Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
UPAYA PERBAIKAN PENDAPATAN PETANI LAHAN MARJINAL MELALUI KEGIATAN “PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI INOVASI” (Farmer’s Income Improvement at Marginal Land Through Project Innovation) SUMANTO1 dan E. EKO ANANTO2 2
1 Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
ABSTRACT Until recently the agriculture development has been focused on highly potential land for agriculture including wet land with water reservoir enough for plant cultivation. Through out the year. On the other hand there are still large of marginal areas with no water reservoir and mineral deficiency, farmers with lack of capital, limited traditional farming system, undeveloped agriculture institution and poor information system all over this country. In the effort of farmer’s income improvement, since 2003 up to 2007 Indonesian Agency For Agriculture Research on Development have been conducting a project of ‘Poor Farmer’s Income Improvement Through Innovation’ to establish a participatory agribusiness system at the marginal areas of 5 districts (Blora, Temanggung, Ende, Donggala and Lotim), to develop the production and marketing system and to improve the access of the information network. Pusdatin Puslibang/Puslit/BP2PTP, Balai Besar, LPRI and the local government have been involved in this project. Up to 2005, the farm road/irrigation canal/’embung’/demonstration plot and etc have been improved or build in 403 villages and the rest (597 villages) will be done until 2007. Those actions gave impact more rapidly and a significant in improving the production system and the farmer’s income compare to the improveved access of the innovation and information network on the farmer’s life. Key Words: Marginal Land, Income Improvement, Innovation ABSTRAK Pembangunan prtanian selama ini masih banyak yang terfokus pada lokasi lahan prtanian yang berpotensi hasil tinggi, termasuk pada lahan-lahan persawahan dengan ketersediaan air yang cukup bagi budidaya tanaman pangan sepanjang tahun. Dilain pihak pada lahan marjinal yang masih sangat luas dan notabene miskin akan unsur hara dan kurang ketersediaan air, belum mendapat perhatian bagi pembangunan prtanian oleh pemerintah. Lahan dengan kondisi yang demikian itu, seringkali infrastruktur jalan dan saluran irigasi tidak memadai, modal petani dalam usahatani terbatas, kelembagaan pertanian yang belum berkembang , pemanfaatan teknologi usahatani masih tradisionil dan penerimaan informasi Pertanian yang masih kurang. Dalam upaya peningkatan pendapatan petani tersebut, Badan Litbang Pertanian sejak tahun 2003, melalui “Kegiatan Peningkatan Pendapatan Petani Miskin Melalui Inovasi” sedang membangun sistem agribisnis dilahan marjinal melalui jalur pemberdayaan petani, pengembangan kelembagaan desa dan perbaikan sarana/prasarana pendukung di 1000 desa di lima Kabupaten (Temanggung, Blora, Ende, Donggala dan Lotim) secara partisipatif, pengembangan inovasi produksi dan pemasaran, serta peningkatan askes pada jaringan informasi. Dalam pelaksanakan kegiatan ini telah melibatkan berbagai instansi terkait yaitu: PUSDATIN, Puslitbang/Puslit/PB2PTP, Balai Besar, LRPI, Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian, Perkebunan, Bappeda), BPTP terkait, konsultan dan LSM Nasional dan lokal. Hingga pada tahun 2005, pelaksanaan perbaikan sarana/prasarana telah dilakukan di 403 desa dan sisanya sebanyak 597 akan dilakukan hingga tahun 2007. Perbaikan sarana/prasarana tersebut tampak memberikan dampak awal yang cepat dan positif bagi petani terhadap hasil produksi tanaman diwilayah tersebut dan secara tidak langsung memberi penerimaan yang bertambah. Namun untuk hasil pengembangan inovasi dan peningkatan akses jaringan informasi belum terlihat jelas dan cepat dampaknya bagi petani. Kata Kunci: Lahan Marjinal,Peningkatan Pendapatan, Inovasi, Akses Informasi
1050
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
PENDAHULUAN Kesejahteraan petani lahan kering/marjinal relatif masih rendah dibandingkan petani lahan irigasi. Pengembangan teknologi pertanian di lahan marjinal yang merupakan konsentrasi petani miskin, lebih tertinggal dan kurang mendapat prioritas dibandingkan dengan petani lahan irigasi. Dukungan kelembagaan dan ketersediaan sarana/prasarana serta akses informasi untuk petani kurang mendapat perhatian. Pengembangan tersebut pada lahan kering yang secara umum kurang diprioritaskan, sementara kawasan lahan kering merupakan wilayah konsentrasi petani miskin yang kondisinya relatif tertinggal. Demikian pula dengan pengembangan informasi dan diseminasi teknologi pertanian seringkali belum dirancang untuk petani miskin. Ketertinggalan pembangunan pertanian lainnya di lahan kering/marginal adalah tingkat produktivitas yang relatif rendah. Karena selain disebabkan oleh kondisi lahan yang kurang subur, juga karena terbatasnya pemilikan modal petani, dukungan infrastruktur yang kurang dan lemahnya kelembagaan agribisnis. Oleh karena itu petani tidak dapat menerapkan teknologi baru, tidak mampu meningkatkan efisiensi produksi dan tidak berdaya untuk mengurangi faktor-faktor penyebab kemiskinan petani. Pada wilayah seperti itu banyak ditemukan kantong-kantong kemiskinan yang kesejahteraannya sangat tertinggal dibandingkan dengan wilayah irigasi atau wilayah yang telah tersentuh oleh pembangunan. Dalam rangka pemberdayaan petani miskin tersebut telah diwujudkan suatu bentuk kegiatan melalui Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Miskin Melalui Inovasi (P4MI) yang dimulai pada tahun 2003 hingga tahun 2007, yang mencakup 1000 desa di lima kabupaten (Blora, Temanggung, Donggala, Ende dan Lombok Timur). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui inovasi teknologi pertanian dan pemasaran hasil secara partisipatif. Kegiatan ini terdiri atas empat komponen, yaitu: (1) Pemberdayaan petani, (2) Pengembangan sumber informasi nasional dan lokal, (3) Dukungan untuk pengembangan inovasi pertanian dan diseminasi, dan (4) Manajemen/pengelolaan proyek (BADAN
LITBANG PERTANIAN, 2003a). Sebagai manifestasi dari otonomi daerah, peran pemerintah telah berubah dari pelaksana menjadi fasilitator program pembangunan. Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis merupakan hal utama dalam mencapaian program. Dalam aktivitasnya, pendekatan patisipatif merupakan alternatif dalam pemberdayaan petani. Oleh sebab itu pelaksana yang terlibat dalam program ini adalah konsultan, LSM, Fasilitator Desa dan Instansi Pemkab akan membantu dan mendampingi petani untuk mengidentifikasi dan menentukan prasarana yang diperlukan untuk mendukung inovasi pertanian disertai fasilitas teknologi informasi untuk memperoleh akses pasar sebagai perangsang peningkatan pendapatan petani. MATERI DAN METODE Ruang lingkup kegiatan P4MI meliputi 4 komponen, yaitu: (1) Pemberdayaan petani, (2) Pengembangan sumber informasi nasional dan lokal, (3) Dukungan untuk pengembangan inovasi pertanian dan diseminasi, dan (4) Manajemen/pengelolaan proyek. Secara umum masing-masing komponen mempunyai agenda kegiatan sendiri-sendiri, tetapi saling terkait satu dan lainnya. Dilihat dari segi bobot pendanaan dimasing-masing komponen, persentase dana untuk komponen pemberdayaan adalah yang terbesar (72%) yang lansung dikelola oleh Komite Investasi Desa, sedangkan untuk komponen lainnya yang mendapat jatah persentase dana hampir sama (BADAN LITBANG PERTANIAN, 2003a). Pemberdayaan petani Model pemberdayaan Kegiatan P4MI, terutama investasi desa, merupakan kegiatan pemberdayaan petani pada lahan marjinal/kering yang menekankan aspek partisipatif dan jender. Dalam pemberdayaan petani melalui proses partisipatif, kegiatan investasi desa dilakukan pendampingan oleh LSM bersama Fasilitor Desa dan Instansi Pemerintah (cq. Dinas Pertanian/Bappeda Kabupaten) dalam hal perencanaan, identifikasi dan menentukan sarana/prasarana
1051
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
yang dibutuhkan dalam mendukung inovasi. Secara nyata bahwa usulan kegiatan benarbenar berasal dari masyarakat tani (Bottom up planning) bukan top down lagi. Komite investasi desa (KID) Sarana untuk pemberdayaan masyarakat tani dilakukan melalui pembentukan kelembagaan berupa Komite Investasi desa (KID) yang beranggotakan kelompokkelompok tani setempat dan pemilihan ketua, sekretaris dan bendahara KID yang dilakukan secara partisipatif. Gagasan/Usulan dari KID yang dilakukan secara musyawarah desa (melibatkan kepala desa, tokoh masyarakat, kelompok tani, Pengurus Organisasi Sosial Masyarakat) yang dibantu oleh Fasilitator Desa (FD -2 FD, 1 perempuan dan 1 laki-laki) untuk dibahas, dievaluasi dan disetujui oleh Forum Antar Desa (FAD) yang selanjutnya berkoordinasi dengan Project Implementation Unit (PIU) Kabupaten. Dalam usulan anggaran investasi desa, minimal 20% dari total anggarannya ditanggung oleh penerima manfaat (masyarakat) sebagai bentuk partisipasi. Seluruh prosedur pembentukan KID tertuang dalam Paduan Umum Investasi Desa (Pandum) (Badan Litbang Pertanian, 2003b). Target program pembentukan kelembagaan KID P4MI akan mencakup di 1000 desa yang dilakukan secara bertahap mulai tahun 2003 - 2007. Disamping itu PIU Kabupaten memfasilitasi pembentukan dan operasionalisasi Komisi Koordidasi Kabupaten (KKK) dan Forum Antar Desa (FAD). Jenis usulan investasi desa Sesuai dengan Project Administration Memorandum P4MI, jenis usulan Investasi desa meliputi: Jalan desa/usahatani, Jembatan Desa, Saluran Irigasi sederhana/Dam/Embung, gudang, pasar desa, demplot pertanian, Sarana Informasi, Konservasi lahan.
pengembangan pertanian terhadap informasi pasar termasuk didalamnya informasi produksi, pasar, distribusi dan bahan baku. Disamping itu, penyediaan media informasi teknologi tepat guna diharapkan dapat membantu petani dalam pengambilan keputusan sehubungan pengembangan pertanian. Pembentukan Unit Pelayanan Informasi Kabupaten diharapkan berfungsi sebagai One stop shop untuk pertukaran informasi pertanian bagi masyarakat. Diseminasi inovasi pertanian Komponen ini mendukung kegiatan unit kerja Puslit/Balai Besar/Balai dan BPTP terkait dilingkungan Badan Litbang Pertanian untuk pengembangan dan pengkajian inovasi teknologi pertanian yang sesuai kebutuhan di lahan marjinal. Terdapat 6 kegiatan, yaitu: identifikasi, Outreach program, senjang tematik, pengembangan SUT spesifik lokasi, inisiatif lokal. Selain kegiatan tersebut dilaksanakan juga diseminasi untuk menginformasikan inovasi teknologi kepada petani dalam rangka meningkatkan produksi pertanian dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani. HASIL YANG DICAPAI Pemberdayaan petani Realisasi komisi investasi desa Realisasi desa yang sudah melaksanakan pembentukan KID hingga tahun 2005 di masing-masing kabupaten terlihat pada Tabel 1. Realisasi tersebut baru sebanyak 403 desa, belum sesuai dengan targetnya sebanyak 523 desa pada tahun 2005. Masalah terhambatnya pembentukan KID adalah belum terpilihnya LSM Nasional dan Lokal (BADAN LITBANG PERTANIAN, 2006). Jenis investasi desa
Pengembangan sumber daya informasi Pengembangan sumber informasi (pasar dan teknologi pertanian) adalah salah satu langkah untuk penguatan akses petani dalam
1052
Sebaran jenis investasi di masing-masing Kabupaten dilaporkan pada Tabel 2.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Tabel 1. Realisasi pembentukan komite investasi desa di masing-masing kabupaten hingga tahun 2005 Kabupaten
TA 2003
TA 2004
TA 2005
Total
10 0 10 0 10 30
30 10 17 10 30 97
72 65 30 55 54 276
112 75 57 65 91 403
Blora Donggala Ende Lombok Timur Temanggung Total
Sumber: Laporan Pelaksanaan P4MI di Kabupaten Blora, Temanggung, Ende, Donggala dan Lotim, 2005 (diolah) Tabel 2. Jenis investasi desa di lima kabupaten Jenis investasi desa
Blora
TMG
Jalan usahatani
3
Jembatan
28
Saluran irigasi
DGL
Lotim
Ende
42
51
52
25
3
16
8
-
29
20
46
4
Embung
18
-
0
2
-
Cek dam/ bendungan
45
-
-
-
-
-
-
-
-
3
Bronjongisasi Gudang/lantai jemur
3
-
-
-
-
Pompanisasi air sungai
9
-
-
-
-
Pasar desa Demplot/pengembangan agribisnis Konservasi lahan Pelatihan-pelatihan Pengembangan informasi
-
1
1
2
-
72
10
proses
55
-
-
1
4
-
-
72
12
proses
54
-
-
1
-
-
-
Sumber: Laporan Pelaksanaan P4MI di Kabupaten Blora, Temanggung, Ende, Donggala dan Lotim, 2005 (diolah) TMG = Temanggung DGL = Donggala
Jenis investasi desa di masing-masing Kabupaten tampaknya bervariasi, dan bergantung dari kebutuhan masyarakat tani setempat. Di Kabupaten Blora, pelaksanaan Investasi Desa banyak diperlukan untuk kegiatan yang berkaitan dengan tata air, baik yang berupa embung, cek dam/bendungan dan perbaikan saluran irigasi sederhana. Masyarakat tani ingin agar lahan yang dimilikinya dapat lebih difungsikan sepanjang tahun. Sementara itu, di Kabupaten lainnya (Temanggung, Donggala, Lombok Timur dan Ende), prioritas kegiatan Investasi Desa berupa perbaikan/pembuatan jalan usahatani pedesaan,
dimana petani berharap tranportasi pengangkutan hasil panennya lebih dipermudah dan tentunya dapat menekan ongkos. Kegiatan non-fisik berupa demplot pertanian banyak dilaksanakan oleh petani di masing-masing kabupaten (BAPPEDA ENDE dan LOTIM, 2005; DINAS PERTANIAN BLORA, TEMANGGUNG dan DONGGALA, 2005). Pengembangan sumber daya informasi Dalam rangka meningkatkan akses petani terhadap penerimaan informasi pasar dan
1053
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
teknologi pertanian, berbagai usaha dari P4MI telah dilakukan dalam berbagai bentuk, yaitu: 1. Peningkatan sarana untuk akses informasi berupa pengadaan perangkat keras komputer dan sistem jaringannya di PIU lima kabupaten serta di empat BPTP 2. Pengembangan perangkat lunak berupa Website Pertanian dari PUSDATIN dan Pangkalan data dari KSIH, Sekretariat Badan Litbang Pertanian 3. Peningkatan Sumberdaya manusia pengelola informasi, terutama di PIU lima kabupaten, berupa pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan askes informasi pasar atau inovasi teknologi pertanian yang diselenggarakan oleh PUSDATIN atau PUSTAKA 4. Terbentuknya Unit Pelayananan Informasi Pertanian di masing-masing kabupaten belum sepenuhnya bekerja optimal saat ini, karena adanya kendala akses jaringan internet, SDM masih belum mahir, kesanggupan operasional masih rendah dimasing-masing unit kerja terkait dan kesadaran pentingnya informasi pasar dan teknologi pertanian masih terabaikan oleh penentu kebijakan.
diseminasi inovasinya telah dilakukan di semua BPTP terkait. Manfaat awal hasil kegiatan Untuk mengetahui manfaat hasil berbagai kegiatan secara cermat, seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, disadari perlu selang waktu dan studi tersendiri dengan menggunakan kaidah-kaidah evaluasi umum. Dalam bab ini akan diinformasikan manfaat awal dari masing-masing komponen, terutama untuk komponen pemberdayaan petani yang telah nyata dirasakan oleh masyarakat pedesaan (BAPPEDA ENDE dan LOTIM, 2005; DINAS PERTANIAN BLORA, TEMANGGUNG dan DONGGALA, 2005). Pemberdayaan petani Kegiatan KID yang dilaksanakan pada awal tahun ke-1 dan 2, menunjukkan berbagai contoh manfaat/keuntungan awal kegiatan tersebut secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut: Jalan usahatani
Diseminasi inovasi pertanian Hingga tahun 2005, komponen inovasi teknologi pertanian telah melaksanakan berbagai kegiatan yang tercakup baik di BalaiBalai Penelitian Nasional maupun oleh BPTP Sulteng, NTT, NTB dan Jateng. Pada tahun 2003 – 2005, Balai Nasional telah melaksanakan identifikasi teknologi di lima kabupaten, berupa survei dasar, PRA untuk mendapatkan informasi apa yang diperlukan petani, pemetaan pemwilayahan komoditas pertanian dengan tujuan untuk menentukan wilayah-wilayah mana saja yang sesuai untuk wilayah pengembangannya berdasarkan agroekologi spesifik lokasi. BPTP terkait telah melakukan Litkaji komoditas pertanian spesifik lokasi baik yang diperlakukan sebagai kegiatan Litkaji maupun berupa pengembangan inovasi. Kegiatan inisiatif lokal hanya dapat dilakukan oleh BPTP NTB, sedangkan untuk BPTP terkait lannya tidak dapat melaksanakan disebabkan terbatasnya waktu proses pelaksanaannya. Sementara itu, untuk kegiatan
1054
Donggala. Di desa Langgaleso, Kecamatan Dolo, adanya jalan usahatani dapat mengurangi biaya transportasi angkutan motor hasil panen petani dari Rp. 2000/karung menjadi Rp. 1000/karung dan waktu transportasi menjadi lebih pendek dibandingkan dengan sebelumnya. Di Desa Sumari, Kecamatan Sindue, hasil sayuran petani sekarang mudah dibawa ke pasar terdekat, dibandingkan dengan sebelumnya yang pada saat itu sedikit hasil panenan petani dapat dijual. Status lahan tidur di sekitar Dusun Kumbasa sekarang telah dapat diolah dan menjadi lebih produktif untuk tanaman jagung. Di Desa Lompio, Kecamatan Sirenja, pengangkutan hasil panen yang sebelumnya perlu waktu 1 hari, sekarang hanya dicapai dalam setengah hari. Lombok Timur. Di Desa`Lekong dan Mamben, harga lahan pertanian menjadi naik, dari Rp. 1,5 juta/ha menjadi Rp. 3 – 4 juta/ha di desa Lekong dan dari Rp. 500.000/ha menjadi Rp. 2 juta/ha di Desa Mamben. Kegiatan off-farm keluarga tani seperti Cidomo
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
dan Ojek muncul dan berguna untuk angkutan sarana input produksi dan hasil panen petani. Embung/bendungan/saluran air/sumur galian Blora. Kegiatan ini dapat merubah kondisi lahan kering menjadi lahan semi-irigasi dan frekuensi tanam meningkat dari 1 kali/tahun berubah menjadi 2 – 3 kali/tahun. Hasil 8 bendungan diberbagai tempat, dapat mengairi lahan petani sebanyak 512 ha dan penyedotan air sungai dengan pompa di 14 titik dapat diharapkan mengairi lahan sekitar 2000 ha. Sementara itu, manfaat embung selain untuk penyediaan air di musim kemarau, juga dapat digunakan untuk pelihara ikan dan tempat rekreasi masyarakat desa setempat. Dengan adanya pembangunan embung/bendungan/ saluran air, maka diharapkan meningkatkan produktivitas padi sebanyak 12,5 dan 15% untuk palawija. Pembangunan 171 sumur galian di 10 desa dapat menyediakan kebutuhan air di 1100 ha lahan non irigasi dan telah dimanfaatkan oleh 3800 petani setempat.
Demplot teknologi pertanian Blora. Demplot di Desa Ciherang dapat meningkatkan ketrampilan petani dalam menggunakan benih padi dan jagung yang bersertifikat. Produksi varitas baru menunjukkan hasil lebih tinggi dari varitas lokal. Demplot ternak kambing unggul dengan perbaikan perkandangan sistem panggung diperkenalkan pada petani muda dan wanita tani, dimana ternak sebagai salah satu alternatif sumber pendapatan keluarga. Temanggung. Di Desa Pasuruhan, kecamatan Bulu, demplot telah meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan petani, dulu lahan banyak ditanam jagung, sekarang petani mengganti dan mencoba tanaman cabe dengan menggunakan mulsa dan pupuk berimbang yang dipromosikan oleh BPTP Jawa Tengah. Di Desa Ngropoh, Kecamatan Kranggan, demplot vanili sekarang diperluas, dimana petani menanam vanili tidak hanya terbatas pada lahan yang tersedia namun juga di lahan pekarangan sekitar rumahnya. Pengembangan sumber daya informasi
Gudang/lantai jemur Blora. Pembangunan gudang dan lantai jemur di Desa Tanggel, Patalan dan Temurejo menunjukkan manfaat terhadap petani dalam meningkatkan mutu padi dan jagung. Temanggung. Di Desa Gilingsari, Kecamatan Temanggung, pembangunan gudang dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan sapronak dan hasil panen petani. Pelatihan-pelatihan Blora. Wanita tani mengikuti pelatihan berbagai proses pembuatan kripik, sirup, dodol dan kue yang bahan-bahannya tersedia di desa setempat. Wanita tani dapat mengembangkan bisnis pengolahan makanan dari hasil pelatihan tersebut. Temanggung. Kelompok wanita tani mengikuti pelatihan pengolahan makanan dan pemasaran dari berbagai jenis keripik, yaitu keripik pisang, pisang-keju dan singkong.
a. Tersedianya perangkat keras komputer dan sistem jaringan di BPTP terkait dan PIU di lima kabupaten dapat meningkatkan akses informasi teknologi dan pasar. b. Staf teknis peneglola informasi di BPTP terkait telah meningkat dalam hal: 1). Pengetahuan dan bagaimana akses ke Internet, 2). Dapat membangun sendiri Website untuk kemudian meng-upload ke internet, 3). Dapat mengembangkan sendiri pangkalan data dan membangun CD Multimedia Interaktif (SANKARTO dan HENRIYADI, 2005; GETARAWAN et al, 2005). c. Terbentuk dan terlatihnya tim tenaga informasi pasar di pusat dan lima PIU kabupaten dan penggunaan Sisten Informasi Pasar (SIP) dalam melakukan perekaman dan peremajaan data. d. Dalam hal informasi pasar, petani telah mulai menyadari pentingnya peranan media informasi sebagai sumber informasi baik dalam bentuk media cetak dan elektronik (internet) untuk mengetahu informasi pasar
1055
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
dan harga komoditas pertanian yang ada di luar daerahnya (PUSDATIN, 2005a, b) Diseminasi inovasi pertanian
3.
a. Kegiatan non-fisik berupa penelitian dan pengkajian serta pelatihan petani dan demplot tanaman-ternak di suatu lokasi dapat memberikan perubahan pola pikir petani. Misalnya di Temanggung, petani banyak berorientasi pada tanaman tembakau, namun sekarang petani sudah mulai beralih ke tanaman hortikultura. Hal ini sering terjadi bahwa harga akhir tembakau sering kurang menguntungkan petani/merugi dan komoditas sayuran tampak lebih menjanjikan masyarakat tani. b. Berbagai kegiatan inovasi dari BPTP terkait telah memberikan hasil yang baik bagi petani, misalnya di Desa Canggal, Kecamatan Tledung, Temanggung bahwa petani KID Canggal telah dapat memasarkan hasil pelatihan pembuatan keriping kentang dan bayam serta memanfaatkan kompos ternak untuk keperluan pemupukan tanaman sayurannya (BPTP Jateng, 2005). Di desa Nualisa, Ende ternak kambing dapat berkembang menjadi 65 ekor dari awal populasi sebanyak 45 ekor dalam kurun waktu 1 tahun. Petani telah mengetahui cara pembuatan kompos dan pakan dari kulit buah kakao. Kondisi tersebut juga terjadi di Desa Hobatua, dimana ternak kambing telah berkembang menjadi 36 ekor dari awal populasi sebanyak 20 ekor (BPTP NTT, 2005). Permasalahan yang dihadapi Dalam melaksanakan kegiatan P4MI, terdapat beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Pada tahun 2003 – 2005 keluarnya DIP terlambat hingga Bulan April berjalan dan tentunya akan mengganggu dalam proses merealisasikan jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. 2. Pendampingan oleh LSM lokal terhadap pelaksanaan komponen pemberdayaan petani terlambat, karena proses rekruitmen
1056
4.
5.
6.
7.
LSM Nasional dan Lokal juga terlambat dan baru terealisasi kontrak pada akhir tahun 2005. Kualitas Sumberdaya Manusia di pedesaan belum memadai, misalnya tenaga Fasilitator Desa belum banyak terlibat aktif dalam penyusunan usulan kegiatan, karena terbatas kemampuan daya pikirnya dan masih perlu dibimbing. Dengan adanya sistem anggaran baru, para penyelenggara keuangan di unit kerja masih memerlukan pemahaman baru dan tentunya perlu waktu. Pemanfaat infromasi pasar dan teknologi belum dirasakan sepenuhnya oleh petani sasaran. Faktor iklim di beberapa desa menyebabkan kegiatan fisik Investasi Desa terhambat, bahkan beberapa sarana fisik yang telah dibangun rusak akibat hujan deras dan banjir. Berbagai produk pangan setelah mengalami proses pengolahannya, masih terdapat kesulitan pemasaran hasil secara langsung ke konsumen, akibat dari peranan tengkulak yang masih dominan. KESIMPULAN
1. Realisasi KID sebanyak 403 desa belum sesuai dengan targetnya sebanyak 523 desa pada tahun 2005. Masalah terhambatnya pembentukan KID adalah belum terpilihnya LSM Nasional dan Lokal. 2. Dalam pembangunan sarana fisik dipedesaan melalui Investasi Desa yang didanai oleh ADB, partisipasi sumbangan swadaya masyarakat baik berupa fisik maupun keuangan cukup nyata. 3. Dengan terbangunnya sarana/prasarana di pedesaan, masyarakat tani pengusul telah merasakan berbagai manfaat awal. Manfaat tersebut adalah berupa akses jalan lebih mudah dan menurunkan ongkos transport, ketersediaan air di lahan kering makin lama waktunya, frekuensi tanam meningkat, lebih leluasa akses informasi, ketrampilan dan wawasan pola pikir petani bertambah melalui keikutsertaan dalam pelatihanpelatihan.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
DAFTAR PUSTAKA BADAN LITBANG PERTANIAN. 2003a. Project Administration Memorandum. Badan Litbang Pertanian. BADAN LITBANG PERTANIAN. 2003b. Panduan Umum Investasi Desa. Badan Litbang Pertanian BADAN LITBANG PERTANIAN. 2006. Midterm Review Report (Draft) – Poor Farmers’ Income Improvement Through Innovation Project. Badan Litbang Pertanian. BAPPEDA ENDE. 2005. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pendapatan Petani Kabupaten Ende. Bappeda Kabupaten Ende. BAPPEDA LOTIM. 2006. Laporan tahunan Pelaksanaan Program P4MI Kabupaten Lombok Timur Tahun 2005. Bappeda Lotim DINAS PERTANIAN BLORA. 2005. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pendapatan Petani Kabupaten Blora 2003 – 2005. Dinas Pertanian Kabupaten Blora DINAS PERTANIAN DONGGALA. 2005. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pendapatan Petani Kabupaten Donggala. Dinas Pertanian Kabupaten Donggala.
DINAS PERTANIAN TEMANGGUNG. 2005. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pendapatan Petani Kabupaten Temanggung. Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung. GETARAWAN ERRU, BAMBANG S. SANKARTO dan HENRIYADI. 2005. Pengembangan Informasi Teknologi Pertanian Tepat Guna (Laporan Akhir). P4MI – Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. PUSDATIN. 2005a. Pengembangan Sistem Informasi Pasar dan Farming Website (Laporan Akhir). Pusat Data dan Informasi Pertanian. Departemen Pertanian. PUSDATIN. 2005b. Pengembangan Tenaga Teknis Jaringan Informasi Dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Sistem Informasi Pasar dan Teknologi Pertanian di Lima Kabupaten PFI3P (Laporan Akhir). Pusat Data dan Informasi Pertanian. Departemen Pertanian. SANKARTO BAMBANG, S. dan HENRIYADI. 2005. Pengembangan Tenaga Teknis Pengelolaan Informasi BPTP Sulteng, NTB, NTT dan Jateng dalam Pengelolaan Informasi Teknologi Pertanian (Laporan Akhir). P4MI – Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian
1057