ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN KONTRIBUSI PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KOPERASI HUTAN JAYA LESTARI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROPINSI SULAWESI TENGGARA
L. BINTANG SETYADI B.
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN L. BINTANG SETYADI B., Analisis Kelayakan Usaha dan Kontribusi Pengelolaan Hutan Rakyat Koperasi Hutan Jaya Lestari, Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara. Dibimbing oleh BRAMASTO NUGROHO Permintaan kayu yang tinggi serta adanya pembalakan liar terutama di lahan negara menumbuhkan inisiatif masyarakat untuk mengatasi masalah illegal logging. Langkah yang di tempuh masyarakat yaitu dengan cara pembangunan hutan rakyat. Koperasi Hutan Jaya Lestari didirikan ditengah keprihatinan masyarakat terhadap lajunya degradasi hutan Konawe Selatan, oleh karena itu salah satu tujuan koperasi ini dibentuk adalah untuk menekan kegiatan pembalakan tak legal yang marak terjadi di kawasan hutan produksi Konawe Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha pada pengelolaan hutan rakyat, mempelajari sistem pengelolaan hutan rakyat, mengetahui pola kemitraan, mengetahui sistem pemasaran kayu, serta mengetahui kontribusi pendapatan petani terhadap pendapatan total di Konawe Selatan Sulawesi Tenggara. Penentuan responden dengan menggunakan metode stratified random sampling dengan jumlah responden sebanyak 55 orang. Untuk metode pengolahan data terdiri dari kriteria pembagian hutan rakyat berdasarkan luas lahan, penerimaan dan pendapatan petani, analisis deskriptif kualitatif, analisis kelayakan usaha (Net Present Value, Benefit Cost Ratio, dan Internal Rate of Return), serta pola kemitraan yang ada di lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan rakyat di Kabupaten Konawe Selatan pada periode pembenahan ini strata I impas, sedangkan strata II dan III tidak layak diusahakan secara financial. Nilai NPV masing-masing strata sebesar –Rp. 27.501,00; –Rp. 4.231.546,00 dan –Rp. 9.254.448,00. Untuk BCR sebesar 1,00; 0,78; dan 0,67. Sedangkan untuk IRR nilainya 17,94%; 12,37%; 10,00%. Status hutan pada strata I, II dan III bisa menjadi layak jika ada kenaikan harga kayu masing-masing sebesar 10%, 30%, dan 50%. Apabila diusahakan selama daur pertama pembenahan, hutan tersebut menjadi layak dengan nilai NPV, BCR, dan IRR pada masing masing strata yaitu untuk NPV sebesar Rp. 7.704.499,00; Rp. 4.854.191,00 dan Rp. 3.241.314,00. Untuk BCR masing-masing strata yaitu sebesar 1,59; 1,24; dan 1,11. Sedangkan untuk IRR masing-masing strata nilainya 25,08%; 20,77%; 19,23%. Pola kemitraan antara KHJL dengan petani dan antara KHJL dengan TFT termasuk kemitraan jangka panjang. Kontribusi pendapatan hutan rakyat terhadap pendapatan total rata-rata pada masing-masing strata sebesar 20,30%; 17,87%; dan 20,03%. Ini berarti hutan rakyat hanya merupakan pekerjaan tambahan atau dapat dikatakan pekerjaan waktu luang saja. KHJL melakukan penjualan kayunya berdasarkan pemesanan, namun tidak melebihi jatah tebang tahunan. KHJL memasarkan kayunya dalam bentuk square dengan bersertifikat FSC.
Kata kunci : Kelayakan Usaha, Kemitraan, Kontribusi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Usaha dan Kontribusi Pengelolaan Hutan Rakyat Koperasi Hutan Jaya Lestari, Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor , Juni 2009
L. Bintang Setyadi B. NRP E24104040
ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN KONTRIBUSI PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KOPERASI HUTAN JAYA LESTARI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROPINSI SULAWESI TENGGARA
L. BINTANG SETYADI B.
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Kehutanan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha dan Kontribusi Pengelolaan Hutan Rakyat Koperasi Hutan Jaya Lestari, Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara Nama
: L. Bintang Setyadi B.
NRP
: E24104040
Menyetujui: Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Bramasto Nugroho, MS. NIP : 131671598
Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP : 131578788
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 17 Agustus 1985. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Orangtua penulis bernama Robertus Prasetyo Utomo dan Yuliana Budi Hastuti. Pekerjaan orang tua penulis adalah Karyawan Swasta di Indocement Tiga Roda. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bogor dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor lewat jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Program studi yang dipilih oleh penulis adalah Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis pernah aktif dalam beberapa oraganisasi, yaitu International Forestry Students Association Local Committee IPB (IFSA LC IPB), Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN), dan Paduan Suara Fahutan (Masyarakat Roempoen). Penulis juga pernah mengikuti berbagai kepanitiaan seperti Acara Aeromodelling sebagai humas dan danus yang diadakan oleh HIMASILTAN, dan Panitia Kompak 2006. Selain itu penulis juga melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Desa Lambakara Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara. Untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan IPB penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Kelayakan Usaha dan Kontribusi Pengelolaan Hutan Rakyat di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dibimbing oleh Dr.Ir.Bramasto Nugroho, MS.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Kedua orang tua tercinta, bapak Robertus Prasetyo Utomo dan Ibu Yuliana Budi Hastuti serta adik-adikku tercinta Nikolas Hastian Mantarino dan Yovita Kartika Adventi atas dukungan secara moral maupun material serta kasih sayang yang senantiasa tercurah. 2. Dr. Ir. Bramasto Nugroho, MS. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi dapat selesai dengan baik. 3. Dosen penguji bapak Prof. Dr. Ir. IGK Tapa Darma, M.Sc dan ibu Ir. Lin Nuriah Ginoga, M.Si. 4. Pihak TFT, KHJL, serta orang-orang dari JAUH Sultra yang telah mendukung sehingga dapat terlaksananya penelitian ini. 5. Seluruh dosen dan staff Fakultas Kehutanan IPB, terutama seluruh dosen dan staff dari Departemen Hasil Hutan yang telah banyak mendidik dan membantu penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Teman-teman di pemanenan dan non pemanenan, Arief, Harzan, Ozo, Ucok, Imam, Ipul, Aya, Putri, Gita, Armand, Adhon, Juli, Kur-kur, Jarot, Niam, Kiki, Rieka, 7. Lisa Mariance yang selalu memberi dukungan dan doa. 8. Teman-teman Hasil Hutan yang sudah berjuang selama 4 tahun bersamasama. 9. Seluruh teman-teman THH, BDH, KSHE, dan MNH angkatan 41, 42, dan 43, serta teman-teman dari SMUN 2 Bogor. 10. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satupersatu.
Bogor, Juni 2009
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil penelitian. Judul dari skripsi adalah “Analisis Kelayakan Usaha dan Kontribusi Pengelolaan Hutan Rakyat”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penelitian dan proses penyelesaian skripsi banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Bramasto Nugroho, MS selaku dosen pembimbing. Selain itu, penghargaan penulis disampaikan pula kepada bapak Husain selaku orang tua saya selama saya melaksanakan penelitian di Konawe Selatan dan telah mengijinkan saya untuk tinggal di tempat bapak. Seluruh staff KHJL yang berada di Konawe Selatan serta seluruh teman-teman di Institut Pertanian Bogor, teman-teman di Fakultas Kehutanan IPB. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, dan Adik-adik tercinta, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak semua yang membacanya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Juni 2009
Penulis
DAFTAR ISI
RINGKASAN .....................................................................................................
i
PERNYATAAN .................................................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................
v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2 1.3 Manfaat .................................................................................................. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3 2.1 Sejarah Hutan Rakyat ............................................................................. 3 2.2 Hutan Rakyat ....................................................................................... 3 2.3 Peran Hutan Rakyat dan Manfaatnya ..................................................... 4 2.4 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat ...................................................... 5 2.5 Pengusahaan Hutan Rakyat ................................................................. 7 2.6 Pendapatan Rumah Tangga Petani ...................................................... 8 2.7 Pola Kemitraan .................................................................................... 9 BAB III METODOLOGI ............................................................................. .. 10 3.1 Tempat dan Lokasi Penelitian ............................................................ 10 3.2 Sasaran dan Alat ................................................................................. 10 3.3 Pengumpulan Data ............................................................................. 10 3.4 Analisis Data ...................................................................................... 10 3.4.1 Metode Pengambilan Sampel...................................................... 10 3.4.2 Metode Pengambilan Data .......................................................... 11 3.4.3 Metode Pengolahan Data ............................................................ 11
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ..................................... 16 4.1 Gambaran Umum Lokasi ................................................ .... .. ........ ......16 4.2 Sejarah Koperasi Hutan Jaya Lestari ................................ . ..... ............ 16 4.3 Profil Koperasi Hutan Jaya Lestari ..................................... .. ..... ......... 18 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 20 5.1 Keadaan Umum Responden .................................................................. 20 5.2 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat ....................................................... 21 5.2.1 Pola Tanam dan Jenis Tanaman .................................................... 21 5.2.2 Tahap Pembangunan Hutan Rakyat .............................................. 22 5.3 Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Hutan Rakyat .... 25 5.3.1 Pendapatan Rumah Tangga Petani ................................................ 25 5.3.2 Pengeluaran Rumah Tangga Petani .............................................. 27 5.4 Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat ............................................... 28 5.4.1 Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat pada Periode Pembangunan ............................................................................... 32 5.4.2 Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat Selama Daur Pertama Pembenahan (Periode Pembenahan + Periode Mantab) .............. 34 5.5 Analisis Sensitivitas ............................................................................. 38 5.6 Analisis Pola Kemitraan ....................................................................... 42 5.6.1 Kemitraan Antara KHJL dengan Masyarakat ............................... 42 5.6.2 Kemitraan Antara TFT dengan KHJL........................................... 43 5.7 Pemasaran Hasil Hutan Rakyat ............................................................ 43 BAB VI KESIMPULAN .................................................................................. 45 6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 45 6.2 Saran ..................................................................................................... 46 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1.
Daftar anggota KHJL tahun 2004...................................................................
18
2.
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan....................................
20
3.
Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian pokok...........................
21
4.
Pendapatan rata-rata responden dari berbagai sumber selama 1 tahun...........
25
5.
Kontribusi pendapatan responden hutan rakyat terhadap pendapatan total rata-rata pada tahun 2008................................................................................
26
6.
Rata-rata pengeluaran responden pertahun.....................................................
27
7.
Presentase pendapatan total rata-rata terhadap pengeluaran total ratarata………………………………………......................................................
28
8.
Rincian biaya pemanenan................................................................................
30
9.
Analisis finansial pada periode pembenahan..................................................
33
10. Analisis finansial selama daur pertama pembenahan berdasarkan strata luasan lahan (periode pembenahan + periode mantap)...................................
35
11. Analisis finansial selama daur pertama pembenahan berdasarkan strata luasan lahan setelah mengalami peningkatan pemanaman pada strata II dan III....................................................................................................................
38
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1.
Grafik Perubahan IRR (%) Akibat Kenaikan Harga (%) Strata I...................
39
2.
Grafik Perubahan IRR (%) Akibat Kenaikan Harga (%) Strata II..................
40
3.
Grafik Perubahan IRR (%) Akibat Kenaikan Harga (%) Strata III.................
40
4.
Grafik Perubahan IRR (%) Akibat Kenaikan Biaya Pengusahaan (%) Strata I.............................................................................................................
5.
Grafik Perubahan IRR (%) Akibat Kenaikan Biaya Pengusahaan (%) Strata II............................................................................................................
6.
41
42
Grafik Perubahan IRR (%) Akibat Kenaikan Biaya Pengusahaan (%) Strata III...........................................................................................................
42
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1.
Identitas responden petani hutan rakyat..........................................................
50
2.
Sumber pendapatan total petani hutan rakyat……………………………….
52
3.
Pengeluaran petani hutan rakyat…………………………………………….
54
4.
Biaya tetap dan biaya variable………………………………………………
56
5.
Nilai Tegakan Sisa Tahun 2008......................................................................
58
6.
Simulasi proyeksi hasil tanam.........................................................................
60
7.
Proyeksi cash flow strata I pada periode pembenahan hutan rakyat...............
65
8.
Proyeksi cash flow strata II pada periode pembenahan hutan rakyat..............
66
9.
Proyeksi cash flow strata III pada periode pembenahan hutan rakyat.............
67
10. Proyeksi cash flow Strata I selama daur pertama pembenahan…...................
68
11. Proyeksi cash flow Strata II selama daur pertama pembenahan skenario 1…
71
12. Proyeksi cash flow Strata III selama daur pertama pembenahan scenario 1..
74
13. Proyeksi cash flow Strata II selama daur pertama pembenahan skenario 2...
77
14. Proyeksi cash flow Strata III selama daur pertama pembenahan scenario 2...
80
15. Sensitivitas pada periode pembenahan hutan rakyat......................................
83
16. Sensitivitas selama daur pertama pembenahan...............................................
83
17. Daftar Kuisioner..............................................................................................
84
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Sejak dahulu kala masyarakat telah memanfaatkan hutan untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat yang telah memanfaatkan hutan sebagai lahan pertanian dan beternak untuk memenuhi kebutuhan pangan. Masyarakat memanfaatkan hutan sebagai tempat tinggal untuk menjadi tempat perlindungan dari binatang buas dan cuaca ekstrim. Masyarakat juga memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dan non kayu. Semakin bertambahnya populasi manusia di Indonesia telah menimbulkan berbagai masalah antara lain meningkatnya kebutuhan hidup penduduk dan kebutuhan akan lahan. Permasalahan tersebut menyebabkan terjadinya tekanan terhadap sumberdaya hutan yang terus bertambah dalam rangka memenuhi kebutuhan kayu, air, lapangan pekerjaan, mutu lingkungan yang baik, dan dalam perkembangannya diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pangan. Tekanan terhadap hutan yang sangat tinggi itu disebabkan oleh penebangan hutan yang luas untuk dijual kayunya. Sebenarnya ini tidak perlu terjadi jika masyarakat dapat mengelola lahannya secara optimal. Pengoptimalan itu didapat dari berbagai macam bantuanbantuan yang diberikan. Baik itu berupa bantuan bibit ataupun bantuan berupa pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan penduduk dalam mengelola hutannya secara optimal. Sementara itu kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat akan hasil hutan, utamanya kayu, saat ini masih mengandalkan pada hutan alam. Di sisi lain peningkatan permintaan masyarakat akan kayu tersebut belum diiringi dengan upaya pembangunan hutan tanaman sebagai langkah antisipatif terhadap kebutuhan masyarakat tersebut. Pemintaan akan kayu yang tinggi serta dengan adanya pembalakan liar terutama di lahan negara menumbuhkan inisiatif masyarakat untuk mengatasi masalah illegal logging itu. Langkah yang di tempuh masyarakat dalam membangun hutannya lagi yaitu dengan cara pembangunan hutan rakyat.
2
Koperasi Hutan Jaya Lestari didirikan ditengah keprihatinan masyarakat terhadap lajunya degradasi hutan Konawe Selatan, oleh karena itu salah satu tujuan koperasi ini dibentuk adalah untuk menekan kegiatan pembalakan liar yang marak
terjadi
di
kawasan
hutan
produksi
Konawe
Selatan
sekaligus
mengembalikan dan mewujudkan cita – cita „Koperasi sebagai soko guru perekonomian masyarakat‟. Program ini diprakarsai dan difasilitasi oleh jaringan LSM lokal yang berbasis masyarakat yang dikenal dengan nama Jaringan Untuk Hutan (JAUH), Dinas Kehutanan Propinsi, BPDAS (Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai), Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Selatan, dan Tim Kelompok Kerja Kehutanan Sosial (Pokja SF) dari Dinas Kehutanan. Dengan segenap kemampuannya program tersebut secara intensif mendampingi kelompok masyarakat untuk mewujudkan program pemerintah tersebut. Konawe Selatan merupakan pelopor dari seluruh hutan rakyat di luar jawa, jadi untuk mengetahui keberhasial pengelolaan hutan rakyat di Konawe Selatan perlu dilakukan penelitian. Dalam hal ini penulis memandang perlu melakukan penelitian dengan judul Analisis Kelayakan Usaha dan Kontribusi Pengelolaan Hutan Rakyat. 1.2
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kelayakan usaha pada pengelolaan hutan rakyat di Desa Lambakara, Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara. 2. Mempelajari sistem pengelolaan hutan rakyat di Desa Lambakara, Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara. 3. Mengetahui pola kemitraan yang terjadi di Koperasi Hutan Jaya Lestari. 4. Mengetahui sistem pemasaran kayu yang terjadi di KHJL. 5. Mengetahui kontribusi pendapatan petani terhadap pendapatan total. 1.3
Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi petani hutan rakyat dalam
mengelola
hutan
untuk
dapat
meningkatkan
pendapatan
dengan
lebih
memperhatikan hasil komoditi sehingga pendapatan masyarakat meningkat secara berkelanjutan.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Sejarah Hutan Rakyat Istilah “Social Forestry” untuk pertama kalinya digunakan oleh Westoby
(1968) dalam Ninth Commonwealth Forestry Congress tahun 1968 di New Delhi, India. Selanjutnya disebutkan oleh Tiwari (1983), bahwa Social Forestry pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat di pedesaan dari hutan, yaitu bahan bakar, pakan hewan, makanan, kayu, pemasukan ekonomi, dan lingkungan. Tujuan utama kegiatan hutan rakyat itu sendiri yaitu mencapai keadaan sosial ekonomi penduduk pedesaan yang lebih baik, terutama penduduk di dalam dan di sekitar hutan. Masyarakat setempat diajak untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan secara lebih teratur dan lebih bertanggung jawab.
2.2
Hutan Rakyat Dilihat dari fungsi dibangunnya hutan rakyat, maka hutan rakyat
merupakan bentuk pengelolaan lahan yang sangat mempertimbangkan aspek kelestarian hasil dan aspek konservasi namun tetap memberikan peluang untuk meningkatkan hasil tanaman pangan, peningkatan pendapatan, dan perbaikan kesejahteraan petani. Di dalam UUPK No.5/1967 istilah hutan rakyat dijumpai di dalam penjelasan undang-undang tersebut. Di dalam batang tubuhnya sendiri istilah hutan rakyat tidak ada, akan tetapi ada disebutkan istilah hutan milik, yaitu lahan milik rakyat yang ditanami dengan pepohonan. Titik berat perhatian rakyat adalah menanam tanaman pangan karena pada waktu itu masyarakat Indonesia masih mengalami defisit suplai pangan terutama beras, atau ditanami dengan tanaman holtikultura dan tanaman semusim yang cepat menghasilkan dan dapat dijual untuk menghasilkan uang tunai (Simon, 1995). Sedikit berbeda dengan pengertian hutan rakyat yang disebutkan dalam UUPK No.5/1967, di dalam UUPK No.41/1999 istilah hutan milik tidak dijumpai lagi, diganti dengan istilah hutan hak sebagai sisi lain dari hutan negara. Hutan hak diperuntukkan sebagai sinonim dari hutan rakyat tersebut. Pada dasarnya
4
hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di lahan milik, dikelola dan dikuasai sepenuhnya oleh pemiliknya atau rakyat (Djuwadi, 2002). Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.46/kpts-II/1997, hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan luas minimal 0,25 ha dengan penutupan tajuk tanaman kayukayuan dan jenis lainnya lebih dari 50% dan pada tanaman tahun pertama dengan tanaman sebanyak minimal 500 tanaman tiap hektar. Pemerintah Indonesia telah menawarkan sistem hutan kemasyarakatan sejak tahun 1998, namun konsep tersebut belum mengedepankan rakyat sebagai aktor utama dalam pengelolaan hutan. Rakyat hanya diajak, dan bukan rakyat yang menentukan sistem pengelolaan hutan. Kemudian di tahun 2003, dikeluarkan kembali pencanangan social forestry oleh pemerintah, yang konsepnya tidak jauh beda dengan konsep hutan kemasyarakatan (WALHI, 2004). Selain itu, sangat banyak terdapat sistem pengelolaan hutan oleh rakyat yang ditawarkan. Misalnya Perhutani menawarkan konsep Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat, masyarakat diperbolehkan melakukan penanaman tanaman semusim di sela tanaman jati yang arealnya masih dikelola oleh Perhutani dan masyarakat hanya ikut „menumpang‟ di lahan tersebut. Sistem Hutan Kerakyatan yang digagas WALHI memiliki dua kata kunci, yaitu “sistem hutan” dan “kerakyatan”. Sistem hutan untuk menggambarkan bahwa hutan bukan sekedar tegakan kayu, melainkan suatu sistem pengelolaan kawasan yang terdiri dari berbagai elemen, diantaranya hutan alam, hutan sekunder, sungai, danau, kebun, ladang, permukiman, hutan keramat, dan banyak lagi yang tergantung komunitas dan sistem ekologinya. Kerakyatan menegaskan bahwa aktor utama dalam pengelolaan hutan adalah komunitas lokal.
2.3
Peran Hutan Rakyat dan Manfaatnya Menurut Direktur Penghijauan dan Perhutanan Sosial (Departemen
Kehutanan 1995) menyatakan bahwa hutan rakyat mempunyai manfaat ganda, yaitu selain manfaat ekologis juga mempunyai manfaat ekonomis. Tujuan dan manfaat dibangunnya hutan rakyat tersebut adalah: 1. Memperbaiki penutupan tanah sehingga akan mencegah erosi 2. Memperbaiki peresapan air ke dalam tanah
5
3. Menciptakan iklim mikro, perbaikan lingkungan dan perlindungan sumber air 4. Meningkatkan produktifitas lahan 5. Meningkatkan pendapatan masyarakat 6. Memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu dan kebutuhan kayu rakyat. Departemen Kehutanan (1995) sendiri menegaskan bahwa tujuan pokok dari pengembangan hutan rakyat adalah: 1. Memenuhi kebutuhan kayu 2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat 3. Memperluas kesempatan kerja penduduk 4. Salah satu upaya pengentasan kemiskinan Saragih, Sunito, dan Suharjito (1995), mengemukakan hutan rakyat adalah bagian yang integral dari ekonomi rumah tangga rakyat yang mempunyai ciri multi purpose, yaitu : 1. Memenuhi sebagian dari kebutuhan pangan anggota rumah tangga, kebutuhan pakan ternak, bahan bangunan, dan sumber pendapatan 2. Memberikan hasil sepanjang tahun, tidak terikat musim sehingga dapat mengisi kebutuhan pada saat lahan-lahan pertanian tanaman semusim tidak menghasilkan 3. Hutan rakyat di Pulau Jawa berfungsi sebagai jaminan bagi kredit informal 4. Dapat berperan sebagai kebutuhan ekonomi daerah akan kayu, sayur, dan buah-buahan serta tanaman obat-obatan 5. Berperan positif di dalam penyerapan air dan mencegah erosi 6. Dapat menjadi sumber plasma nutfah, khususnya hutan rakyat di pulau jawa. Toha (1987) menyebutkan bahwa sasaran pengembangan hutan rakyat terbagi menjadi tiga, yaitu sasaran fisik lingkungan hidup (environment), sasaran sosial ekonomi (prosperity) dan sasaran keamanan dan keutuhan negara (security).
2.4
Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Pengelolaan hutan rakyat di satu sisi memang menunjukkan potensi hasil
hutan kayu dan non kayu yang besar, peningkatan nilai ekologis kawasan, dan
6
tentu saja peningkatan pendapatan masyarakat pengelola hutan. Akan tetapi di sisi lain masih ditemui beberapa permasalahan, misalnya keterbatasan akses dan pengetahuan pasar masyarakat, penebangan yang masih dilakukan dengan sistem ”tebang butuh”, kualitas kayu dari hutan rakyat yang belum optimal akibat kurangnya pengetahuan tentang teknik silvikultur, serta masih lemahnya pengetahuan pengelola hutan terkait dengan penaksiran dan perhitungan volume pohon maupun teknik pemotongan log, yang berakibat pada rendahnya harga jual kayu jika dibandingkan dengan harga pasar. Pola usahatani hutan rakyat masih dilakukan secara tradisional dan belum sepenuhnya memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang paling menguntungkan (Hardjanto, 1990). Pemilik hutan rakyat umumnya belum menggantungkan penghidupannya pada hutan-hutan yang dimilikinya, mereka mengusahakan hutan rakyat tersebut sebagai sambilan. Faktor penyebab para petani tidak menggantungkan penghidupannya pada hutan yaitu: 1.
Belum adanya persatuan antar pemilik hutan rakyat
2.
Sistem silvikultur belum diterapkan secara sempurna
3.
Kurangnya pengetahuan petani dalam pemasaran hasil hutan rakyat
4.
Belum adanya lembaga khusus yang menangani pengusahaan hutan rakyat. Pengelolaan hutan rakyat pada dasarnya adalah merupakan upaya
menyeluruh dari kegiatan-kegiatan perencanaan, pembinaan, pengembangan, dan penilaian serta pengawasan pelaksanaan kegiatan produksi, pengolahan hasil dan pemasaran secara terencana dan berkesinambungan. Tujuan akhir yang ingin di capai dari pengelolaan hutan rakyat adalah adanya peningkatan peran dari kayu rakyat terhadap peningkatan pendapatan pemilik/pengusahanya secara terus menerus selama daur. Departemen Kehutanan (1995) menyebutkan keberhasilan pengembangan hutan rakyat sangat tergantung pada : 1.
Tujuan pengembangan hutan rakyat yang jelas
2.
Lokasi dan luas unit usaha hutan rakyat
3.
Pemilihan jenis yang di tanam
4.
Sistem penanaman, pemeliharaan, dan Pengelolaan
5.
Produksi tahunan yang terencana
7
6.
Investasi yang tersedia dan keterkaitan dengan industri pengelolaan kayu. Departemen Kehutanan (1995) juga menyebutkan sistem pendanaan yang
dilaksanakan dalam pengembangan hutan rakyat dapat ditempuh melalui: 1.
Swadaya masyarakat baik perorangan, kelompok, maupun mitra usaha
2.
Program bantuan impres penghijauan dan reboisasi/APBD
3.
Kredit, berupa pinjaman lunak kepada petani/kelompok tani dengan pola acuan P3KUK-DAS melalui bank penyalur
4.
Kredit usaha perhutanan rakyat, berupa pinjaman lunak kepada petani melalui mitra usaha yang pelaksanaannya diatur oleh Departemen Kehutanan dan BRI selaku bank penyalur.
2.5
Pengusahaan Hutan Rakyat
1. Biaya Pengusahaan Hutan Rakyat Biaya secara sederhana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan. Jadi biaya pengusahaan hutan rakyat adalah segala bentuk korbanan ekonomi yang dikeluarkan atau akan dikeluarkan untuk mencapai tujuan pembangunan hutan rakyat. Pada prinsipnya biaya yang terlibat dalam pengusahaan hutan rakyat dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu biaya produksi tetap (fixed cost) dan biaya produksi berubah (variable cost). Biaya produksi tetap adalah semua jenis biaya yang tidak berubah besarnya walaupun jumlah barang yang dihasilkan berubah, misalnya sewa tanah. Sedangkan biaya produksi berubah adalah biaya produksi yang besarnya tergantung dari jumlah barang yang dihasilkan, misalnya membeli pupuk, bibit, upah tenaga kerja (Sumarta, 1963 dalam Hayono, 1996).
2. Pendapatan Usaha Hutan Rakyat Pendapatan adalah penerimaan total dari penjualan hasil produksi sebelum dikurangi dengan biaya produksi. Besarnya Pendapatan dipengaruhi oleh jumlah barang yang dihasilkan/diproduksi dan harga masing-masing jenis dan kualitas produk. Pendapatan dari usaha hutan rakyat diperoleh dari penjualan kayu rakyat baik berupa kayu pertukangan maupun kayu bakar.
8
3. Analisis Finansial Pengusahaan Hutan Rakyat Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut badan atau orang-orang yang menanam modalnya dalam suatu proyek. Analisis finansial pengelolaan hutan rakyat dapat dipakai sebagai ukuran keberhasilan dalam pengelolaan hutan rakyat lebih lanjut bagi masyarakat maupun pemerintah untuk menentukan langkah-langkah perbaikan dan peningkatan manfaat di masa yang akan datang, sehingga penggunaan dan alokasi sumberdaya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara lebih efisien dan efektif. Menurut Gittinger (1986), dalam menilai suatu proyek yang menggunakan Discounted Cash Flow (DCF) atau aliran kas yang berdiskonto berdasarkan pada tiga kriteria, yaitu : 1. Net Present Value (NPV), yaitu nilai kini atau sekarang dari suatu proyek setelah dikurangi dengan seluruh biaya pada suatu tahun tertentu dari keuntungan atau manfaat yang diterima pada tahun bersangkutan dan didiskontokan pada tingkat bunga yang berlaku. 2. Benefit Cost Ratio (BCR), adalah suatu cara evaluasi proyek dengan membandingkan nilai sekarang seluruh hasil yang diperoleh proyek dengan nilai sekarang seluruh biaya proyek. 3. Internal Rate of Return (IRR), adalah suatu tingkat suku bunga maksimal yang dibayarkan oleh suatu proyek untuk semua investasi dan sumberdaya yang digunakan. Proyek diprioritaskan pelaksanaannya (layak), apabila nilai NPV>0, BCR>1 dan IRR lebih besar daripada suku bunga yang berlaku.
2.6
Pendapatan Rumah Tangga Petani Pendapatan rumah tangga adalah kumpulan dari pendapatan anggota-
anggota rumah tangga dari masing-masing kegiatannya. Menurut Soeharjo dan Patong (1973), pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dari penjualan, konsumsi keluarga akan komoditi yang dihasilkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan komoditi tersebut. Biro Pusat Statistik (1993), menyatakan bahwa pendapatan rumah tangga petani tidak hanya berasal dari usaha pertaniannya saja, tetapi juga berasal dari
9
sumber-sumber lain di luar sektor pertanian, seperti perdagangan, jasa pengangkutan, industri pengolahan, dan lain-lain. Bahkan kadang penghasilan di luar usaha pertanian justru lebih besar daripada pendapatannya dari pertanian. Sedangkan Kartasubrata (1980), menjelaskan bahwa pendapatan rumah tangga menurut sumbernya dibagi menjadi dua golongan, yaitu pendapatan kehutanan, adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan di hutan, dan pendapatan non kehutanan, yaitu pendapatan yang berasal dari hasil kegiatan di luar kehutanan.
2.7
Pola Kemitraan Kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil dengan menengah atau
dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling menguntungkan. Terdapat beberapa pola yang dapat diterapkan dalam pelaksanan kerjasama kemitraan. Pemilihan bentuk kerjasama dapat disesuaikan dengan melihat kondisi masing-masing pelaku kerjasama. Menurut Departemen Pertanian (1997), berdasarkan jangka waktunya, kemitraan dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1.
Kemitraan Insidental Bentuk kemitraan ini didasarkan pada kepentingan ekonomi bersama dalam jangka pendek dan dihentikan jika kegiatan tersebut telah selesai, dengan atau tanpa kesepakatan tertulis atau kontrak kerja. Bentuk kemitraan seperti ini biasanya ditemui dalam pengadaan input dan pemasaran usaha tani.
2.
Kemitraan Jangka Menengah Bentuk kemitraan ini didasarkan pada motif ekonomi bersama dalam jangka menengah atau musim produksi tertentu, dengan atau tanpa perjanjian tertulis.
3.
Kemitraan Jangka Panjang Kemitraan ini dilakukan dalam jangka waktu yang sangat panjang dan terus-menerus dalam skala besar dan dengan perjanjian tertulis. Misalnya adalah kepemilikan perusahaan oleh petani atau koperasi.
10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tempat dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lambakara, Kecamatan Lainea,
Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai bulan Agustus 2008.
3.2
Sasaran Sasaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemilik hutan rakyat
di desa Lambakara, Kecamatan Lainea, Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara. Selain itu penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi terkait. Penentuan responden dilakukan dengan metode stratified random sampling terhadap rumahtangga yang memiliki usaha hutan rakyat berdasarkan luas penguasaan lahannya.
3.3 1.
Pengumpulan Data Data Sekunder Laporan kegiatan pengelolaan hutan rakyat, LSM pendamping, Kepala Desa dan Forum Kelompok Tani Hutan.
2.
Data Primer a.
Wawancara dengan pengelola hutan rakyat, LSM Pendamping, Kepala Desa dan Forum Kelompok Tani Hutan.
b.
Pengecekan langsung di lapangan.
3.4
Analisis Data
3.4.1
Metode Pengambilan Sampel Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan metode stratified
random sampling terhadap rumah tangga yang memiliki usaha hutan rakyat berdasarkan luas penguasaan lahannya. Stratifikasi lahan dibuat berdasarkan luas kepemilikan lahan masyarakat yang diketahui dari buku penduduk Desa
11
Lambakara. Stratifikasi kepemilikan lahan masyarakat desa yang dijadikan sample terbagi menjadi 3 strata yaitu :
3.4.2
Strata 1
: kepemilikan lahan <0,5 Ha
Strata 2
: kepemilikan lahan 0,5-1 Ha
Strata 3
: kepemilikan lahan >1 Ha
Metode Pengambilan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah :
a. Teknik Observasi Data dikumpulkan melalui pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti baik untuk responden maupun di lapangan. b. Teknik Wawancara Data dikumpulkan melalui tanya jawab yang dilakukan langsung terhadap responden yang terlibat dalam pengelolaan hutan rakyat, pejabat setempat dan pemimpin formal maupun informal.
3.4.3 a.
Metode Pengolahan Data Kriteria Pembagian Hutan Rakyat berdasarkan luas lahan Hutan rakyat dibagi menjadi 3 strata dengan batasan luasan sebagai
berikut :
b.
i.
Strata I
: Luas lahan kurang dari 0,5 Ha
ii.
Strata II
: Luas lahan antara 0,5-1 Ha
iii.
Strata III
: Luas lahan lebih besar dari 1 Ha
Penerimaan dan Pendapatan Petani Hutan Rakyat Penerimaan merupakan perkalian jumlah hasil produk dengan harga
satuannya. Selanjutnya pendapatan merupakan selisih total penerimaan (total revenue) dengan total biaya yang dikeluarkan dalam usaha pengelolaan hutan (total cost). Untuk menentukan pendapatan dengan cara membagi jenis pendapatannya. Misalnya perolehan pendapatan dari padi, dari hutan rakyat, jasa, dagang, dan pengelolaan hutan rakyatnya. Setelah itu membagi jenis pendapatannya ke dalam beberapa strata. Sesuai dengan pembagian hutan rakyat
12
berdasarkan luas lahan. Setelah itu jumlahkan rata-rata dari masing-masing strata. Secara sistematis untuk menentukan pendapatan dituliskan sebagai berikut:
Pendapatan = TR-TC Keterangan : TR = Total Revenue TC = Total Cost
c.
Analisis Deskriptif Kualitatif Analisis Deskriptif Kualitatif menyangkut analisis tingkat pendapatan dan
sumbangan masing-masing sektor ekonomi sebagai sumber pendapatan rumah tangga yaitu hutan rakyat dan non hutan rakyat terhadap pendapatan rumah tangga buruh dan pekerja jasa dengan tujuan untuk melihat pengaruh kedua jenis usaha petani hutan rakyat. Adapun analisis yang digunakan adalah : 1.
Rata-rata Pendapatan dan pengeluaran petani Diperoleh dengan cara membagi antara pendapatan dan pengeluaran rumah tangga dari para petani per tahun dari jenis usaha tersebut dengan banyaknya rumah tangga responden.
2.
Rata-rata Pendapatan san Pengeluaran Total Rumah Tangga Petani Diperoleh dengan menjumlahkan total semua pendapatan dan pengeluaran rumah tangga para petani dari berbagai jenis usaha yang ada di tempat itu dengan banyaknya rumah tangga responden.
3.
Kontribusi Kegiatan Sumber pendapatan petani tidak sama antara lain usaha tani, hutan rakyat, dan jasa. Dalam hal ini hanya membandingkan dua saja yaitu mencari pendapatan masyarakat dari usaha hutan rakyat dan peranannya terhadap pendapatan total masyarakat. Hasil hutan rakyat biasanya dijadikan sebagai sumber penghasilan. Nantinya diharapkan dapat membandingkan kontribusi dari masing-masing kegiatan seperti mencari kontribusi pendapatan dan pengeluaran responden hutan rakyat terhadap pendapatan dan pengeluaran total rata-rata selama tahun 2008. Untuk mencari pendapatan rumah tangga dari usaha bertani :
13
Xki=
Xwi x100% Xti
Keterangan : ∑Xwi = Pendapatan rumah tangga dari petani per tahun jenis usaha ke–i ∑Xti = Pendapatan rumah tangga total dari petani per tahun jenis usaha ke–i Xki = Kontribusi kegiatan yang diperoleh petani
d.
Analisis Kelayakan Usaha
1.
Nilai Sekarang (Present Value) Konsep nilai sekarang atau Present Value merupakan konsep untuk
mengetahui nilai uang sekarang dan akan datang. Dalam perhitungan PV tersebut ditentukan discount factor untuk menilai uang terhadap waktu. Rumus discount factor adalah :
df =
1 (1 r) t
keterangan : df = discount factor
t = jangka waktu (thn)
r = suku bunga
PV = present value
Sehingga rumus untuk PV adalah n
PV = t 1
Vt (1 r ) t
keterangan : Vt = Value pada tahun ke-t
5.
Net Persent Value (NPV) Net Persent Value merupakan nilai sekarang dari manfaat atau pendapatan
dan biaya atau pengeluaran. Dengan demikian apabila NPV bernilai positif dapat diartikan juga sebagai besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha. Sebaliknya NPV yang bernilai negatif menunjukan kerugian. n
NPV = t 1
Bt Ct (1 i ) t
Keterangan : Bt = penerimaan (benefit) pada tahun ke-t
14
i = discount rate yang berlaku (%) Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t n = umur proyek (tahun) 1. NPV>0 ; maka proyek menguntungkan dan dapat atau layak dilaksanakan. 2. NPV=0 ; maka proyek tidak untung dan tidak juga rugi, jadi tergantung pada penilaian subyektif pengambilan keputusan. 3. NPV<0 ; maka proyek ini merugikan karena keuntungan lebih kecil dari biaya, jadi lebih baik tidak dilaksanakan.
6.
Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return yaitu tingkat suku bunga yang membuat proyek
akan mengembalikan semua investasi salama umur proyek. Jika dinilai Internal Rate of Return lebih kecil dari discount rate maka NPV<0, artinya sebaiknya proyek itu tidak dilaksanakan. Inti analisis finansial adalah membandingkan antara pendapatan dengan pengeluaran, dimana suatu kegiatan atau usaha adalah feasible apabila pendapatan lebih besar dari pengeluaran.
IRR = i1 Keterangan :
NPV1 x(i2 i1 ) NPV1 NPV 2
i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 = discount rate yang menghasilkan NPV negative
NPV1 = NPV yang bernilai positif NPV2 = NPV yang bernilai negative 1.
IRR > discount rate yang berlaku ; maka kegiatan investasi layak dijalankan
2.
IRR < discount rate yang berlaku ; maka kegiatan investasi tidak layak dijalankan
7.
Benefit Cost Ratio (BCR) Benefit Cost Ratio merupakan suatu cara evaluasi proyek dengan
membandingkan nilai sekarang seluruh hasil dengan nilai sekarang seluruh biaya proyek. BCR diperoleh dengan membagi jumlah pendapatan terdiskonto dengan
15
jumlah hasil diskonto biaya. Apakah usaha tersebut sudah layak dilaksanakan atau tidak,maka kita perlu menghitung nilai BCRnya. Kriteria usaha tersebut haruslah lebih besar dari 1. n
BCR
Bt
(1 i)
t 1 = n
t
Ct
(1 i) t 1
t
Keterangan : Bt = penerimaan (benefit) pada tahun ke-t Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t t = umur proyek (tahun) i = discount rate yang berlaku (%) BCR > 1 ; maka proyek layak atau menguntungkan BCR < 1 ; maka proyek tidak layak atau tidak menguntungkan
e.
Kemitraan Mengetahui pola kemitraan dengan mengetahui bentuk-bentuk kerjasama
yang terjadi. Bentuk kerjasama dapat berupa : 1. Kemitraan Insidental Bentuk kemitraan ini didasarkan pada kepentingan ekonomi bersama dalam jangka pendek dan dihentikan jika kegiatan tersebut telah selesai, dengan atau tanpa kesepakatan tertulis atau kontrak kerja. 2. Kemitraan Jangka Menengah Bentuk kemitraan ini didasarkan pada motif ekonomi bersama dalam jangka menengah atau musim produksi tertentu, dengan atau tanpa perjanjian tertulis. 3. Kemitraan Jangka Panjang Kemitraan ini dilakukan dalam jangka waktu yang sangat panjang dan terusmenerus dalam skala besar dan dengan perjanjian tertulis.
16
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Kabupaten Konawe Selatan beribukota Andoolo dan secara geografis terletak di bagian selatan khatulistiwa. Luas wilayahnya 451.421 Ha atau 11,83% dari luas wilayah daratan Sulawesi Tenggara, dengan jumlah penduduk 226.734 jiwa. Kabupaten Konawe Selatan terdiri dari 11 kecamatan dengan 286 desa dan 10 kelurahan. Dari 296 desa/kelurahan yang terdapat di Konawe Selatan 211 (71,28 %) masuk klasifikasi desa swadaya mula dan 85 sisanya (28,72 %) desa swadaya madya (BPS Kabupaten Konawe Selatan, 2005). Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2005, jumlah penduduk Kabupaten Konawe Selatan sebanyak 228.765 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Konawe Selatan sebesar 2,71 persen pertahun (BPS Kabupaten Konawe Selatan, 2005). Batas wilayah : a)
Sebelah Utara berbatasan dengan kabupaten Konawe dan kota Kendari
b)
Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda dan Laut Maluku
c)
Sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Bombana dan Muna
d)
Sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Kolaka Permukaan tanah pada umumnya bergunung dan berbukit yang diapit
dataran rendah yang sangat potensial untuk perkembangan sektor pertanian.
4.2 Sejarah Koperasi Hutan Jaya Lestari Koperasi Hutan Jaya Lestari (KHJL) dibentuk pada bulan Maret tahun 2003 sebagai bagian dari program kehutanan sosial Konawe Selatan yang dikelola oleh anggota masyarakat di sekitar area hutan produksi jati milik negara di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Pendirian koperasi ini di inisiasi oleh 46 ketua kelompok Social Forestry (SF) dari 46 desa, dalam 6 kecamatan, di wilayah kabupaten Konawe Selatan. Program ini diprakarsai dan difasilitasi oleh jaringan LSM lokal yang berbasis masyarakat yang dikenal dengan nama Jaringan
17
Untuk Hutan (JAUH), Dinas Kehutanan Propinsi, BPDAS (Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai), Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Selatan, dan Tim Kelompok Kerja Kehutanan Sosial (Pokja SF) dari Dinas Kehutanan. Kegiatan pengorganisasian sejak awal hingga terbentuknya Koperasi Hutan jaya Lestari tidak lepas dari peran LSM yang peduli terhadap kelestarian lingkungan, oleh karena itu sebuah jaringan LSM lokal Sultra yang bernama JAUH-Sultra dengan segenap kemampuannya secara intensif mendampingi kelompok masyarakat untuk mewujudkan program pemerintah tersebut. Hutan yang rakyat miliki saat ini dulunya merupakan hutan tanaman jati milik orang tua mereka. Orang tua mereka menanam jati agar nantinya anak cucu mereka bisa menikmati jati yang mereka tanam. Koperasi Hutan Jaya Lestari merupakan koperasi yang di bentuk oleh masyarakat konawe untuk menjaga kelestarian hutan. Koperasi mewajibkan anggotanya untuk menanam agar hutan yang mereka miliki lestari. Awalnya sebelum masyarakat bergabung dengan KHJL, mereka menjual kayu kepada pabrik-pabrik dengan harga yang murah. Namun setelah mereka bergabung dengan koperasi, masyarakat diajari tentang pentingnya menanam untuk masa depan dan kelestarian. Pada awal 2004 banyak masyarakat yang mulai mengikuti atau masuk menjadi anggota KHJL. Sehingga tahun 2004 merupakan tahun awal penanaman jati di konawe selatan ini. Koperasi Hutan Jaya Lestari didirikan ditengah keprihatinan masyarakat terhadap lajunya degradasi hutan Konawe Selatan, oleh karena itu salah satu tujuan Koperasi ini dibentuk adalah untuk menekan kegiatan pembalakan tak legal yang marak terjadi di kawasan hutan produksi Konawe Selatan sekaligus mengembalikan dan mewujudkan cita – cita „Koperasi sebagai soko guru perekonomian masyarakat‟. Koperasi Hutan jaya Lestari dalam usahanya lebih mengedepankan nilai sosial yang dibangun dengan mengangkat kearifan lokal yang selama ini sangat dipatuhi oleh masyarakat, hal ini sangat efektif dalam kegiatan pengelolaan hutan secara lestari, dan secara umum dapat mempertahankan budaya local dalam upaya melestarikan hutan.
18
Tabel 1. Daftar anggota KHJL tahun 2004 No unit
Unit/Desa
Nama KU
Kecamatan
Jml Anggota
1
Lambakara
Husen
Laeya
53
2
Aoreo
Abd. Maal
Lainea
43
3
Pamandati
Ramli
Lainea
12
4
Anggoroboti
Sultan H. A.
Laeya
31
5
Eewa
Jahar
Palangga
17
6
Onembute
Zakaria
Palangga
22
7
Wonua Raya
Warma S.
Baito
47
8
Matabubu
Kadir M.
Baito
54
9
Rahamenda
Syafrudin
Andoolo
35
10
Mekarsari
Siong
Palangga
50
11
Koeono
Chunding
Palangga
14
12
Sawah
Harami
Kolono
44
13
Sambahule
Haris Sp.
Baito
31
14
Keaea
Sailan
Palangga
11
15
Mataiwoi
Arbal
Kolono
36
16
Polewali
Taharuddin
Lainea
13
17
Palendia
Sarmudin
Buke
28
18
Watumerembe
Berdin Manus
Palangga
17
19
Andinete
Laode Hadisi
Kolono
14
20
Lalobao
Saenudin Sp
Andoolo
4
21
Labokeo
Kadir
Laeya
22
Adayu Indah
M. Toha
23
Buke
Agustan
Buke
24
Matabubu Jaya
Togasi
Lainea
3
Total
579
19
4.3 Profil Koperasi Hutan Jaya Lestari Pengurus KHJL berjumlah 5 orang dan Pengawas KHJL berjumlah 3 orang, yang dipilih setiap 3 tahun dalam satu periode masa jabatan yang berasal dari pengurus di unit kerja tiap desa. Karyawan KHJL terdiri dari : a)
Supervisor 2 orang
b)
Staf administrasi 1 orang
c)
Staf inventarisasi 3 orang
d)
Staf grading 2 orang Seluruhan karyawan KHJL direkrut melalui penjaringan dan seleksi.
Tugas masing-masing karyawan diberikan berdasarkan kontrak kerja yang memuat tentang tata tertib kerja, hak dan tanggung jawab. Pengangkatan dilakukan dengan Surat Keputusan Pengurus.
20
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Keadaan Umum Responden Petani yang mengikuti program Koperasi Hutan Jaya Lestari di Desa
Lambakara ini berjumlah 579 orang. Untuk pengambilan sampel digunakan statistik parametrik yang membutuhkan sampel minimal 30 sampel. Dari total petani tersebut diambil sampel sebanyak 55 orang sebagai responden. Dasar yang digunakan di dalam pengambilan sampel adalah luasan lahan hutan rakyat, dimana petani dibagi kedalam tiga strata yaitu strata I dengan luasan lahan <0,5 ha dengan jumlah responden 14 orang (25,45%), strata II dengan luasan lahan 0,5-1 ha dengan jumlah responden 11 orang (20%), dan strata III yang mempunyai luasan lahan lebih dari 1 ha dengan jumlah responden 30 orang (54,55%). Responden mempunyai tingkat pendidikan tergolong sedang. Dari 55 responden, yang menyelesaikan sekolah sampai tingkat SMP dan SMA masing-masing sebesar 13 orang dan 15 orang. Sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan SD dengan jumlah 18 responden dan 5 orang melanjutkan ke jenjang kuliah dengan beragam tingkat seperti D1, D3, dan S1. Sedangkan responden yang tidak pernah sekolah sebanyak 4 orang (Tabel 2). Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Kuliah Jumlah
I (<0,5 ha) n %
Strata Responden II (0,5-1 ha) III (>1 ha) n % n %
n
1 4 5 1 3 14
1 6 2 2 0 11
4 18 13 15 5 55
7.14 28.57 35.71 7.14 21.43 100
9.09 54.55 18.18 18.18 0.00 100
2 8 6 12 2 30
6.67 26.67 20.00 40.00 6.67 100
Jumlah % 7.27 32.73 23.64 27.27 9.09 100
Dari data di atas dapat diketahui tingkat pendidikan responden tergolong rendah, karena masih banyak orang yang lulusan SD tinggal di daerah tersebut. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi pola pikir responden dalam menjawab soalsoal quisioner serta di dalam mengelola hutan rakyatnya.
21
Seluruh responden mempunyai status sudah berkeluarga dengan jumlah anggota keluarga rata-rata 4-5 jiwa. Mata pencaharian pokok yaitu sebagai petani baik pada strata I (64%), strata II (91%), maupun pada strata III (53,33%). Mata pencaharian pokok yang menempati urutan kedua yaitu mata pencaharian yang berhubungan dengan wiraswasta. Dalam hal ini wiraswasta dapat diartikan mereka yang memperoleh hasil dari membuka lapangan pekerjaan sendiri seperti warung, ataupun sebagai pengrajin dan penjual jasa. Dari tabel 3 terlihat bahwa pada strata I sebanyak 3 responden (21%) bermata pencaharian sebagai wiraswasta, strata II sebanyak 1 responden (9%), strata III sebanyak 8 responden (26,67%). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian pokok
Mata Pencaharian PNS Guru Tani Wiraswasta Karyawan Kades Total
I (<0,5 ha) n % 0 0 0 0 9 64 3 21 2 14 0 0 14 100
Strata Responden II (0,5-1 ha) III (>1 ha) n % n % 0 0 3 10.00 0 0 1 3.33 10 91 16 53.33 1 9 8 26.67 0 0 0 0.00 0 0 2 6.25 11 100 30 100
5.2
Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat
5.2.1
Pola Tanam dan Jenis Tanaman
n 3 1 35 12 2 2 55
Jumlah % 5.45 1.82 63.64 21.82 3.64 3.64 100
Masyarakat di sana umumnya menanam tanaman jati diselingi dengan tanaman tumpang sari. Tanaman tumpang sari yang banyak diminati oleh para petani yang mengikuti koperasi KHJL ini umumnya lada. Bibit lada yang mereka dapat berasal dari bantuan-bantuan, sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk membeli bibit lada. Untuk jarak tanam, petani hutan rakyat sudah punya inisiatif untuk menanam jati dalam ukuran 3x3m. Biasanya mereka menanam dengan menyelingi tanaman tumpang sari, sehingga mereka memperoleh manfaat ganda dan penghasilan tambahan dalam mengelola hutan rakyat.
22
Petani hutan rakyat Desa Lambakara umumnya menanam jati. Mereka berpikir bahwa jati akan memberikan pendapatan yang tinggi di masa depan dibandingkan tanaman lain. Petani memperoleh benih jati dari BPDAS Sampara. Benih diberikan secara gratis tanpa dipungut biaya sedikitpun. Namun sering kali benih yang sampai ke tangan masyarakat busuk. Hal ini dikarenakan oleh lamanya benih yang didistribusikan ke masyarakat dan tempat penyimpanan benih yang tidak layak karena benih hanya di bungkus dengan kantong plastik yang tidak kedap udara. Dalam penyimpananya, sering kali benih terjemur terlalu lama dan terkena hujan. Ini terjadi karena pihak koperasi tidak mempunyai tempat khusus dalam penyimpanan benih sehingga benih diletakkan di halaman depan koperasi. Untuk menutupi kekurangan bibit di masyarakat, kebanyakan masyarakat mencari bibitbibit jati yang berasal dari pohon induk. Biasanya mereka menunggu musim dimana pohon jati berbunga. Dalam mengambil bibit yang jatuh pun ada perhitungannya. Umumnya masyarakat di sana mempunyai pohon induk yang digunakan dalam memperoleh bibit jati.
5.2.2
Tahapan Pembangunan Hutan Rakyat Pembangunan hutan rakyat di desa Lambakara ini terdiri dari beberapa
kegiatan antara lain : Penyediaan benih, pembersihan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran. 1. Pengadaan benih Benih jati diperoleh dari BPDAS yang dibagikan secara gratis. Ada juga yang memanfaatkan benih jati yang petani ambil saat jati memasuki musim berbunga. Benih-benih yang diberikan tadi terlebih dahulu dilakukan seleksi, sehingga di mana benih yang diberikan secara gratis itu benar-benar benih yang bagus. Sering kali benih yang diberikan itu kondisinya sudah rusak dan jelek dikarenakan jarak yang ditempuh dan waktu yang dibutuhkan untuk sampainya benih itu ke tangan masyarakat cukup lama. 2. Persiapan lahan Kegiatan persiapan lahan ini dilakukan dengan cara membersihkan alangalang maupun gulma lain yang ada di sekitar hutan rakyat. Setelah pembersihan
23
lahan selesai baru dipasang ajir, dengan jarak tanam 3x3m. Setelah pemasangan ajir selesai dilakukan maka langkah selanjutnya adalah pembuatan lubang tanam, dimana lubang tanam dibuat dengan ukuran 1x1x1m. Setelah pembuatan lubang tanam maka bibit siap untuk ditanam. 3. Penanaman dan Pemupukan Setelah penebangan dilakukan, para anggota koperasi diwajibkan untuk menanami kembali tanah-tanah mereka yang terdaftar dengan jumlah bibit yang memadai untuk menggantikan pohon-pohon yang telah ditebang. Keberhasilan penyemaian (penanaman) yang ditanami oleh anggota koperasi dipantau secara dekat selama tiga tahun pertama untuk memastikan tercapainya tujuan yang ingin dicapai. Di kawasan hutan jati rakyat, dengan pohon dan anak jati yang tumbuh secara berdekatan, para anggota akan diajari untuk senantiasa memperjarang penanaman (hanya untuk pohon jati) agar tingkat pertumbuhan pohon maksimal dan berkualitas tinggi. Sesuai dengan standar SOP yang ada bahwa dalam proses penanaman, bibit yang siap ditanam dimasukkan di dalam lubang yang telah disiapkan, setelah dikeluarkan dari polybag dengan cara disobek dengan hati-hati agar tidak merusak akar. Bibit itu haruslah ditanam bersama tanahnya agar akar jati tidak terlambat pertumbuhannya. Dalam menanam jati, hendaknya kita membuat lubang yang dalam untuk menghindari kekeringan akar dan akar tidak terlipat. Setelah bibit di masukkan ke dalam lubang, timbun lubang tanam itu dengan tanah dan tinggikan di sekitar batang tanaman agar genangan air tidak terkumpul di akar jati yang baru ditanam. Bila jati ditanam terlambat pada musim kemarau, maka di sekitar batang jati ± 1m di sekeliling batang tanahnya dibuat lebih rendah (cekungan) agar air yang ada terkumpul di sekitar akar pohon dan dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Dalam perawatannya, bibit jati seharusnya diberi perlakuan yang baik. Perlakuan itu meliputi pemindahan bibit dari persemaian ke lokasi penanaman harus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar dan mengakibatkan stres. Selama proses pemindahan, usahakan bibit tidak mengalami proses kekeringan. Penanaman harus dilakukan setelah bibit dipindahkan ke lokasi penanaman dan
24
jangan sekali-kali memangkas akar bibit jati yang akan ditanam. Semakin banyak akar akan membuat pertumbuhan semakin baik. Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu diberi pupuk kandang pada lubang tanaman, kemudian baru bibit ditanam. Untuk lahan yang dikelola secara tumpang sari penanaman bibit tanaman pokok diikuti dengan penanaman tanaman pertanian di sela-sela tanaman pokok, dengan jenis tanaman jagung, lada, dan singkong. 4. Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan dengan cara pemangkasan cabang. Untuk lahan yang dikelola secara tumpangsari, pemangkasan cabang dilakukan sepanjang lahan masih ditanami tanaman pertanian yaitu sampai tahun ke tiga. Sedangkan untuk lahan yang dikelola secara monokultur pemangkasan cabang hanya dilakukan pada tahun pertama saja. 5. Pemanenan Tahapan perencanaan panen dimulai dari up-date data inventarisasi dan menetapkan JTT kemudian dikeluarkan data layak panen untuk keseluruhan anggota KHJL. Koordinator unit akan mengajukan permohonan panen yang dilampiri dengan permohonan uang muka. Setelah dihitung biaya dan menyesuaikan jumlah volume yang akan dikirim, maka KHJL akan mengeluarkan ijin panen. Pelaksanaan panen akan dimulai apabila uang muka telah diberikan sebesar 60% dari estimasi volume pohon berdiri dan pemanenan diawasi oleh tim Grading yang siap memberi identitas COC pada setiap potongan kayu yang akan dibentuk square. 6. Pemasaran Untuk pemasaran tanaman pokok hutan rakyat, koperasi mewajibkan para anggotanya untuk menjual kayunya kepada koperasi. Jika ada anggotanya yang menjual kayunya kepada orang lain, maka koperasi berhak untuk memberi sanksi kepada yang melanggar. Dan si pelanggar bisa dicabut status keanggotaannya oleh pengurus koperasi KHJL.
25
5.3
Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Hutan Rakyat
5.3.1
Pendapatan Rumah Tangga Petani Dari 55 responden, sebanyak 53 responden memperoleh penghasilan dari
bertani. Baik itu petani sawah yang menghasilkan padi,maupun petani lahan kering yang menghasilkan hasil bumi seperti palawija maupun buah-buahan. Penghasilan petani sangat beragam. Hal ini tergantung dari luasan lahan yang mereka garap dan mereka punyai. Seluruh responden yang mengikuti KHJL ini umumnya semua mempunyai mata pencaharian sampingan. Perbedaan sumber-sumber mata pencaharian responden akan berpengaruh langsung terhadap jumlah pendapatan responden. Pendapatan masyarakat selama setahun terakir dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Pendapatan rata-rata responden dari berbagai sumber pada tahun 2008 Sumber Pendapatan Usaha tani Hutan rakyat Peternakan Sumber lain Jumlah
I (<0,5 ha) (Rp/th) 4,130,000 2,207,143 821,429 3,714,286 10,872,858
(%) 38.0 20.3 7.6 34.2 100
II (0,5-1 ha) (Rp/th) (%) 6,854,545 53.1 2,309,091 17.9 254,545 2.0 3,500,000 27.1 12,918,181 100
III (>1 ha) (Rp/th) 5,476,667 3,715,000 311,333 9,041,667 18,544,667
(%) 29.5 20.0 1.7 48.8 100
Dari tabel 4 strata I dapat diketahui bahwa pendapatan petani terbesar diperoleh dari usaha tani sebesar Rp.4.130.000.00 per tahun (38%). Tidak terlalu berbeda jauh dengan sumber pendapatan dari sumber lain seperti wiraswasta dan gaji bulanan pekerjaan lain seperti guru, PNS, dan lain-lain, yaitu sebesar Rp. 3.714,286.00 per tahun (34,2%). Pendapatan paling kecil terdapat di sektor peternakan yaitu Rp. 821.429.00 per tahun (7,6%). Hal ini terjadi karena banyak responden yang tidak mau menjual ternak mereka dan kebanyakan ternak mereka dikonsumsi sendiri. Sehingga dapat kita ketahui bahwa pada strata I responden lebih memprioritaskan pada pertanian dan sumber lain. Pada strata II dapat kita ketahui bahwa pendapatan terbesar dari sektor pertanian atau usaha tani sebesar Rp. 6.854.545.00 per tahun (53,1%). Sedangkan sumber pendapatan terkecil terletak pada sektor peternakan yaitu Rp. 254.545.00 per tahun (2%). Pada strata II terlihat bahwa selain dari sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama, mata pencaharian sumber lain memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan total petani.
26
Pada strata III sektor pertanian tidak memberikan kontribusi yang banyak terhadap pendapatan petani. Hal ini terlihat pada sektor pertanian yang tidak terlalu besar yaitu Rp. 5.476.667.00 per tahun (29,5%). Sedangkan dari sumber pendapatan lain seperti wiraswasta dan gaji bulanan pekerjaan lain seperti guru, PNS, dan lain-lain, memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan total petani yaitu sebesar Rp. 9.041.667.00 per tahun (48,8%). Hal ini terlihat bahwa responden pada strata III menjadikan bertani sebagai mata pencaharian sampingan. Maksud arti dari mata pencaharian pokok adalah responden menjadikan suatu jenis pekerjaan sebagai sumber pendapatan keluarga yang utama. Sedangkan arti dari pekerjaan sampingan adalah responden menjadikan pekerjaaan yang ada selain pekerjaan pokok sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan dalam upaya memenuhi kebutuhan keluarga. Tabel 5. Kontribusi Pendapatan Responden Hutan Rakyat terhadap pendapatan Total Rata-rata pada Tahun 2008 Strata
I II III
Pendapatan Rata-Rata Hutan Rakyat Total Kontribusi (Rp/thn/Ha) (Rp/thn/Ha) (%) 2,207,143 10,872,858 20.30 2,309,091 12,918,181 17.87 3,715,000 18,544,667 20.03
Pada tabel 5 menjelaskan kontribusi pendapatan responden hutan rakyat terhadap pendapatan total. Pada strata I memberikan kontribusi sebesar 20,3%; strara II sebesar 17,87%; dan strata III sebesar 20,03%. Pendapatan pertanian lebih besar daripada pendapatan hutan rakyat namun lebih kecil daripada pendapatan lain-lain / non pertanian. Ini menunjukkan bahwa pengusahaan hutan rakyat hanya merupakan pekerjaan tambahan atau dapat dikatakan pekerjaan waktu luang saja sedangkan para petani hutan rakyat mengandalkan pendapatannya pada pekerjaan luar pertanian. Hal ini dikarenakan hutan rakyat mempunyai pertumbuhan tegakan yang lama sehingga tidak dapat memberi hasil yang cepat dan rutin. Hutan rakyat ini digunakan untuk keperluan mendesak serta sebagai tabungan untuk masa depan.
27
5.3.2
Pengeluaran Rumah Tangga Petani Pengeluaran setiap responden masing-masing strata berbeda-beda hal ini
dipengaruhi oleh pola konsumsi, tingkat pengetahuan, jumlah tanggungan setiap keluarga dan faktor lainnya. Jenis-jenis pengeluaran masyarakat untuk semua responden hampir sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan beras dan non beras, biaya pendidikan, biaya transportasi, biaya usaha tani, dan untuk pengeluaran lainlain. Responden diklasifikasikan berdasarkan luasan hutan rakyatnya, bukan berdasarkan luasan pertanian sehingga pengeluaran rata-rata tiap responden berbeda-beda. Rata-rata pengeluaran petani per tahun dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Rata-rata pengeluaran responden pertahun Sumber Pengeluaran Beras Non beras Input usaha tani Pendidikan Lain-lain Jumlah
I (<0,5 ha) (Rp/th) 2,292,857 2,171,429 745,714 1,002,857 4,047,143 10,260,000
(%) 22.3 21.2 7.3 9.8 39.4 100
II (0,5-1 ha) (Rp/th) (%) 2,774,545 26.6 2,022,727 19.4 754,545 7.2 1,063,636 10.2 3,797,273 36.5 10,412,726 100
III (>1 ha) (Rp/th) 2,619,333 2,958,000 945,533 963,333 5,079,033 12,565,232
(%) 20.8 23.5 7.5 7.7 40.4 100
Pada strata I pengeluaran terbanyak pada kebutuhan hal lain-lain seperti pakaian, perumahan, kesehatan, transportasi, rekreasi, peralatan rumah tangga, pajak, dan biaya tak terduga lainnya, yaitu Rp. 4.047.143.00 per tahun (39.4%). Dan pengeluaran terkecil pada kebutuhan akan input usaha tani yaitu sebesar Rp. 745.714.00,- per tahun (7.3%). Hal ini terjadi karena banyak responden yang enggan atau tidak mau menggunakan pupuk dalam kegiatan penanaman. Dan jarang sekali responden melakukan perawatan terhadap tanaman yang mereka punyai sehingga kebutuhan mereka akan input usaha tani sangat kecil. Besarnya nilai kebutuhan akan hal-hal lain itu terjadi karena banyak responden mempunyai pengeluaran yang tiba-tiba di dalam kurun waktu satu tahun ini. Selain itu juga kebutuhan responden akan kendaraan sangat tinggi sehingga memerlukan konsumsi bahan bakar yang tinggi pula. Rumah juga mempunyai sumber pengeluaran yang tinggi dikarenakan harga material yang harganya cukup mahal di pasaran. Pada strata II pengeluaran terbesar masih pada kebutuhan lain-lain yaitu sebesar Rp. 3.797.273.00 per tahun (36,5%). Sedangkan untuk pengeluaran paling
28
kecil ada pada kebutuhan akan input usaha tani sebesar Rp. 754.545.00 per tahun (7,2%). Pada strata III pengeluaran terbesar juga pada kebutuhan akan lain-lain dengan rata-rata sebesar Rp. 5.079.033.00 per tahun (40.4%) dan kebutuhan terkecil pada imput usaha tani yaitu dengan rata-rata sebesar Rp. 945.533.00 per tahun (7.5%). Tingkat pengeluaran responden akan sangat berpengaruh pada pendapatan per kapita responden. Dengan pengeluaran yang besar maka pendapatan per kapita responden akan berkurang, apabila pengeluaran lebih besar daripada pendapatan maka responden akan mengalami defisit yang mengakibatkan responden harus mengeluarkan sejumlah uang dari tabungannya untuk memenuhi kebutuhannya, sedangkan jika pengeluaran lebih kecil daripada pendapatan maka responden akan mendapatkan sisa yang dapat ditabung untuk kebutuhan yang akan datang. Pada tabel 7 secara keseluruhan dari ketiga kelas, presentase pendapatan terhadap pengeluaran adalah 125,9%. Dengan kata lain masyarakat di Desa Lambakara dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, bahkan mempunyai sisa. Sisa dari pendapatan tersebut biasanya mereka gunakan untuk membeli barang yang bersifat monumental seperti membangun rumah, membeli tanah, dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya presentase pendapatan total rata-rata terhadap pengeluaran total rata-rata dapat dilihat di table 7. Tabel 7. Presentase Pendapatan Total Rata-rata terhadap Pengeluaran Total Ratarata Kelas
Pendapatan Rata-rata
Pengeluaran Rata-rata
Presentase Pendapatan Terhadap Pengeluaran (%)
I
10,872,857
10,260,000
106.0
II
12,918,182
10,412,727
124.1
III
18,544,667
12,565,233
147.6
Rata-rata
14,111,902
11,079,320
125.9
5.4
Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat Untuk mengetahui kelayakan pengusahaan hutan rakyat dilakukan analisis
finansial dengan menggunakan metode analisis aliran kas dari biaya dan pendapatan yang telah didiskonto. Besarnya suku bunga yang digunakan adalah
29
18% yaitu suku bunga yang berlaku tahun 2008 di daerah penelitian pada saat dilakukan penelitian. Biaya pengusahaan hutan rakyat terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang ada dalam pengusahaan hutan rakyat yaitu biaya sewa/pajak tanah. Sedangkan biaya variabel yang terdapat dalam pengusahaan hutan rakyat yaitu : biaya pengadaan bibit dan benih, biaya tanam, biaya pemeliharaan, biaya pemanenan, dan biaya tak terduga lainnya. Kriteria Kelayakan yang digunakan dalam analisis adalah Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara present value daripada benefit dan present value daripada biaya, Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate of Return (IRR). Berdasarkan lampiran 4 dapat dilihat bahwa biaya pengusahaan hutan rakyat di Desa Lambakara terdiri dari : A. Biaya tetap 1. Biaya pajak rata-rata pada strata I sebesar Rp. 9.893,00 per tahun, pada strata II sebesar Rp. 15.409,00 per tahun, dan pada strata III sebesar Rp. 19.983,00 per tahun. Biaya pajak ini dikeluarkan terus setiap tahunnya. Besar kecilnya biaya pajak ini tergantung dari luasan lahannya. B. Biaya variabel 1. Biaya pengadaan bibit dengan menghitung upah pekerja dan jasa yang dikeluarkan. Pada strata I, biaya bibit yang diperoleh sebesar Rp. 25.000,00 per tahun, pada strata II sebesar Rp. 26.364,00 per tahun, dan strata III sebesar Rp. 31.000,00 per tahun. 2. Biaya pembuatan ajir pada strata I sebesar Rp. 100.000,00 per tahunnya, strata II sebesar Rp. 125.000,00 per tahun, dan pada strata III sebesar Rp 200.000,00 per tahunnya. 3. Biaya tanam yang terdiri dari pembuatan lubang tanam, pengadaan pupuk, serta upah tukang. Biaya tanam pada strata I sebesar Rp. 149.643,00 per tahun, pada strata II biaya tanamnya sebesar Rp. 314.545,00 per tahunnya, dan pada strata III biaya tanamnya sebesar Rp. 400.167,00 per tahunnya. 4. Biaya pemeliharaan terdiri dari biaya pemangkasan cabang, pengadaan alat, serta biaya pemberian pupuk tambahan. Biaya tersebut di total dan mendapatkan rata-rata pertahunnya yang dikeluarkan petani pada strata I
30
sebesar Rp. 82.857,00 per tahun, pada strata II sebesar Rp. 231.364,00 per tahun, dan pada strata III sebesar Rp. 259.833,00 per tahun. 5. Biaya pemanenan terdiri dari biaya penyewaan alat serta upah tukang. Biaya pada strata I sebesar Rp. 307.857,00 per tahunnya, pada strata II sebesar Rp. 387.273,00 per tahunnya, dan pada strata III sebesar Rp. 505.000,00 per tahun. Biaya panen ini akan berubah ketika volume tebangan bertambah. 6. Untuk biaya lain-lain seperti pengadaan makanan kecil ataupun rokok pada strata I sebesar Rp. 17.857,00 per tahunnya, strata II sebesar Rp. 25.000,00 per tahunnya, dan pada strata III sebesar Rp. 51.667,00 per tahunnya. C. Perkiraan Nilai Tegakan Sisa pada Tahun 2008 Perkiraan nilai tegakan sisa ini merupakan perkiraan biaya yang dikeluarkan oleh petani saat pertama kali orang tua mereka menanam jati hingga sekarang. Nilai ini diperoleh dari jumlah volume sisa yang ada saat sekarang atau volume yang belum ditebang hingga tahun 2008 saat penelitian ini dilakukan dikalikan dengan harga tegakan yang berlaku di pasar. Harga tegakan saat pohon berdiri diperoleh dengan pengurangan harga log yang berlaku di pasar dengan biaya pemanenan. Harga log yang berlaku di pasar saat ini adalah Rp. 1.500.000,00/m3. Tabel 8. Rincian biaya pemanenan Biaya sewa chainsaw Upah buruh angkut Biaya Penampungan di TPN Pengangkutan dari TPN ke TPK Biaya Total Pemanenan
: : : : :
300000 50000 175000 100000 625000
Dari tabel terlihat bahwa total biaya pemanenan sebesar Rp. 625.000,00 /m3. Setelah diketahui volume sisa rata-rata dari masing-masing strata, maka dapat diperoleh nilai tegakan sisa pada tahun 2008 dengan cara mengkalikan harga tegakan pada tahun 2008 dengan volume tegakan sisa. Nilai tegakan sisa ini dikalikan lagi dengan 50% mengingat bahwa tegakan jati di Konawe Selatan ini umumnya berupa tegakan jati sisa penebangan. Selain itu juga jika dilihat dari hasil panen yang mereka peroleh, banyak yang terbuang daripada yang terpakainya. Rata-rata pohon jati yang dimiliki warga juga banyak yang cacat growong. Maka dari itu, pengkalikan 50% dari nilai tegakan sisa ini
31
mempunyai maksud memperoleh nilai yang bersih untuk dimasukkan ke dalam tabel aliran cash flow. Dengan pendekatan tersebut, nilai tegakan sisa pada strata I diperoleh sebesar Rp. 10.305.313,00 (untuk 23,56m3); Strata II sebesar Rp. 16.384.256,00 (untuk 37,45m3); Strata III sebesar Rp. 25.531.159,00 (untuk 58,36m3). D. Simulasi Proyeksi Hasil Tanam Pada Lampiran 6 dapat dijelaskan bahwa penghitungan dilakukan hingga tahun ke-33 atau tahun 2041. Diperkirakan pada tahun 2023, tanaman jati yang sekarang baru berumur 3 tahun sudah mencapai umur 18 tahun dan sudah dapat di panen. 1. Strata I Terlihat pada lampiran 6 strata I pada tahun 2005 hingga tahun 2018 masih menggunakan atau masih memanen tegakan sisa tanaman jati yang lama yaitu sebesar 2,12 m3. Tahun 2019, volume tegakan sisa sudah habis. Maka untuk kontinyuitas penghasilan petani dari hutan rakyatnya sejat tahun tersebut (2019) hingga tahun 2022 akan memanfaatkan tanaman jati yang akan dipanen pada tahun 2023. Pada tahun 2023 volumenya sudah berkurang karena dimanfaatkan pada tahun 2019 hingga tahun 2022 menjadi 11,76 m3. Dari tahun 2024 hingga tak terhingga sudah memanfaatkan tegakan jati yang mereka tanam tahun 2005 yaitu sebesar 20 m3. 2. Strata II Pada strata II tahun 2005 hingga tahun 2022 masih memanfaatkan jati sisa sebesar 2,5m3/th. Pada tahun 2023 hingga tahun selanjutnya sudah bisa memanen jati yang mereka tanam di tahun 2005 sebesar 24m3/th. 3. Strata II Pada strata III tahun 2005 hingga tahun 2025 masih memanfaatkan jati tahun 2005 yaitu sebesar 3,16m3/ha. Namun tahun 2026 volume sisanya menjadi 1,48m3. Pada tahun 2023 sudah bisa memanfaatkan tanaman jati yang ditanam tahun 2005, sehingga tahun tersebut volume yang ditebang menjadi 28,13m3 hingga tahun 2025. Tahun 2026 dipanen sebesar 26,78m3. Selanjutnya dari tahun 2027 hingga tahun seterusnya dipanen sebesar 32m3.
32
Setelah diketahui pendapatan kotor hutan rakyat dan biaya pengusahaan hutan rakyat, maka dapat dilakukan perhitungan analisis finansial pada masingmasing strata. 5.4.1
Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat Pada Periode Pembenahan Pada periode pembenahan ini dihitung hingga tahun 2023 dikarenakan
tegakan jati yang baru ditanam pada tahun 2005 sudah mencapai umur 18 tahun dan sudah siap panen pada tahun tersebut. Pada periode ini masyarakat Konawe lebih memfokuskan pada kegiatan penanaman dan diharapkan pada tahun 2023 tanaman yang mereka tanam sudah dapat mereka panen. Sedangkan pemungutan hasil selama periode ini merupakan pemanfaatan tanaman sisa hasil penanaman waktu yang lalu. Berdasarkan lampiran 7 untuk strata 1 dapat dijelaskan bahwa sumber yang masuk dalam aliran kas ini berasal dari penjualan log. Pada strata 1 biaya penjualan log sebesar Rp. 2.543.828,00 per tahunnya hingga tahun 2022 dan pada tahun 2023 sudah memanfaatkan tanaman jati baru yang di tanam tahun 2005 sebesar Rp. 14.115.000,00. Nilai ini didapat dari penjualan rata-rata kayu jati rakyat per tahunnya. Untuk arus kas keluar pada dasarnya merupakan proyeksi biaya-biaya yang akan dan atau yang telah dikeluarkan selama periode analisis investasi yang ditetapkan. Pada strata ini kas yang keluar pada tahun ke-0 adalah perkiraan nilai tegakan sisa pada tahun 2008 yang besarnya Rp. 10.305.313,00. Biaya operasional pada tahun ke-1 (2009) sampai tahun ke-14 (2022) besarnya sama yaitu sebesar Rp. 693.107,00 dan pada tahun ke-15 (2023) besarnya Rp. 2.089.326,00. Setelah semuanya dihitung, didapat bahwa kas keluar pada tahun 2008 sebesar Rp. 10.305.313,00. Pada tahun ke-1 hingga tahun ke-14 kas keluarnya jumlahnya sama yaitu Rp. 693,107,00 dan tahun ke-15 sebesar Rp. 2.089.326,00. Setelah di hitung cash balancenya dan di kalikan dengan discount rate, di dapat NPV sebesar -Rp. 27.501,00; BCR sebesar 1,00; dan IRR sebesar 17,94%. Pada lampiran 8 strata II kas masuk pada tahun ke-1 hingga tahun ke-13 sebesar Rp. 2.994.436,00 sedangkan tahun ke-14 besarnya Rp. 2.940.000,00 dan tahun ke-15 sebesar Rp. 28.800.000,00. Kas yang keluar pada tahun ke-0 merupakan nilai tegakan sisa pada tahun 2008. Volume tegakan sisa pada tahun
33
2008 sebesar 37,45m3. Nilai tegakan sisa pada tahun tersebut strata II sebesar Rp. 16.384.256,00. Biaya operasional pada tahun ke-1 (2009) sampai tahun ke-13 (2021) besarnya sama yaitu sebesar Rp. 1.124.995,00. Pada tahun ke-14 nilainya Rp. 1.117.209,00 dan tahun ke-15 sebesar Rp. 4.455.493,00. Setelah di hitung cash balancenya dan di kalikan dengan discount rate, di dapat NPV sebesar -Rp. 4.231.546,00; BCR sebesar 0,78; dan IRR sebesar 12,37%. Pada lampiran 9 strata III kas masuk pada tahun ke-1 hingga tahun ke-14 sebesar Rp. 3.791.160,00 dan tahun ke-15 sebesar Rp. 42.195.000,00. Kas yang keluar pada tahun ke-0 merupakan nilai tegakan sisa pada tahun 2008. Volume tegakan sisa pada tahun 2008 sebesar 58,36m3. Nilai tegakan sisa pada tahun tersebut strata II sebesar Rp. 25.531.159,00. Biaya operasional pada tahun ke-1 (2009) sampai tahun ke-14 (2022) besarnya sama yaitu sebesar Rp. 1.467.460,00 sedangkan pada tahun ke-15 besarnya Rp. 6.577.538,00. Setelah di hitung cash balancenya dan di kalikan dengan discount rate, di dapat NPV sebesar -Rp. 9.254.448,00; BCR sebesar 0,67; dan IRR sebesar 10%. Suku bunga yang digunakan adalah suku bunga yang dipakai di daerah penelitian, yaitu sebesar 18% (2008). Dari hasil perhitungan analisis finansial dalam satu periode pembangunan hutan rakyat pada masing-masing strata maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 9. Analisis Finansial pada Periode Pembenahan Strata I II III
Analisis Finansial NPV BCR -27.501 1,00 -4.231.546 0,78 -9.254.448 0,67
Status IRR 17,94 12,37 10,00
Impas Tidak Layak Tidak Layak
Dari tabel 8 di atas, terlihat bahwa pengusahaan hutan rakyat pada strata II dan III tidak layak secara finansial untuk diusahakan di desa Lambakara. Pada penilaian finansial pengusahaan hutan rakyat di Desa Lambakara strata I didapatkan hasil NPV negatif sebesar Rp. 27.501,00. Hal ini menunjukkan bahwa pengusahaan hutan rakyat di strata I impas karena nilai negatif Rp. 27.501,00 jika dibandingkan dengan nilai pendapatan dari hutannya tidak terlalu berpengaruh. Nilai NPV negatif di dapat pada strata II dan strata III dengan masing-masing nilai NPV sebesar –Rp. 4.231.546,00 dan -Rp. 9.254.448,00. BCR pada strata II dan III
34
nilainya kurang dari satu. Berarti hutan tersebut tidak layak untuk di usahakan. IRR strata II dan III lebih kecil dari discount rate (18%) maka usaha hutan rakyat tersebut tidak layak. 5.4.2
Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat Selama Daur Pertama Pembenahan (Periode Pembenahan + Periode Mantap)
1.
Skenario 1 Pada skenario satu ini terlihat pada lampiran 6 dimana tanaman jati yang
ditanam oleh petani pada strata I, strata II, dan strata III masing-masing sebanyak 25 pohon per tahun, 30 pohon per tahun, dan 40 pohon per tahun (sesuai dengan yang dianjurkan oleh KHJL yaitu apabila melakukan pemanenan sebanyak 1 pohon maka petani diwajibkan menanam 10 pohon). Pada lampiran 10 strata I biaya penjualan log sebesar Rp. 2.543.828,00 per tahunnya hingga tahun 2022 dan pada tahun 2023 sudah memanfaatkan tanaman jati baru yang di tanam tahun 2005 sebesar Rp. 14.115.000,00. Pada tahun ke-16 (2024) hingga tahun ke-33 (2041) di peroleh penghasilan sebesar Rp. 24.000.000,00. Nilai ini didapat dari penjualan rata-rata kayu jati rakyat per tahunnya. Untuk arus kas keluar pada dasarnya merupakan proyeksi biaya-biaya yang akan dan atau yang telah dikeluarkan selama periode analisis investasi yang ditetapkan. Pada strata ini kas yang keluar pada tahun ke-0 adalah perkiraan nilai tegakan sisa pada tahun 2008. Nilai tegakan sisa pada tahun 2008 diperoleh dari perkalian antara volume tegakan sisa dengan harga tegakan. Volume tegakan sisa pada strata I sebesar 23,55m3. Nilai tegakan sisanya sebesar Rp. 10.305.313,00. Biaya operasional pada tahun ke-1 (2009) sampai tahun ke-14 (2022) besarnya sama yaitu sebesar Rp. 693.107,00 sedangkan pada tahun ke-15 (2023) besarnya Rp. 2.089.326,00. Pada tahun ke-16 (2024) hingga tahun ke-33 (2041) besarnya biaya operasional sebesar Rp. 3.282.722,00. Setelah di hitung cash balancenya dan di kalikan dengan discount rate, di dapat NPV sebesar Rp. 7.704.499,00; BCR sebesar 1,59; dan IRR sebesar 25,08%. Pada lampiran 11 strata II kas masuk pada tahun ke-1 hingga tahun ke-13 sebesar Rp. 2.994.436,00 sedangkan tahun ke-14 besarnya Rp. 2.940.000,00 dan tahun ke-15 hingga tahun ke-33 sebesar Rp. 28.800.000,00. Kas yang keluar pada tahun ke-0 merupakan nilai tegakan sisa pada tahun 2008. Volume tegakan sisa
35
pada tahun 2008 sebesar 37,45m3. Nilai tegakan sisa pada tahun tersebut strata II sebesar Rp. 16.384.256,00. Biaya operasional pada tahun ke-1 (2009) sampai tahun ke-13 (2021) besarnya sama yaitu sebesar Rp. 1.124.995,00. Pada tahun ke14 nilainya Rp. 1.117.209,00 dan tahun ke-15 hingga tahun ke-33 sebesar Rp. 4.455.493,00. Setelah di hitung cash balancenya dan di kalikan dengan discount rate, di dapat NPV sebesar Rp. 4.854.191,00; BCR sebesar 1,24; dan IRR sebesar 20,82%. Pada lampiran 12 strata III kas masuk pada tahun ke-1 hingga tahun ke-14 sebesar Rp. 3.791.160,00 dan tahun ke-15 hingga tahun ke-17 sebesar Rp. 42.195.000,00. Pada tahun ke-18 diperoleh penjualan log sebesar Rp. 40.170.000,00 dan pada tahun ke-19 hingga tahun ke-33 sebesar Rp. 38.400.000,00. Kas yang keluar pada tahun ke-0 merupakan nilai tegakan sisa pada tahun 2008. Volume tegakan sisa pada tahun 2008 sebesar 58,36m3. Nilai tegakan sisa pada tahun tersebut strata II sebesar Rp. 25.531.159,00. Biaya operasional pada tahun ke-1 (2009) sampai tahun ke-14 (2022) besarnya sama yaitu sebesar Rp. 1.467.460,00 sedangkan pada tahun ke-15 hingga tahun ke-17 besarnya Rp. 6.577.538,00. Pada tahun ke-18 besarnya biaya operasional sebesar Rp. 6.308.072,00 dan pada tahun ke-19 hingga tahun ke-33 besarnya Rp. 6.072.538,00. Setelah dihitung cash balancenya dan di kalikan dengan discount rate, di dapat NPV sebesar Rp. 3.241.314,00; BCR sebesar 1,11; dan IRR sebesar 19,23%. Tabel 10. Analisis Finansial Selama Daur Pertama Pembenahan Berdasarkan Strata Luasan Lahan (Periode Pembenahan + Periode Mantap) Strata I II III
Analisis Finansial NPV BCR 7.704.499 1,59 4.854.191 1,24 3.241.314 1,11
Status IRR 25,08 20,82 19,23
Layak Layak Layak
Dari tabel 9 di atas, terlihat bahwa pengusahaan hutan rakyat pada strata I, II, III layak secara finansial untuk diusahakan di desa Lambakara. Pada penilaian finansial pengusahaan hutan rakyat di Desa Lambakara strata I didapatkan hasil NPV sebesar Rp. 7.704.499,00. Hal ini menunjukkan bahwa pengusahaan hutan rakyat layak di usahakan. Nilai NPV positif juga di dapat pada strata II dan strata
36
III dengan masing-masing nilai NPV sebesar Rp. 4.854.191,00 dan Rp. 3.241.314,00. Strata III memperoleh NPV terkecil dikarenakan pada strata tersebut JPT rata-rata yang diperoleh sangat kecil dan tidak sebanding dengan luasan lahannya yang di atas satu hektar. Dapat juga dilihat bahwa BCR pada strata I lebih dari satu (BCR>1), ini berarti bahwa setiap pengeluaran Rp. 1.- akan memperoleh keuntungan sebesar nilai BCR yang dihasilkan. BCR pada strata II dan III nilainya juga lebih dari satu. Berarti hutan tersebut layak untuk di usahakan. IRR strata I, II, III lebih besar dari discount rate (18%) maka usaha hutan rakyat tersebut layak. Terlihat bahwa NPV pada strata II dan III nilainya lebih kecil dari strata I, hal ini diduga karena pihak koperasi mewajibkan adanya sistem tebang satu tanam sepuluh. Karena berlakunya sistem tersebut mengakibatkan strata II dan III hanya melakukan penanaman sangat sedikit. Banyak lahan yang tidak termanfaatkan secara maksimal. Pada strata II terlihat hanya melakukan kegiatan penanaman sebanyak 30 tanaman baru pertahunnya, sedangkan strata III melakukan kegiatan penanaman sebanyak 40 pohon. Hal ini mengakibatkan banyak lahan yang tidak termanfaatkan secara maksimal dan hasilnya juga kurang maksimal. Maka untuk memenuhi lahan yang belum termanfaatkan itu, KHJL hendaknya menambah jumlah tanaman yang akan di tanam pada strata II dan III. Pada strata II jumlah yang ditanam sebanyak 30 tanaman, sedangkan rata-rata luasan lahan yang diperoleh strata II sebesar 0,84 ha. Seharusnya jumlah tanaman yang ditanam di strata II sebanyak 924 tanaman, tetapi kenyataan di lapangan hanya sebanyak 540 tanaman yang diperoleh dari 30 tanaman dikalikan dengan 18 tahun (daur dari tanaman ditanam hingga dipanen). Maka untuk memenuhi kekurangan itu perlu adanya penanaman lagi sebanyak 384 tanaman atau sekitar 20 tanaman lagi pertahun.Pada strata III juga terlihat adanya kekurangan penanaman. Luasan lahan rata-rata yang dimiliki strata III sebesar 2,19 ha. Seharusnya jumlah tanaman yang ditanam di strata III sebanyak 2409 tanaman, tetapi kenyataan di lapangan hanya sebanyak 720 tanaman yang diperoleh dari 40 tanaman dikalikan dengan 18 tahun (daur dari tanaman ditanam hingga dipanen). Maka untuk memenuhi kekurangan itu perlu adanya penanaman lagi sebanyak 1680 tanaman atau sekitar 95 tanaman lagi pertahun.
37
2.
Skenario 2 Pada skenario 2 dilakukan peningkatan kegiatan penanaman. Pada strata II
dilakukan peningkatan penanaman tanaman jati yang tadinya ditanam sebanyak 30 tanaman baru per tahunnya menjadi 50 tanaman. Pada strata III dilakukan juga peningkatan kegiatan penanaman dari yang ditanam sebanyak 40 tanaman baru per tahunnya menjadi 135 tanaman. Pada lampiran 13 strata II kas masuk pada tahun ke-1 hingga tahun ke-13 sebesar Rp. 2.994.436,00 sedangkan tahun ke-14 besarnya Rp. 2.940.000,00 dan tahun ke-15 hingga tahun ke-33 sebesar Rp. 48.000.000,00. Kas yang keluar pada tahun ke-0 merupakan nilai tegakan sisa pada tahun 2008. Volume tegakan sisa pada tahun 2008 sebesar 37,45m3. Nilai tegakan sisa pada tahun tersebut strata II sebesar Rp. 16.384.256,00. Biaya operasional pada tahun ke-1 (2009) sampai tahun ke-13 (2021) besarnya sama yaitu sebesar Rp. 1.388.300,00. Pada tahun ke14 nilainya Rp. 1.341.610,00 dan tahun ke-15 hingga tahun ke-33 sebesar Rp. 7.415.231,00. Setelah di hitung cash balancenya dan di kalikan dengan discount rate, di dapat NPV sebesar Rp. 10.022.538,00; BCR sebesar 1,42; dan IRR sebesar 22,35%. Pada lampiran 14 strata III kas masuk pada tahun ke-1 hingga tahun ke-14 sebesar Rp. 3.791.160,00 dan tahun ke-15 hingga tahun ke-17 sebesar Rp. 133.395.000,00. Pada tahun ke-18 diperoleh penjualan log sebesar Rp. 131.370.000,00 dan pada tahun ke-19 hingga tahun ke-33 sebesar Rp. 129.600.000,00. Kas yang keluar pada tahun ke-0 merupakan nilai tegakan sisa pada tahun 2008. Volume tegakan sisa pada tahun 2008 sebesar 58,36m3. Nilai tegakan sisa pada tahun tersebut strata II sebesar Rp. 25.531.159,00. Biaya operasional pada tahun ke-1 (2009) sampai tahun ke-14 (2022) besarnya sama yaitu sebesar Rp. 3.706.483,00 sedangkan pada tahun ke-15 hingga tahun ke-17 besarnya Rp. 112.442.733,00. Pada tahun ke-18 besarnya biaya operasional sebesar Rp. 110.687.199,00 dan pada tahun ke-19 hingga tahun ke-33 besarnya Rp. 109.152.732,00. Setelah dihitung cash balancenya dan di kalikan dengan discount rate, di dapat NPV sebesar Rp. 27.849.197,00; BCR sebesar 1,6; dan IRR sebesar 23,22%.
38
Dari hasil tersebut terlihat bahwa strata II dan strata III telah mengalami peningkatan nilai NPV dengan masing-masing sebesar Rp. 10.022.538,00 dan Rp. 27.849.197,00. Ini terbukti bahwa semakin luas lahan yang dimiliki masyarakat, maka semakin besar pula nilai NPV yang dimiliki oleh masyarakat. Tabel 11. Analisis Finansial Selama Daur Pertama Pembenahan Berdasarkan Strata Luasan Lahan Setelah Mengalami Peningkatan Pemanaman Pada Strata II dan III Strata I II III
5.5
Analisis Finansial NPV BCR 7.704.499 1,59 10.022.538 1,42 27.849.197 1,60
Status IRR 25,08 22,35 23,22
Layak Layak Layak
Analisis Sensitivitas Analisis kepekaan (sensitivity analysis) adalah suatu teknik untuk menguji
sejauh mana hasil analisis yang telah dilakukan peka terhadap perubahan faktorfaktor yang berpengaruh (Nugroho 2007). Analisis ini hanya dilakukan pada usaha yang layak dijalankan berdasarkan analisis finansial sebelumnya. Dalam hal ini hanya strata I yang layak dalam pelaksanaan hutan rakyat. A.
Analisis Sensitivitas Pada Periode Pembenahan Hutan Rakyat Ada berbagai alternatif yang dapat dipilih agar usaha yang dijalankan oleh
masyarakat di Konawe Selatan ini dapat layak dijalankan selama periode pembenahan hutan rakyat. Salah satunya bisa dengan menaikkan harga kayu. Untuk mengusahakan agar hutan di strata I, II dan III dapat layak dijalankan, maka perlu adanya peningkatan harga penjualan kayu yang berlaku di Konawe Selatan. Pada strata I dilakukan peningkatan harga kayu dengan kisaran 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis kepekaan dapat diketahui bahwa nilai IRR untuk masing-masing peningkatan biaya harga kayu dengan presentase 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% berturut-turut adalah 20,56; 23,12; 25,64; 28,14; dan 30,61. Hal ini menunjukkan bahwa apabila harga kayu di tingkatkan maka usaha tersebut menjadi layak untuk diusahakan sebab nilai IRR yang dihasilkan pada presentase kenaikan biaya tersebut lebih besar dari pada suku bunga yang berlaku yaitu 18%.
39
Pada strata II dilakukan peningkatan harga kayu dengan kisaran 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis kepekaan dapat diketahui bahwa nilai IRR untuk masing-masing peningkatan biaya harga kayu dengan presentase 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% berturut-turut adalah 14,4; 16,35; 18,24; 20,09; dan 21,91. Hal ini menunjukkan bahwa apabila harga kayu naik 30% keatas, statusnya menjadi layak diusahakan sebab nilai IRR yang dihasilkan pada presentase kenaikan biaya tersebut lebih besar dari pada suku bunga yang berlaku yaitu 18%. Pada strata III dilakukan peningkatan harga kayu dengan kisaran 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis kepekaan dapat diketahui bahwa nilai IRR untuk masing-masing peningkatan biaya harga kayu dengan presentase 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% berturut-turut adalah 11,82; 13,51; 15,13; 16,7; dan 18,23. Hal ini menunjukkan bahwa apabila harga kayu naik 50% keatas, statusnya menjadi layak diusahakan sebab nilai IRR yang dihasilkan pada presentase kenaikan biaya tersebut lebih besar dari pada suku bunga yang berlaku yaitu 18%. Adapun grafik perubahan IRR sebagai akibat dari peningkatan produksi atau volume dan peningkatan biaya pengusahaan hutan di Konawe Selatan strata I, strata II dan strata III pada gambar 1, 2 dan gambar 3.
strata I Nilai IRR (%)
40 30 20 strata I
10 0 10% 20% 30% 40% 50%
Gambar 1. Grafik Perubahan IRR (%) Akibat kenaikan harga (%) Strata I
40
Nilai IRR (%)
strata II 25 20 15 10 5 0
strata II
10% 20% 30% 40% 50%
Gambar 2. Grafik Perubahan IRR (%) Akibat kenaikan harga (%) Strata II
strata III Nilai IRR (%)
20 15 10 strata III
5 0 10% 20% 30% 40% 50%
Gambar 3. Grafik Perubahan IRR (%) Akibat kenaikan harga (%) Strata III B.
Analisis Sensitifitas Selama Daur Pertama Pembenahan Hutan Rakyat Perubahan biaya pengusahaan tanaman rakyat akan berpengaruh terhadap
penerimaan dan tingkat keuntungan. Biaya pengusahaan tanaman diasumsikan akan naik pertahunnya dengan presentase peningkatan biaya pengusahaan yang dirancang pada kisaran 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Berdasarkan hasil perhitungan pada strata I dilakukan peningkatan biaya pengusahaan dengan kisaran 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis kepekaan dapat diketahui bahwa nilai IRR untuk masing-masing peningkatan biaya pengusahaan hutan dengan presentase 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% berturut-turut adalah 24,65; 24,23; 23,81; 23,40; dan 22,99. Hal ini menunjukkan bahwa apabila biaya pengusahaan naik sebesar 50%, usaha tersebut masih layak untuk diusahakan sebab nilai IRR yang dihasilkan pada presentase kenaikan biaya tersebut masih lebih besar dari pada suku bunga yang berlaku yaitu 18%.
41
Pada strata II dilakukan peningkatan biaya pengusahaan dengan kisaran 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis kepekaan dapat diketahui bahwa nilai IRR untuk masingmasing peningkatan biaya pengusahaan hutan dengan presentase 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% berturut-turut adalah 20,42; 20,02; 19,63; 19,24; dan 18,85. Hal ini menunjukkan bahwa apabila biaya pengusahaan naik sebesar 50%, usaha tersebut masih layak untuk diusahakan sebab nilai IRR yang dihasilkan pada presentase kenaikan biaya tersebut masih lebih besar dari pada suku bunga yang berlaku yaitu 18%. Pada strata III dilakukan peningkatan biaya pengusahaan dengan kisaran 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis kepekaan dapat diketahui bahwa nilai IRR untuk masingmasing peningkatan biaya pengusahaan hutan dengan presentase 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% berturut-turut adalah 18,89; 18,54; 18,2; 17,86; dan 17,52. Hal ini menunjukkan bahwa apabila biaya pengusahaan naik sebesar 30%, usaha tersebut masih layak untuk diusahakan sebab nilai IRR yang dihasilkan pada presentase kenaikan biaya tersebut masih lebih besar dari pada suku bunga yang berlaku yaitu 18%. Sedangkan apabila biaya pengusahaan naik diatas 30%, maka pengusahan hutan rakyat tidak layak untuk diusahakan sebab nilai IRR lebih kecil dari suku bunga yang berlaku. Adapun grafik perubahan IRR sebagai akibat dari peningkatan biaya pengusahaan hutan di Konawe Selatan pada masing-masing strata pada gambar 4, 5, dan 6.
Nilai IRR (%)
strata I 25 24 23
strata I
22 10% 20% 30% 40% 50%
Gambar 4. Grafik Perubahan IRR (%) Akibat Kenaikan Biaya Pengusahaan (%) Strata I
42
Nilai IRR (%)
strata II 21 20 19
strata II
18 10% 20% 30% 40% 50%
Gambar 5. Grafik Perubahan IRR (%) Akibat Kenaikan Biaya Pengusahaan (%) Strata II
Nilai IRR (%)
strata III 19 18.5 18 17.5 17 16.5
strata III
10% 20% 30% 40% 50%
Gambar 6. Grafik Perubahan IRR (%) Akibat Kenaikan Biaya Pengusahaan (%) Strata III
5.6
Analisis Pola Kemitraan
5.6.1
Kemitraan antara KHJL dengan Masyarakat KHJL dan petani hutan rakyat melakukan kemitraan dengan pola
kemitraan jangka panjang yang ditandai dengan adanya hubungan jual beli antara KHJL dengan petani hutan rakyat yang mengharuskan anggotanya menjual kayunya pada KHJL. Hubungan ini juga bisa dilihat dari tanggungan biaya yang dibagi-bagi antara KHJL dengan masyarakat. Misalnya dalam kegiatan pengangkutan kayu, jasa TPK, dan ongkos-ongkos lain selama kayu tersebut dalam perjalanan kluar ke TPK. Kisaran pembagian biayanya yaitu 50% masyarakat dan 50% KHJL, sehingga rakyat tidak terlalu menanggung biaya yang besar. Selain melakukan kemitraan dengan petani dalam pemanenan kayu rakyat, KHJL juga melakukan kemitraan dengan pihak lain yang masih berhubungan
43
dengan kegiatan pemanenan terutama pada tempat penyewaan truk, karena KHJL belum memiliki aset atau peralatan pemanenan yang memadai. Hal ini menjadi kelemahan industri pemanenan hutan yang ada di lokasi karena hingga saat ini KHJL belum memiliki aset berupa kendaraan operasional dalam pengangkutan kayu sehingga biaya yang dikeluarkan cukup besar. Ini termasuk dalam pola kemitraan jangka pendek atau insidental, karena KHJL hanya memerlukan jasa tersebut selama proses pemanenan saja.
5.6.2
Kemitraan Antara TFT dengan KHJL Kerjasama antara TFT (Tropical Forest Trust) dengan KHJL (Koperasi
Hutan Jaya Lestari) termasuk dalam pola kemitraan jangka panjang. Karena kedua belah pihak saling bergantungan. Dari pihak TFT, mereka membantu dalam hal pemasaran. TFT akan mendapatkan fee atau persenan dari setiap kayu yang laku terjual ke luar. Pihak KHJL pun sangat mengharapkan bantuan dari pihak TFT dalam hal pemasaran dan pemberian materi-materi juga pelatihan dalam bidang kehutanan. Seperti dinyatakan dalam MOU bahwa TFT menyanggupi untuk memberi pelatihan dan petunjuk kepada pengurus KHJL mengenai pengelolaan hutan secara berkesinambungan serta memberi pinjaman dana sebagai modal awal untuk mengelola hutan. TFT juga memfasilitasi KHJL untuk memperoleh sertifikat FSC, juga membantu dalam menjual kayu jati yang mereka produksi.
5.7
Pemasaran Hasil Hutan Rakyat Pemasaran kayu hasil produksi KHJL dilakukan berdasarkan pesanan dan
produksi yang dilakukan KHJL tidak melebihi jatah tebangan tahunan sesuai perhitungan data potensi layak panen. Target pemasaran kayu dalam bentuk square bersertifikat FSC KHJL berdasarkan RAT 2007 bahwa pada tahun 2008 sebesar 300 M3 dengan kisaran nilai Rp. 1,8 Milyar. Metode pemasaran dilakukan dengan beberapa cara antara lain : melalui fasilitasi pendamping dalam melakukan pertemuan dengan buyer, penyebaran leflet/brosur. Tetapi umumnya para buyer mengetahui informasi kayu FSC KHJL dari browsing internet.
44
KHJL sejak menerima sertifikat atau dalam proses penilaian telah memproduksi sebanyak 1714,6583M3 (berdasarkan pendekatan volume pohon berdiri saat inventrisasi) atau square log 1168,1059 M3 dan telah dipasarkan ke industri di Pulau Jawa antara lain: Solo, Jepara, Semarang, Surabaya dan Tangerang. Khusus tahun 2007, KHJL berhasil memasarkan 11 kontainer square log sebesar 244,8511 M3. KHJL hanya membeli kayu dari milik anggota dengan tetap mengacu pada sistem yang sudah terbangun di internal KHJL dalam bingkai prinsip-prinsip FSC. KHJL tidak pernah melakukan pembelian tegakan jati yang belum terdaftar sebagai anggota.
45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
1. Hutan Masyarakat di Konawe Selatan strata II dan III pada periode pembenahan hutan rakyat ini tidak layak untuk diusahakan berdasarkan nilai NPV, BCR dan IRR. Strata I NPV yang diperoleh impas. Nilai NPV yang diperoleh pada strata I, II dan III pada tingkat suku bunga 18% (suku bunga yg berlaku di konawe Selatan 2008) yaitu masing-masing –Rp. 27.501,00; –Rp. 4.231.546,00 dan –Rp. 9.254.448,00. Untuk BCR masing-masing strata yaitu sebesar 1,00; 0,78; dan 0,67. Sedangkan untuk IRR masing-masing strata nilainya 17,94%; 12,37%; 10,00%. Apabila diusahakan selama daur pertama pembenahan, hutan tersebut menjadi layak dengan nilai NPV, BCR, dan IRR pada masing masing strata yaitu untuk NPV sebesar Rp. 7.704.499,00; Rp. 4.854.191,00 dan Rp. 3.241.314,00. Untuk BCR masing-masing strata yaitu sebesar 1,59; 1,24; dan 1,11. Sedangkan untuk IRR masing-masing strata nilainya 25,08%; 20,77%; 19,23%. Setelah dilakukan peningkatan penanaman nilai NPV pada strata II dan III masing-masing sebesar Rp. 10.022.538,00 dan Rp. 27.849.197,00. BCR masing-masing sebesar 1,42 dan 1,60. Untuk IRR masing-masing sebesar 22,35 dan 23,22. 2. Status hutan pada periode pembenahan hutan rakyat masing-masing strata menjadi layak pada saat strata I menaikkan harga kayu lebih dari 10%. Strata II menjadi layak juga saat dinaikkan harga kayu lebih dari 30%, dan strata III sebesar 50%. Pada pembangunan hutan rakyat selama daur pertama pembenahan, peningkatan biaya pengusahaan hutan akan mempengaruhi status kelayakan hutan. Pada strata I dan II masih layak diusahakan ketika biaya naik 50%. Pada strata III menjadi tidak layak ketika kenaikan biaya sebesar 30%. 3. Pola kemitraan yang terjadi antara KHJL dengan petani hutan rakyat termasuk dalam pola kemitraan jangka panjang. Hal ini ditandai dengan adanya hubungan jual beli antara KHJL dengan Masyarakat. Hubungan kerjasama antara KHJL dengan TFT termasuk dalam pola kemitraan jangka panjang. Hal
46
ini terjadi karena saling tergantungnya KHJL terhadap TFT untuk masalah pemasaran dan pelatihan-pelatihan. Untuk hubungan kerjasama antara KHJL dengan penyewaan truk, termasuk dalam pola hubungan jangka pendek atau insidental. 4. Kontribusi pendapatan hutan rakyat terhadap pendapatan total rata-rata terbesar diperoleh pada strata III yaitu sebesar 20,03%. Hasil ini hampir sama dengan strata I sebesar 20,30%. Pada strata II, hutan rakyat hanya memberikan kontribusi senilai 17,87% terhadap pendapatan total petani. 5. KHJL melakukan penjualan kayunya berdasarkan pemesanan, namun tidak melebihi jatah tebang tahunan. KHJL memasarkan kayunya dalam bentuk square dengan bersertifikat FSC. KHJL memasarkan kayunya dengan berbagai cara seperti: melalui fasilitasi pendamping dalam melakukan pertemuan dengan pembeli dan penyebaran leflet/brosur. Tetapi umumnya para pembeli mengetahui informasi kayu FSC KHJL dari browsing internet.
6.2
Saran
1. Pada Periode pembenahan hutan rakyat perlu dilakukan peningkatan harga kayu agar masyarakat Konawe Selatan dapat memperoleh pendapatan yang layak. 2. Perlu adanya penanganan yang baik dalam pendistribusian benih agar benih tidak busuk saat sampai di tangan rakyat. 3. Perlu adanya peningkatan penanaman di strata II dan strata III agar NPV yang diperoleh meningkat.
47
DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistik. 1993. Sensus Pertanian Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta. De Foresta et al. 2000. Ketika Kebun Berupa Hutan: Agroforest khas Indonesia, sebuah sumbangan masyarakat. ICRAF, Bogor. Departemen Kehutanan. 1995. Hutan Rakyat. Departemen Kehutanan RI. Jakarta. Departemen Pertanian. 1997. Kemitraan Departemen Pertanian RI. Jakarta.
Pemasaran
Dalam
Agribisnis.
Direktur Penghijauan dan Perhutanan Sosial, Ditjen RRL. 1995. Kebijaksanaan Pembangunan Hutan Rakyat Sebagai Upaya Rehabilitasi Lahan Kritis dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat dalam Proceeding Seminar Pembangunan Hutan Rakyat Bangkinang. Riau 10-11 April 1995. Riau. Djuwadi. 2002. Pengusahaan Hutan Rakyat. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Gittinger JP. 1986. Analisa Proyek-Proyek Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hardjanto. 1990. Pengembangan Kebijakan Ekonomi dan Pelestarian Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Hayono J. 1996. Analisis Pengembangan Hutan Rakyat di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah. Skripsi Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. Kartasubrata J. 1986. Partisipasi Rakyat Dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan di Jawa (Studi Kehutanan Sosial di Daerah Kawasan Hutan Produksi, Hutan Lindung dan Hutan Konservasi). Disertasi Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor. Kartasubrata J. 2003. Social Forestry and Agroforestry in Asia. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Kartodiharjo H. 1998. Peningkatan Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari melalui Kebijaksanaan Penataan Institusi. Disertasi Pasca Sarjana. Insitut Pertanian Bogor. Bogor. Mardikanto T. 1995. Aspek Sosial Ekonomi Pengusahaan Hutan Rakyat dalam Proceeding Seminar/Diskusi Panel Pengembangan Hutan Rakyat. Bandung 19-20 Januari 1995. Bandung.
48
Nugroho B. 1997. Ekonomi Keteknikan : Analisis Finansial Investasi Kehutanan dan Pertanian. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Saragih B, Sunito S, Suharjito D. 1995. Hutan rakyat dan Peranannya dalam Pembangunan Daerah. Pusat Studi Pembangunan IPB. Bogor. Simon H. 1995. Pokok-Pokok Pikiran Tinjauan Ekonomi Pengembangan Hutan Rakyat dalam Proceeding Seminar Pengembangan Hutan Rakyat Bangkinang. Riau 10-11 April 1995. Riau. Soeharjo dan Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Usaha Tani. Departemen IlmuIlmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Tiwari KM. 1983. Role of Social Forestry in Village Economy. Forestry Research Institute and Collage, Dehradun. India. Toha M. 1987. Pengembangan Hutan Rakyat di Jawa untuk Pelestarian Lingkungan dan Kesejahteraan Masyarakat dalam Bunga Rampai Perhutanan Sosial Jilid VII. Jakarta. Westoby JC. 1968. Changing Objectives of Forest Management. Address to Ninth Commonwealth Forestry Conference. New Delhi.
49
LAMPIRAN
50
Lampiran 1. Identitas responden petani hutan rakyat Strata I
II
III
No.
Umur
Pendidikan
Jml Anggota
Mata
Luas Lahan
Res
(Th)
4
73
-
7
47
15 16
Usaha Di Luar
Keluarga
Pencaharian
Hutan Rakyat
Kehutanan
13
Tani
0.5
Ternak,Tani
SMP
5
Tani
0.4
Ternak,Tani
35
S1
2
Karyawan
0.5
Ternak,Tani
32
SMP
4
Pengrajin
0.5
Ternak,Tani
18
39
DIII
4
Tani
0.25
Ternak,Tani
24
42
DI
5
Tani
0.5
Ternak,Tani
25
38
SMP
4
Karyawan
0.5
Ternak,Tani
29
65
SD
7
Tani
0.3
Ternak,Tani
40
42
SD
6
Pengrajin
0.5
Ternak,Tani
41
39
SMA
7
Pengrajin
0.5
Ternak,Tani
42
50
SD
4
Tani
0.5
Tani
43
40
SMP
6
Tani
0.5
Tani
53
48
SMP
3
Tani
0.5
Ternak,Tani
58
45
SD
3
Tani
0.5
Ternak,Tani
9
39
SD
5
Tani
1
Tani
17
30
SMA
3
Wiraswasta
0.75
Tani
19
71
SR
4
Tani
0.6
Tani
20
41
SGO
3
Tani
1
Ternak,Tani
23
50
SD
2
Tani
1
Ternak,Tani
28
50
SD
3
Tani
0.8
Ternak,Tani
34
47
SMP
6
Tani
0.6
Ternak,Tani
37
48
-
5
Tani
0.8
Ternak,Tani
38
51
SMP
5
Tani
1
Tani
47
38
SD
6
Tani
0.75
Ternak,Tani
48
44
SD
3
Tani
1
Ternak,Tani
1
29
SMA
4
Wiraswasta
1.5
Ternak,Tani
2
32
SMP
3
Tani
2
Ternak,Tani
3
43
SMA
3
kades
1.5
Ternak,Tani
5
38
SMA
5
Tani
3
Ternak,Tani
6
40
SPG
5
Kep.Sekolah
2
Tani
10
39
SMA
4
Wiraswasta
3
Tani
11
27
S1
5
Tani
2
Tani
12
55
SMP
4
PNS
2
Ternak,Tani
13
40
SMA
4
Tani
5
Ternak,Tani
14
40
SMA
3
Tani
3
Ternak,Tani
21
41
SMA
5
Kades
2
Ternak,Tani
22
53
SMA
5
Pengrajin
2
Ternak,Tani
26
30
SD
3
Pengrajin
1.2
Ternak,Tani
27
41
SGO
5
PNS
1.4
Tani
31
50
SMP
2
Wiraswasta
1.3
Ternak,Tani
32
50
SD
5
Tani
2
Ternak,Tani
33
35
DIII
5
Wiraswasta
2
Ternak,Tani
35
39
SMA
5
Tani
1.5
Ternak,Tani
36
54
SMP
8
Tani
1.2
Ternak,Tani
39
40
SMP
5
Tani
2
Ternak,Tani
44
30
SD
4
Pedagang
4
Ternak,Tani
51
46
57
-
4
Tani
3
Ternak,Tani
49
52
SD
3
Tani
2
Ternak,Tani
50
41
SMP
3
PNS
2.5
Ternak,Tani
51
49
SD
5
Tani
3
Ternak,Tani
52
38
SMA
5
Tani
2
Ternak,Tani
55
49
-
7
Tani
2.5
Ternak,Tani
56
44
SD
3
Wiraswasta
2
Ternak,Tani
57
38
SD
5
Tani
1.1
Ternak,Tani
60
40
SD
3
Tani
2
Tani
52
Lampiran 2. Sumber Pendapatan Total Petani Hutan Rakyat Strata
No.
Sumber Pendapatan (Rp/th) Hutan Rakyat Peternakan
Jumlah
Res
Pertanian
Lain-lain
(Rp/th)
4 7 15 16 18 24 25 29 40 41 42 43 53 58
1000000 3000000 2000000 2400000 7500000 10020000 1000000 6000000 0 2400000 10000000 8000000 1000000 3500000
2400000 2500000 3000000 3000000 2000000 3000000 2500000 1000000 4000000 2000000 1000000 1500000 1000000 2000000
0 8000000 1000000 0 1000000 0 0 0 0 0 0 0 1000000 500000
2000000 0 9000000 5000000 0 0 9000000 0 12000000 6000000 0 0 4000000 5000000
5400000 13500000 15000000 10400000 10500000 13020000 12500000 7000000 16000000 10400000 11000000 9500000 7000000 11000000
Jumlah
57,820,000
30,900,000
11,500,000
52,000,000
152,220,000
Rata-rata
4,130,000
2,207,143
821,429
3,714,286
10,872,857
II
1300000 3000000 4000000 6000000 3600000 15000000 9000000 11300000 9000000 7200000 6000000
1000000 1000000 2400000 4000000 2500000 2000000 4000000 2500000 3000000 2000000 1000000
0 0 0 0 0 600000 0 0 0 1200000 1000000
11000000 5500000 3500000 0 8500000 0 0 0 0 4000000 6000000
13300000 9500000 9900000 10000000 14600000 17600000 13000000 13800000 12000000 14400000 14000000
Jumlah
75,400,000
25,400,000
2,800,000
38,500,000
142,100,000
Rata-rata
6,854,545
254,545
3,500,000
12,918,182
III
4000000 1200000 5000000 20000000 600000 5500000 8400000 3500000 14000000 6000000 0 6000000 5000000
0 0 500000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4800000 3600000 8700000 0 31200000 30000000 24000000 30000000 0 12000000 8700000 10000000 6000000
10050000 7300000 17200000 24000000 39800000 40500000 42400000 38500000 19000000 24000000 16200000 26000000 17000000
I
9 17 19 20 23 28 34 37 38 47 48
1 2 3 5 6 10 11 12 13 14 21 22 26
2,309,091 1250000 2500000 3000000 4000000 8000000 5000000 10000000 5000000 5000000 6000000 7500000 10000000 6000000
53
27 31 32 33 35 36 39 44 46 49 50 51 52 55 56 57 60
4100000 7200000 5000000 3000000 5400000 3800000 9000000 1500000 5000000 5000000 1000000 8000000 5000000 5000000 3500000 3600000 10000000
4500000 1000000 1750000 2000000 1750000 2000000 2000000 1500000 2000000 2400000 3000000 1800000 2400000 1600000 2000000 5000000 1500000
0 2000000 0 840000 0 0 1000000 0 0 3000000 0 0 1000000 0 1000000 0 0
32400000 10800000 0 12000000 2900000 4750000 0 2400000 0 0 18000000 0 3000000 4000000 10000000 2000000 0
41000000 21000000 6750000 17840000 10050000 10550000 12000000 5400000 7000000 10400000 22000000 9800000 11400000 10600000 16500000 10600000 11500000
Jumlah
164,300,000
111,450,000
9,340,000
271,250,000
556,340,000
Rata-rata
5,476,667
311,333
9,041,667
18,544,667
3,715,000
54
Lampiran 3. Pengeluaran Petani Hutan Rakyat Strata
No.
Pos Pengeluaran (Rp/th)
Jumlah
Res
Beras
Non Beras
Imput Usaha Tani
Pendidikan
Lain-lain
(Rp/th)
4
0
1500000
600000
2000000
3000000
7100000
I
7
2400000
1800000
1000000
1200000
4000000
10400000
15
3000000
2000000
1200000
0
7800000
14000000
16
3600000
2400000
900000
600000
3060000
10560000
18
2100000
1600000
1800000
420000
3000000
8920000
24
0
1000000
540000
600000
8640000
10780000
25
3000000
1600000
0
720000
3180000
8500000
29
0
2400000
2000000
2000000
2000000
8400000
40
4000000
3600000
0
2400000
5160000
15160000
41
3600000
1200000
0
2400000
2820000
10020000
42
3000000
4000000
1000000
5400000
13400000
43
3600000
2400000
0
1200000
3000000
10200000
53
1800000
2500000
500000
0
3500000
8300000
58
2000000
2400000
900000
500000
2100000
7900000
32,100,000
30,400,000
14,040,000
56,660,000
143,640,000
Jumlah
10,440,000
Rata-rata
2,292,857
2,171,429
1,002,857
4,047,143
10,260,000
II
9
3600000
2400000
500000
1000000
4550000
12050000
17
1400000
1000000
0
200000
1000000
3600000
19
2000000
1400000
0
0
3500000
6900000
20
0
2000000
650000
4000000
4000000
10650000
23
3000000
1200000
500000
0
3000000
7700000
28
6000000
2000000
0
1500000
6900000
16400000
34
3000000
1800000
1000000
1000000
3000000
9800000
37
2520000
1500000
3150000
500000
4620000
12290000
38
3000000
4150000
0
1000000
4000000
12150000
47
3600000
2400000
1500000
2000000
4200000
13700000
48
2400000
2400000
1000000
500000
3000000
9300000
30,520,000
22,250,000
8,300,000
11,700,000
41,770,000
114,540,000
754,545
1,063,636
Jumlah
745,714
Rata-rata
2,774,545
2,022,727
3,797,273
10,412,727
III
1
2400000
3000000
0
0
4000000
9400000
2
2400000
2000000
1068000
600000
2800000
8868000
3
2400000
3600000
2000000
0
4000000
12000000
5
3000000
3600000
3000000
300000
9200000
19100000
6
3000000
2500000
0
1000000
10000000
16500000
10
3600000
2400000
3600000
1500000
12300000
23400000
11
6000000
2400000
4400000
4000000
3900000
20700000
12
4200000
4800000
0
1200000
3500000
13700000
13
2400000
3000000
0
1000000
4000000
10400000
14
1800000
3600000
1200000
2400000
3000000
12000000
21
2700000
2000000
750000
3000000
7050000
15500000
22
2600000
3600000
1200000
600000
6100000
14100000
26
2400000
1200000
2400000
0
6600000
12600000
27
5400000
7200000
3000000
1000000
8000000
24600000
31
1260000
900000
0
0
5250000
7410000
55
32
0
840000
0
0
5400000
6240000
33
0
3600000
1000000
0
8000000
12600000
35
3000000
1200000
0
2750000
5975000
12925000
36
3600000
2000000
0
0
4000000
9600000
39
3600000
3600000
500000
1000000
3200000
11900000
44
0
2400000
0
1000000
2300000
5700000
46
2400000
3000000
0
0
3000000
8400000
49
2400000
2500000
500000
450000
4200000
10050000
50
2400000
6800000
0
400000
7500000
17100000
51
3780000
2160000
368000
2400000
1346000
10054000
52
2880000
3600000
450000
1000000
3500000
11430000
55
2400000
2000000
730000
1000000
4000000
10130000
56
2160000
3600000
700000
500000
3650000
10610000
57
2400000
2400000
500000
1800000
2250000
9350000
60
2000000
3240000
1000000
0
4350000
10590000
Jumlah
78,580,000
88,740,000
28,366,000
28,900,000
152,371,000
376,957,000
Rata-rata
2,619,333
2,958,000
945,533
963,333
5,079,033
12,565,233
56
Lampiran 4. Biaya Tetap dan Biaya Variabel Resp
B. Tetap
B. Variabel
Biaya Panen
Lain-lain
Total
110000
430000
100000
1090004
100000
500000
0
1082007
130000
100000
450000
100000
1020015
150000
100000
300000
0
790016
20000
150000
75000
350000
0
752518
10000
30000
200000
50000
300000
0
790024
25
10000
30000
150000
100000
400000
0
890025
29
9000
20000
150000
50000
320000
0
729029
40
10000
30000
100000
100000
250000
50000
740040
41
10000
20000
175000
75000
200000
0
680041
42
10000
20000
100000
100000
200000
0
630042
43
10000
20000
100000
50000
200000
0
580043
53
10000
20000
130000
100000
210000
0
670053
58
10000
20000
150000
50000
200000
0
630058
Total
138,500
350,000
2,095,000
4,310,000
250,000
11,073,915
Rata-rata
9,893
25,000
149,643
307,857
17,857
790,994
9
16500
20000
320000
250000
450000
0
1386509
17
15000
20000
300000
200000
400000
0
1235017
19
13500
30000
270000
200000
300000
0
1083519
20
16500
30000
300000
170000
575000
100000
1521520
23
16500
30000
400000
230000
250000
0
1256523
28
15000
30000
350000
275000
300000
0
1270028
34
13500
30000
200000
350000
575000
75000
1513534
37
15000
30000
300000
250000
200000
0
1095037
38
16500
30000
420000
250000
500000
100000
1646538
47
15000
20000
300000
150000
300000
0
1085047
48
16500
20000
300000
220000
410000
0
1296548
Total
169,500
290,000
3,460,000
4,260,000
275,000
14,389,820
Rata-rata
15,409
26,364
314,545
387,273
25,000
1,308,165
0
1258501
Pajak
Bibit
Tanam
4
10000
30000
210000
7
12000
30000
200000
15
10000
30000
16
10000
30000
18
7500
24
Pemeliharaan Strata I
1,160,000 82,857 Strata II
2,545,000 231,364 Strata III
1
18500
20000
400000
200000
250000
2
20000
30000
420000
150000
300000
0
1320002
3
18500
30000
450000
100000
800000
200000
1968503
5
21500
30000
500000
300000
750000
0
2031505
6
20000
40000
520000
100000
600000
100000
1780006
10
21500
40000
400000
450000
850000
0
2191510
11
20000
60000
500000
270000
1000000
300000
2550011
12
20000
40000
420000
400000
800000
0
2080012
13
25000
40000
600000
300000
800000
0
2265013
14
21500
50000
300000
250000
650000
250000
1951514
21
20000
50000
400000
250000
600000
300000
2020021
57
22
20000
60000
320000
400000
700000
0
1900022
26
17500
40000
400000
350000
500000
150000
1807526
27
18000
40000
520000
250000
650000
0
1838027
31
17750
20000
400000
220000
200000
0
1212781
32
20000
20000
400000
200000
400000
0
1440032
33
20000
20000
400000
250000
350000
0
1440033
35
18500
20000
530000
200000
200000
0
1338535
36
17500
20000
200000
560000
400000
0
1547536
39
20000
20000
400000
100000
500000
0
1440039
44
23000
20000
400000
150000
450000
0
1503044
46
21500
20000
300000
270000
350000
0
1391546
49
20000
20000
350000
350000
400000
0
1540049
50
20500
30000
450000
200000
500000
150000
1760550
51
21500
20000
400000
250000
400000
0
1521551
52
20000
30000
300000
300000
350000
0
1400052
55
20500
20000
400000
300000
450000
100000
1700555
56
20000
20000
250000
200000
300000
0
1190056
57
16750
40000
400000
175000
350000
0
1316807
60
20000
20000
275000
300000
300000
0
1315060
Total
599,500
930,000
12,005,000
15,150,000
1,550,000
50,020,399
Rata-rata
19,983
31,000
400,167
505,000
51,667
1,667,347
7,795,000 259,833
58
Lampiran 5. Perhitungan Nilai Sisa Tegakan Strata
I
No.
Quisioner
Res
Pendapatan
Volume
Volume
Pendapatan
Hutan Rakyat
Balok
Invoice
Hutan Rakyat
Nilai tegakan Sisa thn. 2008
2400000
2.431
1.945
2,917,200
16.524
14,458,500
7
2500000
2.404
1.923
2,884,800
38.365
33,569,375
15
3000000
2.854
2.283
3,424,800
36.294
31,757,250
16
3000000
2.712
2.170
3,254,400
22.637
19,807,375
18
2000000
2.436
1.949
2,923,200
40.387
35,338,625
24
3000000
2.770
2.216
3,324,000
30.281
26,495,875
25
2500000
2.653
2.122
3,183,600
22.310
19,521,250
29
1000000
0.912
0.730
1,094,400
11.425
9,996,875
40
4000000
3.789
3.031
4,546,800
40.387
35,338,625
41
2000000
2.116
1.693
2,539,200
42.236
36,956,500
42
1000000
0.845
0.676
1,014,000
17.594
15,394,750
43
1500000
1.194
0.955
1,432,800
20.420
17,867,500
53
1000000
0.940
0.752
1,128,000
15.367
13,446,125
58
2000000
1.622
1.298
1,946,400
23.543
20,600,125
30,900,000
29.678
23.742
2,207,143
2.120
1.696
35,613,600
377.770
330,548,750
2,543,828.57
26.984
23,610,625
9
1000000
0.600
0.480
720,000
66.384
58,086,000
17
1000000
0.713
0.570
855,600
70.250
61,468,750
19
2400000
2.831
2.265
3,397,200
62.344
54,551,000
20
4000000
2.942
2.354
3,530,400
50.387
44,088,625
23
2500000
2.494
1.995
2,992,800
36.986
32,362,750
28
2000000
2.067
1.654
2,480,400
32.574
28,502,250
34
4000000
5.105
4.084
6,126,000
137.264
120,106,000
37
2500000
3.392
2.714
4,070,400
15.328
13,412,000
38
3000000
3.446
2.757
4,135,200
48.354
42,309,750
47
2000000
2.942
2.354
3,530,400
42.226
36,947,750
48
1000000
0.917
0.734
1,100,400
20.850
18,243,750
Jumlah Ratarata III
Volume Tegakan Sisa
4
Jumlah Ratarata II
Data Penebangan
1
25,400,000
27.449
21.959
2,309,091
2.495
1.996
1250000
2.120
1.696
32,938,800
582.947
510,078,625
2,994,436.36
52.995
46,370,784
2,544,000
23.657
20,699,875
59
2
2500000
1.776
1.421
2,131,200
29.543
25,850,125
3
3000000
1.978
1.582
2,373,600
17.385
15,211,875
5
4000000
2.713
2.170
3,255,600
30.200
26,425,000
6
8000000
5.414
4.331
6,496,800
108.352
94,808,000
10
5000000
3.294
2.635
3,952,800
32.334
28,292,250
11
10000000
8.421
6.737
10,105,200
320.254
280,222,250
12
5000000
3.765
3.012
4,518,000
40.257
35,224,875
13
5000000
3.622
2.898
4,346,400
58.758
51,413,250
14
6000000
4.274
3.419
5,128,800
211.745
185,276,875
21
7500000
5.270
4.216
6,324,000
68.357
59,812,375
22
10000000
8.574
6.859
10,288,800
284.328
248,787,000
26
6000000
4.377
3.502
5,252,400
125.785
110,061,875
27
4500000
4.187
3.350
5,024,400
96.358
84,313,250
31
1000000
0.633
0.506
759,600
30.570
26,748,750
32
1750000
1.282
1.026
1,538,400
103.562
90,616,750
33
2000000
1.390
1.112
1,668,000
20.243
17,712,625
35
1750000
1.480
1.184
1,776,000
41.054
35,922,250
36
2000000
3.395
2.716
4,074,000
84.279
73,744,125
39
2000000
3.324
2.659
3,988,800
90.657
79,324,875
44
1500000
1.035
0.828
1,242,000
26.310
23,021,250
46
2000000
1.442
1.154
1,730,400
19.354
16,934,750
49
2400000
3.394
2.715
4,072,800
56.657
49,574,875
50
3000000
2.776
2.221
3,331,200
70.254
61,472,250
51
1800000
1.384
1.107
1,660,800
35.250
30,843,750
52
2400000
4.073
3.258
4,887,600
154.357
135,062,375
55
1600000
1.291
1.033
1,549,200
32.004
28,003,500
56
2000000
1.400
1.120
1,680,000
60.256
52,724,000
57
5000000
4.187
3.350
5,024,400
113.260
99,102,500
60
1500000
2.508
2.006
3,009,600
87.328
76,412,000
Jumlah Ratarata
111,450,000
94.779
75.823
3,715,000
3.159
2.527
Rata-rata harga perkiraan /m3 :
1,500,000
Volume Sesudah Grading :
0.8
Biaya pemanenan /m3 :
625,000
Harga tegakan /m3 :
875,000
113,734,800
2472.708
2,163,619,500
3,791,160
82.4236
72,120,650
60 Lampiran 6. Simulasi Proyeksi Hasil Tanam Strata I Tahun Jumlah Tanaman >Tegakan sisa Hasil tanaman (m3) >Jumlah tanaman baru (pohon) Tebangan >Tanaman lama (m3) >Tanaman baru (m3) Total volume yang ditebang (m3) Total volume yang diperdagangkan
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
29.92 25
27.8 25
25.68 25
23.56 25
21.44 25
19.32 25
17.2 25
15.08 25
12.96 25
10.84 25
8.72 25
6.6 25
4.48 25
2.36 25
2.12 2.12
2.12 2.12
2.12 2.12
2.12 2.12
2.12 2.12
2.12 2.12
2.12 2.12
2.12 2.12
2.12 2.12
2.12 2.12
2.12 2.12
2.12 2.12
2.12 2.12
2.12 2.12
1.70
1.70
1.70
1.70
1.70
1.70
1.70
1.70
1.70
1.70
1.70
1.70
1.70
1.70
Tahun Jumlah Tanaman >Tegakan sisa Hasil tanaman (m3) >Jumlah tanaman baru (pohon) Tebangan >Tanaman lama (m3) >Tanaman baru (m3) Total volume yang ditebang (m3) Total volume yang diperdagangkan
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
0.24 25
0 25
0 25
0 25
0 25
0 25
0 25
0 25
0 25
0 25
0 25
0 25
0.24 1.88 2.12
0 2.12 2.12
0 2.12 2.12
0 2.12 2.12
0 11.76 11.76
0 20 20
0 20 20
0 20 20
0 20 20
0 20 20
0 20 20
0 20 20
1.70
1.70
1.70
1.70
9.41
16.00
16.00
16.00
16.00
16.00
16.00
16.00
Tahun Jumlah Tanaman >Tegakan sisa Hasil tanaman (m3) >Jumlah tanaman baru (pohon) Tebangan >Tanaman lama (m3) >Tanaman baru (m3) Total volume yang ditebang (m3) Total volume yang diperdagangkan
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
0 25
0 25
0 25
0 25
0 25
0 25
0 25
0 25
0 25
0 25
0 25
0 20 20
0 20 20
0 20 20
0 20 20
0 20 20
0 20 20
0 20 20
0 20 20
0 20 20
0 20 20
0 20 20
16.00
16.00
16.00
16.00
16.00
16.00
16.00
16.00
16.00
16.00
16.00
61 Simulasi Proyeksi Hasil Tanam Strata II skenario 1 Tahun Jumlah Tanaman >Tegakan sisa Hasil tanaman (m3) >Jumlah tanaman baru (pohon) Tebangan >Tanaman lama (m3) >Tanaman baru (m3) Total yang ditebang (m3) Total volume yang diperdagangkan
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
44.95 30
42.45 30
39.95 30
37.45 30
34.95 30
32.45 30
29.95 30
27.45 30
24.95 30
22.45 30
19.95 30
17.45 30
14.95 30
12.45 30
2.5 2.5
2.5 2.5
2.5 2.5
2.5 2.5
2.5 2.5
2.5 2.5
2.5 2.5
2.5 2.5
2.5 2.5
2.5 2.5
2.5 2.5
2.5 2.5
2.5 2.5
2.5 2.5
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
-
Tahun Jumlah Tanaman >Tegakan sisa Hasil tanaman (m3) >Jumlah tanaman baru (pohon) Tebangan >Tanaman lama (m3) >Tanaman baru (m3) Total volume yang ditebang (m3) Total volume yang diperdagangkan
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
9.55 30
7.05 30
4.55 30
2.05 30
0 30
0 30
0 30
0 30
0 30
0 30
0 30
0 30
2.5 2.5
2.5 2.5
2.5 2.5
2.45 2.45
0 24 24
0 24 24
0 24 24
0 24 24
0 24 24
0 24 24
0 24 24
0 24 24
2.00
2.00
2.00
1.96
19.20
19.20
19.20
19.20
19.20
19.20
19.20
19.20
Tahun Jumlah Tanaman >Tegakan sisa Hasil tanaman (m3) >Jumlah tanaman baru (pohon) Tebangan >Tanaman lama (m3) >Tanaman baru (m3) Total volume yang ditebang (m3) Total volume yang diperdagangkan
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
0 30
0 30
0 30
0 30
0 30
0 30
0 30
0 30
0 30
0 30
0 30
0 24 24
0 24 24
0 24 24
0 24 24
0 24 24
0 24 24
0 24 24
0 24 24
0 24 24
0 24 24
0 24 24
19.20
19.20
19.20
19.20
19.20
19.20
19.20
19.20
19.20
19.20
19.20
62 Simulasi Proyeksi hasil tanam strata III skenario 1 Tahun JumlahTanaman >Tegakan sisa Hasil tanaman (m3) >Jumlah tanaman baru (pohon) Tebangan >Tanaman lama (m3) >Tanaman baru (m3) Total yang ditebang (m3) Total volume yang diperdagangkan
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
67.84 40
64.68 40
61.52 40
58.36 40
55.2 40
52.04 40
48.88 40
45.72 40
42.56 40
39.4 40
36.24 40
33.08 40
29.92 40
26.76 40
3.16 3.16
3.16 3.16
3.16 3.16
3.16 3.16
3.16 3.16
3.16 3.16
3.16 3.16
3.16 3.16
3.16 3.16
3.16 3.16
3.16 3.16
3.16 3.16
3.16 3.16
3.16 3.16
2.53
2.53
2.53
2.53
2.53
2.53
2.53
2.53
2.53
2.53
2.53
2.53
2.53
2.53
Tahun Jumlah Tanaman >Tegakan sisa Hasil tanaman (m3) >Jumlah tanaman baru (pohon) Tebangan >Tanaman lama (m3) >Tanaman baru (m3) Total volume yang ditebang (m3) Total volume yang diperdagangkan
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
23.6 40
20.44 40
17.28 40
14.12 40
10.96 40
7.8 40
4.64 40
1.48 40
0 40
0 40
0 40
0 40
3.16 3.16
3.16 3.16
3.16 3.16
3.16 3.16
3.16 32 35.16
3.16 32 35.16
3.16 32 35.16
1.48 32 33.48
0 32 32
0 32 32
0 32 32
0 32 32
2.53
2.53
2.53
2.53
28.13
28.13
28.13
26.78
25.60
25.60
25.60
25.60
Tahun Jumlah Tanaman >Tegakan sisa Hasil tanaman (m3) >Jumlah tanaman baru (pohon) Tebangan >Tanaman lama (m3) >Tanaman baru (m3) Total volume yang ditebang (m3) Total volume yang diperdagangkan
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
0 40
0 40
0 40
0 40
0 40
0 40
0 40
0 40
0 40
0 40
0 40
0 32 32
0 32 32
0 32 32
0 32 32
0 32 32
0 32 32
0 32 32
0 32 32
0 32 32
0 32 32
0 32 32
25.60
25.60
25.60
25.60
25.60
25.60
25.60
25.60
25.60
25.60
25.60
63 Simulasi Proyeksi hasil tanam strata II skenario 2 Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
44.95
42.45
39.95
37.45
34.95
32.45
29.95
27.45
24.95
22.45
19.95
17.45
14.95
12.45
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
Jumlah Tanaman >Tegakan sisa Hasil Tanaman (m3) >Jumlah Tanaman Baru (pohon) Tebangan >Tanaman lama (m3) >Tanaman baru (m3)
-
Total volume yang ditebang (m3)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
Total volume yang diperdagangkan
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
Tahun
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
9.55
7.05
4.55
2.05
0
0
0
0
0
0
0
0
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
2.5
2.5
2.5
2.45
0
0
0
0
0
0
0
0
40
40
40
40
40
40
40
40
Jumlah Tanaman >Tegakan sisa Hasil Tanaman (m3) >Jumlah Tanaman Baru (pohon) Tebangan >Tanaman lama (m3) >Tanaman baru (m3) Total volume yang ditebang (m3)
-
-
-
-
2.5
2.5
2.5
2.45
40
40
40
40
40
40
40
40
Total volume yang diperdagangkan
2.00
2.00
2.00
1.96
32.00
32.00
32.00
32.00
32.00
32.00
32.00
32.00
Tahun
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
>Tanaman lama (m3)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
>Tanaman baru (m3)
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
Total volume yang ditebang (m3)
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
32.00
32.00
32.00
32.00
32.00
32.00
32.00
32.00
32.00
32.00
32.00
Jumlah Tanaman >Tegakan sisa Hasil Tanaman (m3) >Jumlah Tanaman Baru (pohon) Tebangan
Total volume yang diperdagangkan
64 Simulasi Proyeksi hasil tanaman strata III skenario 2 Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
67.84
64.68
61.52
58.36
55.2
52.04
48.88
45.72
42.56
39.4
36.24
33.08
29.92
26.76
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
Jumlah Tanaman >Tegakan sisa Hasil Tanaman (m3) >Jumlah Tanaman Baru (pohon) Tebangan >Tanaman lama (m3) >Tanaman baru (m3)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Total volume yang ditebang (m3)
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
Total volume yang diperdagangkan
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
Tahun
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
>Tegakan sisa Hasil Tanaman (m3)
23.6
20.44
17.28
14.12
10.96
7.8
4.64
1.48
0
0
0
0
>Jumlah Tanaman Baru (pohon)
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
3.16
1.48
0
0
0
0
108
108
108
108
108
108
108
108
Jumlah Tanaman
Tebangan >Tanaman lama (m3) >Tanaman baru (m3)
-
-
-
-
Total volume yang ditebang (m3)
3.16
3.16
3.16
3.16
111.16
111.16
111.16
109.48
108
108
108
108
Total volume yang diperdagangkan
2.53
2.53
2.53
2.53
88.93
88.93
88.93
87.58
86.40
86.40
86.40
86.40
Tahun
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
135
>Tanaman lama (m3)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
>Tanaman baru (m3)
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
Total volume yang ditebang (m3)
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
108
86.40
86.40
86.40
86.40
86.40
86.40
86.40
86.40
86.40
86.40
86.40
Jumlah Tanaman >Tegakan sisa Hasil Tanaman (m3) >Jumlah Tanaman Baru (pohon) Tebangan
Total volume yang diperdagangkan
65 Lampiran 7. Proyeksi Cashflow Strata I Pada Periode Pembenahan HR Uraian
Tahun Ke2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Penjualan Logs
-
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,82 8
2,543,82 8
2,543,828
2,543,82 8
2,543,82 8
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
14,115,00 0
Cash Inflow
-
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,82 8
2,543,82 8
2,543,828
2,543,82 8
2,543,82 8
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
14,115,00 0
10,305,313
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Inflow
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007) Pajak Tanah
-
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
Pembuatan Ajir
-
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
Pengadan Bibit
-
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
B. Tanam
-
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
B. Pemeliharaan
-
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
B. Pemanenan
-
307,857
307,857
307,857
307,857
307,857
307,857
307,857
307,857
307,857
307,857
307,857
307,857
307,857
307,857
1,704,076
B. Lain-lain
-
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
Cash Outflow
10,305,313
693,107
693,107
693,107
693,107
693,107
693,107
693,107
693,107
693,107
693,107
693,107
693,107
693,107
693,107
2,089,326
Cash Balance
(10,305,313 )
1,850,721
1,850,721
1,850,721
1,850,721
1,850,72 1
1,850,72 1
1,850,721
1,850,72 1
1,850,72 1
1,850,721
1,850,721
1,850,721
1,850,721
1,850,721
12,025,67 4
NPV per periode pembangunan HR BCR per periode pembangunan HR IRR per periode pembangunan HR
(27,501) 1.00
17.94%
66 Lampiran 8. Proyeksi cashflow strata II Pada Periode Pembenahan HR Uraian
Tahun Ke2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Penjualan Logs
-
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,940,000
28,800,000
Cash Inflow
-
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,940,000
28,800,000
Inflow
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007)
16,384,256
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pajak Tanah
-
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
Pembuatan Ajir
-
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
Pengadan Bibit
-
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
B. Tanam
-
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
B. Pemeliharaan
-
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
B. Pemanenan
-
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
379,527
3,717,811
B. Lain-lain
-
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
Cash Outflow
16,384,256
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,117,209
4,455,493
Cash Balance
(16,384,256)
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,822,791
24,344,507
NPV per periode pembangunan HR BCR per periode pembangunan HR IRR per periode pembangunan HR
(4,231,546) 0.78 12.37%
67 Lampiran 9. Proyeksi cashflow strata III Pada Periode Pembenahan HR Uraian
Tahun Ke2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Inflow Penjualan Logs
-
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
42,195,000
Cash Inflow
-
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
42,195,000
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pajak Tanah
25,531,159 -
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
Pembuatan Ajir
-
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
Pengadan Bibit
-
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
B. Tanam
-
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
B. Pemeliharaan
-
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
B. Pemanenan
-
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
5,614,888
B. Lain-lain
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
Cash Outflow
25,531,159
-
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
6,577,538
Cash Balance
(25,531,159)
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
35,617,462
NPV per periode pembangunan HR
(9,254,448)
BCR per periode pembangunan HR
0.67334544
IRR per periode pembangunan HR
10%
68 Lampiran 10. Proyeksi Cashflow Strata I Selama Daur Pertama Pembenahan Uraian
Tahun Ke2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Penjualan Logs
-
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
Cash Inflow
-
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
2,543,828
10,305,313
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pajak Tanah
-
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
Pembuatan Ajir
-
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
Pengadan Bibit
-
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
B. Tanam
-
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
B. Pemeliharaan
-
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
B. Pemanenan
-
307,857
307,857
307,857
307,857
307,857
307,857
307,857
307,857
307,857
307,857
307,857
B. Lain-lain
-
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
Cash Outflow
10,305,313
693,107
693,107
693,107
693,107
693,107
693,107
693,107
693,107
693,107
693,107
693,107
Cash Balance
(10,305,313)
1,850,721
1,850,721
1,850,721
1,850,721
1,850,721
1,850,721
1,850,721
1,850,721
1,850,721
1,850,721
1,850,721
Inflow
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007)
69 Proyeksi Cashflow Strata I Selama Daur Pertama Pembenahan Uraian 2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Penjualan Logs
2,543,828
2,543,828
2,543,828
14,115,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
Cash Inflow
2,543,828
2,543,828
2,543,828
14,115,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
Pembuatan Ajir
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
Pengadan Bibit
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
B. Tanam
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
B. Pemeliharaan
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
B. Pemanenan
307,857
307,857
307,857
1,704,076
2,897,472
2,897,472
2,897,472
2,897,472
2,897,472
2,897,472
2,897,472
B. Lain-lain
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
Cash Outflow
693,107
693,107
693,107
2,089,326
3,282,722
3,282,722
3,282,722
3,282,722
3,282,722
3,282,722
3,282,722
Cash Balance
1,850,721
1,850,721
1,850,721
12,025,674
20,717,278
20,717,278
20,717,278
20,717,278
20,717,278
20,717,278
20,717,278
Inflow
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007) Pajak Tanah
70 Proyeksi Cashflow Strata I Selama Daur Pertama Pembenahan Uraian 2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Penjualan Logs
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
Cash Inflow
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
24,000,000
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
9,893
Pembuatan Ajir
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
100,000
Pengadan Bibit
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
B. Tanam
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
149,643
B. Pemeliharaan
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
82,857
2,897,472
2,897,472
2,897,472
2,897,472
2,897,472
2,897,472
2,897,472
2,897,472
2,897,472
2,897,472
2,897,472
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
17,857
Cash Outflow
3,282,722
3,282,722
3,282,722
3,282,722
3,282,722
3,282,722
3,282,722
3,282,722
3,282,722
3,282,722
3,282,722
Cash Balance
20,717,278
20,717,278
20,717,278
20,717,278
20,717,278
20,717,278
20,717,278
20,717,278
20,717,278
20,717,278
20,717,278
Inflow
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007) Pajak Tanah
B. Pemanenan B. Lain-lain
NPV BCR IRR
7,704,499 1.59 25.08%
71 Lampiran 11. Proyeksi Cashflow Strata II Selama Daur Pertama Pembenahan skenario 1 Uraian
Tahun Ke2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Penjualan Logs
-
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
Cash Inflow
-
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
16,384,256
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pajak Tanah
-
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
Pembuatan Ajir
-
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
Pengadan Bibit
-
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
B. Tanam
-
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
B. Pemeliharaan
-
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
B. Pemanenan
-
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
B. Lain-lain
-
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
16,384,256
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
1,124,955
(16,384,256)
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
1,869,481
Inflow
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007)
Cash Outflow
Cash Balance
72 Proyeksi Cashflow Strata II Selama Daur Pertama Pembenahan skenario 1 Uraian 2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Penjualan Logs
2,994,436
2,994,436
2,940,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
Cash Inflow
2,994,436
2,994,436
2,940,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pajak Tanah
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
Pembuatan Ajir
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
Pengadan Bibit
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
B. Tanam
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
B. Pemeliharaan
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
B. Pemanenan
387,273
387,273
379,527
3,717,811
3,717,811
3,717,811
3,717,811
3,717,811
3,717,811
3,717,811
3,717,811
B. Lain-lain
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
Cash Outflow
1,124,955
1,124,955
1,117,209
4,455,493
4,455,493
4,455,493
4,455,493
4,455,493
4,455,493
4,455,493
4,455,493
Cash Balance
1,869,481
1,869,481
1,822,791
24,344,507
24,344,507
24,344,507
24,344,507
24,344,507
24,344,507
24,344,507
24,344,507
Inflow
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007)
73 Proyeksi Cashflow Strata II Selama Daur Pertama Pembenahan skenario 1 Uraian 2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Penjualan Logs
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
Cash Inflow
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
28,800,000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pajak Tanah
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
Pembuatan Ajir
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
125,000
Pengadan Bibit
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
26,364
B. Tanam
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
314,545
B. Pemeliharaan
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
231,364
3,717,811
3,717,811
3,717,811
3,717,811
3,717,811
3,717,811
3,717,811
3,717,811
3,717,811
3,717,811
3,717,811
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
25,000
Cash Outflow
4,455,493
4,455,493
4,455,493
4,455,493
4,455,493
4,455,493
4,455,493
4,455,493
4,455,493
4,455,493
4,455,493
Cash Balance
24,344,507
24,344,507
24,344,507
24,344,507
24,344,507
24,344,507
24,344,507
24,344,507
24,344,507
24,344,507
24,344,507
Inflow
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007)
B. Pemanenan B. Lain-lain
NPV BCR IRR
4,854,191 1.24 20.82%
74 Lampiran 12. Proyeksi Cashflow Strata III Selama Daur Pertama Pembenahan skenario 1 Uraian
Tahun Ke2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Penjualan Logs
-
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
Cash Inflow
-
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
25,531,159
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pajak Tanah
-
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
Pembuatan Ajir
-
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
Pengadan Bibit
-
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
B. Tanam
-
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
B. Pemeliharaan
-
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
B. Pemanenan
-
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
B. Lain-lain
-
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
Cash Outflow
25,531,159
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
1,467,650
Cash Balance
(25,531,159)
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
2,323,510
Inflow
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007)
75 Proyeksi Cashflow Strata III Selama Daur Pertama Pembenahan skenario 1 Uraian 2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Penjualan Logs
3,791,160
3,791,160
3,791,160
42,195,000
42,195,000
42,195,000
40,170,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
Cash Inflow
3,791,160
3,791,160
3,791,160
42,195,000
42,195,000
42,195,000
40,170,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pajak Tanah
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
Pembuatan Ajir
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
Pengadan Bibit
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
B. Tanam
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
B. Pemeliharaan
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
B. Pemanenan
505,000
505,000
505,000
5,614,888
5,614,888
5,614,888
5,345,422
5,109,888
5,109,888
5,109,888
5,109,888
B. Lain-lain
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
Cash Outflow
1,467,650
1,467,650
1,467,650
6,577,538
6,577,538
6,577,538
6,308,072
6,072,538
6,072,538
6,072,538
6,072,538
Cash Balance
2,323,510
2,323,510
2,323,510
35,617,462
35,617,462
35,617,462
33,861,928
32,327,462
32,327,462
32,327,462
32,327,462
Inflow
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007)
76 Proyeksi Cashflow Strata III Selama Daur Pertama Pembenahan skenario 1 Uraian 2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Penjualan Logs
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
Cash Inflow
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
38,400,000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pajak Tanah
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
Pembuatan Ajir
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
Pengadan Bibit
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
31,000
B. Tanam
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
400,167
B. Pemeliharaan
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
259,833
5,109,888
5,109,888
5,109,888
5,109,888
5,109,888
5,109,888
5,109,888
5,109,888
5,109,888
5,109,888
5,109,888
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
51,667
Cash Outflow
6,072,538
6,072,538
6,072,538
6,072,538
6,072,538
6,072,538
6,072,538
6,072,538
6,072,538
6,072,538
6,072,538
Cash Balance
32,327,462
32,327,462
32,327,462
32,327,462
32,327,462
32,327,462
32,327,462
32,327,462
32,327,462
32,327,462
32,327,462
Inflow
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007)
B. Pemanenan B. Lain-lain
NPV BCR IRR
3,241,314 1.11 19.23%
77 Lampiran 13. Proyeksi Cashflow Strata II Selama Daur Pertama Pembenahan Skenario 2 Uraian
Tahun Ke2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Penjualan Logs
-
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
Cash Inflow
-
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
2,994,436
16,384,256
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pajak Tanah
-
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
Pembuatan Ajir
-
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
Pengadan Bibit
-
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
B. Tanam
-
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
B. Pemeliharaan
-
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
B. Pemanenan
-
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
387,273
B. Lain-lain
-
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
16,384,256
1,606,136
1,606,136
1,606,136
1,606,136
1,606,136
1,606,136
1,606,136
1,606,136
1,606,136
1,606,136
1,606,136
-16,384,256
1,388,300
1,388,300
1,388,300
1,388,300
1,388,300
1,388,300
1,388,300
1,388,300
1,388,300
1,388,300
1,388,300
Inflow
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007)
Cash Outflow
Cash Balance
78 Proyeksi Cashflow Strata II Selama Daur Pertama Pembenahan Skenario 2 Uraian 2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Penjualan Logs
2,994,436
2,994,436
2,940,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
Cash Inflow
2,994,436
2,994,436
2,940,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
Inflow
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pajak Tanah
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
Pembuatan Ajir
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
Pengadan Bibit
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
B. Tanam
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
B. Pemeliharaan
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
B. Pemanenan
387,273
387,273
379,527
6,196,368
6,196,368
6,196,368
6,196,368
6,196,368
6,196,368
6,196,368
6,196,368
B. Lain-lain
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
Cash Outflow
1,606,136
1,606,136
1,598,390
7,415,231
7,415,231
7,415,231
7,415,231
7,415,231
7,415,231
7,415,231
7,415,231
Cash Balance
1,388,300
1,388,300
1,341,610
40,584,769
40,584,769
40,584,769
40,584,769
40,584,769
40,584,769
40,584,769
40,584,769
79 Proyeksi Cashflow Strata II Selama Daur Pertama Pembenahan Skenario 2 Uraian 2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Penjualan Logs
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
Cash Inflow
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
48,000,000
Inflow
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pajak Tanah
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
15,409
Pembuatan Ajir
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
208,000
Pengadan Bibit
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
43,940
B. Tanam
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
524,242
B. Pemeliharaan
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
385,606
6,196,368
6,196,368
6,196,368
6,196,368
6,196,368
6,196,368
6,196,368
6,196,368
6,196,368
6,196,368
6,196,368
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
41,666
Cash Outflow
7,415,231
7,415,231
7,415,231
7,415,231
7,415,231
7,415,231
7,415,231
7,415,231
7,415,231
7,415,231
7,415,231
Cash Balance
40,584,769
40,584,769
40,584,769
40,584,769
40,584,769
40,584,769
40,584,769
40,584,769
40,584,769
40,584,769
40,584,769
B. Pemanenan B. Lain-lain
NPV BCR IRR
10,022,538.00 1.42 22.35
80 Lampiran 14. Proyeksi Cashflow Strata III Selama Daur Pertama Pembenahan Skenario 2 Uraian
Tahun Ke2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Penjualan Logs
-
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
Cash Inflow
-
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
3,791,160
Inflow
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007)
25,531,159
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pajak Tanah
-
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
Pembuatan Ajir
-
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
Pengadan Bibit
-
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
B. Tanam
-
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
B. Pemeliharaan
-
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
B. Pemanenan
-
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
505,000
B. Lain-lain
-
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
Cash Outflow
25,531,159
3,706,483
3,706,483
3,706,483
3,706,483
3,706,483
3,706,483
3,706,483
3,706,483
3,706,483
3,706,483
3,706,483
Cash Balance
-25,531,159
84,677
84,677
84,677
84,677
84,677
84,677
84,677
84,677
84,677
84,677
84,677
81 Proyeksi Cashflow Strata III Selama Daur Pertama Pembenahan Skenario 2 Uraian 2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Penjualan Logs
3,791,160
3,791,160
3,791,160
133,395,000
133,395,000
133,395,000
131,370,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
Cash Inflow
3,791,160
3,791,160
3,791,160
133,395,000
133,395,000
133,395,000
131,370,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
Inflow
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pajak Tanah
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
Pembuatan Ajir
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
Pengadan Bibit
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
B. Tanam
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
B. Pemeliharaan
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
B. Pemanenan
505,000
505,000
505,000
17,750,784
17,750,784
17,750,784
17,481,318
17,245,785
17,245,785
17,245,785
17,245,785
B. Lain-lain
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
Cash Outflow
3,706,483
3,706,483
3,706,483
20,952,267
20,952,267
20,952,267
20,682,801
20,447,268
20,447,268
20,447,268
20,447,268
Cash Balance
84,677
84,677
84,677
112,442,733
112,442,733
112,442,733
110,687,199
109,152,732
109,152,732
109,152,732
109,152,732
82 Proyeksi Cashflow Strata III Selama Daur Pertama Pembenahan Skenario 2 Uraian 2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Penjualan Logs
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
Cash Inflow
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
129,600,000
Inflow
Outflow Biaya sebelum 2008 (s/d Des 2007)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pajak Tanah
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
19,983
Pembuatan Ajir
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
675,000
Pengadan Bibit
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
104,625
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
1,350,563
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
876,936
17,245,785
17,245,785
17,245,785
17,245,785
17,245,785
17,245,785
17,245,785
17,245,785
17,245,785
17,245,785
17,245,785
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
174,376
Cash Outflow
20,447,268
20,447,268
20,447,268
20,447,268
20,447,268
20,447,268
20,447,268
20,447,268
20,447,268
20,447,268
20,447,268
Cash Balance
109,152,732
109,152,732
109,152,732
109,152,732
109,152,732
109,152,732
109,152,732
109,152,732
109,152,732
109,152,732
109,152,732
B. Tanam B. Pemeliharaan B. Pemanenan B. Lain-lain
NPV BCR IRR
27,849,197.00 1.60 23.22%
83 Lampiran 15. Sensitifitas Pada Periode Pembenahan Hutan Rakyat Kenaikan harga kayu strata I strata II strata III
10% 20.62 14.38 11.82
20% 23.18 16.34 13.51
30% 25.7 18.24 15.13
40% 28.19 20.1 16.7
50% 30.66 21.93 18.23
40% 23.44 19.05 17.86
50% 23.02 18.63 17.52
Lampiran 16. Sensitifitas Selama Daur Pertama Pembenahan Kenaikan biaya pengusahaan strata I strata II strata III
10% 24.73 20.34 18.89
20% 24.3 19.91 18.54
30% 23.87 19.48 18.2
84 Lampiran 17. Daftar Kuisioner
KUISIONER PENELITIAN
ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN KONTRIBUSI PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KOPERASI HUTAN JAYA LESTARI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROPINSI SULAWESI TENGGARA No. Responden : ...... I.
Identitas Responden
1. Nama Responden
: ............................................
2. Umur
: ............................................
3. Jenis Kelamin
: ............................................
4. Status Perkawinan
: ............................................
5. Jumlah Anggota Keluarga : ............................................
No.
Nama dan Hubungan
Umur (th)
Keluarga 1 2 3 4 5 6 7
6. Alamat Responden a. RT/RW
: ............................................
b. Dusun
: ............................................
L/P
Pendidikan
Pekerjaan
85 7. Mata pencaharian Kepala Keluarga : Sifat
Bidang
Jenis
Taksiran Pendapatan
Pekerjaan
Pekerjaan*
Pekerjaan**
/Bulan (rp)
Pokok Sambilan Ket : *) Sebutkan Misalnya tani, buruh tani, pedagang, pegawai negeri, industri rumah tangga/kerajinan, dll. **)Misalnya : Pertanian pertanaman pangan, kebun, berdagang barang konsumsi, (kelontong), warung makan, dll
II.
Pemilik Aset Produk
1. Penggunaan Lahan Milik No
Jenis
Status
Luas
Jarak Dari
Nilai Jual
Lahan
Lahan
(ha)
Rumah (m)
(rp)
1
Sawah
2
Kebun
3
Tegalan
4
Pekarangan
5
..........
2. Luas Penguasaan Lahan a. Lahan digarap sendiri
: ............................................m²
b. Lahan digarap orang lain
: ............................................m²
c. Lahan lain/disewa/bagi hasil (maro)
: ............................................m²
Ket
86 3. Hewan Ternak yang Dimiliki No
Jenis
Jumlah
Sumber
Nilai Jual
Ternak
(ekor)
Makanan
(Rp)
1
Sapi
2
Kerbau
3
Kambing
4
Ayam
5
Babi
6
........
III. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga 1. Sumber Pendapatan No 1
2
Sumber Pendapatan Kegiatan Usaha Tani a. Sawah b. Tegalan c. Hutan Rakyat d. ……….. Non Usaha Tani a. ……….. b. ……….. Jumlah Total
Nilai (Rp)
Ket
2. Pengeluaran untuk Satu Bulan No 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jenis Pengeluaran Pangan > beras > Non Beras Pakaian Perumahan Pendidikan Kesehatan Imput Usaha Tani Transportasi Rekreasi Peralatan Rumah Tangga Pajak Tabungan Lain-lain Jumlah Total
Nilai (Rp)
Ket
Ket
87 Hutan Rakyat 1. Berapakah luas hutan rakyat yang Anda miliki : (pilih salah satu) a. <0,5 ha b. 0,5-1,0 ha c. >1,0 ha 2. Alasan mengapa Anda mengikuti organisasi KHJL ini : .......................................................................................... .......................................................................................... 3. Apakah anda mendapat bantuan selain dari KHJL : a. Ya. Siapa yang memberi bantuan .................................. Bentuk bantuan yang diberikan berupa .................. b. Tidak 4. Apakah ada tanaman lain selain tanaman pokok : a. Ada
Jenis tanaman :
Dari mana bibit tanaman tersebut :
Siapa yang memasarkan hasilnya :
Kemana hasil dipasarkan :
Berapa besar hasil dari tanaman tersebut : Apakah ada pembagian hasil dari tanaman tersebut : a. Ada. Berapa besar pembagian tersebut buat anda : b. Tidak ada
b. Tidak ada