KINERJA TEKNOLOGI TINGKAT PETANI PRIMA TANI SIKKA PROVINSI NTT Bernard de Rosari, I Gunarto dan J. Nulik Balai Pengkajian Teknolgi Pertanian NTT ABSTRAK Kinerja teknologi pertanian tingkat petani Prima Tani Sikka dimaksudkan untuk melihat kondisi teknologi eksisting sebelum dilakukan intervensi teknologi Prima Tani. Data mengenai kinerja teknologi menjadi data base untuk selanjutnya dibandingkan dengan kemajuan ketika intervensi sudah dilakukan. Dari sisi teknis seluruh inovasi teknis diharapkan mampu meningkatkan kinerja teknis usahatani dan selanjutnya bersamaan dengan inovasi lainnya (kelembagaan) diharapkan akan berdampak positif pada kinerja hasil usahatani dalam rupa peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja pedesaan. Data dari kegiatan base line survay Prima Tani Sikka dijadikan rujukan dasar dari makalah ini. Kinerja teknis yang dilihat mulai dari penguasaan asset rumah tangga (penguasaan lahan dan alsintan, ternak, dan ketersediaan tenaga kerja), aspek mata pencaharian dan pendapatan rumah tangga, teknik budidaya, penanganan pasca panen dan analisis usahatani tanaman pangan, tahunan dan ternak. Secara umum kondisi kinerja teknologi eksisting masih rendah sehingga diharapkan dengan adanya kegiatan Prima tani dapat meningkatkan kinerja teknologi. Data ini selanjutnya akan dipakai untuk mengukur dampak dari kegiatan prima tani Sikka secara keseluruhan. Kata kunci: Kinerja, Prima tani, Sikka, Dampak. LATAR BELAKANG Pendekatan dalam kegiatan Primatani adalah melalui a) pendekatan agribisnis, b) pendekatan agroekosistem, c) pendekatan wilayah, d) pendekatan kelembagaan, dan e) pemberdayaan masyarakat (Adimihardja,2006). Inovasi yang dilaksanakan dalam Prima Tani dapat dibedakan atas inovasi teknis dan inovasi kelembagaan. Inovasi teknis dapat didefinisikan sebagai pengembangan teknik, cara dan metoda yang dilakukan oleh praktisi agribisnis terutama petani. Sedangkan inovasi kelembagaan dapat dikatakan sebagai pengembangan aspek non teknis kegiatan agribisnis yang dapat mempermudah praktisi agribisnis terutama petani dalam menjalankan kegiatan agribisnisnya, dan/atau meningkatkan efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi kegiatan agribisnis yang dilakukan. Dari segi teknis seluruh inovasi yang dilakukan tersebut diharapkan mampu meningkatkan kinerja teknologi yang dilakukan oleh praktisi agribisnis terutama petani. Dari segi kelembagaan seluruh inovasi yang dilakukan diharapkan akan meningkatkan kinerja kelembagaan agribisnis yang selanjutnya berdampak pada peningkatan aksesibilitas petani terhadap pasar input, pasar output, permodalan dan teknologi unggul. Peningkatan kinerja pada kedua aspek teknis dan aspek kelembagaan agribisnis tersebut selanjutnya diharapkan akan berdampak positif pada kinerja hasil usaha tani yang dicapai petani, dan bagi kehidupan masyarakat desa yang berupa peningkatan pendapatan dan peningkatan kesempatan kerja pedesaan (Irawan dkk,2005; Drajat dan Syukur,2006). Inovasi teknis dan kelembagaan dapat dilaksanakan pada seluruh bidang agribisnis, mulai dari bidang input usaha tani hingga bidang pemasaran hasil pertanian. Inovasi yang dilakukan pada bidang agribisnis tertentu secara langsung akan menimbulkan perubahan kinerja teknologi atau kinerja kelembagaan pada bidang agribisnis tersebut. Selain itu, akibat adanya kaitan fungsional yang bersifat hirarkis antara suatu bidang agribisnis dengan bidang agribisnis lainnya maka inovasi yang dilaksanakan pada bidang agribisnis tertentu dapat menimbulkan perubahan atau dampak tidak langsung pada kinerja teknologi di bidang agribisnis lainnya. Disamping itu inovasi diharapkan berperan dan terlihat dalam sasaran dan out put akhir program (Thahir,dkk,2006) Prima Tani di kabupaten Sikka mulai dilaksanakan dan tahun 2007 merupakan tahun pertama (2007). Oleh karenanya diperlukan data tentang kinerja teknologi pertanian di wilayah tersebut. Desa Prima tani di Kabupaten Sikka adalah Desa Koting A Kecamatan Koting dengan core business komoditas
kakao dan kelapa. Makalah ini disusun berdasarkan data dari kegiatan Base Line dan PRA di wilayah tersebut. PENGUASAAN ASSET RUMAH TANGGA Penguasaan Lahan dan Alsintan Rata-rata setiap rumah tangga memiliki 2-3 parsil lahan yaitu, lahan pekarangan kebun dan ladang. Rata-rata luas lahan pekarangan 0,65 ha, dan kebun dan ladang masing-masing memiliki luas 0,78 ha dan 0,65 ha. Kemiringan ketiga jenis lahan tersebut dari datar, bergelombang sampai agak miring. Tingkat kesuburan tanah agak subur sampai kurang subur. Sumber air untuk rumah tangga dan pekarangan dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dengan mengambilnya dari bak umum. Sedangkan untuk di kebun hanya bergantung pada air hujan. Akibat dari sumber air yang terbatas, maka pada lahan pekarangan dan kebun dominan ditanami tanaman tahunan, dan pada beberapa bagian lahan yang terbuka ditanami tanaman pangan (padi gogo, jagung dan ubi kayu) di musim hujan. Status penguasaan lahan umumnya milik sendiri dan digarap sendiri. Penguasaan tanah ini merupakan tanah warisan yang dibagi dalam keluarga besar. Tanah-tanah ini umumnya digarap sendiri, sedangkan sedikit rumah tangga tani yang karena keterbatasan tenaga kerja menyewakan parsil kebun ke 2 nya untuk dikerjakan oleh orang lain. Jumlah dan jenis alsintan yang dimiliki petani terbatas. Jenis alsintan yang dimiliki adalah gunting pangkas rata-rata jumlah yang dimiliki 1 buah dalam kondisi kurang baik. Linggis 1 buah dan pacul 1 sampai 2 buah setiap petani. Walaupun komoditas tanaman perkebunan (kakao dan kelapa) yang diusahakan tetapi alat dan mesin pertanian lainnya yang menunjang kegiatan tidak dimiliki misalnya sprayer, gunting galah, gergaji pangkas dan alat-alat fermentasi biji kakao. Penguasaan Ternak Jenis ternak yang dimiliki adalah babi, kambing dan ayam buras. Rata-rata kepemilikan babi 4-5 ekor setiap rumah tangga, kambing 2-3 ekor dan ayam 15-17 ekor. Ternak-ternak ini merupakan ternak milik sendiri yang dipelihara biasanya diikat atau dikandangkan dekat rumah atau kebun. Ketersediaan Tenaga Kerja Di ketiga desa tersebut terdapat gejala kekurangan tenaga kerja usia produktif untuk bekerja pada sektor pertanian. Rata-rata laki-laki dan perempuan yang bekerja dalam setiap rumah tangga petani adalah 1 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Jumlah ini berimbang dengan jumlah laki-laki dan perempuan dalam setiap rumah tangga yang tidak bekerja (Tabel 1). Umumnya generasi muda lebih tertarik bekerja pada sektor lainnya. Fenomena ini dapat dipahami mengingat pendapatan dari sektor pertanian sangat kecil. Generasi muda lebih tertarik menjadi pegawai atau mencari pekerjaan tetap di kota, sementara yang tidak bisa menjadi pegawai akan merantau dan mencari pekerjaan non pegawai misalnya sebagai buruh bongkar muat, buruh bangunan atau lainnya, sementara bagi generasi yang tidak merantau lebih menyukai bidang jasa seperti ojek atau angkutan. Dampak dari fenomena di atas adalah di desa tinggal orang-orang tua yang SDM-nya sangat terbatas dengan kemampuan fisik yang terbatas pula. Selama sepuluh atau limabelas tahun terakhir gejala ini semakin kuat dan hal ini tidak menguntungkan bagi pembangunan pertanian di pedesaan sebab pembangunan di pedesaan memerlukan generasi muda yang cerdas, kuat dan mempunyai visi yang kuat untuk pengembangan diri. Tabel 1. Ketersediaan Tenaga Kerja setiap Rumah Tangga Jenis kelamin Tenaga kerja yang bekerja (orang)
Jumlah (orang)
< 15 th
15-55 th
> 55 th
Laki-laki
1
1
1
3
Perempuan
0
1
1
2
Jumlah (orang)
1
2
2
5
Sumber: Data Primer Base Line,2007
MATA PENCAHARIAN DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk tidak beragam yakni sebagai petani, PNS, pensiunan dan swasta (tukang/buruh bangunan, jasa angkutan, kios). Sebagian besar sebagai petani yang mengusahakan beragam komoditas tetapi yang terutama adalah tanamam tahunan (kelapa, kakao). Pegawai adalah pegawai pada kantor kecamatan dan pegawai desa. Pekerjaan lainnya adalah sebagai tukang (kayu dan batu) serta jadi buruh bangunan, menjadi sopir/kenek dan ojek. Pekerjaan ojek menjadi fenomena yang menarik dimana-mana sebagai jenis pekerjaan baru yang memiliki berbagai dampak. Pekerjaan menjual barang-barang kebutuhan harian (kios) juga menjadi andalan beberapa rumah tangga. Pendapatan dan Struktur Pendapatan Rata-rata pendapatan rumah tangga Rp 5.369.333 setiap tahunnya. Pendapatan ini berasal dari kegiatan pertanian (on farm) 72%, kegiatan off farm (4%) seperti buruh tani, pedagang hasil bumi serta dari kegiatan bukan pertanian (non farm) sebesar 24% seperti gaji dari pekerjaan tetap, kiriman anak, kios. Kegiatan di bidang pertanian terdiri atas pendapatan dari tanaman tahunan (35%), dari tanaman semusim (20%), pendapatan dari ternak (17%) (Diagram 1). Pendapatan dari tanaman tahunan bersumber dari kelapa, kakao dan jambu mete. Pendapatan dari kelapa lebih besar dibandingkan dengan pendapatan dari kakao. Tetapi kakao tetap diandalkan dan menjadi komoditas unggulan keluarga karena walaupun kakao menyumbang terhadap pendapatan keluarga lebih rendah dari penerimaan dari kelapa tetapi kakao memberikan penerimaan secara kontinyu (2 minggu sekali panen) dibandingkan kelapa (3-4 bulan).
Penerimaan
Kontribusi Pendapatan dari masing-masing Sektor Ekonomi
Kontribusi Tan Tahunan
ribuan 1200 4%
1000
24%
35%
800 600 400
17%
200
20%
0 Tan tahunan
Tan Semusim
Ternak
Non farm
Of farm
Kakao
Kelapa
J Mete
Kemiri
Pisang
Advokad
Diagram 1. Kontribusi Pendapatan
TEKNIK BUDIDAYA, PASCA PANEN DAN ANALISIS USAHATANI Teknik Budidaya Tanaman Semusim Pola Tanam Musim hujan biasanya mulai Bulan Nopember sampai April dan musim kemarau mulai Bulan Mei sampai Oktober. Lahan ladang hanya ditanami sekali dalam 1 tahun yakni pada musim hujan. Pola tanam di lahan ladang adalah padi gogo/jagung/kacang-kacangan/ubi kayu. Tabel 2. Pola Tanam Tanaman Pangan selama Satu Tahun Bulan Keterangan 11 12 1 2 3 4 Musim Hujan Tanam-Panen Tan pangan Jagung Padi gogo Kacangkacangan Ubi kayu
5
6
7
8
9
10
Sumber: Hasil Wawancara Petani di Desa Koting A, Koting B dan Ribang, Sikka,2007
Penggunaan benih dan cara penanaman Benih yang dipakai untuk tanaman pangan (padi gogo, jagung, kacang-kacangan serta ubi kayu) merupakan benih lokal yang dipakai berulang-ulang.Teknik budidaya tanaman pangan masih tradisional, benih padi gogo dan jagung yang ditanam umumnya benih lokal serta sedikit benih yang dibagikan oleh dinas pertanian. Penanaman dilakukan dengan cara tugal. Jarak tanam tidak teratur, pemeliharaan tanaman hanya pada kegiatan menyiang gulma. Persiapan Lahan Persiapan lahan dilakukan seadanya yakni hanya dengan membersihkan lahan ketika hujan hampir turun, kemudian benih jagung, padi gogo dan kacang-kacangan langsung ditugal. Stek ubi kayu dibenamkan setelah tanah dicangkul ditempat yamg mau ditanam stek ubi kayu. Pemupukan Dosis pupuk yang diberikan untuk tanaman pangan di ladang sangat rendah bahkan sebagian besar tanaman tidak dipupuk baik dengan menggunakan pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pupuk hanya diberikan pada tanaman jagung. Pemupukan tanaman jagung dilakukan 2 kali yaitu 14 HST (hari setelah tanam) dan 45 HST. Jenis pupuk yang diberikan adalah urea (13,25 kg/ha) dan NPK (50kg/ha) pada 14 HST dan urea 25 kg/ha pada 45 HST.
Penggunaan pestisida/herbisida dan penyiangan Penyiangan dilakukan secara manual yakni dengan membersihkan gulma sekitar tanaman. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan cangkul atau tofa. Penyiangan dengan herbisida atau melakukan penyemprotan untuk mencegah atau menekan hama dan penyakit tidak dilakukan. Penggunaan tenaga kerja Penggunaan tenaga kerja keluarga untuk kegiatan usahatani tanaman pangan sebanyak 25,87 HOK terdiri atas 15,29 HOK tenaga kerja pria dan 10,58 HOK tenaga kerja wanita. Tenaga kerja upahan sebanyak 11 HOK untuk kegiatan tanam dan menyiang. Produksi tanaman semusim Rata-rata produksi jagung 124,2 kg dan produksi padi gogo 107,33 kg dalam luasan 0,65 ha serta ubi kayu dipanen secara berkala. Produksi tanaman pangan sangat rendah diakibatkan karena kegiatan budidaya yang tidak berjalan dengan baik. Pasca Panen Tanaman Semusim Jagung dan padi gogo dipanen secara manual. Jagung dipanen kemudian dijemur matahari selama 2-3 hari kemudian diikat dan disimpan di dapur. Padi dipanen, dijemur matahari selama 2-3 hari kemudian dimasukan ke karung dan disimpan di dapur.Ubi kayu biasanya dipanen sesuai kebutuhan baik untuk dikonsumsi ataupun dijual. Analisis Usahatani Tanaman Semusim Biaya tunai untuk membiayai usahatani tanaman pangan sangat rendah bahkan dapat dikatakan tidak ada. Benih yang digunakan adalah benih sendiri atau diminta dari tetangga, pupuk hanya dipakai oleh satu dua orang petani dengan dosis yang sangat rendah. Obat-obat pemberantas hama penyakit tidak digunakan. Biaya yang ada adalah biaya tenaga kerja ketika petani menyewakan lahannya waktu tanam dan menyiang (Tabel 3). Rata-rata biaya tanam sebesar Rp 90.000 (6 HOK, @ Rp 15.000/HOK) dan biaya menyiang Rp 75.000 (5 HOK). Biaya tenaga kerja untuk konsumsi ketika kegiatan itu dilakukan secara gotong royong. Kegiatan gotong royong (kerja bergilir) biasanya waktu persiapan lahan dan menyiang. Rata-rata biaya sekali melakukan kegiatan adalah Rp 100.000. Rata-rata produksi jagung 124,2 kg dan padi ladang 107,33 kg (0,65 ha). Harga jual jagung Rp 1900/kg dan padi ladang Rp 2500/kg. Nilai produksi yang didapat dari tanaman pangan sebesar Rp 504.305 terdiri atas nilai produksi dari jagung sebesar Rp 235.980 dan padi ladang sebesar Rp Rp 268.325. Analisis Biaya-Penerimaan menunjukkan bahwa penerimaan dari usahatani tanaman pangan sebesar ratio RC 1,19 dan ratio BC 0,19. Ratio R/C 1,19 artinya bahwa setiap Rp 1000 yang diinvestasikan ke dalam usahatani tanaman pangan, maka akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1190 dan ratio B/C 0,19 artinya setiap Rp 1000 modal yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan (benefit) sebesar Rp 190. Tabel 3. Keragaan Usahatani1) Tanaman Pangan Teknologi Fisik Finansial Keterangan (kg, (Rp 000) stek,HOK) Benih jagung 20 40 Lokal, benih sendiri padi gogo 20 50 kacang nasi 1 1 ubi kayu 100 0,250 Pupuk Urea 38,25 65,025 Beli tunai NPK 50 95 Tenaga Kerja persiapan lahan 6,67 100 - Kerja bergilir tanam + sulam 6 90 - Menyewakan menyiang 5 75 - Menyewakan
Total Biaya (cash) Penerimaan jagung padi gogo Pendapatan Ratio R/C Ratio B/C
425.025 124,2 107.3
Benih tidak dihitung
235,980 268,325 79,280 1,19 0,19
Sumber: Data Primer,2007 1) : Rerata luas/usahatani 0,65 ha
Teknik Budidaya Tanaman Tahunan Pola Tanam Jenis tanaman tahunan yang ditanam di pekarangan dan kebun adalah kakao, kelapa, pisang, jambu mete, dan sedikit advokad dan salak. Benih yang dipakai untuk tanaman tahunan juga merupakan benih sendiri yang berasal dari tanaman induk yang telah ditanam sebelumnya. Jenis kakao yang ditanam adalah kakao lindak. Umumnya pekarangan dan kebun tidak memiliki batas yang jelas. Rata-rata jumlah tanaman kakao yang telah menghasilkan (TM) adalah 417 pohon, tanaman kakao yang belum menghasilkan (TBM) sebanyak 428 pohon, dan tanaman kakao yang rusak sebanyak 35 pohon. Tanaman kelapa yang menghasilkan sebanyak 161 pohon, kelapa TBM sebanyak 33 pohon dan tanaman kelapa yang rusak sebanyak 17 pohon. Jambu mente tidak banyak, rata-rata jumlah tanaman jambu yang telah menghasilkan sebanyak 38 pohon, dan yang rusak sebanyak 48 pohon. Jenis tanaman hortikultura lainnya seperti mangga, nangka dan advokad jumlahnya sangat sedikit (1-5 pohon). Penggunaan benih dan cara penanaman Kakao mulai ditanam pada pertengahan tahun 1970an. Benih yang ditanam berasal dari petani lain yang telah menanam sebelumnya yang didapat dari bantuan gereja. Kemudian penanaman kakao semakin banyak sejalan dengan program pemerintah untuk mengembangkan kakao sebagai komoditas bisnis. Jarak tanam cukup teratur (3x4 m) dan mengikuti keadaan lahan dan tanaman kelapa (8 x 8 m) yang telah ditanam sebelumnya. Jambu mete ditanam dengan jarak tanam 4 x 5 m dan mengikuti keadaan lahan. Tanaman sela lainnya adalah vanili yang mulai ditanam tahun 2002. Penanaman vanili diantara tanaman kakao dan kelapa dengan membuat panjatan dari tanaman gamal. Pengolahan tanah Pada saat mau menanam, lubang tanaman dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 50 cm. Setelah itu dilakukan penanaman. Pemeliharaan selanjutnya sampai tanaman dewasa adalah menyiang rumput (gulma) yang ada disekitar tanaman dengan menggunakan sabit atau cangkul. Pemupukan Pemupukan tanamam kakao dilakukan satu kali dalam setahun dengan dosis urea 27,5 kg/ha dan SP 36 sebanyak 5 kg/ha. Dosis pupuk ini rendah sehingga hanya beberapa tanaman saja yang dipupuk. Jumlah petani yang melakukan pemupukan juga sedikit (2-3 petani). Penggunaan pestisida/herbisida dan penyiangan Jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman kakao adalah Phitoptora, Helopeltis, Penggerek Buah Kakao (PBK), Busuk buah dan Jamur. Pengendalian hama penyakit jarang dilakukan petani. Pestisida yang kadang dipakai petani adalah Killtop dengan cara disemprotkan ke tanaman yang sakit dengan dosis 0,25 liter. Penggunaan tenaga kerja Jumlah tenaga kerja keluarga yang dilibatkan dalam kegiatan tanaman tahunan (kakao, kelapa) adalah 135,74 HOK, terdiri atas 20,86 HOK tenaga kerja pria dan 114,88 HOK wanita. Hampir semua pekerjaan dilakukan pria dan wanita dalam keluarga, tetapi untuk panen banyak dilakukan oleh wanita (102,2 HOK). Tenaga kerja upahan yang dipakai adalah tenaga kerja pria dan diupah untuk kegiatan penggalian lubang tanaman sebanyak 9 HOK. Penggunaan tenaga kerja untuk tanaman sela vanili hanya menggunakan tenaga kerja keluarga yakni sebanyak 8,5 HOK tanaga kerja pria dan 4 HOK tenaga kerja wanita.
Produksi tanaman tahunan Rata-rata produksi kakao 73,3 kg pada luasan 0,5 ha Kakao dipanen mulai bulan April sampai Juni sebagai puncak panen kakao dan berlanjut panen setiap dua minggu dengan jumlah yang terbatas. Bentuk hasil kakao yang dihasilkan adalah biji yang kering dengan mutu campuran. Kelapa dipanen 3-4 bulan sekali dengan rata-rata produksi 483,33 kg kopra. Hasil sampingan dari kelapa adalah tempurung dan pelepah kelapa yang dipakai sebagai kayu bakar. Rata-rata produksi jambu mete adalah 236,43 kg. Pasca Panen Tanaman Tahunan Buah kakao ketika sudah matang dipetik (biasanya menggunakan parang atau pisau atau direnggut dengan tangan) kemudian dibawah ke rumah atau suatu tempat kumpul kemudian setelah banyak yang dikumpulkan kemudian dibelah dan mengeluarkan biji kakao dari cangkangnya. Biji kakao tersebut kemudian langsung dijemur. Biasanya 1 atau 2 hari saja dijemur tergantung penyinaran matahari dan biji kakao tersebut langsung dijual. Penjualan dilakukan di Nita (pasar kecamatan ) atau langsung ke pengumpul desa (kaki tiga). Penjualan dengan biji kakao yang hanya dijemur 1 sampai 2 hari memiliki kadar air yang masih tinggi sehingga harga jualnya juga biasanya ditentukan oleh pembeli. Hal lain yang perlu diperbaiki adalah petani tidak melakukan sortir untuk membedakan mutu biji kakao. Sehingga turut menurunkan harga jual dimana pedagang melakukan pembelian secara campuran. Kelapa dilakukan pemanenan 3-4 bulan sekali. Biaya panjat pohon kelapa adalah Rp 1000/pohon. Bentuk produksi yang umumnya dihasilkan adalah kopra. Kelapa setelah dikumpulkan kemudian dibelah kemudian dijemur 1-2 hari dan diambil isinya (dicungkil) dan dilanjutkan penjemuran 1 hari dan langsung dijual. Bagian produksi yang lain seperti air belum dimanfaatkan. Tempurung dan sabutnya dipakai sebagai kayu bakar. Jambu mete juga dijual dalam bentuk gelondong dan belum dimanfaatkan buah semu sebagai limbah tanaman mete. Analisis Usahatani Tanaman Tahunan Rata-rata produksi kakao 73,3 kg pada luasan 0,5 ha dengan harga jual Rp 8000/kg maka nilai produksi yang didapat sebesar Rp 586.400. Kelapa dipanen 3-4 bulan sekali dengan rata-rata produksi 483,33 kg kopra dengan harga jual Rp 2600/kg dengan demikian nilai produksinya mencapai Rp 1.256.580. Rata-rata produksi jambu mete adalah 236,43 kg dengan harga jual Rp 4700/kg sehingga nilai produksi yang didapat sebesar Rp 1.111.221. Pemeliharaan Ternak Jenis ternak yang diusahakan Jenis ternak yang banyak dipelihara adalah babi, kambing dan ayam. Data mutasi babi selama 2 tahun terakhir jantan dewasa yang dijual 1,4 ekor, betina dewasa dan jantan anak masing-masing 1 ekor dan betina anak 2 ekor. Pola pemeliharaan dan penguasaan ternak Pola pemeliharaan ternak kambing adalah diikat pindah dan babi diikat atau dikandangkan, ayam dilepas. Tenaga kerja yang banyak dibutuhkan untuk ternak adalah memberi pakan dan minum. Ternakternak tersebut adalah milik sendiri. Manajemen pakan Jenis pakan yang diberi adalah lamtoro dan rumput di musim hujan. Pakan untuk kambing umumnya diambil dari pekarangan dan kebun/ladang. Sedangkan untuk ternak babi pakan merupakan sisa dapur dan juga diberi ampas kelapa yang dibeli. Biaya pakan untuk babi Rp 50.000/bulan. Jenis penyakit Penyakit yang sering menyerang kambing adalah mata bengkak dan kembung. Penyakit yang menyerang ternak ayam adalah tetelo (ND) yang terjadi disaat perubahan musim. Biaya pengobatan ternak Rp 1500 untuk vaksin ayam. Penjualan ternak Data mutasi ternak dalam 2 tahun terakhir sebagai berikut jumlah ternak babi yang mengalami mutasi sebanyak 36 ekor baik untuk dijual, mati, konsumsi dan pembelian dari ternak babi dewasa dan
muda. Jumlah ternak kambing yang mengalami mutasi sebanyak 7 ekor dan ternak ayam sebanyak 115 ekor. Rincian data mutasi ternak sebagai berikut.
Tabel 4. Jumlah Ternak yang dimutasi selama 2 tahun terakhir Jual Konsumsi Mati Jenis Ternak Babi Jantan dewasa Betina dewasa Jantan muda Jantan anak Betina anak Jumlah Kambing Jantan dewasa Jumlah Ayam Jantan dewasa Betina dewasa Jantan muda Betina muda Jantan anak Betina anak Jumlah
Fisik (ekor)
Nilai (Rp Fisik 000) (ekor)
Nilai (Rp 000)
Fisik (ekor)
Beli
Nilai (Rp 000)
Fisik (ekor)
Nilai (Rp 000)
10
7.400
5
4.500
3
350
0
0
3
2.400
3
2.400
0
0
1
250
0
0
7
2.350
0
0
0
0
1
250
0
0
0
0
0
0
2
500
0
0
0
0
1
250
16
10.550
15
9.250
3
350
2
500
7
1.950
0
0
0
0
0
0
7
1.950
0
0
0
0
0
0
23
565
2
40
2
25
0
0
22
730
4
60
11
185
0
0
0
0
6
70
0
0
0
0
16
320
6
110
0
0
2
50
11
100
0
0
0
0
0
0
10
100
0
0
0
0
0
0
82
1.815
18
280
13
210
2
50
Sumber: Data Primer,2007
Data ini menunjukkan bahwa item mutasi ternak yang paling banyak terjadi adalah ternak dijual dan kemudian diikuti konsumsi. Ternak yang mati terbanyak adalah ayam terutama yang telah dewasa kemudian diikuti ternak babi yang dewasa. Kambing tidak mengalami kematian mengindikasikan kambing cukup baik juga dipelihara di daerah ini. Item pembelian ternak sangat sedikit, hal ini menggambarkan bahwa penambahan jumlah ternak adalah karena faktor perkawinan ternak yang sudah ada dan tidak ada penambahan ternak baru dari luar dengan pembelian. Analisis usaha ternak Analisis manfaat-biaya dari usaha ternak menunjukkan bahwa usaha ternak yang dijalankan layak secara ekonomi. Biaya yang dikeluarkan hanya untuk pakan, vaksin dan kebanyakan dihitung dari tenaga kerja. Tenaga kerja dimanfaatkan untuk memberi makan, memberi minum dan mencari pakan. Data analisis usaha ternak selanjutnya disajikan pada tabel berikut. Tabel 5. Analisis Usaha Ternak1) Ternak Fisik (kg,HOK,kali,ekor) Babi pakan 80
Finansial (Rp 000) 40
Keterangan Jenis pakan jagung, dedak padi, labu kuning
tenaga kerja beli anak babi Kambing tenaga kerja Ayam vaksin tenaga kerja beli ayam Total Biaya Penerimaan babi kambing ayam Jumlah Penerimaan Pendapatan Ratio R/C Ratio B/C
3,43 0,06
51,43 16,7
1,71
25,71
2 1,71 0,06
3,0 25,71 3,33 165,88
1,03 0,23 3,33
657,87 64,07 69,76 791,7
Sistem ikat pindah Divaksin 1x setahun ketika pergantian musim
Dihitung ternak yang dijual dan yang dikonsumsi
625,82 4,77 3,77
Sumber: Data Primer,2007 1) : 1 periode mutasi (2 tahun)
Ratio R/C 4,77 artinya bahwa setiap Rp 1000 yang diinvestasikan ke dalam usahatani ternak, maka akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 4770 dan ratio B/C 3,77 artinya setiap Rp 1000 modal yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan (benefit) sebesar Rp 3770. Nilai ini menunjukkan kelayakan usaha, tetapi memperhatikan struktur biaya, ternyata biaya masih minim sehingga dapat dipacu produktivitas ternak dengan memberikan tambahan input berupa teknologi. PENUTUP 1. Penguasaan asset oleh masing-masing rumah tangga (RT) meliputi penguasaan akan lahan dan alsintan, penguasaan ternak dan ketersediaan tenaga kerja. Rerata setiap RT memiliki 2-3 parsil lahan yaitu lahan pekarangan (0,65 ha), kebun (0,78 ha) dan ladang (0,65 ha). Jumlah tenaga kerja setiap RT adalah 5 orang laki-laki 3 orang dan perempuan 2 orang (gabungan umur belum produktif, umur produktif dan tidak produktif). 2. Mata pencaharian terbatas sebagai petani, PNS dan pensiunan, swasta (tukang, buruh). Pendapatan terbesar diperoleh dari kegiatan tanaman tahunan (35%), diikuti kegiatan non farm (24%), tanaman semusim (20%), ternak (17%) dan kegiatan of farm (4%). Pendapatan dari tanaman tahunan bersumber dari komoditas kelapa, kakao, jambu mete, kemiri. 3. Kinerja teknologi tanaman pangan masih rendah. Pola tanam yang diterapkan: jagung+padi gogo+kacang-kacangan+ubi kayu. Tanaman ini hanya ditanam satu kali yakni pada musim hujan (Nopember-Maret). Benih yang dipakai adalah benih lokal yang ditanam berulang-ulang. Pengolahan lahan, pempukan, pengendalian hama/penyakit dan pemeliharaan tanaman hanya dilakukan secara terbatas. Rata-rata produksi tanaman pangan rendah yakni jagung hanya mencapai 124,2 kg/ut (1 usahatani =0,65 ha), padi gogo 107,3 kg/ut. Analisis usahatani memberikan nilai layak tetapi dengan tingkat kelayakan yang rendah. 4. Kinerja teknologi tanaman tahunan juga masih rendah. Jumlah kakao TBM 428 pohon, TM 417 pohon dan rusak 35 pohon. Kelapa TBM 33 pohon, TM 161 pohon rusak 17 pohon. Tanaman jambu mete tidak banyak, jambu mete TM 38 pohon dan rusak 48 pohon. Umumnya kakao ditanam di lahan antara tanaman kelapa sehingga kelapa berfungsi sebagai tanaman pelindung. Manajemen pemeliharaan tanaman tahunan terutama kakao tidak berjalan sesuai anjuran. Produksi kakao menjadi rendah yakni hanya mencapai 150 kg/ha. Kelapa dipanen setiap 3-4 bulan dengan rata-rata produksi 483,3 kg kopra/ha. Teknik panen dan pasca panen baik kakao dan kelapa masih tradisional sehingga kualitas biji kakao dan kopra yang dihasilkan bermutu kurang baik (campuran).
5. Ternak yang dipelihara adalah babi, kambing dan ayam dalam jumlah dan pola pemeliharaan yang kurang sesuai anjuran beternak yang baik. Hal ini menyebabkan produktivitas ternakpun rendah. DAFTAR PUSTAKA Adimihardja, A.,2006. Primatani: Instrumen Revitalisasi Pertanian. Materi TOT Apresiasi Manajemen dan Konsep Prima Tani untuk Manajer Laboratorium Agribisnis. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Deptan. Drajat B dan Mat Syukur,2006. Petunjuk Teknis Kelembagaan. Materi TOT Apresiasi Manajemen dan Konsep Prima Tani untuk Manajer Laboratorium Agribisnis. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Deptan. Irawan B.,dkk.,2005. Petunjuk Teknis Survei Pendasaran (Base Line Survey) Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani). Departemen Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Irawan B. dan Dwi Priyanto, 2006. Survey Pendasaran (Base Line Survey) Prima Tani. Materi TOT Apresiasi Manajemen dan Konsep Prima Tani untuk Manajer Laboratorium Agribisnis. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Deptan. Thahir Ridwan, A. Djajanegara dan A. Hasanuddin, 2006. Panduan Penerapan Inovasi Teknologi dalam Prima Tani. Materi TOT Apresiasi Manajemen dan Konsep Prima Tani untuk Manajer Laboratorium Agribisnis. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Deptan.