PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DENGAN DAN TANPA PUPUK ORGANIK SERTA FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor)
SYIFA AZIZAH
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik serta Faktor-faktor Penentu Penggunaan Pupuk Organik: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, 8 Juni 2012
Syifa Azizah H44070065
RINGKASAN SYIFA AZIZAH. Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik serta Faktor-faktor Penentu Penggunaan Pupuk Organik: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT. Program Revolusi Hijau memang dapat meningkatkan produksi pangan di Indonesia. Upaya ini berhasil dalam mengurangi terjadinya kemiskinan. Akan tetapi, pemenuhan kebutuhan pangan melalui pendekatan intensifikasi yang berlebihan menghasilkan dampak sampingan, yaitu dampak terhadap biaya sosial (social cost) dan lingkungan. Untuk mengatasi dampak buruk terhadap pertanian berkelanjutan, maka muncul inisiatif dari para pakar pertanian, lingkungan dan LSM untuk mengembangkan pertanian organik. Pengembangan usahatani padi dengan pupuk organik di Kabupaten Bogor mendapat perhatian dari beberapa petani di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari. Usahatani padi dengan pupuk organik ini dimulai pada tahun 2007 sejalan dengan adanya program Go Organic 2010. Dalam proses usahataninya, petani yang menggunakan pupuk organik mengalami kendala dalam penanganan harga gabah. Pada tingkat penjualan ke tengkulak dan penjualan di lingkungan desa, harga gabah dari padi dengan pupuk organik dihargai sama seperti harga gabah dari padi tanpa pupuk organik. Hal ini dikarenakan tidak adanya harga khusus yang diterima petani yang melakukan usahatani padi dengan pupuk organik. Keadaan tersebut menyebabkan penerimaan yang diperoleh beberapa petani yang menggunakan pupuk organik masih tetap sama seperti saat menanam padi tanpa pupuk organik. Hal ini membuat petani tidak memiliki motivasi untuk mengusahakan padi dengan pupuk organik. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan pendapatan usahatani padi dengan dan tanpa pupuk organik di Desa Purwasari dan Sukajadi. Selain itu, dilakukan pula identifikasi faktor-faktor penentu penggunaan pupuk organik pada usahatani padi di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diolah dalam bentuk tabulasi, dan perhitungannya secara manual dan komputerisasi dengan program Microsoft Office Excel 2007 dan Minitab 14.0 for Windows. Data kualitatif pengolahan dan analisis dilakukan secara deskriptif. Hasil analisis dari segi produktivitas padi dan harga gabah dengan pupuk organik memberikan kontribusi masing-masing sebesar 3,1% dan 5,9% lebih tinggi dari produktivitas padi dan harga gabah tanpa pupuk organik. Akan tetapi, tingginya biaya tunai pada usahatani padi dengan pupuk organik mengakibatkan pendapatan atas biaya tunai pada usahatani padi dengan pupuk organik senilai 2,6% lebih kecil dari usahatani padi tanpa pupuk organik. Selain itu, rendahnya biaya diperhitungkan pada usahatani padi dengan pupuk organik sehingga pendapatan atas biaya total pada
usahatani padi dengan pupuk organik hanya sebesar 4,4% lebih tinggi dari usahatani padi tanpa pupuk organik. Jadi, pendapatan usahatani padi dengan pupuk organik yang dilaksanakan di Desa Purwasari dan Sukajadi tahun 2010-2011 tidak jauh berbeda dibandingkan pendapatan usahatani padi tanpa pupuk organik. Hasil analisis terhadap faktor-faktor penentu penggunaan pupuk organik pada usahatani padi menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap penerapan padi organik di Desa Purwasari dan Desa Sukajadi adalah variabel lama pendidikan dan luas lahan garapan. Semakin rendah lama pendidikan petani di Desa Purwasari dan Sukajadi maka peluang petani untuk menggunakan pupuk organik semakin besar. Hal ini dikarenakan rata-rata petani yang berpendidikan rendah lebih banyak bersedia menggunakan pupuk organik. Sementara pada variabel luas lahan garapan, semakin luas lahan garapan petani di Desa Purwasari dan Sukajadi maka peluang petani untuk menggunakan pupuk organik semakin besar. Hal ini dikarenakan petani yang bersedia menggunakan pupuk organik memiliki rata-rata luas lahan lebih besar dibandingkan petani yang tidak bersedia menggunakan pupuk organik. Kata kunci: Usahatani padi dengan pupuk organik, usahatani padi tanpa pupuk organik, pendapatan petani, harga gabah, produktivitas padi, biaya usahatani padi
PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DENGAN DAN TANPA PUPUK ORGANIK SERTA FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor)
SYIFA AZIZAH H44070065
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya serta jalan dan kemudahan yang Engkau tunjukkan kepada penulis. Penelitian dan penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dan doanya dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Keluarga tercinta atas segala doa, kasih sayang, dan motivasi 2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 3. Novindra, S.P, M.Si selaku dosen penguji utama dan Hastuti, S.P, M.P, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran kepada penulis. 4. Bapak Suhanda selaku Ketua kelompok tani Desa Purwasari dan Bapak Deni selaku Ketua kelompok tani Desa Sukajadi yang telah banyak membantu selama proses penelitian. 5. Bapak Kobarsih selaku ketua Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Dramaga dan Bapak Musthofa selaku penyuluh Desa Sukajadi yang telah memberikan waktu, informasi dan arahannya selama penelitian
6. Lisa, Norita, Nurul Fadillah, Rizky Amelia, Fenny Kurniawati, Riony Rihardhika, Maeda Niella, Antari Dhea, Joko dan Atta yang telah banyak membantu selama proses penyusunan skripsi ini. 7. Teman-teman Wisma Balio Atas (WBA) yang telah memberikan semangat dan keceriaan selama penyusunan skripsi ini 8. Teman-teman ESL 44 atas bantuan dan pertemanan selama masa perkuliahan.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik serta Faktorfaktor Penentu Penggunaan Pupuk Organik di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor”. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dan pemimpin terbaik bagi umat manusia. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat pendapatan usahatani padi dengan dan tanpa pupuk organik dengan pendekatan analisis pendapatan usahatani di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Selain itu, penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor penentu penggunaan pupuk organik di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.
Bogor, 8 Juni 2012
Syifa Azizah H44070065
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ……………………………………………………….
vii
DAFTAR GAMBAR ……………………… …………………………...
ix
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….
x
I. PENDAHULUAN …………………………………………………..
1
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Latar Belakang …………………………………………………. Perumusan Masalah ……………………………………………. Tujuan Penelitian ………………………………………………. Manfaat Penelitian ……………………………………………... Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………
II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………. 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7
1 5 8 8 9 10
Ekonomi Padi …………………………………………………… Economic of Technological Adoption …………………………... Konsep Usahatani ……………………………………………… Pendapatan Usahatani …………………………………………... Proses Adopsi Inovasi Petani …………………………………… Konsep Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah …… Penelitian Terdahulu …………………………………………….
10 11 12 13 14 16 17
III. KERANGKA PEMIKIRAN ………………………………………… 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis …………………………………… 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ……………………………….
20 20 22
IV. METODE PENELITIAN ……………………………………………
24
4.1 4.2 4.3 4.4
Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………… Jenis dan Sumber Data ………………………………………….. Metode Pengambilan Contoh …………………………………… Metode Analisis Data …………………………………………… 4.4.1 Analisis Pendapatan Usahatani …………………………... 4.4.2 Analisis Faktor-faktor Penentu Penggunaan Pupuk Organik Pada Usahatani Padi ……………………. 4.4.2.1 Model Regresi Logistik Biner …………………... 4.4.2.2 Pengujian Model Regresi Logistik Biner ………..
24 24 25 26 26
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN …………………….
32
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian di Desa Purwasari dan Desa Sukajadi ………………………………………………………….
32
27 27 30
v
5.1.1 Letak Geografis dan Pembagian Administrasi Desa Purwasari ………………………………………………… 5.1.2 Letak Geografis dan Pembagian Administrasi Desa Sukajadi ………………………………………………….. 5.1.3 Keadaan Sosial Ekonomi Desa Purwasari ……………….. 5.1.4 Keadaan Sosial Ekonomi Desa Sukajadi ………………... 5.2 Karakteristik Petani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik: Hasil Survei ………………………………………………………. 5.2.1 Usia Petani ………………………………………………... 5.2.2 Tingkat Pendidikan ……………………………………….. 5.2.3 Luas Lahan Garapan ……………………………………… 5.2.4 Sifat Usahatani Padi ………………………………………. 5.2.5 Pengalaman Berusahatani Padi …………………………… VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ...…………………………………… 6.1 Penerimaan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik …. 6.2 Biaya Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik………… 6.2.1 Biaya Tenaga Kerja ………………………………………. 6.2.2 Biaya Pajak Bumi dan Bangunan ………………………… 6.2.3 Biaya Pupuk ………………………………………………. 6.2.4 Biaya Benih ………………………………………………. 6.2.5 Biaya Pestisida ……………………………………………. 6.2.6 Biaya Penyusutan Peralatan ………………………………. 6.2.7 Biaya Pengairan ………………………………………….. 6.3 Pemasaran Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik …. 6.4 Pendapatan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik … 6.5 Identifikasi Faktor-faktor Penentu Penggunaan Pupuk Organik Pada Usahatani Padi ……………………………………………… VII. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………….
32 33 34 36 37 38 38 40 40 41 43 43 44 46 49 49 51 52 52 53 53 54 57 63
7.1 Kesimpulan ……………………………………………………… 7.2 Saran ……………………………………………………………...
63 64
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….........
65
vi
DAFTAR TABEL
Nomor 1
Halaman Data Luas Areal Pertanaman, Produksi dan Produktivitas Padi di Indonesia Tahun 2000-2009 .......................................
3
2
Jenis Data, Sumber Data, dan Metode Analisis Data .............
26
3
Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan lahan di Desa Purwasari Tahun 2010 ………………………………………
32
Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan lahan di Desa Sukajadi Tahun 2010 ………………………………………..
34
Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Usia di Desa Purwasari Tahun 2010 ………………………………………
34
Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Purwasari Tahun 2010 ………………………………………………………………..
35
7
Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Purwasari Tahun 2010 ….
35
8
Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Usia di Desa Sukajadi Tahun 2010 ………………………………………..
36
Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sukajadi Tahun 2010 ………………………………………………………………..
36
10
Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Sukajadi Tahun 2010 …...
37
11
Karakteristik Petani Responden Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Berdasarkan Kelompok Usia ……………….
38
Karakteristik Petani Responden Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Berdasarkan Tingkat Pendidikan …………..
39
Karakteristik Petani Responden Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan dan Luas Lahan Garapan ………………………………………...
40
Karakteristik Petani Responden Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Berdasarkan Sifat Usahatani Padi ………….
41
Penerimaan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik perhektar Kecamatan Dramaga dan Taman Sari Kabupaten Bogor Jawa Barat 2010-2011 …………………...
43
4 5 6
9
12 13
14 15
vii
16
17 18
19
20
21
Biaya Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik perhektar Desa Purwasari Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi Kecamatan Tamansari Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2010-2011 …………………………………...
46
Rincian Biaya Hand Tractor di Desa Purwasari dan Sukajadi ………………………………………………………………..
48
Komposisi Pupuk Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik perhektar di Desa Purwasari dan Sukajadi Tahun 2010-2011 …………………………………………………...
50
Pendapatan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik perhektar Desa Purwasari dan Sukajadi Kabupaten Bogor Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2010-2011 ……
55
Penerimaan, Biaya Total, dan Pendapatan Padi dengan dan tanpa Pupuk Organik Berdasarkan Kelompok Luas Lahan Garapan ……………………………………………………...
57
Hasil Estimasi Faktor-faktor Penentu Penggunaan Pupuk Organik Pada Usahatani Padi ……………………………….
59
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1
Pengaruh Teknologi Terhadap Kurva Penawaran.....................
12
2
Kerangka Pemikiran Operasional .............................................
23
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1
Halaman Perkembangan Jumlah Penduduk dan Proyeksi Kenaikan Kebutuhan Beras Tahun 2005-2030 di Indonesia …………..
67
2
Hasil Output Uji T dengan Program SPSS 16 for Windows ..
68
3
Karakteristik Pribadi Petani Padi Organik ………………….
70
4
Karakteristik Pribadi Petani Padi Konvensional ……………
71
5
Perincian Biaya Usahatani Responden Petani Padi Organik Perhektar Kecamatan Dramaga dan Tamansari Kabupaten Bogor Jawa Barat 2010-2011 ……………………………….
72
Perincian Biaya Usahatani Responden Petani Padi Konvensional Perhektar Kecamatan Dramaga dan Tamansari Kabupaten Bogor Jawa Barat 2010-2011 …………………...
73
7
Data Input untuk Analisis Regresi Logistik ………………...
74
8
Hasil Output Regresi Logistik dengan Program Minitab 14 for Windows …………………………………………………
76
6
x
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan sangat penting, terutama dalam perekonomian. Hal ini tercatat di tahun 2007, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 6,5 persen dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor pertanian sebesar 1,3 persen (Deptan, 2007). Sektor pertanian juga berkontribusi dalam penyumbang devisa negara yang cukup besar, penyediaan pangan, penyediaan tenaga kerja, kontribusi pasar dan produk dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Dari berbagai jenis pangan, padi merupakan komoditas yang menduduki posisi penting sebagai makanan pokok penduduk Asia yang dihuni oleh dua per tiga penduduk miskin dunia, dimana penduduk Asia memproduksi dan mengkonsumsi 90% beras dari hasil padi yang ditanam dan lebih dari 50 persen konsumsi kalori serta hampir 50 persen konsumsi protein berasal dari padi (Mears, 1981). Selain itu, padi merupakan komoditas yang strategis dalam perekonomian Indonesia, sehingga kekurangan suplai pada harga yang wajar merupakan
ancaman
terhadap
kestabilan
ekonomi
dan
politik
(Baharsyah et al., 1988). Keberhasilan pembangunan ekonomi sejak awal tahun 1980-an telah mengubah pola permintaan dan konsumsi masyarakat serta produksi pangan. Data SUSENAS sejak tahun 1990 menunjukkan, pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi beras per kapita mulai menurun. Pola pendapatan rumah tangga petani juga mulai berdiversifikasi dan pangsa pendapatan dari usahatani padi terhadap
1
pendapatan keluarga juga menurun. Pendapatan dari upah/gaji dari luar pertanian serta dari usahatani nonpadi meningkat (Kasryno dan Pasandaran, 2004). Sektor pertanian Indonesia memiliki potensi ekonomi dan sumber daya yang melimpah, tetapi petaninya yang merupakan konstituen terbesar masih terjerat kemiskinan struktural. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika menyampaikan sambutan pada Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Istana Negara awal Desember 2005 menyebutkan bahwa 55 persen dari jumlah penduduk miskin adalah petani, dan 75 persen dari petani miskin itu adalah petani tanaman pangan (Arifin, 2007). Dari sisi kebijakan pemberasan nasional, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan pembangunan ekonomi pemberasan nasional dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dan memantapkan ketahanan pangan nasional, dituangkan dalam Inpres No. 9 Tahun 2002 tentang penetapan kebijakan pemberasan. Secara garis besar, isi kebijakan tersebut, yaitu: (1) memberikan dukungan bagi peningkatan produktivitas petani padi dan produksi beras nasional, (2) memberikan dukungan bagi diversifikasi kegiatan ekonomi petani padi dalam rangka meningkatkan pendapatan padi, (3) melaksanakan kebijakan harga dasar pembelian gabah dan beras oleh pemerintah, (4) menetapkan kebijakan impor beras dalam rangka memberikan perlindungan kepada petani dan konsumen dan (5) memberikan jaminan bagi persediaan dan penyaluran beras dan bahan pangan lain bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan. Butir-butir yang terkandung dalam Inpres tersebut merefleksikan bahwa pemerintah telah menerapkan kebijakan promosi dan proteksi untuk mengembangkan ekonomi pemberasan
nasional.
Kebijakan
promosi
dilakukan
pemerintah
untuk
2
mengembangkan daya saing komoditas padi/beras nasional melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani padi, sedangkan kebijakan proteksi dimaksudkan untuk melindungi petani dari dampak negatif (injury effects) perdagangan bebas. Melalui kebijakan proteksi dan promosi ini, diharapkan ketahanan pangan nasional dapat dibangun atas kemandirian pangan yang berkelanjutan (Suryana dan Hermanto, 2004). Tabel 1. Luas Areal Pertanaman, Produksi dan Produktivitas Padi di Indonesia Tahun 2000-2009 Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Trend (%)
Luas Areal Padi (Juta ha) 11.793.475 11.499.997 11.521.166 11.488.034 11.922.974 11.839.060 11.786.430 12.147.637 12.327.425 12.883.576 1,01
Produksi Padi* (Ton) 51.898.852 50.460.782 51.489.694 52.137.604 54.088.468 54.151.097 54.454.937 57.157.435 60.325.925 64.398.890 2,47
Produktivitas (Ton/ha) 4,40 4,39 4,47 4,54 4,54 4,57 4,62 4,70 4,89 5,00 1,43
Sumber : BPS (2009) Keterangan : *Bentuk Gabah Kering Giling (GKG)
Pertumbuhan produksi padi nasional tahun 2000-2007 mulai menunjukkan gejala stagnan. Pada tahun 2000-2007 hanya meningkat rata-rata kurang dari 1% per tahun. Hal ini mendorong pemerintah untuk melakukan beragam program intensifikasi dan ekstensifikasi, sehingga pada tahun 2007-2009 pertumbuhan produksi padi mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebesar 3,14% per tahun. Luas areal padi di Indonesia dalam periode 2000-2009 meningkat dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,01 persen (Tabel 1). Pertumbuhan ini cukup besar jika dibandingkan pada tahun 2000-2007, rata-rata pertumbuhan 3
hanya sebesar 0,44 persen. Pertumbuhan luas areal padi yang rendah ini diakibatkan adanya konversi lahan sawah yang cukup besar. Konversi tersebut dapat berbentuk persaingan penggunaan lahan untuk keperluan usahatani nonpadi ataupun konversi penggunaan lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian dalam bentuk jalan raya, bangunan industri, dan pemukiman. Konversi lahan yang semakin luas ini diindikasikan oleh jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah dengan cepat. Peningkatan jumlah penduduk yang sangat cepat ini juga berdampak terhadap permintaan kebutuhan beras yang naik cukup besar (Lampiran 1). Hal ini tentunya dikhawatirkan akan terjadi masalah krisis pangan, karena tidak terpenuhinya kebutuhan permintaan beras dari produksi padi yang dihasilkan. Dihadapkan pada kondisi kelambanan perluasan lahan, kesulitan dalam meningkatkan produktivitas padi dan kebutuhan pangan masyarakat yang semakin meningkat, maka pada tahun 1963 pemerintah menetapkan kebijakan untuk menerapkan teknologi pertanian modern yang dikenal sebagai teknologi “Revolusi Hijau” atau pertanian konvensional. Revolusi Hijau merupakan perubahan pola budidaya tanaman berdasarkan efisiensi yang menjadi salah satu pemecahan masalah kekurangan pangan (Sutanto, 2002b). Pada kenyataannya program Revolusi Hijau memang dapat meningkatkan produksi pangan di Indonesia. Kenaikan ini berhasil dicapai melalui upaya peningkatan produktivitas padi sawah. Upaya ini berhasil dalam mengurangi terjadinya kemiskinan. Akan tetapi, pemenuhan kebutuhan pangan melalui pendekatan intensifikasi yang berlebihan menghasilkan dampak sampingan, yaitu dampak terhadap biaya sosial (social cost) dan lingkungan. Pengaruh yang sangat
4
parah adalah menurunnya keanekaragaman genetik varietas padi yang ditanam dan penggunaan inseksida secara berlebihan. Dalam upaya mengatasi ketidakberlanjutan sistem pertanian tersebut, dikembangkan konsep pertanian yang mengupayakan keberlanjutan dengan meminimalkan input eksternal serta memperhatikan dampak negatif dari kegiatan pertanian. Konsep ini mengupayakan pemanfaatan sumber daya yang terdapat di dalam sistem secara optimum (Ito, 2000). Reijntjes et al. (1999) juga menyatakan bahwa dengan memanfaatkan sumber daya yang terdapat di dalam sistem serta penggunaan masukan luar sebagai pelengkap, diharapkan dapat memberikan hasil yang menggabungkan produktivitas tinggi dengan keamanan dan kelestarian sumber daya alam. Konsep yang meminimalkan masukan luar menempatkan pertanian berkelanjutan diantara konsep pertanian konvensional dan organik, yang keduanya memiliki perbedaan yang mencolok. Pertanian konvensional tergantung dengan pemanfaatan pupuk dan pestisida yang cukup tinggi, sedangkan pertanian organik tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida buatan. 1.2 Perumusan Masalah Sistem pertanian padi konvensional (tanpa pupuk organik) yang dikembangkan telah memberikan kontribusi besar pada penghapusan kelaparan dan
peningkatan
standar
hidup.
Akan
tetapi,
pemanfaatan input
luar
(pupuk dan pestisida kimia) secara besar-besaran telah mengakibatkan kerusakan lingkungan dan sumber daya yang tidak bisa diperbarui. Maka menjadi sangat relevan untuk mengembangkan pertanian yang ekologis dan berkelanjutan untuk masa depan. Salah satunya adalah konsep pertanian padi berkelanjutan yang
5
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam (penggunaan pupuk organik) dengan input luar rendah sebagai pelengkap. Perbedaan penanaman padi dengan dan tanpa pupuk organik terdapat pada penggunaan pupuk, pestisida dan pemeliharaan. Penanaman padi dengan pupuk organik dilakukan dengan menggunakan pupuk organik dan 10% - 20% pupuk kimia. Penggunaan pupuk organik pada tahap awal memang lebih banyak tetapi akan berkurang seiring membaiknya kondisi tanah diiringi dengan meningkatnya produksi. Dari sisi pemeliharaan, padi dengan pupuk organik memerlukan tenaga kerja lebih banyak karena pemeliharaan yang lebih intensif daripada padi tanpa pupuk organik. Pengembangan usahatani padi dengan pupuk organik di Kabupaten Bogor mendapat perhatian dari beberapa petani di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari. Usahatani padi dengan pupuk organik ini dimulai pada tahun 2007 sejalan dengan adanya program Go Organic 2010. Dalam proses usahataninya, beberapa petani padi dengan pupuk organik mengalami kendala dalam penanganan harga gabah dari padi dengan pupuk organik. Petani yang menjual harga gabah dari padi dengan pupuk organik ke tengkulak dan warung lingkungan desa, dihargai sama seperti harga gabah dari padi tanpa pupuk organik. Hal ini dikarenakan tidak adanya harga khusus yang diterima petani yang melakukan usahatani padi dengan pupuk organik. Keadaan tersebut menyebabkan penerimaan yang diperoleh beberapa petani padi dengan pupuk organik yang menetapkan harga yang sama masih tetap seperti saat menanam padi tanpa pupuk organik. Hal ini membuat petani tidak memiliki motivasi untuk mengusahakan padi dengan pupuk organik. Sementara beberapa
6
petani padi dengan pupuk organik lainnya, biasanya mempunyai pelanggan tetap di pasar yang akan membeli hasil panen mereka dengan harga yang tinggi. Permasalahan tersebut membuat beberapa petani yang sudah beralih menjadi petani padi dengan organik kembali menjadi petani padi tanpa pupuk organik. Tujuan awal petani beralih dari sistem usahatani tanpa pupuk organik menjadi usahatani dengan pupuk organik, selain karena kepedulian terhadap lingkungan juga karena ingin memperoleh pendapatan yang lebih baik. Akan tetapi, dalam budidayanya terdapat beberapa kendala, salah satunya adalah faktor cuaca. Faktor cuaca yang tidak mendukung seperti pada saat musim hujan yang disertai dengan angin yang cukup besar mengakibatkan beberapa malai padi menjadi mudah rontok, sehingga mengganggu produktivitas padi. Selain faktor cuaca, masalah hama juga menjadi salah satu kendala. Salah satu hama yang paling sering menyerang tanaman padi adalah hama tungro. Hama tungro bila tidak segera diatasi dapat mengakibatkan produktivitas tanaman menurun bahkan hingga 50 persen dari produktivitas yang seharusnya. Sebagian besar petani adalah pengusaha yang mengharapkan pendapatan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, produktivitas yang tinggi merupakan salah satu tujuan utama dalam pengembangan padi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Setiap teknologi budidaya akan mendatangkan pendapatan lebih tinggi apabila tambahan penerimaan dari penggunaan teknologi tersebut lebih besar daripada tambahan biayanya. Dengan demikian, pendapatan usahatani yang akan diperoleh merupakan salah satu pertimbangan penting bagi petani untuk mengadopsi suatu teknologi baru.
7
Berdasarkan uraian di atas maka beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah tingkat pendapatan usahatani padi dengan pupuk organik jika dibandingkan dengan tingkat pendapatan usahatani padi tanpa pupuk organik? 2. Faktor-faktor apa saja yang menentukan penggunaan pupuk organik pada usahatani padi di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian adalah: 1. Membandingkan pendapatan usahatani padi dengan dan tanpa pupuk organik 2. Mengidentifikasi faktor-faktor penentu penggunaan pupuk organik pada usahatani padi di Desa Purwasari dan Desa Sukajadi, Kabupaten Bogor. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan: 1. Untuk mahasiswa, penelitian ini merupakan sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh pada bangku pendidikan perguruan tinggi untuk menganalisis keadaan nyata di lapang. 2. Untuk pembuat kebijakan, penelitian ini dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam membuat kebijakan terkait dengan pengembangan padi dengan dan tanpa pupuk organik di Indonesia. 3. Untuk peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan pada penelitian selanjutnya.
8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Padi
yang
digunakan
sebagai
objek
penelitian
adalah
padi
yang
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam (penggunaan pupuk organik) dengan input luar rendah sebagai pelengkap. Kemudian dibandingkan dengan padi konvensional (tanpa pupuk organik) di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. 2. Petani padi yang menjadi objek penelitian adalah petani padi yang menanam padi dengan dan tanpa pupuk organik di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekonomi Padi Perekonomian
padi
dan
beras
merupakan
pendukung
pesatnya
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan sangat dominan dalam perekonomian, baik dari segi produksi maupun konsumsi atau pengeluaran rumah tangga, sehingga beras dianggap sebagai komoditas strategis dan politis. Dengan pertimbangan tersebut, kebijakan pembangunan pertanian selalu didominasi oleh kebijakan pemberasan. Implikasinya, pendekatan pembangunan pertanian masa depan harus berorientasi pada sumber daya pertanian dan fungsi usaha pertanian dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat secara adil termasuk mengurangi masyarakat miskin. Akan tetapi, di samping pertimbangan ekonomi, usahatani padi merupakan bagian integral dari budaya pedesaan. Oleh karena itu, berbagai kearifan lokal seperti praktek budi daya dan kapital sosial yang terkait hendaknya dilihat sebagai warisan budaya. Disisi lain, dukungan yang berlebihan terhadap upaya peningkatan produksi padi dapat menjadi kendala bagi upaya diversifikasi pangan khususnya dan pertanian pada umumnya. Sementara itu, pendekatan komoditas dianggap tidak cukup memadai dalam memacu pertumbuhan sektor pertanian secara berkelanjutan. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan yang bersifat jangka panjang yang menempatkan posisi padi dan beras secara arif dalam kerangka pendekatan terpadu pada suatu wilayah. Hal ini dilakukan dengan mensinergikan
10
pemanfaatan sumber daya, pengetahuan, dan teknologi yang ada dengan perangkat kebijakan yang mencakup hukum, kelembagaan, dan infrastruktur. Ada 3 pendekatan untuk menghadapi masalah dan tantangan ekonomi padi dan pemberasan di masa yang akan datang menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), yaitu: (1) pendekatan berspektrum luas, (2) pendekatan yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekosistem, dan (3) pendekatan yang berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Ketiga pendekatan tersebut bukan bersifat eksklusif satu terhadap yang lainnya, tetapi bersifat komplementer dan apabila dilaksanakan akan memperkuat integrasi ekonomi padi dan beras dalam perekonomian nasional. 2.2 Economic of Technological Adoption Teknologi selalu berubah dari waktu ke waktu tergantung dari kemajuan ilmu pengetahuan. Teknologi sangat dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi. Adapun peranan teknologi terhadap pembangunan ekonomi menurut Satari (1995), yaitu: (1) dapat mempertinggi efisiensi produksi, (2) teknologi menimbulkan adanya produk-produk baru yang belum diproduksi sebelumnya, (3) teknologi dapat mempertinggi kualitas barang yang dihasilkan dan (4) teknologi selalu menginduksi kelembagaan. Pengaruh penggunaan teknologi baru terhadap pendapatan berkaitan erat dengan produksi dan biaya produksi. Pendapatan didefinisikan sebagai selisih antara penerimaan total dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Untuk mendapatkan pendapatan maksimum harus dipilih tingkat output penerimaannya maksimum dan biaya produksinya minimum. Laba yang meningkat biasanya akan mendorong suatu badan usaha untuk meningkatkan produksinya. Perubahan ini
11
akan menggeser kurva penawaran ke kanan. Kurva penawaran dapat dilihat pada Gambar 1. P
S1 S2
P1 P2 D Q1
Q2
Q
Gambar 1. Pengaruh Teknologi Terhadap Kurva Penawaran
Kenaikan penawaran berarti pergeseran kurva penawaran ke kanan, yaitu dari S1 ke S2 dapat disebabkan oleh perubahan suatu teknologi. Jika teknologi tersebut dapat meningkatkan produksi, maka kurva penawaran akan bergeser ke kanan. Kurva penawaran akan bergeser ke kanan apabila pada setiap tingkat harga lebih banyak jumlah yang ditawarkan daripada sebelumnya, yaitu dari Q1 ke Q2. Pergeseran kurva penawaran hanya akan terjadi jika yang berubah faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah yang ditawarkan, selain harga sendiri. Jika terdapat penerapan inovasi teknologi yang dapat menurunkan biaya produksi maka menyebabkan jumlah yang ditawarkan pada setiap harga akan meningkat. 2.3 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi atau proses pengalokasian sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu dan pengelolaan yang diusahakan oleh perseorangan ataupun sekumpulan orang-orang. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya; dan dikatakan efisien bila pemanfaatan 12
sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) ( Soekartawi, 2006). Kegiatan usahatani berdasarkan coraknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu usahatani subsistem dan usahatani komersial. Usahatani subsistem bertujuan memenuhi konsumsi keluarga, sedangkan usahatani komersial adalah usahatani dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Soekartawi (2006) menyatakan bahwa ciri petani komersial adalah; (1) cepat dalam mengadopsi inovasi pertanian, (2) cepat tanggap dalam mencari informasi, (3) lebih berani dalam mengambil resiko dalam berusaha, (4) memiliki sumberdaya yang cukup. 2.4 Pendapatan Usahatani Usahatani sebagai satu kegiatan produksi pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih antara keduanya merupakan pendapatan usahatani. Soeharjo dan Patong (1973) mengartikan pendapatan usahatani sebagai balas jasa dari kerjasama antara faktor-faktor produksi dengan petani sebagai penanam modal dan sekaligus pengelola usahatani. Analisis pendapatan memerlukan dua komponen utama, yaitu keadaan pengeluaran selama jangka waktu tertentu dalam usahatani dan keadaan penerimaan pasca produksi dan pemasaran usahatani (Soeharjo dan Patong, 1973). Menurut Soekartawi et al. (1986), penerimaan adalah besaran output usaha, baik produk utama maupun produk sampingan yang dihasilkan. Sementara itu, pengeluaran atau biaya adalah semua pengorbanan sumber daya yang terukur dalam satuan nominal uang (rupiah) yang dikeluarkan dalam mencapai tujuan usahatani.
13
Komponen pengeluaran dalam usahatani berupa pengeluaran tunai dan pengeluaran diperhitungkan. Beban biaya dalam pengeluaran tunai, meliputi: pembayaran tunai sarana produksi pertanian seperti pembelian benih, pupuk, obat-obatan (pestisida), beban biaya sewa dibayar dimuka seperti sewa lahan garapan, sewa alat mesin pertanian (bila ada), dan biaya tenaga kerja. Beban biaya yang termasuk dalam pengeluaran diperhitungkan adalah nilai tenaga kerja keluarga diperhitungkan dan penyusutan peralatan pertanian. Komponen penerimaan usahatani dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penerimaan tunai dan penerimaan non tunai. Pendapatan tunai bersumber dari penjualan tunai hasil produksi/panen (output) usahatani yang dilakukan, sedangkan penerimaan non tunai bersumber dari (1) produk/hasil panen (output) yang dikonsumsi keluarga petani dan (2) kenaikan nilai inventaris, yaitu nilai benda-benda investasi yang dimiliki rumah tangga petani berdasarkan selisih nilai akhir tahun dengan nilai awal tahun. 2.5 Proses Adopsi Inovasi Petani Dalam banyak kenyataan petani biasanya tidak menerima begitu saja ideide baru (teknologi baru) pada saat pertama kali mereka mendengarnya. Waktu pertama kali itu, mereka mungkin hanya ”mengetahui” saja, tetapi untuk sampai tahapan mereka mau ”menerima” ide-ide baru tersebut diperlukan waktu yang relatif lama. Suatu ”perubahan” sikap yang dilakukan oleh petani atau oleh komunikan, merupakan proses yang memerlukan waktu di mana tiap-tiap petani memerlukan waktu berbeda satu sama lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh berbagai hal yang melatarbelakangi petani itu sendiri, misalnya kondisi petani itu sendiri, kondisi lingkungannya dan karakteristik dari teknologi baru yang mereka
14
adopsi. Berikut merupakan tahapan-tahapan dalam proses adopsi inovasi tersebut (Soekartawi, 1988), yaitu : 1. Tahapan ”Kesadaran” Pada tahapan ini petani untuk pertama kalinya belajar tentang sesuatu yang baru. Ia mengetahui sedikit sekali bahkan informasi yang diketahui kadang kala tidak ada kaitannya dengan kualitas khusus yang diperlukan untuk melakukan adopsi. 2. Tahapan ”Menaruh Minat” Pada tahapan ini petani mulai mengembangkan informasi yang diperoleh dalam menimbulkan dan mengembangkan minatnya untuk melakukan adopsi inovasi. Ia mulai mempelajari secara lebih terperinci tentang ide baru tersebut, bahkan tidak puas kalau hanya mengetahui saja tetapi ingin berbuat yang lebih dari itu. 3. Tahapan ”Evaluasi” Pada tahapan ini, seseorang yang telah mendapatkan informasi dan bukti yang telah dikumpulkan pada tahapan-tahapan sebelumnya dalam menentukan apakah ide baru tersebut akan diadopsi atau tidak, maka diperlukan kegiatan yang diebut ”evaluasi”. 4. Tahapan ”Mencoba” Pada tahapan ini, petani atau individu dihadapkan dengan suatu problema yang nyata. Ia harus secara nyata menuangkan buah pikirannya tentang minat dan evaluasi tentang ide baru tersebut dalam suatu kenyataan yang sebenarnya. Untuk itu, kadang kala diperlukan bantuan dari pihak lain yang lebih kompeten agar upaya melakukan percobaan ide baru tersebut untuk skala kecil tetap berhasil.
15
5. Tahapan ”Adopsi” Pada tahapan ini, petani atau individu telah memutuskan bahwa ide baru yang ia pelajari adalah cukup baik untuk diterapkan dilahannya dalam skala yang agak luas. Tahapan ”adopsi” ini merupakan yang paling menentukan dalam proses kelanjutan pengambilan keputusan lebih lanjut. 2.6 Konsep Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah Bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan lahan yang digunakan untuk areal pertanian menjadi terbatas dan kegiatan pertanian dilakukan dengan cara intensifikasi yang mengakibatkan penggunaan input luar berupa bahan kimia yang tinggi. Input luar buatan seperti pupuk kimia, irigasi, benih hibrida, dan pestisida dapat memainkan peranan penting untuk menyeimbangkan sistem pertanian itu, meningkatkan produktivitas lahan dan tenaga kerja, serta meningkatkan keseluruhan hasil pertanian. Selain itu, sistem pertanian yang tidak menggunakan input luar tidak akan mungkin memiliki konsep terbuka dan berorientasi pasar untuk menyediakan kebutuhan penduduk nonpetani. Akan tetapi, tanpa disadari hal-hal tersebut dapat berakibat buruk terhadap berkelanjutan kegiatan pertanian (Reijntjes, et al., 1999). Gaskell et al. (2002) berpendapat bahwa dalam upaya mencapai pertanian yang berkelanjutan diupayakan agar input berupa bahan kimia produksi pabrik (pupuk dan pestisida) dikurangi bahkan jika mungkin ditiadakan. Reijntjes et al. (1999) menyatakan bahwa pertanian berkelanjutan berupa pengurangan input luar memiliki tiga kriteria yang terdiri dari kriteria secara ekologi, ekonomi, dan sosial. Kriteria secara ekologi adalah menyeimbangkan pemanfaatan hara dan bahan organik,
meningkatkan
efisiensi
penggunaan
sumber
air,
meningkatkan
16
keragaman hayati, memperkecil pengaruh buruk terhadap lingkungan, dan meminimalkan penggunaan input luar. Kriteria ekonomi meliputi sistem pencaharian petani yang berkelanjutan, adanya daya saing, penggunaan faktor produksi yang efisien, dan kecilnya nilai input luar yang digunakan. Kemudian kriteria sosial meliputi memungkinkan untuk diadopsi secara luas terutama oleh petani kecil, mengurangi ketergantungan terhadap pihak luar seperti pabrik pembuat pupuk dan pestisida kimia buatan, meningkatkan ketahanan pangan baik pada level keluarga maupun nasional, dan mengurangi jumlah pengangguran khususnya pada daerah di sekitar lahan. 2.7 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang analisis pendapatan usahatani padi organik dan faktor-faktor yang mempengaruhi petani menanam padi organik dilakukan oleh Marhamah (2007) di Kelurahan Situgede, Kota Bogor. Berdasarkan tujuan penelitian untuk menganalisis pendapatan usahatani padi organik, usahatani padi organik memberikan pendapatan bersih yang lebih besar daripada yang diterima oleh usahatani padi konvensional pada waktu dan tempat yang sama. Kemudian, berdasarkan hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi usahatani padi organik menunjukkan bahwa ada tiga variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penerapan usahatani padi organik di Kelurahan Situgede yaitu informasi teknologi, pendapatan luar usahatani, dan kondisi usahatani. Semakin banyak sumber informasi maka kemungkinan petani untuk menerapkan usahatani padi organik. Lalu, semakin besar pendapatan petani maka kemungkinan petani untuk menanam padi organik.
17
Rukka (2003) melakukan penelitian mengenai motivasi petani dalam menerapkan usahatani padi organik di Desa Purwasari, kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan tingkat motivasi kelompok tani Mekarsari dan Hegarsari di Desa Purwasari dalam menerapkan usahattani padi organik dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi petani dalam menerapkan usahatani padi organik. Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa tingkat motivasi petani kelompok tani Mekarsari termasuk kategori tinggi, sedangkan kelompok Hegarsari tergolong rendah. Hal ini dikarenakan, dalam hal pendapatan non formal, kekosmopolitan, peluang pasar dan sifat inovasi dimana kelompok tani Mekarsari cenderung lebih tinggi disbanding kelompok lain. Selain itu, dilihat dari faktor yang berhubungan dengan motivasi petani dalam menerapkan usahatani padi organik, karakteristik internal yang berhubungan nyata positif adalah pendidikan non formal, pengalaman berusahatani dan kekosmopolitan. sementara pada karakteristik eksternal yang berhubungan nyata positif dengan tingkat motivasi petani dalam menerapkan usahatani padi organik adalah peluang pasar, sifat inovasi, ketersediaan dana dan prasarana serta ketersediaan modal, sedangkan intensitas penyuluhan tidak berhubungan nyata. Penelitian yang berhubungan dengan preferensi risiko petani pada usahatani padi organik telah dilakukan oleh Rahayu (2011) di Kabupaten Sragen. Penelitian ini mengarah pada kesimpulan bahwa usahatani padi organik relatif lebih berisiko dibandingkan dengan usahatani padi non organik. Faktor penentu risiko produksi pada usahatani padi non organik adalah input benih, pupuk organik, pestisida organik dan tenaga kerja. Input benih dan pupuk organik
18
bersifat risk increasing, sedangkan input pestisida organik dan tenaga kerja bersifat risk descreasing. Keputusan petani dalam menggunkan input pupuk organik mengakibatkan risiko produksi lebih besar. Input pupuk organik merupakan salah satu input pembeda antara teknologi usahatani padi organik dan non organik, ternyata merupakan salah satu input yang menyebabkan timbulnya risiko produksi. Hal ini terjadi karena dosis penggunaan input pupuk organik yang belum dikuasai dengan baik. Preferensi risiko petani juga mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan petani untuk melakukan usahatani padi organik. Semakin besar risk taker petani, maka semakin besar kemungkinan petani memutuskan untuk melakukan usahatani organik. Disamping faktor preferensi risiko petani, faktor lain yang menentukan penerapan usahatani padi organik yaitu umur petani, pendapatan di luar usahatani padi, luas lahan garapan, status lahan, dan pengalaman petani dalam usahatani padi. Yamota dan Cruz (2007) mengadakan penelitian berkaitan dengan adopsi pertanian padi organik. Penelitiannya mempunyai tujuan yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi rata-rata adopsi padi organik. Penelitiannya yang dilakukan di daerah Magsaysay, Provinsi Davao del sur, Filipina menunjukkan bahwa seminar dan pelatihan padi organik mempengaruhi petani mengadopsi pertanian padi organik. Semakin sering petani menghadiri seminar dan pelatihan, maka semakin besar peluang petani mengadopsi padi organik. Selain itu, semakin tinggi kemauan petani-petani untuk membayar/menerima (WTP/WTA), maka semakin tinggi rata-rata petani yang mengadopsi pertanian padi organik.
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya akan tetap merupakan agenda penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Beras sebagai bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai peran yang besar dalam mewujudkan stabilitas nasional. Oleh karena itu, perberasan akan selalu menjadi sorotan dan pembicaraan yang menarik bagi berbagai kalangan. Dari sisi pemenuhan kebutuhan beras, ada tiga aspek yang perlu terus ditingkatkan,
yaitu
ketersediaan,
stabilitas,
dan
kemampuan
produksi.
Ketersediaan mengisyaratkan adanya rata-rata pasokan beras yang cukup dan tersedia
setiap
saat.
Stabilitas
bisa
dipandang
sebagai
kemampuan
meminimumkan kesenjangan antara prediksi dan permintaan riil konsumsi beras, terutama pada tahun-tahun atau musim-musim sulit. Kemampuan memproduksi beras sangat erat dengan ketersediaan sumber daya terutama lahan, penerapan teknologi, serta insentif usahatani. Sejalan dengan makin meningkatnya kebutuhan akan beras sebagai konsekuensi logis dari meningkatnya kebutuhan konsumsi akibat pertambahan jumlah penduduk dan kebutuhan industri, maka upaya-upaya untuk meningkatkan produksi padi terus dilakukan. Pemenuhan konsumsi beras melalui penyediaan dalam negeri akan menjadi tema sentral dalam pembangunan subsektor tanaman pangan. Walaupun beras mungkin lebih murah bila diimpor, pemenuhan kebutuhan beras dari produksi sendiri tetap penting untuk mengurangi ketergantungan
pada
pasar
dunia.
Ditambah
lagi,
jumlah
beras
yang
20
diperdagangkan
di
pasar
internasional
terbatas
(thin
market)
(Hafsah dan Sudaryanto, 2004). Urgensi peningkatan produktivitas padi memang sulit dibantah. Jika terjadi penurunan produktivitas usahatani padi maka mengakibatkan pendapatan petani padi menurun dan nilai tukar yang diterima petani padi cenderung turun. Selain itu, penurunan produktivitas juga berpotensi mempercepat penyusutan luas panen padi sawah secara permanen. Hal ini dikarenakan, petani adalah price taker maka penurunan produktivitas mengakibatkan keuntungan usahatani turun. Kondisi ini jika tidak diperbaiki menyebabkan motivasi petani untuk menanam padi menurun. Jika kecenderungan ini terus berlangsung maka petani akan beralih ke komoditas nonpadi karena lebih menguntungkan. Pada akhirnya, luas tanam dan panen padi menurun dengan kecenderungan yang bersifat permanen (Sumaryanto, 2004) Berbagai cara dilakukan untuk mengatasi masalah pangan, diantaranya dengan melakukan praktek pengembangan teknologi maju melalui Revolusi Hijau atau pertanian konvensional. Akan tetapi, pendekatan dan praktek pertanian konvensional yang dilaksanakan di beberapa negara termasuk Indonesia merupakan praktek pertanian yang tidak mengikuti prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Pertanian konvensional dilandasi oleh pendekatan industrial dengan orientasi pertanian agribisnis skala besar, padat modal, serta ketergantungan pada masukan produksi dari luar yang boros energi tak terbarukan, termasuk penggunaan berbagai jenis agrokimia (pupuk kimia dan pestisida). Apabila kebijakan dan praktek pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah dan petani yang masih bertumpu pada kebijakan dan praktek konvensional, akan membahayakan masa depan petani, lingkungan pertanian,
21
masyarakat, bangsa, negara serta dunia. Oleh karena itu, dikembangkan konsep pertanian padi yang berkelanjutan dengan input luar rendah. Pertanian ini mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang tersedia di tempat (seperti tanah, air, tanaman, dan hewan lokal serta tenaga manusia, pengetahuan, dan keterampilan) dan yang secara ekonomi layak, mantap secara ekologi, disesuaikan menurut budaya dan adil secara sosial. Pemanfaatan input luar tidak dikesampingkan, namun hanya sebagai pelengkap pemanfaatan sumber daya lokal. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Pada
penelitian
ini
akan
dilakukan
analisis
usahatani
untuk
membandingkan usahatani padi dengan dan tanpa pupuk organik dilihat dari aspek ekonomi.
Analisis
yang
dilakukan
adalah
analisis
pendapatan
yang
membandingkan pendapatan usahatani padi dengan dan tanpa pupuk organik. Kedua usahatani tersebut dilihat berdasarkan faktor lingkungan, karakteristik usahatani dan pribadi petani. Lalu, perbedaan dari kedua usahatani tersebut dapat dilihat berdasarkan masing-masing dari input usahatani, produktivitas padi, dan harga gabah kering panen (GKP). Selain itu, penelitian ini dilakukan pula analisis mengenai faktor-faktor penentu penggunaan pupuk organik pada usahatani padi. Pendekatan yang dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepada petani dan dianalisis dengan menggunakan model regresi logistik.
22
Produktivitas Padi Kabupaten Bogor Kecamatan Dramaga, Desa Purwasari dan Kecamatan Tamansari, Desa Sukajadi Variasi Pilihan Usahatani Padi Faktor Lingkungan Usahatani Padi dengan Pupuk Organik
Input Usahatani Padi dengan Pupuk Organik
Karakteristik Usahatani Karakteristik Pribadi Petani
Model Regresi Logistik
Input Usahatani Padi Tanpa Pupuk Organik
Produktivitas Padi Tanpa Pupuk Organik
Produktivitas Padi dengan Pupuk Organik
Faktorfaktor penentu pengguna -an pupuk organik
Usahatani Padi Tanpa Pupuk Organik
Harga Gabah Kering Panen (GKP) dengan Pupuk Organik
Harga Gabah Kering Panen (GKP) Tanpa Pupuk Organik
Pendapatan Usahatani Padi dengan Pupuk Organik
Pendapatan Usahatani Padi Tanpa Pupuk Organik Pendapatan Usahatani Padi dengan Pupuk Organik <,>,= Pendapatan Padi Tanpa Pupuk Organik
Analisis Pendapatan Usahatani Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
23
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan Kecamatan Dramaga dan Tamansari merupakan salah satu daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi di Desa Purwasari dan Sukajadi. Desa Purwasari dan Sukajadi merupakan daerah yang memiliki areal padi dengan pupuk organik di Kecamatan Dramaga dan Tamansari. Pengumpulan data primer dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2011. 4.2 Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dari petani padi dengan dan tanpa pupuk organik di lokasi penelitian dengan melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Selain petani, penyuluh pertanian dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor dan tokoh masyarakat juga dilibatkan dalam wawancara. Untuk memperoleh data primer petani padi dengan pupuk organik di Desa Purwasari dan Sukajadi, semua petani yang melakukan 2 kali musim tanam dijadikan sebagai sumber data primer. Jadi, petani yang hanya melakukan 1 kali musim tanam tidak dijadikan sebagai sumber data primer. Sementara pada petani padi tanpa pupuk organik, tidak semua petani dijadikan sebagai sumber data primer. Akan tetapi, yang dijadikan sumber data adalah sample dari petani tersebut.
24
Kegiatan pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik survei. Teknik survei merupakan metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada petani yang telah disiapkan untuk menggali data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun data-data tersebut antara lain berkaitan dengan identitas petani, karakteristik petani, karakteristik usahatani padi, persepsi petani yang sudah melakukan adopsi padi dengan pupuk organik, dan persepsi petani padi tanpa pupuk organik dalam mengadopsi usahatani padi dengan menggunakan pupuk organik. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data potensi dan keadaan umum daerah penelitian, data potensi produksi pertanian, data penduduk, dan literatur-literatur yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, BPS Indonesia serta dinas-dinas lainnya yang terkait. Selain itu data sekunder juga dapat diperoleh dari berbagai literatur yang terdapat pada buku, laporan penelitian, jurnal, dan internet. 1.3 Metode Pengambilan Contoh Pengambilan contoh dilakukan dengan metode non probability sampling secara purposive sampling. Responden yang berasal dari Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga sebanyak 30 responden yang dibagi menjadi dua, yaitu 15 responden merupakan responden padi dengan pupuk organik dan 15 responden lainnya merupakan responden padi tanpa pupuk organik. Kemudian sebanyak 10 responden dari Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari yang dibagi menjadi dua, yaitu 5 responden merupakan responden padi dengan pupuk organik dan 5 responden lainnya merupakan responden padi tanpa pupuk organik. Pada metode ini, pemilihan responden bukan atas pertimbangan sendiri melainkan atas petunjuk
25
dan arahan ketua kelompok tani, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), aparatur desa, dan tokoh-tokoh desa. Total responden sebanyak 40 orang dibagi menjadi dua yaitu 20 responden merupakan responden petani padi dengan pupuk organik dan 20 responden lainnya merupakan responden petani padi tanpa pupuk organik. 1.4 Metode Analisis Data Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diolah dalam bentuk tabulasi, dan perhitungannya secara manual dan komputerisasi dengan program Microsoft Office Excel 2007 dan Minitab 14.0 for Windows. Sementara itu, data kualitatif dilakukan secara deskriptif. Tabel 2. Jenis Data, Sumber Data, dan Metode Analisis Data Tujuan
Data Jenis
Sumber
Membandingkan pendapatan usahatani padi dengan dan tanpa pupuk organik
Kuantitatif
Survei
Faktor-faktor penentu penggunaan pupuk organik pada usahatani padi
Kuantitatif dan Kualitatif
Survei
Metode Analisis Data Analisis Pendapatan Usahatani Regresi Logistik
Selain itu, sumber data pada penelitian ini, yaitu dengan melakukan survei. Dimana informasi dari suatu contoh dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner (sembari mewawancarai petani). 1.4.1 Analisis Pendapatan Usahatani Untuk membandingkan pendapatan petani yang menggunakan padi dengan dan tanpa pupuk organik, salah satunya yaitu dengan menggunakan perhitungan matematis yaitu pendapatan kotor usahatani (Gross Farm Income) dan pendapatan bersih usahatani (Net Farm Income). Pendapatan kotor usahatani merupakan selisih antara nilai produksi dengan biaya tunai, yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1986): 26
GFI = NP - BT Dimana : GFI NP
BT
= Pendapatan Kotor Usahatani (Gross Farm Income) = Penerimaan, yang merupakan hasil kali antara jumlah produksi beras/Gabah Kering Giling (GKG)/Gabah Kering Panen (GKP) dengan harga beras/Gabah Kering Giling (GKG)/Gabah Kering Panen (GKP) = Biaya Tunai, yang dikeluarkan secara tunai untuk pembelian pupuk, bibit, upah tenaga kerja maupun sarana produksi lainnya.
Pendapatan bersih usahatani merupakan penerimaan yang diterima petani setelah dikurangi biaya tunai dan biaya diperhitungkan atau hasil pengurangan pendapatan kotor usahatani (GFI) dan biaya diperhitungkan. Secara matematis pendapatan bersih usahatani dapat dituliskan sebagai berikut : NFI = GFI – BD Dimana: NFI GFI BD
1.4.2
= Pendapatan Bersih Usahatani (Net Farm Income) = Pendapatan Kotor Usahatani = Biaya Diperhitungkan, terdiri atas biaya penyusutan, biaya tenaga kerja dalam keluarga dan lain-lain
Analisis Faktor-faktor Penentu Penggunaan Pupuk Organik pada Usahatani Padi
1.4.2.1 Model Regresi Logistik Biner Model regresi logistik merupakan variasi dari model regresi. Model regresi ini digunakan jika peubah dependent Y-nya berupa kategori biner, peubah ordinal ataupun nominal. Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi logistik biner. Analisis regresi logistik biner dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor penentu penggunaan pupuk organik pada usahatani padi. Hal ini mengindikasikan bahwa model tersebut dirumuskan sebagai berikut ( Juanda, 2009) : Pi = F(Zi) = F(α + βXi) =
............................................................(1) 27
Dimana : Pi = peluang seseorang dalam mengambil keputusan e = logaritma natural dengan nilai 2,718 Untuk melihat model pada persamaan (1) serta parameter koefisiennya mudah diinterpretasikan, maka persamaan (1) dapat ditunjukkan menjadi : 1
1 →
=
1 ................................................(2)
Persamaan (2) ditransformasikan dengan logaritma natural, maka : →
ln
..................................................(3)
Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap penentuan penggunaan pupuk organik pada usahatani padi di antaranya umur petani, lama pendidikan petani, luas lahan, jumlah tanggungan, pendapatan luar usahatani padi, dan pengalaman bertani. Berdasarkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhinya, maka model logit dapat dijabarkan sebagai berikut: ln
Pi 1
Pi
Zi
α
β1X1
β2X2
β3X3
β4X4
β5X5
β6X6
Dimana : Pi = Peluang kesediaan petani menggunakan pupuk organik (Pi =0; tidak bersedia, Pi=1; bersedia) Zi = Keputusan petani α = Konstanta/intersep β = Koefisien Regresi X1 = Umur petani (tahun) X2 = Lama pendidikan petani (tahun) X3 = Luas Lahan (ha) X4 = jumlah tanggungan petani (jiwa) X5 = Pengalaman bertani padi dengan pupuk organik (tahun) X6 = Pendapatan Luar Usahatani Padi (Rp) Hipotesis faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap keputusan petani menggunakan pupuk organik :
28
1) Umur Petani (X1) Umur petani diharapkan negatif. Semakin muda umur seorang petani diduga akan semakin terbuka terhadap suatu perubahan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa usia muda lebih produktif dan lebih memungkinkan untuk melakukan sesuatu yang baru. 2) Lama Pendidikan Petani (X2) Lama pendidikan petani diharapkan positif. Diduga semakin lama pendidikan petani
maka
kemampuan
untuk
memahami
sesuatu
yang
baru
(seperti usahatani padi dengan pupuk organik) akan lebih mudah dibandingkan dengan petani yang berpendidikan rendah. 3) Luas Lahan (X3) Luas lahan diharapkan positif. Semakin besar luas lahan pada usahatani padi diduga mempengaruhi seorang petani untuk melakukan sistem pertanian baru. Oleh karena itu, diduga besarnya luas lahan usahatani padi mempengaruhi keputusan petani dalam mengadopsi sistem usahatani padi dengan pupuk organik. 4) Jumlah Tanggungan Petani (X4) Jumlah tanggungan petani diharapkan positif. Semakin banyak anggota keluarga yang harus ditanggung, maka akan semakin banyak pula kebutuhan hidup yang harus ditanggung, sehingga tekanan untuk mendapatkan pendapatan yang tinggi semakin besar. Oleh karena itu, diduga besarnya jumlah tanggungan petani dapat mempengaruhi keputusan petani mengadopsi sistem usahatani padi dengan pupuk organik.
29
5) Pengalaman Petani (X5) Pengalaman petani diharapkan positif. Semakin lama pengalaman petani tentang usahatani padi, maka diharapkan petani dapat memilih sistem usahatani yang lebih baik. 6) Pendapatan Luar Usahatani Padi (X6) Pengaruh pendapatan luar usahatani padi diharapkan positif. Semakin besar pendapatan yang diperoleh oleh petani, maka diharapkan petani berani mengambil keputusan untuk mengadopsi usahatani padi dengan pupuk organik. 1.4.2.2 Pengujian Model Regresi Logistik Biner 1) Uji Likelihood Ratio Uji likelihood ratio adalah rasio fungsi kemungkinan modelUR (lengkap) terhadap fungsi kemungkinan modelR (H0 benar). Fungsi kemungkinan disini adalah dalam persamaan (1) (Juanda, 2009). Hipotesis statistik yang diuji dalam hal ini adalah : H0 : β1 = β2 =....= βn = 0 (model tidak signifikan) H1 : minimal ada βj ≠ 0, untuk j =1,2,...n (model signifikan) Statistik uji-G dibawah ini menyebar menurut sebaran khi-kuadrat dengan derajat bebas (k-1). G = -2 ln = 2 ln
_
_
2
_
_
≈
_
ln
_
Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis H0 ditolak jika : statistik G >
.
30
2) Odds Ratio Dalam kajian hubungan antar variabel katageri dikenal adanya ukuran asosiasi atau ukuran keeratan hubungan antar variabel kategori. Salah satu ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logistik adalah odds ratio. Odds ratio berarti rasio peluang kejadian suskes dengan kejadian tidak sukses dari variabel respon ( Firdaus, 2004)
Odds Ratio = Dimana, P : Peluang kejadian yang terjadi (1 - P) : Peluang kejadian yang tidak terjadi 3) Uji Wald Uji Wald digunakan untuk menjelaskan bahwa variabel penjelas mempunyai pengaruh pada variabel respon. Hipotesis statistik yang diuji adalah : H0 : βj = 0, untuk j = 1,2,....,n H1 : βj ≠ 0 Secara matetamatis, uji Wald dapat dituliskan sebagai berikut : W= Dimana : = koefisien regresi Se ( = standard error of β (galat kesalahan dari β)
31
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian di Desa Purwasari dan Desa Sukajadi 5.1.1 Letak Geografis dan Pembagian Administrasi Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa ini terletak kurang lebih 7 km dari Kecamatan Dramaga, 40 km dari ibu kota Kabupaten Bogor dan 157 km dari ibu kota provinsi Jawa Barat. Adapun perbatasan wilayah Desa Purwasari adalah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Desa Petir, Kecamatan Dramaga
Sebelah Selatan
: Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari
Sebelah Barat
: Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjo Laya
Sebelah Timur
: Desa Petir, Kecamatan Dramaga
Luas wilayah Desa Purwasari sebesar 211,02 hektar yang terdiri dari wilayah
pemukiman,
persawahan,
perkebunan
dan
lain-lain.
Informasi
penggunaan lahan di Desa Purwasari secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan lahan di Desa Purwasari Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Penggunaan Lahan Pemukiman Persawahan Perkebunan Kuburan Pekarangan Taman Perkantoran Prasarana umum lainnya Total
Luas (ha) 30,42 158,23 12,28 1,75 1,44 0,10 0,15 6,65 211,02
Persentase (%) 14,41 74,99 5,82 0,83 0,68 0,05 0,07 3,15 100,00
Sumber : Data Monografi Kelurahan Purwasari Tahun 2010
32
Berdasarkan kondisi geografisnya desa ini berada pada ketinggian 535 m dpl. Sementara secara topografi desa ini memiliki wilayah berbukit-bukit seluas 10 hektar dan wilayah dataran rendah seluas 130 hektar. Curah hujan rata-rata 2.000 – 2500 mm, sedangkan suhu rata-rata 280C – 320C. 5.1.2 Letak Geografis dan Pembagian Administrasi Desa Sukajadi Desa Sukajadi merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa ini merupakan desa dari Kecamatan Tamansari yang berbatasan langsung dengan Desa Purwasari dari Kecamatan Dramaga. Desa ini terletak sekitar 6 km dari Kecamatan Tamansari, 34 km dari ibu kota Kabupaten Bogor dan 134 km dari ibu kota Provinsi Jawa Barat. Adapun perbatasan wilayah Desa Sukajadi adalah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga
Sebelah Selatan
: Gunung Salak
Sebelah Barat
: Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjo Laya
Sebelah Timur
: Desa Sukajaya, Kecamatan Taman Sari
Berdasarkan kondisi geografisnya desa ini berada pada ketinggian 420 m dpl. Lahan yang berada di Desa Sukajadi termasuk tanah yang subur dengan tingkat kemiringan sebesar 20 derajat. Curah hujan rata-rata 1100 mm, sedangkan suhu rata-rata 200C. Luas wilayah Desa Sukajadi sebesar 307,08 hektar yang terdiri dari wilayah pemukiman, persawahan, ladang dan lain-lain. Informasi penggunaan lahan di Desa Sukajadi secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.
33
Tabel 4. Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan Lahan di Desa Sukajadi Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penggunaan Lahan Pemukiman Persawahan Ladang/Tanah Darat Jalan Pemakaman Perkantoran Lapangan Olahraga Tanah Peribadatan Tanah Bangunan Pendidikan Tanah Lain-lain Total
Luas (ha) 21,40 161,61 109,31 11,30 0,50 0,09 0,75 0,71 0,75 0,66 307,08
Persentase (%) 6,97 52,63 35,60 3,68 0,16 0,02 0,24 0,23 0,24 0,21 100,00
Sumber : Data Monografi Kelurahan Sukajadi Tahun 2010
5.1.3 Keadaan Sosial Ekonomi Desa Purwasari Penduduk Desa Purwasari berjumlah 6.747 jiwa yang terdiri dari 3.474 (51,49%) laki-laki dan 3.273 (48,51%) perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebesar 1.791 jiwa. Komposisi penduduk menurut kelompok usia pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5, paling besar penduduk Desa Purwasari berada pada kisaran usia 30-56 tahun, yaitu sebesar 2.346 jiwa. Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Usia di Desa Purwasari Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6
Kelompok Usia 0-12 bulan 1-6 tahun 7-16 tahun 17-29 tahun 30-56 tahun Lebih dari 56 tahun Total
Jumlah (Orang) 95 677 1.204 1.376 2.346 1.049 6.747
Persentase (%) 1,41 10,03 17,85 20,39 34,77 15,55 100,00
Sumber : Data Monografi Kelurahan Purwasari Tahun 2010
Tingkat pendidikan penduduk di Desa Purwasari masih tergolong rendah. Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan masyarakat di Desa Purwasari tahun 2010 merupakan tamatan SD yaitu sebesar 1.768 jiwa
34
(27,59%). Selain itu, banyaknya masyarakat Desa Purwasari yang tidak pernah sekolah sebesar 1.254 jiwa (19,57%). Tabel 6. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Purwasari Tahun 2010 No 1 2
Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 206 Usia 3-6 tahun yang sedang TK/play 226 group 4 Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 1.178 5 Usia 7-56 tahun yang tidak pernah sekolah 1.254 6 Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak tamat 991 7 Tamat SD 1.768 8 Tamat SLTP 448 9 Tamat SMA 297 10 Tamat D1 9 11 Tamat D2 5 12 Tamat D3 4 13 Tamat S1 13 14 Tamat S2 6 2 15 Tamat S3 Total 6.407 Sumber : Data Monografi Kelurahan Purwasari Tahun 2010
Persentase (%) 3,22 3,53 18,39 19,57 15,47 27,59 6,99 4,64 0,14 0,08 0.06 0,20 0,09 0,03 100,00
Dilihat dari segi mata pencahariaan, sebagian besar penduduk Desa Purwasari berprofesi sebagai petani yaitu sebesar 883 jiwa atau 44,28% dari total jumlah penduduk yang bekerja. Sementara yang berprofesi sebagai buruh tani sebesar 908 jiwa atau 45,54% dari jumlah penduduk yang bekerja (Tabel 7). Tabel 7. Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Purwasari Tahun 2010 No 1 2 4 5 6 7 8 9 10
Jenis Pekerjaan Petani Buruh Tani Pegawai Negeri Sipil Pengrajin Pedagang Pengusaha Kecil dan Menengah Peternak Pembantu Rumah Tangga Lain-lain Total
Jumlah (orang) 883 908 25 62 15 31 1 30 39 1994
Persentase (%) 44,28 45,54 1,25 3,11 0,75 1,55 0,05 1,50 1,95 100
Sumber : Data Monografi Kelurahan Purwasari Tahun 2010
35
5.1.4 Keadaan Sosial Ekonomi Desa Sukajadi Penduduk Desa Sukajadi berjumlah 7.762 jiwa yang terdiri dari 3.834 (49,39%) laki-laki dan 3.926 (50,58%) perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebesar 1.912 jiwa. Komposisi penduduk menurut kelompok usia pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8, paling besar penduduk Desa Sukajadi berada pada kelompok usia 30-56 tahun, yaitu sebesar 2.181 jiwa. Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Usia di Desa Sukajadi Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6
Kelompok Usia 0-11 bulan 1-6 tahun 7-16 tahun 17-29 tahun 30-56 tahun Lebih dari 56 tahun Total
Jumlah (Orang) 248 1.119 1.724 1.918 2.181 572 7.762
Persentase (%) 3,20 14,42 22,21 24,71 28,10 7,37 100,00
Sumber : Data Monografi Kelurahan Sukajadi Tahun 2010
Serupa dengan Desa Purwasari, tingkat pendidikan penduduk di Desa Sukajadi masih tergolong rendah. Sebagian besar tingkat pendidikan masyarakat di Desa Sukajadi tahun 2010 merupakan lulusan SD yaitu sebesar 2.423 jiwa. Tabel 9. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sukajadi Tahun 2010 No 1 2 4 5 6
Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 676 9,51 Usia 3-6 tahun yang sedang TK 40 0,56 Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 1.441 20,26 Usia 7-56 tahun yang tidak pernah sekolah 563 7,92 Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak tamat 997 14,02 7 Tamat SD 2.423 34,07 8 Usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP dan SMA 52 0,73 9 Tamat SLTP 669 9,41 10 Tamat SMA 202 2,84 11 Tamat D3 40 0,56 12 Tamat S1 8 0,11 Total 7.111 100,00 Sumber : Data Monografi Kelurahan Sukajadi Tahun 2010
36
Ditinjau dari segi mata pencahariaan di Desa Sukajadi, ternyata tidak jauh berbeda dengan Desa Purwasari. Sebagian besar penduduk Desa Sukajadi berprofesi sebagai petani yaitu sebesar 1.422 jiwa (43,17%). Sementara yang berprofesi sebagai buruh tani sebesar 637 jiwa (19,34%) dengan luas areal pertanian (persawahan) yang mencapai 52,63% dari total luas wilayah Desa Sukajadi. Tabel 10. Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Sukajadi Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Pekerjaan Petani Pedagang Pegawai Negeri Sipil Wiraswasta Pegawai Swasta Pertukangan Jasa Lain-lain Total
Jumlah (orang) 1.422 637 15 629 439 41 16 95 3.294
Persentase (%) 43,17 19,34 0,46 19,10 13,33 1,24 0,49 2,88 100,00
Sumber : Data Monografi Kelurahan Sukajadi Tahun 2010
5.2
Karakteristik Petani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik : Hasil Survei Karakteristik petani padi di Desa Purwasari dan Desa Sukajadi diperoleh
berdasarkan hasil survei terhadap 20 responden petani padi dengan pupuk organik dan 20 responden petani padi tanpa pupuk organik, dimana dari Desa Purwasari diambil masing-masing 15 responden dan dari Desa Sukajadi diambil masing-masing 5 responden. Karakteristik petani responden ini diuraikan berdasarkan usia petani, tingkat pendidikan, luas lahan garapan, sifat usahatani padi, pengalaman berusahatani padi dan lamanya berusahatani padi dengan pupuk organik organik.
37
5.2.1 Usia Petani Usia petani responden di Desa Purwasari dan Desa Sukajadi beragam, dari yang berusia 29 tahun sampai 75 tahun. Sebagian besar petani padi responden berada pada kelompok usia 50-60 tahun yaitu berjumlah 19 petani dari 40 petani. Pada petani padi dengan pupuk organik, sebagian besar berada pada kelompok usia 50-60 tahun yaitu berjumlah 11 orang (55%). Selanjutnya, kelompok usia 60 tahun keatas berjumlah 2 orang (10%) dan kelompok usia kurang dari 50 tahun berjumlah 7 orang (35%). Pada petani responden dari usahatani padi tanpa pupuk organik, sebagian besar berada pada kelompok usia kurang dari 50 tahun dan antara 50-60 tahun yang masing-masing berjumlah 6 orang (30%) dan 8 orang (40%). Sisanya berada pada kelompok usia 60 tahun keatas yang berjumlah 6 orang (30%). Hal ini memperlihatkan bahwa sebagian besar petani padi responden di Desa Purwasari dan Desa Sukajadi berusia antara 50-60 tahun. Tabel 11. Karakteristik Petani Responden Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Berdasarkan Kelompok Usia No 1 2 3
Kelompok Usia < 50 tahun 50-60 tahun > 60 tahun Total
Petani Padi dengan Pupuk Organik Jumlah Persentase (orang) (%) 7 35 11 55 2 10 20 100
Petani Padi Tanpa Pupuk Organik Jumlah Persentase (orang) (%) 6 30 8 40 6 30 20 100
Sumber : Data Primer, Diolah (2011)
5.2.2 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan petani padi di Desa Purwasari dan Desa Sukajadi termasuk masih rendah. Sebagian besar petani padi dengan dan tanpa pupuk organik merupakan lulusan SD, yaitu sebesar 65% untuk petani padi dengan
38
pupuk organik dan 60% untuk padi tanpa pupuk organik. Bahkan ada juga petani yang tidak tamat SD dari usahatani padi tanpa pupuk organik sebesar 10%. Selain itu, petani padi dengan dan tanpa pupuk organik yang lulusan SMU yaitu masing-masing berjumlah 2 orang (10%) dan 4 orang (20%). Adapun petani padi dengan pupuk organik lulusan SLTP, SMK, dan D3 yaitu masing-masing berjumlah 3 orang (15%), 1 orang (5%), dan 1 orang (5%). Sementara petani yang memiliki tingkat pendidikan yang tertinggi yaitu S1 berada pada usahatani padi tanpa pupuk organik sejumlah 2 orang (10%). Para petani padi dengan dan tanpa pupuk organik juga mengikuti penyuluhan dan pelatihan usahatani dari pemerintah (Departemen Pertanian) dan beberapa ahli usahatani padi (SLPHT, peneliti dari institusi, dan lain sebagainya). Akan tetapi, hanya beberapa petani padi tanpa pupuk organik yang pernah mengikuti pelatihan tentang pertanian organik, sehingga banyak dari petani padi tanpa pupuk organik yang tidak mengetahui tentang pemahaman organik. Tabel 12. Karakteristik Petani Responden Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Berdasarkan Tingkat Pendidikan No 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD SD SLTP SMU SMK D3 S1 Total
Petani Padi dengan Pupuk Organik Jumlah Persentase (orang) (%) 0 13 3 2 1 1 0 20
0 65 15 10 5 5 0 100
Petani Padi Tanpa Pupuk Organik Jumlah Persentase (orang) (%) 2 12 0 4 0 0 2 20
10 60 0 20 0 0 10 100
Sumber : Data Primer, Diolah (2011)
39
5.2.3 Luas Lahan Garapan Status kepemilikan lahan padi dengan dan tanpa pupuk organik di Desa Purwasari dan Desa Sukajadi sebagian besar berstatus pemilik lahan. Hal ini dikarenakan lahan pertanian di Desa Purwasari dan Desa Sukajadi sebagian besar didapat secara turun temurun. Luas lahan garapan petani responden mulai dari luas lahan garapan 800 m2 sampai 20.000 m2. Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa petani padi dengan pupuk organik yang mempunyai luas lahan garapan 2.000 m2 – 5.000 m2 dan lebih dari 5.000 m2 masing-masing lebih banyak sebesar 65% dan 25%, sedangkan jumlah petani padi tanpa pupuk organik masing-masing hanya sebesar 45% dan 10%. Sementara petani padi yang memiliki luas lahan garapan kurang dari 2.000 m2 lebih banyak dimiliki oleh petani padi tanpa pupuk organik senilai 45% daripada jumlah petani padi dengan pupuk organik hanya senilai 10%. Berdasarkan Tabel 13, dapat disimpulkan bahwa luas lahan petani padi dengan pupuk organik lebih besar dibandingkan dengan luas lahan petani padi tanpa pupuk organik. Tabel 13. Karakteristik Petani Responden Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Berdasarkan Luas Lahan Garapan Luas Lahan Garapan < 2.000 m2 2.000 m2 – 5.000 m2 > 5.000 m2 Total
Petani Padi dengan Pupuk Organik Jumlah Persentase (Orang) (%) 2 10 13 65 5 25 20 100
Petani Padi Tanpa Pupuk Organik Jumlah Persentase (Orang) (%) 9 45 9 45 2 10 20 100
Sumber : Data Primer, Diolah (2011)
5.2.4 Sifat Usahatani Padi Sebagian besar petani padi dengan dan tanpa pupuk organik menyatakan bahwa berusahatani padi merupakan pekerjaan utama. Berdasarkan Tabel 14,
40
sebesar 85% dari 20 responden petani padi dengan pupuk organik menyatakan bahwa usahatani padi merupakan mata pencaharian utama dan sisanya sebesar 15% menyatakan bahwa usahatani padi merupakan pekerjaan sampingan. Sementara pada petani padi tanpa pupuk organik sebesar 80% dari 20 responden menyatakan bahwa usahatani padi merupakan mata pencaharian utama dan sisanya sebesar 10% menyatakan bahwa usahatani padi merupakan pekerjaan sampingan. Tabel 14. Karakteristik Petani Responden Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Berdasarkan Sifat Usahatani Padi No 1 2
Sifat Usahatani Padi Utama Sampingan Total
Petani Padi dengan Pupuk Organik Jumlah Persentase (orang) (%) 17 85 3 15 20 100
Petani Padi Tanpa Pupuk Organik Jumlah Persentase (orang) (%) 16 80 4 20 20 100
Sumber : Data Primer, Diolah (2011)
Alasan petani responden menyatakan bahwa usahatani padi adalah mata pencaharian utama karena petani tidak memiliki keahlian lagi selain berusahatani dan kebiasaan dari turun-temurun yang membuat petani hanya melakukan pekerjaan bertani. Sementara petani padi yang menyatakan bahwa usahatani padi merupakan pekerjaan sampingan karena petani tersebut mempunyai pekerjaan utama sebagai pedagang, wiraswasta, buruh, peternak, dan guru. 5.2.5 Pengalaman Berusahatani Padi Pengalaman para petani padi di Desa Purwasari dan Sukajadi sudah cukup berpengalaman. Sebagian besar petani padi yang melakukan usahatani padi sudah lebih dari 10 tahun. Hal ini dikarenakan sebagian besar para petani sudah
41
menggeluti usahatani padi dari umur kurang lebih 12 tahun dan sudah menjadi keahlian dari turun-temurun. Pengalaman petani padi dengan pupuk organik di Desa Purwasari dan Sukajadi rata-rata sudah selama 3 tahun. Bermula dari adanya program Go Organic 2010, pemerintah memberikan bantuan berupa bibit dan pupuk organik untuk mendukung program tersebut. Hal ini membuat petani padi yang pernah mendapatkan pelatihan dan pembinaan tentang pertanian organik ingin menggeluti pertanian padi dengan pupuk organik. Akan tetapi, ada beberapa petani padi tanpa pupuk organik yang ingin beralih ke pertanian dengan pupuk organik tetapi tidak mendapatkan bantuan karena keterbatasan subsidi, sehingga petani-petani tersebut tetap menggeluti pertanian tanpa pupuk organik. Ada juga yang pernah menggeluti pertanian dengan pupuk organik beralih ke pertanian tanpa pupuk organik kembali karena mengalami gagal panen. Mereka menyatakan jika permasalahan tersebut dapat diatasi, mereka masih bersedia untuk melakukan usahatani dengan pupuk organik.
42
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Penerimaan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Padi dengan pupuk organik menunjukkan produktivitas yang lebih tinggi daripada produktivitas padi tanpa pupuk organik di Desa Purwasari dan Desa Sukajadi yang dilakukan 2 kali musim tanam pada tahun 2010-2011. Pada Tabel 15, rata-rata produksi perhektar padi dengan dan tanpa pupuk organik masing-masing adalah 4.102,5 kg/ha dan 3.977,9 kg/ha Gabah Kering Panen (GKP). Dengan demikian, produktivitas padi dengan pupuk organik 3,1% lebih tinggi daripada produktivitas padi tanpa pupuk organik. Tabel 15. Penerimaan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik perhektar Desa Purwasari dan Sukajadi Selama 2 Kali Musim Tanam Kabupaten Bogor Tahun 2010-2011 Usahatani Padi dengan Pupuk Organik
Usahatani Padi Tanpa Pupuk Organik
MT1
MT2
Rata-rata
MT1
MT2
Rata-rata
%Selisih Rata-rata
4.074,8
4.130,1
4.102,5
3.792,3
4.163,4
3.977,9
3,1
Harga GKP (Rp/Kg)
2.325
2.325
2.325
2.195
2.195
2.195
5,9*
Penerimaan (Rp/Ha)
9.571.410
9.628.114
9.599.762
8.296.182
9.123.974
8.710.078
10,2
Uraian Produksi (Kg/Ha)
* Menunjukkan signifikan berbeda nyata secara statistik pada tingkat peluang 5% Sumber : Diolah, Data Primer 2011
Produktivitas padi dengan pupuk organik pada penelitian ini yaitu 4.102,5 kg/ha. Ternyata produktivitas padi dengan pupuk organik di Kecamatan Dramaga dan Tamansari masih jauh dibawah produktivitas padi organik pada penelitian Mayrowani dan Supriyati (2008) di Sragen yang mencapai 6,4 ton/ha GKP. Sebenarnya potensi produksi padi organik mampu mencapai 10,8 ton/ha GKP pada saat panen perdana untuk padi varietas intani tahun 2010 di daerah Toyogo, Sragen. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa produksi padi dengan pupuk
43
organik di Desa Purwasari dan Sukajadi masih jauh dibawah dari produksi padi organik di daerah lain yang sudah lama menerapkan usahatani padi organik. Harga gabah untuk padi dengan pupuk organik bervariasi diantara petani berdasarkan kondisi gabah yang dihasilkan petani. Harga gabah yang diterima petani padi dengan pupuk organik adalah Rp 2.325 per kg dan harga gabah yang diterima petani padi tanpa pupuk organik adalah Rp 2.195 per kg. Dengan demikian, rata-rata harga gabah untuk padi dengan pupuk organik adalah 5,9% lebih tinggi daripada harga gabah rata-rata padi tanpa pupuk organik. Secara statistik, harga gabah padi dengan pupuk organik berbeda nyata dengan harga gabah padi tanpa pupuk organik pada taraf nyata 5%. Informasi tersebut menunjukkan bahwa pada rata-rata musim tanam tersebut, padi dengan pupuk organik mempunyai keunggulan dalam harga gabah (Lampiran 2). Penerimaan petani padi merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi gabah yang dihasilkan dan harga gabah yang diterima petani padi. Berdasarkan produktivitas dan harga yang diterima petani, rata-rata penerimaan yang diterima petani padi dengan pupuk organik lebih tinggi dibandingkan rata- rata penerimaan yang diterima petani padi tanpa pupuk organik. Tabel 15 menunjukkan bahwa keunggulan usahatani padi dengan pupuk organik perhektar dalam produktivitas mencapai 3,1% dan harga gabah mencapai 5,9% dibandingkan dengan usahatani padi tanpa pupuk organik. 6.2 Biaya Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Biaya usahatani merupakan nilai barang atau jasa yang digunakan untuk kegiatan usahatani untuk menghasilkan produk usahatani. Berdasarkan sifatnya, biaya usahatani dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu biaya tunai
44
(dibayarkan) dan biaya diperhitungkan (tidak dibayarkan). Biaya tunai merupakan kelompok biaya dengan melakukan pembayaran selama kegiatan usahatani berlangsung baik berupa uang tunai maupun barang seperti gabah hasil panen. Dalam penelitian ini dapat diidentifikasi enam jenis pengeluaran yang masuk ke dalam kategori biaya tunai, diantaranya adalah upah TKLK (Tenaga Kerja Luar Keuarga), biaya pupuk, biaya benih, biaya pestisida, pajak, dan iuran pengairan (Lampiran 5 dan Lampiran 6). Biaya diperhitungkan merupakan jenis biaya yang pada kenyataannya petani tidak mengeluarkan uang atau alat pembayaran lainnya untuk melakukan pembayaran terhadap kegiatan usahatani. Pada penelitian ini dapat ditentukan dua jenis biaya diperhitungkan, yaitu biaya TKDK (Tenaga Kerja Dalam Keluarga) dan biaya penyusutan alat. Biaya tenaga kerja dalam keluarga adalah upah yang seharusnya dibayarkan petani kepada petani itu sendiri dan anggota keluargannya yang telah menyelesaikan suatu pekerjaan dalam usahatani. Pada kenyataannya upah TKDK tidak dibayarkan petani kepada TKDK. Biaya penyusutan alat menyatakan pengurangan nilai dari alat yang dimiliki petani karena peralatan tersebut telah digunakan dalam usahatani. Nilai ekonomis alat yang dimiliki petani, dari waktu ke waktu mengalami kecenderungan untuk turun. Oleh karena itu, walaupun tidak dikeluarkan secara nyata, biaya penyusutan peralatan perlu dimasukkan sebagai salah satu komponen biaya.
45
6.2.1
Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) adalah jenis biaya yang
mempunyai persentase paling tinggi baik untuk usahatani padi dengan maupun tanpa pupuk organik di Desa Purwasari dan Desa Sukajadi. Biaya TKLK untuk usahatani padi dengan pupuk organik lebih besar daripada biaya untuk padi tanpa pupuk organik. Biaya TKLK untuk usahatani padi dengan pupuk organik mencapai Rp 8.520.800 atau 81,00% dari biaya total usahatani padi dengan pupuk organik dan biaya TKLK untuk usahatani padi tanpa pupuk organik adalah sebesar Rp 5.486.792 atau 60,24% dari biaya total usahatani padi tanpa pupuk organik. Tabel 16. Biaya Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik perhektar Desa Purwasari dan Desa Sukajadi Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2010-2011 Jenis Biaya
1. TKLK 2. Bibit 3. a) Pupuk Kompos b) Pupuk Kimia 4. Pestisida 5. Pajak Bumi dan Bangunan 6. Biaya pengairan Total Biaya Tunai 1. TKDK 2. Penyusutan Peralatan Total Biaya diperhitungkan Total Biaya
Usahatani Padi dengan Pupuk Organik
Usahatani Padi Tanpa Pupuk Organik
Nilai (Rp/Ha) % Biaya Tunai 8.353.350 81,00 84.802 0,81 190.786 1,82 130.815 1,24 83.845 0,80 581.129
5,52
68.000 0,65 9.660.177 91,84 Biaya Diperhitungkan 782.798 7,44
Nilai (Rp/Ha)
%
5.486.792 397.559 0 759.492 161.077
60,24 4,36 0,00 8,33 1,77
733.691
8,05
85.299 7.623.910
0,94 83,69
1.384.955
15,20
75.795
0,72
99.976
1,10
858.593
8,16
1.484.931
16,30
10.518.770
100,00
9.108.841
100,00
Sumber : Diolah, Data Primer 2011
46
Selain menggunakan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga petani, usahatani padi di Desa Purwasari dan Sukajadi juga melibatkan tenaga kerja dari dalam keluarga petani. Biaya TKDK memiliki persentase yang kecil, jika dibandingkan dengan biaya TKLK. Biaya TKDK pada usahatani padi dengan pupuk organik hanya sepersepuluh dari TKLK usahatani padi dengan pupuk organik, sedangkan biaya TKDK pada usahatani padi tanpa pupuk organik hanya seperempat dari TKLK usahatani padi tanpa pupuk organik. Pada usahatani padi dengan pupuk organik, upah TKDK sebesar Rp 782.798 atau senilai 7,44% dari total biaya usahatani padi dengan pupuk organik. Nilai upah TKDK untuk usahatani padi tanpa pupuk organik adalah Rp 1.384.955 atau senilai 15,20% dari total biaya usahatani padi tanpa pupuk organik. Jenis pekerjaan yang memiliki upah tenaga kerja terbesar untuk usahatani padi dengan dan tanpa pupuk organik diaplikasikan untuk pemanenan. Pekerjaan pada pemanenan padi meliputi pemotongan padi, perontokan gabah, dan penimbangan gabah. Kebanyakan usahatani padi di Desa Purwasari dan Sukajadi harus membayar seperlima dari hasil panen. Upah yang diberikan untuk TKLK pada pemanenan bukan berupa uang tunai tetapi berupa gabah kering panen. Selain pemanenan, pekerjaan mengolah tanah juga memiliki upah tenaga kerja terbesar yang dilaksanakan dengan traktor tangan (hand tractor) dan tenaga manusia. Upah untuk hand tractor di Purwasari sebesar Rp 150.000 per 6 jam, sedangkan di Desa Sukajadi upahnya lebih murah sebesar Rp 100.000 per 6 jam. Setelah pekerjaan pengolahan tanah, selanjutnya dilakukan kegiatan penanaman yang dilakukan oleh TKLK wanita.
47
Tabel 17. Rincian Biaya Hand Tractor di Desa Purwasari dan Sukajadi Jenis Biaya Upah operator Upah angkut traktor Biaya Solar Uang kas sebagai biaya jika terjadi kerusakan Total Sumber : Data Primer (Diolah), 2011
Jumlah Biaya (Rp) Desa Purwasari Desa Sukajadi 50.000 25.000 30.000 45.000 150.000
50.000 25.000 25.000 100.000
Penyemprotan pestisida biasanya dilakukan oleh TKDK dan beberapa TKLK bagi petani yang memiliki lahan yang luas. Penyemprotan pestisida pada usahatani padi tanpa pupuk organik memerlukan kerja dan upah yang lebih besar daripada usahatani padi dengan pupuk organik. Hal ini dikarenakan usahatani padi tanpa pupuk organik melakukan penyemprotan pestisida yang lebih intensif untuk menghindari kerugian yang besar dari serangan hama. Sementara dengan usahatani padi dengan pupuk organik ada beberapa petani yang tidak menggunakan pestisida nabati, sehingga petani tersebut sering menghadapi permasalahan hama, seperti wereng coklat dan tungro. Pekerjaan persemaian dan pemupukan tidak membutuhkan kerja yang banyak. Kebanyakan petani hanya melibatkan TKDK dalam melakukan kegiatan persemaian dan pemupukan. Dari segi tingkat upah tenaga manusia, upah tenaga kerja laki-laki di Desa Purwasari dan Sukajadi secara umum lebih besar dibandingkan perempuan, yaitu sebesar Rp 25.000 per 6 jam. Hal ini dikarenakan, pekerjaannya yang lebih berat dibandingkan tenaga kerja perempuan. Sementara itu, terjadi perbedaan upah tenaga kerja perempuan di Purwasari dan Sukajadi. Upah tenaga kerja perempuan di Desa Purwasari sebesar Rp 20.000 per 6 jam ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan upah tenaga kerja perempuan di Sukajadi sebesar Rp 15.000 per 6 jam.
48
6.2.2 Biaya Pajak Bumi dan Bangunan Biaya pajak merupakan biaya terbesar kedua dari semua biaya usahatani padi dengan maupun tanpa pupuk organik di Desa Purwasari dan Sukajadi. Biaya pajak usahatani padi dengan pupuk organik mencapai Rp 581.129 atau 5,52% dari biaya total usahatani padi dengan pupuk organik dan biaya pajak usahatani padi tanpa pupuk organik mencapai Rp 733.691 atau senilai 8,05% dari biaya total usahatani padi tanpa pupuk organik. Biaya pajak di Desa Purwasari dan Sukajadi memiliki biaya yang cukup tinggi, dikarenakan wilayahnya yang berada di dataran tinggi dan dekat dengan kawasan wisata curug nangka yang masuk di wilayah Desa Sukajadi. Kawasan wisata ini memicu adanya kawasan penginapan dan rumah makan sehingga beberapa kawasan persawahan berubah menjadi kawasan pemukiman dan perdagangan. 6.2.3 Biaya Pupuk Biaya pupuk merupakan biaya terbesar selanjutnya setelah biaya pajak. Biaya pupuk untuk usahatani padi dengan pupuk organik ternyata lebih rendah daripada biaya pupuk untuk usahatani padi tanpa pupuk organik. Beberapa petani padi dengan pupuk organik membuat sendiri pupuk organik yang diambil dari bahan-bahan alami di sekitar lingkungan desa, sehingga tidak memerlukan biaya pupuk yang cukup mahal. Selain itu, sebagian besar petani Desa Purwasari mendapatkan bantuan pupuk organik dari pemerintah berupa program Go Organic dari tahun 2007. Sisanya ada petani yang membeli pupuk organik dengan harga pupuk kompos sebesar Rp 700 per kg dan harga pupuk kandang sebesar Rp 200 per kg.
49
Pupuk yang digunakan tidak sepenuhnya berasal dari pupuk organik, sekitar 10% - 25% pupuk kimia masih digunakan dalam usahatani padi dengan pupuk organik. Oleh karena itu, biaya pupuk pada usahatani padi dengan pupuk organik dibagi menjadi dua biaya pupuk, yaitu biaya pupuk organik dan kimia. Biaya pupuk organik sebesar Rp 190.786, sedangkan biaya pupuk kimia sebesar Rp 130.815. Tabel 18 merupakan gambaran pemakaian komposisi pupuk usahatani padi dengan dan tanpa pupuk organik dalam perhektar di Desa Purwasari dan Sukajadi. Tabel 18. Komposisi Pupuk Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik perhektar di Desa Purwasari dan Sukajadi Tahun 2010-2011 Jenis Pupuk
Usahatani Padi dengan Usahatani Padi Tanpa Pupuk Organik Pupuk Organik
1. Pupuk Organik Pupuk Kompos (Kg/Ha) Pupuk Kandang (Kg/Ha) Pupuk Cair (MOL) (L/Ha) 2. Pupuk Kimia Urea (Kg/Ha) TSP (Kg/Ha) KCL (Kg/Ha) Ponska (Kg/Ha) NPK (Kg/Ha)
2.284,7 1.600,0 5,0
0,0 0,0 0,0
53,2 10,0 10,0 17,5 0,0
207,9 90,8 56,5 128,2 100,0
Sumber : Data Primer (Diolah), 2011
Penggunaan komposisi pupuk kimia sekitar 10% - 25% pada usahatani padi dengan pupuk organik dikarenakan lahan padi tanpa pupuk organik masih berdekatan dengan lahan padi dengan pupuk organik. Hal ini mengakibatkan air irigasi yang digunakan bercampur dengan zat-zat kimiawi yang berasal dari padi tanpa pupuk organik. Selain itu, tanah yang digunakan oleh padi dengan pupuk organik masih belum pulih sepenuhnya dari sifat kimiawi karena pelaksanaan padi
50
dengan pupuk organik di Desa Purwasari dan Sukajadi yang masih dini, yaitu dimulai tahun 2007. 6.2.4 Biaya Bibit Biaya bibit merupakan biaya terbesar selanjutnya. Persentase biaya bibit usahatani padi dengan pupuk organik sebesar 0,81% dari total biaya usahatani padi dengan pupuk organik, sedangkan biaya bibit usahatani padi tanpa pupuk organik mencapai 4,36% dari total biaya usahatani padi tanpa pupuk organik. Biaya bibit padi tanpa pupuk organik dalam satu hektar lebih besar daripada padi dengan pupuk organik. Hal ini dikarenakan jumlah penggunaan bibit dalam perhektar pada usahatani padi tanpa pupuk organik mencapai 63,89 kg, sedangkan pada usahatani padi dengan pupuk organik sebesar 30,85 kg. Serupa dengan pupuk organik, bantuan bibit untuk usahatani padi dengan pupuk organik juga dilakukan oleh pemerintah. Bantuan varietas yang diberikan pemerintah yaitu varietas inpari 9 dan inpari 10 (Lampiran 3). Bantuan bibit hanya pada usahatani padi dengan pupuk organik di Desa Purwasari, sedangkan usahatani padi di Desa Sukajadi dan usahatani padi tanpa pupuk organik di Desa Purwasari tidak mendapatkan bantuan. Usahatani padi yang tidak mendapatkan bantuan, rata-rata menggunakan varietas IR-64 dan Ciherang (Lampiran 4). Pemilihan kedua jenis varietas padi tersebut didasarkan pada kecocokan tanah dan keadaan cuaca di Desa Purwaari dan Sukajadi. Akan tetapi, varietas tersebut memiliki harga yang lebih tinggi jika petani membelinya di toko/warung sekitar Desa Purwasari dan Sukajadi, dibandingkan dengan harga bibit bila petani membelinya langsung di Bogor.
51
6.2.5 Biaya Pestisida Biaya pestisida yang dikeluarkan petani untuk usahatani padi tanpa pupuk organik sekitar dua kali lebih besar daripada biaya pestisida usahatani padi dengan pupuk organik. Biaya pestisida usahatani padi dengan pupuk organik mencapai Rp 83.845 atau 0,80% dari total biaya dan biaya pestisida usahatani padi tanpa pupuk organik mencapai 1,77% dari total biaya usahatani padi tanpa pupuk organik atau senilai Rp 161.077. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kelompok tani di Desa Purwasari membuat sendiri pestisida nabati dengan menggunakan tanaman atau buah yang memiliki bau menyengat yang tidak disukai oleh hama, seperti nimba, cabai, bawang putih, bawang merah dan lain-lain. Kemudian diberikan merata kepada petani-petani padi dengan pupuk organik sehingga tidak memerlukan biaya pestisida yang cukup mahal. Akan tetapi, petani padi dengan pupuk organik di Desa Sukajadi membeli pestisida nabati dengan harga Rp 80.000/liter, biasanya petani padi dengan pupuk organik di Desa Sukajadi memakai hingga 5 liter pestisida nabati dalam setahun atau selama 2 musim tanam. 6.2.6 Biaya Penyusutan Peralatan Biaya penyusutan peralatan petani padi tanpa pupuk organik lebih besar dibandingkan dengan biaya penyusutan peralatan petani padi dengan pupuk organik (Tabel 16). Hal ini mengindikasikan bahwa petani pada usahatani padi tanpa pupuk organik memiliki peralatan usahatani lebih banyak, sementara petani pada usahatani padi dengan pupuk organik memiliki peralatan usahatani lebih sedikit.
52
6.2.7 Biaya Pengairan Biaya pengairan yang ditanggung petani padi tanpa pupuk organik lebih besar daripada biaya pengairan yang ditanggung oleh petani padi dengan pupuk organik. Biaya pengairan yang ditanggung petani padi tanpa pupuk organik sebesar Rp 85.299 dan yang ditanggung petani padi dengan pupuk organik sebesar Rp 68.000. Pengairan di Desa Purwasari dikelola oleh BP3K (Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan) Mitra Cai yang didirikan oleh Gapoktan Desa Purwasari. Air berasal dari sungai Cihideung yang berjarak 2 km dari Desa Purwasari. Upah pengairan yang dibayarkan dengan alat pembayaran berupa gabah, yaitu sebanyak 50 kg/ha. Akan tetapi, ada beberapa petani yang tidak mengerti dengan sistem pengairan ini, sehingga mereka tidak mau membayar biaya pengairan. Hal ini tentunya merugikan BP3K Mitra Cai. Sementara itu, hal yang berbeda terjadi di Desa Sukajadi, sistem pengelolaan pengairan di Desa Sukajadi ternyata mendapat bantuan dari pemerintah yang juga berasal dari sungai Cihideung. Oleh sebab itu, petani di Desa Sukajadi tidak mengeluarkan biaya pengairan. 6.3 Pemasaran Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Pemasaran usahatani padi dengan pupuk organik di Desa Purwasari dan Sukajadi mayoritas dipasarkan langsung ke pelanggan tetap, pasar, tengkulak lokal dan dijual langsung ke warung sekitar lingkungan desa. Petani padi dengan pupuk organik yang menjual langsung ke pelanggan tetap dan pasar, menerima harga jual sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan petani padi tanpa pupuk organik. Sementara itu, petani padi dengan pupuk organik yang menjual hasil
53
panen langsung ke tengkulak lokal dan warung sekitar desa, dipatok dengan harga jual yang sama dengan usahatani padi tanpa pupuk organik. Pada petani padi tanpa pupuk organik kebanyakan menggunakan hasil usahatani padi untuk keperluan pribadi dan sisanya dijual ke tengkulak lokal atau warung sekitar lingkungan desa. Hal ini dikarenakan, mayoritas luas lahan petani padi tanpa pupuk organik kurang dari 2.000 m2, sehingga hasil yang diterima hanya cukup untuk keperluan hidup sehari-hari. 6.4 Pendapatan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dan biaya usahatani, dimana penerimaan usahatani lebih besar daripada biaya usahatani. Dalam penelitian ini, analisis pendapatan diperlukan untuk melihat perbandingan tingkat pendapatannya. Pada penelitian ini pendapatan dibagi menjadi dua macam yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total usahatani. Pendapatan atas biaya tunai merupakan selisih antara penerimaan usahatani dan biaya tunai usahatani. Pendapatan atas biaya total adalah hasil pengurangan penerimaan usahatani dan biaya total usahatani. Usahatani padi dengan pupuk organik menghasilkan penerimaan usahatani senilai 10,2% lebih besar dari penerimaan usahatani padi tanpa pupuk organik di Desa Purwasari dan Sukajadi selama 2 kali musim tanam. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh oleh usahatani padi dengan pupuk organik memberikan kontribusi besar dalam penerimaan padi di Desa Purwasari dan Sukajadi tahun 2010-2011. Pada Tabel 19 memperlihatkan bahwa ternyata pendapatan usahatani padi dengan pupuk organik tidak jauh berbeda dengan usahatani padi tanpa pupuk
54
organik atas biaya tunai maupun biaya total. Pada usahatani padi dengan pupuk organik, biaya tunai dan biaya total masing-masing sebesar 26,7% dan 15,4% lebih tinggi dari usahatani padi tanpa pupuk organik. Padahal usahatani padi dengan pupuk organik sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah berupa bibit dan pupuk. Sementara biaya diperhitungkan pada usahatani padi dengan pupuk organik senilai 42,1% lebih rendah dari usahatani padi tanpa pupuk organik. Tabel 19. Pendapatan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik perhektar Desa Purwasari dan Sukajadi Kabupaten Bogor Tahun 2010-2011
Penerimaan (Rp/Ha)
Usahatani Padi dengan Pupuk Organik 19.199.524
Usahatani Padi Tanpa Pupuk Organik 17.420.156
Biaya Tunai (Rp/Ha)
9.660.177
7.623.910
26,7
858.593
1.484.931
-42,1
10.518.770
9.108.841
15,4
9.539.347
9.796.246
-2,6
8.680.754
8.311.315
4,4
Uraian
Biaya Diperhitungkan (Rp/Ha) Biaya Total (Rp/Ha) Pendapatan atas Biaya Tunai (Rp/Ha) Pendapatan atas Biaya Total (Rp/Ha) Sumber: Data Primer, Diolah (2011)
Selisih (%) 10,2
Penerimaan usahatani padi dengan pupuk organik memang lebih besar daripada usahatani padi tanpa pupuk organik. Akan tetapi, tingginya biaya tunai pada usahatani padi dengan pupuk organik mengakibatkan pendapatan atas biaya tunai pada usahatani padi dengan pupuk organik senilai 2,6% lebih kecil dari usahatani padi tanpa pupuk organik. Sementara pendapatan atas biaya total pada usahatani padi dengan pupuk organik hanya sebesar 4,4% lebih tinggi dari usahatani padi tanpa pupuk organik. Hal ini dikarenakan rendahnya biaya diperhitungkan pada usahatani padi dengan pupuk organik. Jadi, ternyata pendapatan usahatani padi dengan pupuk organik yang dilaksanakan di Desa Purwasari dan Sukajadi tahun 2010-2011 tidak jauh berbeda dibandingkan
55
pendapatan usahatani padi tanpa pupuk organik. Hal ini dikarenakan pelaksanaan usahatani padi dengan pupuk organik yang masih baru yaitu pada tahun 2007 sehingga masih menggunakan pupuk yang tidak sepenuhnya berasal dari pupuk organik, sekitar 10% - 25% pupuk kimia masih digunakan dalam usahatani padi dengan pupuk organik. Oleh karena itu, harga yang ditetapkan pada usahatani padi dengan pupuk organik di Desa Purwasari dan Sukajadi tahun 2010-2011 tidak jauh berbeda dengan padi tanpa pupuk organik. Hal ini tentunya mempengaruhi pendapatan pada usahatani padi dengan pupuk organik yang memiliki biaya tunai jauh lebih besar dibandingkan usahatani padi tanpa pupuk organik. Penerimaan, biaya total, dan pendapatan dapat diketahui berdasarkan kategori luas lahan yang dimiliki masing-masing petani, diantaranya kelompok luas lahan kurang dari 2.000 m2, 2.000 - 5.000 m2, dan lebih dari 5.000 m2. Berdasarkan kelompok luas lahan kurang dari 2.000 m2, usahatani padi dengan pupuk organik memiliki rata-rata penerimaan, biaya total, dan pendapatan dalam perhektar
masing-masing
sebesar
Rp
24.633.333,
Rp
13.172.775,
dan
Rp 11.460.558, sedangkan pada usahatani padi tanpa pupuk organik masing-masing hanya sebesar Rp 17.642.940, Rp 9.134.889, dan Rp 8.508.051. Padahal jumlah petani padi tanpa pupuk organik yang memiliki luas lahan kurang dari 2.000 m2 lebih banyak dibandingkan dengan petani padi dengan pupuk organik. Berdasarkan luas lahan 2.000 – 5.000 m2, usahatani padi dengan pupuk organik
memiliki
rata-rata
penerimaan,
biaya
total,
dan
pendapatan
masing-masing sebesar Rp 17.730.769, Rp 9.501.892, dan Rp 8.228.877,
56
sementara pada usahatani padi tanpa pupuk organik masing-masing sebesar Rp 17.002.593, Rp 9.369.518, dan Rp 7.633.075. Tabel 20. Penerimaan, Biaya Total, dan Pendapatan Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Berdasarkan Kelompok Luas Lahan Garapan Kelompok Luas Lahan Garapan
Rata-rata Luas (Ha)
Penerimaan (Rp/Ha)
Biaya Total (Rp/Ha)
Pendapatan (Rp/Ha)
0,13
24.633.333
13.172.775
11.460.558
2.000 m – 5.000 m
0,37
17.730.769
9.501.892
8.228.877
> 5.000 m2
1,09
20.844.762
11.431.254
9.413.508
< 2.000 m2
0,10
17.642.940
9.134.889
8.508.051
2.000 m2 – 5.000 m2
0,31
17.002.593
9.369.518
7.633.075
2
0,88
18.296.667
7.818.583
10.478.084
Padi dengan Pupuk Organik < 2.000 m2 2
2
Padi Tanpa Pupuk Organik
> 5.000 m
Sumber : Data Primer, diolah (2011)
Berdasarkan luas lahan lebih besar dari 5.000 m2, usahatani padi dengan pupuk organik memiliki rata-rata penerimaan, biaya total, dan pendapatan masing-masing sebesar Rp 20.844.762, Rp 11.431.254, Rp 9.413.508, sedangkan pada usahatani padi tanpa pupuk organik masing-masing sebesar Rp 18.296.667, Rp 7.818.583, dan Rp 10.478.084. Hal ini memperlihatkan bahwa kelompok luas lahan 2.000 - 5.000 m2 pada usahatani padi dengan maupun tanpa pupuk organik dalam perhektar memberikan pendapatan yang paling rendah dibandingkan dengan kelompok luas lahan lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya bimbingan untuk petani padi yang memiliki pendapatan rendah, dengan harapan dapat memberikan pendapatan yang layak bagi petani padi. 6.5 Identifikasi Faktor-faktor Penentu Penggunaan Pupuk Organik pada Usahatani Padi Usahatani padi dengan pupuk organik merupakan usahatani yang berkelanjutan
secara
lingkungan,
ekonomi,
serta
sosial.
Usahatani
ini
57
dikembangkan karena sebelumnya hampir semua usahatani padi dikuasai oleh usahatani padi tanpa pupuk organik yang menyebabkan tanah menjadi tidak subur lagi dan mengganggu kesehatan. Usahatani padi dengan pupuk organik mulai berkembang di Kecamatan Dramaga dan Tamansari sejak tahun 2007 dengan adanya bantuan program Go Organic 2010 dari pemerintah, sehingga hanya beberapa petani saja yang beralih ke usahatani padi dengan pupuk organik. Tidak seluruhnya petani beralih ke usahatani padi dengan pupuk organik karena alasan kesehatan lingkungan, ada juga alasan petani beralih karena adanya bantuan dari program Go Organic 2010. Selain itu, biaya tenaga kerja yang tinggi pada usahatani padi dengan pupuk organik menjadi pertimbangan petani untuk beralih ke usahatani padi dengan pupuk organik. Akan tetapi, bila semakin banyak petani yang menerapkan usahatani padi dengan pupuk organik maka akan semakin baik keadaan lingkungan, sosial, dan ekonomi. Pada analisis ini akan dibahas faktorfaktor penentu penggunaan pupuk organik pada usahatani padi. Faktor-faktor penentu penggunaan pupuk organik pada usahatani padi dianalisis menggunakan model regresi logistik. Variabel indpeneden yang menjadi faktor-faktor yang diduga berpengaruh adalah umur petani (X1), lama pendidikan petani (X2), luas lahan (X3), jumlah tanggungan petani (X4), pengalaman petani (X5), pendapatan luar usahatani padi (X6). Sementara variabel dependennya adalah keputusan petani menggunakan pupuk organik yang bernilai “satu” dan keputusan petani tidak menggunakan pupuk organik yang bernilai “nol” (Lampiran 7). Pengolahan model regresi logistik menggunakan program Minitab 14.0 for Windows (Lampiran 8). Berikut ini adalah hasil estimasi faktor-faktor penentu penggunaan pupuk organik (Tabel 21).
58
Tabel 21. Hasil Estimasi Faktor-faktor Penentu Penggunaan Pupuk Organik Parameter
Koefisien
Konstanta
P-Value
Odds Ratio
5,84
0,07
Umur Petani (X1)
-0,07
0,18
0,93
Lama Pendidikan Petani (X2)
-0,47
0,03*
0,62
Luas Lahan (X3)
6,56
0,01*
703,22
Jumlah Tanggungan Petani (X4)
0,05
0,86
1,05
Pengalaman Petani (X5)
-0,04
0,30
0,96
Pendapatan Luar Usahatani Padi (X6)
-0,04
0,63
0,96
Log-Likelihood = -19,90 Test that all slopes are zero: G = 15,64, DF = 6, P-Value = 0,016 Goodness-of-Fit Tests Method
Chi-Square
DF
P
Pearson
35,72
33
0,34
Deviance
39,81
33
0,19
5,54
8
0,67
Hosmer-Lemeshow
Sumber : Data Primer, diolah (2011) *Keterangan : P-Value Kurang dari ( =5%)
Model regresi logistik didapat dari model berikut ini : Zi = 5,84 – 0,07X1 – 0,47X2 + 6,56X3 + 0,05X4 – 0,04X5 – 0,04X6 Pengujian model regresi logit dapat dilakukan dengan menggunakan statistik uji-G yang menyebar menurut sebaran Khi-kuadrat (χ2) dengan derajat bebas (k-1). Akan tetapi, bila dengan menggunakan program Minitab 14 for windows dapat langsung dilihat dari nilai P. Berdasarkan Tabel diatas didapatkan nilai Log-Likelihood sebesar -19,90 menghasilkan nilai G sebesar 15,64 dan nilai P sebesar 0,016. Jika nilai P jauh dibawah taraf nyata 5 persen ( = 5%), maka model regresi logistik dapat dijelaskan bahwa petani bersedia untuk menggunakan pupuk organik pada usahatani padi. Pada uji Goodness-of-fit dengan melihat metode Pearson, Deviance, dan Hosmer-Lemeshow, ternyata nilai P dari ketiga 59
metode tersebut lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Oleh karena itu, dapat dijelaskan bahwa model regresi logistik tersebut cukup layak untuk digunakan. Pada hasil olahan data model regresi logistik dengan Minitab 14.0 for Windows ditampilkan ukuran hubungan antara nilai aktual peubah dependen dengan dugaan peluangnya atau nilai pada peubah independen (Lampiran 8). Hal itu dapat dilihat pada nilai Concordan, Discordan dan Ties. Nilai Concordan sebesar 82,3 persen dapat disimpulkan bahwa sebesar 82,3 persen pengamatan petani yang bersedia menggunakan pupuk organik mempunyai peluang lebih besar daripada petani yang tidak bersedia menggunakan pupuk organik. Nilai Discordan sebesar 17,3 persen dapat berarti bahwa sebesar 17,3 persen pengamatan petani yang tidak bersedia menggunakan pupuk organik mempunyai peluang lebih besar daripada petani yang tidak bersedia menggunakan pupuk organik. Nilai Ties sebesar 0,5 persen memiliki arti bahwa sebesar 0,5 persen pengamatan dengan peluang petani yang bersedia menggunakan pupuk organik sama besar dengan peluang petani yang tidak bersedia menggunakan pupuk organik. Berdasarkan ukuran ringkas hubungannya (Somers’D, Goodman-Kruska Gamma dan Kendall’s Tau-a) yang menyatakan ukuran baik atau tidaknya daya prediksi model, cukup dikatakan besar. Semakin besar nilainya mendekati nilai 1, maka semakin baik daya prediksinya. a) Variabel Signifikan Pada penelitian ini, variabel yang berpengaruh signifikan adalah variabel lama pendidikan (X2) dan luas lahan garapan (X3). Variabel lama pendidikan signifikan secara statistik pada taraf nyata 5 persen dengan nilai P sebesar 0,03. Nilai odds ratio sebesar 0,62 yang berarti peluang petani yang menggunakan
60
pupuk organik akan menjadi 0,62 kali lebih besar, jika lama pendidikan petani naik sebesar 1 tahun, ceteris paribus. Variabel lama pendidikan berpengaruh pada taraf nyata 5 persen dengan arah negatif. Hal ini berarti semakin rendah lama pendidikan petani di Desa Purwasari dan Sukajadi maka peluang petani untuk menggunakan pupuk organik semakin besar. Hal ini dikarenakan sebesar 65% petani yang bersedia menggunakan pupuk organik memiliki tingkat pendidikan sampai tamat SD (lampiran 7). Variabel luas lahan garapan juga signifikan secara statistik pada taraf nyata 5 persen dengan nilai P sebesar 0,01. Nilai odds ratio sebesar 703,22 yang berarti peluang petani yang menggunakan pupuk organik akan menjadi 703,22 kali lebih besar, jika luas lahan garapan petani naik sebesar 1 hektar, ceteris paribus. Variabel luas lahan garapan berpengaruh pada taraf nyata 5 persen dengan arah positif. Hal ini berarti semakin luas lahan garapan petani di Desa Purwasari dan Sukajadi maka peluang petani untuk menggunakan pupuk organik semakin besar. Pada kenyataannya petani yang memiliki luas lahan sawah yang besar adalah petani yang bersedia menggunakan pupuk organik, yaitu senilai 90% petani memiliki luas lahan garapan sebesar 2.000 – 5.000 m2 dan lebih dari 5.000 m2. b) Variabel Tidak Signifikan Variabel yang diduga berpengaruh, tetapi setelah diuji secara statistik variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan dalam keputusan petani menggunakan pupuk organik. Hal ini dikarenakan nilai P yang lebih besar dibandingkan taraf nyata 5 persen, sehingga variabel tersebut diabaikan secara statistik. Variabel tersebut adalah umur (X1), jumlah tanggungan petani (X4), pengalaman petani (X5), dan pendapatan luar usahatani padi (X6). Variabel umur
61
tidak berpengaruh signifikan karena nilai P sebesar 0,18. Ternyata pada pengamatan di lapangan rata-rata petani yang bersedia dan tidak bersedia menggunakan pupuk organik berusia 50 - 60 tahun, yaitu berjumlah 19 responden dari 40 responden. Rata-rata usia ini merupakan usia kurang produktif untuk melakukan aktifitas usahatani (lampiran 7). Hal ini memperlihatkan bahwa kurangnya minat pemuda di desa dalam usahatani padi. Tentunya perlu adanya tindakan berupa penyuluhan/pendidikan tentang usahatani padi untuk pemuda desa agar dapat meneruskan keberlanjutan usahatani padi di Desa Purwasari dan Sukajadi. Variabel jumlah tanggungan petani tidak berpengaruh signifikan karena nilai P sebesar 0,86. Berdasarkan keadaan di lapangan bahwa tidak ada pengaruh jumlah tanggungan pada petani yang bersedia maupun tidak bersedia menggunakan pupuk organik. Rata-rata petani berumur 50 tahun keatas, sehingga banyak anaknya yang sudah tidak menjadi tanggungan keluarga lagi, bahkan mereka membantu petani dalam memenuhi keperluan hidup keluarga. Kemudian, variabel yang tidak berpengaruh signifikan adalah variabel pengalaman petani. Berdasarkan keadaan di lapangan bahwa tidak ada pengaruh pengalaman usahatani pada petani yang bersedia maupun tidak bersedia menggunakan pupuk organik. Sebagian besar petani padi dengan dan tanpa pupuk organik melakukan usahatani padi sudah lebih dari 10 tahun dan sudah menjadi keahlian dari turun-temurun. Selanjutnya, variabel yang tidak berpengaruh signifikan adalah pendapatan luar usahatani padi. Petani yang tidak bersedia menggunakan pupuk organik memiliki rata-rata pendapatan luar usahatani padi lebih besar dibandingkan petani yang bersedia menggunakan pupuk organik.
62
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Berdasarkan
tujuan
penelitian
dan
pembahasan
yang
dilakukan,
kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Dari segi produktivitas dan harga padi dengan pupuk organik memberikan kontribusi masing-masing sebesar 3,1% dan 5,9% lebih tinggi dari produktivitas dan harga padi tanpa pupuk organik. Secara statistik, hanya harga gabah padi dengan pupuk organik yang berbeda nyata dengan harga gabah padi tanpa pupuk organik pada taraf nyata 5%. Informasi tersebut menunjukkan bahwa pada rata-rata musim tanam tersebut padi dengan pupuk organik mempunyai keunggulan dalam harga gabah. Akan tetapi, tingginya biaya tunai pada usahatani padi dengan pupuk organik mengakibatkan pendapatan atas biaya tunai pada usahatani padi dengan pupuk organik senilai 2,6% lebih kecil dari usahatani padi tanpa pupuk organik. Selain itu, rendahnya biaya diperhitungkan pada usahatani padi dengan pupuk organik sehingga pendapatan atas biaya total pada usahatani padi dengan pupuk organik hanya sebesar 4,4% lebih tinggi dari usahatani padi tanpa pupuk organik. Jadi, pendapatan usahatani padi dengan pupuk organik yang dilaksanakan di Desa Purwasari dan Sukajadi tahun 2010-2011 tidak jauh berbeda dibandingkan pendapatan usahatani padi tanpa pupuk organik. 2. Hasil dari analisis regresi logistik untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi petani bersedia menggunakan pupuk organik menunjukkan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap penerapan padi dengan pupuk
63
organik di Desa Purwasari dan Desa Sukajadi adalah variabel lama pendidikan dan luas lahan garapan. Semakin rendah lama pendidikan petani di Desa Purwasari dan Sukajadi maka peluang petani untuk menggunakan pupuk organik semakin besar. Hal ini dikarenakan rata-rata petani yang berpendidikan rendah lebih banyak bersedia menggunakan pupuk organik. Sementara pada variabel luas lahan garapan, semakin luas lahan garapan petani di Desa Purwasari dan Sukajadi maka peluang petani untuk menggunakan pupuk organik semakin besar. Hal ini dikarenakan petani yang bersedia menggunakan pupuk organik memiliki rata-rata luas lahan lebih besar dibandingkan petani yang tidak bersedia menggunakan pupuk organik. 7.2 Saran 1. Perlunya cara untuk memenuhi kebutuhan pupuk dan pestisida organik di Desa Purwasari dan Sukajadi. Untuk memenuhi pupuk organik, misalnya dengan upaya bantuan penambahan hewan ternak di masing-masing desa. Selain itu, pemenuhan pestisida organik dilakukan dengan upaya penambahan tanaman menyengat seperti nimba, cabai, dan bawang-bawangan. Upaya memenuhi kebutuhan pupuk dan pestisida organik ini sangat diperlukan untuk keberlanjutan pertanian padi dengan pupuk organik. Selain itu, dapat bertujuan untuk memperluas pertanian organik di masing-masing desa, karena masih sedikitnya peminat pertanian organik di Desa Purwasari dan Sukajadi. 2. Masyarakat petani masih memerlukan bimbingan berupa penyuluhan dan pendidikan tentang transformasi dari pertanian konvensional ke pertanian organik. Hal ini dilakukan dengan mengintroduksikan pupuk organik secara terus menerus dan menekan penggunaan pupuk dan pestisida kimia.
64
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Bustanul. 2007. Diagnosis Ekonomi Politik Pangan dan Pertanian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2009. Tabel Luas Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Padi Provinsi Indonesia. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?eng=0. [3 Januari 2011]. Baharsyah, S. F. Kasryno dan D. H. Darmawan. 1988. Kedudukan Padi dalam Perekonomian Indonesia. Dalam: Padi Puslitbangtan, badan Litbang pertanian: 319p. [Deptan] Departemen Pertanian. 2007. Sektor Pertanian Kontributor Terbesar Pertumbuhan Ekonomi. http://www.deptan.go.id. [4 Februari 2011]. Firdaus, Muhammad. 2004. Ekonometrika suatu Pendekatan Aplikatif. PT Bumi Aksara. Jakarta. Gaskell, M., J. Mitchell, R. Smith, dan S.T. Koike. 2002. Soil Fertility Management for Organic Crops. University of California. Division of Agriculture and Natural Resources. Hafsah, M. J dan Sudaryanto, Tahlim. 2004. Sejarah Intensifikasi Padi dan Prospek Pengembangannya. Badan Penelitian dan Pengembangan Penelitian, Jakarta. Ito, H. 2000. Status and Issues with Respect to Sustainable Agriculture in Japan. P 82-106. Environmental Impact Assessment for Farms. Asian Productivity Organization. Tokyo, Japan. Juanda, Bambang. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor. Kasryno, F dan Pasandaran, E. 2004. Reposisi Padi dan Beras dalam Perekonomian Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Penelitian, Jakarta. Marhamah, Rima. 2007. Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Sistem Usahatani Padi Organik di Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Program Studi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Bogor Mayrowani, H dan Supriyanti. 2008. Analisa Usahatani Padi Organik di Kabupaten Sragen. http://kembaraqolbu.wordpress.com/dunia-organik/. [10 Oktober 2011]
65
Mears, A. L. 1981. Era Baru Ekonomi Perberasan di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Rahayu, R. B. 2011. Preferensi Risiko Petani pada Usahatani Padi Organik di Kabupaten Sragen [Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Reijntjes, C., Betrus Haverkort, dan Ann Waters-Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah (terjemahan). Penerbit Kanisus. Yogyakarta. Rukka, Hermaya. 2003. Motivasi Petani dalam Menerapkan Usahatani Organik pada Padi Sawah di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat [Tesis]. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Satari, G. 1995. Lebih Jauh Tentang Teknologi. GEMA. Edisi 3 (VI) : 32-40. Soeharjo, A dan Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Usahatani. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soekartawi, Soeharjo, A, Dillon, J.L, Hardaker, J.B. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. . 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. PT. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. . 2006. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Sumaryanto. 2004. Usahatani dan Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi: Studi Kasus di Persawahan DAS Brantas. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Suryana, A dan Hermanto. 2004. Kebijakan Ekonomi Perberasan Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Sutanto.
2002b. Penerapan Pertanian Organik Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta
Pemasyarakatan
dan
Yamota, J. R. G dan Cruz, A. T. 2007. Farmers’ Adoption of Organic Rice Farming in Magsaysay, Davao Del Sur: Factors and Practices. 10th National Convention and Statistics 1-2 October, 2007.
66
LAMPIRAN
Lampiran 1 . Perkembangan Jumlah Penduduk dan Proyeksi Kenaikan Kebutuhan Beras Tahun 2005-2030 di Indonesia Tahun
Jumlah Penduduk (Juta Jiwa)
Kenaikan Penduduk (%)
2005 218,87 2006 222,19 1,3 2010 233,48 1,3 2015 245,57 1,18 2020 261,01 1,06 2025 273,22 0,92 2026 275,73 0,92 2027 278,27 0,92 2028 280,83 0,92 2029 283,83 0,92 2030 286,02 0,92 Sumber : Deptan (2007), Diolah
Kebutuhan Beras (Juta Ton) 30,46 30,92 32,49 34,45 36,32 38,02 38,37 38,72 39,06 39,44 39,80
Kenaikan kebutuhan Beras (%) 1,51 5,08 6,03 5,43 4,68 0,92 0,91 0,93 0,92 0,91
Kebutuhan GKG (Juta Ton) 47,08 47,57 49,98 52,99 55,88 58,49 59,03 59,57 60,12 60,67 61,23
Kenaikan Kebutuhan GKG (%) 1,04 5,07 6,02 5,45 4,67 0,92 0,91 0,92 0,91 0,92
67
Lampiran 2. Hasil Output Uji T dengan Program SPSS 16 for Windows
T-Test Group Statistics VAR00007 Produksi
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1
20
4.1025E3
1592.64978
356.12732
0
20
3.9779E3
1545.16728
345.50991
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Produksi
Equal variances assumed
Sig. .033
t .857
Equal variances not assumed
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
Lower
Upper
.251
38
.803
124.63652
496.18924
-879.84608
1129.11913
.251
37.965
.803
124.63652
496.18924
-879.87628
1129.14933
Group Statistics VAR00007 Harga
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1
20
2.3250E3
168.19475
37.60949
0
20
2.1950E3
94.45132
21.11996
68
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Harga
Equal variances assumed
Sig. 29.570
t .000
Equal variances not assumed
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
Lower
Upper
3.014
38
.005
130.00000
43.13382
42.68015
217.31985
3.014
29.899
.005
130.00000
43.13382
41.89656
218.10344
Group Statistics VAR00 007 Penerimaan
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1
20
9.5998E6
3.81118E6
8.52205E5
0
20
8.7101E6
3.38026E6
7.55850E5
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Penerimaan
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Sig. .494
t .486
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference Std. Error Difference
Lower
Upper
.781
38
.440
8.89684E5
1.13911E6
-1.41632E6
3.19568E6
.781
37.466
.440
8.89684E5
1.13911E6
-1.41740E6
3.19676E6
69
Lampiran 3. Karakteristik Pribadi Petani Padi dengan Pupuk Organik No. responden
Umur (thn)
Lama Usahatani (thn)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
53 52 65 58 55 45 56 42 29 61 55 43 45 52 49
20 11 25 25 31 14 10 3 5 29 3 15 20 15 10
16 17 18 19 20
35 60 55 60 60
5 30 4 25 20
Lama Pendapatan Usahatani Jumlah Luar Padi dengan Tanggungan Usahatani Pupuk (Jiwa) (Rp/thn) Organik (thn) Desa Purwasari Kecamatan Dramaga 0 3 5 0 3 2 0 2 3 0 3 3 9.600.000 3 3 12.000.000 3 1 0 3 3 720.000 3 4 3 3.600.000 0 0 3 3 9.600.000 3 2 9.600.000 1 3 1.200.000 3 3 3.360.000 3 4 6.000.000 3 4 Desa Sukajadi Kecamatan Tamansari 12.000.000 3 3 0 3 3 0 3 2 0 3 1 0 3 1
Harga gabah (Rp)
Luas lahan (m2)
Varietas (MT 1)
Varietas (MT 2)
Inpari 10 IR64 Inpari 10 Ciherang Ciherang Inpari 9 Inpari 9 Inpari 9 Inpari 9 Inpari 9 Inpari 9 Cigeulis Inpari 9 Inpari 9 Inpari 9
Inpari 10 IR64 Inpari 10 Ciherang Inpari 9 Inpari 9 Inpari 10 Inpari 9 Inpari 10 Inpari 10 Inpari 10 Cigeulis Inpari 10 Inpari 10 Inpari 10
2.200 2.000 2.200 2.500 2.200 2.000 2.500 5.000 2.200 5.000 2.200 5.000 2.200 5.000 2.000 4.000 2.200 5.000 2.500 10.000 2.200 1.000 2.500 1.500 2.200 2.000 2.200 7.000 2.500 7.500
Inpari 9 Inpari 9 Inpari 9 Inpari 9 Inpari 9
Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang
2.500 10.000 2.500 5.000 2.500 20.000 2.500 2.500 2.500 2.500
70
Lampiran 4. Karakteristik Pribadi Petani Padi Tanpa Pupuk Organik No. respo -nden
Lama Umur Usahatani (thn) (thn)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
54 52 51 45 72 65 48 50 65 42 71 57 75 54 39
20 11 14 30 40 50 6 35 45 20 26 38 45 2 3
16 17 18 19 20
40 58 39 70 60
30 3 5 10 30
Pendapatan Jumlah Luar Varietas Tanggungan Usahatani (MT 1) (Jiwa) (Rp/thn) Desa Purwasari Kecamatan Dramaga 3.840.000 5 Ciherang 18.000.000 4 Ciherang 18.000.000 3 IR64 9.600.000 4 IR64 0 0 Inpari 9 0 1 Inpari 9 0 0 Ciherang 0 1 Inpari 9 5.760.000 1 Ciherang 3.600.000 1 IR64 0 3 IR64 0 2 Ciherang 0 0 Inpari 9 0 5 Ciherang 6.000.000 3 Ciherang Desa Sukajadi Kecamatan Tamansari 9.600.000 4 Ciherang 0 3 Ciherang 0 3 Ciherang 0 0 Ciherang 0 4 Ciherang
Varietas (MT 2)
Harga Gabah (Rp)
Luas Lahan (m2)
Ciherang Ciherang IR64 IR64 Inpari 10 Inpari 10 Ciherang Inpari 10 Ciherang IR64 IR64 Ciherang Inpari 10 Ciherang Ciherang
2.200 2.000 2.200 2.200 2.200 2.200 2.200 2.200 2.200 2.200 2.200 2.200 2.500 2.200 2.200
1.000 2.100 7.500 800 816 1.500 4.000 2.000 5.000 857 10.000 1.300 3.000 2.000 5.000
Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang
2.200 2.000 2.200 2.200 2.200
1.000 800 3.000 1.000 2.000 71
Lampiran 5. Perincian Biaya Usahatani Responden Petani Padi dengan Pupuk Organik Perhektar Kecamatan Dramaga dan Tamansari Kabupaten Bogor Jawa Barat 2010-2011 No. Responden
Produksi Produksi Harga Perhektar Perhektar gabah MT 1 MT 2 (Rp) (Ton/Ha) (Ton/Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2.200 2.200 2.200 2.500 2.200 2.200 2.200 2.000 2.200 2.500 2.200 2.500 2.200 2.200 2.500
0,0 6,0 1,8 4,7 2,1 6,6 1,0 4,6 0,9 6,3 4,0 8,0 6,5 4,4 3,3
7,5 6,0 2,0 2,6 2,2 6,6 2,0 1,5 2,0 4,2 4,0 4,7 6,5 5,1 2,9
16 17 18 19 20
2.500 2.500 2.500 2.500 2.500
4,0 4,0 4,0 4,4 4,8
4,0 5,0 4,5 4,4 4,8
Benih (Rp)
Pupuk Pestisida (Rp) (Rp)
Biaya TKLK (Rp)
Desa Purwasari Kecamatan Dramaga 125.000 300.000 0 4.975.000 200.000 0 0 6.560.000 0 100.000 0 7.175.000 0 80.000 0 8.240.000 100.000 160.000 0 6.032.000 0 0 0 7.440.000 0 190.000 0 4.812.000 0 250.000 0 8.351.250 0 0 0 6.307.000 0 40.000 0 9.900.000 0 100.000 0 10.100.000 0 0 0 11.200.000 0 772.500 0 11.600.000 85.714 292.857 43.571 14.196.428 233.333 66.666 233.333 7.053.333 Desa Sukajadi Kecamatan Tamansari 175.000 250.000 400.000 8.080.000 210.000 220.000 800.000 10.560.000 175.000 850.000 200.000 10.765.000 196.000 1.380.000 0 7.160.000 196.000 1.380.000 0 6.560.000
Pajak Biaya Biaya Bumi dan Penyusutan TKDK Pengairan Bangunan Alat (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1.750.000 800.000 1.250.000 700.000 600.000 500.000 1.100.000 875.000 0 150.000 2.000.000 1.333.333 1.500.000 214.285 333.333
1.350.000 864.000 1.150.000 600.000 350.000 400.000 800.000 375.000 300.000 445.000 500.000 1.000.000 400.000 428.571 200.000
400.000 0 0 200.000 160.000 0 0 250.000 200.000 150.000 0 0 0 0 0
57.335 33.868 130.000 79.778 35.056 16.000 20.700 37.500 0 7.286 73.330 38.886 42.710 217.143 9.777
400.000 500.000 450.000 800.000 400.000
600.000 300.000 400.000 480.000 680.000
0 0 0 0 0
1.466 208.400 109.166 184.168 213.332
72
Lampiran 6. Perincian Biaya Usahatani Responden Petani Padi Tanpa Pupuk Organik Perhektar Kecamatan Dramaga dan Tamansari Kabupaten Bogor Jawa Barat 2010-2011 No. Responden
Harga Gabah (Rp)
Produksi Perhektar MT 1 (Ton/Ha)
Produksi Perhektar MT 2 (Ton/Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2.200 2.000 2.200 2.200 2.200 2.200 2.200 2.200 2.200 2.200 2.200 2.200 2.500 2.200 2.200
1,5 3,8 4,0 5,6 2,4 0,7 8,0 2,5 3,8 3,5 4,5 5,4 2,3 2,5 1,6
5,0 2,8 3,3 5,0 6,5 6,7 7,5 2,3 2,4 5,8 4,8 4,6 1,7 2,5 2,4
16 17 18 19 20
2.200 2.000 2.200 2.200 2.200
4,8 4,3 5,0 2,0 7,5
3,2 3,8 5,0 2,0 6,0
Benih (Rp)
Pupuk Pestisida (Rp) (Rp)
Upah TKLK (Rp)
Upah TKDK (Rp)
Iuran Pajak Penyusutan Pengairan (Rp) Alat (Rp) (Rp)
Desa Purwasari Kecamatan Dramaga 300.000 310.000 200.000 606.000 200.000 75.000 342.857 619.047 0 980.000 200.000 57.100 133.333 260.000 0 3.940.000 250.000 225.000 300.000 843.750 0 280.000 200.000 20.000 367.647 674.019 0 280.000 200.000 57.700 400.000 566.666 800.000 562.500 200.000 70.000 525.000 587.500 50.000 2.980.000 200.000 300.000 500.000 537.500 0 385.000 1.160.000 160.000 300.000 560.000 180.000 2.140.000 200.000 300.000 700.116 466.744 0 730.000 120.000 46.800 250.000 970.000 0 9.340.000 150.000 600.000 269.230 884.615 161.538 520.000 250.000 80.000 200.000 1.700.000 0 1.740.000 150.000 400.000 300.000 812.500 90.000 1.400.000 200.000 150.000 608.000 1.220.000 60.000 3.810.000 200.000 300.000 Desa Sukajadi Kecamatan Tamansari 180.000 395.000 360.000 1.000.000 150.000 100.000 675.000 987.500 250.000 640.000 200.000 80.000 400.000 825.000 140.000 2.000.000 200.000 400.000 600.000 750.000 195.000 240.000 600.000 100.000 600.000 1.220.000 735.000 2.730.000 100.000 200.000
0 40.000 80.000 10.000 0 28.000 160.000 0 100.000 0 200.000 20.000 40.000 0 80.000
18.333 11.250 24.125 20.667 6.017 18.214 9.917 10.571 30.833 11.500 41.667 2.667 15.333 20.000 5.000
0 0 0 0 0
20.000 7.333 78.000 13.315 19.067
73
Lampiran 7. Data Input untuk Analisis Regresi Logistik
Responden
Sukandar Abdul manan Enoh Isak abdurahman Didin Adi Hatta Agus Anduy aa Encep edy Suganda Suhanda Deni saepudin Adang Aning Sarta Supadma Uten Nur Munajan
Adopsi Padi dengan Umur Pupuk Petani Organik (Tahun) (0=Tidak, 1=Iya) 1 53 1 52 1 65 1 58 1 55 1 45 1 56 1 42 1 29 1 61 1 55 1 43 1 45 1 52 1 49 1 35 1 60 1 55 1 60 1 60 0 54 0 52 0 51
Pendapatan Tingkat Jumlah Luar Luas Pengalaman Pendidikan Tanggungan Usahatani Lahan Bertani Petani Petani (Rp/Tahun) (Ha) (Tahun) (Tahun) (Jiwa) 6 9 6 6 6 12 6 6 12 9 6 6 9 6 12 15 6 6 6 6 12 6 16
0,20 0,25 0,20 0,50 0,50 0,50 0,50 0,40 0,50 1,00 0,10 0,15 0,20 0,70 0,75 1,00 0,50 2,00 0,25 0,25 0,10 0,21 0,75
5 2 3 3 3 1 3 4 0 3 2 3 3 4 4 3 3 2 1 1 5 4 3
20 11 25 25 31 14 10 3 5 29 3 15 20 15 10 5 30 4 25 20 20 11 14
0 0 0 0 9.600.000 12.000.000 0 720.000 3.600.000 0 9.600.000 9.600.000 1.200.000 3.360.000 6.000.000 12.000.000 0 0 0 0 3.840.000 18.000.000 18.000.000 74
Andi Rasib Atik Masitoh Wirja Anda Juju Sanata Acang Sarta Soleh Ecep Ade Harja Hatta Sahid Ujang
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
45 72 65 48 50 65 42 71 57 75 54 39 40 58 39 70 60
6 6 6 6 6 6 6 16 6 6 6 12 12 6 12 6 6
0,08 0,08 0,15 0,40 0,20 0,50 0,09 1,00 0,13 0,30 0,20 0,50 0,10 0,08 0,30 0,10 0,20
4 0 1 0 1 1 1 3 2 0 5 3 4 3 3 0 4
30 40 50 6 35 45 20 26 38 45 2 3 30 3 5 10 30
9.600.000 0 0 0 0 5.760.000 3.600.000 0 0 0 0 6.000.000 9.600.000 0 0 0 0
75
Lampiran 8. Hasil Output Regresi Logistik dengan Program Minitab 14 for Windows Binary Logistic Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6 Link Function: Logit
Response Information Variable Y
Value 1 0 Total
Count 20 20 40
(Event)
Logistic Regression Table
Predictor Constant X1 X2 X3 X4 X5 X6
Coef 5.84122 -0.0673272 -0.474853 6.55567 0.0494049 -0.0391539 -0.0384659
SE Coef 3.25905 0.0499768 0.210516 2.59122 0.286033 0.0379447 0.0786544
Z 1.79 -1.35 -2.26 2.53 0.17 -1.03 -0.49
P 0.073 0.178 0.024 0.011 0.863 0.302 0.625
Odds Ratio 0.93 0.62 703.22 1.05 0.96 0.96
95% CI Lower Upper 0.85 0.41 4.38 0.60 0.89 0.82
1.03 0.94 112922.40 1.84 1.04 1.12
Log-Likelihood = -19.904 Test that all slopes are zero: G = 15.644, DF = 6, P-Value = 0.016
Goodness-of-Fit Tests Method Pearson Deviance Hosmer-Lemeshow
Chi-Square 35.7161 39.8078 5.5400
DF 33 33 8
P 0.342 0.193 0.699
Table of Observed and Expected Frequencies: (See Hosmer-Lemeshow Test for the Pearson Chi-Square Statistic)
Value 1 Obs Exp 0 Obs Exp Total
Group 5 6
1
2
3
4
0 0.2
0 0.7
2 1.2
2 1.4
2 1.6
4 3.8 4
4 3.3 4
2 2.8 4
2 2.6 4
2 2.4 4
7
8
9
10
Total
1 1.9
2 2.5
4 3.1
3 3.5
4 3.9
20
3 2.1 4
2 1.5 4
0 0.9 4
1 0.5 4
0 0.1 4
20 40
Measures of Association: (Between the Response Variable and Predicted Probabilities) Pairs Concordant Discordant Ties Total
Number 329 69 2 400
Percent 82.3 17.3 0.5 100.0
Summary Measures Somers' D Goodman-Kruskal Gamma Kendall's Tau-a
0.65 0.65 0.33
76
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 Maret 1989 yang merupakan anak ke empat dari lima bersaudara yang berasal dari pasangan Fauzan Kalin (Alm.) dan Elindawati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 02 Pondok Aren Kabupaten Tangerang Banten pada tahun 2001, dilanjutkan ke MTs N 3 Pondok Pinang Jakarta Selatan yang diselesaikan pada tahun 2004, dan pendidikan menengah atas diselesaikan di SMA N 29 Jakarta Selatan pada tahun 2007. Penulis diterima di Mayor Ekonomi Sumberdaya Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007. Selain itu penulis juga mengikuti program Minor Arsitektur Lanskap di Departemen Arsitektur Lanskap. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti organisasi Keluarga Ekonomi dan Manajemen Pencinta Alam (KAREMATA IPB) pada periode 2008-2009 sebagai anggota muda serta pada periode 2009-2010 sebagai bendahara umum KAREMATA IPB. Penulis juga tercatat sebagai staf Divisi Media Ekonomi Sharia (MES) pada periode 2008-2009 di organisasi Sharia Economic Student Club (SES-C IPB). Selain itu, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan dari lingkup fakultas, institut, maupun ekstra kampus.