PERANAN AGROWISATA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI STROBERI DI KELURAHAN KALISORO KECAMATAN TAWANGMANGU Annisa Nurhayati, Sri Marwanti, Agustono Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jln. Ir. Sutami No.36A Kentingan Surakarta 57126 Telepon +62 271 637457 Email :
[email protected] (Hp : 089654544025) Abstract: This study aims to determine the difference in a strawberry farm income that develop agrotourism and who did not develop agrotourism and agrotourism determine the role of the increase in total households income of strawberries farm. The basic method of this study is descriptive survey techniques. Location of the study are in the Kalisoro Village because there are strawberries agrotourism area and potential for development. The number of respondents consisting of two peasant farmers agrotourism and non agrotourism 7. The data used is primary data and secondary data. Analysis of the data used is the analysis of farming. The results showed that the difference in a strawberry farm income both strawberry agrotourism farm and non agrotourism farm is Rp 227.200.846,00/10000 m2/one season, so the development of agrotourism provide increased revenue to the strawberry farm income. The difference in a strawberry household farmer income is Rp 93.990.519,00 / farm / year, so the development of agrotourism provide increased income to household incomes strawberry farmer. Keywords: Agrotourism, Strawberries farmers, Income, Farm, Kalisoro Village Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui selisih pendapatanusahatani stroberi yang mengembangkan agrowisata dan yang tidak mengembangkan agrowisata dan mengetahui peranan agrowisata terhadap peningkatan pendapatan total rumah tangga petani stoberi. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik survei. Lokasi penelitian berada di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu karena Kelurahan Kalisoro terdapat kawasan agrowisata stroberi dan berpotensi untuk dikembangkan. Jumlah responden terdiri dari 2 petani agrowisata dan 7 petani non agrowisata. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan adalah analisis usahatani. Hasil penelitian menunjukkan selisih pendapatan usahatani stroberi yang mengembangkan agrowisata dan yang tidak mengembangkan agrowisata sebesar Rp 227.200.846,00/10000 m2/MT, maka pengembangan agrowisata memberikan peningkatan pendapatan terhadap pendapatan usahatani stroberi. Selisih pendapatan rumah tangga petani stroberi yang mengembangkan agrowisata dan yang tidak mengembangkan agrowisata adalah Rp 93.990.519,00/UT/tahun, maka pengembangan agrowisata memberikan peningkatan pendapatan terhadap pendapatan rumah tangga petani stroberi. Kata kunci: Agrowisata, Petani stroberi, Pendapatan, Usahatani, Kelurahan Kalisoro
PENDAHULUAN Kontribusi sektor pertanian diperkirakan terus menurun hingga tahun 2030 namun diikuti oleh peningkatan kesejahteraan, produktivitas, dan keterkaitannya dengan sektor lain. Peranan sektor pertanian selanjutnya lebih sebagai pendukung sektor manufaktur dan sektor jasa. Agrowisata merupakan contoh ideal dalam multi-fungsi pertanian (Darsono 2012). Sektor pertanian merupakan salah satu sektor utama bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar. Dilihat dari keadaan wilayah yang mendukung yaitu berada di lereng Gunung Lawu dan merupakan daerah yang memiliki beragam topografi, membuat sektor pertanian di Karanganyar potensial untuk beragam jenis tanaman. Selain berpotensial untuk pertanian, kondisi alam yang menarik membuat Karanganyar juga cocok untuk pengembangan wisata terutama wisata alam. Penggabungan sektor pertanian dengan wisata sering dikenal dengan istilah agrowisata. Agrowisata merupakan penggabungan dua sektor, yaitu sektor pertanian dan wisata (Tirtawinata et al. 1999). Pengembangan kawasan agrowisata pada tanaman pangan dan hortikultura mulai banyak dikembangkan, termasuk di Kabupaten Karanganyar. Salah satu pengembangan agrowisata yang dilakukan adalah pengembangan hortikultura tanaman buah stroberi yang ada di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu. Tanaman stroberi sendiri sebenarnya merupakan tanaman subtropis yang dicoba dikembangkan di lahan tropis, sehingga hasil yang diperoleh tidak serta merta bagus seperti daerah asalnya di negara-negara subtropis. Hasil yang tidak maksimal membuat petani berusaha agar usahanya tetap menghasilkan keuntungan yaitu dengan mengembangkan agrowisata stroberi. Pengembangan agrowisata khususnya di Kalisoro tentunya akan mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat disana. Karena agrowisata
yang ada di Karanganyar dikembangkan oleh petani sendiri, maka pengaruh agrowisata dirasakan oleh petani agrowisata sendiri. Namun dengan adanya peningkatan penerimaan tersebut juga terdapat tambahan biaya yang harus dikeluarkan petani untuk mengelola agrowisata stroberi. Adanya wisata juga membuat pengembangan sumber pendapatan lain selain dari sektor pertanian, seperti sebagai penjaga vila ataupun pengusaha agrowisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui selisih pendapatan usahatani stroberi yang mengembangkan agrowisata dan yang tidak mengembangkan agrowisata,sertamengetahui peranan agrowisata terhadap pendapatan total rumah tangga petani stroberi. METODOLOGI PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk menjelaskan, merinci atau membuat deskripsi terhadap suatu gejala atau obyek yang diteliti (Faisal 2003). Teknik pengumpulan data menggunakan teknik survei. Teknik survei merupakan penelitian yang menggunakan kuisioner sebagai alat pengambilan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi 1995). Kelurahan Kalisoro Kecamatan Tawangmangu menjadi lokasi penelitian dikarenakan Kelurahan Kalisoro memiliki potensi pertanian yang dimanfaatkan untuk wisata. Pengembangan agrowisata bahkan mendapat perhatian dari pemerintah sehingga menjadikan Kecamatan Tawangmangu sebagai Desa Wisata. Cara pengambilan data dengan metode sensus dan metode snowball sampling karena jumlah populasi petani stroberi yang masih aktif membudidayakan stroberi tidak diketahui secara pasti. Informan kunci yang diambil pada penelitian ini adalah petani yang menjadi rekomendasi dari masyarakat sekitar kawasan agrowisata stroberi Kalisoro. Hasil populasi yang diperoleh adalah 2
petani stroberi yang mengembangkan agrowisata dan 7 petani yang tidak mengembangkan agrowisata. Metode analisis data yang digunakan adalah : Pendapatan rumah tangga petani stroberi yang mengembangkan agrowisata dan pendapatan rumah tangga petani stroberi yang tidak mengembangkan agrowisata dirumuskan dengan rumus sebagai berikut: Analisis Usahatani Petani Stroberi Biaya Total Usahatani Stroberi (TC) TC = FC + VC................................(1) Dimana TC adalah Total biaya (Rp/10000 m2/MT), FC adalah Biaya tetap (Rp/10000 m2/MT) dan VC adalah Biaya variabel (Rp/10000 m2/MT) Penerimaan Usahatani TR = Py x Y...................................(2) Dimana TR adalah Total penerimaan usahatani (Rp/10000 m2/ MT), Py adalah Harga produksi stroberi (Rp/kg) dan Y adalah Hasil jual produksi (Kg) Pendapatan Usahatani I = TR – TC......................................(3) Dimana I adalah Pendapatan usahatani (Rp/10000 m2/MT), TR adalah Total penerimaan usahatani (Rp/10000 m2/MT) dan TC adalah Total biaya usahatani (Rp/10000 m2/MT) Pendapatan Off farm (Agrowisata) Penerimaan Agrowisata TRa = Py x Y....................................(4) Dimana TRa adalah Total penerimaan agrowisata stroberi (Rp/10000 m2/Thn), Py adalah Harga stroberi tingkat wisatawan (Rp/kg) dan Y adalah Hasil stroberi yang dijual ke wisatawan (Kg) Pendapatan Agrowisata I3 = TRa – TCa................................(5) Dimana I3 adalah Pendapatan agrowisata stroberi (Rp/10000 m2/ Thn), TRa adalah Total penerimaan agrowisata stroberi (Rp/10000 m2/ Thn) dan TCa adalah Total biaya agrowisata stroberi (Rp/10000 m2/ Thn) Pendapatan Off farm petani non agrowisata Pendapatan off farm (I7) dihitung berdasarkan total pendapatan usaha di
bidang pertanian di luar usahatani. Pendapatan off farm dapat diperoleh dalam jangka waktu yang berbeda-beda (jam, hari, minggu, bulan), namun pendapatan yang diperoleh petani tersebut kemudian dikonversikan ke dalam satuan tahun. Pendapatan Non Pertanian Pendapatan non pertanian (I4,8) merupakan pendapatan yang diperoleh petani selain dari sektor pertanian. Untuk menghitung pendapatan non pertanian selama satu tahun maka hasil per hari, per minggu atau per bulan kemudian dikonversikan dalam tahun, sehingga satuan yang digunakan adalah Rp/Thn. Selisih Pendapatan Usahatani yang Diperoleh Petani yang Mengembangkan Agrowisata dirumuskan dengan rumus: ΔI =(I1 +I3)– I5...............................(6) Dimana Δ Iadalah Selisih pendapatan yang diterima petani stroberi yang mengembangkan agrowisata (Rp/10000 m2/MT), I1 adalah Pendapatan usahatani yang mengembangkan agrowisata stroberi (Rp/10000 m2/MT), I3 adalah Pendapatan agrowisata stroberi (Rp/10000 m2/MT) dan I5 adalah Pendapatan usahatani stroberi yang tidak mengembangkan agrowisata stroberi (Rp/10000 m2/MT). Selisih Pendapatan Rumah Tangga Petani Stoberi yang Mengembangkan Agrowisata dirumuskan dalam rumus: Δ I =(I1 + I2 + I3 + I4) – (I5 + I6 + I7 + I8).....................................................(7) Dimana Δ I adalah Selisih pendapatan yang diterima petani stroberi yang mengembangkan agrowisata (Rp/Thn), I1 adalah Pendapatan usahatani stroberi yang mengembangkan agrowisata (Rp/UT/MT), I2 adalah Pendapatan usahatani lain yang mengembangkan agrowisata (Rp/UT/MT), I3 adalah Pendapatan agrowisata stroberi (Rp/UT/MT), I4 adalah Pendapatan non pertanian yang mengembangkan agrowisata (Rp/Thn), I5 adalah Pendapatan usahatani stroberi petaninon agrowisata(Rp/UT/MT), I6 adalah Pendapatan usahatani lain petaninon agrowisata (Rp/UT/MT), I7 adalah
Pendapatan off farm petaninon agrowisata (Rp/Thn) dan I8 adalah Pendapatan non pertanian petani non agrowisata (Rp/Thn). Apabila diperoleh selisih bernilai positif (+) maka terdapat kenaikan pendapatan akibat pengembangan agrowisata ini bagi pendapatan usahatani/rumah tangga petani. Apabila hasil yang diperoleh negatif (-) maka terjadi penurunan pendapatan usahatani/rumah tangga petani stroberi akibat pengembangan agrowisata.
yang telah diperolehnya. Menurut Hernanto (1993), keterbatasan pendidikan akan menutup cakrawala gagasan yang ada pada memori pikiran petani. Ingatan petani adalah pengalaman turun-temurun, sosialisasi dari leluhurnya. Petani berdiri pada posisi pemikiran dan gagasan yang apa adanya. Petani non agrowisata memiliki pengalaman berusahatani stroberi selama 10 tahun sedangkan petani agrowisata selama 7 tahun. Lamanya pengalaman tidak mempengaruhi cepat atau lambatnya pengembangan usahatani. Rata-rata luas lahan garapan petani agrowisata seluas 2.250 m2 dan petani non agrowisata seluas 757 m2. Artinya petani agrowisata memiliki lahan garapan yang lebih luas daripada petani non agrowisata. Lahan garapan yang lebih luas membuat petani agrowisata mempunyai keberanian untuk mengembangkan agrowisata karena petani memiliki cadangan modal (lahan) untuk menanggung resiko.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Daerah Penelitian
Responden
di
Tabel 1 menunjukkan umur rata-rata responden petani non agrowisata lebih tua yaitu 46 tahun daripada petani agrowisata yang berumur 37 tahun. Petani agrowisata lebih lama menempuh pendidikan daripada petani non agrowisata. Hal ini membuktikan bahwa petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi mampu mengembangkan usaha yang dimilikinya dengan penerapan ilmu serta pengalaman Tabel 1. Karakteristik Petani Stroberi yang Mengembangkan Agrowisata dan yang tidak Mengembangkan Agrowisata di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Tahun 2014 No . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Uraian
Agrowisata
Jumlah responden (orang) Rata-rata umur petani (tahun) Rata-rata pendidikan (tahun) Rata-rata jumlah anggota keluarga (orang) Rata-rata keluarga yang aktif di UT (orang) Rata-rata pengalaman berusahatani (tahun) Rata-rata luas lahan yang digarap (m2)
Non Agrowisata
2 37 12 4 2 7 2250
7 46 10 4 2 10 757
Sumber: Analisis Data Primer Pola Kegiatan Petani Agrowisata Jenis Keg On farm Off farm Non pert
Jan
Feb Mar Apr Mei Budidaya Hortikultura Stroberi
Bulan Jun Jul
Agt
Sep
Okt Nov Des Budidaya
Agrowisata Menyewakan vila dan Guru SD
Gambar 1. Alokasi Waktu Petani Agrowisata Stroberi di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu
Petani agrowisata di Kelurahan kegiatan non pertanian seperti Kalisoro membudidayakan stroberi pada menyewakan vila dan terdapat satu akhir Maret hingga akhir bulan Juni. Bulan anggota keluarga petani agrowisata yang Juli hingga September atau ketika musim mengajar di SD. kemarau, petani mulai memanen stroberi. Biaya Total Usahatani Stroberi Stroberi yang mulai berbuah kemudian Biaya total dimanfaatkan petani untuk terdiridaribiayatetapdanbiayavariabel. mengembangkan agrowisata petik stroberi. Biaya tetap merupakan biaya yang Bulan Oktober hingga Februari sebagian besarnya tidak dipengaruhi oleh volume tanaman stroberi diganti dengan tanaman produksi yang dihasilkan. Biaya tetap hortikultura seperti kobis, cabai, daun untuk usahatani stroberi baik yang bawang dan wortel. Budidaya hortikultura agrowisata maupun non agrowisata dilakukan selama 1 kali musim tanam. sebagai berikut: Selama setahun, petani juga melakukan Tabel 2. Biaya Pajak dan Sewa Tanah Agrowisata dan Non Agrowisata Stroberi di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Responden Larno Heri Puguh Sabar Santoso Mijan Warsito Sadiman Surtini
Rata agro 2
Rata agro/10000 m Rata non
2
Rata non/10000 m
Pajak Tanah (Rp/MT) 7.000 27.000 5.500 9.000 0 0 0 0 0
Sewa Tanah (Rp/MT) 1.500.000 0 0 0 900.000 400.000 1.125.000 0 0
17.000
1.500.000
136.000
15.000.000
7.250
808.333
120.833
8.981.481
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 2 menunjukkan bahwa usahatani stroberi di Kelurahan Kalisoro memiliki bermacam-macam jenis usahatani yaitu 2 petani pemilik dan penyewa, 2 petani pemilik, 3 petani penyewa dan 2 petani bagi hasil. Jenis usahatani yang dilakukan mempengaruhi besarnya biaya pajak dan sewa. Petani pemilik harus menanggung biaya pajak atas lahannya sedangkan petani penyewa dan bagi hasil tidak perlu menanggung biaya pajak. Selain tanah milik, usahatani stroberi di Kelurahan Kalisoro juga menerapkan sistem sewa. Sewa terbesar sebesar Rp 1.500.000/MT untuk luasan
Bagi Hasil (Rp/MT) 0 0 0 0 0 0 0 1.980.000 2.025.000
Jenis Usahatani Pemilik, penyewa
Pemilik Pemilik Pemilik Penyewa Penyewa Penyewa Bagi hasil Bagi hasil
Status Usahatani Agro Agro Non Agro Non Agro Non Agro Non Agro Non Agro Non Agro Non Agro
tanah 2000 m2 dan sewa tanah terkecil sebesar Rp 400.000/MT untuk luasan tanah 500 m2. Sistem sewa bisa dibayarkan tiap tahun atau tiap musim tanam. Besarnya pajak tanah dan sewa tanah juga tergantung pada letak lahan yang diusahakan. Semakin strategis suatu lahan maka harga sewa dari lahan tersebut akan semakin mahal dan memiliki pajak tanah semakin tinggi juga. Sedangkan petani bagi hasil, sistem yang diterapkan sesuai kesepakatan antara petani dan pemilik lahan dalam wujud hasil panen. Sistem yang diterapkan biasanya 1/3 hasil panen untuk pemilik lahan dan 2/3 untuk petani.
Tabel 3. Rata-rata Biaya Penyusutan dan Mulsa Agrowisata dan Non Agrowisata Stroberi di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu No. 1. 2.
Uraian Penystn cangkul Penystn handspyer Jumlah
Agrowisata (Rp/MT) Per UT Per 2250 m2 10000m2 30.000 133.333 31.300 139.111 61.300 272.444
Non Agrowisata (Rp/MT) Per UT Per 757,14 m2 10000m2 22.286 294.341 23.848 314.970 46.134 609.311
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 3 menunjukkan total biaya Sedangkan handsprayer atau alat penyusutan adalah Rp 272.444/10000 m2 penyemprot, petani di Kelurahan Kalisoro untuk usahatani agrowisata dan usahatani memiliki 1-2 buah. Alat-alat yang non agrowisata adalah Rp 609.311/10000 digunakan tersebut merupakan alat milik m2. Petani di Kelurahan Kalisoro biasanya petani dan tidak menyewa. memiliki cangkul sebanyak 2-3 buah Tabel 4. Rata-rata Biaya Agrowisata Stroberi di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu No. 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Biaya Gunting Keranjang Plastik Papan nama Timbangan Jumlah
Agrowisata (Rp/Thn) Per UT Per 2250 m2 10000m2 75.000 337.500 125.000 562.500 57.500 257.500 150.000 150.000 250.000 250.000 532.500 1.432.500
Non Agrowisata (Rp/Thn) Per UT Per 757,14 m2 10000m2 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 4 menunjukkan jumlah biaya agrowisata berlangsung, sedangkan untuk agrowisata sebesar Rp 1.432.500/10000 biaya tenaga kerja khusus agrowisata tidak m2. Biaya terbesar dipergunakan untuk ada. Alat yang digunakan untuk agrowisata biaya keranjang sebesar Rp 562.500/10000 adalah gunting, keranjang, plastik dan m2. Biaya agrowisata lebih banyak papan nama. Rangkuman total biaya tetap dipergunakan untuk alat-alat operasional usahatani stroberi di Kelurahan Kalisoro yang diperlukan pada saat usaha sebagai berikut: Tabel 5. Rata-rata Biaya Tetap Agrowisata dan Non Agrowisata Stroberi di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu No. 1. 2. 3. 4.
Uraian Pajak tanah Sewa tanah Penyusutan alat Biaya Agrowisata Jumlah
Agrowisata (Rp/MT) Per UT Per 2250 m2 10000m2 17.000 136.000 1.500.000 15.000.000 61.300 272.444 532.500 1.432.500 2.235.800 16.965.944
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 5 menunjukkan bahwa biaya tetap usahatani stroberi untuk petani yang mengembangkan agrowisata sebesar Rp 16.965.944/10000 m2lebih rendah daripada petani yang tidak mengembangkan agrowisata yaitu sebesar Rp
Non Agrowisata (Rp/MT) Per UT Per 757,14 m2 10000m2 7.250 120.833 808.333 8.981.481 46.134 609.311 0 0 861.717 9.711.625
9.711.625/10000 m2. Pajak tanah dan sewa tanah petani agrowisata yang lebih besar daripada petani non agrowisata disebabkan lahan yang dimiliki petani agrowisata berada di wilayah yang lebih strategis daripada lahan petani non agrowisata
sehingga nilai pajak dan sewa tanahnya cangkul dan penyusutan handsprayer. lebih besar. Sistem yang digunakan untuk Karena alat yang digunakan pada petani penggarap di Kelurahan Kalisoro usahatani stroberi masih sederhana. terdiri dari sewa dan bagi hasil. Kebutuhan biaya variabel usahatani Penyusutan alat ini terdiri dari penyusutan stroberi di Kelurahan Kalisoro berikutini: Tabel 6. Rata-rata Biaya Variabel Agrowisata dan Non Agrowisata Stroberi di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu No.
Agrowisata (Rp/MT) Per UT Per 10000m2 2250 m2 1.380.000 6.133.333
Uraian 1. 2.
3. 4. 5. 6.
Benih Pupuk Kandang NPK Gromor Petroganik Phonska E4 Pestisida Mulsa Tenaga Kerja Biaya Lain-lain Jumlah
0 406.250 137.500 2.700.000 0 0 101.700 515.625 7.490.000 1.496.688 14.227.763
0 1.805.556 611.111 12.000.000 0 0 452.000 2.291.667 33.288.889 7.354.850 63.937.406
Non Agrowisata (Rp/MT) Per UT Per 757,14 m2 10000m2 726.429 9.594.376 272.143 109.643 0 0 82.857 8.571 67.757 267.143 1.387.143 378.340 3.300.026
3.594.353 1.448.119 0 0 1.094.344 113.208 894.909 3.528.315 18.320.824 4.830.007 43.418.455
Sumber: Analisis Data Primer Jumlah biaya variabel pada usahatani ditimbulkan lebih cepat daripada pestisida stroberi agrowisata sebesar Rp organik dan cara pemakaiannya pun lebih 63.937.406/10000 m2 sedangkan pada praktis. Petani biasanya membeli mulsa usahatani stroberi non agrowisata sebesar dalam berntuk roll. Biaya lain-lain Rp 43.418.455/10000 m2. Bibit sebagian merupakan cadangan biaya usahatani diperoleh dari pembelian di toko saprodi seperti biaya untuk transportasi dan biaya atau toko lain dan sebagian diperoleh dari untuk panen.Penggunaan biaya tenaga anakan tanaman induk. Pupuk Petroganik kerja menjadi yang paling banyak merupakan pupuk organik pengganti dikarenakan keterlibatan anggota keluarga pupuk kandang. Pestisida yang digunakan yang sedikit. Upah tenaga kerja luar biasanya terdiri dari Curacron, Bamek, dibayarkan setiap satu minggu sekali. Score, dan Summit. Penggunaan pestisida Upah untuk pekerja laki-laki sebesar Rp dilakukan selama masa perawatan dan 35.0000 perhari dan pekerja wanita sebesar setelah panen pertama selama musim Rp 20.000. Rincian penggunaan tenaga kemarau. Penggunaan pestisida anorganik kerja sebagaiberikut: tidak dapat dihindari karena dampak yang Tabel 7. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Agrowisata dan Non Agrowisata Stroberi di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu N o. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Kegiatan Penyiapan lahan Penyiapan bibit Penanaman Pemeliharaan tanaman Pembesaran buah Panen Jumlah
Agrowisata Per UT Per 10000m2 2250 m2 HKP HKW HKP HKW 17 0 76 0 0 6 0 27 0 6 0 27 8 173 36 767 0 30 0 133 15 90 67 400 40 305 179 1.354
Sumber: Analisis Data Primer
Non Agrowisata Per UT Per 10000m2 757,14 m2 HKP HKW HKP HKW 3 0 42 0 1 3 15 34 1 1 8 17 0 43 0 572 0 2 0 30 0 11 0 151 5 60 65 804
Menurut Hernanto (1993), tenaga maksimal dan dapat menarik kerja pria umumnya dapat mengerjakan wisatawan.Perawatan yang intensif semua pekerjaan, pekerja wanita umumnya terutama terjadi pada saat pemeliharaan untuk menanam, memelihara tanaman dan tanaman. Perawatan yang rutin, akan panen. Tabel 7 menunjukkan bahwa meningkatkan produksi karena gangguan usahatani agrowisata menggunakan tenaga yang ada lebih cepat diatasi. Tenaga kerja 2 kerja pria sebesar 179 HKP/10000 m dan pada usahatani agrowisata belum terdapat tenaga kerja wanita sebesar 1.354/10000 pembagian tugas secara jelas. Tenaga kerja m2. Sedangkan pada usahatani non tetap pada usahatani agrowisata berjumlah agrowisata menggunakan tenaga kerja pria 2 orang wanita sedangkan sisanya sebesar 67 HKP/10000 m2 dan tenaga merupakan tenaga kerja tidak tetap yang 2 kerja wanita 804 HKW/10000 m . akan dipanggil ketika dibutuhkan. Penggunaan tenaga kerja yang lebih Biaya total di Kelurahan Kalisoro banyak agar hasil yang diperoleh nanti lebih rinci dijelaskan berikut ini: Tabel 8. Rata-rata Total Biaya Agrowisata dan Non Agrowisata Stroberi di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu No. 1. 2.
Jenis Biaya Biaya tetap Biaya variabel Jumlah
Agrowisata (Rp/MT) Per UT Per 2250 m2 10000 m2 2.235.800 16.965.944 14.227.763 63.937.406 16.463.563 80.903.350
Non Agrowisata (Rp/MT) Per UT Per 757,14 m2 10000m2 861.717 9.711.625 3.300.026 38.588.448 4.161.743 53.130.080
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 8 menunjukkan bahwa total kerja luar dan masukan yang lebih banyak, biaya usahatani agrowisata sebesar Rp sehingga total biaya usahatani petani 80.903.350/10000 m2dan usahatani non agrowisata lebih besar daripada petani non agrowisata sebesar Rp 53.130.080/10000 agrowisata. m2. Jumlah total biaya usahatani Penerimaan Usahatani Stroberi agrowisata lebih besar daripada usahatani Agrowisata dan Non Agrowisata non agrowisata dengan selisih Rp Penerimaan usahatani stroberi di 27.773.270/10000 m2. Proses perawatan Kelurahan Kalisoro sebagai berikut: yang lebih intensif membutuhkan tenaga Tabel 9. Rata-rata Penerimaan Agrowisata dan Non Agrowisata Stroberi di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu Agrowisata No. 1.
2.
Uraian Usahatani a. Produksi (kg/MT) b. Harga (Rp) c. Penerimaan (Rp/MT) Tambahan pnrman akibat agrowisata a. Produksi (kg/MT) b. Harga (Rp) c. Penerimaan (Rp/MT) Jumlah
Per UT 2250 m
2
Per 10000m2
Non Agrowisata Per UT Per 757,14 m2 10000m2
422 25.000 10.546.875
1.875 25.000 46.875.000
399 13.286 5.346.857
5.268 13.286 70.619.134
1.266 50.000 63.281.250 73.828.125
5.569 50.000 278.437.500 325.312.500
0 0 0 5.346.857
0 0 0 70.619.134
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 9 menunjukkan bahwa penerimaan usahatani pada agrowisata sebesar Rp 325.312.500/10000 m2.
Sedangkan pada usahatani non agrowisata memperoleh penerimaan sebesar Rp 70.619.134/10000 m2. Rata-rata produksi
stroberi usahatani agrowisata sebanyak 7.444 kg/10000 m2, di mana ¾ hasil produksi dijual ke wisatawansebesar 5.569 kg/10000 m2, sedangkan 422 kg dijual ke pedagang. Harga jual stroberi di tingkat pedagang sebesar Rp 25.000/kg dan di tingkat wisatawan sebesar Rp 50.000/kg. Rata-rata produksi usahatani non agrowisata sebesar 5.268 kg/10000 m2 dengan rata-rata harga jual Rp 13.286 /kg. Penerimaan usahatani agrowisata lebih besar disebabkan petani mampu menawarkan harga yang tinggi pada pedagang dan wisatawan karena petani juga mampu menawarkan produk dengan kualitas terbaik.
Pamulardi (2006) menyatakan dalam pengembangan agrowisata perlu memilih jenis tanaman buah yang masih langka berkembang di daerah lain dan memiliki harga jual yang tinggi di pasaran. Di Jawa Tengah, buah stroberi baru dibudidayakan di dua tempat yaitu di Purbalingga dan Karanganyar. Namun perkembangan musim yang semakin tidak menentu membuat kegiatan budidaya stroberi juga menjadi tidak menentu. Musim penghujan yang lebih panjang membuat produksi buah stroberi semakin menurun baik kualitas maupun kuantitasnya.
Pendapatan Usahatani Stroberi Tabel 10. Rata-rata Pendapatan Usahatani Stroberi Agrowisata dan Non Agrowisata di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu No. 1. 2. 3.
Uraian Penerimaan Biaya total Pendapatan
Agrowisata (Rp/MT) Per UT Per 10000m2 2250 m2 73.828.125 325.312.500 16.463.563 80.903.350 57.364.563 244.409.150
Non Agrowisata (Rp/MT) Per UT Per 757,14 m2 10000m2 5.346.857 70.619.134 4.161.743 53.130.080 1.185.115 17.489.054
Sumber: Analisis Data Primer Hernanto (1993) menyatakan, m2/MT. Sedangkan pendapatan usahatani penggunaan teknologi baru atau adopsi non agrowisata sebesar Rp teknologi baru pada pertanian akan 17.489.054/10000 m2/MT. Keberanian berpengaruh terhadap biaya, menanggung resiko dan usaha yang lebih demikianjugapadapenerimaan petani. keras akan memberikan dampak positif Penggunaan teknologi pada dasarnya akan bagi pendapatan petani agrowisata. memperbesar pengeluaran biaya tetap, Selisih Pendapatan Usahatani Stroberi biaya pemeliharaan, dan tambahan kerja. Perhitungan selisih pendapatan Tabel 10 menunjukkan bahwa total usahatani stroberi di Kelurahan Kalisoro pendapatan yang diterima petani sebagai berikut: agrowisatasebesar Rp 244.409.150/10000 Tabel 11. Selisih Rata-rata Pendapatan Usahatani Stroberi Agrowisata dan Non Agrowisata di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu No. 1. 2. 3.
Uraian Agrowisata Non Agrowisata Selisih
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 11 menunjukkan bahwa pendapatan usahatani agrowisata sebesar Rp 244.409.150/10000 m2/MT dan pendapatan usahatani non agrowisata sebesar Rp 17.489.054/10000 m2/MT.
Pendapatan Per10000 m2 (Rp/MT) 244.409.150 17.489.054 226.920.096 Artinya pengembangan agrowisata memberikan dampak peningkatan pendapatan usahatani stroberi di Kelurahan Kalisoro sebesar Rp 226.920.096 /10000 m2/MT. Pengembangan agrowisata yang
berdampak positif tidak serta merta kebanyakan petani bukan memilih membuat petani stroberi mau alternatif terbaik karena keterbatasan mengembangkan agrowisata. Petani sumber yang dikuasai, tetapi telah memilih beranggapan bahwa pengembangan selamat dan tidak menanggung resiko agrowisata akan membutuhkan modal sebagai akibat salah pengambilan yang lebih banyak dan manajemen yang keputusan. lebih rumit karena petani harus Pendapatan Total Rumah Tangga memikirkan hasil yang berkualitas, akses Petani Stroberi informasi yang baik, promosi yang luas, Rincianpendapatanrumahtanggapeta danakses jalan untuk menuju lahan milik nistroberi sebagai berikut: petani non agrowisata kurang strategis. Seperti menurut Hernanto (1993), Tabel 12. Rata-rata Pendapatan Total Rumah Tangga Petani Stroberi Agrowisata dan Non Agrowisata Stroberi di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu No. 1 2 3
4
Jenis Pendapatan UT stroberi/UT UT Lainnya/UT Off farm/thn a. Agrowisata/UT b. Sortasi Buah c. Pedagang buah d. Pdgng tnmn hias e. Buruh tani Non farm/thn a. Guru sd b. Menyewakan vila c. Staf hon kelrhn d. Bengkel e. Buruh bngnn f. Penjahit g. Tkang listrik Jumlah
RT Agrowisata (Rp) 25.723.938 3.841.888 31.640.625 31.640.625 0 0 0 0 45.135.000 14.400.000 30.735.000 0 0 0 0 0 106.341.450
Sumber: Analisis Data Primer Sumber pendapatan pertanian yang tidak menentu dan bergantung pada keadaan cuaca dan tanah, sehingga petani harus memikirkan alternatif sumber pendapatan. Kebanyakan petani mempunyai pekerjaan non pertanian untuk menambah pendapatannya (Che Mat et al. 2012). Tabel 12 menunjukkan pendapatan rumah tangga petani agrowisata terbesar berasal dari kegiatan non pertanian sebesar Rp 45.135.000/Thn atau 42,44%. Pendapatan non pertanian rumah tangga agrowisata berasal dari pekerjaan
% 24,19 3,61 29,75 29,75 0,00 0,00 0,00 0,00 42,44 13,54 28,90 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
RT Non Agrowisata (Rp) 1.185.115 1.350.138 3.968.571 0 137.143 1.645.714 1.071.429 1.114.286 6.037.857 0 0 857.143 1.000.000 3.027.143 746.429 407.143 12.541.681
% 9,45 10,77 31,64 0,00 1,09 13,12 8,54 8,88 48,14 0,00 0,00 6,83 7,97 24,14 5,95 3,25 100,00
menyewakan vila di kawasan agrowisata stroberi dan mengajar sebagai guru SD. Menyewakan vila adalah menyewakan rumah dengan 3 kamar kepada wisatawan. Harga sewa vila antara Rp 750.000 permalam. Pendapatan non pertanian petani non agrowisata juga merupakan sumber pendapatan terbesar yaitu Rp 6.037.857 atau 48,14%. Pendapatan non pertanian rumah tangga petani non agrowisata berasal dari kegiatan staf honorer kelurahan, bengkel, buruh bangunan, penjahit dan tukang listrik.
Keberagaman ini mengindikasikan mulai buah dan tanaman hias serta buruh tani. ditinggalkannya kegiatan di bidang Menurut Indraningsih (2007), sempitnya pertanian. Pernyataan tersebut sesuai lahan garapan dan tidak meratanya dengan Tjiptoherijanto (1999) yang pemilikan lahan akan mendorong sebagian mengatakan sejalan dengan perkembangan rumah tangga petani melakukan kegiatan ekonomi dan pembangunan pada berburuhtani. umumnya, lapangan pekerjaan penduduk Pendapatan rumah tangga agrowisata berubah dari yang bersifat primer, seperti adalah Rp 106.314.450ThnatauRp pertanian, pertambangan, menuju lapangan 8.861.788/bulan. Sedangkan pendapatan pekerjaan sekunder atau bangunan, dan rumah tangga non agrowisata sebesar Rp pada akhirnya akan menuju lapangan kerja 12.541.681/ThnatauRp 1.045.140/bulan. tersier atau sektor jasa. Petani non Pendapatan rumah tangga non agrowisata agrowisata merasa pekerjaan non pertanian masih jauh lebih rendah daripada lebih menjanjikan, tidak perlu modal besar pendapatan rumah tangga agrowisata. dan rendah resiko. Pendapatan yang ada dipergunakan untuk Kegiatan off farm menyumbang mencukupi kebutuhan sehari-hari petani pendapatan petani agrowisata terbesar dan sebagian disisihkan untuk modal kedua yaitu Rp 31.640.625 atau 29,75%. musim berikutnya. Kegiatan off farm meliputi kegiatan Selisih Pendapatan Rumah Tangga agrowisata petik stroberi. Sedangkan Petani Stroberi kegiatan off farm pada rumah tangga non Perhitungan selisih pendapatan agrowisata juga menyumbang pendapatan rumah tangga stroberi di Kelurahan sebesar Rp 3.968.571/Thn atau 31.64%. Kalisoro sebagai berikut: Kegiatan off farm rumah tangga petani non agrowisata meliputi sortasi buah, pedagang Tabel 13. Selisih Rata-rata Pendapatan Total Rumah Tangga Petani Stroberi Agrowisata dan Non Agrowisata Stroberi di Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu No.
Jenis Pendapatan
RT Agrowisata (Rp)
1 2 3 4
UT stroberi/UT UT Lainnya/UT Off farm/thn Non farm/thn Jumlah
25.723.938 3.841.888 31.640.625 45.135.000 106.341.450
% 24,19 3,61 29,75 42,44 100,00
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 13 menunjukkan selisih pendapatan usahatani agrowisata dan non agrowisata adalah Rp 93.799.769/UT/Thn. Selisih yang bernilai positif artinya pengembangan agrowisata berdampak terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga petani agrowisata stroberi di Kelurahan Kalisoro. Selisih terbesar terdapat pada pendapatan non pertanianmencapai Rp 39.097.143/Thn dikarenakan usaha penyewaan vila. Pendapatan yang besar diawali dari modal investasi yang tinggi juga. Selisih terkecil
RT Non Agrowisata (Rp) 1.185.115 1.350.138 3.968.571 6.037.857 12.541.681
% 9,45 10,77 31,64 48,14 100,00
Selisih (Rp) 24.538.823 2.491.749 27.672.054 39.097.143 93.799.769
% 26,16 2,66 29,50 41,68 100,00
terdapat pada usahatani lainnya yaitu sebesar Rp 2.491.749/UT/Thn atau 2,66%. Selisih yang kecil karena lahan yang digarap petani agrowisata lebih luas sehingga pendapatan yang diperoleh petani agrowisata lebih besar. Peningkatan pendapatan rumah tangga petani agrowisata seiring dengan peningkatan pendapatan usahatani agrowisata stroberi.
Kendala yang Dihadapi Pengembngan Agrowisata
dari
Salah satu kendala pengembangan agrowisata adalah budidaya stroberi yang bergantung pada kondisi alam. Buah stroberi yang hanya dapat berbuah pada musim kemarau membuat hasil produksi tidak dapat tersedia sepanjang tahun. Selain itu, agrowisata stroberi di Kelurahan Kalisoro merupakan usaha agrowisata yang dikelola secara perseorangan. Akibatnya petani agrowisata kurang dipercaya oleh lembaga perbankkan sehingga modal diperoleh dari sisihan pendapatan petani tahun sebelumnya. Modal yang tidak bertambah mengakibatkan pengembangan agrowisata kurang maksimal. Individualis juga membuat daya tawar petani menjadi rendah. Akibatnya petani tidak dapat menentukan harga jual produk yang tinggi. Harga yang tidak terlalu tinggi mengakibatkan pendapatan yang diterima petani non agrowisata menjadi lebih rendah dan semangat petani untuk mengusahakan stroberi menjadi rendah. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan, pengembangan agrowisata memberikan peningkatan pendapatan terhadap pendapatan usahatani stroberi sebesar Rp 226.920.096 /10000 m2/MT. Agrowisata berperan memberikan peningkatan pendapatan terhadap pendapatan rumah tangga petani stroberi sebesar Rp 93.799.769/UT/Thn. Sesuai dengan kesimpulan maka peneliti dapat memberikan saran, petani stroberi sebaiknya mengembangkan agrowisata karena agrowisata mampu memberikan peningkatan pendapatan petani baik secara pendapatan usahatani maupun secara keseluruhan rumah tangga petani. Namun pengembangan agrowisata ini memerlukan kerjasama dari semua pihak, baik pemerintah, swasta, penyuluh, masyarakat maupun petani itu sendiri. Pemerintah dapat membantu mengakomodasi sarana dan prasarana yang
diperlukan seperti promosi dan pembangunan jalan. Swasta dapat membantu sebagai investor yang menanamkan modalnya pada petani. Penyuluh sebagai fasilitator pengembang inovasi dan jembatan antara pemerintah dan petani. Petani harus mau bekerja sama dengan semua pihak dan lebih bersikap terbuka. DAFTAR PUSTAKA Che Mat S K, Nor Aznin A B dan Ahmad Z A J 2012. Pendapatan bukan Pertanian dan Sumbangannya dalam Memendekkan Tempoh Masa Keluar daripada Kepompong Kemiskinan. Kajian Malaysia Vol. 30 No. 22012. Hal. 121-141. Universiti Sains Malaysia. Darsono
2012. Pembangunan Pertanian dalam Dimensi Tantangan Global. Surakarta: UNS Press.
Faisal S 2003. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hernanto F 1993. Ilmu Usahatani cet 3. Jakarta: P.T Penebar Swadaya. Indraningsih K S 2007. Diversifikasi Usaha Petani pada Lahan Marginal. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 29 No. 3 2007: 1214. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Pamulardi B 2006. Pengembangan Agrowisata Berwawasan Lingkungan (Studi Kasus Desa Wisata Tingkir kota Salatiga. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan. Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro. Semarang. Singarimbun M dan Efendi S I 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES: Jakarta. Tirtawinata M R dan Lisdiana Fachruddin 1999. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata. Jakarta: Penebar Swadaya. Tjiptoherijanto P 1999. Menuju Pembangunan Berwawasan Kependudukan.Jurnal PembangunanBerwawasan Kepend udukan. Hal 28-29 Januari 1999.