Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN EDISI XI - 2014
2 SINAR BNN EDISI XI - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
dariredaksi
Pelindung DR. Anang Iskandar, SiK,SH,MH Penasehat Drs. Nicolaus Eko Riwayanto, PGD, MSc Drs. Taufik
Dewan pengarah Dr. Antar MT. Sianturi, AK.MBA. Drs. Bachtiar HT. SH.MH dr. Diah Setia Utami SpKJ, MARS Drs. Deddy Fauzi Elhakim Drs. Ahwil Luthan Dewan Redaksi Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si, Ir. Eswe Andrisias Tanpas, DR. Sulastiana, SIP, SH, M.Si, Adikta Suryaputra, SH. Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si Redaktur Pelaksana Eswe Andrisias Tanpas Redaktur DR. Sulastiana, SIP, SH, M.Si Adikta Suryaputra, SH Reporter Ari L, Vidya, Budi, FOTOGRAFER Iyan Fauzi Alamat Redaksi Gedung Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia Jl. MT. Haryono No. 11, Cawang, Jakarta Timur Telp. 021 - 80871556, 80871557 Fax. 021 - 80852525, 80871591, 80871592 Design Grafis/Layout tanpas design Percetakan CV. Viva Tanpas
Majalah SINAR bisa diunduh di : www.indonesiabergegas.com
Sinyal Tegas dari Bapak Presiden
P
residen Joko Widodo menginstruksikan Kementerian Hukum dan HAM untuk menindak tegas para bandar narkoba yang kini berada di penjara. Menteri Hukum dan HAM Yasonna Hamonangan Laoly mengaku telah membahas hal ini bersama Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek, Kapolri Jenderal Sutarman dan juga kepala BNN Komjen DR. Anang Iskandar terkait hukuman mati bagi para bandar narkoba. Sinyal dari Presiden itu memaksa para jajaran untuk bertindak tegas. Menkumham bersama Menkes, BNN dan Polri telah melakukan rapat kabinet, sinyalnya mereka akan bertindak tegas kepada bandar narkoba, setidaknya sudah ada 68 narapidana yang akan dihukum mati. Esekusi hukuman mati yang akan dilakukan terhadap para bandar narkoba tersebut sedang menunggu kebijakan Presiden. Saat ini Indonesia dalam kasus narkoba sudah masuk darurat nasional. Presiden mengambil kebijakan yang tepat, karena presiden sendiri sudah mengatakan bahwa masalah narkoba sudah menjadi darurat nasional, karena saaat ini sudah ada 4,2 juta pengguna dan diperkirakan akan mengalami peningkatan sekitar 5,8 juta kalau tidak segera diatasi dan sekarang berapa yang meninggal tiap harinya. Tingginya resiko angka kematian narkoba tersebut bisa menjadi tolak ukur untuk menjatuhkan hukuman mati pada bandar narkoba. Pada intinya pengedar narkoba akan ditindak tegas. Saat menggelar audensi dengan Presiden Jokowi, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol DR. Anang Iskandar juga diminta oleh presiden untuk memberantas bisnis narkoba di Lapas. Bukan hanya itu, Presiden Jokowi juga meminta pemberantasan narkoba segera diintensifkan, dan ditangani dalam waktu dekat. Segera mengambil langkah-langkah. Pemberantasan diintensifkan, dan masalah rehabilitasi juga diintensifkan. Atas perintah tersebut, Kepala BNN DR. Anang Iskandar, akan menargetkan menangkap gembong narkoba. Termasuk para gembong yang masih menjalankan bisnis narkobanya di dalam lapas. Target yang dibebankan pada BNN menangani masalah gembong narkoba yang dihukum, tetapi masih bisa menjalankan bisnis narkobanya. Bahkan Kejaksaan Agung sekarang sedang menyiapkan berbagai perangkat untuk melaksanakan eksekusi mati terhadap lima terpidana mati yang dipastikan akan dieksekusi bulan ini. Semoga ini bisa membuat efek jera bagi bandar narkoba. PEMIMPIN REDAKSI
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 3 EDISI XI - 2014
daftar isi LIPUTAN UTAMA : Jokowi Minta Bandar Narkoba............................ 5
Pemasok Narkoba Terbanyak..............................8 BNN Bakar 8 ton Ganja...................................... 9 Indonesia Targetkan....................................... 10
LIPUTAN UTAMA
ASEAN Sepakat Perlu Paradigma Baru Pengedar Narkoba.......................................... 11
Permasalahan narkotika telah menjadi ancaman global tanpa kecuali termasuk regional ASEAN. Isu super berat ini menuntut masing-masing negara di ASEAN untuk meningkatkan kewaspadaan dan kerja sama yang lebih kuat sehingga dapat menyelesaikan permasalahan narkoba secara maksimal. Para menteri ASEAN yang membidangi masalah narkotika setuju pentingnya paradigma baru yang mengusung keseimbangan antara penekanan demand dan supply narkoba secara ideal............................................................... 6
Jokowi Minta BNN.......................................... 12 Ada Perubahan Paradigma.............................. 13 Rutan dan Lapas............................................ 14 Lima Terpidana Mati....................................... 15
LIPUTAN KEGIATAN
Perempuan Pengedar................................... 38 Lapor Diri................................................... 39 Latih Mantan Pecandu................................. 40 Menkum Ham Heran.................................... 41
LINTAS SEKTORAL Agar Tidak Terjeat Sindikat.............................. 16 Ahok Akan Bangun......................................... 17 Anak Usia Dini.............................................. 18 BNN Akan Berdayakan................................... 19 BNN Tantang Jaksa Agung............................... 20 Pengguna Narkoba......................................... 21 MoU dengan Portugal.................................... 22 Pengguna Narkoba di Seluruh ........................ 23
LIPUTAN KEGIATAN Upaya TNI..................................................... 24 Sindikat Narkoba........................................... 25
SIRAMAN ROHANI
Rahasia Umur Manusia................................53
TESTIMONI
Tuhan Memberi.......................................... 54
AKSI WARGA BNN Gandeng BNP2TKI....................................... 27 Waketum PAN................................................... 28
ARTIKEL Rumah Dampingan............................................ 30
LIPUTAN KEGIATAN
Rumah Ibadah................................................... 32 Ketatkan Pelabuhan.......................................... 33 BNN Rangkul Pelajar......................................... 34 Ini Alasan Jokowi.............................................. 35
ARTIKEL
Kisah Tragis..................................................... 36
4 SINAR BNN EDISI XI - 2014
Redaksi menerima tulisan dengan syarat: Panjang tulisan 2 halaman kuarto diserta foto minimal 2 lembar. Dilengkapi identitas dan alamat jelas. Kami juga menerima kritik dan saran dari pembaca.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Jokowi Minta Bandar Narkoba Ditindak Tegas
P
residen Joko Widodo menginstruksikan Kementerian Hukum dan HAM untuk menindak tegas para bandar narkoba yang kini berada di penjara. Menteri Hukum dan HAM Yasonna Hamonangan Laoly mengaku telah membahas hal ini bersama Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek, Kapolri Jenderal Sutarman dan juga kepala BNN Komjen DR. Anang Iskandar terkait hukuman mati bagi para bandar
narkoba. “Sinyal dari Bapak Presiden mereka akan kita tindak tegas. Kami bersama Menkes, BNN dan Polri telah melakukan rapat kabinet, sinyalnya kami akan bertindak keras bandar narkoba setidaknya sudah ada 68 narapidana yang akan dihukum mati,” kata Yasonna di LP Cipinang, Jakarta Timur, belum lama ini. Menurut Yasonna eksekusi hukuman mati yang akan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
dilakukan terhadap para bandar narkoba tersebut sedang menunggu kebijakan Presiden. Saat ini Indonesia dalam kasus narkoba sudah masuk darurat nasional. “Kami lihat nanti presiden yang mengambil kebijakan. Karena bapak presiden sendiri sudah mengatakan narkoba sudah menjadi darurat nasional, ada 4,2 juta pengguna yang akan meningkat menjadi 5,8 juta kalau tidak segera
diatasi dan sekarang berapa yang meninggal tiap harinya,” jelasnya. Dikatakan Yasonna, tingginya risiko angka kematian narkoba tersebut bisa menjadi tolak ukur untuk menjatuhkan hukuman mati pada bandar narkoba. “Pada intinya pengedar narkoba akan kami tindak tegas. Saya kira sekarang ini sudah ada kejagung sebagai langkah tindak lanjut dari pemerintah,” tandasnya. (pas) SINAR BNN 5 EDISI XI - 2014
liputanutama
ASEAN Sepakat
Perlu Paradigma Baru Penanganan Narkoba P
ermasalahan narkotika telah menjadi ancaman global tanpa kecuali termasuk regional ASEAN. Isu super berat ini menuntut masingmasing negara di ASEAN untuk meningkatkan
6 SINAR BNN EDISI XI - 2014
kewaspadaan dan kerja sama yang lebih kuat sehingga dapat menyelesaikan permasalahan narkoba secara maksimal. Para menteri ASEAN yang membidangi masalah narkotika setuju
pentingnya paradigma baru yang mengusung keseimbangan antara penekanan demand dan supply narkoba secara ideal. Sebagai upaya bersama ASEAN dalam meningkatkan upaya
penanggulangan masalah narkoba, telah dibentuk sebuah forum khusus di level setingkat kementerian yang menangani permasalahan narkoba yang disebut dengan ASEAN Ministerial Meeting on Drug Matters
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama (AMMDM). Pertemuan ini muncul atas prakarsa Thailand yang menilai masalah narkotika telah menjadi ancaman serius. Pertemuan AMMDM tahun ini adalah rangkaian pertemuan ke-3 yang dihadiri Pejabat setingkat Menteri yang membawahi narkotika di wilayah ASEAN. Pertemuan pertama berlangsung di Bangkok – Thailand tahun 2012, dan pertemuan kedua di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam tahun 2013. Pada Pertemuan AMMDM di Brunei Darussalam telah disepakati bahwa Indonesia menjadi penyelenggara AMMDM ke-3 tahun 2014. Pertemuan AMMDM digelar dalam dua hari. Pada hari pertama, seluruh delegasi ASEAN yang terdiri dari para kepala badan narkotika
masing-masing negara beserta instansi terkait lainnya membahas masalah narkotika secara komprehensif. Dalam diskusi panjang yang digelar pada hari pertama, beberapa poin penting dibahas secara mendalam. Pada intinya, seluruh negara sepakat bahwa penanggulangan masalah narkotika harus mengedepankan sebuah paradigma baru yang mengedepankan keseimbangan antara penekanan demand (permintaan), dan supply (pasokan) narkoba. Disadari betul oleh negara anggota ASEAN, penanganan masalah narkotika masih terlalu terfokus pada aspek penekanan supply atau langkah pemberantasan, sedangkan sisi demand reduction belum tersentuh secara maksimal. Dalam konsep menekan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
demand, para menteri di ASEAN yang menaungi penanganan narkotika sepakat bahwa isu penanganan penyalah guna narkoba harus menjadi salah satu perhatian yang sangat penting. Penyalah guna narkoba dipandang sebagai orang yang sakit atau pasien yang harus dilayani kebutuhan kesehatannya. Karena itulah, forum AMMDM mengusulkan agar implementasi rehabilitasi di ASEAN dimaksimalkan. Langkah ini dicerminkan dalam peningkatan akses dan fasilitas layanan rehabilitasi untuk para penyalah guna narkoba. Selain itu, ASEAN menilai perlu adanya standarisasi dalam mengaktualisaskan berbagai aksi baik itu dalam konteks pencegahan maupun rehabilitasi. Satu hal penting yang tidak boleh diabaikan
adalah penguatan kerja sama antar negara secara terintegrasi, terutama dalam pengawasan di daerah perbatasan baik darat, laut dan udara yang kerap dijadikan celah sindikat untuk menyelundupkan narkoba. Menghadapi terbentuknya komunitas ASEAN 2015, yang mana akan berdampak pada wilayah ASEAN yang lebih terbuka, maju dan lebih terintegrasi, maka diperlukan kewaspadaan karena perkembangan dan kemajuan di atas bisa dijadikan celah untuk dimanfaatkan. ASEAN Drug Free 2015 masih tetap menjadi visi dan keinginan semua negara ASEAN agar setelah 2015 kerja sama melawan ancaman narkoba di kawasan dapat lebih diperkuat, konkret dan lebih operasional. (pas)
SINAR BNN 7 EDISI XI - 2014
liputanutama
Pemasok Narkoba Terbanyak dari Malaysia K
epala Badan Narkotika Nasional Komjen Pol DR. Anang Iskandar mengatakan, nilai transaksi narkoba di ASEAN sudah mencapai angka ratusan triliun rupiah. Bahkan, hampir setengah dari nilai tersebut diperoleh dari hasil bisnis ilegal narkoba di Indonesia. “Masalah narkoba, sekali lagi, masalah yang menjadi komitmen semua negara ASEAN karena kerugian (transaksi bisnis narkoba) dari seluruh ASEAN kurang lebih Rp 100 triliun dan separuh dari itu, kurang lebih Rp 48 triliun adalah kerugian Indonesia akibat bisnis narkoba,” kata Anang dalam acara The 3rd ASEAN Ministerial Meeting on Drugs, di Hotel Pullman, belum lama ini. Oleh sebab itu, lanjut Anang, Indonesia berkepentingan untuk menyelesaikan masalah narkotika. Selain karena Indonesia dirugikan dengan bisnis narkoba, juga prevalensi penyalahgunaan narkotika di Tanah Air paling besar di antara negara-negara ASEAN. 8 SINAR BNN EDISI XI - 2014
“Kerja sama ini penting, karena memang masalah narkoba ini memang masalah global yang perlu dicegah masuk ke ASEAN dan Indonesia. Ini akan dekat hubungannya dengan program ASEAN bebas narkoba 2015. Ini merupakan langkah awal untuk mengevaluasi program ASEAN bebas narkoba 2015,” jelas Anang. Bentuk nyata kerja sama yang dibangun, lanjut Anang, bisa dalam bentuk kerja sama bilateral, misalnya tentang interdiksi pelabuhanpelabuhan dan tukar
menukar informasi negara-negara di ASEAN. “Agar kita bisa menangkap atau menangkal sebelum masuk ke Indonesia atau di tengah laut bisa kita lakukan penangkapan,” jelas Anang. Anang mengatakan, pengedar narkoba yang masuk ke Indonesia, umumnya melalui jalur Malaysia, Timor Timur dan Papua Nugini. “Dari perbatasan-perbatasan ini yang paling sering kita tangkap asalnya dari Malaysia,” ungkap Anang. Oleh sebab itu, kerja sama dengan pemerintah Malaysia dinilai harus
lebih intensif, selain dengan negara-negara ASEAN lainnya. Hal penting yang ingin dicapai dalam pertemuan ketiga ASEAN Ministerial Meeting on Drugs ini adalah kesadaran untuk menyeimbangkan penanganan antara pasokan dan permintaan narkoba. “Selama ini, kita ASEAN menahan itu supply lebih ditekankan. Padahal faktor penting adalah mengenai demand. Inilah kita minta ASEAN bersama-sama menekan, sehingga suplai jadi kedodoran,” ungkap Anang. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
BNN Bakar 8 Ton Ganja di Bandara Soekarno -Hatta S
ebanyak delapan ton ganja kering yang merupakan barang bukti kasus penyelundupan narkoba dimusnahkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), di tempat pembakaran sampah, Bandara Soekarno Hatta, Selasa pecan lalu. Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar di dalam mesin incinerator oleh Kepala BNN. Kepala BNN Komjen Pol DR. Anang Iskandar mengatakan, barang bukti 8 ton ganja yang dimusnahkan tersebut merupakan hasil pengungkapan dari jaringan Aceh. Barang bukti tersebut dinilai yang terbesar selama pengungkapan BNN,”Ini dari jaringan Aceh. Ada lima pelaku yang ditangkap dari hasil pengungkapan. 8 ton ganja ini dikembas dalam 186 dus kardus,” paparnya. Dijelaskan Anang, 8 ton barang bukti ganja ini berhasil diungkap saat dibawa dengan sebuah truk dari Aceh ke Pekan Baru, Riau, pada Jumat (24/10) lalu. Pihaknya pun mengamankan sopir truk, M Jamil, bersama dua rekannya Muhalil
(25) dan Syafrizal (20). Kemudian BNN melakukan pengembangan hingga ke gudang penyimpanannya di kawasan Mampang. “Di sana kita berhasil menangkap penerima barang yakni Ade (45). Dia pengatur distribusi sesuai pesanan. Dari penangkapan Ade berkemang lagi ke sang pengendali peredaran ganja tersebut yakni Bang Pin (47). Dia sudah kita tangkap di rumahnya di
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
bilangan M.Toha, Bandung,” tukasnya. Bang Pin ternyata merupakan mantan napi kasus 40 Kg ganja yang baru bebas dari tahanan satu tahun lalu. Jika pengiriman ganja tersebut berhasil, dia akan mendapat imbalan berupa 1,2 ton ganja atau sekitar Rp 1,2 miliar. Sementara sopir, M Jamil, dijanjikan imbalan Rp 120 juta, dan dua rekannya M Syafrizal Rp 50 juta, Muhalil Rp 20 juta.
“Kasus ini masih kita kembangkan, kita berhasil menemukan ladang ganjanya di Aceh. Dalam waktu dekat kita akan tangkap pemberi barang tersebut,” kata Anang. Selain ganja, BNN juga memusnahkan 6 Kg sabu yang dikirim dari Malaysia ke Medan. Dari pengungkapan tersebut pihaknya menangkap lima tersangka yakni Jaidunin, Tohar, Wakdin, Anyon dan Jack. (pas) SINAR BNN EDISI XI - 2014
9
liputanutama
Indonesia Targetkan Bebas Penyalahgunaan Narkoba 2015
I
ndonesia direncanakan bebas penyalahgunaan narkoba pada 2015. Ini merupakan hasil rapat Mahkamah Agung, Kementerian Hukum dan HAM, Kejaksaan Agung, Kepolisian, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial dan Badan Narkotika Nasinal. “Kita ingin bagaimana pada 2015 diupayakan (Indonesia, red) bebas (penyalahgunaan, red) narkoba. Tetapi masih banyak tantangan10 SINAR BNN EDISI XI - 2014
tantangannya ke depan,” ujar Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Tedjo Edhy kepada wartawan di Kementerian Hukum dan HAM, Kuningan, Jakarta Selatan, belum lama ini. Untuk mewujudkan Indonesia bebas penyalahgunaan narkoba, pemerintah dan lembaga terkait harus memberikan efek jera terhadap gembong dan pengedar narkoba. Salah satunya adalah vonis hukuman mati. “Untuk
menambah efek jera, penjatuhan hukuman seberat-beratnya, termasuk hukuman mati,” tegas Tedjo. Tedjo mengakui masalah penanganan penyalahgunaan narkoba di Indonesia sangat kompleks. Salah satunya mengenai tempat rehabilitasi untuk para pengguna Narkoba. Menurutnya, apabila ada anggaran, akan ada pembangunan rehabilitasi pengguna narkoba, ”Terlalu banyak yang kita tangani sehingga kita
perlu upayakan. Namanya upaya, walaupun dengan segala macam keterbatasan tetap kita upayakan,” tukas Tedjo. Dalam rapat tersebut, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly mencatat Polri telah memberdayakan Pusdokkes Polri dan RS Bayangkara untuk berperan aktif sebagai institusi penerima wajib lapor (IPWL) dan memberdayakan peran Babinkamtibmas untuk mengoptimalkan fungsi pencegahan. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Pengedar Narkoba Sama Bahayanya dengan Teroris
W
akil Presiden Jusuf Kalla (JK) menegaskan bahwa pemerintah tidak akan bersikap lunak terhadap para pengedar narkoba. Menurut JK, hukuman mati harus dilakukan untuk memberi efek jera bagi para pengedar narkoba. “Pemerintah dengan tegas akan mengeksekusi, apa yang telah diputuskan oleh pengadilan sampai ke Mahkamah Agung, tahap demi tahap dan semua (terpidana pengedar narkoba) itu tidak diberikan grasi. Pada akhirnya 64 itu akan menjalani hukuman mati sesuai undang-undang,” ungkap JK di acara The 3rd ASEAN Ministerial Meeting on Drugs, Hotel Pullman, belum lama ini. Tidak hanya di luar penjara, JK melihat ancaman narkoba tidak hanya berasal dari luar penjara, bahkan di dalam penjara, pengedar narkoba masih bisa melaksanakan aksinya. “Ya itu semua karena mereka, seperti yang saya katakan tadi, ini bisnis yang sangat
menguntungkan. Segala cara dia laksanakan,” imbuh JK. JK menilai, pengedar narkoba layaknya seperti teroris. Oleh sebab itu, penanganannya harus melalui kerja sama dengan negara-negara lain untuk mempersempit ruang gerak pengedar narkoba. Selain itu, kerja sama antar negara juga terkait pemberlakuan hukuman berat bagi para pengedar
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
narkoba di setiap negara. “Karena itu dibutuhkan kerja sama. Ini seperti virus atau teroris. Teroris itu baru bisa berjalan kalau ada lintas batas, ada kerja sama, kalau tidak kerja sama, hukumnya berbeda-beda. Ini kan orang (pengedar narkoba) nanti pergi ke daerah-daerah yang aman. Karena itu dibutuhkan kerja sama
lintas batas,” tutur JK. Kini, aksi pengedar narkoba dinilai tidak memiliki batasan ruang dan waktu. JK melihat, setiap tempat dan waktu adalah potensial bagi pengedar narkoba. “Akhir tahun, awal tahun, tengah tahun sama saja. Karena orang mengonsumsi narkoba tidak melihat bulannya, tempat atau waktu,” tutup JK. (pas) SINAR BNN 11 EDISI XI - 2014
liputanutama
Jokowi Minta BNN Berantas Bisnis Narkoba Di Lapas
P
residen Joko Widodo (Jokowi) pagi ini beraudiensi dengan Delegasi Badan Narkotika Nasional di Kantornya. Dalam audiensi itu, membahas tentang penyalahgunaan dan pengedaran narkoba. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol DR. Anang Iskandar
12 SINAR BNN EDISI XI - 2014
mengatakan semua permasalahan pemberantasan narkoba di Indonesia telah dilaporkan kepada Jokowi. Termasuk peredaran narkoba di Lapas,”Semuanya kita laporkan ke bapak presiden,” ujarnya di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis pekan lalu. Menurut Anang,
Presiden Jokowi meminta pemberantasan narkoba segera diintensifkan, dan ditangani dalam waktu dekat,”Agar ditangani dalam waktu dekat, mengambil langkahlangkah pemberantasan diintensifkan, masalah rehabilitasi juga diintensifkan,” ujarnya. Atas perintah tersebut, Anang mengaku akan
menargetkan menangkap gembong narkoba. Termasuk para gembong yang masih menjalankan bisnis narkobanya di dalam lapas,”Target yang dibebankan pada kita menangani masalah gembong narkoba yang dihukum, tetapi masih bisa menjalankan bisnis narkobanya,” ujarnya. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Rutan dan Lapas
Banyak Dihuni Napi Narkoba
M
enteri Hukum dan HAM Yasonna Hamonangan Laoly menyampaikan sejumlah persoalan yang akan menjadi fokus di bawah kepemimpinannya. Salah satunya, kata Yasonna, kelebihan kapasitas di rumah-rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan. “Di mana-mana di Indonesia, kapasitas baik rutan atau lapas punya masalah overcrowding yang sangat tidak manusiawi. Termasuk di Rutan Cipinang salah satunya,” ujar Laoly, di Jakarta, belum lama ini. Selain mencari solusi untuk menangani kelebihan kapasitas rutan, ia juga akan merumuskan program untuk memenuhi hak pendidikan bagi para narapidana. Ia menyebutkan, program yang akan digagas adalah bekerja sama dengan universitas swasta dan membuka kelas di rumah tahanan,”Saya juga akan mengkoordinasikan dengan menteri
pendidikan supaya mereka tidak bosan. Di sini mereka kuliah, keluar-keluar sudah sarjana,” ujarnya. Menurut Laoly, rumah tahanan kelebihan kapasitas karena didominasi oleh pelaku kejahatan narkoba. Ia menilai, terpidana kasus narkoba yang merupakan pemakai sebaiknya dimasukkan ke rumah rehabilitasi. “Boleh dia menjalani prosesnya dulu berapa tahun biar kapok kemudian baru direhab
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
sebelum keluar. Karena narkoba dalam kriminologi itu victim less crime, ia tidak mematikan orang tapi mematikan dirinya sendiri untuk pengguna,” kata Laoly. Mengenai kemungkinan pemakai narkoba direhabilitasi, menurut dia, Kementerian Hukum dan HAM telah berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan untuk merumuskan kebijakan dan menindaklanjuti konsep
rehabilitasi. Sementara, mengenai penambahan jumlah rumah tahanan, Laoly menganggapnya sulit tercapai karena anggaran yang terbatas. Selain itu, kata Laoly, kelebihan muatan dapat diatasi dengan cara redistribusi tahanan ke rumah tahanan yang masih lengang,”Memang ada persoalan kadang keluarga keberatan. Tapi ini kan kebijakan negara daripada mereka berpanas-panasan di sini,” ujar Laoly. (pas)
SINAR BNN 13 EDISI XI - 2014
liputanutama
Lima Terpidana Mati
Segera Dieksekusi K
ejaksaan Agung memastikan 5 orang narapidana akan dieksekusi mati akhir tahun 2014 ini. Saat ini kelimanya tengah menjalani isolasi di tiga lokasi Lapas masingmasing. “Posisi tahanan saat ini ada di tiga tempat. 1 Tangerang, Banten, 2 di Batam, Kepri, 2 di Nusakambangan, Jawa Tengah,” kata Kapuspenkum Kejagung Tony T Spontana di Kejagung, Jakarta, pekan lalu. Ke-5 Napi itu meliputi beberapa kasus di antaranya di Lapas Tangerang dan Batam soal kasus narkoba. Sedangkan Napi di Nusakambangan kasus pembunuhan. Namun disinggung mengenai lokasi eksekusi ke-5 Napi tersebut Tony mengaku tidak tahu menahu. “Tidak tahu persis,” ucapnya singkat. Tony mengatakan, waktu isolasi itu berlaku hingga 3 hari menjelang eksekusi. Barulah biasanya terpidana mati
14 SINAR BNN EDISI XI - 2014
dikabarkan. “Secara formil H-3, baru dikasih tahu. Bisa mendengar berita. H-1 terpidana diminta wasiatnya kepada keluarga dengan syarat pesan terakhir,” katanya. Tetapi sebelum itu Kejagung akan mengadakan rapat koordinasi dengan Polri. Dalam Rakor itu membahas soal tempat, hari, waktu, dan pelaksanaannya. “Jadi nanti akan ada
rapat koordinasi, Jaksa selaku eksekutor. Polri yang mengeksekusi. Rakor hanya akan membicarakan teknis pelaksanaan. Seperti diketahui, Kejaksaan Agung mengagendakan 10 terpidana dieksekusi mati setiap tahunnya. Ada 5 terpidana mati tahun ini yang belum dieksekusi tahun 2013. Kelima terpidana mati yang sudah dieksekusi, adalah Mohammad Abdul
Hafeez asal Pakistan (perkara narkoba), Jurit dan Ibrahim (perkara pembunuhan). Lalu, Suryadi Swabuana alias Edi Kumis alias Dodi bin Sukarno (perkara pembunuhan) dan Adami Wilson alias Adam alias Abu. Eksekusi warga negara Malawi (perkara narkoba). Sedangkan sebanyak 10 terpidana mati sudah dieksekusi selama 2012 di masa Jampidum Mahfud Manan.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Kerugian Negara dari Bisnis Narkotika Capai Rp 48 Triliun
K
epala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen DR. Anang Iskandar menyebutkan, masalah narkotika sudah menjadi isu global sehingga harus dicegah masuk ke ASEAN, terutama Indonesia. Dalam pemaparannya, Anang mengatakan bahwa kerugian dari bisnis Narkotika yang harus diderita negaranegara di ASEAN kurang lebih Rp 100 triliun. Bahkan, lanjut Anang, di Indonesia, bisnis narkotika merugikan negara cukup besar, yaitu mencapai Rp 48 triliun. “Masalah narkoba, sekali lagi, masalah yang menjadi komitmen semua negara ASEAN karena kerugian dari seluruh ASEAN kurang lebih Rp 100 triliun dan separuh dari itu, kurang lebih Rp 48 triliun adalah kerugian
Indonesia akibat bisnis narkoba,” kata Anang di sela-sela acara ASEAN Ministerial Meeting on Drug Matters (AMMDM) ke-3 di Hotel Pullman, Jakarta, belum lama ini. Oleh karena itu, Anang menegaskan perlunya kerja sama negara-negara di ASEAN untuk menyelesaikan masalah narkotika. “Kerugian yang terbanyak adalah Indonesia, ini disebabkan karena prevalensi
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
penyalahguna narkotika di Indonesia juga paling besar di antara negaranegara di ASEAN. Ini yang akan kita bahas. Kita diskusikan dengan temanteman di ASEAN,” ungkap Anang. Seperti diketahui, berdasarkan data BNN, diperkirakan jumlah pengguna narkotika di Indonesia tahun 2015 mencapai 5,1 juta orang. Sedangkan, angka kematian akibat overdosis diperkirakan
mencapai 104.000 orang yang berumur 15 tahun dan 263.000 orang yang berumur 64 tahun. Kemudian, berdasarkan data tahun 2007, pengguna narkoba pada kalangan pelajar SD mencapai 4.138. Jumlah ini meningkat pada 2011 mencapai 5.087 pelajar SD. Sedangkan jumlah tersangka kasus narkoba terbanyak berasal dari mereka yang berumur 30 tahun ke atas. (pas) SINAR BNN 15 EDISI XI - 2014
lintassektoral
Agar Tidak Terjebak Sindikat
Difabel Perlu Pemberdayaan
S
indikat narkotika selalu mengambil langkah licik untuk memuluskan bisnisnya. Tidak jarang mereka memperdaya kaum difabel untuk menyelundupkan narkoba. Beberapa kasus seperti penyelundupan narkoba lewat kaki palsu, atau alat penujang lainnya menimpa kaum difabel. Ada pula kasus peredaran narkoba yang melibatkan ketidaktahuan kaum difabel. Hal ini jelas memprihatinkan dan harus ditindaklanjuti dengan langkah yang serius. Mimi Lusli, salah seorang aktivis yang memperjuangkan kaum difabel mengatakan, sindikat narkoba tidak pandang bulu dan bahkan mengeksploitasi para kaum difabel untuk dijadikan salah satu mata rantai peredaran. “Karena itulah, para kaum difabel perlu diberdayakan agar memiliki imunitas dan tidak mudah terbujuk rayu dengan jebakan sindikat narkoba”, ujar Mimi saat menghadiri rapat dengan pejabat BNN 16 SINAR BNN EDISI XI - 2014
di Cawang, belum lama ini. Di samping dikuatkan untuk tidak terjebak dalam rayuan sindikat, kaum difabel juga perlu diberdayakan untuk menjadi subjek Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Sementara itu dalam konteks rehabilitasi, perlu pula diberikan pelatihan yang komprehensif pada petugas rehabilitasi dalam
hal pelayanan pada kaum difabel. Revitalisasi Forum Rektor Dalam pertemuan BNN bersama para tokoh pendidikan dan difabel pada Senin lalu, dibahas pula tentang isu kasus narkoba di lingkungan civitas akademika. Persoalan kasus penyalahgunaan narkoba oleh Wakil Rektor Universitas Hasanuddin beberapa waktu lalu telah menyita seluruh perhatian kaum
intelektual, sehingga isu narkoba harus jadi salah satu perhatian utama. Deputi Pemberdayaan Masyarakat BNN, Bachtiar H. Tambunan mengatakan, agar seluruh pimpinan perguruan tinggi (PT) proaktif dalam mendukung P4GN. Deputi juga menyatakan pihaknya akan secepat mungkin mengundang para pimpinan PT untuk merevitalisasi komitmen forum rektor sehingga kasus Unhas tidak terulang kembali. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lintassektoral
Ahok Akan Bangun Pusat Rehabilitasi Narkoba di Sukabumi
G
ubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berniat membangun pusat rehabilitasi untuk pecandu Narkoba. Setelah gagal bernegosiasi dengan Kabupaten Tangerang, kini pria yang akrab disapa Ahok ini mewacanakan membangun pusat rehabilitasi di Sukabumi, Jawa Barat. Ditemui di Lembaga Pemasyarakatan Klas II Salemba, Jakarta Pusat, Ahok menjelaskan sebetulnya pihaknya ingin mengubah tahanan yang ada di Ciangir, Tangerang menjadi pusat rehabilitasi narkoba. “Ciangir itu kan baru masuk itu buat sampah, lalu peruntukannya diubah. Lalu bupatinya keberatan dibangun, padahal tidak berbeda dengan perumahan. Nah kita ingin bangun yang lebih holistik jadi orang masuk ke situ mesti berasa ia direhab, sesuatu yang bisa keluar jadi manusia baru,” ungkap Ahok. Dikatakannya untuk rehabilitasi perlu suasana yang terpadu lingkungannya setidaknya ada untuk lahan pertanian dan
rekreasi,”Nah kita tadinya pengen di Ciangir tapi dia nggak kasih,” ujarnya. Karena tidak kasih, maka Pemprov DKI saat ini sedang mencari tanah apakah di Sukabumi, apakah kita tukar dengan Jakarta Tourisindo yang berada di Puncak,”Tadi saya minta Pak Dirjen coba kasih kita gambaran desain seperti apa melibatkan LSM-LSM yang ada karena nggak mungkin melebihi kapasitas seperti ini. Nah itu yang kita dorong,” ungkapnya. Dalam acara puncak peringatan Hari Aids Sedunia tingkat Provinsi DKI Jakarta Mardjoeki mengungkapkan bahwa
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
seluruh Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) yang ada di Jakarta sudah kelebihan kapasitas penghuninya,”Saat ini dari seluruh Lapas di DKI ada 15.536 warga binaan dari kapasitas Lapas 5890 orang, sehingga terjadi over kapasitas hampir 300 persen,” ungkap Mardjoeki. Dikatakannya dari seluruh jumlah narapida yang menghuni Lapas di Jakarta, 65 persen diantaranya merupakan narapidana yang berlatarbelakang kasus narkotika,”Dari seluruh warga binaan ada 744 orang terdata sebagai pengidap HIV/Aids,” ungkapnya.
Mardjoeki meminta kepada gubernur yang akrab disapa Ahok supaya Lapas di DKI Jakarta ditingkatkan lagi kapasitasnya dengan membagun Rumah Tahanan (Rutan) baru di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat,”Jakarta Selatan dan Jakarta Barat perlu Rutan baru,” ucapnya. Selain itu, kini ada 146 anak yang tinggal di Lapas Salemba. Hal tersebut yang menjadi kebutuhan mendesak supaya Pemprov DKI menyediakan Lapas khusus anak,”Kebutuhan Lapas anak menjadi kebutuhan mendesak,” ujarnya. (pas) SINAR BNN 17 EDISI XI - 2014
lintassektoral
Anak Usia Dini Harus Dilindungi dari Narkoba
K
asi Media Cetak Badan Narkotika Nasional (BNN) Wildah mengatakan, sebagai Guru dan Kader PKK sekaligus Ibu dalam keluarga, para ibu dituntut untuk bisa membina putra-putrinya agar menjadi generasi yang sehat dan bersih narkoba. Wildah mengatakan, pentingnya menjaga anak usia dini dari bahaya narkoba adalah karena bahaya narkoba yang tidak hanya dapat merusak organ tubuh termasuk otak. Akan tetapi juga dapat menghancurkan masa depan anak itu sendiri. Oleh karenanya, guru TK harus mampu menjadi penyelamat bagi anak usia dini. “Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa yang harus dilindungi dari kejahatan narkoba yang semakin merajalela. Bila narkoba menggorogoti anak-anak usia dini dampaknya tidak hanya merusak otak dan organ tubuhnya, tapi juga dapat menyebabkan hilangnya masa depan anak-anak tersebut. Sehingga peran guru TK sangat vital dalam menjaga anak usia 18 SINAR BNN EDISI XI - 2014
dini dari bahya narkoba,” ujar Wildah. Wildah menambahkan, pentingnya penerapan pola hidup sehat sejak dini, disamping pola asuh yang baik dan komunikasi positif dengan anak-anak menjadi faktor-faktor protektif yang harus dibangun dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba. “Dengan cara peniadaan asbak rokok dan tidak merokok dalam rumah merupakan hal kecil yang dapat dilakukan, namun besar dampaknya bagi
kesehatan. Rokok sangat tidak sehat karena zat-zat berbahaya yang terkandung didalamnya, rokok juga termasuk zat adiktif yang dapat menimbulkan ketergantungan dan dapat menjadi pintu gerbang terjadinya kasus penyalahgunaan narkoba,” ujarnya. Selain itu, para ibu yang mendapati anak ataupun anggota keluarganya yang sakit diimbau Wildah untuk tidak meminum obat sembarangan di luar resep dokter,”Apalagi
menggunakan resep orang lain, karena diagnosa penyakitnya belum tentu sama,” katanya. Wildah mengungkapkan, salah satu cara yang sederhana dan paling efektif untuk menghindarkan anak dari peredaran narkoba melalui jajanan di sekolah adalah dengan membawa bekal dari rumah sendiri,”Agar anak tidak jajan sembarangan, karena, banyak indikasi, jajanan anak di sekolahan banyak mengandung narkoba,” ujarnya. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lintassektoral
BNN Akan Berdayagunakan Panti Rehabilitasi Swasta
J
umlah panti rehabilitasi yang dimiliki oleh pemerintah belum mampu menampung dan merehabilitasi para pengguna narkoba. Hal ini dikarenakan terus meningkatnya jumlah pengguna narkoba setiap tahunnya. Dra. Yunis Farida Oktoris MSi, selaku Direktur Pasca Rehabilitasi BNN RI mengatakan jika pemerintah berencana memberdayakan pusatpusat rehabilitasi swasta yang sudah ada untuk mengurangi angka pengguna narkoba yang terus meningkat. “Kita berencana memberdayakan pusatpusat rehabilitasi yang ada untuk mengurangi angka pengguna narkoba, tentunya dengan menyamakan standard yang dengan pusat rehabilitasi yang dimiliki pemerintah,” ucap Yunis di sela-sela kegiatan Forum Group Discussion di Rumah Caritas, Jalan Sei Asahan, Medan, belum lama ini. Selain itu, Yunis yang
juga pernah menjabat sebagai Kepala Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido mengatakan bahwa, proses rehabilitasi tidak hanya rehabilitasi medis
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
saja,”Bagi pecandu, yang di Rehabilitasi itu tidak hanya soal medis saja, rehabilitasi sosial juga sangat penting, terutama memberikan pelatihan
bagi para pecandu agar memiliki skill yang mumpuni dalam melanjutkan hidupnya setelah keluar dari panti rehabilitasi,” pungkasnya.
SINAR BNN 19 EDISI XI - 2014
lintassektoral
BNN Tantang Jaksa Agung Sikat Bisnis Narkoba Di Lapas
M
eski sudah berada di balik jeruji besi, gembong narkoba ternyata masih bisa menjalankan bisnis ilegal tersebut. Terkait hal ini, Kepala BNN Komjen Pol DR. Anang Iskandar mengatakan Wakil Presiden, Jusuf Kalla sudah memberi arahan agar menindak tegas pelaku bisnis narkoba dari balik penjara. “Itu kita ambil
20 SINAR BNN EDISI XI - 2014
langkah-langkah. Tadi Pak Wakil Presiden sudah sampaikan pendapatnya. Nanti kita lakukan tindakan tegas,” kata Anang di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, belum lama ini. Anang mengatakan, pihaknya berani melakukan tindakan tegas dengan lampu hijau dari pemerintah,”Karena sudah mempunyai kekuatan hukum yang
tegas oleh pemerintah karena ini adalah keputusan pengadilan kita tinggal laksanakan saja,” tutur Anang. Namun, lanjut Anang, ketegasan BNN harus didukung oleh Kejaksaan Agung sebagai eksekutor,”Kita sekali lagi, eksekutornya adalah Kejaksaan Agung. Oleh karena itu, kita dorong bagaimana itu bisa dilaksanakan,” jelas
Anang. Terkait kasus dugaan penggunaan narkoba oleh mantan Ketua MK, Akil Mochtar, Anang mengatakan, berkasnya sudah selesai diproses,”Berkasnya sudah selesai tinggal kapan diprioritaskan, sudah dilimpahkan ke kejaksaan nanti diperiksa. (Sidangnya) tanya kejaksaan, kita penyidik,” tutup Anang. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lintassektoral
Pengguna Narkoba di Penjara
Berpotensi Jadi Bandar M enjebloskan penyalahguna narkoba ke dalam jeruji besi bukan solusi tepat. Alih-alih menyadarkan dan mengembalikan ke jalan yang benar, penyalahguna justru berpotensi menjadi bandar narkoba di kemudian hari. Demikian disampaikan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) DR. Anang Iskandar, saat membagi pengalaman Indonesia memerangi narkoba dalam pertemuan ASEAN Ministerial Meeting on Drug Matters (AMMDM), di Jakarta, belum lama ini.
“Ketika penyalahguna masuk penjara, bandar tertawa lebar karena pasokan ke dalam penjara tetap lancar. Tak sedikit penyalahguna pada akhirnya naik kelas menjadi bandar,” kata Anang sambil menambahkan perlu trik khusus agar mereka tak naik kelas. Ia mengusulkan, perlunya pemahaman bersama negara-negara yang bergabung dalam AMMDM guna mencari solusi bagi penyalahguna narkoba. Menurutnya, selama ini yang menjadi akar masalah narkoba adalah penyalahgu naannya. Menurutnya,
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
penanganan humanis menjadi pilihan paling realistis berupa rehabilitasi penyalahguna narkoba. Dengan sebuah paradigma baru, penyalahguna yang tertangkap tak langsung dipenjara, tapi dilakukan asesmen terlebih dahulu. Dalam proses ini harus dipastikan yang tertangkap murni sebagai penyalahguna, pengedar atau bandar. Penyalahguna biasa cukup rehabilitasi, tapi jika bandar atau pengedar harus dijatuhi hukuman mati sampai kekayaan hasil narkoba dirampas. Masalah ini, sambung
Anang, sedikit banyak bukan saja dialami Indonesia tapi juga negara-negara ASEAN. Sehingga AMMDM dituntut waspada dan meningkatkan kerja sama lebih kuat memberantas penyalahgunaan dan peredaran narkoba dengan maksimal. Pertemuan AMMDM yang berlangsung selama 2-3 Desember, mendiskusikan beragam masalah narkoba dari hulu ke hilir, dan hasilnya akan dibawa ke dalam pertemuan para menteri di ASEAN yang menangani masalah narkotika. (pas) SINAR BNN 21 EDISI XI - 2014
lintassektoral
MoU dengan Portugal
BNN Garap Rehabilitasi
Lebih Maksimal Badan Narkotika Nasional (BNN) menilai Portugal sebagai negara yang tergolong berhasil dalam menangani masalah narkoba melalui kebijakan dekriminalisasi terhadap penyalah guna narkoba. Kerjasama ini dikuatkan dengan penandatangan nota kesepahaman bersama antara BNN dengan SICAD Portugal (lembaga yang menangani Adiksi dan Ketergantungan) Portugal, di Lisbon, belum lama ini. Kepala BNN DR. Anang Iskandar mengungkapkan, tujuan dari penandatanganan nota kesepahaman ini adalah untuk menjalin kerja sama yang lebih erat dari kedua belah pihak dalam konteks pengurangan demand, dalam dimensi pencegahan, rehabilitasi, pengurangan dampak buruk, dan reintegrasi penyalah guna narkoba ke lingkungan sosial. Di sela-sela pertemuan ini, Anang Iskandar juga menjelaskan secara ringkas bagaimana sikap BNN dalam menangani permasalahan narkoba. Di hadapan Pejabat SICAD, Anang mengatakan Indonesia telah mencanangkan tahun penyelamatan pengguna narkoba dan telah mengimplementasikan asesmen terpadu pada 22 SINAR BNN EDISI XI - 2014
penyalah guna narkoba di 16 kota pilot project tahun 2014. Pada intinya, konsep yang diusung oleh Indonesia adalah menangani penyalahguna narkoba secara ideal. Yaitu dengan cara memastikan apakah penyalahguna narkoba yang ditangkap penyidik narkotika, hanya berperan sebagai pengguna murni atau merangkap sebagai pengedar melalui asesmen terpadu. Apabila pengguna murni, sesuai amanat undang undang maka tersangkannya tidak memenuhi sarat untuk ditahan dalam proses pertangungan jawab pidana dan hakim wajib
memperhatikan pasal tentang hukuman rehabilitasi artinya undang menjamin pengaturan rehabilitasi bagi penyalahguna. Pada dasarnya Undangundang narkotika mendorong para penyalah guna dan dalam ketergantungan (pecandu ) untuk melapor ke Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) untuk mendapatkan pelayanan rehabilitasi dan langsung diberikan privilage tidak dituntut pidana Kepala BNN mengakui langkah Portugal dalam mendekriminalisasi penyalah guna narkoba menjadi salah satu inspirasi BNN dalam menangani penyalahgunaan
narkoba yang merupakan akar dari permasalahan narkoba. “Karena itulah, kami ingin belajar lebih banyak tentang bagaimana metode Portugal dalam menangani penyalahguna narkoba,” kata Anang. Lebih lanjut dirinya mengatakan, bentuk kerja sama ke depan, kedua pihak akan saling bertukar informasi mengenai metode terbaik dalam penanganan penyalah guna narkoba. Di samping itu, kedua pihak akan mengkaji lebih dalam mengenai rencana aksi, program dan implementasi kebijakan dalam upaya mengurangi demand narkoba.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lintassektoral
Tahun 2016
Pengguna Narkoba di Seluruh Indonesia Direhabilitasi
B
adan Narkotika Nasional (BNN) terus menggalakkan amanat Undang-undang Narkotika terkait, pengguna narkotika harus direhabilitasi. Targetnya, pengguna di seluruh Indonesia bisa direhabilitasi tahun 2016. Hal itu, disampaikan Kepala BNN, Komjen Pol DR. Anang Iskandar, ketika ditemui usai mengikuti kegiatan diskusi yang bertema “Ancaman Narkoba di Kota Metropolitan”, di Jakarta, belum lama ini. “Pengguna narkoba itu tidak akan berhenti atau sembuh kalau tidak direhabilitasi. Membiarkan pengguna narkoba dipenjara, sama saja melegalkan pengguna narkoba di penjara,” ujar Anang. Dikatakan Anang, penyidik perlu menganalisis dan melihat apakah pengguna yang ditangkap murni pengguna atau pengedar,”Begitu ditangkap penyidik, penyidik harus melihat apakah hanya pengguna, pengguna dan pengedar, atau pengedar. Kalau pengedar, perlu ditindak hukum. Namun, kalau pengguna tidak boleh ditahan, tetapi prosesnya berjalan terus dan penyidik
harus menempatkannya direhabilitasi,” ungkapnya. Ihwal apakah BNN memiliki target kapan pengguna narkoba di seluruh Indonesia bisa direhabilitasi, Anang menyebutkan tahun 2016,”Insya Allah, sekarang masih pilot project di 16 kota, tahun depan seluruh provinsi, targetnya tahun ketiga. Tahun 2016,” katanya. Menyoal apa batasan pengguna dan pengedar, Anang menyampaikan, batasannya ada di tim assesment yang berisi BNN dan delapan kementerian
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
serta instansi terkait,”Sekarang tak ada batasannya. Penyidik, penegak hukum selama ini menyamaratakan. Makanya Mensos, Menkes, BNN, dan instansi lainnya sepakat membentuk tim assesment terpadu untuk memilah-milah agar ada batasannya. Jadi batasan itu, ada di tim assesment. Pihak, yang meminta assesment itu harus inisiatif penyidik, bukan permintaan keluarga,” jelasnya. Menurutnya, kalau tidak ada tim assesment semua
pengguna akan dipenjara terus. Semua pengguna dianggap pengedar, karena membawa, memiliki, dan menguasai narkotika. “Kita harus ‘pemaaf’ memberikan toleransi kepada pengguna. Ini harus diteruskan dengan semangat pantang menyerah. Selain itu, ditambah pemberatan buat pengedar, harta dikuras, dikenakan Undang-undang Pencucian Uang. Kalau hanya ditahan, bisa terus mengedarkan karena hartanya masih banyak,” tandasnya. (pas) SINAR BNN 23 EDISI XI - 2014
liputankegiatan
Upaya TNI Wujudkan
Bebas Narkoba K
omandan (Dandenma) Mabes TNI Kolonel Laut (S) Dr. Ivan Yulivan membuka ceramah penanggulangan Narkoba yang diikuti para prajurit dan PNS di lingkungan Mabes TNI di GOR A. Yani Mabes TNI Cilangkap belum lama ini. Dalam ceramah yang mengangkat tema ‘Wujudkan TNI sebagai Patriot Sejati, Profesionalisme dan Dicintai Rakyat dengan bebas Narkoba’, melibatkan Staf Ahli bidang rehabilitasi BNN (Badan Narkotika Nasional) tersebut sebagai upaya dalam mewujudkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang terbebas dari Narkoba / narkotika dan obat/bahan berbahaya. Dalam sambutannya, Dandenma Mabes TNI menyampaikan bahwa Narkoba telah menjalar ke berbagai komponen masyarakat termasuk TNI, saat ini penggunaan Narkoba di Indonesia sudah sangat luar biasa. “Bagaimana TNI akan menjadi patriot sejati, 24 SINAR BNN EDISI XI - 2014
Profesionalisme dan dicintai Rakyat apabila TNI menjadi pecandu narkotika,” katanya. Lebih lanjut Dandenma Mabes TNI mengatakan bahwa, beberapa waktu lalu Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko telah menginstruksikan kepada seluruh prajurit dan PNS di lingkungan TNI, agar jangan sampai menggunakan serta menyalahgunakan Narkoba. “Jangan hanya alasan
coba-coba, pelampiasan terhadap masalah yang dihadapi, stres dan lain sebagainya, anda terjebak dalam penyalahgunaan Narkoba,” tegas Panglima TNI. Panglima TNI juga menegaskan bahwa prajurit dan PNS TNI yang terjebak Narkoba maka resiko yang ditanggung cukup berat baik secara pribadi, karier, keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Ingat, bahwa karier yang
kita bangun ini dilakukan dengan susah payah. Bila memiliki masalah, masih banyak cara lain yang dapat ditempuh seperti mendekatkan diri dengan Tuhan, dekatkan dengan keluarga dan lainlain. “Semua itu, tergantung dari pribadi masingmasing. Lingkungan harus dapat kita kendalikan. Sekali terjebak Narkoba, maka sulit untuk keluar dari jebakan tersebut,” kata Panglima TNI. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Sindikat Narkoba Harus Dimiskinkan
H
ukuman penjara hingga mati yang dijatuhkan kepada sindikat narkoba ternyata belum memberikan efek jera. Justru mereka (pengedar) mampu mengendalikan peredaran narkotika dari dalam Lapas dengan menggunakan bantuan pihak-pihak lain. Salah satunya adalah kasus Fredy Budiman. Direktur Pengawasan Tahanan Barang Bukti dan Aset BNN, Sundari, mengatakan untuk melumpuhkan sindikat narkoba maka perlu menghancurkan keuangan mereka (pemiskinan jaringan narkoba). “Sebab, hukuman mati
tidak membuat mereka jera,” ujar Direktur Pengawasan Tahanan, Barang Bukti dan Aset BNN, Sundari, saat diskusi dengan Alumni Pascasarjana UI, di Salemba, Jakarta, belum lama ini. Menurut Sundari, dalam upaya pencucian uang hasil kejahatan narkoba para bandar seringkali mempergunakan cara-cara seperti membuka rekening bank dengan menggunakan identitas palsu, menggunakan mobile banking, melalui aset, dan menggunakan money changer baik yang legal maupun ilegal. “Seringkali dalam upaya pencucian uang para bandar mempergunakan perempuan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
sebagai sarana. Faktor yang seringkali terjadi adalah para wanita ini diperdaya, mereka dipacari, atau mereka merupakan keluarga dekat, misalnya istri atau anak,” papar Sundari. Hal senada diungkapkan Ketua Program Studi Kajian Wilayah Eropa Pascasarjana UI, Henny Saptatia. Menurut dia, Indonesia harus belajar dari kawasan Eropa tentang cara penanganan kasus narkoba. Di eropa, lanjut Henny, pencucian uang memang dilakukan dengan menggunakan modus-modus seperti diatas bahkan dengan menggunakan situs dan kasino. “Kejahatan narkoba
sudah ada sejak lama, di Meksiko, sejak tahun 1920 perempuan tidak lagi menjadi korban kejahatan narkoba melainkan ikut berperan sebagai Aktor. Ini yang harus diwaspadai di Indonesia, transformasi perempuan dari korban kemudian meningkat sebagai aktor seperti yang sekarang marak di wilayah Eropa,” ujar Henny. Turut hadir Ketua Program Studi Gender Pascasarjana UI, Mia Siscawati, dalam paparannya dia menjelaskan bahwa peran perempuan dalam pengelolaan keuangan jaringan sindikat narkoba memang harus diwaspadai. Menurut Mia, ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya hal tersebut yaitu adanya relasi kekuasaan berbasis gender yang tidak dapat ditawar, misalnya mereka menggunakan istri, anak atau cucu. “Nah ini sulit untuk dihindari,” terang Mia. Mia menyarankan agar BNN menggandeng organisasi berbasis perempuan untuk memberi pengetahuan tentang modus sindikat narkoba mengedarkan narkoba melalui perempuan. “Perempuan sangat mudah di perdaya oleh sindikat. Buktinya banyak perempuan yang terjerumus dengan tipu daya sindikat,” tutur Mia.(fid) SINAR BNN 25 EDISI XI - 2014
aspirasiwarga
26 SINAR BNN EDISI XI - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
aksiwarga
BNN Gandeng BNP2TKI
Lindungi TKI dari Ancaman Narkoba
B
adan Narkotika Nasional (BNN) bekerja sama dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) untuk mencegah penyalahgunaan narkoba di lingkungan TKI. Mengingat para TKI kerap dijadikan sasaran empuk bagi para sindikat Narkoba dalam menyebarluaskan barang haramnya. “TKI banyak diperdaya jadi kurir narkoba. Selain itu, tidak sedikit diantara mereka yang juga terjerumus menjadi penyalah guna. Antisipasinya, BNN terus memberi pemahaman ke TKI supaya tidak terlibat jadi pengedar atau penyalah guna,” kata Direktur Diseminfo BNN, Gun Gun Siswadi, belum lama ini. Menurut Gun Gun, tingkat pengetahuan TKI terhadap bahaya narkoba memang terbatas, belum lagi lemahnya imunitas diri dari bujukan para sindikat narkoba. Data Mei 2014 saja, tercatat ada 14 TKI yang di deportasi dari Malaysia lantaran terlibat dalam kasus penyalahgunaan
narkoba. Untuk itu BNN berupaya maksimal dengan memberikan pemahaman tentang bahaya narkoba. Cara yang dilakukan BNN, ujar Siswadi, salah satunya dengan melakukan sinergi bersama BNP2TKI dalam kegiatan forum komunikasi dialog interaktif dan pagelaran seni budaya campursari. “Acara yang mengusung tema Melalui Pergelaran Seni Budaya Kita Selamatkan Penyalahgunaan Narkoba ini jadi tontonan yang sarat dengan tuntunan dan menjadi sarana penyampaian informasi cukup efektif, tentang
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
permasalahan narkoba yang terjadi saat ini,” tukasnya. Gun Gun menambahkan, pengguna narkoba sejatinya merupakan orang sakit yang perlu diobati, ia pun sepakat bila para pengguna narkoba itu ditangani dengan cara di rehabilitasi dan bukan dengan di penjara, “Itu tidak akan membuat efek jera, berbeda ketika di rehabilitasi mereka akan pulih dari kecanduan terhadap narkoba,” katanya. Melalui kegiatan yang dihelat BNN ini diharapkan bisa menjadi media untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman masyarakat terkait masalah kecanduan yang dihadapi pengguna narkoba. Mengingat, masih ada stigma yang terbangun oleh para penyalahguna narkoba, mereka tidak ingin untuk direhabilitasi. “Melalui dialog dan pergelaran ini diharap mampu menggugah masyarakat untuk menghilangkan stigma itu, sehingga para penyalahguna narkoba tak takut untuk melaporkan diri kepada Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL), sehingga mereka bisa mendapat layanan rehabilitasi,” pungkasnya. (pas) SINAR BNN 27 EDISI XI - 2014
aksiwarga
Waketum PAN
AJ Dipecat Karena Tertangkap Tangan Konsumsi Narkoba
D
ewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (DPP PAN) memastikan akan memecat langsung JD yang kadernya berinisial AJ, anggota Komisi II DPRD Kabupaten Bintan, yang ditangkap bersama dua teman wanitanya, SY (22) dan SG (22), di kawasan Kolam Renang Sei Enang, Senin malam lalu. AJ digerebek oleh warga sekitar, saat kedapatan mengkonsumsi narkoba jenis sabu-sabu. Wakil Ketua DPP PAN, 28 SINAR BNN EDISI XI - 2014
Dradjad Wibowo menjelaskan, kalau bukan tertangkap tangan, biasanya masih diberi tenggang berdasarkan asas praduga tidak bersalah. DPP, lanjutnya, akan menunggu sampai ada keputusan pengadilan yang inkracht. “Akan tetapi, kalau tertangkap tangan dengan bukti yang kuat, apalagi atas informasi masyarakat prosesnya, sulit sekali untuk menyatakan ada
kemungkinan yang bersangkutan tidak bersalah,” papar Dradjad. “Dulu, saat proses pencalegan, PAN tegas sekali kepada para caleg, tidak ada maaf terhadap narkoba. Zero tolerance. Toleransi nol. Jadi jangan coba-coba. Nah, dalam kasus tangkap tangan ini, ya pilihannya tinggal dipecat,” Dradjad memastikan. Para caleg PAN, Dradjad mengingatkan, semestinya sudah paham
sikap tegas PAN terhadap narkoba. “Jadi, sudah tahu konsekuensinya,” Dradjad menegaskan kembali. Penangkapan AJ (39), anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bintan, bersama dua teman wanitanya, SY (22) dan SG (22), di kawasan kolam berenang Sei Enang, Jalan Nusantara Kijang, Senin malam lalu, membuat heboh warga. Sebab, tempat tersebut saat ini sudah dialihfungsikan menjadi Sekretariat Partai Amanat Nasional (PAN). Di tempat itu, terlihat papan plang yang bertulisan Sekretariat Partai PAN dan foto Ketua Umum Partai PAN Hatta Rajasa Penangkapan ini berawal dari kecurigaan warga bernama Nasir. Kebetulan Nasir tinggal di samping kantor tersebut. Selama satu bulan ini, Nasir terus melihat
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
aksiwarga gelagat aneh di sana. Beberapa kali AJ datang bersama wanita. Nasir lalu melaporkan kecurigaannya tersebut kepada Dadang Sutrisna, Ketua RT setempat. Dadang mengaku tidak mau gegabah karena yang mereka intai adalah anggota Dewan. Mereka khawatir jika salah bertindak akan merugikan diri mereka sendiri. Menurut Dadang, awalnya warga mengira ada tindakan asusila di tempat tersebut. “Saya juga langsung kondisikan warga di sini untuk siapsiap menggerebek. Mereka duduk di pondok yang tak jauh dari sana. Saya bilang sama mereka slow saja, anggap tidak terjadi apa-apa agar mereka tidak curiga,” kata Dadang menceritakan situasi malam itu. Saat itu, AJ dan dua
wanita tersebut masuk ke dalam sekretariat sekitar pukul 18.30 WIB. Bangunan kolam berenang ini terbilang tinggi sehingga Dadang bersama warga yang lain sedikit kebingungan untuk mengintip aktivitas di dalam. “Mau tidak mau bangunan itu harus dipanjat, makanya saya minta kepada warga untuk menyediakan tangga. Malam itu juga kita bikin tangga dari kayu sepanjang empat meter. Akhirnya, saya manjat dari samping halaman rumah warga,” kata Dadang lagi. Saat itulah, Dadang melihat wakil rakyat itu sedang mengonsumsi sabu. Saat itu, posisi AJ tengah mengisap sabu dengan menggunakan bong. “Saya sempat kaget, lalu saya turun dulu untuk mencari akal lagi, apa
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
yang harus saya perbuat saat itu karena saya jelasjelas melihat dia sedang makai. Tapi, ceweknya saya belum lihat. Karena penasaran, saya manjat lagi untuk kedua kalinya,” sebut Dadang. Saat memanjat kedua kalinya, barulah Dadang melihat kedua cewek tersebut mengisap bong. Setelah ia memastikan kedua orang ini menggunakan narkoba, akhirnya ia berinisiatif melaporkan tersebut kepada Babinkamtibnas setempat. Tak berapa lama, Ketua Babinkamtibnas datang bersama anggota polisi. Mereka juga terlihat sangat berhati-hati karena tidak mau mengambil risiko. Setelah ia keluar, ketiga orang tersebut langsung ditangkap tanpa perlawanan. Kepala Polres Bintan
AKBP Kristiaji menyatakan, AJ sudah lama menjadi target operasi jajaran Sat Narkoba Polres Bintan. Selain sebagai anggota Dewan, AJ juga dikenal sebagai pengusaha sukses yang diduga kuat kerap mengonsumsi sabu. “Dia sudah lama jadi target kami. Bahkan, anggota sudah sempat melakukan transaksi dengan yang bersangkutan. Sebenarnya, anggota sedang menunggu waktu yang tepat untuk melakukan penangkapan, tapi sudah keduluan warga menggerebeknya,” kata Kristiaji. “Kalau warga tidak duluan menangkap, kemungkinan besar kita bisa mengamankan barang bukti dalam jumlah yang banyak dari tangannya,” tambahnya. (lin)
SINAR BNN 29 EDISI XI - 2014
artikelartikel
Rumah Dampingan Bagi Mantan Pecandu Narkoba T ulisan ini masih terinspirasi dari acara pergelaran seni dan budaya anti penyalahgunaan narkoba yang diadakan beberapa waktu lalu. Saat itu mata saya tertuju pada sebuah meja yang di atasnya berjejer gelas dan stiker yang bertuliskan sloganslogan anti narkoba. Ada juga slogan Badan Narkotika Nasional (BNN) di dalam gelas maupun stiker tersebut. Di belakang meja terdapat sebuah papan putih berisi skema dengan judul : CETAK BIRU SKEMA RUMAH SINGGAH. Di samping meja terdapat standing banner yang berisi tentang fungsi rumah singgah atau yang dikenal dengan nama rumah dampingan mantan pecandu narkoba. Berikut ini adalah Fungsi Rumah dampingan seperti yang tertulis pada standing banner tersebut : Tempat pendataan ulang (Aktualisasi data mantan pecandu narkoba). Tempat untuk
30 SINAR BNN EDISI XI - 2014
penguatan secara psikologis dalam rangka menekan angka Relapse. Tempat layanan bimbingan konseling dan terapi grup. Tempat pertemuan family support group (FSG). Tempat mencari informasi pekerjaan dan
pelatihan unit usaha kerja produktif. Rumah dampingan ini adalah salah satu yang dimiliki oleh Direktorat Pasca Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN). Jika ingin berkunjung dan melihat langsung apa saja aktifitas yang ada di rumah
singgah ini maka kita bisa datang ke Jalan Cipinang Besar Selatan No. 1A. Saya sempat bertanya pada aktivis yang menunggu hasil karya anak-anak dari rumah dampingan, pada acara di Smesco tersebut. Aktivis itu menjelaskan bahwa ada banyak alasan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
artikelartikel mengapa perlu adanya rumah pendampingan bagi para mantan pecandu narkoba. Salah satunya adalah waktu yang diperlukan oleh mantan pecandu narkoba untuk bisa lepas dari jeratan narkoba tidaklah sebentar. Para mantan pecandu narkoba tersebut memerlukan pengorbanan yang besar untuk bisa benar-benar sehat kembali seperti sedia kala. Pengorbanan tersebut bukan saja berupa materi tapi juga waktu serta psikologis. Yang ada dalam pikiran para pecandu narkoba setiap hari adalah menggunakan narkoba. Apapun kondisinya pokoknya mereka harus bisa menggunakan narkoba. Mereka tidak mau tahu tentang kondisi ekonomi ataupun resiko kesehatan di masa yang akan datang. Itu sebabnya kalau sudah dalam keadaan terdesak mereka tidak segan-segan untuk mencuri atau menjual barang apapun yang bisa menghasilkan uang cepat agar ia bisa membeli barang haram tersebut. Menangkap dan memasukkan pecandu ke dalam penjara bukanlah sebuah penyelesaian yang baik. Ini karena pada kenyataannya pecandu yang berada di dalam penjara seringkali mengalami kekerasan secara hukum dan ini sebenarnya melanggar Undang-undang Hak Asasi Manusia (HAM).
Sebenarnya pemerintah sudah berkomitmen untuk melindungi para pecandu narkoba dari kriminalisasi dan menempatkan pecandu narkoba pada tempat yang tepat agar mereka bisa pulih dan bisa kembali ke masyarakat seperti semula. Komitmen ini dituangkan dalam Undang-undang Narkotika sejak undangundang ini dibuat pada tahun 1976, 1997 dan terakhir Undang-Undang No. 35 tahun 2009. Itu sebabnya rumah pendampingan ini ada untuk membantu mempersiapkan para mantan penyalah guna narkoba yang sudah keluar dari Pusat Rehabilitasi agar mereka bisa siap kembali ke masyarakat. Di dalam rumah pendampingan ini para mantan penyalahguna narkoba diberikan bimbingan dan penyuluhan yang nantinya diharapkan bisa membantu mereka tidak menggunakan barang haram itu lagi. Selain rumah endampingan yang dikelola langsung oleh Badan Narkotika Nasional, ada juga rumah dampingan yang dikelola oleh Masyarakat. Seperti misalnya Rumah Singgah PEKA di Jakarta ataupun Yayasan Laras yang ada di Kalimantan Timur. Rumah dampingan ini juga dikenal sebagai rumah singgah bagi para mantan pengguna narkoba.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Di dalam rumah dampingan ini para mantan pecandu narkoba selain diberikan penyuluhan tentang bahaya narkoba, mereka juga dibekali dengan pelatihan bisnis atau usaha. Pelatihan ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi dan menyiapkan mental mereka dalam menjalankan usaha ketika kembali ke masyarakat nantinya. Kegiatan yang ada di rumah dampingan ini juga dibantu oleh pihak ketiga. Seperti misalnya di rumah singgah PEKA yang melibatkan ILO (International Labour Organization) untuk memberikan asistensi pada para mantan penyalah guna narkoba pada pelatihan usaha ini. Kegiatan pelatihan usaha semacam ini biasanya diberikan selama 3 bulan dengan durasi pertemuan seminggu sekali. Selain pelatihan berbisnis, para mantan pecandu narkoba ini juga diberikan pelatihan ketrampilan yang bisa menjadi bekal mereka berusaha nantinya. Beberapa kegiatan ketrampilan yang diberikan di rumah dampingan yang dikelola oleh Direktorat Pasca Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) antara lain design grafis dengan hasil stiker dan gelas dengan berbagai slogan anti narkoba. Sementara itu di rumah
singgah PEKA para mantan pecandu narkoba itu dibekali dengan ketrampilan laundry, bengkel, warnet, warung serta salon. Memang tidak mudah mengobati sebuah penyakit. Begitu juga mengobati para pengguna narkoba. Yang perlu diingat adalah para pengguna narkoba adalah orang-orang yang sakit. Mereka sakit secara fisik dan mental. Oleh karena itu cara yang paling tepat dilakukan bagi para pecandu narkoba adalah mengobatinya hingga sembuh. Perlu waktu panjang untuk bisa menyembuhkan penyakit yang sudah menumpuk di dalam tubuh. Semakin lama para pecandu ini mengkonsumsi narkoba, maka semakin lama pula mereka bisa membersihkan diri dari narkoba yang sudah meracuni tubuh mereka. Itu sebabnya peran serta masyarakat di sekitarnya terutama keluarga sangat diperlukan. Para pecandu narkoba itu juga manusia, maka kita juga harus memperlakukan mereka sebagai manusia. Para pecandu narkoba punya hak untuk sembuh dan ketika sembuh mereka juga punya hak untuk hidup layak di lingkungan masyarakat. Jadi tidak ada lagi alasan untuk tidak menerima para mantan pecandu narkoba di lingkungan sekitar kita. SINAR BNN 31 EDISI XI - 2014
liputankegiatan
Rumah Ibadah Jadi Tempat Rehabilitasi Pecandu Narkoba
D
irektur Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah Badan Narkotika Nasional (BNN) Ida Utari mengatakan, rumah ibadah seharusnya bisa menjadi tempat rehabilitasi pecandu narkoba atau Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL). Hal itu menyerupai dengan negara lain. “Seperti di Thailand, vihara bisa menjadi tempat rehabilitasi. 32 SINAR BNN EDISI XI - 2014
Karena masalah narkoba ini sebenarnya masalah ketuhanan,” ujar Brigjen Polisi Ida dalam forum dialog di Bogor, Jawa Barat, belum lama ini. Ida menambahkan, seharusnya pecandu narkoba bisa direhabilitasi di tempat yang membuat mereka nyaman, entah itu masjid ataupun gereja. Jumlah IPWL yang ada saat ini sebanyak 314 unit. Sementara jumlah pengguna narkoba pada 2011 mencapai empat
juta jiwa. Pecandu narkoba bisa datang dengan sukarela ke IPWL untuk mendapatkan penanganan dari ketergantungan dari narkoba. “Di tes urine kemudian positif maka akan dilakukan penilaian kemudian bisa diarahkan untuk ikut rehabilitasi”. Sementara itu, Kasubdit I Direktorat Tindak Pidana (Dit Tipid) Narkotika Bareskrim Polri Kombes Pol Agus Rohmat mengatakan,
perlu adanya jihad untuk melawan narkoba ini. “Kalau kita bersatu memerangi narkoba, maka saya yakin kita bisa memberantas narkoba,” kata Agus. Berdasarkan data Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) jumlah narapidana dan tahanan adalah 160.754 orang. Sebanyak 56.847 orang di antaranya atau sekitar 35 persen merupakan tahanan narkoba. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Ketatkan Pelabuhan Cegah Masuk Narkotika
B
adan Narkotika Nasional (BNN) mengaku tengah berusaha bekerja sama dengan negara-negara di ASEAN guna mencegah peredaran narkotika. Bentuk kerja sama tersebut, menurut Kepala BNN, DR. Anang Iskandar, akan dipertajam dalam pertemuan setingkat kementerian atau “ASEAN
Ministerial Meeting on Drug Matters” (AMMDM) ke-3 yang digelar di Hotel Pullman, Jakarta. “Bentuk kerja sama bisa bilateral, misalnya tentang interdiksi (pelarangan) pelabuhan-pelabuhan dan tukar menukar informasi negara-negara di ASEAN agar kita bisa menangkap atau menangkal sebelum masuk ke Indonesia,” kata
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Anang. Namun, lanjut Anang, ke depannya bisa saja para pengedar narkotika tersebut ditangkap di tengah laut. Seperti diketahui, AMMDM digelar sebagai upaya membangun kerja sama antarnegara ASEAN untuk menyelesaikan permasalahan narkotika. Dalam forum
setingkat kementerian yang akan berlangsung dua hari tersebut, rencananya akan dibahas perihal penguatan kerja sama antarnegara, terutama dalam pengawasan di daerah perbatasan baik darat, laut, dan udara yang kerap dijadikan celah untuk menyelundupkan narkotika oleh sindikat. SINAR BNN 33 EDISI XI - 2014
liputankegiatan
BNN Rangkul Pelajar
Cegah Narkoba K
epala Seksi Media Tradisional Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN) Ahmad Soleh mengatakan dalam upaya mencegah penyalahgunaan narkoba pelibatan pelajar mutlak harus dilakukan. Hal itu disampaikan Ahmad Soleh saat menjadi narasumber dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan bersama para pelajar SMKN 4 Ciputat, Pamulang di Jalan Sumatera Gg Masjid AlHuda RT 01 RW 017 Rawalele, Jombang Ciputat Tangerang. Soleh menuturkan, betapa pentingnya untuk melindungi masa depan para pelajar dari bahaya penyalahgunaan narkoba. Karena para pelajar merupakan generasi penerus bangsa yang harus bebas dari narkoba. “BNN menyadari bahwa pelajar merupakan komponen penting yang
34 SINAR BNN EDISI XI - 2014
harus turut serta dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba. Hal ini dikarenakan pelajar merupakan cikal bakal kaum intelektual yang akan menjadi motor pembangunan di masa depan,” ujar Soleh. Oleh karena itu, kata Soleh, BNN berusaha merangkul para pelajar untuk aktif terlibat dalam upaya-upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba secara dini dengan
berbagai metode. Salah satunya dengan metode FGD. “Siswa yang menjadi korban salah satunya terdiri dari anak yang suka nongkrong di luar sekolah dan tidak semangat belajar,” ujarnya. Lebih lanjut, Soleh mengatakan, korban penyalahgunaan narkoba, baik dari kalangan anakanak, remaja, pekerja bahkan tidak mengenal
batasan ekonomi, hanyalah alat dari para bandar dan pengedar untuk merusak khususnya generasi muda. “Mereka yang menjadi korban harusnya kita tolong dengan membawa ke Pusat Rehabilitasi yang ada di Lido atau dapat dibawa ke Rumah sakit Ketergantungan Obat (RSKO) yang disediakan agar segera direhabilitasi,” tandasnya.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Ini Alasan Jokowi Tak Beri Grasi Bandar Narkoba
M
enteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno membenarkan wacana Presiden Jokowi yang tak memberikan grasi terhadap gembong narkoba. Tedjo mengatakan, Presiden mempertimbangkan akibat kejahatan narkoba meluas di masyarakat. “Ya memang harus begitu. Begini, dari kerugian, rakyat kita akibat narkoba sudah lebih besar daripada hukuman yang dijatuhkan ke mereka. Hanya, jangan sampai negara kita menjadi tujuan narkoba. Stop narkoba Indonesia bebas narkoba 2015, harus,” ujar Tedjo di Silang Monas, belum lama ini. Tedjo menambahkan, peredaran narkoba belakangan ini semakin meluas, di lingkungan RT/ RW hingga di lapas. Jika ini didiamkan, pelaku tak jera apalagi tidak ada hukuman yang berat.
“Kami lihat negara kita sudah dimasuki narkoba terlalu jauh. RT/RW sudah kemasukan, per hari 30-40 orang anakanak mati karena narkoba. Apa mau didiamkan? sementara mereka bisa kendalikan narkoba dari dalam lapas, dengan segala keuangan. Karena ini sudah hancur, harus disetop,” tegas
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Tedjo. Untuk itu, lanjut Tedjo, akan ada pembahasan tindak lanjut dari wacana Presiden Jokowi terkait hal ini. Menko Polhukam akan mengadakan rapat,”Untuk narkoba, nanti kita putuskan untuk ambil keputusan,” ujarnya. Sebelumnya, Jaksa Agung HM. Prasetyo
mengatakan, Presiden Joko Widodo tidak memberi toleransi terhadap pengedar narkoba. Bentuknya, lanjut Prasetyo, eksekusi terhadap terpidana mati. Hal ini, menurut Prasetyo, lantaran Indonesia sudah menjadi negara produsen narkoba, bukan lagi hanya sebagai pengguna. (pas) SINAR BNN 35 EDISI XI - 2014
artikelartikel
Kisah Tragis Menggunakan Narkoba OLEH : Yunika Umar
N
arkoba adalah narkotika dan obat/bahan berbahaya termasuk di antaranya ganja, heroin, putauw, inex, kokain, dan segala macam lainnya yang terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Terdapat kecenderungan dengan berbahayanya narkoba melalui suntikan yang bisa menyebabkan penyakit AIDS (penyakit yang telah memakan banyak korban), maka banyak dari pemakai sekarang menghindari penggunaan jarum suntik. Zaman dulu, jarum suntik banyak digunakan dikarenakan pemakaian yang bisa digunakan banyak orang sehingga lebih irit. Berbagi (dalam hal negatif) antara satu orang dan orang lainnya. Dari si A ke si B dan ke si C dan digunakan lagi oleh si A, terus berpindah hingga cairan dalam suntikan tersebut habis. Cerita berikut ini adalah kisah nyata yang saya tahu apa adanya, tanpa bermaksud memfitnah, hanya sebagai
36 SINAR BNN EDISI XI - 2014
pelajaran dan konsekuensi di masa depan yang akhirnya merugikan orang yang kita sayangi. Alkisah seorang remaja wanita bernama S yang cantik rupawan. S adalah anak tunggal dan bersekolah di sekolah yang bergengsi yang mana ditunjang dengan kekayaan kedua orang tuanya. Ibu dan bapaknya sudah bercerai. Kalau sekarang, mungkin dibilang S ini adalah anak gaul Jakarta. Demi jenjang
pendidikan yang lebih baik, oleh sang Ibu, S disekolahkan ke Australia. Sementara bagi banyak orang bisa sekolah ke luar negeri hanyalah sekedar impian. S bisa sekolah dan mondar-mandir pulang ke Jakarta kapan pun dia mau. Di negara inilah S mengenal narkoba. Entah apa obat yang digunakan. Mulailah S merongrong Ibunya untuk keuangan yang lebih. Awalnya sang Ibu tidak tahu kalau sang anak tersayang ini menggunakan narkoba.
Walau dalam sejarah hidupnya, sang Ibu ini terbiasa melihat sendiri bagaimana saudarasaudaranya menggunakan narkoba dan beberapa bisa terlepas di saat tua. Kecurigaan muncul saat S pulang ke Jakarta, satu persatu barang di rumah mulai hilang. Antara percaya dan tidak, sang Ibu pasrah begitu mengetahui sang anak tersayang menjadi pengguna narkoba. Keputusan pun diambil, S diharuskan kembali ke Jakarta dan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
artikelartikel tidak boleh kembali lagi ke Australia. Jakarta yang merupakan surga bagi pengguna narkoba tentunya merupakan tempat yang S merasa nyaman berada. Keterjerumusan dalam narkoba semakin dalam. Beragam usaha sang Ibu lakukan. Pesantren, dokter, dan rehabilitasi narkoba - semua dilakukan sang Ibu agar S terlepas dari jeratan narkoba. Tak terkira banyaknya uang yang dihabiskan demi kesehatan sang Anak. Lama tak terdengar kabarnya, apakah S telah sembuh atau belum, lalu saya mendengar S menikah dengan sesama (entah pria ini sudah sembuh entah belum) pengguna. S juga melahirkan seorang putri yang cantik jelita. Sekitar empat tahun lalu saat Ibu saya menelpon Ibu dari S (Ibunya merupakan sahabat Ibu saya) dan menanyakan kabarnya. Dengan rasa sedih dan isak tangis, Mama S (sebutan saya untuk beliau) menceritakan bahwa satu persatu dimulai dari menantunya, cucunya kemudian anaknya telah meninggal dunia. Saat menulis inipun, bulu kuduk saya merinding mengingat peristiwa saat Ibu saya menceritakan kembali pembicaraan mereka. Menantunya meninggal secara tiba-tiba. Cucunya yang berumur 5-6 tahun
meninggal saat mereka sekeluarga pergi berlibur ke luar kota. Tiba-tiba saja demam tinggi, dibawa ke rumah sakit dan tidak berapa lama dinyatakan meninggal. Sementara S, dikarenakan sakit dan sempat dirawat beberapa lama di rumah sakit sebelum akhirnya meninggal. Sesaat sebelum meninggal, S menyatakan penyesalannya karena telah menggunakan narkoba dan meminta maaf kepada sang Ibu atas segala kesalahannya. Sang Ibu bercerita bagaimana menjelang akhir hayatnya, S begitu dekat kepada Tuhan dengan banyak beribadah. Saat ini, di menjelang usianya mencapai kepala 7, Mama S hidup bersama hewan-hewan kesayangan dan saudarasaudaranya. Hari-harinya selalu mengingat anak dan cucu tersayang. Beliau tetap aktif mengurusi bisnisnya. Bergerak kesana kemari. Tak pernah sedikitpun dirinya menjauh dari sang Maha Kuasa. Dia berusaha pasrah atas takdir kehidupannya.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
S tidak mungkin melihat bagaimana sang Ibu sekarang. Kita sebagai penonton yang berada di luar arena melihat bagaimana narkoba bisa merugikan bukan hanya ke si pengguna tapi juga orang-orang sekitarnya. Orang-orang yang dicintai. Jika diberi kesempatan sekali lagi oleh Tuhan, saya yakin S tidak akan pernah mau mencoba narkoba. Melihat ini, tidak sedikitpun ada rasa ingin saya untuk mencoba narkoba. Mendapatkan kesempatan dari BNN untuk membantu gerakan #IndonesiaBergegas agar penyalahgunaan narkoba bisa dikurangi membuat saya merasa bahagia. Banyak kisah dari orangorang di sekitar saya tentang narkoba. Cerita inilah yang nantinya akan saya tulis kembali sebagai sarana berbagi betapa narkoba itu jahat teramat jahat. Jangan pernah berpikir sekalipun untuk mencobanya. BNN telah mencanangkan agar para pengguna narkoba janganlah dihukum
penjara, mereka lebih baik dirawat. Ada beragam pilihan perawatan yang dibiayai oleh pemerintah mulai dari rawat jalan maupun rawat inap. Opsi yang merupakan hasil keputusan dari dokter yang menangani pasien. Kita tidak bisa berharap sepenuhnya dari pengguna narkoba untuk mereka sadar dan berobat karena saat mereka berada dalam tahap kecanduan, pemikiran mereka pun menjadi tidak wajar. Maka dari itu dibutuhkan kesabaran. Butuh usaha dengan semangat yang kuat untuk menyembuhkan pengguna narkoba. Usaha yang tentunya harus disertai dengan doa. Segala kejadian yang terjadi selalunya mendapat restu dari Sang Maha Kuasa. Jika Ia merestui seseorang menjadi pengguna narkoba maka kepadaNyalah kita kembali memohon kesembuhan. Memohon untuk dijauhkan dari segala pengaruh buruk lingkungan yang bersifat merusak.
SINAR BNN 37 EDISI XI - 2014
liputankegiatan
Perempuan Pengedar Narkoba
di Indonesia Meningkat S
ebanyak 24 Kilogram ganja dan 57 gram sabu diamankan dari 27 pengedar yang ditangkap dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat 4.297 perempuan terlibat peredaran gelap narkotika di Indonesia pada 2013. Meski jumlah ini masih lebih sedikit bila dibandingkan dengan pengedar narkotika lakilaki, angka ini mengkhawatirkan karena terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Perempuan ini biasanya bertindak sebagai kurir yang direkrut sindikat narkotika dari negara lain yakni sindikat Nigeria. Kelompok ahli BNN, Brigjen Pol (Purn) Jeanne Mandagi menjelaskan, cara rekrutmen ini bermula dari perkenalan di tempat perbelanjaan atau di diskotek. “Dari perkenalan inilah si perempuan Indonesia diajak berkencan dan dijadikan pacar. Setelah menjadi pacar, maka perempuan ini akan dijanjikan untuk dinikahi dan diboyong ke luar 38 SINAR BNN EDISI XI - 2014
negeri. Orang Nigeria itu kemudian memberikan syarat, jika kembali ke Indonesia maka perempuan dimanfaatkan sebagai kurir,” ujar Jeanne dalam Diskusi ‘Peranan Perempuan dalam Sindikat Peredaran Gelap Narkotika’ di Gedung Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta Pusat, belum lama ini. Jika berhasil, perempuan tersebut dapat dijadikan kurir negara lain seperti di negara-negara Amerika Selatan seperti Peru, Columbia, Argentina maupun negara-negara di Eropa seperti Belanda dan Jerman. Selain itu, jaringan sindikat ini biasanya juga
dan sabu. Untuk jenis ganja hampir seluruhnya dikuasai sindikat Indonesia. Wakil Dekan Bidang Akademik Pascasarjana Universitas Indonesia, Kristi Poerwandari menjelaskan mengapa perempuan di Indonesia banyak menjadi kurir narkotika. Label perempuan di Indonesia selama ini yang dinilai naif, tidak pikir panjang, dan mudah dimanfaatkan mempermudah para sindikat itu merekrut menawarkan pada mereka para perempuan. yang membutuhkan “Mereka ini sengaja banyak uang seperti merekrut dengan perempuan hamil. memanfaatkan kondisi Bahkan perempuan ekonomi dan hamil ini dijadikan kurir psikologisnya dengan khusus di Tiongkok. memperkerjakan sebagai Pasalnya, menurut UU di kurir,” kata Kristi. Tiongkok, tidak Ia juga menjelaskan, memperbolehkan para sindikat biasanya perempuan yang sedang mengiming-imingi hamil untuk dipenjara perempuan dengan atau hukuman mati. memberi keuntungan “Hal ini maksimal dan menguntungkan bagi mengupayakan risiko pelaku karena menjadi minimal. Kristi bebas dari hukuman,” mengatakan untuk tutur Jeanne. menanggulangi hal ini Kaum perempuan di dapat dilakukan dengan Indonesia kebanyakan memberi penyuluhan terlibat peredaran gelap pada kaum perempuan narkotika jenis ganja, dari segala lapisan heroin, kokain, ekstasi, masyarakat. (pas) Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Lapor Diri, Pemakai Narkoba Tak Akan Dihukum
P
emakai narkoba yang melaporkan diri ke polisi tidak akan diproses hukum. Mereka akan direhabilitasi. Hal itu disampaikan oleh Kepala Kepolisian RI Jenderal Sutarman di Mabes Polri, belum lama ini. “Kalau dia (pengguna narkoba) melaporkan dia adalah pengguna, kita rehabilitasi, tetapi kalau dia tertangkap tetap kita proses,” ujar mantan Kabareskrim Mabes Polri ini. Sutarman menjelaskan, alasan pemberlakuan kebijakan itu. Menurutnya, penghuni lembaga pemasyarakatan di seluruh Indonesia didominasi kasus narkoba. Hal itu membuat lapas kelebihan kapasitas,”Sehingga
muncul wacana agar pengguna narkoba tak perlu dilakukan proses hukum. Tetapi hanya
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
dilakukan rehabilitasi,” katanya. Wacana ini dipertimbangkan oleh
Polri. Namun, mereka tak bisa serta merta dilepas dari proses hukum. Untuk itu, kepolisian mengeluarkan kebijakan di mana hanya pengguna narkoba yang melapor yang tak akan diproses hukum. Untuk mengatasi masalah narkoba, Polri terus melakukan koordinasi dengan Menteri Hukum dan HAM, BNN dan Menteri Kesehatan. “Ini untuk dicarikan solusi yang tepat,” katanya. (bim) SINAR BNN 39 EDISI XI - 2014
liputankegiatan
Latih Mantan Pecandu, BNN Kerjasama dengan BBLKI
B
adan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Utara menjalin kerjasama dengan Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) Kota Medan untuk meningkatkan kualitas kerja mantan pecandu narkoba yang sudah direhabilitasi. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala BBLKI Nurmia Sinaga saat menggelar pertemuan langsung dengan BNNP Sumut, di Kantor BBLKI, belum lama ini. Dalam pertemuan
40 SINAR BNN EDISI XI - 2014
tersebut juga dihadiri oleh Bambang Satrio Lolono yang merupakan Sekretaris Badan Nasional Sertifikasi profesi, Jakarta, hadir juga Dra. Yunis Farida Oktoris MSi yang merupakan Direktur Pasca Rehabilitasi BNN RI. Dalam pertemuan ini Yunis mngatakan, keinginannya untuk meningkatkan kualitas kerja para pecandu agar dapat hidup layak setelah pulang dari tempat rehabilitasi. “Kita ingin menjalin
kerja sama dengan BBLKI untuk dapat memfasilitasi BNN untuk memberikan pelatihan-pelatihan kerja pada para mantan pecandu narkoba agar mampu meningkatkan kualitas kerja para mantan pecandu,” ucap Yunis dalam pertemuan tersebut. Hal senada juga di sampaikan oleh Nurmia Sinaga yang mengatakan jika BBLKI siap memfasilitasi pelatihan kerja bagi masyarakat. “BBLKI siap memfasilitasi pelatihan-
pelatihan kerja bagi para mantan pecandu, karena kita memiliki fasilitas dan tempat untuk melakukan pelatihan-pelatihan.” Ucap Nurmia. Nurmia juga mengatakan jika BBLKI mendukung program pasca rehap untuk meningkatkan kompetensi kerja para pecandu,”Program pasca rehab BNN sangat cocok dengan bidang kita yang bertujuan meningkatkan kualitas kerja masyarakat,” pungkasnya. (lin)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Menkum HAM Heran
Ada 6 Bandar Bisnis Narkoba Di Penjara
M
enteri Hukum dan HAM (Menkum HAM) Yasonna Hamonangan Laoly mendapat informasi dari Badan Narkotika Nasional (BNN) ada enam bandar narkoba yang saat ini mendekam di balik jeruji, namun aktif menjalankan bisnisnya dari dalam Lapas Penjara. Yasonna menyebut, salah satu bisnis itu terjadi di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Nusakambangan.
“Ada 6 orang yang disampaikan oleh BNN. Salah satunya di Nusa Kambangan,” kata Yasonna di sela-sela Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (KNPK) di Balai Kartini, Jakarta, belum lama ini. Terkait laporan itu, ia pun segera memerintahkan Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen Pas) untuk menindaklanjuti kasus ini. Menurut Yasonna, jika terbukti nantinya para bandar itu akan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
dimasukkan ke penjara maksimum security,”Saya minta Dirjen Pas mengunci nama-nama itu. Diisolasi, tidak boleh punya alat alat. Dijaga betul,” katanya. Oleh karena itu, dia pun tengah mengkaji aturan ketat kepada pelaku narkoba. Salah satunya mengenai hukuman mati yang akan diberikan kepada pengedar narkoba. “Sekarang ada 4 juta pemakai narkoba, 2015 diprediksi ada 5,8 juta.
Setiap hari meninggal ada 40 orang. Belum lagi wanita hamil anak anaknya itu akan jadi korban narkoba. Oleh karena kepada pengedar narkoba akan dikenakan hukuman maksimal,” pungkas dia. Sebelumnya kasus serupa pernah mencoreng sejumlah lapas. Salah satunya gembong narkoba Fredy Budiman yang dikabarkan masih menjalankan bisnisnya dari balik jeruji besi. (pas) SINAR BNN 41 EDISI XI - 2014
liputankegiatan
Pemerintah Minim Dana Bangun Panti Rehabilitasi Narkoba
M
asih sedikitnya panti rehabilitasi untuk korban narkotika dan obatobatan terlarang (narkoba) di Tanah Air, tak lepas dari minimnya dana yang dikucurkan oleh pemerintah. Kementerian Sosial Republik Indonesia tak menampik kenyataan ini. Saat ini, Kementerian Sosial baru memiliki dua panti rehabilitasi khusus bagi pengguna narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Demikian disampaikan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, ketika meresmikan salah satu panti rehabilitasi milik Yayasan Penuai Indonesia, di kawasan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, belum lama ini. Menurut Mensos, kemampuan pemerintah dalam menyiapkan panti rehabilitasi sangat jauh dari kebutuhan. Apalagi saat ini, tercatat sebanyak empat juta orang pengguna narkotika harus menjalani proses rehabilitasi. Bahkan, kata Mensos,
42 SINAR BNN EDISI XI - 2014
untuk membuat panti rehabilitasi, pemerintah juga harus menyiapkan dana besar serta sumber daya manusia yang memiliki sikap atensi, simpati, serta empati. Mensos berkeliling melihat langsung para klien yang tengah menjalani rehabilitasi baik psikotik atau ketergantungan maupun kejiwaan,”Sehat, boleh salaman,” sapa Khofifah
perilaku (abstienence). Yayasan tersebut menangani dua jenis klien yaitu yang ketegantungan narkotika dan kejiwaan. Saat ini sebanyak 185 klien ditangani Yayasan Penuai; 120 orang di antaranya psikotik. Mensos menyatakan berterima kasih karena banyak para pihak yang turut membantu pemerintah dalam penanganan masalah narkoba. “Kalau pemerintah sendiri tidak akan sanggup menangani masalah ini,” kata Mensos. Di Indonesia pengguna Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif (Napza) tercatat kepada para klien empat juta orang. kejiwaan yang berada di Menyasar semua umur, dalam ruangan mereka. profesi, status sosial, Panti rehabilitasi mulai dari rakyat biasa Napza, yang dikelola hingga pejabat negara. Yayasan Penuai itu, Di Jawa Barat merupakan salah satu dari terdapat 10 panti yang 41 Institusi Penerima menjadi tempat Wajib Lapor (IPWL). rehabilitasi mantan Juga, diterapkan pola pengguna napza. Namun “therapetic community”, pada umumnya, panti bila yaitu pendekatan layanan memang harus menjadi yang bisa menolong pilihan hanya dirinya dalam komunitas, berkapasitas antara 75 terutama perubahan sampai 100 orang. (pas) Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Pemerintah Dukung Hukuman Mati Bagi Bandar Narkoba
U
NTUK menangani penyalahgunaan narkoba yang semakin marak, Pemerintah menggelar rapat koordinasi untuk mendukung hukuman maksimal bagi pengedar narkoba. Menko Polhukham Tedjo Edhy Purdijanto mengatakan, bahwa hukuman terberat itu untuk menambah efek jera. Sedangkan para pengguna narkoba harus
direhabilitasi. “Bagi pengedar narkoba akan diberikan hukuman terberat, termasuk hukuman mati. Tujuannnya agar menambah efek jera,” ujar Tedjo di Jakarta, belum lama ini. Sebaggai pilot project program Untuk merehabilitasi pengguna narkoba, katanya, pemerintah akan memaksimalkan pemanfaatan 16 panti
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
rehabilitasi. Sementara itu, Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo mengatakan,pihaknyua akan meningkatkan koordinasi karena narkoba telah masuk dalam keadaan darurat nasional. “Kita harus tingkatkan koordinasi karena narkoba sampai Indonesia bebas narkoba,” tandasnya. Ia juga meminta
masing-masing kementerian dan lembaga terkait mensosialisasikan peraturan bersama Ketua MA, Menkum HAM, Menkes, Mensos, Jaksa Agung, Kapolri dan Kepala BNN tentang penanganan pecandu narkoba ke dalam lembaga rehabilitasi. “Sosialisasi tersebut harus dilakukan hingga tingkat pelaksana paling bawah, seperti UPT dan Polsek.” imbuhnya. (pas) SINAR BNN 43 EDISI XI - 2014
liputankegiatan
Penyalahgunaan Narkoba Melahirkan Kejahatan K
asi Media Cetak Badan Narkotika Nasional (BNN) Wildah Dj mengatakan, kasus penyalahgunaan narkoba yang terus meningkat secara tidak langsung juga meningkatkan persoalan di tengah masyarakat. “Kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin marak terjadi, indikasi peristiwa kejahatan yang dilatarbelakangi penyalahgunaan narkoba juga semakin banyak di masyarakat. Tak menutup kemungkinan juga terjadi di lingkungan tempat tinggal kita sendiri,” ujar Wildah Dj ketika ditemui di ruang kerjanya belum lama ini. Wildah mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga keluarganya masingmasing dari bahaya peredaran dan penyalahgunaan narkoba. Kerena, dengan pendidikan dan pemahaman yang diberikan sejak di dalam rumah, dapat menangkal dan menyelamatkan anak 44 SINAR BNN EDISI XI - 2014
dari penyalahgunaan narkoba secara efektif. “Keluarga dianggap menjadi salah satu intervensi yang harus diberi ketrampilan dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba. Keluarga merupakan rumah pertama bagi anakanak yang dapat dijadikan benteng untuk bisa terhindar dari jeratan narkoba,” tuturnya. Wildah menambahkan, faktor-faktor protektif dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba harus dibangun sejak dini.
Penerapan pola hidup sehat, pola asuh dan pengawasan yang baik, dan membangun komunikasi positif dengan anak-anak sangat penting dilakukan. “Orangtua harus dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anak. Hindari pula pola komunikasi negatif terhadap anak, seperti selalu menyalahkan dan mengkritik anak, karena hal tersebut dapat berdampak negatif pada perilaku anak,” ucapnya. Karena menurut
Wildah, tidak ada faktor tunggal yang dapat menjadikan seseorang menjadi penyalahguna narkoba. Siapa saja dapat menjadi korbannya. Melalui keluarga yang harmonis diharapkan kasus penyalahgunaan narkoba bisa dihindari. “Dan disitulah peran orang tua sangat dominan untuk dapat mencetak generasi emas di masa mendatang, generasi yang sehat, cerdas, dan bersih dari narkoba. Ayo bersamasama kita wujudkan,” tandasnya. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Waspada, Anak Putus Sekolah Jadi Target Sindikat
B
elum lama ini kita dengar ada penangkapan dua remaja di bawah umur dalam kasus peredaran narkoba jenis ganja seberat 46,7 kg. Tentu kita jadi khawatir, karena sindikat narkoba terus bergentayangan, bisa jadi satu meter di depan, samping atau belakang rumah kita. Tidak ada yang tidak mungkin. Miris memang, D (16) dan R (17) terjerumus ke dalam sindikat narkotika. Mereka tidak berpikir akhirnya bisa terjebak. Pada awalnya, mereka mengaku sedang nongkrong di sebuah tempat bersama dengan teman-temannya. Saat itu, keduanya dihampiri oleh seorang pria yang berusia lebih tua. Sebut saja FAZ (28), seorang sopir angkot di Bekasi yang menawarkan pekerjaan haram pada dua anak di bawah umur. Tak lama setelah berkenalan, D dan R akhirnya bersedia untuk menjaga sebuah lemari berisi bungkusan di sebuah kontrakan. Kedua remaja ini mengaku tidak tahu apa yang ada di dalam bungkusan tersebut. Namun lambat laun
mereka curiga dan akhirnya tahu bungkusan itu adalah ganja. Namun, bukannya kabur dan melaporkan, mereka justru malah melanjutkan tugasnya menjadi penjaga ganja. R menulis pembukuan transaksi ganja, sedangkan D mengantarkan ganja ke beberapa tempat sesuai dengan perintah FAZ. Perjalanan karir mereka sebagai penjaga gudang ganja harus berakhir setelah BNN mengamankan keduanya pada 28 November 2014, di kontrakannya yang berada di kawasan Bekasi
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
tinggal. Ia tak harus ngemper atau ngegembel untuk merebahkan badan ketika siang berganti malam. Apalagi dengan godaan uang serta ponsel dari sang bandar, hatinya luluh, dan matanya gelap untuk melakoni dunia hitam yang penuh dengan bahaya. Sedangkan dari mulut D, juga diperoleh kenyataan yang pahit, karena di kepalanya, pendidikan sudah menjadi hal yang membosankan. Ia mengaku bosan dengan sekolah, dan lebih suka dengan kehidupan bebas di luar sana. Tongkrongan Jaya, Bekasi Timur. Selain yang tidak jelas akhirnya mengamankan kedua mengantarkannya pada bocah ini, BNN juga dunia narkoba. membekuk bosnya yaitu Mendapatkan uang, dan FAZ yang sedang berlibur fasilitas handphone tentu di Pulau Tidung. Dari menjadi stimulan bagi kasus ini, penulis melihat mereka berdua. Apakah ada kecenderungan kondisi ini akan kita sindikat untuk biarkan saja? Semua orang memanfaatkan anakharus merenung, karena anak yang putus sekolah. bisa jadi bukan hanay Anak putus sekolah lebih anak putus sekolah yang mudah dirayu dengan jadi target. Bisa saja anakgodaan nominal rupiah anak yang masih sekolah, dan dijanjikan dengan bisa anak SD, SMP, atau tempat tinggal yang SMA. Semua bisa terjadi, cukup layak. Seperti tergantung bagaimana kita diuangkapkan oleh R, memberikan imunitas yang mengaku kabur dari kepada mereka agar bisa rumah, mengaku nyaman lolos dari rayuan sindikat saat diberikan tempat narkotika. SINAR BNN 45 EDISI XI - 2014
kolomkolom
Remaja, Narkoba Dan Jihad Keluarga Oleh : Agus Sutondo
N
arkoba, dalam pengertian sekarang, belum dikenal di masa Nabi. Tetapi, istilah khamr (yang selama ini sering hanya diartikan hanya minuman keras), dapat dijadikan wadah untuk menentukan status hukum narkoba. Makna asal dari khamr adalah “menutupi (akal)”. Setiap makanan atau minuman yang dapat menyebabkan tertutupnya akal dinamai 46 SINAR BNN EDISI XI - 2014
khamr. Dia merupakan segala jenis makanan atau minuman yang dapat mengganggu pikiran atau menghilangkan kesadaran ketika dikonsumsi dengan kadar normar oleh seorang yang normal, baik yang diolah atau tidak. Hukum mengkonsumsi khamr adalah haram, banyak atau sedikit, baik ketika dikonsumsi dapat memabukkan secara
faktual atau tidak. Narkoba termasuk dalam kategori khamr. Potensi memabukkan atau menghilangkan kesadaran (akal) yang dimiliki narkoba tidak perlu diragukan lagi. Karena itu, dalam pandangan Islam, narkoba merupakan barang haram. Keharaman narkoba, yang sudah sejak awal dapat dipastikan karena potensi memabukkannya, akan
semakin kokoh status keharamannya dengan menengok berbagai jerit memilukan yang ditimbulkannya. Barang ini telah menjelma menjadi salah satu virus paling menakutkan di dunia, sehingga banyak negara yang memastikan vonis mati bagi setiap orang yang “menyentuh”nya. Remaja dan Narkoba Peredaran dan kasus penyalahgunaan narkoba
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
kolomkolom di Indonesia cenderung meningkat, malahan sangat memprihatinkan dan membahayakan kehidupan bangsa. Bayangkan, menurut salah satu data, peredaran narkoba di Indonesia meningkat 110,9 persen per tahun. Indonesia bukan hanya sebagai tempat transit perdagangan gelap narkoba, tetapi telah menjadi tempat pemasaran, bahkan tempat produksi. Realitas yang paling mengiris perasaan adalah bahwa korban utama yang berjatuhan di depan moncong senjata narkoba adalah para generasi muda, sejak usia Sekolah Dasar (SD) sampai mahasiswa perguruan tinggi. Narkoba merupakan salah satu ancaman terbesar generasi muda saat ini. Jika persoalan tidak diatasi dengan secepatnya dan tuntas, dapat diprediksi betapa mengerikannya masa depan Indonesia. Dalam waktu yang tidak lama lagi, negara ini akan dipimpin oleh manusiamanusia yang dilahirkan dari rahim narkoba. Bayangkan, dari dua juta pecandu narkoba, 90 persen adalah generasi muda, termasuk 25 ribu mahasiswa. Kasus penyalahgunaan narkoba oleh pelajar dan mahasiswa tidak lagi cenderung tinggi, tetapi sudah tinggi sejak tahun 2001. Misalnya, 60-70 persen tersangka
penyalahguna narkoba yang ditangkap Polda Metro Jaya berusia 16 sampai 21 tahun dan setengahnya adalah pelajar yang masih aktif bersekolah. Dari temuan Badan Narkotika Nasional (BNN), data 2006 tercatat 8.449 pengguna dari siswa SD, meningkat lebih dari 300 persen dari tahun 2005 sebanyak 2.542 orang. Pengguna di kalangan siswa sekolah menengah pada tahun 2004 terdapat 18 ribu orang dan naik menjadi 73.253 orang di tahun 2007. Jihad Keluarga Ini masalah sangat serius yang harus segera dicarikan penyelesaiannya. Narkoba telah menyebabkan banyak kerugian, materi maupun non materi. Banyak kasus pembunuhan, perkelahian, perceraian, pencurian, putus sekolah, bahkan kematian, yang disebabkan oleh
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
yang aman dari semua itu. Lingkungan keluarga yang tidak kondusif merupakan salah satu pintu yang dapat mengantarkan seorang anak ke dunia narkoba. Suasana komunikasi keluarga yang tersendat, kehidupan yang tidak harmonis, kesibukan orang tua yang tidak mengenal waktu, sikap acuh terhadap kehidupan anak, gaya otoriter, perceraian, dan sebagainya merupakan alasan bagi anak untuk “mengadu” pada narkoba. ketergantungan terhadap Apalagi jika di dalam narkotika. kehidupan tidak Sebagai langkah ditemukan keteladanan antisipasi, sekalipun kecil dan tersemainya nilaitetapi memiliki nilai agama secara baik. sumbangan signifikan, Langkah lain dalam proteksi keluarga jihad keluarga terhadap terhadap setiap remaja narkoba yang tidak kalah merupakan sebuah pentingnya adalah keniscayaan. Pesan mencarikan anak-anak standar al-Qur’an dalam tersebut sekolah yang menciptakan generasi jauh dari “neraka” kuat dapat diarahkan narkoba. Pada umumnya pada kasus ini. Sejak awal sekolah tersebut memiliki Al-Qur’an disiplin yang baik, tidak memperingatkan agar dekat dengan tempat setiap orang tua hiburan serta dapat senantiasa memberikan kesempatan mempersiapkan dengan yang cukup kepada baik dan siswanya untuk mengkhawatirkan mengembangkan diri kesuraman masa depan secara positif. Juga, anak-anaknya. Jangan bimbing dan awasilah sampai mereka menjadi mereka dalam berteman. anak-anak lemah yang Jangan biarkan mereka memiliki masa depan berteman dengan anaktidak jelas ( QS. 4:9 ). anak yang “sudah hitam”. Anak-anak tidak boleh Sebab, dalam kondisi dibiarkan berjuang tertentu, teman bisa sendiri dalam mengarungi memiliki power yang gelombang masanya yang jauh lebih kuat dari orang penuh dengan jerat tua dan dirinya sendiri narkoba. Mereka amat dalam menentukan arah membutuhkan kondisi masa depan seorang anak. SINAR BNN 47 EDISI XI - 2014
kasuskasus
Pelajar Jadi Sasaran Bandar Pil Koplo Pil Koplo harganya murah dan relatif mudah didapat, jika tidak ditindak akan merusak generasi penerus bangsa,”
Ihsan Amin menyayangkan semakin mudah didapatnya pil-pil berbahaya baik yang dibeli secara ilegal dari bandar atau yang dibeli dari apotek. Ia menegaskan siap
mengawasi secara ketat peredaran obar-obatan tersebut terutama di kalangan pelajar. Selain itu dia juga akan mempersempit ruang peredaran obat penenang yang seharusnya tidak
sembarang orang bisa membelinya. “Dengan harga murah dan relatif saat ini mudah didapatkan, jika tidak ditindak akan merusak generasi penerus bangsa,” katanya. (pas)
I
swanto alias Mlethis sang bandar pil koplo berencana menjual pil koplo yang disita oleh aparat Polres Sleman ke kalangan pelajar. Informasi tersebut terungkap ketika petugas melakukan interogasi terhadap Mlentis. Kasat Resnarkoba AKP Danang Kuntadi mengatakan, Mlentis sendiri mengakui bahwa sasaran pembelinya adalah pelajar. “Saat diperiksa memang tersangka Mlethis mengakui bila memang pelajar menjadi sasaran utama penjualan,” ungkap Danang di Mapolres Sleman, belum lama ini. Sementara itu, Kapolres Sleman AKBP 48 SINAR BNN EDISI XI - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
kasuskasus
Perempuan Rusia Selundupkan
2,1 Kg Sabu ke Bali M
agnaeva Aleksandra (28), perempuan berkewarganegaraan Rusia, ditangkap petugas Bea dan Cukai Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai karena membawa 2,1 kilogram sabu. Petugas berhasil membongkar upaya penyelundupan itu berkat sistem pendeteksian dini sejak tersangka bertolak dari Hong Kong ke Denpasar. “Tersangka mendarat di Bali Minggu 7 Desember 2014 pukul 18.00 Wita dengan pesawat Hong Kong Airlines HX 707,” ujar Kepala Kantor Bea dan Cukai Bandara Ngurah Rai, Budi Harjanto, belum lama ini. Begitu mendarat, sambungnya, petugas terus melakukan pengawasan ketat. Apalagi, gerak-gerik perempuan kelahiran Magadan 3 November 1988 itu mencurigakan ketika melewati pintu Xray di custom area. Kecurigaan petugas semakin kuat setelah hasil pencitraan X-ray mengindikasikan ada benda mencurigakan
dalam koper warna ungu yang dibawa tersangka. Setelah diperiksa, petugas menemukan 10 bungkus plastik bening dilapisi kertas karbon dan dilakban. Dalam bungkusan itu terdapat kristal bening diduga narkotika dengan berat total 2.102 gram bruto. Setelah dilakukan narcotics test, kristal bening itu merupakan methamphetamine. Budi menambahkan,
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
tersangka dijerat Pasal 113 Ayat (2) UndangUndang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancaman maksimal pidana mati atau minimal pidana penjara singkat lima tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp1 miliar. Selain itu, ditambah satu pertiga juncto Pasal 102 huruf e UU Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan dengan
ancaman pidana paling singkat satu tahun dan denda paling sedikit Rp 50 juta serta paling banyak Rp5 miliar. Dari pengakuan pemilik paspor bernomor 750538095 itu, dia diminta membawa barang haram tersebut ke Bali oleh pacarnya di China berinisial P. “Dia bagian dari sindikat internasional dan pengedar di 10 negara,” imbuh Budi. (lim)
SINAR BNN 49 EDISI XI - 2014
kasuskasus
BNN Amankan 46 Kg Ganja dari Anak Remaja di Bekasi Badan Narkotika Nasional (BNN) merilis para tersangka yang terlibat dalam peredaran gelap narkotika jenis ganja. Kali ini, sopir angkot di Kota Bekasi, Jawa Barat, dibekuk bersama dua anak remaja di bawah umur yang merupakan jaringan pengedar narkotika. Barang bukti ganja seberat 46,7 kilogram (kg) berhasil disita dari rumah kontrakan di Kampung Mede RT 03/RW 02, Kelurahan Bekasijaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi. Pelaku diketahui berinisial D (16) dan R (17) ditangkap pada 26 November lalu di rumah kontrakan Kampung Mede Bekasi. Serta bos kedua pelaku ini yakni FAZ yang ditangkap sehari kemudian di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu. “Rumah kontrakan ini dijadikan tempat penyimpanan ganja,” ujar Direktur Narkotika Alami BNN Sugiyo didampingi Kepala Bagian Humas BNN Kombes Pol Sumirat Dwiyanto, belum lama ini. Diketahui peran tersangka D bertugas mengantar paket ganja sementara peran tersangka R bertugas mencatat setiap paket ganja yang keluar. Kedua remaja ini juga, 50 SINAR BNN EDISI XI - 2014
dikatakan Sumirat, bertugas menjaga ganja yang disimpan di rumah kontrakan milik H. Sadi di Kampung Mede Bekasi,”Tersangka D sudah mengantar paket sebanyak 5 kali ke kawasan Jalan Baru, Bekasi Timur,” ujar Sugiyo. Saat penangkapan terhadap FAZ bersama istrinya di Pulau Tidung, petugas BNN berhasil mengamankan 11 gram narkotika jenis sabu yang dikemas dalam 9 paket. Berdasarkan keterangan FAZ, dirinya merupakan sopir angkot di Bekasi sebelum menjadi pengedar ganja.
Sementara itu, Ketua RT setempat, Subur Supriyanto (36), mengaku pihaknya merasa kecolongan dengan kasus penangkapan narkotika di wilayahnya,”Warga kaget, begitu dengar kabar ada penggerebekan. Selama ini, tidak ada yang melapor ke Ketua RT kalau ada warga baru. Saya merasa kecolongan. Ke depannya, saya antisipasi dengan membuat sidak ke rumahrumah kontrakan,” ungkap Subur. Kontrakan 28 pintu milik H. Sadi ini baru dibangun sekitar 2 bulan lalu. Warga yang juga tinggal
dikontrakan, Erna (41), mengaku tidak terlalu kenal dekat dengan kedua tersangka yang di bawah umur ini, D dan R,”Pernah saya lihat, mereka bawa bungkusan plastik dari mobil masuk ke kamarnya,” kata Erna. Dia melanjutkan, kedua tersangka ini berperilaku sopan kepada tetangga sebelah. “Mereka mengaku masih kuliah,” katanya. Kini para tersangka terancam Pasal 111 ayat (2) dan Pasal 114 ayat (2) Jo 132 UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman maksimal pidana mati atau penjara seumur hidup. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
kasuskasus
Modus Baru
Ganja Dikemas dalam Kotak Ekstrak Kulit Manggis
K
epolisian Sektor (Polsek) Kuta Alam, Banda Aceh berhasil membongkar jaringan pengedar narkoba jenis ganja antar provinsi di Aceh. Penangkapan kali ini menemukan modus baru pengiriman paket ganja dengan dimasukkan dalam kotak ekstrak kulit manggis. Dimasukkannya paket ganja dalam kotak tersebut untuk mengelabui petugas dan juga jasa pengiriman, seolah-olah barang tersebut adalah obat herbal yang hendak dikirim ke suatu tempat. Menurut pengakuan tersangka berinisial IN (21), kotak ekstrak kulit manggis itu sengaja dicetak secara khusus untuk mengelabui petugas. Bahkan IN sudah berhasil satu kali mengirim paket puluhan paket ganja tersebut ke Jakarta dengan cara memasukkan dalam kotak tersebut. “Kotak ini sengaja kami cetak, kami kirim lewat Tiki,” kata tersangka IN di Polsek Kuta Alam, Banda Aceh di hadapan wartawan,
belum lama ini. Sementara itu Kapolsek Kuta Alam, AKP Ibrahim mengatakan, tersangka IN memang sudah lama menjadi incaran petugas. Namun baru tadi pagi, Senin (1/ 11) lalu, sekira pukul 08.00 WIB tersangka berhasil diringkus di kosannya dengan barang bukti yang telah diamankan. “Tadi pagi Kanit Reskrim saya bersama rekan-rekannya tangkap di kos dia,” jelas AKP Ibrahim yang akrab disapa Parades. Parades
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
menambahkan, ini kembali ditemukan sindikat narkoba antar provinsi dengan modus baru mengelabui petugas, yaitu dengan cara memasukkan paket ganja yang sudah dipres dalam kotak ramuan herbal itu. Dia berkeyakinan, ini baru permulaan dan dia merupakan jaringan nasional pengedar narkoba di Aceh. Bersama tersangka, kata Parades, ikut disita barang bukti 2,2 Kg ganja kering yang sudah dipress dan satu karung besar ganja kering yang belum dipaketkan dan kotak
ekstrak kulit manggis yang belum digunakan. Kemudian satu timbangan dan satu unit mesin press ganja. Menurut pengakuan tersangka, katanya, ini sisa yang belum dikirim dan hendak dikirim paket tersebut yang kedua kali. Dengan melihat perlengkapan yang dimiliki barang bukti yang kita sita, ini sindikat professional,”Ini masih permulaan, ini baru tahap pertama, ada sindikat yang lebih besar hendak kita bongkar melalui pintu masuk tersangka ini,” tutupnya. (bim)
SINAR BNN 51 EDISI XI - 2014
kasuskasus
Pemasok Sabu Unas
Anggota Sindikat Narkoba Kelas Kakap di Jakarta P enangkapan DS alias E (36) pengedar narkoba jenis sabu di Unas menuntun pihak Sat Narkoba Jakarta Selatan kepada kasus peredaran narkoba yang lebih besar. Pasalnya, berdasarkan barang bukti yang berhasil dihimpun, diduga DS termasuk dalam jaringan peredaran sabu besar di wilayah Jakarta Selatan. Besarnya dugaan tersebut, diungkapkan Kasat Narkoba Polres Jakarta Selatan, AKBP Hando Wibowo berdasarkan penemuan sejumlah barang bukti saat dilakukan penangkapan oleh Satuan Narkoba Polres Jakarta Selatan di kontrakan DS di Jalan 100, Gang Haji Icang, Lenteng Agung, Jakarta Selatan belum lama ini. Pihaknya yang melakukan penangkapan sekaligus penggeledahan berhasil menemukan beberapa barang bukti, diantaranya shabu seberat 75 gram, satu buah timbangan, satu alat hisap sabu, enam unit ponsel berbagai merek serta uang tunai sebesar
52 SINAR BNN EDISI XI - 2014
Rp 6,2 juta yang diduga merupakan hasil penjualan narkoba. Tidak hanya itu, lanjutnya, besarnya dugaan kalau DS termasuk dalam jaringan peredaran besar juga merunut pada latar belakang dan catatan kepolisian. DS diketahui merupakan bandar sabu dan seorang residivis atas kasus yang sama. “Melihat barang bukti sedemikian banyak, ada dugaan kalau tersangka terkait jaringan besar. Selain itu, diketahui kalau
tersangka merupakan bandar lama karena pernah divonis selama empat tahun di Pengadilan Negeri Depok,” jelasnya. Merunut hal tersebut, pihaknya pun kini terus berupaya menggali keterangan DS guna mencari tahu asal muasal barang haram itu didapat. Karena diketahui kalau DS memiliki keterlibatan dengan peredaran narkoba di beberapa kampus wilayah Jakarta Selatan saat ini. “Kita akan berupaya untuk menarik ke atas
sumber barang yang dia dapatkan. Karena analisa kami, berbeda dengan bandar ganja yang biasa menyasar beberapa kampus, dia memiliki wilayah operasi yang lebih luas lagi,” tutupnya. Guna mendalami penyidikan, DS kini diamankan pihaknya di Mapolres Jakarta Selatan. DS dijerat dengan Pasal 114 ayat 2, dan pasal 112 ayat 2 UU Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkoba dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara. (bim)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
siramanrohani
Rahasia Umur Manusia T
iba-tiba saja terpikir suatu hal, yaitu umur manusia. Saya bertanya pada diri saya sendiri, bagaimana kalau saya tahu bahwa umur saya hanya sampai 25 tahun, atau 35 tahun, atau 5 hari lagi. Saya terpikir tentu banyak hal yang akan saya lakukan. Jika Anda tahu sisa umur anda tinggal satu tahun, apa saja yang akan Anda lakukan untuk mengisi sisa umur itu? mungkin sebagian akan menjawab: bersenangsenang, jalan-jalan ke tempat indah yang belum didatangi, makan sepuasnya setiap hari, segera nikah dan lain-lain. Mungkin sebagian orang yang lain memilih: memperbanyak ibadah shalat dan dzikir, memperbanyak sedekah, memperbanyak silaturahim, bekerja lebih giat, memberikan hak keluarga dan orang-orang disekitarnya dan lain-lain. Kenapa dua kelompok kegiatan tersebut begitu berbeda dan seolah bertolak belakang? Salah satu hikmah besar dirahasiakannya bilangan umur kita adalah agar kita tidak tahu kapan kita mati. Ketika kita tidak tahu kapan kita akan mati,
pada dasarnya kita akan merasa setiap saat bisa jadi ajal kita, maka kita akan selalu berhati-hati dengan tindakan kita. Kita tidak akan tahu kapan kita akan mati. Apakah saat remaja? ataukah saat kita sudah tua? dan kita tidak tahu kapan pastinya kita akan mati. Apakah hari ini? atau besok? dan kita tidak tahu bagaimana kita akan mati. Apakah saat tidur? apakah saat berkendaraan? ataukah ketika kita sedang membaca Al Quran? Seandainya ALLAH menghendaki semua manusia mengetahui kapan ia mati, dimana ia
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
mati, dan kapan ia mati, akankah kehidupan dunia ini dihiasi kebaikan demi kebaikan? saya rasa tidak. Kemungkinan yang bisa kita bayangkan: Sedikit manusia selalu menghiasi umur dengan ibadah, lebih banyak manusia terus menerus berbuat dosa hingga akhir hayatnya, jauh lebih banyak lagi manusia terus berbuat dosa hingga sedikit sisa umurnya baru ia bertaubat. Saya rasa jenis ketiga akan mendominasi isi dunia. orang-orang seperti ini selalu berfikir bahwa masih ada waktu untuk bertaubat. Dalam kondisi seperti ini, bisa jadi dunia
ini didominasi kejahatan dan -kriminalitas,maksiat, hedonis, dan sejenisnya. Maka segala puji bagi ALLAH Yang Maha Sempurna perhitungannya. ALLAH sangat memahami betapa manusia senantiasa berada antara kecenderungan yang baik dan yang buruk (QS AsySyams: 8), maka ia menyelamatkan manusia dari fitrahnya tersebut, dengan jalan menjadikan umur sebagai hal ghaib yang tidak diketahui manusia. untuk apa? agar manusia selalu berhatihati dalam hidupnya, dan agar manusia selalu berada dalam kebaikan. SINAR BNN 53 EDISI XI - 2014
testimoni
Kisah Sukses Mantan Pengguna Narkoba
Tuhan Memberi Secercah Harapan
K
embali ke jalan yang lurus memang bukan hal yang mudah. Begitu pun dengan sosok Edwin Kertawinata, seorang pria asal Jakarta berdarah Sunda yang berjuang menembus batas untuk mendapatkan kehidupan yang normal kembali, setelah beberapa waktu terperosok dalam penyalahgunaan narkoba. Berliku-liku jalan yang harus ia tempuh sehingga akhirnya mendapatkan jalur yang benar untuk membenahi
54 SINAR BNN EDISI XI - 2014
kehidupannya, dan menata masa depannya. Narkoba seolah menutup masa depan pria ini. Bertahun-tahun terjebak dalam rayuan barang haram, membuat dirinya terbelenggu depresi. Namun, Tuhan memang telah memberikan secercah cahaya baginya, sehingga membuka mata dan pikirannya untuk kembali ke jalur kehidupan yang hakiki. Setelah lelah berkutat dengan barang haram ini,
akhirnya ia memutuskan diri untuk berhenti dan menjauhi narkoba. Namun permasalahan pelik yang selalu jadi batu sandungan para ex- users adalah sugesti dan rasa enak yang sudah melekat dalam memorinya, terkadang menjadi boomerang yang bisa menyeretnya kembali relaps atau kambuh. Sementara itu, batu sandungan lainnya muncul dari stigma masyarakat yang cukup kuat, bahwa pengguna narkoba ataupun mantan pengguna
narkoba bukan menjadi bagian masyarakat yang produktif dan memiliki kompetensi yang baik. Dua realitas di atas kadang menjadi pemicu para pecandu untuk kembali ke dunianya. Begitu pun dengan Edwin, ia sempat memiliki kebingungan untuk menjalani kehidupan. Namun Tuhan memang telah memberikan jalan baginya. Lewat pertemuanya dengan Dr. Aisah Dahlan, seorang
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
testimoni pakar terapi pemulihan narkoba, Edwin menemukan lembaran baru kehidupannya. Job Therapy Terapi dengan bekerja merupakan langkah yang cukup efektif dalam upaya pemulihan dari ketergantungan narkoba. Dengan bekerja, seorang mantan pecandu akan bisa mengalihkan pikirannya dari kemungkinan kembalinya sugesti rasa narkoba. Edwyn sadar betul, jika pekerjaan akan membuatnya lebih fokus menjalani kehidupannya. Perkenalannya dengan dr Aisah Dahlan, menggiring dirinya untuk masuk ke dalam dunia sesungguhnya. Job Therapy yang ia dapatkan dari Aisah Dahlan mendorong ia dan rekan lainnya yang tergabung dalam Sahabat Rekan Sebaya (SRS), yaitu sebuah organisasi yang menampung para mantan untuk mengembangkan dirinya pasca rehabilitasi (after care). Dalam wadah ini, para mantan pencadu didorong untuk menggali potensinya masingmasing, untuk mengetahui apa kelebihan dirinya, dan berusaha melihat setiap celah kesempatan menjadi ladang rejeki. Pendekatan SRS, tergolong sederhana. Setiap anggotanya hanya tinggal memahami apa kelebihan dari dirinya dan bakat apa yang terpendam pada jiwanya. Setelah itu, pihak pengelola SRS akan
menyediakan sarana untuk memfasilitasi mereka. Misal, seseorang yang suka musik, maka SRS akan menyediakan wahana untuk mengasah kemampuan musikalnya. Sementara itu, Edwyn yang sangat hobi dalam dunia flora dan fauna diberikan fasilitas untuk mengembangkan minatnya. Dengan bidang yang ia sukai inilah Edwyn mulai mewujudkan hobinya untuk mencari penghasilan. Kelinci Menjadi Berkah Terapi dengan bekerja berawal dari tahun 2003. Saat itu Edwyn yang hobi dengan flora fauna mulai mencurahkan insting bisnisnya dalam dunia ikan louhan. Pada periode tersebut, trend louhan sedang meningkat, dan bagi Edwyn, situasi ini menjadi berkah tersendiri. Sedikit demi sedikit ia bisa mengais keuntungan yang cukup untuk mencukupi hidupnya. Namun seiring berjalannya waktu, trend louhan semakin surut, dan kondisi ini tentu saja mempengaruhi usahanya di bidang ini, sehingga akhirnya ia harus banting setir ke bidang yang lain. Berhenti dari louhan terus membuat otaknya bekerja untuk mencari peluang-peluang baru yang bisa menghasilkan. Kecintaannya pada dunia agrobisnis, mempertemukannya dengan tanaman hias. Secara resmi pada awal
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
2005, ia pun membuka usaha nursery, atau penyediaan bibit tanaman. Bahkan ia sempat membentuk organisasi POKTAN atau Ikatan Pecinta Tanaman Hias, yang bermarkas di Tanjung Barat. Namun lagi-lagi, trend menjadi pengganjal roda bisnisnya. Penurunan minat masyarakat dalam tanaman, membuatnya berpikir seribu cara agar bisa menemukan ladang bisnis lainnya yang lebih tepat dan lebih memberikan dirinya kemapanan. Tahun 2007, menjadi tahun keberuntungan bagi Edwyn. Kisah sukses ayah satu anak ini berawal dari perjalanannya ke sebuah kota kecil Ciamis, Jawa Barat. Perjalanan ke kota ini hanya semata untuk bersilaturahmi. Tidak banyak oleh-oleh yang ia bawa dari kota ini, karena hanya seekor kelinci yang ia angkut ke Jakarta. Seekor kelinci tipe pedaging yang merupakan hadiah dari bibinya ia rawat dengan baik. Merasa kasihan dengan kesendirian sang kelinci ini, Edwyn pun membeli pejantannya di sebuah pasar. Penjodohan kelinci ini pun menuai hasil, karena pasangan ini menghasilkan beberapa ekor kelinci. Tanpa diduga, anak-anak kelinci ini diminati sejumlah kawannya. Inilah momen yang mendorong dirinya untuk lebih serius menggeluti dunia kelinci.
Dari modal hanya seekor kelinci dan uang 50 ribu rupiah, kini ratusan jumlah kelinci sudah ia miliki. Dunia kelinci telah menjadi berkah yang sangat besar bagi pria kelahiran 27 Januari 1977 ini. Awalnya Edwyn hanya menyediakan tipe kelinci pedaging, namun kini ia memiliki hampir semua tipe kelinci hias yang banyak diminati masyarakat, seperti Fuzzylope, Anggora, Rex dan Rexa. Bisnis kelinci memang cukup menggiurkan, karena bandrol harga yang dimiliki setiap ekor kelinci ini relatif tinggi, antara 200 hingga 2 juta rupiah. Setiap bulannya, penghasilan Edwyn melebihi angka 30 juta, dan hal ini sangatlah berarti bagi dirinya dan keluarga. Keberhasilan seperti ini bisa menjadi percontohan bagi para mantan pecandu yang kini masih kesulitan membenahi kehidupannya. Kebanyakan ex-users masih terjebak dalam stigma, sehingga kesulitan untuk berkarya. Eksistensi Edwyn yang kini menjabat sebagai Kepala Divisi Indonsian Rabbit Association, bisa menjadi cambuk bagi rekan-rekan mantan pecandu lainnya untuk bisa melihat potensi dirinya, lalu menggalinya sehingga bisa teraplikasi dalam dunia kerja. (pas) SINAR BNN 55 EDISI XI - 2014
tipssehat
Mengurangi Karbohidrat Bikin Otak Awet Muda D
iet rendah kalori mungkin bisa memperlambat proses penuaan. Peneliti mengatakan pengurangan kalori mempengaruhi perilaku ratusan gen yang terkait dengan penuaan dan pembentukan memori di otak. Sebuah studi eksperimental menemukan untuk pertama kalinya bahwa pembatasan kalori, khususnya karbohidrat, memanipulasi fungsi sekelompok gen yang sebelumnya dicurigai mempengaruhi proses penuaan. Pembatasan kalori sudah diketahui selama berpuluh tahun memperpanjang hidup binatang. Dr. Stephen Ginsberg, seorang neuroscientist dari New York University Langone Medical Centre yang memimpin penelitian ini mengatakan, “Penelitian kami membuktikan pembatasan kalori menghentikan ekspresi gen yang terlibat dalam penuaan phenotype, bagaimana beberapa gen mempengaruhi perilaku tikus, manusia dan mamalia ketika mereka bertambah tua.” Namun ia mengingatkan membatasi kalori bukan berarti kita sudah menemukan “air mancur awet muda” kendati pembatasan kalori itu menambah bukti peran pengaturan gizi dalam menunda dampak penuaan dan penyakit terkait penuaan. 56 SINAR BNN EDISI XI - 2014
Dr. Ginsberg mengatakan manfaat pengaturan gizi itu disebut-sebut mengurangi risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan stroke. Tetapi dampak genetik terhadap daerah memori dan pembelajaran di otak menua belum terbukti. Studi sebelumnya hanya mengukur dampak pengaturan gizi terhadap satu atau dua gen dalam sekali waktu. Penelitian Dr. Ginsberg dan kawan-kawan melibatkan lebih dari 10 ribu gen. Ia mengatakan riset yang dilakukannya memperluas pintu menuju studi lebih lanjut terhadap pembatasan kalori dan genetika antipenuaan. Untuk keperluan penelitian ini, tikus betina yang seperti manusia rentan terkena kepikunan diberi makanan pelet 30 persen lebih rendah kalori dibandingkan yang diberikan
ke tikus lain. Analisa jaringan terhadap daerah hippocampal, daerah di otak yang terkena dampak penyakit Alzheimer’s dini diperiksa terhadap tikus saat dewasa muda dan dewasa lanjut untuk mencari perbedaan ekspresi gen. Hasil penelitian tersebut dipresentasikan di hadapan pertemuan tahunan ahli Neuroscience di Washington DC. “Studi ini menemukan bahwa diet pembatasan kalori bisa mempengaruhi sekelompok besar gen pada otak tikus betina yang terkait dengan penuaan. namun belum jelas apakah perubahan ini bisa menerjemahkan manfaatnya pada pembelajaran dan memori pada tikus-tikus ini,” ujar Direktur penelitian Alzheimer’s di Inggris Dr. Eric Karran. “Diperlukan studi intervensional terhadap
manusia untuk menentukan dampak pembatasan kalori terhadap kesehatan jangka panjang dan kerusakan memori terkait penuaan. Seperti kita ketahui bagi banyak orang akan sulit mengikuti diet pembatasan kalori kendati terbukti bermanfaat untuk kesehatan otak,” katanya. Ia mengingatkan yang penting bagi kita adalah menjalani diet sehat dan seimbang, khususnya ketika bertambah usia. Ketika kita memilih untuk mengikuti diet pembatasan kalori, sebaiknya kita berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu. “Bukti-bukti penelitian saat ini mengatakan cara terbaik menjaga kesehatan otak usia lanjut adalah dengan tidak merokok, menjaga berat badan sehat, menjaga pola makan sehat, dan menjaga kenormalan tekanan darah tinggi serta kolesterol,”
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
tipssehat
Bahagia, Kunci Sehat dan Awet Muda T
ubuh yang sehat dapat membuat setiap orang merasa bahagia, tetapi hal tersebut ternyata juga berlaku sebaliknya. Menurut sebuah studi baru, bahagia juga merupakan kunci kesehatan yang lebih baik. Para peneliti menemukan, orang yang menikmati hidup mereka cenderung untuk lebih dapat menjaga fungsi fisik mereka dengan lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak. Ini artinya, bisa dikatakan orang yang bahagia akan lebih awet muda. Studi tersebut melibatkan lebih dari 3.000 orang di atas usia 60 tahun atau lebih tua di Inggris, dan mengikuti mereka selama delapan tahun. Para peneliti kemudian menanyakan peserta tentang kemampuan mereka menikmati hidup dengan memberikan penilaian terhadap kalimat-kalimat seperti, “Aku menikmati hal yang aku kerjakan” atau “Aku menikmati berada di dekat orang lain”. Dengan teknik wawancara langsung, para peneliti juga menentukan apakah
peserta mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari, seperti bangun dari tempat tidur, memakai pakaian, atau mandi. Mereka juga melakukan tes kecepatan berjalan para peserta. Hasil menunjukkan, peserta yang lebih bahagia cenderung dapat melakukan fungsi fisik dengan lebih baik pada usia tua. Bahkan hubungan tersebut tetap ada meski sudah disertakan faktor lain, seperti penuaan, gaya hidup, dan kondisi ekonomi. Studi yang dipublikasi
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
dalam Canadian Medical Association Journal tersebut menunjukkan, orang yang mengaku paling tidak bahagia dalam studi ini lebih dari 80 persen mungkin untuk mengalami penurunan fungsi fisiknya dibandingkan dengan orang yang bahagia. Begitu pula dengan kecepatan berjalan mereka. “Seperti yang diduga, kesehatan yang buruk juga berhubungan dengan penurunan kadar kebahagiaan. Orang dengan penyakit kronik seperti penyakit jantung, diabetes, arthritis, stroke, dan depresi melaporkan
kurang menikmati hidup mereka,” ujar Andrew Steptoe, peneliti studi sekaligus Direktur Institut Epidemiologi dan Pelayanan Kesehatan di University College London. Sebelumnya, lanjut dia, para peneliti telah menunjukkan, orang lanjut usia yang lebih menikmati hidup cenderung untuk hidup lebih lama rata-rata selama delapan tahun. “Studi ini menunjukkan, mereka juga ternyata lebih mampu mempertahankan kemampuan fisiknya,” cetus Steptoe. SINAR BNN 57 EDISI XI - 2014
gayahidup
Mitos Salah yang Sebabkan Berat Badan Gagal Turun
B
anyak di antara beberapa orang telah melakukan latihan, bahkan diet yang ketat demi untuk mendapatkannya. Namun mereka tetap tak berhasil. Hal itulah yang membuat mereka jenuh, dan akhirnya memutuskan berhenti untuk melakukan usaha-usaha tersebut. Lalu, apa sebenarnya yang membuat banyak sebagian orang atau bahkan Anda gagal menurunkan berat badan? Berikut adalah beberapa penyebabnya. 1. Menggunakan pengulangan tinggi untuk membakar lemak Penelitian telah menunjukkan bahwa pengulangan moderat 8-12 lebih efektif dibandingkan dengan pengulangan 20-25 dalam hal pembakaran lemak. Untuk pembakaran lemak, latihan yang bisa dilakukan seperti halnya dengan aerobik yang dilakukan 3040 menit. Itulah sebabnya, jika aerobik dilakukan melebihi 30-40 menit maka tidak meningkatkan pembakaran lemak Anda. Di sisi lain, pelatihan beban berat dengan repetisi yang lebih rendah akan membangun lebih besar massa otot Anda. Sehingga, dapat merangsang metabolisme dan membakar lebih banyak lemak dalam jangka panjang. Hal ini dikarenakan, otot adalah 58 SINAR BNN EDISI XI - 2014
3. Diet tanpa makan Berkali-kali dalam artikel DuniaFitnes.com menyinggung tentang metode diet yang baik bagi tubuh Anda. Jika Anda tetap berjibaku dengan metode diet ekstrem yang saat ini Anda lakukan, silakan. Tapi, coba pertimbangkanlah kembali. Perbanyak informasi Anda mengenai metode diet yang benar. Apakah dengan metode diet ekstrem yang melarang Anda untuk makan dapat mengurangi berat badan Anda secara maksimal? Anda bisa menjaminnya? Tentunya Anda pasti ragu dan bingung. jaringan yang aktif secara tertentu tidak bisa dibakar Coba bandingkan, jika metabolik. sesuai dengan keinginan Anda melakukan diet dengan Repetisi lebih tinggi Anda. asupan nutrisi tinggi. Anda memang akan membantu Memang, beberapa orang bisa makan berkali-kali daya tahan dan kekuatan biasanya mewarisi genetika (tetap dengan porsi yang lebih Anda. Tapi jika Anda lebih menyimpan kantong-kantong sedikit) tanpa harus melakukan dengan sedikit lemak di bagian tubuh menyiksa diri untuk repetisi, maka hal itu benartertentu. Biasanya kantong menahan lapar. Ganti juga benar akan membangun otot lemak begitu terlihat di nasi putih dengan umbiyang diperlukan dan bagian pipi, lengan, paha dan umbian. Sayur dan buah juga mengubah seseorang betis. Pada laki-laki, penting untuk menambah menjadi mesin pembakar penyimpanan kantong lemak vitamin yang akan lemak yang ampuh. cenderung di bagian perut. bermanfaat untuk tubuh 2. Fokus bakar lemak di Sedangkan wanita, kantong Anda. Jangan lupa, konsumsi bagian tubuh tertentu lemak banyak bersarang di sumber makanan yang Banyak di antara orang sekitar pinggul dan paha. mengandung protein tinggi, yang berusaha membakar Tubuh mempunyai cara misalnya seperti dada ayam lemak mengira, dengan sendiri untuk membakar dan putih telur. latihan tertentu, maka dapat lemak. Itulah misteri yang Tiga bagian tersebut membakar lemak di bagian hingga saat ini tidak bisa merupakan beberapa mitos tubuh tertentu pula. Hal inilah diprediksikan oleh manusia. yang salah dalam hal yang akhirnya membentuk Anda hanya bisa berusaha membakar lemak. Perbanyak stereotype salah tentang melakukan latihan, hingga informasi-informasi lainnya pembakaran lemak. Padahal, pembakaran lemak dapat agar Anda tahu bagaimana lemak di bagian tubuh merata di seluruh tubuh. bertindak dengan benar. (gie) Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
artikel
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 59 EDISI XI - 2014
SINAR BNN EDISI XI - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara