IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO
4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50’ s/d 03o19’ LU dan 97o55’ s/d 98 o
38’ BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada
ketinggian 120-1.600 Meter dari permukaan laut. Kemiringan wilayah bervariasi antara 0-2% ( 23.900 Ha),2-15 % ( 74.919 Ha), 15-40% (41.169 Ha) dan 40% (72.737 Ha). Wilayah Kabupaten Karo di: - Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Tapanuli Utara - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara
Gambar 4. Peta Administrasi Kabupaten Karo
54
Secara administratif, Kabupaten Karo mencakup 17 kecamatan yang meliputi : (1) Kabanjahe, (2) Berastagi, (3) Tigapanah, (4) Dolat Rayat, (5) Merek, (6) Barusjahe, (7) Simpang Empat, (8) Naman Teran, (9) Merdeka, (10) Payung, (11) Tiganderket, (12) Kutabuluh, (13) Munte, (14) Juhar, (15) Tigabinanga, (16) Lau Baleng, dan (17) Mardinding. Peta administrasi Kabupaten Karo dan fokus wilayah penelitian ditampilkan pada Gambar 4.
4.2
Kependudukan Adapun jumlah penduduk Kabupaten Karo berdasarkan sensus jumlah
penduduk tahun 2000 dan jumlah penduduk pertengahan tahun 2008 sebanyak 360.880 jiwa, berdasarkan proporsi jumlah laki-laki sebanyak 177.637 jiwa dan perempuan 183.243 jiwa (BPS Kabupaten Karo 2008). Jumlah penduduk dirinci menurut kecamatan dan jenis kelamin ditampilkan pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Penduduk Kabupaten Karo Berdasar Sensus Pendudk Tahun 2000. Jumlah Penduduk (Jiwa) No Kecamatan Laki-laki Perempuan Total 1 Mardinding 8.134 8.114 16.248 2 Laubaleng 9.750 9.962 19.712 3 Tigabinanga 9.813 9.696 19.509 4 Juhar 6.632 7.394 14.026 5 Munte 10.543 10.637 21.180 6 Kutabuluh 6.030 6.147 12.177 7 Payung 5.424 5.634 11.058 8 Tiganderket 6.976 7.296 14.272 9 Simpang Empat 10.214 10.396 20.610 10 Naman Teran 6.155 6.127 12.282 11 Merdeka 6.396 6.410 12.806 12 Kabanjahe 30.871 31.271 62.142 13 Berastagi 21.130 23.881 45.011 14 Dolat Rayat 4.143 4.214 8.357 15 Tigapanah 15.733 16.243 31.976 16 Merek 7.957 7.923 15.880 17 Barusjahe 11.736 11.898 23.634 Jumlah 177.637 183.243 360.880 Sumber : BPS Kabupaten Karo,2009 Dari total penduduk 360.880 jiwa, 95.211 jiwa (72,44%) bekerja di sektor pertanian.
55
4.3 Penggunaan Lahan Dilihat dari penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Karo, penggunaan lahan didominasi oleh penggunaan lahan kering berupa perladangan dan perkebunan seluas 96.045 Ha atau 41% dari luas wilayah, selanjutnya diikuti oleh kawasan hutan seluas 77.142 Ha seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9. Tabel 9 Penggunaan Lahan Di Kabupaten Karo. No Penggunaan Lahan 1. Lahan sawah 2. Lahan Kering - Pekarangan - Kebun Campuran - Perladangan - Perkebunan 3. Kawasan Hutan - Hutan Lindung - Suaka alam 4. Padang rumput 5. Rawa yang tidak ditanami 6. Tidak diusahakan 7. Lain-lain Total Sumber : BPS Kabupaten Karo, 2009.
Luas Area (Ha) 12.328 4.251 22.896 59.720 6.524 67.214 9.621 4.254 399 7.418 18.150 212.725
Secara garis besar penggunaan lahan di Kabupaten Karo dibagi dalam kelompok hutan lindung, budidaya (lahan kering), hutan produksi dan sawah. Penggunaan lahan yang dominan adalah untuk budidaya lahan kering. Penggunaan lahan kedua terbesar adalah kawasan hutan. 4.4. Karakteristik Wilayah Penelitian a.
Kecamatan Barus Jahe. Barus Jahe sebagai salah satu wilayah di Kabupaten Karo memiliki luas
lahan kering 12.804 Ha, penggunaan lahan berdasarkan RTRW Kabupaten Karo Tahun 2003-2013 adalah sebagai fungsi lindung (4.271 Ha), pekarangan (273 Ha), hutan produksi (1.025 Ha), tanaman keras (2.984 Ha), kebun campuran (3.421 Ha) dan lain-lain (830 Ha). Lahan di Kecamatan Barus Jahe didominasi oleh lahan kering. Lahan sawah yang ada berupa lahan sawah dengan irigasi ½ teknis seluas 935 Ha.
56
Kecamatan Barus Jahe terdiri dari 19 desa dengan jumlah penduduk berdasar data tahun 2009 sebanyak 23.634 jiwa dan rumah tangga yang berpencaharian pada sektor pertanian sebanyak 6.522 rumah tangga (97,13%). b.
Kecamatan Tiga Panah. Kecamatan Tiga Panah memiliki luas 18.684 Ha, dengan rencana
penggunaan lahan adalah sebagai fungsi pekarangan (151 Ha), kebun (750 Ha), ladang (10.078 Ha), penggembalaan (573 Ha), hutan rakyat (482 ha) kolam (9 Ha, sawah (265 Ha) dan lain-lain ( 6.376 Ha). Lahan di Kecamatan Tiga Panah didominasi oleh lahan kering. Kecamatan Tiga Panah terdiri dari 22 desa dengan jumlah penduduk berdasar data tahun 2009 sebanyak 31.976 jiwa dan rumah tangga yang berpencaharian pada sektor pertanian sebanyak 6.773 rumah tangga (84,65%). c.
Kecamatan Simpang Empat. Kecamatan Simpang Empat memiliki luas 9.333 Ha, dengan penggunaan
lahan adalah sebagai fungsi hutan negara (500 Ha), perkebunan (120 Ha), pekarangan (60 Ha), kebun (495 Ha), ladang (7.740 Ha), hutan rakyat (293 ha) kolam (80 Ha), rawa-rawa (20 Ha) dan lain-lain ( 25 Ha). Lahan di Kecamatan Simpang Empat didominasi oleh lahan kering. Kecamatan Simpang Empat terdiri dari 17 desa dengan jumlah penduduk berdasar data tahun 2009 sebanyak 20.610 jiwa dan rumah tangga yang berpencaharian pada sektor pertanian sebanyak 4.594 rumah tangga (80,50%).
57
Gambar 5. Peta Penggunaan Lahan Pertanian 4.5 Perekonomian Kabupaten Karo Berdasarkan data Produksi Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000 di Kabupaten Karo dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 dan 2008 PDRB tertinggi disumbangkan oleh sektor pertanian disusul dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan, khususnya bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan perubahan jumlah produksi yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi, yang secara tidak langsung hal ini merupakan gambaran tingkat perubahan ekonomi yang terjadi di suatu daerah. Bagi suatu daerah indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang dicapai dan juga berguna untuk menentukan arah kebijaksanaan pembangunan di masa yang akan datang. Untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat melalui perubahan PDRB atas dasar harga konstan, di mana pada tahun
58
2009 kegiatan perekonomian di Kabupaten Karo mengalami pertumbuhan sebesar 5,17 persen seperti terlihat pada Tabel 10. Tabel 10 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Tahun 2005 – 2009. Atas Dasar Harga Konstan Tahun Atas Dasar Harga Berlaku 2000 Nilai Pertumbuhan Nilai Pertumbuhan (Jutaan (%) (Jutaan (%) Rupiah) Rupiah) 2005 3.683.020,64 12,62 2.600.529,76 4,71 2006 3.978.802,62 8,03 2.729.610,27 4,96 2007 4.483.323,77 12,68 2.869.736,96 5,13 2008 r) 5.058.679,19 12,83 3.019.387,58 5,21 *) 5.646.544,41 11,62 3.175.599,35 5,17 2009 Keterangan : r) = Angka Perbaikan *) = Angka Sementara Sumber : BPS Kabupaten Karo 2009 Pertumbuhan tersebut didukung oleh semua sektor perekonomian di Kabupaten Karo, seperti terlihat dari Tabel 11. Tabel 11 Perbandingan Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2009 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB Kabupaten Karo
Keterangan: :
Pertumbuhan (%) 2006 2007 2008 r) 3,98 4,29 4,48
2009 *) 4,67
23,93
3,26
3,23
12,80
10,99
11,70
8,31
3,55
3,83
1,13
7,17
0,82
6,00
4,33
4,43
6,23
7,92
4,77
5,30
4,86
6,88
6,18
6,15
6,49
6,00
18,00
5,74
3,04
5,06
2,96
3,69
6,45
15,32
6,29
5,73
8,25 5,35
7,08 4,96
9,37 5,13
7,38 5,12
8,78 5,17
:r) = Angka Perbaikan = Angka Sementara BPS Kabupaten Karo 2009 *)
Sumber
2005 3,14
59
Tahun 2009
sektor
pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 4,67
persen dan melebihi pertumbuhan pada tahun 2008 sebesar 4,48 persen. Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2009 terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu tumbuh sebesar 10,99 persen dan diikuti sektor jasa-jasa sebesar 8,78 persen, sedangkan sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan terendah sebesar 1,13 persen. Sub sektor tanaman bahan makanan juga memiliki potensi yang cukup baik terutama tanaman hortikultura baik dari tanaman sayuran, buah maupun tanaman hias. Sayuran unggulan yang ada di kabupaten Karo antara lain adalah kentang, kubis, cabai dan tomat, buah-buahan unggulan adalah Jeruk dan markisa dan untuk tanaman hias unggulan adalah bunga-bunga dataran tinggi seperti gerbera dan krisan. Luas lahan pertanian di Kabupaten Karo terdiri dari lahan basah (sawah dan kolam) seluas 11.927 Ha, lahan darat seluas 200.798 Ha yang terdiri dari lahan perkarangan seluas 4.466 Ha, tegalan/kebun seluas 20.529 Ha, ladang/huma seluas 81.169 Ha, penggembalaan/padang rumput seluas 1.375 Ha, perkebunan seluas 7.489 Ha, hutan negara seluas 59.505 Ha, hutan rakyat seluas 5.608 Ha dan lain-lain seluas 20.657 Ha. Adapun komoditas hortikultura yang dibudidayakan di Kabupaten Karo terdiri dari tanaman palawija, sayuran dan buah. Pada tahun 2008, luas panen komoditas tanaman palawija di Karo 66.537 Ha dengan produksi 431.392 ton, sedangkan luas panen komoditas tanaman sayuran mencapai 16.944 Ha dengan produksi tanaman sayuran mencapai 380.112 ton. Untuk komoditas buah-buahan, luas panen adalah 10.946 Ha dengan produksi 428.082 ton. (Dinas Pertanian Kabupaten Karo, 2009). Berdasarkan sumber data dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, sentra utama komoditas hortikultura tersebar di kecamatan Tigapanah, Barusjahe, dan Simpang Empat. Produksi Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 12.
60
Tabel 12. Produksi Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan Tahun 2009. No Kecamatan
Produksi (Ton) Tomat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Mardinding Lau Baleng Tiga Binanga Juhar Munthe Kutabuluh Payung Tiganderket Simpang Empat Barus Jahe Merdeka Kabanjahe Berastagi Tigapanah Dolat Rayat Naman Teran Merek
-
Kubis
Kentang -
Bawang Cabai Sayuran Merah Lainnya 138 479 850 -
63 1.844 165 1.265 12.420 68.792
27 11.585
4.640 12.929 1.945 7.635 2.702 4.900 1.255 7.450 1.230 5.248 130 1625 4.832 3.935 -
Jumlah (Ton)
1.699
138 479 850
26 - 2.981 750 689 8.944 247 734 - 11.240
26 653 3.697 750 4.974 16.616 606 2.879 47.781 151.818
4.766 4.200 1.869 2.650 3.050 578 3.685
468
1.952 1.365 2.758 728 2.242 300 1.333
7.336 8.713 8.074 13.881 7.758 740 2.411
31.623 23.858 20.303 25.964 19.528 3.373 16.664
1.845
-
852
2.292
6.688
Sumber : Kabupaten Karo Dalam Angka 2009 (data diolah) Berdasarkan uraian tersebut, maka Kabupaten Karo dapat dinyatakan merupakan salah satu kawasan sentra hortikultura di Provinsi Sumatera Utara khususnya komoditas sayuran dan buah-buahan. Potensi ini juga dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2006-2010 yakni mengembangkan secara optimal pertanian, pariwisata, industri dan perdagangan berbasis agribisnis yang berdaya saing dan berwawasan lingkungan serta pelestarian hutan dan rehabilitasi lahan kritis. Visi pembangunan Kabupaten Karo adalah terwujudnya masyarakat Kabupaten Karo yang maju, demokratis, beriman dan sejahtera dalam suasana kekerabatan Karo. Hal ini berarti bahwa sektor ekonomi yang akan menjadi landasan gerak adalah agribisnis, industri dan pariwisata. RPJMD Kabupaten Karo 2006- 2010 tampaknya juga mencoba untuk mengembangkan wilayah Kabupaten Karo dengan orientasi ekonomi masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya lokal. Adapun untuk mewujudkan visi tersebut, dirumuskan menjadi 8 misi, yaitu :
61
1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Kabupaten Karo 2. Meningkatkan peran serta masyarakat khususnya tokoh agama dan rohaniawan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. 3. Mengembangkan
secara
optimal
pertanian,
pariwisata,
industri
dan
perdagangan berbasis agribisnis yang berdaya saing dan berwawasan lingkungan serta pelestarian hutan dan rehabilitasi lahan kritis. 4. Memfasilitasi peningkatan budi pekerti dan keimanan masyarakat. 5. Meningkatkan peranan koperasi dan UMKM untuk menunjang perekonomian masyarakat 6. Meningkatkan dan mengembangkan infrastruktur 7. Melestarikan nilai-nilai budaya Karo. 8.
Meningkatkan ketertiban dan ketentraman masyarakat serta kesadaran politik berdasarkan nilai demokrasi. Konsep pembangunan daerah yang berbasis pada sektor unggulan
memiliki beberapa kriteria sektor sebagai motor penggerak pembangunan suatu daerah, antara lain : 1. Mampu memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi. 2. Mempunyai keterkaitan ke depan dan belakang (forward and backward linkage) yang kuat, 3. Mampu bersaing (competitiveness), 4. Memiliki keterkaitan dengan daerah lain, 5. Mampu menyerap tenaga kerja, 6. Bertahan dalam jangka waktu tertentu, 7. Berorientasi pada kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, 8. Tidak rentan terhadap gejolak internal dan eksternal (Suripto, 2003)