IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE
4.1. Sejarah perkembangan perikanan Keberadaan Muara Angke sebagai tempat pelelangan ikan sudah ada sejak dulu dimulai dari TPI Marunda, TPI Cilincing, TPI Kalibaru Timur, TPI Kalibaru Barat, TPI Bintang Mas, TPI Sunda Kelapa, TPI Muara Karang, TPI Kamal Muara. Pada tahun 1977 dirubah menjadi Muara Angke dengan skala tradisional dan Muara Baru dengan skala industri. Pada tahun 1998 ditambah lagi TPI Cilincing, TPI Kalibaru, TPI Kamal Muara. 4.2. Karakteristik 4.2.1. Letak Geografis dan Administratif Kawasan Muara Angke terletak di bagian utara sebelah barat Propinsi DKI Jakarta dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Kawasan Muara Angke termasuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan Kota Jakarta Utara. Daerah perikanan Muara Angke memiliki luas wilayah 771.9 ha. Batas-batas Kawasan Muara Angke adalah : -
Sebelah barat berbatasan dengan Kali Angke
-
Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Pluit Barat
-
Sebelah selatan berbatasan dengan Kali Angke
-
Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa Kawasan Muara Angke secara geografis terletak pada 60.06’.50” LS sampai
60.06’56” LS dan 1060.45’.56” BT sampai 1060.46’.28” BT, dengan tinggi rata-rata 0-1 m di atas permukaan air laut. Kawasan Delta Muara Angke diapit oleh 2 anak sungai, yaitu Kali Angke di sebelah timur dan Kali Adem di sebelah barat. Lahan seluas 65 ha dimanfaatkan untuk perumahan nelayan (21,26 ha); tambak uji coba budidaya air payau (9,12 ha); bangunan PPI beserta fasilitas penunjangnya (5 ha); hutan bakau (8 ha); tempat pengolahan ikan tradisional (5 ha); docking kapal (1,35 ha); lahan kosong (6,7 ha); pasar, bank dan bioskop (1 ha) ) serta terminal (2,57 ha).
36
4.2.2. Geologi dan Topografi Kawasan Muara Angke mempunyai geomorfologi sebagaimana umumnya daerah-daerah pantai sepanjang pantai DKI Jakarta yakni sangat dipengaruhi oleh hasil endapan sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut, endapan-endapan tersebut umumnya membentuk endapan alluvial pantai dengan permukaan tanah datar dan subur karena dipengaruhi endapan sungai yang mengandung sedimen dan didalamnya mengandung bahan-bahan organik namun tekstur tanah lunak/tidak solid, sehingga daya dukung tanah rendah dan proses intrusi air laut tinggi. Kawasan Muara Angke memiliki kontur permukaan tanah datar, ketinggian dari permukaan laut antara 0 sampai 1 meter, kondisi air permukaan terdiri dari payau, kolam tambak, rawarawa, Kali Angke dan laut. 4.2.3. Hidrologi Kawasan Muara Angke merupakan delta yang diapit oleh 2 anak sungai yaitu Kali Angke dan Kali Adem, kondisi airnya tidak baik karena banyak polutan yang mencemari sungai tersebut sebagaimana kebanyakan sungai-sungai yang berada di wilayah DKI Jakarta, namun demikian Kali Adem dan Kali Angke masih banyak digunakan oleh sebagaian masyarakat Muara Angke untuk aktivitas sehari-hari. 4.2.4. Hidrooceonografi Pasang surut yang terjadi di pangkalan pendaratan ikan Muara Angke mengikuti pola pasang surut Perairan Teluk Jakarta yakni mempunyai sifat harian tunggal yaitu terjadi satu kali pasang dan satu kali surut setiap hari. Kisaran terbesar antara surut tertinggi dan surut terendah adalah 1,2 m ( Dinas Hidro Oseanografi TNI AL, 1998).
4.2.5. Klimatologi Sesuai dengan letak geografinya, keadaan iklim Kota Jakarta secara umum termasuk kawasan Muara Angke beriklim tropis dengan data curah hujan sepanjang
37
tahun 2000 mencapai 1.913,8 mm, suhu udara di Muara Angke cukup tinggi suhu maksimum udara berkisar 31,40C pada siang hari dan suhu minimum udara berkisar 25,40C pada malam hari, dengan kelembaban rata-rata 7 knots per jam, sedangkan arah angin selalu berubah-ubah sesuai musim pada setiap tahunnya. 4.3. Kondisi Mangrove Hutan mangrove Muara Angke adalah bagian dari kawasan hutan mangrove (bakau) Tegal Alur - Angke Kapuk di pantai utara Jakarta. Pada mulanya kelompok hutan ini seluas 1.114 ha, namun karena kegiatan pembangunan luasnya menurun menjadi 327,7 ha. Pembangunan Kawasan Kapuk-Angke digagas oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta, sesuai arahan RUTR DKI 1965-1985 bertujuan untuk mengembangkan areal tambak dan “eks-hutan” Angke-Kapuk yang terbengkalai, untuk perumahan dan fungsi perkotaan lainnya. Keinginan ini mendapat tanggapan dari kelompok usaha PT. Metropolitan Kencana, sebagaimana tertuang dalam surat perusahaan tersebut kepada Direktur Jenderal Kehutanan, selaku pihak yang memiliki kewenangan legal-formal atas kawasan itu Nomor. 652/MK/V/81 tertanggal 22 Mei 1981. 4.3.1. Hutan Lindung Angke Kapuk Jenis pohon yang mendominasi Hutan Lindung Angke Kapuk adalah api-api (Avicennia marina) yang tumbuh secara alami, selain itu terdapat Rhizophora mucronata yang segaja ditanam oleh manusia. Jenis lain yang tumbuh di hutan lindung tersebut dalam jumlah kecil dan tersebar adalah Excoecaria agallocha (butabuta), Thespesia populnea (waru laut), Acacia auriculiformis (akasia) dan Leucaena glauca (lamtorogung) jenis akasia dan lamtorogung merupakan pohon tanaman (Dinas Kehutanan DKI Jakarta dan Fahutan IPB, 1996). Mengenai jenis api-api merupakan jenis dominan yang tumbuh merata diseluruh areal hutan lindung, maka dapat dikatakan bahwa secara floristik tipe hutan yang terdapat di hutan lindung tersebut termasuk hutan api-api (Dinas Kehutanan DKI Jakarta dan Fahutan IPB, 1996).
38
4.3.2.
Suaka Margasatwa Muara Angke
Jenis pohon yang terdapat di Suaka Margasatwa Muara Angke antara lain jenis Sonneratia alba (± 100 pohon), Avicennia marina (± 10 pohon), Excoecaria agallocha (± 5 pohon) dan Rhizophora mucronata. Jenis Rhizophora mucranata terdapat di dekat
muara (berbatasan dengan hutan lindung dengan jumlah yang
cukup banyak, namun banyak yang kering atau mati. Pohon-pohon yang umumnya terdapat di bagian barat, disekitar saluran air yang memanjang dari Selatan ke Utara. Pohon bakau, api-api dan bakau mempunyai diameter batang 5 – 30 cm, tinggi 4 – 15 m, sedangkan waru laut lebih kecil yaitu berdiameter 3 –12 cm dan tinggi 3 – 7 m. Di bagian tengah sampai selatan dari areal tersebut di dominasi oleh enceng gondok (Eichornia crassipes) yang tumbuh murni, Derris heterophylla (Ki tower) dan gelagah (Sacharum spontaneum). Gelagah terutama mendominasi di bagian timur.
Di bagian Tenggara didominasi oleh Mimosa pigra.
Dibagian Barat
berdekatan dengan jalur pedada (Sonneratia alba) terdapat nipah (Nypa fructicans) yang cukup banyak pada kelompok vegetasi tersebut banyak ditemukan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Kegiatan penanaman untuk merehabilitasi kawasan ini telah banyak dilakukan baik oleh instansi pemerintah, LSM (LPP Mangrove) dan swasta. Kegiatan ini telah banyak merubah kondisi vegetasi yang terdapat di kawasan ini. Jenis yang banyak ditanam di dalam kawasan ini adalah Sonneratia caseolaris. 4.4. Fasilitas dan Kegiatan di Muara Angke 4.4.1. Bangunan Tempat Tinggal Bangunan rumah tempat tinggal dapat dibagi menjadi bangunan permanen, semi permanen dan sementara. Jumlah rumah di Kecamatan Penjaringan pada tahun 2007 sebanyak 49.288 bangunan dengan perincian sebagai berikut : bangunan permanen sebanyak 39.022, semi permanen 7.743 dan sementara 2.523.
39
4.4.2. Kawasan Perikanan Untuk menunjang operasional kawasan pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan telah dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas penunjang seperti yang terdapat pada Tabel 4. Tabel 4. Fasilitas di Pelabuhan Muara Angke No. I. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Fasilitas FASILITAS POKOK Lahan Dermaga Tanggung pemecah gelombang Kolam Pelabuhan Tiang pengikat kapal / bholar Fender kayu
Kapasitas
Keterangan
65 Ha 403 m’ 1.700 m’ 63.993 m2 122 buah 450 m’
II. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
III. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
FASILITAS FUNGSIONAL TPI dan kantor lama TPI dan kantor baru Tempat pengepakan ikan Kios gudang kantor Pasar grosir Pasar pengecer Kios ikan bakar (Pujaseri) Work shop Mirasih Gudang alat-alat perikanan Kisdam / kolam penampungan Bengkel alat kapal tradisional Cold storage SPBU dwi fungsi Dock tradisional INSTANSI DAN KELEMBAGAAN. UPT Dinas Perhubungan Syahbandar KPLP HNSI Koperasi Perikanan Pos Polisi KP3 Bank DKI Terminal Bis Pasar Inpres Pos Kesehatan
1.420 m2 2.212 m2 30 Unit 40 Unit 870 Lapak 150 Unit 24 Unit 8 Unit 1 Unit 12 Unit 1 Unit 5 Unit 1 Unit 1 Unit 5 Unit
1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 2 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit
40
Sumber : UPT PKPI Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta 2001
4.4.3. Fasilitas Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Kegiatan di pendaratan ikan terdiri atas kegiatan untuk memuat, mendaratkan, menyimpan, melelang dan pengawetan ikan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar maka dibutuhkan fasilitas penunjang seperti yang tercantum pada Tabel 5 Tabel 5. Fasilitas yang ada di TPI Muara Angke No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jenis Fasilitas Jetty kayu Turap Alur Pelabuhan Fender Tiang pengikat kapal Kantor UPT PKPI Jalan Tangki air Saluran air Instalasi listrik Kantor UPT PKPI Jalan/pengkapalan SPBU Tangki air Saluran air Instalasi listrik
Volume 2.250 m3 600 m3 850 100 m2 1.000 m3 63.993 m2 450 m2 88 buah2 1.420 m2 48 m2 200 m2 2.946 m2 1 unit 2 unit 1.753 m2 1
Sumber : UPT PKPI Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta 2001
4.4.4. Fasilitas Perbaikan Kapal / Docking Fasilitas perbaikan kapal di Muara Angke seluas 803 m2. Namun demikian, docking kapal ini hanya diperuntukkan bagi kapal-kapal ikan yang mempunyai bobot mati kurang dari 30 GT, sedangkan bagi kapal perikanan yang memiliki bobot mati melebihi 30 GT dilakukan di pelabuhan Muara Baru. Fasilitas docking di Muara Angke dapat dilihat pada Tabel 5. Frekuensi kapal yang melakukan docking rata-rata 720-960 kapal pertahun, pada saat ini terdapat 5 unit dock, sedangkan tenaga kerja yang dapat diserap rata-rata per unit docking 20-30 orang, selain itu fasilitas docking
41
dilengkapi dengan tempat perbaikan alat penangkapan, ruang perbaikan mesin kapal, tempat persediaan suku cadang, ruang pelatihan dan kamar tidur untuk peserta pelatihan nelayan. Tabel 6. Fasilitas docking kapal di Muara Angke No
Nama Docking Kapal
Unit
Luas (m2)
1
UPMB (Unit Penyuluhan Modernisasi Bertahap)
2
4500
2
Fan Marine Shipyard
1
4500
3
PT. Kara Teknik Utama
2
4500
Sumber: UPT-UPBM Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, 2001
4.4.5. Fasilitas Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional Fasilitas untuk kegiatan pengolahan ikan mempunyai luas 5 ha, tempat ini berupa bangunan untuk tempat istirahat dan unit pengolahan yang berukuran 5 x 20 m sebanyak 196 unit. Tempat pengolahan ikan tersebut, selain untuk kegiatan mengolah ikan juga berfungsi sebagai tempat tinggal pekerja, gudang dan penjualan ikan. Tempat pengolahan ikan dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana penunjang kegiatan. PHPT Muara Angke mempunyai lahan seluas 5 ha. Di atas lahan tersebut dibangun 203 unit tempat pengolahan ikan. Setiap unit terdiri dari rumah kerja berlantai 2 berukuran 5 x 6 meter persegi dan tempat penjemuran ikan seluas 75 m2. Peruntukan rumah kerja lantai bawah untuk kegiatan pengolahan, sedangkan lantai atas untuk istirahat para pekerja. Kepada para pemakai fasilitas tersebut dikenakan sewa sebesar Rp. 40.000,- per bulan. Selain pengolahan ikan dengan bentuk pengeringan, pembuatan terasi, di PHPT juga dilakukan penyamakan kulit ikan pari untuk diolah menjadi kerajinan tangan berupa tas, dompet dan lain-lain untuk diekspor ke negara-negara Taiwan, Jepang dan Philipina. jenis olahan ikan yang ada di PHPT seperti yang tercantum dalam Tabel 7.
42
Tabel 7. Jenis olahan ikan No. 1.
Jenis Olahan Pengolah ikan asin
Jumlah Unit 189
2.
Pengolah ikan pindang
1
3.
Pengolah terasi
2
4.
Pengolah kerupuk kulit pari
5
5.
Penyamakan kulit pari
3
6.
Pengolah limbah ikan
3
Keterangan
Sumber : UPT PKPI Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta 2001
4.4.6. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat pelelangan ikan mempunyai nilai strategis dalam upaya meningkatkan kesejahteraan nelayan. Di TPI tersebut Pemerintah Propinsi DKI Jakarta memberikan pelayanan lelang, sehingga diharapkan harga yang terjadi dalam proses lelang tersebut merupakan harga optimal yang dapat diperoleh nelayan. Tempat pelelangan ikan dalam satu hari melayani sekitar 15 kapal dan ± 45 perahu yang membongkar hasil tangkapannya. Produksi hasil tangkapan nelayan tergantung pada faktor cuaca, musim, dan jumlah kapal yang membongkar hasil tangkapannya di TPI. Sebagai gambaran produksi ikan yang masuk ke DKI Jakarta dalam satu hari rata-rata mencapai 100 – 125 ton dengan rincian sebagai berikut :
43
Tabel 8. Daerah penangkapan ikan No. I.
Daerah Penangkapan / Asal Ikan Daerah Penangkapan a. b. c. d. e. f. g. h.
II.
hasil tangkapan / pasokan (%) 54,10
Perairan Bangka Belitung Perairan Sumatera Selat Karimata Laut Jawa Perairan Kalimantan Barat Kepulauan Natuna Teluk Jakarta dan Kawawang Karimun Jawa
8,65 10,35 13,41 11,60 5,65 2,82 0,75 1,41
Daerah Pengirim / Pemasok ikan a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q. r. s.
45,90
Tuban Pekalongan Tegal Cilacap Labuan Bandung Bogor Lampung Indramayu Rengas Dengklok Serang Ciasem Pemalang Surabaya Rembang Juwana Binuangan Eretan Losari
1,71 4,77 3,67 0,59 1,18 6,73 0,59 2,08 8,79 0,11 0,14 0,48 0,42 9,01 1,24 0,25 2,26 1,47 0,35
Sumber : UPT PKPI Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta 2001
4.4.7. Cold Storage Ikan
merupakan suatu produk yang cepat sekali mengalami pembusukan
apabila tidak ditangani secara baik. Kegiatan penanganan ikan semestinya dilakukan sejak
penangkapan,
baik
dengan
cara
pendinginan,
pembekuan
maupun
penggaraman. Untuk penanganan setelah dilakukan pembongkaran ikan, di kawasan Muara Angke pada tahun 2003 pada luas lahan 3.000 m2 dibangun 1 unit cold storage oleh investor asing ( PT. AGB Tuna ) dengan kapasitas 1.000 ton.
44
Pasokan ikan berasal dari nelayan Muara Angke, Pelabuhan Ratu dan Muncar. Jenis ikan yang disimpan/didinginkan/dibekukan adalah layur, cumi, bawal, dan tenggiri dengan besar biaya sewa penitipan Rp. 15,- per kg / hari.
4.4.8. Tempat Pengecer Ikan Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan ikan dalam jumlah kecil, di PPI Muara Angke telah dibangun fasilitas pedagang pengecer. Luas pasar 1.260 m2 dengan jumlah 150 lapak, sedangkan jumlah pedagang pengecer 148 orang.
4.4.9. Unit Pengepakan Ikan Dalam rangka memenuhi permintaan pasar ekspor, dikawasan PPI Muara Angke dibangun 33 unit pengepakan ikan, dengan produksi rata-rata setiap bulan 75 ton. Negara tujuan ekspor Singapura, Malaysia dan Hongkong, dengan jenis ikan kakap, tenggiri, udang dan bawal. Luas masing-masing unit pengepakan antara 50 – 110 m2, terdiri dari bangunan bertingkat dan non tingkat.
4.4.10. Pujaseri Masmurni Pujaseri Masmurni dibangun pada tahun 1996 bertujuan untuk menciptakan peluang pasar produk hasil perikanan khususnya jenis-jenis ikan yang lazim dikonsumsi dalam bentuk baker. Selain hal tersebut diharapkan agar semakin tumbuh kegemaran masyarakat untuk makan ikan dan menjadikan ikan sebagai lauk / konsumsi sehari-hari. Jumlah kios pujaseri 24 unit dengan ukuran 5 x 17 m2. Sesuai dengan Perda DKI Jakarta No. 3 tahun 1999 setiap pemakaian fasilitas pujaseri dikenakan biaya sewa sebesar Rp. 6.000,- perbulan / meter persegi.
45
4.4.11. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Dwi Fungsi Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar bagi para nelayan, pada tahun 1997 telah dibangun 1 unit SPBU dwifungsi pada lahan seluas 2,212 m2. SPBU tersebut melayani kebutuhan bahan baker baik untuk kapal nelayan maupun kendaraan umum.
4.4.12. Tambak Ujicoba Air Payau Tambak ujicoba air payau Muara Angke memiliki lahan seluas 9,12 ha dengan jumlah tambak sebanyak 26 unit. Pada lahan tersebut dilakukan kegiatan ujicoba atau kaji terap budidaya perikanan di air payau. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah bandeng dan mujair. Saat ini produktivitas tambak ujicoba kurang baik, hal ini diakibatkan oleh rendahnya kualitas air baik air tawar maupun air laut yang masuk ke tambak. Selain dipergunakan untuk ujicoba, saat ini tambak tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sarana rekreasi pemancingan.
4.4. Fasilitas Perekonomian Pemerintah bekerjasama dengan instansi-instansi berusaha keras untuk mendukung segala kegiatan perekonomian di Pelabuhan Muara Angke. Adapun fasilitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Fasilitas perekonomian di kelurahan penjaringan Kelurahan
Inpres
Ling.
Jml Pdg.K-5
Swalayan
Mall
Waserda
Bank
Industri
Kamal Muara
-
1
51
-
-
-
2
182
Kapuk Muara
1
1
-
1
-
1
4
248
Penjagalan
1
1
146
-
-
2
4
89
Pluit
3
-
168
5
1
-
5
53
Penjaringan
-
3
436
1
-
2
3
170
Sumber : Badan Pusat Statistik, Kecamatan Penjaringan Dalam Angka, 2004
46
4.5. Kependudukan Penduduk adalah sejumlah orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah dan waktu tertentu serta merupakan hasil proses demografi yaitu mortalitas, fertilitas dan migrasi. Karakteristik antara ketiga komponen tersebut dalam mempengaruhi keadaan biologis, ekonomi dan sosial masyarakat tersebut (Rusli, 1982). Berdasarkan hasil survey tahun 2007, penduduk Kecamatan Penjaringan sebanyak 184.603 jiwa dengan jumlah KK adalah 54.829. luas wilayah 35,49 km2 dan dengan penduduk 5.202 jiwa/km2, dengan perincian laki-laki 95.256 jiwa atau 51,60 persen dan penduduk perempuan 89.347 atau 48,40 persen. Dari 5 kelurahan yang ada di Kecamatan Penjaringan, kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kelurahan Penjagalan yaitu sebesar 17.630 jiwa/km2. sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah terdapat di Kelurahan Kamal Muara yaitu sebesar 609 jiwa/km2. Jumlah penduduk Kecamatan Penjaringan pada tahun 2007, jika dirinci menurut kewarganegaraannya, terdapat sebanyak 184.443 jiwa warga negara Indonesia dan 160 jiwa warga negara asing.
4.6. Suku Bangsa (Etnis) dan Tingkat Pendidikan Penduduk yang berdomisili di Wilayah Muara Angke merupakan masyarakat yang heterogen karena berasal dari berbagai daerah, yaitu daerah Sulawesi Selatan Indramayu, Cirebon, Cilacap dan Banten. Para pendatang ini biasanya hidup berkelompok-kelompok sesuai dengan daerah asalnya dan membentuk suatu karakter dan perilaku sosial budaya yang khas, antara lain : a. Kental dalam budaya kehidupan secara berkelompok dan saling membantu di dalam kelompoknya masing-masing. b. Patuh dan taat pada peraturan-peraturan kelompok kedaerahannya serta patuh terhadap kaum tetua yang dianggap sebagai tokoh masyarakat
47
c. Kurang peduli terhdap kelompok penduduk lain yang berasal dari daerah yang berbeda. Akibat adanya sikap dan prilaku sosial budaya yang khas diatas secara tidak langsung telah mempengaruhi terhadap sikap dan prilaku sosial masyarakat terhadap pola kehidupan masyarakat sehari-hari. Tingkat pendidikan penduduk di Kampung Nelayan Muara Angke masih tergolong rendah. Mayoritas pendidikannya adalah tamatan SD sebesar 50%, tamatan SLTP sebesar 28% dan tamatan SLTA sebesar 14%. Selain itu masih ada sebagaian penduduk yang tidak tamat SD sebesar 8 % ( Pemda DKI, 2000).
4.7. Agama Sesuai dengan sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, terdapat 5 agama yang diakui keberadaannyan oleh pemerintah yaitu Islam, Katolik, Kristen, Hindu dan Budha. Agama yang dianut sebagian besar penduduk di Kecamatan Penjaringan adalah Islam sebanyak 151.193 jiwa, Katolik sebanyak 9.386 jiwa, Kristen sebanyak 7.455, Hindu sebanyak 427 jiwa, dan Budha sebanyak 12.380 jiwa.