Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
1
KATA PENGANTAR tas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2013. Azas akuntabilitas seperti yang tertuang dalam TAP MPR Nomor XI Tahun 1998 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) menyebutkan bahwa penyelenggara negara harus mempertanggungjawabkan hasil akhir setiap program dan kegiatan kepada masyarakat. Hal ini menyiratkan bahwa
wujud
akuntabilitas
dari
penyelenggara
pemerintahan
adalah
mempertanggung-jawabkan hasil akhir atau manfaat dari suatu program dan kegiatan yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Dengan demikian setiap penyelenggara
pemerintahan
harus
mampu
memberikan
dan
mempertanggungjawabkan manfaat nyata yang bisa dirasakan masyarakat atas setiap pelaksanaan program dan kegiatan. Akuntabilitas kinerja pada dasarnya merupakan perwujudan kewajiban suatu penyelenggara pemerintahan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran periodik yang diukur dengan seperangkat indikator kinerja non-keuangan (performance indicators). Tujuan utama akuntabilitas kinerja adalah meningkatkan akuntabilitas publik Instansi Pemerintah dan meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktifitas
kinerja
organisasi
pemerintah
serta
meminimalkan
peluang
terciptanya korupsi, kolusi dan nepotisme. LAKIP
Tahun
2013
ini
merupakan
media
pertanggungjawaban
keberhasilan dan kegagalan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Tahun 2010 – 2014, yang dilakukan dalam upaya memenuhi Visi “Menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang profesional dan mampu menyatukan dan menggerakkan seluruh
komponen
masyarakat
bangsa
dan
Negara
Indonesia
dalam
melaksanakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba ”. Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
2
Selama tahun 2013, sejumlah capaian kinerja yang ditargetkan dalam Rencana Kinerja Tahunan telah berhasil dicapai dan sejumlah lainnya belum berhasil dicapai yang kemudian dituangkan ke dalam LAKIP Tahun 2013 ini. LAKIP sendiri merupakan salah satu bagian dari siklus Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (SAKIP). Akhirnya, kami berharap agar LAKIP Tahun 2013 ini dapat menjadi media pertanggungjawaban kinerja dan juga menjadi media evaluasi untuk menilai kinerja Badan Narkotika Nasional. Jakarta,
Maret 2014
Kepala Badan Narkotika Nasional
Anang Iskandar
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
3
Ikthisar eksekutif Amanat Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah menetapkan Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai lembaga pemerintah non kementerian yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden, untuk melaksanakan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, Selanjutnya dalam struktur organisasi dan tata kerja BNN diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010, menetapkan 5 (lima) satuan kerja sebagai
pilar
utama
dalam
melaksanakan
Program
Pencegahan
dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) yaitu Bidang Pencegahan, Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Bidang Rehabilitasi, Bidang Pemberantasan serta Bidang Hukum dan Kerjasama. Dalam Rencana Strategis BNN Tahun 2010-2014 (Reviu) Program P4GN ditetapkan13 (tiga belas) sasaran strategis dengan 21 (duapuluh satu) Indikator Kinerja Utama, dalam laporan ini setiap indikator dianggap berhasil apabila capaiannya di atas 70% dengan uraian sebagai berikut: Bidang Pencegahan mempunyai 3 sasaran stragegis dengan 4 Indikator Kinerja Utama, Dari 4 (empat) indikator utama, ada 2 yang memenuhi target 2 indikator utama lainnya tidak memenuhi target yang ditetapkan. Bidang Pemberdayaan Masyarakat mempunyai 2 sasaran strategis dengan 4 Indikator Kinerja Utama. Dari 4 (empat) indikator utama, ada 3 indikator yang mencapai target sedangkan satu indikator lainnya tidak mencapai target. Bidang Rehabilitasi mempunyai 4 sasaran strategis dengan 6 indikator kinerja utama, dari 6 indikator kinerja yang ditetapkan 3 (tiga) indikator mencapai target, dan 3 (tiga) indikator melebihi target. Bidang Pemberantasan mempunyai 2 sasaran strategis dengan 5 indikator kinerja utama, dari 5 indikator kinerja ada 4 (empat) yang melebihi target, sedangkan 1 (satu) target tidak mencapai target.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
4
Bidang Hukum dan Kerjasama mempunyai 2 sasaran strategis dengan 2 indikator kinerja utama. dari 2 indikator kinerja tersebut 1 (satu) indikator melebihi target dan 1 (satu) indikator lainnya tidak tercapai. Kendala tidak tercapaianya target tersebut disebabkan: 1.
Paradigma mengenai pecandu adalah orang sakit dan perlu mendapatkan rehabilitasi masih belum sepenuhnya disepakati oleh lintas aparat penegak hukum (Penyidik, Jaksa, dan Hakim).
2.
Belum maksimalnya penerapan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dikarenakan masih kurangnya pemahaman lintas aparat penegak hukum dalam menerapkan pasal-pasal khususnya Pasal 54, 55, 127 serta peraturanperaturan pelaksanaan terkait dengan rehabilitasi, baik di tingkat penyidikan, penuntutan sampai kepada putusan pengadilan.
3.
Ego sektoral dari masing-masing lintas instansi penegak hukum yang berkeinginan untuk menghukum pecandu, penyalah guna dan korban penyalahguna dengan hukuman penjara. Adapun langkah-langkah antisipatif untuk memaksimalkan pencapaian target
adalah : 1.
Peningkatan kerjasama dengan instansi pemerintah terkait lainnya dengan maksud untuk menyamakan persepsi terkait pelaksanaan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
2.
Meningkatkan koordinasi yang lebih intens dengan lintas aparat penegak hukum dan membuat aturan bersama lintas aparat penegak hukum dengan melibatkan Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, dan BNN dalam hal penanganan pecandu narkoba untuk mendapatkan rehabilitasi. Pagu anggaran BNN tahun 2013 untuk mendukung Program Pencegahan
dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) diatas
sebanyak
Rp.
809.063.717.000,-
dengan
total
realisasi
sebesar
Rp. 747.090.617.717,- prosentase realisasi keuangan sebesar 92%.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
5
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ………………………………………………………………
i
IKTHISAR EKSEKUTIF ………………………………………………………….
iii
DAFTAR ISI …………………………….………………………………………….
v
DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………………
vi
PENDAHULUAN ……………………………………………………….
1
A. Latar Belakang …………………………………………………….
1
B. Dasar Hukum ………………………………………………………
2
C. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan …………………
3
D. Struktur Organisasi …………………………………………………
6
E. Sistematika Penyajian ……………………………………………..
7
PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA …………………....
8
A. Perencanaan ……………………………………………………….
8
B. Penetapan Kinerja BNN Tahun 2013 ……………………………
13
AKUNTABILITAS KINERJA BNN ……………………………………
17
A. Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2013 ………………….
17
B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2013 …………...
20
C. Akuntabilitas Keuangan Tahun 2013 …………………………….
73
PENUTUP ………………………………………………………………..
76
LAMPIRAN …………………………………………………………………………...
78
- Pengukuran Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2013 ……………
78
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
6
DAFTAR GRAFIK Grafik
1
Rencana Aksi Kementerian/Lembaga………………………......
27
Grafik
2
Perbandingan prosentase capaian kinerja Lingkungan Pendidikan (LP) bebas narkoba Tahun 2012 dan 2013……
32
Grafik
3
Perbandingan prosentase Capaian Kinerja Lingkungan Kerja (LK) bebas Narkoba Tahun 2012 dan 2013…………………….
34
Grafik
4
Perbandingan prosentase jumlah penanam Ganja yang beralih ke usaha legal produktif Tahun 2012 dan 2013………...............................................................................
38
Grafik
5
Perbandingan prosentase jumlah compulsary dan voluntary
53
Grafik
6
Persentase residen selesai program rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN…………………………….............
55
Grafik
7
Jumlah capaian pengungkapan kasus tindak kejahatan Narkotika dan Prekursor Narkotika Tahun 2011 – 2013………
61
Grafik
8
Capaian jumlah tersangka tindak kejahatan Narkotika dan
63
Prekursor Narkotika yang tertangkap tahun 2011 – 2013…. Grafik
9
Jumlah capaian sel jaringan penyalahgunaan dan peredaran
64
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika yang terungkap Tahun 2011 – 2013 …………….............................. Grafik
10
Jumlah capaian nilai asset yang disita dari tersangka
66
kejahatan peredaran gelap Narkoba Tahun 2012–2013…. Grafik
11
Perbandingan Mou dan tindak lanjutnya Tahun 2012 – 2013
72
Grafik
12
Realiasi anggaran Program Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya……………………………………………............
73
Grafik
13
Realiasi
74
Anggaran
Program
Pencegahan
dan
Pemberantasan Peredaran Gelap Narkoba…………………… Grafik
14
Realiasi Anggaran BNN Tahun 2013…….................................
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
75
7
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang. Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan hasil penelitian BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI Tahun 2011 tentang Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia, diketahui bahwa angka prevalensi penyalahguna Narkoba di Indonesia telah mencapai 2,2% atau sekitar 3,7 - 4,7 juta orang dari total populasi penduduk (berusia 10 - 59 tahun). Saat ini di Indonesia ditemukan 26 (dua puluh enam) zat baru yang mengandung Narkoba dan belum diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dengan kondisi tersebut di atas, BNN melakukan berbagai upaya dalam rangka Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran gelap Narkoba (P4GN) di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah penguatan kelembagaan BNN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Di tingkat Provinsi, Badan Narkotika Nasional telah meningkatkan peran BNNP di 33 Provinsi dan 75 BNN Kabupaten/Kota. Seiring dengan perkembangan situasi permasalahan Narkoba, maka pada tahun 2013 BNN mendapat penambahan 25 satuan kerja baru di tingkat Kabupaten/Kota. Di bidang pencegahan melalui diseminasi informasi dan advokasi, bidang pemberdayaan masyarakat melalui pemberdayaan alternative dan peningkatan peran serta masyarakat, bidang rehabilitasi melalui penguatan lembaga rehabilitasi instansi pemerintah, komponen masyarakat dan melakukan pembinaan pascarehabilitasi, bidang pemberantasan melalui pelaksanaan intelijen berbasis teknologi, penyidikan jaringan peredaran gelap narkotika alami, penyidikan jaringan peredaran gelap narkotika sintetis, penyidikan jaringan peredaran gelap psikotropika dan prekursor, pelaksanaan interdiksi wilayah udara, laut, darat dan lintas darat, pelaksanaan penindakan dan pengejaran serta perawatan tahanan, barang bukti, penyidikan dan pengelolaan aset serta bidang hukum dan kerjasama melalui hubungan kerja
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
8
sama baik dalam negeri maupun luar negeri serta melaksanakan penataan produk hukum dan pelayanan bantuan hukum. Disamping
diperkuat
dengan
Undang-Undang
dan
Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Presiden, untuk melibatkan seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaan program P4GN, diperkuat dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (Jakstranas P4GN) Tahun 2011 – 2015. Inpres tersebut menugaskan kepada seluruh pimpinan kementerian/ lembaga/instansi pusat dan daerah, berperan serta melakukan program P4GN sesuai dengan fungsi yang ada pada kementerian/lembaga/instansi masing-masing. Dengan berakhirnya Tahun Anggaran 2013, BNN sebagai lembaga pemerintah yang telah menggunakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN),
berkewajiban
melaporkan
Akuntabilitas Kinerja ke Presiden melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ini disusun sebagai akuntabilitas kinerja atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BNN. Hal tersebut sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. B.
Dasar Hukum. 1.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
2.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan
Pemerintahan yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 3.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
9
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
5.
Peraturan Presiden RI Nomor 23 tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional.
6.
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
7.
Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional.
8.
Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 4 Tahun 2010 tentang Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.
C.
Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan. 1.
Kedudukan. Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dan BNN dipimpin oleh seorang Kepala.
2.
Tugas. a.
Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
b.
Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
c.
Berkoordinasi Indonesia
dengan dalam
Kepala
Kepolisian
pencegahan
dan
Negara
Republik
pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
10
d.
Meningkatkan
kemampuan
lembaga
rehabilitasi
medis
dan
rehabilitasi sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. e.
Memberdayakan
masyarakat
dalam
pencegahan
dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba; f.
Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
g.
Melakukan kerjasama bilateral dan multilateral, baik regional maupun
internasional,
guna
mencegah
dan
memberantas
peredaran gelap Narkoba. h.
Mengembangkan laboratorium narkotika dan prekursor Narkotika.
i.
Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
j.
Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.
3.
Fungsi. Dalam melaksanakan tugasnya, BNN menyelenggarakan fungsi: a.
Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang P4GN.
b.
Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, prosedur dan kriteria P4GN.
c.
Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN.
d.
Penyusunan dan
perumusan kebijakan teknis pencegahan,
pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerja sama di bidang P4GN e.
Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di bidang Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Pemberantasan, Rehabilitasi, Hukum dan Kerja Sama.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
11
f.
Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi vertikal di lingkungan BNN.
g.
Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN.
h.
Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan BNN.
i.
Pelaksanaan fasilitasi dan pengoordinasian wadah peran serta masyarakat.
j.
Pelaksanaan
penyelidikan
dan
penyidikan
penyalahgunaan
peredaran gelap Narkoba; k.
Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang Narkoba;
l.
Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke
dalam
masyarakat
serta
perawatan
lanjutan
bagi
penyalahgunaan dan / atau pecandu Narkoba. m.
Pengoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis
dan
rehabilitasi
sosial
pecandu
Narkoba
yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. n.
Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahgunaan dan/atau pecandu Narkoba berbasis komunitas terapeutik atau metode lain yang teruji keberhasilannya.
o.
Pelaksanaan penyusunan, pengkajian, dan perumusan peraturan perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN.
p.
Pelaksanaan kerja sama nasional, regional, dan internasional di bidang P4GN.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
12
q.
Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di lingkungan BNN.
r.
Pelaksanaan
koordinasi
pengawasan
fungsional
instansi
pemerintah terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN. s.
Pelaksanaan penegakkan disiplin, kode etik pegawai BNN, dan kode etik profesi penyidik BNN.
t.
Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional, penelitian dan pengembangan, dan pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN.
u.
Pelaksanaan pengujian Narkoba.
v.
Pengembangan laboratorium uji Narkoba.
w.
Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN.
4.
Kewenangan. Kewenangan BNN secara umum terlihat secara implisit pada tugasnya, namun kewenangan yang dikhususkan oleh undang-undang adalah tugas dalam melaksanakan pemberantasan jaringan sindikat Narkoba, BNN berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan.
D.
Struktur Organisasi. Struktur Organisasi sebagaimana disebut dalam Peraturan Presiden RI Nomor 23 tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional adalah sebagai berikut: 1.
Kepala BNN.
2.
Sekretariat Utama.
3.
Deputi Bidang Pencegahan.
4.
Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat.
5.
Deputi Bidang Pemberantasan.
6.
Deputi Bidang Rehabilitasi.
7.
Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama.
8.
Inspektorat Utama.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
13
9.
Instansi Vertikal.
STRUKTUR ORGANISASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL
KEPALA SETTAMA
ITTAMA
DEPUTI BIDANG DAYAMAS
DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN
DEPUTI BIDANG BERANTAS
DEPUTI BIDANG REHABILITASI
DEPUTI BIDANG HUKUM & KERMA
PUS LITDATIN
UPT LAB
UPT T & R
BALAI DIKLAT BNNP
BNNK/KOTA
E.
Sistematika Penyajian. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) di bidang P4GN ini disusun dengan sistimatika sebagai berikut : Bab I
Pendahuluan.
Bab II
Perencanaan dan Penetapan Kinerja.
Bab III
Akuntabilitas Kinerja BNN.
Bab IV
Penutup.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
14
Lampiran-Lampiran.
BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA
A.
Perencanaan. Perencanaan merupakan salah satu proses manajemen dalam upaya melakukan perubahan atau perbaikan terhadap suatu keadaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses manajemen tersebut Badan/Instansi melakukan berbagai upaya seperti : analisis kebijakan dan rancangan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada dan yang mungkin timbul dalam organisasi tersebut. BNN sebagai lembaga pemerintah dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi telah menetapkan sasaran strategis yang ingin dicapai dalam 5 tahun ke depan. Perencanaan Strategis tersebut meliputi visi, misi, tujuan dan sasaran, serta cara pencapaian tujuan dan sasaran. Dalam bab ini diuraikan tentang Rencana Strategi (Renstra) BNN Tahun 2010-2014 (reviu) dan Penetapan Kinerja BNN tahun 2013. BNN sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian memiliki tugas, fungsi dan wewenang di bidang P4GN, yang bertujuan meningkatkan daya tangkal (imunitas) masyarakat guna mewujudkan masyarakat Indonesia bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Tujuan tersebut telah ditetapkan dalam sasaran strategis pada Rencana Strategis (Renstra) BNN tahun 2010-2014 (reviu). Renstra (reviu) BNN tahun 2010-2014 menjadi
pedoman
pelaksanaan
program
dan
kegiatan
BNN
yang
dilaksanakan oleh seluruh Satuan Kerja di lingkungan BNN.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
15
Badan Narkotika Nasional sebagai focalpoint dalam penanganan permasalahan penyalahgunaan Narkoba di Indonesia memiliki visi, misi, sasaran strategi dan arah kebijakan dan strategi BNN sebagai berikut:
1.
Visi.
“Menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang profesional dan mampu menyatukan dan menggerakan seluruh komponen masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dalam melaksanakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.” Untuk mewujudkan visi tersebut Badan Narkotika Nasional menetapkan misi Organisasi sebagai berikut : 2.
Misi.
“Bersama instansi pemeritah terkait dan komponen masyarakat, bangsa, dan negara melaksanakan pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerja sama di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba" Sebagai penjabaran atau penerapan dari pernyataan visi dan misi tersebut di atas, Badan Narkotika Nasional menetapkan tujuan dalam periode 2010-2014 sebagai berikut : T1
: Peningkatan daya tangkal (imunitas) masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan Narkoba.
T2
: Peningkatan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan
dan
peredaran
gelap
Narkoba. T3
: Peningkatan angka pemulihan penyalahgunaan dan/atau pecandu Narkoba dan pengurangan angka relapse.
T4
: Peningkatan pemberantasan sindikat jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
16
T5
: Peningkatan kualitas produk hukum dan kerjasama di bidang pecegahan
dan
pemberantasan
penyalahgunaan
dan
peredaran gelap Narkoba. T6
: Penguatan tata kelola pemerintahan di lingkungan Badan Narkotika Nasional.
4.
Sasaran Strategis. BNN menetapkan sasaran strategis pada periode 2010 – 2014 sebagai derivasi dari masing-masing tujuan di atas. Sasaran-sasaran strategis tersebut sebagai berikut: a. Sasaran Strategis pada T1 adalah: T1S1
: Meningkatnya
siswa
menengah,
mahasiswa
dan
pekerja yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran
tentang
bahaya
penyalahgunaan
dan
peredaran gelap Narkoba. T1S2
: Meningkatnya
siswa
menengah,
mahasiswa
dan
pekerja sebagai kader anti Narkoba yang memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. T1S3
: Meningkatnya peranan instansi pemerintah dan swasta dalam
mendukung
pelaksanaan
Pencegahan
dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba. b.
Sasaran Strategis tujuan pada T2 adalah: T2S1
: Terciptanya lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja bebas Narkoba.
T2S2
: Terciptanya
lingkungan
penyalahgunaan
dan
masyarakat
peredaran
gelap
rawan di
daerah
perkotaan dan pedesaan bebas Narkoba. c.
Sasaran Strategis tujuan pada T3 adalah:
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
17
T3S1
: Meningkatnya pelayanan wajib lapor pecandu narkoba.
T3S2
: Meningkatnya kemampuan lembaga rehabilitasi yang telah sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM).
T3S3
: Meningkatnya
penyalahguna
dan/atau
pecandu
Narkoba yang mengikuti terapi dan rehabilitasi. T3S4
: Meningkatnya pelaksanaan program pascarehabilitasi penyalahguna dan/atau pecandu narkoba.
d.
Sasaran Strategis tujua pada T4 adalah: T4S1
: Meningkatnya
pengungkapan
tindak
kejahatan
peredaran gelap Narkoba. T4S2
: Meningkatnya penyitaan Narkoba illegal di pintu masuk (bandara, pelabuhan, dan border land).
e.
Sasaran Strategis tujuan pada T5 adalah: T5S1
: Meningkatnya pemberan bantuan hukum di bidang penyalahguna Narkoba.
T5S2
: Meningkatnya tindak lanjut pelaksanaan MoU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan non pemerintah dalam dan luar negeri.
f.
Sasaran Strategis tujuan pada T6 adalah: T6S1
: Terlaksananya perencanaan dan penganggaran yang terpadu,
berbasis
kinerja,
dan
berkerangka
pengeluaran jangka menengah di lingkungan BNN. T6S2
: Terlaksananya layanan sistem komunikasi informasi kelembagaan,
administrasi
kelembagaan,
dan
penyediaan dan pengelolaan barang milik negara/ SIMAK BMN. T6S3
: Terlaksananya
tata
kelola
organisasi
dan
profesionalisme pegawai BNN.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
18
T6S4
: Terlaksananya sistem dan prosedur pembukuan dan pelaporan
keuangan
sesuai
Sistem
Akuntansi
Pemerintah/SAP. T6S5
: Terlaksananya
penelitian
dan
pengelolaan
data
informasi. T6S6
: Terlaksananya
pengawasan
dan
pengendalian
akuntabilitas kinerja dan keuangan. T6S7
: Terlaksananya pelayanan pengujian sampel Narkoba untuk kepentingan pro justisia.
4.
Arah Kebijakan dan Strategi BNN Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap II tahun 2010-2014, arah kebijakan dan strategi BNN adalah sebagai berikut: a.
Melakukan
ekstensifikasi
dan
intensifikasi
pencegahan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Strategi yang dilakukan
dengan
cara
membangun
dan
meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. b.
Melakukan masyarakat
ekstensifikasi dalam
dan
intensifikasi
pencegahan
dan
pemberdayaan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Strategi yang dilakukan dengan cara mendorong peran serta masyarakat dalam menciptakan lingkungan bebas Narkoba. c.
Memfasilitasi penyediaan sarana terapi dan rehabilitasi bagi penyalahguna dan/atau pecandu Narkoba. Strategi yang dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan pelayanan terapi dan rehabilitasi bagi penyalahguna dan/atau pecandu Narkoba.
d.
Memberantas sindikat jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba baik dari Luar maupun Dalam Negeri. Strategi yang
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
19
dilakukan dengan cara memetakan dan mengungkap sindikat jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba serta menyita aset pelaku tindak kejahatan Narkoba. e.
Meningkatkan tata kelola pemerintahan di Lingkungan Badan Narkotika
Nasional.
Strategi
yang
dilakukan
dengan
cara
membangun budaya organisasi yang menjunjung tinggi Good Governance di lingkungan Badan Narkotika Nasional. B.
Penetapan Kinerja BNN Tahun 2013 Penetapan Kinerja merupakan tekad dan janji kinerja tahunan yang akan dicapai, antara pimpinan instansi pemerintah/unit kerja yang menerima amanah/tanggung jawab dengan pihak yang memberikan amanah/ tanggung jawab kinerja. Penetapan Kinerja merupakan suatu janji kinerja yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah, sekaligus sebagai pimpinan organisasi atau instansi kepada atasan langsungnya. Penetapan Kinerja berisikan sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang akan dicapai
melalui
program
yang
ada
pada
lembaga/instansi
bersangkutan. Adapun Penetapan Kinerja / Perjanjian Kerja
yang
BNN Tahun
2013 sebagaimana tabel di bawah ini : Penetapan Kinerja BNN Tahun 2013 Kementerian/Lembaga
: Badan Narkotika Nasional
Tahun Anggaran
: 2013
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target 2013
Program/Kegiatan
1
2
3
4
5
1.
Meningkatnya siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran tentang bahaya
% siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang telah mengikuti penyuluhan memiliki sikap menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
90%
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
LAKIP BNN Tahun 2013
20
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target 2013
Program/Kegiatan
1
2
3
4
5
2.
Meningkatnya siswa, mahasiswa, dan pekerja sebagai kader anti narkoba yang memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba Meningkatnya peranan instansi pemerintah dan swasta dalam mendukung pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
3.
4.
Terciptanya lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja
% kader siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
90%
% peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi Inpres12/2011) % peningkatan Instansi Swasta yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi Inpres12/2011) % peningkatan lingkungan pendidikan (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba
10%
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
10%
10%
Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan
LAKIP BNN Tahun 2013
21
bebas narkoba
No.
Sasaran Strategis
1
2
5.
Terciptanya lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan dan pedesaan bebas narkoba Meningkatnya Pelayanan Wajib Lapor Pecandu Narkoba
6.
7.
Meningkatnya kemampuan lembaga rehabilitasi yang telah sesuai standar pelayanan minimal (SPM)
8.
Meningkatnya penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti terapi dan rehabilitasi
% peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba
10%
dan Peredaran Gelap Narkoba
Indikator Kinerja
Target 2013
Program/Kegiatan
3
4
5
Jumlah penanam ganja 65 yang beralih ke usaha Orang legal produktif Jumlah lingkungan 3 masyarakat rawan Lingkungan penyalahgunaan dan Masyarakat peredaran gelap di Perkotaan daerah perkotaan yang bebas narkoba Jumlah penyalah guna 250 Orang Program dan/atau pecandu Pencegahan dan narkoba yang Pemberantasan mengikuti program Penyalahgunaan Wajib Lapor di BNN dan Peredaran (Pusat Rehabilitasi Gelap Narkoba BNN dan Kantor BNN Pusat) Jumlah lembaga 26 LRIP rehabilitasi instansi pemerintah yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/SPM Jumlah lembaga 30 LRKM rehabilitasi komponen masyarakat yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/SPM Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang 700 Orang mengikuti program Terapi dan Rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN % Penyalah guna 60% dan/atau pecandu (138
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
22
narkoba yang menyelesaikan seluruh program terapi dan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN No.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Orang)
Target 2013
Program/Kegiatan 5
1
2
3
4
9.
Meningkatnya pelaksanaan program pascarehabilitasi penyalahguna dan/atau pecandu narkoba Meningkatnya pengungkapan tindak kejahatan peredaran gelap narkoba
Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program pascarehabilitasi
660 (Tambling, Sebaru, Makassar, Wakatobi, Samarinda) 100 Kasus (64 Pusat + 30 Prov@1 +3 Prov@2) 206 Tersangka (170 Pusat + 30 Prov @1 + 3 Prov@2 ) 15 Sel Jaringan (18 Pusat + 33 Prov@1) 32,6 Milyar
10.
Jumlah kasus peredaran gelap narkoba yang terungkap Jumlah tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba yang ditangkap
Jumlah sel jaringan peredaran gelap narkoba yang terungkap
11.
12.
13.
Meningkatnya penyitaan narkoba illegal di pintu masuk (bandara, pelabuhan, dan border land) Meningkatnya pemberian bantuan hukum di Bidang Penyalahgunaan Narkoba Meningkatnya tindaklanjut pelaksanaan MOU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan non-pemerintah
Jumlah nilai aset yang disita dari tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba Jumlah nilai narkoba ilegal yang disita di bandara, pelabuhan, dan border land Jumlah orang yang mendapatkan pelayanan hukum di bidang P4GN Persentase tindaklanjut pelaksanaan MOU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan non-pemerintah Dalam dan Luar
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
58 Milyar
60 Orang
50%
Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
LAKIP BNN Tahun 2013
23
Dalam dan Luar Negeri
Negeri
Jumlah Anggaran BNN Tahun 2013
: Rp. 1.154.503.064.000,-
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BNN A.
Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2013. Penetapan Kinerja BNN tahun 2013 menetapkan 13 (tiga belas) sasaran strategis yang akan dicapai, dengan indikator kinerja utama sebanyak 21 (duapuluh satu) indikator. Dari 21 (duapuluh satu) indikator utama tersebut dapat disimpulkan 5 (lima) indikator tidak tercapai, 8 (delapan) indikator tercapai dan 8 (delapan) melebihi target yang ditetapakan. Disamping itu, BNN juga melakukan berbagai kegiatan pendukung dalam rangka meningkatkan akuntabilitas kinerja. Berikut ini dijelaskan realisasi pencapaian 13 (tiga belas) sasaran strategis tahun 2013, serta penjelasan hasil capaian 21 (dua puluh satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang diuraikan sebagai berikut : No
Sasaran Strategis
1 1.
2 Meningkatnya siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba Meningkatnya siswa, mahasiswa, dan pekerja sebagai kader anti narkoba yang memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba Meningkatnya peranan instansi pemerintah dan swasta dalam mendukung pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
2.
3.
Target 2013 4 90%
Realisasi 2013 5 85%
Capaian (%) 6 94%
% kader siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
90%
74%
82%
% peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi Inpres12/2011) % peningkatan Instansi Swasta yang melaksanakan
10%
2,5%
25%
10%
N/A
N/A
Indikator Kinerja Utama 3 % siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti penyuluhan memiliki sikap menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
24
kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi Inpres12/2011) No
1 4.
5.
6.
7.
8.
Sasaran Strategis
2
Indikator Kinerja Utama
3
Target 2012
Realisasi 2012
Capaian (%)
4
5
6
10%
9,5%
95%
10%
8,9%
89%
65 Orang
52 Orang
80%
3 Lingkungan Masyarakat Perkotaan
0
0%
Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program Wajib Lapor di BNN (Pusat Rehabilitasi BNN dan Kantor BNN Pusat)
250 Orang
263 Orang
105%
Meningkatnya kemampuan lembaga rehabilitasi yang telah sesuai standar pelayanan minimal (SPM)
Jumlah lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/SPM Jumlah lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/SPM
26 LRIP
26 LRIP
100%
30 LRKM
30 LRKM
100%
Meningkatnya penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti terapi dan rehabilitasi
Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang mengikuti program Terapi dan Rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN % Penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang menyelesaikan seluruh program terapi dan rehabilitasi di lembaga
700 Orang
1.184 Orang
121%
60% (138 Orang)
88%
147%
Terciptanya lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja bebas narkoba
% peningkatan lingkungan pendidikan (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba % peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba
Terciptanya lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan dan pedesaan bebas narkoba Meningkatnya Pelayanan Wajib Lapor Pecandu Narkoba Meningkatnya Pelayanan Wajib Lapor Pecandu Narkoba
Jumlah penanam ganja yang beralih ke usaha legal produktif Jumlah lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan yang bebas narkoba
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
25
rehabilitasi BNN
No
Sasaran Strategis
1
2
9.
Meningkatnya pelaksanaan program pascarehabilitasi penyalahguna dan/atau pecandu narkoba Meningkatnya pengungkapan tindak kejahatan peredaran gelap narkoba
10.
Indikator Kinerja Utama
3 Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program pascarehabilitasi
Jumlah kasus peredaran gelap narkoba yang terungkap Jumlah tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba yang ditangkap
Jumlah sel jaringan peredaran gelap narkoba yang terungkap
11.
12.
13.
Meningkatnya penyitaan narkoba illegal di pintu masuk (bandara, pelabuhan, dan border land) Meningkatnya pemberian bantuan hukum di Bidang Penyalahgunaan Narkoba Meningkatnya tindaklanjut pelaksanaan MOU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan nonpemerintah Dalam dan Luar Negeri
Jumlah nilai aset yang disita dari tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba Jumlah nilai narkoba ilegal yang disita di bandara, pelabuhan, dan border land
Jumlah orang yang mendapatkan pelayanan hukum di bidang P4GN
Persentase tindaklanjut pelaksanaan MOU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan nonpemerintah Dalam dan Luar Negeri
Target 2012
Realisasi 2012
Capaian (%)
4
5
6
660 (Tambling, Sebaru, Makassar, Wakatobi, Samarinda) 100 Kasus (64 Pusat + 30 Prov@1 + 3 Prov@2) 206 Tersangka (170 Pusat + 30 Prov @1 + 3 Prov@2) 15 Sel Jaringan (18 Pusat + 33 Prov@1) 32,6 Milyar
660 Orang
100%
165 Kasus
165%
420 Tersangka
204%
34 Sel Jaringan
66,7%
49.466.401 .122
152%
262.870.02
453,2%
58 Milyar
2.500
60 Orang
35 Orang
58%
50%
84%
168%
Guna mengetahui lebih jauh tentang capaian kinerja yang telah dilakukan BNN selama kurun waktu tahun 2013, perlu dilakukan evaluasi dengan cara melakukan analisis yang berkaitan dengan pencapaian kinerja tahun berjalan. Analisis dilakukan dengan menyajikan perkembangan capaian, baik dalam bentuk narasi maupun tabel atau grafik. Capaian kinerja Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
26
tahun 2013 merupakan kelanjutan capaian periode tahun sebelumnya, dan capaian ini merupakan arah untuk capaian pada periode selanjutnya, sebagaimana yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja BNN. B.
Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2013. Guna mengetahui lebih jauh terkait dengan capaian kinerja BNN Tahun 2013, BNN melakukan pengukuran capaian kinerja melalui pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program P4GN ke 15 provinsi dengan pertimbangan karakteristik provinsi yang menjadi lokasi monitoring memiliki kerawanan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan telah aktif melakukan program P4GN. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dibatasi pada data primer. Sedangkan untuk mendapat data primer digunakan kuesioner yaitu pertanyaan tertutup, semi tertutup, dan terbuka. Sampel dalam penelitian ini melibatkan 838 orang, ini artinya semua populasi diteliti dengan menggunakan sensus. Mereka yang menjadi sampel mewakili Pelajar, Mahasiswa, Guru/Dosen, TNI/PNS, Polri, Pegawai Swasta, Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama/LSM, dan Pengelola Pusat Rehabilitasi. Data yang didapat sebelum diolah dilakukan editing dan coding, hasil coding dimasukkan dalam program SPSS-16. Hasil perumusan atas pelaksanaan survey tersebut dijadikan sebagai data pembanding dalam evaluasi capaian kinerja setiap sasaran dan indikator kinerja utama program P4GN dengan uraian sebagai berikut :
Sasaran : Meningkatnya siswa menengah, mahasiswa, dan
1.
pekerja yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui indikator kinerja utama berikut ini : No.
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
%
1.
% siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang telah mengikuti penyuluhan memiliki
90%
85%
94%
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
27
sikap menolak penyalahgunaan peredaran gelap narkoba
dan
Yang dimaksud dengan sikap menolak mencoba menyalahgunakan narkoba adalah setelah para peserta mengikuti penyuluhan, selanjutnya mereka
mempunyai
perilaku
yang
mengarah
tidak
mencoba
menyalahgunakan narkoba dengan norma pengukurannya dilihat dari kriteria sebagai berikut: a.
Perbandingan antara hasil pre test dan post test yang diberikan kepada peserta kegiatan.
b.
Peserta
berkeinginan
menyebarluaskan
informasi
bahaya
penyalahgunaan narkoba kepada keluarga dan lingkungan terdekat. Hasil yang diperoleh berdasarkan norma di atas adalah sebagai berikut: a.
Secara kelembagaan BNN mengalami kesulitan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan hasil pre test dan post test yang dilakukan oleh perwakilan BNN di daerah, dikarenakan kurang lengkapnya Satuan Kerja (Satker) pelaksana BNN di kewilayahan mengirimkan data laporan hasil pre test dan post test, meskipun BNN telah menyediakan sarana pelaporan melalui aplikasi pelaporan rencana aksi. Data yang tersedia merupakan hasil pelaporan dari Satker BNN tingkat pusat yaitu dari 22.139 orang yang mengikuti penyuluhan tentang P4GN menghasilkan 18.700 orang (84%) dari seluruh peserta mengalami peningkatan pemahaman tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. (Sumber : rekapitulasi hasil pre test dan post test).
b.
Sedangkan untuk mengukur capaian kinerja BNN di daerah difokuskan pada segmen siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja
sesuai
dengan target dan dilakukan penilaian atas hasil pelaksanaan survey terhadap 493 orang yang pernah mengikuti sosialisasi P4GN dengan hasil
475
orang
(96,35%)
memiliki
sikap
menolak
terhadap
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Hasil survey belum merupakan ukuran mutlak terkait dengan capaian tersebut, tetapi bila dikaitkan antara hasil pre test dan post test telah menggambarkan adanya keberhasilan capaian indikator ini. Kemudian hasil capaian tersebut belum dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2012, LAKIP BNN Tahun 2013 Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara 28
dikarenakan terjadinya perbedaan indikator kinerja antara Renstra BNN 2010-2014 dengan Renstra Reviu di tahun 2012). c.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi program P4GN diperoleh gambaran dari 493 orang responden terdapat 475 orang (96,35%) diantaranya mengatakan telah menyampaikan materi bahaya narkoba kepada keluarga dan teman. Oleh karena data belum diperoleh secara lengkap terkait dengan
capaian kinerja sesungguhnya, maka langkah berikutnya, BNN perlu melakukan pendataan secara lengkap dan menyeluruh dari tingkat pusat hingga kewilayah. Adapun formula perhitungan capaian indikator sebagai berikut : No. 1.
Indikator Kinerja Utama % siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang telah mengikuti penyuluhan memiliki sikap menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
Formula = (Σ tolak/Σ Peserta)*100%
Hasil Perhitungan
Keterangan
=(19.175/22.632)*100% =85%
-Σ Tolak = Jumlah peserta yang memiliki sikap menolak menolak penyalahgunaan & peredaran gelap narkoba -Σ Peserta = Jumlah peserta keseluruhan
Sumber Data : Dokumen Deputi Bidang Pencegahan BNN dan Laporan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan P4GN Tahun 2013
Sasaran : Meningkatnya siswa, mahasiswa, dan pekerja sebagai
2.
kader
anti
narkoba
yang
memiliki
keterampilan
menolak
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui indikator kinerja utama berikut ini : No.
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
%
1.
% siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
90%
74%
82%
Sasaran strategis tersebut di atas dengan indikator kinerjanya adalah prosentase siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki ketrampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dengan target capaian di tahun 2013 sebesar 90%. Target Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
29
yang ditetapkan merupakan keseluruhan peserta yang mengikuti pelatihan kader anti narkoba. Yang dimaksud dengan ketrampilan menolak penyalahgunaan narkoba adalah para kader yang terbentuk melalui pelatihan anti narkoba memiliki pengetahuan dan pemahaman serta terampil menolak ajakan orang lain melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Adapun norma pengukurannya dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut: a.
Perbandingan antara hasil pre test dan post test yang diberikan kepada peserta kegiatan.
b.
Peserta yang mengikuti kegiatan P4GN menyadari bahaya narkoba.
c.
Kader menindaklanjuti dengan cara mensosialisasikan bahaya dan kebijakan penanganan narkoba kepada anggota masyarakat terdekat.
d.
Kader menindaklanjuti dengan menyelenggarakan kegiatan yang mensosialisasikan bahaya dan kebijakan penanganan narkoba.
Hasil yang diperoleh berdasarkan norma di atas adalah sebagai berikut: a.
Berdasarkan data rekapitulasi hasil pre test dan post test pada kegiatan pelatihan kader anti narkoba yang dilakukan oleh BNN Pusat, menunjukkan dari 6.378 orang kader yang mengikuti pembentukan kader anti narkoba terdapat 4.847 orang (76%) mengalami peningkatan pemahaman. Sedangkan hasil pre test dan post test pembentukan kader anti narkoba yang dilakukan oleh BNN di kewilayahan tidak terdata secara lengkap. Untuk mengukur capaian kinerja, data pembanding adalah hasil survey pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan P4GN terhadap
493 orang resonden, 248 orang (50%)
menyatakan sangat mudah memahami materi P4GN. b.
Pengukuran
kesadaran
akan
bahaya
narkoba
ditandai
dengan
responden berkeinginan menjadi penyuluh narkoba, datanya diperoleh dari hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi. Dari 493 orang peserta yang mengikuti kegiatan P4GN yang diundang dan memberikan pendapat sebanyak 452 orang (91,68%) yang menyatakan sikap Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
30
menolak penyalahgunaan narkoba dan berkeinginan menjadi penyuluh narkoba. c.
Data hasil monitoring dan evaluasi program P4GN menunjukkan bahwa para kader yang telah dibentuk, telah menyampaikan materi P4GN kepada keluarga dan teman. Responden yang mengisi kuesioner sebanyak
493 orang responden terdapat 475 orang (96,35%)
diantaranya mengatakan telah menyampaikan materi bahaya narkoba kepada keluarga dan teman. Data tersebut menunjukkan bahwa maksud dan tujuan pelaksanaan program P4GN telah berhasil, ini artinya bahwa responden tidak hanya sekedar menyatakan prihatin akan
bahaya
penyalahgunaan
narkoba
tetapi
mereka
sudah
melaksanakan upaya yang diharapkan dari pelaksanaan program ini. Bukti kepedulian masyarakat akan pentingnya pelaksanaan program P4GN, dari tahun ke tahun, semakin meningkat bila dilihat dari permintaan masyarakat maupun lembaga pemerintah lainnya ke BNN untuk menjadi narasumber sosialisasi maupun fasilitasi kegiatan pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di berbagai tempat. Dalam tahun 2013, di tingkat pusat saja terdapat 108 permintaan dari kader anti narkoba dengan jumlah peserta sosialisasi sebanyak 19.835 orang. Sebagai upaya untuk mengatasi belum adanya mekanisme pendampingan yang terprogram, dilakukan kontak dengan para kader melalui sosial media pasca pelatihan kader. Hal ini dilakukan sebagai bentuk ikatan dan upaya menjaga kader-kader yang telah dilatih agar tetap saling menjaga komunikasi antar BNN dengan para kader anti narkoba. Berdasarkan penyajian data tersebut di atas, maka BNN menyadari perlunya diambil langkah-langkah sebagai berikut: 1)
Perlu dilakukan pendataan terhadap seluruh peserta yang mendapatkan program P4GN dari tingkat pusat hingga ke wilayah dengan memanfaatkan aplikasi pelaporan yang sudah tersedia.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
31
2)
Pengajuan adanya program pendampingan yang berkelanjutan untuk memonitor tindak lanjut dari para kader anti narkoba pasca pelatihan.
Adapun formula perhitungan capaian indikator sebagai berikut : No.
Indikator Kinerja Utama
Formula
1.
% siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
= (Σ Paham/Σ Peserta)*100%
Hasil Perhitungan
Keterangan -Σ Paham = Jumlah peserta yang memiliki peningkatan pemahaman dan keterampilan menolak menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba -Σ Peserta = Jumlah peserta keseluruhan
=(5.095/6.871)*100% =74%
Sumber Data : Dokumen Deputi Bidang Pencegahan BNN dan Laporan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan P4GN Tahun 2013
Sasaran : Meningkatnya peranan intansi pemerintah dan swasta
3.
dalam mendukung pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui 2 (dua) indikator kinerja utama yaitu : No.
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
%
1.
% peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011) % peningkatan Instansi Swasta yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011)
10%
2,5%
25%
10%
N/A
N/A
2.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan keterkaitan antara kebijakan pemerintah dengan indikator kinerja utama berikut capaiannya : Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
32
1.
Persentase peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011). Kebijakan pemerintah dalam penanganan masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yaitu dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2011-2015. Yang menugaskan seluruh Menteri/Kepala Lembaga pemerintah untuk mengambil langkah-langkah sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan Jakstranas P4GN Tahun 2011 – 2015. Hal ini dilakukan karena masalah narkoba merupakan ancaman yang sangat serius baik di tingkat dunia maupun di tingkat nasional, yang penanganannya harus melibatkan seluruh komponen masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu perlu diupayakan peningkatan peranan instansi pemerintah dan swasta dalam upaya membasmi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Kaitan antara Inpres dengan Indikator Kinerja, karena dalam Inpres Nomor 12 Tahun 2011, telah ditetapkan kewenangan Kepala BNN yaitu: Kepala BNN melakukan pemantauan dan pengendalian terhadap pelaksanaan Jakstranas P4GN Tahun 2011-2015 dan mengkompilasi laporan untuk disampaikan kepada Presiden. Pentingnya pendataan rencana aksi tersebut untuk mengetahui peran dari K/L bersama komponen masyarakat lainnya melakukan perlawanan terhadap kejahatan narkoba. Di sisi lain ada beberapa instansi yang sudah melaksanakan P4GN di instansi masing-masing tetapi belum menyusun rencana aksi. Hal tersebut dapat diketahui dari banyaknya permintaan narasumber dari K/L ke BNN untuk pelaksanaan P4GN.
Implementasinya berupa sosialisasi, kampanye, peraturan-
peraturan internal untuk mencegah pegawai/karyawan melakukan penyalahgunaan narkoba. Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
33
Berdasarkan kompilasi data Tahun 2013 diperoleh data capaian implementasi baik di tingkat Kementerian/Lembaga (K/L) maupun di tingkat Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota sebagai berikut: 1.
Dari 119 instansi K/L di tingkat pusat, 49 K/L di antaranya telah menyusun dan melaksanakan rencana aksi,
2.
Dari 33 pemerintah provinsi, 26 di antaranya telah menyusun dan melaksanakan rencana aksi,
3.
Sedangkan pemerintah daerah kabupaten/kota (Pemda Tk.II), yang telah menyusun dan melaksanakan rencana aksi terdapat 69 Kabupaten/Kota.
Grafik 1.
Rencana Aksi Kementerian/Lembaga/Pemda
Jika dilihat dari lahirnya kebijakan tersebut telah memasuki tahun ke-3, namun K/L dan Pemerintah Daerah Tk.I dan Tk.II yang telah menyusun dan melaksanakan rencana aksi baru mencapai 22,19%. Ini artinya target penyusunan dan melaksanakan rencana aksi baik di tingkat K/L, maupun Pemda TK.I dan Pemda Tk.II, kurang sesuai bila dikaitkan dengan jadual pelaksanaan Jakstranas yang ditetapkan 2011-2015. Setelah dicermati, ternyata K/L terkendala dalam menyusun dan melaksanakan rencana aksi oleh karena program P4GN dalam RPJMN masih prioritas bidang, sehingga K/L mengalami kesulitan dalam penyusunan anggaran mendukung implementasi Inpres Nomor 12 Tahun 2011.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
34
Demikian
juga
halnya
pemerintah
daerah
Tk.I
dan
Tk.II,
mengalami kesulitan menyusun dan melaksanakan rencana aksi oleh karena program P4GN dalam RPJMN masih prioritas bidang, namun demikian Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika. Dalam peraturan tersebut Mendagri menugaskan para Gubernur dan
Bupati/Walikota
melakukan
fasilitasi
pencegahan
dan
penanggulangan narkotika yang dikoordinasikan oleh kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang membidangi urusan kesatuan bangsa dan politik. Untuk fasilitasi pelaporan terkait dengan rencana aksi, BNN telah menyediakan aplikasi pelaporan online Inpres Nomor 12 Tahun 2011 dengan halaman website www.inpres12.bnn.go.id. Terkait dengan aplikasi, di tingkat pusat BNN telah melakukan beberapa kali sosialisasi yang melibatkan seluruh Kementerian /Lembaga dan memberikan hak akses masuk ke dalam website tersebut. Sedangkan indikator kedua adalah upaya menggerakkan instansi swasta melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011) sebagai berikut : 2.
Persentase peningkatan Instansi Swasta yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011). Arti pentingnya instansi swasta melaksanakan program P4GN dikarenakan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penyalahgunaan narkoba di lingkungan pekerja swasta tergolong tinggi. Hal ini diduga sebagai akibat tekanan akan prestasi pekerja yang dibebankan kepada setiap individu karyawan/pekerja. Untuk itu perlu dilakukan upaya peningkatan instansi swasta dalam pelaksanaan program P4GN.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
35
Secara
kelembagaan
BNN
mengalami
kesulitan
memonitor
pelaksanaan program P4GN di lingkungan instansi swasta, dikarenakan faktor geografis yang begitu luas (dari Sabang sampai Merauke). Namun, telah banyak para pimpinan perusahaan yang mengundang BNN untuk memfasilitasi pelaksanaan P4GN di lingkungan kerja instansi swasta. Untuk mengetahui gambaran implementasi Inpres Nomor 12 Tahun 2011 di lingkungan instansi swasta, BNN melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program P4GN ke 13 provinsi. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi tersebut diikuti oleh berbagai tingkatan di perusahaan seperti : manager, HRD, security, karyawan, dosen, wartawan, dan wiraswata dengan jumlah responden sebanyak 61 orang. Dari 61 orang responden (100%) menyatakan kesadaran arti pentingnya program P4GN, antara lain keinginan mereka menjadi kader anti narkoba dan ikut berpartisipasi melaksanakan penyuluhan P4GN. Capaian-capaian tersebut di atas menggunakan formula perhitungan berikut ini: No.
Indikator Kinerja Utama
1.
% peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011) % peningkatan Instansi Swasta yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011)
2.
Formula
Hasil Perhitungan
Keterangan
=(TLI t /PI t* 100%) – (TLI t-1 /PI t-1*100%)
=(144/649*100%)(128/649*100%) =22,2% - 19,7% =2,5%
- TLI = Tindak Lanjut Instansi - PI = Populasi Instansi - t = pada tahun berjalan - (t-1) = pada tahun sebe-lumnya
=(TLI t /PI t * 100%) – (TLI t-1 /PI t-1*100%)
N/A
- TLI = Tindak Lanjut Instansi - PI = Populasi Instansi - t = pada tahun berjalan - (t-1) = pada tahun sebel-umnya
Sumber Data : Dokumen Deputi Bidang Pencegahan BNN dan Kompilasi Data Rencana Aksi Nasional dan Rencana Aksi Daerah Kebijakan dan Strategi Nasional P4GN Tahun 2011 – 2015
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
36
4.
Sasaran : Terciptanya lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja bebas Narkoba
Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui indikator kinerja utama berikut ini : No.
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
%
1.
% peningkatan lingkungan pendidikan (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba % peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba
10%
9,5%
95%
10%
8,9%
89%
2.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan capaian indikator kinerja utama sebagai berikut : 1.
Persentase
peningkatan
lingkungan
pendidikan
(sekolah
menengah dan kampus) bebas narkoba Yang
dimaksud
dengan
lingkungan
pendidikan
(sekolah
menengah dan kampus) bebas narkoba adalah berdasarkan hasil test urine/rambut yang dilakukan terhadap sejumlah sample tidak ditemukan penyalahguna narkoba dan ikut berperan menciptakan lingkungan pendidikan bebas dari penyalahgunaan narkoba melalui kegiatankegiatan bersama satuan tugas anti narkoba yang dibentuk. Berdasarkan uraian tersebut di atas, bila dikaitkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh BNN tahun 2011 bekerja sama dengan Puslitkes UI, diperoleh gambaran bahwa tindak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di lingkungan pendidikan cukup tinggi dan mengkhawatirkan. Oleh karena itu, BNN menetapkan indikator utama sasaran ini yaitu
persentase
peningkatan
lingkungan
pendidikan
(sekolah
menengah dan kampus) bebas narkoba. Hal tersebut dimungkinkan karena di lingkungan pendidikan terjadi proses yang begitu dinamis sebagai akibat berbagai faktor yaitu : faktor individu, faktor lingkungan, dan faktor sosial budaya. Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
37
Berdasarkan pelaporan dari seluruh satuan kerja BNN, diperoleh data
lingkungan
pendidikan
yang
berperan
serta
menciptakan
lingkungan pendidikan bebas narkoba tahun 2013 sejumlah 1.313 lingkungan. Kriteria lingkungan pendidikan bebas narkoba diukur dengan norma berikut : a.
Perbandingan antara hasil sebelum dan sesudah test urine dan test rambut
yang
dilakukan
secara
random
terhadap
siswa/
mahasiswa, guru/dosen, dan pekerja tidak ditemukan ada yang positif penyalahguna narkoba. b.
Membentuk dan memberdayakan satuan tugas anti Narkoba di lingkungan pendidikan.
c.
Satuan Tugas anti narkoba yang terbentuk berperan serta secara aktif menjaga lingkungannya dari penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan norma di atas, dilakukan perhitungan capaian
sebagai berikut : a.
Hasil test urine yang dilakukan di lingkungan pendidikan oleh BNN menunjukkan peningkatan dari tahun 2012 yaitu dari 176 lembaga pendidikan yang negatif dari penyalahgunaan narkoba sebanyak 168 lembaga, sedangkan di tahun 2013 dari 220 lembaga pendidikan yang negatif dari penyalahgunaan narkoba sebanyak 184 lembaga pendidikan.
b.
Terkait dengan pembentukan satuan tugas anti narkoba di lingkungan pendidikan, BNN belum memiliki data secara lengkap lingkungan pendidikan yang telah memberdayakan satuan tugas anti narkoba di lingkungan pendidikan, meskipun BNN telah menyediakan aplikasi pelaporan rencana aksi.
c.
Peran satuan tugas anti narkoba di lingkungan pendidikan belum terdata secara lengkap.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
38
Data capaian kinerja tahun 2013 ini jika dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, maka terlihat terjadi peningkatan sebesar 9,5%, sebagaimana tergambar dalam grafik berikut ini : Grafik 2. Perbandingan Persentase Capaian Kinerja Lingkungan Pendidikan (LP) Bebas Narkoba Tahun 2012 dan 2013
2.
Persentase peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba Yang dimaksud dengan lingkungan kerja bebas narkoba adalah berdasarkan hasil test urine/rambut yang dilakukan terhadap sejumlah sample tidak ditemukan penyalahguna narkoba dan ikut berperan menciptakan lingkungan kerja bebas dari penyalahgunaan narkoba melalui kegiatan-kegiatan bersama satuan tugas anti narkoba yang dibentuk. Berdasarkan uraian tersebut di atas, bila dikaitkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh BNN tahun 2011 bekerja sama dengan Puslitkes UI, diperoleh gambaran bahwa tindak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di lingkungan kerja cukup tinggi dan mengkhawatirkan.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
39
Oleh karena itu, BNN menetapkan indikator utama sasaran ini yaitu persentase peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba. Hal tersebut dimungkinkan karena di lingkungan kerja terjadi proses yang begitu dinamis sebagai akibat berbagai faktor yaitu : faktor individu, faktor lingkungan, dan faktor sosial budaya. Berdasarkan pelaporan dari seluruh satuan kerja BNN, diperoleh data lingkungan kerja yang berperan serta menciptakan lingkungan kerja bebas narkoba tahun 2013 sejumlah 1.301 lingkungan kerja. Kriteria lingkungan kerja bebas narkoba diukur dengan norma berikut : a.
Perbandingan antara hasil sebelum dan sesudah test urine dan test rambut yang dilakukan secara random terhadap pekerja tidak ditemukan ada yang positif penyalah guna narkoba.
b.
Membentuk dan memberdayakan satuan tugas anti Narkoba di lingkungan kerja.
c.
Satuan Tugas anti narkoba yang terbentuk berperan serta secara aktif menjaga lingkungannya dari penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan norma di atas, dilakukan perhitungan capaian
sebagai berikut : a.
Hasil test urine yang dilakukan di lingkungan kerja oleh BNN menunjukkan peningkatan dari tahun 2012 yaitu dari 272 lingkungan kerja yang negatif dari penyalahgunaan narkoba sebanyak 245 lingkungan kerja, sedangkan di tahun 2013 dari 285 lingkungan kerja, yang negatif dari penyalahgunaan narkoba sebanyak 267 lingkungan kerja.
b.
Terkait dengan pembentukan satuan tugas anti narkoba di lingkungan kerja, BNN belum memiliki data secara lengkap lingkungan kerja yang telah memberdayakan satuan tugas anti narkoba di lingkungan kerja, meskipun BNN telah menyediakan aplikasi pelaporan rencana aksi.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
40
c.
Peran satuan tugas anti narkoba di lingkungan kerja belum terdata secara lengkap. Dari capaian kinerja tahun 2013 ini jika dibandingkan dengan
capaian kinerja tahun 2012, maka terlihat terjadi peningkatan sebesar 8,9%, sebagaimana tergambar dalam grafik berikut ini : Grafik 3. Perbandingan Persentase Capaian Kinerja Lingkungan Kerja (LK) Bebas Narkoba Tahun 2012 dan 2013
Capaian-capaian tersebut di atas menggunakan formula perhitungan berikut ini: No. 1.
2.
Indikator Kinerja Utama % peningkatan lingkungan kerja (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba % peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba
Hasil Perhitungan
Keterangan
=((ΣR t - ΣR t-1) /ΣR t-1*100%)
Formula
= ((184- 168)/168)*100% = (16/168)*100% = 9,5%
=((ΣR t - ΣR t-1) /ΣR t-1 *100%)
= ((267 -245)/245)*100% = (22/267)*100% = 8,9%
- R = Realisasi - t = pada tahun berjalan - (t-1) = pada tahun sebelumnya - R = Realisasi - t = pada tahun berjalan - (t-1) = pada tahun sebelumnya
Sumber Data : Dokumen Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN dan dan Laporan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan P4GN Tahun 2013
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
41
5.
Sasaran
:
Terciptanya
lingkungan
masyarakat
rawan
penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan dan pedesaan bebas Narkoba
Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui indikator kinerja utama berikut ini : No.
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
%
1.
Jumlah penanam ganja beralih ke usaha legal produktif Jumlah lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan yang bebas narkoba
65 Orang
52 Orang
80%
3 Lingkungan Masyarakat Perkotaan
0
0%
2.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan capaian indikator kinerja utama sebagai berikut : 1.
Jumlah penanam ganja beralih ke usaha legal produktif Untuk mencapai sasaran tersebut di atas indikator kinerjanya adalah
Jumlah penanam ganja yang beralih ke usaha legal produktif
dengan target capaian di tahun 2013 sebesar 65 orang dari jumlah keseluruhan penanam yang diinformasikan oleh tokoh masyarakat, imam mukim (kepala dusun) dan Geucik (kepala desa) yang didata dari tahun sebelumnya. Pendataan melalui proses wawancara dan penelusuran informasi di lokasi di sela-sela kegiatan pemberdayaan alternatif TA 2013. Yang dimaksud dengan penanam ganja yang beralih ke usaha legal produktif adalah para penanam yang berada bermukim di sekitar desa yang berdekatan dengan lokasi dimana ladang ganja ditemukan, selanjutnya diharapkan para penanam ini memiliki ketertarikan untuk beralih ke usaha legal produktif setelah diberikan program alternative development (AD) berupa : pembekalan, modal kerja dan bantuan pengolahan dan bibit tanaman komoditi legal produktif, bimbingan/ penyuluhan, monitoring, evaluasi dengan norma pengukurannya dilihat dari kriteria sebagai berikut: Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
42
a.
Penanam bermukim di sekitar lokasi sasaran
b.
Penanam direkomendasikan oleh imam mukim, geucik dan penanam lainnya sebagai petani mantan penanam ganja;
c.
Penanam dengan sukarela mendaftarkan diri sebagai bagian dari kelompok tani yang dibentuk;
d.
Penanam mengikuti semua prosedur pemberdayaan alternatif, mulai
dari
tahapan
pencairan
situasi,
pembekalan
dan
pelaksanaan alih fungsi lahan. Hasil yang diperoleh berdasarkan norma di atas adalah sebagai berikut: a.
Secara
kelembagaan
BNN
mengalami
kesulitan
untuk
mengumpulkan data tentang siapa penanam ganja tersebut, hanya dalam hasil survey BNN–Unsyiah tahun 2010, diketahui lokasilokasi yang masih sering para penanam Ganja melakukan aksi menanam ganja. Oleh karenanya, metodologi yang dilakukan adalah wawancara mendalam (dept interview), focus discussion group (FGD), observasi di lokasi dan pendataan data primer dan sekunder. b.
Proses beralih profesi petani adalah proses dimana setelah mengikuti program AD para mantan petani ganja tersebut tidak lagi menanam ganja, ikut serta dalam jaringan sindikat peredaran ganja dan lahan yang dialihfungsikan tidak lagi ditanamani ganja. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak tertangkapnya petani oleh aparat berwajib karena terindikasi menanam ganja, selama mengikuti program.
c.
Realisasi capaian dihitung dari banyaknya penanam yang ditargetkan yang mengikuti program mulai dari tahapan masuk sebagai peserta (calon petani/CP) sampai tahapan menanam tanaman di lokasi lahan yang telah disepakati (calon Lahan/CL). Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan capaian tahun 2012.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
43
d.
Terkait norma pengukuran keberhasilan program AD, indikator keberhasilan diukur mulai dari keikutsertaan penanam dalam pembekalan sampai tanaman tersebut tumbuh dalam kurun waktu dua minggu (terlihat tunas daun). Untuk memonitor proses tersebut,
BNN
menugaskan
penyuluh
untuk
mendampingi,
mencatat, mendokumentasikan dan melaporkan secara berkala kepada BNN yang mencakup : nama penanam, alamat, pekerjaan, status dalam kelompok, status lahan, luas areal dan komoditi. e.
Dari hasil laporan target, dilakukan wawancara dengan para penyuluh pendamping untuk melihat tingkat keberhasilan dan kegagalan
diukur
dengan
indikator-indikator,
seperti
:
(1)
keikutsertaan dalam pembekalan; (2) terlibat dalam pengolahan tanah; (3) terlibat dalam pembersihan lahan; (4) terlibat dalam pengelolaan lahan; (5) terlibat dalam penanaman; (6) terlibat dalam pemeliharaan. Dari hasil evaluasi dengan indikator tersebut, target dan realisasi penanam dari 4 kawasan dapat terinci sebagai berikut : KAWASAN
REALIASASI
%
1. Lamteuba, Seulimeum, Abes
40 orang
14 orang
35%
2. Lam Ara, Kutamalaka, Abes
30 orang
13 orang
43%
3. Mon Ara, Montasik, Abes
30 orang
15 orang
50%
4. Panyabungan Timur, Sumut
40 orang
10 orang
25%
140 orang
52 orang
37%
JUMLAH
f.
TARGET
Terkait dengan norma pengukuran tersebut, secara keseluruhan BNN belum dapat menyajikan evaluasi secara obyektif tetapi masih terbatas pada subyektifitas dari para penyuluh BNN di lapangan (yang berjumlah sebanyak 8 orang atau 2 orang masingmasing lokasi). Hal ini sebagai salah satu kelemahan dalam evaluasi. Namun demikian pada kesempatan kegiatan berikutnya, kelemahan ini dapat diminimalisir.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
44
Berdasarkan penyajian data tersebut di atas, BNN menyadari perlunya dilakukan penyusunan Norma Standar Pengukuran Kinerja (NSPK)
yang lebih
berkelanjutan signifikan
obyektif
sehingga
dirasakan
dengan kegiatan
memberikan oleh
dampak
masyarakat
monitoring yang
(menjadi
yang
benar-benar meningkat
pendapatannya) dan mampu menurunkan produksi ganja (dengan berkurangnya lahan ganja karena penanamnya telah beralih profesi). Capaian kinerja tahun 2013 ini jika dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, maka terlihat terjadi peningkatan sebesar
47%,
sebagaimana tergambar dalam grafik berikut ini : Grafik 4. Perbandingan prosentase jumlah penanam ganja yang beralih ke usaha legal produktif tahun 2012 dan 2013
Adapun dampak nyata bagi petani dengan beralih fungsi menjadi petani dengan tanaman komoditi (cabe, sayuran, semangka, dll), antara lain : a.
Meningkatnya keterampilan berusaha tani, sehingga petani tidak hanya menanam padi saja tapi juga tanaman perkebunan.
b.
Terolahnya lahan bekas ganja menjadi lahan produktif yang selama ini menjadi lahan tidur karena trauma dan rasa takut para petani bila menggarap bekas lahannya.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
45
c.
Meningkatnya
pendapatan
petani
yang
semula
hanya
mengandalkan panen padi dan palawija, kini meningkat dengan hasil penjualan cabe dan sayuran secara berkala, dua kali seminggu dengan hasil 65 kg dimana per kilo cabe dihargai pedagang Rp 14.000,- (kasus di Kutamalaka dan Montasik). d.
Berkurangnya aksi kejahatan pencurian kayu liar (illegal loging) karena partisipasi masyarakat pedesaan yang melaporkan aksi tersebut ke aparat. (kasus di Lamteuba).
e.
Meningkatnya
akses
pembangunan
dengan
dan
partisipasi
masuknya
masyarakat
pertamina
dalam
melalui
dana
Corporate Sosial Responsibility (CSR) membangun sarana ibadah, sarana kerja dan sarana kesehatan. (kasus di Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara). 2.
Jumlah
lingkungan
masyarakat
rawan
penyalahgunaan
dan
peredaran gelap di daerah perkotaan yang bebas narkoba Yang
dimaksud
dengan
lingkungan
masyarakat
rawan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, menurut Cetak Biru Pemberdayaan Masyarakat (BNN, 2012 : 15-17) adalah lingkungan masyarakat yang memiliki kecenderungan tinggi (rawan) dalam : (1) kasus kejahatan Narkoba;(2) aksi kriminalitas;(3) bandar pengedar Narkoba;(4) kegiatan produksi Narkoba; (5) angka pengguna Narkoba; (6) barang bukti Narkoba; (7) entri point Narkoba; (8) kurir Narkoba. Sedangkan daerah/kawasan perkotaan adalah wilayah administrasi kota baik di ibukota negara, ibukota provinsi dan ibukota kabupaten/kota. Sedangkan yang dimaksud kawasan perkotaan bebas Narkoba adalah kondisi setelah dilakukan pemberdayaan alternatif perkotaan dengan 3 (tiga) kriteria, yaitu : meningkatnya penduduk yang positif menolak Narkoba, penurunan korban Narkoba dan pengungkapan jaringan sindikat Narkoba. Kriteria tersebut diukur melalui 8 (delapan) norma pengukuran sebagai berikut: Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
46
a.
Perbandingan kondisi rawan narkoba per Desember 2013 (dimana 1 s/d 2 kriteria=bebas dan lebih dari 2 kriteria=rawan);
b.
Memiliki
hasil
nyata
keberdayaan
P4GN
(partisipasi
dan
kemandirian) dari masyarakatnya (dimana 1 s/d 2 kegiatan=tidak berdaya dan lebih dari 3 kegiatan=berdaya) c.
Lingkungan
sasaran
menindaklanjuti
dengan
menciptakan
kegiatan-kegiatan positif bagi masyarakat, baik bidang ekonomi, sosial, kesenian dan ketertiban (dimana 1 s/d 2 kegiatan=tidak kondusif dan lebih dari 3 kegiatan=kondusif) Dari 5 lingkungan, yaitu : (a) Komplek Permata Jakarta Barat; (b) Kampung Bali Jakarta Pusat; (c) Kampung Bonang Jakarta Pusat; (d) Kampung Beting Pontianak; (e) Kampung Dalam Pekanbaru; yang disasar dalam output 2013, kemudian dilakukan evaluasi atas 3 kriteria dengan hasil sebagai berikut : Kriteria I :
Kondisi Kerawanan Lingkungan Perkotaan Per Desember 2013 Setelah Dilakukan Prorgam Pemberdayaan
INDIKATOR RAWAN NARKOBA SETELAH PEMBERDAYAAN
5 LINGKUNGAN KOTA (a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(1) Kasus kejahatan Narkoba
3
3
2
3
3
(2) Aksi kriminalitas
2
2
2
3
3
(3) Bandar pengedar Narkoba
4
4
4
4
4
(4) Kegiatan produksi Narkoba
-
-
-
-
-
(5) Angka pengguna Narkoba
4
4
4
4
4
(6) Barang bukti Narkoba
4
4
4
4
4
(7) Entry point Narkoba
3
3
2
3
4
(8) Kurir Narkoba
3
3
3
3
4
Jumlah
23
23
20
24
26
Rata-Rata
2,8
2,8
2,5
3
3,25
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
47
Kriteria II : Kondisi Hasil Nyata Keberdayaan Masyarakat INDIKATOR KEBERDAYAAN P4GN (1) (2) (3) (4) (5) (6)
Berpartisipasi dalam kegiatan Terampil dalam pelatihan Mampu berwirausaha Melaporkan aksi kejahatan Melaporkan korban Narkoba Mengantarkan korban Narkoba
(a) 4 4 2 3 4 4
5 LINGKUNGAN SASARAN (b) (c) (d) 4 4 4 4 4 2 3 4 2 3 4 3 4 4 2 4 4 2
(e) 4 2 2 2 2 2
Jumlah
21
22
24
15
14
Rata-Rata
3.5
3,6
4
2,5
2,3
Kriteria III : Kegiatan Positif Lingkungan Sasaran KEGIATAN POSITIF YANG DIGAGAS MASYARAKAT (1) (2) (3) (4) (5) (6)
Penggiatan kesenian & budaya Keamanan & ketertiban bersama Kegiatan senam bersama Ketrampilan & wirausaha Lomba-lomba di kampung Temu warga & musyawarah
(a) 4 3
5 LINGKUNGAN SASARAN (b) (c) (d) 4 4 2 3 3 2
(e) 2 2
3 2 2 3
3 3 3 3
3 4 4 4
2 2 2 2
2 2 2 2
Jumlah
17
19
20
12
12
Rata-Rata
2,8
3,1
3,2
2
2
Dari hasil analisis 3 kriteria tersebut, ternyata belum tercipta lingkungan bebas Narkoba, meskipun secara fakta pemberdayaan masyarakat telah menunjukkan hal yang positif. Dari kriteria tersebut dapat digambarkan hasil pemberdayaan masyarakat sebagai berikut : a.
Komplek Permata Jakarta Barat, pada kriteria ke-1, kawasan masih rawan; kriteria ke-2 berdaya dan kriteria ke-3 kondusif), artinya belum bebas narkoba.
b.
Kampung Bali Jakarta Pusat; pada kriteria ke-1, kawasan masih rawan; kriteria ke-2 berdaya dan kriteria ke-3 kondusif, artinya belum bebas narkoba.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
48
c.
Kampung Bonang Jakarta Pusat; pada kriteria ke-1, kawasan masih rawan; kriteria ke-2 berdaya dan kriteria ke-3 kondusif, artinya belum bebas narkoba.
d.
Kampung Beting Pontianak ; pada kriteria ke-1, kawasan masih rawan; kriteria ke-2 tidak berdaya dan kriteria ke-3 tidak kondusif, artinya, belum bebas narkoba.
e.
Kampung Dalam Pekanbaru; pada kriteria ke-1, kawasan masih rawan; kriteria ke-2 tidak berdaya dan kriteria ke-3 tidak kondusif), artinya, belum bebas narkoba. Terkait dengan rencana aksi yang disusun oleh masing-masing
lingkungan setelah mengikuti pemberdayaan alternatif masyarakat perkotaan, BNN mengalami kesulitan untuk memonitor secara obyektif kriteria-kriteria tersebut di atas, dikarenakan belum adanya penyusunan NSPK, sehingga evaluasi dan penilaian yang dilakukan masih belum obyektif dan belum didukung data yang lebih akurat dan valid, seperti hasil survey dan laporan monitoring dan evaluasi, indikator keberhasilan dan kegagalan yang seharusnya sudah ada sebelum pelaksanaan program. Adapun
dampak
nyata
dengan
meningkatnya
lingkungan
perkotaan bebas narkoba, antara lain : a.
Menurunnya angka kejahatan tindak pidana narkoba di lokasi yang semula dianggap rawan karena aksi transaksi narkoba dan aksi kejahatan
yang
lainnya,
yang
terbukti
dengan
minimnya
penangkapan karena aksi kejahatan di lokasi. b.
Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan pemain baru pendatang tak dikenal), korban narkoba baru ataupun lama dan informasi seputar modus dan jaringan sindikat di lokasi kepada petugas BNN.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
49
c.
Meningkatnya
kesadaran
keluarga
korban
narkoba
untuk
merawatkan anggota keluarga dan tetangga mereka yang terpapar sebagai korban narkoba ke institusi penerima wajib lapor dan panti rehabilitasi. d.
Meningkatnya
aktifitas sosial dan budaya
yang
positif
di
lingkungan warga yang ditandai dengan tergelarnya acara-acara seni budaya dan aktifitas remaja yang digelar dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat. e.
Meningkatnya
ketrampilan
di
bidang
kewirausahaan
dan
pendapatan masyarakat di lokasi pembinaan, yang ditandai dengan meningkatnya gerai-gerai pelayanan service handphone sebagai hasil dari pembinaan BNN, dimana pendapatan rata-rata Rp 500.000,- s/d 800.000,- per hari. Capaian-capaian tersebut di atas menggunakan formula perhitungan berikut ini: No.
Indikator Kinerja Utama
Formula
Hasil Perhitungan
Keterangan
1.
Jumlah penanam ganja beralih ke usaha legal produktif
=ΣR
52 Orang
2.
Jumlah lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan yang bebas narkoba
=ΣR
-
ΣR = Jumlah Realisasi penanam ganja beralih ke usaha legal produktif ΣR = Jumlah Realisasi lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan yang bebas narkoba
Sumber Data :
6.
Dokumen Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN
Sasaran : Meningkatnya Pelayanan Wajib Lapor Pecandu Narkoba
Wajib lapor berdasarkan PP No. 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika adalah kegiatan melaporkan diri yang dilakukan pecandu narkotika yang sudah cukup umur atau keluarga dan atau orang tua wali dari pecandu narkotika yang belum cukup umur kepada institusi wajib lapor untuk mendapatkan pengobatan dan atau perawatan medis dan sosial. Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
50
Dampak dari pelaksaaan wajib lapor adalah semakin meningkatnya penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan medis dan sosial di berbagai tempat rehabilitasi milik pemerintah atau swasta. Hambatan pelaksanaan wajib lapor yaitu : 1.
Stigma terhadap penyalahguna narkoba,
2.
Ada rasa takut jika mereka melaporkan diri akan menjadi target bagi aparat penegak hukum,
3.
Sebagian pecandu masih merasakan kurangnya manfaat wajib lapor, karena meskipun mereka sudah melapor dan memiliki kartu wajib lapor tetapi masih dapat ditangkap oleh penegak hukum, dan
4.
Masyarakat masih menganggap penyalahguna atau pecandu lebih baik di penjara karena dengan rehabilitasi tidak membuat mereka jera. Langkah-langkah untuk menindaklanjuti kendala tersebut di atas adalah :
1.
Meningkatkan
kegiatan
sosialisasi
mengenai
program
wajib
lapor,
dekriminalisasi dan depenalisasi kepada aparat penegak hukum dan masyarakat, 2.
Peningkatan kualitas SDM yang terkait dengan pelayanan asesmen, dan
3.
Peningkatan pelayanan bimbingan teknis kepada institusi penerima wajib lapor. Untuk mengukur capaian sasaran ini menggunakan 1 (satu) indikator kinerja
utama sebagai berikut: No. 1.
Indikator Kinerja Utama Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program Wajib Lapor di BNN (Pusat Rehabilitasi BNN dan Kantor BNN Pusat)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
Target
Realisasi
%
250 Orang
263 Orang
105%
LAKIP BNN Tahun 2013
51
Sesuai dengan penetapan kinerja, target yang ditetapkan pada tahun 2013 sebanyak 250 orang, terealisasi sebanyak 263 orang (105%) yang mendapat pelayanan wajib lapor melalui Voluntary dan terkait hukum. Capaian tersebut belum dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2012, dikarenakan terjadinya perbedaan indikator kinerja. Norma pengukuran dari indikator kinerja di atas, dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut : 1.
Adanya jumlah penyalah guna dan atau pecandu narkoba yang datang konsultasi mengenai program wajib lapor.
2.
Adanya jumlah penyalah guna dan atau pecandu narkoba yang diassesmen. Hasil yang diperoleh berdasarkan norma di atas adalah:
1.
Penyalah guna yang datang konsultasi mengenai program wajib lapor ke BNN sebanyak 198 orang. (Sumber : rekapitulasi data IPWL).
2.
Penyalah guna /pecandu narkoba yang diassesmen di kantor BNN Pusat dan Pusat Rehabilitasi BNN sebanyak 263 orang. (Sumber : rekapitulasi data IPWL). Peningkatan jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang
mengikuti program wajib lapor didukung oleh peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM). SDM yang melayani wajib lapor pada tahun 2012 berjumlah 8, pada tahun 2013 meningkat menjadi 30 orang (23 orang tim konsul dan 7 orang tim assesmen). Sumber daya manusia yang melayani wajib lapor pada tahun 2012 belum ada spesifikasi tim konsul dan tim asesmen, sehingga pelayanan wajib lapor masih terbatas. Penyalahguna narkoba yang dilayani pada tahun 2012 berjumlah 97 orang, sedangkan pada tahun 2013 berjumlah 263 orang. Dengan demikian terdapat peningkatan jumlah layanan penyalahguna narkoba sebesar 171% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
52
Adapun formula perhitungan capaian indikator sebagai berikut : No.
Indikator Kinerja Utama
Formula
Hasil Perhitungan
Keterangan
1.
Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program Wajib Lapor di BNN (Pusat Rehabilitasi BNN dan Kantor BNN Pusat)
=ΣR
263 Orang
ΣR = Jumlah Realisasi penyalah guna dan/ atau pecandu narkoba yang mengikuti program Wajib Lapor di BNN (Pusat Rehabilitasi BNN dan Kantor BNN Pusat)
Sumber Data :
7.
Dokumen Deputi Bidang Rehabilitasi BNN
Sasaran : Meningkatnya kemampuan lembaga rehabilitasi yang telah sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Untuk mengukur capaian sasaran ini menggunakan 2 (dua) indikator kinerja utama sebagai berikut: No.
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
%
1.
Jumlah lembaga rehabilitasi instansi pemerintah
26 LRIP
26 LRIP
100%
30 LRKM
30 LRKM
100%
yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/SPM 2.
Jumlah
lembaga
rehabilitasi
komponen
masyarakat yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/SPM
Dari tabel di atas dapat dijelaskan capaian indikator kinerja utama sebagai berikut : 1.
Jumlah lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal /SPM Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan pelayanan minimal yang wajib didapatkan oleh pecandu /penyalahguna narkoba, meliputi sistem layanan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kesehatan, pemantauan dan evaluasi.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
53
SPM yang diterapkan pada lembaga rehabilitasi instansi pemerintah dibuat sebagai acuan bagi unit dan atau lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi bagi penyalah guna narkoba. SPM diperlukan untuk melakukan penilaian sistem layanan ketergantungan korban narkoba. Norma pengukurannya dilihat dari kriteria jumlah lembaga yang mengimplementasikan SPM. Penilaian
SPM
dilakukan
pada
lembaga
rehabilitasi
instansi
pemerintah yang telah memperoleh dukungan penguatan pada tahun 2013, berjumlah 221 lembaga, terdiri dari : 40 lembaga rehabilitasi dengan program TC (Therapeutic Community) dan 181 lembaga rehabilitasi dengan program Non TC. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, dari 221 lembaga yang ada, hanya 26 lembaga yang beroperasi sesuai SPM yang telah ditetapkan. Dalam penetapan hasil instrumen SPM, pembobotan dilakukan untuk mengetahui kuadran mutu dari masing-masing lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang dinilai. Dalam instrumen ini, ada lima variabel yang dinilai, yaitu Sistem Layanan, SDM, Sarpras, Kesehatan, serta Pemantauan dan Evaluasi. Proses penilaian dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut: a.
Tahap 1 adalah menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh pada setiap standar dibagi nilai maksimal dalam masing-masing standar, kemudian dikalikan dengan 100% untuk mendapatkan total skor standar (TS), yang dapat dirumuskan sebagai berikut: TS = (Total skor yang diperoleh/Nilai maksimal) x 100% TS : % skor pada masing-masing standar
b.
Tahap 2 adalah menjumlahkan total skor standar (T S) dari masingmasing variabel kemudian dibagi lima (jumlah variabel). Hasil dari tahap 2 menunjukan kuadran mutu dari lembaga tersebut, kuadran mutu dibagi atas dasar keterpenuhan item setiap indikator dengan ketentuan sebagai berikut:
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
54
KUADRAN MUTU A B C
D
INTERPRETASI Unit/lembaga tersebut telah memenuhi 76-100% dari standar yang telah ditetapkan. Unit/lembaga rehabilitasi dapat dijadikan role model bagi unit/lembaga lain Unit/lembaga tersebut memenuhi 51% - 75% dari standar yang telah ditetapkan. Unit/lembaga tersebut sudah memenuhi standar pelayanan Unit/lembaga tersebut hanya memenuhi 26% - 50% dari standar yang telah ditetapkan. Unit/lembaga tersebut merupakan prioritas utama yang memerlukan dukungan tergantung dari variabel masing-masing sesuai kebutuhan unit/lembaga tersebut Lembaga tersebut hanya dapat memenuhi 0% - 25% atau kurang dari standar yang telah ditetapkan. Unit/lembaga tersebut merupakan prioritas utama yang memerlukan dukungan tergantung dari variabel masing-masing sesuai kebutuhan unit/lembaga tersebut
Adapun ke-26 lembaga dan lokasinya sebagai berikut: No. 1. 2. 3.
Lembaga
Provinsi
Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang II RSJ Sambang Lihum RSJ Aceh Balai Besar Rehabilitasi
Jawa Tengah Kalimantan Selatan DI Aceh
5.
Balai Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra Lembang Bandung
Jawa Barat
6.
PSPP Insyaf Medan
Sumatera Utara
7.
Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta
DIY
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18 19. 20. 21. 22.
Sumatera Barat Sumatera Selatan
23.
RSJ Padang PSMP Dharmapala Palembang Puskesmas Kampung Bali Puskesmas Kalideres Puskesmas Gondrong Puskesmas tamalate Puskesmas Kassi-kassi Rumah sakit Bhayangkara Palembang Puskesmas Merdeka Rumah Sakit Bhayangkara Aceh Puskesmas Pidie Puskesmas Senapelan Rumah Sakit Bhayangkara Kalsel Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Puskesmas Tanjung Pinang Puskesmas Dupak
24.
Puskesmas Tenggilis
25.
RSKD Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
26.
Puskesmas Padang Bulan Prov. Sumut
Sumatera Utara
3. 4.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
DKI Jakarta Banten Sulawesi Selatan Sumatera Selatan Aceh Riau Kalimantan Selatan Jawa Barat
Jawa Timur
LAKIP BNN Tahun 2013
55
Capaian tersebut belum dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2012, dikarenakan terjadinya perbedaan indikator kinerja. Hambatan
dan
permasalahan
yang
dihadapi
lembaga
dalam
melaksanakan pelayanan sesuai SPM : dinilai dari sistem layanan belum ada standar operasional procedure (SOP) dalam melayani para penyalah guna narkoba; dinilai dari SDM, masih minimnya pengetahuan dan pemahaman petugas pelaksana lembaga rehabilitasi instansi mengenai SPM serta kurangnya kuantitas dan kualitas SDM lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang mampu memberikan layanan rehabilitasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan; dinilai dari sarana prasarana, belum memadai sesuai dengan standar pelayanan yang sudah ditentukan; dinilai dari kesehatan, tidak ada hambatan dan permasalahan yang dihadapi; dinilai dari pemantauan dan evaluasi, belum adanya sistem pelaporan yang sesuai standar pelayanan. Adapun langkah-langkah antisipatif yang akan dilakukan kedepannya adalah : a.
Pembinaan dan bimbingan teknis yang lebih optimal kepada lembaga rehabilitasi instansi pemerintah mengenai Standar Pelayanan Minimal yang meliputi peningkatan kemampuan dalam penyusunan SOP, peningkatan kemampuan SDM secara berkala dan berkesinambungan, memberikan dukungan sarana prasarana dalam menjalankan program rehabilitasi narkoba dan peningkatan kemampuan dalam pelaksanaan sistem pelaporan.
b.
Peningkatan kerja sama dan koordinasi lintas sektoral khususnya antara lembaga rehabilitasi instansi pemerintah dengan BNNP/BNNK/Kota dan pemerintah daerah dalam rangka penguatan lembaga rehabilitasi bagi penyalahguna narkoba.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
56
2.
Jumlah lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal /SPM Norma pengukuran dalam menentukan lembaga-lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang sudah beroperasi sesuai SPM yang dilakukan secara periodik dengan menggunakan instrumen/alat ukur yang telah disusun BNN. Standar yang dinilai meliputi standar kelembagaan, standar pelayanan dan standar monitoring dan evaluasi. Hasil yang diperoleh berdasarkan norma di atas: Pada tahun 2013, BNN telah memberikan dukungan penguatan kepada 82 lembaga rehabilitasi komponen masyarakat. Dari jumlah tersebut BNN melakukan penilaian atas organisasi, kompetensi petugas, kelengkapan sarana dan prasarana maupun teknis penyelenggaraan rehabilitasi. Dari hasil penilaian tersebut dihasilkan 30 lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang telah menjalankan standar pelayanan minimal (SPM), dengan kategori A berjumlah 9 lembaga, dan kategori B berjumlah 21 lembaga. 30
Lembaga
Rehabilitasi
Komponen
Masyarakat
yang
telah
melaksanakan proses rehabilitasi sesuai Standar Pelayanan Minimal/ SPM adalah : NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
LEMBAGA Sibolangit Center Galatea Medan Caritas PSE Medan/Cordia Medan Plus Ar-Rahman Mitra Mulia Fan Campus Sekar Mawar Rumah Cemara Bandung Yayasan Penuai Indonesia CBU Kamboja Depok Adiksifitas Bina Hati Bambu Nusantara
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
PROVINSI Sumatera Utara
Sumatera Selatan
Jawa Barat
Jawa Timur
LAKIP BNN Tahun 2013
57
NO. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
LEMBAGA
PROVINSI
Rehabilitasi Kunci Siloam Kambal Care Kapeta Galilea Rumah Kasih Serambi Salomo Laras LKKNU Amanat Muda YKP2N Doulus Makasar Yayasan Tanpa Batas Aksi NTB Rumah Dampingan Lentera Siklus Yakita Aceh
DIY DKI Jakarta Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Riau Aceh
Hasil tersebut belum dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2012, dikarenakan terjadinya perbedaan indikator kinerja. Keberhasilan pencapaian sasaran di atas tidak terlepas dari adanya sinergitas dan kerjasama dengan instansi pemerintah terkait, lembaga rehabilitasi komponen masyarakat dan komponen masyarakat lainnya yang bergerak melaksanakan pelayanan rehabilitasi korban penyalah guna narkoba. Hambatan
dan
permasalahan
yang
dihadapi
lembaga
dalam
melaksanakan pelayanan sesuai Standar Pelayanan Minimal/SPM adalah masih terbatasnya pengetahuan dan keterampilan SDM lembaga rehabilitasi komponen masyarakat mengenai SPM dan jumlah SDM yang masih terbatas dalam memberikan layanan rehabilitasi. Demikian juga kapasitas pada lembaga-lembaga rehabilitasi yang ada sangat kurang dibandingkan dengan jumlah korban penyalah guna narkoba yang berada di masyarakat. Adapun langkah-langkah antisipatif yang akan dilakukan kedepannya adalah: 1.
Pembinaan dan bimbingan teknis yang lebih optimal kepada lembaga rehabilitasi komponen masyarakat mengenai Standar Pelayanan Minimal.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
58
2.
Peningkatan kerja sama, koordinasi, sinkronisasi dan integrasi lintas sektoral khususnya antara lembaga rehabilitasi komponen masyarakat dengan BNNP/BNNK dan pemerintah daerah dalam pelayanan rehabilitasi bagi penyalahguna narkoba.
3.
Peningkatan
kemampuan
SDM
lembaga
rehabilitasi
komponen
masyarakat secara berkala. 4.
Peningkatan pemantauan dan evaluasi kepada lembaga rehabilitasi komponen masyarakat secara berkala.
Capaian-capaian tersebut di atas menggunakan formula perhitungan berikut ini: No.
Indikator Kinerja Utama
Formula
1.
Jumlah lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/SPM
=ΣR
Hasil Perhitungan 26 LRIP
2.
Jumlah lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal /SPM
=ΣR
30 LRKM
Sumber Data :
8.
Keterangan ΣR = Jumlah Realisasi lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal /SPM ΣR = Jumlah Realisasi lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal /SPM
Dokumen Deputi Bidang Rehabilitasi BNN
Sasaran : Meningkatnya Penyalah Guna dan/atau Pecandu Narkoba yang Mengikuti Terapi dan Rehabilitasi.
Untuk mengukur capaian sasaran ini menggunakan 2 (dua) indikator kinerja utama sebagai berikut: No.
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
%
1.
Jumlah penyalahguna dan/atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang mengikuti program Terapi dan Rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN % penyalah guna dan /atau pecandu narkoba yang menyelesaikan seluruh program Terapi dan Rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN
980 Orang
1.184 Orang
121%
60%
88%
147%
2.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
59
1.
Jumlah penyalahguna dan /atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang mengikuti program Terapi dan Rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN. Pada indikator kinerja pertama, pengertian penyalahguna dan/ atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang mengikuti program terapi dan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN dapat dilihat dari kriteria/ norma pengukuran sebagai berikut : a.
Orang yang datang ke lembaga rehabilitasi BNN sebagai inisiatif pribadi dan/atau keluarga untuk mengikuti program rehabilitasi (voluntary). Selain itu juga termasuk orang yang harus menjalani rehabilitasi berdasarkan keputusan hakim atau vonis pengadilan (compulsary).
b.
Orang tersebut diterima sebagai residen di lembaga rehabilitasi BNN dan mengikuti program rehabilitasi sampai selesai (complete program) dan/atau tidak selesai. Hasil yang diperoleh berdasarkan norma di atas terdapat 1184 orang
yang mengikuti rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN yang terdiri dari Balai Besar Rehabilitasi BNN di Bogor Jawa Barat, Balai Rehabilitasi BNN di Makassar Sulawesi Selatan dan Balai Rehabilitasi BNN di Samarinda Kalimantan Timur. Dari total 1184 orang yang mengikuti rehabilitasi, dapat klasifikasikan berdasarkan kriteria kedatangan residen di tahun 2013 dalam grafik sebagai berikut : Grafik 5. Perbandingan Persentase Jumlah Compulsary dan Voluntary
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
60
Jumlah 1.184 orang ini juga meliputi residen yang selesai menjalani rehabilitasi
(complete
program)
dan
yang
tidak
menyelesaikannya
disebabkan oleh beberapa alasan yang diantaranya yaitu : a.
Residen yang mengalami kondisi sakit sehingga harus dirujuk ke Rumah Sakit atau tempat rehabilitasi yang berbasis rumah sakit
b.
Residen yang mengalami masalah keluarga yang serius dan tidak bisa diselesaikan selama residen tersebut menjalani rehabilitasi sehingga menganggu proses rehabilitasi itu sendiri
c.
Residen yang memutuskan proses rehabilitasi secara sepihak atau melarikan diri dari program. Capaian penerimaan residen tahun 2013 ini belum dapat dibandingkan
dengan capaian tahun 2012, dikarenakan terjadinya perbedaan indikator kinerja. 2.
Persentase
penyalahguna
dan
/atau
pecandu
narkoba
yang
menyelesaikan seluruh program Terapi dan Rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN. Pada indikator kinerja kedua, pengertian penyalahguna dan/atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang menyelesaikan seluruh program terapi dan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN dapat dilihat dari kriteria/norma pengukuran sebagai berikut : a.
Orang yang telah diterima di lembaga rehabilitasi BNN sebagai residen dan menjalani proses perawatan rehabilitasi sampai selesai.
b.
Rehabilitasi yang dijalani meliputi rehabilitasi medis dan sosial selama 6 bulan perawatan dan dinyatakan selesai oleh lembaga rehabilitasi BNN. Hasil yang diperoleh berdasarkan norma di atas terdapat 88 % atau 861
orang yang memenuhi kedua kriteria/norma pengukuran tersebut. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2012 sebesar 80,9%, maka terdapat kenaikan capaian sebesar 7,1%.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
61
Grafik 6. Persentase residen selesai program rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN
Dari kedua indikator kinerja di atas terdapat kenaikan jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti rehabilitasi dan penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang menyelesaikan program rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya sebaran informasi dan pemahaman masyarakat tentang rehabilitasi bagi penyalah guna dan/atau pecandu narkoba. Selain itu, kapasitas penerimaan penyalah guna dan/atau pecandu narkoba di lembaga rehabilitasi BNN sudah dapat diterima di tiga tempat yaitu Balai Besar Rehabilitasi BNN di Bogor Jawa Barat, Balai Rehabilitasi BNN di Makassar Sulawesi Selatan dan Balai Rehabilitasi BNN di Samarinda Kalimantan Timur. Namun demikian BNN tetap menyadari bahwa proses pemulihan pecandu narkoba adalah proses yang panjang, membutuhkan keseriusan dan disiplin yang tinggi. Proses yang tidak hanya selesai dengan proses rehabilitasi, tetapi juga pasca rehabilitasi (long life journey). Proses rehabilitasi juga tidak hanya melibatkan pribadi individu residen, tapi juga dukungan dari keluarga dan masyarakat sekitar.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
62
Dengan adanya penambahan lembaga rehabilitasi BNN
tetap saja
masih sangat kurang dibandingkan jumlah penyalahguna dan/atau pecandu narkoba yang membutuhkan rehabilitasi. Kapasitas atau daya tampung rehab yang ada juga sewaktu-waktu bisa terjadi over capacity karena lonjakan penerimaan residen. Dari sudut pandang SDM yang ada, sampai saat ini juga belum bisa terpenuhinya rasio ideal antara petugas layanan rehabilitasi dengan residen yang dilayani. Selain itu, masih perlu peningkatan standar layanan dan peningkatan kualitas SDM petugas layanan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN. Capaian-capaian tersebut di atas menggunakan formula perhitungan berikut ini: No.
Indikator Kinerja Utama
Formula
Hasil Perhitungan
Keterangan
1.
Jumlah penyalahguna dan /atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang mengikuti program Terapi dan Rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN
=ΣR
1.184 Orang
2.
% penyalahguna dan /atau pecandu narkoba yang menyelesaikan seluruh program Terapi dan Rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN
=(Σ PGS /Σ PGP*100%)
ΣR = Jumlah Realisasi penyalahguna dan /atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang mengikuti program Terapi dan Rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN - PGS = Penyalahguna Selesaikan Program TR - PGS = Penyalahguna Mengikuti Program TR
Sumber Data :
9.
= (861/979)*100% = 88%
Dokumen Deputi Bidang Rehabilitasi BNN dan Balai Besar Rehabilitasi BNN
Sasaran : Meningkatnya Pelaksanaan Program Pascarehabilitasi Penyalahguna dan/atau Pecandu Narkoba.
Untuk mengukur capaian sasaran ini menggunakan 1 (satu) indikator kinerja utama sebagai berikut: No. 1.
Indikator Kinerja Utama Target Jumlah penyalahguna dan/atau 660 Orang pecandu narkoba yang mengikuti (Tambling, Sebaru, program pascarehabilitasi Makassar,Wakatobi, Samarinda)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
Realisasi 660 Orang
LAKIP BNN Tahun 2013
% 100%
63
Pasca rehabilitasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses rehabilitasi berkelanjutan. Pentingnya pelaksanaan program pasca rehabilitasi adalah untuk membantu mantan penyalahguna narkoba untuk kembali hidup di tengah-tengah masyarakat secara normatif, produktif dan mandiri dan dapat berfungsi secara sosial, sehingga dapat mengurangi stigma negatif dari masyarakat terhadap mantan penyalahguna narkoba dan menambah dukungan masyarakat terhadap proses pemulihan. Jumlah layanan yang telah tersedia pada tahun 2013 berjumlah 10 (sepuluh) layanan. Dengan tempat yang berjumlah sepuluh layanan, BNN baru mampu menampung ±75% dari 861 orang pecandu yang telah selesai menjalani rehabilitasi di Balai Rehabilitasi BNN. Program pascarehabilitasi, yang telah dilaksanakan di tahun 2013 berupa layanan Rumah Dampingan di 7 (tujuh) lokasi, Kegiatan Tematik, Layanan Konservasi kehutanan dan Dukungan Ekonomi Produktif. Norma pengukurannya adalah jumlah tempat layanan program pasca rehabilitasi yang diselenggarakan oleh BNN. Hasil yang diperoleh berdasarkan norma di atas adalah perlu adanya peningkatan jumlah tempat layanan program pasca rehabilitasi dan perubahan indikator kinerja yang disesuaikan dengan sasaran program. Capaian jumlah tempat layanan program pasca rehabilitasi pada tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, dari tiga tempat layanan menjadi sepuluh tempat layanan. Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, indikator kinerjanya adalah jumlah penyalahguna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program pasca rehabilitasi dengan target capaian di tahun 2013 sebesar 100% dengan jumlah penyalahguna/pecandu sebanyak 660 orang. Hasil yang dicapai para mantan penyalahguna narkoba yang mengikuti program pascarehabilitasi yaitu semakin menguatnya kepercayaan diri bagi masing-masing peserta untuk menghadapi kehidupan saat kembali ke lingkungan masyarakat melalui kegiatan rutin seperti relapse prevention, support group, diskusi kelompok, Family Support Group, pemeriksaan urine test, dan konseling Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
64
perubahan perilaku. Selain kegiatan rutin di atas, mantan penyalahguna narkoba juga
diberikan
kegiatan
vokasional
untuk
meningkatkan
pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman sesuai dengan pelatihannya, sehingga mereka dapat produktif dan hidup mandiri. Namun hasil tersebut belum dapat terdata dikarenakan belum adanya sistem monitoring dan evaluasi terhadap produktivitas dan kepercayaan diri dari mantan penyalahguna dan/atau pecandu narkoba yang telah selesai menjalani program pasca rehabilitasi. Berdasarkan capaian pada tahun 2013 belum bisa dibandingkan dengan data awal tahun 2012 dikarenakan adanya perubahan peserta program pasca rehabilitasi yang sebelumnya adalah mantan penyalahguna narkoba secara umum, menjadi mantan penyalahguna narkoba yang telah menyelesaikan program rehabilitasi di balai rehabilitasi BNN. Dalam pelaksanaan program pasca rehabilitasi, terdapat beberapa hambatan dan kendala, diantaranya adalah kurangnya kesadaran dari mantan penyalahguna narkoba mengenai pentingnya program pascarehabilitasi, kurangnya dukungan dari keluarga dan lingkungan, masih sedikitnya lembaga yang menyelenggarakan program pascarehabilitasi serta kurangnya kapasitas sumber daya manusia, dan jenis metode pelayanan pascarehabilitasi di BNN Sehubungan dengan terdapatnya kendala dan hambatan dalam pelaksanaan program pascarehabilitasi seperti yang tersebut di atas maka perlu diambil langkah langkah sebagai berikut : a.
Perlunya peraturan yang mewajibkan setiap penyalahguna yang telah menjalani program rehabilitasi untuk mengikuti program pascarehabilitasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses rehabilitasi berkelanjutan.
b.
Perlunya sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai program pasca rehabilitasi untuk meningkatkan produktivitas dan kemandirian mantan penyalahguna narkoba.
c.
Perlu
didorongnya
lembaga rehabilitasi instansi
pemerintah
maupun
komponen masyarakat untuk menyelenggarakan program rehabilitasi dan pascarehabilitasi secara berkelanjutan. Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
65
d.
Perlu adanya penambahan sumber daya manusia yang profesional dan menguasai berbagai metode pasca rehabilitasi.
e.
Perlunya peningkatan kapasitas pelayanan pascarehabilitasi di BNN dengan menambah jumlah tempat layanan baik layanan rawat inap maupun layanan rawat jalan.
f.
Perlu ditambahnya metode baru dalam pelayanan pascarehabilitasi yang dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan program pasca rehabilitasi.
g.
Perlunya instrumen untuk dapat memonitor dan mengukur keberhasilan program pascarehabilitasi.
h.
Perlu dikembangkan program pascarehabilitasi melalui kerja sama program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk dukungan ketrampilan dan kesempatan kerja mantan penyalahguna dan pecandu narkoba.
i.
Perlu kerja sama dan koordinasi dengan Kementerian terkait dalam program peningkatan ketrampilan mantan penyalahguna dan pecandu narkoba.
Adapun formula perhitungan capaian indikator sebagai berikut : No.
Indikator Kinerja Utama
Formula
Hasil Perhitungan
Keterangan
1.
Jumlah penyalahguna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program pascarehabilitasi
=ΣR
660 Orang
ΣR = Jumlah Realisasi penyalahguna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program pascarehabilitasi
Sumber Data :
Dokumen Deputi Bidang Rehabilitasi BNN
10.
Sasaran
:
Meningkatnya
pengungkapan
tindak
kejahatan
peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika.
Untuk mencapai sasaran tersebut di atas telah ditetapkan indikator kinerja utama sebagai berikut :
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
66
No.
Indikator Kinerja Utama
1.
Jumlah kasus peredaran gelap narkoba yang terungkap
2.
Jumlah tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba yang ditangkap
3.
Jumlah sel jaringan peredaran gelap narkoba yang terungkap
4.
Jumlah nilai asset yang disita dari tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba
Target
Realisasi
%
100 Kasus (64 Pusat + 30 Prov@1 + 3 Prov@2) 206 Tersangka (170 Pusat + 30 Prov@1 + 3 Prov@2) 51 Sel jaringan (18 Pusat + 33 Prov@1) 32, 6 milyar
165 Kasus
165%
420 Tersangka
204%
34 Sel Jaringan 49.466.401. 122
66,7%
152%
Capaian dari masing-masing Indikator Kinerja tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini : 1.
Jumlah kasus peredaran gelap narkoba yang terungkap Berikut gambaran realisasi dari indikator kinerja utama sebagaimana diuraikan di bawah ini: Indikator kinerja Jumlah kasus peredaran gelap narkoba yang terungkap Jumlah
Target Pusat : 64 kasus Daerah : 36 kasus 100 kasus
Realisasi Pusat : 165 kasus Daerah : 112 kasus 277 kasus
Capaian (%) Pusat : 257,8 Daerah : 311,1 277 %
Dari tabel di atas diketahui bahwa secara keseluruhan target yang telah ditetapkan ialah 100 kasus, dengan rincian 64 kasus menjadi BNN pusat dan 36 kasus menjadi target BNN Provinsi se-Indonesia. Target untuk BNN pusat sebanyak 64 kasus dapat direalisasikan sebanyak 165 kasus (257,8%) atau mengalami peningkatan realisasi capaian sebesar 101 kasus (157,8%). Sementara untuk target yang ditetapkan di BNN Provinsi sebanyak 36 Kasus tercapai 112 kasus atau 311,1% atau mengalami peningkatan 211%. Meningkatnya pengungkapan kasus tindak kejahatan narkotika dan prekursor narkotika tersebut karena kecepatan menindaklanjuti informasi dari LAKIP BNN Tahun 2013 Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara 67
masyarakat baik yang langsung maupun melalui call center BNN, adanya dukungan peralatan teknologi intelijen, keakuratan analis dalam menganalisa informasi intelijen, adanya peningkatan kerja sama antar lembaga penegak hukum dan instansi terkait lainnya baik dalam negeri maupun luar negeri. Dukungan kerja sama antar instansi pemerintah dalam pelaksanaan P4GN ini, menandakan semakin baiknya koordinasi antar instansi pemerintah dan sebagai implementasi adanya MoU antara BNN dengan instansi pemerintah dan juga didukung atas implementasi Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Jakstranas P4GN. Grafik 7. Jumlah
capaian pengungkapan
kasus tindak
kejahatan
narkotika dan prekursor narkotika tahun 2011 – 2013.
Grafik capaian kinerja BNN di atas menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Tahun 2011 sebanyak 97 kasus menjadi 120 kasus pada tahun 2012 dan Tahun 2013 sebanyak 165 kasus. 2.
Jumlah tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba yang ditangkap Berikut gambaran realisasi dari indikator kinerja utama sebagaimana diuraikan di bawah ini:
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
68
Indikator kinerja
Capaian (%)
Target
Realisasi
tersangka
Pusat: 170 tersangka
Pusat: 260 tersangka
kejahatan peredaran
Daerah: 36 tersangka
Daerah: 160 tersangka
Daerah:444,4
206 tersangka
420 tersangka
203,8
Jumlah
Pusat:152,9
gelap narkoba yang ditangkap Jumlah
Tabel tersebut di atas menunjukan bahwa pencapaian kinerja, di BNN Pusat melebihi target yang telah ditetapkan yaitu 170 tersangka dan terealisasi 260 tersangka (152,9%) atau terjadi peningkatan pencapaian target kinerja sebanyak 90 tersangka (52,9%). Sementara target yang telah ditetapkan BNN Provinsi sebanyak 36 tersangka dan terealisasi 160 tersangka atau terjadi peningkatan pencapaian kinerja sebanyak 124 tersangka (344,4%). Peningkatan tersebut disatu sisi dipengaruhi oleh semakin banyaknya orang yang berani mengambil resiko terlibat dalam peredaran gelap narkoba karena motivasi mendapatkan uang dalam jumlah besar dan masih lemahnya penegakan hukum terhadap para tersangka. Perolehan capaian penangkapan tersangka kasus narkotika secara signifikan pada tahun 2013
didukung semakin berperannya satuan kerja
BNN di kewilayahan seiring dengan semakin baiknya penataan organisasi BNN di kewilayahan terutama dengan penambahan tenaga penyidik Polri yang dipekerjakan di BNN. Di sisi lain, BNN dihadapkan pada keterbatasan sarana prasarana pendukung, seperti : ruang tahanan (sebagian besar BNNP belum mempunyai ruang tahanan karena kantor masih berstatus kontrak, sehingga harus menitipkan tahanan ke kantor kepolisian setempat), peralatan teknologi belum tersedia, terutama di wilayah pelabuhan tidak resmi dan tidak terjaga (masih banyak jalur tikus yang ditengarai rawan peredaran gelap Narkoba).
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
69
Grafik 8.
Capaian jumlah tersangka tindak kejahatan narkotika dan prekursor narkotika yang tertangkap tahun 2011 – 2013
Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Tahun 2011 sebanyak 157 tersangka menjadi 202 tersangka pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 sebanyak 260 tersangka sementara capaiaan kinerja di BNN Provinsi tahun 2011 dan tahun 2012 belum terdata secara lengkap karena masih dalam proses pembenahan organisasi dikaitkan dengan perekrutan tenaga penyidik dari Polri. 3.
Jumlah sel jaringan peredaran gelap narkoba yang terungkap Berikut gambaran realisasi dari indikator kinerja utama sebagaimana diuraikan di bawah ini:
Indikator kinerja Jumlah sel jaringan peredaran gelap narkoba yang terungkap Jumlah
Target
Realisasi
Capaian (%)
Pusat: 18 Sel jaringan Daerah: 33 Sel jaringan
Pusat: 21 Sel Jaringan Daerah: 13 Sel Jaringan
116,6 39,39
51 Sel Jaringan
34 Sel Jaringan
66,66
Terungkapnya sel jaringan tersebut didasarkan pada pengembangan 420 tersangka yang berhasil ditangkap, setelah para tersangka tersebut dianalisis didapatkan 34 sel jaringan. Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
70
Tabel tersebut di atas menunjukan peningkatan capaian kinerja BNN Pusat dari 18 sel jaringan yang telah ditetapkan terealisasi 21 sel jaringan (116,6 %). Sementara capaiaan kinerja di BNN Provinsi tahun 2011 dan tahun 2012 belum dapat dilaporkan karena masih proses pembenahan. Meningkatnya
keberhasilan
pemetaan
sel
jaringan
sindikat
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika karena didukung peralatan Teknologi Inteljen (TI) yang dimiliki oleh BNN, adanya informasi dari masyarakat baik melalui call center BNN maupun melapor langsung ke petugas BNN, kerja sama antar lembaga penegak hukum dalam negeri dan luar negeri melalui tukar menukar (sharing) informasi serta kerja sama dengan instansi terkait yang sudah berjalan dengan baik. Untuk mempertahankan capaian kinerja tersebut di atas perlu dilakukan upaya-upaya mengefektifkan data base yang ada saat ini untuk pemetaan jaringan sindikat peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika, meningkatkan keakurasian hasil analisis oleh personil analis jaringan, dan mengoptimalkan koordinasi dengan Polri, Bea Cukai, penyedia jasa telekomunikasi dan instansi terkait lainnya. Grafik 9.
Jumlah capaian sel jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika yang terungkap tahun 2011 – 2013
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
71
Grafik capaian kinerja BNN menunjukkan adanya kenaikan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Tahun 2011 sebanyak 10 sel jaringan menjadi 18 sel jaringan pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 sebanyak 34 sel jaringan, sementara capaiaan kinerja di BNN Provinsi tahun 2011 dan tahun 2012 belum terdata dan terlaporkan. 4.
Jumlah nilai asset yang disita dari tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba Berikut gambaran realisasi dari indikator kinerja utama sebagaimana diuraikan di bawah ini:
Indikator kinerja
Target
Realisasi
Capaian (%)
Jumlah nilai asset yang disita dari tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba
32, 6 milyar
49.466.401.122
151,7
Tabel tersebut di atas menunjukan peningkatan capaian kinerja, dari target
nilai
asset
Rp.
32.600.000.000
yang
ditargetkan
terealisasi
Rp.49.466.401.122 (151,7%) atau terjadi peningkatan pencapaian target kinerja sebanyak Rp.16.866.401.122 (51,7%). Capaian tersebut mengalami peningkatan dibandingkan target yang direncanakan semula dikarenakan kecepatan dalam melakukan penelusuran aset para tersangka atau aset yang dikuasai oleh pihak lain yang terkait dengan kejahatan narkotika dan prekursor narkotika, aset tersebut baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak. Selain itu penelusuran aset melalui kerja sama dengan PPATK, Bank Indonesia, Perbankan, Otoritas Jasa Keuangan, dan Penyedia Jasa Keuangan lainnya juga memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penyitaan aset dan BNN telah mengoptimalkan penerapan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika. Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
72
Namun nilai capaian target tersebut bila dibandingkan dengan tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 18,7% yaitu dari 170,4% tahun 2012 menjadi 151,7% pada tahun 2013 sebagaimana tergambar dalam grafik 9 di bawah ini. Grafik 10. Jumlah capaian nilai asset yang disita dari tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba tahun 2012 – 2013
Capaian-capaian tersebut di atas menggunakan formula perhitungan berikut ini: No.
Indikator Kinerja Utama
Formula
Hasil Perhitungan
Keterangan
1.
Jumlah kasus peredaran gelap narkoba yang terungkap Jumlah tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba yang ditangkap
=ΣR
165 Kasus
=ΣR
420 Tersangka
Jumlah sel jaringan peredaran gelap narkoba yang terungkap Jumlah nilai asset yang disita dari tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba
=ΣR
34 Sel Jaringan
=ΣR
49.466.401.122
ΣR = Jumlah realisasi kasus peredaran gelap narkoba yang terungkap ΣR = Jumlah realisasi tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba yang ditangkap ΣR = Jumlah realisasi sel jaringan peredaran gelap narkoba yang terungkap ΣR = Jumlah realisasi nilai asset yang disita dari tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba
2.
3.
4.
Sumber Data :
Dokumen Deputi Bidang Pemberantasan BNN
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
73
11.
Sasaran : Meningkatnya penyitaan narkoba illegal di pintu masuk (Bandara, Pelabuhan dan Border Land).
Sasaran strategis di atas memiliki 1 (satu) indikator kinerja utama sebagai berikut: No. 1.
Indikator Kinerja Utama Jumlah nilai narkoba illegal yang disita di Bandara, Pelabuhan dan Border Land
Target
Realisasi
%
58
262.870.022.500
453,2%
milyar
Berdasarkan tabel di atas, capaian yang diperoleh telah melampaui target yang ditetapkan, dari target Rp. 58.000.000.000 terealisasi Rp.262.870.022.500 (453,2%) atau mengalami peningkatan sebesar Rp.204.870.022.500
(353,2%)
(Nilai capaian tersebut berdasarkan kecenderungan harga di pasaran gelap Narkoba). Peningkatan capaian target di atas dipengaruhi oleh semakin banyaknya barang bukti yang berhasil disita penyidik BNN dan adanya peningkatan nilai narkoba illegal, hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia sudah bukan lagi sebagai negara transit akan tetapi merupakan negara tujuan pemasaran narkoba dan produsen narkoba. Untuk pengendalian wilayah Indonesia dari masuknya narkoba illegal perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi dengan menambah pos pengawasan (out station) dari yang ada saat ini sebanyak 26 titik menjadi 68 titik diberbagai wilayah baik di bandara, pelabuhan laut/perairan, dan lintas batas darat, dengan dilengkapi personil, sarana prasarana, termasuk didalamnya perlu dilakukan peningkatan kerja sama dengan berbagai instansi terkait seperti: Direktorat Jenderal Bea & Cukai, Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai (KPLP), Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Angkasa Pura, Direktorat Jenderal Imigrasi, Kementerian Perhubungan dan Kementerian Luar Negeri serta kerja sama antar penegak hukum baik regional maupun internasional.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
74
Adapun formula perhitungan capaian indikator sebagai berikut : No. 1.
Indikator Kinerja Utama Jumlah nilai narkoba illegal yang disita di Bandara, Pelabuhan dan Border Land
Sumber Data :
Formula
Hasil Perhitungan
Keterangan
=ΣR
262.870.022.500
ΣR=Jumlah realisasi nilai narkoba illegal yang disita di Bandara, Pelabuhan dan Border Land
Dokumen Deputi Bidang Pemberantasan BNN
12.
Sasaran : Meningkatnya pemberian bantuan hukum di Bidang Penyalahgunaan Narkoba.
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mencapai sasaran strategis tersebut di atas adalah : No.
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
%
1.
Jumlah orang yang mendapat pelayanan hukum di bidang P4GN
60 Orang
35 Orang
58%
Pemberian bantuan hukum bidang P4GN dilaksanakan dalam 2 (dua) layanan yaitu litigasi dan non litigasi. Bantuan hukum litigasi berkaitan dengan adanya upaya pembelaan hukum terhadap penegak hukum di lingkungan BNN dalam menghadapi tuntutan dari pihak luar, sedangkan bantuan hukum non litigasi merupakan bentuk layanan yang dilaksanakan terhadap masyarakat dalam hal permohonan rehabilitasi bagi pecandu dan korban penyalahgunaan Narkotika dan juga terhadap aparat penegak hukum dalam rangka menyamakan persepsi, terkait pemberian rehabilitasi terhadap pecandu/korban penyalahgunaan Narkotika yang dalam proses peradilan. Bantuan hukum tersebut dimaksudkan untuk mendorong aparat penegak hukum dapat mewujudkan amanat UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika terutama hal yang menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna dan pencandu Narkotika, sehingga hak para pecandu dan korban penyalahgunaan Narkotika untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan melalui rehabilitasi baik medis maupun sosial dapat terpenuhi.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
75
Adapun norma yang dijadikan alat ukur dalam menilai keberhasilan capaian pemberian bantuan hukum adalah sebagai berikut: a.
Pemberian layanan bantuan hukum kepada aparat penegak hukum.
b.
Inisiatif untuk memberikan bantuan hukum kepada aparat penegak hukum melalui sharing informasi.
c.
Jumlah aparat penegak hukum yang menempatkan tersangka atau terdakwa penyalahgunaan narkotika ke tempat rehabilitasi.
d.
Permintaan bantuan hukum dari aparat penegak hukum. Pada tahun 2013, bantuan hukum non litigasi diberikan kepada aparat
penegak hukum tindak pidana narkoba sebanyak 141 orang dari target 60 (enam puluh) orang. Dari 141 aparat tersebut yang telah memiliki persamaan persepsi dalam penerapan pasal 54, pasal 55, pasal 103 dan pasal 127 sebanyak 31 orang, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pecandu yang memperoleh putusan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi Lido yang berasal dari berbagai daerah. Sedangkan yang mendapatkan bantuan hukum litigasi sebanyak 4 orang, sehingga total jumlah capaian secara keseluruhan dari target 60 (enam puluh) orang tercapai 35 orang (58%). Adapun penyebab tidak mencapai target disebabkan: a.
Paradigma mengenai pecandu adalah orang sakit dan perlu mendapatkan rehabilitasi masih belum sepenuhnya disepakati oleh lintas aparat penegak hukum (Penyidik, Jaksa, dan Hakim).
b.
Belum maksimalnya penerapan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dikarenakan masih kurangnya pemahaman lintas aparat penegak hukum dalam menerapkan pasal-pasal khususnya Pasal 54, 55, 127 serta peraturanperaturan pelaksanaan terkait dengan rehabilitasi, baik di tingkat penyidikan, penuntutan sampai kepada putusan pengadilan.
c.
Ego sektoral dari masing-masing lintas instansi penegak hukum yang berkeinginan untuk menghukum pecandu, penyalahguna dan korban penyalahguna dengan hukuman penjara.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
76
Adapun langkah-langkah antisipatif untuk memaksimalkan pelaksanaan bantuan hukum dan untuk mengatasi faktor penyebab dan kendala tersebut maka dilaksanakan peningkatan kerjasama tentang penanganan pecandu dengan melibatkan instansi penegak hukum dan instansi terkait lainnya dengan maksud untuk menyamakan persepsi lintas aparat penegak hukum. Sehingga tujuan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika khususnya dalam Pasal 54, 55, dan Pasal 127 dapat terlaksana secara maksimal. Disamping itu, langkah lain yang akan ditempuh yaitu meningkatkan koordinasi yang lebih intens dengan lintas aparat penegak hukum dan membuat aturan bersama lintas aparat penegak hukum dengan melibatkan Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, dan BNN dalam hal penanganan pecandu narkoba untuk mendapatkan rehabilitasi. Adapun formula perhitungan capaian indikator sebagai berikut : No. 1.
Indikator Kinerja Utama
Formula
Hasil Perhitungan
Keterangan
Jumlah orang yang mendapatkan pelayanan hukum di bidang P4GN
=ΣR
35 Orang
ΣR=Jumlah realisasi orang yang mendapatkan pelayanan hukum di bidang P4GN
Sumber Data :
Dokumen Deputi Bidang Hukum dan Kerjasama BNN
Sasaran : Meningkatnya tindak lanjut pelaksanaan MOU antara
13.
BNN dengan organisasi pemerintah dan non-pemerintah Dalam dan Luar Negeri.
Sasaran strategis tersebut di atas memiliki indikator sebagai berikut: No.
Indikator Kinerja Utama
Target
Realisasi
%
1.
% tindak lanjut pelaksanaan MoU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan non pemerintah Dalam dan Luar Negeri
50%
84%
168%
Alasan penetapan indikator tersebut oleh karena semakin meningkatnya ke inginan
dari
berbagai
mengimplementasikan
organisasi
pemerintah
dan
non
pemerintah
kebijakan pemerintah dalam upaya P4GN seiring dengan
dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan
dan
Strategi
Nasional
Pencegahan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
dan
Pemberantasan
LAKIP BNN Tahun 2013
77
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2011 – 2015. Di samping itu juga dimaksudkan untuk menaungi kerjasama dengan luar negeri serta mendorong organisasi pemerintah dan non-pemerintah melaksanakan program P4GN dengan payung penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU). Di tingkat Kementerian/Lembaga (K/L) telah terdata sebanyak 49 K/L yang melaksanakan program P4GN. Sedangkan organisasi non pemerintah dalam implementasi kebijakan tersebut lebih pada menggandeng BNN secara bersamasama melaksanakan program P4GN melalui permintaan narasumber sekaligus melaksanakan test urine, sedangkan dengan Luar Negeri dimaksudkan untuk mempererat dukungan kerjasama yang saling menguntungkan dalam hal pertukaran informasi dan penegakkan hukum. MoU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan non pemerintah dalam dan luar negeri tersebut berdasarkan atas kriteria kesepakatan bersama yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak di bidang P4GN berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas, sinergi, itikad baik, mengutamakan kepentingan nasional, persamaan kedudukan, transparansi, keadilan dan kepastian hukum dalam mewujudkan Indonesia bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Kerja sama yang diperkuat dengan penandatangan MoU tahun 2013 sebanyak 31 MoU terdiri dari: MoU dengan organisasi pemerintah dalam negeri sebanyak 13 (tiga belas) MoU, MoU dengan organisasi non-pemerintah Dalam Negeri sebanyak 15 (lima belas) MoU, dan MoU dengan organisasi pemerintah Luar Negeri sebanyak 3 (tiga) MoU. Dari 31 MoU yang dilaksanakan pada tahun 2013, terdapat 26 MoU yang ditindaklanjuti. Sedangkan pada tahun 2012, ada 22 MoU yang seluruhnya ditindaklanjuti. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012, terdapat peningkatan jumlah MoU sebesar 40,9%, sedangkan untuk jumlah MoU yang ditindaklanjuti meningkat sebesar 18,2%. Data tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
78
Grafik 11. Perbandingan MoU dan tindak lanjutnya Tahun 2012 – 2013
No Kategori 1 Total MoU 2 Total Tindak Lanjut
2012 22 22
2013 31 26
% Meningkat 40,9% 18,2%
Adapun formula perhitungan capaian indikator sebagai berikut : No.
Indikator Kinerja Utama
Formula
Hasil Perhitungan
Keterangan
1.
Persentase tindak lanjut
=(Σ Mou TL / Σ Mou)*100%
= (26/31)*100
Σ Mou TL=Jumlah Mou
= 84%
Yang ditindaklanjuti
pelaksanaan MOU antara BNN dengan organisasi
Σ Mou =Jumlah Total
pemerintah
Mou
dan
pemerintah Dalam
nondan
Luar Negeri Sumber Data :
Dokumen Deputi Bidang Hukum dan Kerja sama BNN
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
79
B.
Akuntabilitas Keuangan Tahun 2013 Tahun
2013
BNN
mendapat
alokasi
anggaran
sebesar
Rp.
1,154,503,065,000,- (Satu Triliun Seratus Lima Puluh Empat Milyar Lima Ratus Tiga Juga Enam Puluh Lima Ribu Rupiah) dengan rincian sebagai berikut: SUMBER DANA
APBN
Dana Hibah
JENIS BELANJA
PAGU (Rp)
REALISASI (Rp)
SISA (Rp)
%
51
Belanja Pegawai
201,761,862,000,-
197,519,611,314,-
4,242,250,686,-
97.90%
52 53
Belanja Barang Belanja Modal
634,250,641,000,296,403,604,000,-
568,911,502,422,264,950,100,623,-
65,339,138,578,31,453,503,377,-
89.70% 89.39%
57
Belanja Bantuan Sosial
52
Belanja Barang
53
Belanja Modal TOTAL
100,000,000,-
100,000,000,-
0,-
100.00%
17,095,720,000,-
17,072,075,747,-
23,644,253,-
99.86%
4,891,238,000,-
4,867,848,230,-
23,389,770,-
99.53%
1,154,503,065,000,-
1,053,421,138,336,-
101,081,926,664,-
91.24%
Anggaran tersebut dialokasikan untuk mendukung 2 program yaitu: 1.
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya BNN, dengan PAGU sebesar Rp. 345.439.348.000,Realisasi anggaran program ini sebesar Rp. 306,330,520,623 (89%). Tidak
terserapnya
manajemen
dan
seluruh
anggaran
pelaksanaan
tugas
untuk teknis
program lainnya
dukungan BNN
tidak
mengurangi capaian kinerja, target sasaran sudah tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan. Penyebab tidak terserapnya anggaran disebabkan adanya sisa dari pelelangan barang dan jasa serta efisiensi kegiatan langganan daya dan jasa, dan pengeluaran kegiatan dilakukan se-efisien mungkin. Grafik 12. Realiasi Anggaran Program Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
80
2.
Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap
Narkoba,
dengan
PAGU
sebesar
Rp.
809.063.717.000,Realisasi anggaran program ini sebesar Rp. 747.090.617.713,- (92%). Tidak terserapnya seluruh anggaran untuk Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba, akibat adanya efisiensi pengadaan barang dan jasa serta sisa lelang pembangunan gedung kantor BNNP dan BNNK/Kota, sisa anggaran tidak mengakibatkan capaian output yang direncanakan tidak tercapai. Grafik 13. Realiasi
Anggaran
Program
Pencegahan
dan
Pemberantasan Peredaran Gelap Narkoba
Tahun anggaran 2013, BNN menambah pembangunan kantor di 4 Provinsi yaitu : Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Tenggara, dan Kalimatan Tengah serta 19 Kantor BNNK/Kota yaitu : Kabupaten Bireuen, Kabupaten Asahan, Kabupaten Mandailing Natal, Kota Jambi, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Batang, Kabupaten Purbalingga, Kota Kediri, Kabupaten Blitar, Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso, Kota Bitung, Kota Gorontalo, Kabupaten Badung, Kabupaten Sumbawa Barat, Kota Tual, Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Utara.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
81
Grafik 14. Realiasi Anggaran BNN tahun 2013
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
82
BAB IV PENUTUP
Laporan akuntabilitas Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2013 merupakan perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, kebijakan, program, dan kegiatan BNN sebagai pelayanan publik. Secara umum dapat disimpulkan bahwa BNN, telah dapat merealisasikan berbagai capaian
melalui
implementasi
Program
Pencegahan
dan
Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba sebagaimana yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja, untuk mencapai tahapan pembangunan jangka menengah tahun 2010-2014. Tugas mulia yang diemban BNN adalah mewujudkan masyarakat Indonesia bebas dari bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, tugas tersebut merupakan pekerjaan besar yang mustahil mampu dilakukan oleh BNN sendiri. Peran serta masyarakat secara aktif yang didukung kesungguhan jajaran penyelenggara negara dan penegak hukum, baik di tingkat pusat maupun daerah, merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan harapan tersebut. Hal ini disebabkan masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba merupakan penyakit masyarakat yang
penanganannya pun harus melibatkan seluruh komponen
masyarakat bangsa dan negara. Terkait dengan capaian yang disajikan dalam LAKIP ini, merupakan realisasi kinerja dari 5 (lima) pilar BNN yaitu: 1) Bidang Pencegahan BNN 2) Bidang Pemberdayaan Masyarakat 3) Bidang Rehabilitasi 4) Bidang Pemberantasan, dan 5) Bidang Hukum dan Kerjasama BNN serta pendukung lainnya yang berpengaruh terhadap pencapaian keberhasilan tugas BNN yang menghadapi permasalahan yang kompleks di bidang P4GN. Capaian Kinerja BNN Pada tahun 2013 menggunakan pengukuran kinerja dilakukan berdasarkan sasaran strategi, indikator kinerja, Target, Realisasi dan capaiannya. kegiatan yang diprioritaskan, ada
13 Sasaran Strategis dan 21
Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja BNN.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
83
Secara kualitas capaian kinerja BNN tahun 2013, sudah lebih meningkat dibanding dengan Tahun 2012, kenaikan kualitas kinerja ini, dipengaruhi tingkat kematangan secara organisasi yang telah menginjak tahun ke 4, pasca pemberlakuan UU Nomor 35 Tahun 2009. Sangat disadari bahwa Laporan Akutabilitas ini belum sempurna seperti yang diharapkan,
namun
setidaknya
masyarakat
dan
berbagai
pihak
yang
berkepentingan (stakeholders) dapat memperoleh gambaran kinerja yang telah dilakukan oleh jajaran BNN sepanjang tahun 2013. Capaian kinerja BNN tahun 2013, telah dilakukan dengan berbagai upaya yang optimal untuk mencapai target sebagaimana yang tetapkan dalam Rencana Strategis BNN.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
84
LAMPIRAN PENGUKURAN KINERJA BNN TAHUN 2013 SASARAN STRATEGIS (OUTCOME) Meningkatnya siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba Meningkatnya siswa, mahasiswa, dan pekerja sebagai kader anti narkoba yang memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba Meningkatnya peranan instansi pemerintah dan swasta dalam mendukung pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
Terciptanya lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja bebas narkoba
INDIKATOR OUTCOME
TARGET
REALISASI
%
PROGRAM
% siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti penyuluhan memiliki sikap menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba
90%
85%
94%
P4GN
% kader siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
90%
74%
% peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi Inpres12/2011) % peningkatan Instansi Swasta yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi Inpres12/2011) % peningkatan lingkungan pendidikan (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba % peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba
10%
ANGGARAN
%
PAGU 88,296,526,000
REALISASI 83,170,708,235
94.2%
82%
41,137,272,000
38,001,664,518
92.4%
2,5
25%
11,351,428,000
10,768,795,956
94.9%
10%
NA
-
8,001,584,000
7,505,337,520
93.8%
10%
9,5
95%
27,117,078,000
25,714,182,944
94.8%
10%
8,9
89%
19,240,603,000
18,404,853,963
95.7%
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
85
SASARAN STRATEGIS (OUTCOME) Terciptanya lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan dan pedesaan bebas narkoba Meningkatnya Pelayanan Wajib Lapor Pecandu Narkoba Meningkatnya Pelayanan Wajib Lapor Pecandu Narkoba Meningkatnya kemampuan lembaga rehabilitasi yang telah sesuai standar pelayanan minimal (SPM) Meningkatnya penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti terapi dan rehabilitasi
Meningkatnya pelak-sanaan program pascarehabilitasi penyalahguna dan/atau pecandu narkoba Meningkatnya pengungkapan tindak kejahatan peredaran gelap narkoba
REALISASI
%
65 Orang
52
3 Lingkungan Masyarakat Perkotaan
INDIKATOR OUTCOME
TARGET
Jumlah penanam ganja yang beralih ke usaha legal produktif Jumlah lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan yang bebas narkoba
PROGRAM
ANGGARAN
%
80%
PAGU 4,626,415,000
REALISASI 3,887,577,584
84.0%
0 Lingkungan Masy Kota
0
6,056,763,000
5,194,258,785
85.8%
250 Orang
263 Orang
105%
12,919,222,000
9,589,194,930
74.2%
26 LRIP
26 LRIP
100%
7,884,256,000
6,458,161,569
81.9%
30 LRKM
30 LRKM
100%
10,938,680,000
10,717,030,920
98.0%
980 Orang
1184
121%
51,786,264,000
46,926,185,800
90.6%
60%
88%
147%
Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program pascarehabilitasi
660 (Tambling, Sebaru, Makassar, Wakatobi, Samarinda)
660
100%
11,066,008,000
8,338,702,346
75.4%
Jumlah kasus peredaran gelap narkoba yang terungkap
100 Kasus (64 Pusat + 30 Prov@1 +3 Prov@2) 206 Tersangka (170 Pusat + 30 Prov @1 + 3 Prov@2)
165 Kasus
165%
13,061,635,000
12,209,791,810
93.5%
420 Tsk
204%
Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program Wajib Lapor di BNN (Pusat Rehabilitasi BNN dan Kantor BNN Pusat) Jumlah lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/SPM Jumlah lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/SPM Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang mengikuti program Terapi dan Rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN % Penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang menyelesaikan seluruh program terapi dan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN
Jumlah tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba yang ditangkap
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
86
SASARAN STRATEGIS (OUTCOME)
REALISASI
%
34 Sel
66,7%
51,930,056,000
47,375,488,546
91.2%
49.466
152%
3,440,170,000
2,862,902,400
83.2%
58 Milyar
262.870 022.500
453%
16,256,426,000
14,843,186,505
91.3%
Jumlah orang yang mendapatkan pelayanan hukum di bidang P4GN
60 Orang
35 Orang
58%
1,053,757,000
903,633,600
85.8%
Persentase tindaklanjut pelaksanaan MOU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan nonpemerintah Dalam dan Luar Negeri
50%
84
168%
4,614,415,000
3,739,909,525
81.0%
INDIKATOR OUTCOME Jumlah sel jaringan peredaran gelap narkoba yang terungkap
Meningkatnya penyi-taan narkoba illegal di pintu masuk (bandara, pelabuhan, dan border land) Meningkatnya pemberian bantuan hukum di Bidang Penyalahgunaan Narkoba Meningkatnya tindaklanjut pelaksana-an MOU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan non-pemerintah Dalam dan Luar Negeri
Jumlah nilai aset yang disita dari tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba Jumlah nilai narkoba ilegal yang disita di bandara, pelabuhan, dan border land
TARGET 15 Sel Jaringan (18 Pusat + 33 Prov@1) 32,6 Milyar
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
PROGRAM
ANGGARAN
LAKIP BNN Tahun 2013
%
87
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara
LAKIP BNN Tahun 2013
88