PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA
ACHMAD FAUZAN
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penilaian Tingkat Teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2009 Achmad Fauzan
ABSTRAK ACHMAD FAUZAN. C44053774. Penilaian Tingkat Teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta. Dibimbing oleh YOPI NOVITA dan VITA RUMANTI KURNIAWATI. Dok Pembinaan UPT BTPI adalah salah satu galangan yang terletak di komplek UPT BTPI Muara Angke Jakarta. Saat ini, galangan tersebut hanya melayani kegiatan reparasi bagi kapal-kapal yang ada di sekitar Muara Angke. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan reparasi cukup lama, sehingga sering terjadi antrian kapal. Banyaknya permintaan untuk mereparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI, menjadi alasan perlunya meningkatkan kapasitas di galangan tersebut. Namun sebelum ditingkatkan, perlu dilakukan terlebih dahulu penilaian tingkat teknologi yang ada saat ini di galangan Dok Pembinaan UPT BTPI. Penilaian tingkat teknologi dilakukan dengan menghitung nilai TCC (technology contribution coefficient) dari komponen teknologi technoware (perangkat keras), humanware (perangkat pelaku), infoware (perangkat informasi), dan orgaware (perangkat organisasi). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2008 dengan menggunakan metode survei di Dok Pembinaan UPT BTPI, Muara Angke Jakarta. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mendeskripsikan teknik reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI. Selanjutnya, untuk menilai tingkat teknologi pada galangan digunakan model teknometrik dengan menilai kontribusi komponen teknologi yang diterapkan di galangan meliputi komponen technoware, humanware, infoware, dan orgaware. Tahapan reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI terdiri atas: persiapan, pemeriksaan, pembersihan, penggantian kayu yang rusak berat, pemakalan, pembakaran, pendempulan, dan pengecatan. Nilai kontribusi komponen orgaware memiliki nilai kontribusi terendah sebesar 0,347 sedangkan komponen humanware memiliki kontribusi tertinggi sebesar 0,600. Nilai TCC dari Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke sebesar 0,447 menunjukkan bahwa teknologi di galangan tersebut sudah wajar dan dapat dikatakan tingkat teknologi galangan kapal tersebut berada pada level semi modern. Kata kunci: teknologi, galangan, model teknometrik
PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA
ACHMAD FAUZAN
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Skripsi
: Penilaian Tingkat Teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta
Nama
: Achmad Fauzan
NRP
: C44053774
Mayor
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui:
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Yopi Novita, S.Pi., M.Si. NIP: 132 258 291
Vita Rumanti K., S.Pi., M.T. NIP: 132 312 486
Diketahui: Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP: 131 578 799
Tanggal Lulus: 28 Mei 2009
KATA PENGANTAR Skripsi dengan judul Penilaian Tingkat Teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan
gelar sarjana
pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Yopi Novita, S.Pi., M.Si. dan Vita Rumanti Kurniawati, S.Pi., M.T. selaku komisi pembimbing atas segala saran, arahan, perhatian, dan motivasi yang sungguh tidak ternilai harganya selama penelitian ini berlangsung; 2. Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. selaku Ketua Departemen PSP dan Dr. Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si. selaku komisi pendidikan Departemen PSP; 3. Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si. dan Retno Muninggar, S.Pi., ME. selaku penguji tamu atas kesediaan waktu, serta saran, arahan, dan masukannya; 4. Pak Sidik, Pak Budijanto, Pak Mujono, dan seluruh staf UPT BTPI serta karyawan di Dok Pembinaan UPT BTPI atas seluruh bantuannya saat pengambilan data; dan 5. Pihak terkait yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Juni 2009 Achmad Fauzan
UCAPAN TERIMA KASIH 1.
H. M. Mukim Chalifah dan Hj. Siti Aisyah atas kasih sayang, perhatian, pengertian, kesabaran, dan ketabahannya;
2.
Mba Nana, Mba Ririn, Amin, Ela, dan Zaza yang tak henti-hentinya memberikan kasih sayang, perhatian, dan motivasi agar selalu sabar menjalani hidup ini;
3. Aufa Hilliyun Aidha Syafril yang selalu memberi semangat sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditargetkan; 4. Teman-teman seperjuangan di Departemen PSP, khususnya Angkatan 42 atas kekompakkan dan kebersamaan yang indah selama ini; 5. Bramantyas Febriyansyah, M. Anggi Natapraja, dan Arief Mullah yang bersama penulis saling membantu saat pengambilan data di Muara Angke Jakarta; dan 6. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini.
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Bogor pada tanggal 7 Agustus 1987 dari pasangan H. M. Mukim Chalifah dan Hj. Siti Aisyah. Penulis adalah anak ke tiga dari enam bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 39 Jakarta pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis lulus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di IPB sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dengan Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap. Selain mengikuti perkuliahan mayor, penulis juga mengikuti perkuliahan Minor Statistika Industri. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Pengembangan
Minat
dan
Bakat
HIMAFARIN
(Himpunan
Mahasiswa
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan) periode 2006-2007 dan anggota Departemen Kewirausahaan HIMAFARIN periode 2007-2008.
Selain itu, penulis juga
menjadi asisten mata kuliah Kapal Perikanan tahun 2008-2009. Pada tahun 2008 hingga 2009, penulis melakukan penelitian dengan judul ”Penilaian Tingkat Teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Tujuan ......................................................................................................... 2 1.3 Manfaat ....................................................................................................... 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terminologi ................................................................................................ 4 2.1.1 Tradisional ........................................................................................ 4 2.1.2 Modern ............................................................................................. 4 2.1.3 Teknologi ......................................................................................... 4 2.2 Galangan Kapal .......................................................................................... 9 2.2.1 Lokasi galangan kapal ...................................................................... 9 2.2.2 Aktivitas reparasi di galangan kapal ................................................ 9 2.2.3 Jenis instalasi galangan .................................................................... 11 2.3 Model Teknometrik .................................................................................... 11 2.3.1 Pengukuran komponen teknologi ..................................................... 12 2.3.2 Beberapa penelitian menggunakan model teknometrik ................... 14 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 15 3.2 Jenis Data ................................................................................................... 15 3.3 Pengumpulan Data ..................................................................................... 15 3.4 Pengolahan Data ......................................................................................... 16 3.5 Analisis Data .............................................................................................. 16 4 KEADAAN UMUM GALANGAN 4.1 Produktivitas Galangan .............................................................................. 27 4.2 Organisasi ................................................................................................... 29 4.3 Sarana dan Prasarana .................................................................................. 30 4.4 Sumberdaya Manusia ................................................................................. 33 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Teknik Reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI ......................................... 34 5.1.1 Tata cara pelayanan reparasi ............................................................ 34 5.1.2 Tahapan reparasi kapal ..................................................................... 35 5.2 Tingkat Teknologi di Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke .............. 44
6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 55 6.2 Saran ........................................................................................................... 55 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 56 LAMPIRAN ......................................................................................................... 59
ix
DAFTAR TABEL Halaman 1
Penilaian kualitatif TCC.................................................................................. 14
2
Kriteria pemberian skor derajat kecanggihan komponen teknologi .............. 17
3 Penilaian batas bawah dan batas atas komponen teknologi ............................ 18 4
Matriks penilaian kriteria komponen technoware........................................... 19
5
Matriks penilaian kriteria komponen humanware .......................................... 20
6
Matriks penilaian kriteria komponen infoware...............................................20
7
Matriks penilaian kriteria komponen orgaware.............................................. 21
8
Skala tingkat kepentingan relatif untuk menghitung intensitas kontribusi komponen ...................................................................................... 24
9
Penilaian kualitatif berdasarkan selang TCC .................................................. 25
10 Tingkat teknologi TCC ................................................................................... 25 11 Produktivitas Dok Pembinaan UPT BTPI dan produktivitas seluruh galangan yang ada di lingkungan UPT BTPI pada tahun 2007 ..................... 28 12 Peralatan yang digunakan pada galangan kapal yang diteliti .......................... 31 13 Alokasi tenaga kerja di Dok Pembinaan UPT BTPI ....................................... 33 14 Waktu pelayanan reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI..................... 34 15 Matriks hasil penilaian kriteria komponen technoware .................................. 45 16 Matriks hasil penilaian kriteria komponen humanware .................................. 47 17 Matriks hasil penilaian kriteria komponen infoware....................................... 48 18 Matriks hasil penilaian kriteria komponen orgaware ..................................... 49 19 Hasil penghitungan derajat kecanggihan, pengkajian SOTA, kontribusi komponen, intensitas komponen, dan nilai TCC .......................... 50
x
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Interaksi dinamis antara komponen teknologi ............................................... 6
2
Prosedur penghitungan TCC menggunakan model teknometrik ................... 26
3
Perbandingan produktivitas Dok Pembinaan UPT BTPI dengan produktivitas seluruh galangan di lingkungan UPT BTPI ................ 29
4
Struktur organisasi Dok Pembinaan UPT BTPI ............................................ 30
5
Layout Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke......................................... 32
6
Tata cara pelayanan reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI ......................... 35
7
Diagram alir proses reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI ................ 36
8
Peralatan yang digunakan untuk menaikkan kapal ke atas slipway ............... 37
9
Posisi kapal di atas slipway ............................................................................ 38
10 Peralatan yang digunakan dalam proses pembersihan ................................... 39 11 Kapal yang menjalani reparasi berat .............................................................. 40 12 Alat dan bahan pada proses pemakalan ......................................................... 41 13 Proses pembakaran permukaan kayu pada badan kapal ................................ 42 14 Proses pendempulan pada badan kapal .......................................................... 42 15 Proses pengecatan pada badan kapal ............................................................. 43
xi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Matriks hasil survei dan skoring kriteria komponen teknologi ........................ 59 2 Kuesioner penilaian intensitas kontribusi komponen teknologi ....................... 63 3 Data produktivitas bulanan Dok Pembinaan UPT BTPI tahun 2007 ............... 64 4 Contoh Surat Keterangan Naik Dok ................................................................. 69 5 Contoh Blangko Pengecekan Perbaikan Kapal ................................................ 70 6 Contoh penghitungan rating state of the art dan kontribusi komponen teknologi ........................................................................................................... 72
xii
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kapal ikan merupakan salah satu komponen pada unit penangkapan ikan, selain nelayan dan alat tangkap. Dalam penggunaannya, bagian kapal yang selalu berinteraksi dengan air laut sering mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut seperti korosi pada kapal besi dan pelapukan pada kapal kayu. Bahkan pada bagian kapal kayu yang sering terkena air laut biasanya ditempeli biota laut seperti teritip dan cacing Teredo navalis (hewan semacam kerang pengebor) yang dapat menyebabkan kerusakan pada badan kapal. Oleh karena itu, perlu adanya reparasi kapal untuk menjaga agar kapal tetap dalam keadaan baik dalam menjalankan fungsinya sebagai salah satu unit usaha penangkapan ikan. Pekerjaan reparasi yang harus dilakukan akan semakin banyak seiring bertambahnya usia kapal. Pekerjaan reparasi dapat dilakukan di suatu tempat yang disebut galangan kapal. Galangan kapal tidak saja digunakan untuk mereparasi kapal, akan tetapi juga merupakan tempat untuk membangun kapal. Kemampuan galangan untuk membangun dan mereparasi kapal tergantung kepada teknologi yang dimilikinya. Galangan kapal di Indonesia umumnya didominasi oleh galangan kapal yang dikategorikan sebagai galangan tradisional.
Dikategorikan sebagai galangan
tradisional karena cara pembuatan kapal mengikuti tradisi yang dilakukan secara turun-temurun.
Umumnya cara pembuatan kapal secara turun-temurun tidak
dilengkapi dengan perencanaan dan perhitungan Naval Architect sebelumnya. Oleh karena itu, galangan tradisional merupakan galangan dengan tingkat teknologi yang tradisional. Menurut Sa’id et al. (2001), pengertian teknologi tradisional sesungguhnya adalah teknologi yang sangat sedikit terkena sentuhan teknologi, sedangkan teknologi mutakhir sangat mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Selama ini banyak orang yang memahami teknologi dalam arti sempit, yang memandang teknologi hanya dari segi metode dan keteknikan saja.
Namun sebenarnya
teknologi merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen perangkat keras maupun lunak yang secara totalitas dibutuhkan manusia untuk
2
memenuhi kebutuhannya sebagaimana yang dikemukakan Jaya (2004).
Oleh
karena itu, dalam penelitian ini tingkat teknologi dari suatu galangan akan dikaji dari empat komponen teknologi, yaitu: technoware (perangkat keras), humanware (perangkat pelaku), infoware (perangkat informasi), dan orgaware (perangkat organisasi). Dok Pembinaan UPT BTPI adalah salah satu galangan yang terletak di komplek UPT BTPI Muara Angke Jakarta. Saat ini, galangan tersebut hanya melayani kegiatan reparasi bagi kapal-kapal yang ada di sekitar Muara Angke. Kegiatan pembangunan kapal sudah tidak dilakukan lagi karena biaya yang tinggi dalam mendatangkan kayu untuk membangun kapal.
Mahalnya biaya untuk
mendatangkan kayu dari tempat asalnya membuat harga jual kapal kayu sangat tinggi sehingga pembeli beralih ke galangan kapal lain di daerah yang memiliki sumber kayu melimpah dengan harga yang relatif lebih murah. Dok Pembinaan UPT BTPI merupakan salah satu galangan yang menjadi tujuan kapal yang akan melakukan reparasi di Muara Angke. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan reparasi cukup lama, sehingga sering terjadi antrian kapal yang akan melakukan reparasi. Banyaknya permintaan untuk mereparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI, menjadi alasan perlunya meningkatkan kapasitas di galangan tersebut. Sebelum dilakukan peningkatkan teknologi, perlu dilakukan terlebih dahulu penilaian tingkat teknologi yang ada saat ini di galangan Dok Pembinaan UPT BTPI.
1.2 Tujuan 1) Mendeskripsikan teknik reparasi kapal ikan di Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta; dan 2) Menentukan tingkat teknologi di Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta berdasarkan komponen teknologi technoware, humanware, infoware, dan orgaware.
3
1.3 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan kepada pihak yang terkait yaitu Pemerintah Daerah DKI Jakarta dan pihak UPT BTPI Muara Angke mengenai tingkat teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi pihak Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta untuk pengembangan teknologi dan kemajuan galangan kapal.
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terminologi 2.1.1 Tradisional Susilo et al. (1992) menjelaskan bahwa tradisional adalah kebiasaan yang timbul dan berkembang serta melembaga dalam masyarakat dari masa ke masa untuk kurun waktu tertentu, sekurang-kurangnya sampai dua generasi. Tradisional juga dapat diartikan sebagai sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun atau menurut tradisi (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1999). Namun dalam konteks reparasi kapal ikan, istilah tradisional tersebut tidak diartikan sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman atau sesuatu yang sudah tidak layak lagi untuk diterapkan. Cara reparasi kapal yang seolah-olah telah menjadi tradisi turun-temurun inilah yang kemudian memunculkan istilah tradisional di atas. 2.1.2 Modern Modern dapat diartikan sebagai sikap dan cara berfikir serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1999).
Brinton (1981) menjelaskan bahwa modern
berasal dari kata tambahan Bahasa Latin ”kemudian” yang berarti sekarang ini, dan dalam Bahasa Inggris berarti yang berlaku sekarang sebagai lawan kuno (ancient). Salah satu ciri dari kehidupan modern adalah kesadaran akan suatu cara hidup baru yang lebih baik dan dimiliki bersama serta berlainan dengan cara hidup nenek moyang. Oleh karena itu, manusia diharapkan mampu menghasilkan suatu cara, metode ataupun proses baru yang lebih baik dan berbeda dengan cara hidup generasi sebelumnya agar dapat memenuhi kebutuhan dan meningkatkan taraf hidupnya sesuai dengan tuntutan zaman. 2.1.3 Teknologi Teknologi dapat dikatakan sebagai sebuah proses kreatif yang melibatkan manusia, pengetahuan, dan sumber-sumber material untuk menyelesaikan permasalahan dan meningkatkan efisiensi (Hall et al., 1994 vide Indrawati, 2003).
5
Salah satu cara yang dapat ditempuh manusia agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan tuntutan zaman adalah melalui penerapan dan pengembangan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan.
Undang-Undang
(UU) No.18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menjelaskan bahwa teknologi adalah suatu cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan dan peningkatan mutu kehidupan manusia.
Teknologi juga berarti kemampuan teknik yang berlandaskan
pengetahuan ilmu eksakta yang bersandarkan pada proses teknik atau sering disebut ilmu teknis (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1999).
Selain itu, Sewoyo (2001) vide Suryansyah (2005) juga
mengemukakan bahwa teknologi dapat berupa teknik, metode atau cara serta peralatan
yang dipergunakan untuk
menyelenggarakan suatu rancangan
transformasi input menjadi output dengan sasaran tertentu yang didasarkan atas hasil ilmu pengetahuan (science) dan rekayasa (engineering) tercapai. Menurut Purwasasmita (2000), peta teknologi mengenal adanya empat komponen teknologi yang saling terkait yang dapat menjelaskan tingkat kecanggihan pemanfaatan suatu teknologi, yaitu: teknologi (technoware), organisasi (orgaware), tenaga kerja (humanware), dan informasi tentang teknologi yang dimiliki (infoware).
Identifikasi tingkat kecanggihan suatu
teknologi dapat dilakukan dengan melihat interaksi dinamis yang terjadi di antara komponen-komponen tersebut.
Gambar interaksi dinamis antara komponen
teknologi disajikan pada Gambar 1. 1) Technoware; teknologi yang melekat pada obyek (object embodied technology) meliputi seluruh fasilitas fisik yang diperlukan dalam operasi transformasi, seperti instrumen, peralatan, permesinan, alat pengangkutan, dan infrastuktur fisik; 2) Humanware; teknologi yang melekat pada manusia (person embodied technology) meliputi seluruh kemampuan (abilities) yang dimiliki dan diperlukan dalam operasi transformasi seperti pengetahuan (knowledge),
6
keterampilan (skill), kebijakan (wisdom), kreativitas (creativity), dan pengalaman (experience); 3) Infoware; teknologi yang melekat pada dokumen (document embodied technology) mencakup seluruh fakta dan gambar-gambar yang diperlukan dalam operasi transformasi seperti informasi tentang proses (process), prosedur, teknik, metode, teori, spesifikasi, pengamatan (observation), serta keterkaitan (relation); dan 4) Orgaware; teknologi yang melekat pada kelembagaan (institution embodied technology) mencakup kerangka kerja yang diperlukan pada operasi transformasi seperti praktek manajemen (management practice), pertalian (linkage), dan pengaturan organisasi (organizational arrangement).
Sumber: Indrawati, 2003
Gambar 1 Interaksi dinamis antara komponen teknologi. Technoware adalah inti sistem transformasi yang dikembangkan, diinstalasi, dioperasikan, dan ditingkatkan oleh humanware. Humanware adalah inti dari suatu operasi transformasi, humanware bekerja berdasarkan panduan dari infoware. Infoware menggambarkan akumulasi pengetahuan manusia yang selalu berkembang secara berkelanjutan dan perlu diperbaharui dalam menunjang kerja efektif humanware dan technoware. Orgaware diperlukan dalam mengkoordinasi infoware, humanware, dan technoware dalam menjalankan operasi transformasi. (UN-ESCAP, 1989 vide Indrawati, 2003).
7
1) Teknologi tradisional Menurut Suryana (2008), perkembangan teknologi dalam masyarakat tradisional tidak terlalu pesat, meskipun tidak selambat dalam masyarakat ladang berpindah apalagi masyarakat berburu dan meramu. Inovasi terpenting teknologi tradisional adalah dari sudut bahan dasar dan fungsi. Bahan dasar teknologi tradisional adalah dari logam, sementara dari fungsinya teknologi tradisional tidak hanya sebatas sebagai kepanjangan tangan saja, tetapi sudah menjadi kepanjangan seluruh tubuh. 2) Teknologi modern Enam ciri teknologi modern menurut Suryana (2008), yaitu: a. Teknologi modern adalah teknologi yang telah melepaskan dirinya dari pasokan energi alam (seperti air dan angin); b. Teknologi modern lahir oleh hasrat menguasai alam; c. Teknologi modern dicirikan oleh orientasi yang serba komersial; d. Teknologi modern dicirikan oleh sistem hak individual yang dilegalisasikan oleh paten. Sistem kepemilikan pada teknologi modern adalah kompensasi biaya yang harus dikeluarkan dalam proses menemukan dan mengembangkan teknologi modern; e. Teknologi modern memiliki nilai jual yang tinggi.
Itulah sebabnya
banyak yang tidak segan menginvestasikan modal untuk melakukan penelitian dasar agar berhasil menciptakan dan mengembangkan sebuah teknologi baru; dan f. Teknologi modern menjadi salah satu faktor pendorong ekspansi perusahaan-perusahaan internasional yang telah melampaui kedaulatan negara. Berbagai penemuan dan pengembangan teknologi modern yang terkait dengan proses produksi memungkinkan berbagai perusahaan multinasional membuka pabrik di negara-negara Asia Tenggara setelah ia menerapkan sistem dan berjalan pada manajemen produksinya. 3) Penilaian teknologi Penilaian teknologi merupakan tinjauan teknologi yang teratur tentang kekuatan dan kelemahan teknologi yang berkaitan dengan produk dan proses
8
(dalam konteks bisnis saat ini dan di masa mendatang). Penilaian teknologi dapat berupa: melakukan pemeriksaan dan audit terhadap teknologi yang digunakan serta melakukan perbandingan dengan dasar bench-marking antara teknologi yang digunakan terhadap praktek industri terbaik. Penilaian teknologi menurut Lowe (1995) bertujuan untuk: a. Menjelaskan dan menilai teknogi yang sedang digunakan; b. Melakukan evaluasi biaya dan nilai tambah dari teknologi yang digunakan; c. Melakukan identifikasi kekuatan dan kelemahan dari operasi teknologi perusahaan; d. Menunjukkan cara membangun atau meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan melalui pemanfaatan yang lebih baik dari teknologi yang ada; e. Melakukan identifikasi teknologi yang ada dan tersedia yang dapat dimanfaatkan perusahaan dalam produk dan operasi bisnisnya; f. Menentukan dampak dan nilai tambah dari suatu penggunaan teknologi baru (dampak teknologi yang terjadi pada lingkungan dan masyarakat); dan g. Menilai pilihan teknologi yang mungkin bagi perusahaan. Audit teknologi merupakan proses identifikasi dan evaluasi kemampuan teknologi suatu perusahaan (Dussage, 1997). Audit ini sebagai proses analisis bisnis global suatu perusahaan yang dipusatkan pada identifikasi dan evaluasi kebutuhan serta kemampuan teknologi dan inovasinya. Audit teknologi bertujuan untuk: a. Mendiagnosis kapasitas teknologi dan inovasi, kebutuhan dan peluang perusahaan, serta membantu perusahaan dalam mengembangkan dan meningkatkan persaingan; b. Melakukan bench-marking antar perusahaan serta evaluasi posisi persaingan perusahaan dan mendorong peningkatan kinerja yang berkelanjutan; dan c. Mendefinisikan jasa yang ditawarkan oleh infrastruktur teknologi, konsepsi program dan orientasi kebijakan perusahaan terhadap industri,
9
sehingga mempunyai pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan riil perusahaan. Audit
teknologi
dapat
menggunakan beberapa pendekatan model,
diantaranya adalah model teknometrik (UN-ESCAP,1989), model audit teknologi (GRACIA-ARREOLA), dan model audit teknologi (SELADA-VELOSO).
2.2 Galangan Kapal Menurut Storch (1995) galangan kapal merupakan suatu industri yang berorientasi untuk menghasilkan suatu produk seperti kapal (ship), bangunan lepas pantai (offshore), dan bangunan terapung (floating plant) untuk kebutuhan pelanggan (owner, perusahaan, dan pemerintah). Selain sebagai tempat kegiatan membangun kapal, galangan kapal juga melayani kegiatan reparasi kapal. 2.2.1 Lokasi galangan kapal Menurut Pulungan (1986), letak galangan kapal perikanan harus mempunyai nilai strategis untuk keperluan produksi. Oleh karena itu, pembangunan galangan harus direncanakan pada lokasi yang memenuhi syarat-syarat tertentu, diantaranya: 1) Di sekitar pinggiran pantai atau dekat muara sungai; 2) Di sekitar laut, dimana banyak beroperasi kapal-kapal perikanan; 3) Daerah yang dekat dengan pelabuhan ekspor-impor, agar transportasi peralatan yang diimpor semakin cepat penyediaannya; dan 4) Daerah yang penduduknya banyak dan mempunyai keterampilan dalam industri logam. Hal ini akan mempermudah dalam mendapatkan tenaga kerja, apabila mendapat banyak order. 2.2.2 Aktivitas reparasi di galangan kapal Menurut Korniak (1970) vide Pulungan (1986), kebutuhan untuk reparasi kapal timbul karena: 1) Keusangan normal akibat umur kapal yang lanjut; 2) Kesalahan operasi dan prosedur pemeliharaan; 3) Mutu material yang jelek digunakan untuk konstruksi; 4) Mutu bahan bakar (minyak dan pelumas) yang jelek; dan
10
5) Bencana alam. Perawatan kapal bertujuan agar kapal selalu dalam keadaan baik, bersih dan rapi. Sehingga bila sewaktu-waktu diperlukan kapal tetap dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Menurut Simbolon (1992) vide Fauziyah (1997),
perawatan kapal baik untuk kapal kayu maupun kapal besi pada umumnya terdiri dari empat bagian utama, yaitu: pemeliharaan harian (pemeliharaan rutin), pemeliharaan tahunan (servis tahunan), dok besar (servis besar), dan pemeliharaan darurat (servis darurat). Penguraian keempat bagian tersebut sebagai berikut: 1) Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilakukan setiap hari baik saat kapal berada di pelabuhan maupun sedang berlayar atau berada di tengah laut. Perawatan tersebut meliputi: a. Kebersihan dek (penyiraman dek) yang dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari; b. Pembersihan dinding-dinding kapal dan bagian luar kapal lainnya; dan c. Pemeliharaan alat-alat perlengkapan kapal tetap, alat navigasi, alat penangkap ikan, alat penolong dan alat lainnya yang bersifat mudah aus (korosif). 2) Pemeliharaan tahunan (servis tahunan) adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk menjaga kebersihan seluruh bagian kapal baik yang berada di atas maupun di bawah permukaan air serta pengecatan kapal. Periodenya adalah 10-12 bulan sekali. Perawatan itu meliputi: a. Pembersihan buritan dan pengecatan seluruh bagian kapal; dan b. Pemeriksaan kulit kapal, mesin induk dan mesin bantu, alat-alat navigasi, alat tangkap beserta alat bantunya, dan perlengkapan kapal tetap. 3) Dok besar (servis besar) dilakukan empat kali setahun. Perawatan itu meliputi: a. Pemeriksaan atau pengeboran kulit kapal dan penggantian kulit kapal bila perlu; b. Semua pekerjaan dalam servis tahunan; dan c. Overhaul mesin induk, mesin bantu, dan peralatan lainnya. 4) Servis darurat adalah perawatan dalam keadaan darurat, misalnya terjadi kerusakan akibat tabrakan, kandas, dan lain-lain. Servis darurat dilakukan jika perlu, sesuai dengan kerusakan kapal.
11
Menurut Fauziyah (1997) perbaikan kapal pada umumnya antara lain: perbaikan jangkar, baling-baling, perkayuan, dan pengecatan.
Klasifikasi
perbaikan kapal perikanan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1) Badan kapal; meliputi perbaikan kapal pada umumnya (perbaikan jangkar, baling-baling, perkayuan, dan pengecatan); 2) Mesin kapal; meliputi perbaikan mesin utama dan mesin bantu, instalasi pipa, cerobong dan tangki-tangki, instalasi dan perawatan elektrik, serta peralatan pengukur; dan 3) Instalasi khusus; meliputi perbaikan alat penangkap ikan, peralatan navigasi dan penelitian, instalasi pendingin, instalasi pengangkutan, dan perlengkapan processing hasil tangkapan. 2.2.3 Jenis instalasi galangan Jenis instalasi doking menurut UPT BTPI terdiri atas tiga macam, yaitu: 1) Dok kolam (graving dock); merupakan suatu bangunan dari beton bertulang dengan bentuk seperti kolam dan dilengkapi dengan pintu kedap di mulut galangan dan pompa sebagai modal utama dalam pengoperasiannya; 2) Dok apung (floating dock); merupakan suatu bangunan dari baja berbentuk ponton dilengkapi pompa dan crane, cara pengoperasiannya dengan mengisi air dan membuang air di dalam tangki dengan alat utama pompa; dan 3) Landasan tarik (slipway); merupakan bangunan beton yang terdiri dari pondasi beton dan diberi rel memanjang dari darat ke laut dengan ukuran sesuai dengan ketentuan.
2.3 Model Teknometrik Model teknometrik mengukur kontribusi gabungan dari masing-masing komponen teknologi menuju pada sofistikasi teknologi yang dioperasikan pada fasilitas transformasi. Selain itu, model ini menilai empat komponen pembentuk teknologi yang secara bersama-sama berperan memberikan kontribusi dalam suatu transformasi input menjadi output.
Model ini digunakan untuk menilai dan
mengukur kandungan teknologi melalui keempat komponen teknologi menurut United Nation-Economic and Social Commision for Asia and the Pasifik (UNESCAP, 1989 vide Hany, 2000).
12
Selanjutnya, Hany (2000) mengatakan bahwa teknologi merupakan alat yang sangat vital dan sangat berperan dalam suatu sistem produksi. Technoware membutuhkan humanware dengan kemampuan tertentu, begitu juga humanware harus ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan perkembangan technoware. Infoware sebagai suatu informasi yang memberikan pemahaman dan peningkatan kinerja juga perlu secara teratur diperbaharui, sedangkan orgaware perlu terus ditingkatkan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi. 2.3.1 Pengukuran komponen teknologi Model
teknometrik
mendefinisikan
koefisien
kontribusi
teknologi
(technology contribution coefficient) yang selanjutnya disebut TCC dalam suatu fasilitas transformasi dan diberikan menurut persamaan (UN-ESCAP 1989): TCC = T βt × H βh × I βi × O βo T, H, I, O adalah kontribusi dari masing-masing komponen teknologi dan β merupakan intensitas kontribusi dari masing-masing komponen terhadap koefisien TCC.
TCC tidak memungkinkan bernilai nol karena tidak ada aktivitas
transformasi tanpa keterlibatan seluruh komponen teknologi.
Artinya, fungsi
TCC tidak memungkinkan T, H, I, O bernilai nol. Menurut UN-ESCAP (1989) vide Hany (2000) terdapat lima langkah untuk mengestimasikan nilai T, H, I, O, βt, βh, βi, βo, yaitu: 1) Estimasi derajat kecanggihan Nilai derajat kecanggihan menunjukkan kecanggihan dari setiap komponen teknologi yang ada di galangan. Penentuannya dilakukan dengan cara: a. Pengumpulan data derajat kecanggihan komponen teknologi dilakukan dengan pengamatan kualitatif komponen teknologi dan pengumpulan informasi teknologi yang relevan dengan penggunaan teknologi; b. Identifikasi seluruh komponen technoware dan humanware pada fasilitas transformasi, sedangkan untuk infoware dan orgaware evaluasi dilakukan pada tingkat perusahaan; dan c. Penentuan batas bawah dan batas atas derajat kecanggihan masing-masing komponen teknologi.
13
2) Pengkajian state of the art State of the art adalah tingkat kompleksitas dari masing-masing komponen teknologi.
Selanjutnya Hany (2000) menyatakan bahwa penentuan status
komponen teknologi terhadap state of the art-nya memerlukan pengetahuan teknis yang dalam.
Pendekatan yang digunakan untuk mengkaji state of the art
komponen teknologi didasarkan pada kriteria generik. Generik adalah kriteria yang dikembangkan dengan sistem rating state of the art keempat komponen teknologi. Setiap kriteria diberi skor 10 untuk spesifikasi terbaik dan skor nol untuk spesifikasi terendah yang diijinkan. Skor untuk nilai spesifikasi diantaranya dilakukan dengan bantuan interpolasi. 3) Penentuan kontribusi komponen Kontribusi komponen ditentukan dengan menggunakan nilai-nilai yang telah diperoleh dari batasan derajat kecanggihan dan rating state of the art. Nilai kontribusi merupakan nilai yang dapat digunakan untuk menduga besarnya kontribusi masing-masing komponen teknologi terhadap nilai TCC. 4) Pengkajian intensitas kontribusi komponen Intensitas kontribusi komponen dapat dilakukan dengan bantuan matrik perbandingan berpasangan. Prosedur estimasinya sebagai berikut: a. Keempat komponen teknologi diatur secara hierarki dengan urutan kepentingan meningkat.
Nilai β yang berkaitan dengan komponen-
komponen ini diatur dalam urutan kepentingan yang sama; b. Nilai-nilai tersebut ditransformasikan ke dalam prosedur perbandingan berpasangan; dan c. Perbandingan berpasangan harus memenuhi syarat konsistensi, artinya memenuhi aturan ordinal. Secara umum dapat dikatakan bahwa bila suatu komponen memiliki urutan tingkat kepentingan lebih besar dari komponen lainnya, maka β komponen tersebut akan lebih besar dari yang lainnya.
14
5) Penghitungan TCC Berdasarkan nilai T, H, I, O dan nilai β-nya, koefisien kontribusi teknologi (TCC) dapat dihitung.
Nilai TCC maksimum satu.
Nilai TCC dari suatu
perusahaan menunjukkan kontribusi teknologi dari operasi transformasi total terhadap output. Menurut Wiraatmaja dan Ma’ruf (2004) nilai dari TCC dapat menunjukkan level teknologi pada suatu perusahaan seperti yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Penilaian kualitatif TCC Nilai TCC 0,1 0,3 0,5 0,7 0,9 1,0
Klasifikasi Sangat rendah Rendah Wajar Baik Sangat baik Kecanggihan mutakhir
Sumber: Wiraatmaja dan Ma’ruf, 2004
2.3.2 Beberapa penelitian menggunakan model teknometrik Indrawati (2003), dalam tesisnya menganalisis pengaruh komponen teknologi technoware, humanware, infoware, dan orgaware terhadap faktor utama daya saing industri kecil yang dilakukan pada industri kecil sektor pangan Kabupaten Subang.
Penelitian lain sebelumnya dilakukan oleh Hany (2000)
menganalisis kandungan teknologi terhadap perfomansi bisnis industri skala kecil yang dilakukan terhadap industri kecil sektor logam di bandung. Selain penelitian tersebut, Budikania (2008) menyusun tesis mengenai analisis kontribusi teknologi pada industri kecil dan menengah komponen elektronika. Wiraatmaja dan Ma’ruf (2004) juga melakukan penelitian dengan judul “The Assesment of Technology in Supporting Industry Located at Tegal Industrial Park” dengan menggunakan model teknometrik untuk menilai teknologi pada lokasi yang diteliti. Keempat penelitian di atas menggunakan model teknometrik untuk menduga nilai koefisien kontribusi teknologi (TCC).
3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Menurut Nazir (2003) metode survei merupakan penyelidikan yang
diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan yang faktual.
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2008 hingga April 2009, mulai dari pengambilan data sampai pengolahan data. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2008 di Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke, Jakarta. Pengolahan data dilakukan pada bulan Januari 2009 sampai April 2009.
3.2 Jenis Data Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung di lapangan sesuai dengan tujuan studi. Data primer terdiri atas: 1) Data keadaan umum galangan kapal; 2) Data aktivitas reparasi kapal; dan 3) Data yang terkait dengan komponen teknologi technoware, humanware, infoware, dan orgaware di Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari suatu sumber publikasi (pihak lain yang mengumpulkan dan mengolahnya). Data sekunder yang dikumpulkan berupa data produktivitas Dok Pembinaan UPT BTPI.
3.3 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan wawancara. Sebagai narasumber adalah manajer dan karyawan yang bekerja di galangan kapal tersebut.
Wawancara dilakukan untuk menggali informasi
mengenai teknik reparasi kapal serta komponen teknologi sesuai dengan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya.
Data yang berhubungan dengan komponen
technoware didapatkan dengan mewawancarai koordinator lapangan dan masingmasing tenaga kerja pada galangan. Data yang berhubungan dengan komponen
16
orgaware dan infoware didapatkan dengan mewawancarai manajer galangan dan koordinator lapangan.
Sedangkan data yang berhubungan dengan komponen
humanware didapatkan dengan mewawancarai semua karyawan tetap galangan kapal sebanyak sembilan orang.
3.4 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan cara mengelompokkan data hasil wawancara berdasarkan jenis komponen teknologi ke dalam tabel penilaian dasar komponen teknologi (tabulasi data). Hasil dari tabulasi data komponen teknologi dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.5 Analisis Data Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan teknik reparasi kapal ikan di Dok Pembinaan UPT BTPI. Tingkat teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Jakarta diukur menggunakan model teknometrik (UN-ESCAP 1989). Model ini menilai empat komponen pembentuk teknologi yang secara bersama-sama berperan memberikan kontribusi dalam suatu transformasi input menjadi output. Kriteria komponen teknologi yang diteliti mengacu pada kriteria yang digunakan oleh Wiraatmaja dan Ma’ruf (2004). mendefinisikan
koefisien
kontribusi
teknologi
Model teknometrik
(technology
contribution
coefficient) dalam suatu fasilitas transformasi. Terdapat lima langkah untuk mengestimasikan nilai TCC, yaitu: 1) Estimasi derajat kecanggihan; 2) Pengkajian state of the art; 3) Penentuan kontribusi komponen; 4) Pengkajian intensitas kontribusi komponen; dan 5) Penghitungan TCC. 1) Estimasi derajat kecanggihan Nilai derajat kecanggihan menunjukkan kecanggihan dari setiap komponen teknologi yang ada di galangan. Estimasi derajat kecanggihan dilakukan dengan mengacu pada salah satu prosedur yang diusulkan UN-ESCAP (1989). Untuk lebih jelasnya, prosedur tersebut disajikan pada Tabel 2.
17
Tabel 2 Kriteria pemberian skor derajat kecanggihan komponen teknologi Derajat Kecanggihan Komponen Teknologi Technoware Humanware Infoware Orgaware Fasilitas manual Kemampuan Fakta Kerangka (manual mengoperasikan pengenalan kerja usaha facilities) (operating (familianzing (striving abilities) facts) frameworks) Fasilitas tenaga Kemampuan Fakta Kerangka penggerak memasang penguraian kerja ikatan (power (setting-up (describing (tie-up facilities) abilities) facts) frameworks) Fasilitas Kemampuan Fakta Kerangka serbaguna mereparasi pengkhususan kerja (general (repairing (specifying fact) bertindak purpose abilities) berani facilities) (venturing frameworks) Fasilitas Kemampuan Fakta Kerangka penggunaan reproduksi penggunaan kerja proteksi khusus (special (reproducing (utilizing facts) (protecting purpose abilities) frameworks) facilities) Fasilitas Kemampuan Fakta Kerangka otomatisasi mengadaptasi pemahaman kerja (automatic (adaptation (comprehending stabilitasi facilities) abilities) facts) (stabiling frameworks) Fasilitas Kemampuan Fakta Kerangka terkomputerisasi mengembangkan pembiasaan kerja (computerized (improving (generalizing perluasan facilities) abilities) facts) cakrawala (prospecting frameworks) Fasilitas Kemampuan Fakta Kerangka integrasi inovasi pengkajian kerja (integrated (innovation (assessing memimpin facilities) abililities) facts) (leading frameworks)
Skor 1 2 3
2 3 4
3 4 5
4 5 6
5 6 7
6 7 8
7 8 9
Sumber: Indrawati, 2003
Dengan menggunakan tabel tersebut, batas bawah (lower limit) dan batas atas (upper limit) setiap komponen teknologi dapat diduga. Identifikasi seluruh komponen technoware dan humanware pada fasilitas transformasi, sedangkan untuk komponen infoware dan orgaware dilakukan pada tingkat perusahaan. Transformasi dalam hal ini adalah proses reparasi kapal.
18
Nilai batas bawah menunjukkan tingkat kecanggihan (kerumitan) yang paling rendah (sederhana) pada masing-masing komponen teknologi. Sementara itu, nilai batas atas menunjukkan tingkat kecanggihan (kerumitan) yang paling tinggi (kompleks) pada masing-masing komponen teknologi.
Sebagai contoh
seperti pada Tabel 2, komponen technoware yang masih menggunakan fasilitas manual saja, tanpa dilengkapi fasilitas lainnya yang lebih kompleks memiliki nilai batas bawah 1 dan batas atas 3. Sedangkan untuk komponen technoware yang memiliki fasilitas manual tersebut dan dilengkapi dengan fasilitas tenaga penggerak maka nilai batas bawahnya adalah 1 dan nilai batas atasnya 4. Prosedur ini berlaku juga untuk ketiga komponen teknologi lainnya. Nilai batas bawah dan batas atas ini nantinya akan digunakan untuk menghitung nilai kontribusi masing-masing komponen teknologi. Nilai dari batas bawah dan batas atas kemudian dimasukkan ke dalam Tabel 3. Tabel 3 Penilaian batas bawah dan batas atas komponen teknologi Limit
Komponen
Lower
Upper
Technoware
LT:
UT:
Humanware
LH:
UH:
Inforware
LI:
UI:
Orgaware
LO:
UO:
Keterangan: LT = batas bawah technoware UT = batas atas technoware LH = batas bawah humanware UH = batas atas humanware
LI UI LO UO
= batas bawah infoware = batas atas infoware = batas bawah orgaware = batas atas orgaware
19
2) Pengkajian state of the art (SOTA) State of the art adalah tingkat kompleksitas dari masing-masing komponen teknologi. Sebelum dilakukan pengkajian terhadap rating state of the art setiap komponen, terlebih duhulu dilakukan penilaian terhadap masing-masing kriteria pada setiap komponen teknologi. Kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 4, 5, 6, dan 7. Tabel 4 Matriks penilaian kriteria komponen technoware No 1 2
3
4
5
6
7
8
9
Kriteria Komponen Keterangan Technoware Tipe mesin yang Manual (0); mekanik (5); otomatis digunakan (10) Tipe proses yang Sederhana: hanya satu operasi diterapkan diterapkan dalam tiap proses (2,5); kombinasi lebih dari satu operasi yang sama pada satu pekerjaan (5); kombinasi lebih dari satu operasi berbeda pada suatu pekerjaan (7,5); progresif: lebih dari satu operasi yang diselenggarakan paralel pada pekerjaan yang berbeda pos (10) Tipe operasi yang Tiap poin 2,5: Pemotongan; diselenggarakan pembengkokkan; Penggambaran; penekanan Rata-rata kesalahan yang 0% (10); 6-10% (5); 25%(0) terjadi pada saat reparasi kapal Frekuensi untuk perawatan Pemeliharaan preventif (10); sering mesin tetapi tidak secara periodik (5); pemeliharaan pemulihan (0) Keahlian teknis operator Tidak perlu keahlian teknis (10); yang dibutuhkan untuk perlu tingkat keterampilan tertentu mengoperasikan mesin (5); perlu keahlian teknis yang spesifik (0) Pemeriksaan pada setiap Pemeriksaan terkomputerisasi (10); pekerjaan pemeriksaan manual (5); tidak diperlukan pemeriksaan (0) Pengukuran pada setiap Kompleks dan terkomputerisasi pekerjaan (10); sederhana dan sketsa tangan (0) Tingkat keselamatan dan Aman (10); wajar (5); bahaya (0) keamanan kerja
Sumber: Wiraatmaja dan Ma’ruf, 2004
Skor
20
Tabel 5 Matriks penilaian kriteria komponen humanware No 1 2 3 4 5 6 7
8 9
Kriteria Komponen Humanware Kesadaran dalam tugas
Keterangan Sangat tinggi (10); rata-rata sangat rendah (0) Sangat tinggi (10); rata-rata sangat rendah (0) Sangat tinggi (10); rata-rata sangat rendah (0) Sangat tinggi (10); rata-rata sangat rendah (0) Sangat tinggi (10); rata-rata sangat rendah (0) 100% (10); <50% (0)
Skor (5);
Kesadaran kedisiplinan dan (5); tanggung jawab Kreativitas dan inovasi dalam (5); menyelesaikan masalah Kemampuan memelihara (5); fasilitas produksi Kesadaran bekerja dalam (5); kelompok Kemampuan untuk memenuhi tanggal jatuh tempo Kemampuan untuk Sangat tinggi (10); rata-rata (5); menyelesaikan masalah sangat rendah (0) perusahaan Kemampuan bekerja sama Sangat tinggi (10); rata-rata (5); sangat rendah (0) Kepemimpinan Sangat tinggi (10); rata-rata (5); sangat rendah (0)
Sumber: Wiraatmaja dan Ma’ruf, 2004
Tabel 6 Matriks penilaian kriteria komponen infoware No Kriteria Komponen Infoware 1 Bentang informasi manajemen
2
3 4 5
6
Keterangan Skor Bentang informasi termasuk perusahaan eksternal (10); informasi sebagian (5); bentang informasi tidak termasuk perusahaan eksternal (0) Perusahaan menginformasikan Selalu (10); tidak pernah (0) masalah dan kondisi internal dengan segera pada karyawan di dalam perusahaan Jaringan informasi di dalam Online (10); offline (0) perusahaan Prosedur untuk komunikasi Mudah dan transparan (10); antara anggota di perusahaan rumit (0) Sistem informasi perusahaan Akses global (10); akses untuk mendukung aktivitas nasional (7.5); akses lokal (5); perusahaan tidak ada (0) Penyimpanan dan pengambilan Terkomputerisasi (10); manual informasi kembali (5); tidak terarsip (0)
Sumber: Wiraatmaja dan Ma’ruf, 2004
21
Tabel 7 Matriks penilaian kriteria komponen orgaware No Kriteria Komponen Orgaware 1 Otonomi perusahaan 2
Visi perusahaan
3
Kemampuan perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan produktivitas Kemampuan perusahaan untuk memotivasi karyawan dengan kepemimpinan yang efektif Kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis yang berubah dan permintaan eksternal Kemampuan perusahaan untuk bekerjasama dengan supplier Kemampuan perusahaan untuk memelihara hubungan dengan pelanggan Kemampuan perusahaan untuk mendapat dukungan sumberdaya dari luar
4
5
6 7
8
Keterangan Skor Otonomi penuh (10); kontrol dari perusahaan induk (0) Mengorientasi masa depan (10); tidak ada (0) Sangat tinggi (10); sangat rendah (0)
Sangat tinggi (10); sangat rendah (0) Sangat tinggi (10); sangat rendah (0)
Sangat tinggi (10); sangat rendah (0) Sangat tinggi (10); sangat rendah (0) Sangat tinggi (10); sangat rendah (0)
Sumber: Wiraatmaja dan Ma’ruf, 2004
Penentuan skor pada Tabel 4,5,6, dan 7 adalah berdasarkan hasil identifikasi di lapangan dan wawancara. Penilaian kriteria dimana skornya tidak tertera pada acuan, maka dilakukan interpolasi dari nilai yang ada di atas dan bawahnya. Setelah dilakukan penilaian pada masing-masing kriteria sebagaimana dipaparkan di atas, maka pengkajian state of the art dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan-persamaan sebagai berikut: Technoware 1 ST1 = 10
tik k
kt
……………………….................................................(1)
k = 1,2,...,kt kt = Jumlah kriteria komponen technoware Dimana t adalah nilai kriteria ke-k dari technoware kategori i. ik
22
Humanware hij
1 SHj = 10
l
lh
………………………...............................................(2)
l = 1,2,...,lh lh = Jumlah kriteria komponen humanware Dimana h adalah nilai kriteria ke-i dari humanware kategori j. ij
Infoware 1 SI = 10
fm m
mf
………..……………….................................................(3)
m = 1,2,3,...,mf mf = Jumlah kriteria komponen infoware Dimana fm adalah nilai kriteria ke-m dari infoware pada tingkat perusahaan. Orgaware on
1 SO = 10
n
no
………………………..................................................(4)
n = 1,2,3,...,no no = Jumlah kriteria komponen orgaware Dimana O
n
adalah nilai kriteria ke-n dari orgaware pada tingkat
perusahaan 3) Penentuan nilai kontribusi setiap komponen: Penentuan
nilai
kontribusi
setiap
komponen
dilakukan
dengan
menggunakan nilai batasan derajat kecanggihan dan rating state of the art yang diformulasikan dalam persamaan berikut: T =
1 LT + ST(UT – LT) ………………………………………………(5) 9
H=
1 LH + SH(UH – LH) ……………………………….……………(6) 9
23
I =
1 LI + SI(UI – LI) ………………………………..………………(7) 9
O=
1 LO + SO(UO – LO) ……………………….……………………(8) 9
Keterangan: LT = batas bawah technoware ST = SOTA technoware UT = batas atas technoware LH = batas bawah humanware SH = SOTA humanware UH = batas atas humanware
LI SI UI LO SO UO
= batas bawah infoware = SOTA infoware = batas atas infoware = batas bawah orgaware = SOTA orgaware = batas atas orgaware
Nilai T menunjukan kontribusi dari komponen technoware, nilai H menunjukkan kontribusi dari setiap komponen humanware, nilai I menunjukkan kontribusi komponen infoware, serta nilai O menunjukkan kontribusi komponen orgaware. Pembagian dengan sembilan dilakukan agar kontribusi oleh setiap komponen pada state of the art bernilai satu. 4) Penilaian intensitas kontribusi komponen Data mengenai intensitas kontribusi komponen teknologi didapat dengan mewawancarai manajer galangan mengenai tingkat kepentingan dari komponen technoware, humanware, infoware, dan orgaware. Kuesioner mengenai intensitas kontribusi dapat dilihat pada Lampiran 2. Penghitungan nilai intensitas kontribusi masing-masing komponen teknologi dilakukan dengan menggunakan Software Criterium Decision Plus.
Skala kepentingan relatif yang digunakan untuk
menghitung intensitas kontribusi komponen disajikan pada Tabel 8.
24
Tabel 8 Skala tingkat kepentingan relatif untuk menghitung intensitas kontribusi komponen Intensitas Kepentingan 1
3
5
7
9
2,4,6,8
Definisi
Keterangan
Dua aktivitas memberikan kontribusi yang sama terhadap sebuah tujuan Suatu aktivitas terbukti lebih penting dibandingkan aktivitas Agak lebih penting daripada lainnya, tetapi kelebihan tersebut kurang meyakinkan atau tidak signifikan Terdapat bukti yang bagus dan kriteria logis yang menyatakan Lebih penting daripada bahwa salah satu aktivitas memang lebih penting daripada aktivitas lainnya Salah satu aktivitas lebih penting dibandingkan aktivitas Jauh lebih penting daripada lainnya dapat dibuktikan secara meyakinkan Suatu aktivitas secara tegas Mutlak lebih penting memiliki kepentingan yang daripada paling tinggi Dibutuhkan kesepakatan untuk Nilai tengah diantara dua menentukan tingkat pendapat yang berdampingan kepentingannya Sama pentingnya
Sumber: Saaty, 1991
Penghitungan nilai intensitas kontribusi menggunakan Software Criterium Decision Plus. Consistency ratio merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah perbaikan penilaian kepentingan oleh manajer galangan dilakukan dengan konsisten atau tidak, dengan ketentuan sebagai berikut: CR ≤ 0,1 : konsisten 0,1 < CR ≤ 0,15 : agak konsisten CR > 0,15 : tidak konsisten 5) Penghitungan TCC Dengan menggunakan nilai T, H, I, O dan nilai β-nya, technology coefficient contribution (TCC) dapat dihitung menggunakan persamaan: TCC = T βt × H βh × I βi × O βo……………………………………………..(9)
25
Keterangan: TCC = technology contribution coefficient T = nilai kontribusi komponen technoware βt = nilai intensitas kontribusi komponen technoware H = nilai kontribusi komponen humanware βh = nilai intensitas kontribusi komponen humanware I = nilai kontribusi komponen infoware βi = nilai intensitas kontribusi komponen infoware O = nilai kontribusi komponen orgaware βo = nilai intensitas kontribusi komponen orgaware Nilai TCC tidak memungkinkan nol karena tidak ada aktivitas transformasi tanpa keterlibatan seluruh komponen teknologi.
Artinya, fungsi TCC tidak
memungkinkan T, H, I, O bernilai nol. Nilai TCC maksimum satu. TCC dari suatu perusahaan menunjukkan kontribusi teknologi dari operasi transformasi total terhadap output. Nilai TCC kemudian akan dibandingkan dengan Tabel 9 dan Tabel 10 yang merupakan modifikasi dari Tabel 1. Tabel 9 Penilaian kualitatif berdasarkan selang TCC Nilai TCC 0
Klasifikasi Sangat rendah
0,1
Rendah
0,3
Wajar
0,5
Baik
0,7
Sangat baik
0,9
Kecanggihan mutakhir
Tabel 10 Tingkat teknologi TCC Nilai TCC 0
Tingkat teknologi Tradisional
0,3
Semi modern
0,7
Modern
26
Secara sistematis, prosedur penghitungan nilai TCC disajikan pada Gambar 2. Identifikasi komponen teknologi
Kriteria penentuan derajat kecanggihan
Kriteria penilaian state of the art
Penentuan derajat kecanggihan komponen teknologi
Penentuan state of the art komponen teknologi
Penentuan kontribusi komponen teknologi (T,H,I,O)
Penentuan intensitas kontribusi komponen teknologi
Penghitungan TCC
Gambar 2 Prosedur penghitungan TCC menggunakan model teknometrik.
4 KEADAAN UMUM GALANGAN 4.1 Produktivitas Galangan Dok Pembinaan UPT BTPI memiliki fungsi sebagai tempat membangun, merawat, dan memperbaiki kapal. Kegiatan membangun kapal sudah lama tidak dilakukan. Saat ini aktivitas yang dilakukan Dok Pembinaan UPT BTPI hanyalah mereparasi kapal. Sepinya order membangun kapal disebabkan tingginya biaya produksi.
Kayu sebagai bahan baku pembuatan kapal didatangkan dari luar
Jakarta, yang mengakibatkan harga kayu menjadi semakin mahal. Oleh karena itu banyak pembeli yang beralih untuk membuat kapal di daerah yang memiliki sumber kayu sehingga harga kapal menjadi lebih murah. Kemampuan fasilitas galangan membatasi volume kapal yang dapat naik ke atas slipway. Sebuah kapal yang naik tidak boleh memiliki volume lebih dari 30 GT. Kapal yang biasanya direparasi adalah kapal yang terbuat dari kayu yang umumnya merupakan kapal perikanan. Galangan juga mampu melayani reparasi kapal fiber atau kapal kayu yang dilaminasi menggunakan fiber, selain mereparasi kapal kayu.
Kapal-kapal di Muara Angke yang memiliki volume ≤ 30 GT
biasanya tidak menggunakan bahan fiber atau laminasi fiber, sehingga tidak ada order untuk jenis kapal tersebut kepada galangan. Dok Pembinaan UPT BTPI merupakan salah satu galangan yang memiliki produktivitas tinggi di lingkungan UPT BTPI. Galangan kapal yang terdapat di lingkungan UPT BTPI sebanyak empat galangan. Keempat galangan tersebut yaitu: Dok Pembinaan UPT BTPI, Fan Marine Shipyard (FMS), Karya teknik Utama (KTU), dan Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP). Seluruh galangan tersebut juga hanya melayani kegiatan reparasi kapal. Data kapal yang melakukan reparasi pada tahun 2007 di Dok Pembinaan UPT BTPI disajikan pada Lampiran 3. Produktivitas Dok Pembinaan UPT BTPI dan produktivitas seluruh galangan yang ada di lingkungan UPT BTPI disajikan pada Tabel 11.
28
Tabel 11 Produktivitas Dok Pembinaan UPT BTPI dan produktivitas seluruh galangan yang ada di lingkungan UPT BTPI pada tahun 2007 BTPI No
Bulan
Seluruh Galangan
1 s.d 10 (GT)
11 s.d 20 (GT)
21 s.d 30 (GT)
31 s.d 50 (GT)
> 50 (GT)
Jumlah
1 s.d 10 (GT)
11 s.d 20 (GT)
21 s.d 30 (GT)
31 s.d 50 (GT)
> 50 (GT)
Jumlah
1
Januari
3
1
6
-
-
10
5
3
26
3
15
52
2
Februari
1
1
6
1
-
9
1
1
23
3
11
39
3
Maret
2
3
7
-
-
12
6
3
23
1
17
50
4
April
2
1
10
-
-
13
7
2
24
4
7
44
5
Mei
3
-
11
-
-
14
8
1
38
3
11
61
6
Juni
6
-
4
-
-
10
10
8
15
0
8
41
7
Juli
1
-
10
1
-
12
2
2
32
1
12
49
8
Agustus
4
-
7
-
1
12
6
1
17
0
23
47
9
September
4
2
6
-
-
12
5
5
23
3
12
48
10
Oktober
-
-
-
-
-
0
1
2
21
4
12
40
11
November
-
-
-
-
-
0
3
0
15
3
12
33
12
Desember
-
-
-
-
-
0
4
3
20
2
6
35
26
8
67
2
1
104
58
31
277
27
146
539
Jumlah
Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2007
Setiap bulannya Dok Pembinaan UPT BTPI rata-rata dapat melayani 12 kapal dengan jumlah tertinggi pada bulan Mei sebanyak 14 kapal dan terendah pada bulan Februari sebanyak sembilan kapal. Bulan Oktober, November, dan Desember tidak ada kegiatan reparasi kapal karena pada bulan tersebut dilakukan penyelesaian pembangunan slipway di galangan. Jenis kapal yang diperbaiki adalah kapal perikanan dan kapal non perikanan yang memiliki volume ≤ 30 GT. Kapal-kapal tersebut berasal dari PPI Muara Angke, PPS Muara Baru, dan daerah lainnya yang sedang bongkar muat atau singgah di PPI Muara Angke. Setelah proses reparasi biasanya tidak pernah ada keluhan dari pemilik kapal, namun jika dihitung dalam satu tahun rata-rata Dok Pembinaan UPT BTPI mendapat keluhan dari dua pemilik kapal yang kapalnya masih mengalami kebocoran setelah direparasi. Grafik batang mengenai perbandingan produktivitas Dok Pembinaan UPT BTPI dengan produktivitas seluruh galangan yang ada di lingkungan UPT BTPI, disajikan pada Gambar 3.
29
70
Jumlah kapal
60 50 40 30 20
Dok Pembinaan
10
Seluruh galangan
0
Bulan Gambar 3
Perbandingan produktivitas Dok Pembinaan UPT BTPI dengan produktivitas seluruh galangan di lingkungan UPT BTPI.
4.2 Organisasi Dok Pembinaan UPT BTPI merupakan satu dari empat galangan yang masih aktif melayani kegiatan reparasi kapal di Muara Angke. Galangan ini dipimpin oleh seorang Manajer yang bertanggung jawab kepada Kepala UPT BTPI (Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan). Sebagai dok pembina, pada tahun 2008 Dok Pembinaan UPT BTPI menjalankan tiga program kerja, yaitu: 1) Pembinaan petugas reparasi; 2) Pembinaan tukang pakal; dan 3) Pembinaan pelayanan reparasi khususnya untuk pengurus kapal. Dok Pembinaan UPT BTPI memiliki sembilan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja tersebut terdiri dari manajer galangan, staf administrasi, koordinator lapangan, juru alur, juru mesin, juru cat, juru selam, dan juru kasko. Struktur organisasi Dok Pembinaan UPT BTPI disajikan pada Gambar 4.
30
Kepala UPT BTPI Manajer Dok
Juru Alur
Staf Administrasi
Koordinator Lapangan
Juru Selam
Juru Kasko
Juru Mesin
Juru Cat
Gambar 4 Struktur organisasi Dok Pembinaan UPT BTPI. Visi Dok Pembinaan UPT BTPI adalah ingin mengefektifkan teknologi sehingga dapat mempersingkat waktu reparasi. Saat ini sudah tidak ada hubungan kerjasama dengan pemasok (supplier). Hal ini karena seluruh kebutuhan untuk melakukan reparasi sudah ada di lingkungan UPT BTPI, sehingga pihak galangan menganggap bahwa tidak diperlukan adanya kerjasama dengan supplier. Fungsinya sebagai dok pembina bagi galangan lainnya membuat galangan tersebut tidak berorientasi bisnis sehingga tidak ada proses adaptasi dengan lingkungan bisnis yang berubah.
4.3 Sarana dan Prasarana Dok Pembinaan UPT BTPI memiliki rel ganda (slipway) dengan tiga buah jalur sepanjang 90 meter dengan kapasitas enam buah kapal. Saat ini kapasitasnya hanya mampu menampung lima kapal. Hal tersebut dikarenakan slipway pada bagian tengah kurang panjang sehingga hanya dapat menampung satu kapal. Kemiringan yang layak untuk landasan tarik adalah 12 . Kemiringan tersebut sengaja dibuat landai untuk memudahkan penarikan kapal ke atas slipway. Kemiringan yang landai diperoleh dengan memasang rel yang lebih panjang. Namun tepi pantai di bagian depan galangan (water front) memiliki kemiringan yang curam, sehingga pada tahun 2007 dilakukan penimbunan agar kemiringan landasan tarik tidak jauh lebih besar dari 12 .
31
Peralatan yang digunakan pada galangan kapal yang diteliti umumnya menggunakan tenaga manual dan tenaga penggerak. Penggunaan alat-alat modern yang menggunakan tenaga penggerak pada proses reparasi mempermudah pekerja untuk melakukan kegiatan reparasi. Beberapa peralatan yang digunakan pada galangan kapal yang diteliti, baik peralatan manual, tenaga penggerak, dan fasilitas serbaguna disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Peralatan yang digunakan pada galangan kapal yang diteliti No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Peralatan yang digunakan Palu Gergaji Sekrap Pahat Meteran Kuas cat Pahat besi Dongkrak hidrolik Mesin penarik Kapak Bor listik Gerinda mesin Komputer Alat pertukangan lainnya
Jenis peralatan (manual/tenaga penggerak/fasilitas sebaguna) Manual Manual Manual Manual Manual Manual Manual Tenaga penggerak Tenaga penggerak Manual Tenaga penggerak Tenaga penggerak Fasilitas serbaguna Manual
Perawatan yang dilakukan terhadap peralatan dalam fasilitas transformasi dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk menghindari kerusakan alat. Pengoperasian mesin tidak membutuhkan keahlian teknis tertentu sehingga seluruh pekerja dapat mengoperasikannya.
Namun pada fasilitas serbaguna
seperti komputer, dibutuhkan keahlian teknis tertentu untuk mengoperasikannya. Galangan kapal ini dilengkapi dengan fasilitas bengkel bubut, las dan bongkar pasang mesin (overhaul). Galangan kapal tersebut terletak di tepi pantai luar komplek Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke (PPI Muara Angke). Layout galangan disajikan pada Gambar 5.
32
LABEL
LABEL
11
Up
GT 42 2140 Ba
Up
KM. BARACUDA JAYA
Up
5
10
T U R U N
9
4
6
7
8
water front
Up
Up
Up
3
N A I K
11
Up
GT 20 131/Gga
Up
KM. CAHAYA BINTANG
Up
1
13
12 14
2
1
LABEL
Keterangan gambar: 1. Rumah mesin 2. Mesin penarik 3. Tali sling untuk menarik lori 4. Patok loper 5. Loper (pengatur sling) 6. Landasan tarik (slipway) 7. Lori 8. Rantai penghubung lori 9. Bantalan kapal 10 . Kapal di atas lori 11. Pelataran dok 12. Kolam galangan 13. Tembok pembatas galangan 14. Kantor Dok Pembinaan UPT BTPI dan bengkel
z
Sumber: Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke, 2008
Gambar 5 Layout Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke. Lahan yang digunakan merupakan milik Pemda DKI dengan luas area 4.500 2
m . Galangan ini menggunakan landasan tarik, sehingga waktu penaikkan dan penurunan kapal menunggu air laut pasang.
Hal ini menyebabkan waktu
penaikkan dan penurunan kapal tidak pasti, sehingga pekerja galangan tidak memiliki jadwal mulai dan selesai bekerja yang pasti layaknya pekerja pada bidang usaha lainnya.
33
4.4 Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia yang ada di Dok Pembinaan UPT BTPI terdiri atas berbagai macam latar belakang pendidikan.
Manajer kapal memiliki latar
belakang pendidikan tertinggi dengan pendidikan terakhir S1, bahkan pada saat ini manajer tersebut sedang menjalani pendidikan di level S2. Pendidikan terendah berada pada tingkat SD sebanyak tiga orang. Latar belakang pendidikan yang bervariasi, tidak mempengaruhi kemampuan seluruh karyawan untuk melakukan kerjasama dalam proses transformasi.
Kesadaran dan tanggung jawab dalam
melakukan pekerjaan serta kemampuan untuk berfikir kritis sudah cukup baik. Kemampuan tersebut tidak hanya mereka dapat dari pendidikan formal yang mereka telah jalani. Pelatihan-pelatihan soft skill yang diberikan oleh UPT BTPI sangat meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia yang ada di Dok Pembinaan UPT BTPI. Pelatihan tersebut diantaranya yaitu: management team work dan pelatihan mengenai tata cara reparasi.
Alokasi tenaga kerja pada
galangan yang diteliti disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Alokasi tenaga kerja di Dok Pembinaan UPT BTPI No
Nama
Pekerjaan
Pendidikan
1
Budijanto
Manajer
S1
2
Andi
Administrasi
SMA
3
Mujono
Koordinator lapangan
SMP
4
Apid Awaludin
Juru alur
SMA
5
Abdurrachman
Juru selam
SMP
6
Nurudin
Juru selam
SD
7
Nursaman
Juru kasko
SD
8
Suherman
Juru mesin
SD
9
M. Yusuf
Juru cat
SMA
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Teknik Reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI 5.1.1 Tata cara pelayanan reparasi Secara umum proses reparasi di lingkungan UPT BTPI terdiri atas administrasi perizinan dan proses reparasi kapal.
Pemilik kapal yang telah
melakukan reparasi mendapat Surat Keterangan Naik Dock (SKND) dari galangan kapal.
Surat Keterangan Naik Dock tersebut menjadi persyaratan untuk
memperpanjang pas tahunan. Contoh SKND disajikan pada Lampiran 4. Ratarata waktu yang dibutuhkan untuk reparasi adalah sembilan hari, terhitung dari proses penaikkan sampai penurunan kapal. Perincian waktu reparasi disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Waktu pelayanan reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI No
Kegiatan
Waktu
1
Permohonan naik dock
1 hari
2
Surat persetujuan naik dock
1 hari
3
Reparasi kapal di atas dock
6 hari
4
Surat Keterangan Naik Dock
1 hari
Tahapan administrasi dalam kegiatan reparasi adalah sebagai berikut: 1) Pengurus atau pemilik kapal melapor ke pos terpadu dengan membawa: a. Surat Penangkapan Ikan (SPI); b. Ijin Usaha Penangkapan Ikan (IUP); dan c. Pas Tahunan Kapal. 2) Pos terpadu mengeluarkan surat pengantar docking sebanyak dua lembar; 3) Pengurus atau pemilik kapal menyerahkan surat pengantar docking yang asli ke UPT BTPI sedangkan fotokopinya dibawa ke galangan kapal yang dituju; 4) Pemilik galangan mengajukan permohonan persetujuan naik dock kepada UPT BTPI dengan melampirkan surat-surat kapal; 5) UPT BTPI mengeluarkan surat persetujuan naik dock dengan ketentuan wajib membayar retribusi alur maupun fasilitas sesuai dengan PERDA No.1 tahun
35
2006 tentang Retribusi Daerah, atau disesuaikan dengan Peraturan Daerah yang berlaku; 6) Setelah selesai reparasi, pemilik atau pengurus kapal membawa fotokopi surat pengantar docking yang sudah diketahui oleh galangan kapal ke UPT BTPI untuk memperoleh surat keterangan selesai docking; dan 7) Pengurus atau pemilik membawa surat keterangan docking kembali ke pos terpadu untuk memperoleh surat izin berlayar. Secara ringkas, tahapan administrasi reparasi kapal di lingkungan UPT BTPI disajikan pada Gambar 6. TATA CARA DOCKING KAPAL IKAN DI KAWASAN UPT. BTPI DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PROPINSI DKI JAKARTA
PEMILIK / PENGUSAHA / PENGURUS KAPAL
SURAT PENGANTAR DOCKING 2 LEMBAR
1
PERSETUJUAN NAIK DOCK
UPT. BTPI
4 RETRIBUSI ALUR SESUAI PERDA NO. 1 TH. 2006
5
SURAT KETERANGAN DOCKING KAPAL IKAN
POS TERPADU : - WASKI - PKPP & PPI - SUDIN - PETERNAKAN PERIKANAN DAN KELAUTAN JAKARTA UTARA - UPT. BTPI - SYAHBANDAR - TRANTIB - KAMLA - KP3
3
PENGUSAHA GALANGAN KAPAL : 1. KPNDP 2. F M S 3. K T U 4. PEMBINAAN
2
DOKUMEN KAPAL : - PAS TAHUNAN - IUP - SPI
PERMOHONAN PERSETUJUAN NAIK DOCK
6 7
SURAT KETERANGAN DOCKING KAPAL IKAN
8
Title
DASAR HUKUM : 1. SK. GUB. No. 105 TAHUN 2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA CARA KERJA UPT. BTPI DI LINGKUNGAN DINAS PEKANLA PROP. DKI JAKARTA 2. PERDA No. 1 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI BIDANG EKONOMI
Sumber: UPT BTPI Muara Angke, 2008
Gambar 6 Tata cara pelayanan reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI. 5.1.2 Tahapan reparasi kapal Proses reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI terdiri atas dua jenis reparasi, yaitu reparasi ringan dan reparasi berat.
Reparasi ringan biasanya dilakukan
untuk memperbaiki kapal yang mengalami kerusakan ringan seperti kebocoran. Reparasi berat biasanya dilakukan untuk mengganti bagian konstruksi kapal yang mengalami kerusakan berat, seperti: penggantian lunas, gading-gading, papan lambung kapal, linggi haluan, dan linggi buritan. Kapal yang akan melakukan
36
reparasi berat diletakkan di bagian depan karena membutuhkan waktu reparasi yang lebih lama. Secara umum kegiatan reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI dilakukan dalam delapan tahapan kegiatan yang terdiri atas: persiapan, pemeriksaan, pembersihan, penggantian kayu yang rusak berat, pemakalan, pembakaran, pendempulan, dan pengecatan.
Tahapan reparasi disajikan pada
Gambar 7. Persiapan
Reparasi ringan
Pemeriksaan
Reparasi berat
Pembersihan
Pembersihan
Pemakalan
Penggantian kayu yang rusak berat (pecah, retak, lapuk)
Pembakaran Pemakalan Pendempulan Pembakaran Pengecatan Pendempulan
Pengecatan Selesai (kapal siap diturunkan)
Gambar 7 Diagram alir proses reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI.
37
Deskripsi setiap tahapan tersebut sebagai berikut: 1) Persiapan Langkah awal untuk melakukan reparasi kapal yaitu dengan menaikkan kapal di atas lori yang terdapat pada slipway. Komponen yang dibutuhkan dalam proses penaikkan kapal yaitu: a. Mesin penarik (Mitsubishi 6D 15 85 PK); b. Winch; c. Sling; d. Lori; e. Loper (kait ke lori); f. Rantai (penghubung antar lori); dan g. Klem sling. Gambar peralatan yang digunakan untuk menaikkan kapal ke atas slipway disajikan pada Gambar 8. Winch
Sling Mesin Rantai
Bantalan
Lori
Loper
Klem sling
Gambar 8 Peralatan yang digunakan untuk menaikkan kapal ke atas slipway. Sebelum dinaikkan posisi kapal tidak boleh miring, tangki-tangki perbekalan dalam keadaan kosong, dan perlengkapan kapal yang mudah bergerak diturunkan dari kapal.
Pengosongan perbekalan melaut dimaksudkan untuk
38
mengurangi beban dan menghindari terjadinya kecelakaan pada waktu reparasi. Langkah selanjutnya adalah persiapan landasan tarik (slipway) dengan kereta peluncur (lori) dan bantalan untuk menaikkan kapal ke atas galangan. Setelah itu, juru selam masuk ke dalam air untuk memasang loper ke lori. Kapal dinaikkan ke atas lori sesuai ukurannya. Sebagai contoh, apabila kapal dengan length over all (LOA) 15 meter yang akan dinaikkan maka jarak linggi buritan ke lori sebesar 0,5 meter dengan jarak antara lori depan dan belakang sebesar 6 meter dan disesuaikan dengan panjang kapal.
Pengukuran ini didapatkan berdasarkan
pengalaman yang diperoleh oleh pekerja galangan. Ilustrasi posisi kapal di atas slipway disajikan pada Gambar 9.
15 m
0,5 m
6m
Gambar 9 Posisi kapal di atas slipway. Bagian haluan kapal diposisikan pada lori bagian depan.
Lunas harus
berada tepat di titik tengah lori agar kapal tidak terguling saat naik ke atas slipway.
Ketika posisi lunas sudah tepat di tengah lori, kapal ditarik
menggunakan mesin penarik, dan berhenti pada saat lori depan (bagian haluan) berada di atas permukaan air.
Selanjutnya dilakukan pengganjalan pada lori
depan agar posisi kapal tidak miring. Kemudian kapal ditarik lagi sampai bagian buritan kapal kandas pada lori belakang tepat di tengah lori dan dilakukan pengganjalan kembali. Setelah itu, kapal ditarik lagi sampai keseluruhan badan kapal berada di atas permukaan air. Penarikan kapal dihentikan dan kereta luncur (lori) dikunci setelah kapal berada di atas slipway. Posisi pengganjal diperbaiki
39
dan ditambah balok penyangga samping yang dipasang pada lambung kanan dan kiri kapal. Pengganjalan ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan kapal dan menjaga keselamatan pekerja selama melakukan reparasi. 2) Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan dengan teliti terhadap konstruksi kapal secara menyeluruh untuk mengetahui kondisi dan tingkat kerusakan konstruksi kapal baik di atas maupun di bawah garis air. Hasil pemeriksaan ini dijadikan dasar untuk tindakan pemeliharaan lebih lanjut dan menentukan kapal masuk dalam reparasi ringan atau reparasi berat.
Blangko Pemeriksaan Kontruksi Kapal
disajikan pada Lampiran 5. 3) Pembersihan Pembersihan bertujuan untuk membersihkan badan kapal dari binatang laut, tumbuhan laut, dan sisa cat yang sudah rusak. Peralatan yang digunakan untuk proses pembersihan terdiri atas: sekrap (sekop kecil), sapu ijuk, sikat baja, sikat kuningan, dan gerinda mesin.
Peralatan yang digunakan untuk proses
pembersihan disajikan pada Gambar 10. Sekrap
Sikat kawat baja
Sapu ijuk
Gerinda mesin
Gambar 10 Peralatan yang digunakan dalam proses pembersihan.
40
Sekrap digunakan untuk menyekrap bagian-bagian yang berkarat, berteritip, atau untuk merontokkan cat-cat lama yang sudah rusak. Sapu ijuk digunakan untuk menyikat bagian-bagian tertentu yang tidak terjangkau dengan tangan. Sikat kawat baja digunakan untuk membersihkan bagian-bagian kapal yang berkarat. Sikat kuningan digunakan untuk menyikat bagian-bagian yang halus, misalnya as, baut kuningan, atau bagian-bagian yang lebih lunak dibandingkan dengan bahan baja. Gerinda mesin digunakan untuk membersihkan badan kapal dari teritip. 4) Penggantian kayu yang rusak berat Reparasi berat biasanya dilakukan penggantian kayu pada bagian-bagian tertentu kapal seperti penggantian lunas, gading-gading, papan lambung kapal, linggi haluan, linggi buritan, dan pondasi mesin. Kapal yang menjalani reparasi berat disajikan pada Gambar 11. Pada proses ini terdapat berbagai jenis operasi, diantaranya adalah: a. Pemotongan; dilakukan untuk memotong kayu atau papan dengan menggunakan gergaji; b. Pembengkokkan; dilakukan untuk membengkokkan papan yang digunakan untuk mengganti papan pada lambung kapal.
Sebelum dilakukan
pembengkokkan, dibuat pola menggunakan mal lengkung agar hasil pembengkokkan sesuai dengan yang dibutuhkan; dan c. Penekanan/pendesakan; jenis operasi ini biasanya dilakukan pada saat proses penggantian papan lambung kapal.
Gambar 11 Kapal yang menjalani reparasi berat.
41
5) Pemakalan Pada permukaan lambung yang sudah bersih, akan terlihat bagian-bagian mana yang terdapat kerusakan sehingga perlu diadakan perbaikan. Proses pakal bermanfaat untuk menutup sambungan antar papan. Pemakalan dilakukan dengan cara memasukkan serat goni ke dalam celah-celah papan, baik papan lambung maupun papan geladak. Pada proses ini juga dilakukan penggantian paku yang sudah aus. Penggantian paku dilakukan dengan memaku tepat disamping bagian paku yang sudah aus. Pemasangan paku baru pada badan kapal, harus tembus ke gading-gading kapal. Jika lubang terlalu lebar, maka pada paku dililitkan ma’jun. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pemakalan adalah sebagai berikut: a. Martil; digunakan untuk memasang paku baru pada badan kapal dan mengangkat bagian yang berkarat pada kapal; b. Pahat besi; digunakan untuk memasang pakal pada sela-sela sambungan kayu geladak atau lambung; c. Ma’jun; digunakan untuk mengisi celah antar papan serta melilitkan paku yang digunakan untuk mengganti paku yang sudah aus; dan d. Bor listrik; digunakan untuk melubangi badan kapal sebagai tempat paku baru yang akan digunakan. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pemakalan disajikan pada Gambar 12. Pahat
Martil
Bor listrik Ma’jun
Gambar 12 Alat dan bahan pada proses pemakalan. 6) Pembakaran Pembakaran menggunakan daun kelapa yang sudah kering atau karung yang direndam minyak tanah atau solar yang disambungkan ke pipa besi (10 karung = 20 liter solar). Selain dengan menggunakan alat tersebut, proses pembakaran juga
42
bisa menggunakan pipa yang dihubungkan ke tabung gas. Manfaat dari proses pembakaran ini adalah untuk menghilangkan kutu kayu (teritip) dan lumut yang masih menempel pada badan kapal. Proses pembakaran disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13 Proses pembakaran permukaan kayu pada badan kapal. 7) Pendempulan Bagian-bagian yang telah dipakal dilapisi dengan dempul atau plamir. Pendempulan dilakukan dengan menggunakan serbuk dempul yang dicampur dengan solar secukupnya. Pendempulan pada bagian yang mengalami kerusakan berat menggunakan campuran semen putih dan lem kayu karena campuran tersebut memiliki daya rekat yang lebih tinggi. Tujuan dari proses pendempulan ini adalah untuk meratakan permukaan kayu. Proses pendempulan disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14 Proses pendempulan pada badan kapal.
43
8) Pengecatan Permukaan konstruksi kapal yang sudah bersih dapat dilakukan pengecatan. Proses pengecatan bertujuan untuk menutupi dan menjaga papan agar tidak tembus air serta untuk menjaga ketahanan badan kapal. Alat yang digunakan dalam proses pengecatan yaitu kuas cat dan kuas rol. Proses pengecatan disajikan pada Gambar 15. Prosedur dalam proses pengecatan adalah sebagai berikut: a. Cat yang digunakan khusus untuk kapal (marine paint); b. Cat dasar berupa meni (anti karat); Lapisan pertama untuk 1 liter cat kayu dapat digunakan untuk pengecatan seluas kurang lebih 4 m2, untuk lapisan kedua setiap 1 liter cat dapat digunakan mengecat permukaan seluas kurang lebih 7 m2. c. Cat pelindung; Cat ini dikenal dengan nama protektif (protective paint). Seperti halnya cat meni pengecatan ini pun menggunakan warna lain, sehingga memperoleh kepastian agar permukaan yang sudah dicat meni telah tertutup oleh cat pelindung ini. d. Cat anti fouling; dan Cat ini mempunyai formula khusus agar teritip tidak menempel, sehingga tepat digunakan pada bagian konstruksi di bawah garis air. e. Cat luar Cat luar dikenal dengan cat top side, digunakan untuk menutup konstruksi kapal yang sudah dicat dengan cat pelindung.
Gambar 15 Proses pengecatan pada badan kapal.
44
Pemilik atau pengurus kapal yang sudah melakukan reparasi kapal dapat mengambil Surat Keterangan Naik Dock (SKND) dari UPT BTPI. Persyaratan administrasi untuk memperoleh SKND, sebagai berikut: 1) Fotokopi surat-surat kapal (IUP, SPI, Pas tahunan) Tujuan dilampirkannya fotokopi surat-surat kapal adalah: a. Untuk menentukan besarnya retribusi alur dan fasilitas; b. Untuk mengetahui bahwa kapal tersebut tidak bermasalah; c. Untuk pendataan kapal yang melakukan kegiatan reparasi; d. Untuk membantu mengingatkan para pemilik atau pengurus kapal agar segera memperpanjang surat-surat kapalnya apabila masa berlaku suratsurat kapal tersebut sudah habis; dan e. Arsip. 2) Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal (STBLK) 3) Surat Pengantar Docking
5.2 Tingkat Teknologi di Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke Penentuan tingkat teknologi di Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke menggunakan metode skoring berdasarkan penilaian subyektif terhadap kriteria komponen technoware, humanware, infoware, dan orgaware untuk kemudian dihitung nilai kontribusi masing-masing komponen menggunakan model teknometrik.
Model teknometrik digunakan untuk menghitung nilai TCC
(technology contribution coefficient). Nilai TCC merupakan nilai total kontribusi keempat komponen teknologi dalam proses transformasi di Dok Pembinaan UPT BTPI. Hasil penilaian subyektif terhadap kriteria komponen teknologi, secara rinci disajikan pada Tabel 15, 16, 17, dan 18.
45
Tabel 15 Matriks hasil penilaian kriteria komponen technoware No Kriteria Komponen Technoware 1 Tipe mesin yang digunakan 2 Tipe proses yang diterapkan
3
4 5
6
7 8 9
Tipe operasi yang diselenggarakan
Rata-rata kesalahan yang terjadi pada saat reparasi kapal Frekuensi untuk perawatan mesin
Keterangan Mekanik Kombinasi lebih dari satu operasi berbeda pada suatu pekerjaan Pemotongan, pembengkokkan, penggambaran, dan penekanan < 2%
Skor 5 7,5
10
7,5
Tidak secara rutin, namun tujuannya preventif Keahlian teknis operator yang Hampir semua mesin dibutuhkan untuk mengoperasikan tidak perlu keahlian mesin teknis Pemeriksaan pada setiap pekerjaan Pemeriksaan manual Pengukuran pada setiap pekerjaan Sederhana dan sketsa tangan Tingkat keselamatan dan keamanan Cukup aman kerja Jumlah Rata-rata SOTA
7,5
9 5 2 7,5 61 6,778 0,678
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa kriteria komponen technoware yang tertinggi terdapat pada kriteria tipe operasi yang diselenggarakan.
Kriteria
tersebut mencapai spesifikasi tertinggi dengan nilai 10. Hal ini menunjukkan bahwa Dok Pembinaan UPT BTPI memiliki semua tipe operasi seperti: pemotongan, pembengkokkan, penggambaran, dan penekanan.
Spesifikasi
terendah terdapat pada kriteria pengukuran pada setiap pekerjaan dengan nilai 2. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengukuran dan perencanaan kerja pada galangan masih sederhana, tidak menggunakan pengukuran dan perencanaan yang kompleks serta terkomputerisasi. Skor rata-rata dari seluruh kriteria komponen technoware sebesar 6,778 menunjukkan bahwa kriteria-kriteria komponen technoware memiliki skor yang cukup tinggi. Faktor-faktor yang menyebabkan skor tersebut cukup tinggi adalah kemudahan mengoperasikan mesin, tipe proses yang diterapkan, tipe operasi yang diselenggarakan, kesalahan pada saat reparasi
46
kapal, frekuensi untuk perawatan mesin, serta tingkat keselamatan dan keamanan kerja yang lebih tinggi daripada nilai rata-rata. Kriteria yang berada di bawah nilai rata-rata yaitu tipe mesin yang digunakan, pemeriksaan pada setiap pekerjaan, dan pengukuran pada setiap pekerjaan. Upaya untuk memperbesar skor pada kriteria tersebut dapat dilakukan dengan cara otomatisasi mesin-mesin yang digunakan dalam proses transformasi dan komputerisasi pada pemeriksaan dan pengukuran pekerjaan. Tipe mesin utama yang digunakan di galangan adalah mesin yang dioperasikan secara mekanik, yaitu mesin penarik Mitsubishi 6D 15 85 PK. Mesin tersebut digunakan untuk menaikkan kapal ke atas slipway dan menurunkan kapal dari slipway.
Seluruh proses reparasi dilakukan di Dok
Pembinaan UPT BTPI dengan kombinasi lebih dari satu operasi berbeda pada suatu pekerjaan, sehingga dalam melakukan suatu operasi tidak harus menunggu operasi yang lainnya selesai. Jika dilihat dari rata-rata kesalahan dalam proses reparasi, kesalahan tersebut sangat jarang terjadi. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata kesalahan yang besarnya kurang dari 2%. Kesalahan tersebut berupa kebocoran kapal setelah direparasi. Frekuensi untuk perawatan mesin ada yang dilakukan secara periodik dan ada yang dirawat tidak secara periodik. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk menghindari terjadinya kerusakan mesin. Jika dilihat dari keahlian teknis operator yang dibutuhkan dalam mengoperasikan mesin, maka kriteria tersebut mendapat nilai yang sangat tinggi, karena hampir semua karyawan yang bekerja di galangan mampu mengoperasikan mesin dengan baik. Pemeriksaan yang dilakukan pada setiap pekerjaan dilakukan secara manual oleh koordinator lapangan. Tingkat keselamatan dan keamanan kerja cukup aman. Namun pernah terjadi kecelakaan seperti kebakaran tangki perbekalan solar pada saat pembakaran. Hal ini terjadi karena sebelum dinaikkan sisa perbekalan melaut seperti solar tidak dikosongkan sehingga terjadi kebakaran.
47
Tabel 16 Matriks hasil penilaian kriteria komponen humanware No Kriteria Komponen Humanware 1 Kesadaran dalam tugas 2 Kesadaran kedisiplinan dan tanggung jawab 3 Kreativitas dan inovasi dalam menyelesaikan masalah 4 Kemampuan memelihara fasilitas produksi 5 Kesadaran bekerja dalam kelompok 6 Kemampuan untuk memenuhi tanggal jatuh tempo 7 Kemampuan untuk menyelesaikan masalah perusahaan 8 Kemampuan bekerja sama 9 Kepemimpinan Jumlah Rata-rata SOTA
Keterangan Cukup tinggi Tinggi Cukup tinggi Rata-rata Sangat tinggi Sangat tinggi Rata-rata Tinggi Tinggi
Skor 7 7,5 7 5 10 9 5 8 7,5 66 7,333 0,733
Tabel 16 menunjukkan hasil skoring dari kriteria komponen humanware. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa kesadaran bekerja dalam kelompok mendapat skor tertinggi sebesar 10.
Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran
karyawan Dok Pembinaan UPT BTPI dalam bekerja secara kelompok sangat tinggi yang ditunjukkan dengan kecenderungan mereka menyelesaikan pekerjaan dan masalah-masalah pada saat melakukan pekerjaan secara bersama. Kriteria kemampuan memelihara fasilitas produksi dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah perusahaan merupakan kriteria yang mendapat skor terendah sebesar 5. Skor tersebut menunjukkan bahwa kemampuan karyawan masih rata-rata dalam menyelesaikan masalah perusahaan. Hanya beberapa karyawan yang memiliki kemampuan cukup tinggi untuk kriteria tersebut. Skor rata-rata untuk seluruh kriteria komponen humanware sebesar 7,333 menunjukkan bahwa kemampuan sumberdaya manusia di Dok Pembinaan UPT BTPI tinggi. Faktor-faktor yang menyebabkan skor tersebut tinggi adalah kesadaran kedisiplinan dan tanggung jawab, kesadaran bekerja dalam kelompok, kemampuan untuk memenuhi tanggal jatuh tempo, kemampuan bekerjasama, serta kepemimpinan yang berada di atas skor rata-rata. Kriteria yang berada di bawah skor rata-rata yaitu kesadaran dalam tugas, kreativitas dan inovasi dalam menyelesaikan masalah, kemampuan
48
karyawan memelihara fasilitas produksi, serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah perusahaan. Upaya untuk peningkatan nilai pada kriteria-kriteria tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan sumberdaya manusia seperti outbond dan pelatihan pemeliharaan fasilitas produksi. Pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan humanware di galangan. Tabel 17 Matriks hasil penilaian kriteria komponen infoware No 1
2
3 4 5 6
Kriteria Komponen Infoware Bentang informasi manajemen
Keterangan Bentang informasi tidak termasuk perusahaan eksternal Perusahaan menginformasikan masalah Selalu dan kondisi internal dengan segera pada karyawan di dalam perusahaan Jaringan informasi di dalam perusahaan offline Prosedur untuk komunikasi antar Mudah dan transparan anggota di perusahaan Sistem informasi perusahaan untuk Akses nasional mendukung aktivitas perusahaan Penyimpanan dan pengambilan Penyimpanan informasi kembali menggunakan komputer Jumlah Rata-rata SOTA
Skor 0
10 0 10 7,5 7,5 35 5,833 0,583
Hasil skoring dari kriteria komponen infoware pada tabel diatas menunjukkan bahwa kriteria perusahaan menginformasikan masalah dan kondisi internal dengan segera pada karyawan di dalam perusahaan serta kriteria prosedur untuk komunikasi antar anggota di perusahaan mendapat skor tertinggi sebesar 10. Skor
ini
menunjukkan
bahwa
Dok
Pembinaan
UPT
BTPI
selalu
menginformasikan masalah dan kondisi internal dengan segera kepada karyawan serta prosedur untuk komunikasi antar anggota mudah dan transparan. Kriteria bentang informasi manajemen dan jaringan komunikasi di perusahaan mendapat skor terendah sebesar 0.
Hal ini menunjukkan bahwa
bentang informasi
manajemen di galangan tersebut tidak termasuk galangan di luar Dok Pembinaan UPT BTPI dan jaringan komunikasi di dalam galangan masih offline. Penyimpanan dan pengambilan data mengenai Dok Pembinaan UPT BTPI sudah dilakukan menggunakan komputer, namun penggunaan komputer ini hanya
49
sebatas penyimpan tanpa adanya database yang membuat pengambilan data dari komputer lebih mudah dan cepat. Skor rata-rata dari seluruh kriteria komponen infoware sebesar 5,833. Nilai tersebut masih rendah sehingga perlu dilakukan peningkatan dengan memperbaiki jaringan informasi di galangan dengan jaringan online serta memperluas bentang informasi manajemen. Tabel 18 Matriks hasil penilaian kriteria komponen orgaware No Kriteria Komponen Orgaware 1 Otonomi perusahaan 2 Visi perusahaan 3
4
5
6 7
8
Keterangan Kontrol dari UPT BTPI Mengorientasi masa depan Kemampuan perusahaan dalam Rata-rata menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan produktivitas Kemampuan perusahaan untuk Tinggi memotivasi karyawan dengan kepemimpinan yang efektif Kemampuan perusahaan untuk Rendah menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis yang berubah dan permintaan eksternal Kemampuan perusahaan untuk Sangat rendah bekerjasama dengan supplier Kemampuan perusahaan untuk Sangat tinggi memelihara hubungan dengan pelanggan Kemampuan perusahaan untuk Rata-rata mendapat dukungan sumberdaya dari luar Jumlah Rata-rata SOTA
Skor 5 10
5
7,5
2,5
0 10
5 45 5,625 0,563
Pada Tabel 18 dapat diketahui bahwa kriteria komponen orgaware yang mendapatkan skor tertinggi adalah kriteria visi perusahaan dan kriteria kemampuan perusahaan untuk menjalin hubungan dengan pelanggan sebesar 10. Skor tersebut menunjukkan visi galangan sudah berorientasi pada masa depan dan kemampuan galangan menjalin hubungan dengan pemilik kapal sangat tinggi. Visi dari galangan adalah meningkatkan teknologi di galangan demi mengefisienkan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan reparasi. Kemampuan menjalin hubungan dengan pelanggan yang sangat tinggi dapat ditunjukkan
50
dengan fakta bahwa kapal-kapal yang pernah melakukan reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI akan melakukan reparasi lagi di galangan tersebut pada tahun berikutnya.
Kriteria yang mendapat skor terendah adalah kriteria
kemampuan perusahaan untuk membina hubungan dengan supplier dengan skor 0. Hal ini menunjukkan kemampuan galangan untuk menjalin kerjasama dengan supplier sangat rendah, yang dapat terlihat dari tidak adanya kerjasama galangan dengan supplier dalam hal memasok kebutuhan reparasi kapal. Skor rata-rata dari seluruh kriteria komponen orgaware sebesar 5,625. Nilai tersebut masih rendah bila dibandingkan dengan skor rata-rata kriteria komponen teknologi lainnya, sehingga perlu dilakukan peningkatan untuk memperbesar nilai rata-rata kriteria komponen orgaware.
Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menjalin
kerjasama dengan supplier sehingga kebutuhan bahan baku untuk mereparasi kapal dapat tepat waktu dan ada kemudahan dalam proses pembayaran bahan baku tersebut. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah penyesuaian kebijakan di dalam galangan dengan kondisi lingkungan bisnis. Penghitungan nilai state of the art (SOTA) dan nilai kontribusi komponen teknologi disajikan pada Lampiran 6. Hasil Penghitungan derajat kecanggihan, pengkajian state of the art, penghitungan kontribusi komponen, penghitungan intensitas kontribusi, dan nilai TCC disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Hasil penghitungan derajat kecanggihan, pengkajian SOTA, kontribusi komponen, intensitas komponen, dan nilai TCC Komponen
Limit Lower Upper
SOTA
Kontribusi
Intensitas
Technoware
1
5
0,678
0,412
0,355
Humanware
1
7
0,733
0,600
0,316
Infoware
1
6
0,583
0,435
0,087
Orgaware
2
4
0,563
0,347
0,242
TCC
0,447
Berdasarkan tinjauan di lapangan, diketahui bahwa fasilitas produksi di galangan yang terkait dengan komponen technoware terdiri dari fasilitas manual (manual facilities), fasilitas tenaga penggerak (power facilities), dan fasilitas serbaguna (general purpose facilities). Mengacu pada Tabel 2 maka nilai derajat
51
kecanggihan komponen technoware Dok Pembinaan UPT BTPI berada pada batas bawah 1 dan batas atas 5. Fasilitas yang sudah menggunakan tenaga penggerak diantaranya adalah mesin penarik, bor listrik, dan gerinda mesin.
Fasilitas
transformasi yang masih menggunakan tenaga manual adalah fasilitas yang digunakan dalam proses pengecatan dan pemakalan seperti kuas cat dan palu. Komputer merupakan fasilitas yang masuk dalam kategori fasilitas serbaguna. Fasilitas tersebut memang tidak terlibat secara langsung dalam proses reparasi namun fasilitas ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses administrasi di galangan. Berdasarkan tinjauan di lapangan, diketahui bahwa terdapat keragaman kemampuan pada komponen teknologi humanware. Komponen humanware pada galangan memiliki kemampuan mengoperasikan (operating abilities), kemampuan memasang (setting-up abilities), kemampuan mereparasi (repairing abilities), kemampuan reproduksi (reproducing abilities), dan kemampuan mengadaptasi (adaptation abilities). Mengacu pada Tabel 2 maka nilai derajat kecanggihan komponen humanware Dok Pembinaan UPT BTPI berada pada batas bawah 1 dan batas atas 7.
Kemampuan humanware terendah adalah kemampuan
mengoperasikan, kemampuan ini dimiliki semua pekerja yang ada di galangan. Kemampuan mengoperasikan fasilitas transformasi adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua pekerja. Berbekal kemampuan dasar tersebut, pekerja dapat mengoperasikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk mempermudah pekerjaannya. Kemampuan mengadaptasi merupakan kemampuan yang tertinggi dari komponen humanware yang ada di galangan. Kemampuan ini hanya dimiliki oleh beberapa orang yang bekerja di galangan tersebut seperti manajer galangan, staft administrasi, dan koordinator lapangan. Kemampuan mengadaptasi sangat dibutuhkan dalam sebuah proses transformasi sehingga galangan dapat mengaplikasikan teknik baru untuk proses transformasi yang lebih baik. Berdasarkan tinjauan di lapangan terhadap komponen infoware diketahui bahwa pada galangan tersebut terdapat fakta pengenalan, fakta penguraian, fakta pengkhususan, dan fakta penggunaan. Mengacu pada Tabel 2 maka nilai derajat kecanggihan komponen infoware pada galangan tersebut berada pada batas bawah 1 dan batas atas 6.
Batas bawah 1 menunjukkan bahwa galangan memiliki
52
informasi tentang fakta-fakta pengenalan untuk karyawan baru. Batas atas 6 menunjukkan bahwa informasi di galangan sudah masuk pada fakta-fakta penggunaan.
Fakta-fakta tersebut mengenai informasi tentang penggunaan
fasilitas transformasi. Hal ini menunjukkan bahwa Dok Pembinaan UPT BTPI memungkinkan untuk menggali informasi dengan pemahaman yang baik karena cukup tersedianya informasi di dalam perusahaan. Berdasarkan tinjauan di lapangan, kerangka kerja dari Dok Pembinaan UPT BTPI merupakan kerangka kerja ikatan. Mengacu pada Tabel 2 maka nilai derajat kecanggihan komponen orgaware pada galangan tersebut berada pada batas bawah 2 dan batas atas 4. Hal ini menunjukkan bahwa Dok Pembinaan UPT BTPI memiliki ikatan dengan instansi di atasnya, sehingga pendanaan untuk kegiatan operasional galangan dan peningkatan fasilitas produksi membutuhkan persetujuan dari instansi di atasnya, dalam hal ini PEMDA DKI Jakarta. Nilai kecanggihan terdiri atas nilai batas bawah (lower limit) dan nilai batas atas (upper limit). Rentang nilai terbesar diperoleh oleh komponen teknologi humanware dengan nilai batas bawah 1 dan batas atas 7. Rentang nilai yang besar menunjukkan variasi yang tinggi pada kemampuan sumberdaya manusia yang ada di galangan. Komponen teknologi orgaware memiliki rentang nilai terkecil di antara komponen teknologi lainnya.
Rentang nilai yang kecil tersebut
menunjukkan bahwa organisasi atau kelembagaan Dok Pembinaan UPT BTPI hanya memiliki satu jenis kerangka kerja. Hasil penghitungan state of the art (SOTA) menunjukkan bahwa tingkat kompleksitas tertinggi berada pada komponen teknologi humanware sebesar 0,733. Tingginya nilai tersebut menunjukkan bahwa sumberdaya manusia di Dok Pembinaan UPT BTPI sudah mampu berfikir kritis terhadap lingkungan kerjanya dan memiliki kesadaran tinggi terhadap pekerjaan yang dilakukannya.
Nilai
terendah sebesar 0,563 pada komponen orgaware menunjukkan bahwa kelembagaan Dok Pembinaan UPT BTPI merupakan yang paling rendah tingkat kompleksitasnya dibandingkan dengan komponen teknologi lainnya. Rendahnya kompleksitas tersebut dapat dilihat dengan tidak adanya kerjasama dengan supplier dalam hal penyediaan kebutuhan reparasi dan kemampuan galangan beradaptasi dengan lingkungan bisnis.
53
Nilai kontribusi komponen technoware sebesar 0,412 terbilang cukup kecil bila dilihat dari pentingnya komponen technoware dalam proses transformasi pada galangan. Penyebab kecilnya nilai kontribusi tersebut karena masih digunakannya fasilitas manual dalam kegiatan reparasi walaupun ada beberapa fasilitas yang sudah menggunakan tenaga penggerak dan dioperasikan secara mekanik. Nilai kontribusi tertinggi terdapat pada komponen humanware sebesar 0,600.
Hal ini karena sumberdaya manusia di galangan tersebut memiliki
loyalitas yang tinggi terhadap tempat kerja.
Loyalitas tersebut ditunjukkan
dengan kepekaan untuk bekerja dengan baik dan mampu untuk memelihara dan merawat fasilitas produksi. Selain itu, suasana kerja yang berbasis kekeluargaan dan gotong royong membuat para pekerja mampu bekerja secara kelompok dengan baik. Pekerja yang ada di Dok Pembinaan UPT BTPI selalu mendapat pelatihan mengenai tata cara reparasi serta management team work. Pelatihanpelatihan tersebut memberikan dampak yang sangat baik terhadap peningkatan kemampuan sumberdaya manusia di galangan. Hal itu terbukti dengan tingginya nilai kontribusi komponen humanware. Nilai kontribusi komponen infoware sebesar 0,435. Nilai yang cukup besar tersebut dikarenakan telah digunakannya fasilitas komputer dalam penyimpanan dan pengambilan data galangan. Selain itu, terdapat akses informasi internet yang disediakan oleh UPT BTPI.
Pihak galangan juga selalu menginformasikan
masalah dan perkembangan galangan kepada karyawannya.
Namun jaringan
informasi di dalam perusahaan masih offline dan informasi manajemen terbatas dalam lingkup UPT BTPI.
Jaringan informasi ini perlu diperbaiki untuk
tersebarnya informasi dengan cepat dan tepat. Nilai kontribusi orgaware menjadi nilai kontribusi yang paling kecil sebesar 0,347. Hal ini disebabkan keterikatan dok pembinaan terhadap UPT BTPI dan PEMDA DKI sehingga pihak galangan tidak dapat secara penuh mengembangkan fasilitas galangannya. Selain itu, tugasnya sebagai dok Pembina bagi galangan lain membuat Dok Pembinaan UPT BTPI sebagai galangan yang tidak berorientasi bisnis sehingga tidak ada persaingan bisnis antara Dok Pembinaan UPT BTPI dengan galangan lainnya.
54
Komponen teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke memiliki porsi kontribusi yang berbeda.
Nilai kontribusi komponen teknologi yang
terbesar terdapat pada komponen humanware yaitu sebesar 0,600.
Nilai
kontribusi terkecil berada pada komponen orgaware yaitu sebesar 0,347. Nilai kontribusi komponen technoware dan infoware masing-masing sebesar 0,412 dan 0,435. Kontribusi tersebut dapat diurutkan sebagai berikut: H > I > T > O. Berdasarkan nilai-nilai tersebut pihak galangan dapat mengetahui bahwa komponen orgaware dan technoware perlu dilakukan peningkatan dalam hal ini dapat dilakukan dengan pembenahan struktur organisasi, mengkaji ulang kesepakatan kerjasama, membeli fasilitas produksi yang memiliki tenaga penggerak dan hal-hal lainnya yang dapat meningkatkan nilai kontribusi komponen orgaware dan technoware.
Selain itu, kontribusi komponen
humanware dan infoware juga dapat ditingkatkan dengan terus melaksanakan pelatihan sumberdaya manusia yang dapat meningkatkan kemampuan pekerja di galangan dan pengunaan sistem informasi manajemen sehingga kontribusi komponen humanware dan infoware dapat meningkat. Penentuan intensitas kontribusi setiap komponen teknologi dilakukan dengan
menggunakan
matrik
perbandingan
berpasangan
yang
diolah
menggunakan Software Criterium Decision Plus dengan nilai consistency ratio: 0,073. Nilai intensitas komponen teknologi memiliki nilai yang berbeda setiap komponennya. Komponen technoware memiliki nilai intensitas terbesar yaitu 0,355 dan nilai intensitas terendah pada komponen infoware sebesar 0,087. Adapun intensitas komponen humanware dan orgaware masing-masing sebesar 0,316 dan 0,242. Bila diurutkan, maka nilai intensitas masing-masing komponen menurut manajer galangan tersebut sebagai berikut: βt > βh > βo > βi. Nilai consistency ratio sebesar 0,073 menunjukkan bahwa penilaian tingkat kepentingan yang dilakukan telah konsisten karena nilai tersebut ≤ 0,1. Nilai TCC sebesar 0,447 menunjukkan bahwa tingkat teknologi di Dok Pembinaan UPT BTPI berada pada level wajar bila dibandingkan dengan Tabel 9. Sedangkan bila dibandingkan dengan Tabel 10 maka dapat dikatakan tingkat teknologi Dok Pembinaan UPT BTPI sudah berada pada level semi modern.
6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) Tahapan dari proses reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke terdiri atas: persiapan, pemeriksaan, pembersihan, penggantian kayu yang rusak berat, pemakalan, pembakaran, pendempulan, dan pengecatan; 2) Nilai kontribusi dari keempat komponen teknologi adalah sebagai berikut: technoware sebesar 0,412; humanware sebesar 0,600; infoware sebesar 0,435; serta orgaware sebesar 0,347; dan 3) Nilai TCC dari Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke sebesar 0,447 menunjukkan bahwa teknologi di galangan tersebut sudah wajar dan dapat dikatakan tingkat teknologinya berada pada level semi modern.
6.2 Saran Saran yang diberikan dari hasil penelitian ini adalah perlu ditingkatkannya kontribusi komponen teknologi yang masih rendah, agar kontribusi komponen teknologi di Dok Pembinaan UPT BTPI dapat seimbang.
DAFTAR PUSTAKA Brinton C. 1981. Pembentukan Pemikiran Modern. Jakarta: Mutiara. Budikania TS. 2008. Analisis Kontribusi Teknologi Pada Industri Kecil dan Menengah Komponen Elektronika. Tesis. [terhubung tidak berkala]. www.itb.ac.id [31 Maret 2009]. Dok Pembinaan UPT BTPI. 2007. Laporan Bulanan Kegiatan Reparasi Kapal. Dussage P., Stuart H., dan Ramantsoa B. 1997. Strategic Technology Management. [terhubung tidak berkala]. www.itb.ac.id [31 Maret 2009]. Fauziyah. 1997. Pengoperasian Dok Kapal di PT. Citra Karya Utama Pelabuhan Ratu, Sukabumi [Laporan Praktek Lapang]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hall D., Jones R., dan Raffo C. 1994. Business Studies. Causeway Press Limited, Lanes, L395HP. Hany I. 2000. Analisis Kandungan Teknologi Terhadap Performansi Bisnis Industri Skala kecil. Tesis. [terhubung tidak berkala]. www.itb.ac.id [31 Maret 2009]. Indrawati SW. 2003. Analisis Pengaruh Komponen Teknologi Technoware, Humanware, Infoware, dan Orgaware Terhadap Faktor Utama Daya Saing Industri Kecil. Tesis. [terhubung tidak berkala]. www.itb.ac.id [31 Maret 2009]. Jaya RI. 2004. Analisis Kontribusi Komponen Teknologi Terhadap Kinerja Sistem Percetakan Surat Kabar Harian Umum Sumatera Ekspress Dengan Metode Teknometrik. [terhubung tidak berkala]. www.musi.ac.id [26 Juni 2008]. Korniak A. 1970. Repair Problem of the Industrial Fishing Fleet in Designing Fishing Harbour. London: Fishing Port and Market Fishing News (Books) Ltd. Lowe P. 1995. The Management of Technology: Perception and Opportunities. Chapman & Hall. [terhubung tidak berkala]. www.itb.ac.id [31 Maret 2009]. Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Cetakan ketiga. Jakarta: Ghalia Indonesia. Pulungan P. 1986. Suatu Studi Tentang Galangan dan Dok NV Menara Trading Coy di Tegal [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Purwasasmita M. 2000. Konsep Teknologi. Bandung: Penerbit ITB.
57
Saaty TL. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Proses Hierarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Komplek (Terjemahan dari Decision Making for Leader the Analytcal Hierarchy Process for Decisions in Complex Word). Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo. Sa’id EG., Rachmayanti, dan MZ. Muttaqin. 2004. Manajemen Teknologi Agribisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sewoyo S. 2001. Pendayagunaan Teknologi Tepat Guna untuk Pengembangan Potensi Pedesaan. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah Sumberdaya Alam, Sumberdaya Manusia, Teknologi. Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah, BPPT. Jakarta. Simbolon D. 1992. Pengantar Kepelautan (Diktat Kuliah). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Prtanian Bogor. Storch, Richard Lee, et al. 1995. Ship Production. Cornel maritime express: Maryland. Suryana A. 2008. Sosiologi Alih Teknologi. Universitas Terbuka. [terhubung tidak berkala]. www.ut.ac.id [7 april 2009]. Suryansyah Y. 2005. Kriteria Teknologi Perikanan dan Kelautan Untuk Pengembangan Pulau Kecil di Wilayah Perbatasan [Tesis]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Susilo P. Sukijo, Parwoto, dan Suhardi. 1992. Sistem Pengendalian Sosial Tradisional di Daerah Timor-timor. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua. Cetakan ke-10. Jakarta: Balai Pustaka. Undang-Undang (UU) No.18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. UNESCAP. 1989. Technology Atlas Project. A Framework For Technology Based Development: Technology Content Assessment & Technology Climate Assessment, Volume 2 & 3. [UPT BTPI] Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan. 2007. Produktivitas Dok di Lingkungan UPT BTPI Muara Jakarta.
58
[UPT BTPI] Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan. 2008. Macam-macam Dok. Wiraatmaja IW dan Ma’ruf A. 2004. The Assesment of Technology in Supporting Industry Located at Tegal Industrial Park. Proceddings of Marine Transportation Engineering Seminar.
Lampiran 1 Matriks hasil survei kriteria komponen teknologi (1) Technoware No 1 2 3
4
5
6
7 8
9
Kriteria Komponen Hasil Survei Technoware Tipe mesin yang digunakan Mekanik (Mitsubishi 6D 15 85 PK) Tipe proses yang kombinasi lebih dari satu operasi diterapkan berbeda pada suatu pekerjaan Tipe operasi yang 1. Pemotongan untuk memotong diselenggarakan kayu pada badan kapal, lunas, dan gading-gading. 2. Pembengkokkan dilakukan untuk membengkokkan kayu. 3. Penggambaran layout galangan menggunakan komputer. 4. Pendesakan, penepatan ukuran, pukulan, tempa panas. Rata-rata kesalahan yang Dalam satu tahun maksimal 2 kapal terjadi pada saat reparasi yang mengalami cacat dalam kapal reparasi, misal kapal masih bocor setelah turun dok, 2/144 < 2% Frekuensi untuk perawatan Tujuan dilakukannya perawatan mesin untuk mencegah kerusakan tapi tidak semua mesin dirawat secara periodik Keahlian teknis operator Secara umum mesin dapat yang dibutuhkan untuk dioperasikan semua pekerja, namun mengoperasikan mesin untuk komputer dibutuhkan keahlian tertentu untuk mengoperasikannya Pemeriksaan pada setiap Pemeriksaan dilakukan manual pekerjaan oleh koordinator lapangan Pengukuran pada setiap Dihitung sederhana berdasarkan pekerjaan pengalaman masing-masing pekerja Tingkat keselamatan dan Secara keseluruhan keselamatan keamanan kerja dan keamanan pekerja aman, namun pernah beberapa kali terjadi kecelakaan kerja
Skor 5 7,5
10
7,5
7,5
9
5 2
7,5
60
Lampiran 1 Lanjutan (2) Humanware No 1
2
3
4
5
6
7
Kriteria Komponen Humanware Kesadaran dalam tugas
Kesadaran kedisiplinan dan tanggung jawab
Kreativitas dan inovasi dalam menyelesaikan masalah Kemampuan memelihara fasilitas produksi
Kesadaran kelompok
bekerja
Kemampuan memenuhi tanggal tempo
Kemampuan menyelesaikan perusahaan
dalam
untuk jatuh
untuk masalah
8
Kemampuan bekerja sama
9
Kepemimpinan
Hasil Survei Secara umum alasan pekerja bekerja di galangan karena tidak mendapat kerja di tempat lain, namun mereka tidak malas bekerja dan mampu mengerjakan tugas dengan baik Semua pekerja memiliki tanggung jawab yang tinggi terbukti dengan seringnya mereka lembur, karena naik dan turun galangan harus saat air laut pasang. Kreativitas pekerja untuk menyelesaikan masalah dinilai cukup tinggi kemampuan pekerja untuk memelihara fasilitas produksi dinilai rata-rata karena tidak semua pekerja mampu memelihara fasilitas produksi galangan Seluruh pekerja galangan lebih menyukai bekerja secara kelompok hal ini didukung oleh suasana kerja yang mengutamakan gotong royong Kemampuan seluruh pekerja galangan untuk memenuhi tanggal jatuh tempo sangat baik, hal ini terbukti dengan pekerjaan yang hampir tidak pernah melewati tanggal jatuh temponya Kemampuan pekerja untuk menyelesaikan masalah perusahaan berada pada tingkat rata-rata Seluruh pekerja galangan mampu bekerja sama Kepemimpinan masing-masing pekerja galangan cukup tinggi
Skor
7
7,5
7
5
10
9
5
8 7,5
61
Lampiran 1 Lanjutan (3) Infoware No 1
2
3 4
5
6
Kriteria Komponen Hasil Survei Infoware Bentang informasi Bentang informasi tidak termasuk manajemen perusahaan eksternal, hanya perusahaan yang ada di lingkup UPT BTPI Perusahaan Perusahaan selalu menginformasikan menginformasikan pada karyawan masalah dan kondisi internal dengan segera pada karyawan di dalam perusahaan Jaringan informasi di Offline dalam perusahaan Prosedur untuk Mudah, transparan, dan langsung komunikasi antara pada yang dituju anggota di perusahaan Sistem informasi Akses nasional perusahaan untuk mendukung aktivitas perusahaan Penyimpanan dan Tidak semua data terkomputerisasi pengambilan informasi kembali
Skor
0
10
0 10
7,5
7,5
62
Lampiran 1 Lanjutan (4) Orgaware No 1
2
3
4
5
6
7
8
Kriteria Komponen Orgaware Otonomi perusahaan
Visi perusahaan
Hasil Survei Untuk kebijakan manajemen diatur sendiri, untuk perbaikan fasilitas yang berat tunggu dana dari PEMDA Terdapat visi galangan yang mengorientasi masa yang akan datang, dengan mengefektifkan teknologi sehingga dapat mempersingkat waktu reparasi Manajer galangan menginstruksikan pada karyawannya untuk menghormati hak warga di sekitar galangan. Kapasitas produksi galangan sudah baik, untuk perluasan galangan sudah tidak bisa. Manajer dinilai mampu untuk memotivasi pekerja dan membuat suasana kerja penuh kekeluargaan
Kemampuan perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan produktivitas Kemampuan perusahaan untuk memotivasi karyawan dengan kepemimpinan yang efektif Kemampuan perusahaan Kemampuan untuk beradaptasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis rendah dengan lingkungan bisnis yang berubah dan permintaan eksternal Kemampuan perusahaan Saat ini sudah tidak ada kerjasama untuk bekerjasama dengan supplier dengan supplier Kemampuan perusahaan Galangan dinilai mampu untuk untuk memelihara memelihara hubungan baik dengan hubungan dengan pemilik atau pengurus kapal yang pelanggan melakukan reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI Kemampuan perusahaan Segala kebutuhan untuk untuk mendapat menunjang kegiatan reparasi di dukungan sumberdaya Dok Pembinaan UPT BTPI dari luar dilakukan oleh UPT BTPI dan PEMDA DKI Jakarta
Skor
5
10
5
7,5
2,5
0
10
5
63
Lampiran 2 Kuesioner penilaian intensitas kontribusi komponen teknologi No 1
Kriteria Fasilitas
Penilaian 9-8-7-6-5-4-3-2
1
2-3-4-5-6-7-8-9
produksi 2
Fasilitas
Fasilitas
9-8-7-6-5-4-3-2
1
2-3-4-5-6-7-8-9
Kemampuan
9-8-7-6-5-4-3-2
1
2-3-4-5-6-7-8-9
Kemampuan
9-8-7-6-5-4-3-2
1
2-3-4-5-6-7-8-9
Penguasaan informasi
Sumber: Hany, 2000
Penguasaan informasi
9-8-7-6-5-4-3-2
1
2-3-4-5-6-7-8-9
SDM 6
Kemampuan organisasi
SDM 5
Penguasaan informasi
produksi 4
Kemampuan SDM
produksi 3
Kriteria
Kemampuan organisasi
9-8-7-6-5-4-3-2
1
2-3-4-5-6-7-8-9
Kemampuan organisasi
64
Lampiran 3 Data produktivitas bulanan Dok Pembinaan UPT BTPI tahun 2007 (1) Bulan Januari No
Nama Kapal
Tanggal Naik 2
Turun 5
1
KM. Teluk Intan
2
KM. Cahaya Samudera
2
3
KM. Prana Jaya-II
4
Alat Tangkap
GT
Tanda Selar
Pemilik/ Pengurus
Gill Net
29
3018/Bc
Anyan
6
Jr. Tangsi
28
1667/Bc
Taufik
6
8
Jr. Dogol
7
J.8 No.696
Eriyanto
KM. Cakrawala
6
9
Gill Net
25
1710/Bc
Anyan
5
KM. Cahaya Abadi-1
7
12
Gill Net
28
1549/Bc
Taufik
6
KM. Naga Laut
7
9
Jr. Dogol
7
J.8 No.697
Santo
7
KM. Winda Fransisca
10
13
Gill Net
28
2249/Bc
Dimin
8
KM. Cahaya Bintang
12
17
Angk. Ikan
20
131/Gga
Kaharudin
9
KM. Idola
16
20
Gill Net
25
50/Bc
Anyan
10
KM. Lancar
25
28
Purse Seine
6
J.26 No.600
Sumanto
Alat Tangkap
GT
Tanda Selar
Sumber: Dok Pembinaan UPT BTPI, 2007
(2) Bulan Februari Tanggal No
Nama Kapal Naik
Turun
Pemilik/ Pengurus
1
KM. Muncul Jaya
8
13
Gill Net
28
1509/Bc
Bob Tjoeng
2
KM. Sari Indah
11
14
Angk. Ikan
23
826/Da
Sutandi
3
KM. Rindu Alam
11
15
Gill Net
28
1905/Bc
Waluyo
4
KM. Amat Jaya
12
15
Gill Net
33
330/Hha
Sangkala
5
KM. Karya Mitra
15
19
Gill Net
26
216/Bc
Anam P
6
KM. Surya Citra N 1
15
19
Muro Ami
17
330/Eed
Encup
7
KM. Perintis 1
19
23
Angk. Ikan
7
I/J2
Aip
8
KM. Timbul Jaya I
19
22
Muro Ami
28
1440/Bc
Encup
9
KM. Kurnia
21
24
Bouke Ami
30
415/PPf
Atong
Sumber: Dok Pembinaan UPT BTPI, 2007
65
Lampiran 3 Lanjutan (3) Bulan Maret Tanggal No
Nama Kapal
Alat Tangkap
GT
Tanda Selar
Pemilik/ Pengurus
Naik 02
Turun 05
Gill Net
29
3019/Bc
Waluyo
KM. Sopongiro-II
05
09
Jr Udang
6
J.15 No.671
M. Ma'ruf
3
KM. Sinar Ultra
06
13
Gill Net
28
2701/Bc
Taufik
4
KM. Mariana
06
09
Bouke Ami
20
710/Bc
Gunawan
5
KM. Setia Makmur
09
12
Gill Net
24
1541/Bc
Waluyo
6
KM. Tugu Permai
14
19
Gill Net
12
479/Bc
Anyan
7
KM. Surya Bahari
14
18
Jr Cantrang
29
1665/Bc
A'eng
8
KM. Sentosa
16
20
Bubu
29
1928/Bc
Osan
9
KM. Bintang Laut
16
19
Jr Dogol
7
J.8 No.684
Budiyanto
10
KM. Sahabat
22
24
Gill Net
26
2466/Bc
Anyan
11
KM. Alam sari
27
30
Purseine
29
2345/Bc
Effendi
12
KM. Carolina
27
30
Bouke Ami
13
591/Bc
Yono
Alat Tangkap
GT
1
KM. Pahala Kencana
2
Sumber: Dok Pembinaan UPT BTPI, 2007
(4) Bulan April Tanggal No
Nama Kapal
Pemilik/ Pengurus
1
KM. Nusantara
Naik 3
Gill Net
29
2081/Bc
Waluyo
2
KM. Berlian-5
3
06
Jaring Cumi
20
941/Bc
Agus
3
KM. Analisa
8
11
Gill Net
27
2250/Bc
Dimin
4
KM. Teluk Intan
12
16
Gill Net
29
3018/Bc
Waluyo
5
KM. Berkat Usaha
12
15
Angk. Ikan
6
J.5 No.657
Rojak
6
KM. Mina Jakarta-5
12
15
Jaring Cumi
22
3075/Bc
Zulkarnaen
7
KM. Boga Pati
16
19
Gill Net
28
959/Bc
Waluyo
8
KM. Sinar Harapan
16
19
Angk. Ikan
6
A.8 No.2199
Rojak
9
KM. Putri Tunggal
18
23
Purse Seine
28
1774/Bc
Warju
10
KM. Duta Bahari-II
18
24
Jaring Cumi
27
1973/Bc
Agus
11
KM. Prima Sakti
23
28
Angk. Ikan
30
138/Fp
M.Taufik
12
KM. Ccahaya Indah-02
27
29
Angk. Ikan
23
17/Bb
D.Maluse
13
KM. Milenium Jaya
25
28
Purse Seine
28
1885/Bc
Martin
Sumber: Dok Pembinaan UPT BTPI, 2007
Turun 07
Tanda Selar
66
Lampiran 3 Lanjutan (5) Bulan Mei Tanggal
GT
Turun 9
Alat Tangkap Purse Seine
29
2050/Bc
Anam
4
5
Angk. Ikan
6
J.8 No.573
Kaharudin
7
12
Gill Net
29
2984/Bc
Anyan
KM. Maju jaya
10
12
Bubu
28
2720/Bc
Hermanto
5
KM. Duta bahari
11
12
Muro Ami
29
1859/Bc
Agus
6
KM. Dorethy
11
13
Gill Net
27
1563/Bc
Nunung
7
KM. Sumber Jaya
13
17
Gill Net
27
1660/Bc
Tjan Hasan
8
KM. Esmeralda
14
21
Gill Net
28
1676/Bc
Amin Yunus
9
KM. Cahaya Indah
14
20
Angk. Ikan
30
07/Bb
H. Daeng M
10
KM. Badak Kulon
18
20
Pancing
4
J.17 No.3610
Christian
11
KM. Putra Mandala
22
26
Gill Net
6
J.37 No.6603
Kodori
12
KM. Paramount
23
27
Gill Net
25
2634/Bc
Anyan
13
KM. Anggi
28
30
Gill Net
28
1850/Bc
Pance
14
KM. Elang Raja
28
30
Purse Seine
29
3330/Bc
Bob Tjoeng
Alat Tangkap
GT
No
Nama Kapal
1
KM. Alam Jaya Makmur
2
KM. Cahaya bintang
3
KM. Wira Usaha
4
Naik 3
Tanda Selar
Pemilik/ Pengurus
Sumber: Dok Pembinaan UPT BTPI, 2007
(6) Bulan Juni Tanggal No
Nama Kapal
1
KM. Sugih Terus Jaya
2
Naik 4
Turun 7
KM. Kenari
5
3
KM. Berlian
4
Tanda Selar
Pemilik/ Pengurus
Angk. Ikan
6
J.5 No.806
Kapol
7
Bagan Apung
7
J.8 No.750
Krisnadi
6
10
Muro Ami
6
J.16 No.378
Hon Hendry
KM. Sumber Maju
6
10
Angk. Ikan
6
J.8 No.685
Haryanto
5
KM. Gresida
8
11
Purse Seine
25
735/Da
Suliyanto
6
KM. Duta Bahar-5
13
18
Jaring Cumi
29
2251/Bc
Hon Hendry
7
KM. Arjuna-3
18
22
Angk. Ikan
6
S.37 No.1599
Solihin
8
KM. Bunga lili
18
21
Purse Seine
29
245/Bc
Anton
9
KM. Kajuara
21
29
Jaring Cumi
6
J.1 No.1389
H. Mas Nur
29
Jaring Cumi
28
2269/Bc
Mencret
10 KM. Tetap Jaya-1 25 Sumber: Dok Pembinaan UPT BTPI, 2007
67
Lampiran 3 Lanjutan (7) Bulan Juli Tanggal No
Nama Kapal
Alat Tangkap
GT
Tanda Selar
Pemilik/ Pengurus
Naik 30
Turun 04
Angk. Ikan
42
1314/Ba
Haryo Seno
KM. Murni Indah
30
04
Bouke Ami
26
395/SSd
Alip
3
KM. Anne
30
04
Gill Net
27
129/Bc
Momu
4
KM. Alpukat
04
08
Jr. Muro Ami
5
A-8 No.2308
Encup
5
KM. Novita jaya
09
12
Purse Seine
29
1530/Bc
Apo
6
KM. Idola
11
16
Gill Net
25
50/Bc
Anyan
7
KM. Cahaya Samudera
16
20
Jaring Cumi
28
1667/Bc
Arpo
8
KM. Alam Jaya
19
23
Purse Seine
27
137/Gga
Anam P
9
KM. Mitra Bahari
22
30
Gill Net
29
2768/Bc
Indri
10
KM. Moro Mulia
22
28
Purse Seine
29
2710/Bc
Hartono
11
KM. Perintis
21
26
Angk. Ikan
26
631/Bc
Alip
12
KM. Gresida-5
27
30
Bouke Ami
29
1681/Bc
Hakim
Tanda Selar
Pemilik/ Pengurus
1
KM. Paus Biru
2
Sumber: Dok Pembinaan UPT BTPI, 2007
(8) Bulan Agustus No
Nama Kapal
Tanggal Naik
Turun
Alat Tangkap
GT
1
KM. Cahaya Ikhwan
1
4
Angk. Ikan
6
2
KM. Fijai Saputra
7
11
-
6
S.35A No.252 J.8 No.692
3
KM. Alam Jaya Lestari
9
14
Gill Net
29
2205/Bc
Anam P
4
KM. Agung Mulya
13
19
Gill Net
24
1271/Bc
Anyan
5
KM. Nur Ilham
13
16
Angk. Ikan
25
119/Bb
H.D. Mangendre
6
KM. Putra Bone
13
16
Pancing
6
J.5 No.415
Warju
7
KM. Konco Enggal
14
17
Purse Seine
21
1211/Bc
Hartono
8
KM. Indo Makmur
21
26
Gill Net
28
1814/Bc
Anyan
9
KM. Cakalang Jaya 1
20
31
Gill Net
82
2977/Bc
BTPI
10
KM. Rezeki Garuda Mas
21
23
Gill Net
30
627/SSd
Solihin
11
KM. Cahaya Rezeki
24
25
Gill Net
29
1111/ Dda
Suiyan
12
KM. Senantiasa-2
26
28
Bouke Ami
6
-
Warju
Sumber: Dok Pembinaan UPT BTPI, 2007
H.D. Maluse Solihin
68
Lampiran 3 Lanjutan (9) Bulan September No
Nama Kapal
Tanggal
1
KM. Hasil Jaya
Naik 3
Turun 8
2
KM. Darmawan
5
10
3
KM. Irwan Putra
5
8
4
KM. Nurmawadah
8
17
5
KM. Sinar Jaya
14
17
6
KM. Nuri Indah
16
19
7
KM. Sri Rama
20
24
8
KM. Sumber Harapan
19
9
KM. Restu
19
10
KM. Rohani Jaya
11
KM. Mega Surya
Alat Tangkap Gill Net
GT
Tanda Selar
Pemilik/ Pengurus
21
863/Bc
Arpo
Angk. Ikan
6
J.8 No.906
Hj. Sri Nganiatun
Angk. Ikan
18
1542/Bc
Ramsadi
Angk. Ikan
7
S.35 a No.199
H.D Mangendre
Angk. Ikan
30
929/HHd
H. Sukri
Angk. Ikan
6
S.35 A No.27
H.D Maluse
Jaring Cumi
14
763/Bc
Warju
24
Jaring Cumi
29
3027/Bc
Sujamin Sinin
23
Gill Net
29
1175/Bc
Samuelat
25
27
Jaring Cumi
20
3830/Bc
Warju
25
28
Gill Net
28
2179/Bc
Anyan
12 KM. Karya mitra 25 28 Sumber: Dok Pembinaan UPT BTPI, 2007
Gill Net
26
216/Bc
Anam P
69
Lampiran 4 Contoh Surat Keterangan Naik Dok
SURAT KETERANGAN NAIK DOCK NO : / - 1.813.1 Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa : Nama Kapal
: Km. Berlian - 1
Jenis Kapal
: Perikanan
Tanda Selar
: 378/ J.16
Tonage Kotor (GT)
:6
Tanggal Naik
: 23 April 2008
Tanggal Turun
: 05 Mei 2008
Nama Pemilik
: Hon Hendri Handoko
Alamat
: Jl. Panglima Polim No. 42-A Jakarta Selatan
Kapal tersebut telah melakukan perbaikan sebagai berikut: - Penyekrapan dan pembersihan lambung kapal bagian bawah garis air. - Pemakalan dan pendempulan body kapal. - Pengecatan anti Foulling lambung kapal bagian bawah garis air. - Pemasangan Fiber seluruh body kapal. - Pengecatan seluruh body kapal. Demikian surat keterangan ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya
Jakarta, 06 Mei 2008 Kepala UPT Balai Teknologi Penangkapan Ikan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta
Ir.H.R.UNA RUSMANA, MM. NIP. 080085230
70
Lampiran 5 Contoh blangko pengecekan kapal Blangko Pengecekan Perbaikan Kapal 1. DATA DOCK : Nama dock
: (KPNDP/KTU/FMS/Pembinaan*)
Tanggal naik dock
: ..……………………………………………………
Tanggal turun dock
: ..……………………………………………………
2. DATA KAPAL :
3.
4.
5.
Nama Kapal
: ..……………………………………………………
Tanda Selar
: ......…………………………………………………
Gross Tonage (GT)
: ..……………………………………………………
Alat Tangkap
: ..……………………………………………………
Jenis Kapal
: (Nelayan/Non Nelayan*)
Pemilik/Pengurus
: ..……………………………………………………
Alamat
: ..……………………………………………………
KELENGKAPAN SURAT KAPAL : a. IUP
a. (ada/tdk ada*)
b. SPI/SIPI
b. (ada/tdk ada*)
c. Pas Tahunan
c. (ada/tdk ada*)
MUATAN / BEBAN KAPAL : a Solar
a. ……… Liter
b Air
b. ……… Liter
c Alat tangkap
c. (ada/tdk ada*)
d Ikan
d. (ada/tdk ada*)
e Pelampung (buoy life)
e. (ada/tdk ada*)
f Tabung pemadam kebakaran
f. (ada/tdk ada*)
JENIS PERBAIKAN : a Penyekrapan/pembersihan lambung kapal bagian bawah garis air
a. (Ya/tidak*)
b Pemakalan/pendempulan body kapal
b. (Ya/tidak*)
c Pengecatan anti fouling lambung kapal bagian bawah garis air
c. (Ya/tidak*)
d Penambahan paku
d. (Ya/tidak*)
e Perbaikan (baling-baling/kemudi kapal*)
e. (Ya/tidak*)
f Penggantian pohot as
f. (Ya/tidak*)
g Pengecatan seluruh body kapal
g. (Ya/tidak*)
h Penggantian papan
h. (Ya/tidak*)
i Penggantian lunas
i. (Ya/tidak*)
j Penggantian baut lunas
j. (Ya/tidak*)
k Penggantian linggi (depan/belakang*)
k. (Ya/tidak*)
71
l Penggantian gading
l. (Ya/tidak*)
m ………………………………………………………
m. (Ya/tidak*)
(*Coret yang tidak perlu) Jakarta, …...…….. 2008 Petugas,
72
Lampiran 6 Contoh penghitungan rating state of the art dan kontribusi komponen teknologi Penghitungan rating state of the art Technoware tik
1 ST1 = 10
k
kt
k = 1,2,...,kt Dimana t adalah nilai kriteria ke-k dari technoware kategori i. ik
ST1 =
1 5 7,5 10 7,5 7,5 9 5 2 7,5 10 9
ST1 =
1 61 10 9
ST1 = 0,678 Humanware hij
1 SHj = 10
l
lh
l = 1,2,...,lh Dimana h adalah nilai kriteria ke-i dan humanware kategori j. ij
SHj =
1 7 7,5 7 5 10 9 5 8 7,5 10 9
SHj =
1 66 10 9
SHj = 0,733 Infoware
1 SI = 10
fm m
mf
m = 1,2,3,...,mf
73
Lampiran 6 Lanjutan Dimana fm adalah nilai kriteria ke-m dari infoware pada tingkat perusahaan. SI =
1 0 10 10
SI =
1 35 10 6
0 10 6
7,5 7,5
SI = 0,583 Orgaware 1 SO = 10
on n
no
n = 1,2,3,...,no Dimana O
n
adalah nilai kriteria ke-n dari orgaware pada tingkat
perusahaan SO =
1 5 10 5 7,5 2,5 0 10 5 10 8
SO =
1 45 10 8
SO = 0,563 Penghitungan kontribusi komponen teknologi T =
1 LT + ST(UT – LT) 9
T =
1 1+ 0,678(5–1) 9
T = 0,412 H=
1 LH + SH(UH – LH) 9
H=
1 1+ 0,733(7 – 1) 9
H = 0,5998
74
Lampiran 6 Lanjutan I =
1 LI + SI(UI – LI) 9
I =
1 1+ O,583(6– 1) 9
I = 0,435 O=
1 LO + SO(UO – LO) 9
O=
1 2+ 0,563(4 – 2) 9
O = 0,347