Tetnu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
PERSEPSI DAN ADOPSI PETANI DI WILAYAH DESA MISKIN KABUPATEN BLORA TERHADAP INOVASI TEKNOLOGI PERBIBITAN KAMBING EKANINGTYAS KUSHARTANTI, TOTA SUHENDRATA, HERWINARNI ENDAH MUMPUNI DAN CAFIYATI SETIANI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, Bukit Tegalepek, Sidomulvo - Ungaran
RINGKASAN Dalam upaya pemberdayaan petani miskin di Kabupaten Blora, BPTP Jawa Tengah telah mengintroduksikan beberapa inovasi teknologi pertanian, salah satu diantaranya perbibitan kambing Jawa Randu yang dilaksanakan di Desa Ngrawoh . Kecamatan Kradenan pada 2003 dan 2004 . Uniuk mengetahui daya dan hasil guna inovasi teknologi yang telah diintroduksikan dan disosialisasikan kepada pengguna, maka dilakukan evaluasi persepsi dan adopsi petani terhadap inovasi teknologi perbibitan kambing . Tujuan pengkajian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai (i) tingkat persepsi dan adopsi petani, dan (ii) faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi teknologi perbibitan kambing . Pengumpulan data primer dilakukan dengan nietode survai melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan pada bulan Oktober 2005 . Pengambilan responden dilakukan secara sengaja . jumlah responden 30 orang terdiri dari 12 orang kooperator dan 18 orang non kooperator . Data yang dikumpulkan meliputi (i) keragaan persepsi dan adopsi petani terhadap inovasi teknologi perbibitan kambing, dan (ii) faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi . Analisis tingkat persepsi dan adopsi menggunakan penskalaan dengan metode Likert's Summated Ratings dan digolongkan menjadi tiga, yaitu (i) tinggi, (ii) sedang dan (iii) rendah . Penggolongan menggunakan rumus interval kelas, dilanjutkan dengan uji parameter proporsi . Sedangkan analisis faktor yang mempengaruhi tingkat adapsi menggunakan multiregresi . Ilasil pengkajian menunjukkan bahwa keragaan persepsi petani terhadap inovasi teknologi perbibitan kambing cenderung positif, terutama pada komponen teknologi jenis kambing (Jawa Randu) dan sistun perkandangan (panggung dan umbaran) . Persepsi positif dipengaruhi oleh tingkat kemudahan pencrapan teknologi (triabilitl) dan hasil yang cepat terlihat nyata (observabi/itt) . Tingkat persepsi tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan tingkat adopsi, karena basil analisis menyatakan bahwa adopsi petani pada kategori sedang, kecuali untuk komponen teknologi jenis kambing Jawa Randu dan sistem perkandangan yang diadopsi tinggi oleh petani . Tingkat adopsi dipengaruhi kuat oleh faktor sitat inovasi (keuntungan relatif dan kemudahan penerapan teknologi) dan pengalaman berusahatani . Kata kunci : Persepsi, adopsi, perbibitan, kambing, Blora PENDAHULUAN Perkembangan ternak kambing di Jawa Tengah selama periode 2001-2003 menun,jukkan trend perkembangan yang meningkat yaitu dari 2 .974 .917 ekor pada 2001 menj jadi 2 .984 .845 ekor pada 2003 atau terjadi kenaikan sebesar 0,17% (Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah, 2004) . populasi ternak Rendahnya kenaikkan kambing ini dikarenakan sebagian besar usaha ternak kambing masih merupakan usaha peternakan rakyat, yang ditandai dengan usaha berskala kecil, teknologi tradisional, manjemen pengelolaan masih sederhana dan dalam kondisi tempat yang terpencar-pencar (UTOMO e1 al. 2004) . Berdasarkan kenyataan di lapangan menun_jukkan bahwa rendahnya produktivitas ternak kambing dikarenakan hibit ternak yang
512
ada di masyarakat kualitasnya rendah, baik ternak betina produktif maupun pejantannya . SUBANDRIYO et al. (1994) mengemukakan bahwa rendahnya kualitas di pedesaan disebabkan terjadinya perkawinan antar individu yang masih dekat hubungan kekerabatannya relatif cukup tinggi dan ada kecenderungan pula bahwa ternak yang tinggal di kandang (untuk dikembangbiakkan) makin menurun mutunya karena ternak yang balk dipasarkan dengan alasan rangsangan penerimaan (harga jual tinggi) . Pengembangan ternak kambing di kawasan desa miskin dapat berhasil dengan balk apabila didukung dengan teknologi tepat guna, balk teknologi reproduksi, sosial, ekonomi dan kelcmbagaan . Warn upaya pemberdayaan petani miskin di Kabupaten Blora, maka pada 2003 dan 2004 BPTP Jawa
Pusat Penelitian dan Pengenibangan Peternakan
Tenin Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
Tengah mengintroduksikan inovasi teknologi perbibitan kambing Jawa Randu di Desa Ngrawoh, Kecamatan Kradenan . Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan kinerja produksi dan reproduksi induk kambing, serta untuk mengetahui faktor penentu teknis. Pengkajian ini dilakukan pada kelompok tani Bakal Dadi dengan melibatkan 10 orang petani kooperator dan telah diintroduksikan 90 ekor kambing Jawa Randu terdiri dari 80 ekor betina dan 10 ekor jantan, skala pemeliharaan 8 ekor betina dan I ekor jantan, sistem perkawinan, siatem perkandangan, manajemen pakan dan kesehatan kambing (UTOMO et a! ., 2004) . Diharapkan pengkajian ini dapat mempercepat proses adopsi inovasi teknologi perbibitan kambing oleh petani . Untuk mengetahui daya dan hasil guna inovasi teknologi yang telah diintroduksikan dan disosialisasikan kepada d engguna, maka perlu dilakukan evaluasi persepsi dan adopsi petani terhadap inovasi teknologi perbibitan kambing . Tujuan pengkajian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai (i) keragaan tingkat persepsi dan adopsi petani, dan (ii) faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi teknologi perbibitan kambing . MATERI DAN METODE Pengkajian ini merupakan evaluasi terhadap persepsi dan adopsi dari kegiatan perbibitan kambing yang dilaksanakan di Ngrawoh, Kecamatan Kradenan, Desa Kabupaten Blora pada tahun 2003-2004 . teknologi yang Komponen inovasi diintroduksikan dikelompokkan menjadi lima yaitu (1) kambing Jawa Randu, (2) skala dan sistem usahalpemeliharaan (8 :1) perkawinan, (3) sistem perkandangan, (4) manajemen pakan dan (5) kesehatan kambing . Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survai melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan pada bulan Oktober 2005 . Pengambilan responden sengaja (purposive) . dilakukan secara Responden (petani) berjumlah 30 orang, terdiri dari 12 orang sebagai kooperator dan 18 orang non kooperator . Data yang dikumpulkan meliputi (i) keragaan persepsi dan adopsi petani terhadap inovasi teknologi
Pusat Penelitian dan Pengenibangan Peternakan
perbibitan kambing, dan (ii) faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi . Persepsi adalah interprestasi seseorang terhadap suatu obyek menurut pengalaman dan pengetahuannya tentang sifat inovasi . Persepsi petani terhadap inovasi teknologi perbibitan kambing dinilai dari pernyataan mereka .terhadap sifat dari inovasi tersebut, yaitu meliputi (i) relative advantage (keunggulan relatif), (ii) compatibility (sesuai kebutuhan), (iii) complexity yaitu tingkat kerumitan suatu inovasi, (iv) friability (triabilitas/mudah dicoba), dan (v) observability yaitu kemudahan inovasi untuk dilihat hasilnya (LIONBERGER dan GWIN, 1982) . Adopsi petani terhadap inovasi teknologi perbibitan kambing adalah tingkat penerapan petani terhadap sejumlah komponen teknologi atau tingkat penggunaan/ pemanfaatan komponen teknologi yang diintroduksikan . Analisis tingkat persepsi dan adopsi menggunakan penskalaan dengan metode Likert's Summated Ratings . Berbagai pertanyaan dibuat dalam bentuk pernyataan positif (jawaban yang diharapkan), pernyataan netral dan pernyataan negatif (jawaban yang tidak diharapkan) . Untuk jawaban yang diharapkan diberi skor 3, jawaban netral diberi skor 2 dan jawaban yang tidak diharapkan diberi skor I (AzwAR, 2002) . Tingkat persepsi dan adopsi digolongkan menjadi tiga, yaitu (i) tinggi, (ii) sedang dan (iii) rendah, penggolongan menggunakan rumus interval kelas (DAJAN,1986) . Inovasi teknologi perbibitan kambing yang diintroduksikan diharapkan dapat menimbulkan persepsi, dan adopsi bagi sebagian besar responden/petani . Yang dimaksud dengan sebagian besar responden adalah lebih besar 55% (> 55%) responden mempunyai persepsi dan adopsi tentang inovasi teknologi perbibitan kambing yang diintroduksikan . Untuk metnbuktikan pernyataan tersebut digunakan uji parameter proporsi (DAJAN, 1986) . Rumus interval kelas J K
513
Tenru Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
Keterangan : I = Interval kolas K = Banyaknya kelas yang digunakan (pada kasus ini 3 kelas) J = Jarak antara skor maksimum dengan skor minimum
jiwa dan perempuan 288 jiwa. pencaharian penduduk sebagian (61,60%) non pertanian, sedangkan bergerak pada bidang pertanian (on hanya 20,60% dan off arm 18,20%.
Mata besar yang farm)
Karakteristik Responden Petani Rum us uji parameter proporsi :
P - Pa z- hit Po (1 - Pa) n Keterangan : p = Persentase hasil pengamatan p„= Persentase yang ditetapkan n = jumlah sampel Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adapsi (sifat inovasi, pengalaman usahatani, kemudahan mendapatkan modal, dan kemudahan pemasaran hasil) menggunakan multiregresi (STEEL and TORRIE, 1981) . HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kegiatan Pengkajian Desa Ngrawoh merupakan salah satu pusat desa terpencil dan jauh dari pertumbuhan kegiatan agribisnis . Luas Desa Ngrawoh adalah 772,392 ha terdiri hutan negara 715,030 ha, sawah tadah hujan 5,862 38,750 ha, ha, lahan tegalan/kering pemukiman 11,75 ha dan lainnya I ha . Jumlah penduduk 588 jiwa terdiri dari laki-laki 300
Keberhasilan pengembangan inovasi teknologi perbibitan kambing tidak terlepas dari pengaruh faktor internal dan eksternal dari petani . Faktor internal yang berpengaruh terhadap diadopsinya inovasi teknologi adalah karakteristik petani . Pada kegiatan ini karakteristik petani yang diamati meliputi umur dan tingkat pendidikan formal . Mengacu pada WIRIATMAJA (1978) responden petani didominasi oleh kelompok umur early adopter (< 41 tahun) yaitu 56,7%. Responden kelompok umur laggar (> 50 tahun) sebanyak 23,3%, kelompok umur early majority (41 - 45 tahun) 6,7% dan kelompok umur late majority (46-50 tahun) 12,3% . Sedangkan tingkat pendidikan responden sebagian besar berpendidikan SD 73,3% : SLTP 3,3% dan tidak tamat SD 23,3%. Persepsi Petani Terhadap Inovasi Teknologi Perbibitan Kambing Hasil analisis data evaluasi inovasi perbibitan kambing menyatakan bahwa sebagian besar (76,60%) responden (petani kooperator dan non kooperator) mempunyai persepsi pada kategori tinggi dan sisanya pada kategori sedang . Kondisi tingkat persepsi tersebut tercermin juga bila dilihat berdasarkan status petani kooperator dan non kooperator (Tabel 1) .
Tabel 1 . Keragman tingkat persepsi petani terhadap inovasi perbibitan kambing (n=30)
Status petani Non kooperator Kooperator Jumlah
Kategori tingkat persepsi Rendah Sedang Tinggi Jumlah Jml % Jml % Jml 0 5 16,70 13 43,30 18 60 0 12 0 0 2 6,70 10 33,30 40 0 0 7 23,40 23 76 .60 30 100 Z hitung = 2,3781 Z label 0 , 0 , = 1,6450
Bila ditinjau berdasarkan komponen teknologi yang diintroduksikan maka yang dominan memperoleh persepsi tinggi (90%) adalah teknologi perkandangan, kemudian
514
diikuti oleh teknologi jenis kambing (73,30%), kesehatan kambing (56,60%), skala usaha (53,30%) dan manajemen pakan (23,30%) Persepsi manajemen pakan cukup
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertantan 2006
rendah, hal ini disebabkan oleh tingginya lapangan . Hasil analisis tingkat persepsi tingkat kesulitan dan rendahnya tingkat petani terhadap komponen teknologi tersebut keterhubungan inovasi dengan kondisi terdapat pada Tabel 2 . Tabel 2 . Keragman tingkat persepsi berdasarkan komponen teknologi perbibitan kambing Komponen teknologi Kambing Jawa Randu Skala usaha (8 :1) dan sistem perkawinan Perkandangan Manajemen pakan Kesehatan kambing
Kategori tingkat persepsi Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%) 10,00 16,70 73,30 0,00
Z hitun g 2,0148*
46,70
53,30
-0,1872
0,00 10,00 40,00 36,70 26,70 16,70 Z tabel 0,05 = 1,6450 * Signifikansi pada selang kepercayaan 95%
90,00 23,30 56,60
3,8534* -3,4901 0,1762
Teknologi perkandangan yang diintroduksikan adalah kandang panggung dan kandang umbaran menurut petani kandang panggung mempunyai keunggulan dibandingkan kandang lemprak terutama kaitannya dengan kesehatan kambing . Penyakit yang biasanya menyerang kambing, prosentasenya men,jadi berkurang . Kondisi ini juga ditunjang dengan komponen teknologi kesehatan kambing yang diintroduksikan sehingga semakin mengurangi tingkat kematian kambing . Skala usaha bagi 53,30% petani sangat sesuai dengan sistem all in all out, terutama kaitannya dengan ketersediaan pakan dan tenaga kerja keluarga yang tersedia . Adapun manajemen pakan hanya 23,30%
petani yang mempunyai persepsi tinggi, utamanya bagi petani yang mempunyai modal untuk membeli pakan konsentrat . Bagi 40% petani penyediaan pakan konsentrat menjadikan kendala yang cukup berarti karena keterbatasan modal dan lokasi pembelian yang membutuhkan biaya . Walaupun secara umum basil analisis menunjukkan tingkat persepsi yang tinggi, tetapi tidak demikian dengan semua sifat inovasinya, karena ada beberapa sifat inovasi yang dinyatakan relatif negatif oleh sebagian besar petani, terutama pada sifat kompatibilitas . Hasil analisis data tentang persepsi petani terhadap sifat-sifat inovasi perbibitan kambing dapat dilihat pada Tabel 3 .
Tabel 3 . Keragman tingkat persepsi berdasarkan sifat-sifat inovasi teknologi perbibitan kambing Kategori tingkat persepsi Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%) Kompatibilitas 23,30 63,30 13,40 Keuntungan relatif 0 60,00 40,00 Kompleksitas 0 30,00 70,00 Triabilitas 10,00 16,70 73,30 Observabilitas 0 0 100,00 Z tabel 0,05 = 1,6450 * Signifikansi pada selang kepercayaan 95% Sifat inovasi
Persepsi positif petani terhadap inovasi teknologi perhibitan kambing terutama dikarenakan hasilnya dapat terlihat nyata dan cepat (observabilitas) oleh petani (100%), teknologi sederhana sehingga dapat dengan mudah diterapkan (triabilitas) oleh petani tanpa harus secara terus menerus mendapatkan pembinaan dari petugas
Pusat Penelitian dan Pengeinbangan Peternakan
Z hitung -4,5800 -1,6514 1,6514* 2,0148* 4,9543*
(73,30%) . Walaupun demikian ditinjau dari sifat kompatibilitas dan keuntungan relatif persepsi petani pada katagori sedang hal ini dikarenakan memerlukan biaya produksi yang relatif besar .
515
iunu ieknis \asional Tenaga F'ungsional Perianian 2000
Adopsi Petani Terhadap Inovasi Teknologi Perbibitan Kambing Ilasil evaluasi adopsi responden terhadap inovasi teknologi perbibitan kambing menunjukkan bahwa sebanyak 53,30% responden termasuk pada katagori tingkat adopsi tinggi, sebanyak 36,70% responden termasuk pada katagori tingkat adopsi sedang dan 10% responden termasuk pada katagori tingkat adopsi rendah (label 4) . Namun demikian bila dilihat per status responden ternyata hanya petani kooperator yang
mempunyai tingkat adopsi tinggi . Keragaan tingkat adopsi tersehut jika dilihat dari masing-masing komponen teknologi yang diintroduksikan dapat dilihat pada label 5 . Tingkat adopsi yang paling tinggi prosentasenya adalah pada komponen teknologi jenis kambing (Jawa Randu) (80,00%) - dan perkandangan (78,40%) . Sedangkan tingkat adopsi yang prosentasenya paling rendah adalah pada manajemen pakan (16,70%) .
Tabel 4 . Keragaan tingkat adopsi dinilai dari kelengkapan penerapan komponen inovasi teknologi perbibitan kambing (n=30)
Status petani Non kooperator Kooperator Jumlah
_ Kategori tingkat persepsi Sedang Tinggi Jumlah % Jml % Jml % .1m1 3 10,00 11 36,70 4 13,30 18 60 0 0 0 0 12 40,00' 12 40 3 10,00 11 36,70 16 _ 53 .30 30 100 Z hitung =0,1872 Z label o,os= 1,6450 Rendah
Tabel 5 . Keragaan tingkat adopsi terhadap komponen inovasi teknologi perbibitan kambing (n-32) Komposisi teknologi Jenis kambing Jawa Randu _ Skala usaha (8 :1) dan sistem perkawinan Perkandangan Manajemen pakan Kesehatan kambing
tidak 10 00 41,70
Pernyataan adopsi (%) belum/akan _ 10,00 15,00
11,60 10,00 63,30 20,00 15,50 40 00 Z label 0,05 = 1,6450 * S gniflkansi pada selang kepercayaan 95% Adopsi yang tinggi terjadi pada jenis kambing dan sistem perkandangan, pada komponen teknologi jenis kambing (80%) terjadi kenaikan dari tingkat persepsinya (73,30%), tetapi terjadi penurunan pada komponen perkandangan dari tingkat persepsi petani (90 0/0) mcnjadi 78,40% pada tingkat adopsinya . Menurut petani jenis Kambing Jawa Randu memiliki beberapa keunggulan dibandingkan kamhing lain yang umum dipelihara petani scbcluninya (Kamhing Kacang), utamanya pada harga jual lehih tinggi . Disamping itu, jenis Kamhing Jawa Randu diadopsi oleh petani yang memperoleh Bantuan Pinjaman I,angsung Masyarakat (BPLM) dari Dinas Pertanian dan atau dari
516
Z hitung sudah 80,00 43 .30
2,7524* -1,2881
78,40 16,70 44,50
2,5763*~ -4,2167 - 1,1560
Komite Investasi Desa (KID) . Kenyataan ini dijadikan perlu salah satu hahan pertimbangan, bahwa dalam melakukan introduksi teknologi yang membutuhkan biaya/modal yang lebih tinggi dad kehiasaan petani perlu melakukan koordinasi dan atau promosi teknologi kepada sum her modal haik Bagi swasta maupun pemerintah . keberlanjutan adopsi inovasi teknologi pendekatan ke sumbcr modal perlu di fasilitasi olch petugas/peneliti/penyuluh lapang . IIal ini disebabkan 100% petan i menyatakan kesulitannya mencari sumhcr modal bagi penerapan teknologi . Adopsi paling rendah (I6,70%) tcrjadi pada komponen teknologi manajemen pakan .
Pu .val Penelilian dan Pe, emhangan Pete nakan
Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
Menurut petani komposisi pakan yang diintroduksikan memberatkan petani karena ketersediaan pakan konsentrat relatif sulit dan tidak tersedia di desa . Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Nilai koefisien determinasi (R2 ) pada hasil analisis regresi tentang faktor yang adopsi inovasi berpengaruh terhadap teknologi perbibitan kambing adalah 0,636 (Tabel 6) . Hal tersebut menggambarkan bahwa variabel-variabel yang digunakan sebagai pengukur faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi (sifat inovasi, pengalaman berusahatani, kemudahan kemudahan mendapatkan modal dan memasarkan hasil) mampu menerangkan sedangkan sisanya sebesar 63,60°/%, . dari faktor-faktor merupakan pengaruh lainnya yang belum dimasukkan dalam model . Dari basil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa dari sifat inovasi teknologi perbibitan kambing, faktor yang nyata berpengaruh terhadap tingkat adopsi relatif dan petani adalah keuntungan triabilitas . Petani menilai bahwa inovasi yang dapat memberikan diintroduksikan
keuntungan nyata bagi petani, walaupun inovasi tersebut relatif baru bagi petani tetapi tidak rumit/sulit untuk dikerjakan petani . Dengan demikian inovasi tersebut diadopsi petani pada katagori tinggi . Untuk sifat inovasi kompatibilitas dan kompleksitas tidak berpengaruh secara kuat terhadap adopsi petani . pengan demikian diperoleh gambaran bahwa faktor penting yang menjadi bahan pertimbangan para petani di Desa Ngrawoh dalam mengadopsi inovasi teknologi perbibitan kambing adalah apakah inovasi tersebut menguntungkan petani dan inovasi tersebut dapat dipraktekkan sendiri oleh petani . Dari berbagai komponen inovasi yang diintroduksikan hanya penerapan manajemen pakan (pakan konsentrat) yang relatif tidak diadopsi petani seperti disajikan pada Tabel 5 . Hal tersebut disebabkan karena bahan-bahan untuk pembuatan pakan konsentrat tersebut kurang tersedia di Desa Ngrawoh . Untuk faktor kemudahan mendapatkan modal, petani belum merasakan mendapatkan kesulitan karena pada saat evaluasi dilaksanakan petani dalam menerapkan berbagai inovasi telah mendapatkan sarana input produksi dari kegiatan KID .
Tabel 6 . Faktor yang berpengaruh terhadap adopsi inovasi teknologi perbibitan kambing Koefisien regresi Variabel Persepsi terhadap sifat inovasi -0,020 a. kompatibilitas 0,135 b . kompleksitas 0,676 c . keuntungan relatif 0,769 d . trialibilitas 0,030 Pengalaman usahatani 0,246 Kemudahan mendapatkan modal 0,109 Kemudahan pemasaran hasil 2,048 t tabel R 0,636 5,490 F hitung 2,530 F tabel * Signitikansi pada selang kcpercayaan 95% KESIM PULAN 1.
Persepsi petani terhadap inovasi teknologi perbibitan kambing cenderung positif, terutama pada komponen teknologi jenis kambing (Jawa Randu) dan sistem perkandangan (kandang panggung dan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
2.
t hitung
Sig
-0,082 0,303 2,479 2,546 2,372 1,177 0,435
0,936 0,765 0,021 0,018* 0,027* 0,252 0,668
umbaran . Persepsi positif dipengaruhi oleh tingkat kemudahan penerapan teknologi (friability) dan basil yang cepat terlihat nyata (observability) . persepsi tersebut tidak Tingkat sepenuhnya sesuai dengan tingkat adopsi,
5!7
Tenm Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
3.
karena hasil analisis menyatakan bahwa adopsi petani pada kategori sedang, kecuali untuk komponen teknologi jenis kambing Jawa Randu dan sistern perkandangan yang diadopsi tinggi oleh petani . Tingkat adopsi petani terhadap inovasi teknologi perbibitan kambing dipengaruhi kuat oleh faktor sifat inovasi (keuntungan penerapan relatif dan kemudahan teknologi) dan pengalaman herusahatani . DAFTAR PUSTAKA
AZWAR,
S . 2002 . Sikap Manusia, Pustaka Pengukurannva. Yogyakarta .
Teori dan PeIajar .
DAJAN, A . 1986 . Pengantar Metode Statistika Jilid IL LP3ES . Jakarta .
LIONBERGER H. AND P. H. GwIN, 1982 . Communication Strategis, The Interstate Printera & Publisher, line . Canville . STEEL RDG AND JH TORRIE, 1981 . Principle and prosedures of statistics . A biometrical approach . Me Grow Hill Books Company . Tokyo . SUBANJRIYO, B . SETIYADI DAN K . DWIYANTO, 1994 . Hasil penelitian pemuliaan ternak domba SR-CRSP dan aplikasinya untuk wilayah padat penduduk di Jawa : Suatu Konsep . Pros pertemuan nasional pengolahan dan komunikasi hasil-hasil penelitian . Sub Balitnak Klepu . UTOMO B ., J . PRAMONO, S . PRAWIRODIGDO, T . HERAWATI, B . BUDIHARTO, J . PURMIYANTO DAN MUDJIJONO, 2004 . Kajian pengembangan perbibitan kambing . Laporan kegiatan . BPTP Jawa Tengah .
Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah, 2004 . Statistik Peternakan Jawa Tengah, Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah .
518
Pusat Penelittan dan Pengembangan Peternakan