ANALISIS GENDER DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA (Kasus Hutan Rakyat di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)
MEGAWATY SUWARDI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN MEGAWATY SUWARDI. E14050602. Analisis Gender dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Rakyat dan Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Kasus Hutan Rakyat di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Dibimbing oleh : LETI SUNDAWATI Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia saat ini telah banyak yang mengalami degradasi. Akibatnya, hampir setiap tahun terjadi bencana alam seperti banjir dan longsor di berbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah telah mencanangkan model Rehabilitasi Hutan dan Lahan Partisipatif (RHLP) sebagai salah satu alternatif perbaikan SDA. Program RHLP melibatkan masyarakat dan pemerintah untuk memperbaiki kondisi lahan kritis dengan melakukan pengembangan hutan pada lahan petani yang dikombinasikan dengan tanaman pertanian (semusim). Masyarakat yang terlibat tidak hanya kaum lakilaki saja tetapi perempuan juga dapat ikut serta, sehingga akan tercipta kesetaraan gender. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peran perempuan dan laki-laki dalam kegiatan dan pengambilan keputusan pada pengelolaan hutan rakyat, serta menganalisis kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan rumah tangga petani. Sasaran penelitian yaitu rumah tangga petani hutan rakyat yang terlibat dalam program RHLP di Desa Sukaresmi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur, dan wawancara. Pengambilan responden diambil dengan cara sensus. Jumlah responden yaitu 60 rumah tangga yang dikelompokan berdasarkan strata kepemilikan lahan. Petani mencurahkan sebagian besar waktu kerjanya pada kegiatan pengelolaan hutan rakyat, yaitu curahan waktu kerja laki-laki sebesar 17,30 HOK/bulan atau 56,63% dan perempuan sebesar 15,49 HOK/bulan atau 35,37%, sehingga laki-laki lebih berperan dalam pengelolaan hutan rakyat. Pengambilan keputusan dalam pengelolaan hutan rakyat, masalah keuangan, dan aktivitas sosial didominasi oleh laki-laki atau suami. Sedangkan masalah menyangkut kepentingan bersama dilakukan pengambilan keputusan secara bersama sesuai dengan kesepakatan antara suami dan istri. Istri mempunyai peran dalam pengambilan keputusan dalam masalah domestik keluarga, sehingga kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan sudah cukup baik. Namun, belum terjadinya keseimbangan peran yang sempurna antara laki-laki dan perempuan dalam kegiatan sosial yang dibuktikan dengan minimnya perempuan dalam menghadiri pertemuan di desa atau kegiatan sosial lainnya. Usaha hutan rakyat berkontribusi lebih besar terhadap pendapatan rumah tangga petani sebesar 54.15% daripada usaha non hutan rakyat dan non pertanian. Kontribusi hutan rakyat terbesar terdapat pada kepemilikan lahan strata II (0,6Ha-1,0Ha) sebesar Rp. 14.043.750,00 /tahun.
Kata kunci : Gender, hutan rakyat, pendapatan rumah tangga
ABSTRACT MEGAWATY SUWARDI. E14050602. Gender Analysis in Community Forest Management Activities and Contribution of Community Forests to Household Income (Case of Village Forest in Sukaresmi Village, Sub District of Sukaresmi, District of Cianjur, West Java). Supervised by: LETI SUNDAWATI Nowadays, natural resources in Indonesia are depleting. As the impacts, natural disasters such as floods and landslides occurs almost every year in various regions of Indonesia. Therefore, the government has launched model of Participatory Forest and Land Rehabilitation Program (RHLP) as an alternative of natural resource rehabilitat. RHLP involves society and government institution for improving the condition of critical lands by forest development on farmers' land which combined with agricultural crops. Society who involved not men only but women also be able to participate, so that gender equality will be reached. The purposes of this research were(1) to analyze the role of women and men in activities and decision-making on community forests management and (2) to analyze the contribution of community forests to the income of farmer households. The subject of this research are farmer households of community forest who involved in RHLP at Sukaresmi Village. Data was collected through literature study, and interviews. Respondents were obtained through census. The number of respondents were 60 households which were classified based on the level of land ownership. Farmers devoted most of their working time at community forest, in which about 17.30 mandays/month for men or 56.63% and 15.49 mandays/month for women or 35.37%. That implies men had greater role in the management of community forests. Decision making in the management of community forests, financial matters, and social activities was dominated by men or husbands, while the decision making on matters of common interest was done together according to the agreement. Wife has role in decision-making in the family domestic issues, so that gender equality in decision-making is good enough. However, the perfect balance of roles between men and women didn’t show in social activities in which there were lacks attendance of women in village forum or other social activities. Community forests has the highest to farmers household income accounting for 54.15% of other sources. The household with land ownership between 0.6 ha until 1.0 Ha (strata II) has the highest income from community forest activities.
Keywords: gender, community forests, household income
ANALISIS GENDER DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA (Kasus Hutan Rakyat di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)
MEGAWATY SUWARDI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi bejudul Analisis Gender dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Rakyat dan Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Kasus Hutan Rakyat di Desa Sukaresmi, Kecamatan Kukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
Megawaty Suwardi NIM E14050602
Judul Skripsi
: Analisis Gender dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Rakyat dan
Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah
Tangga (Kasus Hutan Rakyat di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) Nama
: Megawaty Suwardi
NIM
: E14050602
Menyetujui: Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc.F.Trop NIP. 19640830 199003 2 001
Mengetahui: Kepala Departemen Manajemen Hutan
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP. 19630401 199403 1 001
Tanggal Lulus :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmatNya skripsi yang berjudul Analisis Gender dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Rakyat dan Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Kasus Hutan Rakyat di Desa Sukaresmi, Kecamatan Kukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) dapat diselesaikan.Skripsi ini disusun untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Mama dan Papa atas do’a, semangat, motivasi, serta semua pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis. Adikku Fitri tercinta atas inspirasnya. 2. Ibu Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc.F.Trop yang telah membimbing dan telah memberikan arahan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Muh. Yusram Massijaya, MS selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan (DHH), Bapak Dr. Ir. Agus Priyono Kartono, MSi selaku dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE), dan Bapak Dr. Ir. Iskandar Zulkarnaen Siregar, M.For.Sc selaku dosen penguji dari Departemen Silvikultur (SVK). 4. Sahabatku tersayang Nilam dan Anne sebagi tempat berbagi cerita dan canda. Mas Bangun Widodo, S.TP yang telah memberikan semangat, do’a,
dan
masukan yang positif bagi penulis. Teman-teman MNH 42 (Angga, Hayatun Alaika, Sidik, Apri, Indah, Afwan) dan teman-teman Harmony 2 (Astrid, Tika, Muti, Anggi) atas semangatnya. Serta semua pihak yang membantu penulis dalam menyelsaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna memperbaiki skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua.
Bogor, Januari 2010 Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ..................................................................................
i
DAFTAR TABEL ........................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
viii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN ......................................................................
1
1.1 Latar Belakang .....................................................................
1
1.2 Tujuan..................................................................................
3
1.3 Manfaat Penelitian ...............................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................
4
2.1 Hutan Rakyat ........................................................................
4
2.1.1 Pengertian Hutan Rakyat .............................................
4
2.1.2 Peranan Hutan Rakyat .................................................
6
2.1.3 Pengelolaan Hutan Rakyat ...........................................
7
2.2 Gender .................................................................................
10
2.2.1 Pengertian Gender .......................................................
10
2.2.2 Peranan Gender ...........................................................
12
2.3 Tingkat Partisipasi Perempuan dan Laki-laki ........................
13
2.4 Pengambilan Keputusan .......................................................
14
2.5 Pendapatan Rumah Tangga ..................................................
15
METODE PENELITIAN............................................................
17
3.1 Kerangka Pemikiran .............................................................
17
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................
18
3.3 Alat dan Sasaran Penelitian ...................................................
18
3.4 Jenis Data .............................................................................
18
3.5 Metode Pengumpulan Data ...................................................
19
3.6 Metode Pemilihan Responden ...............................................
19
3.7 Metode Pengukuran Variabel ................................................
19
3.7.1 Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Pengelolaan Hutan Rakyat ...............................................................
19
iii
Halaman
BAB IV
3.7.2 Pengambilan Keputusan ..............................................
20
3.7.3 Pendapatan Rumah Tangga..........................................
22
3.8 Metode Pengolahan dan Analisis Data..................................
22
KONDISI UMUM ......................................................................
23
4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian..........................................
23
4.2 Gambaran Umum Rehabilitasi Hutan dan Lahan Partisipatif
BAB V
(RHLP) ................................................................................
24
4.3 Kondisi Umum Kelompok Tani ............................................
27
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
29
5.1 Karakteristik Responden .......................................................
29
5.1.1 Umur ...........................................................................
29
5.1.2 Kepemilikan Lahan .....................................................
29
5.1.3 Mata Pencaharian ........................................................
30
5.1.4 Pendidikan...................................................................
31
5.2 Peran Perempuan dan laki-laki dalam Kegiatan Produktif .....
32
5.2.1 Curahan Waktu Kerja dalam Pengelolaan Hutan Rakyat .........................................................................
32
5.2.2 Curahan Waktu Kerja Di Luar Pengelolaan Hutan Rakyat .........................................................................
35
5.3 Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Kegiatan Reproduktif
36
5.4 Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Pengelolaan Hutan Rakyat ..................................................................................
38
5.5 Hubungan Antara Karakteristik Responden dan Curahan Waktu Kerja .........................................................................
40
5.5.1 Hubungan Antara Umur dan Curahan Waktu Kerja .......
40
5.5.2 Hubungan Antara Pendidikan dan Curahan Waktu Kerja
42
5.6 Pengambilan Keputusan ........................................................
44
5.6.1 Pengambilan Keputusan dalam Pengelolaan Hutan Rakyat .........................................................................
44
5.6.2 Pengambilan Keputusan dalam Masalah Keuangan......
45
iv
Halaman 5.6.3 Pengambilan Keputusan dalam Kegiatan Sosial dan Domestik Keluarga ......................................................
47
5.7 Pendapatan Rumah Tangga ...................................................
48
5.7.1 Pendapatan Rumah Tangga dari Pertanian ...................
48
5.7.2 Pendapatan Rumah tangga dari Non Pertanian .............
50
5.8 Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Rumah Tangga .................................................................................
50
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................
52
6.1 Kesimpulan ..........................................................................
52
6.2 Saran ....................................................................................
52
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
53
LAMPIRAN .................................................................................................
56
BAB VI
v
DAFTAR TABEL No
Halaman
1.
Strata kepemilikan lahan hutan rakyat ..................................................
19
2.
Jumlah penduduk berdasarkan usia pendidikan dan usia kerja ..............
24
3.
Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian .................................
24
4.
Distribusi responden berdasarkan karakteristik umur ...........................
29
5.
Distribusi responden berdasarkan kepemilikan lahan atas hutan rakyat
30
6.
Distribusi responden berdasarkan kepemilikan lahan non hutan rakyat
30
7.
Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian.............................
31
8.
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ...........................
31
9.
Rata-rata curahan waktu kerja responden laki-laki (L) dan perempuan (P) dalam pengelolaan hutan rakyat .....................................................
10.
Rata-rata curahan kerja responden laki-laki (L) dan perempuan (P) di luar pengelolaan hutan rakyat ....................................................
11.
37
Rata-rata curahan waktu kerja laki-laki (L) dan perempuan (P) dalam kegiatan reproduktif (HOK/bulan) .......................................
13.
35
Rata-rata curahan waktu kerja laki-laki (L) dan perempuan (P) dalam kegiatan reproduktif (jam/hari) ............................................
12.
32
37
Rata-rata curahan waktu kerja total laki-laki (L) dan perempuan (P) pada kegiatan pengelolaan hutan rakyat .........................................
39
14.
Jumlah responden antara curahan waktu kerja dengan umur.................
40
15.
Curahan waktu kerja pengelolaan hutan rakyat berdasarkan umur ........
40
16.
Curahan waktu kerja pengelolaan non hutan rakyat berdasarkan umur .
41
17.
Curahan waktu kerja kegiatan reproduktif berdasarkan umur ...............
41
18.
Jumlah responden antara curahan waktu kerja dengan tingkat pendidikan ...........................................................................................
19.
Curahan waktu kerja pengelolaan hutan rakyat berdasarkan tingkat pendidikan ...........................................................................................
20.
42
42
Curahan waktu kerja pengelolaan non hutan rakyat berdasarkan tingkat pendidikan ...........................................................................................
43
vi
No 21.
Halaman Curahan waktu kerja kegiatan reproduktif berdasarkan tingkat pendidikan ...........................................................................................
43
22.
Pengambilan keputusan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat .......
44
23.
Pengambilan keputusan dalam masalah keuangan ................................
46
24.
Pengambilan keputusan dalam kegiatan sosial dan domestik keluarga.
47
25.
Rata-rata pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari hutan rakyat...
49
26.
Rata-rata pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari non hutan Rakyat .................................................................................................
49
27.
Rata-rata pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari non pertanian.
50
28.
Pendapatan total rata-rata rumah tangga ...............................................
51
vii
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1.
Kerangka pemikiran penelitian .............................................................
17
2.
Lahan kritis di Desa Sukaresmi ............................................................
25
3.
Pola tanam agroforestri pada kegiatan RHLP .......................................
26
4.
Saung pertemuan Kelompok Tani Wargi Resmi ...................................
27
5.
Demplot RHLP Kelompok Tani Mekar Tani Blok Cikujang. ...............
28
6.
Sertifikat Worskhop Evaluasi Insentif Disinsentif Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Partisipatif (RHLP). ..............................
28
viii
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1.
Karakteristik Responden ......................................................................
57
2.
Kepemilikan Lahan ..............................................................................
59
3.
Curahan Waktu Kerja dalam Pengelolaan Hutan Rakyat ......................
61
4.
Curahan Waktu Kerja dalam Kegiatan Di Luar Pengelolaan Hutan Rakyat .................................................................................................
63
5.
Curahan Waktu Kerja dalam Kegiatan Reproduktif ..............................
65
6.
Pendapatan Rumah Tangga ..................................................................
67
7.
Struktur Organisasi Kelompok Tani Wargi Resmi, Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ........................
8.
69
Struktur Organisasi Kelompok Tani Mekar Tani, Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ..................................
70
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia saat ini telah banyak yang mengalami degradasi. Akibatnya, hampir setiap tahun terjadi bencana alam seperti banjir dan longsor di berbagai daerah di Indonesia. Terkait dengan kondisi tersebut, kawasan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopuncur) diharapkan kembali menjadi hijau, karena kawasan tersebut merupakan penyangga ibu kota. Oleh karena itu, Menteri Kehutanan (Menhut) MS. Kaban telah mencanangkan model Rehabilitasi Hutan dan Lahan Partisipatif (RHLP) yang diresmikan di Kampung Pakuon, Desa Cikanyere, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Kegiatan RHLP ini merupakan kerja sama antara Departemen Kehutanan (Dephut), Pemda Cianjur, IPB Bogor, Taman Nasional Gede Pangrango, USAID Indonesia beserta sejumlah kelompok tani setempat. Model RHLP di Cianjur ini adalah satu-satunya di Indonesia yang mempunyai sasaran kelompok tani, sehingga para kelompok tani memiliki akses yang lebih besar dalam perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring (Bintoro 2007). Selain dari itu, Menhut MS. Kaban juga menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam melakukan rehabilitasi hutan perlu didorong oleh semua pihak (Harian Analisa; 28 Mei 2007). Program RHLP melibatkan masyarakat dan pemerintah yang nantinya bisa memperbaiki kondisi lahan kritis berupa pengembangan hutan pada lahan petani yang dikombinasikan dengan tanaman pertanian (semusim). Pola ini berkembang sebagai usaha wanatani (agroforestri) dan pada akhirnya pola ini relatif dominan dalam pengembangan hutan rakyat selanjutnya. Dilihat dari fungsi dibangunnya hutan rakyat, maka hutan rakyat merupakan bentuk pengelolaan lahan yang sangat mempertimbangkan segi kelestarian hasil dan konservasi namun tetap memberi peluang untuk meningkatkan hasil tanaman, pendapatan, dan perbaikan kesejahteraan petani.
2
Masyarakat dapat terlibat langsung dalam pengelolaan hutan rakyat sebagai bentuk partisipasi dan mereka juga dapat mengambil keputusan baik dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat maupun kegiatan di luar pengelolaan hutan rakyat. Namun masyarakat yang terlibat bukan hanya kaum laki-laki saja, pada era emansipasi ini kaum perempuan juga dapat terlibat dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat demi tercapainya kesetaraan gender. Kesetaraan gender merupakan salah satu tujuan pembangunan millenium atau Millenium Development Goals (MDG’s). Millenium Development Goals (MDG’s) atau tujuan pembangunan millenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara anggota PBB. Sebagai salah satu anggota PBB, Indonesia memiliki dan ikut melaksanakan komitmen tersebut untuk menunjang dan mempercepat tercapainya kualitas hidup, serta mitra kesejajaran laki-laki dan perempuan. Bila kesetaraan gender dalam pengelolaan hutan rakyat ini tercapai, maka akan membantu mewujudkan tujuan pembangunan millennium (Bappenas 2009). Adapun peran pemerintah dalam pengelolaan hutan rakyat yaitu sebagai penyedia jasa pada petani, dalam bentuk pembinaan dan penyediaan sarana dan prasarana. Jasa-jasa yang diharapkan dari pemerintah guna memperlancar proses pengelolaan hutan rakyat adalah jasa perencanaan, teknis budidaya, kegiatan penyuluhan, penyediaan informasi pasar dan jasa keuangan dalam bentuk kredit pinjaman dan sebagainya. Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur merupakan salah satu desa yang termasuk ke dalam program RHLP. Namun, masih belum diketahui seberapa besar peran masyarakat dalam pengelolaan hutan rakyat, bagaimana peran perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan, serta seberapa besar kontribusinya kegiatan pengelolaan hutan rakyat terhadap pendapatan rumah tangga. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai halhal tersebut.
3
1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan yang terdiri dari : 1. Menganalisis peran perempuan dan laki-laki dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat. 2. Menganalisis peran perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan pada kegiatan pengelolaan hutan rakyat. 3. Menganalisis kontribusi kegiatan pengelolaan hutan rakyat terhadap pendapatan rumah tangga.
1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini akan memberikan informasi tentang peranan gender dalam pengelolaan hutan rakyat dan pengambilan keputusan, serta memberikan informasi tentang kontribusi pengelolaan hutan rakyat terhadap pendapatan rumah tangga.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Rakyat 2.1.1 Pengertian Hutan Rakyat Menurut Undang-undang Pokok Kehutanan (UUPK) No.5 Tahun 1967, hutan berdasarkan kepemilikannya dibagi menjadi hutan negara dan hutan milik. Hutan negara merupakan hutan dan kawasan hutan yang tumbuh di atas tanah dan tidak dibebani dengan hak milik, sedangkan hutan milik adalah hutan yang tumbuh di atas tanah dan dibebani dengan hak milik dan lazim disebut hutan rakyat serta dapat dimiliki oleh petani secara perorangan maupun bersama-sama dengan orang lain atau badan hukum. Menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999, pengertian hutan rakyat ini hanya disebutkan sebagai hutan hak, yang membedakannya dengan hutan negara. Hutan rakyat merupakan hutan yang dimiliki oleh masyarakat yang dinyatakan oleh kepemilikan lahan, karenanya hutan rakyat disebut juga disebut hutan milik ( Hardjanto 1990). Secara formal ditegaskan bahwa hutan rakyat adalah hutan yang dibangun di atas tanah milik. Pengertian seperti itu kurang mempertimbangkan kemungkinan adanya hutan di atas tanah milik yang tidak dikelola oleh rakyat, melainkan oleh perusahaan swasta. Penekanan pada kata ”rakyat” kiranya lebih ditujukan kepada pengelola yaitu ”rakyat” kebanyakan, bukan pada status pemilikan tanahnya. Apabila istilah hutan rakyat yang berlaku saat ini akan tetap dipertahankan maka diperlukan penegasan kebijakan yang menutup peluang perusahaan swasta menguasai tanah milik tersebut untuk mengusahakan hutan. Namun, tidak menutup kemungkinan rakyat pemilik tanah berkopersai mengusahakan hutan rakyat (Suharjito dan Darusman 1998). Balai Informasi Pertanian (1982), membagi bentuk hutan rakyat berdasarkan jenis tanaman menjadi tiga, yaitu : a. Hutan rakyat murni, yaitu hutan rakyat yang hanya terdiri dari satu jenis tanaman pohon berkayu yang ditanam dan diusahakan secara homogen atau monokultur.
5
b. Hutan rakyat campuran, yaitu hutan rakyat yang terdiri dari berbagai jenis pohon – pohonan yang ditanam secara campuran. c. Hutan rakyat agroforestri, yaitu hutan yang memiliki bentuk usaha kombinasi kehutanan dengan cabang usaha tani lainnya, seperti perkebunan, pertanian tanaman pangan, peternakan dan lain-lain secara terpadu. Menurut Friday et al. (1999), agroforestri merupakan kegiatan membudidayakan pepohonan pada lahan pertanian. Agroforestri dikelompokan menjadi dua, yaitu : 1. Sistem Agroforestri Sederhana, yaitu perpaduan satu jenis tanaman tahunan dan satu atau beberapa jenis tanaman semusim. Jenis pohon yang ditanam bisa bernilai ekonomi tinggi seperti kelapa, karet, cengkeh, jati, dan lain-lain atau benilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro, kaliandra. Tanaman semusim biasanya padi, jagung, palawija, sayur-mayur, dan lain-lain. Jenis tanaman lainnya seperti pisang, kopi, cokelat. Adapun contoh sistem agroforestri sederhana yaitu budidaya pagar (alley cropping) lamtoro dengan padi atau jagung, pohon kelapa ditanam pada pematang mengelilingi sawah. 2. Sistem Agroforestri Kompleks, yaitu suatu sistem pertanian menetap yang berisi banyak jenis tanaman (berbasis pohon) yang ditanam dan dirawat oleh penduduk setempat, dengan pola tanam dan ekosistem menyerupai dengan yang dijumpai di hutan. Sistem ini mencakup sejumlah besar komponen pepohonan, perdu, dan tanaman musiman. Sistem agroforestri kompleks dibedakan atas : a. Pekarangan berbasis pepohonan, biasanya terletak di sekitar tempat tinggal dan luasnya hanya sekitar 0,1-0,3 ha; dengan demikian sistem ini lebih mudah dibedakan dengan hutan. Contohnya : kebun talun dan karang kitri. b. Agroforestri kompleks, yaitu hutan masif yang merupakan mosaic (gabungan) dari beberapa kebun berukuran 1-2 ha milik perorangan atau berkelompok. Letaknya jauh dari tempat tinggal bahkan terletak pada perbatasan desa dan biasanya tidak dikelola secara intensif. Contohnya : agroforest / kebun karet dan agroforest / kebun damar.
6
2.1.2 Peranan Hutan Rakyat Hutan rakyat memberikan manfaat sebagai berikut (Pusat Penyuluhan Kehutanan, 1996) : a. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. b. Pemanfaatan secara maksimal dan lestari lahan yang tidak produktif dan mengelolanya menjadi lahan yang subur. c. Peningkatan produksi kayu bakar dan penyediaan kayu perkakas, bahan bangunan dan alat rumah tangga. d. Penyedia bahan baku industri seperti kertas, korek api, dan lain-lain. e. Menciptakan lapangan kerja bagi penduduk pedesaan. f. Mempercepat rehabilitasi lahan kritis. Djajapertjuanda (2003) menyatakan bahwa hutan rakyat adalah hutan, sama halnya seperti hutan-hutan lainnya yang tanamannya terdiri atas pohon sebagai jenis utamanya, maka peranannya pun tidak banyak berbeda, yaitu : a. Ekonomi, untuk memproduksi kayu dan meningkatkan industri kecil sebagai upaya untuk meningkatkan peranan jaringan ekonomi rakyat. b. Sosial, dalam membuka lapangan kerja. c. Ekologi, sebagai penyangga kehidupan masyarakat dalam mengatur tata air, mencegah bencana banjir, erosi dan sebagai prasarana untuk memelihara kualitas lingkungan hidup (penyerap CO2 dan produsen O2). d. Estetika, berupa keindahan alam. e. Sumber, merupakan sumberdaya alam untuk ilmu pengetahuan, antara lain Ilmu Biologi, Ilmu Lingkungan, dan lain-lain. Menurut Simon (1995), hutan rakyat akan memperluas kesempatan kerja bagi penduduk yang bertempat tinggal di sekitar dan di dalam hutan. Pembangunan hutan rakyat akan melibatkan seluruh penduduk disekitarnya, sehingga akan memperoleh kesempatan untuk memanfaatkan waktunya secara maksimal.
7
2.1.3 Pengelolaan Hutan Rakyat Menurut Purwanto et al. (2004) dari hasil kajian dan studi hasil kajian hutan rakyat yang dilakukan oleh Balai Sumber: Litbang Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Indonesia Bagian Barat (BP2TPDAS-IBB) di Surakarta, secara garis besar terdapat dua model pengelolaan hutan rakyat yaitu: 1). Monokultur (satu jenis kayu) a. Hutan rakyat campuran berbagai jenis kayu b. Agroforestri, kayu dengan tanaman semusim dan kayu dengan tanaman perkebunan c. Sylvopasteur, kayu dengan tanaman makanan ternak d. Wanafarma, kayu dengan tanaman obat-obatan 2). Polikultur atau campuran. Friday et al. (1999) menyatakan bahwa pengelolaan hutan rakyat seperti agroforestry terdiri dari : a. Pemilihan lokasi Lokasi yang dipilih untuk ditanami kayu milik rakyat sebaiknya dipilih di kawasan-kawasan yang tidak dapat dijadikan lahan untuk pertanian secara permanen. Apabila di lahan-lahan tersebut sudah ada tanaman-tanaman yang berupa tanaman kayu atau buah-buahan, maka tanaman kayu dapat dilaksanakan sebagai tanaman sisipan diantara tanaman lain yang sudah ada, sehingga seluruh kebun akan menjadi lebih produktif. b. Persiapan lahan Tanah-tanah yang akan ditanami tanaman kayu pada umumnya berupa tanah yang telah berupa kebun dan terdapat tanaman lainnya serta tidak mengandung tumbuhan liar. Karena itu untuk menanam kayu tidak perlu dibersihkan secara keseluruhan. Untuk setiap bibit yang akan ditanam cukup disiapkan lubang tanam yang berukuran kurang lebih 30 cm x 30 cm dengan kedalaman 30 cm yang sekelilingnya dibersihkan dan diameter lubangnya ± 100 cm (sistem cemplongan). Apabila tanaman kayu akan ditanam bersama-sama dengan tanaman palawija dengan sendirinya persiapan lahan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.
8
c. Pemilihan jenis kayu Jenis kayu yang dipilih sebaiknya jenis kayu yang sudah lazim ditanam, di Pulau Jawa misalnya : kayu sengon, kayu afrika, mindi, dan lain-lain yang merupakan jenis kayu yang sudah dikenal dan telah mempunyai pasaran yang teratur baik sebagai bahan untuk kayu konstruksi maupun sebagai bahan baku untuk industri. d. Pengadaan bibit Pengadaan bibit dapat dilaksanakan secara vegetatif dengan bibit yang berasal dari batang atau cabang dan secara generatif. Untuk pengadaan bibit secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek dan cangkokan pada tanaman muda, sedangkan persiapan bibit secara generatif yang berasal dari biji maka penanamannya dapat dilaksanakan langsung dengan menanamkan biji di lapangan atau dibuat bibit dalam persemaian, tergantung sifat dan jenis kayu yang bersangkutan. e. Pengangkutan Mengangkut
bibit
dari persemaian ke
lokasi penanaman perlu
diperhatikan, karena pengangkutan yang tidak baik dapat menyebabkan rusaknya bibit. Bahaya terbesar adalah kekurangan air dan kerusakan akar, sehingga diusahakan untuk memilih lokasi persemaian yang dekat dengan lokasi penanaman, memiliki sumber air yang tersedia sepanjang tahun, dan kondisi tanah yang datar. f. Penanaman Dalam menanam bibit perlu ditetapkan jarak tanam yang tepat sesuai dengan rencana. Selain itu, tanaman kayu akan ditanam secara murni, tanaman yang akan dicampur dengan tanaman lain. Apabila pohon akan ditanam bersamasama dengan tanaman lain, maka perlu diperhatikan jarak tanam yang diatur agar tidak saling mengganggu. Sedangkan, apabila tanaman kayu yang akan ditanam murni, maka perlu diperhatikan apakah akan dimulai dengan tanaman yang rapat, misalnya 3 m x 2 m. Hal ini akan tegantung dari kondisi lahan dan tujuan penanaman. Apabila akan dilaksanakan tumpangsari dengan jenis tanaman lain dapat dipilih jarak tanam 4 m x 5 m, sehingga per ha akan diperoleh 500 pohon, sedangkan diantara dua larikan pohon dapat ditanam palawija atau tanaman lain
9
sebagai tanaman campuran. Bila jaraknya sesuai, tanaman campuran tidak akan saling mengganggu tanaman pokoknya. Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan dan diberi pupuk dasar bila memungkinkan. Selain itu, diberi bahan mulsa yang digunakan di sekitar pohon yang dapat diambil dari hasil penyiangan tentunya yang tidak membahayakan. g. Pemeliharaan tanaman Pada dasarnya tanaman kayu yang masih muda harus dijaga dari gulma dan semak serta alang-alang yang berlebihan. Oleh karena itu, untuk mengurangi biaya pemeliharaan sebaiknya diantara larikan ditanami palawija yang tidak mengganggu, seperti kacang tanah, jagung, kacang kedelai, kacang wijen, dan lain-lain. Kegiatan pemeliharaan seperti pemupukan, penyiangan melingkar, meminimalkan persaingan, pemangkasan yang tepat dan melindungi pohon dari hama dan penyakit. Pemeliharaan yang berupa penjarangan dan penyiangan akan sangat membantu pertumbuhan kayunya. h. Penebangan Penebangan pohon-pohon tergantung dari beberpa faktor, yaitu : tujuan penanaman, kondisi alami dari tanaman, kondisi pasar, dan cara menebang. Berdasarkan pengalaman penebangan dengan orientasi pasar, penebangan sebaiknya dilaksanakan secra tebang pilih. Perlu diperhatikan bahwa setiap penebangan harus ditanam kembali secepatnya. Apabila penebangan berupa pemeliharaan, yaitu penjarangan maka perlu diperhatikan bahwa kayu yang ditebang sudah harus mencapai suatu ukuran yang dapat dimanfaatkan, sehingga kayu yang dihasilkan dapat dipasarkan atau sebagai kayu bakar. i. Penanaman kembali Di bekas pohon yang ditebang harus segera ditanami kembali, sehingga jumlah tanaman akan selau tetap. Oleh karena itu, setiap akan melakukan penebangan petani sudah menyiapkan bibit untuk ditanam sebagai pengganti pohon yang akan ditebang. j. Kemurnian tanaman Penanaman kayu terutama pada usia muda dianjurkan untuk ditanam bersama dengan tanaman lain, terutama tanaman bawah yang tidak saling mengganggu. Diantara tanaman yang dianjurkan sebagai tanaman sela adalah
10
jenis tanaman palawija, tanaman ekonomi, umbi-umbian, dan lain-lain, bahkan padi gogo dan jagung juga banyak digunakan sebagai tanaman campurannya. Tanaman campuran tersebut hanya dapat ditanam sampai dengan daun pohonnya tidak terlalu rapat menutupi bagian bawah pohon dan sinar mataharinya masih tetap dapat menjangkau tanaman palawija yang ada di bawahnya.
2.2 Gender 2.2.1 Pengertian Gender Menurut Wikipedia (2008), gender merupakan kajian tentang tingkah laku perempuan dan hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan. Adapun menurut Wiliam-de Vries (2006) gender sama sekali berbeda dengan pengertian jenis kelamin dan gender bukanlah perempuan atau laki-laki. Gender hanya memuat perbedaan fungsi dan peran sosial laki-laki dan perempuan, yang terbentuk oleh tempat kita berada. Gender tercipta melalui proses sosial budaya yang panjang dalam suatu lingkup masyarakat tertentu, sehingga dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Gender juga berubah dari waktu ke waktu sehingga bisa berlainan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Berdasarkan Inpres No. 9 Tahun 2000 yang tercantum dalam Laporan Tahunan Kegiatan Pengarusutamaan Gender Tahun 2005 disebutkan bahwa, gender merupakan konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan dan keamanan nasional dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Dalam relasi sosial yang setara, perempuan dan laki-laki merupakan faktor yang sama pentingnya dalam menentukan berbagai hal yang menyangkut kehidupan, baik di lingkungan keluarga, bermasyarakat, maupun berbangsa dan bernegara. Pengarusutamaan Gender merupakan suatu strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dalam kebijakan dan program pembangunan nasional untuk mengembangkan kapasitas kelembagaan
11
dalam rangka menciptakan kesetaraan gender, mulai dari proses pengambilan keputusan, perencanaan, penyusunan program, sampai dengan pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing, sehingga dapat mencapai hasil dan dampak kesetaraan gender dalam pengelolaan dan pembangunan sektoral. Pembedaan
antara
laki-laki
dan
perempuan
dalam
peran-peran,
penguasaan dan akses terhadap sumber daya alam, hak dan posisi, ternyata mengakibatkan ketidakadilan gender (Simatauw et al, 2001). Lebih lanjut dinyatakan ada lima bentuk ketidakadilan gender dalam hubungannya dengan sumberdaya alam, yaitu: (1) Marjinalisasi (peminggiran) ekonomi, salah satu yang terlihat nyata adalah lemahnya kesempatan perempuan terhadap sumber-sumber ekonomi seperti tanah, kredit dan pasar; (2) Subordinasi (penomorduaan), subordinasi perempuan ini berkaitan erat dengan masalah penguasaan terhadap sumber daya alam. (3) Beban kerja berlebih, pada umumnya perempuan memiliki tiga peran (triple role) yaitu produktif, reproduktif dan memelihara (anak) yang lebih dominan. Yang dapat dilihat langsung adalah jam tidur perempuan lebih pendek dibanding laki-laki, waktu istirahat hampir tidak ada. Akibatnya perempuan tidak memiliki waktu untuk membicarakan hal-hal diluar rutinitasnya seperti membaca koran, mendengarkan informasi, atau hadir dalam pertemuan-pertemuan masyarakat. (4) Cap-cap negatif (stereotype), maksudnya adalah perempuan sering digambarkan pada bentuk-bentuk tertentu yang belum tentu benar, seperti emosional, lemah, tidak mampu memimpin, tidak rasional dan lain-lain; (5) Kekerasan, kekerasan berbasis gender didefinisikan sebagai kekerasan terhadap perempuan. Bentuknya bermacam-macam mulai dari bentuk kekerasan fisik maupun psikologis. Pada konflik sumber daya alam kekerasan terhadap perempuan seringkali meningkat baik itu yang dilakukan oleh aparat (militer atau sipil) serta pihak-pihak investor maupun juga terjadi di ruang-ruang keluarga, oleh suami, tetangga atau saudara.
12
Analisis tentang gender dalam kegiatan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari analisis tentang keluarga. Keluarga dan ekonomi merupakan dua lembaga yang saling berhubungan sekalipun tampaknya keduanya saling terpisah satu sama lain ( Kodiran, 2006). Wiliam-de Vries (2006) mengungkapkan bahwa kesetaraan gender bukan berarti memindahkan semua pekerjaan laki-laki ke pundak perempuan, bukan pula mengambil alih tugas dan kewajiban seorang suami oleh istrinya. Jika hal ini yang terjadi, bukan ‘kesetaraan’ yang tercipta melainkan penambahan beban dan penderitaan pada perempuan. Inti dari kesetaraan gender adalah menganggap semua orang pada kedudukan yang sama dan sejajar (equality), baik itu laki-laki maupun perempuan. Dengan mempunyai kedudukan yang sama, maka setiap individu mempunyai hak-hak yang sama, menghargai fungsi dan tugas masingmasing, sehingga tidak ada salah satu pihak yang mereka berkuasa, merasa lebih baik atau lebih tinggi kedudukannya dari pihak lainnya. Singkatnya, inti dari kesetaraan gender adalah kebebasan memilih peluang-peluang yang diinginkan tanpa ada tekanan dari pihak lain, kedudukan dan kesempatan yang sama di dalam pengambilan keputusan dan di dalam memperoleh manfaat dari lingkungan. 2.2.2 Peran Gender Peran gender berkaitan dengan peran yang dapat dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Namun demikian masih banyak pembatasan adat dan norma masyarakat pada perilaku baik laki-laki maupun perempuan, yang diawali dari pelabelan atau stereotipe atau sub-ordinasi (penomorduaan), misalnya : a.
Peran yang pantas dilakukan oleh perempuan adalah sektor domestik; peran yang pantas dilakukan oleh laki-laki adalah sebagai pemimpin dan pelindung keluarga, jadi laki-laki bertanggung jawab dan berperan di sektor publik.
b.
Stereotipe berdasarkan adat diidentikkan dengan peran sebagai berikut : 1) Peran perempuan dalam kegiatan domestik (masak, dandan, memuaskan kebutuhan seksual suami) 2) Posisi perempuan sebagai orang belakang dan nomor dua dalam pengambilan keputusan dalam keluarga.
13
3) Peran laki-laki sebagai pemimpin keluarga dan tulang punggung keluarga. 4) Laki-laki tabu melakukan pekerjaan domestik (cuci piring, cuci baju, dan memasak) karena itu ”pekerjaan perempuan”. Laki-laki yang bersedia
melakukan
pekerjaan
perempuan
dikhawatirkan
dapat
menurunkan derajat dan kewibawaan sebagai pemimpin keluarga. Kondisi pembatasan norma masyarakat semacam itu menempatkan perempuan pada posisi yang lemah dan terperangkap, karena seharusnya ia dapat pergi untuk meningkatkan kualitas SDM-nya untuk kemudian dapat menempati posisi penting sebagai pemimpin masyarakat di kemudian hari (Sundawati et al. 2008). 2.3 Tingkat Partisipasi Perempuan dan Laki-Laki Menurut
Forest
Conservation
Project
IGES
(2004)
Untuk
pengembangan partisipasi masyarakat, perlu pemahaman dasar mengenai partisipasi. Ada beberapa penjelasan mengenai pengertian “partisipasi.”. Tingkat-tingkat partisipasi dalam pembangunan, yaitu : c. Tingkat 1. Pemberitahuan (informing): hasil yang diputuskan oleh orang luar (pakar, pejabat, dll.) diberitahukan kepada masyarakat. Komunikasi terjadi satu arah dari luar ke masyarakat setempat. d. Tingkat 2. Pengumpulan informasi (information gathering): masyarakat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh orang luar. Komunikasi searah dari masyarakat ke luar. e. Tingkat 3. Perundingan (consultation): pihak luar berkonsultasi dan berunding dengan masyarakat melalui pertemuan atau public hearing dan sebagainya. Komunikasi dua arah, tetapi masyarakat tidak ikut serta dalam menganalisis atau mengambil keputusan. f. Tingkat 4. Plakasi/konsiliasi (Placation/Conciliation): masyarakat ikut dalam proses pengambilan keputusan yang biasanya sudah diputuskan sebelumnya oleh pihak luar, terutama menyangkut hal-hal penting. Mereka mungkin terbujuk oleh insentif berupa uang, barang, dll. g. Tingkat 5. Kemitraan (partnership): masyarakat mengikuti seluruh proses pengambilan keputusan bersama dengan pihak luar, seperti studi kelayakan,
14
perencanaan, implementasi, evaluasi, dll. Partisipasi merupakan hak mereka dan bukan kewajiban untuk mencapai sesuatu. Ini disebut “partisipasi interaktif.” h. Tingkat 6: Mobilisasi dengan kemauan sendiri (self-mobilization): masyarakat mengambil inisiatif sendiri, jika perlu dengan bimbingan dan bantuan pihak luar. Mereka memegang kontrol atas keputusan dan pemanfaatan sumber daya; pihak luar memfasilitasi mereka. Pada dasarnya partisipasi yang sesungguhnya terdapat pada Tingkat 5 dan Tingkat 6. Keenam tolak ukur ini menjadi prasyarat agar suatu partisipasi dapat disebut “partisipasi yang sesungguhnya” atau partisipasi tertinggi. Keenam tolak ukur tersebut adalah: 1) Adanya akses dan kontrol (penguasaan) atas lahan dan sumberdaya hutan oleh warga. 2) Adanya keseimbangan kesempatan dalam menikmati hasil-hasil dari hutan. 3) Adanya komunikasi (tukar wacana) yang baik dan hubungan yang konstruktif (saling menopang) antar pihak yang berkepentingan terhadap hutan. 4) Adanya keputusan kampung yang dibuat oleh warga kampung tanpa tekanan dari luar (masyarakat tidak didikte saja oleh pihak luar) dan prakarsaprakarsa dilakukan sendiri oleh warga kampung tanpa tekanan pihak manapun. Adanya pengaturan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan 5) Kepentingan yang berkaitan dengan sumberdaya hutan, dengan cara yang mengarah pada penghindaran terjadinya perselisihan dan pengadaan penyelesaian perselisihan secara adil. 6) Adanya kemampuan teknis warga kampung dalam mengelola hutan. 2.4 Pengambilan Keputusan Menurut Hadjar (1992) dalam Stephani (2009), keterlibatan perempuan dalam pekerjaan mencari nafkah yang menghasilkan pendapatan rumah tangga berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan di dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pengambilan keputusan jumlah anak. Sajogyo (1990) menyatakan bahwa untuk setiap jenis keputusan rumah tangga dikelompokan dalam lima tingkatan yang berkisar dari ”dominasi oleh
15
istri” (keputusan dibuat seseorang diri oleh istri) sampai kepada ”dominasi oleh suami” ( keputusan dibuat seseorang diri oleh suami) sebagai berikut : a. Keputusan dibuat oleh istri seorang diri tanpa melibatkan sang suami. b. Keputusan dibuat bersama oleh suami-istri, tetapi dengan pengaruh yang lebih besar daripada istri. c. Keputusan dibuat bersama dan senilai oleh suami-istri dengan tidak ada tandatanda bahwa salah satu mempunyai pengaruh relatif besar. d. Keputusan dibuat bersama oleh suami-istri, tetapi dengan pengaruh suami lebih besar. e. Keputusan dibuat oleh suami seorang diri tanpa melibatkan sang istri. Pengambil keputusan dalam kegiatan produktif masih didominasi oleh perempuan yaitu dalam penentuan menu makanan, uang belanja, perabotan rumah tangga. Sedangkan dalam pengambilan keputusan dalam usaha tani didominasi oleh suami, perempuan hanya terlibat dalam penjualan hasil. 2.5 Pendapatan Rumah Tangga Menurut BPS (1990) dalam Dede (1998) Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama dan makan satu dapur, atau sesorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan serta mengurus keperluan sendiri. Orang yang tinggal di rumah tangga ini disebut anggota rumah tangga, sedangkan yang bertanggung jawab atau dianggap bertanggung jawab terhadap rumah tangga adalah kepala rumah tangga. Menurut Soekartawi et al. (1986) dalam Dede (1998) bahwa pendapatan kotor merupakan nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual. Sedangkan pengeluaran total adalah nilai semua masukan yang dipakai atau yang dikeluarkan dalam produksi tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pendapatan dapat dibagi menjadi dalam tiga kelompok, yaitu : a. Pendapatan dari bercocok tanam padi. b. Pendapatan dari usaha bercocok tanam padi, palawija, dan kegiatan pertanian lainnya.
16
c. Pendapatan diperoleh dari seluruh kegiatan termasuk sumber-sumber mata pencaharian di luar bidang pertanian. Manfaat hutan rakyat yang berupa manfaat finansial berupa peningkatan pendapatan masyarakat dan retribusi baik dari hasil hutan kayu maupun non kayu akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan juga pembangunan
daerah. Kontribusi terhadap pendapatan daerah pada hutan rakyat ini selain kayu dapat juga berupa jasa lainnya dalam kaitannya
dengan pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat (Purwanto et al., 2004). Suharjito et al. (2003) menyatakan agroforestri sebagai suatu sistem produksi tentunya memberikan pendapatan terhadap pengelolanya baik langsung maupun tidak langsung. Analisis ekonomi yang banyak dilakukan di Indonesia adalah melihat seberapa besar suatu sistem agroforestri memberikan kontribusi terhadap pendapatan total keluarga dan juga bagaimana kontribusi hasil dari suatu sistem agroforestri terhadap perekonomian daerah setempat.
17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat tentang kesetaraan gender dapat mempengaruhi pengelolaan hutan rakyat. Masyarakat kaum laki-laki maupun kaum perempuan mempunyai peran dalam membangun hutan rakyat yaitu dalam persiapan lahan, pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran. Pembagian peran antara perempuan dan laki-laki merupakan wujud dari peran gender. Secara umum ada kerja sama yang erat antara pembagian peran tersebut untuk pengambilan keputusan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat maupun kegiatan domestik keluarga. Pengelolaan hutan rakyat berpengaruh dalam penciptaan lapangan kerja dan berusaha bagi masyarakat, karena dalam pengelolaan hutan rakyat yang baik dapat memberikan kontribusi tehadap pendapatan rumah tangga. Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1. Pengelolaan Hutan Rakyat 1. Persiapan Lahan 2. Pengadaan Bibit 3. Penanaman 4. Pemeliharaan 5. Pemanenan 6. Pemasaran Peranan
Perempuan
Curahan Waktu Keraja
Pengambilan Keputusan
Laki-laki
Pendapatan Rumah Tangga
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.
18
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada hutan rakyat di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai dari 14 Agustus 2009 sampai 14 September 2009.
3.3 Alat dan Sasaran Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain: kuisioner, alat tulis, kalkulator, dan kamera. Sasaran penelitiannya adalah rumah tangga petani hutan rakyat di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang terlibat dalam program RHLP (Rehabilitasi Hutan dan Lahan Partisipatif).
3.4 Jenis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, sebagai berikut : 1. Data Primer, yang terdiri dari : a. Data identitas responden, yaitu: nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, jumlah anggota keluarga. b. Data tentang pengambilan keputusan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat. c. Data tentang peran dan aktivitas kerja yang meliputi: pembagian kerja dan keikutsertaan laki-laki dan perempuan. d. Data tentang besarnya pendapatan dan sumber pendapatan yang diperoleh rumah tangga. 2. Data Sekunder, yang terdiri dari : a. Data tentang kondisi umum lokasi penelitian yang terdiri dari: letak, luas topografi, dan iklim. b. Data sosial ekonomi masyarakat yang meliputi: jumlah penduduk, pendidikan, mata pencaharian, dan potensi lokasi penelitian. c. Data-data lain yang berhubungan dengan penelitian untuk melengkapi data-data yang sudah ada.
19
3.5 Metode Pengumpulan Data Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Studi literatur untuk menambah kelengkapan data yang diperoleh dengan cara mempelajari, mengutip buku dan laporan yang berkaitan dengan penelitian ini. b. Wawancara menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) dengan responden yang berkaitan (petani), aparat desa, dan instansi yang terkait dan observasi langsung ke lapangan. c. Pengumpulan data-data statistik yang turut membantu dalam penelitian.
3.6 Metode Pemilihan Responden Pengambilan responden dilakukan dengan cara sensus, yaitu responden yang diambil merupakan populasi penelitian. Populasi penelitian yaitu semua rumah tangga yang termasuk pada anggota kelompok tani di Desa Sukaresmi yang terdiri dari dua kelompok dengan jumlah total anggotanya 60 rumah tangga. Setiap rumah tangga terdiri dari suami dan istri, sehingga jumlah seluruh responden terdiri dari 120 responden. Responden dikelompokan sesuai dengan strata kepemilikan lahan seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Strata kepemilikan lahan hutan rakyat Responden
Starata Kepemilikan Lahan
Luas (Ha)
I
1,0
19
II
0,6-1,0
20
III
0,25-0,5
21
Jumlah Total
(Rumah Tangga)
60
3.7 Metode Pengukuran Variabel 3.7.1 Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Peran perempuan dan laki-laki dalam pengelolaan hutan rakyat dapat diketahui dengan melihat curahan waktu kerja. Curahan waktu kerja yaitu jumlah waktu yang digunakan oleh perempuan maupun laki-laki dalam melakukan
20
kegiatan tertentu seperti mencari nafkah, pekerjaan rumah tangga atau kegiatan kemasyarakatan. Terdapat dua jenis kegiatan untuk menentukan curahan waktu kerja dalam pengelolaan hutan rakyat, yaitu : 1. Kegiatan produktif Kegiatan produktif dibagi menjadi kegiatan dalam pengelolaan hutan rakyat dan kegiatan di luar pengelolaan hutan rakyat. Kegiatan dalam pengelolaan hutan rakyat yaitu seperti kegiatan penyiapan lahan, pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pemasaran dalam tanaman penghasil kayu, tanaman penghasil buah, tanaman pangan dan palawija. Sedangkan kegiatan di luar pengelolaan hutan rakyat seperti, berdagang, sawah, beternak, pegawai, dan jasa. 2. Kegiatan reproduktif Kegiatan reproduktif yang dilakukan seperti memasak, mencuci pakaian, mengasuh anak, dan membersihkan rumah. Satuan curahan waktu kerja dihitung berdasarkan Hari Orang Kerja (HOK), dalam 1 HOK terhitung 8 jam / hari. Curahan kerja seseorang per hari dapat dihitung dengan cara membagi antara banyaknya waktu kerja yang dihabiskan untuk melakukan kegiatan tertentu dalam satu hari dengan 1 HOK (8 jam/hari).
3.7.2 Pengambilan Keputusan Sajogyo (1990) menyatakan bahwa untuk setiap jenis keputusan rumah tangga dikelompokan dalam lima tingkatan, namun yang digunakan pada penelitian hanya tiga tingkatan saja yaitu sebagai berikut : a. Keputusan dibuat oleh istri seorang diri tanpa melibatkan sang suami. b. Keputusan dibuat bersama dan senilai oleh suami-istri dengan tidak ada tanda-tanda bahwa salah satu mempunyai pengaruh relatif besar. c. Keputusan dibuat oleh suami seorang diri tanpa melibatkan sang istri.
21
Adapun proses pengambilan keputusan dibagi menjadi beberapa variabel, yaitu: 1. Pengambilan keputusan keluarga dalam kegiatan produksi pengelolaan hutan rakyat, seperti: d. Penentuan jenis tanaman selain tanaman pokok e. Penggunaan sarana bertani f. Investasi peralatan untuk bertani g. Kegiatan pemeliharaan tanaman h. Kegiatan pemupukan tanaman 2. Pengambilan keputusan dalam kegiatan pasca produksi pengelolaan hutan rakyat, seperti: a. Kegiatan penentuan pemanfaatan hasil panen (dipanen/dikonsumsi) b. Penentuan pelaku kegiatan penjualan hasil panen 3. Pengambilan keputusan dalam keuangan pengelolaan hutan rakyat, seperti: a. Merencanakan biaya usaha dalam pengelolaan hutan rakyat b. Mengelola uang untuk usaha pengelolaan hutan rakyat c. Meminjam uang / kredit untuk usaha 4. Pengambilan keputusan dalam keuangan keluaraga, seperti: a. Merencanakan uang keluarga b. Mengelola uang keluarga c. Memutuskan untuk membelanjakan uang keluarga d. Meminjam uang untuk keperluan keluarga e. Mencari jalan pemecahan masalah keuangan 5. Penambilan keputusan dalam kegiatan sosial, seperti: a. Bertanggung jawab atas aktivitas sosial b. Menghadiri pertemuan di desa 6. Pengambilan keputusan dalam urusan domestik keluarga, seperti: a. Penentuan jumlah anak b. Penentuan pendidikan anak dalam keluarga c. Penentuan dan pembelian menu makanan d. Pembelian alat-alat rumah tangga e. Pemeliharaan kesehatan
22
3.7.3 Pendapatan Rumah Tangga Besarnya kontribusi pendapatan dalam rumah tangga dari pengelolaan hutan rakyat dapat diketahui dari pendapatan rumah tangga dengan dan tanpa pengelolaan hutan rakyat. Berdasarkan sumber pendapatannya maka pendapatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 2) Pendapatan dari sektor pertanian, terdiri dari : a. Pendapatan dari hasil hutan rakyat (agroforestri), seperti : hasil dari tanaman penghasil kayu, tanaman penghasil non kayu, tanaman pangan dan palawija. b. Pendapatan dari sektor pertanian non agroforestry, seperti : hasil sawah, dan beternak. 3) Pendapatan dari luar sektor pertanian, seperti : pegawai, berdagang, jasa, pemberian sumbangan. Pendapatan total rumah tangga dihitung dari berbagai sumber pendapatan selama satu tahun (Rp/tahun). Pendapatan total rumah tangga dihitung dengan rumus berikut :
Y Y Y Y .......... Y Total a b c n Keterangan : YTotal
=
Pendapatan total rumah tangga
Ya
=
Pendapatan dari sektor pertanian
Yb, Yc, Yn
=
Pendapatan dari semua bidang usaha, termasuk sumbangan ataupun kiriman
3.8 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari lapangan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif, yang meliputi peran perempuan dan laki-laki, pengambilan keputusan, serta pendapatan rumah tangga.
23
BAB IV KONDISI UMUM
4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Sukaresmi terletak di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Di sebelah utara Desa Sukaresmi berbatasan dengan Desa Sukamahi dan Desa Cikancana. Sedangkan di sebelah timur, Desa Sukaresmi berbatasan dengan Desa Padajaya dan Kecamatan Cikalong Kulon. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Cikanyere serta di sebelah selatan Desa Sukaresmi berbatasan dengan Desa Kutawaringin dan Kecamatan Mande. Menurut data monografi Desa atau Kelurahan Sukaresmi Tahun 2009 yang merupakan instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1999, luas Desa Sukaresmi mencapai 1.617.065 Ha. Kondisi geografis Desa Sukaresmi berada pada ketinggian 700 – 800 m di atas permukaan kaut dengan curah hujan rata-rata 15 - 2 m/tahun. Desa Sukaresmi mempunyai suhu rata-rata 28C - 32C dengan topografi bergelombang. Jarak Desa Sukaresmi ke Pemerintahan Kecamatan hanya 4 km saja dan jarak ke Kota Administrasi berjarak 181 km. Sedangkan jarak dari Kabupaten Cianjur ke Desa Sukaresmi yaitu sekitar 29 km. Jarak dari Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yaitu 109 km dan dari Ibu Kota Negara berjarak 189 km. Perangkat Desa Sukaresmi terdiri dari 4 orang sebagai kepala urusan, orang sebagai kepala dusun, dan 6 orang sebagai staff. Jumlah RT di Desa Sukaresmi adalah 39 RT dan 11 RW. Di Desa Sukaresmi terdapat tanah kas desa yang luasnya mencapai 33.525 Ha. Selain itu, terdapat tanah yang bersertifikat seluas 610.429 Ha dan tanah tidak bersertifikat seluas 301.415 Ha. Adapun jumlah penduduk Desa Sukaresmi adalah 6.678 orang yang terdiri dari 3.385 orang berjenis kelamin laki-laki dan 3.293 orang berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 1.887 Kepala Keluarga (KK). Penduduk Desa Sukaresmi mayoritas beragama Islam dengan jumlah penduduk 6.672 orang dan minoritas beragama kristen dengan jumlah penduduk 6 orang saja. Jumlah penduduk di Desa Sukaresmi dapat dibagi berdasarkan usia pendidikan dan usia kerja yang dapat dilihat pada Tabel 2.
24
Tabel 2 Jumlah penduduk Desa Sukaresmi berdasarkan usia pendidikan dan usia kerja Usia Usia Pendidikan 4 - 6 tahun 7 - 12 tahun 13 - 15 tahun Usia Kerja 20 - 26 tahun 27 - 40 tahun
Jumlah Penduduk (orang) 222 488 241 315 473
Sumber : Monografi Desa Sukaresmi Tahun 2009
Jumlah penduduk berdasarkan lulusan pendidikan umum berjumlah 1.604 orang dan lulusan kejuruan berjumlah 25 orang. Mata pencaharian utama penduduk Desa Sukaresmi adalah petani, seperti disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah penduduk Desa Sukaresmi berdasarkan mata pencaharian Mata Pencaharian
Jumlah Penduduk (orang)
Karyawan Wiraswasta Tani Pertukangan Buruh Tani Pendidikan
106 506 1.356 105 1.614 20
Sumber : Monografi Desa Sukaresmi Tahun 2009
Pada bidang pertanian Desa Sukaresmi merupakan penghasil padi dan palawija dengan luasan 154.450 Ha dengan hasil 690.000 ton. Sedangkan pada bidang peternakan Desa Sukaresmi mempunyai 2 jenis usaha peternakan dengan jumlah binatang ternak 3.240 ekor. Adapun organisasi sosial yang terdapat di Desa Sukaresmi adalah Karang Taruna, LSM, dan PKK.
4.2 Gambaran Umum Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Partisipatif (RHLP) Program RHLP diresmikan pada tanggal 27 Mei 2007 yang bertempat di Desa Cikanyere, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat oleh Menteri Kehutanan H. MS Kaban. Walaupun sebenarnya program RHLP ini telah dicanangkan sejak tahun 2005. Luas lahan garapan program RHLP yaitu 250 Ha yang terbagi ke dalam dua lokasi, yaitu 200 Ha di Kecamatan Sukaresmi dan 50 Ha di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP). Lokasi
25
kegiatan RHLP dilaksanakan di Desa Cikanyere dan Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi sebagai lokasi di luar kawasan Hutan. Sedangkan, di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet serta Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas yang berda di dalam kawasan hutan. Lokasi yang berada di dalam kawasan hutan merupakan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP). Lokasi-lokasi tersebut telah ditetapkan sebagai lokasi RHLP karena mempunyai lahan kritis yang cukup luas, seperti pada Gambar 2.
Gambar 2 Lahan kritis di Desa Sukaresmi. Lahan kritis di Kecamatan Sukaresmi mencapai 760,13 Ha yang berada pada satu blok hamparan dan 175 Ha di Kecamatan Pacet, sehingga dua kecamatan tersebut menjadi pertimbangan sebagai lokasi RHLP. Selain itu kedua wilayah kecamatan tersebut juga merupakan daerah tangkapan air yang mengalir ke Waduk Cirata dan termasuk ke dalam prioritas DAS Citarum. Pada proses pelaksanaan RHLP, dibentuk kelembagaan RHLP yang sederhana dan efektif. Penanggung jawabnya Bupati Cianjur, dilengkapi dengan Tim Ahli, Tim Inti dan Tim Penunjang dengan satuan pokoknya adalah masyarakat dalam kelompok tani. Terdapat 6 (enam) Kelompok Tani (KT) yang terlibat di dalam RHLP di Kabupaten Cianjur yaitu: KT. Tunas Mekar, Desa Cikanyere; KT. Alam Lestari, Desa Cikanyere; KT. Intisari Desa Cikanyere; KT. Mekar Tani, Desa Sukaresmi; KT. Wargi Resmi II Desa Sukaresmi dan KT. Puspa Lestari, Kecamatan Pacet dan Cipanas. Kegiatan RHLP tahun 2005 dan 2006 yang telah dilaksanakan meliputi:
26
pembuatan persemaian, pengadaan bibit, pembuatan DAM penahan, penanaman dan pemeliharaan, penanaman bawah tegakan, perlindungan mata air, pembuatan sentra budidaya jamur, pembuatan sentra tanaman hias, agrosilvopastur, silvofishery. Selain itu juga telah dilakukan pelatihan petani, kegiatan kelompok, workshop dan bimbingan teknis. Adapun contoh pola tanam agroforestry yang diterapkan pada program RHLP dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Pola tanam agroforestri pada kegiatan RHLP. Pada kegiatan RHLP ini masyarakat diberi akses yang lebih besar mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring. Oleh karena itu, strategi utama kegiatan ini adalah rehabilitsai hutan dan lahan dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Pemerintah pusat maupun daerah serta instansi terkait, perguruan tinggi, lembaga penelitian maupun lembaga swadaya masyarakat bertindak sebagai : 1.
Penyedia sumber pendanaan dan dana pendamping melalui APBN dan APBD
2.
Fasilitator dan mediator dalam pelaksanaan kegiatan
3.
Fasilitator dan mediator dalam penyusunan panduan dan kajian ilmiah
4.
Pendampingan kegiatan di lapangan
Sedangkan, masyarakat bertindak sebagai :
27
1.
Pemilik lahan
2.
Pelaksana, pengawas dan pengguna hasil di lapangan
3.
Mempunyai pembagian pembiayaan dalam bentuk materi dan non materi
4.3 Kondisi Umum Kelompok Tani Di Desa Sukaresmi terdapat dua kelompok tani yaitu Kelompok Tani Wargi Resmi dan Kelompok Mekar Tani. Kelompok Tani Wargi Resmi didirikan pada 4 Januari 2006 dengan memiliki 31 anggota yang terdiri dari 27 orang lakilaki dan 4 orang perempuan. Luas lahan garapan kelompok tani berjumlah 30 Ha yang berada pada blok Selagombong. Anggota kelompok tani biasanya melakukan pertemuan di saung tani seperti pada Gambar 4. Di saung pertemuan, para anggota biasanya mendiskusikan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan misalnya seperti kegiatan persemaian, pelaksanaan penanaman sampai kegiatan evaluasi. Adapun struktur organisasi Kelompok Tani Wargi Resmi terdapat pada Lampiran 7.
Gambar 4 Saung pertemuan Kelompok Tani Wargi Resmi. Adapun Kelompok Tani Mekar Tani berdiri pada tahun 2006. Kelompok Tani Mekar Tani berada pada Blok Cikujang dengan jumlah anggota 30 orang yang semua anggotanya laki-laki, serta luas garapan lahannya berjumlah 40 Ha. Kegiatan yang dilakukan Kelompok Tani Mekar Tani sama dengan kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Wargi Resmi, yaitu seperti persemaian,
28
penanaman, dan evaluasi. Contoh demplot RHLP Kelompok Tani Mekar Tani dengan blok Cikujang terdapat pada Gambar 5.
Gambar 5 Demplot RHLP Kelompok Tani Mekar Tani Blok Cikujang. Selain kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan rakyat, para anggota petani pun ikut serta dalam workshop yang diadakan oleh Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah dan mereka diberi sertifikat sebagai tanda bahwa telah mengikuti workshop atau pelatihan. Adapun contoh sertifikat Worskhop Evaluasi Insentif Disinsentif Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Partisipatif (RHLP) dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.
Gambar 6 Sertifikat Workshop evalusi Sistem Insentif Disinsentif Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Partisipatif (RHLP).
29
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur Responden di Desa Sukaresmi merupakan anggota dari kelompok tani yang terdiri dari suami dan istri. Umur responden berkisar antara umur 20-72 tahun. Responden laki-laki paling banyak berumur antara 41-50 tahun yaitu sebesar 33,33%, sedangkan perempuan paling banyak berumur antara 31-40 tahun sebesar 35%. Tingkat umur mempengaruhi kemampuan fisik petani dalam mengelola usaha taninya maupun pekerjaan lain (Roslinda 2009). Distribusi responden berdasarkan karakteristik umur dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan karakteristik umur Kelompok Umur (Tahun)
Responden Suami
Istri
0
N 13 11 20 12 4
% 21.67 18.33 33.33 20.00 6.67
N 25 21 11 3 0
% 41.67 35.00 18.33 5.00 0.00
Total
60
100.00
60
100.00
20 - 30 31 - 40 41 - 50 51 - 60
5.1.2 Kepemilikan Lahan Lahan dibagi berdasarkan penggunaannya yaitu lahan untuk hutan rakyat dan lahan untuk non hutan rakyat. Adapun status kepemilikan lahan di Desa Sukaresmi yaitu lahan milik dan lahan garap. Lahan milik merupakan lahan milik responden (pribadi) yang diolah sendiri, sedangkan lahan garap merupakan lahan milik orang lain yang diolah atau digarap oleh responden. Lahan hutan rakyat di Desa Sukaresmi ditanami tanaman kehutanan dan tanaman pertanian atau disebut agroforestri. Luas total hutan rakyat di Desa Sukaresmi yaitu 63,77 ha dengan rata-rata luasnya yaitu 1,6 ha. Paling banyak responden memiliki luas lahan hutan rakyat 0,5 ha dengan jumlah 15 responden. Distribusi responden berdasarkan kepemilikan lahan atas hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
30
Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan kepemilikan lahan atas hutan rakyat Responden
Kelas Luas Lahan Hutan Rakyat
N
%
>1,0 0,6-1,0 0,25-0,5
19 20 21
31.67 33.33 35.00
Total
60
100.00
Lahan non hutan rakyat ditanami dengan tanaman pertanian, contoh lahan non hutan rakyat yaitu kebun, sawah, pekarangan, dan tanah garap. Rata-rata luas kebun yang yaitu 0,2 ha dengan kepemilikan luas kebun terbesar yaitu 2 ha. Sedangkan, rata-rata luas sawah yaitu 0,27 ha dengan kepemilikan luas sawah terbesar yaitu 2 ha. Responden yang memiliki pekarangan hanya satu responden dengan luas 0,04 ha dan responden yang memiliki tanah garap hanya tiga responden dengan luas kepemilikan tanah garap yang paling besar yaitu 1 ha. Adapun distribusi responden berdasarkan kepemilikan lahan non hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan kepemilikan lahan non hutan rakyat Kelas Luas Lahan Non Hutan Rakyat (Ha) 0.00 0.01 - 0.25 0.26 - 0.5 > 0.5
N 33 10 8 9
Kebun % 55.00 16.67 13.33 15.00
Total
60
100.00
Responden Sawah Pekarangan N % N % 16 26.67 59 98.33 22 36.67 1 1.67 17 28.33 0 0.00 5 8.33 0 0.00
Tanah Garap N % 57 95.00 1 1.67 0 0.00 2 3.33
60
60
100.00
60
100.00
100.00
5.1.3 Mata Pencaharian Sebagian besar responden di Desa Sukaresmi mata pencaharian utamanya yaitu petani, responden laki-laki sebesar 98,33% dan perempuan sebesar 96,67%. Selain sebagai petani, sebagian kecil mata pencaharian utama responden yaitu sebagai guru dan pedagang. Mata pencaharian sampingan sebesar 58,82% dilakukan oleh responden laki-laki sebagai pedagang, sedangkan ada dua responden perempuan yang mata pencaharian sampingannya sebagai petani. Selain itu, mata pencaharian
31
sampingan yang dilakukan oleh responden sebagai buruh, jasa, dan pedagang. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian Mata Pencaharian Petani Guru Pegawai Jasa Pedagang Buruh Total
Responden Suami Istri Utama Sampingan Utama Sampingan N % N % N % N % 59 98.33 1 5.88 58 96.67 2 100.00 1 1.67 0 0.00 1 1.67 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 3 17.65 0 0.00 0 0.00 0 0.00 10 58.82 1 1.67 0 0.00 0 0.00 3 17.65 0 0.00 0 0.00 60 100.00 17 100.00 60 100.00 2 100.00
5.1.4 Pendidikan Sebesar 83,33% responden laki-laki berpendidikan sampai tingkat SD dan responden perempuan sebesar 98,33%, selebihnya responden ada yang berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan demikian sebagian besar responden berpendidikan rendah. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Responden Suami
Pendidikan
Istri
SD SMP SMA Perguruan Tinggi
N 53 6 1 0
% 88.33 10.00 1.67 0.00
N 59 1 0 0
% 98.33 1.67 0.00 0.00
Total
60
100.00
60
100.00
32
5.2 Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Kegiatan Produktif 5.2.1 Curahan Waktu Kerja dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Peran perempuan dan laki-laki dalam pengelolaan hutan rakyat dapat diketahui dari dua kegiatan, yaitu kegiatan produktif dan kegiatan reproduktif. Kegiatan produktif dibagi menjadi ke dalam dua kegiatan lagi, yaitu kegiatan dalam pengelolaan hutan rakyat dan kegiatan di luar pengelolaan hutan rakyat. Pola tanam hutan rakyat yang diterapakan oleh petani di Desa Sukaresmi yaitu pola agroforestri. Tanaman yang ditanam pada pola agroforestri ini yaitu tanaman penghasil kayu seperti, gmelina, afrika, sengon, dan mahoni; tanaman penghasil buah seperti, durian, nagka, jengkol, alpukat, dan pete; serta tanaman pangan dan palawija seperti, jagung, kacang panjang, kacang buncis, cabe, dan sayur-sayuran. Pengelolaan hutan rakyat membutuhkan peran perempuan dan laki-laki. Secara umum dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat di Desa Sukaresmi melibatkan suami dan istri dimana masing-masing mempunyai peran dalam kegiatannya. Peran perempuan dan laki-laki dalam pengelolaan hutan rakyat dapat dilihat dari curahan waktu kerja. Curahan waktu kerja responden merupakan lamanya waktu yang dihabiskan oleh responden untuk melakukan suatu pekerjaan dalam satuan waktu tertentu. Curahan waktu kerja dihitung dari responden melaksanakan suatu pekerjaan tertentu hingga pekerjaan itu selesai. Curahan waktu kerja responden dalam pengelolaan hutan rakyat dihitung dalam satuan HOK/bulan. Rata-rata curahan waktu kerja responden dalam pengelolaan hutan rakyat terdapat pada Tabel 9. Tabel 9 Rata-rata curahan waktu kerja responden laki-laki (L) dan perempuan (P) dalam pengelolaan hutan rakyat Kegiatan Pengelolaan Hutan Rakyat
Curahan waktu kerja (HOK/bulan) Starata I Starata II Starata III L
P
L
P
L
P
Rata-rata L
P
Pemeliharaan tanaman kayu
3.93
3.34
3.40
2.33
2.47
2.24
3.24
2.62
Tanaman pangan dan palawija
14.01
11.88
15.08
13.52
13.14
13.15
14.06
12.87
Jumlah
17.94
15.21
18.48
15.84
15.61
15.40
17.30
15.49
33
Pada pengelolaan hutan rakyat untuk tanaman penghasil kayu dilakukan kegiatan persiapan lahan, pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Curahan waktu kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan persiapan lahan, pengadaan bibit, penanaman, dan penanaman tidak dapat diketahui. Hal tersebut dikarenakan kegiatan persipan lahan, pengadaan bibit, dan penanaman baru dilaksanakan sekali pada tahun 2006. Sedangkan penelitian ini mengkaji curahan waktu kerja perempuan dan laki-laki dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Namun, pada awal tahun 2006 dalam kegiatan pengadaan bibit, persiapan lahan dan penanaman melibatkan para perempuan dan laki-laki. Kegiatan pemanenan pada tahun 2009 ini belum dilaksanakan karena tanaman penghasil kayu ini belum waktunya untuk dipanen karena tanaman baru berumur 3 tahun dan harus menunggu minimal 5 tahun lagi untuk dapat menikmati hasil kayunya. Petani beranggapan bahwa program RHLP ini belum berhasil karena petani belum merasakan keuntungannya secara ekonomi dari tanaman penghasil kayu. Kegiatan pengadaan bibit para kelompok tani membuat persemaian secara swadaya. Namun, pemerintah pun memberikan bantuan bibit seperti gmelina dan beberapa bibit pete. Adapun kegiatan persiapan lahan petani antara lain membuat terasering pada lahan yang miring, pembuatan ajir, dan pembuatan lubang tanam. Setelah penyiapan lahan, maka penanaman siap dilakukan. Penanaman dilakukan pada lubang tanam yang telah disiapkan dengan jarak tanam 2,5 m x 3 m. Pemeliharaan dilakukan beberapa tahap, tahap pertama dilakukan 3 bulan setelah penanaman dengan melakukan pemupukan dan mengganti tanaman yang mati. Setelah itu pada tahap kedua dilakukan pada umur 6 bulan dilakukan penyiangan. Setelah itu pada tahap selanjutnya dilakukan monitoring setiap satu tahun sekali dengan menebas ranting-ranting yang menggangu tanaman yang ada di bawah tegakan. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan tiap tahun dilakukan oleh setiap petani dengan curahan waktu kerja berbeda-beda dan tidak dilakukan setiap hari. Seperti pada Tabel 9, rata-rata curahan waktu kerja pada kegiatan pemeliharaan tanaman kayu laki-laki lebih besar dari pada perempuan, karena masyarakat masih beranggapan pekerjaan yang berat-berat merupakan pekerjaan
34
kaum lelaki. Perempuan hanya melakukan pekerjaan yang ringan-ringan saja seperti membersihkan tanaman pengganggu saja. Rata-rata curahan waktu kerja paling besar pada pemeliharaan tanaman kayu terdapat pada strata kepemilikan lahan strata I yaitu 3,94 HOK/bulan untuk laki-laki dan 3,34 HOK/bulan untuk perempuan, sehingga rata-rata curahan waktu kerja pada pemeliharaan tanaman kayu untuk laki-laki sebesar 3,24 HOK/bulan dan perempuan 2,62 HOK/bulan. Tanaman penghasil buah pada umumnya ditanam oleh petani sebelum program RHLP ini digalakan dan hanya ada sebagian kecil saja dan bukan tanaman pokok. Pada tanaman pangan dan palawija memiliki curahan waktu kerja terbanyak dibandingkan dengan pemeliharaan tanaman kayu dan kegiatan beternak. Hampir setiap hari petani melakukan kegiatan berkebun, biasanya petani bekerja di kebunnya mulain pukul 07.00 sampai 12.00 WIB dan melibatkan perempuan dan laki-laki. Pekerjaan yang dilakukan dimulai dari persiapan lahan sampai panen tiba. Pekerjaan persiapan lahan dilakukan oleh laki-laki karena persiapan lahan ini pekerjaan yang cukup berat dan penanaman dilakukan oleh perempuan karena perempuan lebih teliti, dan kegiatan lainnya seperti pemupukan dan penyiangan dilakukan bersama-sama. Kegiatan berkebun ini diakukan untuk memenuhu kebutuhan hidup petani sebelum hasil tanaman kayu bisa dipanen. Curahan waktu kerja yang paling banyak terdapat pada kepemilikan lahan strata II yaitu laki-laki 15,08 HOK/bulan dan perempuan 13,52 HOK/bulan. Secara keseluruhan, rata-rata curahan waktu kerja paling besar dalam pengelolaan hutan rakyat terdapat pada kepemilikan lahan strata II yaitu laki-laki sebesar 18,48 HOK/bulan dan perempuan sebesar 15,84 HOK/bulan. Sedangkan rata-rata curahan waktu kerja yang paling banyak dilakukan yaitu kegiatan penanaman tanaman pangan dan palawija dengan rata-rata curahan waktu kerja untuk laki-laki sebesar 14,06 HOK/bulan dan perempuan sebesar 12.87 HOK/bulan. Pada kegiatan pengelolaan hutan rakyat laki-laki mempunyai curahan waktu kerja yang lebih besar dari pada perempuan, ini disebabkan karena laki-laki mempunyai tanggung jawab dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
35
5.2.2 Curahan Waktu Kerja Di Luar Pengelolaan Hutan Rakyat Kegiatan di luar pengelolaan hutan rakyat dilakukan untuk menambah penghasilan rumah tangga seperti berdagang, bersawah,beternak, jasa, guru, dan buruh. Pada kegiatan di luar pengelolaan hutan rakyat ini, perempuan dan lakilaki memiliki waktu curahan kerja yang berbeda-beda. Tidak semua responden berperan dalam pengelolaan di luar hutan rakyat ini, sehingga rata-rata curahan waktu kerja bernilai kecil. Rata-rata curahan waktu kerja perempuan dan laki-laki pada kegiatan di luar pengelolaan hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Rata-rata curahan kerja responden laki-laki (L) dan perempuan (P) di luar pengelolaan hutan rakyat Kegiatan di luar Pengelolaan Hutan Rakyat Berdagang
Curahan waktu kerja (HOK/bulan) Starata I
Starata II
Starata III
Rata-rata
L
P
L
P
L
P
L
P
1.25
0.00
0.25
0.00
0.00
1.07
0.48
0.64
Bersawah
5.65
5.85
4.77
4.33
4.41
4.70
4.92
4.87
Beternak
6.32
0.00
8.06
0.00
6.79
0.00
7.06
0.00
Jasa
0.55
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.18
0.00
Guru
0.00
0.00
0.00
0.00
0.71
0.30
0.25
0.10
Buruh
0.00
0.00
0.00
0.00
1.04
0.00
0.36
0.00
Jumlah
13.77
5.85
13.08
4.33
12.96
6.07
13.25
5.60
Kegitan berdagang tidak dilakukan oleh semua responden karena berdagang merupakan pekerjaan sampingan saja. Kegiatan berdagang antara lain jual beli hasil pertanian, seperti pisang, ubi, sayur-mayur, dan sebagainya yang dilakukan oleh laki-laki serta warung untuk perempuan. Seperti pada Tabel 10 dapat dilihat rata-rata curahan waktu kerja laki-laki pada kegiatan berdagang yaitu bernilai 0,48 HOK/bulan dan perempuan 0,64 HOK/bulan. Adapun pada kegiatan bersawah dilakukan oleh responden yang memiliki sawah baik sawah milik ataupun hanya garapan saja. Pada kegiatan bersawah perempuan dan laki-laki mempunyai peran masing-masing, yaitu untuk kegiatan mengolah tanah dilakukan oleh laki-laki dengan menggunakan traktor ataupun karbau. Sedangkan, untuk kegiatan menanam atau tandur dilakukan oleh perempuan. Kegiatan bersawah tidak dilakukan rutin setiap hari, tetapi hanya dilakukan bila ada yang harus dikerjakan saja. Rata-rata curahan waktu kerja
36
paling besar dalam kegiatan bersawah terdapat pada kepemilikan lahan strata I, laki-laki sebesar 5,65 HOK/bulan dan perempuan sebesar 5,85 HOK/bulan. Kegiatan beternak yang mereka lakukan antara lain mencari pakan ternak, memberi makan, dan membersihkan kandang. Rata-rata para petani mencurahkan waktu untuk mengurus hewan ternaknya sebanyak 2 sampai 3 jam saja. Kegiatan beternak dilakukan setelah pulang dari ladang, sehingga kegiatan beternak biasanya dilakukan oleh laki-laki karena perempuan setelah pulang dari ladang biasanya melakukan kegiatan reproduktif seperti memasak, mencuci pakaian, dan membersihkan rumah. Curahan waktu kerja dalam kegiatan beternak terbanyak yaitu pada kepemilikan lahan strata II yaitu 8,06 HOK/bulan. Responden yang meluangkan waktunya dalam bidang jasa, guru, dan buruh hanya sedikit saja. Kegiatan jasa hanya terdapat pada kepemilikan lahan Strata I saja dengan curahan waktu kerja laki-laki bernilai 0,55 HOK/bulan dan perempuan bernilai 0. Responden yang berprofesi guru hanya diperoleh pada kepemilikan lahan strata III saja dengan curahan waktu kerja laki-laki bernilai 0,71 HOK/bulan dan perempuan bernilai 0,30 HOK/bulan. Sedangkan, responden yang bekerja sebagai buruh hanya diperoleh pada kepemilikan lahan strata III dengan nilai curahan waktu kerja laki-laki yaitu 1,04 HOK/bulan dan tidak ada responden perempuan yang bekerja sebagai buruh, sehingga rata-rata curahan waktu kerja paling besar pada kegiatan pengelolaan hutan di luar hutan rakyat terdapat pada kepemilikan lahan strata I, laki-laki sebesar 13,77 HOK/bulan dan perempuan sebesar 5,85 HOK/bulan. 5.3 Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Kegiatan Reproduktif Pada kegiatan reproduktif umunya dilakukan oleh kaum perempuan atau para istri karena kegiatan produktif merupakan kegiatan ibu rumah tangga. Kegiatan reproduktif yang dilakukan antara lain memasak, mencuci pakaian, mengasuh anak, dan membersihkan rumah. Laki-laki tidak banyak berperan dalam kegiatan reproduktif ini karena kegiatan rumah tangga merupakan kewajiban seorang istri. Satuan curahan waktu kerja pada kegiatan reproduktif yaitu jam/hari.
37
Tabel 11 Rata-rata curahan waktu kerja laki-laki (L) dan perempuan (P) dalam kegiatan reproduktif (jam/hari) Curahan waktu kerja (jam/hari) Kegiatan Reproduktif Memasak Mencuci pakaian Mengasuh anak Membersihkan rumah Jumlah
Starata I
Starata II
Starata III
Rata-rata
L
P
L
P
L
P
L
P
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.74 0.79 2.84 0.89 5.26
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.95 0.73 4.33 0.80 6.80
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.81 0.76 3.76 0.71 6.05
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.83 0.76 3.64 0.80 6.04
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa rata-rata curahan waktu kerja perempuan dalam kegiatan mengasuh anak lebih besar dari pada kegiatan lain, sehingga dapat dilihat bahwa para istri lebih banyak meluangkan waktunya dalam mengasuh anak. Curahan waktu kerja dalam kegiatan mengasuh anak yaitu 3,64 jam/hari. Perempuan tidak melupakan perannya sebagai istri yang mempunyai kewajiban dalam mengurus rumah tangga. Adapun Tabel 12 merupakan tabel rata-rata curahan kerja dalam kegiatan reproduktif dalam satuan HOK/bulan. Pada kegiatan reproduktif, curahan waktu kerja paling besar yang dibutuhkan oleh perempuan terdapat dalam kepemilikan lahan strata II yaitu 25,50 HOK/bulan. Kegiatan reproduktif ini dilakukan setiap hari oleh para istri. Laki-laki tidak mempunyai curahan waktu kerja reproduktif karena semua kegiatan reproduktif dilakukan oleh perempuan saja. Laki-laki hanya mencurahkan waktu kerjanya dalam kegiatan produktif saja. Tabel 12 Rata-rata curahan waktu kerja laki-laki (L) dan perempuan (P) dalam kegiatan reproduktif (HOK/bulan) Curahan waktu kerja (HOK/bulan) Kegiatan Reproduktif Memasak
Starata I
Starata II
Starata III
Rata-rata
L
P
L
P
L
P
L
P
0.00
2.76
0.00
3.56
0.00
3.04
0.00
3.12
Mencuci pakaian
0.00
2.96
0.00
2.72
0.00
2.86
0.00
2.85
Mengasuh anak
0.00
10.66
0.00
16.22
0.00
14.11
0.00
13.72
Membersihkan rumah
0.00
3.36
0.00
3.00
0.00
2.68
0.00
3.01
Jumlah
0.00
19.74
0.00
25.50
0.00
22.68
0.00
22.70
Pada penelitian yang dilakukan oleh Roslinda (2009) yang dilakukan di dusun Tokang Jaya, dusun Pana, dan dusun Kopar kegiatan reproduktif seperti memasak, mencuci pakaian, mengasuh anak, dan membersihkan rumah dominan
38
dilakukan oleh perempuan, karena perempuan memiliki posisi ganda dalam keluraga selain perempuan aktif dalam kegiatan produktif juga aktif dalm melakukan kegiatan reproduktif. 5.4 Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Pada kegiatan produktif, laki-laki mempunyai curahan waktu kerja yang lebih besar dari pada perempuan karena laki-laki mempunyai tanggung jawab dalam mencari nafkah keluarga. Sedangkan dalam kegiatan reproduktif sebaliknya, perempuan mempunyai curahan waktu kerja yang lebih besar dari pada laki-laki karena perempuan mempunyai peran dalam mengurus rumah tangga. Waktu yang dimiliki oleh petani lebih banyak dicurahkan pada kegiatan produktif dalam pengelolaan hutan rakyat, yaitu laki-laki sebesar 17,30 HOK/bulan atau 56,63% dan perempuan sebesar 15,49 HOK/bulan atau 35,37%. Seperti pada Tabel 13, secara keseluruhan total curahan waktu kerja yang dikeluarkan oleh laki-laki sebesar 30.56 HOK/bulan dan perempuan sebesar 43.79 HOK/bulan. Ini berarti curahan waktu kerja perempuan lebih besar dari pada lakilaki, hal ini disebabkan karena perempuan mempunyai peran ganda dalam keluarga, yaitu selain berperan dalam kegiatan produktif perempuan juga berperan dalam kegiatan reproduktif.
39
Tabel 13 Rata-rata curahan waktu kerja total laki-laki dan perempuan dalam kegiatan hutan rakyat Curahan Waktu Kerja Pengelolaan Hutan Rakyat Produktif Reproduktif Strata Hutan Rakyat Non Hutan Rakyat Kepemilikan L P L P L P Lahan HOK/ HOK/ HOK/ HOK/ HOK/ HOK/ % % % % % % bulan bulan bulan bulan bulan bulan 17.94 56.58 15.21 37.29 13.77 43.42 5.85 14.33 0.00 0.00 19.74 48.38 Strata I 18.48 58.55 15.84 34.69 13.08 41.45 4.33 9.49 0.00 0.00 25.50 55.83 Strata II Strata III Rata-rata
Jumlah Total L P HOK/ HOK/ % % bulan bulan 31.71 100 40.79 100 31.56 100 45.68 100
15.61 54.65 15.40 34.87 12.96 45.35 6.07 13.75 0.00 0.00 22.68 51.37 28.57 100 44.15 100 17.30 56.63 15.49 35.37 13.25 43.37 5.60 12.80 0.00 0.00 22.70 51.83 30.56 100 43.79 100
40
5.5. Hubungan Antara Karakteristik Responden dan Curahan Waktu Kerja 5.5.1 Hubungan Antara Umur dan Curahan Waktu Kerja Responden dibagi berdasarkan kelas umur pada masing-masing strata kepemilikan lahan. Pada kepemilikan lahan strata I, laki-laki paling banyak berumur antara 51-60 tahun dan perempuan umurnya antara 20-30 tahun. Selain itu, pada kepemilikan lahan strata II dan strata III laki-laki paling banyak berumur antara 41-50 tahun. Sedangkan untuk perempuan pada strata II paling banyak berumur antara 31-40 tahun dan perempuan pada strata II paling banyak berumur antara 20-30 tahun. Pada Tabel 14 terlihat bahwa laki-laki paling banyak berumur antara 41-50 tahun dan perempuan berumur antara 20-30 tahun. Tabel 14 Distribusi berdasarkan kelas umur dan kepemilikan lahan Kelas Umur (tahun) 20 - 30 31 - 40 41 - 50 51 - 60 >60 Jumlah
Responden (N) Strata I
Strata II
L
P
L
P
L
Strata III P
L
Total P
4 3 4 5 3 19
7 4 6 2 0 19
4 3 9 3 1 20
7 11 2 0 0 20
5 5 7 4 0 21
11 6 3 1 0 21
13 11 20 12 4 60
25 21 11 3 0 60
Seperti pada Tabel 15, curahan waktu kerja dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat, laki-laki mempunyai curahan waktu kerja paling besar terdapat pada umur 60 tahun ke atas yaitu sebesar 18,06 HOK/bulan dan untuk perempuan curahan waktu terbesar terdapat antara umur 51-60 tahun yaitu 18,60 HOK/bulan.
Tabel 15 Curahan waktu kerja pengelolaan hutan rakyat berdasarkan umur dan kepemilikan lahan Kelas Umur (tahun) 20 - 30 31 - 40 41 - 50 51 - 60 >60 Jumlah
Curahan waktu kerja dalam pengelolaan hutan rakyat (HOK/bulan) Strata I L 17.03 18.75 19.64 16.75 18.06 17.94
P 12.68 15.11 16.88 19.28 0.00 15.21
Strata II L 17.27 17.71 18.51 21.08 17.50 18.48
P 13.84 16.31 20.31 0.00 0.00 15.84
Strata III L 16.25 15.25 14.73 16.81 0.00 15.61
P 13.95 17.42 16.04 17.25 0.00 15.40
Rata-rata L 16.80 16.88 17.41 17.50 18.06 17.30
P 13.56 6.40 17.27 18.60 0.00 15.49
41
Sedangkan curahan waktu kerja dalam kegiatan pengelolaan non hutan rakyat paling besar untuk laki-laki berkisar pada umur 51-60 tahun dan perempuan pada umur 41-50 tahun yang dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Curahan waktu kerja pengelolaan non hutan rakyat berdasarkan umur dan kepemilikan lahan Kelas Umur (tahun)
Curahan waktu kerja di luar pengelolaan hutan rakyat (HOK/bulan) Strata I
Strata II
Strata III
Rata-rata
L
P
L
P
L
P
L
P
20 - 30 31 - 40 41 - 50 51 - 60 >60
11.72 6.25 18.09 18.25 10.77
5.09 5.47 8.54 6.78 0.00
10.63 8.54 14.47 19.67 4.38
1.07 6.32 4.81 0.00 0.00
10.63 18.48 9.02 15.84 0.00
6.69 3.02 10.17 5.25 0.00
10.60 12.43 13.28 17.80 9.17
4.67 5.22 8.31 6.27 0.00
Jumlah
13.77
5.85
13.08
4.33
12.96
6.07
13.25
5.60
Laki-laki yang berumur 60 tahun ke atas lebih banyak mencurahkan waktu kerjanya pada kegiatan hutan rakyat dan hanya sedikit saja curahan waktu kerja pada kegiatan pengelolaan non hutan rakyat, begitu pula dengan perempuan yang berumur antara 51-60 tahun lebih banyak mencurahkan waktu kerja dalam kegiatan pengelolaan rakyat daripada kegiatan non hutan rakyat. Bila curahan waktu kerja responden laki-laki maupun perempuan lebih banyak dicurahkan pada kegiatan hutan rakyat, maka curahan waktu kerja yang dicurahkan pada kegiatan non hutan rakyat lebih sedikit. Pada kegiatan reproduktif, perempuan yang mempunyai umur antara 2030 tahun lebih banyak mencurahkan waktu kerjanya karena waktu mereka lebih banyak dicurahkan dalam kegiatan mengasuh anak. Tabel 17 Curahan waktu kerja kegiatan reproduktif berdasarkan umur dan kepemilikan lahan Kelas Umur (tahun) 20 - 30 31 - 40 41 - 50 51 - 60 >60 Jumlah
Curahan waktu kerja pada kegiatan reproduktif (HOK/hari) Strata I L 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
P 8.07 4.63 3.50 2.00 0.00 5.26
Strata II L 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
P 9.79 5.77 2.00 0.00 0.00 6.80
Strata III L 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
P 6.55 6.00 5.67 2.00 0.00 6.05
Rata-rata L 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
P 7.88 5.62 3.82 2.00 0.00 6.05
42
5.5.2 Hubungan Antara Pendidikan dan Curahan Waktu Kerja Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat tingkat pendidikan responden kebanyakan hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) saja. Tabel 18 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dan kepemilikan lahan Responden (N) Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah
Strata I
Strata II
Strata III
Total
L
P
L
P
L
P
L
P
17 1 1 0 19
19 0 0 0 19
19 1 0 0 20
20 0 0 0 20
17 4 0 0 21
20 1 0 0 21
53 6 1 0 60
59 1 0 0 60
Curahan waktu kerja dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat pada lakilai lebih banyak dicurahkan pada responden yang berpendidikan tingkat SD yang dapat dilihat pada Tabel 19. Namun, untuk perempuan curahan waktu kerja yang lebih banyak dicurahkan pada tingkat pendidikan SMP karena mereka lebih banyak mencurahkan waktu kerja dalam kegiatan produktif dari pada kegiatan reproduktif.
Tabel 19 Curahan waktu kerja pengelolaan hutan rakyat berdasarkan tingkat pendidikan dan kepemilikan lahan Curahan waktu kerja dalam pengelolaan hutan rakyat (HOK/bulan) Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah
Strata I
Strata II
Strata III
Rata-rata
L
P
L
P
L
P
L
P
17.70 24.38 15.63 0.00 17.94
15.21 0.00 0.00 0.00 15.21
18.39 20.13 0.00 0.00 18.48
15.84 0.00 0.00 0.00 15.84
16.11 13.48 0.00 0.00 15.61
15.18 19.69 0.00 0.00 15.40
17.44 16.41 15.63 0.00 17.30
15.42 19.69 0.00 0.00 15.49
Pada kegiatan non hutan rakyat, curahan waktu kerja yang banyak dicurahkan responden laki-laki pada tingkat pendidikan SMA karena responden yang berpendidikan SMA ini mempunyai kegiatan lain selain mengelola hutan rakyat.
43
Curahan waktu kerja pada kegiatan non hutan rakyat yang paling besar untuk laki-laki terdapat pada tingkat pendidikan SMA karena hanya satu orang saja responden laki-laki yang menyelsaikan sekolahnya sampai tingkat SMA. Sedangkan untuk perempuan curahan waktu yang paling banyak dicurahkan dalam kegiatan non hutan rakyat yaitu pada tingkat pendidikan SMP. Perempuan yang tingkat pendidikannya sampai SMP ini lebih produktif karena akif dalam melakukan pekerjaan yang dapat menambah pendapatan keluarganya, dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Curahan waktu kerja pengelolaan non hutan rakyat berdasarkan tingkat pendidikan dan kepemilikan lahan Curahan waktu kerja di luar pengelolaan hutan rakyat (HOK/bulan) Pendidikan
Strata I
Strata II
Strata III
Rata-rata
SD
L 12.01
P 15.21
L 12.36
P 15.84
L 11.85
P 15.18
L 12.08
P 15.42
SMP SMA Perguruan Tinggi Total
30.50 26.88 0.00 13.77
0.00 0.00 0.00 5.85
26.88 0.00 0.00 13.08
0.00 0.00 0.00 4.33
17.63 0.00 0.00 12.96
19.69 0.00 0.00 6.07
21.31 26.88 0.00 13.25
16.69 0.00 0.00 5.60
Pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa curahan waktu kerja dalam kegiatan reproduktif paling banyak dicurahkan pada tingkat pendidikan SD. Karena perempuan di Desa Sukaresmi rata-rata hanya berpendidikan sampai SD saja, maka untuk kegiatan reproduktif kebanyakan dilakukan oleh perempuan seperti kegiatan mengsuh anak, membersihkan rumah, memasak, dan mencuci pakaian. Tabel 21
Curahan waktu kerja kegiatan reproduktif berdasarkan tingkat pendidikan dan kepemilikan lahan Curahan waktu kerja dalam kegiatan reproduktif (HOK/bulan)
Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total
Strata I
Strata II
Strata III
Rata-rata
L
P
L
P
L
P
L
P
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
5.26 0.00 0.00 0.00 5.26
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
6.80 0.00 0.00 0.00 6.80
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
6.28 1.50 0.00 0.00 6.05
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
6.13 1.50 0.00 0.00 6.05
44
5.6 Pengambilan Keputusan 5.6.1 Pengambilan Keputusan dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Pada pengambilan keputusan dalam pengelolaan hutan rakyat dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu kegiatan produksi pengelolaan hutan rakyat dan kegiatan pasca produksi pengelolaan hutan rakyat. Pada kegiatan produksi pengelolaan hutan rakyat yang paling banyak berperan dalam pengambilan keputusan adalah suami dengan persentasi di atas 50%. Masyarakat masih beranggapan bahwa suami lebih mengetahui tentang pengelolaan hutan rakyat yang dimulai dari penentuan jenis tanaman, penggunaan sarana bertani, investasi peralatan untuk bertani, kegiatan pemeliharaan tanaman, dan kegiatan pemupukan tanaman. Selain itu, suami mempunyai peranan dan tanggung jawab terhadap pengelolaan hutan rakyat. Persentasi istri dalam pengambilan keputusan dalam produksi pengelolaan hutan rakyat hanya sebesar 3,33% saja karena pada umumnya istri tidak banyak berperan. Selain itu, para istri menyerahkan masalah tentang produksi pengelolaan hutan rakyat kepada suami. Sekitar 11% keputusan diambil berdasarkan kesepakatan suami dan istri. Persentase pengambilan keputusan dalam pengelolaan hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini. Tabel 22 Pengambilan keputusan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat No
1 2 3 4 5
1 2
Pernyataan
Kegiatan produksi pengelolaan hutan rakyat Penentuan jenis tanaman selain tanaman pokok Penggunaan sarana bertani Investasi peralatan untuk bertani Kegiatan pemeliharaan tanaman Kegiatan pemupukan tanaman Kegiatan pasca produksi pengelolaan hutan rakyat Kegiatan penentuan pemanfaatan hasil panen Penentuan pelaku kegiatan penjualan hasil panen
Pengambilan Keputusan Suami Istri Suami dan Istri N % N % N %
N
%
2
3.33
7
11.67
51
85.00
60
100.00
2 2 2 2
3.33 3.33 3.33 3.33
6 5 9 9
10.00 8.33 15.00 15.00
52 53 49 49
86.67 88.33 81.67 81.67
60 60 60 60
100.00 100.00 100.00 100.00
2
3.33
5
8.33
53
88.33
60
100.00
2
3.33
4
6.67
54
90.00
60
100.00
Total
45
Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa dalam pengambilan keputusan kegiatan pasca poduksi pengelolaan hutan rakyat yang sangat berperan adalah suami. Walaupun petani belum melaksanakan panen tanaman kayu tetapi petani telah melaksanakan panen tanaman musiman. Penentuan pemanfaatan hasil panen dan penentuan pelaku kegiatan penjualan hasil panen ditentukan oleh suami karena suami yang lebih mengetahui keadaan pasar dan sering pergi ke luar desa. Persentasi suami pada pengambilan keputusan dalam kegiatan pasca produksi pun diperoleh di atas 50% dan istri hanya berperan sekitar 3% saja. Sisanya dengan rata-rata 7% pengambilan keputusan pada kegiatan pasca produksi pengelolaan hutan rakyat ditentukan oleh bersama yaitu kesepakatan antara suami dan istri. Suami sangat berperan dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaan hutan rakyat karena mereka mengannggap suami merupakan kepala keluarga dan tulang punggung keluarga. Sehingga, segala tanggung jawab tentang pengelolaan hutan rakyat diserahkan kepada suami dan istri hanya mengikuti keputusan yang diambil suami. Walaupun ada beberapa keluarga yang memutuskan sesuatu secara bersama-sama. 5.6.2 Pengambilan Keputusan dalam Masalah Keuangan Pengambilan keputusan dalam masalah keuangan dibagi ke dalam dua kategori yaitu masalah keuangan dalam hal pengelolaan hutan rakyat dan masalah keuangan keluarga. Masalah keuangan dalam pengelolaan hutan rakyat seperti merencanakan biaya usaha, mengelola uang untuk usaha pengelolaan hutan rakyat, dan meminjam uang atau kredit untuk usaha pada umumnya diambil keputusannya oleh suami. Sama halnya dengan pengambilan keputusan pada kegiatan pengelolaan hutan rakyat. Pengambilan keputusan dalam masalah keuangan dalam pengelolaan hutan rakyat yang diambil suami memperoleh persentasi di atas 50%, sedangkan pengambilan keputusan yang diambil istri diperoleh hanya 3,33 % saja. Sisanya diputuskan secara bersama-sama sesuai dengan persetujuan antara suami dan istri dengan persentasi antara 16% sampai 20%. Pada Tabel 23 dapat dilihat bahwa suami masih mempunyai peranan penting pada pengambilan keputusan dalam masalah keuangan pengelolaan hutan rakyat.
46
Tabel 23 Pengambilan keputusan dalam masalah keuangan No
1 2 3 1 2 3 4 5
Pernyataan Keuangan pengelolaan hutan rakyat Merencanakan biaya usaha dalam pengelolaan hutan rakyat Mengelola uang untuk usaha pengelolaan hutan rakyat Meminjam uang / kredit untuk usaha Keuangan keluarga Merencanakan uang keluarga Mengelola uang keluarga Memutuskan untuk membelanjakan uang keluarga Meminjam uang untuk keperluan keluarga Mencari jalan pemecahan masalah keuangan
Pengambilan Keputusan Suami Istri Suami dan Istri N % N % N %
N
%
2
3.33
10
16.67
48
80.00
60
100.00
2
3.33
10
16.67
48
80.00
60
100.00
2
3.33
12
20.00
46
76.67
60
100.00
16 28
26.67 46.67
28 23
46.67 38.33
16 9
26.67 15.00
60 60
100.00 100.00
39
65.00
15
25.00
6
10.00
60
100.00
4
6.67
48
80.00
8
13.33
60
100.00
0
0.00
59
98.33
1
1.67
60
100.00
Total
Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa pengambilan keputusan dalam masalah keuangan keluarga seperti merencanakan uang keluarga, meminjam uang untuk keperluan keluarga, dan mencari jalan pemecahan masalah keuangan lebih dominan diputuskan secara bersama-sama antara suami dan istri karena masalah keuangan keluarga merupakan tanggung jawab bersama dan bukan tanggung jawab suami atau istri saja. Namun, pengambilan keputusan dalam pengelolaan uang keluarga dan memutuskan untuk membelanjakan uang keluarga didominasi oleh istri, karena istri bertanggung jawab atas pengelolaan kebutuhan sehari-hari keluarga. Seperti penelitian yang dilakukakan oleh Hutagaol et al. (2007) di Desa Rejosari, Wonogiri dalam Isu Gender dalam Agroforestry untuk masalah keuangan pengelolaan hutan rakyat dan masalah keuangan keluarga, perempuan dan laki-laki terlibat aktif baik secara mandiri ataupun secara bersama-sama memutuskan untuk membelanjakan uang keluarga, merencanakan keuangan keluarga, mengelola uang untuk usaha hutan rakyat, mencari jalan pemecahan masalah keuanagan, meminjam uang untuk keperluan keluarga, dan meminjam uang/ kredit untuk usaha.
47
5.6.3 Pengambilan Keputusan dalam Kegiatan Sosial dan Domestik Keluarga Pembagian peran dalam suatu keluarga itu penting karena sebagai tanggung jawab terhadap masing-masing anggota keluarga guna memenuhi kebutuhan dan kepentingan bersama. Pembagian peran antara suami istri merupakan wujud dari peran gender yang dilaksanakan pada pengambilan keputusan dalam kegiatan sosial dan domestik keluarga. Sebaran responden pengambilan keputusan dalam kegiatan sosial dan domestik keluarga dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Pengambilan keputusan dalam kegiatan sosial dan domestik keluarga No
1 2 1 2 3 4 5
Pernyataan Kegiatan sosial Bertanggung jawab atas aktivitas sosial Menghadiri pertemuan di desa Urusan domestik keluarga Penentuan jumlah anak Penentuan pendidikan anak dalam keluarga Penentuan dan pembelian menu makanan Pembelian alat-alat rumah tangga Pemeliharaan kesehatan
Pengambilan Keputusan Suami dan Istri Suami Istri N % N % N %
N
%
3
5.00
0
0.00
57
95.00
60
100.00
3
5.00
0
0.00
57
95.00
60
100.00
0
0.00
60
100.00
0
0.00
60
100.00
1
1.67
56
93.33
3
5.00
60
100.00
33
55.00
27
45.00
0
0.00
60
100.00
3
5.00
53
88.33
4
6.67
60
100.00
1
1.67
57
95.00
2
3.33
60
100.00
Total
Pengambilan keputusan dalam kegiatan sosial seperti bertanggung jawab atas aktivitas sosial dan menghadiri pertemuan di desa lebih dominan diputuskan oleh suami. Sedangkan, penentuan jumlah anak, penentuan pendidikan anak dalam keluarga, pembelian alat-alat rumah tangga, dan pemeliharaan kesehatan diputuskan secara bersama-sama. Perempuan atau istri mempunyai peranan pengambilan keputusan dalam penentuan dan pembelian menu makanan. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Hutagaol et al. (2007) dalam Isu Gender dalam Agroforestry bahwa peran gender dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari yang meliputi kegiaatan sosial dan domestik. Secara umum, pada penelitiannya dikatakan bahwa ada kerjasama yang erat dalam pembagian peran antara suami dan istri di tingkat keluarga. Pada kegiatan domestik, perempuan lebih banyak berperen dalam kegiatan mengatur penyediaan makanan keluarga
48
dan mengatur kegiatan rumah tangga daripada laki-laki. Selain itu, secara bersama-sama suami dan istri bertanggung jawab dalam pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya, bertanggung jawab dalam pemeliharaan/ perbaikan rumah dan pekarangan. Sedangkan laki-laki lebih dominan berperan dalam aktivitas sosial dan menghadiri pertemuan di desa. 5.7 Pendapatan Rumah Tangga 5.7.1 Pendapatan Rumah Tangga dari Pertanian Pendapatan rumah tangga merupakan hasil dari semua perolehan dalam bentuk uang yang diterima dalam suatu rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Sumber pendapatan rumah tangga diperoleh dari kegiatan pertanian dan non pertanian. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pertanian yaitu pengelolaan hutan rakyat yang terdiri dari hasil tanaman kayu dan hasil bukan kayu (berupa buah-buahan, tanaman musiman). Selain itu, pendapatan diperoleh dari kegiatan non hutan rakyat seperti bersawah dan beternak. Sumber pendapatan yang diperoleh dari kegiatan non pertanian yaitu dari kegiatan berdagang, buruh, jasa, dan usaha madu. Pendapatan dari hasil hutan rakyat tanaman kayu belum diperoleh karena belum waktunya untuk dipanen. Tanaman kayu yang umumnya ditanam adalah Gmelina, Afrika, Mahoni, dan Sengon. Pemanenan pada tanaman kayu ini dilakukan pada umur 6 tahun hingga lebih dari 10 tahun tergantung pada jenis pohon dan kebutuhan petani. Jenis Gmelina dan sengon dipanen pada umur 5 hingga 8 tahun sedangkan untuk jenis Mahoni dan Afrika dipanen pada umur 8 tahun ke atas, sehingga untuk melakukan pemanenan tanaman kayu harus menunggu 3 tahun lagi. Jenis tanaman yang diambil hasil bukan kayunya, antara lain kopi, pete, jengkol, alpukat, dan durian. Selain itu, di bawah tegakan ditanami tanaman musiman seperti jagung, cabe, rawit, kacang-kacangan dan sebagainya. Tanaman musiman ini biasanya ditanam pada musim penghujan, sekitar bulan Desember – Februari. Rata-rata pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 25 berikut ini.
49
Tabel 25 Rata-rata pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari hutan rakyat Strata Kepemilikan Lahan
Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Hutan rakyat Hasil Hutan Kayu
Hasil Hutan Non Kayu
Total
(Rp/tahun)
%
(Rp/tahun)
%
(Rp/tahun)
%
Strata I
0.00
0.00
5.859.157,89
100.00
5.859.157,89
100.00
Strata II
0.00
0.00
6.672.950,00
100.00
6.672.950,00
100.00
Strata III
0.00
0.00
3.874.047,62
100.00
3.874.047,62
100.00
Rata-rata
0.00
0.00
5.435.633,33
100.00
5.435.633,33
100.00
Pada Tabel 25 rata-rata pendapatan rumah tangga paling besar yang diperoleh dari hutan rakyat hasil hutan non kayu terdapat pada kepemilikan lahan strata II sebesar Rp. 6.672.950,00/tahun dengan rata-rata pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari hutan rakyat sebesar Rp. 5.435.633,33/tahun. Sumber pendapatan yang diperoleh dari kegiatan non hutan rakyat diperoleh dari kegiatan bersawah dan beternak. Kegiatan bersawah diperoleh ratarata pendapatan paling besar yaitu sebesar Rp. 2.481.578,95/tahun (75.80%) yang terdapat pada kepemilikan lahan Strata I. Bersawah dilakukan pada lahan basah dan ada juga yang menanam pada lahan kering. Pada lahan basah biasanya petani menanam padi jenis IR, adapun pada lahan kering ditanami dengan padi gogo. Harga per kwintal padi IR basah yaitu Rp. 200.000,00; sedangkan harga padi gogo Rp. 150.000,00/kwintal. Selain itu, rata-rata pendapatan rumah tangga paling besar yang diperoleh dalam kegiatan beternak terdapat pada kepemilikan lahan strata II sebesar Rp. 1.561.300,00/tahun, sehingga dari kegiatan non hutan rakyat pendapatan paling besar terdapat pada kepemilikan lahan strata I yaitu sebesar Rp. 3.273.684,21/tahun. Rata-rata pendapatan rumah tangga dari hasil pertanian dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Rata-rata pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari non hutan rakyat Strata Kepemilikan Lahan
Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Non Hutan rakyat Bersawah
Beternak
Total
(Rp/tahun)
%
(Rp/tahun)
%
(Rp/tahun)
%
Strata I
2.481.578,95
75.80
792.105,26
24.20
3.273.684,21
100.00
Strata II
1.149.500,00
42.40
1.561.300,00
57.60
2.710.800,00
100.00
Strata III
1.078.571,43
57.65
792.380,95
42.35
1.870.952,38
100.00
Rata-rata
1.546.500,00
59.59
1.048.600,00
40.41
2.595.100,00
100.00
50
5.7.2 Pendapatan Rumah Tangga dari Non Pertanian Pendapatan yang diperoleh di kegiatan non pertanian antara lain di bidang jasa, usaha madu, berdagang, dan sebagai buruh tani. Tidak semua rumah tangga memperoleh pendapatan dari kegiatan non pertanian ini, karena kegiatan non pertanian ini merupakan pekerjaan sampingan saja. Rata-rata pendapatan rumah tangga paling besar yang diperoleh dari kegiatan berdagang yaitu terdapat pada kepemilikan lahan strata II yaitu Rp. 2.980.000/tahun. Rata-rata pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari non pertanian dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Rata-rata pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari non pertanian Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Non Pertanian
Strata Kepemilikan Lahan
Berdagang
Buruh
Lainnya
Total
(Rp/tahun)
%
(Rp/tahun)
%
(Rp/tahun)
%
(Rp/tahun)
%
Strata I
1.209.473,68
100.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.209.473,68
100
Strata II
2.980.000,00
63.95
1.680.000,00
36.05
0.00
0.00
4.660.000,00
100
Strata III
57.142,86
28.44
34.285,71
17.06
109.523,81
54.50
200.952,38
100
Rata-rata
1.396.333.33
69.58
572.000,00
28.50
38.333,33
1.91
2.006.666,67
100
Rata-rata pendapatan rumah tangga paling besar yang diperoleh dari buruh
yaitu
terdapat
pada
kepemilikan
lahan
strata
II
sebesar
Rp.
1.680.000,00/tahun, sedangkan pada kepemilikan lahan strata I diperoleh rata-rata pendapatannya 0 karena pada strata I tidak ada yang bekerja sebagai buruh. Adapun
dari
pendapatan
lainnya
diperoleh
rata-rata
pendapatan
Rp.
109.523,81/tahun yang terdapat pada kepemilikan lahan strata III. Rata-rata pendapatan rumah tangga paling besar yang diperoleh dari non pertanian
terdapat
pada
kepemilikan
lahan
strata
II
sebesar
Rp.
4.660.000,00/tahun, sehingga rata-rata pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari kegiatan non pertanian sebesar Rp. 2.006.666,67/tahun. 5.8 Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan total rata-rata rumah tangga paling tinggi pada hutan rakyat diperoleh pada kepemilikan lahan strata II yaitu sebesar Rp. 6.672.950,00/tahun, sedangkan pada kegiatan non hutan rakyat kepemilikan lahan strata I mempunyai pendapatan total rata-rata rumah tangga paling besar yaitu sebesar Rp. 3.273.684,21/tahun. Pendapatan total rata-rata rumah tangga paling besar dalam
51
kegiatan non petanian diperoleh pada kepemilikan lahan strata II yaitu Rp. 4.660.000,00/tahun karena pada strata II terdapat responden yang mengikuti usaha madu, sehingga pendapatan total rata-rata rumah tangga yang paling besar diperoleh pada kepemilikan lahan strata II sebesar Rp. 14.043.750,00/tahun. Pada kepemilikan lahan strata II memiliki curahan waktu kerja paling besar dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang mempengaruhi pada hasil panen yang diperoleh. Bila produktivitas kerja petani besar, kontrol terhadap lahan yang digarap pun semakin besar, sehingga hasil panen yang didapat lebih besar. Hasil panen ini mempengaruhi pendapatan petani. Tabel 28 Pendapatan total rata-rata rumah tangga Total Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Strata Kepemilikan Lahan
Total
Pertanian Non Pertanian Hutan Rakyat
Non Hutan Rakyat
(Rp/Tahun)
%
(Rp/Tahun)
%
(Rp/Tahun)
%
(Rp/Tahun)
%
Strata I
5.859.157,89
56.65
3.273.684,21
31.65
1.209.473,68
11.69
10.342.315,79
100.00
Strata II
6.672.950,00
47.52
2.710.800,00
19.30
4.660.000,00
33.18
14.043.750,00
100.00
Strata III
3.874.047,62
65.15
1.870.952,38
31.47
200.952,38
3.38
5.945.952,38
100.00
Rata-rata
5.435.633,33
54.15
2.595.100,00
25.85
2.006.666,67
19.99
10.037.400,00
100.00
Pada Tabel 28 dapat dilihat bahwa kegiatan hutan rakyat berkontribusi terhadap pendapatan rumah tangga sebesar 54,15 % dengan pendapatan rata-rata Rp. 5.435.633,33/tahun. Jika dibandingkan dengan usaha non hutan rakyat dan non pertanian, usaha hutan rakyat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian rumah tangga petani. Secara keseluruhan, pendapatan setiap rumah tangga diperoleh sebesar Rp. 10.037.400,00/ tahun.
52
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 1. Dilihat dari curahan waktu kerjanya, peran laki-laki lebih besar dari pada perempuan dalam pengelolaan hutan rakyat di Desa Sukaresmi, yaitu curahan waktu kerja laki-laki sebesar 17,30 HOK/bulan dan perempuan sebesar 15,49 HOK/bulan. Selain itu, secara keseluruhan petani laki-laki lebih banyak mencurahkan waktu kerjanya pada kegiatan pengelolaan hutan rakyat yaitu sebesar 56,63%. Sedangkan perempuan lebih banyak mencurahkan waktunya pada kegiatan domestik dan hanya 35,37% waktu yang dicurahkan untuk kegiatan hutan rakyat. 2. Pengambilan keputusan dalam pengelolaan hutan rakyat, masalah keuangan, dan aktivitas sosial didominasi oleh laki-laki atau suami. Sedangkan masalah menyangkut kepentingan bersama dilakukan pengambilan keputusan secara bersama sesuai dengan kesepakatan antara suami dan istri. Istri mempunyai peran dalam pengambilan keputusan dalam masalah domestik keluarga, sehingga kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan sudah cukup baik. 3. Usaha hutan rakyat berkontribusi lebih besar terhadap pendapatan rumah tangga petani sebesar 54.15% daripada usaha non hutan rakyat dan non pertanian. Kontribusi hutan rakyat terbesar terdapat pada kepemilikan lahan strata II sebesar Rp. 14.043.750,00/tahun.
6.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pendapatan rumah tangga, karena tanaman kayu belum dilakukan pemanenan. Sehingga, belum diketahui kontribusi tanaman kayu terhadap pendapatan rumah tangga. 2. Perlu adanya pelatihan-pelatihan kepada para petani laki-laki maupun perempuan tentang pengelolaan hutan rakyat baik kayu dan non kayu, sehingga akan meningkatakan hasil panen. 3. Perlu meningkatkan keterlibatan perempuan dalam kepengurusan kelompok tani.
53
DAFTAR PUSTAKA Bahriyah LZ. 2006. Analisis Gender dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) (Kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani III Jawa Barat dan Banten). [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Balai Informasi Pertanian. 1982. Usaha Tani Hutan Rakyat, Ciawi. Bogor. Bappenas. 2006. Dukungan Provinsi Jawa Tengah dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan. http://bappenas.go.id. [21 Juli 2009]. Bintoro. 2007. Menhut Resmikan Model Rehabilitasi Hutan dan Lahan Partisipatif di Cianjur. http://www.antara.co.id. [15 Juli 2009]. BPS Desa Sukaresmi. 2009. Data Monografi Desa Sukaresmi Tahun 2009. Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Butar-Butar UTE. 2006. Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat dan Kontribusinya Terhadap pendapatan Petani (Kasus Hutan Rakyat di Desa Bruno, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Dede. 1998. Kajian Pengelolaan Hutan Rakyat Kemenyan dan Peranannya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara (Studi Kasus di Desa Simason dan di Desa Susor Tambok). [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Departeman Kehutanan. 2005. Laporan Tahunan Kegiatan Pengarusutamaan Gender Tahun 2005. Departemen Kehutanan. Djajapertjuanda S. 2003. Mengembangkan Hutan Milik Di Jawa. Jatinangor, Bandung: Alqaprint. Forest Conservation Project IGES. 2004. Kabupaten Kutai Barat, Panduan Pengembangan Peran dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan. Kanagawa, Japan: Institute for Global Environmental Strategies. Friday KS, M. Elmo, Garritx, dan P. Dennis. 1999. Rehabilitasi Padang Alangalang Menggunakan Agroforestri dan Pemeliharaan Permudaan Alam. International Center For Research in Agroforestry, Southeast Asian Regional Research Programme. Bogor, Indonesia. Hardjanto. 1990. Pengembangan Kebijakan Ekonomi dalam Pelestarian Hutan. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Harian Analisa. 2007. Hingga 2009, Indonesia akan Hijaukan 5 Juta Hektar Lahan Kritis. Harian Analisa. [28 Mei 2007]. Hutagaol MP, W.R. Susila, W. Andayani, & H. Puspitawati. 2007. Study On Marketing Of Agro-Forestry Products (AFTPs) In Indonesia: A Case Of Chasew Nuts In Wonogiri District, Central java province. A report funded by SEANAFE-ICRAF.
54
Kodiran. 2006. Peningkatan Partisipasi Wanita dan Pengembangan Hubungan Industrial yang Berwawasan Gender Di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Marhaeni AA. 2007. Perkembangan Studi Perempuan, Kritik, dan Gagasan Sebuah Perspektif untuk Studi Gender Ke Depan. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Purwanto CSA, D.R. Indrawati, dan Wardoyo. 2004. Model-Model Pengelolaan Hutan Rakyat (Private Forestry Models). Kebumen : Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB Surakarta. Pusat Penyuluhan Kehutanan. 1996. Materi Penyuluhan Kehutanan I. Pusat Penyuluhan Kehutanan Departemen Kehutanan. Jakarta. Roslinda E. 2009. Peranan Perempuan dalam Usaha Konservasi Hutan Pada Sistem Wanatani Berbasis Karet. Prosiding Penelitian Agroforestri di Indonesia Tahun 2006-2009. ISBN 978-979-18755-8-5. Bandar Lampung. Indonesia. Sajogyo P. 1990. Peranan Wanita dalam Perhutanan Sosial Suatu Studi Integrasi Wanita dalam Pembangunan Kehutanan Menuju Era Tinggal Landas. Bogor: Pusat Studi Wanita, IPB. Simatauw M, L. Simanjuntak, dan P.T. Kuswardono. 2001. Gender dan Pengelolaan Sumber Daya Alam: Sebuah Panduan Analisis. Yayasan Penguatan Institusi dan Kapasitas Lokal (PIKUL), Kupang. Simon H. 1995. Pokok-pokok Pikiran Tinjauan Ekonomi Pengembangan Hutan Rakyat, Dalam Proceeding Seminar Pengembangan Hutan Rakyat. Bengkinang, Riau. 10-11 April, Riau. Stephani C. 2009. Peran Perempuan dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) (Studi kasus RPH Tanungkerta BKPH Tampomas KPH Sumedang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten). [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Suharjito D. dan D. Darusman. 1998. Kehutanan Masyarakat Beragam Pola Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan. Bogor: Institut Pertanian Bogor dan The Ford Foundation. Suharjito D, L. Sundawati, Suyanto, dan S.R. Utami. 2003. Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia. Sundawati L, D.R. Nurrochmat, L. Setyaningsih, H. Puspitawati, dan S. Trison. 2008. Pemasaran Produk-produk Agroforestry. Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB Bogor dan World Agroforestry Center (ICRAF). Tobing M. 2004. Modul Pelatihan Analisis Gender. Samarinda : Care International Indonesia. Undang-Uadang No. 5 Tahun 1967 Tentang Pokok Kehutanan. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.
55
Wikipedia. 2008. Gender. http://id.wikipedia.org/wiki/Gender. [25 Februari 2009]. Wiliam-de Vries, D. 2006. Gender Bukan Tabu: Catatan Perjalanan Fasilitasi Kelompok Perempuan di Jambi. Bogor, Indonesia: Center for International Forestry Research (CIFOR).
56
LAMPIRAN
57
Lampiran 1. Karakteristik Responden Responden No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Suami
Istri
Pandi Oo Suganda Nanang Ujang Jumiati Apad Lili Dede Najmudin Wahyu Udin Adang Suherman Ujang Supiani Ujang Sukardi Jajang Aceng Rodin Arif Cecep Mahpud Pepen Jejen Pudin Uus Maksum Yahya Adang Hasan Sodikin Solihin Mamad
Omi Edah Yayah Elih Ai Halimah Ojah Habibah Imas Iyay Enung Isah Yuni Siti Masitoh Lalah Lela Ai Ikah Ita Dadah Esih Juju Iroh Eti Enok Adah Leli Kakan Dede Yayan
Pekerjaan Umur (Thn) Istri Suami Suami Istri Utama Sampingan Utama Sampingan Petani Petani 55 50 Petani Petani 54 50 Petani Dagang Petani 57 48 Petani Dagang Petani 52 50 Petani Dagang Petani 49 35 Petani Dagang Petani 53 40 Petani Jasa Petani 25 20 Petani Guru Petani 45 40 Petani Petani 48 42 Petani Jasa Petani 44 35 Petani Petani 38 32 Petani Buruh Petani 49 40 Petani Petani 72 55 Petani Petani 25 21 Petani Petani 61 50 Petani Petani 45 38 Petani Petani 35 28 Petani Dagang Petani 46 40 Petani Petani 24 20 Petani Petani 27 20 Petani Petani 42 30 Petani Petani 33 28 Petani Petani 45 40 Petani Petani 55 45 Guru Petani Petani 37 29 Petani Petani 45 40 Petani Petani 52 40 Petani Petani 61 50 Petani Dagang Petani 32 25 Petani Dagang Petani 54 45
Pendidikan Suami
Istri
SD SD SD SD SD SMP SMA SD SD SMP SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SMP SD SD SD SD SD
SD SD SD SD SD SD SD SMP SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD
Luas Garapan (Ha) 2 0.3 1.3 2 1 1 2 0.5 0.5 2 0.5 0.56 2 0.5 2 0.48 2 1 2 1 0.5 0.3 1.25 1 0.5 0.28 0.8 0.8 1 2
Jml. Ang. Keluarga (Orang) 1 2 4 3 6 2 2 4 3 4 5 3 3 2 6 4 4 4 2 3 4 4 3 2 4 5 3 2 3 5
58
Responden No. 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Suami Empud Udin Ujang Sadisi Acep Rohmi Elan Hasanbasri Sasmita M. Jajang Uyun Udin Lukman Dede Rusmana E. Koswara Satir Atmaja Maksum Maman Jalaludin Jajang Nanan Hasan Usup Iwan Urip Bani Mumuk Yayan Endi Mimih Basri
Pekerjaan Istri
Ema Enung Iyom Elah Cucum Pipih Engkom Icah Kariah Munah Dewi yuli Ejah Euis Eet Lili Yuyu Sri Aam Ati Elis Rosidah Titin Tika Erna Usi Nunur Aah Sakiah Yanti
Suami Utama Sampingan Petani Petani Petani Buruh Petani Petani Petani Dagang Petani Jasa Petani Petani Petani Petani Petani Petani Dagang Petani Petani Petani Petani Petani Petani Dagang Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Buruh Petani Petani -
Utama Petani Petani Petani Dagang Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani
Umur (Thn) Istri Suami Sampingan 55 35 41 Petani 50 25 34 33 57 44 50 50 30 49 60 41 47 43 25 30 30 40 45 25 60 34 65 37 30 30 30
Pendidikan
Istri
Suami
Istri
40 27 35 35 20 28 25 44 32 34 38 25 34 55 28 32 39 21 25 22 29 37 20 46 29 55 24 24 27 25
SD SD SD SD SD SMP SD SD SD SD SD SMP SD SD SMP SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD
SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD
Luas Jml. Ang. Garapan Keluarga (Ha) (Orang) 0.25 2 1.75 4 0.7 6 2 5 1 2 0.25 3 0.5 2 0.5 2 1 5 1 9 2 3 0.5 3 0.5 3 0.5 2 0.5 4 1 3 0.7 4 0.75 4 0.5 3 2.5 5 2.5 3 0.8 2 0.5 5 1.5 3 1 5 2 5 1 3 0.5 5 1 7 1.5 3-
59
Lampiran 2. Kepemilikan Lahan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Hutan Rakyat 2 0.3 1.3 2 1 1 2 0.5 0.5 2 0.5 0.56 2 0.5 2 0.48 2 1 2 1 0.5 0.3 1.25 1 0.5 0.28 0.8 0.8 1 2
Status Kebun Milik 1 Milik 1 Milik 0.5 Milik 1 Milik 1 Milik 1 Milik 0.5 Milik 0 Milik 0.16 Milik 2 Milik 0.2 Milik 0 Garap 0 Milik 0 Garap 0 Milik 0 Garap 0 Milik 0.8 Garap 0 Milik 0.12 Garap 0.1 Milik 1 Garap 0.3 Milik 0 Milik 0 Milik 0.15 Milik 0.4 Milik 0 Garap 0 Milik 0
Kepemilkan Lahan (Ha) Status Sawah Status Pekarangan Milik 2 Milik 0.04 Milik 1.5 Garap 0 Milik 0.3 Milik 0 Milik 0.2 Milik 0 Milik 0.5 Milik 0 Milik 0.35 Milik 0 Milik 0.25 Garap 0 0 0 Milik 0.3 Milik 0 Milik 0.17 Milik 0 Milik 0.4 Garap 0 0.04 Milik 0 0.2 Milik 0 0.15 Milik 0 0 0 0 0 0 0 Milik 0.1 Milik 0 0 0 Milik 0 0 Milik 0 0 Milik 0.075 Milik 0 Milik 0.1 Milik 0 0.2 Milik 0 0 0 Milik 0 0 Milik 0.2 Milik 0 0.4 Milik 0 0 0 0.2 Milik 0
Status Milik -
Tanah garap 0.1 0 1.3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Status Garap Garap Garap -
60
Nomor Responden Hutan Rakyat 31 31 0.25 32 32 1.75 33 33 0.7 34 34 2 35 35 1 36 36 0.25 37 37 0.5 38 38 0.5 39 39 1 40 40 1 41 41 2 42 42 0.5 43 43 0.5 44 44 0.5 45 45 0.5 46 46 1 47 47 0.7 48 48 0.75 49 49 0.5 50 50 2.5 51 51 2.5 52 52 0.8 53 53 0.5 54 54 1.5 55 55 1 56 56 2 57 57 1 58 58 0.5 59 59 1 60 60 1.5 Jumlah 120.28 Rata-rata 2.15
No
Status Milik Milik Garap Milik Milik Milik Milik Garap Garap Garap Garap Milik Milik Milik Milik Milik Milik Milik Milik Garap Garap Milik Milik Milik Milik Garap Milik Milik Milik Milik -
Kebun 0.5 0 0 0 0 0 0.2 0 0.16 0.2 0 0 0.7 0 0 0.05 0 0.25 0 0 0 0 0 0.3 0.3 0 0.4 0 0 0 20.15 0.34
Status Milik Milik Garap Milik Milik Milik Milik Milik Milik Milik -
Kepemilkan Lahan (Ha) Sawah Status 0.04 Milik 0 0.7 Garap 0.7 Milik 0 0.25 Milik 0.5 Milik 0.3 Garap 0.16 Garap 0.2 Milik 0 0.4 Milik 0.5 Milik 0.5 Milik 0.28 Milik 0.5 Garap 0.16 Milik 0.24 Milik 0 0.05 Milik 0 0.4 Milik 0.7 Milik 0.25 Milik 0.5 Garap 0.3 Milik 0 0.16 Milik 0.3 Milik 0.2 Milik 31.08 0.56 -
Pekarangan Status Tanah garap 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.04066667 2.44 0.00 0.04
Status -
61
Lampiran 3. Curahan Waktu Kerja dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Suami Pandi Oo Suganda Nanang Ujang Jumiati Apad Lili Dede Najmudin Wahyu Udin Adang Suherman Ujang Supiani Ujang Sukardi Jajang Aceng Rodin Arif Cecep Mahpud Pepen Jejen Pudin Uus Maksum Yahya Adang Hasan Sodikin Solihin Mamad
Istri Omi Edah Yayah Elih Ai Halimah Ojah Habibah Imas Iyay Enung Isah Yuni Siti Masitoh Lalah Lela Ai Ikah Ita Dadah Esih Juju Iroh Eti Enok Adah Leli Kakan Dede Yayan
Curahan Waktu Kerja (HOK/bulan) Pemeliharaan tanaman kayu Tanaman pangan dan palawija Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 8.75 8.75 2.50 2.50 4.38 0 15.63 15.63 4.38 0 15.63 15.63 8.75 8.75 9.38 15.63 2.81 0 14.06 14.06 4.50 0 15.63 15.63 0 0 15.63 15.63 2.50 2.50 17.19 17.19 0 1.88 0 18.75 8.75 8.75 15.63 15.63 1.69 1.69 15.63 15.63 3.13 3.13 15.63 15.63 4.38 4.38 15.63 15.63 2.50 2.50 10.00 10.00 0 0 15.63 15.63 2.50 2.50 15.63 15.63 4.38 4.38 15.63 15.63 3.13 3.13 15.63 15.63 4.38 4.38 15.63 15.63 3.44 0 15.63 15.63 2.81 2.81 15.63 15.63 3.75 3.75 15.63 15.63 4.81 4.81 15.63 15.63 4.38 4.38 18.75 18.75 0 3.94 0 9.63 1.25 1.25 15.63 15.63 4.38 0 15.63 0.00 1.88 1.88 15.63 15.63 3.13 3.13 15.63 15.63 4.38 4.38 15.63 15.63
62
Responden No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Suami Empud Udin Ujang Sadisi Acep Rohmi Elan Hasanbasri Sasmita M. Jajang Uyun Udin Lukman Dede Rusmana E. Koswara Satir Atmaja Maksum Maman Jalaludin Jajang Nanan Hasan Usup Iwan Urip Bani Mumuk Yayan Endi Mimih Basri Jumlah Rata-rata
Istri Ema Enung Iyom Elah Cucum Pipih Engkom Icah Kariah Munah Dewi yuli Ejah Euis Eet Lili Yuyu Sri Aam Ati Elis Rosidah Titin Tika Erna Usi Nunur Aah Sakiah Yanti
Curahan Waktu Kerja (HOK/bulan) Pemeliharaan tanaman kayu Tanaman pangan dan palawija Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 2.50 2.50 15.63 15.63 1.88 0 15.63 0 1.88 1.88 15.63 15.63 2.50 0 15.63 0 3.13 3.13 12.50 12.50 2.06 2.06 18.75 18.75 3.13 3.13 15.63 15.63 3.13 3.13 8.75 8.75 4.38 4.38 15.63 15.63 4.38 4.38 15.63 15.63 3.13 3.13 12.50 12.50 1.88 1.88 15.63 15.63 1.88 1.88 12.50 12.50 2.25 2.25 15.00 15.00 3.13 3.13 12.50 12.50 4.38 4.38 15.63 15.63 3.44 3.44 15.63 15.63 3.13 0 15.63 0 3.13 0 15.63 0 1.88 1.88 12.50 12.50 3.13 3.13 15.63 15.63 3.13 3.13 12.50 12.50 3.13 0 12.50 0 1.88 1.88 12.50 12.50 3.13 3.13 12.50 12.50 4.81 4.81 13.75 13.75 3.13 0 15.63 15.63 4.38 4.38 12.50 12.50 3.13 3.13 12.50 12.50 2.50 0 15.63 0.00 194.50 157.06 843.75 772.13 3.24 2.62 14.06 12.87
63
Lampiran 4. Curahan Waktu Kerja dalam Kegiatan Di Luar Pengelolaan Hutan Rakyat Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Suami
Istri
Pandi Oo Suganda Nanang Ujang Jumiati Apad Lili Dede Najmudin Wahyu Udin Adang Suherman Ujang Supiani Ujang Sukardi Jajang Aceng Rodin Arif Cecep Mahpud Pepen Jejen Pudin Uus Maksum Yahya Adang Hasan Sodikin Solihin Mamad
Omi Edah Yayah Elih Ai Halimah Ojah Habibah Imas Iyay Enung Isah Yuni Siti Masitoh Lalah Lela Ai Ikah Ita Dadah Esih Juju Iroh Eti Enok Adah Leli Kakan Dede Yayan
Curahan Waktu Kerja (HOK/bulan) Berdagang Bersawah Beternak Jasa Guru Buruh LakiLakiPerempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan laki laki 0 0 15.63 15.63 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15.63 15.63 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15.63 15.63 0 0 0 0 0 0 0 0 22.50 0 9.38 15.63 0 0 0 0 0 0 0 0 5.00 0 3.94 3.94 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15.63 15.63 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15.63 15.63 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6.25 0 0 0 0 0 10.50 0 0 0 0 0 0 21.88 0 0 0 8.75 8.75 11.25 0 10.50 0 0 0 0 0 0 0 4.375 4.375 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8.75 8.75 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8.75 8.75 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6.25 6.25 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6.25 6.25 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8.75 8.75 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9.38 9.38 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8.75 8.75 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5.25 5.25 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 22.50 0 0 7.50 0 0 0 15.00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.38 0 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.38 4.38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64
Responden No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Suami
Istri
Empud Udin Ujang Sadisi Acep Rohmi Elan Hasanbasri Sasmita M. Jajang Uyun Udin Lukman Dede Rusmana E. Koswara Satir Atmaja Maksum Maman Jalaludin Jajang Nanan Hasan Usup Iwan Urip Bani Mumuk Yayan Endi Mimih Basri Jumlah Rata-rata
Ema Enung Iyom Elah Cucum Pipih Engkom Icah Kariah Munah Dewi yuli Ejah Euis Eet Lili Yuyu Sri Aam Ati Elis Rosidah Titin Tika Erna Usi Nunur Aah Sakiah Yanti
Curahan Waktu Kerja (HOK/bulan) Berdagang Bersawah Beternak Jasa Guru Buruh Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 0 0 4.38 4.38 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8.75 8.75 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2.50 0 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10.50 10.50 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.38 4.38 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.38 4.38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.38 4.38 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8.75 8.75 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.38 4.38 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.38 4.38 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3.13 3.13 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5.25 5.25 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3.13 3.13 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.38 4.38 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.38 4.38 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.38 0 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.38 4.38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.38 4.38 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.38 4.38 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3.13 3.13 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.81 4.81 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.38 4.38 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.38 4.38 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0 15.63 4.38 0 11.25 0 0 0 0 0 0 0 24.75 38.13 295.38 292.13 423.75 0.00 10.50 0.00 15.00 6.25 21.88 0.00 0.41 0.64 4.92 4.87 7.06 0.00 0.18 0.00 0.25 0.10 0.36 0.00
65
Lampiran 5. Curahan Waktu Kerja dalam Kegiatan Reproduktif Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Suami
Istri
Pandi Oo Suganda Nanang Ujang Jumiati Apad Lili Dede Najmudin Wahyu Udin Adang Suherman Ujang Supiani Ujang Sukardi Jajang Aceng Rodin Arif Cecep Mahpud Pepen Jejen Pudin Uus Maksum Yahya Adang Hasan Sodikin Solihin Mamad
Omi Edah Yayah Elih Ai Halimah Ojah Habibah Imas Iyay Enung Isah Yuni Siti Masitoh Lalah Lela Ai Ikah Ita Dadah Esih Juju Iroh Eti Enok Adah Leli Kakan Dede Yayan
Curahan Waktu Kerja (jam/hari) Memasak Mencuci Pakaian Mengasuh Anak Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 0 2 0 0.5 0 0 0 2 0 0.5 0 0 0 1 0 0.5 0 0 0 1 0 1 0 0 0 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1.5 0 8 0 0.5 0 0.5 0 0 0 2 0 1 0 8 0 1 0 1 0 8 0 1 0 1 0 7 0 2 0 1 0 0 0 0.5 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0.5 0 0.5 0 0 0 2 0 1 0 8 0 1 0 1 0 7 0 2 0 1 0 7 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 7 0 0.5 0 0.5 0 0 0 0.5 0 1 0 7 0 0.5 0 1 0 0 0 1 0 0.5 0 0 0 0.5 0 1 0 11 0 0.5 0 0.5 0 7 0 1 0 1 0 11.5 0 0.5 0 0.5 0 0 0 0.5 0 0.5 0 7 0 0.5 0 0.5 0 7
Membersihkan Rumah Laki-laki Perempuan 0 1 0 0.5 0 0.5 0 1 0 0.5 0 1 0 0.5 0 0.5 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0.5 0 2 0 0.5 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0.5 0 0.5 0 0.5 0 0.5 0 1 0 1
66
Responden No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Suami Empud Udin Ujang Sadisi Acep Rohmi Elan Hasanbasri Sasmita M. Jajang Uyun Udin Lukman Dede Rusmana E. Koswara Satir Atmaja Maksum Maman Jalaludin Jajang Nanan Hasan Usup Iwan Urip Bani Mumuk Yayan Endi Mimih Basri Jumlah Rata-rata
Istri Ema Enung Iyom Elah Cucum Pipih Engkom Icah Kariah Munah Dewi yuli Ejah Euis Eet Lili Yuyu Sri Aam Ati Elis Rosidah Titin Tika Erna Usi Nunur Aah Sakiah Yanti
Curahan Waktu Kerja (jam/hari) Memasak Mencuci Pakaian Mengasuh Anak Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 0 0.5 0 1 0 0 0 0.5 0 0.5 0 10 0 1 0 0.5 0 7 0 0.5 0 1 0 0 0 0.5 0 0.5 0 7 0 0.5 0 0.5 0 0 0 0.5 0 0.5 0 0 0 0.5 0 0.5 0 0 0 1 0 1 0 7 0 1 0 1 0 0 0 0.5 0 1 0 0 0 0.5 0 1 0 0 0 0.5 0 1 0 0 0 0.5 0 1 0 0 0 0.5 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0.5 0 0.5 0 0 0 1 0 0.5 0 12 0 1 0 0.5 0 12 0 0.5 0 0.5 0 7 0 0.5 0 0.5 0 0 0 0.5 0 0.5 0 0 0 0.5 0 0.5 0 12 0 0.5 0 0.5 0 0 0 0.5 0 0.5 0 7 0 0.5 0 0.5 0 0 0 0.5 0 0.5 0 7 0 1 0 0.5 0 7 0 0.5 0 0.5 0 7 0 0.5 0 1 0 7 0.00 74.33 0.00 71.76 0.00 379.16 0.00 1.81 0.00 1.75 0.00 9.25
Membersihkan Rumah Laki-laki Perempuan 0 0.5 0 1 0 0.5 0 1 0 1 0 0.5 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0.5 0 0.5 0 0.5 0 0.5 0 1 0 1 0 0.5 0 0.5 0 0.5 0 1 0 0.5 0 1 0 0.5 0 1 0 0.5 0 1 0 0.5 0 1 0 0.5 0.00 77.80 0.00 1.90
67
Lampiran 6. Pendapatan Rumah Tangga No Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Hutan Rakyat Hasil Kayu Hasil Non Kayu 0 13850000 0 4280000 0 17475000 0 1334000 0 24320000 0 26550000 0 18800000 0 161000 0 500000 0 0 0 1000000 0 4542000 0 4900000 0 800000 0 8035000 0 3175000 0 775000 0 15200000 0 1350000 0 2500000 0 2000000 0 6960000 0 4600000 0 11100000 0 1900000 0 5200000 0 1820000 0 1000000 0 7000000 0 800000
Pendapatan Rumah Tangga Non Hutan Rakyat Bersawah Beternak 26800000 2900000 9000000 1600000 7500000 0 1200000 0 3000000 0 2800000 1200000 800000 3200000 0 0 1000000 0 500000 180000 600000 1800000 400000 400000 400000 75000 1600000 2000000 0 0 0 125000 0 1500000 3240000 10375000 0 0 0 21000 600000 0 800000 1500000 600000 1050000 1000000 1500000 0 1680000 0 0 600000 5300000 300000 0 0 0 800000 0
Non Pertanian Berdagang Buruh Lainnya 0 0 0 0 0 2300000 0 0 0 4500000 0 0 24000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 720000 0 480000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3600000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32000000 0 0 0 0 0
68
No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Nomor Responden 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 Jumlah Rata-rata
Hasil Kayu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00
Hutan Rakyat Hasil Non Kayu 290000 6950000 0 0 1000000 1500000 6205000 30000 3360000 1100000 6150000 6600000 8000000 7984000 9570000 8580000 5438000 3240000 8940000 6800000 7150000 5125000 2100000 3325000 5140000 4235000 2864000 4160000 3580000 4795000 326138000 5435633.33
Pendapatan Rumah Tangga Non Hutan Rakyat Beternak Bersawah 450000 1200000 0 0 1200000 0 6000000 600000 600000 1600000 1400000 600000 2000000 1000000 1200000 0 1900000 1000000 2150000 400000 0 700000 800000 1200000 600000 100000 800000 1260000 800000 1000000 1200000 2500000 800000 1000000 1200000 1400000 0 700000 800000 0 0 1200000 1000000 1600000 600000 0 550000 1200000 1000000 630000 800000 1350000 0 1600000 400000 875000 600000 700000 400000 1095000 92790000 62916000 1546500.00 1048600.00
Berdagang 0 0 0 18000000 0 1200000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 83780000 1396333.33
Non Pertanian Buruh 0 0 3600000 0 30000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 34320000 572000.00
Lainnya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2300000 38333.33
69
Lampiran 7. Struktur Organisasi Kelompok Tani Wargi Resmi, Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Pembina 1. Penyuluhan kehutanan lapangan 2. Penyuluhan pertanian lapangan
Penasehat BPD LPM
Penanggung Jawab Kades Sukaresmi
Ketua Pandi Bendahara OO Suganda Nurhabibah
Seksi Kebun Bibit Desa Lukman Nanang
Seksi HR
Seksi Budidaya
Udin Aceng
Hasan Dede
Seksi Peralatan U. Sadisi Acep
ANGGOTA
Sekretaris Suherman
Seksi Humas M. Ajang U. Jumiati
Seksi Pemasaran Uyun Apad
Seksi Keamanan Adang R.
70
Lampiran 8. Struktur Organisasi Kelompok Tani Mekar Tani, Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Ketua Maksum
Bendahara
Sekretaris
Jajang
yahya
Seksi Persemaian Jalaludin
Seksi Penanaman Endin S
Anggota Pemilik Atau Penggarap