 2. Curater 3. Urea 4. SP 36 5. KCl 6. NPK 7 Herbisida 8. Plastik okulasi 9. Mata entres 10. Polibek ukuran 15 x 35 cm Jumlah (1) Upah 1. Buat tempat pendederan 2. Pendederan 3. Pengolahan tanah (borongan) 4. Penanaman/pemindahan kecambah 5. Penyiangan 6. Pemupukan 7. Okulasi (borongan) 8. Pengisian tanah ke polibek 9. Cabut, pembersihan akar dan tanam stum ke polibek 10. Pmeliharaan bibit di polibek (pemupukan, pembuangan tunas, penyiraman) Jumlah (2) Jumlah biaya (1 + 2) 11. Bibit siap salur/penerimaan 12. Keuntungan 13. R/C
Volume
satuan
Harga satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
100.000 2 9 6 4 10 3 15 48000 425
bh kg sak sak sak sg ltr kg mata kg
50 22.000 70.000 100.000 500.000 10.000 70.000 30.000 150 20.000
5.000.000 44.000 630.000 600.000 2.000.000 1.000.000 210.000 450.000 6.200.000 8.500.000 43.624.000
2 10
HOK HOK
80.000 30 8 40.400 45.000 40.400
btg HOK HOK btg bh btg
40.000 30.000 6.000.000,15 30.000 30.000 300 100 125
80.000 300.000 6.000.000 1.200.000 900.000 240.000 12.120.000 4.500.000 5.050.000
20
HOK
40.000
800.000
3.500
31.190.000 74.814.000 131.600.000 56.786.000 1,7
37.600
polibek
6
Tanaman Sela Pemilihan komoditas untuk tanaman sela disesuaikan dengan umur tanaman karet (TBM) yang akan dilakukan penanaman pada gawangannya. Tanaman karet berumur dibawah satu tahun semua jenis tanaman sela (tanaman pangan, hortikultura, sayuran) memungkinkan untuk ditanam karena tanaman utama (karet) belum banyak menaungi gawangannya. Tetapi pada tanaman karet yang telah berumur lebih satu tahun perlu dipilih jenis tanaman sela dan varietas yang akan ditanam karena tidak semua jenis dan varietas tanaman tahan terhadap naungan. Cahaya memegang peran penting dalam proses fotosintesis, pertumbuhan serta perkembangan tanaman (Taiz dan Zeiger, 1991). Kebutuhan cahaya tanaman kedelai untuk fotosintesis maksimal adalah berkisar 0,3-0,8 kal/cm2/menit (432-1152 kal/cm2/hari). Hasil pengamatan pada lahan di bawah tegakan karet umur 1, 3 dan 4 tahun menunjukkan bahwa intensitas cahaya masingmasing adalah 0,59 kal/cm2/menit (849,6 kal/cm2/hari; setara 21,3 % naungan), 0,38 kal/cm2/menit (547,2 kal/cm2/hari; setara 48,9 % naungan) dan 0,26 kal/cm2/menit (374 kal/cm2/hari; setara 65,5 % naungan (Sopandie et al, 2002). Cahaya yang tersedia di bawah tegakan karet ini sangat jauh di bawah kebutuhan tanaman kedelai. Kedelai varietas Anjasmoro masih memberikan hasil cukup tinggi, karena cahaya yang diterima juga cukup tinggi akibat dari jarak tanam karet yang lebih lebar yaitu 7 m x 3 m. Petani telah mengadopsi teknologi tanaman sela, pengaturan jarak tanam, pemupukan, sanitasi, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen telah dilakukan secara baik Selama ini kebun karet rakyat sering disebut hutan karet, karena pada umumnya kebun karet rakyat selama ini tidak terurus, semak dan kelihatan seperti hutan karet. Petani selama ini jarang melakukan penyiangan kebun karetnya, kalaupun ada hanya terbatas pada jalur-jalur yang akan dilalui untuk jalan pada saat penyadapan. Pada tanaman karet yang belum menghasilkan (TBM), petani juga jarang melakukan penyiangan, mereka hanya datang ke kebun pada saat menanam kemudian setelah itu kebun dibiarkan terlantar sampai menjadi semak. Petani selama ini tidak melakukan pemupukan baik pada tanaman TBM maupun tanaman telah menghasilkan (TM).
7
Tabel 3. Analisis finansial usahatani kedelai sebagai tanaman sela pada gawangan karet muda No.
Uraian
Kedelai 1. Benih 2. Curater 3. Urea 4. SP 36 5. KCl 6. Pestisida Jumlah (1) Upah 1. Pengolahan tanah 2. Penanaman 3. Penyiangan 4. Pemupukan dan pengendalian H & P 5. Panen dan prosessing 6. Jumlah (2) 7. Jumlah (1 + 2) 8. Produksi/penerimaan 9. Keuntungan R/C
Volume
satuan
Harga satuan (Rp)
Total
10 2 50 100 75 1
kg kg kg kg kg paket
15.000 22.000 1400 2.000 10.000 350.000
1.500.000 44.000 70.000 200.000 750.000 350.000 2.914.000
30 30 34 10 26
HOK HOK HOK HOK HOK
40.000 30.000 30.000,40.000 40.000
1.200.000 900.000 1.020.000 400.000 1.040.000 4.560.000 7.474.000 11.700.000 4.266.000 1,6
1300
kg
9.000
Tabel 4. Analisis Finansial Tanaman Sela Kacang Tanah No.
Uraian
Kacang tanah 1. Benih 2. Curater 3. Urea 4. SP 36 5. KCl 6. Herbisida Jumlah (1) Upah 1. Pengolahan tanah 2. Penanaman 3. Penyiangan 4. Pemupukan dan pengendalian H & P 5. Panen dan prosessing Jumlah (2) Jumlah biaya (1 + 2) 8. Produksi/penerimaan 9. Keuntungan R/C
Volume 60 2 50 100 75 3
46 38 32 6 64
4834
satuan
Harga satuan (Rp)
kg kg kg kg kg ltr
8.000 22.000 1.400 2.000 10.000 70.000
480.000 44.000 70.000 200.000 750.000 210.000 1.714.000
HOK HOK HOK HOK HOK
40.000 40.000 30.000 40.000 40.000
1.840.000 1.520.000 960.000 240.000 2.560.000 7.120.000 8.834.000 16.919.000 8.085.000 1,9
kg
3.500
Kedelai dan kacang tanah ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman karet memberikan keuntungan ganda yaitu hasil panennya dapat sebagai tambahan pendapatan atau merupakan pendapatan pokok sebagai pengganti dari pendapatan karet 8
yang telah diremajakan, disamping itu sisa pupuk yang tertinggal di dalam tanah akibat pemupukan tanaman sela berdampak positif pada tanaman karet dan kunjungan petani ke kebun lebih intensif sehingga kebun karet menjadi bersih, pertumbuhan dan matang sadap lebih cepat. Kesimpulan Program Prima Tani secara signifikan merubah tingkah laku dan pola pikir petani dalam berusahatani kearah yang lebih baik dan menguntungkan. Adopsi inovasi teknologi klon unggul, jarak tanam karet, tanaman sela dan pengendalian JAP lebih cepat diadopsi oleh petani dibanding teknologi lainnya. Percepatan peningkatan pendapatan petani diperoleh dari adopsi teknologi pembibitan karet unggul dan tanaman sela kedelai dan kacang tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Z,. D. Napitupulu., Elwamendri, dan Suprayitno. 2006. Analisis Pemasaran Bokar. Makalah disampaikan pada seminar program peremajaan karet rakyat di Bank Indonesia Jambi tanggal 14 Desember 2006. Amien, I. 1998. An agroecological approach to sustainable agriculture. In S. A. El-Swaify and D. S. Yakowitz (eds.) Multiple Objectives Decision Making for Land, Water and Environmental Management. Lewis Publisher, Boca Raton, Florida. USA. Pp. 465-480. Bapelitbangda Kabupaten Muaro Jambi. 2005. Muaro Jambi Dalam Angka 2004. Tahun 2001 2004. Kerjasama Baperlitbangda dengan BPS Kabupaten Muaro Jambi. Baperlitbangda dan BPS Kabupaten Muaro Jambi. 2005. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Muaro Jambi (Menurut Lapangan Usaha) Tahun 2001 - 2004. Kerjasama Baperlitbangda dengan BPS Kabupaten Muaro Jambi. Baperlitbangda Kabupaten Muaro Jambi. 2007. Arah Kebijakan Umum Pembangunan Pertanian Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. Baperlitbangda Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi. Ditjenbun. 2007. Statistik Perkebunan Indonesia (Karet). Pusat Penelitian Karet. 2006. Program Peremajaan Karet Rakyat di Provinsi Jambi. Pusat Penelitian Karet. Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Sopandie, et al. 2002. Pengembangan kedelai sebagai tanaman sela : Fisiologi dan pemuliaan untuk toleransi terhadap naungan. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Dirjen Dikti. 9
Supriadi, M., C. Nancy, M. Jahidin R. G. Wibawa. 2002. Studi Karakterisasi Sosial Ekonomi Peremajaan Karet Rakyat Partisipatif di Kecamatan Sungai Keruh dan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Laporan Penelitian. Kerjasama Pemkab. MUBA dengan Balit Sembawa.
10