PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI DOKUMENTER "FESTIVAL TIONGHOA DI INDONESIA" Winda Simon Jalan Danau Tondano no 3A, Medan, (061)6639641,
[email protected] (Winda Simon, Ardiyan, S.Sn., Kadek Satria Adidharma, S.T., M.Des.)
ABSTRACT Since the 16th century Tionghoa had been coming into Indonesian, thus making Tionghoa to be one of the many ethnic tribes in Indonesia. Then through the marriage between Tionghoa and Indonesian born Tiionghoa-Indonesian ethic. From this marriage resulting Tionghoa's culture and tradition becoming one part of Indosesia Culture, one of which is Tionghoa festivals such as Chinese New Year Festival, Cap Goh Meh Festival, the Festival of Qi Xi, Fetival Tiong Ciu, Duan Wu Festival, Dong Zhi Festival, and the Festival of Ghosts. In addition, the author also want to encourage youngster to participate in celebrating Tionghoa Festival which is now often considered too old fashion and not trendy. The author also hopes this animation can provide benefits to Indonesian people for better understanding and enjoyment of Tionghoa Festival. (WS) Keywords: Tionghoa, Festival, Animation, Documenter, Chinese
ABSTRAK Sejak masuknya suku Tionghoa ke negara Indonesia pada abad ke-16, membuat suku Tionghoa menjadi salah satu suku dari banyaknya suku di Indonesia. Dari situlah terjadi percampuran darah melalui pernikahan antara Tionghoa dan Indonesia. Dari pernikahan inilah membuat budaya dan tradisi Tionghoa menjadi salah satu bagian di Indosesia, salah satunya adalah Festival-festival Tionghoa seperti Festival Imlek, Festival Cap Goh Meh, Festival Qi Xi, Fetival Tiong Ciu, Festival Duan Wu, Festival Dong Zhi , dan Festival Hantu yang diadakan di Indonesia, yang tentu saja dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Penulis ingin mengulas tentang berbagai jenis Festival
Tionghoa yang ada di Indosesia dan pentingnya melestarikan Festival Tionghoa. Di samping itu, penulis juga ingin mengajak kaum muda untuk tetap ikut serta dalam merayakan Festival Tionghoa yang sekarang ini kerap dianggap terlalu kuno dan tidak trendy. Penulis juga berharap animasi ini dapat memberikan manfaat agar masyarakat Indonesia lebih memahami dan menikmati Festival Tionghoa. (WS) Kata kunci : Tionghoa, Festival, Animasi, Dokumenter, Cina.
PENDAHULUAN Tionghoa merupakan salah satu suku yang berasal dari negara Cina dan berimigrasi ke Indonesia pada abad ke-16, dengan tujuan untuk berdagang. Dengan masuknya suku Tionghoa ke Indonesia maka budaya Tionghoa juga ikut tertanam di Indonesia. Budaya Tionghoa merupakan budaya yang paling kompleks dan sudah tersebar ke berbagai penjuru dunia seiring dengan banyaknya orang Cina yang memilih untuk bermigrasi ke luar negeri. Budaya Tionghoa mencerminkan nilai luhur, kebiasaan dan bakti kepada leluhur. Macam - macam festival yang diadakan oleh orang Tionghoa juga menjadi sebuah tradisi budaya dilaksankan sampai sekarang, namun dengan berjalannya zaman, festival ini semakin sedikit dilaksanakan karena dianggap merepotkan oleh kaum muda (Tan, 2014). Dari sini penulis ingin mengenalkan beraneka macam festival yang masih dilaksankan oleh orang Tionghoa di Indonesia dan pentingnya festival ini tetap diadakan yang akan ditampilkan melalui animasi dokumenter dengan media Motion Graphic.
METODE PENELITIAN Teori 12 prinsip Animasi Frank Thomas dan Ollie Jonsthon (1981:8). Membahas mengenai 12 prinsip animasi yang ada. Prinsip animasi yang diterapkan dalam animasi dokumenter ini adalah sebagai berikut: 1. Timing and Spacing 2. Slow In and Slow Out 3. Arcs 4. Staging
Teori Warna Henry Dreyfuss (1950:178) berpendata bawah warna dapat menambahkan kecerian dalam suatu gambar, video, foto, karya seni lainnya,selain itu warna juga mampu menyampaikan efek psikologis kepada pengamat. Seperti warna merah yang melambangkan amarah atau semangat. Warna merupakan salah satu aspek penting dalam pembuatan film animasi dimana warna bisa membantu menyampaikan pesan secara tidak lansung kepada penonton.
Berdasarkan lambang kesukaan orang Tionghoa, warna merah dianggap sebagai keberuntungan. Untuk memberikan kesan "Tionghoa" pada animasi ini, penulis akan sering menggunakan warna merah sebagai warna utama dalam animasi yang disajikan dan juga disertakan warna pastel lainnya sebagai pendukung.
Tipografi James Craig (1990:2) mengatakan "Tipografi dalam desain grafis adalah proses pemilihan typeface, memilih kata atau kalimat yang harus diemphasis dan ditentukan bagaimana tulisan tersebut harus disusun pada halaman. Hasil akhir yang diberikan akan memberikan pengaruh pada hasil racangan, audience, pengertian terhadap tipografi dan konsiderasi bagaimana kita membaca". Penulis memilih penulisan Miscellaneous, dikarenakan huruf yang berada di kategori ini tidak memiliki ciri khas atau rupa yang spesifik seperti 4 kategori lainnya. Huruf yang berada di bawah kategori ini biasanya merupakan pengembangan dari bentuk – bentuk yang sudah ada, hanya ditambahkan hiasan, ornament atau garis – garis dekoratif. Jenis font yang ada di bawah kategori ini sangat banyak, antara lain Comic Sans MS, Joker, dan Magneto.
Motion Graphics Motion Graphics adalah grafis yang menggunakan bideo atau animasi untuk menciptakan ilusi dari gerak atau transformasi. (Tris and Chris Meyer, 2013: x) Software yang bisa digunakan untuk membuat Motion Graphics diantaranya adalah, Adobe After Effects dan Maxon Cinema 4D dimana keduanya memiliki efek dan preset motion baik original dari software maupun plug in yang bisa digunakan dalam pembuatan Motion Graphics. Beberapa pertimbangan pada pembuatan Motion Graphics yaitu: 1. Spartial 2. Temporal 3. Typographic
Sejarah Tionghoa Kedatangan leluhur suku Tionghoa (yang berasal dari negera Cina) untuk bermigrasi ke Indonesia terjadi pada ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu (utamanya pada abad ke 16-19). Mereka datang ke Indonesia dengan tujuan awal untuk berdagang. Ramainya interaksi perdagangan di daerah pesisir tenggara Cina, menyebabkan banyak orang yang tinggal di daerah pesisir Cina ingin ikut berlayar untuk berdagang. Tujuan utama mereka saat itu adalah Asia Tenggara, karena kegiatan pelayaran sangat tergantung pada angin musim. Setiap tahunnya para pedagang akan bermukim di wilayahwilayah yang mereka singgahi. (Tan, 2014)
Tradisi Masyarakat Tionghoa Yang Ada di Indonesia. Nio Joe Lan (2013: 63) berpendapat bahwa masyarakat Tionghoa dikenal sebagai masyarakat yang memandang penting tradisi mereka. Tradisi Tionghoa adalah sebuah kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan perayaan- perayaan
rakyat
atau
kepercayaan
yang
dianut
dalam
kebudayaan
tersebut.
Tradisi merupakan warisan nenek moyang yang sudah terbentuk di dalam
kebudayaan masyarakat Tionghoa dan menjadi identitas mereka. Pada umumnya, masyarakat Tionghoa
masa kini tidak terlalu mempermasalahkan
keotentikan asal mula tradisi mereka.
Perkembangan etnis dan banyaknya unsur di luar tradisi Tionghoa itu sendiri, menjadi penyebab semakin kaburnya versi asal mula tradisi-tradisi Tionghoa.. Masyarakat Tionghoa di Indonesia sendiri juga tidak benar-benar memahami bagaimana asal mula tradisi mereka. Banyak versi mengenai asal usul tradisi Tionghoa sehingga mereka memilih untuk lebih mengutamakan makna yang terdapat dalam suatu ritual yang mereka jalankan.
Macam-Macam Festival Tionghoa Yang Diadakan di Indoensia. Berikut beberapa Festival Tionghoa yang masi diadakan di Indonesia: 1. Festival Musim Semi (Tahun Baru Imlek) Tahun Baru Imlek biasanya dirayakan oleh masyarakat Tionghoa hingga kini dengan sangat meriah, dengan menggantung berbagai macam hiasan, seperti lampion merah, menempel kertas merah yang bertuliskan 'FU', menyiapkan angpao, sampai pesta kembang api dan tarian naga serta barongsai. Berdasarkan penanggalan Imlek, hari pertama mulainya musim semi merupakan hari pertama penanggalan tahunan. 2. Festival Yuan Xiao (Cap Go Meh) Festival Yuan Xiao atau biasa dikenal dengan perayaan Cap Go Meh jatuh setiap tanggal 15 bulan pertama penanggalan imlek. Cap Go Meh melambangkan hari kelima belas bulan pertama imlek dan hari terakhir dari rangkaian masa perayaan Imlek bagi komunitas kaum mingran Tionghoa yang tinggal di luar Cina. 3. Festival Qing Ming (Ceng Beng) Festival Qing Ming adalah hari di mana masyarakat Tionghoa melakukan ziarah ke kuburan leluhurnya, sekalian membersihkannya dan bersembahyang di makam sambil membawa buah-buahan, kue, makanan, serta karangan bunga. Hari Ceng Beng biasanya jatuh pada tanggal 5 April kalender Masehi. 4. Festival Duan Wu Festival Duan Wu sudah ada sejak 2000 tahun yang lalu. Hingga saat ini, ada 2 kegiatan yang terus dilakukan masyarakat Tionghoa, yakni makan Bak Chang dan perlombaan perahu naga. Salah satu asal usul dari Festival Duan Wu Ini adalah untuk mengenang patriot Qu Yuan yang mati bunuh diri dengan terjun ke sungai karena kecintaan dan kesetiaannya pada Dinasti Chu. Festival ini dilangsungkan setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek. 5. Festival Qi Xi Festival Qi Xi atau biasa disebut dengan merupakan Festival Qi Qiao yang romantis dalam tradisi dan kebudayaan Tionghoa. Bahkan festival ini dikatakan sebagai hari valentine nya orang Tionghoa. Festival Qi Xi ini memperingati kisah romantis antara pria penggembala Niu Lang dan Zhi Nu Ai gadis penenun yang menurut cerita hanya dapat bertemu sekali dalam setahun. Festival ini jatuh setiap tanggal 7 bulan 7 penganggalan Imlek. Pada Malam Festival Qi Xi, gadis-gadis muda melakukan
permohonan dan doa agar dapat meningkatkan keterampilan seni mereka dan juga memohon supaya mendapatkan suami yang setia dan baik serta mencintainya. 6. Festival Musim Gugur (Tiong Ciu) Festival musim gugur atau biasa disebut dengan Tiong Ciu Pia, merupakan hari raya panen. Festival ini dirayakan setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek. Festival musim gugur dimulai sekitar zaman dinasti Xia dan Sheng (2000-1600 SM). Pada Dinasti Zhou, rakyat merayakan dengan memuja bulan. Pada Dinasti Tang, tradisi itu lebih jelas dan merakyat. Pada Dinasti Song selatan (1127-1279 M), orang mulai mengirimkan kue bulan yang bergambar kelinci kepada rekan dan family sebagai simbol keutuhan keluarga. 7. Festival Musim Dingin (Dong Zhi) Festival Musim Dingin jatuh setiap tanggal 22 Desember kalender masehi. Pada festival ini biasanya orang akan membuat kue onde dan memakannya bersama keluarga. Secara turun-temurun, festival ini menjadi saat berkumpul bagi seluruh anggota keluarga dengan satu kegiatan utama yang dilakukan yaitu membuat dan menikmati Tang Yuan, orang Indonesia menyebutnya wedang ronde yaitu hidangan berbentuk bola-bola dari beras ketan yang melambangkan persatuan. 8. Festival Hantu Festival Hantu adalah sebuah tradisi perayaan dalam kebudayaan Tionghoa. Festival ini juga sering disebut sebagai Festival Tionggoan. Perayaan ini jatuh pada tanggal 15 bulan 7 penanggalan Imlek. Tradisi ini sebenarnya merupakan produk masyarakat agraris di zaman dahulu yang bermula dari penghormatan kepada leluhur serta Dewa-Dewi supaya panen yang biasanya jatuh di musim gugur dapat terberkati dan berlimpah. Namun pengaruh religius terutama dari Buddhisme menjadikan tradisi perayaan ini sarat dengan mitologi tentang hantu-hantu kelaparan yang perlu dijamu pada masa kehadiran mereka di dunia manusia.
Alasan semakin berkurangnya Festival Tionghoa diadakan. Saat ini tradisi dan kebudayaan Tionghoa, meski sudah bebas berkembang di tanah air, tapi festival yang diadakan semakin berkurang. Hal ini disebabkan banyaknya suku Tionghoa terutama bagi kaum muda, merasa sangat merepotkan untuk tetap meneruskan tradisi ini.
Kaligrafi dan Tulisan Tionghoa Tulisan Tionghoa tak lain adalah gambaran yang dituangkan dalam bentuk tulisan. selain gambar yang dituangkan dalam bentuk tulisan, tulisan tionghoa juga mengandung ide dan anggapan. Seperti menempatkan huruf matahari dan bulan berdampingan akan menghasilkan arti terang. Hal ini diakui tepat karena manakala matahari dan bulan berada sama-sama, maka dapat terlihat terang. Kaligrafi adalah ilmu menulis huruf indah. Sifat huruf Tionghoa dilukiskan. Semua huruf Tionghoa yang ditulis dengan bagus, menunjukan suatu keseimbangan yang permai, dan harmoni pada keseluruhannya.
Data pembanding. Sebagai data pembanding penulis menggunakan video animasi berjudul " Motion Graphic [Chinese Ink Style] " dibuat oleh PORPRODUCTION. Dimana pada video ini seni kaligrafi yang merupakan salah satu wajah dari Tionghoa digunakan dalam penggambaran.
Gambar 1 Motion Graphic [Chinese Ink Style] Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=avGQ4cM1228 Pada video berjudul "Motion Graphic [Chinese Ink Style] mempromosikan CANAPAYA RESIDENCES yang berpusat di Bangkok. Video ini menggambarkan bahwa CANAPAYA RESIDENCES memilik pusat perekonomian yang bagus, udara yang sehat, perairan yang bersih, untuk ditinggali. Secara perwarnaan, video ini lebih cenderung ke Black and White, dan menampilkan tulisan yang ingin disampaikan dengan warna merah. Penggunaan Kamera pada video ini lumayan bervariasi, sehingga terlihat depth pada gambar 2D. Ease In dan Ease Out yang ditampilkan juga lebih lambat dan diikuti dengan Background Music yang menggunakan alat musik tradisional. Disamping video diatas, penulis juga meggunakan video animasi berjudul "Rhyme " yang diproduksi oleh PolyU Design sebagai data pembanding warna.
Gambar 2 Rhyme Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=ShPb0fle7xA Video Ryme mencertikan tetang buah plum. Pada saat musim semi, seekor burung hinggap di batang pohon, kemudian kembali terbang dan bermain-main dengan capung. Melewati musim ke musim, sampai musim dingin. Dimana semua tumbuhan mati kecuali buah plum yang tetap hidup dan terlihat cantik.
Dari video Ryhme, penulis ingin menggambil contoh pewarnaan yg lebih cenderung ke warna soft tapi juga disertai warna yang terang seperti merah sebagai fokus utama. Selain itu, pewarnaan yang dipakai sepeti cat air, sehingga kelihatan nuansa yang tenang dan elegan.
Faktor pendukung dan Faktor penghambat Faktor pendukung: 1. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa festival Tionghoa bisa dinikmati oleh semua orang. 2. Animasi di Indonesia sedang berkembang dan memudahkan penulis untuk memperkenalakan animasi yang dihasilkan ke masyarakat. Faktor penghambat: 1. Minimnya festival Tionghoa yang diadakan di Indoesia menyulitkan penulis mendapatkan data-data yang lebih lengkap. 2. Majunya era modern memicu kaum muda untuk meninggalkan budaya lama yang dianggap memalukan dan tidak trendy.
Target Audience Target Primer Demografi
: Remaja berumur 18-22 tahun, laki-laki maupun perempuan dengan tingkat
ekonomi dari B sampai A, berkebangsaan Indonseia, terutama orang Tionghoa. Psikografi
: Remaja yang menyukai acara festival di Indonesia, terutama festival Tionghoa dan
senang bersosialisasi. Geografis
: Remaja yang tinggal di perkotaan besar seperti Jakarta, Medan, Surabaya dan
sejenisnya. Target Sekunder Demografi
: Dewasa berumur 25-35 tahun, yang sudah berkeluarga maupun tidak dengan
tingkat ekonomi B sampai A. Psikografi
: Dewasa yang menyukai festival-festival dan senang berpatisipasi. Geografis
:
Tempat-tempat yang dihuni oleh kaum Tionghoa.
Permasalahan, Tujuan, dan Manfaat 1. Identifikasi Masalah: Festival Tionghoa semakin tidak diminati oleh kaum pemuda di Indonesia
2. Rumusan Masalah: Bagaimankan membuat animasi dokumenter ini memberikan informasi mengenai Festival Tionghoa yang terjadi di Indonesia kepada penonton. 3. Tujuan: Mengajak kaum pemuda dan pemudi untuk lebih mengenali Festival Tionghoa yang ada di Indonesia. 4. Manfaat: Memberikan informasi kepada penonton mengenai Festival Tionghoa yang diadakan di Indonesia.
HASIL DAN BAHASAN Stategi Komunikasi Pada hasil karya ini, penulis ingin memberikan informasi mengenai jenis-jenis Festival Tionghoa yang masi diadakan di Indonesia dan apa saja yang pada umumnya dilakukan dan makanan yang disajikan pada masing-masing festival.
Kunci Masalah Dipandangan remaja, Festival Tionghoa sudah ketinggalan zaman dan tidak layak untuk didalami lebih jauh karena secara sekilas terlihat sangat merepotkan untuk dilaksanakan.
Premise Memberikan informasi mengenai Festival Tionghoa yang masi diadakan di Indosesia berserta apa saja yang dilakukan dan persiapan pada masing-masing festival.
Penetapan Judul dan Durasi Judul
: Festival Tionghoa di Indonesia.
Durasi : ± 4menit
Ringkasan Cerita Animasi dokumenter ini akan memberikan informasi mengenai hal yang dilakukan dan makanan yang disajikan pada Festival Tionghoa yang diadakan di Indonesia yakni delapan Festival yaitu, Festival Musim Semi, Cap Goh Meh, Festival Qing Ming, Festival Duan Wu, Festival Qi Xi, Festival Musim Gugur, Festival Musim Dingin dan Festival hantu.
Hasil Akhir & Item Desain Primary Items Video animasi dokumenter "Festival Tionghoa di Indonesia" yang berdurasi 4 menit (±) dilengkapi dengan narasi, backsound dan sound effect.
Support Items Berikut beberapa items pendukung untuk animasi dokumenter: Poster, Banner, Mangkok, Lampion, Kue Bulan, Angpao
Desain Judul Pada animasi dokumenter "Festival Tionghoa di Indonesia", penulis menggunakan font CHINESE TAKE AWAY. Dimana font ini memilik goresan-goresan seperti kaligrafi cina, warna yang dipilih adalah warna hitam yang merupakan warna tinta cina.
Gambar 3 Desain Judul "Festival Tionghoa di Indonesia" Sumber: Data Pribadi
Visualisasi Karakter Badan karakter yang digambar mengunakan bentuk dasar bulat dan setengah elips dan dipakaikan kostum yang berbeda untuk mempermudah proses pergantian karakter.
Gambar 4 Bentuk Dasar Karakter & Jenis karakter dan pakaiannya Sumber: Data Pribadi
Visualisasi Aset Dalam visualisasi animasi ini, terdapat banyak aset pendukung yang digunakan untuk melengkapi kelengkalapan cerita.
Gambar 5 Beberapa jenis aset yang digunakan dalam animasi Sumber: Data Pribadi
Poster Pada desain poster animasi dokumenter "Festival Tionghoa di Indonesia", penulis menampilkan kepala Barongsai yang sedang mengintip dari frame poster.
Gambar 6 Desain poster animasi dokumenter "Festival Tionghoa di Indonesia" Sumber: Data Pribadi
Scene (Screen Shot) Beberapa Scene yang ada didalam animasi dokumenter "Festival Tionghoa di Indonesia".
Gambar 7 Scene - Scene pada animasi. Sumber: Data Pribadi
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil data-data yang telah dikumpulkan penulis dapat menyimpulkan bahwa Festival Tionghoa yang dirayakan di Indonesia ternyata cukup banyak namun masyarakat Indonesia kurang menekuni dan melaksanakannya secara rutin. Hal ini membuat kalangan muda-mudi semakin tidak tahu menahu mengenasi Festival Tionghoa yang sudah tertanam lama di Indonesia. Dalam proses pembuatan animasi dokumenter ini, animasi ini telah melalui banyak proses yaitu dari pematangan konsep, proses pre production, production, hingga post production. Data-data yang terlah dikumpulkan terutama melaluai sumber literatur telah diobservasi oleh penulis, terutama pada hal-hal apa yang biasa dilakukan pada saat Festival Tionghoa dan penanggalan lunar pada saat dirayakan festival. Selain data mengenasi Festival Tionghoa, penulis juga mengumpulkan data mengenai prinsip-prinsip animasi yang akan digunakan dalam pembuatan animasi dokumenter ini dan juga datadata mengenai jenis tulisan (Typography) dan beberapa data pembanding yang bisa dijadikan referensi untuk animasi yang akan dibuat. Setelah pengumpulan data tersebut, penulis mendapatkan beberapa ide yang cukup menarik. Namun pada saat pembuatan, penulis mendapatkan rintangan dalam proses penempatan camera angle agara animasi yang dihasilkan terlihat semi 3D. Sehingga penulis mengulang menyusun beberapa scene yang terlihat flat menjadi lebih ada depth-nya. Tema ini dipilih oleh penulis agar budaya Tionghoa yang merupakan salah satu dari banyaknya budaya di Indonesia tidak hilang dan tetap bisa dilestarikan. Dari sisi inilah penulis mengharapkan animasi dokumenter ini dapat memicu ketertarikan masyarakat Indonesia, terutama golongan mudamudi untuk tetap mejalankan Festival Tionghoa di Indonesia.
Saran Dalam pembuatan animasi ini, penulis sangat menyayangkan dikitnya waktu untuk penyelesaian Tugas Akhir. Selain itu penulis juga mengalami kesusahan dalam pembuatan asset yang sangat banyak dan harus digambar secara digital dalam waktu yang singkat dan full color. Dari situ, penulis bisa menyarankan beberapa hal, yaitu: •
Memberikan waktu yang lebih panjang dalam pengerjaan Tugas Akhir.
•
Buat schedule yang rapi agar mempermudah penyusunan waktu, terutama animasi yang memilik aset yang banyak.
REFERENSI Dreyfuss , Henry (1955). Designing for People. New York: Allworth Press. Goh, Pei Ki. (1997). Origins Of Chinese Festivals, Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kuncono, Ongky, Setio (2012). Study Park of Confucius. Nilai-Nilai Positif Budaya Tionghoa. diakses 27 Febuari 2015 diakses dari http://www.spocjournal.com/budaya/82-nilai-nilai-positifbudaya-tionghoa.html Lan, Nio, Joe. (2013). Peradaban Tionghoa Selayang Pandang, Jakarta : KPG Meyer, Tris and Chris (2013). After Effect Apprentice. United Kingdom: Focal Press Thomas, Frank, Jonsthon , Ollie (1981). The Illusion of Life. Italy: Walt Disney Production Tan, Herman (2014). Tionghoa Info Seputar Info Tradisi dan Budaya Tionghoa. Suku Tionghoa di Indonesia, diakses 27 Febuari 2015 diakses dari http://www.tionghoa.info/suku-tionghoa-diindonesia/ Tan, Herman (2014). Tionghoa Info Seputar Info Tradisi dan Budaya Tionghoa. 8 Festival Budaya Orang Tionghoa. diakses 27 Febuari 2015 diakses dari http://www.tionghoa.info/8-festival-budayaorang-tionghoa/
RIWAYAT PENULIS Winda Simon lahir di kota Medan pada 23 Juli 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusatanra dalam bidang Design Komunikasi Visual - Animasi pada tahun 2015.