224
UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER MELALUI CONTRACT FARMING : PENDEKATAN ANALISIS PERSAMAAN SIMULTAN (KASUS USAHA AYAM BROILER DI KECAMATAN BULULAWANG, MALANG) 1) Oleh: Bahari 2)
ABSTRACT Today broiler chickens is one of the main sources of protein in the fulfillment of the community, these commodities nationally strategic role. Broiler meat production has increased with the fantastic 68% contribution to the total needs of the flesh. Approximately 90 percent of the production of broiler meat produced by contract farming program, because it becomes very important to explore as far as contract farming can increase farmer income. This paper aims to examine the participation, implementation, benefits, and formulating contract farming policy. Studies conducted in East Java Malang Regency as one of the potential of producing broiler. The method of analysis used logit function approach, and the 2SLS method. The findings revealed that the application of contract implementation in accordance with the design contract, providing benefits to the farmer. Revenues higher contract farmers with low production costs, so the program contract farming is still the best option for farmers in order to increase revenue. The best simulation is a combination of increasing income of participants increased contract farming, the implementation of contracts and the selling price of chicken. If the price of feed up the best alternative is to simulate the combination of rising feed prices and increasing the number of DOC will continue to increase farmer incomes. Key words: Contract farming, participation, implemetation, and policy
PENDAHULUAN Usaha ternak ayam potong (broiler atau ras pedaging) di Indonesia merupakan ternak yang memberikan kontribusi terbesar dalam penyediaan daging nasional untuk memenuhi kenutuhan protein hewani masyarakat. Potensi ini harus dimanfaatkan untuk memberdayakan peternak di pedesaan melalui pemanfaatan sumberdayanya secara optimal. Upaya ini sejalan dengan adanya gerakan revitalisasi menuju peningkatan penyediaan daging ayam dalam negeri. Prospek pengembangan ternak ayam broiler sangat baik, hal ini tampak dari adanya percepatan permintaan yang belum dimbangi oleh suplai dalam negeri. Oleh karena itu komoditas tersebut memegang peranan strategis. Penannnya terancam karena usaha tersebut mempunyai resiko tinggi, terutama resiko harga output (pemasaran) dan harga input yang sangat fluktuatif, sehingga pendapatan peternak tidak stabil. Kebijaksanaan pemerintah tentang 1
contract farming dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi hal tersebut. Oleh karena pendekatan contract farming antara perusahaan (inti) yang mempunyai keunggulan dalam penguasaan modal dan teknologi dapat meningkatkan skala usaha peternak (palsma), di samping keunggulan tersebut, terdapat pula kelemahan-kelemahan. Keunggulan Contract farming adalah merupakan sistem produksi dan pemasaran berskala menengah dimana terjadi pembagian beban resiko produksi dan pemasaran diantara pelaku agribisnis dan petani kecil. Sistem ini dapat dilihat sebagai suatu terobosan untuk penyediakan sarana produksi (input) yang diperlukan petani (peternak) (misalnya kredit, asuransi, informasi, prasarana dan faktor-faktor produksi lainnya) dan lembaga pemasaran. Kelemahan contract farming, temuan Eaton dan Shepherd (2001) bahwa penerapan teknologi pada usaha ternak ayam broiler dapat bervariasi ditingkat peternak karena adanya tipe
) Staf Pengajar Pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian: Universitas Haluoleo, Kendari. AGRIPLUS, Volume 21 Nomor 03 September 2011, ISSN 0854-0128
224
225
kontrak, model kontrak serta desain kontrak dalam contract farming yang disepakati oleh peternak dan perusahaan belum sesuai dengan implementasinya. Kelemahan lainnya menurut, Roth, (1992) menemukan bukti-bukti bahwa pertanian dengan sistem contract farming juga dapat membawa dampak negatif bagi petani kecil, diantaranya manipulasi input (manipulation inputs), kontrak yang tidak contract), menguntungkan (improfitable kesalahan penimbangan (under weighing of poultry), pemberian indeks atau peringkat yang salah, dan masalah gAreding (grading problems). Menurut Simmons (2004) dalam rangka mengurangi dampak negatif pelaksanaan contract farming, petani atau peternak sedapat mungkin dilibatkan dalam proses pengembangan kontrak terutama disain kontrak, perbaikan syarat-syarat kontrak yang dapat meningkatkan manfaat pada peternak. Kondisi aktual dilapangan peternak ayam broiler rakyat mandiri belum mampu melakukan usaha yang optimal, karena tingginya biaya operasional (DOC, pakan konsentrat, vaksin dan obat-obatan) serta teknologi budidaya yang semakin modern. Untuk mengatasi hal tersebut, peternak diharapkan dapat berpartisipasi dalam program contract farming. Kehadiran contract farming sangat membantu peternak ayam broiler dalam penyediaan input, hal ini dipertegas dalam satu disain kontrak yang tujuan utamanya adalah melindungi peternak. Namun di pihak lain disain kontrak ditentukan perusahaan (inti) sehingga dapat menimbulkan adanya konflik kepentingan. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Stadler and Castrillo (1997) dalam kontrak terdapat konflik kepentingan antara perusahaan (partisipan) dan peternak (agent) yang dapat menyebabkan pemenuhan kontrak menjadi rendah. Partisipasi perusahaan dan peternak dalam program contract farming akan memberikan implementasi kontrak yang bervariasi, sebagai akibat adanya motif pemenuhan kontrak sehingga hal ini merupakan hal yang sangat penting untuk diteliti. Implementasi kontrak yang tinggi diduga akan meningkatkan manfaat baik berupa pendapatan maupun aksessibilitas atau kemudahan-
kemudahan yang diperoleh peternak, karena keduanya tercipta solusi dari masalah-masalah yang terjadi baik di pihak perusahaan maupun peternak, keduanya saling bersinergi, sehingga pendapatan peternak dapat meningkat. Partisipasi peternak dalam program contract farming mengalami peningkatan. Akan tetapi dilain pihak pendapatan yang diperoleh peternak kontrak dari pelaksanaan contract farming ternyata lebih rendah dibandingkan dengan peternak non kontrak (Siswoyo, 2002; Sarwanto, 2004). Walaupun pendapatan peternak kontrak masih rendah ternyata peternak tetap termotivasi untuk berpartisipasi dalam contract farming. Oleh karena itu partisipasi peternak dalam contract farming penting diteliti dalam rangka pengembangan ternak ayam broiler. Pendekatan analisis persamaan simultan digunakan untuk mengukur “sejauhmana penerapan contract farming pada usaha ternak ayam potong (broiler) dapat meningkatkan pendapatan peternak,”? Sehingga diperoleh rumusan kebijakan pengembangan contract farming dalam rangka peningkatan pendapatan peternak. METODE PENELITIAN Kerangka Analisis Peran kegiatan sektor agribisnis peternakan ayam broiler menjadi strategis dalam pembangunan karena terjadi peningkatan produksi daging ayam broiler sangat dirasakan manfaatnya terutama untuk mensubstitusi ternak sapi dan kerbau impor yang populasinya menurun. Dalam menjalankan fungsinya peranan sektor tersebut tidak sepenuhnya berjalan mulus sehubungan dengan berbagai kendala yang masih dimiliki oleh sistem yang ada dan para perilaku usahawannya. Salah satu strategi yang telah diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pendekatan contract farming. Partisipasi peternak dalam contract farming diragukan jika tidak diikuti dengan implementasi kontrak dan besarnya manfaat yang diperoleh peternak, hal ini akan mempengaruhi kestabilan produksi dan pendapatan. Kerangka analisis contract farming ayam broiler disajikan pada Gambar 1.
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128
226
INPUT
PROSES (Process)
(Existing Condition)
OUTPUT (Goal)
Partisipasi Kontrak Peternak Ayam Broiler resiko tinggi, dan Pendapatan peternak tidak Stabil
Peternak Kontrak
Implementasi Kontrak
Produksi Meningkat
Pendapatan Meningkat
Manfaat Kontrak Peternak Nonkontrak
Gambar 1. Kerangka analisis Contract Farming ayam broiler dan peningkatan pendapatan Kendala usaha ternak ayam broiler mandiri dihadapkan pada besarnya resiko meliputi resiko pemasaran, resiko harga input (DOC, pakan konsentrat vaksin dan obat-obatan) yang sangat fluktuatif, sehingga pendapatan peternak tidak stabil. Keadaan tersebut berdampak pada keputusan peternak takut untuk mengambil resiko dan pengembangan usaha ternak ayam broiler dengan skala usaha yang lebih besar. Alasan rasional peternak kontrak ayam broiler dalam menerapkan model contract farming adalah meliputi: (1) peternak belum mampu melakukan usaha ternak yang optimal karena tingginya biaya operasional, (2) adanya pembagian nilai tambah (sharing), dan (3) stabilitas pendapatan. Selain itu, semakin tingginya dukungan terhadap tiga pilar utamanya yaitu usaha pembibitan (hatcheries), usaha pembuatan pakan (feed mills), dan usaha pemeliharaan. Dalam rangka peningkatkan pendapatan peternak haruslah melibatkan tiga komponen yang saling terkait yaitu pemerintah, swasta, dan petani peternak. Oleh karena itu penerapan program contract farming akan terjadi reformasi modal, penciptaan pasar, input produksi, teknologi, dan sistem kelembagaan secara simultan. Dengan contract farming juga tercipta pembinaan kelompok secara teratur, introduksi teknologi, serta perbaikan tata laksana yang
dapat mempermudah pemeliharaan dan mempercepat waktu panen (jual), serta peningkatan indeks performa peternak. Dengan demikian untuk mengatasi kondisi besarnya resiko usaha tersebut, maka peternak dapat berpartisipasi dalam program contract farming dalam rangka peningkatan pendapatan. Implementasi kontrak merupakan faktor yang sangat menentukan dalam program contract farming, oleh karena program ini merupakan poultry program terintegrasi (integrated farming), sehingga dalam pelaksanaannya menimbulkan kelemahan dalam pengimplementasian kontrak yang diperoleh peternak dalam usaha ternak ayam broiler. Menurut Glover (1987); Glover and Kusterer (1990), dan Roth (1992), menemukan kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan contract farming yaitu pemenuhan kontrak yang rendah atau implementasi kontrak rendah, hal ini mengindikasikan bahwa terjadi ketidaksesuaian disain kontrak dengan pelaksanaan usaha ternak ayam broiler. Solusi untuk menghindari kelemahan atau kelalaian tersebut, maka kedua belah pihak peternak dan perusahaan (inti) harus melakukan pengawasan dan komunikasi yang akan menciptakan tekanan personal dalam pemenuhan kontrak, serta peraturan yang ketat dan pengimplementasian kontrak dalam semua aspek kegiatan proses produksi (Eaton dan Shepherd, 2001).
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128
227
Implementasi kontrak ditentukan oleh kinerja kelembagaan perusahaan (inti) dan mekanisme contract farming. Menurut Rusastra, dkk (2006) kinerja kelembagaan rantai pasok menentukan pola kemitraan (contract farming) yakni suplai DOC, pakan konsentrat, vaksin, obat-obatan, bimbingan teknis, dan jaminan pemasaran. Sedangkan mekanisme contract farming sebagian besar ditentukan oleh perusahaan meliputi : (syarat peternak, penetapan harga sarana produksi dan hasil panen, pengaturan pola produksi serta pengawasan dan pemberian bonus) dan peternak plasma wajib menyediakan kandang, peralatan produksi, serta melakukan pemeliharaan ayam sebaik-baiknya. Kelangsungan program contract farming ditentukan oleh faktor-faktor (1) faktor input dan informasi, (2) jaminan perpindahan resiko dan stabilitas pendapatan, (3) jaminan kredit, (4) penetapan harga dan pembayaran, dan (5) faktor peningkatan pendapatan. Fokus utamanya adalah rancangan kontrak (contract design). Rancangan kontrak mencakup syarat dan kondisi mengenai suplai input, suplai kredit, harga output, perluasan pelayanan yang disediakan oleh perusahaan, riset dan pengembangan, seberapa besar pengawasan yang diberikan oleh perusahaan, persyaratan pembayaran oleh peternak, dan kualitas dari output, kesemuanya itu akan terjalin dalam contract farming dalam rangka peningkatan pendapatan peternak. Pelaksanaan mekanisme disain kontrak (contract design) sebagian besar ditangan perusahaan (inti) akan memberikan peluang pemenuhan kontrak rendah atau implementasi kontrak rendah, hal ini akan merugikan peternak. Dalam pelaksanaan contract farming usaha ternak ayam broiler, implementasi kontrak direfleksikan oleh kontrak produksi, kontrak kredit, kontrak proses produksi, dan kontrak harga. Tingkat implementasi pemenuhan kontrak oleh perusahaan dalam hal penetapan harga input dan output, pembayaran hasil dan insentif sangat variatif. Implementasi kontrak dalam usaha ternak ayam broiler yang tinggi akan menghasilkan manfaat berupa peningkatan produksi sebagai akibat terjaminnya faktor produksi yang berkualitas dan jaminan pemasaran dengan ekspektasi harga kontrak
yang tinggi, serta memberikan manfaat kepada peternak secara langsung maupun manfaat sosial kemasyarakatan. Usaha ternak contract farming ayam broiler dapat memberikan manfaat baik kepada perusahaan maupun peternak. Manfaat yang diperoleh adalah menciptakan nilai tambah dan efisiensi (Cunningham, 2008). Bagi perusahaan juga mendapatkan manfaat hasil produksi ayam dengan kualitas tertentu, keterbatasan lahan, sharing resiko produksi, dan promosi input. Sedangkan peternak memperoleh manfaat secara garis besarnya meliputi: (1) manfaat langsung yang dapat dinilai (tangible benefit) adalah berupa peningkatan produksi, teknologi produksi, perbaikan kualitas, fasilitas pemasaran, pengolahan, peningkatan pendapatan, dan tambahan pendapatan dari insentif berupa bonos proses produksi, dan (2) manfaat yang tidak dapat dinilai (intangibel benefit) atau manfaat sosial yang diperoleh peternak berupa kemudahan-kemudahan (accesibilitas) yang dapat diperoleh peternak. Pelaksanaan proses produksi terkait tingkat kemampuan penerapan disain kontrak (implementasi) dihasilkan dari evaluasi berdasarkan hasil rancangan kontrak (design contract) yang ditentukan dalam pemenuhan kontrak baik oleh peternak maupun perusahaan. Rancangan kontrak yang didisain berdasarkan kesepakatan pihak perusahaan (inti) dan peternak akan mempengaruhi aktivitas produksi. Aktivitas produksi yang dikerjakan oleh peternak mempunyai tujuan utama adalah untuk meningkatkan pendapatan peternak yang selanjutnya akan digunakan untuk keperluan konsumsi dan investasi dalam usaha pengembangan ekonomi rumah tangga yang lebih baik diwaktu yang akan datang. Produksi usaha ternak ayam broiler diukur bedasarkan jumlah produksi satuan ekor dan jumlah produksi daging. Tinggi rendahnya jumlah produksi ayam (ekor) terkait langsung dengan produksi daging (kg) yang diperoleh. Tingkat produksi ayam dengan performa yang sangat baik dapat dicapai dengan produksi ayam (ekor) yang tinggi dan menghasilkan produksi daging tinggi pula.
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128
228
Produksi ayam dipengaruhi oleh implementasi kontrak, jumlah DOC, jumlah pakan konsentrat, biaya vaksin dan obat-obatan. Produksi ayam dalam satuan ekor akan mempengaruhi produksi daging, selanjutnya produksi daging ditentukan oleh tingkat bobot badan ayam perekor. Makin tinggi bobot badan ayam perekor akan mementukan besarnya penerimaan peternak, sedang penerimaan peternak ditentukan oleh harga kontrak, dan produksi daging total yang diperoleh peternak. Peternak ayam broiler diasumsikan berpengalaman dalam mengalokasikan faktor produksi sesuai dengan kondisi lingkungan, maka pendapatan dari ternak ayam broiler tergantung dari jumlah produksi ayam, dan biaya produksi. Apabila kualitas dan bobot ayam broiler segar naik menyebabkan harga ayam broiler naik, maka penerimaan dari nilai jual ayam akan mengalami kenaikan. Dampak selanjutnya adalah pendapatan dari usaha ternak ayam akan meningkat dan sebaliknya apabila harga pakan konsentrat naik, maka berdampak pada meningkatnya biaya produksi dan menurunnya pendapatan. Sumber Data Data yang dipergunakan adalah data survei peternak di Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. Data yang dianalisis dalam
CF = LKDGCF BBAY PRODA PRODEK PCF HAYP HKTA PENRI FPN JPKNK JTK BPKNK TBIAYA PENDAP
penelitian ini adalah data kerat silang (crosssection) pada satu periode produksi NopemberDesember 2010. Populasi dalam penelitian terdiri dari peternak yang mengusahakan ayam broiler sebagai kelompok peternak kontrak dan nonkontrak. Teknik pengambilan sampel baik peternak kontrak maupun non-kontrak dilakukan dengan menggunakan metode sampel kelompok (Parel, et al. 1973). (Cluster sampling) Berdasarkan teknik tersebut diperoleh ukuran sampel minimal, oleh karena penelitian ini menggunakan persamaan simultan, maka besarnya ukuran sampel ditingkatkan menjadi 75 peternak terdiri dari 60 peternak yang mengikuti program contract farming dan 15 peternak non-kontrak. Metode Analisis (1) Dasar simulasi kebijakan peningkatan pendapatan Perumusan kebijakan pengembangan contract farming dalam rangka peningkatan pendapatan peternak dilakukan simulasi terhadap jumlah DOC ayam, frekuensi penyuluhan, peningkatan peserta kontrak CF, Implementasi kontrak, peningkatan harga jual ayam, dan mortalitas dianalisis dengan menggunakan persamaan simultan yang secara umum spesifikasi model persamaannya sebagai berikut :
f(SULUH, CONTOH, INFOCF, KDKP, MRESIKO, MPDPAT, MKMDL, MRAMAN). (1) = f (CF, LKDG, PENDRT) ....................................................................................... (2) = f (UPN, JPKNK, FCR, LKDKCF, KEPOP ) ............................................................ (3) = PRODEK X BBAYP ........................................................................................... (4) = f (JDOC, JPKNK*POP, JTK*IPCF, BVAKOB, BIAYATK, MORAYP) ............... (5) = KTPRO + KTPROS + KTKRT + KTHAR) ................................................................. (6) = f (IPCF, HKTA) ..................................................................................................... (7) = f (IPCF) ...... ......................................................................................................... (8) = PRODA x HAYP ................................................................................................. (9) = f (PRODEK, HAYP) ........................................................................................... (10) = f (JDOC, UPN, JTK*IPCF) ................................................................................ (11) = f (PTKSP, JARTP) ........................................…………………....…...................... (12) = f (JPKNK, JBDOC) .................................…………….…........…........................... (13) = JBDOC + BPKNK + BVAKOB + BIAYATK +BIALAT ............…........................ (14) = PENRI – TBIAYA ............................................................................................ (16)
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128
229
Keterangan: BPKNK = Biaya pakan konsentrat (Rp); BIAYATK= Biaya tenaga kerja per periode produksi (Rp); BBAYP = Bobot ayam broiler (Kg); BVAKOB = Jumlah biaya vaksin dan obat-obatan (Rp); CF = Partisipasi peternak dalam contract farming (ya=1; tidak = 0); CONTOH = Keikutsertaan program percontohan CF (ya=1; tidak = 0); FPN = Frekuensi panen per periode produksi (kali); FCR = Feed convertion ratio; HPKNK = Harga akan konsentrat (Rp); HAYP = Harga jual ayam broiler rata-rata per kg (Rp); INFOCF = Informasi tentang Contract farming (ya=1; tidak = 0); IPCF = Implementasi Contract farming (skor); JARTP = Jumlah anggota rumah tangga usia produktif (orang); JBDOC = Jumlah biaya DOC ayam (Rp); JDOC = Jumlah DOC ayam (ekor); JPKNK = Jumlah pakan konsentrat (kg); JKPK*POP = Interaksi JPKNK dengan KEPOP; JTK = Jumlah tenaga kerja (JKP); JTK*IPCF = Interaksi JTK dengan IPCF; KEPOP = Kepadatan populasi ayam per meter2 (DOC/m2); KDKP = Keikutsertaan dalam kegiatan kelompok (ya=1; tidak = 0); LKDG = Luas kandang sebelum berpartisipasi CF (m2); LKDGCF = Luas kandang ayam setelah berpartisipasi CF (m2); MOTIV = Motivasi peternak masuk dalam CF (skor); MORAYP = Mortalitas ayam broiler (%);PENDRT = Pendapatan RT peternak sebelum masuk CF (Rp), PENDAP= Pendapatan usaha ternak ayam broiler per periode (Rp); PENRI = Penerimaan ayam broiler (Rp); PRODA = Produksi daging ayam beroiler (kg); PRODEK = Produksi ayam broiler dalam satuan ekor ayam (ekor); PTKSP = Upah tenaga kerja sektor pertanian (Rp/bulan); HKTA Harga ayam broiler berdasarkan harga kontrak (Rp); SULUH = Frekuensi keikutsertaan peternak dalam penyuluhan (kali); TBIAYA = Total biaya produksi per periode (Rp); UPN = Umur panen ayam broiler (hari); MRESIKO = Motivasi peternak CF karena resiko usaha kecil (skor); MPDPAT = Motivasi peternak CF karena pendapatan (skor).
(2) Identifikasi model dan metode estimasi Identifikasi berfungsi untuk menentukan metode pendugaan yang tepat. Persyaratan suatu persamaan teridentifikasi (indentified) adalah jika jumlah total peubah yang tidak termasuk ke dalam persamaan tersebut, tetapi termasuk ke dalam persamaan lainnya, paling kurang sebanyak jumlah persamaan yang terdapat dalam model dikurangi satu. Model ekonometrika dalam penelitian ini terdiri dari 16 peubah endogen dan 30 peubah eksogen dengan jumlah
persamaan 15 terdiri dari 10 persamaan struktural dan 5 persamaan identitas. Untuk mengetahui peubah endogen dalam model yang digunakan, maka dilakukan validasi model agar dapat menggambarkan informasi yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan nilai aktualnya. Untuk tujuan simulasi kebijakan maka model divalidasi dengan menggunakan kriteria Thei’s Ineequality Coeficient (U-Theil) serta dekomposisinya. Dekomposisi dari U-Theil dalam UM (bias ratarata), US (bias kemiringan regresi) dan UC (bias kovariance). UM adalah proporsi bias yang merupakan indikator kesalahan sistematik karena komponen ini mengukur sampai seberapa jauh nilai rata-rata simulasi dan aktualnya menyimpang dari yang lain. US adalah faktor indikator kesalahan dari komponen regresi yang mengukur penyimpangan kemiringan regresi. UC adalah komponen bias residual. Suatu model mempunyai daya prediksi yang baik apabila UM dan US mendekati 0 (nol) dan UC mendekati 1 (satu) (Pindyck and Rubinfeld (1991). (3) Simulasi kebijakan Simulasi tunggal Simulasi tunggal yang digunakan dalam model ekonometrika yang berkaitan dengan usaha ternak ayam broiler adalah: SIM 1 : Peningkatan jumlah DOC sebesar 25%. SIM 2 : Peningkatan frekuensi penyuluhan sebesar 25% SIM 3 : Peningkatan peserta contract farming sebesar (CF=1). SiIM 4 : Peningkatan implementasi kontrak sebesar skor 600. SIM 5 : Peningkatan harga jual ayam 25% SIM 6 : Penurunan mortalitas ayam broiler sebesar 2,00% SIM 7 : Penurunan harga jual ayam 25% Simulasi ganda SIM 8 : Peningkatan DOC ayam 25%, dan peningkatan frek. penyuluhan 25%. SIM 9 : Peningkatan DOC ayam 25%, dan peningkatan peserta CF=1 SIM 10: Peningkatan DOC ayam 25%, dan implementasi kontrak Skor 600
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128
230
SIM 11 : Peningkatan DOC ayam 25%, dan peningkatan harga jual ayam 25%. SIM 12: Peningkatan frekuensi penyuluhan 25%, dan peningkatan peserta CF = 1 SIM 13 : Peningkatan peserta CF = 1, dan implementasi kontrak skor 600 SIM 14 : Peningkatan peserta CF = 1, dan harga jual ayam 25%. SIM 15 : Peningkatan peserta CF = 1, dan penurunan mortalitas ayam 2%. SIM 16: Peningkatan implementasi kontrak skor 600, dan harga jual ayam 25% SIM 17 : Peningkatan harga pakan 10% dan peningkatan Jumlah DOC 25% SIM 18 : Peningkatan jumlah DOC ayam 25%, peningkatan peserta CF = 1, dan peningkatan implementasi kontrak skor 600 SIM 19 : Peningkatan jumlah DOC ayam 25%, peningkatan peserta CF = 1, dan peningkatan harga jual ayam 25% SIM 20 : Peningkatan jumlah DOC ayam 25%, peningkatan implementasi kontrak skor 600, dan peningkatan harga jual ayam 25%. SIM 21 : Peningkatan peserta CF = 1, dan peningkatan implementasi kontrak skor 600, dan peningkatan harga jual ayam 25%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Performansi Ayam Broiler Keberhasilan pelaksanaan usaha ternak ayam broiler dapat diukur dari tingginya Indeks performance (IP) yang dicapai dalam satu periode produksi. Komponen penting dalam IP adalah mortalitas, bobot badan ayam (BW), feed convertion ratio (FCR), dan umur panen (UP). Pada Tabel 1, skala usaha peternak kontrak lebih tinggi dari peternak non-kontrak, demikian pula kepadatan populasi yang diterapkan peternak kontrak mendekati ideal yakni 10 ekor/m2 (Anjuran perusahaan inti), sedang peternak nonkontrak masih relatif rendah. Kepadatan populasi ayam yang per m2 sangat mementukan skala dan pertumbuhan ideal ayam. Temuan tersebut ternyata peternak kontrak maupun non-kontrak masih tergolong tingkat kepadatan populasi lebih rendah dari anjuran. Temuan ini mengimplikasikan bahwa peternak kontrak dan nonkontrak masih dapat ditingkatkan skala usaha tanpa penambahan luas kandang pemelihartaan. Keragaan aspek mortalitas, peternak kontrak rata-rata mencapai mortalitas lebih rendah dibanding dengan peternak non-kontrak. Mortalitas yang dicapai peternak kontrak sudah tergolong tinggi namun belum serius oleh karena belum mencapai > 5%, sedang peternak nonkontrak menunjukkan kategori serius karena mortalitasnya telah melebihi 5%. Tinjauan bobot ayam hidup peternak kontrak dan non-kontrak tidak memberikan perdedaan yang besar, namun perolehan FCR peternak kontrak lebih rendah dari peternak non-kontrak. Performansi usaha ayam broiler disajikan dalam Tabel 1.
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128
231
Tabel 1. Keragaan kinerja usaha ayam broiler berdasarkan kelompok peternak kontrak dan non kontrak No
Uraian aspek indeks dan IP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Skala usaha ( JDOC) Kepadatan populasi (DOC/m2) Mortalitas (%) Bobot Ayam Hidup (Kg) Feed Convertion Ratio (FCR) Umur Panen (hari) Indeks Performansi (IP) Biaya produksi (Rp/kg)* Produksi (kg) * Harga daging ayam (Rp/kg)* Pendapatan (Rp/kg)* Bonus
Peternak kontrak lebih unggul karena mampu menurunkan FCR dengan lama waktu proses produksi atau umur panen lebih rendah yaitu 37,52 hari sedang peternak non-kontrak umuyr panen rata-rata mencapai 39,40 hari. Umur panen tidak menunjukkan perbedaan nyata terhadap pendapatan peternak per kg bobot ayam hidup. Perusahan (inti) memberikan insentif (bonus) kepada peternak yang didasarkan parameter insentif proses (sebelum DOC masuk), IP, tingkat mortalitas, FCR dan harga. Kinerja peternak kontrak lebih baik dibanding dengan peternak non-kontrak. Hal ini ditunjukkan oleh indeks performansi peternak kontrak jauh lebih tinggi (268,65) dibanding dengan peternak nonkontrak (208,57). Indeks performansi yang tinggi akan memotivasi peternak untuk berpartisipasi dalam contract farming, oleh karena peluang untuk mendapatkan bonus semakin terbuka, dengan demikian pendapatan peternak meningkat. Biaya produksi usaha ternak ayam broiler untuk satu kg bobot ayam hidup Rp 11.593,92 bagi peternak kontrak, lebih rendah dari peternak nonkontrak yaitu Rp 12.247,90. Temuan ini menjelaskan bahwa peternak kontrak
Rata-rata kelompok peternak Kontrak Non-kontrak 5.528,09 2.387,00 7,67 6,69 4,46 6,95 1,84 1,79 1,75 2,06 37,52 39,40 268,85 208,57 11.593,92 12.247,90 9.890,42 3.954,40 12.283,91 12.975,03 913,46 90761 1.206.142,02 0,00 lebih efisien dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi. Di samping itu prestasi peternak kontrak mendapat pengharagaan berupa bonus sebesar Rp 1.206.142,02 per periode produksi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peternak contract farming mampu meningkatkan produksi dan menekan biaya pakan, sehingga pendapatan peternak meningkat. Pendapatan peternak meningkat menjadi faktor pendorong untuk mengembangkan skala usaha peternakan yang akan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil Estimasi Model Persamaan Simultan Hasil estimasi persamaan simultan model contract farming ayam broiler disajikan pada Tabel 2. Hasil estimasi tersebut menunjukkan bahwa model yang diperoleh sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian dengan kriteria F hitung menunjukkan persamaan-persamaan yang estimasi nyata secara statistik. Artinya peubah-peubah yang tercakup pada masing-masing persamaan dapat digunakan sebagai penduga tidak bebas pada persamaan tersebut.
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128
232
Tabel 2. Hasil estimasi model Contract Farming No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Persamaan CF LKDGCF BBAY PR0DEK HAYP HKTA FPN JPKNK JTK BPKNK
FHitung 95.952 16.124 6055.504 903.354 698.039 246.909 49.148 1901.409 20.573 815.927
Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh bervariasi dari yang paling rendah 0,3736 yaitu tenaga kerja sampai 0,9978 pada dimana R2 yang tertinggi terdapat persamaan Bobot ayam broiler. Terdapat 7 persamaan yang nilai R2 > 0.77 dan 3 persamaan saja yang memperoleh nilai R2 < 0.77. Hasil Simulasi Kebijakan Peningkatan Pendapatan Peternak Untuk melihat dampak kebijakan pengembangan usaha ternak ayam broiler, dilakukan analisis simulasi terhadap model yang telah disusun. Sebelum simulasi dilakukan, model kebijakan pengembangan usaha ternak harus divalidasi. Tujuan validasi adalah untuk mengetahui peubah endogen dalam model yang digunakan dapat menggambarkan informasi yang tidak jauh berbeda dengan nilai aktualnya. Peubah endogen dalam model contract farming usaha ternak ayam broiler diperoleh rata-rata prediksi relatif mendekati rata-rata aktual, sehingga model tersebut mempunyai hasil yang cukup baik. Pindyck dan Rubinfield (1991) menyebutkan bahwa beberapa kriteria untuk mengevaluasi kinerja model simulasi terkadang hasilnya tidak konsisten, apalagi dalam model yang sangat besar. Oleh karena itu diperlukan kompromi antara kepentingan statistik dengan kelengkapan model yang dibangun (kriteria ekonomi). Rumusan kebijakan peningkatan pendapatan pendekatan simulasi tunggal disajikan pada Tabel 3 dan 4 menyajikan
R2 0.9242 0.4157 0.9978 0.9881 0.9529 0.7767 0.577 0.9882 0.3736 0.9594
Adj-R2 0.9145 0.3899 0.9976 0.9871 0.9515 0.7735 0.565 0.9877 0.3554 0.9583
Prob- F 0.00010 0.00010 0.00000 0.00000 0.00010 0.00010 0.00010 0.00000 0.00100 0.00010
ringkasan simulasi kebijakan peningkatan produksi dan pendapatan. Terdapat tiga simulasi kebijakan yang memberikan dampak positif terhadap produksi yang terbaik yaitu Simulasi peningkatan jumlah DOC (sim-1), peningkatan implementasi kontrak (sim-4), dan penurunan mortalitas ayam (Sim-6) disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil simulasi kebijakan peningkatan produksi ayam broiler No
Simulasi
1 2 3 4 5 6 7
Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-4 Sim-5 Sim-6 Sim-7
Perubahan (%) Produksi Produksi ayam daging 16,28 15,88 0,00 0,00 0,00 0,06 17,88 18,20 0,00 0,00 4,44 4,46 0,00 0,00
Prioritas peningkatan produksi alternatif kebijakan terbaik adalah simulasi analisis peningkatan implementasi kontrak skor 600 (Sim-4) berdampak peningkatan produksi ayam broiler sebesar 17,88%, Peningkatan implementasi kontrak juga berdampak positif terhadap peningkatan produksi daging ayam sebesar 18,20%. Selanjutnya berdampak positif terhadap peningkatan penerimaan usaha ternak ayam broiler sebesar 11,79%, hal ini dimungkinkan karena memberikan dampak positif terhadap peningkatan harga ayam rata-
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128
233
rata sebesar 1,13%. Peningkatan implementasi kontrak menunjukkan performansi ayam semakin baik, hal ini menyebabkan peningkatan produksi ayam dan daging, sehingga berdampak positif terhadap pendapatan sebesar 13,09%. Hasil analisis simulasi peningkatan jumlah DOC ayam 25% (Sim-1) berdampak pada produksi daging ayam yang meningkat sebesar 15,88%, Peningkatan jumlah DOC ayam 25%, menyebabkan kenaikan biaya, akan tetapi meningkatnya biaya tersebut lebih rendah dari pada penerimaan. Dampak lain simulasi kenaikan jumlah DOC ayam adalah kenaikan bobot ayam (body weight) kg per ekor memberikan dampak positif terhadap penerimaan sebesar 15,44%. Hasil analisis simulasi penurunan mortalitas ayam 2,00% (Sim-6) akan berdampak positif terhadap produksi ayam sebesar 4,44%, yang selanjutnya akan memberikan dampak positif terhadap produksi daging ayam sebesar 4,46%. Hal ini terjadi karena upaya peningkatan performa ayam terutama tindakan biosekuriti, kualitas DOC, pakan, vaksin, obat-abatan, kualitas air, dan peralatan. Dampak positif selanjutnya terhadap penerimaan, sehingga menyebabkan pendapatan mengalami kenaikan sebesar 3,76%. Terdapat tiga simulasi yaitu Sim-2, Sim3 dan Sim-7 tidak memberikan perubahan produksi ayam dan produksi daging. Simulasi peningkatan frekuensi penyuluhan 25% (Sim-2) menyebabkan manajemen produksi, manajemen tenaga kerja, dan pengelolaan panen semakin baik, hal ini berdampak positif tertinggi terhadap bobot ayam sebesar 5,64%, dan harga kontrak 0,84%. Hal yang menarik pada Sim-2, walaupun memberikan dampak pada kenaikan harga jual ayam 0,84%, namun menunjukkan tidak terdapat perubahan produksi daging. Prioritas peningkatan pendapatan alternatif simulasi kebijakan terbaik adalah Sim5, Sim-1, Sim-3 dan Sim-4. Simulasi peningkatan harga jual ayam (Sim-5) berdampak positif pada frekuensi panen sebesar 13,84%. Walaupun tidak ada peningkatan produksi, dampak kenaikan harga 25% mengakibatkan adanya peningkatan penerimaan sebesar 25%, sehingga berdampak positif terhadap pendapatan
peternak sebesar 27,77%. dalam Tabel 4.
Hal ini disajikan
Tabel 4. Hasil Simulasi Kebijakan Peningkatan Pendapatan No
Simulasi
1 2 3 4 5 6 7
Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-4 Sim-5 Sim-6 Sim-7
Perubahan pendapatan (%) 17,15 0,93 13,22 13,09 27,77 3,76 (27,77)
Simulasi peningkatan jumlah DOC ayam 25% (Sim-1) memberikan perubahan jumlah pakan, biaya pakan konsentrat dan total biaya. Akan tetapi peningkatan total biaya lebih rendah daripada peningkatan penerimaan, sehingga memberikan dampak positif terhadap pendapatan 17,15%. Jika peternak seluruhnya berpartisipasi dalam kontrak (Sim-3), maka frekuensi panen per periode meningkat sebesar 14,29%. Hal ini dapat terjadi karena dampak positif terhadap peningkatan produksi daging ayam sebesar 0,06%. Dampak positif lain adalah peningkatan penerimaan usaha ternak ayam broiler sebesar 11,90%. Peningkatan penerimaan tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan harga ayam rata-rata (Rp/kg) sebesar 25,84%. Hal lain sangat menarik adalah peningkatan harga kontrak rata-rata (Rp/kg) sebesar 25,97%, oleh karena peningkatan harga kontrak akan menyebabkan semakin meningkatnya jumlah peternak yang akan berpartisipasi dalam program contract farming. Jadi peningkatan pertisipasi peternak dalam contract farming berdampak positif terhadap pendapatan usaha ternak ayam broiler sebesar 13,22%. Simulasi peningkatan implementasi kontrak skor=600 (Sim-4) memberikan dampak positif terhadap frekuensi panen per periode produksi 3,67%, dan harga jual ayam naik 1,13% dengan demikian memberikan dampak positif terhadap penerimaan sebesar 11,79%dan dampak positif terhadap pendapatan 13,09%. Simulasi ini hampir sama dengan perolehan pendapatan dari Sim-3.
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128
234
Hasil analisis simulasi penurunan harga jual ayam 25% (Sim-7) berdampak negatif terhadap frekuensi panen daging ayam hidup sebesar 13,84%. Sebagai akibat dari penurunan harga jual ayam 25% juga berdampak negatif terhadap penurunan penerimaan sebesar 25%, Dampak penurunan harga jual ayam tidak dikuti dengan peningkatan frekuensi panen, sehingga menyebabkan dampak negatif terhadap pendapatan peternak sebesar 27,77%. Kondisi ini menunjukkan bahwa jika peternak tidak maka mengikuti program contract farming, peternak akan menderita kerugian yang sangat besar, oleh karena itu peternak yang Contract farming berpartisipasi dalam memperoleh pendapatan yang lebih stabil.
Tabel 5. Hasil simulasi kebijakan peningkatan produksi, simulasi ganda
Hasil Simulasi Alternatif Kebijakan
Simulasi kombinasi terbaik kedua, untuk peningkatan produksi ayam dan daging, adalah simulasi peningkatan jumlah DOC 25%, peningkatan implementasi kontrak skor = 600, dan harga jual ayam 25% (Sim-20), menghasilkan dampak positif terhadap produksi ayam sebesar 33,16%, peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah DOC ayam. Dampak positif lainnya terhadap penerimaan sebesar 59,25%, peningkatan tersebut sebagai akibat peningkatan harga jual ayam.
Berdasar hasil simulasi tunggal menghasilkan Tabel 5 dan 6 yang merupakan simulasi kombinasi difokuskan pada peningkatan produksi ayam dan produksi daging serta simulasi kombinasi peningkatan pendapatan. Prioritas peningkatan produksi daging ayam, alternatif kombinasi kebijakan terbaik adalah Sim-10, Sim-18, dan Sim-20. Pada Tabel 5 prioritas peningkatan produksi daging dapat diketahui simulasi kombinasi yang menghasilkan peningkatan produksi dan daging ayam terbaik adalah simulasi peningkatan jumlah DOC, peningkatan peserta kontrak, dan peningkatan implementasi kontrak skor=600 (Sim-18) memberikan dampak positif terhadap produksi ayam sebesar 33,16% yang dikuti dengan kenaikan bobot ayam 0,42%, sehingga menyebabkan dampak positif terhadap produksi daging 34,26%. Selanjutnya Sim-18 memberikan dampak posisitif terhadap pendapatan sebesar 56,89%. Pada Tabel 5 dan 5 menyajikan 10 hasil simulasi kombinasi terbaik dalam upaya peningkatan produksi ayam, daging dan pendapatan.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel
Simulasi Sim - 8 Sim - 9 Sim -10 Sim -11 Sim -13 Sim -16 Sim -17 Sim -18 Sim -20 Sim -21
Perubahan (%) Produksi Produksi ayam daging 15,28 15,88 15,28 15,95 33,16 33,14 15,28 15,88 17,88 18,30 17,88 18,20 15,25 15,88 33,16 34,26 33,16 34,14 17,88 18,30
6. Hasil simulasi alternatif kebijakan peningkatan pendapatan
No
Simulasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sim -9 Sim -10 Sim -11 Sim -13 Sim -14 Sim -17 Sim -18 Sim -19 Sim -20 Sim -21
Perubahan pendapatan (%) 32,96 30,43 49,21 36,95 44,30 14,79 56,89 69,97 65,82 73,96
Kondisi simulasi ini menyebabkan kenaikan biaya, akan tetapi kenaikan biaya lebih kecil daripada kenaikan penerimaan, sehingga memberikan dampak positif terhadap pendapatan sebesar 65,82%. Sim-20 dan Sim-10
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128
235
memberikan dampak perubahan produksi ayam dan produksi daging relatif sama. Sim-17 merupakan simulasi kombinasi antara peningkatan harga pakan 10% dan peningkatan jumlah DOC 25% hasil simulasi terjadi perubahan produksi ayam sebesar 15,25% dan produksi daging sebesar 15,88% (Tabel 6). Akibat peningkatan harga pakan, maka terjadi peningkatan biaya sebesar 21,26%. Namun kenaikan biaya tersebut diikuti pula kenaikan penerimaan yang lebih tinggi dari biaya, sehingga peternak masih memperoleh peningkatan pendapatan sebesar 14,79% (Tabel 6). Kesimpulan dan implikasi menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan harga pakan (naik 10%) , maka upaya peningkatan pendapatan peternak perlu peningkatan skala usaha yaitu peningkatan jumlah DOC sebesar 25%, sehingga peternak tetap mendapatkan peningkatan pendapatan. Hasil simulasi 17 merupakan kombinasi cukup baik karena tanpa simulasi peningkatan harga jual, sehingga produksi ayam akan mempunyai daya saing dipasar yang relatif tinggi. Prioritas peningkatan pendapatan peternak, alternatif kebijakan kombinasi terbaik adalah Sim-21, Sim-19, dan Sim-20. Seperti tampak pada Tabel 6. Dalam rangka peningkatan pendapatan peternak alternatif kebiajakan terbaik adalah kombinasi peningkatan peserta CF, peningkatan implementasi kontrak skor=600, dan harga jual ayam 25% (Sim-21) memberikan dampak positif terhadap penerimaan sebesar 66,67% sebagai akibat naiknya harga jual ayam yang diikuti dengan peningkatan implementasi kontrak. Produksi ayam broiler meningkat sebesar 17.88% akibat peningkatan peserta contract farming. Aspek yang lebih menarik Sim-21 adalah meskipun berdampak peningkatan jumlah pakan dan total biaya, tetapi kenaikannya relatif lebih kecil daripada penerimaan. Hasil Simulasi 21 memberikan dampak positif terhadap pendapatan sebesar 73,96%. Hal ini menunjukkan bahwa dari aspek pendapatan simulasi 21 merupakan simulasi kombinasi terbaik.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini telah memperoleh beberapa temuan penting berkenaan dengan contract farming usaha ternak ayam broiler, akan hal upaya peningkatan pendapatan. Beberapa kesimpulan dari hasil penelitian itu adalah: 1. Hasil simulasi tunggal yang telah dilakukan ditemukan beberapa alternatif kebijakan contract farming usaha ternak ayam broiler : a. Prioritas peningkatan produksi, alternatif kebijakan terbaik adalah peningkatan implementasi kontrak secara keseluruhan sebesar Skor 600, yang didisain dalam kontrak terutama kontrak produksi, kontrak proses produksi, kontrak kredit, dan kontrak harga meningkatkan performansi ayam sangat baik, hal ini menyebabkan peningkatan produksi ayam 17,88%, produksi daging 18,20%, b. Prioritas peningkatan pendapatan alternatif kebijakan terbaik adalah peningkatan harga jual ayam sebesar 25% diikuti dengan pengaturan frekuensi panen, hal ini akan berdampak positif terhadap penerimaan 25%, sehingga menyebabkan peningkatan pendapatan 27,77%. 2. Hasil simulsi ganda ditemukan beberapa alternatif kebijakan contract farming: a. Prioritas peningkatan pendapatan peternak alternatif kebijakan terbaik adalah kombinasi peningkatan peserta contract peningkatan implementasi farming, kontrak skor = 600, dan harga jual ayam 25% berdampak positif terhadap pendapatan sebesar 73,96%. b. Untuk prioritas peningkatan produksi daging, alternatif kebijakan terbaik adalah kombinasi peningkatan jumlah DOC 25%, peningkatan peserta CF, dan peningkatan implementasi kontrak skor = 600, berdampak positif terhadap produksi daging sebesar 34,26%. Saran Saran penting dari hasil penelitian ini khususnya upaya peningkatan pendapatan usaha ternak ayam broiler adalah :
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128
236
1. Membangun contract farming diperlukan kebijakan pemerintah dalam penerapan hukum dan peraturan yang tidak menghambat pengembangan usaha. Peternak harus tetap dilindungi dari eksploitasi dalam sistem kegiatan kerjasama dengan perusahaan melalui pengecekan kelayakan financial dan kapasitas manajerial industri (perusahaan) sehingga mampu menghasilkan bisnis yang menguntungkan semua pihak. 2. Implementasi kontrak masih dapat ditingkatkan terutama dalam hal transparansi penentuan bonus, standar FCR yang diterapkan perusahaan, dan penetapan harga kontrak terhadap vaksin dan obat-obatan per unit bahan. 3. Untuk meningkatkan pendapatan peternak kontrak, harga kontrak masih dapat dinaikkan 10 – 15% (kenaikannya mendekati harga ayam maksimum 25%). 4. Masih tingginya tingkat mortalitas ayam yaitu mendekati tahap serius 5%, mengindikasikan perlunya peningkatan kualitas penerapan teknologi usaha ternak ayam broiler, terutama manajemen biosekuriti, teknologi brooding, manajemen tenaga kerja, manajemen pakan, kualitas air minum dan peralatan, serta vaksinasi dan obat-obatan. 5. Walaupun terdapat kenaikan harga pakan hingga 10% (tertinggi), seharusnya peternak meningkatkan jumlah DOC 25 %, oleh karena dengan peningkatan tersebut berdampak positif terhadap pendapatan peternak sebesar 14,79%.
Glover, D., 1987; Incresing the Benefit to Smallholder from Contract Farming: Problems for farmer Organization and Policy Makers” World Development, 15 (4):441-448.
DAFTAR PUSTAKA
Simmons, P., 2004, ”Overview of Smallholder Contract Farming in Developing Contries” : Working paper 2351, University of New England, Armidale, Australia.
Daryanto, Arief. 2007, Contract Farming Sebagai Sumber Pertumbuhan Baru Dalam Bidang Peternakan; http:/ppr.ipb.ac.id/arif/daryanto. wordpress.com Disnak Kabupaten Malang, 2008; Laporan Tahunan 2008; Pemerintah Kabupaten Malang, Dinas Peternakan, Kelautan, dan Perikanan, Kepanjen Malang 65163. Eaton, c., and A.W. Shephed, 2001; Contract Farming: Partnerships for Grouth, FAO Agricultural Services Bulletin 145,; Food and Agricultural Organization, Rome
Glover, D., and K. Kusterer, 1990; Small Farmer; Big Business: Contract Farming and Rural Development, Macmillan, London. Parel, CP; GC. Caldito; PJ. Perrer; GG. De Gusman; CS. Sinsioco; and RH. Tan, 1973; Sampling Design and Procedurers; Research Training Program of the Philippine Social Science Council. Pindyck RS., and DL. Rubinfeld, 1991, Economic Models and Economic Forecats; McCraw Hill. Inc. New York. Prabhu, C. (2007). Contract Farming.; Associate Director, Rabobanck International, WWW.ecom.estate.edu/research/Webp. paper. Runsten, D., and N., Key, 1996, Contract Farming in Developing Countries; Theoretical Aspect and Analysis of some Mexican Case Studies” Report LS/L 989, Economic Commission for Latin America and the Caribbean. Roth, R.I., 1992; Contract Farming Breeds Big Problems for Growers; This Article Originally Appeared in the Winter 1992, Issue of Farmer Legal Action Report; Rural Advancement Fund International (RFI). Sarwanto, C. 2004. Kemitraan, Produksdi dan Pendapatan Peternak Rakyat Ayam Ras Pedaging (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo); Tesis Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogos (Tidak dipublikasikan).
Siswoyo, 2002. Dampak Kemitraan Usaha Ayam Baroiler Terhadap Daya Tawar dan Pendapatan Peternak di Kabupaten Malang. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, (Tidak dipublikasikan). Stadler, I.M., and J.D.P. Castrillo. 1997. An Introduction to The Economics of Information (Incentives and Contracts); Oxford University Press.
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128