UPAYA MEMOTIVASI PETANI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PEDESAAN MELALUI PROGRAM PRIMA TANI DI KABUPATEN TTS (Kasus Desa Tobu) Didiek AB, Sophia R, Medo Kote dan Yohanes Leki Seran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Salah satu kegiatan Prima Tani di NTT adalah di Desa Tobu, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten TTS. Awal kegiatan Prima Tani adalah studi PRA yang memunculkan potensi pertanian dan permasalahannya. Komoditas yang patut diunggulkan adalah jeruk keprok SoE, ternak sapi dan komoditas lokal seperti jagung, umbi-umbian, sayuran. Masalah yang muncul adalah bahwa jeruk keprok SoE yang masih hidup sekitar 22.000 pohon, selebihnya mati, instalasi irigasi tidak berfungsi untuk irigasi tanaman jeruk sehingga masyarakat menjadi trauma terhadap program pengembangan jeruk keprok. Ternak sapi masih dipelihara secara tradisional dan masa pemeliharaan 2-3 tahun baru dijual padahal pakan tersedia cukup banyak. Tanaman pangan sebagai sumber makan petani produktivitasnya rendah. Petani masih Belum memaksimalkan potensi pertanian yang ada dan belum memanfaatkan teknologi yang tersedia. Kajian ini merupakan studi observasi terhadap respon masyarakat Desa Tobu dalam melaksanakan program Prima Tani sebagai upaya mendekatkan petani kepada teknologi yang tersedia. Studi ini bertujuan untuk mengetahui respon petani terhadap program Prima Tani pada awal program (tahun pertama). Metode yang digunakan adalah observasi pada penerapan program melalui pendekatan individu, kelompok, dan massa. Pendekatan individu dilakukan pada tokoh masyarakat/desa, masyarakat yang dianggap “skills”. Pendekatan kelompok dilakukan pada masyarakat berbasis RT, dan pendekatan massa dilakukan melalui masalisasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa petani Desa Tobu sangat respon terhadap program Prima Tani yang ditunjukkan dengan : 1) Setelah studi banding ke Kab. TTU melihat kegiatan kelompoktani, satu minggu kemudian 3 kelompoktani mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat kandang kelompok dan dalam 3 minggu, telah berdiri 3 unit kandang penggemukan serta sapi petani telah masuk kandang; pada jangka waktu 1 bulan kemudian muncul keinginan 4 kelompoktani yang berminat terhadap teknologi penggemukan sapi; 2) Dalam 1 bulan, tumbuh 3 kelompoktani yang bersedia bergabung dengan program Prima Tani, dan satu bulan kemudian muncul 17 kelompoktani yang lahir berdasar kelompok RT; 3) Dalam jangka waktu 2 bulan sejak ada Prima Tani, 2 kelompok wanita tani tumbuh dan hasilnya (pengolahan hasil) sudah dipromosikan pada even-even kegiatan pemerintah daerah. Kata kunci : Prima Tani, respon petani, motivasi, Desa Tobu PENDAHULUAN Desa Tobu dipilih sebagai lokasi kegiatan Prima Tani karena desa ini pernah mendapat program pengembangan jeruk keprok SoE pada tahun 1998 dengan penanaman bibit jeruk keprok sebanyak 100.000 pohon pada lahan seluas 250 ha yang dilengkapi sarana penunjang lainnya seperti sarana produksi, instalasi irigasi, bangunan pemasaran dengan tujuan utama adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan keluarganya. Kegiatan Prima Tani diawali dengan studi PRA yang memunculkan potensi pertanian dan permasalahannya. Komoditas yang patut diunggulkan adalah jeruk keprok SoE, ternak sapi dan komoditas lokal seperti jagung, umbi-umbian, sayuran. Salah satu program kegiatan desiminasi dalam Prima Tani TTS adalah studi banding yang bertujuan sebagai ajang bertukar pikiran, sharing pengalaman diantara sesama petani, serta merupakan salah satu wadah dalam upaya mempercepat pembangunan di desa. Studi banding dilakukan oleh perwakilan masyararakat dari Desa Tobu ke Desa Usapinonot, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara, dimana memberikan inspirasi dan motivasi baru bagi masyarakat Desa Tobu karena dapat secara langsung berdiskusi dengan kelompoktani di Desa Usapinonot tentang berbagai hal yang berhubungan dengan bagaimana dan seperti apa bekerja dalam kelompok serta manfaat apa saja yang diperoleh selama berkelompok. Partisipasi yang dikembangkan dalam studi banding ini hanya sebatas melakukan dialog, diskusi, serta sharing pengalaman tentang berbagai jenis teknologi yang diaplikasikan pada pola penggemukan
ternak sapi. Studi banding juga mendorong masyarakat untuk menerapkan jenis teknologi yang diperoleh walaupun tidak secara utuh, serta dengan pendampingan dari peneliti dan penyuluh telah melakukan diskusi dan sharing pendapat untuk menentukan jenis teknologi yang dapat dikerjakan dan bermanfaat bagi masyarakat di Desa Tobu. TUJUAN Studi ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan petani terhadap program Prima Tani pada awal program (tahun pertama) dan sampai sejauh mana petani dapat melaksanakan inovasi teknologi yang diterapkan. METODE Metode yang digunakan adalah observasi pada penerapan program melalui pendekatan individu, kelompok, dan massa. Pendekatan individu dilakukan pada tokoh masyarakat/desa, masyarakat yang dianggap “skills”. Pendekatan kelompok dilakukan pada masyarakat berbasis RT, dan pendekatan massa dilakukan melalui massalisasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Petani Desa Tobu Terhadap Objek Yang Dikunjungi Ide menempatkan manusia sebagai subjek dari dunianya sendiri mendasari dibukukannya konsep pemberdayaan. Proses pemberdayaan manusia dibedakan menjadi dua hal. Pertama, pemberdayaan yang menekankan pada proses pemberian atau pengalihan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Kedua, pemberdayaan yang memberikan pada proses stimulasi, dorongan atau pemotivasian individu agar mempunyai kemampuan untuk menentukan pilihan-pilihan melalui proses dialog (Pranarka dan Vidhyandika 1996 dalam Puspadi, 2004 ) Kemampuan masyarakat pedesaan dalam mengakses informasi dan teknologi sangat terbatas namun berkeinginan untuk mengatahuinya, bahkan kalau memungkinkan ingan meniru serta menerapkannya. Dalam Tabel 1. diperlihatkan hasil studi banding perwakilan masyarakat Desa Tobu ke Desa Usapinonot. Objek yang dikunjungi antara lain keberadaan atau pemberdayaan kelompoktani, kandang kelompok penggemukan, kebun kelompok hijauan pakan ternak (HPT), dan aktivitas kelompok wanita tani.
Tabel 1. Hasil Kunjungan Studi Banding Petani Desa Tobu ke Desa Usapinonot, Kecamatan Insana Kabupaten TTU No Objek Yang Di Kunjungi Respon Petani Desa Tobu 1. Pemberdayaan Kelompok Tani Sangat antusias dengan pemberdayaan Nekmese kelompok tani nekmese, semua pekerjaan dikerjakan secara berkelompok 2. Kandang kelompok ternak Petani dari Desa Tobu sangat kagum dan penggemukan tertarik untuk meniru apa yang telah dilakukan oleh kelompok nekmese 3. Kebun Kelompok Hijauan Pakan Pengalaman pertama bagi petani dari Desa Ternak Tobu karena melihat koleksi jenis leguminosa herba introduksi dan mereka ingin mencoba menanam di Desa Tobu 4. Aktivitas Kelompok Wanita Tani Anggota kelompok tani (wanita) sangat antusias Dalam membuat jamu mengkudu dengan ramuan jamu mengkudu yang dibuat dan mencatat resepnya 5. Aktivitas pembuatan pakan awet Petani kagum atas kekompakan petani silase rumput, gamal dalam bak kelompok nekmese dalam membuat pakan semen awet, baik laki-laki maupun wanita aktif menginjak campuran silase dengan diiringi musik, namun mereka tidak akan mencoba di Desa Tobu dengan alasan untuk pakan masih cukup tersedia saat kemarau walau terbatas tapi ada. Sumber: data primer, 2007
Berdasarkan hasil obervasi yang telah dituangkan dalam tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa kunjungan silang ke Desa Usapinonot, Kecamatan Insana telah memberikan respon yang positif kepada perwakilan masyarakat Desa Tobu. Hal ini memberi indikasi bahwa petani sebenarnya peka terhadap perubahan, kalau ada peluang untuk itu. Secara terus menerus mereka mengevaluasi, menyeleksi dan mengkombinasikan berbagai informasi yang diperolehnya dari berbagai sumber guna memenuhi kebutuhan hidup dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang dihadapi. Sehingga dapat dikatakan bahwa petani sebenarnya adalah pengamat dan penguji coba (Popkin 1986; Puspadi 2002). Dampak Studi Banding Terhadap Kemajuan Kelompok Tani Di Desa Tobu Bila ditinjau dari sejarahnya, kelompoktani terbentuk atas insiatif petugas untuk pelaksanaan program yang diterapkan. Hal ini dapat dimengerti karena tingkat pendapatan maupun luas penguasaan lahan oleh petani umumnya rendah sehingga mereka termasuk kedalam golongan petani kecil. Artinya sifat umum petani kecil yang kurang inovatif dan penuh dengan kecurigaan menutup pemikiran untuk bersatu dalam wadah suatu kelompok. Berdasarkan karakteristik petani (sosial-ekonomi-budaya), figur kepemimpinan merupakan salah satu penentu yang krusial untuk menciptakan organisasi kelompoktani yang tangguh. Menurut Suwondo dalam Setiani, et al (2004) untuk memperkuat petani kecil (grassroot) diperlukan kepemimpinan yang mempunyai kemampuan intelektual, sosial, ekonomi dan sumber daya lain diatas rata-rata petani. Dalam tabel 2 dibawah ini memperlihatkan dampak dari studi banding terhadap kemajuan kelompoktani di Desa Tobu setelah melaksanakan kunjungan lapangan ke Desa Usapinonot, Kecamatan Insana. Tabel 2. Dampak dari Studi banding terhadap kemajuan kelompok tani di Desa Tobu No Dampak Studi banding 1.
Setelah studi banding ke Kab. TTU melihat kegiatan kelompoktani, satu minggu kemudian 3 kelompoktani mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat kandang kelompok dan dalam 3 minggu, telah berdiri 3 unit kandang penggemukan serta sapi petani telah masuk kandang; pada jangka waktu 1 bulan kemudian muncul
keinginan 4 kelompoktani yang berminat terhadap teknologi penggemukan sapi 2.
Dalam 1 bulan, tumbuh 3 kelompoktani yang bersedia bergabung dengan program Prima Tani, dan satu bulan kemudian muncul 17 kelompoktani yang lahir berdasar kelompok RT; 3) Dalam jangka waktu 2 bulan sejak ada Prima Tani, 2 kelompok wanita tani tumbuh dan hasilnya (pengolahan hasil) sudah dipromosikan pada even-even kegiatan pemerintah daerah.
Sumber: Data primer, 2007
Berdasarkan hasil observasi dalam tabel diatas memperlihatkan bahwa studi banding telah memberikan dampak yang positif, hal ini dicirikan dengan berdirinya kandang kelompok untuk ternak penggemukan dan telah tumbuh tiga kelompoktani serta berkembang kemudian menjadi 17 kelompoktani yang lahir berdasarkan tempat tinggal atau kelompok RT. Fakta menunjukan bahwa domisili petani yang terorganisir dalam kelompok tani hamparan tidak selalu berdekatan atau berada di dalam satu wilayah administrasi desa. Faktor pengikat antarpetani adalah kemudahan yang disediakan oleh pemerintah berupa layanan teknologi yang diberikan oleh pemdamping. SIMPULAN 1. Studi banding petani dari Desa Tobu ke Desa Usapinonot, kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara, ternyata sangat positif dan berdampak terhadap kemajuan kelompok tani di Desa Tobu, hal ini ditandai dengan telah berjalannya kegiatan pemeliharaan ternak sapi penggemukan secara kelompok dan berdirinya 4 buah kandang kelompok 2. Petani sangat perlu motivasi dari pendamping dalam upaya mempercepat proses alih teknogi dan penyebarannya.
DAFTAR PUSTAKA Popkin, SI. 1986. Petani Rasional. Sjahrir Mawi (Penerjemah). Yayasan Padamu Negeri, Jakarta. Pranarka, AMW dan M. Vidhyandika. 1996. Pemberdayaan (empowerment). Dalam: Prijono dan Pranarka (eds). Pemberdayaan, konsep, kebijakan dan implementasi. Center for strategic and International Studies (CSIS), Jakarta. Puspadi, K, A. Muzani dan Y.G. Bulu. 2004. Dinamika dan Pemberdayaan Kelembagaan Tani Dalam Sistem Usahatani Tanaman-Ternak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Prosiding Lokakarya. Sistem dan Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Puspadi, Ketut. 2002. Rekonstruksi sistem penyuluhan pertanian. Disertasi Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Setiani, C, Ekaningtyas, T. Prasetyo dan D. Paramono. 2004. Organisasi Kelompok Tani Dalam Pengembangan Sistem Usahatani Tanaman-Ternak. Prosiding Lokakarya. Sistem dan Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.