PERANAN WANITA HINDU DHARMA INDONESIA (WHDI) DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU UNTUK MEMBENTUK KARAKTER ANAK DI KOTA PALU G. Merthawan Program Studi Pendidikan Agama Hindu (STAH) Dharma Sentana Sulawesi Tengah Email:
[email protected]
ABSTRAK Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Palu merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bernaung dibawah majelis tertinggi umat Hindu yaitu Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Palu.Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) diharapkan dapat berperan aktif dalam mengayomi, melayani dan membimbing umatnya khususnya wanita Hindu Kota Palu untuk meningkatkan sradha dan bhakti kepada Sang Hyang Widhi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menanamkan, mengarahkan, dan membimbing anak-anak untuk memahami makna-makna yang terkandung dalam ajaran Tri Kaya parisudha sehingga dapat membentuk karakter anak kearah yang lebih baik.Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah didalam Menanamkan pendidikan agama Hindu untuk membentuk karakter anak di Kota Palu yaitu dengan melaksanakan kegitan-kegiatan dalam bidang pendidikan keagamaan yaitu: (a) Kegiatan dharmatula; (b) Kegiatan dharma wacana; (c) Kegiatan dharmagita; (d) kegiatan Dharma santi; (e) kegiatan lomba-lomba keagamaan. Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh WHDI Kota Palu dalam menanamkan pendidikan agama Hindu untuk membentuk karakter ank di Kota palu yakni: (a) Kendala internal seperti kesulitan dalam mencari pengurus dan anggota WHDI, kendala sarana dan prasarana; (b) Kendala eksternal seperti kurangnya dukungan dari orang tua, dimana karena waktu dan kesibukan yang menyebabkan orang tua mempunyai sedikit waktu untuk anaknya, dan kendala arus globalisasi dan teknologi yang dapat memberikan dampak positif dan negatif. Adapun upaya-upaya yang dilakukan Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Palu dalam menanamkan pendidikan agama Hindu untuk embnetuk karakter anak adalah : (a) melakukan upaya pembinaan kepada orang tua dan (b) melakukan upaya pembinaan kepada anak. Kata Kunci:Peranan, WHDI, Pendidikan, Karakter 1. Pendahuluan Dalam UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
Kitab suci Rgveda I.160.3 menyatakan sebagai berikut: Sa vahnih pitrah pitroh pavitrvan Punati dhiro bhuvanani mayaya Dhenum ca pr snim vrsabham suvetasam Visvaha sukram payo asha duksata Artinya: Putra dan orang tuanya yang saleh, gagah berani dan bercahaya bagaikan api menyinari bumi dengan perbuatanperbuatannya yang mulia. Dari uraian Ajaran suci Veda di atas sesungguhnya pendidikan sangat menentukan seseorang menjadi manusia yang berkarakter dan berbudi pekerti yang luhur. Manusia yang memiliki karakter kedewataan akan menjadi putra ideal bagi orang tua, keluarga, dan 45
masyarakat. Tugas dan kewajiban bagi orang tua adalah selalu memberikan pengaruh yang positif, bila ada orang tua yang kurang memahami serta tidak mengamalkan ajaran agama secara baik, hal ini akan mempengaruhi karakter dan kepribadian anak. Sehingga teladan orang tua sangat menentukan keberhasilan pendidikan dalam keluarga. Umat Hindu meyakini bahwa karakter seorang anak sangat ditentukan oleh kedua orang tuanya, lingkungannya dan upacaraupacara yang berkaitan dengan proses kelahiran seorang anak. Ketika seorang anak lahir, maka karakter seseorang dapat dilihat pada hari kelahirannya yang disebut Dasavara (hari yang sepuluh), yaitu: “pandita, pati, sukha, duhkha, sri, manuh, manusa, raja, deva, dan raksasa”. Demikian pula pemberian nama kepada seorang anak dikaitkan pula dengan karakter anak sesuai hari lahir dasavara-nya. Pendidikan tanpa didasari karakter yang baik akanmenimbulkan dosa sosial. Pendidikan dewasa ini lebih banyak mengajarkan orang untuk mencari nafkah hidup, sangat sedikit penekanan pendidikan untuk mengajar dan melatih orang untuk mengelola hidup yang baik (Mahatma Gandhi dalam Wiana, 2004: 155) Salah satu organisasi sosial kemasyarakatan yaitu Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) yang ada di Kota Palu yang memiliki program kerja dalam menanamkan pendidikan agama Hindu untuk membentuk karakter anak. Dengan adanya pendidikan yang berbasis karakter ini diharapkan dapat membentuk karakter anak yang lebih baik lagi. Kegiatan pendidikan disekolah formal jika tidak didukung oleh pendidikan yang dilaksanakan dikalangan keluarga dan masyarakat kuranglah optimal, sehingga peranan orang tua dan masyarakat, dalam hal ini sangatlah mendukung dan membantu dunia pendidikan formal untuk dapat membentuk kepribadian anak yang baik sesuai dengan tujuan sistem pendidikan nasional yaitu untuk 46
membentuk anak menjadi orang yang memiliki kepribadian tangguh, beraklak mulia, bertanggung jawab serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Melihat fenomena yang sering terjadi di lapangan, khususnya di Kota Palu merupakan suatu tantangan bagi orang tua untuk bertahan hidup di kota besar dan juga berkeinginan membahagiakan anak sehingga orang tua berusaha mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena kesibukan ini seorang anak kurang mendapat perhatian dari orang tuanya . Dimana ayah dan ibu memiliki pekerjaan yang mengharuskan mereka bekerja di luar rumah. Mereka hanya dapat memberikan fasilitas berlebihan kepada anaknya seperti uang jajan yang terlalu banyak, alat-alat teknologi yang sangat canggih, sehingga kebanyakan terjadi sekarang orang tua menyerahkan anak sepenuhnya kepada sekolah untuk dididik. Dimana orang tua hanya bertugas membayar uang sekolah tanpa memperhatikan perkembangan anaknya karena berpikir bahwa sekolah yang mempunyai tugas untuk mendidik dan membentuk karakter anaknya. Namun hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan budhi pekerti anak seperti contoh anak pada zaman sekarang yang berani membantah orang tua, memarahi orang tua, anak-anak sekarang yang suka kabur dari sekolah atau bolos, hilangnya rasa hormat pada sesama, anak terlalu menuntut apa yang diinginkan harus ada, karena terbiasa dimanjakan, sehingga anak sekarang sangat manja dibandingkan anak dulu. Melihat fenomena di atas ini maka peneliti tertarik mengambil judul tentang ”Peranan Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Dalam Menanamkan Pendidikan Agama Hindu Untuk Membentuk Karakter Anak di Kota Palu”. Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif atau tergolong pendekatan sosial. Penelitian kualitatif adalah penelitian eksploratif yang biasanya lebih bersifat studi kasus, penelitian ini dimulai dengan adanya WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
suatu masalah yang biasanya spesifik dan diteliti secara khusus sebagai suatu kasus yang akan diangkat kepermukaan tanpa ada maksud untuk generalisasi (Farouk, 2005 : 88). Lokasi penelitian adalah tempat dimana objek penelitian bisa di temukan.Lokasi penelitian yang dipilih peneliti adalah WHDI Kota Palu yang terfokus pada peranan Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam membentuk karakter anak. Pertimbangannya karena Wanita Hindu Dharma Indonesia(WHDI) Kota Palu memiliki program kerja yang salah satunya menanamkan pendidikan agama Hindu yang dapat membentuk karakter anak. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lainnya. Tehnik wawancara dilakukan secara Purposive sampling yaitu suatu tehnik dimana peneliti menunjuk langsung siapa yang akan menjadi sampel dalam penelitian, tetapi pemilihanya didasarkan pada tujuan spesifik dari penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah para anggota WHDI yang ada di kota Palu. Untuk mencapai tujuan yang hendak dirumuskan maka perlu didukung oleh tehnik pengumpulan data yang tepat untuk memahami objek yang akan diteliti sehingga akan mendapatkan hasil yang aktual, valid, dan kredibel. Adapun tehnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut, a). Observasi, b). Wawancara, c). Dokumentasi, d). Studi Pustaka Metode studi pustaka diperoleh dengan mengumpulkan buku-buku, skripsi, tesis, yang ada hubungannya dengan judul penelitian sebagai bahan pembanding. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdandalam Sugiyono, 2008: 88). Analisis data merupakan salah satu bagian terpenting dari kegiatan penelitian, karena melalui analisis data inilah akan mengabungkan semua metode penelitian yang digunakan peneliti, sehingga dengan penggabungan ini akan menunjukan mana data yang yang sama melalui metode yang berbeda akan digunakan dalam data dan jika ada yang tidak sama akan dihilangkan sekaligus langsung ditarik suatu kesimpulan sebagai hasil penelitian. 2. Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Peranan WHDI dalam Menanamkan Pendidikan Agama Hindu Untuk Membentuk Karakter Anak di Kota Palu Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Palu merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bernaung dibawah majelis tertinggi umat Hindu yaitu Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Palu.Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) diharapkan dapat berperan aktif dalam mengayomi, melayani dan membimbing umatnya khususnya wanita Hindu Kota Palu untuk meningkatkan sradha dan bhakti kepada Sang Hyang Widhi. Mengingat Wanita Hindu juga mempunyai peranan yang sangat penting terhadap masa depan. Hal ini dikarenakan wanita Hindu memiliki beberapa swadharma atau peranan yaitu sebagai berikut: 1. Sebagai pendamping Suami, karena wanita akan menjadi teman yang terdekat dan paling dicintai oleh suaminya. 2. Sebagai ibu rumah tangga, dimana wanita memiliki tugas untuk mengatur segala urusan rumah tangganya dan juga sebagai penyelenggara upacara keagamaan.
47
3. Sebagai penerus keturunan, hal ini merupakan kodrat sebagai seorang wanita, dimana menjadi tempat kelahiran manusia sebagai generasi penerus keluarga dan bangsa, 4. Sebagai pembimbing anak, wanita melakukan hal ini dari anaknya masih berada di dalam kandungan hingga di luar kandungan. Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) melakukan peranannya tidak hanya menanamkan tapi juga mengarahkan dan membimbing anak-anak untuk memahami makna-makna yang terkandung dalam ajaran Tri Kaya parisudha sehingga dapat membentuk karakter anak kearah yang lebih baik. Seperti penyataaan yang dikemukan dalam kegiatan wawancara sebagai berikut : “…..anak-anak pada zaman sekarang sebagian besar sudah mulai tertindas budhi pekertinya, hal ini dikarenakan adanya pengaruh teknologi yang canggih, perekonomian keluarga, pergaulan. Apalagi usia anak tingkat SMP, rasa ingin tahu mereka sangat tinggi. Rasa ingin tahu inilah yang harus dibimbing, membimbing anak merupakan proses untuk mengantarkan anak pada sasaran yag ingin dituju. Semua bimbingan, diarahkan untuk pembentukan karakter dan tingkah laku anak sebagai makhluk ciptaan Tuhan, agar dalam kehidupannya dapat melaksanakan perbuatanperbuatan yang sesuai dengan Dharma….” (Ni Wayan Mendhi , wawancara Tanggal 15 Juli 2013). Peranan Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Palu dalam menanamkan pendidikan agama Hindu untuk membentuk karakter anak di Kota Palu disesuaikan dengan kegiatan-kegiatannya adalah sebagai berikut : 1. Peranan Di bidang pendidikan keagamaan Peranan yang dilakukan Wanita Hindu Dharma Indonesia Kota Palu dalam menanamkan pendidikan agama Hindu untuk
48
membentuk karakter anak adalah sebagai berikut: a) Dharmatula Dharmatula adalah suatu metode pendalaman ajaran agama Hindu melalui diskusi-diskusi keagamaan. Seperti penyataaan yang dikemukan dalam kegiatan wawancara sebagai berikut : “…..pelaksanaan dharmatula tidak lain adalah untuk meningkatkan sradha dan bhakti umat Hindu yang ada di Kota Palu, WHDI biasanya mengundang narasumber yang dirasa mampu di bidangnya. Mengingat untuk membangkitkan semangat anak-anak di Kota Palu dalam mengikuti kegiatan dharmatula bisa dikatakan gampang-gampang susah. Maka dari itu WHDI bekerja sama dengan organisasi kepemudaan Hindu lainnya baik itu Peradah, KMHDI dan UPHDM. Hal ini dilakukan WHDI untuk membangun kreativitas pemuda dan pelajar-pelajar Hindu yang ada di Kota Palu untuk memahami ajaran-ajaran agama yang diharapkan nantinya akan terbentuk orang-orang yang berkarakter baik dan membawa agama Hindu ke arah yang lebih baik…..” (Ni Wayan Mendhi, Wawancara Tanggal 15 Juli 2013). b) Dharma Wacana Dharma Wacana adalah suatu metode ceramah agama yang disampaikan seorang tokoh Hindu tentang ajaran agama Hindu. Seperti penyataaan yang dikemukan dalam kegiatan wawancara sebagai berikut : “…..WHDI melakukan kegiatan dharma wacana ini bukan sekedar memberikan ceramah tanpa tujuan dan sasaran. Dharma wacana yang dibawakan WHDI memiliki sasaran pada anak-anak dan pelajar-pelajar, dimana WHDI mengambil judul-judul yang berkaitan dengan menumbuhkan karakter kepada anak, penanaman sikap karena diibaratkan anak itu adalah kertas putih yang masih kosong, sehingga harus didik dan ditanamkan pendidikan agama sehingga memiliki pondasi yang kuatsehingga diharapkan pondasi itutetap dijaga dan kalau bisa dikembangkan lagi…..” (Ni Putu Suartini, Wawancara 19 Juli 2013). c) Dharmagita
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
Dharmagita adalah suatu nyanyian kebenaran, nyanyian keadilan yang dinyanyikan dalam pelaksanaan upacara agama Hindu. Dharmagita sangat berperan dalam kegiatan upacara keagamaan. “…..kegiatan dharmagita yang dilakukan WHDI bertujuan mengembangkan bakat dan minat dari anak-anak, pelajar dan pemuda Hindu Kota Palu.Bakat-bakat itu harus didukung dan diberikan motivasi sehingga nantinya bakat yang mereka miliki tidak siasia namun dapat bermanfaat untuk umat Hindu ke depannya dan juga bermanfaat untuk diri anak itu sendiri…..”(Ni wayan Mendhi, Wawancara Tanggal 15 Juli 2013). Maka dengan adanya kegiatan dharmagita secara tidak langsung dapat menambah wawasan dan mengasah kemampuan seni yang dimiliki anak-anak, pelajar dan pemuda di Kota Palu sehingga dapat dijadikan bekal dalam menjalani kehidupan di jaman saat ini dan selalu berpikir, berkata serta berbuat yang sesuai dengan agama dan dharma. d) Dharma Santi Dharma santi yakni acara untuk mengikatkan tali persaudaraan. Dharma Santi dilakukan untuk mengakrabkan rasa kekeluargaan dan persaudaraan dengan saling memaafkan berupa saling mengunjungi antar keluarga, sahabat dan sesama umat beragama. Seperti penyataaan yang dikemukan dalam kegiatan wawancara sebagai berikut : “…..Dharma santi ini dilakukan untuk mempererat tali persaudaraan umat Hindu yang ada di Kota Palu, selain itu juga sebagai tempat ajang seni bagi anak-anak, pelajar serta pemuda Hindu untuk berkreasi. Dimana dalam acara dharma santi ini biasa diisi dengan tarian, sloka, palawakya dan kegiatan seni yang lainnya, sehingga kegiatan dharma santi ini juga mendidik dan membiasakan anak-anak untuk berani tampil di depan orang banyak…..” (Ni Wayan Mendhi, Wawancara Tanggal 15 Juli 2013). Maka dengan kegiatan dharma santi ini WHDI Kota Palu berharap umat beragama yang ada di Kota Palu selalu menjaga
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
keharmonisan antar umat beragama, selain itu WHDI Kota Palu dapat sedikit demi sedikit membimbing anak-anak menjadi generasi penerus Hindu yang berkarakter. e) Kegiatan Lomba-lomba keagamaan Selain melaksanakan kegiatan diatas, WHDI Kota Palu juga melakukan kegiatan lomba-lomba keagamaan. Lomba-lomba keagamaan ini tidak memiliki waktu pelaksanaan tertentu tetapi disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Seperti penyataaan yang dikemukan dalam kegiatan wawancara sebagai berikut : “…..Lomba-lomba keagamaan ini bertujuan untuk menyalurkan bakat-bakat yang dimiliki oleh anak-anak yang ada di Kota Palu. Seperti dilakukan lomba peragaan busana adat Bali, lomba dharma wacana dan masih banyak yang lain yang berhubungan dengan keagamaan. Maka secara tidak langsung kita sudah mengajarkan dan mengarahkan anak pada pengenalan agama, melalui kebudayaan maka seseorang itu akan sadar bahwa ini adalah kebudayaan yang dimiliki umat Hindu…..” (Ni Wayan apriani, Wawancara Tanggal 17 Juli 213) “…..Anak-anak, pelajar, pemuda maupun orang tua khususnya ibu-ibu juga perlu mengikuti lomba keagamaan. Orang tua yang terlebih dahulu aktif mengikuti kegiatan ini sehingga anak akan mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tuanya…..” (Ni Wayan Mendhi, wawancara Tanggal 15 Juli 2013). b. Kendala-kendala yang dihadapi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam menanamkan pendidikan agama Hindu untuk membentuk karakter anak di Kota Palu 1. Kendala Internal a) Kendala Dalam mencari pengurus dan anggota WHDI WHDI Kota Palu adalah organisasi sebagai wadah pengabdian, dimana sumber daya manusia atau umat yang menjadi anggota organisasi ini tidak mendapat gaji dalam bentuk materi dan mengemban tugas yang sangat berat. Seperti penyataaan yang
49
dikemukan dalam kegiatan wawancara sebagai berikut : “…..Dalam mencari anggota mengalami suatu kesulitan. Setiap ditunjuk menjadi pengurus macam-macam alasan masyarakat untuk menolak, ada yang bilang sibuk, ada yang bilang belum siap. sehingga kadang-kadang sangat disayangkan sekali jika dalam mendapatkan pengurusharus ada unsur pemaksaan.....” (Ni Wayan Mendhi, wawancara Tanggal 15 Juli 2013). Pernyataan yang sama juga diungkapkan dalam kegiatan wawancara sebaga berikut : “…..Sebagai pengurus WHDI kadang-kadang mengalami kesulitan untuk membagi waktu, antara organisasi dan pekerjaan yang kebetulan bekerja sebagai bidan.Tapi beruntung ibu ketua selalu berusaha mencari solusi, seperti pada saat ada perkumpulan banjar atau arisan, kita sempatkan untuk membahas tentang masalah organisasi…..” (Ni Made Werni, wawancara Tanggal 20 Juli 2013). Dalam suatu organisasi pengurus dan anggota sangat memiliki dampak yang sangat besar, dimana jika pengurus sesuai dengan jumlah bidang dan program yang direncanakan maka tujuan yang telah dirancang akan dicapai secara maksimal, begitu pula dalam penanaman pendidikan agama Hindu semakin banyak pengurus dan anggota semakin banyak pula yang menyumbangkan pendapat dan saran dalam membangun pengembangan sumber daya umat Hindu. b) Kendala Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana juga menjadi salah satu tolak ukur mutu suatu organisasi, dimana sarana dan prasarana ini perlu ditingkatkan terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin modern. Seperti penyataaan yang dikemukan dalam kegiatan wawancara sebagai berikut : “…..Organisasi WHDI belum memiliki sekretariat atau kantor untuk tempat berkumpulnya pengurus dan anggota membuat organisasi ini terlihat tidak berjalan dengan baik. Sehingga untuk pertemuan biasa dilakukan di pura dan juga di rumah-rumah pengurus WHDI. Bukan hanya masalah 50
tempat, tapi juga kurangnya sarana prasarana berupa buku-buku agama Hindu untuk digunakan sebagai pedoman dalam menanamkan pendidikan agama Hindu…..” (Ni Wayan Mendhi, wawancara Tanggal 15 Juli 2013). WHDI Kota Palu menyadari sarana dan prasarana memiliki pengaruh cukup besar dalam melaksanakan program-program kerja yang telah disusun WHDI, namun sebagai wadah pengabdian umat Hindu, WHDI Kota Palu berusaha menjalankan program-program kerja, secara maksimal dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada. 1. Kendala Eksternal a) Kendala Kurangnya Dukungan dari Orang Tua Pembentuk karakter anak erat kaitannya dengan orang tua karena orang tua merupakan komponen utama dalam memberikan motivasi anak, orang tua juga lebih mengetahui dan mengerti tentang kemampuan, kelebihan dan kekurangan anak karena waktu di rumah bersama keluarga lebih banyak dibandingkan waktu di luar rumah. Seperti penyataaan yang dikemukan dalam kegiatan wawancara sebagai berikut : “…..Selain menjadi pengurus WHDI sekaligus saya juga sebagai ibu dirumah, kadang-kadang saya merasa sadar sendiri bahwa saya kurang terlalu mampu memberikan pemahaman agama secara baik kepada anak saya.Hal ini dikarenakan juga karena waktu saya yang kurang banyak bersama anak-anak saya. Saya kerja dari jam 7 pagi, pulang nanti jam 5 sore, jelas sekali waktu saya bersama anak sangat kurang,kalaupun dipaksakan tentulah kurang maksimal…..” (Wayan Apriani, wawancara Tanggal 17 Juli 2013). Pernyataan diatas menyatakan bahwa orang tua kurang dapat maksimal dalam mempehatikan perkembangan anak-anaknya, karena disibukan oleh rutinitas atau sejumlah kegiatan yang dilakukan orang tua. Kalau saja orang tua menyadari bahwa peranan orang tualah yang memegang peranan utama dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak.
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
Penyataaan yang sama dikemukakan dalam kegiatan wawancara sebagai berikut : “…..Saya selain menjadi ketua WHDI, saya juga seorang pendidik di salah satu sekolah di Kota Palu. Saya melihat sebagian besar orang tua sekarang hanya menyerahkan anak sepenuhnya kepada sekolah, dimana orang tua hanya brtugas untuk membayar uang sekolah anaknya, tanpa memperhatikan perkembangan anaknya.Karena orang tua berpikir sekolah yang mempunyai tanggung jawab untuk membentuk karakter anaknya.Pikiran-pikiran seperti inilah yang membuat anak kurang mendapat perhatian dari orang tuanya…..” (Ni Wayan Mendhi, wawancara Tanggal 15 Juli 2013). Dukungan orang tua adalah suatu motivasi yang memiliki dampak besar terhadap anak dalam menjalani kehidupan.Akan terlihat perbedaan anak yang mendapat dukungan dan kurang mendapat dukungan dari orang tua. b) Kendala arus globalisasi dan teknologi Arus globalisasi dan teknologi begitu cepat diterima oleh masyarakat luas. Terutama di kalangan remaja. Pengaruh globalisasi dan teknologi membuat remaja kehilangan kepribadian diri. Dilihat dari cara berpakaian, dandanan dan juga penggunaan teknologi yang tidak untuk semestinya. Seperti penyataaan yang dikemukan dalam kegiatan wawancara sebagai berikut : “…..Anak-anak jaman sekarang sangat cepat mengikuti jaman, seperti berpakaian seperti artis-artis di tv, memakai make up yang berlebihan, sangat jauh berbeda dibandingkan dengan anak pada jaman dahulu…..” (Ni Ketut Warni, wawancara Tanggal 20 Juli 2013). Pernyataan yang sama juga diungkapkan dalam kegiatan wawancara sebaga berikut : “…..Internet jaman sekarang sudah menjadi makanan sehari-sehari bagi anak-anak dan juga bagi kita sebagai seorang pendidik karena saya .Tapi jika internet itu digunakan semestinya, seperti mencari bahan-bahan pembelajaran pastilah memberikan manfaat yang sangat berguna. Tetapi jika tidak digunakan semestinya seperti membuka situssitus forno maka kita akan mendapat
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
kerugian…..” (Ni Nyoman Sunarti, wawancara Tanggal 20 Juli 2013). Dari pernyataan diatas, organisasi WHDI sebagai organisasi sosial prihatin atas kemajuan arus globalisasi dan teknologi yang semakin pesat, karena dapat dilihat dari kenyataan yang terjadi di kehidupan saat ini pengaruh kemajuan teknologi lebih banyak memberikan peengaruh negatifnya. c. Upaya-upaya yang dilakukan Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dalam menanamkan pendidikan agama Hindu untuk membentuk karakter anak di Kota Palu a) Melakukan pembinaan kepada orang tua Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Palu, melakukan pembinaan kepada orang tua, karena peran orang tua sangat besar dalam mendidik anaknya. Dituntut sebuah kesadaran, peran orang tua untuk memperjuangkan pendidikan yang baik, Masih diperlukan banyak pemikiran sehingga nantinya pendidikan dapat menghasilkan anak didik yang taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan yang berkarakter. Maka dari itulah peranan orang tua sangat penting untuk pembentukan karakter anak yang ada di Kota Palu. Seperti penyataaan yang dikemukan dalam kegiatan wawancara sebagai berikut : “…Organisasi WHDI melakukan pembinaan kepada wanita Hindu atau ibu-ibu, memiliki tujuan yang tidak lain adalah untuk meningkatkan sumber daya sebagai wanita Hindu, mengarahkan bagaimana menjadi wanita Hinduyang bisa bergaul dengan sesama, menjadi istri dan ibu yang baik dalam keluarga ,atau mengarahkan bagaimanaskill wanita Hindu yang baik sehingga wanita Hindu dapat diterima dengan baik oleh masyarakat (Ni Nyoman Sunarti, wawancara tanggal 20 Juli 2013). Begitu juga penyataaan yang dikemukan dalam kegiatan wawancara sebagai berikut : “…..Dalam pembinaan orang tua memang memfokuskan pembinaan kepada para ibu-ibu, karena ibu merupakan sosok penting dalam menentukan karakter seorang anak. Namun 51
mengingat bahwa Kota Palu merupakan daerah perkotaan sehingga sebagian besar ibuibu yang ada di Kota Palu ini memiliki kesibukan dan pekerjaan di luar rumah,kesibukan yang dimiliki oleh ibu-ibu secara tidak langsung menghalangi anak merasakan nikmatnya kasih sayang ibu, sebab para ibu-ibu menjalankan berbagai pekerjaan di luar serta meninggalkan anak disebagian besar waktunya, sehingga pembinaan kepada ibu-ibu ini harus sering dilakukan agar nantinya ibu-ibu yang ada di Kota Palu ini tetap pada swadharmanya sebaga Wanita Hindu. Pembinaan pun dilakukan secara bervariasi, yaitu melalui penyuluhan dan seminar. Penyuluhan dan seminar ini dilakukan bertujuan untuk memberikan informasi dan pengarahan kepada ibu-ibu, jika ada yang belum tahu menjadi tahu, dan jika yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Penyuluhan dan seminar ini dilaksanakan dengan mengambil narasumber atau pemateri baik dari Departemen Agama Hindu maupun dari ibu-ibu yang pendidikannya memang sesuaidengan pendidikan jaman sekarang, untuk membagikan atau saring mengenai pendidikan berkarakter. Penyuluhan ini dilakukan kebanjar-banjar dan bekerja sama dengan ketua banjar yang ada di Kota Palu, kemudian untuk seminar baru saja dilakukan pada bulan Mei 2013. Yang bertemakan, ”Peranan seorang ibu dalam pengembangan generasi muda untuk pembentukan karakter anak…..” (Ni Wayan Mendhi, wawancara, 15 Juli 2013). Sebagai Wanita Hindu sudah menjadi sebuah swadharma mendidik anak, pendidikan agama Hindu harus diajarkan sejak dini. Salah satu penyebab kurangnya pemahaman tentang budhi pekerti agama adalah ketidakmampuan seorang anak untuk berpikir secara benar. Karena sikap, perkataan dan perilaku seseorang sangat ditentukan oleh pikiran. Maka seorang ibu harus melakukan penanaman pola pikir yang benar, oleh karena itu peranan pendidikan agama Hindu sangat diperlukan untuk membantu seorang anak menghadapi proses perubahan mental dan
52
kedewasaan agar mampu beradaptasi dalam pergaulan global. b) Melakukan Pembinaan Kepada Anak Anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. Seperti penyataaan yang dikemukakan dalam kegiatan wawancara sebagai berikut : “…..Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Palu dalam melakukan pembinaan anak bekerja sama dengan lembaga-lembaga masyarakat Hindu yang ada di Kota Palu, selain menjadi ketua WHDI Kota Palu, saya juga sebagai ibu dan juga sebagai tenaga pendidik. Selalu saring atau bertukar pikiran dengan guru-guru agama Hindu yang ada disetiap sekolah dalammelakukan penanaman pendidikan agama Hindu seperti contoh setiap hari Jumat setiap sekolah melakukan kegiatan Imtaq. Di sinilah dijadikan kesempatan untuk melakukan pembinaan kepada anakanak.Dalam penanaman pendidikan karakter WHDI Kota Palu juga pernah melakukan pembinaananak melalui cara penyiaran di radar sulteng sebagai narasumber sehingga jangkauan pembinaan anak di Kota Palu lebih luas (Ni Wayan mendhi, wawancara tanggal 15 juli 2013).Pernyataan yang sama juga diungkapkan dalam kegiatan wawancara sebaga berikut : “…..Selain menjadi Pengurus WHDI saya juga menjadi seorang ibu dirumah yang mempunyai anak yang sekolah di jenjang pendidikan SMP, saya selalu berusaha membimbing dan mengajarkan pendidikan agama Hindu. Mengajarkan untuk selalu berbuat yang baik, berkata yang baik dalam kehidupan sehari-hari, belajar mandiri tidak mengantunggkan diri kepada orang lain, tanpa disadari ajaran Tri Kaya Parisudha sudah saya terapkan untuk membentuk karakter anak-anak saya. Meskipun mengalami kesulitan namanya menjadi seorang ibu harus tetap berusaha membimbing dan mengarahkan anakanak…..” (Ni Putu Srinadi, wawancara, tanggal 18 Juli 2013).
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
3. Kesimpulan a. Peranan WHDI Kota Palu Dalam Menanamkan pendidikan agama Hindu untuk memebentuk karakter anak di Kota Palu yaitu dengan melaksanakan kegitankegiatan yang dapat menanamkan pendidikan agama Hindu, kegiatan yang dilaksanakan oleh WHDI Kota Palu bidang pendidikan keagamaan yaitu: (a) Kegiatan dharmatula; (b) Kegiatan dharma wacana; (c) Kegiatan dharmagita; (d) kegiatan Dharma santi; (e) kegiatan lomba-lomba keagamaan. b. Kendala-kendala yang dihadapi oleh WHDI Kota Palu dalam menanamkan pendidikan agama Hindu untuk membentuk karakter ank di Kota palu yakni: (a) Kendala internal seperti kesulitan dalam mencari pengurus dan anggota WHDI, kendala sarana dan prasarana; (b) Kendala eksternal seperti kurangnya dukungan dari orang tua, dimana karena waktu dan kesibukan yang menyebabkan orang tua mempunyai sedikit waktu untuk anaknya, dan kendala arus globalisasi dan teknologi yang dapat memberikan dampak positif dan negatif. c. Upaya-upaya yang dilakukan Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Palu dalam menanamkan pendidikan agama Hindu untuk embnetuk karakter anak adalah : (a) melakukan upaya pembinaan kepada orang tua dan (b) melakukan upaya pembinaan kepada anak.. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara. Djaja,Wahjudi.2011. Membentuk Generasi Cerdas dan berkarakter. Singkawang: PT Maraga Borneo Tarigas. Eka Damayanti, Ni Luh Ayu. 2011. Pembinaan Keberagamaan Remaja Hindu Di Desa Tirta Sari Kabupaten parigi Moutong. Tesis (Tidak diterbitkan).Program Magister Ilmu
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
Agama dan Kebudayaan Universitas Hindu Indonesia. http:///www. investasipalu.com/index, diakses tanggal 26 Juni 2013. Jelantik Oka, Gde Nyoman. 2009. Sanatana Hindu Dharma. Denpasar: Widya Dharma. Kajeng, I Nyoman,dkk.1997. Sarasamuccaya. Surabaya: Paramitha. Karmini, Dewa Ayu. 2011. Peranan Orang Tua Terhadap Perkembangan Religiusitas Anak di Desa Sausu Gandasari Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Tesis (Tidak Diterbitkan).Program Magister Ilmu Agama dan Kebudayaan Universitas Hindu Indonesia. Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: T Grasindo Midastra, I Wayan, dkk. 2007. Widya Dharma Agama Hindu. Jakarta: Ganeca Exact. Muhammad Farouk dan Djaali H. 2005. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PTIK Press dan Restu Agung. Nasution.S. 2010.Didaktik asas-asas mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Netra, Anak Agung Gde. 2009. Tuntunan Dasar Agama Hindu. Denpasar: Widya Dharma. Poerdaminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka. Pudja, G.Sudharta,Tjokorda Rai. 2010. Manawa DharmaSastra (Manu DharmaSastra). Surabaya: Paramita Shochib. 2000. Pola asuh Orang Tua Untuk Membantu anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: PT Rineka Cipta Sri Arwati, Ni Made. 2009. Swadharma Ibu Dalam keluarga Hindu.Denpasar: Widya Dharma. Suarthawan, Made. 2011. Eksistensi PHDI Kota Palu Dalam Upaya Membina Perilaku Keagamaan Pada Umat Hindu di Kota Palu. Tesis (Tidak diterbitkan). Program Studi Pendidikan Agama Sekolah Tinggi Agama hindu (STAH) Dharma Sentana, Sulawesi Tengah. Suasthi dan Suasthawa. 2007. Psikologi Agama. Denpasar: Widya dharma. Sugiyono. 2008. Memahami penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 53
------------. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sukemi, Ni Wayan. 2010. Peranan WHDI Dalam Kehidupan Keberagaman di Desa Nambaru Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi.Skripsi (Tidak diterbitkan).Program Studi Pendidikan Agama Hindu Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Dharma Sentana, Sulawesi Tengah. Surisna, Oteng. 1993. Administrasi pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktik Profesional. Bandung: Angkasa Suwirman, I Komang Agus.2013. Peranan Pasraman Dwi Jendra Dalam Menerapkan Ajaran Tat Twam Asi Pada Pergaulan Siswa SMP di Desa Lalundu Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Donggala. Skripsi.Program Studi Pendidikan Agama Hindu.Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Sulawesi Tengah.Palu. Tridhonanto,Al. 2012. Membangun Karakter Sejak Dini. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Umar, Husein. 2003. Metode Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada.
54
Undang-Undang Negara Republik Indonesia No 20 Tahun 2003.Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Wiana, I Ketut.1997. Cara Belajar Agama Hindu Yang Baik. Denpasar: Yayasan Dharma Naradha. Wiana, I Ketut.2004. Menurut Hindu Konflik Sosial Berwajah Ganda. Denpasar: Pustaka Bali Post. Sunarsa, I wayan. 2011. Peranan Pendidikan Anak Usia Dini Satya Kumara dalam pembentukan karakter Generasi Muda Hindu di Sausu.Tesis (Tidak diterbitkan). Program Magister Ilmu Agama Dan Kebudayaan. UNHI. Denpasar
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015