MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS TEKS PERCAKAPAN MELALUI MEDIA GAMBAR DI KELAS IV SDN 1 LIMBOTO KECAMATAN LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO
Evi Hasim (Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan)
Masalah dalam penelitian ini adalah: rendahnya kemampuan siswa kelas IVSDN 1 Limboto Kecamatan Limbotodalam menulis teks percakapan.Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks percakapan melalui media gambar. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus 1 dilaksanakan satu kali pertemuan dan siklus 2 dilaksanakan satu kali pertemuan yang setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan teknik observasi dan tes kemampuan siswa. Teknik analisis data penelitian menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif deskriptif persentase. Berdasarkan data observasi awal hasil penilaian terhadap kemampuan siswadalam menulis teks percakapanadalah nilai rata-rata 58,96. Dari hasil refleksi pada setiap siklus baik nilai rata-rata maupun aktivitas siswa pada setiap siklus menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Data analisis kemampuan siswa pada evaluasi siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai adalah 68,36. Dari 30 siswa yang terdapat di kelas IV SDN 1 Limboto yang telah mampu dalam menulis teks percakapan sebanyak 12 siswa atau 40%, sedangkan siswa yang belummampusebanyak 18 siswa atau 60%. Kemampuan siswa pada evaluasi akhir siklus II menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai oleh 30 siswa kelas IV adalah 76,5. Siswa yang telah mampu dalam menulis teks percakapan sebanyak 24 siswa atau 80% sedangkan yang belummampu dalam menulis teks percakapan sebanyak 6 siswa atau 20%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN 1 Limboto Kecamatan Limboto dalam menulis teks percakapan.Untuk itu disarankan agar guru kelas IV dalam melakukan pembelajaran Bahasa Indonesiadapat menggunakan media gambar. Kata Kunci : kemampuan siswa, menulis teks percakapan, dan media gambar Pendahuluan Pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu bidang pengajaran yang membantu hal tersebut. Selain itu, pelajaran bahasa Indonesia merupakanbidang pengajaran yang bisa digunakan untuk perkembangan bagi siswa.Termasuk cara seorang siswa bisa mengembangkan kemampuannya dalammengelola bahasa dan menggunakannya dengan baik.Terlebih dalam kehidupan sehari-hari para pendidik memiliki satukebiasaan unik dan tidak dapat ditinggalkan sampai saat ini yakni mengajardengan menggunakan paradigma lama. Media gambar dipilih karena gambar secara tidak langsung akanmempengaruhi keingintahuan siswa tentang suatu hal. Karena selain harganya yang murah, gambar juga dapat dikreasikan dan cara memperolehnya pun sangat mudah serta dapat membantu guru dalam pembelajaran dikelas. Selain sebagai media pembelajaran, media gambar juga dapat dijadikan sebagai alat untuk memperjelas suatu permasalahan dalam bidang apapun sehingga dapat mengurangi terjadinya kesalahpahaman. Gambar yang disajikan dan yang dipilih adalah gambar yang memenuhi kriteria pragmatik, gambar tersebut dipilih dengan tujuan untuk melatih keterampilan menulis siswa. Menulis teks percakapan bukan hanya ditujukan untuk penghayatan dan pemahaman cara bercakap-cakap, melainkan berpengaruh mempertajam terhadap kepekaan perasaan, penalaran, serta kepekaan siswa terhadap masalah yang dihadapi. Kemampuan tersebut ditentukan oleh beberapa faktor penting dalam proses pembelajaran menulis teks percakapan. Selain penerapan media gambar, metode dan strategi yang tepat, juga yang sangat menentukan adalah peran guru dalam proses pembelajaran terhadap siswa. A. Kajian Teori
1. Hakikat Menulis Pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang sangat penting diajarkan sejak dini. Tanpa memiliki kemampuan menulis yang memadai sejak dini anak sekolah dasar akan mengalami kesulitan belajar pada masa selanjutnya Rusyana (dalam Suyatinah, 2003:129). Menulis sebagai bentuk keterampilan berbahasa, pada hakikatnya merupakan pengungkapan gagasan atau perasaan secara tertulis dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Menulis atau mengarang merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis adalah mengekspresikan pikiran dan perasaan kedalam lambang-lambang tulisan (Depdikbud: 2003: 986). Sementara Tarigan (dalam Rasuna, 2005:46) memberikan pengertian bahwa menulis adalah kemampuan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran grafik yang dituliskan. Hariadi (dalam Rasuna, 2005: 46) memberi pengertian bahwa menulis adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan baik. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kemampuan seseorang menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis dengan memanfaatkan struktur bahasa dan kosa kata sehingga menghasilkan tulisan yang runtut, ekspresif dan mudah dipahami untuk mengungkapkan ide, pikiran atau gagasan kepada orang lain. Kegiatan menulis merupakan kegiatan untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dalam bentuk tulisan. Konsep ini mencakupi kegiatan menggunakan bahasa tulis, seperti membuat teks percakapan cerita, mengungkapkan pengalaman, menulis surat baik huruf tegak bersambung maupun tidak resmi. B. Tujuan Menulis Hugo (dalam Rasuna 2005: 46) menyebutkan bahwa tujuan kegiatan menulis ada tujuh, yaitu assigment purpose (tujuan penugasan), altruistic purpose (tujuan altruistik), persuasive purpose (tujuan persuasif), informational purpose (tujuan informasional,tujuan penerangan), self ekspressive purpose (tujuan pernyataan diri), creative purpose (tujuan kreatif), dan problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah). Kegiatan menulis dengan tujuan penugasan (assigment purpose) jika penulis melakukan kegiatan menulis karena adanya tugas, bukan atas kemauan sendiri. Contoh kegiatan menulis yang memiliki tujuan penugasan adalah para siswa yang merangkum buku karena tugas dari guru, sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat. Mereka melakukan kegiatan menulis tetapi bukan karena kemauan sendiri. Pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang sangat penting diajarkan sejak dini. Tanpa memiliki kemampuan menulis yang memadai sejak dini anak sekolah dasar akan mengalami kesulitan belajar pada masa selanjutnya (Rusyana dalam Suyatinah 2003:129). Kemampuan menulis ini juga berkaitan erat dengan budaya industrial yang merupakan salah satu tuntutan pembangunan nasional pada masa yang akan datang. Budaya industrial menuntut anggota masyarakatnya memiliki wawasan, sikap dan berbagai kemampuan yang cocok untuk budaya tersebut (Akhadiah 2004). Tujuan lain dari kegiatan menulis yaitu pernyataan diri. Penulis ingin memperkenalkan diri sang pengarang melalui tulisan yang ditulis sehingga pembaca dapat mengetahui atau mengenalnya dengan jelas.Tujuan lain yang erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri yaitu tujuan kreatif atau kreatif purpose. Akan tetapi keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik atau seni yang ideal, seni yang menjadi idaman. Hasil dari kegiatan ini berupa tulisan-tulisan dengan nilai artistik dan mengandung nilai kesenian. Selain tujuan-tujuan di atas, terkadang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi dengan menulis. Melalui tulisannya, penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca. Kegiatan menulis seperti ini memiliki tujuan memecahkan masalah (problem solving). Melalui tulisan, penulis ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, serta membuat hidup para pembaca lebih mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu. Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana
ekspresif (ekspresive discourse). Melalui tulisan, penulis bertujuan untuk mengekspresikan perasaan dan emosi agar pembaca dapat memahami makna yang ada dalam tulisan. Menurut Resmini (2009:202), tujuan menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan. Dengan demikian, kemampuan menulis menjadi salah satu cara berkomunikasi karena dalam pengertian tersebut muncul satu kesan adanya pengiriman dan penerimaan pesan. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis mempunyai tujuan untuk memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi agar dipahami oleh orang lain. C. Manfaat Menulis Menurut Tarigan (dalam Subchi, 2003: 7) manfaat utama menulis adalah sebagai alat komunikasi. Manfaat menulis menurut Subchi ( 2003: 7) adalah: 1) memudahkan siswa untuk berpikir kreatif, 2) mengembangkan kemampuan bernalar, 3) mengembangkan kemampuan berkomunikasi, 4) mengungkapkan pikiran dan perasaan, 5) menyusun urutan berbagai pengalaman. Banyak sekali manfaat atau keuntungan yang dapat diperoleh dari kegiatan menulis. Menurut Akhadiah (dalam Mukhtar, 2007: 74) ada delapan manfaat yang dapat dirasakan dari kegiatan menulis, yaitu: Pertama, melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. penulis dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya mengenai suatu topik karena menulis berarti mengembangkan suatu topik tertentu dan proses pengembangan tersebut membutuhkan kemampuan berpikir dan menggali pengetahuannya. Kedua, penulis dapat terlatih mengembangkan berbagai gagasan. Seorang penulis harus bernalar, menghubungkan serta membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya. Manfaat yang ketiga yaitu, penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Penulis juga dapat memperluas wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan. Keempat, penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis kemudian mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, melalui tulisannya penulis dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar menjadi lebih jelas dan dimengerti oleh pembaca. Kelima, penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih objektif. Keenam, dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan karena dapat menganalisis tulisan tersebut secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret. Manfaat yang ketujuh adalah dengan menulis akan mendorong kita untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar penyadap informasi dari orang lain. D. Hakikat Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Sedangkan pembelajaran adalah usaha guru untuk menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan informasi dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dan pada akhirnya dapat menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar. Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Sedangkan Gagne (dalam Ardiani, 2008: 13) mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Briggs (dalam Ardiani, 2008: 15) mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Dengan demikian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan informasi dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dan pada akhirnya dapat menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar. 2. Pengertian Media Gambar Diantara media pembelajaran, media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai derngan persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.Media dapat memberi gagasan dan dorongan kepada guru dalam mengajar anakanak sekolah dasar.Sehingga tidak tergantung pada gambar dalam buku teks ,tetapi dapat lebih kreatif
dalam mengembangkan media agar para siswamenjadi senang belajar media inggris. Gambar ataupun foto merupakan media yang sangat membantu proses belajar mengajar, lebih-lebih apabila objek yang ditujukan dalam gambar tersebut adalah objek yang langkah yang tidak terdapat disekitar siswa. 3. Fungsi Media Gambar Secara garis besar fungsi utama penggunaan media gambar adalah : a. Fungsi edukatif; artinya mendidik dan memberikan pengaruh positif pada pendidikan. b. Fungsi sosial; artinya memberikan informasi yang autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep yang sama kepada setiap orang. c. Fungsi ekonomis; artinya memberikan produksi melalui pembinaan prestasi kerja secara maksimal. d. Fungsi politis; berpengaruh pada politik pembangunan. e. Fungsi seni budaya dan telekomunikasi, yang mendorong dan menimbulkan ciptaan baru, termasuk pola usaha penciptaan teknologi kemediaan yang modern Menurut Rahadi ( 2003 : 27-28) ada beberapa karakteristik media gambar : 1) Harus autentik, artinya dapat menggambarkan obyek atau peristiwa seperti jika siswa melihat langsung. 2) Sederhana, komposisinya cukup jelas menunjukkan bagian-bagian pokok dalam gambar tersebut. 3) Ukuran gambar proporsionsl, sehingga siswa mudah membayangkan ukuran yang sesungguhnya benda atau objek yang digambar. 4) Memadukan antara keindahan dengan kesesuiannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. 5) Gambar harus message. Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. E. Metodologi Penelitian Data penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis data tes secara kuantitatif di hitung dengan cara persentase, yaitu: (1) merekap nilai yang diperoleh siswa, (2) menghitung nilai kumulatif, (3) menghitung nilai rata-rata, dan (4) menghitung persentase. Rumus nilai persentase adalah: NP = x 100% Keterangan: NP = Nilai persentase NK = Nilai Kumulatif R = Jumlah Responden Untuk mengetahui terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam menulis percakapan atau tidak, maka hasil nilai siklus I dibandingkan dengan nilai siklus II. Melalui perhitungan ini akan diketahui peningkatan kemampuan siswa menulis percakapan melalui media gambar. F.
Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, dan masing-masing siklus dilakukan melalui empat tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan perbaikan pembelajaran dari siklus I. Dari data hasil siklus I dan siklus II dapat diketahui peningkatan kemampuan menulis teks percakapan menggunakan media gambar dan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran. Dari data pada tabel 7di atas menunjukkan bahwa ada 4 orang siswa atau 13% yang mencapai nilai dengan kategori sangat baik.Untuk kategori baik diperoleh 9 orang siswa atau 30%. Kategori cukup dicapai oleh 14 siswa atau sebesar 47%,dan untuk kategori kurang dicapai oleh 3 orang siswa atau sebesar 10%. Jadi nilai rata-rata kumulatif kemampuan peserta didik menulis teks percakapan sebesar 68,36dan termasuk dalam kategori cukup. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks percakapan berdasarkan gambar masih rendah dan masih perlu ditingkatkan. Karena nilai siswa belum mencapai nilai yang telah ditetapkan yaitu 70. Sementara jumlah siswa yang telah memilikikemampuanmenulis percakapan hanya 12 orang atau 40% dari 30 orang siswa, sehingga perlu dilanjutkan pada siklus II. Dari data tersebut menunjukkan bahwa siswa yang mencapai kategori sangat baik yaitu ada 7 orang atau sebesar 23%. Untuk kategori baik dicapai oleh 17 siswa dengan persentasi adalah 57%. Sedangkan kategori cukup dicapai oleh 5 siswa dengan persentasi 17% dan kategori kurang ada 1
siswa dengan persentase 3%. Jadi rata-rata kemampuan siswa dalam menulis teks percakapan berdasarkan gambar sebesar 76,5 termasuk dalam kategori baik. G. Kesimpulan 1. Kesimpulan Kemampuan menulis teks percakapan pada siswa kelas IV SDN 1 Limboto Kecamatan Limboto setelah mengikuti pembelajaran melalui media gambar mengalami peningkatan. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil tes dan kemampuan menulis teks percakapan berdasarkan gambar pada siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata pada siklus I sebesar 68,36. Pada siklus II nilai rata-rata ketuntasan klasikal sebesar 76,5. Dengan adanya peningkatan nilai rata-rata tersebut berarti menunjukkan bahwa pembelajaran menulis teks percakapan melalui media gambar pada siswa kelas IV SDN 1 Limboto Kecamatan Limboto dapat berhasil dengan optimal dan telah mencapai indikator yang ditetapkan dengan persentase kemampuan secara klasikal 80%. Setelah pelaksanaan pembelajaran menulis teks percakapan melalui media gambar, perilaku siswa kelas IV SDN 1 Limboto Kecamatan Limboto mengalami perubahan kearah positif. Perubahan yang terjadi, yaitu; siswa merasa senang dan tertarik dengan pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Sebagian besar siswa sangat antusias dalam menulis teks percakapan. Siswa membacakan kembali teks percakapan dengan penuh konsentrasi dan sungguh-sungguh. Siswa sangat serius dalam menjawab pertanyaan serta memiliki keberanian dalam membacakan kembali isi percakapan di depan kelas.
2. saran Saran yang dapat diberikan penulis berdasarkan pada simpulan hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Guru hendaknya memberikan variasi-variasi media dalam pembelajaran, yaitu dengan penggunaan media gambar dalam pembelajaran menulis teks percakapan untuk menumbuhkan motivasi dan semangat siswa dalam pembelajaran menulis; 2. Pembelajaran melalui media gambar dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk membelajarkan menulis khususnya teks percakapan, karena telah terbukti bahwa media gambar mampu meningkatkan kemampuan siswa dan mampu mengubah perilaku siswa kearah positif; 3. Peneliti lain hendaknya termotivasi untuk melengkapi penelitian ini dengan menggunakan media yang variatif untuk meningkatkan kemampuan menulis teks percakapan bagi siswa; 4. Praktisi atau peneliti di bidang pendidikan dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian yang lain dengan media pembelajaran yang berbeda sehingga didapatkan berbagai alternatif media pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti, dkk.2004. Menulis. Jakarta: Depdikbud Ardiani, 2008. Peningkatan Kemampuan Bercerita dengan Menggunakan Media Audio pada Siswa Kelas 2 SLTP. Skripsi : Semarang: UNS. Depdikbud,. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Depdikbud, 2003. Keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah No. 054/C/Kep/I.83 tanggal 7 Juli 1983 dan Penegasan Ukuran Tulisan Tangan No. 0251/C2/U-88 tanggal 27 Juni 1998. Jakarta : Depdikbud Mukhtar, dan Martinis Yamin. 2007. Kiat Sukses Mengajar di Kelas. Jakarta: Nimas Multima Rasuna, 2005. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia (Bahan Ajar). Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. Resmini, Churiyah dan Nenden Sudori, 2009. Membaca dan Menulis di SD: Teori dan Pengajarannya, Bandung: UPI Pres Subchi. 2003. Meningkatkan Kemampuan Menulis Prosa Deskripsi. Semarang: UNNES. Suyatinah. 2003. Peningkatan Keefektifan Pembelajaran Menulis di Kelas II SD Negeri Ngaglik Sardonoharjo dengan Menggunakan Pendekatan Proses dan Media Gambar. Jurnal Penelitian dan Evaluasi. Tahun V. Nomor 6: 128-141. Yogyakarta: UNY.