DO NOT COPY
PELUANG INOVASI TEKNOLOGI PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU SAYUR DI KOTA JAMBI1) (Studi Kasus Kawasan Prima Tani Kota Jambi) Kiki Suheiti 2)dan Syafri Edi2) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Jl. Samarinda Paal Lima Kota Baru Jambi 30128 ABSTRAK Sayuran sebagai bahan kelengkapan makanan pokok nasi besar sekali manfaatnya, baik sebagai sumber gizi maupun untuk menambah selera makan. Oleh karena itu sayuran mutlak dibutuhkan oleh setiap orang. Di Kota Jambi, lahan sayuran dan hortikultura seluas 667 ha, telah diusahakan untuk berbagai komoditas sayuran, antara lain : mentimun, buncis, terung, sawi, bayam, kisik, kangkung, cabe, tomat, dengan total produksi 3.467 ton. Untuk menghasilkan sayur berkualitas tinggi, diperlukan penanganan sebelum dan sesudah panen. Pengendalian mutu sebelum panen meliputi cara budidaya, pemupukan, serta pemberantasan hama dan penyakit. Selanjutnya kualitas sayuran dipengaruhi oleh penanganan pascapanen, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan setelah panen. Secara umum usahatani sayur di Kota Jambi masih dilakukan secara tradisional, teknologi budidaya, panen maupun pascapanen, sehingga produktivitasnya masih rendah. Berkaitan dengan hal tersebut maka teknologi pascapanen yang tepat akan mampu meningkatkan mutu sayur yang dihasilkan. Dengan demikian teknologi yang tepat sejak produksi, panen dan pascapanen harus dilakukan secara terpadu untuk keberhasilan peningkatan mutu sayur. Kata Kunci : Teknologi pascapanen, Mutu sayur, Prima Tani, Kota Jambi ABSTRACT
Vegetable upon which staple food equipment monstrous rice of its benefit, goodness as source of nutrition and also to add the appetite eat. Therefore vegetable required by everyone. In Jambi, farm of vegetable and horticulture for the width of 667 ha, have been laboured to various vegetable commodity, for example : cucumber, chickpea, eggplant, mustard, spinach, kisik, kangkung, chili, tomato totally produce 3.467 ton. To get the high quality of vegetable, is needed by handling before and after the harvest. The quality control of before crop cover the way of cultivation, fertilization, and also eradication of pest and disease. Hereinafter vegetable quality influenced by postharvest handling. In general vegetable farm in Jambi still be done traditionally, technology cultivation, harvest and also postharvest, so that its productivity still lower. Related to it, the right postharvest technology could increase the quality of the vegetables produced. So, the right technology since production, harvest and postharvest has to be done integrated to achieve the increasing in vegetable quality. Keywords: Postharvest technology, Vegetable quality, Prima Tani, Jambi
1) Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian. 6-7 Oktober 2010 di Papua. 2) Peneliti pada BPTP Jambi.
1
DO NOT COPY
PENDAHULUAN Mendukung pengembangan kawasan sentra produksi pertanian unggulan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui program Prima Tani (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian) yang secara langsung menerapkan konsep baru diseminasi di wilayah sentra produksi berdasarkan kesesuaian agroekosistem dan kebutuhan inovasi teknologi oleh petani. Rintisan atau percontohan tersebut diharapkan menjadi titik awal difusi massal teknologi inovatif yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian, 2004). Usaha di bidang pertanian tetap menjadi perhatian Pemerintah Kota Jambi, hal ini dikaitkan dengan sektor pertanian masih tetap menjadi hajad hidup dan lapangan usaha bagi masyarakat Jambi. Selain itu sektor pertanian mampu menampung tenaga kerja yang tidak lagi dapat diserap oleh sektor industri, jasa dan perdagangan. Walaupun kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi tergolong rendah (5,41%) tetapi dilihat hasil sensus pertanian tahun 2003 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang bekerja dibidang pertanian cukup banyak mencapai 16.277 rumah tangga (Bappeda Kota Jambi, 2003). Di Kelurahan Paal Merah terdapat beberapa komoditas pertanian, dan yang paling dominan diusahakan sebagai sumber pendapatan utama petani adalah jenis sayuran. Komoditas tanaman lainnya seperti karet, kelapa sawit, kelapa, pinang dan tanaman buah-buahan seperti rambutan, jeruk, mangga, pisang, pepaya dikelola dalam skala tidak ekonomis. Demikian pula komoditas peternakan hanya sebagian kecil seperti kambing, ayam kampung, dan juga perikanan darat (Mugiyanto et al, 2007). Keadaan demikian sangat dipengaruhi oleh sempitnya kepemilikan lahan dan perubahan alih fungsi lahan di perKotaan. Komoditas sayur yang diusahakan umumnya sayur yang berumur pendek (<60 hari) seperti: sawi manis, sawi keriting, selada, kangkung, bayam, kailan, kemangi, pakcoy, dan sebagian kecil sayur yang berumur lebih panjang (>60 hari) seperti seledri, tomat, kacang panjang, mentimun, terung, pare, kubis, dan cabe.
Menurut petani
menanam sayur yang berumur lebih pendek akan diperoleh hasil yang lebih cepat, modal lebih sedikit, teknologi budidaya lebih ringan dan sedikit sekali kemungkinan
1) Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian. 6-7 Oktober 2010 di Papua. 2) Peneliti pada BPTP Jambi.
2
DO NOT COPY
untuk mengalami kegagalan, bila dibandingkan menanam sayuran yang berumur panjang. Di kelurahan Paal Merah yang merupakan kawasan Primatani Kota Jambi, penanganan pascapanen yang dilakukan masih konvensional, dengan tahapan berikut; setelah sayur dipanen langsung dilakukan pencucian di embung yang terletak tidak jauh dari lokasi penanaman sayur. Air embung berasal dari air hujan yang secara visual tidak layak untuk dilakukan pencucian. Air berwarna keruh dan
berlumpur. Hal ini
memungkinkan sayur terkontaminasi bakteri dan kuman-kuman penyakit yang berada di embung dan air hujan yang mengandung asam dikhawatirkan dapat merusak sayur. Sedangkan tujuan pencucian adalah untuk membuang sumber-sumber kontaminasi dan bagian sayuran yang tidak penting serta menyingkirkan komoditi lain yang terikut. Setelah dicuci, sayur kemudian dikering anginkan dengan meletakkan tumpukan sayur di tanah, hal ini memungkinkan sayur bercampur dengan pasir dan tanah. Tahap selanjutnya adalah sayur diikat kemudian disusun dipinggir jalan yang dilalui pedagang pengumpul. Dalam setiap proses pascapanen sayur ini terlihat tidak higienis. Hal ini mengakibatkan mutu sayur menjadi rendah. Berdasarkan uraian diatas dilakukan pengkajian yang bertujuan untuk mengetahui peluang inovasi teknologi pascapanen untuk meningkatkan mutu sayur di Kota Jambi (studi kasus Kawasan Prima Tani Kota Jambi). Diharapkan hasil kajian ini dapat sebagai masukan atau bahan pertimbangan terutama bagi Pemerintah Daerah Kota Jambi dalam rangka meningkatkan produksi dan kualitas sayuran serta pendapatan petani.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan pada kawasan Prima Tani Kelurahaan Paal Merah Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, yang dimulai sejak bulan Januari sampai dengan Maret 2007. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi lapangan difokuskan pada potensi yang dimiliki, masalah dan hambatan yang dihadapi, serta
1) Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian. 6-7 Oktober 2010 di Papua. 2) Peneliti pada BPTP Jambi.
3
DO NOT COPY
peluang yang mungkin dapat dilakukan untuk penerapan inovasi teknologi pascapanen guna meningkatkan mutu sayur lokal di Kota Jambi. Observasi lapangan dilakukan terhadap petani sayur di RT 11, RT 23 dan RT 28 Kelurahan Paal Merah Kecamatan Jambi Selatan, pemilihan lokasi ini ditentukan dengan purposive atas dasar ketiga RT tersebut merupakan sentra dan pengembangan tanaman sayuran di Kota Jambi. Metode pengambilan data dengan cara melakukan PRA (Participatory Rural Appraisal) untuk memperoleh informasi secara langsung dari petani mengenai masalah dan hambatan yang dihadapi dalam usahataninya. Selanjutnya dilakukan baseline survey dengan cara melakukan wawancara terhadap 40 responden/petani pada masingmasing RT. Disamping itu dilakukan juga pengumpulan data ke beberapa key informan dengan metode snowballing. Untuk melengkapi hasil pengkajian dikumpulkan data sekunder dari instansi terkait lainnya. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kota Jambi memiliki luas 205,38 km2, jenis tanahnya didominasi Podsolik Merah Kuning (73,3%) dengan ketinggian rata-rata + 33 m dpl. Letak geografis, Kota Jambi terletak pada 01o,30o,2,98o LS dan 01o, 40o, 1.07o LS serta pada derajat bujur 103o, 40o, 1.67o dan 103o, 40o, 0.22o BT. Wilayah Kota Jambi berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi. Kota Jambi beriklim basah, dengan rata-rata suhu berkisar 22,8 – 31,76o C dan kelembaban relatif 83,5 % (BMG Jambi dalam Bappeda Provinsi Jambi, 2003). Kelurahan Paal Merah terletak 3 km dari IbuKota Kecamatan Jambi Selatan, 3 km dari IbuKota Kota Jambi dan 7 km dari IbuKota Provinsi Jambi. Memiliki luas wilayah 778 ha, termasuk dalam agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah. Umumnya tingkat kesuburan tanah di Paal Merah rendah – sedang. Jenis tanah didominasi Podsolik Merah Kuning dan Inceptisol, dengan kisaran pH 4,5 – 5,5. Memiliki topografi datar, dengan tekstur tanah didominasi lempung berpasir. Sumber daya air untuk mendukung kebun sayuran berasal dari embung – embung yang dibuat disekitar kebun usahatani (Anwar K. et all, 2007).
Pada saat tertentu seperti hujan
1) Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian. 6-7 Oktober 2010 di Papua. 2) Peneliti pada BPTP Jambi.
4
DO NOT COPY
tidak turun lebih dari 1 bulan, petani akan kesulitan air, karena embung yang dibuat lebih banyak dimanfaatkan untuk menampung air hujan. Selain itu disebabkan disekitar lokasi tidak terdapat sumber air lain seperti sungai.
Potensi Lahan
Kota Jambi merupakan salah satu daerah sentra produksi sayuran untuk Provinsi Jambi, karena sebagian sayuran di Pasar Angso Duo, yaitu pasar tradisional terbesar di Provinsi Jambi, berasal dari Kota Jambi. Potensi lahan pertanian di Kota Jambi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : (1) Lahan persawahan, (2) Lahan usaha palawija, (3) Lahan untuk pertanaman sayuran. Potensi lahan untuk sawah 1.114 ha, telah dimanfaatkan untuk pertanaman padi seluas 1.112 ha dengan produksi 3.877 ton. Lahan palawija seluas 623 ha, telah diusahakan untuk kacang panjang, ubi kayu, jagung, ubi rambat, kacang tanah dengan total produksi mencapai 5.697 ton. Lahan sayuran dan hortikultura seluas 667 ha, telah diusahakan untuk komoditas, antara lain : mentimun, buncis, terung, sawi, bayam, kisik, kangkung, cabe, tomat dengan total produksi 3.467 ton. Potensi dari buah-buahan lainnya seperti rambutan, nangka, jeruk siam, sawo, pepaya, pisang, jambu biji cukup besar produksinya mencapai 2.056 ton (Bappeda Kota Jambi, 2003).
Luas lahan Pertanian di Kota Jam bi tahun 2003
28% 46%
Lahan persaw ahan Lahan palaw ija Lahan Sayuran
26%
Gambar 1. Luas lahan pertanian di Kota Jambi tahun 2003
Sentra produksi sayuran di Kota Jambi adalah di Kelurahan Paal Merah. Sebagian dari penduduk bermatapencaharian sebagai petani/buruh tani atau sekitar 29,9% dari total 3.126 jiwa (Dinas Pertanian Kota Jambi, 2005). Saat ini sayuran yang 1) Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian. 6-7 Oktober 2010 di Papua. 2) Peneliti pada BPTP Jambi.
5
DO NOT COPY
diproduksi oleh petani di wilayah tersebut masih dipasarkan secara lokal. Pasar lokal masih cukup terbuka walaupun fluktuasi harga cukup tinggi. Hasil survey sumber daya lahan dengan bantuan peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, memberikan arahan kesesuaian lahan pertanian untuk komoditas pertanian yang dianggap unggul seperti pada Tabel 1. Tabel 1.
Kesesuaian Lahan Komoditas Pertanian Unggulan Kelurahan Paal Merah, Jambi Selatan, Kota Jambi. Kelas kesesuaian lahan untuk komoditas
No
Luas
Sawi
Tomat
Cabe
Ubikayu
Durian
Karet
Perikanan
Ha
%
1
N
N
N
N
N
N
S
14
3,37
2
S2 oa
S2 oa
S2 oa
S2 oa
S3 oa
S3 oa
N
79
19,04
3
S2 oa
S2 oa
S2 oa
S2 oa
S2 oa
S2 oa
N
212
51,08
4
S2 nr
S2 nr
S2 nr
S2 nr
S2 nr
S2 nr
N
52
12,53
5
S2 nr,eh
S2 nr,eh
S2 nr,eh
S2 nr,eh
S2 nr
S2 nr
N
58
13,98
6
Pemukiman dan areal Bandara
415
100
SP
Jumlah
Keterangan : S1 = sangat sesuai; S2 = cukup sesuai; S3 = sesuai marginal, dan N = tidak sesuai. oa = ketersediaam oksigen, eh = bahaya eosi, nr = retensi hara. Sumber : Anwar K. et al, (2007).
Dari hasil evaluasi kesesuaian lahan berbagai komoditas pertanian, lahan yang dapat dikembangkan untuk komoditas pertanian unggulan di Kelurahan Paal Merah seluas 143 ha (91,7 %), sedangkan sisanya 23 ha (8,3 %) tidak dapat dikembangkan untuk pertanian, karena merupakan pemukiman penduduk dan areal bandara. Potensi Produksi Usahatani tanaman sayuran merupakan komoditas utama yang diusahakan oleh petani setempat. Lokasi kebun sayuran di Kelurahan Paal Merah terletak di RT 10, 11, 21, 23, dan 28. Cukup beragam jenis tanaman sayuran yang diusahakan oleh petani, antara lain: selada, kangkung, bayam, sawi manis, kemangi, terung, tomat, cabe, seledri, kacang panjang, timun, gambas, kubis, kailan, pakcoy, sawi keriting. Dari jenis sayuran tersebut yang paling banyak diusahakan adalah : sawi manis, selada, kangkung dan bayam. Tanaman sayuran ini diusahakan sepanjang tahun. Sehingga dapat dikatakan Kelurahan Paal Merah merupakan salah satu wilayah produksi dan penyangga kebutuhan sayuran yang penting bagi Provinsi Jambi. 1) Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian. 6-7 Oktober 2010 di Papua. 2) Peneliti pada BPTP Jambi.
6
DO NOT COPY
Dalam rangka mewujudkan program pertanian sayuran organik di Kota Jambi Pemerintah daerah memberikan dukungan dan bantuan berupa bibit sayuran, pupuk organik, pestisida nabati, pembuatan demplot-demplot dibeberapa kelompok tani, bantuan ternak sapi dimana kotorannya sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik, mendirikan dan mengembangkan pos Ipah, pelatihan pembuatan pupuk organik dengan berbagai aktofator, pembuatan pestisida nabati dengan bahan baku yang mudah didapat dilapangan, melakukan magang ke sentra-sentra pertanian organik bagi petugas dan petani. Untuk meningkatkan nilai jual produk sayuran organik Pemerintah Daerah Kota dan Provinsi Jambi melakukan promosi dengan mengadakan pasar sayuran organik, bazar, mengikuti pameran dan lelang serta kerjasama dengan pasar swalayan yang ada di Kota Jambi. Masalah Yang Dihadapi Permasalahan utama yang dijumpai dalam peningkatan mutu sayuran lokal di Kel. Paal Merah Kec. Jambi Selatan adalah terbatasnya sumber daya teknologi yang ada. Secara umum usahatani sayuran ini masih dilakukan secara tradisional, teknologi budidaya, panen maupun pascapanen/pengolahan, sehingga produktivitasnya masih rendah. Rendahnya pengalaman petani dalam proses
pascapanen
sayur
akan
menyebabkan berkurangnya penerimaan. Beberapa masalah teridentifikasi baik secara langsung di lapangan maupun pada saat pertemuan dari pengakuan petani, seperti tidak dilakukannya sortasi atau klasifikasi dari produksi sayur, kurang atau tidak tersedianya sumber air untuk membersihkan sayur setelah di panen. Untuk mengatasi kekurangan air petani membuat embung-embung dimasing-masing lahan, luasnya sangat beragam tergantung kepada kemampuan petani. Embung-embung ini disamping digunakan untuk membersihkan sayur setelah dipanen juga digunakan sebagai sumber air untuk menyiram dan menyemprot tanaman. Hal lain yang menyebabkan mutu produksi sayur rendah adalah tidak tepatnya saat panen yang dilakukan. Umumnya panen yang dilakukan lebih awal akan menyebabkan hasil persatuan luas lebih sedikit atau sayur yang dihasilkan kecil-kecil, sedangkan pada panen yang tertunda menyebabkan sayur lebih keras sehingga kurang 1) Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian. 6-7 Oktober 2010 di Papua. 2) Peneliti pada BPTP Jambi.
7
DO NOT COPY
disukai konsumen. Cara panen petani masih tradisional dengan memotong atau mencabut tanaman, kemudian diikat kecil-kecil (+ satu genggam orang dewasa) atau tanpa diikat untuk jenis tanaman tertentu seperti sawi dan ditimbang. Belum ada wadah atau alat yang dapat mempertahankan mutu sayur terutama pada saat panen menumpuk atau produksi sayur lebih banyak dari kebutuhan pasar. Pascapanen erat hubungannya dengan tujuan pemasaran yang selama ini terlihat belum dilakukan petani secara maksimal Kegiatan panen sampai pascapanen selama ini dilakukan oleh masing – masing petani tanpa diorganisir oleh kelompok tani. Permasalahan utama pada pascapanen disamping masalah teknis (terutama tenaga kerja, penanganan pascapanen yang baik) adalah ketersediaan air untuk pencucian sayuran masih sangat kurang. Selama ini praktek pencucian sayuran yang dilakukan petani adalah dengan mencelupkan sayur ke dalam embung yang berada disekitar lahan. Kondisi air di embung ini sangat tidak mendukung, disamping air tidak mengalir juga bercampur dengan pestisida dan bahan lainnya yang dapat mencemari sayuran. Oleh sebab itu perlu pengaturan pascapanen melalui pembetukan kelompok dari petani sendiri, sehingga dapat dibuatkan sarana pencucian dan penanganan pascapanen yang baik dapat dilakukan. Dengan demikian kualitas sayuran dapat dijaga, yang pada gilirannya nanti akan memberikan harga yang tinggi dan menguntungkan petani. Tantangan Tuntutan konsumen akan sayur berkualitas semakin tinggi. Konsumen saat ini semakin kritis dalam memilih dan mengkonsumsi sayuran. Peningkatan pendapatan, pendidikan, kesejahteraan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya sayuran berkualitas sangat mendorong meningkatnya permintaan terhadap sayuran sehat berkualitas. Usaha budidaya sayur kurang berorientasi pada mutu. Selama ini pola pikir petani di kelurahan Paal Merah masih menempatkan usahatani sayur pada posisi sebagai pemenuhan kebutuhan pokok. Walaupun terdapat beberapa hambatan dan tantangan, program pertanian organik
Kota Jambi masih menjanjikan peluang yang baik untuk mendorong
peningkatan kesejahteraan masyarakat tani wilayah tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan peluang tersebut dengan introduksi inovasi 1) Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian. 6-7 Oktober 2010 di Papua. 2) Peneliti pada BPTP Jambi.
8
DO NOT COPY
teknologi sayuran, pengembangaan sayuran menuju sayuran organik, integrasi dengan ternak sebagai sumber penghasil bahan organik dan daging, eksploitasi lebih mendalam akses pasar lokal, antar provinsi dan peluang ekspor (Edi S., 2008). Pada proses pascapanen sayuran segar perlu diperhatikan beberapa kegiatan perlakuan, antara lain pembersihan, pengeringan, sortasi, pengemasan dan pelabelan. Kegiatan-kegiatan itu bertujuan agar: 1. sayuran tetap baik mutunya atau tetap segar seperti waktu diambil, 2. sayuran menjadi lebih menarik dalam sifat-sifatnya (warna, bau, rasa dan aroma), 3. sayuran selalu dalam keadaan siap dengan mutu yang terjamin sebagai bahan baku industri yang memerlukannya, dan 4. hasil sayuran dapat dicegah dari kerusakan dan dapat diawetkan dengan baik untuk digunakan sewaktu-waktu atau dipasarkan dalam kualitas yang terjamin. (Soedijanto dan Warsito, 1981). Pada proses pembersihan, dilakukan pemotongan bagian-bagian yang tidak berguna dengan tujuan agar bagian itu tidak mencemari bagian sayuran yang lain. Pencucian dilakukan jika; budidaya sayuran menggunakan pestisida, kotoran yang melekat tidak bisa dihilangkan tanpa air, dan sayuran terkena air hujan yang mengandung berbagai asam yang dapat merusak sayuran. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara memanfaaatkan sinar matahari, pengeringanginan dan pengasapan yang memperhatikan faktor kebersihan. Langkah berikutnya adalah sortasi, yang bertujuan memisahkan secara sederhana antara yang cacat dengan yang baik. Teknik penyimpanan sayur dengan plastik adalah sayuran dimasukkan dalam kantong plastik dengan tebal sekitar 0,02 mm (kantong plastik biasa) lalu ikat rapat. Setelah diikat, plastik dilubangi sebanyak 4-5 lubang. Sayuran tersebut dapat disimpan dalam suhu ruang dan dapat ditunda proses kematangannya minimal 3 hari dari kondisi normal. Dengan kondisi yang rapi ini maka sayuran dapat dipasarkan di supermarket yang menyediakan produkproduk segar, sehingga harga jual sayuran menjadi lebih tinggi daripada hanya dijual di pasar tradisional, tentunya dengan mematuhi persyaratan yang telah ditetapkan supermarket tersebut seperti, ukuran, warna dan kualitas sayuran. Turut ditempelnya stiker logo “Prima 3” pada kemasan sayuran, akan menambah minat beli konsumen yang telah memahami makna sayuran organik bagi kesehatan.
1) Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian. 6-7 Oktober 2010 di Papua. 2) Peneliti pada BPTP Jambi.
9
DO NOT COPY
Peluang Di Kota Jambi bahan baku untuk pembuatan pupuk organik cukup tersedia, karena terdapat beberapa kawasan pertanian yang relatif masih cukup luas dengan sisa/limbah tanaman, terdapat beberapa industri pengolahan seperti pengolahan kayu, limbah rumah tangga dan Kota serta limbah pemotongan hewan. Perusahaan peternakan skala besar dan kecil juga cukup tersedia di Kota Jambi, baik yang diusahakan secara perorangan maupun kelompok. Ternak yang di usahakan seperti : ternak ayam (potong dan petelur), ternak sapi (penggemukan dan anakan), ternak babi, kambing dan domba. Laboratorium Agribisnis di lokasi Prima Tani Kota Jambi telah berkembang dengan baik, terlihat dengan telah diakreditasinya pola usahatani 9 (sembilan) jenis sayuran organik dan mendapatkan sertifikat ”Prima 3” (sayur sehat aman konsumsi) dari Badan Bimas Ketahanan Pangan Propinsi Jambi. Kesembilan jenis sayuran itu adalah: sawi, selada, tomat, timun, kisik, terong, kailan, kangkung, pakcoy. Dengan adanya sertifikat ini merupakan salah satu peluang dalam meningkatkan pemasaran sayuran (Pemerintah Daerah Provinsi Jambi, 2008).
KESIMPULAN DAN SARAN Lahan sayuran yang cukup luas di Kota Jambi merupakan sumber daya lahan yang sangat potensial untuk pengembangan usahatani sayur. Masalah utama yang dihadapi oleh petani sayur di Kel. Paal Merah Kec. Jambi Selatan Kota Jambi adalah belum adanya sarana pendukung untuk usaha peningkatan mutu sayur yang dihasilkan, yaitu teknologi pascapanen yang tepat. Melihat kondisi tersebut, maka teknologi pascapanen yang tepat menjadi sangat potensial untuk diterapkan guna meningkatkan mutu sayur di Kota Jambi. Teknologi pascapanen yang dapat diterapkan pada saat ini antara lain: a) pembersihan, b) pengeringan, c) sortasi, d) pengemasan dan e) pelabelan. Kedepan diperlukan adanya kerjasama yang lebih intensif dan kontinyu dengan pihak supermarket atau pemasar produk segar lainnya, sehingga dapat memberikan nilai tambah pada sayuran lokal dan mampu meningkatkan margin pendapatan yang diterima petani.
1) Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian. 6-7 Oktober 2010 di Papua. 2) Peneliti pada BPTP Jambi.
10
DO NOT COPY
DAFTAR PUSTAKA Anwar K., Suratman dan A. Kasno. 2007. Identifikasi dan Evaluasi Potensi Lahan Untuk Mendukung Prima Tani di Kelurahaan Paal Merah, Kec. Jambi Selatan Kota Jambi. Satker Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pertanian Sumber Daya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bappeda Kota Jambi. 2003. Kota Jambi Dalam Angka Tahun 2002. Bappeda Kota Jambi dengan BPS Kota Jambi. Badan Litbang Pertanian, 2004. Rancangan Dasar Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Dinas Pertanian Kota Jambi. 2005. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Kota Jambi. Provinsi Jambi. Edi S., Araz Meilin, Dewi Novalinda dan Kiki Suheiti. 2008. Laporan Akhir Prima Tani Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah di Kelurahan Paal Merah Kota Jambi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Mugiyanto, Syafri Edi, Lindayanti dan Firdaus. 2007. Lapoan Hasil Partisipatory Rural Apraisal (PRA) Prima Tani Paal Merah Kota Jambi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Pemerintah Daerah Provinsi Jambi, 2008. Laporan Hasil Pelaksanaan Sertifikasi Produk Prima 3 Tahun 2008. Badan Bimas Ketahanan Pangan Provinsi Jambi. 2008. Soedijanto dan Warsito, Sayuran Buah. 1981. Bumi Restu. Jakarta
1) Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian. 6-7 Oktober 2010 di Papua. 2) Peneliti pada BPTP Jambi.
11