IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1.Kondisi Wilayah 4.1.1. Wilayah Administratif Kabupaten Cianjur, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Cianjur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta di utara, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Sukabumi di barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta di Lampiran 2. Kabupaten Cianjur terdiri atas 30 Kecamatan, 348 Desa dan 6 Kelurahan. pemerintahan di Kecamatan Cianjur.
Pusat
Ke-30 kecamatan tersebut, yaitu :
Agrabinta, Leles, Bojongpicung, Campaka, Campaka Mulya, Cianjur, Cibeber, Cibinong, Cidaun, Cikadu, Cikalongkulon, Cilaku, Ciranjang, Cugenang, Kadupandak, Cijati, Karangtengah, Mande, Naringgul, Pacet, Cipanas, Pagelaran, Sindangbarang, Sukaluyu, Sukanagara, Sukaresmi, Takokak, Tanggeung, dan Warungkondang, Gekbrong.
Banyaknya Desa/Kelurahan, RW dan RT setiap
kecamatan pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3 (PMD dalam BPS Kabupaten Cianjur, 2007) 4.1.2. Keadaan Umum Wilayah Sebagian besar wilayah kabupaten Cianjur adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit. Lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan dan perkebunan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian. Sungai terpanjang adalah Sungai Cibuni, yang bermuara di Samudra Hindia. Dari luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 hektar, pemanfaatannya meliputi 83.034 Ha (23,71 %) berupa hutan produktif dan konservasi, 58,101 Ha (16,59 %) berupa tanah pertanian lahan basah, 97.227 Ha (27,76 %) berupa lahan pertanian kering dan tegalan, 57.735 Ha (16,49 %) berupa tanah perkebunan, 3.500 Ha (0,10 %) berupa tanah dan penggembalaan / pekarangan, 1.239 Ha (0,035 %) berupa tambak / kolam, 25.261 Ha (7,20 %)
72
berupa pemukiman / pekarangan dan 22.483 Ha (6.42 %) berupa penggunaan lainlain. Pandan Wangi yaitu beras asli Cianjur merupakan satu-satunya beras wangi yaitu beras asli Cianjur merupakan satu-satunya beras terbaik yang tidak ditemukan di daerah lain dan menjadi trade mark Cianjur dari masa ke masa. Rasanya enak dan harganya pun relatif lebih tinggi dari beras biasa. Di Cianjur sendiri, pesawahan yang menghasilkan beras asli Cianjur ini hanya di sekitar Kecamatan Warungkondang, Cugenang dan sebagian Kecamatan Cianjur. Luasnya sekitar 10,392 Ha atau 10,30% dari luas lahan persawahan di Kabupaten Cianjur. Produksi rata-rata per- hektar 6,3 ton dan produksi per-tahun 65,089 ton. 4.2.Penduduk 4.2.1. Laju pertumbuhan penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur tahun 1995 sebanyak 1.745.763 jiwa tahun 2000 sebanyak 1.922.106 jiwa, dan pada tahun 2005 sebanyak 2.098.644 jiwa. Selama periode tahun 1995-2005 laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Cianjur rata-rata sebesar 1,86% per tahun. Angka laju pertumbuhan penduduk berdasarkan data Susenas lebih tinggi bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk berdasarkan pencacahan sensus penduduk (SP) tahun 2000 sebesar 1,57% tahun 0,25persen dibanding laju pertumbuhan penduduk hasil sensus penduduk (SP) tahun 1990 yaitu sebesar 1,82%. Angka itu masih berada diatas laju pertumbuhan penduduk secara nasional yaitu 1,49%, namun masih dibawah rata-rata jawa barat pada periode 2004-2005 sebersar 2,09%. Dilihat dari setiap Kecamatan, angka laju pertumbuhan penduduknya sangat fluktuatif, dengan angka tertinggi derada diatas rata-rata kebupaten ditepati oleh kecamatan Karangtengah (3,72%), Mande (2,75%), Ciranjang (2,20%), Cugenang (1,96%), Bojongpicung (1,87%), dan Pacet (1,96%). Masih tinggiya angka laju pertumbuhan penduduk di kabupaten Cianjur selama periode tahun 1995-2005 ini antara lain disebabkan oleh masih belum terkendalinya angka kelahiran total (Total Fertility Rate /TFR). Idealnya laju pertumbuhan ini harus dapat ditekan sampai mendekati angka 1% atau bahkan kurang. Berdasarkan series tahun 19952005, pencacahan sensus diprediksikan untuk kurun waktu 2005-2015, perkiraan
73
laju pertumbuhan penduduk Kabupten Cianjur rata-rata akan jatuh pada angka 1,62%-1,86%. 4.2.2. Kepadatan penduduk Kepadatan penduduk Kabupaten Cianjur pada tahun 2006 sekitar 606,89 jiwa per km², namun kepadatan penduduk tersebut tidak merata, yaitu : 46,62 % di wilayah utara dengan luas wilayah 30,78 %, 31,11 % di wilayah tengah dengan luas wilayah 28,25 %, dan 22,27 % di wilayah selatan dengan luas wilayah 40,70 %. Kecamatan yang jumlah penduduknya terbesar adalah Kecamatan Cianjur sebanyak 151.981 jiwa dan Kecamatan Karangtengah sebanyak 124.855 jiwa. Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya diatas 100.000 jiwa adalah Kecamatan Cibeber (117.651 jiwa), dan Kecamatan Bojongpicung (104.886 jiwa). Kecamatan yang jumlah penduduknya terkecil adalah Kecamatan Campakamulya sebanyak 24.318 jiwa. Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya antara 40.000 - 50.000 jiwa adalah Kecamatan Kadupandak (49.119), Sukanagara (47.311), dan Gekbrong (47.430). Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi di wilayah Cianjur utara antara lain Kecamatan Cianjur (6.483,83 jiwa/km²), Karangtengah (3.181,02 jiwa/km²), Kercamatan Ciranjang (2.348,32 jiwa/km²), Pacet (1.818,92 jiwa/km²), Sukaluyu (1.601,02 jiwa/km²), Cipanas (1.575,13 jiwa/km²), Cilaku (1.502,91 jiwa/km²), Cugenang (1.442,94 jiwa/km²), dan Warungdoyong ( 1.327,20 jiwa/km²). Sementara itu kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk geografis terkecil adalah kecamatan Naringgul (186,38 jiwa/km²) dan kecamatan Agrabinta (190,15 jiwa/km²). Sedangkan berdasarkan hasil proyeksi pada tahun 2011 kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Karangtengah dengan jumlah kepadatan penduduk sebesar 10.014 jiwa/km². Sementara kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah pada tahun 2011 adalah kecamatan Cidaun dan Naringgul, masing-masing memiliki kepadatan penduduk sebesar 165 jiwa/km² dan 194 jiwa/km². Jumlah penduduk dan luas wilayah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 (Suseda dalam BPS Kabupaten Cianjur, 2007).
74
4.2.3. Mata Pencaharian penduduk Lapangan usaha atau pekerjaan penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian yaitu sekitar 57.46 %. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu sekitar 47,73 %. Sektor lainnya yang cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan yaitu sekitar 17,53% serta sektor transportasi dan komunikasi yaitu sekitar 7,25%. Selengkapnya tentang jumlah penduduk 10 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan usaha dan jenis kelamin pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9.
Penduduk 10 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2006.
No.
Lapangan Usaha/Utama
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pertanian Pertambangan/Galian Industri Liatrik, gas, dan Air Konstruksi Perdagangan Transportasi dan Komunikasi Keuangan Jasa JUMLAH
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 328.654 174.436 3.903 410 31.966 7.751 1.782 44.763 90.914 62.583 62.111 1.372 8.019 1.711 32.628 22.117 605.150
270.380
Jumlah 503.090 4.313 39.717 1.782 44.763 153.497 63.483 9.730 54.745 875.530
Sumber : Suseda dalam BPS Kabupaten Cianjur (2007) 4.2.4. Agama Penduduk Kabupaten Cianjur dikenal sebagai masyarakat yang religius dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam yang mencapai 98 %, sedangkan penduduk non muslim mencapai 2 %, dengan rincian sebagai berikut : penduduk bergama Islam = 1.893.203 orang (98 %), penduduk beragama Kristen = 32.841 orang (1,7 %), dan penduduk beragama Budha dan Hindu = 5.796 orang (0,3 %). 4.2.5. Tingkat Partisipasi penduduk Tingkat Partisipasi Usia Sekolah Tahun 2006 adalah sebagai berikut : Angka Pastisipasi Kasar SD/MI/Paket A Setara mencapai 297.549 jiwa atau 14,00%,
75
Angka Pastisipasi Kasar SMP/MTs/Paket B Setara mencapai 101.530 jiwa atau 4,78%, dan Angka Partisipasi Kasar SMA/SMK mencapai 22.810 jiwa atau 1,07%. Selengkapnya tentang jumlah penduduk yang masih bersekolah pada SD, SLTP, dan SLTA dapat dilihat pada lampiran 5 (Dinas P dan K dalam BPS Kabupaten Cianjur, 2007). 4.2.6. Derajat Kesehatan Masyarakat Peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Cianjur tahun 2006 adalah sebagai berikut : (1) Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 373 per 100.000 kelahiran, turun dari keadaan tahun-tahun sebelumnya sebesar 420 per 100.000 kelahiran, (2) Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 62 per 1.000 kelahiran hidup, turun dari keadaan tahun-tahun sebelumnya sebesar 65,38 per 1.000 kelahiran hidup, dan (3) Angka Harapan Hidup (AHH) mencapai rata-rata 66,45 tahun, naik dari keadaan tahun-tahun sebelumnya sebesar 62 tahun. 4.3. Transportasi Ibukota kabupaten Cianjur dilintasi jalan nasional (Jakarta-Bogor-Bandung), serta jalur kereta api Jakarta-Bogor-Sukabumi-Cianjur. 4.4. Waduk Cirata 4.4.1. Sistem Batas Waduk Cirata Sistem batas Waduk Cirata adalah sebagai berikut : (1) sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta, (2) sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung (sekarang menjadi Kabupaten Bandung Barat), (3) sebelah barat berbatasan dengan Desa Kamurang dan Desa Gudang – Kecamatan Cikalong Kulon, Desa Mande dan Desa Bobojong serta Desa Cikidang Bayabang – Kecamatan Mande, dan Desa Sindang Raja – Kecamatan Sukaluyu, (3) sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sindang Sari, Sindang Jaya, Kertajaya, dan Gunung Sari – Kecamatan Ciranjang. Peta Waduk Cirata dapat dilihat pada Lampiran 6.
76
4.4.2. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) PLTA Waduk Cirata terletak di daerah Provinsi Jawa Barat, tepatnya di Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegal Waru Plered, Kabupaten Purwakarta. Berdiri sejak tahun 1988, Fungsi utama waduk Cirata adalah sebagai Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA). Air yang digunakan berasal dari Waduk (danau) Cirata yang bersumber dari aliran Sungai Citarum. Dengan 8 unit pembangkit, PLTA Cirata memiliki total daya terpasang 1.008 MW, dan mampu membangkitkan energi listrik rata-rata 1.132,72 GWh per tahun yang disalurkan melalui jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi 500 KV ke sistem interkoneksi Jawa Bali. PLTA Cirata merupakan PLTA terbesar di Asia Tenggara, dengan bangunan Power House 4 lantai di bawah tanah yang terletak di bawah gunung. Pengoperasian pembangkit ini dikendalikan dari ruang kontrol switchyard yang berjarak sekitar 2 km dari Power House di mana mesin-mesin pembangkit ditempatkan. PLTA Cirata mendapatkan sertifikat ISO 14001 pada tanggal 2 Juni 2003 dari KEMA. Penghargaan SMK3 diperoleh pada tahun 1999 & 2002 dari TUV. Pada tanggal 23 Oktober 2003, PLTA Cirata meraih sertifikat ISO 9001 dan juara 2 PLTA Type Reservoir. 4.4.3. Genangan Waduk Cirata Waduk Cirata terbentuk dari adanya genangan air seluas 62 km2 akibat pembangunan waduk yang membendung Sungai Citarum. Genangan waduk tersebut tersebar di 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Cianjur, Purwakarta dan Kabupaten Bandung. Genangan air terluas terdapat di Kabupaten Cianjur, yang kemudian dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata rekreasi berbasis air. Saat ini objek wisata tirta yang paling berkembang dan ramai dikunjungi wisatawan lokal di kawasan Waduk Cirata adalah Jangari dan Calingcing di Kabupaten Cianjur. Kawasan Waduk Cirata dengan luas 43.777,6 ha terdiri dari 37.577,6 ha wilayah daratan dan 6.200 ha wilayah perairan. Fungsi utama waduk sebagai pembangkit tenaga listrik, ternyata menimbulkan berbagai kegiatan ikutan yang berkembang di kawasan Cirata, termasuk pariwisata. Dengan memanfaatkan kondisi alam dan lingkungan air yang terbentuk di kawasan ini, potensi daya tarik
77
wisata tersebut berkembang dan menarik wisatawan untuk berkunjung ke beberapa lokasi di kawasan Waduk Cirata. 4.4.4. Waduk Cirata sebagai Obyek Wisata Kawasan waduk Cirata yang sudah berkembang menjadi objek wisata adalah daerah (1) Jangari yang terletak di Desa Bobojong, Kecamatan Mande yang berjarak ± 17 km dari pusat kota Kabupaten Cianjur, memiliki luas sekitar 15 ha.
(2) Calingcing berlokasi di Desa Sindangjaya, Kecamatan Ciranjang,
sekitar 20 km dari pusat kota Kabupaten Cianjur, dengan luas sekitar 5 ha. Kedua lokasi tersebut sangat strategis karena berada pada titik pertemuan dua lintasan pintu masuk menuju wilayah pengembangan pariwisata Cirata yaitu dari arah Cianjur (Jakarta dan Bogor) serta Ciranjang (dari Bandung) yang memiliki potensi pasar wisatawan yang sangat besar. Untuk menuju ke Jangari terdapat rute angkutan umum dari pusat kota Cianjur. Aksesibilitas ke Calingcing tidak sebaik Jangari. Lokasi Calingcing lebih jauh dari pusat kota Kabupaten Cianjur dan angkutan umum menuju lokasi tersebut tidak sebanyak ke lokasi Jangari. Di lokasi Jangari dan Calingcing wisatawan dapat menikmati rekreasi alam terbuka, dengan berbagai aktivitas yang dapat dilakukan seperti melihat-lihat pemandangan genangan air waduk, berperahu, memancing atau hanya sekedar berjalan-jalan dan duduk–duduk bersama teman atau keluarga sambil menikmati makanan yang mereka bawa. Kegiatan berperahu mengelilingi waduk Cirata dikenai tarif sekitar Rp. 60.000,- untuk berperahu selama 2-3 jam. Atraksi yang dapat dinikmati oleh pengunjung pada saat berperahu mengelilingi waduk adalah melihat jaring terapung dan budidaya ikan sambil menikmati hidangan berupa ikan bakar/goreng yang disediakan oleh salah satu rumah makan terapung yang terdapat di lokasi tersebut. Namun saat ini, populasi jaring terapung yang cukup banyak terkesan hampir menutupi permukaan waduk, sehingga dapat mengurangi kenyamanan wisatawan/pengunjung pada saat melakukan pesiar, karena menghalangi pemandangan keseluruhan. Fasilitas penunjang yang tersedia di lokasi Jangari diantaranya pelataran parkir yang cukup luas, namun sayangnya belum tertata dengan baik. Hal tersebut terlihat pada saat hari libur dengan jumlah pengunjung yang banyak, ruang parkir
78
menjadi tidak teratur dan terkesan semrawut. Fasilitas lainnya yaitu toilet umum namun kondisinya kurang bersih, demikian juga dengan kondisi lingkungan keseluruhan. Saung-saung yang te rletak di sepanjang jalan di dekat pusat keramaian Jangari dapat disewa oleh pengunjung untuk dudukduduk dan beristirahat. Untuk memenuhi kebutuhan wisatawan juga tersedia kios-kios dan warungwarung makanan yang menjual berbagai makanan dan minuman serta barangbarang dagangan lainnya. Selain warung, pedagang kaki lima terlihat cukup banyak menggelar dagangannya. Letak kios dan warung-warung tersebut saat ini belum tertata dengan baik, dan kurang menjaga kebersihan sekitarnya. Sebagian besar kios-kios tersebut terletak di tepi sempadan genangan, sehingga menghalangi pemandangan langsung ke bentangan waduk. Untuk menambah daya tarik wisata di Jangari pada setiap hari libur/besar pihak pengelola menyediakan atraksi-atraksi kesenian tradisional maupun modern yang digemari oleh para pengunjung seperti jaipongan atau musik dangdut. Saat ini pengelolaan objek dan daya tarik wisata Jangari dan Calingcing dilaksanakan oleh Pemda Cianjur, mengingat kedua lokasi tersebut berada pada wilayah administrasi Kabupaten Cianjur.
Objek wisata Calingcing tidak seramai dan belum
berkembang seperti Jangari. Selain lokasinya lebih jauh dari jalan raya Cianjur, tempat ini juga tidak dilalui kendaraan umum. Fasilitas yang tersedia di Calingcing pun tidak selengkap dan sebanyak yang terdapat di Jangari, meskipun harga tiket masuk yang dikenakan ke pengunjung sama, yaitu Rp. 1000,-/orang. Selain Jangari dan Calingcing, lokasi lainnya relatif belum berkembang dan dikunjungi wisatawan. Padahal lokasi dimana dam site Cirata berada potensial untuk dikembangkan sebagai objek wisata pendidikan dan penelitian berbasis teknologi. Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) bahkan telah memiliki rencana pengembangan kawasan ini untuk menjadi resor wisata, namun pembangunannya terhambat masalah sumber daya. Jika dilihat dari kedatangan pengunjung di kawasan Waduk Cirata ini terlihat bahwa pengunjung sangat terkonsentrasi di objek wisata Jangari. Jumlah pengunjung objek wisata tersebut pada tahun 2001 adalah 17.516 orang (Dishubpar dalam BPS Kab. Cianjur, 2002). Jumlah ini sebenarnya mencakup
79
pengunjung ke objek wisata Calingcing juga dan diperkirakan masih dibawah angka yang sesungguhnya karena banyaknya pengunjung yang tidak membeli karcis masuk. Pengunjung ke tempat lainnya di kawasan Waduk Cirata masih sangat terbatas, kalau pun ada jumlahnya sangat sedikit dan sproradis. Dari hasil studi yang dilakukan Bappeda Jawa Barat di kawasan Waduk Cirata tahun 2002, wisatawan yang berkunjung ke Jangari berasal dari Cianjur (82,3%), Bandung (3,2%) dan dari Jawa Barat lainnya (14,5%). Sangat jarang ditemui pengunjung dari luar Jawa Barat, apalagi wisatawan mancanegara. Kelompok usia pengunjung adalah muda dewasa dari golongan pendapatan menengah bawah. Tidak tampak perbedaan mencolok antara persentase pengunjung pria maupun wanita. Secara umum karakteristik tersebut merupakan karakteristik pengunjung ke objek wisata rekreasi. Berdasarkan karakteristik perjalanannya ternyata objek wisata Jangari ini adalah tujuan tunggal wisatawan. Hanya 9% yang juga mengunjungi objek wisata lainnya selain Jangari dalam kunjungan wisata tersebut. Yang cukup menarik adalah bahwa kunjungan untuk lebih dari yang keduakalinya memperlihatkan persentase yang cukup besar yaitu 61,5%. Lebih dari 90% yang berkunjung untuk yang keduakalinya ini berasal dari Cianjur. Pengunjung umumnya menghabiskan waktu antara 3-5 jam di objek wisata ini, dengan kegiatan utama melihat-lihat panorama waduk (sight seeing). Kegiatan berperahu ternyata tidak banyak menarik pengunjung, diperkirakan juga karena harus mengeluarkan biaya lebih. Hasil studi karakteristik tersebut memperlihatkan bahwa objek wisata Jangari saat ini baru merupakan konsumsi pengunjung lokal, yaitu dari Cianjur dan sekitarnya. Kegiatan yang dilakukan di objek tersebut saat ini merupakan kegiatan rekreasi umum berbasis alam, khususnya air. Potensi daya tarik yang dimiliki kawasan Waduk Cirata secara keseluruhan sebenarnya sangat beragam. Selain daya tarik wisata tirta yang menjadi objek wisata rekreasi paling berkembang saat ini, bendungan dengan teknologi pembangkit listrik di dalam perut bumi mer upakan objek wisata pendidikan dan penelitian yang belum tergali. Demikian juga dengan potensi wisata agro selain
80
perikanan jaring terapung, wisata alam hutan, maupun wisata budaya dan kesenian yang belum banyak dilirik. Mengingat lokasi dan aksesibilitasnya yang sangat baik, objek wisata di kawasan ini sangat potensial untuk menarik wisatawan dari luar Cianjur. Keberadaan kawasan wisata Puncak, maupun jalur regional Jakarta – Cianjur Bandung merupakan sumber wisnus maupun wisman yang potensial. Demikian juga dengan perkembangan jalur Purwakarta - Padalarang. Luasnya kawasan dengan daya tarik yang beragam dan tersebar di kawasan Waduk Cirata menyebabkan pengembangan kepariwisataan perlu didistribusikan dengan tema-tema dan sasaran pasar yang berbeda-beda. Peningkatan kualitas produk mencakup kualitas daya tarik dan fasilitas penunjang di kawasan ini perlu dilakukan, sehingga diharapkan dapat menarik pangsa pasar wisatawan lain dari golongan menengah atas. Mengembangkan suatu potensi objek dan daya tarik wisata, tidak cukup hanya mengandalkan daya tarik yang dimiliki. Bahkan meskipun memiliki aksesibilitas yang baik tidak menjamin wisatawan akan datang dengan sendirinya. Pasar wisatawan yang tersegmentasi membutuhkan strategi dan pengelolaan kawasan yang berbeda jika kita ingin memperluas segmen pasar pengunjung. Demikian juga dengan program pemasaran dan promosi yang dilakukan perlu disesuaikan dengan target pasar wisatawan kita. Bukan tidak mungkin jika objek wisata berskala lokal pun bisa “go international”.
4.4.5. Kondisi Perairan Waduk Cirata Dari hasil penelitian BPPT yang ditulis oleh Garno (2001), perairan waduk cirata kondisinya sebagai berikut : (1) kandungan fosfornya selalu lebih besar dari 0,016 mg/l dan total nitrogen inorganik selalu lebih besar dari 0,711 mg/l tergolong perairan eutropik, (2) konsentrasi nutrien yang tinggi tersebut telah memacu pertumbuhan fitoplankton hingga mencapai kelimpahan yang tinggi; yakni dipermukaan (25 cm) berkisar antara 36.590 dan 40.710 ind/l dan di kedalaman 150 cm berkisar antara 29.620 dan 36.370 ind/l, (3) tingginya kelimpahan fitoplankton inilah yang menyebabkan kecerahan air di Jangari selalu < 71 Cm yang oleh beberapa pakar limnologi digolongkan sebagai perairan yang
81
hipertrofik, (4) kesimpulan eutrofik diperkuat dengan kenyataan bahwa selama penelitian fitoplankton didominasi oleh cyanofita (70,9%-78,2%), utamanya Microcystis sp dan O scillatoria sp., dan (5) meskipun fitoplankton didominasi oleh Microcystis sp dan O scillatoria sp yang diketahui tidak disukai zooplankton namun pada penelitian ini ditemukan pula kelimpahan zooplankton dalam jumlah yang cukup besar yakni berkisar antara 34-394 ind/l. Komunitas zooplankton ini selama penelitian didominasi oleh copepoda, cladosera dan rotifera. Status mutu air waduk hasil pengukuran kualitas air pada triwulan ketiga (Juli – September) tahun 2008 pada zona budidaya ikan, yaitu pada stasiun 4 statusnya buruk dengan kualitas air yang tidak memenuhi syarat adalah H2S, NO2, DO, Cu, Zn, Cd, dan surfaktan, pada stasiun 5 statusnya buruk dengan kualitas air yang tidak memenuhi syarat adalah NO2, Cl2, Cu, Zn, dan Pb, dan statsiun 6 statusnya sedang dengan kualitas air yang tidak memenuhi syarat adalah NO2, DO, Cu, dan Zn (BPWC, 2008). Hasil pengukuran kualitas air untuk beberapa parameter secara rinci dapat dilihat dibawah ini : (1) Temperatur berkisar antara 29,1 – 30,3 ºC di permukaan air, 27,8 – 28,3 ºC pada kedalam 5 meter, dan 26,5 – 27,6 ºC di dekat dasar perairan, (2) Kandungan oksigen terlarut berkisar antara 3.80 – 5.30 mg/l di permukaan air, 1.40 – 7.50 mg/l pada kedalaman 5 meter, dan 1.1 – 4.3 mg/l di dekat dasar perairan, (3) Kandungan karbondioksida (CO2) bebas berkisar antara 3.96 – 5.94 mg/l di permukaan air, 11.82 – 15.84 pada kedalaman 5 meter, dan 19.8 – 31.68 di dekat dasar perairan, (4) Keasaman (pH) air berkisar antara 7.39 – 7.54 di permukaan air, 7.25 – 7.33 pada kedalaman 5 meter, dan 6.92 – 7.26 di dekat dasar perairan, (5) Kandungan Hidrogen Sulfida (H2S) di permukaan air dan pada kedalaman 5 meter tidak terdeteksi, sedangkan di dekat dasar perairan hanya pada stasiun 4 terdeteksi sebesar 1.057 mg/l, (6) Kesadahan air berkisar antara 34 – 56 mg CaCo3/l di permukaan air, 32 – 58 mg CaCo3/l pada kedalaman 5 meter, dan 52 – 56 mg CaCo3/l di dekat dasar perairan, (7) Unsur Hara (NO2, NO3, dan NH3) berkisar antara 2.31 – 6.00 mg/l di permukaan air, 1.85 – 3.19 mg/l pada kedalaman 5 meter, dan 1.99 – 2.37 mg/l di dekat dasar perairan. Sedangkan BOD berkisar antara 11.81 – 31.50 mg/l di permukaan air, 8.86 – 17.32 mg/l pada kedalaman 5 meter, dan 9.45 – 15.16 mg/l di dekat dasar perairan, dan (8)
82
Keanekaragaman fitoplankton dan zooplancton sebagai Komponen biologi Waduk Cirata yang memegang peranan penting dalam ekosistem perairan Waduk, secara umum nilai indeksnya adalah fitoplankton berkisar antara 0.296 – 0.566 dan zooplankton berkisar antara 0.430 – 0.578 (BPWC, 2008)
4.4.6. Budidaya Ikan di Jaring Terapung A. Perkembangan jaring terapung Hasil sensus yang dilakukan oleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2002 menunjukan jumlah keramba ikan jaring apung mencapai 33.000 petak atau unit Keramba. Selanjutnya Tahun 2003 Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) melakukan sensus diperoleh data jumlah Keramba ikan jaring apung telah meningkat sejumlah 39.690 petak Keramba dengan jumlah Rumah Tangga Perikanan (petani) sebanyak 3.899 RTP (Rumah Tangga Petani). Hasil sensus terakhir yang dilaksanakan oleh BPWC pada tanggal 2 Juli sampai dengan 23 Agustus 2007, jumlah Keramba jaring apung berjumlah 51.418 petak dengan jumlah pemilik sebanyak 2.838 RTP yang tersebar di 3 (tiga) zona, yaitu : zona 1 (Wilayah Kabupaten Bandung) sebanyak 17.448 petak dengan jumlah pemilik sebanyak 958 RTP, zona 2 (Wilayah Kabupaten Puewakarta) sebanyak 11.170 petak dengan jumlah pemilik sebanyak 565 RTP, dan zona 3 (Wilayah Kabupaten Cianjur) sebanyak 22.800 petak dengan jumlah pemilik sebanyak 1.315 RTP. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 10. Dari hasil inventarisasi/sensus keramba jaring apung di Waduk Cirata tahun 2007 tersebut didapat data jumlah Keramba Jaring Apung meningkat hingga 39.17%, sedangkan jumlah pemilik menurun 3.87% dibandingkan dengan hasil sensus yang sama tahun 2003 (BPWC, 2008). Dari data Jawa Barat Dalam Angka tahun 2006 produksi ikan di jaring apung untuk wilayah Kabupaten Cianjur sebanyak 32.158,65 ton dengan nilai 177.484 juta rupiah berada di urutan teratas produksi jaring apung di Jawa Barat, menyusul kemudian di peringkat kedua adalah Kabupaten Purwakarta sebanyak 18.692 ton dengan nilai 103.161 juta rupiah, dan ketiga dari Kabupaten Bandung sebanyak 13.126,66 ton dengan nilai 72.446 juta rupiah.
83
Tabel 10. Data jumlah RTP dan KJA di Waduk Cirata Tahun 2007 Wilayah
Zona 1 Bandung
No
Jumlah Petani [ Rtp ]
Nama Desa
1
Margalaksana
497
8.403
2
Margaluyu
262
6.337
3
Nanggeleng
4
Nyenang
5
Bojong Mekar
586
128
1.794
20
328
958
17.448
Citamiang
93
1.487
2
Sinar Galih
83
2.288
3
Tegal datar
302
5.822
4
Pasir Jambu
87
1.573
565
11.170
1
Bobojong
220
2.614
2
Mande
413
8.140
3
Cikidang Bayangbang
250
3.374
4
Kertajaya
174
2.790
5
Gunung Sari
54
1.078
6
Kamurang
204
4.804
1.315 2.838
22.800 51.418
Jumlah
Zona 3 Cianjur
51
1
Jumlah
Zona 2 Purwakarta
Jumlah Kja [ Petak Keramba ]
Jumlah Total
Konstruksi Jaring [%] DRUM BESI
BUSA
46.66
53.34
79.08
20.92
42.44
57.94
56.06
43.94
Sumber : BPWC (2008) B. Ijin Usaha Perikanan 1. Dasar hukum Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor : 18 Tahun 2000 tentang retribusi usaha perikanan, bahwa Setiap orang/perusahaan perikanan yang melakukan usaha perikanan wajib memiliki Ijin Usaha Perikanan (IUP). 2. Ketentuan Umum Perusahaan perikanan yang melakukan usaha perikanan wajib memiliki ijin usaha perikanan (IUP).
Setiap kapal perikanan yang dipergunakan oleh
perusahaan perikanan harus dilengkapi IUP dan SPI (masa berlaku dua tahun ). Setiap unit usaha perikanan yang telah memiliki IUP pembudidayaan ikan wajib dilengkapi dengan SPBi ( masa berlaku 2 tahun ). Setiap perusahaan perikanan yang telah mendapatkan IUP dan memiliki unit pengolahan ikan wajib dilengkapi dengan SPH ( masa berlaku dua tahun ).
84
3. Persyaratan a. Mengisi formulir yang disediakan oleh Dinas. b. fotocopy KTP yang masih berlaku. c. pas photo ukuran 3 x 4 (2 lembar). 4. Biaya Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor : 18 Tahun 2000, rincian biaya ijin usaha perikanan dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Rincian Biaya Ijin Usaha Perikanan No. A. 1. 2. 3. B. 1. C. 1. 2. D.
Jenis Usaha IUP Kolam air tenang Kolam Jaring Apung Alat tangkap pancing tangan SPI (Surat Penangkapan Ikan) Penangkapan ikan di laut SPBI (Surat Pembudidayaan Ikan) Keramba Jaring Apung Kolam air tenang SPH
Biaya Rp. 25.000/ha Rp. 10.000/pemilik Rp. 5.000/unit/tahun Rp. 4.000/GT/2 tahun Rp. 1.000/m2/2 tahun Rp. 25.000/ha/2 tahun 150.000/Unit/2 tahun
5. Waktu Penyelesaian Ø 1 - 5 hari kerja. 6. Lokasi Penyelesaian Ø Kantor Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Cianjur.
4.5. Fokus Pembangunan Kabupaten Cianjur Kabupaten Cianjur telah menetapkan 5 unggulan bisnis yang diperkirakan mampu memacu pertumbuhan perekonomian wilayah, penetapan kelima sektor unggulan tersebut dilakukan dengan memperhatikan kontribusinya saat ini dan berdasarkan peluang pengembangan yang dimiliki pada masing- masing sektor. Lima unggulan bisnis tersebut adalah: Agribisnis, Agromarine bisnis, Pariwisata, Kerajinan rumah tangga, Industri manufaktur perdagangan dan jasa.
85
4.5.1. Agribisnis /Agromarine bisnis Komoditi padi sawah merupakan basis kegiatan perekonomian pada sebagian besar kecamatan di Kabupaten Cianjur, Hal ini di tunjukan pada beberapa kecamatan yang memiliki kekhasan dan produk yang dihasilkan, diantaranya Kecamnatan Warungkondang yang telah ditunjang pula oleh sarana dan prasarana produksi hasil pertanian yang relatif telah memadai. Selain padi sawah, kelapa dan cengkeh merupakan komoditas peternakan dan perikanan yang menjadi unggulan di Kabubaten Cianjur, adalah Sapi potong, domba, ayam ras, ikan mas, ikan nila, lele, lobster, dan tuna. Hal ini tercermin dan kemampuan komoditas tersebut menjadi sektor basis pada beberapa kecamatan. Dengan kekayaan alam dan budaya yang lengkap serta posisi geografisnya, Kabupaten Cianjur memiliki prospek yang cukup potensial dalam perdagangan pariwisatanya. Khusus mengenai potensi wisata agro,
Kabupaten Cianjur
mempunyai potensi yang cukup besar karena sesuai dengan kondisi alamnya yang bersifat agraris. Apabila wisata agro ini diartikan sebagai kegiatan wisata yang dihubungkan dengan pertanian dalam arti luas (meliputi pertanian, tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan), Maka Kabupaten Cianjur memiliki kegiatan pertanian yang hampir tersebar di seluruh bagian wilayah dengan variasi dan jenis komoditinya yang meliputi hamparan pertanian sawah yang luas, perkebunan, (teh, karet, buah-buahan dan sebagainya), kawasan hutan wisata dan sentra-sentra kegiatan peternakan. Data selengkapnya tentang obyek wisata di kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini (Dishubpar dalam BPS kabupaten Cianjur, 2007). 4.5.2. Kerajinan Rumah Tangga Kabupaten Cianjur merupakan wilayah yang memiliki potensi untuk mengembangkan kerajinan rumah tangga yang selama ini hanya menjadi sektor informal. Indikasi yang menunjukan sektor ini memiliki potensi adalah telah terbentuknya beberapa kegiatan produksi di beberapa kecamatan, dimana produksi yang dihasilkan telah memiliki pangsa pasar yang cukup luas bahkan dapat melakukan ekspor ke luar propinsi.
86
4.5.3. Industri Manufuktur Industri manufuktur yang telah berkembang di Kabupaten Cianjur antara lain meubel dan konveksi. Khusus untuk industri meubel telah menjadi sektor basis di Kecamatan Cibinong, Takokak, Sukanagara, Campaka, dan Pacet.Sementara untuk jenis industri lainnya masih belum teridentifikasi. Tabel 12. Nama Obyek Wisata di Kabupaten Cianjur
1.
Kebun Raya Cibodas
Cipanas
Jarak Dari Kota Cianjur (Km) 29
2.
Bumi perkemahan mandala kitri Wanawisata Mandalawangi Pendakian Gunung Gede – Pangrango Istana Cipanas Taman Bunga Nusantara Wisata Tirta Jangari Wisata Tirta Calincing Wisata Zarah Makam Dalem Cikundul Pantai Jayanti Pantai Apra Sumber Air Panas Sukasirna Air Terjun Citambur Situs Megalith Gunung Padang Agrowisata Perkebunan Teh Gedeh
Cipanas
29
Cipanas
29
Cipanas
29
Cipanas Sukaresmi Mande Ciranjang Cikalongkulon
17 29 17 20 22
Cidaun Sindangbarang Agrabinta
139 110 105
No.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 14.
Nama Obyek Wisata
Lokasi Kecamatan
Pagelaran Campaka
65 45
Pacet
11
Keterangan Sudah berkembang
Potensi
Sumber : Dishubpar dalam BPS Kabupaten Cianjur, 2007 4.5.4. Perdagangan dan jasa Berdasarkan nilai PDRB Kabupaten Cianjur, sektor perdagangan pada tahun 2006 atas harga berlaku memberikan kontribusi sebesar 15,23 % dari total PDRB : sedangkan atas harga konstan memberikan sumbangan sebesar 16,02% sektor jasa atas harga berlaku memberikan sumbangan sebesar memberikan kontribusi sebesar 11,11% dari total PDRB: sedangkan atas dasar harga konstan sebesar 9,78%. Sementara berdasarkan nilai LQ sebesar 1,44. dengan demikian kedua
87
sektor tersebut merupakan sektor unggulan di kabupaten Cianjur dan merupakan kegiatan inti perekonomian yang dapat memacu pertumbuhan. Peningkatan produktifitas keenam unggulan/ core bisnis tersebut diatas dapat dilakukan dengan kemampuan sumberdaya
manusia
serta
peningkatan implementasi ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain itu peningkatan laju pertumbuhan ekonomi harus dilakukan dengan peningkatan investasi yang masuk ke sektor unggulan, terutama yang bersifat padat karya.