KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA Agustina Abdullah Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
[email protected]
ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui (1) ketepatan adopsi inovasi peternak terhadap teknologi fermentasi jerami padi, (2) Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dalam proses adopsi inovasi teknologi fermentasi jerami padi. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Penentuan petani peternak sebagai responden secara acak yang dihitung berdasarkan Slovin (Umar, 1997), dengan jumlah responden 127 orang peternak. Data penelitian dikumpulkan dengan melakukan survey dengan menggunakan teknik pengumpulan yaitu wawancara menggunakan kuesioner, focus group discussion, serta wawancara secara mendalam (indepth study) kepada beberapa informan kunci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat adopsi inovasi peternak terhadap ketepatan mutu peternak pada penerapan bahan baku, peralatan serta cara pengolahan teknologi fermentasi jerami padi berada pada kategori tinggi (80,16%) dan (89,16) , sedangkan ketepatan pada penerapan bahan tambahan berada pada kategori rendah (21,43%) . Rendahnya ketepatan adopsi disebabkan karena kurangnya modal untuk membiayai usahataninya serta rendahnya sumber informasi peternak terhadap teknologi tersebut sehingga peternak takut mengambil resiko. Untuk meningkatkan ketepatant adopsi peternak terhadap pengolahan tekhnologi fermentasi jeram padi, maka perlu dilakukan upaya melalui peningkatan intensitas dan kualitas penyuluhan dengan metode, tehnik, media yang sesuai dengan kondisi peternak. Kata Kunci: Ketepatan inovasi, Adopsi, Teknologi pakan, Jerami padi, PENDAHULUAN Pengembangan peternakan sangat terkait dengan pengembangan wilayah. Kabupaten Bulukumba sebagai salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan memiliki potensi cukup besar dalam pengembangan peternakan. Pengembangan usaha peternakan harus mengacu pada potensi ditiap daerah. Ketersediaan sumber makanan bagi ternak tentu tidak bisa diabaikan. Sebab hal itu menentukan keberlangsungan dari usaha peternakan yang sedang dilakukan. Salah satu usaha yang potensial untuk dikembangkan adalah ternak sapi potong. Ternak sapi potong secara kuantitatif memberikan kontribusi yang cukup besar . Daging, susu, tenaga kerja, kulit dan pupuk kandang merupakan produk yang mempunyai nilai ekonomik yang cukup tinggi. Namun demikian peran yang besar itu memerlukan input yang tinggi terutama kebutuhan pakan. Dilain pihak, ketersediaan pakan terutama hijauan sangat dipengaruhi oleh musim, saat musim kemarau ketersediaan kurang sehingga perlu memanfaatkan sumber pakan lain seperti limbah pertanian. Limbah ini bukan merupakan limbah yang tidak bisa lagi digunakan.
298
Namun limbah pertanian justru menjadi potensi baru untuk dikembangkan sebagai sumber pakan ternak. Melimpahnya limbah pertanian dimusim tertentu sangat memungkinkan untuk diintegrasikan dengan upaya pengembangan sektor peternakan, mengingat beberapa jenis limbah pertanian dapat diolah untuk dijadikan sebagai bahan makanan ternak ruminansia. Disisi lain fungsi lahan yang terus mengalami perubahan. Berkurangnya lahan penggembalaan justru menambah luas areal tanaman pangan. Areal tanaman pangan meningkat berarti luas panen meningkat. Luas panen meningkat, limbah pertanian juga meningkat. Karena itu, pemanfaatan limbah pertanian merupakan salah satu solusi untuk mengembangkan peternakan khususnya ternak sapi potong. Salah satu limbah pertanian yang sangat banyak di Kabupaten Bulukumba yaitu limbah jerami padi. Penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak sapi potong telah banyak dilakukan oleh masyarakat, sebagian besar bukan saja merupakan aplikasi hasil penelitian, tetapi juga merupakan pengalaman peternak. Namun demikian, pemanfaatan jerami padi sebagai pakan belum diadopsi sesuai dengan anjuran karena adanya kendala yang menjadi hambatan bagi peternak untuk mengadopsi tekhnologi tersebut, sehingga perlu dikaji melalui berbagai penelitian untuk dapat meningkatkan adopsi fermentasi jerami padi pada masyarakat peternak. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di kabupaten bulukumba. Tehnik pengumpulan data melalui survey, dan penentuan responden dilakukan secara acak sederhana dengan jumlah populasi 127 responden. Tehnik pengumpulan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam terhadap informan untuk memperoleh data primer secara langsung pada petani responden. Data yang diperoleh adalah data kualitatif yang diberi skor, selanjutnya ditabulasi dan diolah serta dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Ketepatan/mutu adopsi dalam penelitian ini adalah tingkat adopsi oleh peternak berdasarkan seberapa banyak unsur atau elemen dari paket teknologi pakan yang diadopsi oleh peternak. Penilaian penerapan teknologi pakan bagi peternak didasarkan pada paket teknologi yang dianjurkan. Untuk melihat ketepatan/ mutu adopsi yang dilakukan oleh peternak terhadap teknologi pakan fermentasi jerami dalam penggunaan bahan baku, penggunaan peralatan, cara kerja dan penggunaan bahan tambahan disajikan pada Gambar 1. Penggunaan bahan baku Gambar 1 menunjukkan, bahwa dari indikator penggunaan bahan baku sesuai dengan paket teknologi yang direkomendasikan menunjukkan 80,16% peternak telah menerapkan penggunaan bahan baku sesuai dengan anjuran, 15,08% peternak tidak menerapkan penggunaan bahan baku sesuai rekomendasi yang dianjurkan. Hal ini mengindikasikan, bahwa peternak telah mengetahui bahan baku lokal yang tersedia yang memiliki kualitas yang baik yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pakan
299
ternak sapi potong, dan yang direkomendasikan.
peternak telah mampu menggunakan bahan baku sesuai
Cara kerja
Gambar 1. Ketepatan/mutu Adopsi Teknologi Pakan Fermentasi Jerami. Hal ini menunjukkan bahwa komponen dalam penggunaan bahan baku peternak telah menerapkanya, karena bahan bakunya tersedia disekitar mereka, serta pengetahuan dan keterampilan peternak sudah ada sebelumnya sehingga peternak cukup mampu menerapkan dengan baik sesuai dengan anjuran yang direkomendasikan. Hal ini sesuai dengan Soekartawi (1988) bahwa, apabila dengan adanya teknologi baru itu perubahannya tidak frontal, maka peternak cukup mampu untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian guna mengadopsi teknologi baru. Penggunaan peralatan Peralatan yang digunakan peternak dalam menerapkan teknologi pakan ini sesuai dengan paket teknologi menunjukkan bahwa 69.05% peternak telah menerapkan teknologi pakan sesuai dengan penggunaan peralatan yang direkomendasikan dan 15,87% peternak yang tidak menggunakan peralatan sesuai dengan penggunaan peralatan yang direkomendasikan. Adanya peternak tidak melakukan peralatan sesuai yang dianjurkan karena kadang-kadang peralatan tersebut tidak tersedia atau peternak yang tidak mempunyai peralatan agak kesulitan untuk melakukannya, sehingga hal ini dapat mempengaruhi tingkat penerapan teknologi pakan. Penggunaan bahan tambahan Bahan tambahan merupakan komponen teknologi yang diandalkan untuk meningkatkan kualitas dari teknologi pakan, seperti penggunaan urea dan starter mikroba. Indikator yang dipakai untuk mengukur teknologi pakan pada penggunaan bahan tambahan adalah dosis yang diberikan. Untuk penggunaan dosis tambahan yang sesuai dengan paket teknologi yang direkomendasikan menunjukkan, bahwa
300
sebanyak 21,43% peternak menerapkan paket teknologi pakan sesuai dengan dosis yang dianjurkan dan yang tidak sesuai/ kurang sesuai menerapkan 59,52%. Beberapa hal yang menyebabkan peternak tidak melakukan bahan tambahan sesuai yang direkomendasikan karena kemampuan daya beli peternak rendah karena keterbatasan modal sehingga peternak tidak melakukan sesuai dengan bahan tambahan yang dianjurkan sehingga mempengaruhi hasil penerapannya dilapangan. Terkait dengan daya beli peternak yang rendah, maka diperlukan adanya lembaga perkreditan desa yang memberi pinjaman pada anggota yang umumnya peternak dan memberikan pinjaman dengan bunga ringan untuk pengembangan usahaternak tanpa administrasi yang rumit. Cara kerja/ketepatan pemberian Prosedur atau cara kerja yang dilakukan disesuaikan dengan paket teknologi yang direkomendasikan, menunjukkan bahwa peternak yang melakukan inovasi teknologi sangat sesuai dengan rekomendasi sebanyak 89,16%, sedangkan peternak yang kurang sesuai melakukan cara kerja teknologi pakan fermentasi jerami ini sebanyak 8,73%.. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa komponen/elemen dari segi ketepatan bahan baku, peralatan, dan cara kerja yang dilakukan secara umum telah sesuai dengan yang direkomendasikan. Ketepatan/mutu adopsi teknologi pakan fermentasi jerami pada dasarnya telah dicapai atau dilakukan oleh peternak, namun yang kurang dilakukan oleh peternak sesuai dengan yang direkomendasikan terletak pada penggunaan bahan tambahan (ketepatan dosis) yang diberikan. Hal ini disebabkan karena kemampuan daya beli peternak rendah atau keterbatasan biaya, sulitnya mendapatkan bahan tambahan dipasaran terdekat dengan harga terjangkau, serta peternak masih kurang memahami bahwa teknologi pakan dapat meningkatkan kualitas pakan yang dapat meningkatkan produktifitas ternak sapi potong. Rogers (1983) menyatakan bahwa, adopsi merupakan proses yang terjadi didalam diri seseorang ketika menghadapi suatu inovasi. Sebelum mengadopsi inovasi mereka memerlukan waktu untuk berfikir lebih rasional, jika inovasi teknologi tersebut dapat memberikan suatu harapan, maka dengan sendirinya secara bertahap mereka akan mengadopsi secara utuh. KESIMPULAN DAN SARAN Tingkat adopsi inovasi peternak terhadap ketepatan mutu peternak pada penerapan bahan baku dan peralatan serta ketepatan pada cara kerja pengolahan teknologi fermentasi jerami berada pada kategori tinggi (80,16%) dan (89,16) , sedangkan ketepatan pada penerapan bahan tambahan berada pada kategori rendah (21,43%) . Rendahnya ketepatan adopsi dalam penerapan bahan tambahan disebabkan karena kurangnya modal untuk membiayai usahataninya serta rendahnya sumber informasi peternak terhadap teknologi tersebut sehingga peternak takut mengambil resiko. Untuk meningkatkan ketepatant adopsi peternak terhadap pengolahan tekhnologi fermentasi jerami, maka perlu dilakukan upaya melalui peningkatan intensitas dan kualitas penyuluhan dengan metode, tehnik, media yang sesuai dengan kondisi peternak.
301
DAFTAR PUSTAKA David, F. R. 2001. Strategic Management: Concepts and Cases, 8th ed. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Sulawesi Selatan, 2010. Peternakan dalam Angka. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Sulawesi Selatan, Makassar. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Hasanuddin, 2010. Laporan Evaluasi Program Percepatan Pencapaian Populasi Sapi Sejuta Ekor. Kerjasama Mardikanto, T. 1993, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Sebelas Maret University Press, Surakarta. Miller, R.L and L. Cox. 2006. Technology Transfer Preferences of Researchers and Producers in Sustainable Agriculture. Journal of Extension Volume 44 (3). http://www.joe.org/joe/2006june/rb2.shtml. Muller ZO. 1974. Livestock Nutrition in Indonesia. Rome: UNDP FAO. Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Utama, Jakarta. Rogers, E.M. 1995. Diffusion of Innovations (4th ed.). Free Press. New York. Saaty, T. L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Syamsu, J. A. 2004. Sumbrdaya Pakan Lokal dalam Pengembangan Sapi Potong. Makalah kursus singkat Pengembangan Wirausaha Peternakan Sapi Potong Melalui Pendekatan Agribisnis. Makassar, 12 – 22 Mei 2004, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. ____________dan A. Abdullah. 2008. Kajian Ketersediaan Limbah Tanaman Pangan Sebagai Pakan Untuk Pengembangan Ternak Ruminansia di Kabupaten Bulukumba. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan. Vol. XII (1). Fakultas Peternakan UNHAS, Makassar.
302