PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH LOKAL PALU MELALUI PENDEKATAN PTT DI SULAWESI TENGAH Muh. Rusdi, Herman S. dan Ruslan Boy Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK Di Provinsi Sulawesi Tengah khususnya Lembah Palu terdapat komoditas bawang merah unggul lokal daerah yang sudah cukup dikenal sebagai sumber bahan baku bawang goreng, tetapi belum banyak diketahui potensinya. Kajian ini bertujuan: 1) mengidentifikasi karakterisasi petani dan usahatani bawang merah lokal palu, dan (2) menganalisis tingkat pendapatan rumah tangga petani dan kelayakan ekonomi usahatani. Penelitian dilaksanakan di Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala, pada bulan Oktober hingga Desember 2009. Data dan informasi dikumpulkan dengan cara wawancara mengunakan kusioner semi struktur kepada responden. Untuk mengetahui sejauhmana kontribusi inovasi teknologi dengan pendekata PTT terhadap peningkatan pendapatan petani maka responden dipilih menjadi dua kelompok yaitu (1) 4 petani binaan, dan (2) 15 petani non binaan. Responden dipilih secara acak sederhana (random sampling). Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani bawang merah lokal palu yang dilakukan oleh petani kooperator dengan pendekatan PTT lebih menguntungkan (R/C= 6, 27) dan lebih efisien dengan nilai NKB 1,7 dibandingkan dengan usahatani yang dilakukan oleh petani non kooperator (tanpa pendampingan teknologi PTT) dengan nilai kelayakan ekonomi (R/C= 5,25). Dapat disimpulkan bahawa pendampingan atau pengawalan teknologi dengan pendekatan PTT meberikan kontribusi positif pada efifiensi atau kelayakan usahatani dan mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga petani pada usahatani bawang merah lokal palu. Kata Kunci: Karakterisasi, Analisis Pendapatan Petani dan Bawang Merah Lokal Palu PENDAHULUAN Di Sulawesi Tengah, bawang merah sebagai komoditas komersil, sbagian besar untuk memenuhi permintaan pasar lokal dan antar pulau, sehingga komoditas ini memiliki arti penting di Sulteng khususnya di Lembah Palu. Tanaman ini juga merupakan komoditas strategis dan ekonomis karena dapat meningkatkan pendapatan petani dan juga dapat dijadikan salah satu andalan baru bagi pertumbuhan ekonomi di masa datang (Pasandaran dan Hadi, 1994). Meskipun sebagai komodtas penting dan andalan pendapatan umah tangga di Kelurahan Guntarano, namun rata-rata produktivitasnya masih rendah. Produktivitas ini masih bisa ditingkatkan apabila faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani bawang merah
59
dikelola secara optimal yaitu tanah, iklim, teknologi produksi, permodalan dan tenaga kerja (Thamrin et al., 2003). Luas areal pertanaman bawang merah di Sulawesi Tengah pada tahun 2008 seluas 939,0 ha dengan produkstivitas sebesar 6,01 ton/ha. Sedangkan untuk Kota Palu luas areal pertanaman bawang merah seluas 104,0 ha (11,08%) dan produktivitas sebesar 5,799 ton/ha (BPS Sulawesi Tengah, 2009). Kota Palu merupakan salah satu daerah yang mengsuplai bawang merah yang cukup dikenal secara regional. Bawang merah lokal palu bukan saja untuk kebutuhan konsumen tetapi juga digunakan untuk benih oleh beberapa daerah seperti Gorontalo, Manado dan daerah-daerah lain di Sulawesi Tengah. Di Provinsi Sulawesi Tengah khususnya Lembah Palu terdapat komoditas bawang merah unggul lokal daerah yang sudah cukup dikenal sebagai sumber bahan baku bawang goreng. Kajian ini bertujuan mengetahui karakteristik usahatani bawang merah lokal palu dan analisis pendapatan rumah tangga petani, kelayakan ekonomi usaha serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala, mulai bulan Oktober hingga Desember 2009. Wilayah ini merupakan salah satu sentra produksi bawang merah lokal palu di Sulawesi Tengah dan pada umumnya pekerjaan pokok masyarakat adalah berusahatani bawang merah. Data dan informasi dikumpulkan dengan cara wawancara mengunakan kusioner semi struktur kepada responden. Untuk mengetahui sejauhmana kontribusi inovasi teknologi dengan pendekata PTT terhadap peningkatan pendapatan petani maka responden dipilih menjadi dua kelompok yaitu (1) 4 petani yang menjadi petani kooperator (petani binaan), dan (2) 15 petani non kooperator (tidak dibina). Responden dipilih secara acak sederhana (random sampling). Jenis data yang dikumpulkan meliputi: karakteristik responden, (umur, pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga dll.), penerapan/adopsi inovasi teknoogi PTT, pemakaian sarana produksi, produktivitas dan harga bawang. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif. Disamping itu juga dilakukan analisis kuantitatif yakni analisis pendapatan rumahtangga petani kooperator dan petani non kooperator dan kelayakan ekonomi usahatani bawang. Untuk melihat sejauhmana kontribusi inovasi teknologi PTT terhadap perbandingan keragaan tingkat pendapatan antar petani kooperator dan petani non kooperator, maka digunakan tolok ukur Nisbah Peningkatan Keuntungan Bersih (NKB) dengan rumus (Adnyana dan Kariyasa, 1995): KB ptt NKB = ----------------KB tp
60
dimana: NKB = Nilai Peningkatan Keuntungan Bersih = Keuntungan Bersih dari Penerapan PTT KB ptt KB tp = Keuntungan Bersih dari Penerapan Teknologi Petani Sebaliknya untuk mengetahui kelayakan ekonomi usahatani bawang merah lokal palu melalui formulasi R/C (Nurmanaf et al., 2005) adalah: R/C = TR/TC dimana: TR = Total penerimaan usahatani bawang TC = Total biaya usahatani bawang HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden dan Usahatani Rata-rata umur petani bawang merah lokal palu di Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala, adalah 38 tahun (kisaran 15-51 tahun). Menurut Nurmanaf (2001 dalam Munier, 2003) petani atau peternak pada kisaran umur antara 15-54 tahun adalah usia produktif dan biasanya produktivitas kerjanya tinggi, dan umumnya teralokasi untuk beragama akitifitas usahatani. Kualitas sumberdaya manusia (SDM) salah satunya dapat diketahui dari tingkat pendidikannya, baik pendidikan formal maupun non formal. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka kualitas SDM akan semakin baik. Menurut Irwan (2004) bahwa pengembangan SDM diindikasikan dengan peningkatan pendidikan dan membaiknya kondisi kesehatan dan gizi penduduk yang pada gilirannya akan menghasilkan perbaikan tingkat produktivitas angkatan kerja penduduk. Peningkatan produktivitas akan mempengaruhi peningkatan produksi pangan dalam negeri. Penerapan Inovasi Teknologi PTT Hasil pendampingan inovasi teknologi dengan konsep PTT kepada petani kooperator melalui penerapan berbagai komponen teknologi PTT yang dilakukan oleh petani kooperator dibandingkan dengan penerapan teknologi oleh petani non kooperator diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan pendapatan petani. Komponen teknologi yang diterapkan meliputi: penggunaan bibit/umbi bawang, pemupukan berimbang, pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT), sanitasi lahan dan penyiangan, pengaturan air, panen yang tepat dan pengelolaan pasca panen yang baik (Tabel 2).
61
Tabel 2. Analisis Biaya dan Komponen Teknologi pada Usahatani Bawang Merah Lokal Palu, 2009 Petani Kooperator (Teknologi PTT) Volume Harga Nilai (Rp/ha) Satuan (Rp)
Uraian
A. Sarana Produksi: Bibit/umbi (kg/ha) Pupuk An-Organik (kg/ha) Urea ZA NPK Pupuk Organik (Kandang kg/ha) Pestisida( kg,ltr/ha): Nabati Herbisida Insektisida
750
30.000
22.500.000
600
30.000
18.000.000
5.000
1.000
90.000 5.000.000
75 -
1.400
105.000
820 ltr 4 ltr -
1.000 141.500 -
820.000 566.000 -
12.000 14.000
60.000 70.000
Jumlah A
B. -
Petani Non Kooperator (Teknologi Petani) Volume Harga Nilai (Rp/ha) Satuan (Rp)
0,5 ltr 0,5 ltr
28.976.000
Tenaga Kerja: Pengolahan tanah Pembuatan bedengan Protol Penanaman Pemupukan Penyiangan Pengairan Penyemprotan Panen Pengangkutan Jumlah Total Biaya Produksi (A + B)
Borongan 40 HOK Borongan 32 HOK 80 HOK Borongan 36 HOK 60 HOK 16 HOK Borongan
30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 25.000 -
400.000 1.200.000 750.000 960.000 2.400.000 2.000.000 1,080.000 1.800.000 400.000 250.000 11.240.000 40.216.000
18.235.000
Borongan 35 HOK Borongan 30 HOK 60 HOK Borongan 24 HOK 40 HOK 14 HOK Borongan
30.000 600.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 -
400.000 1.050.000 700.000 900.000 1.800.000 1.500.000 720.000 1.200.000 420.000 150.000 8.840.000 27.075.000
Analisis Pendapatan Usahatani Bawang Analisis pendapatan dan kelayakan usahatani bawang antara petani kooperator dan petani non kooperator disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Ekonomi Usahatani Bawang Merah Lokal Palu, 2009 Uraian Produksi (kg/ha) Harga Jual Ditingkat Petani (Rp/Kg) Total Penerimaan (Rp) Total Biaya Produksi (Rp) Total Pendapatan Bersih (Rp/Ha) R/C ratio Nisbah Peningkatan Pendapatan Bersih (NKB)
Petani Kooperator (Teknologi PTT) 14.425 17.500 252.437.500 40.216.000 212.221.500 6,27
Petani Non Kooperator (Teknologi Petani) 8.125 17.500 142.187.500 27.075.000 115.112.500 5,25 1,7
Berdasarkan hasil analisis pendapatan rumah tangga petani pada usahatani bawang merah lokal palu diatas telah mengalami peningkatan pendapatan bersih yang cukup signifikan. Perbedaan (margin) pendapatan bersih antara petani kooperator dan petani non kooperator adalah sebesar Rp. 212.221.500 –
62
126.837.500 = Rp. 85.384.000.-. Pengaruh inovasi teknologi pendekatan PTT terhadap peningkatan pendapatan petani cukup besar, dan hasil analisis dari nilai peningkatan pendapatan bersih (NKB) juga memberikan kontribusi peningkatan yang cukup tinggi. Berkaitan dengan hasil analisis ini, cakupan penerapan teknologi dengan pendekatan PTT pada usahatani bawang merah lokal palu hendaknya diperluas dan diintensifkan pendapingan atau pengawalannya, agar produksi dan atau produktivitas meningkat secara signifikan dan kesejahteraan petani juga meningkat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Rata-rata umur petani berada pada usia produktif adalah 38 tahun (kisaran 1551 tahun). adalah usia produktif. Tingkat pendidikan petani relative rendah (SD), namun demikian pengalaman berusahatani bawang rata-rata 10,6 tahun. Luas lahan yang diusahakan petani sekitar 0,25-0,50 ha dan hanya menggunakan varietas lokal. 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan dan kelayakan usahatani yang diperoleh petani kooperator dengan pembinaan penerapan teknologi PTT lebih besar bila dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh petani non kooperator (non binaan PTT). 3. Usahatani bawang merah lokal palu yang dilakukan oleh petani di Sulawesi Tengah adalah layak dan efisien karena nilai R/C lebih dari satu. Pembinaan penerpan teknologi dengan pendekatan PTT meningkatkan pendapatan rumah tangga petani. Saran Pembinaan atau pengawalan inovasi teknologi dengan pendekatan PTT pada usahatani bawang memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan pendapatan petani. Oleh karena itu, cakupan penerapan inovasi teknologi PTT pada usahatani bawang lebih diintensif dan dikembangkan secara luas agar produksi dan produktivitas bawang lebih meningkat secara siginifikan dan kesejahteraan petani juga meningkat. DAFTAR PUSTAKA Adnyana, M. O. dan K. Kariyasa, 1995. Model Keuntungan Kompetitif sebagai Analisis dalam Memilih Komoditas Pertanian Unggulan. Informatika Penelitian. Vo. 5 (2). Program Penyiapan Pertanian. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. BPS., 2009. Sulawesi Tengah Dalam Angka. Biro Pusat Statistik Sulawesi Tengah, Palu.
63
Irwan, P. B., 2004. Peranan Pembangunan Manusia dalam Mendukung Pemantapan Ketahanan Pangan. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta, 17-19 Mei. Halaman: 163-181. Munier, F.F., 2003. Karakteristik Sistem Pemeliharaan Ternak Ruminansia Kecil di Lembah Palu Sulawesi Tengah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veterinier. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Deptan, Bogor. Nurmanaf, 2005. Panel Petani Nasional (Patanas). Dinamika Sosial Ekonomi Rumahtangga dan Masyarakat Pedesaan: Analisis Profitabilitas Usahatani dan Dinamika Harga dan Upah Pertanian. Laporan Akhir. Pusat penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Nurtika, N., 1994. Penelitian Tomat dalam 1989-1992. Prosiding Rapat Tehnis Puslitbanghor. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. Hal. 175-176. Pasandaran, E dan P.U.Hadi, 1994. Prospek Komoditas Hortikultura di Indonesia dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi. Prosiding Rapat Kerja Penyusunan Prioritas dan Desain Penelitian Hortikultura. Puslitbanghor. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. Hal. 65-79. Thamrin M., Ramlan, Armiati, Ruchjaningsih dan Wahdania, 2003. Pengkajian Sistem Usahatani Bawang Merah di Sualawesi Selatan. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Pertanian, Vol.6 (2): 141-153.
64