i
KONTRIBUSI PENGELOLAAN AGROFORESTRI TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
YUDI FERDINANTA SITEPU
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
4
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kontribusi Pengelolaan Agroforesti Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2014 Yudi Ferdinanta Sitepu NIM E14080037
1
ABSTRAK YUDI FERDINANTA SITEPU. Kontribusi Pengelolaan Agroforesti Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Dibimbing Oleh LETI SUNDAWATI. Agroforestri merupakan sistem penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman kehutanan (pohon-pohon) dengan tanaman pertanian. Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa agroforestri dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga petani. Desa Sukaluyu merupakan salah satu desa yang menjadikan agroforestri sebagai sumber ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya kontribusi dari pengelolaan agroforestri terhadap rumah tangga petani serta sistem agroforestri yang diterapkan oleh petani setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani menerapkan sistem agroforestri yang memadukan tanaman perkayuan dengan palawija dan tanaman perkayuan dengan tanaman obat yang memberikan kontribusi sebesar 68.60% terhadap pendapatan total rumah tangga. Kata kunci: agroforesti, kontribusi, pendapatan
ABSTRACT YUDI FERDINANTA SITEPU. Revenue Contribution of the Agroforestry Managemenet to Farmers Household (Case Studies: Sukaluyu Village, District of Nanggung, Bogor Regency, West Java Province). Supervised by LETI SUNDAWATI. Agroforestry is a land use system which combines woody plants with agricultural crops. Various previous researches concluded that agroforestry can improve the household income of farmers. Sukaluyu Village became one of the villages that make agroforestry as a source of their economy. The research was conducted to provide information regarding the contribution of agroforestry management to the farmer households as well as information about the agroforestry system adopted by local farmers. The results of research showed that farmers implement agroforestry system who combined trees with crops and trees with medicinal plants in which land management with agroforestry systems contribute to farmer household income was 68.60%. Key words: agroforestry, contribution, revenue
2
KONTRIBUSI PENGELOLAAN AGROFORESTRI TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
3
4
Judul Skripsi : Kontribusi Pengelolaan Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Nama : Yudi Ferdinanta Sitepu NIM : E14080037
Disetujui oleh
Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc.F.Trop. Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc.F.Trop Ketua Departemen Manajemen Hutan
Tanggal Lulus :
5
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan judul Kontribusi Pengelolaan Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 sampai November 2013. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc selaku pembimbing yang telah memberikan banyak pembelajaran dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ketua Kelompok Tani Lamping, Bapak Mihan atas dukungan moral dan bantuannya dalam pengumpulan data, dan masyarakat Desa Sukaluyu yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, dan temen-teman tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2014 Yudi Ferdinanta Sitepu
6
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Kerangka Pemikiran
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
METODE PENELITIAN
4
Lokasi dan Waktu Penelitian
4
Alat dan Bahan Penelitian
4
Metode Pemilihan Responden
4
Jenis Data
5
Teknik Pengumpulan Data
5
Pengolahan dan Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Kondisi Umum Lokasi
8
Karateristik Petani Agroforestri
9
Kondisi Umum Agroforestri di Lokasi Penelitian
11
Pola Agroforestri
11
Pengelolaan Agroforestri
13
Kontribusi Agroforestri
16
Hubungan karateristik petani dengan pendapatan agroforestri
19
SIMPULAN DAN SARAN
21
Simpulan
21
Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Lampiran
22
7
DAFTAR TABEL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Umur responden Tingkat Pendidikan Responden Pekerjaan masyarakat di Desa Sukaluyu Jumlah anggota keluarga di Desa Sukaluyu Jenis pohon pada lahan agroforestri di Sukaluyu Jenis tanaman pertanian pada pola agroforestri di Sukaluyu Rata-rata pendapatan rumah tangga responden dari berbagai sumber di Desa Sukaluyu Rata-rata penngeluaran rumah tangga responden per di Desa Sukaluyu Perbandingan rata-rata pendapatan dan pengeluaran rumah tangga responden Presentase kontribusi agroforestri dan non agroforestri terhadap pendapatan dan pengeluaran Hubungan umur dengan pendapatan rumah tangga Hubungan pendidikan dengan pendapatan rumah tangga Hubungan pekerjaan dengan pendapatan rumah tangga
10 11 12 13 13 14 17 18 19
19 20 21 21
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8
Kerangka Pemikiran Desain unit contoh vegetasi di lapangan Kebun agroforestri masyarakat Desa Sukaluyu Areal persawahan masyarakat Desa Sukaluyu Kegiatan penanaman kayu sengon di Desa Sukaluyu Kegiatan pemeliharaan tanaman di Desa Sukaluyu Kegiatan pemanenan tanaman serai di Desa Sukaluyu Kayu afrika yang siap dipasarkan di Desa Sukaluyu
4 8 9 10 14 14 15 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Dokumentasi dilapangan Jenis dan Sumber Data Jenis tanaman berkayu tingkat tiang Jenis tanaman berkayu tingkat pancang Data responden
22 23 24 24 25
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Agroforestri merupakan salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih-guna lahan dan sekaligus juga mengatasi masalah pangan. Agroforestri adalah sistem dan teknologi penggunaan lahan, dimana tanaman berkayu ditanam secara sengaja pada unit manajemen lahan yang sama dengan tanaman pertanian dan atau ternak. Huxley (1999) menyatakan agroforestri merupakan sistem pengunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu (kadang-kadang dengan hewan) yang tumbuh bersamaan atau bergiliran pada suatu lahan, untuk memperoleh berbagai produk dan jasa (services) sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar komponen tanaman. Keberadaan pohon dalam agroforestri mempunyai dua peranan utama. Pertama, pohon dapat mempertahankan produksi tanaman pangan dan memberikan pengaruh positif pada lingkungan fisik, terutama dengan memperlambat kehilangan hara dan energi, dan menahan daya perusak air dan angin. Kedua, hasil dari pohon berperan penting dalam ekonomi rumah tangga petani. Pohon dapat menghasilkan produk yang digunakan langsung seperti pangan, bahan bakar, bahan bangunan dan input untuk pertanian seperti pakan ternak, mulsa serta produk atau kegiatan yang mampu menyediakan lapangan kerja atau penghasilan kepada anggota rumah tangga (Hairiah et al. 2003) Tumbuhan obat merupakan salah satu jenis tanaman yang sering ditemukan dalam pola agroforestri dan di hutan alam. Contoh jenis tumbuhan obat yang sering digunakan masyarakat antara lain, jahe, serai, temulawak, kunyit, kumis kucing dan lain-lainnya. Dalam hutan Indonesia menurut Widayanti (2004) terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan obat. Dengan kekayaan flora tersebut maka negara kita memungkinkan untuk melakukan pengembangan industri di bidang obat-obatan. Penduduk asli (indegenous people) memiliki pengetahuan secara turun menurun dalam mengatasi permasalahan kesehatan dan juga meyakini bahwa tumbuhan yang ada dapat memberikan dampak kesehatan serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kontribusi yang dapat diperoleh dengan sistem agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga adalah masyarakat mendapatkan hasil dari lahan hutan tanpa harus menunggu masa tebang karena dapat memperoleh hasil dari tanaman pertanian baik perbulan atau pertahun tergantung jenis tanaman pertaniannya. Selain itu produktivitas tanaman kehutanan menjadi meningkat karena adanya pasokan unsur hara dan pupuk dari pengolahan tanaman pertanian serta daur ulang sisa tanaman. Hal ini jelas sangat menguntungkan petani karena dapat memperoleh manfaat ganda dari tanaman pertanian dan kehutanan. Agroforestri dapat meningkatkan kesejahteraan petani, untuk mengukur pendapatan rumah tangga maka diperlukan suatu penelitian untuk mengkajinya. Berikut adalah beberapa penelitian-penelitian mengenai kontribusi agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga yang telah dilakukan sebelumnya. Rachman (2008) melalui penelitiannya menyimpulkan bahwa hasil agroforestri di Desa
2
Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat memberikan kontribusi sebesar 60.6% dari pendapatan total rumah tangga dengan pendapatan rata-rata dari hutan rakyat sebesar Rp6 933 274 per tahun sedangkan Rachman (2010) di Desa Cigudeg, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor menyimpulkan bahwa agroforestri memberikan kontribusinya sebesar 79.5% dari pendapatan total rumah tangga dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp18 010 221 per tahun. Berdiri di atas wilayah seluas 320 Ha dan dihuni 4028 jiwa (BPS 2009), Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu desa yang menjadikan agroforestri sebagai sumber ekonominya. Salah satu pola tanam yang populer dari sistem agroforestri di Desa Sukaluyu adalah pola tanam tumpang sari. Secara khusus daerah ini memiliki keunikan yang menarik untuk lebih didalami, karena mayoritas masyarakat mengkombinasikan komoditas tanaman obat dengan tanaman lainnya. Kajian mengenai kontribusi pengelolaan agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga serta sistem pemilihan jenis tanaman pada lahan dan pola agroforestri yang diterapkan oleh petani menjadi dibutuhkan guna mengetahui seberapa besar pengaruh pengelolaan agroforestri tersebut dalam memberikan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga petani. Dengan semakin besar kontribusinya akan menjadi pendorong minat dan usaha masyarakat untuk terus mengembangkan hutan rakyat melalui sistem pengelolaan agroforestri.
Perumusan Masalah Pemanfaatan lahan dengan sistem agroforestri di Desa Sukaluyu memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga petani setempat. Keberadaannya ini dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sumber pendapatan, baik sumber pendapatan utama maupun sumber pendapatan tambahan. Alasan utama yang mendasari keputusan rumah tangga petani untuk menerapkan agroforestri adalah keuntungan dari penjualan pohon. Namun banyak penelitian yang membuktikan bahwa pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang dapat disediakan dari sistem agroforestri merupakan pendorong utama sebagian besar petani untuk menanam pohon. Perubahan pertanian dari yang semula subsisten menjadi semakin komersial menyebabkan penanaman pohon pada skala petani menjadi lebih rentan terhadap pengaruh ekonomi. Kemudahan akses ke pasar untuk menjual hasil pohon menciptakan peluang terciptanya sumber penghasilan. Penelitian ini akan mengkaji mengenai kontribusi pengelolaan agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga serta sistem pemilihan jenis tanaman pada lahan dan pola agroforestri yang diterapkan oleh petani setempat menjadi dibutuhkan guna mengetahui seberapa besar pengaruh pengelolaan agroforestri tersebut dalam memberikan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga petani. 1. Pola atau sistem agroforesti seperti apa yang diterapkan petani setempat? 2. Berapa besar kontribusi agroforestri di Desa Sukaluyu terhadap ekonomi rumah tangga petani setempat?
3
Kerangka Pemikiran Potensi sumberdaya hutan yang terkandung di dalam hutan tanaman rakyat di Desa Sukaluyu menyebabkan terjadinya hubungan interaksi antara masyarakat sekitar dengan kawasan hutan dalam bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan. Bentuk pemanfaatan yang dilakukan berupa pemanfaatan hasil hutan maupun pemanfaatan lahan hutan sebagai areal pertanian. Dalam menghadapi masalah alih fungsi lahan dan menurunnya ketersediaan lahan akibat berbagai macam kebutuhan, maka sistem agroforestri lahir sebagai jawaban atas permasalahan tersebut. Banyak penelitian yang dilakukan mengenai pola agroforestri di setiap daerah yang dikonversi menjadi sebuah kebijakan untuk memanfaatkan ketersediaan lahan yang semakin harinya semakin sempit. Berdasarkan informasi awal yang diterima, petani di Desa Sukaluyu merupakan salah satu yang memanfaatkan lahan dengan sistem agroforestri. Secara khusus, daerah ini memiliki keunikan yang menarik untuk lebih didalami, komoditas tanaman obat menjadi salah satu hasil agroforestri yang berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga. Peluang untuk pengembangan budidaya tanaman obat-obatan masih sangat terbuka luas sejalan dengan semakin berkembangnya industri jamu, obat herbal, fitofarmaka dan kosmetika tradisional. Studi mengenai kontribusi agroforestri terhadap pendapatan perlu dilakukan guna mengetahui lebih jauh mengenai kegiatan pengelolaan agroforestri sebagai alat pemenuhan kebutuhan dan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga petani di Desa Sukaluyu. Selain itu menjadi penting untuk mengetahui pola/sistem agroforestri yang diterapkan oleh petani setempat. Hal ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai kontribusi agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga petani setempat. Kerangka pemikiran ini disajikan pada Gambar 1. Sistem agroforestri
Tanaman pertanian
Pohon
Penerapan sistem?
Hasil agroforestri Besarnya kontribusi? Pendapatan rumah tangga petani Gambar 1 Kerangka Pemikiran
4
Tujuan Penelitian 1. Menganalisis pola atau sistem agroforestri seperti apa yang diterapkan oleh petani di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. 2. Mengetahui kontribusi agroforestri di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat terhadap pendapatan rumah tangga petani setempat. 3. Menganalisis hubungan karateristik petani dengan pendapatan agroforestri yang diterapkan oleh petani di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai kontribusi agroforestri terhadap rumah tangga petani dan informasi pola pengelolaan agroforestri yang diterapkan oleh petani setempat dalam usaha pemenuhan kebutuhan sesuai dengan keberadaan dan prinsip kelestarian hutan. Disamping itu dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penentuan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan pembinaan petani dalam rangka peningkatan pembangunan hutan rakyat dengan sistem agroforestri kearah yang menguntungkan.
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada bulan Oktober 2013. Alat dan Bahan Penelitian Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah lahan garapan petani agroforestri. Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kuesioner sebagai panduan wawancara disertai alat tulis menulis dan alat rekam untuk wawancara di lapangan, kamera untuk keperluan dokumentasi dan laptop. Sedangkan untuk keperluan inventarisasi lahan garapan petani agroforestri adalah kompas, tali rafia, haga meter dan pita ukur. Metode Pemilihan Responden Pengumpulan data dan pengambilan contoh menggunakan metode purposive sampling, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu yang dijadikan sampel penilitian adalah karena peneliti
5
menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan dalam menunjang penelitan. Jumlah responden yang diambil adalah 30 orang. Penggunaan metode ini didasarkan pada pertimbangan faktor-faktor kondisi lapangan, yaitu jarak, cuaca, dan waktu yang tersedia selama proses pengumpulan data. Jenis Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa data identitas responden, data ekonomi rumah tangga, data pendapatan rumah tangga, dan data pengeluaran rumah tangga yang diamati langsung di lapangan (observasi). Sedangkan data sekundernya adalah data sosial ekonomi. Data sekunder juga diperoleh melalui buku, majalah, internet, surat kabar dan instansi-instansi yang relevan dengan penelitian ini. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik yang disesuaikan dengan data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu: 1. Teknik wawancara yaitu pengumpulan data secara terstruktur melalui tanya jawab yang dilakukan langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner dan wawancara secara tidak terstruktur dengan mengadakan tanya jawab secara langsung tanpa menggunakan kuesioner kepada responden. 2. Teknik pengamatan langsung (observasi) yaitu pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh responden di lapangan. 3. Inventarisasi vegetasi tegakan kebun agroforestri dengan kombinasi antara metode jalur untuk risalah vegetasi tingkat pohon dengan metode garis berpetak untuk risalah permudaan hutan. 4. Studi pustaka yaitu dengan cara mencatat dan mempelajari laporan, dokumen, literatur, karya ilmiah, hasil penelitian, jurnal dan arsip-arsip yang berhubungan dengan penelitian sebagai penunjang data. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi lapang selanjutnya diolah dan dianalisis secara deskriptif, kuantitatif serta inventarisasi tegakan yang akan memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti. Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai sistem pengelolaan hutan rakyat, latar belakang pemilihan jenis tanaman, data umum responden, data pendapatan, data pengeluaran dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan. Informasi yang diperoleh selanjutnya dikelompokkan dan disajikan dalam bentuk tabel, tabulasi angka, serta gambar sesuai hasil yang diperoleh.
6
Analisis kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai kontribusi pendapatan agroforestri yang meliputi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran responden baik dari hasil agroforestri dan diluar agroforestri. Informasi selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan perhitungan untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi angka dan tabel sesuai dengan hasil yang diperoleh. Inventarisasi tegakan digunakan untuk mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi serta bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuhtumbuhan. Hasilnya ditampilkan dalam uraian, tabulasi data dan pembuatan tabel. Untuk menganalisis penelitian ini, maka dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pengumpulan informasi hasil wawancara maupun observasi langsung. 2. Pemilahan informasi sesuai dengan kategori-kategorinya. 3. Penyajian dalam bentuk uraian penjelasan dan tabel. 4. Penarikan kesimpulan. Untuk mengetahui pola agroforestri di Desa Sukaluyu dilakukan analisis vegetasi yang merupakan kombinasi antara metode jalur untuk risalah vegetasi tingkat pohon dengan metode garis berpetak untuk risalah permudaan hutan. Jumlah petak contoh yang diambil adalah 5 petak dengan total luasan sebesar 0.2 ha. Desain unit contoh vegetasi di lapangan secara detail dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Desain unit contoh vegetasi di lapangan Keterangan: Ukuran petak contoh semai Ukuran petak contoh pancang Ukuran petak contoh tiang Ukuran petak contoh pohon
= 2m = 5m = 10 m = 20 m
x2m x5m x 10 m x 20 m
Untuk mengetahui pendapatan dan kontribusi agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut : 1. Pendapatan petani dari hutan rakyat Iaf = Jumlah pendapatan petani dari setiap produk agroforestri
Keterangan: Iaf = pendapatan total petani dari agroforestri per tahun (Rp) Pendapatan petani dari produk agroforestri = pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan kayu, tanaman obat, buahbuahan, padi dan palawija.
7
2. Pendapatan petani dari non hutan rakyat Inaf = Jumlah pendapatan petani dari setiap produk non agroforestri
Keterangan: Inaf = pendapatan petani dari produk non agroforestri Pendapatan petani dari produk non agroforestri = hasil perdagangan, peternakan, upah/gaji, serta sumber pendapatan lainnya 3. Pendapatan total petani Itot = Iaf + Inaf
Keterangan: Itot = jumlah pendapatan total rumah tangga petani Iaf = pendapatan total dari produk agroforestri Inaf = pendapatan total dari produk non agroforestri 4. Persentase pendapatan dari agroforestri terhadap total pendapatan Iaf % = ( Ihr / Itot ) × 100
Keterangan: Iaf % = persentase pendapatan dari agroforestri Ihr = pendapatan total dari agroforestri Itot = pendapatan total rumah tangga petani 5. Menghitung total pengeluaran Ctot = Σ C
Keterangan: Ctot = total pengeluaran rumah tangga selama periode satu tahun C = jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan 6. Persentase pendapatan total rumah tangga terhadap total pengeluaran Itot % = ( Itot / Ctot ) ×100
Keterangan: Itot = persentase pendapatan total rumah tangga terhadap total pengeluaran Itot = pendapatan total rumah tangga Ctot = pengeluaran total rumah tangga Untuk mengetahui hubungan karateristik petani dengan pendapatan agroforestri di Desa Sukaluyu dilakukan tabulasi silang yang merupakan metode untuk mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu matriks. Hasil tabulasi silang disajikan ke dalam suatu tabel dengan variabel-variabel yang tersusun sebagai kolom dan baris. Variabel yang digunakan adalah karateristik responden (umur, pendidikan, dan pekerjaaan) dengan pendapatan agroforestri.
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Desa Sukaluyu terletak di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, dimana luas wilayahnya sebesar 320 ha. Jumlah penduduk sebesar 4028 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 2089 orang dan perempuan sebanyak 1939 orang. Jarak dari kota kecamatan menuju kabupaten sekitar 30 km (Potensi desa dan kelurahan 2013). Desa Sukaluyu secara umum merupakan wilayah berbukitbukit dengan ketinggian 400-500 mdpl. Lahan di Desa Sukaluyu didominsi oleh lahan persawahan (pertanian) seluas 105 ha dari total luas wilayah desa. Desa tersebut memiliki kelerengan datar, agak curam dan curam. Untuk wilayah yang datar ditanami oleh tanaman pertanian dan kebun agroforestri seperti padi, jahe dan jagung sedangkan untuk wilayah yang agak curam dan curam dijadikan wilayah hutan dan ditanami tanaman perkayuan seperti sengon, puspa dan kayu afrika. Menurut data Potensi Desa dan Kelurahan (2013), curah hujan rata-rata di Desa Sukaluyu Kecamatan Nanggung adalah 100-200 mm/bulan dengan temperatur antar 24°-36° C. Berdasarkan hasil dari data yang dikumpulkan bahwa Desa Sukaluyu memiliki tiga jenis tanah yaitu aluvial, latosol coklat dan podsolik merah kuning. Tanah aluvial terdapat pada lahan basah (persawahan). Sedangkan untuk tanah latosol dan podsolik merah juning redapat pada lahan kering, yaitu: tanah hutan dan kebun agrofoerstri. Karateristik Petani Agroforestri Gambaran mengenai karakteristik petani agroforestri dilakukan dengan metode wawancara terhadap responden. Jumlah responden yang diambil adalah sebanyak 30 orang. Data yang dikumpulkan, yaitu: identitas, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, pendapatan responden, dan pengeluaran responden. Umur Berdasarkan data yang dikumpulkan di Desa Sukaluyu tahun 2013, umur responden yang paling muda adalah 32 tahun dan yang paling tua berumur 71 tahun. Data mengenai umur responden disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Umur responden di Desa Sukaluyu tahun 2013 Umur (tahun) 26-35 36-45 46-55 56-65 ≥ 66
Jumlah (orang) 4 6 10 5 5
Persentase (%) 13.33 20.00 33.33 16.67 16.67
9
Tabel 1 menunjukkan persentase umur responden terbesar berada pada selang umur 46-55 tahun sebesar 33.33%. Hal ini disebabkan pada rentang umur tersebut responden masih masuk pada kategori umur produktif dan rata-rata telah berkeluarga serta merupakan generasi yang terdekat dari generasi sebelumnya sebagai pewaris lahannya. Hasil wawancara di lapangan juga menunjukkan bahwa responden dengan rentang umur 46-55 tahun memiliki anggota keluarga (anak) yang berada pada usia sekolah sehingga tekanan untuk bisa mendapatkan penghasilan lebih besar. Pendidikan Tingkat pendidikan berpengaruh pada pola pikir petani dalam mengelola lahan yang dimilikinya. Kebanyakan dari petani atau dalam hal ini diwakili oleh responden, belum mampu mengaplikasikan pengelolaan lahannya secara baik, dalam artian belum ada usaha yang dilakukan oleh petani untuk bisa menanggulangi masalah yang dihadapi bila tanaman mereka memasuki masa tidak produktif lagi. Berdasarkan proses wawancara yang dilakukan selama penelitian, para petani seolah berada dalam zona aman dan nyaman ketika saat ini mereka tidak membutuhkan modal untuk mengelola lahan dikarenakan lahan garapan mereka merupakan warisan dari generasi sebelumnya. Tingkat pendidikan dapat juga menjadi indikator status sosial dalam masyarakat, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi pula status sosialnya di dalam masyarakat tersebut. Data tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini, bisa dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Tingkat Pendidikan Responden di Desa Sukaluyu tahun 2013 Tingkat pendidikan Tidak bersekolah SD SMP SMA Sarjana
Jumlah (orang) 2 12 8 6 2
Persentase (%) 6.67 40.00 26.66 20.00 6.67
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa sebanyak 12 orang (40.00%) responden dengan tingkat pendidikan hanya sampai tingkat SD dan sebanyak 2 orang (6.67%) tidak bersekolah. Rendahnya tingkat pendidikan dipicu oleh besarnya biaya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, selain itu juga fasilitas pendidikan pada tingkat lanjutan yang ada di wilayah Desa Sukaluyu baru tersedia beberapa tahun terakhir. Selama ini masyarakat desa yang ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi harus memiliki kemampuan untuk sekolah keluar desa. Pekerjaan Kebanyakan responden di Desa Sukaluyu memiliki pekerjaan atau mata pencaharian utama dan sampingan. Persebaran pekerjaan atau mata pencaharian utama dan sampingan dalam responden ini mayoritas adalah petani. Sedangkan tingkat kedua mata pencaharian responden adalah wiraswasta. Wiraswasta untuk Desa Sukaluyu biasanya berupa usaha perdagangan di rumah responden, seperti
10
warung kebutuhan rumah tangga dan toko bangunan. Pekerjaan lainnya antaralain seperti PNS, buruh bangunan dan supir. Kegiatan pertanian merupakan kegiatan yang cocok karena tidak membutuhkan tenaga dan waktu setiap harinya. Kebanyakan responden menggunakan sistem upah terhadap pekerja untuk mengelola kebun milik mereka, sehingga pengeluaran untuk biaya usaha tani tinggi diakibatkan biaya upah tenaga kerja. Pekerjaan masyarakat di Desa Sukaluyu disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Pekerjaan responden di Desa Sukaluyu tahun 2013 Pekerjaan utama dan sampingan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Petani PNS, petani Wiraswasta, petani Supir, petani Buruh bangunan, petani
16 5 5 2 2
53.35 16.69 16.60 6.68 6.68
Total
30
100.00
Jumlah anggota keluarga Dari 30 responden petani agroforestri di Desa Sukaluyu, rata-rata petani mempunyai jumlah anggota keluarga sebanyak 2-4 orang dengan persentase sebesar 60% dari keseluruhan responden dan yang lain mempunyai jumlah anggota keluarga sebanyak 5-7 orang atau 33.34%, dan 8-10 jumlah anggota keluarga sebanyak 6.66%. Jumlah anggota keluarga di Desa Sukaluyu disajikan pada tabel 4. Tabel 4 Jumlah anggota keluarga di Desa Sukaluyu tahun 2013 Jumlah anggota keluarga (orang) 2-4 5-7 8-10 Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
18 10 2
60.00 33.34 6.66
30
100.00
Kondisi Umum Agroforestri di Lokasi Penelitian Aktifitas pemanfaatan hasil agroforesti di Desa Sukaluyu merupakan tradisi bertani yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi, sehingga mayoritas masyarakat menganggap lahan merupakan aset utama ekonomi. Lahan kering di Desa Sukaluyu umumnya didominasi dengan jenis tanaman obat, yaitu Jahe (Zinger officinale) dan Serai (Cymbopogon citrates). Sedangkan untuk tanaman perkayuan, masyarakat menanam kayu Sengon (Paraserianthes falcataria), Puspa (Schima wallichii) dan Kayu Afrika
11
(Maesopsis eminii). Kondisi kebun agroforestri masyarakat Desa Sukaluyu tersaji pada Gambar 3.
Gambar 3 Kebun agroforestri masyarakat Desa Sukaluyu Petani pada umumnya juga memiliki areal persawahan yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga petani sehari-hari juga pemasukan tambahan. Pada areal persawahan ini pula petani menanam jenis palawija sebagai pengisi masa bera padi. Kondisi areal persawahan masyarakat Desa Sukaluyu tersaji pada Gambar 4.
Gambar 4 Areal persawahan masyarakat Desa Sukaluyu Berkaitan dengan definisi sistem agroforestri kompleks yang dikemukakan oleh De Foresta dan Michon (1997) yakni suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis pepohonan (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem yang menyerupai hutan. Jenis tanaman yang banyak ditanam, yaitu: singkong, jagung, kacang tanah dan jenis kacang-kacangan lainnya. Petani memanfaatkan ruang lahan yang mereka miliki seoptimal mungkin baik dengan jenis tanaman dengan daur tahunan maupun dengan jenis tanaman pertanian atau palawija dengan daur yang lebih pendek, sehingga sulit dijumpai area lahan yang masih kosong.
Pola Agroforestri Pola agroforestri yang diterapkan oleh masyarakat setempat menggunakan pola tanam tumpangsari karena dapat diterapkan pada lahan yang kurang luas namun menghasilkan produk panen yang tinggi sehingga meningkatkan
12
pendapatan petani. Berdasarkan hasil wawancara di Desa Sukaluyu dapat diketahui bahwa penggunaan tanaman sengon dan afrika pada kebun tidak direncanakan sebelumnya, umumnya tanaman sengon dan afrika tumbuh alami pada kebun yang baru dibuka atau pada saat pergiliran tanaman pada kebun. Benih sengon dan kayu afrika diduga berasal dari pohon induk yang berada di sekitar kebun yang terbawa melalui bantuan angin, sehingga benih tersebut dapat tumbuh. Untuk jenis tanaman berkayu tingkat tiang dan pancang pada lahan agroforestri di Desa Sukaluyu didominasi oleh jenis kayu afrika. Tabel jenis tanaman berkayu tingkat tiang dan pancang disajikan di Lampiran 3 dan 4. Pada penelitian di Desa Sukaluyu terdapat 2 pola agroforestri yaitu kombinasi tanaman perkayuan dengan palawija, dan tanaman perkayuan dengan tanaman obat. Jenis pohon pada lahan agroforestri di Desa Sukaluyu disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Jenis pohon pada lahan agroforestri di Desa Sukaluyu ( > 20 cm) Jenis tanaman
Nama ilmiah
Jumlah (N/0.2 ha)
Umur (tahun)
Diameter rata-rata (cm)
Tinggi total rata-rata (m)
Tinggi bebas cabang rata-rata (m)
Afrika
Maesopsis eminii
52
4
22.42
5.35
2.89
Sengon
Paraseriantis falcataria
47
4
24.38
5.75
3.72
Puspa
Schima wallichii
32
3
26.88
4.95
2.88
Petai
Parkia speciosa
20
4
25.13
4.87
2.72
Jengkol
Archidendron Pauciflorum
15
5
24.65
5.13
3.69
Jambu bol
Eugenia malaccencis
12
4
23.25
4.87
2.71
Nangka
Artocarpus heterophyllus
10
4
28.79
5.45
3.36
Cempedak
Artocarpus champeden
8
4
27.55
5.13
3.02
181
4
25.38
5.18
3.12
Total
Jenis tanaman pertanian yang paling banyak ditanam petani adalah padi dan jagung. Hampir semua responden menanam padi karena padi merupakan makanan pokok masyarakat setempat. Sedangkan jenis tanaman obat yang mendominasi adalah tanaman serai dan jahe. Jenis tanaman pertanian pada pola agroforestri di Sukaluyu disajikan pada Tabel 6.
13
Tabel 6 Jenis tanaman pertanian pada pola agroforestri di Sukaluyu Nama Serai Jahe
Nama ilmiah Cymbopogon citrates Zingerber officinale
Jagung
Zea mays
Kacang tanah
Arachis hypogaea
Singkong
Manihot esculenta
Pengelolaan Agroforestri Sistem pengelolaan kebun agroforestri yang dilakukan di Desa Sukaluyu bergantung pada karakteristik respondennya, yaitu berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, dan luas kepemilikan lahan. Semakin tua umur responden, maka dapat dikatakan bahwa responden tersebut telah memiliki pengalaman yang cukup dalam mengelola hutan rakyat. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka kemampuan untuk mengelola hutan rakyat akan semakin baik karena wawasan dan pengetahuan yang dimiliki lebih banyak. Semakin luas kepemilikan hutan rakyat yang dimiliki, maka responden tersebut cenderung lebih memperhatikan sistem pengelolaan yang diterapkan di lahannya agar dapat memberikan keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Sedangkan pekerjaan utama responden sebagai petani dapat membuat kebun agroforestri dapat dikelola dengan baik. Penanaman Masyarakat di Desa Sukaluyu menanam berbagai jenis tanaman obat, yaitu jahe dan serai sedangkan tanaman kehutanan didominasi oleh sengon, kayu afrika, dan puspa. Benih tanaman tersebut biasanya dibeli atau didapatkan langsung dari pohon yang mereka tanam. Kegiatan selanjutnya adalah persiapan lahan yang dilakukan adalah dengan cara membersihkan alang-alang atau gulma yang berada di sekitar lahan yang akan ditanami. Kemudian tanahnya dicangkul agar sirkulasi udara di dalam tanah berlangsung dengan baik sehingga tanaman dapat tumbuh subur. Lahan yang telah dibersihkan dan digemburkan lalu dipasang ajir dengan menggunakan ajir dari ranting atau bambu. Jarak tanam yang digunakan bervariasi, yaitu (3 m x 2 m) atau (2 m x2 m) sesuai dengan keinginan petani. Setelah itu dibuat lubang tanam dengan ukuran (30 cm x20 cm x20 cm), lalu dimasukan pupuk kandang, kemudian ditimbun lagi dengan tanah. Kegiatan ini dilakukan 1-2 bulan sebelum musim hujan tiba dan lahan baru siap ditanami setelah 1-2 minggu kemudian. Kegiatan penanaman dapat dilihat pada Gambar 5.
14
Gambar 5 Kegiatan penanaman kayu sengon di Desa Sukaluyu Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan ini dapat dilakukan secara perorangan atau berkelompok. Namun, ada juga pemilik lahan yang menyerahkan pengelolaan hutan rakyatnya kepada orang lain. Apabila diburuhkan kepada orang lain, biasanya buruh tani tersebut diberi upah sebesar Rp25 000 per hari ditambah makan atau Rp30 000 per hari tanpa makan. Kegiatan pemeliharaan di Desa Sukaluyu hanya dilakukan pada masamasa awal penanamannya saja atau sekitar 1-2 tahun, setelah itu tanaman dibiarkan tumbuh secara alami. Pemupukan dilakukan 2 kali setahun pada awal dan akhir musim hujan dengan menggunakan pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan ternak yang mereka miliki. Kegiatan penyiraman hanya dilakukan pada saat di persemaian saja, yaitu 2 kali sehari atau pagi dan sore hari sampai bibit tersebut siap tanam. Usia bibit yang siap tanam berkisar antara 6-8 bulan. Sedangkan pada saat bibit telah ditanam tidak dilakukan penyiraman karena meskipun hujan tidak turun setiap hari, tetapi curah hujan di Desa Sukaluyu cukup tinggi sehingga masyarakat mengandalkan hujan untuk menyiram tanaman mereka. Kegiatan pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Kegiatan pemeliharaan tanaman di Desa Sukaluyu Kegiatan pemangkasan dan penjarangan hampir tidak pernah dilakukan dalam pengelolaan di Desa Sukaluyu. Pohon yang sudah tumbuh dengan baik akan dibiarkan, sedangkan pohon yang terlihat sakit segera ditebang agar penyakitnya tidak menular ke pohon yang lainnya. Kerusakan yang terjadi pada tanaman ini disebabkan oleh adanya serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang biasanya menyerang tanaman di Desa Sukaluyu ini adalah ulat, penggerek batang, dan jamur akar. Tanaman yang biasanya diserang adalah sengon dan kayu afrika. Untuk mengatasi serangan hama dan penyakit, petani menggunakan pestisida.
15
Pemanenan Kegiatan utama pemanenan yang dilakukan masyarakat di Desa Sukaluyu bukan pada hasil kayunya, tetapi pada jenis hasil hutan non kayu seperti tanaman obat, buah-buahan, dan padi palawija. Pemanenan kayu hanya dilakukan apabila suatu pohon sudah tidak produktif , untuk keperluan pembangunan rumah, untuk biaya incidental (hajatan dan naik haji) serta apabila masyarakatnya memerlukan biaya yang mendesak atau sangat besar yang tidak dapat dipenuhi dari hasil komoditas non kayu atau penghasilan sehari-hari lainnya. Sistem pemanenan yang biasa dilakukan terdiri dari dua cara yaitu pemilik lahan yang memanen atau pembeli yang memanen. Jika pemilik lahan yang memanen, maka dilakukan sistem tebang pilih atau hanya pohon-pohon yang memiliki diameter besar saja yang ditebang sehingga akan menguntungkan bila dijual. Jika pembeli yang memanen, sistem yang digunakan adalah tebang habis. Biasanya pada sistem ini pembeli membeli seluruh pohon yang ada di lahan tersebut dan pada saat yang telah ditentukan pembeli datang ke tempat pemanenan dan menebang seluruh pohonnya. Kegiatan pemanenan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Kegiatan pemanenan tanaman serai di Desa Sukaluyu Pemasaran Mekanisme pemasaran produk tani dan hutan pada dasarnya ada dua cara, yaitu petani mendatangi pembeli untuk menawarkan kayu atau pembeli sendiri yang mendatangi petani. Tengkulak datang langsung ke kebun dengan tujuan agar dapat melihat dengan jelas jumlah dan kualitas hasil dari kebun yang selanjutnya akan dipasarkan. Ada juga sistem penjualan yang dilakukan ke warung atau tetangga terdekat yang dilakukan untuk hasil-hasil dari jumlah kecil dengan menyesuaikan harga yang sedang berlaku saat itu. Jika panen sedang banyak, tak jarang mereka membagi-bagikannya kepada tetangga-tetangga. Dalam proses penetapan harga, petani cukup mengetahui harga yang berlaku pada saat ini karena sebagian besar petani ikut serta dalam keanggotaan kelompok tani Lamping yang ada di Desa Sukaluyu. Dengan adanya kelompok tani tersebut, petani dapat mengetahui berbagai informasi tentang sistem pengelolaan dan harga kayu yang berlaku saat ini. Hasil kayu yang siap dipasarkan dapat dilihat pada Gambar 8.
16
Gambar 8 Kayu afrika yang siap dipasarkan di Desa Sukaluyu
Kontribusi Agroforestri Pendapatan Responden Pendapatan dihitung dalam jangka waktu satu tahun terakhir berdasarkan perolehan dari pekerjaan masing-masing responden baik dari agroforestri maupun non agroforestri. Pendapatan yang berasal dari agroforestri dihitung dari penjualan kayu, tanaman obat, padi dan palawija yang ada di lahan milik petani. Sedangkan pendapatan non agroforestri dihitung dari hasil perdagangan, peternakan, gaji atau upah, dan lain-lain. Data pendapatan responden disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Rata-rata pendapatan rumah tangga responden dari berbagai sumber di Desa Sukaluyu Sumber pendapatan
Rata-rata (Rp/tahun)
Persentase (%)
Kebun agroforestri a. Kayu b. Tanaman obat c. Palawija Sawah Non pertanian
5 279 333 1 559 233 3 226 200 2 916 666 5 940 566
27.90 8.24 17.04 15.42 31.40
Total
18 921 998
100
Tabel 7 memberikan informasi bahwa pendapatan dari agroforestri dibagi menjadi pendapatan dari penjualan kayu, padi dan palawija. Secara keseluruhan pendapatan yang berasal dari agroforestri lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan dari non agroforestri. Hal ini disebabkan karena mayoritas responden mengandalkan lahan agroforestri untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Pendapatan rata-rata responden per tahun dari produk agroforestri berupa kayu adalah 27.90% sebesar Rp5 279 333 per tahun. Kemudian hasil rata-rata dari produk agroforestri tanaman obat yakni 8.24% sebesar Rp1 559 233 pertahun. Untuk tanaman palawija adalah 17.04% sebesar Rp3 226 200 per tahun dan dari lahan sawah yakni 15.24% sebesar Rp2 940 666 per tahun. Sementara dari produk non agroforestri diperoleh 31.40% dengan rata-rata Rp5 940 566 per tahun.
17
Pengeluaran Responden Pengeluaran responden dihitung untuk semua keperluan mulai dari kebutuhan tetap tahunan, kebutuhan insidental, dan kebutuhan lainnya. Kebutuhan rumah tangga responden berbeda-beda dipengaruhi jumlah anggota keluarga dan jenis kebutuhan lainnya. Data pengeluaran responden disajikan pada Tabel 8 Tabel 8 Rata-rata pendapatan rumah tangga responden dari berbagai sumber di Desa Sukaluyu Jenis pengeluaran 1. Pangan 2. Sandang 3. Kesehatan 4. Pendidikan 5. Biaya insidental 6. Sarana rumah tangga 7. Biaya lain-lain 8. Usaha tani Total
Rata-rata (Rp/tahun)
Persentase (%)
9 076 666 750 000 871 666 740 000 616 700 658 333 228 333 1 423 433
63.18 5.22 6.06 5.16 4.30 4.59 1.59 9.90
14 365 133
100.00
Berdasarkan data pada Tabel 8, pengeluaran rata-rata yang dikeluarkan oleh seluruh responden petani sebesar Rp14 365 133 per tahun. Rata-rata diperoleh dari jumlah total pengeluaran dibagi dengan jumlah seluruh responden. Dikarenakan setiap rumah tangga responden mengeluarkan biaya yang berbeda untuk setiap kebutuhan yang sama dalam memenuhi pengeluaran tetap tahunan, maka disampaikan selang pengeluarannya. Pengeluaran tetap terbesar dialokasikan untuk pangan sebesar Rp9 076 666 per tahun, sedangkan yang terkecil adalah untuk pembayaran biaya lain-lain (transportasi dan hiburan) sebesar Rp228 333 per tahun. Responden cenderung lebih memilih mengalokasikan sisa pendapatannya untuk diinvestasikan ke emas. Perilaku konsumtif juga sangat tinggi dimana masyarakat masih memiliki pemikiran jika ada uang harus digunakan, sehingga tak jarang masyarakat membelanjakan uangnya untuk keperluan, seperti: membeli televisi, perabot rumah tangga, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Faktor lain yang mempengaruhi responden untuk enggan menabung adalah tidak adanya lembaga terkait seperti bank atau koperasi di desa. Kontribusi sistem agroforestri terhadap pendapatan dan pengeluaran responden Total pendapatan rata-rata seluruh responden selama satu tahun adalah sebesar Rp18 921 998 dan total pengeluaran untuk rumah tangga dari masingmasing responden selama satu tahun adalah Rp14 365 133. Perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran untuk keseluruhan responden dapat dilihat pada Tabel 9.
18
Tabel 9 Perbandingan rata-rata pendapatan dan pengeluaran rumah tangga responden Indikator
Rata-rata (Rp/tahun)
Total pendapatan Total pengeluaran
18 921 998 14 365 133
Sisa pendapatan
4 556 865
Hal ini menunjukkan bahwa jika dilakukan perbandingan antara pendapatan dengan pengeluaran dapat diketahui bahwa pendapatan responden lebih besar dari pengeluarannya. Petani mampu membiayai kebutuhannya dengan baik dari hasil agroforestri maupun dari hasil non agroforestri. Besarnya presentase kontribusi agroforestri terhadap total pendapatan disebabkan karena responden memanfaatkan ruang lahannya secara maksimal, selain itu faktor tanaman obat yang dikelola oleh petani sedang dalam masa produktif juga sangat berpengaruh. Secara keseluruhan, keberadaan sistem agroforestri di Desa Sukaluyu bisa jadi merupakan alternatif pemanfaatan lahan yang lebih baik dan menguntungkan, namun kebijakan yang baik untuk memfasilitasi kontribusi keberadaan agroforestri menjadi sangat penting agar agroforestri terus memberikan tren yang positif. Presentase kontribusi agroforestri dan non agroforestri terhadap pendapatan dan pengeluaran disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Kontribusi agroforestri dan non agroforestri terhadap pendapatan dan pengeluaran rumah tangga responden
Sumber pendapatan
Kontribusi terhadap total pendapatan rumah tangga (%)
Kebun agroforestri a. Kayu b. Tanaman obat c. Palawija Sawah Non pertanian
68.60 52.25 8.24 47.74 25.53 34.21
79.51 37.80 10.85 34.54 18.47 41.35
100
100
Total
Kontribusi terhadap total penngeluaran rumah tangga (%)
Menurut Suharjito (2000), hutan rakyat agroforestri merupakan pendapatan sampingan dan bersifat insidentil dengan kisaran tidak lebih dari 10% dari total pendapatan. Tetapi pada kenyataannya di Desa Sukaluyu, kontribusinya jauh diatas 10%. Lahan agroforestri di Desa Sukaluyu memiliki peranan yang sangat penting dan memberikan dampak positif terutama bagi ekonomi petani maupun ekologi dan sosial.
19
Hubungan karateristik petani dengan pendapatan agroforestri Hubungan umur responden dengan kontribusi agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga disajikan pada Tabel 11. Kontribusi agroforestri terbesar berada pada selang umur 36 - 45 tahun sebesar 72.58% dan selang umur ≥ 66 tahun sebesar 70.31%. Hal ini disebabkan pada rentang umur 36-45 tahun responden masih masuk pada kategori umur produktif dan rata-rata telah berkeluarga. Hasil wawancara di lapangan juga menunjukkan bahwa responden dengan rentang umur 36 - 45 tahun memiliki anak yang berada pada usia sekolah sehingga tekanan untuk bisa mendapatkan penghasilan lebih besar. Sedangkan pada rentang umur ≥ 66 tahun responden memiliki pekerjaan utama yaitu bertani dan memiliki pengalaman yang lebih dalam mengelola lahannya. Tabel 11 Hubungan umur responden dengan kontribusi agroforestri Umur (tahun)
Jumlah (orang)
26-35 36-45 46-55 56-65 ≥ 66
4 6 10 5 5
Kontribusi agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga (%) 54.23 72.58 60.43 51.94 70.31
Total
30
309.49
Tabel 12 menunjukkan hubungan pendidikan responden dengan kontribusi agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga. Kontribusi agroforestri terbesar berada pada tingkat pendidikan SMP sebesar 78.83% dan tidak bersekolah sebesar 77.02%. Hal ini disebabkan pada tingkat pendidikan tersebut responden memiliki pekerjaan utama petani dan luas lahan yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat pendidikan responden lainnya. Sedangkan untuk tingkat pendidikan sarjana hanya memberikan kontribusi sebesar 30.30%, karena pada tingkat pendidikan tersebut responden menjadikan kegiatan bercocok tanam menjadi pekerjaan sampingannya. Tabel 12 Hubungan pendidikan responden dengan kontribusi agroforestri Tingkat pendidikan
Jumlah (orang)
Tidak bersekolah SD SMP SMA Sarjana
2 12 8 6 2
Total
30
Kontribusi agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga (%) 77.02 33.30 78.83 55.95 30.30 275.40
Tabel 13 menunjukkan hubungan pekerjaan responden dengan kontribusi agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga. Kontribusi agroforestri terbesar berada pada pekerjaan petani sebesar 81.78%. Hal ini disebabkan karena kegiatan pertanian merupakan pekerjaan utama di Desa Sukaluyu. Mayoritas petani memiliki luas lahan yang besar dengan tanaman perkayuan dan tanaman obat
20
yang lebih banyak sehingga pemasukan dari agroforestri mendapatkan penghasilan lebih besar. Sedangkan untuk pekerjaan buruh dan petani hanya memberikan kontribusi sebesar 24.82%, karena pada pekerjaan tersebut responden menjadikan kegiatan bertani menjadi pekerjaan sampingannya. Tabel 13 Hubungan pekerjaan utama dan sampingan responden dengan kontribusi agroforestri Pekerjaan utama dan sampingan
Jumlah (Orang)
Petani PNS, petani Wiraswasta, petani Supir, petani Buruh, petani
16 5 5 2 2
Kontribusi agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga (%) 81.78 33.30 53.81 45.85 24.82
Total
30
239.56
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pada penelitian di Desa Sukaluyu terdapat 2 pola agroforestri yaitu kombinasi tanaman perkayuan dengan palawija, dan tanaman perkayuan dengan tanaman obat. Pendapatan rumah tangga responden di Desa Sukaluyu berasal dari hasil agroforestri dan non agroforestri. Pendapatan dari agroforestri berasal dari hasil penjualan kayu, tanaman obat, dan padi palawija. Pendapatan dari agroforestri lebih besar dari pendapatan yang berasal dari non agroforestri. Hasil agroforestri di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat memberikan kontribusi sebesar 68.60% dari pendapatan total rumah tangga dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp12 981 442 per tahun. Saran Perlu diadakan proses penyuluhan atau pendampingan yang lebih intensif mengenai teknis pemilihan dan pengaturan jenis, pengaturan jarak tanam, pembenihan, dan lain-lain utamanya untuk diterapkan pada kebun agroforestri sehingga pengelolaan serta hasil yang diperoleh bisa lebih optimal. Sebaiknya lahan ditanami dengan jenis utama tanaman obat dengan pengaturan sistem stratifikasi yang lebih jelas sehingga secara ekonomi dan ekologi lebih baik.
21
DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistik. 2009. Hasil Pencacahan Lengkap Sensus Penduduk Indonesia Menurut Provinsi dan Kabupaten atau Kotamadya Seri no.I. Biro Pusat Statistik. Jakarta. Darusman D dan Hardjanto. 2006. Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat. PROSIDING Seminar Hasil Penelitian Hasil Hutan: 4 – 13. De Foresta H and Michon G. 1997. The agroforest alternative to Imperata grasslands: when smallholder agriculture and forestry reach sustainability. Agroforestry Systems 36:105-120. De Foresta H, Michon G, Kusworo A. 2000. Complex Agroforests. Lecture note 1. ICRAF SE Asia. 14 p. Hairiah K, Sabarnurdin S, Sardjono M A. 2003. Pengantar Agroforestri. World Agroforestry Center (ICRAF). Bogor. Huxley P. 1999. Tropical Agroforestry. Blackwell Science Ltd, UK, ISBN 0-63204047-5. 371pp. Michon, G. and F. Mary. 1994. Conversion of Traditional Village Gardens and New Economic Strategies of Rural Households in the Area of Bogor, Indonesia. Agroforestry System 23. Michon. G. and H. de Foresta. 1995. The Indonesian Agroforest Model. Forest Resource Managemant and Biodiversity Conservation. In: Halladay, P. and D.A. Gilmour. Eds, “Conserving Biodiversity Outside Protected Areas. The Role of Traditional Agro-ecosystems”. IUCN: p 90-106. Rachman RA. 2008. Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Kebun Campuran terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Rachman RM. 2010. Kontribusi Pengelolaan Agroforestri terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus di Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Soekanto et al. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press. Sugiarto. 1997. Progam Sumber Pendapatan Rumah Tangga Di Pedesaan Provinsi NTB dalam Proceeding Agribisnis Dinamika Sumberdaya dan Pengembangan Sistem Usaha Pertanian. Bogor (ID): Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Suharjito D. 2000. Hutan Rakyat Di Jawa: Perannya dalam Perekonomian Desa Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM), Bogor. Widayanti WT. 2004. Implementasi Metode Pengaturan Hasil Hutan Pada Pengelolaan Hutan Rakyat. Jurnal Hutan Rakyat. 6 (2) : 27-48.
22
Lampiran Lampiran 1 Dokumentasi dilapangan
a. Kebun agroforestri masyarakat
b. Hamparan sawah masyarakat
c. Pengangkutan bibit ke kebun
d. Pengukuran tinggi pohon
e. Pembuatan petak contoh
f. Pengambilan data Potensi Desa
23
Lampiran 2 Jenis dan Sumber Data Jenis data
Klasifikasi data
Rincian data
Data primer
Identitas responden
Nama responden, Petani umur, jenis agroforestri kelamin, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan sampingan. Luas kepemilikan lahan, jenis tanaman pertanian dan palawija yang diusahakan, pendapatan dari agroforestri dan non agroforestri. Jumlah pendapatan, sumber pendapatan, frekuensi waktu. Biaya kebutuhan sehari-hari, biaya insidental, biaya pendidikan, biaya sarana rumah tangga, sumber pemenuhan kebutuhan. Kondisi geografis Kantor Desa, lokasi, jumlah Kecamatan, penduduk, BAPPEDA, dan pendidikan, lain-lain. potensi lahan, jenis tanaman yang diusahakan, dan lain-lain.
Ekonomi rumah tangga
Pendapatan rumah tangga Pengeluaran rumah tangga
Data sekunder
Sosial - ekonomi
Sumber data
24
Lampiran 3 Jenis tanaman berkayu tingkat tiang pada lahan agroforestri di Desa Sukaluyu ( 10 - 20 cm)
Jenis tanaman
Nama ilmiah
Jumlah
(N/0.2 ha)
Diameter rata-rata (cm)
Tinggi total ratarata (m)
Tinggi bebas cabang rata-rata (m)
Afrika
Maesopsis eminii
34
16.47
4.35
2.59
Sengon
Paraseriantis falcataria
32
17.58
4.65
2.42
Puspa
Schima wallichii
19
17.88
3.95
2.88
Petai
Parkia speciosa
11
16.13
3.87
2.72
Jengkol
Archidendron Pauciflorum
10
14.67
3.13
2.29
Jambu bol
Eugenia malaccencis
9
16.26
3.87
2.74
Nangka
Artocarpus heterophyllus
9
18.73
4.35
3.16
Cempedak
Artocarpus champeden
8
17.52
3.13
2.02
132
16.93
3.91
2.60
Total
Lampiran 4 Jenis tanaman berkayu tingkat pancang pada lahan agroforestri di Desa Sukaluyu ( < 10 cm)
Jenis tanaman
Nama ilmiah
Jumlah (N/0.2 ha)
Diameter rata-rata (cm)
Tinggi total rata-rata (m)
Tinggi bebas cabang ratarata (m)
Afrika
Maesopsis eminii
29
9.87
2.65
1.29
Sengon
Paraseriantis falcataria
25
9.98
2.45
1.12
Puspa
Schima wallichii
14
9.68
2.25
1.45
Petai
Parkia speciosa
11
8.63
2.37
1.28
Jambu bol
Eugenia malaccencis
10
8.91
2.84
1.21
Nangka
Artocarpus heterophyllus
8
9.29
2.45
1.34
98
9.39
2.50
1.28
Total
25
Lampiran 5 Data responden Nomor responden 1 2
Jenis kelamin
Umur (Thn)
L L
59 53
Jumlah anggota keluarga (orang) 7 4
Tingkat Pendidikan
Luas lahan (ha)
Status lahan
Pekerjaan
SMA S1
0.916 0.35
Sendiri Sendiri
PNS, Petani PNS, Petani
3
L
50
10
SD
0.06
Sendiri
Buruh Bangunan, Petani
4 5 6 7 8
L L L L L
33 55 70 70 56
4 3 8 4 3
0.075 2.5 0.155 2.07 0.18
Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri
PNS, Petani Petani Petani Petani Petani
9 10
L L
0.3 1.5
Sendiri Sendiri
Petani Petani
11 12
L L
6 4
S1 SD SD SMP SD Tidak Sekolah SMP Tidak Sekolah SMP
0.504 0.308
Sendiri Sendiri
13 14 15
L L L
4 7 5
SD SMP SD
0.61 0.3 0.28
Sendiri Sendiri Sendiri
Petani Petani, Supir Wirawasta, Petani Petani Petani
16 17 18 19 20 21
L L L L L L
5 5 4 4 6 5
SMP SD SD SD SD SMP
0.3 1.5 0.38 0.25 0.35 0.41
Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri
22 23
L L
3 4
SMA SMA
0.35 0.46
Sendiri Sendiri
24 25 26
L L L
38 55
5 4 3
SMP SD SMA
2.53 0.22 0.25
Sendiri Sendiri Sendiri
27
L
37
4
SMP
0.23
Sendiri
28 29
L L
46 32
6 4
SD SMA
0.12 0.21
Sendiri Sendiri
30
L
4
SMA
0.21
Sendiri
71 70 70 32 60 53 46 45 34 55 45 58 45 53 37 46
46
3 3
PNS, Petani Petani Petani Petani Petani Petani Wiraswasta, Petani PNS, Petani Wiraswasta, Petani Petani Petani Wiraswasta, Petani Buruh Bangunan, Petani Supir, Petani Wirawasta, Petani
22
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabanjahe, Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 14 Maret 1991 dengan nama lengkap Yudi Ferdinanta Sitepu. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Musa Karo-karo dan Elisabeth Spd Br Sembiring. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 1 Berastagi pada Tahun 1996-2002, SMP Negeri 1 Berastagi Tahun 2002-2005. Pada Tahun 2008, penulis lulus dari SMA Negeri 1 Berastagi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Mayor Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kehutana IPB, penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Pangandaran Sawal pada Tahun 2010 dan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada Tahun 2011. Pada Tahun 2012 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK PT. SUKA JAYA MAKMUR Kalimantan Barat. Guna melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), penulis melakukan penelitian dengan judul “Kontribusi Pengelolaan Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”, dibawah bimbingan Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc.F.Trop.