UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK
(Studi Kasus Pada Petani Jagung di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan)
RINGKASAN
Oleh: DIAH AWALIA RAHMAWATI 0710443015
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS MALANG 2012
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang,
Januari 2012
DIAH AWALIA RAHMAWATI NIM. 0710443015-44
ii
RINGKASAN DIAH AWALIA RAHMAWATI. 0710443015. Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Penggunaan Pupuk Organik (Studi Kasus Pada Petani Jagung di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan). Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. M. Muslich Mustadjab, MSc sebagai pembimbing utama, Fahriyah, SP. M.Si sebagai pembimbing kedua. Penelitian ini didasarkan pada adanya perkembangan ilmu pertanian dan ledakan penduduk yang menyebabkan kebutuhan pangan meningkat, sehingga saat itu revolusi hijau di Indonesia memberikan hasil yang signifikan terhadap kebutuhan pangan. Penggunaan pupuk kimia sintetis serta penggunaan pestisida mengalami peningkatan, dengan adanya revolusi hijau tersebut mengakibatkan permasalahan yang disebabkan kesalahan manajemen di lahan pertanian seperti terjadinya pencemaran akibat penggunaan pupuk kimia maupun pestisida. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, disamping itu juga terjadi kelangkaan pupuk dan pestisida sehingga harganya semakin mahal, dilain pihak harga jual hasil panen tidak mengalami peningkatan yang memadai dengan kenaikan harga inputnya, akibatnya pendapatan petani akan menurun. Dengan demikian penting artinya penelitian ini dalam rangka memperoleh masukan untuk peningkatan pendapatan petani. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah: ‘’Sejauhmana penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan pendapatan petani’’. Penelitian ini bertujuan: (1) Menganalisis biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik ; (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani. Penelitian ini dilakukan di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan. Penentuan responden dilakukan dengan cara sensus, dengan jumlah 31 orang yang terdiri dari 14 petani jagung pengguna pupuk organik dan 17 petani jagung pengguna pupuk non organik. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk melihat sejauh mana penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan pendapatan petani digunakan analisis uji beda dua rata-rata dan analisis regresi dengan dummy variabel penggunaan pupuk. Hasil analisis tujuan pertama menunjukkan bahwa pendapatan petani jagung pengguna pupuk organik lebih tinggi dibanding yang tidak menggunakan pupuk organik. Perbedaan tersebut nyata pada = 0.011, hal itu dikarenakan biaya usahatani yang dikeluarkan pengguna pupuk organik jauh lebih rendah. Hasil analisis tujuan kedua menunjukkan bahwa variabel produksi jagung, biaya tenaga kerja, biaya pupuk dan dummy pupuk berpengaruh nyata terhadap pendapatan dengan probabilitas sebesar 0,000. Artinya koefisien regresi yang diperoleh nyata pada = 0.000 sedangkan biaya benih/ha tidak tampak pengaruhnya pada pendapatan/ha. Nilai koefisien dummy untuk jenis pupuk menunjukkan perbedaan fungsi pendapatan/ha dari usahatani jagung petani yang menggunakan pupuk organik dan petani yang tidak menggunakan pupuk organik. Koefisien tersebut nyata secara iii
statistika pada = 0,227. Artinya pendapatan petani pengguna pupuk organik lebih tinggi dibanding petani yang tidak menggunakan pupuk organik. Atas dasar hasil penelitian tersebut disarankan (1) Agar dapat meningkatkan pendapatan, perlu peningkatan penggunaan pupuk organik, sehingga struktur tanahnya menjadi lebih baik, dengan demikian produksi/ha dapat meningkat, yang pada gilirannya juga akan meningkatkan pendapatan usahataninya. (2) Produktivitas tenaga kerja perlu ditingkatkan dengan cara meningkatkan penyuluhan tentang budidaya jagung yang baik, sehingga tenaga kerja menjadi lebih terampil dalam berusahatani, dengan demikian produksi akan meningkat dan pendapatan juga meningkat. (3) Diperlukan penelitian lebih lanjut yang lebih luas sehingga bisa menyimpulkan pengaruh penggunaan benih terhadap pendapatan usahatani, karena secara teoritis penggunaan benih berpengaruh nyata terhadap produksi, yang pada gilirannya akan berpengaruh pula pada pendapatan.
iv
SUMMARY DIAH AWALIA RAHMAWATI. 0710443015. The Effort of Increasing Farmers Income Through The Use of Organic Fertilizer ( Case Study on Corn Farmers at Surabayan Village, Sukodadi District, Lamongan Regency). Supervised by Prof. Dr. Ir. M. Muslich Mustadjab, M.sc and Fahriyah, SP. M.Si. This study was based on the development of agricultural science and the population explosion that lead to the increases of demand for food, so the green revolution in Indonesia give significant results on food needs. The use of synthetic chemical fertilizers and pesticide use has increased, with the green revolution resulted in the problems that caused by mismanagement on agricultural lands such as the occurrence of pollution due to use of chemical fertilizers and pesticides. The use of chemical fertilizers and pesticides that excessive resulted in environmental damage, as it also happens scarcity of fertilizer and pesticides so the price is more expensive, on the other hand the selling price does not yield a sufficient increase with the increased of input prices, resulting in farmers income will decline. Thus the significance of this study in order to obtain input to increase farmers income. The main problem in this research is: ' ' How far the use of organic fertilizers can be increase farmers income' ' . The objective in this research are: (1) To analyze the costs and income of corn farming who use organic fertilizer and nonorganic fertilizer; (2) To analyze the factors that affected farmers income. The research was conducted in the Surabayan Village, Sukodadi District, Lamongan Regency. And the research respondent determination by census, which the amount of 31 with consist of 14 corn farmers who use organic fertilizer and 17 corn farmer who use non organic fertilizer. Method of data collection used in this study were interview, observation and documentation. To see how far the use of organic fertilizer can be increase farmers income using average different two test analysis and regresion analysis with dummy variable. The results of the first objective analysis shows that the income of corn farmers users organic fertilizers is higher than not using organic fertilizers. The difference is significant at = 0011, that caused by the incure of organic fertilizer users was much low. The results of the second objective analysis shows that the variable of corn production, labor costs, fertilizer cost and dummy of fertilizer have real impact on income with a probability of 0.000, means the regresion coefficients significant at = 0.000. While the seed cost/ha did not appear the effect on income/ha. Dummy coefficient for the type of fertilizer indicated the different functions of the income/ha corn farmers who use organic fertilizers and farmers who do not use organic fertilizer. That coefficients was significant statistically of = 0.227. That means the farmers income who use organic fertilizers was higher than farmers who do not use organic fertilizers. On the basis of that study suggested that (1) In order to increase the income, need to increase the use of organic fertilizers, than soil structure can be v
better, so the production/ha can increase, and than farmers income also increase. (2) To increase farmers income, productivity of labor must be increased by increasing the extension of the good corn cultivation, so the labor become more skilled in farming, than production can be increased and income will also increase. (3) Need continuing to research wider, so it can be concluded the influence of the use of seed to farmers income, because theoretically the use of seed real impact to production, than in turn will also affect the income.
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Penggunaan Pupuk Organik (Studi Kasus Pada Petani jagung di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan).” Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. Ir. M. Muslich Mustadjab, M.Sc, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam menyusun skripsi ini.
2.
Ibu Fahriyah, SP. M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam menyusun skripsi ini.
3.
Bapak Dr. Ir. Abdul Wahib M.Ms dan Ir. Heru Santoso, SU selaku dosen penguji atas saran yang telah diberikan.
4.
Bapak Dr. Ir. Syafriyal, MS selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian.
5.
Kedua orang tua yang selalu memberikan dorongan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.
6.
Seluruh perangkat desa dan petani jagung di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan yang bersedia meluangkan waktu untuk berbagi informasi. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Untuk itu segala
kritik dan saran sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Malang,
Januari 2012
Penulis vii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tuban, pada tanggal 2 September 1989 dan merupakan putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Abdul Muiz dan Ibu Hj. Mardliyah. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Aisiyah Bustanul Affal pada tahun 1993 lulus tahun 1995, dan melanjutkan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 04 pada tahun 1995 lulus tahun 2001, lalu melanjutkan ke SMPM 12 Lamongan pada tahun 2001 dan lulus pada tahun 2004, kemudian melanjutkan ke SMAM 1 Gresik pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang dengan Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.
viii
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ......................................................................................... SUMARY ............................................................................................... KATA PENGANTAR ........................................................................... RIWAYAT HIDUP ............................................................................... DAFTAR ISI ......................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................. DAFTAR GAMBAR ............................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... .
ii iv vi vii viii x xi xii
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 1.4. Kegunaan Penelitian .............................................................
1 3 4 5
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telaah Penelitian Terdahulu ................................................. 2.2. Tinjauan Teori Tentang Pupuk Organik ............................... 2.2.1. Pengertian dan Manfaat Pupuk Organik .................... 2.2.2. Sumber Bahan Organik .............................................. 2.3. Tinjauan Tentang Budidaya Jagung ...................................... 2.3.1. Klasifikasi Tanaman Jagung ………………………… 2.3.2. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung................................. 2.3.3. Budidaya Tanaman Jagung ......................................... 2.3.4. Hama Penyakit Tanaman Jagung ................................. 2.4. Tinjauan Tentang Usahatani ................................................. 2.4.1. Pengertian Usahatani ................................................. 2.4.2. Penerimaan Usahatani ................................................ 2.4.3. Biaya Usahatani ......................................................... 2.4.4. Pendapatan Usahatani ................................................
6 7 7 7 10 10 10 10 11 12 12 13 13 14
III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran .............................................................. 3.2. Hipotesis ............................................................................... 3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...................
15 18 19
II.
ix
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ...................................... 4.2. Metode Penentuan Responden .............................................. 4.3. Metode Pengumpulan Data .................................................... 4.4. Metode Analisis Data ............................................................. V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian ........................................ 5.1.1. Letak Topografi ............................................................ 5.1.1. Luas dan Batas Wilayah .............................................. 5.2. Keadaan Penduduk ................................................................. 5.2.1. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ........... 5.2.2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ......... 5.2.3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur .............. 5.3. Kondisi Sektor Pertanian ....................................................... 5.3.1. Sumber Irigasi .............................................................. 5.3.2. Hasil Tanaman Pangan ................................................ 5.4. Karakteristik Responden ........................................................ 5.4.1. Umur ........................................................................... 5.4.2. Tingkat Pendidikan ..................................................... 5.4.3. Jumlah Tanggungan Keluarga .................................... 5.4.4. Kepemilikan Lahan ...................................................... 5.4.5. Kepemilikan Rumah .................................................... 5.4.6. Kondisi Fisik Rumah ................................................... 5.4.7. Kepemilikan Alat Transportasi dan Informasi ............. 5.4.8. Kepemilikan Alat Trasportasi ...................................... 5.4.9. Pengalaman Usahatani ................................................ 5.5. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Jagung ................. 5.6. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani ..................................................................................................
22 22 22 23
28 28 28 28 28 29 30 31 31 31 32 32 33 33 34 35 35 36 36 37 38 43
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ............................................................................ 6.2. Saran ......................................................................................
47 48
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
49
LAMPIRAN ..........................................................................................
51
x
DAFTAR TABEL Nomor
Teks
Halaman
1.
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ........................
29
2.
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ......................
30
3.
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur .........................
30
4.
Sumber Irigasi ..........................................................................
31
5.
Hasil Tanaman Pangan ............................................................
31
6.
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ..............
32
7.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..........
33
8.
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ........
34
9.
Kepemilikan Lahan .................................................................
34
10.
Kepemilikan Rumah ...............................................................
35
11.
Kondisi Fisik Rumah ..............................................................
35
12.
Kepemilikan Alat Komunikasi dan Informasi ........................
36
13.
Kepemilikan Alat Transportasi ...............................................
36
14.
Pengalaman Usahatani .............................................................
37
11.
Rata – Rata Biaya, Penerimaan dan Pendapatan .....................
38
12.
Hasil Uji Regresi Linear Berganda ..........................................
43
xi
DAFTAR GAMBAR Nomor
1.
Teks
Halaman
Skema Kerangka Pemikiran ......................................................
xii
15
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
Teks
1.
Peta Lokasi Penelitian ............................................................
51
2.
Kuisioner Responden ..............................................................
52
3.
Hasil Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata Biaya .......................
59
4.
Hasil Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata Penerimaan .............
60
5.
Hasil Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata Pendapatan
............
61
6.
Hasil Analsis Regresi Fungsi Pendapatan ...............................
62
7.
Dokumentasi Lapang …………………………………………
65
xiii
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Istilah pertanian organik sudah lama dikenal oleh masyarakat luas, yaitu sejak ilmu bercocok tanam dikenal oleh manusia. Dimana pada saat itu semuanya dilakukan secara tradisional dan menggunakan bahan-bahan alamiah (Antara, 2002). Namun, sejalan dengan perkembangan ilmu pertanian dan ledakan populasi manusia, maka kebutuhan pangan juga meningkat dan saat itu revolusi hijau di Indonesia memberikan hasil yang signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan, dimana penggunaan
pupuk
kimia
sintetis,
serta
penggunaan
pestisida
mengalami
peningkatan. Dengan adanya hal tersebut ditemukan berbagai permasalahan yang disebabkan kesalahan manajemen di lahan pertanian seperti terjadinya pencemaran pupuk kimia maupun pestisida, penurunan kualitas lahan, dan penurunan kesehatan manusia akibat kelebihan pemakaian bahan tersebut. Di Indonesia, kasus keracunan pestisida mulai muncul pada pertengahan tahun 1990-an. Tahun 1995 di Brebes, Jawa Tengah, yang merupakan sentra penghasil bawang merah, dilaporkan ada beberapa buruh tani menderita kebutaan dan stroke. Diperoleh keterangan bahwa ternyata buruh tani tersebut setiap harinya terlibat langsung dengan pestisida kimia, yaitu sebagai tenaga penyemprot hama. Bahkan sepuluh tahun sebelum kasus di Brebes, juga dilaporkan adanya dampak negatif penggunaan pestisida di Kabupaten Tanah Karo, Sumetera Utara. Dari data rumah sakit paru-paru di kabupaten tersebut diperoleh bahwa 90% pasiennya merupakan petani yang setiap harinya akrab dengan pestisida (Firdaus, 2009). Pemahaman akan bahaya bahan kimia sintetis dalam jangka waktu lama mulai disadari, sehingga mulai dicari alternatif bercocok tanam yang dapat menjaga lingkungan lebih sehat agar dapat menghasilkan produk yang bebas dari pencemaran bahan kimia sintetis. Sejak saat itu mulai dilakukan kembali pertanian secara alamiah (back to nature), yaitu dengan cara mengurangi penggunaan pupuk kimia sintetis, zat pengatur tumbuh, serta penggunaan pestisida yang secara tidak langsung dapat menimbulkan kerusakan tanah.
xiv
Selain bahaya atau efek yang ditimbulkan pupuk kimia, terjadi kelangkaan pupuk yang menyebabkan petani mulai mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia. Menurut Daniel (2008), produksi pupuk di tahun 2008 diperkirakan hanya 6 juta ton, sementara konsumsi meningkat mendekati 9 juta ton di tengah perkembangan perkebunan dan juga tanaman pangan. Hal tersebut menyebabkan petani merasa resah karena pemerintah juga menaikkan harga eceran pupuk 20 hingga 40 persen (Seponada, 2010). Namun, harga jual dari hasil panen tidak selalu mengikuti kenaikan sesuai harga sarana produksi tersebut, akibatnya pendapatan petani menurun. Untuk mengatasi dan mengantisipasi terjadinya kelangkaan pupuk serta menjaga dan memperbaiki lahan dari kerusakan akibat kelebihan penggunaan pupuk anorganik, maka petani mulai berupaya untuk mengganti penggunaan pupuk kimia dengan pupuk organik. Dimana, pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang dapat berbentuk padat atau cair dan berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Peran pupuk organik tersebut ke depan sangat penting dan strategis, disamping dapat memperbaiki tingkat kesuburan tanah, penggunaan pupuk organik dapat secara langsung atau tidak langsung dapat mengurangi kebutuhan pupuk anorganik. Dengan berkembangnya usahatani menggunakan pupuk organik diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanah yang nantinya dapat meningkatkan produktivitas tanaman yang menyehatkan serta dapat meningkatkan pendapatan petani dan dapat memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat. Seperti halnya tanaman jagung yang merupakan tanaman yang banyak diminati karena mengandung banyak manfaat, dan memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Permintaan jagung di pasar domestik semakin meningkat seiring berkembangnya industri pakan ternak dan pangan. Diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan jagung dalam negeri digunakan untuk industri pakan ternak, sedangkan untuk kebutuhan bahan baku industri pangan sekitar 30%, sisanya untuk kebutuhan bibit dan benih (Arifin, 2007). Selama periode 2005-2009, rata-rata luas areal pertanaman jagung di Indonesia sekitar 3,75 juta ha/tahun. Luas areal pertanaman xv
jagung menduduki urutan kedua setelah padi sawah. Akan tetapi produktivitas jagung di Indonesia masih sangat rendah yaitu 3,67 ton/ha (Deptan, 2009). Masih rendahnya produktivitas menggambarkan bahwa penerapan pengolahan usahatani jagung belum sepenuhnya optimal. Menurut Zubachtirodin (2009), terindikasi bahwa peningkatan produktivitas jagung di Indonesia lebih ditentukan oleh perbaikan pengolahan usahatani daripada peningkatan luas panen. Perbaikan pengolahan usahatani salah satunya dengan pengolahan tanah yang baik, dengan memanfaatkan bahan organik tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas tanaman jagung. Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan adalah salah satu Desa di Lamongan yang berupaya untuk meningkatkan produktivitas atau peningkatan hasil panen jagung dengan menggunakan pupuk organik sebagai input usahataninya. Berkembangnya usahatani dengan penggunaan pupuk organik di daerah penelitian diharapkan dapat membangun kesuburan tanah secara alami dan dapat digunakan sebagai pengganti masukan dari penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan produktivitas maupun hasil panen yang diinginkan, sehingga nantinya dapat meningkatkan pendapatan petani. Dari penjelasan diatas, maka dirasa perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan pupuk organik terhadap pendapatan, dalam kaitannya dengan sejauhmana penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan pendapatan petani. 1.2. Perumusan Masalah Permasalahan yang sering dialami oleh petani di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan adalah terjadinya kelangkaan pupuk kimia yang mengakibatkan semakin meningkatnya harga pupuk. Hal tersebut menimbulkan keresahan bagi petani karena adanya keterbatasan modal yang dimiliki oleh petani mengakibatkan petani tidak dapat memperoleh pupuk dengan mudah dan menjadikan petani tidak bisa mengolah usahataninya dengan baik. Hal tersebut merupakan tantangan bagi petani di Desa Surabayan, untuk bisa mengantisipasi dan mencari solusi dari masalah tersebut. Pengembalian bahan organik ke dalam tanah atau xvi
pemberian pupuk organik merupakan salah satu hal yang dapat digunakan sebagai solusi untuk mengatasi dampak kelangkaan pupuk kimia dan juga dapat digunakan untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif. Rendahnya produktivitas tanah dan pencemaran lingkungan sering dirasakan petani akibat dampak penggunaan bahan kimia yang terlalu berlebihan. Sebagian petani di Desa Surabayan menyadari bahwa produktivitas lahan yang semakin rendah telah menyebabkan menurunnya hasil panen. Menurunnya produktivitas tersebut menjadikan tidak dapat terpenuhinya hasil yang diusahakan, sehingga menimbulkan kerugian bagi petani. Untuk dapat meningkatkan kesuburan tanah maka penggunaan pupuk organik seharusnya lebih ditingkatkan. Dalam hal ini, Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan merupakan salah satu daerah yang telah mempraktekkan penggunaan pupuk organik dalam usahataninya. Salah satu tanaman yang diusahakan di desa tersebut adalah jagung, karena jagung mudah untuk dibudidayakan dan cenderung memiliki permintaan yang relatif tinggi. Dengan petani menggunakan pupuk organik sebagai input usahataninya, petani berupaya untuk dapat
membangun
kesuburan
tanah,
menjaga
ekosistem
lingkungan,
dan
meningkatkan produktivitas tanaman dalam jangka panjang, dengan harapan dapat menekan biaya usahatani yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi petani. Berdasarkan uraian diatas, masalah umum penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut: “Sejauh mana penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan pendapatan petani” 1.3. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas, dapat di rumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Menganalisis biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan.
xvii
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan.
1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai tambahan pengetahuan mengenai pengaruh penggunaan pupuk organik terhadap pendapatan petani. 2. Sebagai tambahan informasi dan bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan pendapatan melalui penggunaan pupuk organik. 3. Sebagai informasi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan topik yang
serupa.
xviii
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Telaah Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan beberapa peneliti mengenai pendapatan petani dan penggunaan pupuk organik di beberapa daerah, terdapat berbagai perbedaan, persamaan, tujuan serta metode yang digunakan oleh masing-masing peneliti mengenai pendapatan petani. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Hermawati (2006) mengenai studi penggunaan pupuk organik pada kelompok tani Musyawarah Tani I di Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Dimana penelitian tersebut ditujukan untuk menganalisis kuantitas, pendapatan serta faktor-faktor sosial ekonomi yang berkaitan dengan penggunaan pupuk organik terhadap tanaman selada dan strowbery dengan menggunakan analisis uji beda rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan rata-rata petani pengguna pupuk organik lebih tinggi dibanding dengan petani pengguna pupuk anorganik, hal itu dikarenakan harga jual produk pertanian organik lebih tinggi dan total biaya yang dikeluarkan dari produk pertanian organik lebih rendah, sehingga pendapatan petani relatif lebih tinggi dibandingkan dengan petani pengguna pupuk anorganik. Dalam penelitian skripsi ini, metode analisis data yang dipakai adalah uji beda dua rata-rata dan analisis regresi fungsi pendapatan dengan dummy variabel. Sedangkan penelitian diatas menggunakan metode analisis uji beda dua rata-rata. Secara spesifik penelitian skripsi ini berbeda dengan penelitian diatas, sehingga hasil penelitian diatas dapat digunakan sebagai pembanding dan masukan untuk penelitian skripsi ini. Riskiardi (2001) meneliti tentang peningkatan pendapatan petani dengan usahatani sistem pertanian organik. Penelitian dilakukan pada petani buncis RW.13 Desa Sukopuro Kecamatan Jabung Kabupaten Malang. Penelitian tersebut dengan menggunakan metode analisis uji beda dua rata-rata (t hitung)
untuk
membandingkan tingkat produksi, biaya produksi dan pendapatan, serta analisis fungsi produksi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendapatan petani xix
usahatani sistem pertanian organik lebih tinggi dibanding dengan non organik. Hal itu dikarenakan total biaya produksi yang dikeluarkan dari usahatani sistem pertanian organik lebih rendah dibandingkan total biaya produksi yang dikeluarkan dari usahatani sistem pertanian non organik, walaupun produksi yang dihasilkan dari pertanian organik lebih rendah dari anorganik, akan tetapi harga jual dari pertanian organik lebih tinggi dari pertanian anorganik. Sedangkan hasil analisis fungsi produksi (cobb douglass) dapat diketahui bahwa penggunaan benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja dalam usahatani sistem pertanian organik dan non organik berpengaruh nyata terhadap produksi. Dalam penelitian skripsi ini, komoditas yang diteliti adalah jagung dan berlokasi di Desa Surabayan, sedangkan penelitian diatas komoditas yang diteliti adalah buncis yang berlokasi di Desa Sukopuro. Persamaannya adalah sebagian alat analisis yang digunakan, seperti analisis uji beda dua rata-rata. Sehingga dari hasil penelitian diatas dapat digunakan sebagai pembanding untuk penelitian skripsi ini. 2.2.Tinjauan Teori Tentang Pupuk Organik 2.2.1. Pengertian dan Manfaat Pupuk Organik Pupuk organik adalah pupuk yang mengandung senyawa organik, baik berupa pupuk organik alam atau senyawa bentukan maupun pupuk hayati (Sugito, et al,. 1995). Menurut Candrawardhana (2010) pengertian pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia yang dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Penjelasan teori diatas merupakan landasan dari penelitian skripsi yang dilakukan, dimana pupuk organik merupakan pupuk alami yang baik untuk kesuburan tanah, peningkatan produktivitas tanaman dalam jangka panjang serta dapat mengurangi adanya pencemaran lingkungan serta kualitas dari hasil panen yang baik.
xx
2.2.2. Sumber Bahan Organik Menurut Atmojo (2003) sumber bahan organik yang dapat digunakan sebagai pupuk dapat berasal dari: sisa dan kotoran hewan (pupuk kandang), sisa tanaman, pupuk hijau, sampah kota, limbah industri, dan kompos. 1. Pupuk Kandang Pupuk kandang merupakan campuran kotoran padat, air kencing, dan sisa makanan (tanaman). Dengan demikian susunan kimianya tergantung dari jenis ternak, umur dan keadaan hewan, sifat dan jumlah amparan, dan cara penyimpanan pupuk sebelum dipakai. Hewan hanya menggunakan setengah dari bahan organik yang dimakan, dan selebihnya dikeluarkan sebagai kotoran. Penyusun pupuk kandang yang paling penting adalah komponen hidup, yaitu organisme tanah, pada sapi perah seperempat hingga setengah bagian kotoran hewan merupakan jaringan mikrobia. 2. Sisa Tanaman Sisa tanaman dapat berperan sebagai suatu cadangan yang dapat didaurkan kembali untuk pengawetan hara. Di lingkungan petani, sebagian besar jerami padi digunakan untuk alas ternak dan sebagai pakan ternak. Untuk tujuan ini, sebagian besar hara yang terkandung dalam sisa, kemungkinan dikembalikan ke tanah dalam bentuk pupuk kandang jika kotoran ternak tersebut ditangani dengan tepat. 3. Pupuk Hijau Bahan organik yang digunakan sebagai sumber pupuk dapat berasal dari bahan tanaman, yang sering disebut sebagai pupuk hijau. Biasanya pupuk hijau yang digunakan berasal dari tanaman legum, karena kemampuan tanaman ini untuk mengikat N2-udara dengan bantuan bakteri penambat N, menyebabkan kadar N dalam tanaman relatif tinggi. Akibatnya pupuk hijau dapat diberikan dekat dengan waktu penanaman tanpa harus mengalami proses pengomposan terlebih dahulu. Tanaman dapat digunakan sebagai pupuk hijau apabila tanaman tersebut cepat tumbuh, bagian atas banyak dan lunak (succulent) dan kesanggupannya tumbuh cepat pada tanah yang kurang subur. 4. Sampah Kota
xxi
Sampah kota merupakan bahan organik dapat ditemukan di kota-kota besar. Suatu teknologi yang dapat direkomendasikan untuk pemanfaatan sampah kota adalah pengomposan. Sifat yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sampah kota adalah: (1) Adanya kontaminasi gelas, plastik dan logam, sehingga bahan-bahan ini perlu dikeluarkan dari bahan pupuk; (2) Kandungan hara, dimana nilai C/N bahan pada umumnya masih relatif tinggi sehingga perlu pengomposan; (3) Komposisi organik sampah kota sangatlah bervariasi, bahkan kadang-kadang terdapat senyawa organik yang bersifat racun bagi tanaman; (4) Terdapat banyak sekali macam mikrobia dalam sampah kota baik bakteri, dan fungi, bahkan perlu diwaspadai adanya mikrobia patogen bagi tumbuhan atau manusia. 5. Limbah Industri Limbah organik dari industri sering merupakan masalah lingkungan yang menyulitkan dalam penanganannya. Suatu kelompok limbah industri yang mempunyai potensi untuk digunakan sebagai sumber hara untuk tanaman adalah limbah dari industri pemrosesan makanan. Beberapa masalah yang harus diperhatikan untuk diatasi dalam kaitannya dengan penggunaan limbah untuk pupuk antara lain : (1) adannya logam mikro dan atau logam berat (missal Zn, Cu, Ni, Cd, Cr, dan Pb), (2) kemungkinan adanya senyawa organik racun, (3) kemungkinan adanya bibit penyakit (patogen), dan (4) adanya kelebihan N lepas ke lingkungan. Oleh sebab itu, perlu diketahui secara cermat diskripsi menyeluruh industri yang bersangkutan, sehingga mengetahui bahan baku dan penunjang yang digunakan, serta proses perubahan yang terjadi, sehingga akan diketahui pula bahan ikutan yang mungkin terbawa dalam limbah industrinya. 6. Kompos Proses pengomposan adalah suatu proses penguraian bahan organik dari bahan dengan nisbah C/N tinggi (mentah) menjadi bahan yang mempunyai nisbah C/N rendah (matang) dengan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia pendekomposer (bacteri, fungi, dan actinomicetes). Dalam proses pengomposan, perlu diperhatikan kelembaban, erasi timbunan, temperatur, penambahan kapur, hara, struktur bahan.
xxii
Pembuatan
kompos
semakin
berkembang
yang
diperkaya
dengan
mikroorganisme yang dapat mempercepat dekomposisi seperti Trichoderma sp. Dimana saat ini, telah banyak digunakan teknologi efektif mikroorganisme (EM-4) yang merupakan permentant (pengurai) limbah organik menjadi pupuk organik, yang mengandung bacteri Lactobacillus, ragi, actomycete, dan jamur pengurai selulosa yang dapat membantu proses dekomposisi. 2.3.Tinjauan Tentang Budidaya Jagung 2.3.1. Klasifikasi Tanaman Jagung Menurut Warisno (1998), secara umum klasifikasi tanaman jagung sebagai berikut: Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas
: Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo
: Graminae (rumput-rumputan)
Famili
: Graminaceae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays L.
2.3.2. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl, (Purnomo,2010). xxiii
2.3.3. Budidaya Tanaman Jagung Menurut Kuncoro (2006) Cara bertanam dan pemeliharaan tanaman jagung adalah sebagai berikut: a. Pengolahan tanah Pada waktu pengolahan, keadaan tanah hendaknya tidak terlampau basah tetapi harus cukup lembab sehingga mudah dikerjakan, dan tidak lengket, sampai tanah menjadi cukup gembur. Pada tanah-tanah berpasir atau tanah ringan tidak banyak diperlukan pengerjaan tanah. Pada tanah-tanah berat dengan kelebihan air, perlu dibuat saluran penuntas air. Pembuatan saluran dan pembumbunan yang tepat dapat menghindarkan terjadinya genangan air yang sangat merugikan bagi pertumbuhan tanaman jagung. b. Pemupukan Tanaman jagung tidak akan memberikan hasil maksimal apabila unsur hara yang diperlukan tidak cukup tersedia. Pemupukan dapat meningkatkan hasil panen secara kwantitatif maupun kwalitatif. Pemberian pupuk Nitrogen merupakan, kunci utama dalam usaha meningkatkan produksi. Pemberian pupuk phosphat dan kalium bersama-sama dengan nitrogen memberikan hasil yang lebih baik. Tanaman yang kekurangan unsur nitrogen, akan nampak kerdil, warna daun hijau muda kekuningkuningan, buah terbentuk sebelum waktunya dan tidak sempurna. c. Penyiangan dan Pembumbunan Penyiangan dengan tangan (hand weeding) yang pertama dilakukan pada umur 15 hari dan harus, dijaga agar, jangan sampai mengganggu/merusak akar tanaman. Penyiangan kedua dilakukan sekaligus dengan pembumbunan pada waktu pemupukan kedua: Pembumbunan ini berguna untuk memperkokoh batang dalam menghadapi angin besar, juga dimaksudkan untuk memperbaiki drainase dan mempermudah pengairan apabila diperlukan. 2.3.4. Hama Penyakit Tanaman Jagung Menurut Istiyastuti dan Yanuharso (1996), hama yang biasa menyerang tanaman jagung, antara lain:
xxiv
1. Lalat bibit (Athrigona exigua) Stadia yang menyerang adalah larva dengan bantuan embun, masuk ke titik tumbuh dan menyerang bagian pangkal. Tanaman yang diserang menjadi kerdil, busuk dan akhirnya mati. 2. Uret atau lundi (Hollotrchia hetter) Merupakan hama perusak akar. Telur, larva, dan pupa terletak di dalam tanah. Imagonya berupa kumbang kecil berwarna coklat. Stadia yang menyerang adalah larva, yaitu memakan akar tanaman. Pengendalian hama ini dengan cara penggenangan air pada tanah yang diduga mengandung larva, telur, dan pupa, agar larva mati. 3. Penggerek tongkol (Heliothis sp.) Ulat ini menyerang tongkol yang mulai masak dengan cara melubangi tongkol yang terserang tidak sempurna. 4. Ulat tanah (Agroti sp.) Ulat ini menyerang tanaman muda dan biji yang baru berkecambah. Menyerang tanaman pada malam hari dengan mengerat batang dan terus masuk ke dalam tanah. Warna ulat tanah ini kelabu bergaris kehitaman. 5. Ulat daun (Prodenia litura F) Menyerang pupuk daun pada waktu tanaman berumur 1 (satu) bulan. 6. Penggerek daun (Sesamia inferens WLK) Menyerang pada waktu tanaman telah berbunga. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan penyemprotan segera setelah terlihat adanya telur-telur yang biasanya terletak di bawah daun pada saat menjelang berbunga (Kuncoro, 2006). Tinjauan teoritis tentang budidaya jagung yang diuraikan diatas sangat penting dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini, karena merupakan tolak ukur dari pelaksanaan budidaya jagung di daerah penelitian. 2.4.Tinjauan Tentang Usahatani 2.4.1. Pengertian Usahatani Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat tersebut yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, xxv
perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari dan bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah dan sebagainya. (Mubyarto, 1994). Sementara Rifa’i (1993) menjelaskan usahatani pada dasarnya mengandung pengertian kegiatan organisasi pada sebidang tanah dan hal mana seseorang atau sekelompok orang berusaha untuk mengatur unsur-unsur alam, tenaga kerja dan modal untuk memperoleh hal dari produk pertanian. Menurut Soekartawi (1995) usahatani biasanya diartikan bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu-waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) dengan baik dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan output yang melebihi input. 2.4.2. Penerimaan Usahatani Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah produksi yang diperoleh dengan harga jualnya. Sedangkan Shinta (2005), juga mendefinisikan penerimaan yang hampir sama dengan penjelasan Soekartawi (1995), dimana penerimaan usahatani adalah perkalian antar produksi yang dihasilkan dengan harga jual. Dalam usahatani istilah penerimaan sering disebut sebagai pendapatan kotor usahatani (gross farm income) yaitu nilai total produk usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Istilah lain penerimaan hasil usahatani yaitu nilai produksi (value of production) atau penerimaan kotor usahatani (gross return). Secara matematis, pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut : TR = Y. Py dimana: TR = Penerimaan Total Y = Hasil Produksi Py = Harga y
xxvi
2.4.3. Biaya Usahatani Biaya usahatani merupakan semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani ( Soekartawi, 1995). Dari segi sifat biaya dalam hubungannya dengan tingkat output, biaya dapat dibagi, sebagai berikut: 1. Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) = TFC Menurut Soekartawi (1995), biaya tetap total adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan selalu dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak atau sedikit. Contoh dari biaya tetap adalah pajak, alat-alat pertanian, sewa tanah dan irigasi. Sedangkan Shinta (2005) menjelaskan bahwa Total Fixed Cost (TFC) merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan atau petani yang tidak mempengaruhi hasil output atau hasil produksi. Berapapun jumlah output yang dihasilkan biaya tetap itu sama saja. 2. Biaya Variabel Total (Total Variable Cost) = TVC Biaya variabel total merupakan biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan atau keseluruhan biaya
yang dikeluarkan untuk
memperoleh faktor produksi variabel. Contohnya biaya untuk sarana produksi (input) seperti biaya penggunaan tenaga kerja, biaya penggunaan benih, biaya penggunaan pupuk dan biaya penggunaan pestisida. 3. Biaya Total (Total Cost) = TC Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi. Yang merupakan penjumlahan antara biaya tetap total dan biaya variabel total. TC = TFC + TVC Dimana : TC = Biaya total / Total Cost TFC = Biaya tetap total / Fixed Cost TVC = Biaya variabel total / Variable Cost 2.4.4. Pendapatan Usahatani Menurut Soekartawi (1995), pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Analisis pendapatan dilakukan untuk menghitung
xxvii
seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari suatu usahatani. Tingkat pendapatan ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: = TR – TC Dimana : = Income / Pendapatan (keuntungan usahatani) TR = Total Revenue / Penerimaan Total TC = Total Cost / Biaya Total Keterangan: Apabila nilai TR > TC, maka petani memperoleh keuntungan dalam berusahatani. Apabila nilai TR < TC, maka petani mengalami kerugian dalam berusahatani.
xxviii
III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Secara skematis kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 4 berikut:
Permasalahan petani jagung: 1. Faktor eksternal : a. Adanya kelangkaan pupuk kimia b. Pencemaran lingkungan dan kesuburan tanah menurun 2. Permasalahan dalam usahatani: a. Adanya keterbatasan modal dan sarana produksi
Petani menggunakan pupuk organik
Petani tidak menggunakan pupuk organik
a. Tanah lebih gembur b. Produksi meningkat c. Tidak mengandung residu bahan kimia
Analisis usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik: 1. Biaya rendah 2. Penerimaan tinggi 3. Pendapatan tinggi
a. Tanah lebih keras b. Produksi menurun c. Mengandung residu bahan kimia
Analisis Uji Beda Dua Rata Rata (t hitung)
Analisis usahatani jagung menggunakan pupuk non organik: 1. Biaya tinggi 2. Penerimaan rendah 3. Pendapatan rendah
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan , terdiri dari: a. Produksi jagung b. Biaya benih c. Biaya tenaga kerja d. Biaya pupuk e. Jenis pupuk
Analisis Regresi fungsi pendapatan
Masukan untuk upaya peningkatan pendapatan petani Pendapatan petani meningkat
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Jagung Melalui Penggunaan Pupuk Organik Keterangan: : Alur Berpikir : Alur Berfikir : Alur Analisis : Alat Analisis
xxix
Jagung merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia dan memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional. Mengingat fungsi tanaman jagung yang beragam, jagung bisa dimanfaatkan untuk pangan, pakan dan bahan baku industri. Menurut Anjak (2010), kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan dan minuman meningkat 10-15% per tahun. Dalam perekonomian nasional, jagung merupakan penyumbang terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Kondisi tersebut mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memicu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan perekonomian nasional secara umum. Konsumsi jagung semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, akan tetapi seiring meningkatnya permintaan jagung tersebut tidak di imbangi dengan ketersediaan jagung sesuai dengan kebutuhan. Permasalahan eksternal yang sering dialami petani saat ini adalah kelangkaan pupuk yang terjadi mengakibatkan semakin mahalnya harga pupuk yang berdampak pada keresahan petani karena adanya keterbatasan modal yang dimiliki, sehingga petani tidak bisa menggunakan sarana produksi untuk usahataninya dengan baik dan maksimal. Selain dari adanya masalah kelangkaan pupuk yang terjadi, petani menyadari bahwa penggunaan pupuk kimia tidak dapat meningkatkan produktivitas tanah dengan baik, akibatnya produktivitas tanaman ikut menurun dan terjadinya pencemaran lingkungan. Sehingga dengan adanya permasalahan tersebut petani berupaya untuk meningkatkan penggunaan pupuk organik untuk menekan biaya yang dikeluarkan serta untuk menjaga kualitas lahan pertanian secara berkelanjutan, dengan harapan produktivitas tanaman meningkat dengan baik dan optimal. Tujuan dalam berusahatani selain untuk meningkatkan produktivitas tanaman atau peningkatan hasil panen, usahatani juga digunakan untuk meningkatkan pendapatan petani. Dalam kaitannya dengan permasalahan tersebut, petani cenderung lebih memilih membudidayakan tanaman yang dianggap dapat menguntungkan serta meningkatkan penghasilan dan lebih menghemat biaya usahatani melalui penggunaan pupuk organik. Pendapatan petani jagung dalam penelitian ini dapat diperoleh dari total penerimaan petani dari usahatani jagung dikurangi dengan total biaya yang xxx
dikeluarkan untuk usahatani jagung, dimana pendapatan petani akan meningkat apabila total biaya usahatani yang dikeluarkan lebih kecil dan total penerimaan yang dihasilkan lebih besar. Penerimaan dapat diperoleh dari harga jual dikalikan dengan total hasil panen, apabila total hasil panen tinggi dan harga jualnya tinggi maka penerimaan akan cenderung tinggi. Dalam penelitian ini, penerimaan dapat diperoleh apabila produktivitas tanah meningkat maka produktivitas tanaman akan meningkat dan hasil panen akan naik sehingga penerimaan dapat meningkat. Sedangkan biaya usahatani dapat diperoleh dari biaya tetap ditambah dengan biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani. Dalam penelitian ini, biaya usahatani yang menggunakan pupuk organik cenderung lebih rendah dibandingkan dengan biaya usahatani yang menggunakan pupuk non organik, hal tersebut dikarenakan pupuk organik mudah diperoleh dan harganya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan pupuk non organik. Untuk mengetahui perbedaan biaya dan pendapatan yang diperoleh petani pengguna pupuk organik dan pengguna pupuk non organik dapat dilihat dengan cara menggunakan uji beda dua rata-rata untuk menguji secara statistik apakah terdapat perbedaan yang nyata atau tidak tentang biaya dan pendapatan antara petani yang menggunakan pupuk organik dan petani yang menggunakan pupuk non organik. Dalam berusahatani terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung, yaitu produksi jagung, biaya benih, biaya tenaga kerja, biaya pupuk dan jenis pupuk yang digunakan dalam berusahatani. Faktor-faktor tersebut dapat dianalisis menggunakan analisis regresi fungsi pendapatan dengan dummy variabel. Adapun variabel dummy yang dimasukkan yaitu petani yang menggunakan pupuk organik dan petani yang tidak menggunakan pupuk organik. Sehingga dari analisis yang dilakukan akan diperoleh masukan untuk upaya peningkatan pendapatan petani jagung baik yang menggunakan pupuk organik maupun yang tidak menggunakan pupuk organik.
xxxi
3.2. Hipotesis Berdasarkan uraian tujuan dan kerangka pemikiran diatas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Biaya usahatani yang dikeluarkan pada usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik lebih rendah dibandingkan dengan yang menggunakan pupuk non organik. 2. Pendapatan petani jagung yang menggunakan pupuk organik lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan petani yang menggunakan pupuk non organik. 3. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada pendapatan petani jagung adalah jumlah produksi jagung, biaya pupuk, biaya benih, biaya tenaga kerja, harga jual produk dan jenis pupuk yang digunakan (organik atau non organik). a. Semakin banyak produksi jagung maka pendapatan petani akan semakin meningkat. b. Semakin tinggi biaya pupuk yang dikeluarkan maka pendapatan petani akan semakin menurun. c. Semakin tinggi biaya benih yang dikeluarkan maka pendapatan petani akan semakin menurun. d. Semakin tinggi biaya tenaga kerja yang dikeluarkan maka pendapatan petani akan semakin menurun. e. Pendapatan petani yang menggunakan pupuk organik lebih tinggi dibanding petani yang tidak menggunakan pupuk organik.
xxxii
3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1.
Penelitian dilakukan pada petani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan.
2.
Usahatani jagung dalam penelitian ini adalah usahatani jagung pada musim tanam 2010.
3.
Pupuk organik dalam penelitian ini adalah pupuk yang digunakan oleh petani murni dari bahan organik tanpa adanya campuran dari bahan kimia yang terdiri dari efektif mikroorganisme alami (EM yang dibuat dari rumen/kotoran kambing atau sapi), prebiotik (yang terbuat dari fermentasi telur ayam ditambah gula merah dan air kelapa) dan nutrisi tanaman (yang terbuat dari fermentasi sisa tanaman ditambah gula aren).
4.
Pupuk non organik dalam penelitian ini adalah pupuk yang digunakan oleh petani yang berasal dari bahan kimia seperti Urea, Za, Ponska.
5.
Luas areal tanam adalah luas sebidang tanah yang digunakan dalam usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik yang dapat diukur dengan menjumlahkan seluruh lahan yang digunakan untuk usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik.
6.
Biaya dalam penelitian ini adalah pengeluaran yang dikeluarkan untuk pembelian atau pembayaran peralatan yang digunakan dalam usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik yang dapat diukur dengan satuan rupiah (Rp).
7.
Biaya total adalah biaya yang diperoleh dengan menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel dari hasil usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik yang diukur dengan satuan rupiah (Rp/ha). Biaya total usahatani dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: TC = TFC + TVC Dimana : TC TFC
= Biaya total / Total Cost (Rp/ha) = Biaya tetap total / Fixed Cost (Rp/ha)
xxxiii
8.
TVC = Biaya variabel total / Variable Cost (Rp/ha) Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani yang besar kecilnya tidak tergantung dengan besar kecilnya output yang didapatkan oleh petani jagung yang menggunakan pupuk orgnanik dan pupuk non organik, yang diukur dengan satuan rupiah (Rp/ha).
9.
Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan non organik yang besar kecilnya dapat dipengaruhi oleh perolehan output yang didapatkan, biaya ini dapat diukur dengan satuan rupiah (Rp/ha).
10. Biaya benih adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli benih yang digunakan dalam usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik dibagi dengan jumlah benih yang digunakan dalam usahatani yang dapat diukur dengan satuan rupiah per kilo (Rp/Kg) 11. Biaya pupuk adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk membeli pupuk untuk usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik dibagi dengan jumlah pupuk yang digunakan dalam usahatani jagung yang dapat diukur dengan satuan rupiah per kilo (Rp/Kg) 12. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar tenaga kerja dalam usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik yang dapat diukur dengan satuan (HOK). 13. Produksi adalah keseluruhan hasil panen jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik dalam jangka waktu satu kali musim tanam pada setiap luasan lahan yang dipakai untuk usahatani jagung yang dapat diukur dalam satuan kilogram (Kg). 14. Harga jagung adalah harga jual yang diterima petani setiap menjual hasil panen jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik yang dapat diukur dengan satuan rupiah (Rp). 15. Penerimaan usahatani adalah jumlah total dari hasil panen usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik dikalikan dengan harga,
xxxiv
yang dapat diukur dengan satuan rupiah per hektar (Rp/ha). Penerimaan usahatani jagung dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: TR = Y. Py Dimana: TR = Penerimaan Total (Rp/ha) Y = Hasil Panen Jagung (Kg/ha) Py = Harga Jual Jagung (Rp) 16. Pendapatan petani adalah imbalan yang diterima oleh petani dari hasil kegiatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik yang diperoleh dari selisih total penerimaan dengan dengan total biaya dan dapat diukur dengan satuan rupiah per luas lahan (Rp/ha). Pendapatan usahatani jagung dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: = TR – TC Dimana : = Income / Pendapatan (keuntungan usahatani) (Rp/ha) TR = Total Revenue / Penerimaan Total (Rp/ha) TC = Total Cost / Biaya Total (Rp/ha) 17. Variabel Dummy dalam penelitian ini dapat diketahui dengan kriteria sebagai berikut: D=1 apabila petani menggunakan pupuk organik D=0 apabila petani tidak menggunakan pupuk organik
xxxv
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan secara purposive, dikarenakan daerah tersebut merupakan daerah dimana terdapat petani yang sedang mengembangkan penggunaan pupuk organik saja dan pupuk non organik saja dalam usahataninya. 4.2. Metode Penentuan Responden Metode penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan pada petani yang bertanam jagung di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan. Penentuan responden
dilakukan dengan menggunakan metode sensus, karena
menurut ketua kelompok tani di daerah penelitian, petani yang menanam jagung di Desa Surabayan hanya berjumlah 31 orang, yang terdiri dari 14 orang petani yang bertani jagung menggunakan pupuk organik saja dan 17 orang petani jagung yang menggunakan pupuk non organik saja. 4.3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga cara, yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. 1. Wawancara Metode ini digunakan untuk memperoleh data primer dari responden penelitian di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan. Wawancara dilakukan secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur (kuisioner) kepada responden yang meliputi data luas lahan, jumlah tenaga kerja, upah tenaga kerja, jumlah benih yang dipakai dalam usahatani, harga benih, jumlah pupuk yang dipakai, harga pupuk, hasil produksi jagung musim tanam tahun 2010, harga jual jagung, biaya variabel, biaya tetap, pendapatan serta mengenai keadaan umum petani jagung. Contoh kuisioner disajikan pada Lampiran 2. 2. Observasi Metode ini digunakan untuk memperoleh data primer yang sifatnya kualitatif untuk menjelaskan data primer yang dikumpulkan dengan wawancara. xxxvi
3. Dokumentasi Metode ini digunakan untuk memperoleh
data sekunder dengan cara
mengumpulkan data dari literatur (pustaka, internet, majalah, koran) ataupun instansi yang terkait dengan penelitian, yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Lamongan dan Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan. Data yang diambil dari Dinas Pertanian Kabupaten Lamongan adalah data petani jagung di Kabupaten Lamongan, dan data yang diambil dari Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan adalah gambaran umum Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan. 4.4. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tujuan 1: Menganalisis biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan non organik Metode analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan 1 adalah analisis uji beda dua rata-rata. Metode analisis tersebut digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan nyata secara statistik biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan pupuk non organik. Adapun langkah-langkah analisis statistik dengan menggunakan uji beda rata-rata adalah sebagai berikut: 1. Perumusan hipotesis statistik: Sebelum mencari thitung terlebih dahulu dilakukan uji F yang digunakan untuk mengetahui varian berbeda nyata atau tidak, dengan uji statistik sebagai berikut: H0 : µ 1 = µ 2 H1 : µ 1 µ 2 Dimana: µ1 µ2
= rata-rata biaya dan pendapatan usahatani yang dikeluarkan oleh petani jagung organik = rata-rata biaya dan pendapatan usahatani yang dikeluarkan oleh petani jagung non organik.
xxxvii
Rumus yang digunakan adalah: Fhitung = Kriteria pengujian sebagai berikut: 1. Apabila Fhitung > Ftabel 0,05 ((n1 – 1), (n2 – 1) maka terima H1 artinya variannya berbeda 2. Apabila Fhitung < Ftabel 0,05 ((n1 – 1), (n2 – 1) maka terima H0 artinya variannya sama Apabila variannya berbeda, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji t dengan rumus thitung sebagai berikut:
t hitung =
Apabila variannya sama, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji t dengan rumus thitung sebagai berikut:
t hitung =
Dimana:
S2 =
(n1 − 1)S1 2 + (n2 − 1)S 2 2 (n1 − 1) + (n2 − 1)
xxxviii
Dimana: S12 =
Nilai varian dari biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik
S22
= Nilai varian dari biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk non organik
Xi
= Contoh ke-i
X1
= Rata-rata biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik
X2
= Rata-rata biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk non organik
n1
= Jumlah sampel dari petani jagung yang menggunakan pupuk organik
n2
= Jumlah sampel dari petani jagung yang menggunakan pupuk non organik
Kriteria pengujian beda rata-rata adalah sebagai berikut: a. Apabila thitung
ttabel, maka tolak H0, dan terima H1 artinya bahwa biaya dan
pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik berbeda dengan biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk non organik. b. Apabila thitung
ttabel, maka terima H0 dan tolak H1 artinya tidak terdapat
perbedaan nyata dari biaya dan pendapatan usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik dan yang menggunakan pupuk non organik.
Tujuan 2 : Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan 2 adalah analisis regresi fungsi pendapatan dengan dummy variabel. Analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung baik yang menggunakan pupuk organik maupun yang tidak menggunakan pupuk organik. Model yang dipakai dalam regresi adalah sebagai berikut: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5D Dimana: Y = Pendapatan yang dihasilkan petani dari usahatani jagung (Rp/ha) X1 = Produksi jagung (Kg/ha) xxxix
X2 = Biaya benih (Rp/kg) X3 = Biaya tenaga kerja (Rp/ha) X4 = Biaya pupuk (Rp/kg) D = Dummy variabel pupuk D = 1, Bila petani menggunakan pupuk organik D = 0, Bila petani tidak menggunakan pupuk organik b0 = Intersep b
= Koefisien regresi dari X1, X2, X3, X4, D Pengujian model regresi diatas, dilakukan dengan Uji F (Fisher), Uji
Ketepatan Model (R2), Uji Multikolinieritas. Sedangkan untuk pengujian keberartian pengaruh masing-masing variabel dilakukan dengan Uji T.
1. Uji F (Fisher) Uji F (Fisher) digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat. Uji F dapat diuji dengan rumus:
!"
! # " $
Dimana : r2 = koefisien determinasi n = jumlah sampel k = derajat bebas pembilang n-k-1 = derajat bebas penyebut Kaidah pengujian: 1) Jika Fhitung > Ftabel maka tolak H0, artinya variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen 2) Jika Fhitung < Ftabel maka terima H0, artinya variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
2. Uji Ketepatan Model (R2) Uji ketepatan model ini dilakukan dengan melihat koefisien determinasi (R2), dimana R2 merupakan besaran yang dipakai untuk menunjukkan seberapa baik keseluruhan model regresi dalam menerapkan perubahan dalam nilai variabel terikat. Apabila R2 sebesar satu atau mendekati satu, maka regresi tersebut semakin baik xl
hasilnya, artinya bahwa variabel bebas dapat menerangkan perubahan dalam variabel terikat dengan baik. Sebaliknya bila nilai R2 suatu regresi semakin kecil atau semakin jauh dari satu, maka regresi tersebut semakin kurang baik hasilnya (tingkat kepercayaannya), artinya bahwa variabel bebas tidak dapat menerangkan perubahan variabel terikat.
3. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah adanya hubungan linier yang sempurna, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Uji tingkat derajat multikolinearitas yang terjadi digunakan untuk mencari ada tidaknya hubungan linier yang serius diantara semua variabel bebas (independent variable) yang dianalisis dalam model. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas, karena jika hal tersebut terjadi maka variabelvariabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas bernilai nol. Untuk mendeteksi apakah terjadi problem multikol dapat melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF).
4. Uji T Untuk menguji seberapa besar pengaruh dari masing-masing variabel independen dapat digunakan uji statistik thitung. Uji statistik hitungnya adalah sebagai berikut:
thitung = %
&'
() &'
%
(i = 1,2,……….., n )
Dimana: *
+, *
= koefisien regresi = standart error koefisien regresi.
Kaidah pengujian: a. Jika thitung > ttabel, maka tolak H0, artinya variabel independen (bebas) berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (terikat). Jika thitung < ttabel, maka terima H0, artinya variabel independen (bebas) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (terikat).
xli
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Kabupaten Lamongan memiliki ketinggian dari permukaan laut 25 m, suhu rata-rata 20 – 300 C serta luas wilayah 1.812,80 km2 dan memiliki letak 0
BT.
0
122 4' 41" dan 122 33'12"LS. Penelitian ini dilakukan di Desa Surabayan, berjarak pusat dengan Kabupaten Lamongan ± 8 km.
5.1.2. Luas dan Batas Wilayah Desa Surabayan merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan dengan luas wilayah ± 265,1 Ha. Jarak dengan Kecamatan Sukodadi adalah 4 km. Batas-batas wilayah Desa Surabayan adalah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Desa Sidogembul – Kecamatan Sukodadi
Sebelah Selatan
: Desa Tlogorejo – Kecamatan Sukodadi
Sebelah Timur
: Desa Sukoanyar – Kecamatan Turi
Sebelah Barat
: Desa Plumpang – Kecamatan Sukodadi
Peta lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1.
5.2. Keadaan Penduduk 5.2.1. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pada umumnya tiap-tiap penduduk memiliki perbedaan mata pencaharian antara satu dengan yang lainnya. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Surabayan Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan disajikan pada Tabel 1.
xlii
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian No
Keterangan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1.
Petani
750
45,63
2.
Buruh tani
110
6,70
3.
PNS
40
2,44
4.
Pedagang keliling
10
0,60
5.
Peternak
60
3,65
6.
Montir
6
0,37
8.
Pembantu rumah tangga
8
0,48
9.
TNI dan POLRI
6
0,37
11.
Karyawan swasta
50
3,04
12.
Sopir
10
0,60
13.
Tukang batu atau kayu
25
1,52
14.
Pelajar
450
27,37
15.
Tidak bekerja
80
4,86
1644
100
Jumlah total
Sumber : Monografi Desa Surabayan, 2010 Tabel 1 menunjukkan bahwa mata pencaharian Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan sebagian besar (45,63 %) adalah petani, sedangkan buruh tani (6,70 %), PNS (2,44 %), peternak (3,65 %), pengusaha kecil dan menengah (2,12 %), adapun jenis mata pencaharian terkecil adalah bidan dan perawat swasta dengan persentase sebesar 0,25 %. Banyaknya penduduk di Desa Surabayan yang berprofesi sebagai petani merupakan salah satu hal yang menandakan bahwa sebagian besar pendapatan penduduk di Desa Surabayan diperoleh dari hasil pertanian yang diusahakan. Selain petani, penduduk di Desa Surabayan yang melakukan usahatani jagung sebagian ada yang berprofesi sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan pengusaha kecil dan menengah sebagai pekerjaan sampingan mereka.
xliii
5.2.2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan hal dasar yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memudahkan dalam menerima informasi dan inovasi yang baru dengan baik. Distribusi jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Surabayan Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1.
TK
81
4,93
2.
SD
556
33,82
3.
SMP
345
20,98
4.
SMA
540
32,84
5.
Diploma
31
1,89
6.
Sarjana
43
2,62
7.
Belum sekolah
48
2,92
1644
100
Jumlah Sumber : Monografi Desa Surabayan, 2010
Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Surabayan sebagian besar (33,82 %.) adalah SD, selanjutnya adalah (32,84 %) adalah SMA, sedangkan (20,98 %) adalah SMP, dan jumlah terkecil tingkat pendidikan penduduk di Desa Surabayan (1, 89 %) adalah Diploma. Tingginya jumlah penduduk di Desa Surabayan yang memiliki tingkat pendidikan SD merupakan salah satu hal yang menyebabkan penduduk di Desa tersebut kurang dapat berkembang dengan informasi – informasi baru dari luar.
5.2.3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Desa Surabayan Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan disajikan pada Tabel 3.
xliv
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur No. 1. 2. 3. 4. 5.
Umur 0 – 12 bulan 1 – 7 tahun 8 – 18 tahun 19 – 56 tahun 56 tahun Jumna
Jumlah 65 181 285 863 250 1644
Persentase (%) 3, 96 11, 00 17, 34 52, 50 15, 20 100
Sumber : Monografi Desa Surabayan, 2010 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar umur penduduk Desa Surabayan adalah 19 – 56 tahun (52, 50 %), selanjutnya 8 – 18 tahun (17, 34%), 56 tahun (15, 20 %), dan 1 – 7 tahun (11, 00 %) serta 3, 96 % berumur 0 – 12 bulan. Banyaknya penduduk di Desa Surabayan yang berumur 19 – 56 tahun merupakan kondisi yang produktif bagi penduduk untuk melakukan pekerjaan yang menguntungkan.
5.3. Kondisi Sektor Pertanian 5.3.1. Sumber Irigasi Desa Surabayan memiliki sumber irigasi seperti yang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Sumber Irigasi yang Ada di Desa Surabayan No Uraian 1. Sungai
Keterangan Tidak ada
2.
Danau
Ada
3.
Mata Air
Ada
4.
Bendungan atau waduk
5.
Sumur
Tidak ada Ada
Sumber : Monografi Desa Surabayan, 2010 Tabel 4 menunjukkan adanya sumber air yang digunakan untuk irigasi di Desa Surabayan yaitu danau, mata air, dan sumur. Sebagian besar petani di Desa Surabayan melakukan irigasi dengan menggunakan diesel untuk mengairi lahan pertaniannya.
xlv
5.3.2. Hasil Tanaman Pangan Hasil tanaman pangan yang diusahakan di Desa Surabayan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Tanaman Pangan No
Jenis Palawija
Luas (Ha)
Ton/Ha
1.
Jagung
8,2
6
2.
Padi
10,4
5,5
3.
Kedelai
3,5
4
Sumber : Monografi Desa Surabayan, 2010 Tanaman pangan yang diusahakan di Desa Surabayan adalah jagung, padi, dan kedelai. Luas lahan yang paling besar dipakai adalah untuk usahatani padi, selanjutnya usahatani jagung, dan yang terkecil adalah kedelai.
5.4. Karakteristik Responden Keadaan sosial ekonomi petani dalam usahatani jagung merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap keputusan petani dalam melakukan usahatani. Oleh karena itu perlu diuraikan karakteristik sosoal ekonomi responden dalam penelitian ini. Keadaan soaial ekonomi meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, penguasaan asset dan pengalaman dalam berusahatani.
5.4.1. Umur Umur merupakan salah satu faktor penting untuk mengetahui tingkat produktif seseorang dalam melakukan usahatani. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur disajikan pada Tabel 6.
xlvi
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Petani Jagung Kelompok umur
Pengguna pupuk organik
Pengguna pupuk non organik
Jumlah
Persentase (%)
Jumlah
Persentase (%)
30 – 40
1
7,15
2
11,77
41 – 50
6
42,86
5
29,41
51 – 60
4
28,57
7
41,18
> 60
3
21,42
3
17,64
14
100
17
100
Jumlah
Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tergolong dalam kelompok umur 41 – 50 untuk pengguna pupuk organik, dan 51 – 60 untuk pengguna pupuk non organik. Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan distribusi penduduk menurut kelompok umur didaerah penelitian, dimana penduduk yang berumur 19 – 56 tahun sebesar 52, 50 % dan
56 tahun sebesar 15, 20 % (Tabel 3). Dengan
demikian sampel penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan dengan baik populasi yang diteliti.
5.4.2. Tingkat Pendidikan Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani jagung Tingkat pendidikan
Pengguna pupuk organik Jumlah Persentase (%)
Pengguna pupuk non organik Jumlah
Persentase (%)
Tamat SD atau Sederajat
3
21,43
6
35,30
Tamat SMP atau Sederajat
2
14,29
3
17,64
Tamat SMA atau Sederajat
6
42,85
6
35,30
Perguruan Tinggi
3
21,43
2
11,76
Jumlah
14
100
17
100
xlvii
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tergolong dalam tingkat pendidikan tamat SMA atau Sederajat baik pengguna pupuk organik maupun pengguna pupuk non organik (pengguna pupuk organik sebesar 42,85 % dan pengguna pupuk non organik sebesar 35,30 %). Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan didaerah penelitian, dimana penduduk yang berpendidikan SMA sebesar 32,84 % dan SD sebesar 33,82 % (Tabel 2). Dengan demikian sampel penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan dengan baik populasi yang diteliti.
5.4.3. Jumlah Tanggungan Keluarga Tanggungan keluarga yang dimiliki oleh petani merupakan suatu hal yang dijadikan petani sebagai acuan pengeluaran modal dalam hal berusahatani. Distribusi responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Petani jagung Anggota Keluarga
Pengguna pupuk organik
Pengguna pupuk non organik
Jumlah
Persentase (%)
Jumlah
Persentase (%)
1–3
2
14,29
2
11,77
4–6
7
50
12
70,58
7–9
5
35,71
2
11,77
> 9
0
0
1
5,88
Jumlah
14
100
17
100
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan keluarga 4 – 6 baik pengguna pupuk organik maupun pengguna pupuk non organik (pengguna pupuk organik sebesar 50 % dan pengguna pupuk non organik sebesar 70,58 %). Untuk menunjang perolehan produktivitas jagung pemenuhan tenaga kerja tidak hanya berasal dari keluarga.
xlviii
5.4.4. Kepemilikan Lahan Distribusi responden berdasarkan kepemilikan lahan disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Petani pengguna pupuk
Petani pengguna pupuk
organik
non organik
Kepemilikan lahan (ha) Jumlah
Persentase (%)
Jumlah
Persentase (%)
0,1 ha – 0,5 ha
8
57,14
9
52,94
0,6 ha – 1 ha
5
35,72
5
29,42
1 ha – 1, 5 ha
1
7,14
0
0
1,5 ha – 2 ha
0
0
2
11,76
2 ha
0
0
1
5,88
14
100
17
100
Jumlah
Tabel 9 menunjukkan bahwa kepemilikan lahan petani responden terbanyak dengan luas lahan 0,1 ha – 0, 5 ha baik pengguna pupuk organik maupun pengguna pupuk non organik. Hal tersebut menggambarkan tingkat kesejahteraan petani responden. Data diatas dapat dinyatakan bahwa kesejahtraan petani tergolong tinggi.
5.4.5. Kepemilikan Rumah Distribusi responden berdasarkan kepemilikan dan kondisi fisik rumah disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Rumah Petani pengguna pupuk
Petani pengguna pupuk non
organik
organik
Kepemilikan Rumah Milik sendiri Bukan milik sendiri Jumna
jumlah
Persentase (%)
jumlah
Persentase (%)
11
78,57
15
88,24
3
21,43
2
11,76
14
100
17
100
xlix
Tabel 10 menunjukkan bahwa rumah yang ditempati responden rata-rata milik sendiri dengan persentase sebesar 78,57 % petani pengguna pupuk organik dan 88,24 % petani pengguna pupuk non organik. Hal itu berarti petani responden didaerah penelitian tergolong berkecukupan dari segi ekonomi.
5.4.6. Kondisi Fisik Rumah Distribusi responden berdasarkan kondisi fisik rumah disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Fisik Rumah Petani Pengguna pupuk
Petani Pengguna pupuk non
organik
organik
Kondisi Fisik Rumah Tembok Bukan Tembok Jumna
Jumlah
Persentase (%)
Jumlah
Persentase (%)
12
85,72
17
100
2
14,28
0
-
14
100
17
100
Tabel 11 menunjukkan bahwa kondisi fisik rumah yang ditempati responden berupa tembok dengan persentase sebesar 85,72 % yang dimiliki petani pengguna pupuk organik, sedangkan 100% yang dimiliki petani pengguna pupuk non organik. Hal itu berarti petani responden didaerah penelitian tergolong berkecukupan dari segi ekonomi.
5.4.7. Kepemilikan Alat Komunikasi dan Informasi Distribusi responden berdasarkan kepemilikan alat komunikasi disajikan pada Tabel 12.
l
Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Alat Komunikasi dan Informasi Kepemilikan Alat
Petani Pengguna Pupuk
Petani Pengguna Pupuk Non
Komunikasi dan
Organik
Organik
Informasi
Jumlah
Persentase (%)
Jumlah
Persentase (%)
14
100
16
94,11
Telepon
1
71,42
3
17,64
Televisi
14
100
17
100
8
57,14
7
41,17
Handphone
Radio
Tabel 12 menunjukkan bahwa semua responden baik petani pengguna pupuk organik maupun petani pengguna pupuk non organik memiliki televisi, dan hanya satu responden dari petani pengguna pupuk non organik yang tidak memiliki handphone, sedangkan separuh lebih petani responden yang memiliki radio. Hal itu berarti petani responden didaerah penelitian tergolong berkecukupan dari segi ekonomi.
5.4.8. Kepemilikan Alat Transportasi Distribusi responden berdasarkan kepemilikan alat trasportasi disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Alat Transportasi Kepemilikan
Petani Pengguna Pupuk
Petani Pengguna Pupuk Non
Alat
Organik
Organik
Transportasi Mobil Sepeda Motor Sepeda
Jumlah
Persentase (%)
Jumlah
Persentase (%)
2
14,28
5
29,41
13
92,28
15
88,23
6
42,85
9
52,94
Tabel 13 menunjukkan bahwa semua responden baik petani pengguna pupuk organik maupun petani pengguna pupuk non organik rata-rata memiliki sepeda motor dengan persentase sebesar 92,28 % yang dimiliki pengguna pupuk organik dan 88,23 % yang dimiliki pengguna pupuk non organik. Sedangkan kepemilikan mobil
li
petani responden relatif sedikit, dan rata-rata separuh persen kepemilikan sepeda petani responden. Hal itu berarti petani responden didaerah penelitian tergolong berkecukupan dari segi ekonomi.
5.4.5. Pengalaman Usahatani Pengalaman dalam berusahatani merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki oleh seorang petani yang nantinya akan digunakan sebagai dasar pengetahuan dalam berusahatani. Semakin lama pengalaman petani dalam berusahatani maka semakin banyak pengetahuan yang didapat dalam berusahatani. Distribusi pengalaman petani dalam hal berusatani disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Petani jagung Pengalaman (tahun)
Pengguna pupuk organik
Pengguna pupuk non organik
Jumlah
Persentase (%)
Jumlah
Persentase (%)
1–5
4
28,57
5
29,41
6 – 10
3
21,43
7
41,18
> 10
7
50
5
29,41
14
100
17
100
Jumna
Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar pengalaman usahatani petani jagung pengguna pupuk organik > 10 tahun, sedangkan pengguna pupuk non organik sebagian besar adalah 6 – 10 tahun. Hal ini berarti petani jagung pengguna pupuk organik
rata – rata memiliki pengalaman dalam berusahatani lebih lama
dibanding petani jagung pengguna pupuk non organik.
5.5. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Jagung Hasil analisis biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani jagung petani yang menggunakan pupuk organik dan non organik di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan disajikan pada Tabel 15.
lii
Tabel 15. Rata – Rata Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Jagung Petani Pengguna Pupuk Organik dan Non Organik Per Hektar Pada Musim Tanam 2010 di Desa Surabayan Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan Uraian
1. Penerimaan (Rp/ha)
Petani
Petani Pengguna
Uji Beda
Pengguna
Pupuk Non
Dua Rata –
Pupuk Organik
Organik
Rata
Nilai (Rp)
Nilai (Rp)
Probability
11.903.878
11.459.274
-
Produksi (Kg/ha)
4.409
4.245
-
Harga (Rp)
2.700
2.700
2.656.720
4.605.786
602.038
802.569
- Pajak (Rp/ha)
200.000
200.000
- Penyusutan alat (Rp/ha)
402.038
602.569
2.054.682
3.803.217
397.102
657.924
1.131.089
1.347.225
490.778
1.500.721
- Irigasi (Rp/ha)
35.715
297.348
3. Pendapatan (Rp/ha)
9.247.158
6.853.488
2. Biaya total usahatani jagung (Rp/ha) a. Biaya tetap (Rp/ha)
b. Biaya variabel (Rp/ha) - Biaya benih (Rp/ha) - Biaya tenaga kerja (Rp/ha) - Biaya pupuk dan pestisida (Rp/ha)
0,595
0,000
0,011
Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa rata – rata pendapatan yang diperoleh dari hasil usahatani jagung petani pengguna pupuk organik lebih besar dibanding dengan pengguna pupuk non organik, dimana pendapatan rata – rata petani jagung pengguna pupuk organik sebesar Rp. 9.247.158, sedangkan pendapatan rata – rata petani jagung pengguna pupuk non organik sebesar
Rp. 6.853.488.
Perbedaan ini secara statistik nyata dengan probabilitas 0.011, artinya kemungkinan salah sebesar 0.011 (= 1,1 %). Perbedaan pendapatan tersebut sebanyak Rp. 2.393.670 atau (25,88 %). Hal itu dikarenakan biaya total petani pengguna pupuk non
liii
organik jauh lebih besar dibanding petani pengguna pupuk organik. Tingginya biaya usahatani jagung petani yang menggunakan pupuk non organik dikarenakan: a. Penyusutan alat pertanian Nilai penyusutan alat pertanian petani jagung pengguna pupuk non organik lebih besar 33,27 % dibanding dengan nilai penyusutan alat pertanian petani jagung pengguna pupuk organik. Hal itu dikarenakan petani jagung pengguna pupuk non organik lebih banyak memiliki alat pertanian yang digunakan dalam usahatani dibandingkan dengan petani jagung pengguna pupuk organik. Alat – alat pertanian yang digunakan adalah traktor, sapi, cangkul, diesel, selang, handsprayer, ember dan sabit. Petani jagung pengguna pupuk non organik rata – rata mengolah tanah dengan alat pertanian seperti traktor dengan harga sewa perhari sebesar
Rp.
500.000. Lahan pertanian non organik yang memiliki luas lahan yang lebih besar (1 ha – 2 ha) memerlukan pengolahan lahan yang lebih lama atau lebih dari satu hari, sehingga lebih banyak mengeluarkan biaya sewa untuk penggunaan alat pertanian seperti traktor. Namun ada sebagian kecil dari petani pengguna pupuk non organik yang juga menggunakan ternak yang dimiliki untuk membantu mengolah lahan pertaniannya, akan tetapi penggunaan ternak untuk pengolahan lahan non organik cenderung lebih lama dan kurang efektif karena lahan non organik cenderung memiliki tekstur tanah yang lebih keras. Selain itu petani yang menggunakan pupuk non organik juga lebih banyak menggunakan alat petanian seperti diesel untuk membantu mengairi lahan pertaniannya. Di daerah penelitian, umumnya petani jagung pengguna pupuk organik rata – rata mengolah lahan pertaniannya dengan memanfaatkan ternak yang dimiliki seperti sapi atau kerbau, namun ada juga sebagian kecil petani organik yang menggunakan traktor, selain itu petani jagung pengguna pupuk organik juga lebih sedikit yang memakai diesel untuk mengairi lahan pertaniannya. b. Biaya benih Biaya benih yang dikeluarkan petani jagung pengguna pupuk non organik lebih besar 39,64 % dibanding biaya benih yang dikeluarkan petani jagung liv
pengguna pupuk organik. Hal itu dikarenakan terdapat perbedaan jenis benih yang dipakai dalam usahatani. Umumnya petani jagung pengguna pupuk organik rata – rata menggunakan benih BISI 2 dengan harga Rp. 36.000, sedangkan petani jagung pengguna pupuk non organik rata - rata menggunakan benih P21 dengan harga Rp. 60.000. Petani jagung pengguna pupuk organik cenderung lebih banyak memilih benih BISI 2 dikarenakan harganya yang cenderung lebih murah BISI 2 juga mampu mengikat air lebih lama, sedangkan petani pengguna pupuk non organik cenderung lebih banyak memilih benih P21 dikarenakan benih tersebut memiliki sedikit keunggulan dibanding dengan BISI 2 yaitu tanaman cenderung memiliki akar yang lebih kuat sehingga tanaman tetap tegak jika terkena angin serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Selain itu pocelan P21 lebih mudah, sehingga mempermudah ketika panen. c. Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani jagung pengguna pupuk non organik lebih besar 16,04 % dibanding biaya tenaga kerja petani pengguna pupuk organik. Hal ini dikarenakan usahatani jagung yang menggunakan pupuk non organik memerlukan perawatan yang lebih intensif dalam hal budidaya khususnya pengendalian hama dan penyakit tanaman. Sehingga dibutuhkan tenaga kerja lebih banyak untuk usahatani jagung yang menggunakan pupuk non organik dibanding usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik. Adapun rata – rata tenaga kerja yang bekerja dalam usahatani jagung pengguna pupuk non organik adalah 31 orang dengan rata - rata jumlah hari 20 hari sedangkan petani pengguna pupuk organik 27 orang dengan rata – rata jumlah hari 15 hari. Tenaga kerja yang bekerja dalam bidang pengolahan tanah pengguna pupuk non organik rata-rata 6 orang dengan rata-rata jumlah hari 4 hari, yang bekerja dalam bidang penanaman 14 orang dengan rata-rata jumlah hari 3 hari, yang bekerja dalam bidang pemupukan rata-rata 8 orang dengan jumlah hari 10 hari, yang bekerja dalam bidang panen 6 orang dengan rata-rata jumlah hari 4 hari. Tenaga kerja yang bekerja dalam bidang pengolahan tanah pengguna pupuk organik 4 orang dengan rata-rata jumlah hari 3 hari, yang bekerja dalam penanaman 13 orang dengan rata-rata jumlah hari 4 hari, yang bekerja dalam lv
bidang pemupukan 6 orang dengan rata-rata jumlah hari 6 hari, yang bekerja dalam bidang panen 5 orang dengan rata-rata jumlah dengan jumlah hari 4 hari. Petani pengguna pupuk non organik lebih memerlukan tenaga kerja dalam
bidang
perawatan
tanaman
dan
penyemprotan
seperti
pemupukan
menggunakan pestisida. Pemupukan dilakukan lebih dari 8 - 10 kali dalam sekali musim tanam sebelum tanam dan ketika pertumbuhan masa buah serta dilakukan penyiangan tanaman seperti pembuangan daun yang terkena hama. Sedangkan petani pengguna pupuk organik memerlukan lebih banyak tenaga kerja yang bekerja didalam pengolahan tanah dan panen, hal itu disebabkan petani jagung pengguna pupuk organik banyak yang mengolah lahannya dengan menggunakan cangkul. Petani pengguna pupuk organik dilakukan perawatan seperti pemupukan 4 – 5 kali dalam satu kali musim tanam yaitu pada masa pra pertumbuhan, masa pertumbuhan, masa hamil, dan masa buah. Sedangkan pada masa panen dibutuhkan tenaga kerja yang bekerja untuk menebang tanaman serta pemocelan buah yang lebih banyak atau lebih dari satu orang. d. Biaya pupuk Biaya pupuk yang dikeluarkan petani jagung pengguna pupuk non organik lebih besar 67,29 % dari biaya pupuk yang dikeluarkan petani jagung pengguna pupuk organik. Hal itu dikarenakan harga beli pupuk non organik cenderung lebih mahal dibandingkan dengan harga beli pupuk organik. Adapun jenis – jenis pupuk non organik yang digunakan dalam usahatani jagung adalah Urea dengan harga Rp. 1.700 perkilogram, Ponska dengan harga Rp. 2.400 perkilogram, Za dengan harga Rp. 1.500 perkilogram serta pestisida dengan harga perbotol Rp. 50.000. Jumlah pemakaian pupuk urea per hektar rata – rata adalah 245,467 kg, jumlah pemakaian ponska per hektar
rata – rata adalah 212,399 kg, jumlah
pemakaian Za per hektar rata – rata adalah 13,599 kg, serta jumlah pemakaian pestisida perhektar rata – rata adalah 10,17 botol. Sedangkan jenis – jenis pupuk yang dipakai dalam usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik adalah mikroba 4 dengan harga Rp. 25.000/2kw, prebiotik dengan harga Rp. 10.000 per botol, serta nutrisi tanaman dengan harga Rp. 15.000 per botol. Jumlah pemakaian mikroba 4 lvi
perhektar rata-rata adalah 1113.8 kg, jumlah pemakaian prebiotik perhektar adalah 5 botol, sedangkan jumlah pemakaian nutrisi tanaman perhektar adalah 3, 5 botol. e. Irigasi Biaya irigasi yang dikeluarkan petani jagung pengguna pupuk non organik lebih tinggi 87,98 % dari petani jagung pengguna pupuk organik, hal itu disebabkan sebagian besar petani jagung pengguna pupuk non organik banyak yang menggunakan irigasi untuk mengairi lahannya, karena lahan pertanian pengguna pupuk non organik cenderung lebih keras dan kering sehingga membutuhkan lebih banyak air untuk mengairi lahannya. Sedangkan petani jagung pengguna pupuk organik umumnya lebih sedikit yang menggunakan irigasi dalam melakukan usahataninya, karena petani pengguna pupuk organik cenderung memanfaatkan air hujan untuk mengairi lahan usahataninya, selain itu petani jagung pengguna pupuk organik tanahnya lebih subur. Penerimaan yang dihasilkan petani jagung pengguna pupuk organik lebih besar 3,73 % dari petani jagung pengguna pupuk non organik. Dengan probabilitas sebesar 0.595, artinya kemungkinan salah sebesar 0.595 yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan nyata secara statistika antara penerimaan petani jagung pengguna pupuk organik dan penerimaan petani jagung pengguna pupuk non organik, dimana rata – rata produksi yang dihasilkan petani jagung pengguna pupuk organik adalah 4.409 kg, sedangkan petani jagung pengguna pupuk non organik adalah 4.245 kg. Hal itu dikarenakan tanaman jagung yang menggunakan pupuk organik menghasilkan buah yang lebih banyak dibandingkan tanaman jagung yang menggunakan pupuk non organik, selain itu buah yang dihasilkan dari pengguna pupuk organik memiliki bobot yang lebih tinggi, karena buahnya lebih berisi dan memiliki tekstur yang lebih padat serta berwarna kuning kemerahan dan mengkilat. Sedangkan tanaman jagung yang menggunakan pupuk non organik menghasilkan buah atau tongkol jagung yang kurang berisi atau gembos serta buah berwarna kuning matang dan sedikit kemerahan. Dalam hal ini, harga jual jagung yang menggunakan pupuk organik dan non organik memiliki harga jual yang sama yaitu Rp. 2.700. Persamaan harga lvii
jual yang diperoleh petani jagung pengguna pupuk organik dan pengguna pupuk non organik adalah karena komoditas jagung tersebut dipasarkan oleh konsumen yang sama, yaitu kepada tengkulak yang langsung memborong hasil panen tanpa membandingkan jenis jagung dari petani yang menggunakan pupuk organik maupun yang menggunakan pupuk non organik.
5.6. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Hasil analisis regresi variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan usahatani jagung disajikan pada Tabel 16. Tabel 12. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Variabel
Koefisien regresi
Probability
VIF
Konstanta
- 1,751
0,036
Produksi (Kg/ha)
2744,798**
0,000
1,155
Biaya Benih (Rp/ha)
0,035 tn
0,956
3,225
Biaya Tenaga Kerja (Rp/ha)
- 0,788 **
0,000
1,262
Biaya Pupuk (Rp/ha)
- 1,337 **
0,000
6,527
Dummy
430046,020 *
0,227
8,794
F hitung
410,176 **
R2
0, 988
Keterangan : Keterangan : Variabel dependen : Pendapatan (Rp) ** nyata pada = 0,01 * nyata pada = 0,25 tn = tidak nyata F tabel (0,01) = 4,64 T tabel (0,01) = 2,77871 T tabel (0,25) = 0,68404 Dari Tabel 16 dapat ditarik kesimpulan bahwa model regresi yang dipakai sudah cukup memadai. Hal ini tampak dari hasil uji model dengan melihat Uji F, Uji R2, dan Uji multikolinieritas seperti yang disajikan berikut: lviii
1. Uji F Berdasarkan analisis keragaman diperoleh nilai F hitung sebesar 410,176 dengan probabilitas sebesar 0,000 dan F tabel sebesar 4,64. Oleh karena F hitung lebih besar dari F tabel dan nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka terima H1 dan tolak H0, artinya semua variabel (X) yaitu produksi jagung, biaya bibit, biaya tenaga kerja, biaya pupuk dan dummy berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan (Y) dan model tersebut dapat diterima sebagai penduga yang baik dan layak digunakan.
2. Uji R2 Dari Tabel 16 diperoleh R2 sebesar 0,988 yang berarti bahwa variabel produksi jagung, biaya benih, biaya tenaga kerja, biaya pupuk serta dummy secara bersama-sama mampu menjelaskan keragaman variabel pendapatan sebesar
98,8
%, sedangkan sisanya 1,2 % dijelaskan dalam faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model.
3. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas merupakan uji yang digunakan untuk mencari ada tidaknya hubungan linier yang serius diantara semua variabel bebas yang dianalisis dalam model. Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa variabel produksi jagung memiliki hasil VIF sebesar (1,155), biaya benih sebesar (3,225) , biaya tenaga kerja sebesar (1,262) , biaya pupuk sebesar (6,527) dan dummy sebesar (8,794). Jika hasil VIF lebih dari 10 maka terjadi persoalan multikolinieritas, begitu sebaliknya jika hasil VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi persoalan multikolinieritas. karena hasil VIF pada hasil uji multikolinieritas diatas tidak lebih dari 10, maka tidak terjadi persolan dalam multikolinieritas. Dari ketiga uji model yang dilakukan diatas dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai sudah baik. Selanjutnya untuk melihat keberartian pengaruh masing-masing variabel dilakukan Uji T pada masing-masing koefisien regresinya.
lix
1. Produksi Produksi jagung/ha dalam analisis ini berpengaruh nyata terhadap pendapatan/ha dengan probabilitas sebesar 0,000. Artinya koefisien regresi yang diperoleh nyata pada
= 0.000. Nilai koefisien regresi produksi/ha sebesar 2744,798
menunjukkan bahwa setiap peningkatan produksi sebesar 1 kilogram/ha akan dapat menaikkan pendapatan petani jagung sebesar Rp. 2744,798/ha. Ini berarti bahwa didaerah penelitian peningkatan produksi/ha mengakibatkan peningkatan pendapatan/ha, hal itu dikarenakan didaerah penelitian hasil produksi jagung secara keseluruhan dijual dan tidak ada yang dikonsumsi sendiri. 2. Biaya benih Biaya benih/ha dalam analisis ini tidak tampak pengaruhnya pada pendapatan/ha. Hal ini dikarenakan rata-rata penggunaan benih/ha didaerah penelitian hampir sama, dengan dosis anjuran PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) sebesar 10 kg/ha, sedangkan penggunaan benih/ha petani jagung rata-rata sebesar 11.18 kg/ha. Karena penggunaan benih dari responden tidak bervariasi, akibatnya analisis ini tidak dapat menunjukkan pengaruhnya terhadap pendapatan petani/ha. 3. Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja dalam analisis ini berpengaruh nyata terhadap pendapatan/ha dengan probabilitas sebesar 0,000. Artinya koefisien regresi yang diperoleh nyata pada
= 0.000. Nilai koefisien regresi biaya tenaga kerja sebesar – 0,788
menunjukkan bahwa setiap peningkatan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 1/ha akan menurunkan pendapatan sebesar Rp. 0,788/ha. Penggunaan tenaga kerja dalam penelitian ini rata-rata 28,94 HOK. Hal itu berarti penggunaan tenaga kerja/ha sudah tinggi, sedangkan pada umumnya rata-rata penggunaan tenaga kerja sebesar 25 HOK per hektar. Artinya, apabila ditambah tenaga kerja maka pendapatan/ha akan semakin menurun. 4. Biaya pupuk Biaya pupuk dalam analisis ini berpengaruh nyata terhadap pendapatan/ha, dengan probabilitas sebesar 0,000. Artinya koefisien regresi yang diperoleh nyata pada
= 0.000. Nilai koefisien regresi sebesar – 1,337 menunjukkan bahwa setiap lx
peningkatan biaya pupuk sebesar Rp. 1/ha akan dapat menurunkan pendapatan sebesar Rp. 1,337/ha. Biaya penggunaan pupuk dalam penelitian ini rata-rata Rp. 1.044.618/ha. Hal itu berarti penggunaan biaya pupuk didaerah penelitian sudah tinggi. Artinya, semakin banyak pupuk yang digunakan maka pendapatan/ha akan semakin menurun. 5. Dummy Nilai koefisien dummy untuk jenis pupuk menunjukkan perbedaan fungsi pendapatan/ha dari usahatani jagung petani yang menggunakan pupuk organik dan petani yang tidak menggunakan pupuk organik. Koefisien tersebut nyata secara statistika pada
= 0,227. Dengan demikian berarti bahwa fungsi
pendapatan petani jagung yang menggunakan pupuk organik lebih besar dibanding petani jagung yang tidak menggunakan pupuk organik.
lxi
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penggunaan pupuk organik dalam usahatani jagung didaerah penelitian dapat meningkatkan pendapatan usahataninya. Pendapatan/ha petani jagung pengguna pupuk organik lebih tinggi dibanding yang tidak menggunakan pupuk organik, karena biaya total yang dikeluarkan petani pengguna pupuk organik lebih rendah. Pendapatan petani pengguna pupuk organik sebesar Rp. 9.247.158, sedangkan petani yang tidak menggunakan pupuk organik sebesar Rp. 6.853.488. Biaya total yang dikeluarkan petani pengguna pupuk organik sebesar Rp. 2.656.720 dan petani yang tidak menggunakan sebesar Rp. 4.605.786. 2. Faktor – faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan/ha di daerah penelitian adalah produksi jagung/ha, biaya tenaga kerja/ha, biaya pupuk/ha, dan jenis pupuk yang digunakan. Peningkatan produktivitas jagung/ha sangat berpengaruh pada pendapatan usahatani karena semua produksi yang dihasilkan dijual kekonsumen. Rata-rata produksi yang diperoleh petani jagung didaerah penelitian sebesar 4.319 kg. Penggunaan tenaga kerja dan pupuk berpengaruh pada pendapatan usahatani dikarenakan jumlah penggunaannya sudah tinggi, dimana rata-rata penggunaan tenaga kerja/ha petani jagung adalah 28,94 HOK, sedangkan rata-rata penggunaan biaya pupuk adalah Rp. 1.044.618/ha. Variabel jenis pupuk yang dilihat dengan variabel dummy menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik didaerah penelitian dapat meningkatkan pendapatan usahatani jagung, walaupun belum nyata meningkatkan produksi, namun dapat menekan biaya produksinya.
lxii
Pengaruh variabel biaya penggunaan benih dalam analisis ini belum dapat disimpulkan karena rata-rata penggunaan benih/ha antar responden sangat kecil variasinya (rata-rata 11,18 kg/ha).
6.2. Saran Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut : 1. Agar dapat meningkatkan pendapatan, perlu peningkatan penggunaan pupuk organik, sehingga struktur tanahnya menjadi lebih baik, dengan demikian produksi/ha dapat meningkat, yang pada gilirannya juga akan meningkatkan pendapatan usahataninya. 2. Produktivitas tenaga kerja perlu ditingkatkan dengan cara meningkatkan penyuluhan tentang budidaya jagung yang baik, sehingga tenaga kerja menjadi lebih terampil dalam berusahatani, dengan demikian produksi akan meningkat dan pendapatan juga meningkat. 3. Diperlukan penelitian lebih lanjut yang lebih luas sehingga bisa menyimpulkan pengaruh penggunaan benih terhadap pendapatan usahatani, karena secara teoritis penggunaan benih berpengaruh nyata terhadap produksi, yang pada gilirannya akan berpengaruh pula pada pendapatan.
lxiii
DAFTAR PUSTAKA Antara. 2002. Sejarah Pertanian Organik di Indonesia. Available at http:// www.Geocities.com. (verified 20 Desember 2010) Atmojo. 2003. Peranan bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Candrawardhana. 2010. Manfaat Pupuk Organik Untuk Lahan Pertanian. Available at http://kpa.or.id. (verified 20 Desember 2010) Firdaus.
2009. Dampak Penggunaan Pupuk Anorganik. http://www.warintek.go.id/. (verified 20 Desember 2010)
Available
at
Hermawati. 2006. Studi penggunaan Pupuk Organik Pada Kelompok Tani Musyawarah Tani I di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumuaji Kota Batu. Skripsi. FP-UB. Malang Istiyastuti dan Yanuharso. 1996. Hama Penyakit Tanaman Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta. Kuncoro. 2006. Budidaya dan Pemeliharaan Tanaman Jagung. Availabel at http://nusataniterpadu.wordpress.com. (verivied 3 Januari 2011) Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta Rifa’i, B. 1993. Usahatani di Indonesia. Krisnadi. Jakarta. Riskiadi, A. 2005. Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Dengan Usahatani Sistem Pertanian Organik (Studi Kasus Pada Petani Buncis R.W. 13 Desa Sukopuro Kecamatan Jabung Kabupaten Malang). Skripsi. FP-UB. Malang. Saikhurrozi. 2003. Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Bawang Merah Melalui Usahatani Sistem Pertanian semi organik (Studi Kasus di Desa Sajen Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto). Skripsi. FP-UB. Malang. Seponada. 2010. Distribusi Pupuk Kimia Terhambat. Available at http://regional1.kompas.com (veirified 3 Januari 2011) Soekartawi. 1995. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pembangunan Petani Kecil. UI Press. Jakarta. Sugito, Yogi., Yulia Nuraini dan Ellis Nihayati. 1995. Sistem Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. lxiv
Sumodiningrat, G. 1995. Ekonometrika Dasar. BPFE. Yogyakarta. Warisno, 1998. Budidaya Jagung Hibrida. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Zubachtirodin. 2009. Wilayah Produksi dan Pengembangan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
lxv
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian
LOKASI PENELITIAN
lxvi
Lampiran 2. Kuisioner Responden
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS KUESIONER PENELITIAN UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan)
ENUMERATOR NIM
: DIAH AWALIA R. : 0710443015
Tanggal : No. kuisioner : Desa :
lxvii
A. DATA RESPONDEN (PETANI) a) Identitas Responden 1. Nama
: .................................................................
2. Alamat
: ...................................................................
3. Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
4. Umur
: ............tahun
5. Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/S1/Lain-lain....................... 6. Status Perkawinan
: Belum kawin/Sudah kawin/Janda/Duda
7. Jumlah Keluarga
: ............orang
8. Telepon
:…………………………………
9. Pekerjaan Utama
: ..................................................
10. Pekerjaan Sampingan : ................................................... 11. Lama Usaha
: …………………………………
12. Pendapatan setiap bulan : ……………………………… Keterangan: Lingkari yang perlu
B. LAHAN a) Jenis Lahan : Lahan Sawah / Lahan Tegalan b) Status Lahan : Lahan sendiri / Sewa c) Luas Lahan : …………….. ha d) Jika lahan milik sendiri, berapa biaya pajak lahan tersebut?................. e) Jika lahan merupakan lahan sewa berapa harga sewa lahan per tahun?........ C. USAHATANI JAGUNG 1. Jenis pupuk yang digunakan dalam usahatani jagung? a. pupuk organik b. pupuk non organik 2. Luas Lahan yang dimiliki dalam usahatani jagung?............................................. ha D. KEPEMILIKAN MODAL a) Modal yang diperlukan dalam usahatani jagung : Rp………… b) Asal modal : - Modal sendiri: Rp…………………………=………………% - Pinjaman: Rp……………………………...=………………%
lxviii
E. BIAYA USAHATANI JAGUNG 1. Biaya bibit dan pupuk No. Keterangan Jumlah (kg, lt)
1.
Bibit: a. Jenis Bibit:
2.
Pupuk : a. Jenis Pupuk Organik?
Harga (Rp/
Biaya (Rp)
kg,lt)
b. Jenis Pupuk non Organik
F. PERALATAN PRODUKSI No Harga Jenis Alat Jumlah . (Rp) 1. Traktor 2. Cangkul 3. Sekop 4. Gembor 5. Sabit 6. Ember 7. Karung 8. Selang 9. Diesel 10.
Sewa (Rp)
lxix
Nilai awal
Nilai akhir
Umur teknis (thn)
Nilai (Rp/Ha/Thn)
Jumlah
G. PENGGUNAAN TENAGA KERJA
Dari Luar Keluarga
Dari Keluarga Keterangan
Jumla
Jam
h hari
hari
Tenaga
Upah
kerja
kerja
Kerja
(Rp/Org)
Jumlah
P
W
hari kerja
Ju Tenaga
Upah
mla
Kerja
(Rp/org)
h
P
Persiapan lahan : a. Pengolahan lahan b. Pemupukan dasar Penanaman Pemeliharaan: a. Penyulama n b. Pemberian air c. Pemeliharaan saluran d. Pemupukan e. Pembumbun an f.
Jumlah
Jam hari kerja
Penyiangan
lxx
W
Panen dan pasca panen
H. PRODUKSI JAGUNG Produksi Jagung Harga Total Penerimaan
Pengguna pupuk organik Kw Rp. /Kg Rp.
Pengguna pupuk non organik Kw Rp. /Kg Rp.
I. Pertanyaan Umum 1. Berapa lama Anda melakukan usahatani jagung? a. 1-5 tahun b. 6-10 tahun c. > 10 tahun 2. Pada bulan dan musim apa menanam jagung di tahun 2010? 3. Berapa kali menanam jagung pada tahun 2010? 4. Berapa kali panen jagung pada tahun 2010? 5. Bagaimana pola tanam jagung tahun 2010? 6. Apakah Anda menggunakan pupuk organik? 7. Sejak kapan anda beralih ke penggunaan pupuk organik? 8. Alasan Anda beralih ke pupuk organik? 9. Dari mana Anda memperoleh pupuk organik? 10. Menurut Anda apa manfaat dari penggunaan pupuk organik dalam usahatani?
11. Menurut Anda, apa perbedaan dari penggunaan pupuk non organik (kimia) dengan pupuk organik?
12. Berapa rata-rata hasil produksi jagung yang dihasilkan sebelum menggunakan pupuk organik?
lxxi
13. Berapa rata-rata hasil produksi yang dihasilkan pada usahatani jagung yang menggunakan pupuk organik? 14. Berapa jumlah produksi yang dihasilkan pada usahatani jagung yang menggunakan pupuk non organik? 15. Darimana sumber air tanaman jagung yang menggunakan pupuk organik? 16. Darimana sumber air tanaman jagung yang menggunakan pupuk non organik? 17. Bagaimana kebutuhan air untuk tanaman jagung yang menggunakan pupuk organik?
18. Bagaimana kebutuhan air untuk tanaman jagung yang menggunakan pupuk non organik? 19. Dimanakah letak lahan untuk menanam jagung yang menggunakan pupuk organik? 20. Dimanakan letak lahan untuk menanam jagung menggunakan pupuk non organik? 21. Bagaimana sistem budidaya jagung organik? 22. Bagaimana sistem budidaya jagung non organik? 23. Berapa biaya keseluruhan yang dikeluarkan dalam usahatani pengguna pupuk organik? 24. Berapa biaya keseluruhan yang dikeluarkan dalam usahatani pengguna pupuk non organik? 25. Bagaimana hasil kualitas jagung yang menggunakan pupuk organik? Apakah tongkol jagung lebih besar? Bagaimana warnanya? Dan rasanya? 26. Bagaimana hasil kualitas jagung yang menggunakan pupuk non organik? lxxii
27. Bagaimana sistem pemasaran jagung yang menggunakan pupuk organik? 28. Bagaimana sistem pemasaran jagung yang menggunakan pupuk non organik? 29. Apakah anda memiliki alat transportasi? Asa saja jenisnya? 30. Apakah anda memiliki alat telekomunikasi? Apa jenisnya? 31. Apakah anda sewa rumah atau miliki sendiri? Terbuat dari apa (tembok atau kayu atau yang lainnya) ?
lxxiii
Lampiran 3. Hasil Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata Biaya One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test biaya N
petani 31
31
3.7256E6
1.5484
1.10025E6
.50588
Absolute
.167
.362
Positive
.167
.312
Negative
-.152
-.362
Kolmogorov-Smirnov Z
.930
2.018
Asymp. Sig. (2-tailed)
.352
.001
Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Group Statistics petani Biaya
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
organik
14
2.6567E6
4.48898E5
1.19973E5
non organik
17
4.6058E6
5.32162E5
1.29068E5
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
F Biaya
Equal variances assumed Equal variances not assumed
1.693
Sig.
t
.204 -10.876
df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
tailed)
Difference
Difference
of the Difference Lower
Upper
29
.000 -1.94907E6 1.79213E5 -2.31560E6 -1.58253E6
-11.061 28.973
.000 -1.94907E6 1.76216E5 -2.30948E6 -1.58865E6
lxxiv
Lampiran 4. Hasil Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata Penerimaan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test penerimaan N Normal Parameters
a
31
31
1.1660E7
1.5484
2.26695E6
.50588
Absolute
.228
.362
Positive
.228
.312
Negative
-.106
-.362
1.272
2.018
.079
.001
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
petani
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Group Statistics petani Penerimaan
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
organik
14
1.1904E7
2.84418E6
7.60138E5
non organik
17
1.1459E7
1.72287E6
4.17856E5
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the
F Penerimaan Equal variances assumed Equal variances not assumed
6.247
Sig. .018
t .537
df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
tailed)
Difference
Difference
Difference Lower
29
.595
4.44604E5 8.28032E5 -1.24891E6
.513 20.521
.614
4.44604E5 8.67418E5 -1.36186E6
lxxv
Upper 2.13812 E6 2.25106 E6
Lampiran 5. Hasil Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata Pendapatan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pendapatan N
petani
31
31
7.9345E6
1.5484
2.69611E6
.50588
Absolute
.148
.362
Positive
.148
.312
Negative
-.092
-.362
Kolmogorov-Smirnov Z
.827
2.018
Asymp. Sig. (2-tailed)
.501
.001
Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Group Statistics petani Pendapatan
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
organik
14
9.2472E6
3.04304E6
8.13288E5
non organik
17
6.8535E6
1.83201E6
4.44327E5
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval Sig. (2-
F Pendapatan Equal variances assumed Equal variances not assumed
5.601
Sig.
t
.025 2.707
df
tailed)
Mean
Std. Error
Difference Difference
of the Difference Lower
Upper
29
.011 2.39367E6 8.84239E5
5.85197E5 4.20214E6
2.583 20.439
.018 2.39367E6 9.26749E5
4.63165E5 4.32418E6
lxxvi
Lampiran 6. Hasil Analisis Regresi Fungsi Pendapatan Dengan Dummy Variabel Variables Entered/Removed
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
b
Method
dummy, produksi, biayatk,
. Enter
biayabibit, a
biayapupuk
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: pendapatan
Model Summary
Model
R
1
.994
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.988
.986
3.24114E5
a. Predictors: (Constant), dummy, produksi, biayatk, biayabibit, biayapupuk b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
2.154E14
5
4.309E13
Residual
2.626E12
25
1.050E11
Total
2.181E14
30
a. Predictors: (Constant), dummy, produksi, biayatk, biayabibit, biayapupuk b. Dependent Variable: pendapatan
lxxvii
F 410.176
Sig. .000
a
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
Collinearity Statistics
Beta
(Constant)
-1.751E6
791378.856
produksi
2744.798
75.750
.035
t
Sig.
Tolerance
.036
.855
36.235
.000
.866
1.155
.632
.002
.056
.956
.310
3.225
-.788
.165
-.118
-4.767
.000
.792
1.262
-1.337
.271
-.277
-4.942
.000
.153
6.527
430046.020
346882.685
.081
1.240
.227
.114
8.794
biayatk biayapupuk
a. Dependent Variable: pendapatan
Coefficient Correlations Model 1
VIF
-2.213
biayabibit
dummy
Coefficients
dummy Correlations
Covariances
produksi
a
biayatk
biayabibit
Biayapupuk
dummy
1.000
.223
.128
.478
.830
produksi
.223
1.000
.060
.308
.135
biayatk
.128
.060
1.000
-.282
.205
biayabibit
.478
.308
-.282
1.000
.054
biayapupuk
.830
.135
.205
.054
1.000
dummy
1.203E11
5.853E6
7.322E3
1.048E5
77904.753
produksi
5.853E6
5.738E3
.751
14.764
2.757
biayatk
7.322E3
.751
.027
-.030
.009
biayabibit
1.048E5
14.764
-.030
.400
.009
biayapupuk
7.790E4
2.757
.009
.009
.073
a. Dependent Variable: pendapatan
lxxviii
Collinearity Diagnostics Dime
1
Variance Proportions
Condition
Model nsion Eigenvalue
Index
a
(Constant)
produksi
biayabibit
biayatk
biayapupuk
dummy
1
5.056
1.000
.00
.00
.00
.00
.00
.00
2
.793
2.526
.00
.00
.00
.00
.01
.06
3
.083
7.799
.00
.05
.01
.56
.07
.01
4
.037
11.631
.00
.43
.17
.13
.06
.16
5
.027
13.733
.00
.09
.43
.26
.44
.08
6
.004
34.663
1.00
.43
.38
.05
.43
.70
a. Dependent Variable: pendapatan
lxxix
Lampiran 7. Dokumentasi Lapang
Jagung yang menggunakan pupuk organik, terlihat berisi dan mampat.
Jagung yang menggunakan pupuk organik
Jagung pengguna pupuk non organik
lxxx
Tanaman Jagung yang menggunakan pupuk non organik
Tanaman jagung organik
Tanah dari tanaman jagung yang menggunakan pupuk organik
lxxxi