PENGARUH PEMBERIAN Bacillus cereus DAN PUPUK ORGANIK CAIR BABANDOTAN (Ageratum conyzoides) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) Oleh: Padli Dibawah bimbingan Ibu Ir. Fatimah, MP dan Ibu Milda Ernita, S.Si. MP
ABSTRAK Penelitian tentang pengaruh pemberian Bacillus cereus dan POC babandotan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) telah dilaksanakan pada lahan kering di Nagari Batahan, Kecamatan Ranah Batahan, Kabupaten Pasaman Barat, yang berlangsung dari bulan Juli s/d November 2013. Percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok dalam faktorial. Faktor pertama adalah tanpa inokulasi Bacillus cereus, yaitu : kontrol, inokulasi Bacillus cereus. Faktor kedua POC babandotan yang terdiri dari 3 taraf, yaitu : 0, 25, 50 ml/L air. Perlakuan terdiri 3 kelompok sehingga menghasilkan 18 satuan percobaan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang utama, umur berbunga pertama, jumlah buah pertanaman, persentase buah sehat pertanaman, berat buah pertanaman, berat buah rata-rata, hasil buah per plot dan per hektar. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam pada taraf nyata 5% dan jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan DMRT pada taraf nyata 5%. Dari hasil percobaan diperoleh interaksi nyata pemberian Bacillus cereus dan konsentrasi POC babandotan terdapat pada pengamatan tinggi tanaman, jumlah cabang utama, jumlah buah pertanaman, persentase jumlah buah sehat pertanaman, berat buah pertanaman dan hasil buah perplot dan perhektar. Pemberian Bacillus cereus pada setiap parameter pengamatan berpengaruh nyata dibanding dengan kontrol. Pemberian POC babandotan berpengaruh nyata pada setiap parameter kecuali pada pengamatan berat buah rata-rata, konsentrasi POC babandotan 25 ml/l merupakan konsentrasi terbaik. Kata kunci : Bacillus cereus, POC babandotan, Tanaman tomat.
16
PENDAHULUAN Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan tanaman sayuran yang bisa dikonsumsi segar maupun dalam bentuk olahan yang mengandung zat gizi yang banyak dan berguna bagi kesehatan tubuh, antara lain vitamin A, vitamin C dan vitamin B, protein, lemak, karbohidrat, serta mineral tertentu (Costa and Heuvelink, 2005). Tanaman tomat juga sering dijadikan pelengkap bumbu masak, minuman segar, sumber vitamin dan mineral, dan bahan pewarna alami, bahkan tomat dapat digunakan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan, oleh karena itu permintaan tomat terus meningkat sehingga berpeluang besar bagi petani untuk mengembangkan tanaman tomat. Dari tahun 2008 - 2010 diketahui bahwa produksi tomat di Indonesia mulai terjadi adanya peningkatan, hingga tahun 2011 mencapai produksi 954,046 ton. Namun tahun 2012 mengalami penurunan yaitu 887,556 ton (Anonimc, 2013). Dalam peningkatan produksi tomat sangat diperhatikan kebutuhan unsur hara tanaman dan pengendalian hama penyakit yang dapat menurunkan hasil tanaman tomat. Kebutuhan hara tanaman dapat dipenuhi dengan pemberian pupuk buatan dan pupuk alami. Salah satu pupuk alami yang dapat digunakan adalah pupuk organik cair yang berasal dari tumbuhan babandotan merupakan salah satu pupuk alami
yang
dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman,
sebagai
mana
diaplikasikan pada budidaya tomat dan merupakan salah satu alternatif dalam pemenuhan hara tanaman tomat. Penggunaan daun tumbuhan ini dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen padi. Tanaman padi yang diperlakukan dengan daun babandotan meningkat 22% lebih baik dibandingkan kontrol (Xuan, Shinkichi, Hong, Khanh dan Min, 2004). Komposisi hara babandotan menurut Bintoro, Saraswati, Manohara dan Taufik (2008), adalah 3,66 % N, 0,17 % P, dan 2,03 % K. Pupuk organik cair adalah pupuk yang dapat menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah sehingga kebutuhan tanaman akan unsur hara terpenuhi (Musnamar, 2006). Rendahnya produksi tanaman tomat juga disebabakan tingginya intensitas serangan hama dan penyakit sehingga menurunkan hasil tanaman tomat (Anonimb, 2009). Sebagian besar petani menggunakan pestisida sintetis untuk
17
mengendalikan hama dan penyakit, namun hal tersebut belum memperlihatkan hasil yang maksimal, bahkan aplikasi pestisida yang tidak sesuai aturan dapat menimbulkan residu pada tanaman dan lingkungan. Sehingga perlu mencari alternatif lain salah satunya adalah dengan menginduksi rhizobaketeri. Selain sebagai agen penginduksi ketahanan, juga dapat sebagai pengendali patogen penyebab penyakit dan memproduksi fitohormon (Widodo, Kade, Sudarsono dan Ilyas, 2006). Yazdani, Bahmanyar, Pirdashti dan Esmaili (2009) melaporkan bahwa, inokulasi bakteri Bacillus cereus terbukti efisien digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil biji tanaman jagung, mengurangi biaya pembelian pupuk dan mengurangi gas rumah kaca, meningkatkan ketersediaan hara N dan mengurangi kehilangan N karena pencucian. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendapatkan interaksi Bacillus cereus dan konsentrasi pupuk organik cair babandotan yang optimum untuk pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. 2. Mengetahui pengaruh Bacillus cereus terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. 3. Mengetahui pengaruh konsentrasi pupuk organik cair babandotan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. BAHAN DAN METODE Percobaan ini telah dilaksanakan di lahan kering yang terletak di Nagari Batahan, Kecamatan Ranah Batahan, Kabupaten Pasaman Barat dengan ketinggian tempat 400 meter dari permukaan laut. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat varietas Intan, rhizobakteri Bacillus cereus, pupuk urea, SP-36, KCL, pupuk organik cair babandotan, pupuk kandang ayam, insektisida dan fungisida. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah cangkul, kayu, parang, pisau, ember, tali, gunting, gembor, ajir, label, hand sprayer, meteran, timbangan dan alat-alat tulis. Percobaan ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam Faktorial, faktor pertama adalah tanpa inokulasi Bacillus cereus, yaitu : kontrol (P0), inokulasi Bacillus cereus (P1). Faktor kedua adalah konsentrasi pupuk organik cair babandotan yang terdiri dari 3 taraf, yaitu : 0 ml/l air (K0), 25
18
ml/l air (K1), 50 ml/l air (K2). Dari dua faktor tersebut didapat 6 kombinasi perlakuan dengan tiga kelompok sehingga menghasilkan 18 satuan percobaan. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam pada taraf nyata 5% dan jika berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%. Analisis data menggunakan sofware statistik 8. Pengamatan dilakukan pada tanaman sampel dengan parameter sebagai berikut: tinggi tanaman, jumlah cabang utama, umur berbunga pertama, jumlah buah pertanaman, persentase buah sehat pertanaman, berat buah pertanaman, berat buah rata-rata dan hasil buah perplot dan perhektar. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman tomat menunjukkan adanya interaksi yang nyata antara pemberian Bacillus cereus dan pupuk organik cair babandotan. Hasil uji lanjut tinggi tanaman tomat disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Tinggi tanaman tomat akibat pemberian Bacillus cereus dan pupuk organik cair babandotan. Perlakuan
Kontrol Bacillus cereus KK (%) = 1,09
Konsentrasi POC 0 ml/l 25 ml/l ..................cm................... 115,0 Ab 119,0 Bb 123,3 Aa 126,0 Aa
50 ml/l 117,6 Bb 121,3 Ba
Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka sekolom diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5%.
Tabel 1 memperlihatkan bahwa inokulasi Bacillus cereus dan pupuk organik cair (POC) babandotan memberikan interaksi yang nyata terhadap tinggi tanaman tomat. Pemberian Bacillus cereus dengan POC babandotan pada konsentrasi 25 ml/l menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi yaitu 126,0 cm berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan POC babandotan yang diberikan mampu menyediakan hara yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan tinggi tanaman tomat, disamping itu inokulasi Bacillus cereus merupakan PGPR yang mampu memproduksi hormon pemacu pertumbuhan tanaman yaitu IAA. Sesuai dengan pendapat Aryantha (2002) menyatakan bahwa
19
bakteri Bacillus cereus mampu merangsang pertumbuhan tanaman tomat dengan mekanisme kerja PGPR, dengan memproduksi hormon pertumbuhan IAA. Soesanto (2008) menyatakan bahwa bakteri bacillus dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu sebagai PGPR. Bacillus berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kesuburan lahan (Wahyudi, 2009). konsentrasi POC babandotan 0 ml/l tanpa inokulasi Bacillus cerus menghasilkan tinggi tanaman yang paling rendah, hal ini disebabkan kebutuhan unsur hara tanaman tomat belum terpenuhi. Menurut Lakitan (2012) cukupnya kebutuhan hara tanaman baik unsur makro maupun mikro akan meningkatkan pertumbuhan tanaman dan sebaliknya, jika kebutuhan hara tanaman kurang mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat. Jumlah cabang utama Hasil sidik ragam jumlah cabang utama tanaman tomat menunjukkan adanya interaksi yang nyata antara pemberian Bacillus cereus dengan konsentrasi pupuk organik cair babandotan. Hasil uji lanjut jumlah cabang utama disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah cabang utama tanaman tomat akibat pemberian Bacillus cereus dan pupuk organik cair babandotan. Perlakuan
Kontrol Bacillus cereus KK (%) = 3,13
Konsentrasi POC 0 ml/l 25 ml/l .............cabang............. 6,6 Ab 7,1 Bb 7,7 Ba 8,8 Aa
50 ml/l 6,8 Ab 7,5 Ba
Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka sekolom diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5%.
Tabel 2 memperlihatkan bahwa inokulasi Bacillus cereus dan POC babandotan berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang utama tanaman tomat. Pemberian Bacillus cereus dan POC babandotan pada konsentrasi 25 ml/l menghasilkan jumlah cabang 8,8 cabang memberikan pengaruh berbeda dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan Bacillus cereus yang hidup didaerah perakaran tanaman menyumbangkan unsur hara sehingga kebutuhan hara tanaman
20
tercukupi untuk pertumbuhan dan perkembangannya, Bacillus cereus mempunyai kemampuan memproduksi auksin (Patten and Glick, 2004). Selain itu POC babandotan yang diberikan telah mencukupi kebutuhan unsur hara makro dan mikro bagi pertumbuhan tomat, unsur hara yang tersedia dalam jumlah cukup. Menurut Tugiono (2001) tanaman tomat memerlukan tanah yang gembur, tersedia air dan unsur hara yang akan memacu pertumbuhan batang dan membentuk cabang-cabang baru. Menurut Mehta et al. (2008) menyatakan bahwa tinggi tanaman berkolerasi positif dengan jumlah cabang produktif. Umur berbunga pertama Hasil sidik ragam umur berbunga pertama menunjukkan tidak adanya interaksi antara pemberian Bacillus cereus dan konsentrasi pupuk organik cair babandotan. Secara tunggal pemberian Bacillus cereus memberikan pengaruh nyata begitu juga dengan konsentrasi pupuk organik cair babandotan memberikan pengaruh nyata terhadap umur berbunga pertama. Hasil uji lanjut umur berbunga pertama disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Umur berbunga pertama tanaman tomat akibat pemberian Bacillus cereus dan konsentrasi pupuk organik cair babandotan. Perlakuan Kontrol Bacillus cereus Rata-rata KK (%) = 1,69
Konsentrasi POC 0 ml/l 25 ml/l ................hari................. 43,4 41,8 39,5 39,2 41,4 AB 40,5 B
50 ml/l 42,8 40,5 41,7 A
Rata-rata 42,7 a 39,7 b
Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka sekolom diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5%.
Tabel 3 memperlihatkan bahwa pemberian POC babandotan pada konsentrasi 25 ml/l menghasilkan umur berbunga 40,5 hari berbeda nyata dengan konsentrasi 50 ml/l yaitu 41,7 hari namun pada konsentrasi 0 ml/l yaitu 41,4 hari memberikan pengaruh sama terhadap umur berbunga pertama. Hal ini disebabkan POC babandotan mampu menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman tomat dalam keadaan seimbang dan sangat penting dalam meningkatkan ketersediaan hara sehingga berpengaruh terhadap umur berbunga pertama tanaman tomat.
21
Semakin cepat
masa fegetative tanaman berakhir
maka prose
pembungaan tanaman akan semakin cepat, sesuai dengan inokulasi Bacillus cereus pada konsentrasi POC babandotan 25 ml/l yang cendrung nilai tinggi tanaman dan jumlah cabang utamanya yang tinggi memberikan umur berbunga yang paling cepat. Pembungaan tersebut sangat ditentukan ketersedian unsur hara yang terkandung dalam tanah, khususnya phosfor karena bunga yang dihasilkan pada setiap tandan akan terbentuk bila ada unsur phosfor. Menurut Lingga (2002) mengatakan bahwa, unsur phosfor berperan bagi pertumbuhan dan perkembangan akar, mempercepat proses pembungaan dan pembuahan. Sesuai dengan Wiryanta (2004) yang menyatakan bahwa fungsi phosfor adalah untuk pertumbuhan bunga dan pemasakan buah, kekuranagan unsur P pada tanaman tomat akan menyebabkan pertumbuhan generatifnya terganggu. Jumlah buah pertanaman Hasil sidik ragam jumlah buah pertanaman menunjukkan adanya interaksi yang nyata antara pemberian Bacillus cereus dan konsentrasi pupuk organik cair babandotan. Hasil uji lanjut jumlah buah pertanaman disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah buah tomat pertanaman akibat pemberian Bacillus cereus dan konsentrasi pupuk organik cair babandotan. Perlakuan
Kontrol Bacillus cereus KK (%) = 2,70
Konsentrasi POC 0 ml/l 25 ml/l ..............buah............... 23,2 Cb 25,9 Bb 27,6 Ba 30,6 Aa
50 ml/l 25,3 Bb 26,9 Ba
Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka sekolom diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5%.
Tabel 4 menunjukkan bahwa inokulasi Bacillus cereus dan POC babandotan memperlihatkan interaksi nyata terhadap jumlah buah pertanaman. Inokulasi Bacillus cereus dengan konsentrasi pupuk organik cair babandotan 25 ml/l memberikan hasil jumlah buah pertanaman yang paling banyak yaitu 30,6 buah dan hasil terendah didapat pada konsentrasi 0 ml/l tanpa inokulasi Bacillus cereus yaitu 23,2 buah. Jumlah buah pertanaman berkaitan dengan jumlah cabang utama, semakin banyak jumlah cabang semakin banyak pula jumlah buah yang dihasilkan
22
tanaman. Hasil inokulasi Bacillus cereus mampu membuat akar tanaman tumbuh dengan baik karena bakteri tersebut mengkoloni akar tanaman sehingga patogen tidak mampu merusak akar tanaman akhirnya penyerapan unsur hara dan pemupukan yang diberikan diserap lebih efektif dan kebutuhan hara seperti N, P, K terpenuhi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Lingga dan Marsono (2001) bahwa pemberian N, P, dan K pada tanaman dapat mempercepat pembungaan, perkembangan biji dan buah, membantu pembentukan karbohidrat, protein, lemak dan berbagai persenyawaan lainnya. Wu et al. (2005), juga melaporkan bahwa bacillus tidak hanya meningkatkan pertumbuhan tanaman, tetapi juga meningkatkan asimilasi hara tanaman (total N, P dan K). Terutama unsur P sangat berpengaruh terhadap pembungaan tanaman yang akan mempengaruhi produksi tanaman, sesuai dengan Redaksi Agromedia (2007) yang menyatakan bahwa phospor berperan penting untuk merangsang pemasakan bunga, buah dan biji selain juga untuk merangsang pemasakan buah. Persentase buah sehat pertanaman Hasil sidik ragam jumlah buah menunjukkan adanya interaksi yang nyata antara pemberian Bacillus cereus dan konsentrasi pupuk organik cair babandotan menunjukkan. Hasil uji lanjut persentase buah sehat pertanaman disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase buah tomat sehat pertanaman akibat pemberian Bacillus cereus dan konsentrasi pupuk organik cair babandotan. Perlakuan
Kontrol Bacillus cereus KK (%) = 1.01
Konsentrasi POC 0 ml/l 25 ml/l ..............%.............. 100,00 Aa 100,00 Aa 98,46 Aa 94,71 Bb
50 ml/l 98,29 Aa 98,38 Aa
Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka sekolom diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5%.
Tabel 5 menunjukkan bahwa inokulasi Bacillus cereus dan konsentrasi POC babandotan memberikan interaksi nyata terhadap persentase buah sehat pertanaman. Inokulasi Bacillus cereus pada konsentrasi POC babandotan 25 ml/l menghasilkan persentase buah sehat pertanaman terendah yang berpengaruh nyata terhadap perlakuan lainnya. Berdasarkan pengamatan dilapangan, tingginya nilai
23
persentase buah sehat pertanaman disebabkan tanaman tomat belum pernah dilakukan di Kec. Ranah Batahan Kab. Pasaman Barat sebelumnya, sehingga hama ataupun penyakit tidak banyak menyerang tanaman tomat. kerusakan buah yang terjadi dilapangan diakibatkan oleh hama ulat buah tomat (Helicoverpa armigera Hubn.) yang memakan daging buah tomat sehingga mengakibatkan buah berlubang, akhirnya buah membusuk dan jatuh ketanah. Sesuai dengan Setiawati et al. (2001) bahwa ulat buah tomat (H. armigera) menyerang buah tomat dengan gejala serangannya berupa buah tomat yang berlubang-lubang, sehingga buah menjadi busuk. Hama ulat buah (H. armigera) juga merupakan hama utama yang seringkali dapat menurunkan produksi tomat sampai 52% (Setiawati et al. 2007). Serangan hama ulat buah yang terjadi dilapangan tertuju pada tanaman yang produksi buahnya paling banyak. Berat buah pertanaman Hasil sidik ragam berat buah pertanaman menunjukkan adanya interaksi yang nyata antara pemberian Bacillus cereus dan pupuk organik cair babandotan. Hasil uji lanjut berat buah pertanaman disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Berat buah tomat pertanaman akibat pemberian Bacillus cereus dan konsentrasi pupuk organik cair babandotan. Perlakuan
Kontrol Bacillus cereus KK (%) = 3,08
Konsentrasi POC 0 ml/l 25 ml/l .............g.............. 1.202 Ab 1.358 Bb 1.434 Ba 1.608 Aa
50 ml/l 1.320 Bb 1.404 Ba
Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka sekolom diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5%.
Tabel 6 menunjukkan berat buah pertanaman dengan inokulasi Bacillus cereus dan konsentrasi POC babandotan 25 ml/l yaitu 1.608 g memberikan hasil berat buah pertanaman paling banyak dan terendah pada perlakuan konsentrasi POC babandotan 0 ml/l tanpa inokulasi Bacillus cereus yaitu 1.202 g. Inokulasi Bacillus cereus mampu bersimbiosis dengan akar tanaman, melindungi akar dari patogen dan memproduksi fitohormon seperti IAA, sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman dan berahir dengan hasil tanaman yang optimal. Bacillus cereus mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
24
(Yazdani et al., 2007). Sesuai dengan Rizqiani et al. (2007) menyatakan bahwa penggunaan konsentrasi pupuk organik cair yang tepat dapat memperbaiki pertumbuhan, mempercepat panen, memperpanjang masa atau umur produksi dan dapat meningkatkan hasil tanaman. Pemberian pupuk organik cair mampu dimanfaatkan langsung oleh tanaman sehingga kebutuhan unsur hara tanaman tomat terpenuhi. Menurut Rismunandar (1995) tanaman tomat akan berbuah lebat dan berkualitas tinggi apabila dapat menghasilkan karbohidrat yang cukup tinggi. Sesuai dengan Musnamar (2003) dan Suriawiria (2002) pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah karena mengandung unsur hara makro dan mikro, memperbaiki kondisi kimia, fisika, dan biologi tanah, serta mampu meningkatkan produksi tanaman. Tingginya hasil buah tomat tiap plotnya yang dicapai tidak terlepas dari jumlah buah dan berat buah pertanaman yang dihasilkan, semakin banyak jumlah buah dan semakin berat buah pertanaman yang dihasilkan maka berat buah secara keseluruhan pada setiap plotnya juga akan bertambah. Berat buah rata-rata Hasil sidik ragam berat buah rata-rata menunjukkan tidak adanya interaksi nyata antara pemberian Bacillus cereus dan konsentrasi pupuk organik cair babandotan. Pemberian Bacillus cereus memberikan pengaruh
nyata tetapi
perlakuan konsentrasi pupuk organik cair babandotan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap berat buah rata-rata. Hasil uji lanjut berat buah normal disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Berat buah rata-rata tanaman tomat akibat pemberian Bacillus cereus dan konsentrasi pupuk organik cair babandotan. Perlakuan Kontrol Bacillus cereus Rata-rata KK (%) = 0,45
0 ml/l 51,6 52,0 51,8
Konsentrasi POC 25 ml/l ............g.............. 52,0 52,4 52,2
50 ml/l 52,0 52,2 52,1
Rata-rata 51,9 b 52,2 a
Angka sekolom diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5%.
25
Tabel 7 menunjukkan berat buah rata-rata akibat inokulasi Bacillus cereus yaitu 52,2 g berpengaruh nyata dengan tanpa inokulasi Bacillus cereus yaitu 51,9 g. Hasil inokulasi Bacillus cereus menunjukkan tanaman tomat mampu lebih baik dalam menyerap unsur hara yang terkandung dalam tanah sehingga pertumbuhan tanaman lebih optimal dan berpengaruh terhadap berat buah rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Soesanto (2004), mengatakan bahwa inokulasi Bacillus cereus mampu mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik, dan ahirnya sampai pada hasil yang meningkat. Pemberian konsentrasi POC babandotan berpengaruh tidak nyata terhadap hasil berat buah rata-rata, nilai tertinggi diperoleh dari konsentrasi 25 ml/l yaitu 52,2 g dan nilai terendah diperoleh dari konsentrasi 0 ml/l air yaitu 51,5 g. Ketersedian unsur hara makro seperti N, P, K sangat mempengaruhi produksi tanaman dan kualitas buah. Kekurangan unsur kalium dan phosfor dapat menyebabkan kematangan buah terlambat dan ukuran buah menjadi kecil (Novizan, 2002). Hasil buah perplot dan perhektar Sidik ragam hasil buah perplot menunjukkan adanya interaksi yang nyata antara pemberian Bacillus cereus dan konsentrasi pupuk organik cair babandotan. Hasil uji lanjut hasil perplot dan perhektar tanaman tomat disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8. Hasil buah perplot tanaman tomat akibat pemberian Bacillus cereus dan konsentrasi pupuk organik cair babandotan. Perlakuan
Kontrol Bacillus cereus KK (%) = 2,29
Konsentrasi POC 0 ml/l 25 ml/l ..........Kg....... 9,74 Ab 10,67 Bb 11,31 Ba 12,38 Aa
50 ml/l 10,36 Bb 10,99 Ba
Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka sekolom diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5%.
26
Tabel 9. Hasil buah perhektar tanaman tomat akibat pemberian Bacillus cereus dan konsentrasi pupuk organik cair babandotan. Konsentrasi POC 0 ml/l 25 ml/l ...........ton.......... 28,98 Ab 31,75 Bb 33,66 Ba 36,84 Aa
Perlakuan
Kontrol Bc KK (%) = 2,29
50 ml/l 30,82 Bb 32,71 Ba
Angka sebaris diikuti huruf besar sama dan angka sekolom diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5%.
Tabel 8 dan tabel 9 pada hasil buah perplot dan perhektar menunjukkan inokulasi Bacillus cereus pada konsentrasi POC babandotan 25 ml/l memberikan hasil tertinggi
dan yang terendah pada kontrol dengan konsentrasi POC
babandotan 0 ml/l. Hasil buah perplot berkisar 9,74 – 12,38 Kg dan hasil buah perhektar berkisar antara 28,98 – 36,84 ton/ha, inokulasi Bacillus cereus pada konsentrasi POC babandotan 25 ml/l merupakan perlakuan terbaik yang memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Hal ini dapat dikaitkan dengan parameter jumlah buah pertanaman dan berat buah pertanaman dimana perlakuan inokulasi Bacillus cereus dan konsentrasi POC babandotan 25 ml/l menunjukkan hasil buah yang paling banyak dan terberat sehingga berbanding lurus pada hasil buah perplot dan perhektar. Pemberian pupuk organik cair mampu memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah juga meningkatkan ketersedian unsur hara bagi tanaman, apalagi dengan inokulasi Bacillus cereus akar tanaman mampu menyerap hara dengan baik yang dapat dimanfaatkan bagi pertumbuhan batang, cabang dan daun tanaman sehingga produksi tanaman tomat semakin tinggi. Sesuai dengan Awais et al. (2008) pemberian Bacillus cereus mampu bersimbiosis dengan akar sehingga dapat menggemburkan tanah dan mempercepat penyerapan unsur hara dalam tanah. Menurut Rizqiani et al. (2007) mengatakan bahwa penggunaan konsentrasi pupuk organik
cair
dapat
memperbaiki
pertumbuhan,
mempercepat
panen,
memperpanjang masa atau umur produksi dan dapat meningkatkan hasil tanaman.
27
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan yaitu : 1. Interaksi nyata pemberian Bacillus cereus dan konsentrasi pupuk organik cair babandotan terdapat pada pengamatan tinggi tanaman, jumlah cabang utama, jumlah buah pertanaman, persentase jumlah buah sehat pertanaman, berat buah pertanaman, dan hasil buah perplot dan perhektar. 2. Pemberian Bacillus cereus pada setiap parameter pengamatan berpengaruh nyata dibandingkan dengan kontrol. 3. Pemberian konsentrasi pupuk organik cair babandotan berpengaruh nyata pada setiap parameternya kecuali pada pengamatan berat buah rata-rata. Konsentrasi pupuk organik cair babandotan 25 ml/l merupakan konsentrasi terbaik diantara konsentrasi 0 ml/l dan 50 ml/l. DAFTAR PUSTAKA Anonim , 2009. Balai Penlitian Tanaman Pangan, Sumatera Barat. b
Anonimc, 2013. Badan Pusat Statistik. Departemen Pertanian. Jakarta Aryantha, I.P. 2002. Development of Sustainable Agricultural System, One Day Discussion on The Minimization of Fertilizer Usage, Menristek-BPPT. 6th May 2002, Jakarta. Awais, M., Al. Shah, A. Hameed, and F. Hasan. 2007. Isolation, Identification and Optimization of Bacitracin Produced by Bacillus sp. Pak.J. Bot. 39(4) : 1303-1312. Bintoro, H.M.H., Saraswati, R., Manohara, D., Taufik, E., Purwani, J., 2008. Pestisida Organik Pada Tanaman Lada. Laporan Akhir Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian antara Perguruan Tinggi dan Badan Litbang Pertanian (KKP3T). Costa, J. M., and E., Heuvelink. 2005. Introduction: The Tomato Crop and Industry Tomatoes, Crop Production Science in Horticulture:13. CABI Publishing, Wallingford, UK. 1-19. Lakitan. 2012. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta. Lingga, P. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal. Lingga, P., dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
28
Mehta, W.S., Haran dan P. Tjondronegoro. 2008. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan, Departemen Botani Faperta Institut Pertanian Bogor. Bogor. Musnamar, E. 2006. Peranan Pupuk Kandang. Penebar Swadaya. Jakarta. Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Edisi Revisi. PT Agromesia Pustaka. Jakarta. Patten, C.L., B.R. Glick. 2004. Isolation and Characterization of Indoleacetic Acid Biosynthesis Genes from Plant Growth-promoting Bacteria .http://www.ag.auburn. edu/argentina/pdfmanuscripts/patten. Pdf [24 Okt 2004]. Redaksi Agromedia. 2007. Panduan Lengkap Budidaya Tomat. Agromedia, Jakarta. Rizqiani, N., F.A. Erlina & W.Y. Nasih. 2007. Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buncis. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 7(1) : 43-45. Rismunandar. 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algrosindo, Bandung. Setiawati,W., T.S. Uhan, A. Somantri. 2007. Parasitoid E. Argenteopilosus sebagai Pengendali Hayati Hama H. Armigera, S. Litura dan C. Pavonana pada Tumpang Sari Tomat dan Brokoli. Balai Penelitian Sayuran. Bandung. Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta. 359 hal. Suriawiria, U. 2002. Pupuk Organik Kompos dari Sampah. Bandung. 53 hal. Tugiono, H. 2001. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya. Jakarta. 38 hal. Widodo, Kade, G.A., Sudarsono, S. Ilyas. 2006. Karakter Fisiologis dan Keefektifan Isolat Rhizobakteri Sebagai Agen Antagonis Colletrichum Capsici dan Rhizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman Cabai Kultura. Jurnal Ilmu Bakteri 41 (1) : 28-34. Wahyudi, P. 2002. Uji Antagonistik Trichoderma viride dan Trichoderma harzianum Terhadap Jamur Gloesporium sp. Penyebab Penyakit Antraknosa pada Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. Wiryanta, W.T.B. 2004. Bertanam Tomat. Agromedia Pustaka, Jakarta. Wu, Y. R. X. and W. X. Zou. 2005. Endophytes: A rich of functional metabolites. Nat. Prod. Rep.18: 448-459.
29
Xuan. D, Shinkichi. T, Hong. N.H, Khanh. T.D and Min, C. 2004. Assesment of Phytotoxic Action of Ageratum conyzoides L. (billy go at weed) on weeds. Crop Protection, 23. 915 – 922 p. Yazdani, M.A. Bahmanyar, H. Pirdashti dan M.A. Esmaili. 2009. Effect of Phosphate Solubilization Microorganisms (PSM) and Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) on Yield and Yield Components of Corn (Zea mays L.). Proceedings of World Academy of Science, Engineerring and Technology. Vol.3(7). 90-92p.