PERAN WANITA HINDU DALAM MENAMBAH PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH Ketut Yasini * Staff Pengajar STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah
ABSTRAK Perkembangan zaman yang begitu pesat dapat mempengaruhi kehidupan sosial keluarga Hindu. Hal ini dapat dirasakan oleh wanita Hindu yang suaminya memperoleh penghasilan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dengan demikian, maka wanita Hindu bukan saja melakukan kegiatan di rumah, melainkan melakukan pekerjaan di luar rumah dengan alasan untuk menambah pendapatan rumah tangga. Dari latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan tiga masalah, yaitu: (1) Apakah upaya-upaya yang dilakukan wanita Hindu untuk menambah pendampatan rumah tangga di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah?, (2) Apakah kendala-kendala yang dihadapi wanita Hindu untuk menambah pendampatan rumah tangga di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah?, dan (3) Bagaimanakah peran wanita Hindu sebagai istri untuk menambah pendampatan rumah tangga di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah?. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui (1) upaya yang dilakukan wanita Hindu, (2) kendala yang dialami wanita Hindu, dan (3) peran wanita Hindu sebagai istri dalam menambah pendapatan rumah tangga di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian sosial, sehingga peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Teori yang digunakan adalah Teori Peran, Teori Fungsional Struktural, dan Teori Tindakan. Metode yang digunakan dalam teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, study kepustakaan, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Upaya-upaya yang dilakukan wanita Hindu dalam menambah pendapatan rumah tangga, yaitu berusaha memanagement perekonomian keluarga seoptimal mungkin, seperti konsumsi dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Di samping itu membuka warung kebutuhan sehari-hari, penjahit pakaian, memelihara ternak, sebagai buruh, dan menjual banten, (2) Kendala-kendala yang dihadapi dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan faktor lingkungan, (3) Peran wanita Hindu berperan ganda, yaitu di samping sebagai istri juga bekerja di luar rumah untuk menambah pendapatan rumah tangga. Kata Kunci: Peran, Wanita Hindu, dan Rumah Tangga
1.
yang selalu meningkat dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Setiap orang di dunia ini mendambakan keluarga yang sejahtera. Istilah keluarga berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata kula artinya abdi atau hamba dan warga artinya jalinan/ikatan pengabdian. Jadi, keluarga adalah persatuan yang terjalin di antara seluruh anggota keluarga dalam rangka pengabdiannya kepada amanat dasar yang mesti diemban oleh
58
WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014
Pendahuluan Manusia dilahirkan ke dunia dengan segala kebutuhannya. Pada awal peradaban manusia, kebutuhan ini terbatas dan bersifat sederhana. Namun, dengan semakin majunya tingkat peradaban, semakin banyak dan bervariasinya kebutuhan manusia. Di lain pihak, alat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia sangat terbatas, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan
anggota keluarga yang bersangkutan, sedangkan kata sejahtera berarti terpenuhinya segala kebutuhan lahir dan batin yaitu sandang, pangan, papan serta jalinan kasih yang sejati. Keluarga Hindu pada umumnya dikenal sebagai suatu keluarga yang dalam kesehariannya selalu nampak keharmonisannya. Semua anggota keluarga hidup bahagia, saling menghormati dan menghargai satu sama lainnya, suami istri saling menyayangi, saling menghargai dan selalu bekerja sama baik dalam keadaan suka maupun duka. Laki-laki dan wanita mempunyai kedudukan yang sama hanya saja svadharmanya yang berbeda dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Seperti yang dijelaskan dalam Manawa Dharmasastra IX, 11 sebagai berikut: Arthasya samgraha caiman, Wyaye caiwa noyojayet, Cause dharme`nnapaktyam, Ca parinahyasya ceksane. Artinya: Hendaknya suami memberikan kepercayaan kepada istrinya di dalam pengumpulan dan pemakaian harta suami dalam hal memelihara sesuatu tetap bersih, dalam hal melakukan kewajiban-kewajiban keagamaan di dalam hal penyediaan santapan suaminya dan menjaga alat peralatan rumah tangga (Puja dan Sudharta, 2003). Perkembangan zaman yang begitu pesat dapat mempengaruhi kehidupan sosial keluarga Hindu dan secara evolusi telah mengalami dinamika-dinamika sosial yang secara tidak langsung dapat merubah kehidupan sosial seseorang khususnya dalam rumah tangga. Keluarga sejahtera dapat diwujudkan dengan cara masing-masing anggota keluarga mempunyai kewajiban fungsional atau svadharma. Dimana WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014
svadharma suami salah satunya adalah menjamin hidup dengan memberi nafkah kepada keluarganya. Tugas sebagai kepala keluarga antara lain mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi keluarganya. Dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran, tentu dituntut tanggung jawab dari seorang suami serta mampu menjadi pelindung dan figur yang dihormati oleh anak-anaknya. Secara normatif, kewajiban mencari nafkah menurut agama berada di pundak pria atau suami, namun kenyataan yang terjadi di lapangan tidak semua suami dapat memberikan nafkah kepada istrinya beserta keluarganya. Semakin tinggi peradaban manusia, dan semakin majunya teknologi tampaknya manusiapun semakin membutuhkan lebih banyak produk teknologi, dan semakin banyak kebutuhan, berarti semakin banyak pula uang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kemudian timbul hasrat untuk mencari lebih banyak uang. Kalau tadinya hanya suami yang akan membawa uang ke rumah, sekarang istri berusaha untuk mendapatkan uang dalam rangka menambah penghasilan suami. Kondisi yang mengharuskan wanita bekerja dalam rangka menambah penghasilan suami, terjadi di Kota Palu. Sebagian besar para istri dalam hal ini wanita Hindu selain sebagai istri dan mengasuh anak-anaknya, juga bekerja di sektor nonformal, seperti pembantu rumah tangga, menjual sarana upacara/banten, tukang cuci, berjualan di pasar, memelihara ternak, dan sebagainya. Bertitik tolak dari identifikasi permasalahan di atas dan kondisi ini yang dialami masyarakat Hindu utamanya para istri, sehingga dipandang perlu untuk mengadakan penelitian tentang Peran Wanita Hindu dalam Menambah Pendapatan Rumah Tangga Keluarga di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah.
59
2.
Metode Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive), sebagai tempat penelitian, dengan pertimbangan bahwa di Kota Palu terdapat beraneka jenis pekerjaan di sektor nonformal, dan peran kepala keluarga dalam menafkahi rumah tangga tidak sepenuhnya dapat dilakukan tanpa bantuan dari istri. Dilihat dari segi sumber perolehan data, dalam penelitian dikenal ada dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data Primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh peneliti. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti perusahaan swasta, dan orang-orang tempat para istri itu bekerja. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu wawancara, observasi, study kepustakaan, dan dokumentasi. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Peranan Wanita Hindu di Kota Palu Kebahagiaan di dalam rumah tangga pada dasarnya tergantung dari peran wanitanya. Secara kodrati wanita memang mempunyai tugas dalam menjaga keharmonisan dalam suatu rumah tangga. Setiap wanita tentu mempunyai metode atau cara tersendiri dalam menciptakan kesejahteraan itu tergantung dari kondisi masing-masing keluarga. Dalam pembahasan hasil penelitian ini, peneliti hanya membahas peranan Wanita Hindu terbatas pada peranan wanita Hindu sebagai istri dan peranan wanita Hindu dalam menambah pendapatan keluarga. a. Peranan Wanita Hindu Sebagai Istri Peranan sebagai seorang istri dikatakan mulai berlaku setelah seorang wanita dan pria melakukan upacara perkawinan secara sah. Pada saat itulah wanita sebagai seorang istri mulai mengabdikan hidupnya untuk keluarga barunya, memberikan kasih dan perhatiannya 60
kepada suami tercintanya. Dalam menjalani suatu hubungan perlu adanya rasa saling memahami satu sama lainnya agar terjalin suatu hubungan yang harmonis antara suami dan istri dalam rumah tangga. Keberhasilan istri memahami watak suami dapat menyebabkan hadirnya ketentraman bagi seluruh keluarga. Mengetahui watak suami merupakan sebuah cara antisipasi dari kemungkinankemungkinan adanya benturan akibat ketidakmampuan istri dalam memahami suaminya. Selain memahami watak suami, yang tidak kalah penting bagi seorang wanita adalah menjaga kesetiaan terhadap suami. Kesetiaan seorang wanita terhadap suaminya sangat memberikan dampak positif terhadap keutuhan dalam rumah tangganya. Menurut Mas (2002: 92-93), kesetiaan adalah mutiara yang sangat tinggi harganya. Seberapapun hebatnya gelombang kehidupan yang melanda suami istri, pasti dapat dihadapi dengan tenang. Hal ini juga dijelaskan dalam pustaka suci Nitisastra pada Sargah II Sloka 6 dalam bentuk kekawin sebagai berikut: Kokila ring swaranya maka rupa kinelewihaken, Stri maka rupa diwya kapatibrata linewihaken. Artinya: Burung Murai itu dihargai karena dari nyanyiannya, Seorang perempuan dipandang tinggi, jika ia dengan keyakinan yang suci setia kepada suaminya (Arwati, 2009: 8). Kesetiaan seorang istri kepada suaminya dapat diwujudkan dalam pengabdiannya melalui perbuatan-perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, memberikan kasih dan perhatiannya dengan cara memberikan nasehat dan motivasi-motivasi yang dapat membangun semangatnya pada saat dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang rumit. WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014
Berbicara tentang kesetiaan, jauh lebih tinggi mutu dan gunanya bila dibandingkan dengan keberhasilan-keberhasilan yang lainnya. b. Peranan Wanita Hindu dalam Menambah Pendapatan Keluarga Salah satu usaha wanita Hindu dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga, yaitu meningkatkan perekonomian keluarga. Anggapan bahwa wanita tugasnya hanya sebagai ibu rumah tangga dan tugasnya hanya melakukan pekerjaan rumah adalah anggapan yang tidak berlaku lagi di zaman sekarang ini. Wanita Hindu masa kini mempunyai peranan ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga yang melaksanakan pekerjaan di rumah dan bekerja di luar rumah untuk menambah penghasilan suami dalam mencukupi kehidupan rumah tangganya. Sesuai dengan landasan teori yang ada di Bab II, peneliti menggunakan Teori Peran untuk mengkaji permasalahan tentang peranan wanita Hindu dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga di Kota Palu. Dalam teori peran dijelaskan bahwa bagaimana seseorang seharusnya bertindak atau bertingkah laku. Peranan selalu dikaitkan dengan kedudukan atau status. Seseorang yang memiliki kedudukan tertentu dalam suatu bidang, seringkali dalam realitasnya melaksanakan peranan-peranan sesuai dengan kedudukannya (Praptini dkk, 2009: 145). Wanita Hindu di Kota Palu, juga melakukan peranannya sesuai dengan teori yang digunakan. Untuk mempertahankan keutuhan rumah tangganya, wanita Hindu melakukan peranannya sesuai dengan swadharmanya sebagai seorang wanita, yaitu menerapkan nilai-nilai kesetiaan kepada keluarganya yang dapat diwujudnyatakan, yaitu dengan cara melayani suaminya dengan baik, memberikan perhatian, mendidik dan membimbing anaknya, menyelenggarakan aktivitas keagamaan, dan berperan aktif dalam menambah pendapatan keluarga.
WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014
3.2. Kendala yang Dihadapi Wanita Hindu dalam Menambah Pendapatan Rumah Tangga di Kota Palu Dalam melaksanakan peranannya di rumah tangga, wanita Hindu menghadapi beberapa kendala. Kendala-kendala yang dihadapi wanita Hindu dalam menambah pendapatan rumah tangga di Kota Palu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor ekonomi dan faktor lingkungan. a. Faktor Ekonomi Ekonomi merupakan hal yang sangat memegang peranan dalam sebuah rumah tangga karena mempengaruhi kelangsungan hidup suatu keluarga. Penghasilan yang tidak menentu menjadikan wanita Hindu merasa berat dalam mengatur perekonomian keluarga. Keadaan ekonomi yang tidak seimbang dengan kebutuhan yang harus dipenuhi membuat wanita Hindu harus ikut bekerja keras mencari pendapatan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga agar eksistensi rumah tangga tetap terjaga. Penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya pertengkaran dan ketidakbahagiaan dalam rumah tangga. Demikian pula halnya dengan cara penggunaan dan pengelolaan penghasilan. Latar belakang keluarga, nilainilai dalam keluarga dan budaya mempengaruhi cara berpikir mengenai uang dan cara pengelolaannya (Tim Penyusun, 1996: 37). b. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi kelangsungan hidup suatu rumah tangga, karena semua aktivitas yang dilakukan berlangsung di tempat mereka berada. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak terlepas dari kehidupan sosial bermasyarakat termasuk wanita Hindu di Kota Palu. Selain faktor ekonomi, faktor lingkungan juga sangat berpengaruh pada kehidupan rumah tangga seseorang. Dimana seseorang yang hidup bermasyarakat dituntut mampu untuk 61
menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat dan mau mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati bersama. Namun aturanaturan ini rupanya menjadi salah satu kendala bagi wanita Hindu di Kota Palu, misalnya ngayah (kerja bakti di masyarakat), ada acara Manusa Yajna, Pitra Yajna (orang meninggal), dan lain-lainnya. Landasan teori yang digunakan adalah Teori Fungsional Struktural, yaitu untuk mengkaji atau menganalisis rumusan masalah tentang kendala-kendala yang dihadapi wanita Hindu dalam menambah pendapatan rumah tangga di Kota Palu. Teori ini sangat sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Wanita Hindu di Kota Palu, karena menekankan pada keteraturan dan mengabaikan konflik dan menghargai perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Teori ini memandang bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula pada bagian yang lainnya (Alimandan, 1985: 25). 3.3. Upaya-upaya Wanita Hindu dalam Menambah Pendapatan Rumah Tangga di Kota Palu Dalam setiap masalah atau kendala yang dihadapi tentu ada upaya untuk mengatasinya. Upaya wanita Hindu dalam mengatasi masalah pendapatan adalah dengan cara tetap bekerja keras dan berusaha memanagement antara pemasukan dan pengeluaran agar eksistensi rumah tangga dapat tetap dipertahankan. Tingkat kehidupan keluarga dan cara perolehan serta penggunaan pendapatan layak mendapat perhatian. Hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu: keputusan penting mengenai pekerjaan, waktu dan usaha yang digunakan untuk melaksanakan tugas, cara hidup dan nilai-nilai yang berhubungan dengan pemakaian, penanaman modal, 62
menabung dan menyumbang, keputusan tentang bagaimana memutuskan masalahmasalah yang berhubungan dengan keuangan dan pekerjaan, pengelolaan uang, dan ketegangan yang ditimbulkan oleh penghasilan yang tidak cukup, pengangguran, ketegangan di tempat kerja, pindah pekerjaan dan konflikkonflik yang berhubungan dengan hal-hal di atas (Tim Penyusun, 1996: 35). Landasan teori yang digunakan untuk menganalisis rumusan masalah tentang upayaupaya yang dilakukan wanita Hindu untuk menambah pendapatan keluarga di Kota Palu adalah teori peran. Di dalam teori peran dijelaskan bahwa bagaimana seseorang seharusnya bertindak atau bertingkah laku. Peranan selalu dikaitkan dengan kedudukan atau status. Seseorang yang memiliki kedudukan tertentu dalam suatu bidang, seringkali dalam realitasnya melaksanakan peranan-peranan sesuai dengan kedudukannya (Praptini dkk, 2009: 145). Sesuai dengan teori yang digunakan, yaitu Teori Peran, dapat dikatakan bahwa kewajiban yang dilakukan wanita Hindu untuk membantu pendapatan keluarga sudah sesuai dengan kedudukannya sebagai wanita Hindu yang harus ikut bekerja untuk menambah pendapatan keluarga, membina keluarga, dan memelihara anakanaknya agar mendapat ilmu pengetahuan, sehingga menjadi anak yang suputra. 4.
Kesimpulan Sesuai dengan hasil dan pembahasan tentang peran wanita Hindu dalam menambah pendapatan keluarga di Kota Palu, memberikan simpulan sebagai berikut. 1. Upaya-upaya yang dilakukan wanita Hindu dalam menambah pendapatan rumah tangga, yaitu berusaha memanagement perekonomian keluarga seoptimal mungkin agar keutuhan rumah tangga dapat dipertahankan lebih lama, seperti: konsumsi keluarga sesuai dengan kebutuhan, berjualan pakan ternak, membuka warung WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014
kebutuhan sehari-hari, penjahit pakaian, memelihara ternak, sebagai buruh, dan menjual banten. 2. Kendala-kendala yang dihadapi Wanita Hindu dalam menambah pendapatan rumah tangga di Kota Palu, yaitu dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan faktor lingkungan. Faktor ekonomi, yakni kurangnya modal dalam membuka usaha, sedangkan kendala yang dihadapi akibat pengaruh dari faktor lingkungan, yaitu adanya aturan yang mengikat dalam hidup bermasyarakat, seperti ngayah, sehingga wanita Hindu tidak bisa melakukan aktivitasnya secara maksimal untuk menambah penghasilan. 3. Peran wanita Hindu sebagai istri dalam menambah pendapatan rumah tangga di Kota Palu berperan ganda, yaitu di samping sebagai istri juga bekerja di luar rumah untuk menambah pendapatan rumah tangga. DAFTAR PUSTAKA Adyana, I Ketut Seneng dan Ni Made Indiani. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI. Alimandan. 1985. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: CV Rajawali. Arthayasa, I Nyoman, dkk. 2004. Petunjuk Teknis Perkawinan Hindu. Surabaya: Paramita. Arwati, Ni Made Sri. 2009. Swadharma Ibu Dalam Keluarga Hindu. Denpasar: Widya Dharma. Dahar, Ratna Willis. 1988. Teori-Teori Belajar. Bandung: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi. Indriani, Nadia. 2010. “Eksistensi”. Wordpress Online, (akses tanggal 16 september 2012). Tersedia dalam URL:
WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014
http://nadzzsukakamu.wordpress.com./2 010/07/29/eksistensi. Jaman , I Gede, dkk. 2000. Hita Graha. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia Proyek Bimbingan Dan Da'wah Agama Hindu. Jones, Pip. 2009. Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Mas, A.A. Gede Raska. 2002. Perkawinan Yang Ideal. Surabaya: Paramita. Merthawan, Gede. 2011. “Membentuk Keluarga Sukinah”. Suara Jagadnatha, Vol. VII, November 2011: hal.30-31. Palu: Percetakan Coks Advertising. Pramesthi, K., dkk. 2004. Sosiologi Hindu. Surakarta: PT Pabelan Cerdas Nusantara. Praptini, dkk. 2009. Sosiologi Hindu. Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI. Pudja, Gede dan Tjokorda Rai Sudharta. 2003. Manawa Dharmacastra (Manu Dharmacastra). Jakarta: CV. Nitra Kencana Buana. Putrayasa, I Wayan Budiagus. 2010. Peranan Komunikasi Persuasif Dalam Mengimplementasikan Ajaran Tri Hita Karana Pada Sekaa Teruna Werdhi Putra Di Banjar Selat Desa Pakraman Perean Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan. Skripsi (tidak diterbitkan). Denpasar: Fakultas Dharma Duta Institut Hindu Dharma Negeri. Samsuri, Hamzah. tt. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Surabaya: Greisinda Press. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2006. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suasthi dan Suastawa. 2007. Psikologi Agama. Denpasar : Putra Jaya. 63
Suci, Sang Ayu Made. 2010. Nilai-Nilai Pendidikan Satya Dalam Ajaran Satya Brata Wanita Hindu Di Desa Tolai Dalam Zaman Globalisas. Skripsi (tidak diterbitkan). Palu: Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Sentana Palu Sulawesi Tengah. Sukarta, I Made. 2012. “Perkawinan: Perkawinan Jalan Menuju Tuhan”. Suara Jagadnatha, Vol. VIII, Januari 2012: hal. 24-25. Palu: Percetakan Coks Advertisi Tim Penyusun. 1996. Perempuan Indonesia Dulu Dan Kini. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Titib, I Made. 1998. Citra Wanita dalam Kakawin Ramayana. Surabaya: Paramita.
64
WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014