KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN LETAK WILAYAH DAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN Letak Wilayah Kabupaten G a x t ymg ~nempimyailuas wilayah sekiiar 3.066,88 Km2 atau sekitar 6,94% dari luas Wilayah Jawa Barat, secara geografis terletak antara garis lintang 6'57'34"
- 7'44'57''
LS dan garis bujur 107O24'3"
- 108O24'34" BT,
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut (BPS, 2000) : sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Sumedang, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Cianjur, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah Selatan berbatasan dengan Sarnudera Indonesia. Wilayah Pemerintahan di Kabupaten Garut secara administratif terdiri dari : 9 wilayah pembantu bupati, 3 1 wilayah kecamatan, 394 wilayah desa, 11 wilayah pedesaan. Administrasi Kabupaten Garut dapat dilihat pada Gambar 12 Administrasi Pemerintahan Didalam pembagian kawasan Kabupaten Garut karakteristik wilayah pesisir adalah : (1) wilayah darat yang masih dipengaruhi oleh kondisi fisik kelautan , (2) secara ekonomi dan budaya dipengaruhi ole11 laut, dan (3) sumberdaya alam hayati, non hayati, ekosistem alarni, dan ekosistem buatan di daerah ekoton. Berdasarkan dari batasan tersebut dapat dibuat zonasi desa-desa pesisir. Adapun desa-desa yang termasuk dalam kategori desa pesisir tersebut, disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Desa-desa Pesisir di Daerah Garut Selatan
Sumber : Bappeka Garut (2001) Desa-desa pesisir ini tercangkup dalam 6 kecamatan yaitu Kecamatan Caringin yang mempunyai 3 desa, Kecamatan Bungbulang (3 desa), Kecamatan Pakenjeng (3 desa), Kecamatan Cikelet (3 desa), Kecamatan Pameungpeuk (3 desa), dan Kecamatan Cibalong (5 desa).
Curah hujan
Besar kecilnya curah hujan dan saat terjadinya hujan sangat menentukan kondisi iklim suatu daerah. Kedua faktor tersebut menentukan keberlangsungan mata rantai siklus air. Dengan demikian hubungan antara curah hujan dan waktu hujan dapat mengetahui kapan air tersedia cukup dan kapan tidak cukup untuk suatu pertumbuhan tanatnan. Selain untuk pertumbuhan tanaman, selnua aspek kehidupan memerlukan ketersediaan air tawar.
Sebagai contoh untuk
mengembangkan suatu kawasan permukiman dan industri, ha1 utama yang diperhatikan adalah ada tidaknya &r tawar. Dengan mengetahui besarnya curah hujan bisa dihitung debit air yang ada pada tanah. Pada Gambar 13 dapat dilihat pola curah hujan di wilayah Kabupaten Garut. Curah hujan ini sangat dipenguthi oleh ketinggian tempat dan topografi. Hasil pencatatan jumlah rata-rata curah hujan pada 10 tahun terakhir (1990-2000) dapat dilihat pada Tabel 11. Nilai curah hujan tersebut berfluktuasi antara 54,4-292,64 mm. Curah hujan minimum dicapai pada bulan Agustus sebesar 54,4 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Januari 292,64 mrn. Kabupaten Garut akan mengalami bulan kering (curah hujan relatif rendah) sekitar bulan Mei sampai dengan September. Curah hujan rata-rata yang tercatat pada bulan-bulan kaing ini masing-masing adalah 192,13 mm, 105,5 mm, 75,34 mm, 54,44 mm, dan 1 13,8 mm. Kabupaten Garut d:an mengalami bulan basah jcurah hujan relatif tinggi) sekitar Oktober sampai April. Namun yang tertinggi terjadi pada bulan Desember dan Januari. Curah hujan rata-rata pada bulan-bulan basah ini tercatat masingmasing sebesar 141,47 mm, 235,33 mm, 277,13 mm, 292,64 mrn, 27623 mm, 295 mm, d m 231,17 mm.Apabila curah hujan tinggi, kernungkinan terjadinya banjir dan longsor semakin tinggi
Tabel 11. Jumlah rata-rata Curah hujan Bulanan di Kabupaten Garut Periode 1990-2000
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Garut (2001)
Menurut Oldeman, dari tabel tersebut iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat diketahui termasuk tipe iklim C2, yaitu terdapat 6 bulan basah berturut-turut dan 3 bulan kering berturut-turut.
Sumberdaya geologi Fisiografi dan morfologi Dalam Bappeka Garut (2001), secara fisiografi, daerah Garut Selatan termasuk dalam zone Pegunungan Selatan (Southern Mountains). Pegunungan ini memanjang dari Teluk Ciletuh di Banten hingga Pulau Nusakambangan di Jawa Tengah. Pegunungan ini mempunvai lebar rata-rata lebih kurang 50 km. Keseluruhannya merupakan sayap selatan Geantklan Jawa yang miring ke arah Samudra Hindia Zone ini dibagi tiga daerah yaitu : (i) seksi Jampang, (ii) seksi Pengalengan, (iii) seksi Karangnunggal.
Seksi Jampang menempati lokasi bagian barat. Permukaannya merupakan hasil erosi miring ke arah Samudra Hindia, ke sebelah Utara makin meninggi-sampai setinggi 1000 m. Pada daerah ini terdapat beberapa volcanicnecks yang resisten dengan ketinggian yang lebih tinggi dari sekitarnya. misalnya Gunung Malang ( 1 305 m), kemudizn dengall zone Bandung terpisahkari ole11 bidang patahan atau
fleksur. Seksi Pengalengall rnerupakan bagian yang tertinggi. Pada daerah ini terletak beberapa gunung api antara lain Gunung Kancana (2.182 m). Seksi ini dari zone Bandung terpisahkan juga oleh patahan dan fleksures. Pada peralihan terdapat banyak gunung api. Seksi Karangnunggal, yaitu bagian y ang paling ti~nur sekali. Keadaannya hampir serupa dengan seksi Jampang. Puncak tertinggi dari seksi ini adalah Gunung Bongkok (1 144 m). Perbedaan ketinggian antara ke tiga seksi ini tentu telah ada pula pada masa neogen, karena transgesr marine pada meosin atas tidak menggenangi seluruh daerah ini hingga waktu itu merupakan pulau. Berdasarkan bentuk morfologi dan ketinggiannya, Seksi Karangnunggal dapat dibagi menjadi dua satuan, yakni perbllkitan menggClombang dan pedataran. Perbukitan menggelombang dibentuk oleh batuan-batuan sedimen berumur tersier. Bukit-bukit umurnnya rendah dengan lereng yang tidak terjal. Sungai-sungainya mengalir ke selatan dengan pola agak sejajar. Daerah perbukitan tersebut terletak pada ketinggian kurang dari I000 m diatas permukaan laut. Daerah pedataran menempati daerah sempit terutama di daerah pantai selatan. Satuan pedataran tersusun sebagian oleh endapan pantai dan sungai.
Statigrafi Berdasarkan peta gelog, daerah penelitian ini tersusun ole11 batuan vulkanik, batuan sedimen, dan batuan terobosan. Formasi Jampang ditindih tak selaras formasi bentang yang berumur miosen akhir hingga pliosen awal. Bagian bawah formasi bentang terdiri dari kclnglomerat, batu pasir tufaan, sisipan le~npungdengan lensa libmit dan rnengandung moluska. Bagan atas terdiri dari tufa kaca berbatu apung, sisipm batu pasir tufa kasar dan rnengandung foram kecil. Endapan yaig paling muda di daerah ini adalah endapan alluvium.
Fisisgrafi daerah pesisi r Secara tektonik, pantai selatan Pulau jawa (tennasuk di dalamnya wilayah Garut Selatan) termasuk daerah aktif dan menunjukkan gejala pengangkatan sebagai akibat dari adanya zone penunjaman (subduction zone) antara lempe-ig Austalia dengan lempeng Eurasia di tengah Samudra Hindia. Ketidakstabilan tersebut disebabkan oleh adanya kegiatan volkanik dan perubahan muka bumi. Hal ini telah menyebabkan terjadinya pergeseran garis pantai setiap tahun. Salah satu bukti adanya pengangkatan di sepanjang pantai selatan ini adalah adanya i hampir sebagian pantai. Penunjaman yang menyebabkan pantai terjal ( c l ~ f di
terjalnya pantai dapat dilihat pada Gambar 14. Hanya di sebagian kecil saja dijumpai dataran alluvial pantai. Di hampir sebagian besar wilayah pesisir tempat penelitian dilangsungkan dijumpai terumbu karang (coral re#j rnulai dari daerah Rancabuaya (Kecamatan Caringin) hingga daerah Sancang (Kecamatan Cibalong). Terumbu karang membutuhkan kejernihan yang tinggi, dengan suhu > 1 8 " ~ , salinitas antara 27 - 38 permil. Masukan air tawar
dari sungai,
Pasir sungai dan Kerakal (Batu Bronjong) Pasir terdapat sebagai hasil endapan aluvium atau hasil endapan kegiatan gunung api berupa lahar akan merighasilkan pasir yang bercampur dengan batu (sirtu). Lokasi bahan galian pasir sungai terdapat di desa Cijayana, Mekarsari, Kayasari. Karyamukti, Sancang dengan potens: a n t m 75.000 - 250.000 m3 Adapun batu kerakal atau batu bronjong ditemukan di muara Sungai Cilayu Desa Indralayang Kecamatan Caringin. Potensi batu kerakal tersebut tersebar di sepanjang alur sungai dan sepanjang pantai di sekitar mulut sungai. Batu bronjong ini mempunyai ukuran yang relatif seragam dan banyak dimanfaatkan untuk pernbuatan taman. Tras
Tras merupakan bahan galian yang mempunyai sifat khas, yang terpenting adalah apabila dicampur dengan kapur tohor dan air akan mempunyai sifat seperti semen. Sifat ini disebabkan oleh oksidasi silika (SiOz) yang amorf dan oksidasi alumina (A1203)dalam tras yang bersifat asam. Lokasi penambangan tras ini terdapat di
desa Karangwangi (Kecamatan Bungbulang) dengan potensi hipotetik sebanyak 750.OG0 m3.
Batu permata dan setengah permata Potensi ini ditemukan di Desa Sinarjaya Kecamatan Bungbulang. Kelompok
batuan ini telah diusahakan oleh masyarakat setempat dan secara ekonomi mempunyai arti penting bagi masyarakat. Di daerah ini pula ditemukan kayu Tersikkan (Silic~jiedwood), yang merupakan hasil proses permineralisasi oleh
mineral sillika (proses silifikasi) pada tumbuhan.
Batu Silika Batu silika merupakan salah satu jenis batu yang dapat dimanfaatkan sebagai batu hias. Batu ini banyak terdapat di Pasir Sayangheulang (Kecamatan Bungbulang) yakni di lembah dan dasar sungai dan desa Cigadog Kecarnatan Cikelet. Granit Batu granit ini terbentuk kira-kira 3-4 km, bahkan sampai jarak 15 -50 k!n dibawah permukaan bumi. Batuan granit ini terdapat di Desa Karangsari Kecamatan Pakenjeng dengan potensi hipotetik 1.000.000 m' (Dinas Sumberdaya Air dan Mineral Kabupaten Garut, 2001). Bailan galian lainnya, yaitu pasir besi terdapat disepanjang pantai Desa Cimahi (Kecamatan Caringin) dengan potensi hipotetik sebanyak 1.500 ~ n ', pasir putih terdapat di Desa Jambe dan Cikelet (Kecamatan Cikelet) dengan potensi hipotetik masing-masing sebanyak 500.000 m' dan 200.000 m'. Penambangan pasir putih ini di beberapa lokasi dilakukan oleh penduduk. Namun karena bahan galian ini terdapat di sepanjang pantai maka untuk tidak merusak lingkungan perlu diberlakukan aturan-aturan yang ketat tentang cara dan volume penambangan. Pertana han Untuk mengidentifikasi unsur-unsur fisik tanah yang sangat berpengaruh, terutama untuk menentukan jenis-.;enis peng_maan tanah yang acia diatasnya. maka hams diketahui unsur-unsur tanah, yaitu :
Penampang Melintang
Untuk melihat hubungan antara berbagai jenis penggunaan tanah dengan sifatsifat fisik tanah atau sebaliknya pada sebagian wilayahldaerah diambil 2 contoh/samplepenampang melintang, yaitu : 1. Penampang melintang 1. Arah 337" 0' 0" yang membentang dari pantai
selatan1Cibalong perbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya sampai dengan perbatasan Kecamatan CisurupaniPakenjeng dan Kabupaten Bandung. Penrrmpang ini meliputi : wilayah KecamatanJKota
Cibalong, Cisompet
(kota), Cikajang, Cisurupan, dan Pakenjeng, sepanjang
* 52,50 krn. Selain itu
juga meliputi gununglsungai : Gunung Tikukuran, Gunung Lirnbung, Gunung Pontang, Gunung Masigit, Sungai Cibabalukan dan Cisanggiri. 2. Penampang melintang 11.
Arah 22' 0' 0" yang membentang dari Pantai
Selatan Pameungpeuk sampai dengan perbatasan Selaawil Kabupaten Bandung. Penampang ini meliputi : wilayah Kecamatankota Pameungpeuk (kota), Cisompet, Singajaya, Cikajang, Banjarwangi, Cilawu (kota), Garut kota, Karangpawitan (kota), Banyuresmi, Cibatu (kota), Bl.Limbangan, dan Selaawi
(kota) sepanjang
k 82,50 km. Selain itu juga meliputi
gununglsungai : Gunung Limbung, Gunung Cikuray, dan Sungai Cimanuk.
Dari hubungan antara berbagai jenis penggunaan tanah dengan beberapa sifat tanah yang ada pada kedua penampang melintang, dapat disimpulkan : (i) penggunaan tanah perkebunan dan hutan letaknya sebagian besar pada ketinggian lebih dari 1.000 rnfdpl, yaitu 41,85% pada penampang melintang 1 dan 27,93% pada penampang melintang 11. (ii) sedangkal jenis penggunaan tanah lainnya
(kampung, sawah, tegalan dan kebun campuran) terletak di,bawah 1.000 m dpl. Penggunaan tanah Kabupaten Garut dapat dilihat pada Gambar 15. Pada penampang melintang I jenis pengguuaan tanah (tegalan, k&un campwan, perkebunan, hutan) sebagian (57,90%) terdapat pada lereng di atas 40%. Keadaan
ini berkorelasi positif antara lereng dengan kedalaman efektif tanah. Kedalaman efektif tanahnya kurang dari 60 cm yaitu sebesar 75,13%. Sedangkan pada penampang melintang I1 hanya sebagian kecil (28,410/) penggunaan tanah yang ada terdapat pada lereng diatas 40% d m kedalaman efektif tanah kurang dari 60 cm hanya 24,12%. Jenis tanah Karena pengaruh lima War pembentuk tanah, yaitu batuan induk, topografi, umur iklim, vegetasi/biologi serta pengaruh faktor lainnya maka tanah mengalami
proses lebih lanjut sehingga terbentuk jenis-jenis tanah. Di Kabupaten Garut terdapat beberapa jenis tanah yang terdiri dari : alluvial seluas 18.216 ha (5,94 %), asosiasi podsolik, 130.128 ha (42,45 %), asosiasi andosol, 97.707 ha (31,88 %), asosiasi latosol, 33.781 ha (1 1,02 %), asosiasi mediteran, 5.031 ha (1,64 YO),dan asosiasi regcsol, 21 656 ha (7,07 %). Penyebaran jenis tanah ini dapat dilihat pada Gambar 16. Peta Jenis tanah, dan luas masing-masing jenis tanah pada tiap wilayah kecamatan yang mempunyai wilayah pesisir dapat dilihat pada Tabel 12
Tabel 12. Luas wilayah Kabupaten Garut Selatan Berdasarkan Jenis Tanah
I/I ,
1 I
1
1
Luas wilayah No Kecamatan (Ha) 1 I Bungbulang I 20220 2 1 Cibaiong 21359 Cikelet 17232 3 4 Cisewu 27186 33088 5 Pakenjeng 6 Pameungpeuk 441 1 Sumber : Bappeka Garut (2001)
_
Alluvial (Ha)
Podsolik (Ha)
Asosiasi Latosol (Ha)
Asosiasi Mediteran (Ha)
Persediaan Tanah Sebagai upaya mengarahkan penggunaan tanah pedesaan yang memenuhi azas-azas penggunaan tanah (lestari, optimal dan seimbang), maka Bappeka Garut
(200 1 ) menyusun konsepsi Wilaydi Tanah Usaha (WTU). Konsep ini disusun berdasarkan 2 faktor utama yaitu ketinggian tempat dan lereng. Berdasarkan penyusunan konsepsi ini suatu daerahlwilayah dapat dibagi atas beberapa wilayah tanah usaha dirnana secara keseluruhan adalah menggambarkan persediaan tanah suatu wilayah. Ketinggian tempat pada suatu daerah tropis seperti Indonesia akan membawa pengaruh terhadap perubahan iklim. Sehingga akan berpengaruh terhadap perturnbuhan tanaman. Selanjutnya pada suatu ketinggian tertentu (diatas 1000 rnldpl) dimana daerah tersebut perlu dimanfaatkan untuk berfimgsi lindung. Ketinggian tempat juga akan berpengaruh terhadap besar kecilnya lereng. Semakin tinggt suatu daerah, maka akan semakin besar variasi lerengnya.
Berdasarkan konsepsi WTU, wilayah Kabupaten Garut terdiri atas 6 WTU dengan masing-masing-masing luasnya : 1. WTU terbatas (0-3 ddpl). Luas wilayahnya ini hperoleh datanya dan sesuai
SK Gubernur KDH Tingkat I Jawa Barat. Tanggal 11 April 1988 Nomor 593Kep.5 18/HuM88, tentang Penguasaan Peruntukan dan Penggunaan Tanah Pantai di Propinsi Jawa Barat, pada daerah antara 10 sampai 20 m dari air pasang tertinggi perlu diamankan dari kerusakan air laut. 2. WTU (3-25 ddpl). Luas wilayah ini digabungkan dengan WTU terbatas seluas 8,078 ha. 3. WTU (25- 100 d d p l ) seluas 14.007 ha. 4. WTU (500- 1.000 d d p l ) seluas 122.465 ha. 5. WTU terbatas (>1.000 m/dpl) seluas 98.709 ha
Tingkat kemampuan tanah sangat mempengaruhi semua aspek di ddam pengembangan suatu daerah.
Kemampuan tanah ini terdiri dari ketinggian,
kedalaman efel tiftanah, kemiringan lereng dan tekstur tanah. Ketinggian Wilayah Kabupaten Garut terletak pada ketinggian diatas permukaan laut 0-25 m (dpl) pada daerah sepanjang pantai selatan di wilayah Kecamatan Bungbulang, Cibalong, Cikelet, Cisewu, Pakenjeng. dan Pameungpeuk. Bahkan sampai dengan ketinggian 2.830 m dpl, yaitu puncak Gunung Cikuray di Kecamatan Bayongbong.
Penyebaran kelas ketinggian pada masing-masing
kecamatan dapat dilihat pada Gambar 17. Pada wilayah pesisir sebagian besar
wilayah berada pada ketinggian 0-25 m dan 25-100 m. Peta ketinggian, dan luas masing-masing kelas untuk wilayah pesisir dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Luas wilayah Kabupaten Garut Selatan Berdasarkan Kelas Ketinggian I
' Nc
I
Kecamztaq
I
(Kz)
K E ! Let~nsim ~ ternpa &atas permukaru: lau: (ha) 251005001000- &atas
0-25
m Bungbulang
1
100 1 899
805
20 220
500 8 588
,
1000 5 309
1500 2 754
1.500 865
Surnber : Bappelia Garut (2001)
Kedalaman efektif tanah Kedalaman efektif tanah dapat dikelompokkan dalam 4 kelas, dengan luas dan proporsi masing-masing sebagai berikut : lebih dari 90 cm seluas 106,997 ha (34,91 %), 60-W cm seluas 95,356 ha (31,ll %), 30-60 cm seluas 88,327 ha (28,82 %), dan kurang dari 30 cm sduas 15,839 ha (5,16 %). Luas masingmasing kelas kedalaman efektif tanah pada kecamatan yang mempunyai wilayah pesisir dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Luas wilayah Kabupaten Garut Selatan Berdasarkan Kelas Kedalaman Efektif
:
Bungbulang
1 1 ' 2
1 6
Luas wilayah (Ha)
Kecamatan
No
Cibalong
1
Pameungpeuk
I
1 1
> 50 cm
20.220 21.359
/
/
5.642 3.969
4.411
/
2.266
Sumber : Bappeka Garut (2001)
Kedalaman efektif tanah 60-90 cm 30-60 cm < 30 cm 11.412 8671
1
1.723
3.166 5.172
1
422
100 3.547
1
-
1
Tekstur Tanab Tekstur tanah di wilayah Kabupaten Garut sangat bervariasi yaitu dari tekstur halus, sedang sarnpai kasar, yaitu dengan masing-masing luasnya : tekstur halus seluas 5.886 ha (1,92 %), tekstur sedmg seluas 278.644 ha (90,91 %), tekstur kasar seluas 21.989 ha (7,17 %). Untuk tekstur halus tidak dapat ditemukan didaerah pesisir, karena Garut Selatan berbatasan langsung dengan Samudra hndia dengan arus dan gelombang yang besar sehingga kurangnya sedimentasi. Yang mendominasi di daerah pesisir adalah tanah dengan tekstur sedang. Penyebaran tekstur tanah dapat dilihat pada Gambar 18. Peta Tekstur Tanah sedangkan luas masing-masing kelas tekstur tanah pada tiap wilayah kecarnatan yang mempunyai pesisir bisa dilihat pada Tabel 15. Tabel 15.Luas wilayah Kabupaten Garut Selatan Berdasarkan Tekstur Tanah 1
No
I
Kecanatan
Luas wilayah (Ha)
i
1 Bungbulang j 2 Cibalong i 3 Cikelet I
1 j
4 Cisewu 5 Pakenjeng
20.220 21.359 17.232 27.186 33.088
Llras areal berdasarkan kelas tekstur tanah (Ha) Halus Sedany Kasar I
-
1 1 1 I
19.979 19.781 17.232 22.342 33.088
250 1.578
-
4.844
Sumber : Bappeka Garut (2001)
Kemiringan Lereng Kelerengan atau kemiringan lereng tanah, sangat mempengaruhi pengembangan kawasan yaag akan dibuat suatu daerah. Gambar 19 menunjukkan kemiringan lereng Kabupaten Garut. Nilai kelerengan bervariasi dari 0%3% hingga > 40%. Semakin kecil kelerengannya maka semakin memunglunkan kawasan tersebut bisa dikembangkan.
TATA AIR Sumberdaya air. Sumberdaya air terdiri dari sumberdaya air tanah, mata air, dan air
perm~~kaan. Untuk jelasnya setiap msur sumberdaya air dzpat dilraikw scbagai berikut Air tanah
1. Sumberdaya air tanah dapat dibagi menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam. Penyebaran air tanah dangkal (unconjned aqurfer) pada umumnya mengkuti topografinya. Di daerah dataran air tanah dangkal ini relatif dangkal (lebih kurang 1,5 m). Dan sebaliknya daerah perbukitan air tanahnya lebih dalam lagi, yakni lebih kurang 15 m dari permukaan tanah. Fluktuasi air tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi curah hujan. Daerah imbuhan (rechatge area) air tanah ini bersifat lokal. Air tanah dangkal Aidaratan mempunyai sifat mudah dicemari oleh kondisi lingkungan setempat. Air tanah
dangkal dimanfaatkan oleh penduduk dengan cara membuat sumur. Air tanah dalam biasa disebut air tanah tertekan (confined aqu!fer) adalah air tanah yang terdapat pada lapisan akuifer yang bagan atas dan bawahnya ditutupi lapisan kedap air, sehingga mempunyai tekanan hidrostatis yang lebih besar dari tekanan udara luar (atmosfer). Cadangan air tertekan secara langsung
tidak dipengaruhi oleh curah hujan vang sifamva lokal.
Berdasarkan potensinya, air tanah di daerah penelitian dapat digolongkan ke dalam beberapa zone, yaitu: a) Potensi air tanah baik. Air tanah di daerah ini meinpunyai produktifitas tinggi. Distribusi potensi air tanah baik tersebar disepanjang daratan alluvial pantai dan betinggisik, terutama di daerah Pameungpeuk. Potensi air tanah dangkal daerah ini metnpunyai kedalaman antara 4
-
6 tn yang
terdapat di sepanjang pantai endapan alluvial. b) Potensi air tanah sedang, air tanah pada daerah ini pada uinurnnya menempati bagian perbukitan
dan sebagian dataran. Sebarannya
menempati sebagian kecil alluvium pantai, terutana di daerah Rancabuaya (Kecainatan Caringin). c) Potensi air tanah kecil dan sulit dikernbangkan, air tanah ini menempati daerah perbulutan dan umumnya didominasi oleh batuan tua tersier
Mata Air Mata air adalah pelepasan air tanah secara alaini akibat aliran air tanah terpotong oleh topografi atau struktur geologi. Pemunculan air tanah berupa mata air ini terutama keluar melalui rekahan atau saluran batuan gunung berupa batuan lava breksi dan tufa. Di desa- desa wilayah pesisir jarang ditemukan inata air yang potensial. klata air yang terdapat di wilayah Kabupaten Garut terdiri dari mata air yang mengalir sepanjang tahun, mengalir 6-9 bulan dalam satu tahun dan mengalir kurang dari 6 bulan dalam satu tahun, disamping ada mata alr panas. Air Permukaan
Air permukaan meliputi sungai, danau, rawa, dan situ. Di Garut Selatan terdapat lebih kurang 2 1 sungai besar dan kecil yang mengalir ke arah selatan dan
bemuara ke Samudra Hindia. Adapun nama sungai tersebut antara lain : Ci Kaengan, Ci Babalukan, Ci Merah, Ci Sangiri, Ci Baregbeg, Ci Bera, Ci Awi, Ci Kaso, Ci Palebuk, Ci Lautereun, Ci Pasarangan, Ci Manake, Ci Mari, Ci Kendang, Ci Rompang, Ci Tangguleutin, Ci Anda, Ci Panceng, Ci Layu, Ci Mahi, dan Ci Laki. Untuk lebih jelasnya nama-nama sungai yang bennuaia ke wilayah laut dan pesisir Garut Selatan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Nama-nama Sungai yang Bermuara ke wilayah Laut dan Pesisir Garut Selatan
f~
e c a c i ~ e s a
Karangwangi Cijayana Karangsari Cigadog Cijambe Cikelet I Pamalayan Pameunmeuk Mancagahar Mandalaksih Mekarsari Cibalong Karyasari Karyamukti Sagara I Sancang Surnber : Bappeka Garut 200 1 Pakenjeng Cikelet
I Nam2 Sungai
-
1
Ci Anda Ci Tangguleutik Muara Cikandang (Sungai Ci Rompang dan Ci Kendang) Ci Mari Ci Manake Ci Pasarangan
1
-
Ci Lauteureun
-
Ci Palebull dan Ci Kaso Ci Awi Ci Bera dan Ci Baregbeg Ci Sangri dan Ci Merak Ci Babalukan (Muara Cibalukan) I Ci Kaengan
Data sekunder tentang debit dari sungai-sungai tersebul sangat kurang. Hanya sedikit data yang dapat dijadikan referensi. Data debit pada Bendung Sindujaya pada tahun 199912000 menunjukkan debit terbesar harian sebanyak 2 1.699 m3/dtk pada pertengahan bulan November, dan debit terkecil harian sebanyak 447 m3/dtk pada penengahan bulan September.
I
1
tradisional di daerah penelitian, nelayan melalui perhitungan tertentu dapat menentukan pukul berapa laut akan mengalmi surut terendah pada hari itu. Perhitungan tersebut menggunakan rumus 415 dikali tanggal pada bulan itu dengan menggunakan kalender Hijriyah. Hasil perhitungan itu sangat dipercaya oleh para nelayan dan dianggap paling andal dalarn perhitungan pasut laut. 2) Gelombang.
Berdasarkan sifatnya, maka gelombang laut di daerah
penelitian termasuk tipe gelombang yang besar. Fisiografi pantai yang curam dan banyak terumbu karang, menyebabkan ombak pecah (breakers) di pinggir dan pada dinding terumbu karang. Kondisi ini untuk pengembangan pariwisata panatal merupakan salah satu fahqor yang kurang menguntungkan, para wisatawan tidak dapat berenang atau mandimandi di laut dan apabila dipaksakan akan membahayakan atau menyebabkan kecelakaan bagi para wisatawan. 3) Arus pantai. Berdasarkan data Bappeka 2001, arus di perairan selatan
Kabupaten Garut ini adalah arus yang menyusur pantai (longshore current) yang dominan bergerak dari arah timur ke barat. Hal ini dapat dibuktikan, dengan adanya gosong pantai (spit bars) di muka rnuara sungai membentang dari tilnur ke barat dmgan mulut sungai di tepi barat gosong pantai tersebut.
Potensi Sumberdaya Panorama Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten yang me~nilikiobjek wisata yang sangat lengkap, baik wisata alam maupun wisata budaya. Beberapa tempat yang memiliki potensi pariwisata yang dapat dikembangkan antara lain Pantai Rancabuaya (Kecamatan Caringin), kompleks pariwisata Pameungpeuk
-
Cikelet yang meliputi Pantai Sayang Heulang, air
terjun laut (Sea Water Fall), Pelabuhan Ikan, Karangpapak, Gunung Geder, Taman laut Manalusu, Pantai Karang Parenje di Cibalong, Pantai Cijeruk, dan Sancang. Rancabuaya memiliki panorama yang indah, dengan pantai berpasir putih dan terumbu karang yang akan tampak terlihat apabila laut sedang pasang surut. Obyek wisata Pameungpeuk paling maju di
-
Cikelet merupakan daerah wisata yang
wilayal~ Garut Selatan. Banyak objek wisata yang dapat
dikunjung, antara lain adalali (1) Pantai Sayangheulang dengan panorama yang indah beserta pasir putihnya, (2) air terjun laut, obyek ini dikatakan unik karena air laut mengalir ke daerah muara sungai membentuk air terjun, (3) pelabuhan ikan Cilauteureun, (4) Karangpapak dan Taman Laut Manusu, pariwisata bawah lautnya masih b a g s terutama terumbu karang, (5) Gunung Geder, pariwisata panorama pantai yang memadukan vegetasi mangrove di daerah inuara sungai kecil dan bukit kecil dengan vegetasi khas pantainya. Pantai Karang Parenjeng dimana, terdapat rnuara sungal dan pantal yang diatasnya terdapat batu besar menyerupai bukit, ketika ombak besar air gelombang yang pecah tadi mengalir melalui bukit batu menyerupai riam atau air terjun.
Pantai Cijeruk dan Sancaug merupakan daerah konservasi untuk ekosistem mangrove dan t e m b u karang.
POTENSI SUMBERDAYA ALAM HAYATI Ekosistem Alamiah
a. Ekosistem Terumbu Karang. Pesisir selatan Ciarut yang terbentang mulai dari Kecamatan Caringin sampai Kecamatan Cibalong, sebagian besar terdiri dari terurnbu karang yang kaya akan biota laut, kecuali Kecamatan Bungbulang. Perkiraan luas terumbu karang tiap desa wilayah pesisir Garut Selatan dapat dilihat pada Tabel 17. Selain terumbu karang terdapat beberapa jenis alga, invertebrata, perikanan tangkap, dan burung. Tabel 17. Perkiraan Luas Terumbu Karang Tiap Desa wilayah Pesisir Garut Selatan Kecamatan Caringin
I
/ Cimahi
Luas (IanL) -
Desa
-
Indralayang ~ayani I Sinarjaya I Karangwangi 1 Cijayana 1
Bungbulang
Pakenjeng Cikelet
I
0,090
1 Karangsari
0,110 -
-
i Cigadog
-
1 Cijambe 1
/ Pameungpeuk
I
Cibalong
Cikelet Pamalayan Mancagahar Mandalaksih Mekarsan
1
I
0,075 0,066 0,080 0.195
'
I
j
Karyaan
Karyarnukti Sagara , Sancang Sumber : Bappeka Garut 2001
1 1
4,500 7,700
I
-
b. Ekosistem Hutan Mangrove.
Di wilayah pantai selatan Garut hutan mangrove masih terdapat di Kecamatan Cibalong. Tetapi karma banyak pembabatan untuk pembuatan tambak mengakibatkan luasnya makin lama makin berkurang bahkan berada dalam keadaan yang kritis.
c Ekositem Padang Lamun. Di pesisir wilayah selatan Garut padang lamun hanya ditemukan di pesisir pantai Kecamatan Cibalong. Jenis tumbuhannya hanya satu jenis yaitu Thalassia hemprichii. d. Ekosistem Pantai Pasir dan Berbatu.
Ekosistem pantai berpasir hampir terdapat di semua wilayah kecarnatan. Pada wilayah pantai berpasir tidak ditemukan terumbu karang, terutama di Kecamatan Caringin dan Cikeld. Ekosistern pantai berbatu terutama di daerah yang mempunyai pantai curam dengan cl~flyangtejal.
e. Ekosistem Pesisir Yang dimaksud dengan ekosistern pesisir adalah ekosistem yang terdapat di bagian pinggir laut yaitu batas antara ekosistem terurnbu karang dengan ekosistem daratan. Di d a d ini terdapat berbagai jenis tumbuhan yang khas terdapat di sana, misainya pandan dan berbagai jenis tumbuhan lain yang mirip dengan tumbuhan yang hidup di daratan pada umumnya.
Dari identifikasi yang telah 11akukan Bappeka Garut (200 I), di sepanjang pesisir pantai wilayah selatan Garut dapat didentifikasikan sejumlah 569 jenis tumbuhan, baik yang termasuk ke dalam nunput, semak, perdu atau pohon.
Ekosistem Binaan a ~kosistemSawah Pasang Surut Secara umum kondisi pengairan di wilayah Garut Selatan sangat mengkhawatirkan temtama untuk Kecamatan Caringin dan Cikelet. Untuk daerahdaerah yang tidak mempunyai potensi laut dan pesisir yang menguntungkan, rnata pencaharian penduduknya terutania didasarkan pada poiensi pertanian. Pada lahan yang berbatasan dengan pantai, biasanya terdapat lahan kering yang sangat luas. Pada musim kemarau lahan ini dibiarkan saja, tapi pada musim hujan tanah-tanah kosong seperti ini digunakan sebagai sawah pasang surut. b. Ekosistem tambak.
Di wilayah pesisir Garut Selatan ekosistem tambak hanya terdapat di Kecamatan Mekarsari, dan itu pun dengan lahan yang digunakan tidak terlalu ;uas. Kegiatan penambakan terutama untuk memelihara udang dan ikan bandeng.
c Ekosistem Kawasan Pelabuhan Di wilayah Garut Selatan terdapat beberapa pelabuhan yang digunakan olch para nelayan untuk merapatkan perahu sekaligus menjual
hasil
tangkapannya. Pelabuhan-pelabuhan itu diantaranya Rancabuaya (Caringin), Cimari Kampung (Cikelet), dan Cijeruk serta Sancang (Cibalong). Dalam kawasan ini kepadatan penduduk cukup tingd dengan aktivitas yang cukup beraneka ragam. Ada banyak jenis ikan yang ditangkap diantaranya pepetek, kerapu, kakap, cucut, pari, udang, cumi-cumi, rajungan, kepiting dan sebagainya yang kesemuanya diidentifikasi ada 70 jenis. Nilai produksi untuk tahun 2000
mencapai 1.505,83 ton dengan nilai kurang lebih Rp 5 milyar rupiah (Bappeka Kabupaten Garut, 2000). d. Ekosistem Kawasan Permukiman Pepyebaran penduduk di wilayah pesisir Gan!t selatan terkosentrasi di pusat-pusat kegiatan ekonoini inisalnya pasar, pelabuhan, dan sebagainya. Karena itu kawasan penntlkiman pun rnenjadi tidak menyebar.
Ciri khas kampung
nelayan yang kumuh terdapat hampir di sepanjang pesisir pantai. Diantaranya rumah dari bilik menggatnbarkan
dengan berlantaikan tanah yang dipadatkan. Hal ini tingkat
kehidupan
nelayan
yang
inasih
iniskin
dan
memprihatinkan. Di sepanjang pesisir selatan Garut juga banyak ditemukan perumahan \ang berdekatan dengan pinggir pantai, padahal dari sudut ekologis ha1 ini tidak diperkenankan.
POTENSI SUMBERDAYA MANUSIA a. Demografi Secara umum penduduk wilayah Garut Selatan terutama yang mendiarni desa-desa pesisir mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan. Terdorong oleh kerasn>.a tantangan alam yang harus dihadapi mereka dipandang mampu untuk diikut sertakan dalam mendukung pembangunan. Akan tetapi faktor yang ~nenjadi kelenahan adalah masih rendahnya pendidikan. Dengan lahan yang tersedia beptu luas mereka didorong tidak hanya menggantungkan diri pada laut dan pesisir. tetapi didorong juga untuk terjun dalam bidang pertanian, perdagangan. kewirausahaan, dan sebagainya Jumlah penduduk pada wilayah pesisir dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Jumlah Penduduk Wilayah Pesisir Kabupaten Garut Tahun 2000
I No. 1 Kecamatan Cisewu
1.
1 Laki-laki 1
1 Perempuan / Jumlah
27.584
27.159
54.743
1!
33.097
32.909
66.006
1
17.352
1
Bungbulang
2. I
4.
1 Cikdet
1 5 . 1 Parneungpeuk 1 Cibalong
16.949
34.301 I
;
16.809
16.952
,
i
17.715
33.761 I
I
I
6.
I
I
17.375
Total
35.090 I
280.025
Sumber : Garut Dalam Angka (2000) b. Sosial ekonomi Kondisi perekonomian para penduduk pesisir umumnya masih kurang baik.
Karena itu mereka dimasukkan ke dalam kelompok prasejahtera atau
miskir,, terutama para nelayan. Penduduk yang menggantungkan diri pada laut umurnnya tetap miskin, sedangkan perekonomian Jikuasai beberapa gelintir orang yang punya modal kuat. Mereka pada umumnya tidak punya modal mtuk membeli kapal sendiri. Akibatnya mereka tergantung pada kapal orang lain dengan cara sistem tengkulak. Pada waktu ikan melimpah, para nelayan bisa kaya mendadak, akan tetapi pada waktu ikan tangkapan kurang mereka kembali miskin. Jenis armada penangkapan yang digunakan nelayan di kabupaten Garut antara lain perahu motor tempel (PMT) dan perahu tanpa motor (PTM). Sampai dengan tahun 2.000 jumlah armada penangkapan ikan sebanyak 215 unit yang terdiri dari perahu motor teinpel dan perahu tanpa motor. Sedangkan jenis alat tarlgkap yang dioperasikan oleh nelayan di perairan Garut dan sekitarnya antara lain payang, pukat pantai (beach seine), jaring insang tetap (drflt gill net), dan jaring insang hanyut (survace gill net). Sampai dengan
tahun 2000 tercatat jurnlah alat tangkap sebanyak 1.178 unit, yang terdiri dari payang, pukat pantai, jaring insang tetap.
Ketenagakerjaan Pmyaluitr. tecaga ker-ja nlerupakan nasaldl ymg menglrunbat pengembangan pesisir selatan. Tingkat pendidikan penduduk yang rendah menyebabkan mereka hanya menjadi buruh dengan upah yang tidak begitu besar. Pada golongan muda ha1 ini akan memunculkan kerawanan tersendiri karena mereka cenderung tidak mau bekerja tetapi kebutuhan tinggi. &batnya banyak diantara mereka yang menjadi pemalak terhadap tarnu yang berkunjung terutama wisatawan. Akibat lebih jauh para wisatawan merasa tidak aman karena diganggu oleh mereka.
d. Infrastruktur
Sarana perhubungan Sarana perhubungan yang ada di wilayah Kabupaten adalah berupa jalan dan kereta api. Panjang jalan berdasarkan status dan kualitasnya dapat di3erinci
seperti dalam Tabel 19 dibawah ini dan jaringannya dapat dilihat pada Gambar 18. Buffer Jalan. Tabel 19. Panjang Jalan Berdasarkan Status dan Kualitas di wilayah Kabupaten Garut Tahun 2000 No Status Jalan
1 I
Kualitas Jalan
Hotmix Aspal Batu 166,83 107,6 1 Propinsi 522,28 249,l 2 Kabupaten 30,55 3 Nasional 30,08 Sumber : Bappeka Garut (2001)
Jumlah Kerikil Tanah (km) 274,43 24,15 835,08 30,08
Jalan Negara di Kabupaten Garut hanya satu ruas yaitu ruas jalan antara Nagreg Batas Rajapolah sepanjang 32,277 km, sedangkan jalan propinsi meliputi 5 ruas jalan yaitu : Nagerg 24,800 km, Cikajang
-
Garut sepanjang 19,600 km, Garut - Cikajang sepanjang
-
Cilautereun sepanjang 65,900 km, Cikajang
sepanjang 12,400 km, Garut
-
-
Samadra
batas Tasikir,alaya sepanjang 15,130 km.
Sedangkan jalan kabupaten, desa dan perusahaan yang dapat dilalui kendaraan roda 4 pada tiap kecamatan di wilayah Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 19. Wilayah Garut Selatan merupakan wilayah y ang berbukit-bukit dengan tanah yang relatif stabil. Pengembangan wilayah yang demikian meinerlukan peinikiran yang terpadu. Pengembangan suatil daerali terutama didasarkan pada infrastrukturnya yang menunjang, terutaina jalan. Jalan menuju wilayah Garut Selatan balk yang masuk dari arah Bandung ke Caringin, dari wilayah Garut kota ke Pameungpeuk; Eungbulang dan Singajaya, atau dari Tasikmalaya ke Singajaya pada uinuinnya sangat memprihatinkan. Apalagi jalan lintas selatan yang sangat didambakan masyarakat Garut Selatan belum kunjung usai, padahal sainbungannya ke Tasikinalaya dan Cianjur sudah selesai. Dengan selesainya jalur selatan maka potensi wilayah Garut Selatan akan tergali dengan optimal.
Pemasaran hasil perikanan, pertanian, kehutanan, dan sebagainya dapat dilakukan dengan cepat dengan biaya yang lebih murah. Di samping kurang bagusnya kondisi jalan-jalan utama, banyak daerah yang potensial untuk berbagai peruntukan tidak terternbus oleh jalan raya sehingga banyak wisatawan yang mengurungkan niatnya dan rnemilih daerah lain sebagai tujuan wisatanya. Selain fasilitas jalan, fasilitas-fasilitas lainnya bisa menjadi penghambat pengembangan wilayah Garut Selatan, misalnya fasilitas listrik dan telepon.
Spesifikasi Urakteristik Oseanografi
Karakteristik
oseanografi
suatu
kawasan
sangat
mempengaruhi
perencanaan pengembangan kawasan dan daerah penangkapan yang potensial. Karakteristik oseanografi ini mencangkup suhu permukaan laut (SPL), arus, dan klorofil-a. Suhu merupakan parameter lingkungan yang paling sering diukur di laut, karena berguna dalam mempelajari proses-proses fisika, kimia. dan biologi yang terjadi di laut. Pola distribusi suhu permukaan laut dapat digunakan untuk mengidentifikasi parameter-parameter laut, seperti arus, umbalan (upwelling),dan front (Simpson.J, 1992)
Suhu Permukaan Laut (SPL) Informasi sebaran suhu pennukaan laut (SPL) perairan Selatan Jawa selama periode penelitian diperoleh melalui dua cara. Pertama dengan jalan pengukuran menggunakan sensor AVHRR Satelit NOAA-12 dan yang kedua menggunakan data hasil penelitian kapal riset Baruna Jaya (BJ) IV.
SPL hasil pengukuran satelit Data rekaman sensor AVHRR NOAA-12 yang digunakan dalam penelitian untuk mengamati sebaran suhu permukaan laut perairan Selatan Jawa ini adalah sebanyak 30 citra pada periode Januari
- Desember 2001. Citra yang
digunakan seperti tercanturn di atas adalah citra yang bebas dari tutupan awm atau sedikit berawan. Dari tarnpilan visual cltra terlihat adanya gadien warna yang menunjukan gradial atau perbedaan suhu, dimana semakin berwarna merah menunjukan suhu permukaan laut yang semakin tingg. Sebaliknya, semakin berwarna biru menunjukkan suhu permukaan laut yang semakin rendah. Warna
orange meiupakan daratanlpulau sementara wama putih adalah awan. Wama biru muda bukan menunjukkan suhu per-
melainkan suhu dari bayangan awan atau
awan tipis yang menutupi perairan. Untuk memudahkan pembacaan suhu permukaan laut pada citra, selain dengan melihat gradien warna juga dapat dilakukan dengan membaca angka pada kontur isotermal. Kontur isotermal dibuat dengan mentransfer nilai digital (Digital NumberIDN) citra yang sama ke nilai suhu sebenarnya dengan Software E.R. Mapper 6.0 kemudian di-overlay dengan citra menggunakan Software Surfer 7.0. Garis kontur menghubungkan perairan yang memiliki suhu permukaan laut yang sama (rsotermal). Interval kontur adalah 0.5 derajat dengan nilai suhu terendah yang ditampilkan untuk perairan Selatan Jawa adalah 19 'c. Perairan yang nilai suhunya dibawah angka 19 OC diasumsikan sebagai awan atau daerah bayangan awan, sehingga tidak dimunculkan nilai suhunya maupun garis konturnya. Bila dikaitkan dengan musim yang berlaku di lingkungan perairan Selatan Jawa, maka pengelompokan citra menurut bulan pengamatan adalah sbb:
1. Citra bulan Juni mewakili Musim Timur 2. Citra bulan Maret mewaktli Musim Peralihan I 3. Citra bulan Desernber mewakili Musim Barat
4. Citra bulan September mewakili Musim Peralihan I1
SPL bulan Maret (Gambar 22
)
Sebaran suhu permukaan laut perairan Selatan Jawa pada bulan Maret dapat diamati dari citra yang bebas awan. Pada umumnya citra yang diperoleh pada bulan Maret ini dengan tutupan awan yang cukup luas sehingga hanya sebagian kecil saja wilayah perairan yang bisa diamati.
SPL in-situ
Sebaran menegak suhu pmukaan laut (SPL) di perairan Selatan Jawa hasil pengukuran dari 16 stasiun pengukuran tanggal 0 1-28 Juni 2001 (Musim
Timur) dapat dilihat pada Gambar 26.
I
I I
Sebaran Menegak Suhu Rata-rata Selatan J a w
I
Pada 16 Stasiun Pengukuran 01-28 Juni 2001 Suhu
Garnbar 26. Sebaran Menegak Suhu Rata-rata Selatan Jawa Pada 16 Stasiun Pengukuran 0 1-28 Juni 200 1
Sebaran suhu perrnukaan laut hasil pengukuran in-situ tanggal 01-28 Juni 200 1 ini jika dibandingkan dengan sebaran suhu permukaan hasil pantauan satelit menunjukkan kesamaan dengan citra tanggal 28 Juni 2001. Pada citra terlihat sebaran suhu permukaan berkisar antara 28,O - 29,5
'c.
Pola sebarannya juga
relatif sama dimana suhu yang lebih tinggi berada di tengah-tengah sementara di bagian timw (Laut Jawa) dan bagian selatan/barat (Sarnudera Hindia) lebih dingill yakni 28,O-28,5 OC.
Bila dibandingkan antara suhu permukaan laut hasil pengukuran satelit dengan h a i l pengukuran in-situ, terlihat adanya sedikit perbedaan kisaran suhu perairan pada beberapa tempat, dan juga ada kesmaan
di tempat lain.
Berdasarkan citra satelit terlihat nilai suhu permukaan Selatan Jawa secara umum sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil pengukuran in-sity atau dengan kata lain perairannya terlihat lebih hangat. Namun pola sebaran suhu pennukaan dan kedua jenis pengamatan menunjukan adanya kerniripan, diinana massa air hangat berada di sebelah timur atau utara dan massa air yang lebih dingn berada di bagian selatan dan barat. Selain itu juga terlihat adanya pembagian tiga massa air di Selatan Jawa yakni massa air yang berasal dari Laut Jawa dan massa air yang berasal d m Samudera Hindia serta lnassa air yang merupakan pencampuran kedua rnassa air tersebut yang berada dl badan tengah. Pola Ams Permukaan Untuk melihat pola arus permukaan perairan Selatan Jawa dan sekitamya selama penelitian berlangsung digunakan data model POM (Princeton Ocean Model) -NPACNFS (North Pacific Ocean Fiowcast/Forecast System) yang diolah dari data hasil pengukuran satelit Topex/Poseidon. Data tersebut di-download dari website: h t i u - ~ ' ~ w w n 7 3 2 0 . 1 1li \~d~~s~~.cl ~l t i ~ : ' l i ~tv\u\ul'. ~ ~ ~ ~ lDan i f ~ diolah oleh ,Zndri Purwandari, staf Lab.TISDA BPPT.
Data yang digunakan sebanyak 1 data
perbulan (3 data permusim 12 data dalam satu tahun) masingmasing tanggal 10 pada bulan bersanglutan.
Musim Peralihan !I Pola arus permukaan Musim Peralihan I1 periode bulan Agustus, September dan Oktober 2000 dapat dilihat pada Gambar 27. Secara umum pada bulan Agustus di Laut Jawa arus bergerak dari timur (Selat ~Makassardan Laut Flores) masuk ke Laut Jawa menuju ke arah barat. Sebagan besar menuju ke Laut Cina Selatan melalui Selat Karimata dan sebagian lagi menuju ke Samudera Hindia melalui Selatan Jawa. Kuat arus di Laut Jawa sekitar 30 cmddetik. Memasuki Selatan Jawa kecepatan arus bertambah menjadi sehtar 40 clddetik. Arus dengan kecepatan yang sarna keluar menuju Samudera Hindia dan dibelokkan ke tenggara oleh arus yang bergerak di lepas pantai barat Pulau Sumatera yang menuju arah selatan. Pada bulan September kecepatan arus di Laut Jawa berkurang menjadi 20 cddetik dengan arah dorninan Barat Laut (dominan menuju Selat Karimata). Kecepatan arus yang memasuki Selatan Jawa mulai berkurang jika dibandingkan dengan bulan Agustus yakni sekitar 30 cddetik. Pada bagian luar mulut selat sebelah barat, arah arus yang keluar dari Selatan Jawa dibelokkan ke Selatan. Pada bulan Oktober, arus di Laut Jawa semakin melemah menjadi 10 cddetik ke arah barat dan semakin melernah di mulut sebelah timur Selatan Jawa. Arus di Selatan Jawa dengan kecepatan 15 d d e t i k hanya terdeteksi di luar mulut sebelah barat selat (Samudera Hindia) yang berbelok ke arah tenggara. Selarna Musim Peralihan I1 ini terlillat adanya eddre.~atau olakan-olakan lnassa air yang arah putarannya ke ic~n(anti siklon) di
bagian barat perairan Laut Jawa (utara BantenIJawa Barat).
-
Musim Barat Pola arus permukaan pada Musim Barat yakni bulan November-Desember 2000 dan Januari 2001dapat dilihat pada Garnbar 28. Pada bulan November 2000 terliliat lnassa air dari Laut Cina Selatan nlasuk ke Laut Jawa melalui Selat Karimata dan Samudera Hindia melalui Selatan Jawa. Di Laut Jawa arah arus illnurnnya dari barat dan barat daya menunju ke timur dengan kecepatan 5-20 cmldetik. Massa air yang inasuk ke Selatan Jawa adalali rnassa air yang berasal langsung dari Selat Karimata dengan kecepatan 15 crnldetik di mulut sebelali timur. Pada mulut bagian selatan kecepatan arus 5 cddetik dengan arah lurus ke barat yang kemudian di Samudera Hindia dibelokkan ke selatan oleh rnassa air yang berasal dari lepas pantai Sumatera. Pada bulan Desember 2000 dari citra terlihat massa air Laut Jawa tidak lianya berasal dari rnassa air Laut Cina Selatan yang masuk ke Laut Jawa melalui Selat Karimata, juga berasal dari Samudera Hindia yang masuk melalui Selatan Jawa. A d 1 arus di Laut Jawa adalah berasal dari barat menuju ke timur dengan kecepatan 20-30 d d e t i k . Arus yang masuk ke Selatan Jawa sangat kencang dengan kecepatan 40 crddetik terlihat di bagian selatan dari arah barat laut, di tengah sampai lie mulut bagian luar sebelah timur, terlihat massa air dengan kuat arus sekitar 20 cmldetik yang arahnya kemudian dibelokkan ke timur menuju Laut Jawa oleh massa air yang datang dari Selat Karimata. Pada bulan Januari 200 1 terlihat arus yang sangat kencang di Laut Jawa dengan kecepatan 40-50 cmldetik dari arah barat ke tirnur. Massa air Laut Jawa terlihat dominan berasal dari Laut Cina Selatan melalui Selat Karimata. Arus di mulut luar sebelah timur Selatan Jawa sangat lemah yakni sekitar 5 cddetik yang rnengarah ke timur. Tidak terdeteksi arah da11 kuat arus massa air yang berada di
tengah Selatan Jawa. Sementara di mulut luar sebelah selatan terlihat massa air dengan arus yang s&gat lemah <5 cddetik yang arahnya membelok ke arah tlmur akibat pengaruli dorongan massa air Samudera Hindia dengan kuat arus > 50 cmldetik (dari arah barat menuju ke timur). Pada Musim Barat ini tidak terlihat adanya ecidres di utara BantenIJawa Barat. Edd1e.s yang merupakan siklon terlihat terbentuk di selatan Pelabuhan Ratu pada bulan November. Jlusim Peralihan I Pola arus permukaan Musirn Peralihan I bulan Februari, Maret dan April tahun 2001 (masing-masing data tanggal 10) dapat dililiat pada Gainbar 29. Dari citra bi~la~i Februari 2001 terlihat arus di Laut Jawa dengan kecepatan 60-70 cm'detik dari arah barat ke timur. Massa air Laut Jawa terlihat berasal dari Laut Cina Selatan yang inasuk ~nelalui Selat Karimata dengan kecepatan 50-60 cm'detik d a ~dari , Sarnudera Hindia melalui Selatan Jawa dengan kecepatan 70-80 crnidetik. Di Selatan Jawa terlihat arus dengan kecepatan 70-80 d d e t i k dari arah barat menuju ke timur yang berasal dari Sarnudera Hindia. Dari citra bulan Maret 2001, arah ar-ISdi Laut Jawa tidak menentu (sebagian ke tilnur dan tilnur laut) dengan kecepatan rendah 2-5 cddetik. Pada umulnnya massa air Laut Jawa berasal dari Laut Cina Selatan. Tidak terdeteksi pergerakan massa air dari Samudera Hindia rnenuju Laut Jawa melalui Selatan Jawa. Kuat dan arah arus di Selatan Jawa juga tidak terdeteksi.
Pada bagan luar mulut sebelah selatan terlihat inassa air dengan kuat ams 5-10 cmldetjk yang Inengarah ke tenggara.-Dari citra bulan April 2001 terlihat arah anis di Laut Jawa semakin tidak menentu. Di Laut Jawa bagan barat terlihat arus yang berasal dari Selat Karimata dengan kecepatan sangat lemah 2-4 cinldetik yang berbelok arah dari barat daya inenuju barat laut. Di bagan tirnur rnassa air dan Selat Makassar terlihat lnulai lnernasuki Laut Jawa dengan ardi a n ~ menuju s barat dengan kecepatan sekitar 5 cmldetik. Pada lnulut Selatan Jawa bagan selatan terlihat arus menuju barat dengan kecepatan rendah sekitar 2 cmldetik dan yang rnenuju tenggara dengan kecepatan 5 cmldetik. Tidak terdeteksi kecepatan arus dl bagian tengah Selatatl Jawa. Musim Tiinur Pola anls pennukaan pada Musitn Timur dapat dilihat pada Galnbar 30 masing-masing citra tanggal 10 bulan htlei, Juni dan Juli tahun 2001. Pola arus pada bulan Mei secara urnurn arus yang berasal dari Laut Flores sebaaan besar masuk ke Selat Makassar rnenuju Samudera Pasifik dan sebagian lagi memasuki Laut Jawa. Kuat anls di Lailt Jawa b :rkisar antara 1 0-20 cmldetik. Di lepas pantai selatan Kalimantan Barat kuat arus meningkat menjadi 35 crnldetik memasuki Selat karimata rnenuju Laut Cina Selatan sernentara di luar mulut sebelah timur Selatan Jawa terjadi pembelokan arus ke arah tenggara menuju Kepulauan Seribu dengan kecepatan 15 cm detik. Tidak terdeteksi arah dm kecepatan arus di Selatan Jawa. Di luar (Samudera Hindia) arus massa air dengan kecepatan 5 cmldetik berbelok ke arah tenggara. Pola arus pada bulan Juni seperti terlihat pada citra tanggal I0 Juni 200 1 terlihat arus massa air yang masuk ke Laut Jawa berasal dari Selat Makassar dan Laut Flores. Kuat arus di Laut Jawa berkisar
antara 5-15 d d e t i k yang mengarah ke Barat dan Barat Laut dan mengalami penguatan ketika memasuki Selat Karimata dengan kecepatan 20 ckdetik. Di sekitar Kepulauan Seribu dan Teluk Banten terlihat pusaran massa air dengan kecepatan 15-20 d d e t i k yang sebagian dari massa air tersebut mendorong massa air masuk ke Selatan Jawa dengan kecepatan yang sangat rendah. Dari citra tanggal 10 Juli 2001 terlihat kuat arus di Laut Jawa melemA dengan kecepatan 510 d d e t i k dengan arah yang tidak menentu. Di luar mulut sebelah timur Selatan !a.~;
y
(Kq.Seribu/Teluk Banten) masih terlihat adanya pusaran massa air. h s ~ keiuar g dari Dagian tengah Selatan Java ke xah Samudera Hindia sernakin
menguat dengan kecepatan 60 cmldetik ke arah selatan dan di luar mulut selat langsung dibelokkan ke timur oleh massa air Samudera Hindia yang berkecepatan %0 d d e t i k . Pada hlusim Timur ini eddies mulai terlihat kembali di utara Jawa BaratIBanten pada bulan Juni dan Juli dengan arah putaran berlawanan dengan jarum jam (anti siklon). Pasang Surut
Pasang surut (pasut) adalah proses nalk turunnya inuka laut secara periodik, karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Pasut dapat terjadi sekali sehari (pasut tunggal) atau diurnal, dua kali sehari (pasut ganda) atau semidiurnal, dan pasut diantara keduanya (pasut campuran) Pasut campura ada dua yaitu dominasi tungal dan dominasi ganda (Nontji, 1993). Berdasarkan h a i l pengamatan yang dilakukan tim peneliti STKIP Garut (2001), tipe pasut di pantai selatan Garut adalah harian ganda atau semidiurnal dengan ketinggian 1-3 m. Spesifikasi harian pasut bisa dilihat pada Lampiran 2.