PERAN GURU MEMOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM KEMAMPUAN MENULIS PANTUN DI KELAS IV SDN 25 WONOSARI KABUPATEN BOALEMO
Rosita Langgango, Dra. H. Salma Halidu, S.Pd, M.Pd, Dr. Yusuf Jafar, M.Pd1
Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Peran Guru memotivasi belajar siswa dalam
Kemampuan Menulis pantun. Tujuannya adalah Untuk
mengetahui peran guru memotivasi belajar siswa dalam kemampuan menulis pantun di kelas IV SDN 25 Wonosari Kabupaten Boalemo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian ini adalah dari hasil Analisis Angket yang terdiri dari dua indikator yaitu Peran Guru memotivasi belajar siswa dan indikator menulis pantun. Pada Indikator Pertama memperoleh hasil rata-rata 82, 94% , sedangkan indikator yang kedua memperoleh hasil rata-rata persentase 82,41%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada hasil analisis angket memperoleh hasil rata-rata 82,67% dan termasuk dalam klasifikasi Baik. kemudian dari hasil Wawancara memperoleh hasil rata-rata 80,00%, dan termasuk dalam klasifikasi Baik. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran guru memotivasi belajar siswa dalam kemampuan menulis pantun berhasil.
Kata Kunci : Motivasi belajar dan menulis pantun
1
Rosita Langgango, Selaku Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar; Dra. H. Salma Halidu, S.Pd, M.Pd selaku Dosen tetap Pendidikan Guru Sekolah Dasar, UNG; Dr. Yusuf Jafar, M.Pd Selaku Dosen tetap Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Menulis merupakan kegiatan yang bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif maksudnya dengan kegiatan menulis orang dapat menikmati, menyenangi, dan mengenali, dan mungkin menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri dan memanfaatkan berbagai hal tersebut dalam kehidupan nyata. Sedangkan ekspresif adalah cara mengungkapkan atau mengembangkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejola dalam diri kita, yang dikomunikasikan kepada orang lain melalui tulisan kreatif sebagai suatu yang bermakna. Salah satu teks yang biasanya ditulis adalah pantun. Menurut Alisyahbana (2004:1) Pantun adalah Puisi Lama yang sangat dikenal oleh orang dulu atau sangat dikenal pada masyarakat lama. Pantun memiliki ciri-ciri seperti tiap bait terdiri dari empat baris, dan setiap baris terdiri atas 4-6 kata atau 8-12 suku kata. Dimana baris pertama dan kedua disebut sampiran dan baris ketiga dan keempat disebut isi. Pantun sebagai karya sastra yang bisa terwujud apabila kemampuan siswa tersebut didukung oleh seorang guru. Kemampuan menulis pantun merupakan keterampilan yang produktif dan bersifat mekanistis. Menulis pantun ternyata tidak mudah dilakukan oleh siswa, dalam praktek pembelajaran menulis pantun di sekolah ditemukan beberapa hambatan yang dialami oleh siswa diantaranya adalah siswa kurang berminat dalam menulis pantun, siswa selalu terbentur dengan ide atau inspirasi. Seperti yang dikatakan oleh Rahmanto (2004:24) bahwa hambatan-hambatan dalam pembelajaran menulis pantun berhubungan dengan anggapan dan prasangka bahwa secara praktis pantun tidak ada gunanya lagi. Ketidakmampuan siswa dalam menulis pantun bukan akibat kesalahan siswa sepenuhnya. Tercapai tidaknya tujuan pembelajaran ideal dalam pengajaran bahasa Indonesia khususnya kemampuan menulis pantun juga bergantung dari pihak pengajar. Guru yang kurang kreatif dalam pelaksanaan pembelajaran merupakan salah satu penghambat dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satunya adalah guru kurang memberikan motivasi kepada siswanya di dalam kelas. Seorang guru seharusnya mengetahui perannya di dalam pembelajaran. Seperti yang dikatakan oleh Sardiman (1992:120) peran guru dalam proses
pembelajaran adalah Guru sebagai Motivator, Informator, fasilitator, Mediator dan sebagai Evaluator. Peran guru sebagai motivator sangatlah penting dalam proses pembelajaran, karena dengan pemberian motivasi siswa lebih memperhatikan materi yang diajarkan oleh guru di dalam kelas. Banyak siswa yang kurang memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru di dalam kelas, ada yang bermain, bercerita bersama teman sebangkunya dan sering keluar masuk kelas, sehingga masih banyak siswa yang tidak bisa menentukan unsur-unsur menulis pantun yaitu menentukan tema, isi, sampiran dan rima dari pantun. Dengan demikian dapat dilihat motivasi belajar siswa di kelas IV SDN 25 Wonosari sangat rendah, karena guru di dalam memberikan materi belum memperhatikan perannya di dalam kelas. Oleh sebab itu, dengan melihat permasahan yang ada peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “ Peran Guru Memotivasi Belajar Siswa Dalam Kemampuan Menulis Pantun di Kelas IV SDN 25 Wonosari Kabupaten Boalemo. Peran Guru Guru merupakan
jabatan atau profesi yang membutuhkan keahlian
khusus. Seseorang tidak bisa melakukan pekerjaan sebagai guru, jika tidak mempunyai keahlian sebagai guru. Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta, guru yang juga berarti secara harfiahnya didefinisikan sebagai “Berat” adalah pemberi suatu ilmu. Pada bahasa Indonesia, Pendidik Profesional yang merujuk pada tugas utama sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Dalam devenisi yang lebih luas juga, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Menurut Poerwadarminta(1996 : 335), Guru adalah orang yang kerjanya mengajar. Sedangan Daradjat (1992 : 39) menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional, karena guru itu telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak-anak. Menurut UU RI No 14 Tahun 2005 Guru adalah pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Menurut Sardiman (1992:120), peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai Informator, Organisator, Motivator, pengarah/Direktur, Inisiator, Transmiter, Fasilitator, Mediator, dan Evaluator. Motivasi Belajar Menurut Aqib (2010:50) Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Sudirman (2007 : 73) motivasi diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Sedangkan menurut Slemeto (2010 : 170) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu proses yang menetukan tingkah kegiatan intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia. Jenis – jenis Motivasi Belajar Menurut Hanafiah dan Suhana (2009:26-27) Ada dua jenis motifasi belajar yaitu, motifasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, adapun penjelasannya adalah a. Motivasi Intrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni dari peserta didik itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri (self awareness) dari lubuk hati yang paling dalam. Semakin kuat motifasi intrinsik yang dimiliki oleh seseorang, semakin besar kemungkinan ia memperlihatkan tingkah laku yang kuat untuk mencapai tujuan. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya disebabkan oleh faktor-faktor di luar diri peserta didik, seperti adanya pemberian nasehat dari gurunya, hadiah, kompetisi sehat antar peserta didik, hukuman dan sebagainya. Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Menurut Faturrohman dan Sutikno (2007 : 20-21), ada beberapa strategi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar di sekolah, yang dapat ditumbuhkan melalui beberapa cara yaitu :
a. Menjelaskan tujuan belajar kepada peserta didik. b. Hadiah c. Saingan / kompetis d. Pujian e. Hukuman f. Menggunakan metode yang bervariasi g. Menggunakan media pembelajaran yang baik Berikut dijelaskan beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar menurut Hanafiah dan Suhana (2009:28) : a. Peserta didik memperoleh pemahaman yang jelas mengenai proses pembelajaran b. Sentuhan Lembut c. Memberikan hadiah d. Guru yang kompoten dan Humoris Hakikat Kemampuan Menurut Chaplin “ability (kemampuan) adalah kekuatan untuk melakukan sesuatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins kemampuan adalah kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. Faktor-faktor kemampuan Faktor –faktor kemampuan menurut Robbins, terdiri atas dua yaitu : a. Kemampuan Intelektual b. Kemampuan Fisik Pengertian Menulis Menurut Tarigan (2008:22) menulis merupakan melukiskan lambanglambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang – lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Sedangkan menurut Suparno dan Yunus (2008:13) menulis diartikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengsn menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya.
Menurut Byrne dalam slamet (2007:14) mengatakan bahwa keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran kedalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Hakikat Pantun Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa minangkabau yang berarti “patuntun”. Dalam bahasa jawa, misalnya dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Gorontalo dikenal dengan Pantungi. Pantun merupakan salah satu jenis karya sastra
melayu lama yang
berbentuk puisi. Pantun juga merupakan salah satu peninggalan masyarakat melayu. Pada zaman dahulu, pantun diciptakan untuk berbagai tujuan, antara lain menyampaiakan nasehat, menyatakan rasa sayang, ajaran budi pekerti dan moral, untuk kepentingan sosial, serta untuk hiburan / kejenakaan semata. Sebagai jenis puisi lama, pantun memiliki kata-kata yang khas. Kekhasan kata-kata dalam pantun ditunjukkan melalui penggunaan kata-katanya, unkapan pengarang, serta kemerduan bunyinya karena pilihan bunyi akhir yang teratur. Salah satu keindahan bahasa dalam sebuah pantun ditandai oleh rima a- b – a-b. Ciri-ciri Pantun Menurut Hendy (1990), pantun mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1.) Tiap bait terdiri atas empat baris kalimat, (2.) Tiap baris terdiri atas 4-6 kata atau 8-12 suku kata, (3.) Baris pertama dan kedua disebut sampiran dan baris ketiga dan kempat disebut isi, sampiran melukiskan alam dan kehidupan sedangkan isi pantun berkenaan dengan maksud pemantun, (4.) Bersajak silang atau a-b – a-b, artinya bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan bunyi akhir baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat, (5.) Pantun digunakan untuk pergaulan. Maka pantun selalu berisikan curahan perasaan, buah pikiran, kehendak, kenangan dan sebagainya, (6.) Tiap bait pantun selalu dapat berdiri sendiri, kecuali pada pantun berkait. (7.) pantun yang baik, bermutu ada hubungannya antara sampiran dan isi. Contoh : Air dalam bertambah dalam,
Hujan di hulu belum lagi teduh. Hati dendam bertambah dendam, Dendam dahulu belum lagi sembuh. Hubungan antara sampiran dan isi yang tampak pada pantun di atas ialah samasama melukiskan keadaan yang makin menghebat. Sedangkan menurut para sastrawan luar negeri, ada dua pendapat mengenai hubungan antara sampiran dan isi pantun. Pendapat pertama dikemukakan oleh H.C. Klinkert pada tahun 1968 yang menyebutkan bahwa, antara sampiran dan isi terdapat hubungan makna. Pendapat ini dipertegas kembali oleh Pijnappel pada tahun 1883 yang mengatakan bahwa, hubungan antara keduanya bukan hanya dalam tataran makna, tapi juga bunyi. Bisa dikatakan jika sampiran sebenarnya membayangkan isi pantun. Jenis-jenis pantun Pantun yang sering dipakai adalah pantun dua baris dan empat baris. Jenis pantun bermacam-macam diantaranya: Pantun anak-anak, pantun jenaka, pantun suka cita, pantun kiasan, pantun nasehat, pantun duka cita, pantun budi pekerti, pantun Agama. a. Pantun Jenaka Pantun jenaka adalah pantun yang bertujuan untuk menghibur orang yang mendengar, terkadang dijadikan sebagai media untuk saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka diharapkan suasana akan menjadi semakin riang. Contoh : Di mana kurang hendak bertelur Di atas lata di rongga batu Di mana tuan hendak tidur Di atas dada d rongga susu b. Pantun Kepahlawanan Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya berhubungan dengan semangat kepahlawanan. Contoh : Adakah perisai bertali rambut
Rambut dipintal akan cemara Adakah misai tahu takut Kamipun muda lagi perkasa Cara Menulis Pantun Untuk menulis pantun, hal yang harus diperhatikan ialah membuat topik atau tema terlebih dahulu, sama halnya jika hendak membuat karangan yang lain. Tema dalam penulisan pantun sangat penting sekali, karena dengan tema pantunpantun yang dibuat oleh siswa akan lebih terarah kepada sesuatu maksud yang diharapkan. Dan juga tidak akan merebak kemana-mana, yang akhirnya dapat mendatangkan masalah. Memang diakui, adanya sedikit pengekangan kreativitas bagi siswa dalam menulis pantun, jika menggunakan tema yang sempit. Oleh karena itu, guru harus lebih bijaksana dalam memilih tema yang didalamnya dapat mengandung atau mencakup berbagai permasalahan keseharian. Hal pertama yang harus dilakukan ialah membuat isinya terlebih dahulu. Untuk membuat isi harus diingat bahwa pantun terdiri atas empat baris. Dua baris pertama sampiran, dan dua baris berikutnya ialah isi. Jika isi pantun sudah didapatkan, langkah selanjutnya ialah membuat sampirannya. Walau kata kedua dari suku akhir baris isi pertama dan kedua diberi tanda tebal. Tugas selanjutnya ialah membuat sampiran. Untuk membuat sampiran, boleh membuat yang sederhana, yaitu hanya untuk mencari persamaan bunyi (bersajak) tanpa mengindahkan makna atau arti atau keterkaitan dengan isi seolah satu kesatuan kalimat yang saling mendukung. Jika ingin membuat sampiran yang sederhana, hal yang dilakukan ialah mencari kosa kata yang bersuku akhir tor atau paling tidak or. Misalnya kantor, setor, dan motor. Jika sudah mendapatkan kosa kata untuk membuat akhiran pantun yang sesuai dengan kata kotor, langkah selanjtnya ialah menetukan letak inti pertanyaannya. Apakah diletakkan dibaris ketiga atau baris keempat. Jika diletakkan pada baris ketiga, kalimat baris keempat dapat dibuat sebagai berikut : apakah itu, cobalah terka. Sekarang barulah mencari sampirannya. Suku akhir tor atau or dari kata kotor dapat diambil salah satu saja, misalnya kata kantor,
kemudian tinggal mencari suku kata yang berakhir ka dari kata terka, yang merupakan kata terakhir dari baris terakhir. Untuk kata yang bersuku akhir ka dalam kosa kata bahasa Indonesia cukup banyak, misalnya bingka, ketika, sangka, nangka, dan luka. Misalnya diambil kata bingka. Sekarang kata kantor dan bingka baru dijadikan sampiran, menjadi : Pagi-pagi pergi ke kantor, Singgah ke warung beli bangka Kemudian antara sampiran dan isi baru disatukan, hasilnya menjadi: Pagi-pagi pergi ke kantor Singgah ke warung beli bingka Semakin disapu, semakin kotor Apakah itu, cobalah terka Jadilah pantun teka-teki. Dan jawaban teka-teki itu, tentulah parutan kelapa. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 25 Wonosari Kabupaten Boalemo. Sekolah ini dipimpin oleh Bapak I Gusti Made Oka, S.Pd dengan jumlah guru 7 orang yang terdiri dari 3 guru tetap/pegawai negeri sipil, 4 guru tidak tetap/guru bantu serta jumlah siswa keseluruhan 98. Di SDN 25 Wonosari mempunyai 6 ruangan belajar, 1 ruang kepala sekolah dan Dewan guru, 1 ruangan perpustakaan. Selain itu SDN 25 Wonosari memiliki WC dan kamar mandi, kantin sekolah serta halaman sekolah yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan upacara bendera, apel pagi, dan sebagai tempat untuk olahraga. Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, yang tujuannya untuk mengumpulkan data untuk disusun, dijelaskan dan dianalisis tanpa adanya hipotesis (Margono, 2005:8). Dengan demikian, desain pada penelitian ini adalah mendeskripsikan peran guru memotivasi belajar siswa dalam menulis pantun di kelas IV SDN 25 Wonosari Kabupaten Boalemo Selanjutnya rumusan indikator pada penelitian ini adalah : a. peran guru memotivasi belajar siswa -
guru sebagai Informator
-
guru sebagai motivator
-
guru sebagai fasilitator
-
guru sebagai mediator
-
guru sebagai evaluator
-
meningkatkan motivasi belajar dengan cara : Sentuhan lembut, memberikan hadiah, pujian, suasana lingkungan.
b. kemampuan menulis pantun -
Menentukan tema dari pantun
-
Membuat isi
-
Membuat sampiran
-
Menetukan rima dari pantun
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis di atas peneliti memperoleh gambaran tentang peran guru memotivasi belajar siswa di kelas IV SDN 25 Wonosari Kabupaten Boalemo. 1. Angket Dari semua hasil analisis angket yang dilakukan oleh peneliti tentang peran guru memotivasi belajar siswa terdiri dari 10 soal dan hasil rekapitulasi dari semua soal yang diajukan memperoleh presentase 82, 94% dan termasuk dalam klasifikasi Baik. sedangkan tentang menulis pantun memperoleh presentase 82,41% dan termasuk dalam klasifikasi baik. dengan melihat hasil tersebut dapat di simpulkan bahwa peran guru dalam memberikan motivasi kepada siswa dalam materi menulis pantun di kelas IV SDN 25 Wonosari sudah maksimal yang dibuktikan dengan perolehan hasil persentase yang berada pada rentangan 75100%. 2. Wawancara Berdasarkan hasil wawancara tentang peran guru memotivasi belajar siswa dalam kemampuan menulis pantun yang dilaksanakan oleh guru sudah baik, hal ini disebabkan karena guru melaksanakan pembelajaran tidak lupa akan perannya dalam pembelajaran yaitu memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa
senang dengan materi yang diajarkan. Ini dibuktikan dengan adanya hasil wawancara memperoleh persentase 80,77% dan termasuk dalam klasifikasi Baik. 3. Observasi Berdasarkan hasil pengamatan dari 21 item untuk kategori “ya” berjumlah 20 item dengan persentase 83,33% yang dilaksanakan sedangkan kategori “tidak” berjumlah 2 dengan persentase 16,67% yang tidak dilaksanakan. Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan uraian pada pembahasan hasil penelitian, maka disimpulkan bahwa rendahnya kemampuan siswa dalam menulis pantun serta faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dalam menulis pantun berkurang disebabkan oleh beberapa hal, pertama, upaya guru dalam membelajarkan siswa belum optimal, karena guru belum memahami perannya dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, peran guru dalam pembelajaran perlu untuk dimaksimalkan lagi. Sebab motivasi belajar akan meningkat jika guru sering memberikan stimulus atau rangsangan dari luar. Saran Berdasarkan simpulan tersebut di atas, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Kiranya hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan masukan guna memperluas pengetahuan guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada saat didalam kelas khususnya pada pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis pantun. 2. Hasil penelitian ini hendaknya mendorong bagi guru-guru Sekolah Dasar untuk senantiasa memelihara bahkan meningkatkan motivasi belajar siswa, baik saat berada di dalam kelas maupun di rumah.
DAFTAR PUSTAKA Universitas Negeri Gorontalo.2013.Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo Suparlan.2005.Menjadi Guru Efektif.Yogyakarta.Hikayat Publishing Drs. Suparlan, 2006. Guru Sebagai Profesi.Yogyakarta.Hikayat Publishing Hamza B.Uno.2006.Teori Motivasi dan Pengukuran.Gorontalo.Bumi Aksara Sardiman, 2012.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta.Rajawali Pers Johnson.2009.Pengajaran Yang Kreatif dan Menarik.Jakarta.PT Macanan Jaya Cemerlang Yatim Riyanto.2010.Metodologi Penelitian Pendidikan.Surabaya.SIC Sutan Takdir Alisjahbana.2011.Puisi Lama. Jakarta.Dian Rakyat Zainal Aqib.2002.Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya. Insan Cendekia Darmadi,Hamid.2010.Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung:Alfabeta Ali, Muhammad.2008.Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru Algesindo http://maselly 2000.wordpres.com/Menulis Pantun http://belajarpsikologi.com/cara-meningkatkan-motivasi belajar anak http://www.tugasku4u.com/2013/05/peranan guru sebagai pendidik.html Maleong, J Lexy.2013.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung.Rosda Departemen Pendidikan Nasional.2008.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta.Badan Standar Nasional Pendidikan