Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN EDISI XII - 2014
2 SINAR BNN EDISI XII - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
dariredaksi
Eksekusi Hukuman Mati
B
Pelindung DR. Anang Iskandar, SiK,SH,MH Penasehat Drs. Nicolaus Eko Riwayanto, PGD, MSc Drs. Taufik
Dewan pengarah Dr. Antar MT. Sianturi, AK.MBA. Drs. Bachtiar HT. SH.MH dr. Diah Setia Utami SpKJ, MARS Drs. Deddy Fauzi Elhakim Drs. Ahwil Luthan Dewan Redaksi Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si, Ir. Eswe Andrisias Tanpas, DR. Sulastiana, SIP, SH, M.Si, Adikta Suryaputra, SH. Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si Redaktur Pelaksana Eswe Andrisias Tanpas Redaktur DR. Sulastiana, SIP, SH, M.Si Adikta Suryaputra, SH Reporter Ari L, Vidya, Budi, FOTOGRAFER Iyan Fauzi Alamat Redaksi Gedung Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia Jl. MT. Haryono No. 11, Cawang, Jakarta Timur Telp. 021 - 80871556, 80871557 Fax. 021 - 80852525, 80871591, 80871592 Design Grafis/Layout tanpas design Percetakan CV. Viva Tanpas
Majalah SINAR bisa diunduh di : www.indonesiabergegas.com Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi
andar narkoba memang layak di hukum mati untuk memberikan efek jera karena telah mengancam generasi bangsa, baik yang muda maupun yang tua. Kepala BNN DR. Anang Iskandar sangat mengapresiasi keputusan Presiden Jokowi yang menolak grasi bagi terpidana mati kasus narkoba. Ini bentuk dari ketegasan dan komitmen pemerintah dalam memberantas peredaran narkoba di Indonesia. Mantan Deputi Pemberantasan BNN, Benny J. Mamoto, mengungkapkan, hasil temuan penyelidikannya beberapa waktu lalu, menurutnya, tidak ada yang kapok atau pun tobat napi-napi yang mendapat vonis mati. Semakin lama proses eksekusi, membuat para gembong narkotika ini malah asyik menjalankan bisnis dari balik jeruji penjara. Ketika napi yang diharapkan di lapas tobat, memperbaiki diri, dan nanti disiapkan untuk kembali ke masyarakat, tapi yang terjadi malah mengulangi kejahatannya, apa mereka layak dapat hak remisi, hak pembebasan bersyarat atau grasi? Anggota Komisi III DPR RI Aboe Bakar Al Habsy menyatakan, keseriusan Presiden Jokowi terkait eksekusi mati terhadap terpidana narkoba yang sudah divonis hukuman mati sangat dinantikan banyak pihak. Seluruh masyarakat Indonesia pasti akan mengapresiasi apabila presiden benarbenar berani tegas terhadap para bandar narkoba yang telah divonis mati itu segera dieksekusi mati. Sampai saat ini ada 77 bandar narkoba yang telah divonis mati, namun baru 6 orang saja yang telah di eksekusi. Bila pemerintah sebelumnya telah berani melakukan eksekusi mati terhadap para teroris Bom Bali, seharusnya nyali yang lebih besar dimiliki pemerintah sekarang untuk mengeksekusi para bandar besar narkoba. Karena kerusakan yang ditimbulkan mereka ini jauh lebih parah dari para napi yang lain. Sementara Kejaksaan Agung siap mengeksekusi mati 64 gembong narkoba setelah grasi yang mereka ajukan ditolak Presiden Joko Widodo. Untuk segera melakukan eksekusi, Kejagung saat ini menunggu Surat Keputusan (SK) resmi penolakan tersebut dari presiden. Yang 64 napi narkoba itu harus ditelaah satu persatu, mana di antara mereka yang sudah selesai aspek yuridisnya. Sekarang tinggal tunggu SKnya dari presiden. SK yang menyatakan menerima atau menolak grasi. Aspek yuridis yang dimaksud adalah proses hukum yang dilalui narapidana bersangkutan yaitu dari pengadilan tingkat satu, upaya banding, kasasi, upaya hukum luar biasa PK hingga grasi. Setelah aspek yuridis selesai, ada aspek sosiologis yang harus dilalui narapidana. Aspek sosiologis tersebut meliputi kondisi lingkungan napi, kondisi fisik, kondisi psikologis hingga kesehatan narapidana yang bersangkutan. Baru terakhir aspek teknis, yaitu kapan, dimana, jam berapa, siapa regu tembak dan lain-lainnya. Jadi sekarang kita tunggu saja SK grasinya supaya bisa segera dieksekusi. Pada intinya Kejagung sangat menyambut positif sikap tegas Presiden Jokowi yang menolak grasi para gembong narkoba. Sikap itu sesuai dengan PEMIMPIN REDAKSI visi Indonesia untuk bebas dari narkoba tahun 2015. SINAR BNN 3 dari pada Dipenjara EDISI XII - 2014
daftar isi LIPUTAN UTAMA : Hukum Mati Bandar Narkoba.............................. 5
BNN Sambut Baik Sikap Presiden....................... 8 Ada 20 Napi yang Siap...................................... 9 Kepala BNN Kritik.......................................... 10
LIPUTAN UTAMA
Bandar Narkoba Pantas Dihukum Mati Ketua Komisi III Desak................................... 11
Bandar narkoba yang memproduksi secara besar-besaran layak di hukum mati untuk memberikan efek jera karena telah mengancam generasi bangsa, baik yang muda maupun yang tua,“Kami sangat mengapresiasi keputusan Presiden Jokowi yang menolak grasi bagi terpidana mati kasus narkoba. Ini bentuk dari ketegasan dan komitmen pemerintah dalam memberantas peredaran narkoba di Indonesia,....................................... 6
Mereka Merusak Bangsa................................. 12 Narkoba Kejahatan Berat................................ 13 Infrastruktur Rehabilitasi................................ 14 BNN Bangun Tempat Rehabilitasi..................... 15
LIPUTAN KEGIATAN
Loka Rehabilitasi BNN.................................. 42 Berantas Penyalahgunaanya......................... 43 Modus Sindikat.......................................... 44 BNN Libatkan Pelajar................................... 45
LINTAS SEKTORAL Ini Sejarah Baru............................................. 16 BNN Musnahkan............................................ 17 PT. Mayora................................................... 18 Pemakai Narkoba......................................... 19 Pelabuhan Batam.......................................... 20 Iman dan Taqwa............................................. 21 BMOIWI Ajak Warga...................................... 22 UNODC Sorotiu............................................. 23
LIPUTAN KEGIATAN Ekspektasi Sulap Barak.................................. 24 BHP Kemenkumham...................................... 25
SIRAMAN ROHANI
Mencapai Puncak Tauhid.............................. 52
TESTIMONI
Selalu Ada Jalan......................................... 54
ASPIRASI WARGA Yang Membunuh Odha........................................ 27 Pengguna dan Pengedar..................................... 31
INSPIRASI Rumah Belajar Komunitas.................................. 32
ARTIKEL
Tingkatkan Keyakinan........................................ 36
LIPUTAN KEGIATAN
Yang Mana Melanggar HAM?............................... 38 Waspadai Peredaran......................................... 39 Narkoba Renggut 2 Nyawa.................................. 40 Massa Geruduk Kejagung................................... 41
4 SINAR BNN EDISI XII - 2014
Redaksi menerima tulisan dengan syarat: Panjang tulisan 2 halaman kuarto diserta foto minimal 2 lembar. Dilengkapi identitas dan alamat jelas. Kami juga menerima kritik dan saran dari pembaca.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Hukuman Mati Bandar Narkoba Harus Dilakukan
J
aksa Agung HM Prasetyo mengatakan hukuman mati harus dilakukan. Sebab, jika dilakukan saja masih terjadi kejahatan besar seperti narkoba atau pembunuhan berencana, apalagi tidak,”Ini harus dicari solusi lain yang baik. Penjelasan (pesan) pada para pengguna dan potensi yang akan terpengaruh supaya hentikan konsumsi itu (narkoba),” kata Prasetyo di kantor Wakil Presiden, Jakarta, belum lama ini. Prasetyo menegaskan, bahwa mereka yang bersalah sebagai bandar dan memenuhi syarat, pidana mati harus dilakukan. Meskipun dia mengakui ada pro kontra soal hak asasi manusia atau HAM,”Mereka ini juga langgar HAM. Hak hidup orang terenggut oleh mereka,” katanya. Saat ini di Indonesia, lanjut mantan politisi Partai Nasdem itu, sudah 4 juta orang menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Sedangkan tahun depan diperkirakan mencapai 5 juta jiwa. “Tiap hari 40
meninggal dunia karena narkoba. Pengguna ada aturan, pengedar dan bandar perlu diperlakukan lain, ancamannya hukuman mati itu. Hukum positif kita masih menyatakan hukuman tertinggi itu hukuman mati,” katanya lagi. Prasetyo menambahkan, sejauh ini institusinya sudah melakukan dan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
menurunkan tim ke lapangan, di mana saja yang ditahan untuk menunggu eksekusi. Menurutnya, banyak yang harus disiapkan, termasuk kesiapan mental para terpidana itu, juga kesiapan apakah putusan mereka sudah berkekuatan hukum tetap atau belum,”Kalau clear, baru ditentukan pelaksanaan di mana dan kapan (eksekusi),”
ujarnya. Terkait adanya informasi jumlah terpidana mati yang akan di eksekusi pada tahun ini adalah lima orang, Prasetyo mengatakan bisa bertambah atau berkurang,”Kalau semua hukum sudah terpenuhi, upaya sudah diajukan, dan putusan sudah tetap, maka kita lakukan. Itu aturan yang harus diikuti,” katanya. SINAR BNN 5 EDISI XII - 2014
liputanutama
Bandar Narkoba
Pantas di Hukum Mati B
andar narkoba yang memproduksi secara besarbesaran layak di hukum mati untuk memberikan efek jera karena telah mengancam generasi bangsa, baik yang muda maupun yang tua. “Kami sangat mengapresiasi keputusan Presiden Jokowi yang menolak grasi bagi terpidana mati kasus narkoba. Ini bentuk dari ketegasan dan komitmen 6 SINAR BNN EDISI XII - 2014
pemerintah dalam memberantas peredaran narkoba di Indonesia,” kata Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol. DR. Anang Iskandar, ketika dimintai tanggapannya berkaitan dengan keputusan Presiden Jokowi. Selanjutnya Anang mengatakan, bahwa penerapan hukuman mati adalah salah satu bentuk ketegasan pemerintah
yang perlu diterapkan dalam memberikan efek jera sekaligus memberantas jaringan narkoba secara global,” katanya. Sementara itu, Mantan Deputi Pemberantasan BNN, Irjen Pol (Pur) Benny J. Mamoto, mengungkapkan, hasil temuan penyelidikan pihaknya terdahulu. Tidak ada kapok atau pun tobat bagi napi-napi yang mendapat vonis mati.
Semakin lama proses eksekusi, membuat para gembong narkotika ini malah asyik menjalankan bisnis dari balik jeruji penjara. “Fakta menunjukkan hasil penyelidikan BNN, para napi yang divonis mati bukan tobat, kapok, tapi mereka lebih berani. Mereka seperti nothing to lose,” kata Benny, saat diwawancarai Majalah Sinar, di lantai 4 Gedung Pascasarjana UI Salemba,
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama Jakarta Pusat, belum lama ini. “Ketika napi yang diharapkan di lapas tobat, memperbaiki diri, dan nanti disiapkan untuk kembali ke masyarakat, tapi yang terjadi malah mengulangi kejahatannya, apa mereka layak dapat hak remisi, hak pembebasan bersyarat atau grasi?” sambung Benny mempertanyakan. Benny menjelaskan, di lapas Indonesia berlaku aturan yang namanya letter F. Napi yang melakukan pelanggaran berat, sanksinya dicabut hak mendapat remisi, pembebasan bersyarat, atau dimasukkan sel isolasi. Pelanggaran berat ini adalah memakai atau mempunyai narkotika, memiliki senjata tajam, handphone, atau berkelahi. “Itu semua masuk kategori letter F. Kalau itu diberlakukan penuh, maka nggak ada itu dapat remisi-remisi atau apa. Wong mereka pegang HP terus (di penjara-red). Ini yang kita pertanyakan. Jadi kita mendukung penuh hukuman mati itu cepat diberlakukan,” imbuh Benny. Ditambahkan Benny, napi yang telah divonis mati dan sedang mengajukan banding, kasasi, PK, atau grasi, harus mendapat surat keterangan berkelakuan baik dari kepala lapas (kalapas). “Nah kalau kenyataannya dia itu masih saja melakukan, kan berarti syarat ini
nggak terpenuhi. Kenapa itu tidak dijadikan dasar percepatan untuk eksekusi?” ucapnya. “Ketika napi itu mengulangi terus nggak kapok, mengendalikan jaringan narkotika dari penjara, apakah mau diperlakukan sama dengan napi yang baik. Nggak bisa!” tandas Benny. Sebelumnya, anggota Komisi III DPR RI Aboe Bakar Al Habsy menyatakan, keseriusan Presiden Jokowi terkait eksekusi mati terhadap terpidana narkoba yang sudah divonis hukuman mati sangat dinantikan banyak pihak. “Bukan hanya saya, namun masyarakat Indonesia pasti akan mengapresiasi apabila presiden benar-benar berani tegas terhadap para bandar narkoba yang telah divonis mati itu segera dieksekusi mati,” katanya. Sampai saat ini ada 77 bandar narkoba yang telah divonis mati, namun baru 6 orang saja yang telah di eksekusi,”Bila pemerintah sebelumnya telah berani melakukan eksekusi mati terhadap para teroris Bom Bali, seharusnya nyali yang lebih besar dimiliki pemerintah sekarang untuk mengeksekusi para bandar besar narkoba. Karena kerusakan yang ditimbulkan mereka ini jauh lebih parah dari para napi yang lain,” kata politisi PKS itu. Ditambahkan, pengguna narkoba di Indonesia
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
meningkat tajam dalam beberapa waktu terakhir karena masih banyaknya pengedar narkoba. Bila sebelumnya ada 3,2 juta pengguna, saat ini sudah meningkat menjadi 4,2 juta pengguna narkoba. Bila sebelumnya 40 orang mati tiap hari disebabkan oleh narkoba, saat ini meningkat menjadi 50 orang mati tiap harinya karena narkoba. “Belum dampak lainnya, baik berupa kecelakaan, kejahatan ataupun persoalan rumah tangga. Oleh karenanya, keberanian dari pemerintah ditunggu agar mengurangi berbagai dampak buruk dari peredaran narkoba tersebut,” ucap Aboe Bakar. Kejaksaan Agung siap mengeksekusi mati 64 gembong narkoba setelah grasi yang mereka ajukan ditolak Presiden Joko Widodo. Untuk segera melakukan eksekusi, Kejagung saat ini menunggu Surat Keputusan (SK) resmi penolakan tersebut dari presiden. “Yang 64 napi narkoba itu harus kita telaah satu persatu, mana di antara mereka yang sudah selesai aspek yuridisnya. Sekarang tinggal tunggu SK-nya dari presiden. SK yang menyatakan menerima atau menolak grasi,” ujar Kapuspenkum Kejagung, Tony T Spontana saat berbincang, dengan Majalah Sinar, belum lama ini. Tony menjelaskan,
aspek yuridis yang dimaksud adalah proses hukum yang dilalui narapidana bersangkutan yaitu dari pengadilan tingkat satu, upaya banding, kasasi, upaya hukum luar biasa PK hingga grasi. Setelah aspek yuridis selesai, lanjut Tony, ada aspek sosiologis yang harus dilalui narapidana. Aspek sosiologis tersebut meliputi kondisi lingkungan napi, kondisi fisik, kondisi psikologis hingga kesehatan narapidana yang bersangkutan. “Baru terakhir aspek teknis, yaitu kapan, dimana, jam berapa, siapa regu tembak dan lainlainnya. Jadi sekarang kita tunggu saja SK grasinya supaya bisa segera dieksekusi,” kata Tony. Kejagung menurut Tony, sangat menyambut positif sikap tegas Presiden Jokowi yang menolak grasi para gembong narkoba. Sikap itu sesuai dengan visi Indonesia untuk bebas dari narkoba tahun 2015. “Sinyal statement Jokowi benar-benar kita apresiasi. Kita berikan apresiasi terhadap komitmen Jokowi untuk menolak permohonan ampun dari gembong bandar-bandar narkoba. Itu kan bagus. Kampanye keinginan kuat kita semua untuk berantas peredaran narkoba di Indonesia, termasuk sukseskan kampanye Indonesia bebas narkoba 2015 bisa kita dukung,” pungkasnya. SINAR BNN 7 EDISI XII - 2014
liputanutama
BNN Sambut Baik Sikap Presiden
Tolak 64 Grasi Gembong Narkoba K
epala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Anang Iskandar menyambut baik sikap Presiden Joko Widodo yang menolak grasi 64 napi kasus narkotika. Tentu saja hal tersebut sejalan dengan amanat undang-undang yang tidak memberi ruang kepada para bandar narkoba. “Setuju, karena itu amanat undang- undang,” kata Komjen Pol. DR.
8 SINAR BNN EDISI XII - 2014
Anang Iskandar ketika ditemui di ruang kerjanya, belum lama ini. Meski demikian, eksekusi tetap dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku, yaitu perkara yang membelit napi tersebut sudah berkekuatan hukum tetap,”Perlu ada eksekusi keputusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,” kata Anang. Penolakan grasi 64 napi
kasus narkoba ini disampaikan Jokowi di Yogyakarta, belum lama ini. “Untuk meminta grasi, minta pengampunan, 64 pengedar yang sudah diminta pengadilan, datang ke meja saya,” urai Jokowi dalam kuliah umum di UGM, Jakarta, Selasa (9/12) lalu. “Saya mau bertanya, apa yang harus saya lakukan? Sudah bertahuntahun tidak segera diputuskan. Saya
sampaikan tidak ada yang saya beri pengampunan untuk narkoba,” tegas Jokowi. Jokowi menyampaikan, ada 4,5 juta orang yang terkena narkoba. Dari jumlah itu, 1,2 juta tidak bisa direhabilitasi karena sudah sangat parah. “Tiap hari 40-50 orang Indonesia terutama generasi penerus kita yang meninggal karena narkoba, setiap hari,” urai dia.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Ada 20 Napi yang Siap Dieksekusi P
residen Joko Widodo (Jokowi) menegaskan akan menolak pengajuan grasi 64 terpidana mati kasus narkotika. Kejaksaan Agung (Kejagung) menyebut ada 20 narapidana yang berstatus siap dieksekusi setelah presiden meneken keputusan penolakan grasi. “Kalau yang saya sampaikan 20 (dari 64 terpidana mati) ini tinggal menunggu putusan grasinya. Berarti yang lain belum sampai grasi, masih dalam tahap banding, kasasi, PK dan bahkan masih dalam tahap yang belum menentukan sikap. Masih kita tunggu. Jadi bisa kita katakan yang ready dalam waktu dekat ini adalah yang 20 dulu,” ucap Kapuspenkum Tony T Spontana di kantornya, Jl Sultan Hasanuddin, Jakarta Selatan, belum lama ini. Kejaksaan juga tidak ingin gegabah meski presiden sudah menyatakan akan menolak grasi dari 64 terpidana mati kasus narkotika. Sebab ada tata
cara yang mesti diselesaikan sebelum akhirnya para regu tembak menarik pelatuk senapan untuk mengeksekusi mereka. “Status terakhir 20 terpidana sedang menunggu turunnya grasi. Apabila di tahun depan sudah ada Keppres yang menolak permohonan grasi mereka berarti kita akan mempersiapkan. Kita akan siapkan kembali semua aspek yuridisnya setelah turunnya grasi ini telah sempurna. Kemudian aspek sosiologisnya apakah masih ada perkara lain yang bersangkutan,
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
apakah yang bersangkutan tidak dalam keadaan sakit, kalau perempuan apakah tidak sedang hamil itu harus kita pastikan. Setelah itu kita pastikan artinya kita akan segera tentukan tempat, waktu pelaksanaanya,” papar Tony. Selain itu, Tony mengatakan pihak kejaksaan akan berkonsentrasi untuk menuntaskan segala aspek bagi 64 terpidana mati kasus narkotika tersebut. Sebab arahan dari Jaksa Agung bahwa pelaksanaan eksekusi tidak boleh ditunda
apabila semua aspeknya sudah dipenuhi. “Pelaksanaan eksekusi, Pak Jaksa Agung sudah menyampaikan tidak akan ditunda-tunda. Begitu aspek yuridis dan sosiologis sudah siap kita laksanakan. Konsentrasinya sesuai dengan instruksi presiden, kita akan konsentrasi ke kasus narkoba yang 64 orang ini. Karena disebut dengan persis jumlahnya oleh presiden, 64 terpidana mati kasus narkotika. Beliau memastikan akan menolak permohonan grasinya,” ujar Tony. SINAR BNN EDISI XII - 2014
9
liputanutama
Kepala BNN Kritik Penegak Hukum yang Korupsi di Kasus Narkoba
Ini Respons Polri K
epala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol DR. Anang Iskandar melempar kicauan berisi kritik penanganan kasus narkotika oleh ‘beberapa pihak’ yang syarat aroma korupsi. Polri selaku salah satu unsur penegak hukum, menanggapi positif kritikan tersebut. “Tentu kita perlu menanggapi apa yang disampaikan beliau (Kepala BNN) secara positif sebagai bahan evaluasi bersama,” kata Kadiv Humas Polri Irjen Ronny Frangki Sompie, di Mabes Polri, Jakarta, belum lama ini. Untuk itu, Polri akan lebih meningkatkan peran pengawasan melekat kepada para penyelidik dan penyidik agar tidak ada praktik ‘main mata’ dalam perkara yang ditangani serta rentan koruptif. Adapun pengawasan melekat itu dibebankan kepada satuan Propam yang ada di tingkat satuan wilayah, dari mulai Polda, Polres, dan Polsek. Selain itu, pengawasan lainnya sudah dilakukan 10 SINAR BNN EDISI XII - 2014
Polri demi mencegah adanya praktik korupsi. Salah satunya adalah pelaporan harta kekayaan bagi para pejabat penyidik pada tahun 2012, di lingkungan Bareskrim,”Saat itu bapak Kapolri menjabat sebagai Kabareskrim,” kata Ronny. “Saya kira itu pembelajaran bagaimana kita membangun upaya pencegahan kasus-kasus yang rentan praktik koruptif,” ujar Ronny. Kritik Anang terkait
adanya hubungan praktik korupsi dalam penanganan kasus narkotika ini disampaikannya di jejaring sosial. Jenderal bintang tiga ini mengunggah sebuah data gambar yang berisi tulisan; ‘Beberapa pihak’ yang mempunyai kewenangan menangani masalah narkoba, mengambil keuntungan dari masalah tersebut baik dengan cara memeras, jual beli pasal, menjadi backing jaringan,
bahkan menjadi bandar, dll. Mereka menjadikan kasus narkotika menjadi ‘ATM’ berjalan. Hal itu terkonfirmasi ketika seorang perwira di Polda Kalbar, AKBP Idha Endi Prastiono, ditengarai menyalahi kewenangannya selaku penyidik narkotika, yaitu dengan melakukan perubahan pasal melalui kesepakatan dengan tersangka, serta menyalahgunakan barang bukti penanganan narkotika.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Ketua Komisi III Desak Kejagung
Segera Eksekusi 64 Terpidana Narkoba S
ikap tegas Presiden Joko Widodo yang menolak grasi 64 terpidana kasus narkoba perlu ditindaklanjuti. DPR meminta Kejagung segera melakukan eksekusi,”Pelaksanaan eksekusi hukuman harus dilaksanakan Jaksa Agung sebagai eksekutor. Karena grasi sudah ditolak, tidak ada hambatan dari segi hukum, kemarin ditunda karena ada permohonan grasi,” kata Ketua Komisi III Aziz Syamsuddin di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, belum lama ini. Aziz berujar bahwa eksekusi mati bagi terpidana kasus extraordinary crime tidak melanggar HAM. Terpidana narkotika termasuk dalam kejahatan luar biasa yang berdampak sistemik terhadap masyarakat. “Saya terima orang dari Amnesty International. Saya bilang di hukum Indonesia, dimungkinkan hukuman mati terhadap drugs (narkoba), terorisme dan koruptor,” ujar Waketum
Golkar hasil Munas Bali ini. Sikap tegas ini juga harus diberlakukan kepada terpidana yang merupakan WNA. Menurut Aziz, siapapun yang melanggar hukum di wilayah Indonesia harus diberlakukan hukum nasional. “Warga negara asing manapun melanggar
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
hukum di Indonesia, maka yang berlaku hukum nasional,” pungkasnya. Kejagung sebelumnya menyebut ada 20 narapidana yang berstatus siap dieksekusi setelah presiden meneken keputusan penolakan grasi. “Kalau yang saya sampaikan 20 (dari 64 terpidana mati) ini tinggal
menunggu putusan grasinya. Berarti yang lain belum sampai grasi, masih dalam tahap banding, kasasi, PK dan bahkan masih dalam tahap yang belum menentukan sikap. Masih kita tunggu. Jadi bisa kita katakan yang ready dalam waktu dekat ini adalah yang 20 dulu,” ucap Kapuspenkum Tony T Spontana. SINAR BNN 11 EDISI XII - 2014
liputanutama
Menkum HAM
Mereka Merusak Bangsa P
residen Joko Widodo menolak memberikan grasi kepada 64 gembong narkoba yang dihukum mati. Mengapresiasi langkah Jokowi, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mengatakan bandar narkoba telah merusak bangsa Indonesia sehingga patut dihukum berat. “Penyebaran Narkoba di Indonesia sudah masuk taraf darurat nasional. Ada 4 juta tahun ini yang diperkirakan sudah tercandu narkoba dan diprediksi sekitar 5,6 juta pada tahun 2015. Lapas dan rutan kita lebih dari 50 persen lapas itu pencandu narkoba, khususnya di kota-kota besar,” ujar Yasonna di Gedung Kemenkum HAM, Jl HR Rasuna Said, Jaksel, belum lama ini. Yasonna pun mengingatkan, akibat ulah bandar-bandar narkoba ini, setiap harinya ada 40 orang yang meninggal. Selain itu, negara juga harus menanggung kerugian ekonomi hingga Rp 48 triliun lebih. Narkoba
12 SINAR BNN EDISI XII - 2014
disebutnya sudah tidak hanya mengincar para pemuda, namun juga anak-anak. “Ini sudah kami anggap merusak. Saya pergi ke Lapas Narkotika di Yogya, ada yang sejak SMP gunakan narkoba. Sejak umur 10 tahun, 8 tahun. Otak mereka jadi rusak. Kalau tidak dijaga, nanti satu generasi kita rusak. Itu kejahatan yang sangat merugikan, khususnya para bandar narkoba. Maka harus ada hukuman yang keras dan setimpal bagi mereka,”
jelas mantan anggota DPR fraksi PDIP itu. Untuk itu Yasonna menyetujui langkah Jokowi yang menolak grasi para gembong terpidana mati. Pasalnya mereka juga telah mengatur peredaran narkoba di Lapas-lapas. Ia pun meminta agar pihakpihak yang mengecam kebijakan tersebut, baik dari dalam maupun luar negeri, menghormati hukum positif Indonesia yang mengizinkan adanya hukuman mati. “Makanya Presiden
mengatakan tidak mungkin memberikan grasi kepada bandar narkoba. Hukum positif kita masih mengakui hukuman mati, bahkan keputusan MK juga masih mengakui, menyatakan konstitusional. Pijakannya pasal 28 J ayat 2 UUD,” Yasonna menuturkan. “Kami minta supaya negara lain menghargai hukum positif di negara kita. Karena itu (bandar narkoba) betul-betul telah merusak bangsa ini,” tutupnya. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Narkoba Kejahatan Berat
Segera Eksekusi P
eksekusinya,” tandas dia. Apresiasi juga mengalir dari anggota Komisi III DPR RI, Patrice Rio Capella. “Kita perlu apresiasi. Memang harus ada upaya tegas pemerintah untuk tidak memberikan grasi. Presiden memberikan contoh bagi para penegak hukum untuk tegas terhadap terpidana narkoba,” kata Rio. Rio yang berada di Komisi yang membidangi hukum ini melihat selama ini banyak terpidana narkoba hukuman mati. yang berlaku. Tidak yang tak kunjung dieksekusi. melanggar hak asasi manusia Hal ini butuh ketegasan. Andrew Chan dihukum dan tidak melanggar undang- “Eksekusinya dipercepat. mati bersama Myuran Sukumaran yang tergabung undang. MUI juga setuju Jangan berlama-lama untuk dengan hukuman mati,” tegas yang kena hukuman mati,” dengan 7 orang lainnya dan dia. dikenal dengan kelompok ujar Sekjen Partai NasDem ‘Bali Nine’. Ia menambahkan, meski ini. Mereka ditangkap pada 17 putusan hukuman mati Trimedya Pandjaitan juga banyak pro dan kontra, April 2005 setelah terbukti menyambut positif menyelundupkan 8,2 seharusnya dapat dilihat sisi ketegasan Presiden tersebut. positifnya. “Penolakan grasi “Itu jelas langkah baru. Ini kilogram heroin melalui oleh bapak Presiden itu wujud bakal menimbulkan efek jera Bandara Ngurah Rai Bali. Pernyataan presiden konsistensi dan bagi pengedar narkoba,” kata ketidakinginan beliau tersebut langsung mendapat Ketua DPP Bidang Hukum generasi muda Indonesia apresiasi dari Kabag Humas PDI Perjuangan Trimedya Badan Narkotika Nasional rusak karena narkoba,” Pandjaitan saat dihubungi, jelasnya. (BNN) Kombes Sumirat belum lama ini. Pihaknya juga mendorong Dwiyanto. Trimedya mengapresiasi “Kami menyambut baik terpidana mati kasus keputusan Jokowi. narkotika segera dieksekusi. Pemberian grasi menurutnya pernyataan bapak Presiden. Berdasarkan catatan BNN, Ini bukti bahwa narkoba malah menimbulkan rasa menjadi kejahatan berat yang kata Sumirat, ada 77 ketidakadilan. “ Selama ini terpidana mati kasus harus dituntaskan secara grasi diberikan sehingga narkotika yang belum serius,” kata Sumirat, di masyarakat menganggap ada Jakarta, belum lama ini. dieksekusi hingga saat ini. ketidakseriusan pemerintah “Angka ini yang perlu “Presiden menepati memerangi narkoba. janjinya untuk menolak grasi ditanyakan ke Kejaksaan. Misalnya Schapelle Corby yang diajukan terpidana mati Kalau putusan sudah inkracht (WN Australia) diberi narkoba. Hukuman mati bagi (berkekuatan hukum tetap, pengurangan hukuman yang red) seharusnya segera terpidana narkotika sudah signifikan,” tutur dia. (pas) sesuai dengan Undang-undang dilaksanakan saja SINAR BNN 13 Direhabilitasi dari pada Dipenjara EDISI XII - 2014
residen Joko Widodo mengatakan Indonesia sudah masuk darurat narkoba. Jumlah pengguna narkoba dari waktu ke waktu terus meningkat. Saat ini diperkirakan ada sekitar 4,5 juta rakyat Indonesia yang terkena narkoba. Sekitar 1,2 juta di antaranya sudah tidak bisa direhabilitasi dikarenakan kondisi kecanduannya yang sudah sangat parah. Atas kondisi tersebut, Presiden Jokowi menolak grasi 64 pengedar narkoba. Saking kalapnya, ia memutuskan tidak akan memberi pengampunan. “Tidak! Karena semua institusi kita sudah dimasuki barang ini. Sudah berada di dalam penjara pun, mereka masih bisa mengendalikan bisnis narkoba. Saya sampaikan mungkin sebentar lagi (eksekusi terpidana mati),” kata Jokowi. “Untuk meminta grasi, minta pengampunan, 64 pengedar yang sudah diminta pengadilan, datang ke meja saya,” urai Jokowi. “Saya mau bertanya, apa yang harus saya lakukan? Sudah bertahun-tahun tidak segera diputuskan. Saya sampaikan tidak ada yang saya beri pengampunan untuk narkoba,” tegas Jokowi. Dari ke 64 pemohon grasi di antaranya WN Australia Andrew Chan dan Myuran Sukumaran yang dijatuhi
Pengguna Narkoba Lebih Baik
liputanutama
Infrastruktur Rehabilitasi
Harus Ditambah
P
enyalah guna narkoba cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Penanganannya harus serius, bukan hanya dengan memberantas sindikatnya, akan tetapi juga memulihkan para penyalah gunanya agar mereka tidak mengonsumsi narkoba lagi. Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah ketersediaan infrastruktur rehabilitasi. Menteri Sosial, Khofifah Indar P mengatakan pusat rehabilitasi penting untuk ditambah, karena jumlah penyalah guna masih tinggi. “Pembangunan panti rehabilitasi narkotika sangat mendesak. Angka
14 SINAR BNN EDISI XII - 2014
pengguna narkoba yang butuh rehabilitasi cukup tinggi. Karena keterbatasan kapasitas panti, program rehabilitasi tidak berjalan
maksimal,” kata Mensos di sela-sela kegiatan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) di Desa Ulak Lebar, Sumatera Selatan, Selasa kemarin. Ketika disinggung tentang masalah narkoba, Khofifah menyebut bahaya narkoba sudah pada titik alarm warning system, artinya semua elemen bangsa harus siaga menghadapinya terutama generasi muda. Ia juga menghimbau pada generasi muda untuk terus bangkit dan produktif, karena
menurutnya kualitas bangsa akan ditentukan oleh produktivitas generasi mudanya. Kepada orang tua, guru dan tokoh masyarakat, Menteri Khofifah meminta masyarakat harus waspada dan membimbing anak muda sehingga tidak menyentuh narkoba. “Jangan sampai anak-anak muda kita terjebak narkoba karena bahaya narkoba itu sangat besar, bukan saja bagi kesehatan pengguna tetapi juga kelangsungan generasi muda bangsa ini”, pungkasnya. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
BNN Bangun Tempat Rehabilitasi di Batam B
adan Narkotika Nasional (BNN) meresmikan tempat rehabilitasi pecandu narkoba yang keempat di Jalan Hang Jebat Km 3, Kelurahan Batubesar, Kecamatan Nongsa, Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri), Selasa kemarin. Tempat ini mampu menampung sekitar 200 residen (pasien) yang akan direhabilitasi,”Luas lahan Loka Rehabilitasi BNN Batam ini sekitar 1,8 hektare sebagai tempat program rehabilitasi berkelanjutan mulai dari rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial dan pasca-rehabilitasi ,” ujar Kepala Bagian Humas BNN, Kombes Polisi Sumirat Dwiyanto di Batam. Berdasarkan data terbaru, jumlah penyalahguna narkoba di Provinsi Kepri mencapai 70.000 orang. Wilayah ini dijadikan pintu masuk peredaran narkoba dari negara tetangga. Dari aspek geografis, Kepri juga memiliki kerentanan karena wilayahnya yang terdiri dari banyak pulau dan berbatasan dengan negara lain, yakni Singapura dan Malaysia.
Menurut Kepala BNN Komisaris Jenderal Polisi Anang Iskandar, tidak seluruh penyalahguna narkoba di wilayah Kepri ini akan bisa dilayani Loka Rehabilitasi Batam,”Sehingga, diperlukan kerja sama dengan pemerintah provinsi dan pusat,” katanya. Peresmian tempat rehabilitasi ini juga sebagai implementasi Peraturan Bersama tujuh lembaga yakni Mahkamah Agung, Kemenkum HAM, Kejaksaan Agung, Polri, Kemenkes, Kemensos dan BNN tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi. Loka Rehabilitasi BNN Batam ini merupakan tempat rehabilitasi keempat setelah di Lido Bogor, Baddoka Makassar dan Tana Merah Samarinda. Pada 9 Desember 2014 lalu juga telah dilantik Heriandi sebagai Kepala Loka Rehabilitasi BNN Batam. Pada kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan prasasti peresmian gedung BNN Provinsi Maluku Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, dan Kalimantan
Tengah. Serta BNN Kota Depok, Kabupaten Asahan, Kabupaten Madina, Kabupaten Halmahera Utara, kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Donggala, Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten Poso, Kota Bitung, Kabupaten Bireun, Kabupaten Batang, dan BNN Kabupaten Purbalingga. Selain itu, juga dilaksanakan peluncuran program pasca rehabilitasi di Bengobengo, Sulawesi Selatan, hasil kerjasama BNN dengan Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin. (pas)
SINAR BNN 15 EDISI XII - 2014
lintassektoral
Ini Sejarah Baru Perkembangan Hukum P
artai Golkar kubu Agung Laksono mengapresiasi setinggi langit keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menolak permohonan grasi dari 64 terpidana mati kasus narkoba. Ini merupakan sejarah baru Indonesia. “Bagus! Ini sejarah baru. Perkembangan baru di era hukum yang kita lihat ada prospek yang cukup baik ke depan, bahwa presiden
16 SINAR BNN EDISI XII - 2014
ingin ikut membenahi bidang hukum,” kata Ketua DPP Bidang Hukum dan HAM Golkar Agung Laksono, Lawrence TP Siburian, di Kantor DPP Golkar, Jl Anggrek Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat, belum lama ini. Menurut Lawrence, azas kepastian hukum memang perlu ditegaskan oleh Jokowi, tak terkecuali untuk kasus narkoba. Bila seseorang
bersalah dan harus diganjar hukuman mati, maka hukuman tersebut harus ditegakkan. “ Kita harus tegas dan ada kepastian. Kita harus mendukung kebijakan seperti itu. Kalau memang dia harus dihukum ya dihukum, kalau memang harus dieksekusi ya dieksekusi, kalau memang harus dibela ya dibela,” tutur Lawrence. Azas kepastian hukum
inilah yang didambakan oleh publik internasional. Bila Indonesia mempunyai hukum yang pasti dan tak mudah goyah, maka ini akan merembet ke aspek yang lebih luas. Lawrence mencontohkan soal investasi dari luar negeri. “ Investor juga perlu kepastian hukum. Kalau presiden berkepastian, maka semua orang ada ketenangan,” katanya.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lintassektoral wanita berinisial LFN dan teman laki-lakinya, LLI di Sangau, Kalimantan Barat. Dari kedua tersangka disita barang bukti seberat 5 kg, yang disembunyikan di dalam ban serep mobil Toyota Inova. Dalam penangkapan tersangka, petugas BNN melakukan strategi “controlled delivery” dan berhasil membekuk seorang tersangka lainnya, SA (44). Para tersangka selanjutnya dibawa ke kantor BNN untuk penyelidikan lebih lanjut. Mereka terancam Pasal 111 ayat (2) dan Pasal 114 ayat (2) Jo 132 UU 35/ 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman maksimal pidana mati atau penjara seumur hidup. Pemusnahan sabu-sabu ini disaksikan Kepala BNN, perwakilan Kejaksaan Agung, Kepolisian, TNI, Badan POM, Pemprov DKI Jakarta dan Banten dan jajaran terkait lainnya. langsung kepada seorang November 2014. Dari “Ini adalah pemusnahan bandar di Jakarta, yang masuk pengakuan para tersangka, yang terakhir di penghujung dalam daftar pencarian orang barang haram ini tahun 2014. Saya sebagai diselundupkan dari Tiongkok (DPO). Bandar ini belum ke Indonesia melalui jalur laut. diketahui identitasnya, karena kepala BNN akan terus masih menunggu perintah dari melakukan pemberantasan Modus untuk dan penindakan terhadap bosnya. penyembunyian sabu ini pelaku pengedar narkotika Ketiga WNA ini mudah terbilang baru, disimpan di tanpa pandang bulu. Undangberadaptasi dengan dalam manisan jeruk dan lingkungan sekitar di wilayah undang kita jelas, mengatur mainan anak. adanya pelaksanaan Pluit, yang mayoritas Bisnis narkotika ini hukuman berat hingga terungkap ketika XJ, dulunya keturunaan Tiongkok. hukuman mati terhadap Kasus kedua, BNN berbisnis batu, mendapat pengedar narkotika. Setelah menggagalkan tawaran dari bosnya yang beberapa tahun vakum, mari tinggal di Shenzen, Tiongkok penyelundupan sabu-sabu kita dorong lagi hukuman seberat 5 kg, yang untuk menerima sabu-sabu mati bagi para pengedar dan menyerahkannya kepada melibatkan dua tersangka, narkotika,” ujarnya. yakni AA (23) dan ND (40), kurir yang berada di Pihaknya juga mendorong pada 13 November 2014. Indonesia. Tersangka AA diamankan kepada penyalahguna XJ kemudian merekrut narkoba yang dalam keaadan CW, dengan iming-iming uang di wilayah Cempaka Putih, ketergantungan narkoba Jakarta Pusat. Barang bukti sebesar 10.000 Yuan per harus direhabilitasi. “Kita disembunyikan di dalam bulan. Lalu CW mengajak memperlakukan para knalpot mobil. Rencananya, teman wanitanya LL, yang penyalahguna dengan berprofesi sebagai pemandu sabu-sabu ini akan diserahkan kepada ND, yang humanis, dengan cara lagu di tempat karaoke. Dari keterangan tersangka, tinggal wilayah Jakarta Utara. merehabilitasi bagi Pengungkapan kasus yang penyalahguna narkoba,” ratusan kilogram sabu-sabu imbuhnya. (pas) ketiga melibatkan tersangka tersebut akan diserahkan
BNN Musnahkan 161 Kg Sabu-sabu B adan Narkotika Nasional (BNN) memusnahkan barang bukti berupa 161 kilogram (kg) narkotika jenis sabusabu di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, Senin kemarin. Pemusnahan narkotika golongan I ini dinilai dapat menyelamatkan sekitar 805.000 orang dari jeratan bahaya narkoba yang menyebabkan kematian. Asumsinya, 1 kg sabu-sabu dapat digunakan oleh 5.000 pengguna. “Asumsi kami, 1 kg sabusabu dapat digunakan oleh 5.000 orang. Dengan demikian, pemusnahan barang bukti 161 kg sabusabu ini dapat menyelamatkan sebanyak 805.000 orang, karena bahaya narkotika yang mematikan,” ujar Kepala Bagian Humas BNN, Kombes Pol Sumirat Dwiyanto, Jakarta, Senin kemarin. Jumlah total barang bukti ini merupakan hasil pengungkapan BNN dari tiga kasus berbeda, yag melibatkan delapan tersangka,”Tiga orang tersangka di antaranya merupakan warga negara Tiongkok,” sambung Kepala BNN, Komisaris Jenderal Anang Iskandar, saat pemusnahan barang bukti. Kasus pertama, pengungkapan 151,5 kg sabusabu, yang melibatkan tiga tersangka berkewargane garaan Tiongkok, yakni XJ (43), CW (44) dan LL (32). Mereka diciduk di wilayah Pluit, Jakarta Utara pada 22
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 17 EDISI XII - 2014
lintassektoral
PT. Mayora Dukung BNN Cegah Narkoba
P
T. Mayora Indah Tbk akan berupaya terus mendukung Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam mewujudkan cita-cita Indonesia bersih narkoba, dengan melakukan gerakan Pencegahan dan Pemberantasan , Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di lingkungan kerja. “Upaya itu bisa melalui penyuluhan tentang bahaya narkoba dan motivasi hidup sehat tanpa narkoba di lingkungan kerja seperti yang selama ini kita
18 SINAR BNN EDISI XII - 2014
lakukan,” kata Danny Mamesah selaku Business Development Manager dalam acara Pemberdayaan Lingkungan Kerja dalam P4GN yang digelar bersama BNN, belum lama ini. Pada kesempatan ini, juga diberikan piagam penghargaan P4GN yang diberikan langsung Analis BNN AKBP Theresia Mastail mewakili Direktur Peran Serta Masyarakat BNN Brigjen Pol Siswandi, sebagai bentuk sinergitas antara perusahaan swasta dengan BNN dalam
menyampaikan anti penyalahgunan narkoba di lingkungan kerja. “Maka dari itu kami berharap adanya perusahaan-perusahaaan swasta lain, seperti PT. Mayora Indah Tbk ini yang peduli terhadap bahaya narkoba, untuk sama-sama menyelamatkan generasi muda dari kehancuran dan sekaligus membantu tugas BNN melaksanakan UU Nomor 35/2009 tentang Narkotika sesuai dengan kapasitasnya,” ujar Theresia di hadapan 40 orang karyawan PT. Mayora Indah Tbk.
Kemudian ditambahkan oleh Danny, saat ini jumlah pegawai PT. Mayora Indah Tbk sebanyak 30 ribu orang yang tersebar di seluruh Indonesia dan tidak mustahil dapat disusupi pengedar narkoba. ”Melalui acara seperti ini diharapkan bukan hanya pegawai mengenali bahaya narkoba, tetapi juga tumbuh kepedulian menanggulanginya. Dengan demikian, pegawai secara kesadaran sendiri menjaga lingkungan PT.Mayora Indah serta keluarganya dari ancaman narkoba,” ungkapnya. Lebih lanjut Danny menekankan kepada pegawainya agar tidak bersikap acuh setelah memahami informasi mendalam tentang narkoba. Pegawai diminta untuk menyampaikannya kepada masyarakat dan mengajaknya memerangi narkoba. Menanggapi upaya P4GN PT. Mayora Indah, Kasubdit Lingkungan Kerja dan Masyarakat BNN Dik Dik Kusnadi mengapresiasi kepedulian dalam menanggulangi narkoba. Bahkan dirinya menghimbau agar lingkungan kerja lainnya atau perusahaan swsata lain mempunyai sikap yang sama sesuai kemampuannya menangkal narkoba. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lintassektoral
Pemakai Narkoba di Indonesia Meningkat K
erugian akibat penyalahgunaan narkotika di Indonesia Rp 50 triliun per tahun. Hal ini didasari pada jumlah penyalahguna narkotika yang saat ini jumlahnya mencapai 4,2 sampai 5 juta jiwa. Penyalahguna narkotika ini mencapai kondisi hidup tapi tidak berguna, hidup tapi tidak bisa bersaing, dan hidup tapi membuat masalah. Berdasarkan hal tersebut, rehabilitasi bagi penyalahguna narkotika dianggap lebih berguna daripada hukuman penjara. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Jakarta Timur, Kombes Supardi mengatakan penyidik dari kepolisian selama ini sering menggunakan ketentuan pidana UndangUndang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 Pasal 111 mengenai hukuman pidana 4 tahun dan paling lama 12 tahun untuk pemilik narkotika golongan I jenis tanaman dan pasal 112 untuk pemilik narkotika golongan I bukan tanaman. Padahal dalam Undang-Undang
Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 Pasal 127 menyebutkan penyalahguna narkotika wajib rehabilitasi medis dan sosial. “Rehabilitasi ini tidak hanya fisik tapi juga sosial. Tujuannya agar bekas pecandu dapat kembali melaksanakan fungsi sosialnya di lingkungan masyarakat,” ujar Supardi dalam focus group discussion, “Penyelamatan Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Melalui Rehabilitasi dan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Penegakan Hukum bagi Pengedar Narkoba di Kantor Walikota Jakarta Timur, belum lama ini. Ia menuturkan saat ini ada 21 orang yang sedang menjalani rehabilitasi rawat jalan narkotika di Jakarta Timur. Stigma bagi penyalahguna narkotika sering kali membuat mereka merasa malu dan menjadi dikucilkan lingkungan sekitarnya. BNN menilai para penyalahguna narkotika ini adalah korban. Pemikiran ini yang harus diberikan ke masyarakat, terutama jika ada anggota
keluarga yang menjadi penyalahgunai narkotika agar segera melapor ke Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL). Selama ini, prevalensi penyalahguna narkotika tidak pernah turun. Lembaga permasyarakatan (lapas) justru menjadi tempat konsumsi narkotika yang memicu konflik antarpenyalahguna di lapas. Menurutnya, masalah narkotika tidak akan selesai dengan hukuman penjara,”Dengan rehabilitasi permintaan narkotika akan berkurang,” tuturnya. SINAR BNN 19 EDISI XII - 2014
lintassektoral
Pelabuhan Batam Pintu Masuk Narkoba dari Malaysia
B
adan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengungkap tiga kasus narkotika yang melibatkan lima orang tersangka. Satu tersangka di antaranya merupakan warga negara Malaysia, ME (27), yang menyelundupkan narkotika melalui jalur udara dan laut,”Tersangka ME, menyelundupkan shabu melalui Pelabuhan Ferry International Batam Center,” ujar Kepala BNN Provinsi Kepri, Benny Setiawan, di kantornya, belum lama ini. Dari tangan ME, petugas berhasil mengamankan barang 20 SINAR BNN EDISI XII - 2014
bukti narkotika jenis shabu seberat 191 gram dan 1 gram ganja kering pada 20 November 2014 lalu. “Dia tertangkap tangan membawa shabu dan ganja dari Johar Baru, Malaysia melalui Pelabuhan Stulang Laut menuju Pelabuhan Batam Center menggunakan kapal ferry,” katanya. Kepala Bea Cukai Batam, Untung Basuki, memberikan apresiasi kepada penegak hukum untuk memberantas narkoba,”Batam menjadi tempat pintu masuk narkoba dari Malaysia. Ini sebagai warning bagi kami terutama petugas bea cukai untuk melakukan pengawasan
lebih ketat,” ujar Untung Basuki. Pihaknya pun mengakui banyak pelabuhan tidak resmi di wilayahnya. “Ini menjadi tantangan kita semua untuk meningkatakan kapasitas dan prasarana serta penambahan mesin pemindai untuk membantu pengawasan,” imbuhnya. Terkait pelabuhan tidak resmi, pihak Bea Cukai Batam melakukan kerja sama dengan pihak terkait lainnya untuk menggelar patroli rutin. Sementara itu, Kepala BNN Komisaris Jenderal Polisi Anang Iskandar, mengatakan kerja sama pemberantasan narkoba antarnegara sudah
berlangsung lama,”Negara ASEAN punya kerja sama dalam pemberantasan narkoba. Masalahnya, konsumen narkoba di ASEAN sebanyak 49% di antaranya ada di Indonesia. Konsumen kita yang paling banyak membutuhkan narkoba sehingga kita menjadi negara tujuan bisnis ini,” katanya. Anang menegaskan, pengguna narkoba harus disembuhkan supaya bisnis narkoba tidak tumbuh subur,”Penyalahguna itu merupakan orang sakit yang harus disembuhkan. Dengan demikian, bisnis narkoba tidak akan berkembang,” imbuhnya. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lintassektoral
Iman dan Taqwa Kunci Utama Bersih dari Narkoba
P
enyalahgunaan narkoba bermula terjadi karena rapuhnya pertahanan iman. Pada akhirnya, manusia dengan mudahnya melakukan perbuatan tidak terpuji tersebut karena tidak memiliki arah hidup. Demikian dikatakan Ustadz Sirajudin pada kegiatan Pemberdayaan Lingkungan Masyarakat dalam P4GN bersama Badan Narkotika Nasional (BNN), di Kelurahan Teluk Pucung, Bekasi,
Jawa Barat, belum lama ini. Untuk itu langkah paling pertama kali membentengi diri dari jeratan narkoba ialah memperkuat iman, terangnya. Lainnya upaya menangkal diri agar tidak terjerumus narkoba ialah membangun rasa kekeluargaan antara sesama masyarakat, ujar Sirajudin. Cara itu dapat ditempuh dengan saling mengingatkan masyarakat tentang
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
bahaya narkoba dan mengajak menghindarinya. Sedangkan Ketua RW 03 Kelurahan Teluk Pucung, Marzuki, mengungkapkan, pertemuan warga merupakan jurus lingkungannya guna mengantisipasi narkoba. Pada ajang tersebut, tambahnya, dapat diketahui kondisi lingkungan RW dan berbagai persoalannya. Kalau sudah dibahas bersama-sama, maka
akan ditemukan solusinya agar lingkungan tetap terjaga baik, tandas Marzuki. Terpisah, Kasubdit Lingkungan Kerja dan Masyarakat BNN Dik Dik Kusnadi mengutarakan, peran seluruh komponen dalam menanggulangi narkoba akan memperkecil ruang gerak penyalahgunaan. Dirinya menghimbau, masyarakat tidak menutup mata terhadap narkoba yang setiap waktu mengancam. SINAR BNN 21 EDISI XII - 2014
lintassektoral
BMOIWI Ajak Warga Lawan Penyalahgunaan Narkoba
G
una menumbuhkan kesadaran warga menanggulangi narkoba, Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) menggelar kegiatan Pemberdayaan Lingkungan Masyarakat Kelurahan Pegangsaan dalam P4GN, di Cikini, Jakarta, belum lama ini. Secara khusus, BMOIWI menggandeng Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai lembaga pemerintah yang berwenang pada hal tersebut. Menurut Ketua Presidium BMOIWI Azizah, pemukiman 22 SINAR BNN EDISI XII - 2014
tempat tinggal warga amat rentan menjadi sarang peredaran dan penyalahgunaan narkoba. Faktor ini akibat pelaku kejahatan narkoba menganggap masyarakat dapat mudah dikelabui dengan modus terselubungnya, tambahnya. Untuk itu, Azizah merasa aksi kejahatan pecandu, pengedar, maupun bandar narkoba, dengan berbagai modusnya di tengah lingkungan masyarakat harus segera dihentikan. Caranya dengan membekali warga secara mendalam mengenai
narkoba. Kalau warga sudah mengenal modus kejahatan dan bahaya narkoba, saya meminta agar Kelurahan Pegangsaan menjadi yang terdepan dalam memerangi narkoba, cetusnya. Azizah mengusulkan, Kelurahan Pegangsaan kebih rutin melaksanakan ajang tatap muka warga untuk membahas beragam persoalan lingkungan pemukiman. Ia mengungkapkan, melalui kegiatan seperti itu dapat muncul berbagai usulan menyelesaikan masalah, termasuk strategi
menangkal narkoba. Paling penting adalah rasa kepedulian warga terhadap bahaya narkoba sebagai tanggung jawab yang harus dibasmi, imbuh Azizah. Sementara Kasubdit Lingkungan Kerja dan Masyarakat BNN Dik Dik Kusnadi pada kesempatan ini mencontohkan secara visual berbagai alat yang biasa digunakan mengonsumsi narkoba. Dirinya mengemukakan, ini bertujuan untuk mengenalkan warga tentang alat kejahatan narkoba agar tidak dikelabui pelaku nantinya.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lintassektoral
UNODC Soroti Eskalasi Problem Narkotika di ASEAN
D
alam pertemuan ASEAN Ministerial Meeting on Drug Matters (AMMDM), UNODC memaparkan beberapa hal yang harus menjadi perhatian bersama. Hal ini terkait dengan adanya eskalasi permasalahan narkotika yang kian tinggi baik dalam aspek demand atau supply reduction. Jeremy Douglas dari UNODC memaparkan situasi terkini masalah narkoba yang sedang
dihadapi oleh Negaranegara ASEAN termasuk masalah tantangan dan kendalan dan penilaian tentang pencapaian masalah pemberantasan narkoba. Dari hasil survey yang dilakukan UNODC dalam konteks penanganan masalah narkoba, mereka mengungkapkan seluruh negara ASEAN telah sadar dan peduli bahwa tantangan masalah narkotika baik dalam aspek demand dan supply
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
kian tinggi. Karena itulah, penanganan masalah narkoba perlu memperhatikan pendekatan tradisional sebagai langkah pengawasan terhadap ancaman peredaran gelap narkoba. Meski sudah berusaha dengan maksimal, UNODC melihat masih ada kelemahan dalam penanganan masalah narkoba. Salah satu hal yang disoroti adalah kurangnya factor teknis
yang mumpuni untuk menghadapi ancaman sindikat narkoba. “Hal ini bisa dipengaruhi oleh minimnya anggaran yang diperoleh masing-masing badan anti narkotika di ASEAN”, ungkap Jeremy. Satu hal penting lainnya yang harus jadi perhatian bersama adalah, masyarakat pada umumnya masih melihat para penyalah guna narkoba sebagai kriminal yang harus dipenjara.
SINAR BNN 23 EDISI XII - 2014
liputankegiatan
Ekpektasi Sulap Barak Militer
Jadi Pusat Rehabilitasi
K
epala BNN, DR. Anang Iskandar berharap barak militer yang ada di seluruh daerah di Indonesia bisa menjadi pusat pemulihan penyalah guna narkoba. Hal ini sebagai salah satu terobosan dalam memenuhi kebutuhan pusat rehabilitasi di setiap daerah,”Kami cari tempat lain di militer, barak-barak militer TNI bisa,” katanya usai meresmikan pusat rehabilitasi narkoba di Batam Kepulauan Riau, belum lama ini. Pemilihan barak militer sebagai tempat pemulihan penyalah guna narkoba ini berkaca pada kesuksesan Thailand yang sudah terlebih dahulu melakukan hal ini. Setiap tahunnya, Thailand dapat merehabiltasi ratusan ribu pecandu dengan memanfaatkan barakbarak militer yang ada. Penambahan pusat rehabilitasi ini memang mendesak untuk dilakukan karena daya tampung dari tempat rehabilitasi yang ada saat 24 SINAR BNN EDISI XII - 2014
ini belum mencukupi. Rencana ke depan, BNN akan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan kementerian untuk membangun lebih banyak lagi tempat rehabilitasi narkoba demi tercapainya target daya tampung 100.000 orang. Ketika disinggung tentang Loka Rehabilitasi Batam, Kepala BNN menyebutkan, kapasitas pusat rehabilitasi ini bisa menampung 200 orang. Ia juga menambahkan, tempat rehabilitasi di Batam dijadikan tempat rujukan untuk seluruh
wilayah di Sumatera. Peresmian Loka Rehabilitasi BNN ini dihadiri langsung oleh Gubernur Kepri, Muhammad Sani. Tempat rehabilitasi ini menjadi pusat rehabilitasi keempat yang dimiliki BNN, setelah Lido-Bogor, Baddoka Makassar, dan Tanah Merah Samarinda. Saat ini Loka Rehabilitasi Batam memiliki 51 pegawai, terdiri dari tiga dokter umum, satu dokter spesialis kejiwaan, satu dokter gigi dan sisanya merupakan perawat, staf
serta konselor. Untuk kebutuhan dokter spesialis, sementara ini didukung oleh pihak RSUD Embung Fatimah. Saat ini juga telah ada 23 orang pasien (residen) yang sedang menjalani program rehabilitasi, dua diantaranya adalah perempuan. Fasilitas yang tersedia di tempat ini antara lain gedung terapi medis, gedung rehabilitasi bagi laki-laki dan perempuan, gedung re-entry, masjid dan kapel, lapangan futsal dan basket, dapur dan laundry serta rumah dinas bagi pegawai. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
BHP Kemenkumham
Tolak Narkoba G
una mengantisipasi narkoba di lingkungan kerja, Balai Harta Peninggalan (BHP) Kemenkumham menggelar acara Pemberdayaan Pemerintah dalam P4GN bersama Badan Narkotika Nasional (BNN), di Jakarta, belum lama ini. Acara ini diikuti oleh pegawai BHP Kemenkumham dan turut dihadiri Kepala BHP Kemenkumham Sri Iriani Pertiwi dan dibuka oleh Kabag Pembinaan Pegawai Sekretariat Korpri Unit Nasional Kemenkumham Hadi Gunawan. Dalam sambutannya, Hadi yang juga merupakan Sekretaris Kader P4GN Kemenkumham mengatakan, penyalahgunaan narkoba saat ini sudah menyasar ke semua lini sosial kemasyarakatan. Tidak menutup juga pegawai di instansi pemerintah, terangnya. Narkoba tidak
mengenal usia, jenis kelamin, pekerjaan, agama, dan lainnya, untuk menjadi korbannya. Cara paling awal menangkal jeratan narkoba ialah bersikap peduli terhadap barang berbahaya itu, tandas Hadi. Dengan kepedulian, sambungnya, maka setiap orang akan saling mengingatkan lainnya dari narkoba. Tidak disitu saja, Hadi juga meyakini akan mengajak
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
sesamanya untuk memerangi narkoba. Itu yang harus ditumbuhkan oleh seluruh pegawai BHP, pungkasnya. Pada kesempatan ini Hadi juga mengajak pegawai BHP untuk ikut terlibat dalam Kader P4GN Kemenkumhan yang telah dibentuk. Melalui lembaga itu, lanjutnya, pegawai BHP dapat berpartisipasi menanggulangi narkoba
dengan berbagai strategi. Sedangkan Dik Dik Kusnadi selaku Kasubdit Lingkungan Kerja dan Masyarakat BNN mengemukakan, penanggulangan narkoba memerlukan peran seluruh pihak. Pegawai pemerintah dihimbaunya tidak sekadar membentengi lingkungan kerjanya dari narkoba, tetapi juga andil di masyarakat tempat tinggalnya. (pas)
SINAR BNN 25 EDISI XII - 2014
aspirasiwarga
26 SINAR BNN EDISI XII - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
aspirasiwarga
Agus Sutondo
Yang Membunuh Odha
Bukanlah HIV
HIV/AIDS adalah epidemi yang sebenarnya hanyalah suatu rekayasa yang akan merusak masa depan Anda, suami/istri Anda, dan yang lebih jahat lagi… merusak masa depan anak-anak Anda yang lucu dan lugu! Semua Odha setelah pertama kali mendengar bahwa mereka positif HIV, segalanya jadi terasa seperti kiamat! Mereka jadi tidak bersemangat untuk bekerja, bergaul, tidak enak makan, depresi berkepanjangan, dan
paling parah… tidak bersemangat untuk melanjutkan hidup. Saya menemukan suatu blog yang di dalamnya membahas HIV/ AIDS dari sudut pandang AIDS Denialist. Sebagai ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), tentu saja saya tertarik. Terlebih, Islam Therapy adalah Program Penanggulangan HIV/ AIDS berbasis ajaran Islam yang harus benarbenar menjadi program yang menyelamatkan. Berikut ini adalah salah
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
satu halaman dari blog tersebut. Untuk halamanhalaman lainnya, silahkan kunjungi langsung blognya. HEAL INDONESIA Kebenarannya adalah AZT, ddI, ddC , penghambat protease (protease inhibitors) dan obat-obatan lainnya yang disebut “antiretrovirals” tidak pernah didapati di studi terkontrol manapun yang membuktikan adanya manfaat klinis teruji terhadap para pasien AIDS. Satu-satunya
studi terpublikasikan yang mengklaim adanya hasil positif hanyalah bersifat sementara dan tidak memiliki hasil statistik yang signifikan. Bahkan lebih mengkhawatirkan lagi, terdapat cukup banyak bukti bahwa obat-obatan ini telah diketemukan dapat menyebabkan gejala-gejala yang sebenarnya ingin disembuhkan. Lebih dari 500 Medical Doctor dan atau Ph.D. telah menandatangani suatu SINAR BNN 27 EDISI XII - 2014
aspirasiwarga pernyataan yang mengajak untuk diadakannya penilaian kembali bagi penyebab AIDS dan mempertanyakan apakah gejala-gejala yang ada benar-benar disebabkan oleh HIV. Walaupun “antiretroviral” lebih baru seperti ddC, ddI, dan d4T memiliki mekanisme analisator aksi dan toksisitas yang sama dengan AZT, mereka belum pernah diteliti secara ekstensif dan dengan demikian tidak didiskusikan secara detail seperti halnya penelitianpenelitian yang ditekankan di bawah ini. 1) Tulisan Pembukaan Glaxo mencantumkan peringatan berikut dengan huruf kapital besar dan tebal di awal bagian Physician’s Desk Reference edisi tahun 1998 yang mendeskripsikan AZT (merek Retrovir atau Zidovudine). “RETROVIR (ZIDOVUDINE) BISA MENGAKIBATKAN TOKSISITAS HEMATOLOGI BERAT TERMASUK GRANULOCYTOPENIA DAN ANEMIA BERAT YANG TERUTAMA SEKALI ADA PADA PASIEN DENGAN HIV TINGKAT LANJUT (LIHAT PERINGATAN). PENGGUNAAN RETROVIR SECARA TERUS MENERUS JUGA BISA MENGAKIBATKAN SYMPTOMATIC MYOPATHY SERUPA DENGAN YANG DIHASILKAN OLEH HUMAN 28 SINAR BNN EDISI XII - 2014
IMMUNODEFICIENCY VIRUS.” Ijinkan saya untuk menerjemahkannya ke bahasa yang lebih mudah dimengerti. “Granulocytopenia”, yang juga disebut “neutropenia” artinya sel penting dari sistem imun, yaitu neutrophil, telah berkurang, bersamaan dengan sel-sel lainnya, eosinophil dan basophil, yang jumlahnya lebih sedikit tapi masih penting. Kondisi ini bisa ringan, sedang, atau bahkan berat. Catatan klinis atas neutropenia berat dalam Pathologic Basis of Disease karangan Robbins (5th Ed.), dimana dipakai oleh kebanyakan sekolah kedokteran yang mempelajari patologi, memberikan penjelasan tentang apa yang terjadi pada pasien penderita neutropenia berat. CATATAN KLINIS : Gejala dan tanda-tanda dari neutropenias adalah adanya infeksi bakteri Dalam kasus agranulocytosis berat dengan kondisi tidak adanya neutrophil, infeksiinfeksi ini bisa sangat beraneka macam sampai menyebabkan kematian dalam hitungan hari. “ (Robbins, p.631) Hal ini terdengar sangat mengganggu sama dengan deskripsi AIDS. Robbins juga menyatakan, dalam huruf bercetak miring, bahwa “bentuk umum dari neutropenia berat adalah dikarenakan obat-obatan.” Apa yang tidak disebutkan di buku teks manapun adalah bahwa AZT telah didapati
dalam lima penelitian (sesudah adanya ketergesa-gesaan FDA dalam memberikan perizinan atasnya) ternyata beracun bagi sel T, sel yang ketidakhadiranya dianggap disebabkan oleh karena HIV. Hal ini tidaklah mengejutkan sejak sel T dan semua sel lainnya diproduksi di dalam sumsum tulang telah berkurang karena AZT. AZT pada awalnya meningkatkan produksi sel T sebagai respon sistem kekebalan tubuh terhadap racun yang ada dari AZT, tapi dalam waktu yang cukup singkat, sel T, neutrophil, dan sel sistem kekebalan lainnya mulai berkurang. 2) Satu contoh dari penelitian yang mendokumentasikan pengaruh AZT atas sistem imun manusia telah dipublikasikan di the Annals of Hematology. AZT telah diberikan ke 14 pekerja kesehatan yang secara tidak sengaja terkontaminasi darah HIV dari jarum suntik. Penelitian seperti ini sangatlah penting karena toksisitas yang terjadi tidak bisa dipersalahkan ke HIV sebagai penyebabnya, seperti yang terjadi pada orang yang positif HIV. Setengah dari 14 orang tersebut akhirnya harus berhenti mengkonsumsi AZT karena efek samping toksisitasnya yang berat, dan penelitianpun dihentikan lebih awal supaya tidak terjadi kerusakan lebih fatal lagi.
Neutropenia (seperti telah dijelaskan di atas) berkembang pada 36% (4 dari 11) orang yang memakai perawatan dengan AZT selama 4 minggu. 3 dari 14 orang bahkan tidak bisa mencapai 4 minggu oleh karena “gejala subyektif yang berat”. Satu pekerja harus segera dihentikan memakai AZT karena neutropenia dia terlihat begitu berat sehingga dia mengalami infeksi saluran pernapasan bagian atas. Apa yang menarik dari penelitian ini adalah efek samping dari AZT muncul hanya dalam waktu 4 minggu, sementara pasien dengan status “positif HIV” seringkali menggunakan AZT dan obat-obatan serupa lainnya selama bertahun-tahun. Dosis pemakaian AZT dalam gabungan dengan ARV lainnya seringkali lebih kecil, yang menyebabkan gejala yang nampak jadi terlihat lebih kecil jika dibandingkan memakai AZT saja. 3) Sebuah artikel di the New England Journal of Medicine memperhatikan pengurangan otot (muscle wasting) sebagai akibat dari pemakaian AZT dan membandingkannya dengan pengurangan otot yang biasa disebut sebagai “myopathy”, diduga diakibatkan oleh HIV. Komentar mereka terhadap perbandingan tersebut adalah: “Kami menyimpulkan bahwa terapi jangka panjang dengan Zidovudine dapat mengakibatkan keracunan mitochondrial myopathy, dimana… gejalanya tidak
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
aspirasiwarga bisa dibedakan dengan myopathy yang berhubungan dengan infeksi HIV. Tulisan Robbin mengenai patologi juga berisi bagian yang menjelaskan tentang mitochondrial myopathy, menyatakan bahwa pengurangan otot jenis ini meyebabkan kelemahan fisik yang berat. Dalam tulisannya juga menyebutkan bahwa “kelompok ini bisa juga diklasifikasikan sebagai mitochondrial encephalomyopathy.” Encephalomyopathy, dalam bahasa gampangnya berarti kerusakan yang menyebar pada otak dan sumsum. 4) “HIV Dementia”: Walaupun kebanyakan penelitian restrospektif belum menemukan hubungan AZT dengan “HIV dementia”, penelitian-penelitian ini tidaklah terkontrol dan dengan demikian membuka terhadap berbagai kemungkinan dan penyimpangan. Satu penelitian yang terkontrol lebih baik berhasil menemukan bahwa “HIV dementia” terjadi 2 kali lebih besar pada orang yang memakai AZT. Dalam penelitian ini, seperti yang terpubliksikan journal Neurology , si pengarang menyatakan: “diantara para subyek dengan sel CD4+ berjumlah < 200/mm3, resiko untuk berkembangnya HIV dementia di antara mereka yang dilaporkan memakai antiretroviral (AZT, ddI, ddC, or d4T) ternyata 97% lebih tinggi
dibandingkan dengan mereka yang tidak memakai terapi antiretroviral” Penelitianpenelitian tersebut juga membahas mengenai sensory neuropathy, atau kemerosotan syaraf rasa: “Sebagai tambahan, hasil temuan dari analisa kami sepertinya mengkonfirmasi pengamatan sebelumnya mengenai pengaruh beracun antiretroviral terhadap syaraf. Banyak penelitian telah menghubungkan pemakaian ddI, ddC, dan d4T dengan perkembangan racun atas sensory neuropathy, biasanya dalam dosis tertentu. Penelitian-penelitian ini merupakan contoh dari bukti yang menunjukkan bahwa AZT dan antiretroviral lainnya yang dipakai sebagai terapi tunggal atau sebagai bagian dari gabungan terapi ARV dapat menyebabkan gejalagejala yang serupa dengan AIDS yang kemudian mengkambinghitamkan HIV sebagai penyebabnya. Sialnya, keyakinan mengenai HIV begitu kuatnya sehingga banyak dari peneliti kemudian akhirnya mensuport penggunaan obat-obatan. Perkecualian yang perlu diperhatikan adalah penelitian dari Pharmacology and Therapeutics, dimana memberikan kritik yang tegas dan seksama. Fakta lain yang menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai kemungkinan HIV yang
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
menyebabkan infeksi adalah fakta bahwa walaupun USD 45 juta telah dikeluarkan sebagai dana penelitian, para ilmuwan tetap tidak bisa mengetahui bagaimana HIV menghancurkan sel T. Tentu saja demikian, ini dikarenakan HIV tidak menghancurkan sel T di tabung lab dan juga tidak pernah terbukti menghancurkan sel T di dalam tubuh manusia. Dalam sebuah konferensi di tahun 1997, seperti yang dilaporkan pada jurnal Science, fakta ini telah diperjelas sebagaimana teori yang dikemukakan oleh David Ho memiliki kekurangan yang cukup serius. Seperti yang dinyatakan dalam artikel Science “Sampai sekarang misteri utama AIDS tetap tak terungkap, yaitu: Bagaimana HIV menyebabkan hilangnya sel T secara besarbesaran… yang merupakan tanda utama dari AIDS ? Seorang immunologist dari Harvard Medical School, seperti tertulis dalam artikel tadi, meringkas permasalahan tersebut sebagai berikut: “Kami masih bingung mengenai mekanisme yang membuat berkurangnya sel T, tapi setidaknya sekarang kami bingung pada tingkat yang lebih tinggi lagi terhadap pemahaman kami sendiri.” . Sebenarnya, penjelasan sederhana dari permasalahan ini adalah (terutama sesudah dihabiskannya dana USD 45 juta) bahwa HIV tidak berefek pada sel T sama
sekali. PENJELASAN SEBENARNYA DARI PENYEBAB AIDS Didasarkan pada buktibukti di atas, bisa dibuat suatu argumen bahwa apa yang kita sebut AIDS sebenarnya adalah penggenapan ramalan oleh diri sendiri (selffulfilling prophecy) yang bisa saja terjadi sebagai berikut: a) Tekanan psikologis akut yang berat karena didiagnosa “positif HIV”, telah bertransformasi dengan cepat menjadi tekanan psikologis kronis mengenai prediksi masa depan hidup dengan kesehatan yang makin menurun dan adanya penyakit infeksi yang bisa terjadi kapan saja. Stres seperti ini akan mengakibatkan bahaya menurunnya sistem imun. Menurunnya sistem imun oleh karena tekanan psikologis telah didokumentasikan dengan baik oleh beberapa penelitian ilmiah dan juga merupakan hal yang pasti terjadi pada kebanyakan orang. Disamping itu, orang-orang biasanya ditest untuk HIV pada saat masalah kesehatan mulai muncul, sehingga tekanan psikologis karena terdiagnosa “positif HIV” pun makin menambah parah penyakit yang telah ada sebelumnya. Secara alami, penyakit-penyakit karena pikiran ini bisa kronis dan berat. Tidak mesti harus ada penyakit parah sebelumnya baru muncul penyakit pikiran ini. Penyebab penyakit seperti ini (karena SINAR BNN 29 EDISI XII - 2014
aspirasiwarga tekanan pikiran) telah diteliti pada orang-orang sehat dimana mereka juga bisa menciptakan suatu kondisi turun dan rusaknya sistem imun yang akhirnya disebut “AIDS”. b) Sekali ditest positif, orang tersebut seringkali diberi antibiotik dengan dosis tinggi dan untuk jangka panjang, dan bisa juga ditambah dengan antiretroviral, sebagai standar pencegahan atau perawatan terhadap HIV. Antibiotik yang diberi seringkali memiliki efek samping melemahkan yang akhirnya dipersalahkan sebagai akibat dari HIV, termasuk menurunnya sistem imun. Dan lebih lagi, antibiotik mengakibatkan matinya bakteri menguntungkan yang melindungi kita. Tingkat keseimbangan yang normal antara bakteri menguntungkan dan merugikan dalam perut kita dan daerah lainnya adalah salah satu faktor terpenting dalam melindungi tubuh dari infeksi. Puncak dari ini semua, antibiotik seringkali juga menyebabkan kebalnya bakteri, jamur dan virus terhadap berbagai macam obat c) Sekali sistem imun telah turun oleh karena tekanan emosional (atau kekhawatiran pikiran) yang terus menerus terjadi, penyakit yang pernah diderita sebelumnya (jika pernah ada) dan melemahnya tubuh membuat diagnosa AIDS menjadi positif. Setelah itu, orang 30 SINAR BNN EDISI XII - 2014
tersebut akan mulai diberi resep “antiretrovirals (ARV)” yang pasti dan permanen, dimana efek sampingnya telah saya jelaskan di atas. Makin banyak jumlah orang yang diberi resep ARV padahal mereka masih sehat dan tidak terdiagnosa AIDS. d) ARV dianjurkan kepada pasien sampai dia meninggal. Ini karena adanya teori bahwa HIV bisa kebal dan berkembang jika mereka lalai mengkonsumsi ARV. Pasien yang meninggalkan prawatan ARV secara teori akan menjadi ancaman publik karena mereka bisa menginfeksi orang lain dengan “HIV yang bermutasi”. Demikianlah, disamping mempertimbangkan kesehatannya sendiri, pasien memiliki tanggung jawab sosial yang besar sehingga mengakibatkan dia untuk tetap mengkonsumsi ARV. Tidak peduli akan betapa berbahayanya efek samping dari ARV, pasien dengan keras dianjurkan untuk tidak pernah luput mengkonsumsi 1 pil pun. Namun ketika kesehatan pasien makin memburuk, keadaan tersebut dipersalahkan pada mutasi HIV sebagai penyebabnya dan juga karena “kelalaian” pasien. Sangat jarang infeksi atau permasalahan kesehatan yang ada dikatakan oleh karena efek samping dari ARV. Beberapa orang tampaknya memiliki respon yang baik (tapi sementara) terhadap ARV. Apa sebabnya masih
belum jelas, tapi bisa saja berhubungan dengan: 1) ARV langsung bereaksi pada pathogen yang ada termasuk HIV. 2) Zat beracun dari ARV telah menstimulasi keluarnya sel T dari sumsum tulang, sebelum akhirnya malah menghabiskan sel T dan menyebabkan turunnya sel imun dan anemia. Awal naiknya jumlah CD4 pada kasus ini diartikan oleh dokter sebagai membaiknya fungsi imun/ kekebalan tubuh. 3) Berkurangnya tekanan psikologis sehingga pasien bisa tenang adalah karena keyakinan yang kuat bahwa ARV yang telah dikonsumsi adalah “penyelamat”. Dan ini seringkali diperkuat dengan hasil lab yang menunjukkan meningkatnya jumlah CD4 dan menurunnya “viral load”, dimana ini bukanlah tanda yang pasti akan membaiknya kesehatan. Beberapa penelitian ilmiah yang berusaha untuk mendokumentasikan efek positif dari protease inhibitor (PI) gabungan, selalu berakibat tidak baik. Tiap sukarelawan selalu harus stop lebih dini ditengah-tengah penelitian. Ini membuat penelitian-penelitian yang ada tidak bisa menemukan manfaat yang sesungguhnya dari terapi PI gabungan dan penelitian pun tidak pernah selesai. Sebagai tambahan,
group placebo terkontrol diberikan 2 ARV tanpa protease inhibitor. Jika ARV merupakan bagian dari permasalahan yang ada, maka group placebo terkontrol ini tidak akan memperlihatkannya. Menghentikan percobaan terlalu dini terjadi pada kasus monoterapi AZT, sampai akhirnya uji coba Concorde berhasil menyelesaikannya tapi dengan angka kematian dan efek samping berat yang makin banyak di group yang mendapatkan AZT. Group lainnya, dimana sukarelawan hanya diberikan AZT sesudah didiagnosa positif AIDS, memiliki angka kematian 25% lebih sedikit. Semua 172 sukarelawan uji coba Concorde yang meninggal telah diberikan AZT kecuali 3 sukarelawan. Untuk detail diskusi dari uji coba Concorde, silahkan melihat referensi. Pemikiran bahwa HIV yang bermutasi bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan telah disangkal total oleh penelitian David Rasnick, yang mempublikasikan hasil penelitiannya di the Journal of Biological Chemistry. Dengan demikian, penurunan kesehatan pada kebanyakan pasien BUKAN disebabkan oleh HIV yang bermutasi. Jawaban yang lebih sederhana dan tepat adalah efek samping obat-obatan yang menyebabkannya, seperti yang telah dibeberkan dengan jelas di atas.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
aspirasiwarga
Puti Endah
Penggunaan dan Peredaran Narkoba S
emua mungkin sudah mengenal tentang apa itu narkoba,bukan? Begitu juga dengan dampak negatif dari narkoba tersebut. Namun, tahu kah anda bahwa banyaknya pengguna atau pemakai narkoba tersebut? Menurut riset dari beberapa sumber yang di peroleh bahwa jumlah pengguna narkoba di Indonesia pada tahun 2010 sangat memprihatinkan yaitu 1,5 persen jumlah penduduk atau sekitar 3,2 juta orang dan pada 2011 mencapai 3,8 juta-4,2 juta orang atau 2,2 persen. Dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sekitar 2,6 persen atau 4,5 juta. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan narkoba pada setiap tahunnya mengalami peningkatan secara signifikan. Sering terdengar atau terlihat kasus anak di bawah umur atau anak remaja menggunakan narkoba. hal itu sangat memprihatinkan bagi anak penerus bangsa. Bukan hanya anak remaja
sejak dini agar dapat terhindar dari narkoba dan dapat mengurangi peredaran narkoba di seluruh dunia. Dukungan moral dari orang terdekat seperti keluarga yaitu orang tua maupun saudara juga dapat membuat diri kita mampu mempunyai moral yang baik di mata umum dan jiwa yang sehat. saja, seperti orang dewasa penyelundupan narkoba Dengan jenis heroin dan sabuataupun orang tua juga demikian,penggunaan sabu senilai 16 miliyar turut menggunakan narkoba merupakan narkoba. Bayangkan saja, rupiah di Semarang, Jawa cerminan dari orang yang tengah. Di duga sindikat mereka menghabiskan tidak mendapatkan perdagangan narkoba uang hanya untuk kecerdasan tersebut adalah sindikat membeli barang haram intelektual,sosial,dan seperti itu untuk merusak narkoba internasional. kecerdasan sejak dini. Penggunaan narkoba jiwa dan moral diri Begitu pula dengan mereka pribadi. Sebagian meningkat sama juga peredaran narkoba, dengan meningkatnya besar orang yang dengan adanya dukungan peredaran narkoba. menggunakan narkoba moral dari keluarga dan Ketidakpedulian adalah orang yang lingkungan masyarakat tentang jiwanya tertekan dan sekitar,penggunaan narkoba juga menjadi terbawa arus tren masa narkoba dan salah satu faktor kini yang terlalu bebas. peredarannya pun akan meningkatnya Penggunaan yang musnah. Oleh sebab itu, penggunaan dan meningkat itu tentu saja mari kita tanam di dalam peredaran narkoba. Justru diri kita moral dan jiwa ada faktor di balik peningkatan tersebut. Ya, itu, warga di lingkungan yang sehat di sertai selain membuat narkoba tempat tinggal harus kecerdasan peduli tentang hal itu. seperti ekstasi, ganja intelektual,sosial dan Dan, perlunya dibangun kecerdasan sejak dini dll,ada pula yang pendidikan untuk mengedarkan narkoba agar mampu menjadi secara diam-diam. Seperti membentuk kecerdasan penerus bangsa yang intelektual, kecerdasan kasus yang baru saja lebih baik dan sosial dan kecerdasan terjadi yaitu membanggakan.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 31 EDISI XII - 2014
Inspirasi
Rumah Belajar Komunitas Proklamasi
Bangkitkan Semangat Perangi
Penyalahgunaan Narkoba
B
erawal dari senam aerobik peredam konflik dan sumbangan radio kaset Imam Prasodjo, warga Bonang, Matraman, akhirnya berhasil merintis sebuah pusat pelatihan masyarakat dan memberdayakan ekonomi rakyat kecil serta mengikis peredaran dan penyalahgunaan narkoba. Jl. Bonang yang terletak disamping Tugu Proklamasi, tepatnya di RW. 06 Kel. Pegangsaan. Matraman Jaya – Jakarta Pusat, merupakan sebuah kawasan padat penduduk 32 SINAR BNN EDISI XII - 2014
dan memiliki 20 RT, berpenduduk kurang lebih 7000 jiwa atau sekitar 1500 KK. Daerah ini terbentang sampai ke Jalan Tambak, perbatasan pintu air Manggarai. Dulu, daerah ini sebagai Texasnya Jakarta dengan predikat sebagai salah satu tempat penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba serta tawuran antar kampung. “Hampir tiap tiga bulan sekali terjadi tawuran antar kampung. Bahkan sampai melakukan aksi bakarbakaran rumah.
Peredaran narkoba di daerah ini seperti pasar. Banyak yang lalu-lalang mencari narkoba secara terang-terangan,” cerita Koordinator Umum dan Konsultan Rumah Belajar Komunitas Proklamasi, Megi. Kata Megi, daerah ini merupakan kawasan rawan konflik di Jakarta. Keamanan, ketenangan, dan kerukunan merupakan sesuatu yang sangat sulit didapat di daerah ini. Penyebabnya adalah tawuran antar kampung yang sering terjadi, maraknya peredaran serta
penyalahgunaan narkoba, serta tingginya angka pengangguran dan anak putus sekolah. Perkelahian hampir tiap hari terjadi, diselingi tawuran antar kampung yang bisa terjadi antara 4 sampai 5 kali dalam setahun. “Musuh“ dari Jl. Bonang dan Jl. Tambak bisa berasal dari mana saja, terutama dari Menteng Jaya yang berlokasi dan berbatasan dengan rel kereta api. Kadang-kadang bahkan sampai daerah Berlan – Jakarta Timur. “Kalau sudah perang, jalanan dan pemukiman
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Inspirasi penduduk dijadikan medan tempur. Tidak sedikit pula rumah penduduk yang habis dibakar, dan nyawa melayang. Penyebabnya bisa macam-macam, bahkan kereta lewat, bisa memicu tawuran. Tetapi, secara umum, penyebabnya adalah minuman keras dan narkoba, serta tingginya angka pengangguran,” jelas Megi. Setiap bulan, ada saja remaja yang melayang nyawanya akibat over dosis (OD) narkoba. Di daerah ini, sekitar 30 persen warganya adalah pengguna dan pengedar narkoba. Konflik terus terjadi. tawuran yang tadinya hanya melibatkan pemuda, melebar sampai melibatkan ibu-ibu. “Sampai dengan tahun 2000-an pada saat tawuran antar kampung sedang sering-seringnya, kami beserta sekelompok ibu-ibu yang sudah merasa lelah karena konflik di wilayah mereka tidak kunjung padam mencoba melakukan sesuatu kegiatan, yaitu senam Aerobik bersama, di lapangan Gedung Proklamasi – dengan harapan mereka dapat bersatu melalui kegiatan ini,” tutur Megi. Semula senam aerobik hanya diikuti oleh beberapa ibu-ibu dari wilayah konflik, namun seiring dengan waktu jumlahnya terus meningkat. Hasilnya
memang tawuran antar warga belum berhenti, tetapi minimal, tidak ada lagi ibu-ibu yang bertengkar bahkan jambak-jambakan rambut di daerah ini. Mereka sepakat untuk tidak ikutikutan tawuran lagi bahkan sama-sama berfikir bagaimana caranya agar tawuran, terutama tawuran antar ibu-ibu bisa berhenti. Kegiatan diawali dengan sumbangan seorang Sosiolog kenamaan dari Universitas Indonesia yaitu Imam B. Prasodjo secara pribadi, yang kebetulan tinggal di sekitar wilayah Gedung Proklamasi, berupa Radio Kaset dengan harapan anggotanya akan lebih bersatu dan bertambah banyak. “Tepatnya di awal tahun 2002, kami membentuk Forum Warga Cinta Damai, di wilayah Jl. Bonang, dan tulisan itu kami tuangkan pada kaos senam ibu-ibu dan sticker yang diberikan secara gratis dari Bapak Imam B. Prasodjo, sehingga anggota pun bertambah banyak, dan sepakat untuk bersama-sama menanggulangi tawuran yang terjadi,” papar Megi. Selanjutnya, Imam B. Prasodjo, dan beberapa perusahaan yang ada di sekitar Gedung Proklamasi seperti, Majalah Tempo, dan Sisindosat, turut serta membantu dalam usaha pengembangan perdamaian di wilayah ini. Bambang Harimurti,
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, saat itu, memberikan bantuan sarana olah raga berupa satu lapangan bulu tangkis, juga kegiatankegiatan lainnya untuk anak-anak, remaja, seperti belajar lukis anak, kursus komputer, dll. PT. Sisindosat mengadakan pelatihan dan training AC (Air Conditioner) bagi lulusan STM yang belum bekerja, sehingga sampai saat ini mereka sudah dapat mandiri dan tidak menganggur lagi, dan tawuran pun sudah mulai berkurang. Tahun 2003, setahun setelah Forum Warga Cinta Damai terbentuk, dan tawuran sudah jauh berkurang, bahkan bantuan sosial untuk kegiatan warga Kampung Bonang terus mengalir. Namun, permasalahan sosial yang lain masih ada, seperti penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba serta masih tingginya angka pengangguran. Megi bersama Imam B. Prasodjo mencari sponsor untuk membentuk pusat pelatihan berbagai kegiatan yang telah dirancang bersama warga untuk menanggulangi masalahmasalah sosial tersebut. PT. GE Consumer Finance bersedia menjadi sponsor dengan menyewakan sebuah rumah yang dijadikan pusat pelatihan, yang selanjutnya diberi nama
“Rumah Belajar Komunitas Proklamasi (RBKP). Di tempat itu, masyarakat secara aktif mengembangkan berbagai kegiatan diantaranya belajar komputer, marawis, desain grafis, sablon, olahraga, lukis anak, tari, bahkan ilmu pemasaran dan lain-lainnya. Semua kegiatan ini diajarkan secara gratis oleh relawan baik dari warga, mahasiswa, maupun melalui Yayasan Nurani Dunia.“Tujuan utamanya, agar mereka tidak main liar, atau main-main ditempat yang berpotensi terkena narkoba, serta dapat belajar bersama untuk menghindari terjadinya kembali tawuran,” kata Megi. Dibidang pemberdayaan Ekonomi, Megi menjelaskan, ibu-ibu di Kampung Bonang mendapatkan pelatihan membuat kartu ucapan dengan hiasan bunga dan daun kering, atau yang lebih dikenal dengan Oshibana, kesenian yang berasal dari negeri sakura ini diajarkan secara sukarela oleh Mutia adik kandung Imam B. Prasodjo, yang kebetulan pernah tinggal di Jepang. Berkat keterampilan yang diajarkan oleh Mutia itu, sebagian ibu-ibu di Kampung Bonang sampai saat sekarang mampu mendapatkan pendapatan tambahan, dari kreasinya membuat kartu ucapan dan hiasan dinding dari SINAR BNN 33 EDISI XII - 2014
Inspirasi daun dan bunga kering. Bahkan hasil karya ibuibu dari Kampung Bonang itu, sudah diekspor ke beberapa negara. Selain membuat Oshibana, RBKP juga berusaha mengurangi angka pengangguran dengan mengadakan pelatihan pemberdayaan ekonomi lainnya kepada remaja sesuai dengan pendidikannya. Dibidang olahraga dan seni, kegiatan senam aerobics setiap minggu pagi tetap rutin dilaksanakan sampai saat ini, dan anakanaknya bisa belajar melukis di RBKP. Sedangkan dibidang kesehatan, para dokter yang praktek bersama di Medical Centre yang secara rutin mengadakan pengobatan gratis bagi warga tiap tahunnya. Sadar bahwa daerah yang mereka tinggali tinggi angka penyalahgunaan dan peredaran narkobanya, masyarakat RW 06 pun serius untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Berbagai macam cara mereka lakukan untuk membersihkan kampung dari peredaran gelap narkoba, diantaranya adalah menjauhkan warga dari pengaruh peredaran narkoba dengan membangun sarana interaktif dengan kegiatan positif, ketrampilan, pemberdayaan ekonomi keluarga. Dengan adanya RBKP juga telah berdampak pada menurunnya tingkat 34 SINAR BNN EDISI XII - 2014
penyalahgunaan narkoba di daerah itu. Hal ini sesuai dengan fokus utama mereka, yaitu menyelamatkan para pemuda yang belum terkena narkoba. Untuk para pemuda yang sudah kena narkoba, Megi mengatakan, ia beserta para remaja yang secara volunter aktif di RBKP selalu mengajak mereka untuk sembuh. “Saya selalu tawarkan apakah mereka mau direhab atau tidak. Kalau mau, berarti mudah untuk direhabilitasi,“ Papar Megi. Setelah ada pusat rehabilitasi Lido milik BNN berjalan, tambah Megi, saya lebih mudah untuk mendorong kalau ada pecandu yang ingin direhabilitasi, tinggal mengurus surat-surat dan dirujuk ke Lido Kondisi sekarang ini sungguh menggembirakan. Selain tingkat penyalahgunaan narkoba di Kampung
Bonang berkurang, masyarakat pun secara aktif telah berani mengusir para pembeli narkoba yang datang ke wilayah tersebut. Akibatnya peredaran dan penyalahgunaan narkoba di wilayah itu berangsur menurun. ”Yang membuat kami bangga dan merasa bahagia, beberapa pecandu yang kami kirim ke Pusat Rehabilitasi milik BNN. Alhamdulillah, setelah menjalani berbagai terapi, mereka sudah kembali normal, bahkan perilakunya sehari-hari justru lebih sopan dan santun dibandingkan anak-anak seusianya yang tidak pernah terjerat narkoba,” ujar Megi. Sebuah keberhasilan yang patut ditiru oleh kumunitas masyarakat yang lain. Dibutuhkan lebih banyak Imam, Megi, Mutia, Rosdiana, Edo dan orang-orang yang peduli lainnya, agar setiap
komunitas masyarakat di wilayah-wilayah lain di tanah air bisa berswadaya dan memiliki kualitas kehidupan yang lebih baik. Memang untuk melaksanakan semua ini dibutuhkan pengorbanan, dukungan, waktu dan biaya yang tidak sedikit, tetapi dibandingkan dengan kerugian yang disebabkan oleh konflik, kekerasan, kebodohan, dan kemiskinan, pengorbanan itu tidak akan berarti apa-apa, apalagi demi masa depan bangsa Indonesia. Megi dan Edo, juga pengurus RBKP lainnya berharap RBKP dapat terus berkembang, dan menjadi percontohan di wilayah lain di Indonesia. Tentunya kegiatan ini tidak akan ada artinya tanpa dukungan dan keperdulian dari pemerintah, tokoh masyarakat, pengusaha, dan LSM.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 35 EDISI XII - 2014
artikelartikel
Tingkatkan Keyakinan Kepada Tuhan
Hindarkan Diri dari Narkoba
P
ara utusan Tuhan telah menegaskan keyakinan mereka kepada Tuhan. Begitu juga dengan orang-orang suci. Orang-orang beriman awam pun tampaknya juga cukup yakin tentang kayakinan mereka. Disisi lain dari kalangan agnostik mereka mengakui dengan terus terang bahwa mereka tidak tahu apakah Tuhan itu ada atau tidak, sementara orang-orang ateis sama sekali menyangkal keberadaan Tuhan. Jadi ada semua spektrum dari orangorang yang mewakili berbagai tingkat iman dan kepastian mengenai eksistensi Tuhan. Relevansi masalah kepastian yang berkaitan dengan Tuhan ini adalah pada kenyataan bahwa tingkat kepastian tersebut berpengaruh besar, baik terhadap standar ibadah kita maupun perilaku kita dalam cara yang sangat mendalam. Kepastian mengenai entitas apapun, baik itu wujud Tuhan maupun keberadaan suatu benda, dimulai dari tingkat deduksi logis. Tingkat berikutnya adalah persepsi langsung. Selanjutnya tingkat yang lebih jauh yaitu tingkat keterlibatan personal secara komplit.
36 SINAR BNN EDISI XII - 2014
Kita baca dalam AlQur’an “Sekali-kali tidak! Jika kamu mengetahui hakikat itu dengan ilmu yakin.(102:5). Pada tingkat ilmul-yaqiin, orang beriman dan para pencari Tuhan yakin kepada Tuhan bukan karena merasakan langsung wujud-Nya, namun berdasarkan deduksi dari fakta-fakta yang terletak dalam batas-batas pengetahuannya. Pada dasarnya ia percaya pada hal ghaib yang dalam istilahnya adalah ‘imaan atau tandanya - asap Ilmul-Yaqiin bil Ghaib, yang berarti adalah salah satunya. Pikiran manusia ‘percaya pada yang ghaib’. Kesaksian adanya asap dibekali dengan fakultas Meskipun para pencari akan mengarahkan setiap Tuhan belum merasakan (kemampuan) untuk menarik kesimpulan logis pikiran rasional untuk keberadaan Tuhan; menyimpulkan adanya dengan menerapkan gambaran Tuhan dalam api, karena pengetahuan rasionalitas terhadap hatinya yang membuatnya umum; ‘dimana ada asap informasi yang tersedia gelisah, banyaknya disitu ada api’. Mereka dan fakta yang pasti. kesaksian yang yang yang mengetahui api meyakinkan tentangke Dengan kemampuan ini, menghasilkan asap akan pikiran manusia dapat beradaan Tuhan yang menarik kesimpulan yang membuat kesimpulan diberikan oleh banyak logis yang dapat diterima. akan adanya api ketika ia orang yang jujur dan suci, Sebuah peribahasa umum melihat asap. Oleh karena keberadaan dan itu prasyarat untuk yang berbunyi ‘dimana kesempurnaan tertib alam tingkat kepastian ini ada asap disana ada api’, semesta, penerimaan doaadalah ‘ilmu/ merangkum semua doanya di saat-saat pengetahuan’. Istilah pemikiran ini. kesusahan dan transfer Bahasa Arab untuk ‘ilmu’ Pengetahuan tentang ilmu yang bersifat ghaib adalah ‘ilm dan Bahasa eksistensi, bentuk dan dari sumber Yang Maha Arab untuk ‘kepastian’ sifat dari api yang sudah Ghaib kepada manusia ada dalam diri seseorang, adalah ‘yaqiin’. Dengan seperti dirinya, demikian istilah Arab yang membawanya kepada akan menjadikannya digunakan oleh Al-Qur’an kesimpulan akan mampu untuk untuk kepastian yang menyimpulkan bahwa keberadaan Tuhan. Ia berdasarkan pengetahuan memang belum melihat adanya api tersebut adalah ‘ilmul-yaqiin. karena telah melihat ciri Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
artikelartikel api itu sendiri, tetapi setelah menyaksikan asap, ia berkesimpulan bahwa api memang harus ada. ‘Ainul-Yaqiin Dari peribahasa umum ‘dimana ada asap disitu ada api’, tingkat pengetahuan yang lebih tinggi akan keberadaan api akan semakin dimengerti dengan cara pengamatan langsung. Pada tingkat kepastian ini dilakukan dengan persepsi langsung bukan dengan deduksi logis. Setelah seseorang telah benarbenar melihat nyala api, ia sudah tidak lagi bergantung pada penyimpulan keberadaan api dari asap yang dihasilkan. Dia sekarang telah melihat api secara langsung. Asap mungkin masih ada, tetapi tidak lagi digunakan sebagai bukti dari keberadaan api. Istilah bahasa Arab untuk ‘melihat’ adalah ‘ain, karenanya Bahasa Arab untuk ‘kepastian berdasarkan pengataman/ kesaksian’ adalah ‘ainulyaqiin. Kita baca dalam AlQur’an “..Kemudian kamu pasti akan melihatnya dengan mata yakin.” (102: 8) Ayat ini menarik perhatian kita pada fakta bahwa pada tingkat ainulyaqiin, seorang beriman yakin kepada Tuhan dengan cara apa yang secara kiasan disebut dengan ‘melihat secara langsung’ (direct perception)” penampakan Tuhan. Bagi manusia, yang indera fisiknya hanya menanggapi stimulus materi, menyaksikan penampakan Tuhan jelas bukan dalam arti pertemuan fisik dengan wujud Tuhan.
Menyaksikan Penampakan Tuhan hanya dapat berarti menjadi saksi akan manifestasi Keilahian-Nya yang nampak dengan jelas. Masifestasi tersebut meliputi penerimaan ajaib dari doa-doanya dan ‘penyatuan ilahiah’. Doadoa orang beriman mulai menemukan pengabulan yang berlimpah. Ketika ia berdoa untuk sesuatu, ia menemukan limpahan karunia Ilahi mengarah pada doanya. Ia juga mulai mendapatkan mimpi yang benar, mimpi yang benarbenar tergenapi, serta kasyaf-kasyaf (visions) dan wahyu dengan kata-kata langsung dalam keadaan terjaga. Ketika perjumpaan tersebut menjadi sering dan berkali-kali, jiwa manusia kemudian secara kiasan telah menjadi ‘wajah spiritual Tuhan’. Oleh karena itu pada tingkat kepastian ini, orang beriman tidak lagi bergantung pada kesimpulan logis mengenai keberadaan Tuhan. Pada tingkat ini, seolah-olah ia telah melihat sendiri Tuhan dengan mata kepalanya sendiri. Meskipun keadaan ‘iman bil ghaib’ terus berlaku, orang beriman menjadi lebih dekat lagi dengan dunia ghaib daripada ketika ia berada pada tingkat ilmul-yakiin. Kembali pada analogi nyala api, kita dapat memahami bahwa pada tingkat ilmu-yaqiin para pencari akhirnya melihat api. Logika dari peribahasa ‘dimana ada asap ada api’ pada tingkat ini sedikit berelevansi dengan aksioma. Para pencari Tuhan pada titik ini, dalam arti kiasan telah melihat
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Tuhan. Haqqul-Yaqiin Melanjutkan analogi perjalanan manusia menuju nyala api, dan kepastiannya yang meningkat secara bertahap tentang keberadaan api; sekarang kita melanjutkan untuk membahas tingkat kepastian tertinggi yang manusia bisa capai, baik itu berkaitan dengan nyala api dari skenariao yang sedang dibahas maupun tentang keberadaan Wujud Tuhan. Ketika seseorang yang mencari api telah menyaksikan api, ia telah mencapai tingkat persepsi yang melibatkan salah satu dari lima inderanya, dalam hal ini penglihatan. Dengan demikian tingkat pengetahuan yang lebih tinggi secara logis akan melibatkan persepsi melalui semua inderanya. Ini bukan berarti bahwa pencari api harus membakar dirinya menjadi abu untuk mencapai tingkat pengetahuan ini, tetapi untuk menunjukkan bahwa pada tingkat pengetahuan yang paling tinggi memang akan mengerahkan semua panca indera. Mari kita asumsikan bahwa sosok protagonis kita yang terus berjalan ke arah api, yang mana ia telah menyaksikan sendiri dengan matanya, dan pada akhirnya ia memasukkan dirinya sendiri ke dalam nyala api tersebut. Pada titik ini ia telah merasakan sifat dari api dengan sarana tidak hanya oleh satu melainkan semua akal sehatnya. Menerapkan analogi ini kepada para pencari
Tuhan, kita dapat menjelaskannya bahwa ketika para pencari mempersepsikan SifatSifat Allah, melalui keterlibatan maksimal akal sehatnya, baik jasmani maupun rohani, saat itulah ia telah mencapai tingkat kepastian tertinggi mengenai Tuhan. Hal ini kemudian dapat dikatakan bahwa ia telah mencapai tingkat Haqqul Yaqiin. Bahasa Arab untuk “kebenaran mutlak” (absolute truth) adalah Haqq. sedangkan bahwa Arab untuk kepastian seperti yang telah kita bahas adalah Yaqiin. Oleh karena itu istilah Haqqul Yaqiin menunjukkan tingkat kepastian yang sempurna tentang Tuhan. Kita baca dalam AlQur’an, “..Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. (56:95) Pada tahap ini orang beriman yakin kepada Tuhan karena ia telah merasakan sifat-sifat Tuhan secara lebih lengkap, seolah-olah semua cara persepsi yang tersedia baginya telah sampai pada hubungan langsung dengan Keindahan dan Kemuliaan Tuhan. Pada tahap ini orang beriman telah diberkati dengan limpahan yang lebih besar berupa wahyu Ilahi. Pada tahap ini, doa sang pencari Tuhan begitu derasnya diterima dan dijawab, dimana setiap doa menjadi sebuah keajaiban dalam dirinya sendiri. Nabi Allah dan orangorang suci berada dalam wilayah kepastian agung ini. Ini adalah tingkat tertinggi dari iman dan kepastian. SINAR BNN 37 EDISI XII - 2014
liputankegiatan
Yang Mana Melanggar HAM?
A
da kritik datang soal kebijakan Presiden Jokowi yang menolak memberi grasi bagi 64 terpidana mati bandar narkoba. Jokowi dinilai tak melihat sisi HAM. Tapi kritik itu dimentahkan Wapres JK. “Yang mana melanggar HAM? Dengarkan nggak tadi, bahwa semua orang harus menaati hukum. Narkoba menyebabkan kematian orang lain, melanggar HAM. Mana yang salah?” terang JK di Jokowi menolak grasi itu Hotel Sahid, Jakarta, mempunyai makna belum lama ini. Menutur JK, keputusan menolak memberi
pengampunan bagi para bandar narkoba. “Artinya keputusan itu
oleh pengadilan sampai Mahkamah Agung. Meraka minta presiden mengampuni. Jadi Presiden itu hanya mengatakan saya tidak bisa mengampuni. Itu saja. Keputusannya kan di pengadilan bukan di presiden,” tutur JK. JK juga menepis anggapan kalau kebijakan grasi dinilai tak efektif. Toh selama ini tak ada hukuman mati narkoba semakin banyak,”Kenapa tidak efektif? Ya buktinya dibikin begini makin banyak narkoba,” tutup dia. (pas)
Saya Keluar Rp 800 Juta Agar Divonis 2 Tahun
K
oki pabrik narkoba di Desa Pasir Peuteuy, Cariu, Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Fariz, mengaku menyebar uang Rp 800 juta agar hukumannya ringan. Entah 38 SINAR BNN EDISI XII - 2014
kebetulan atau tidak, ternyata benar, ia hanya dijatuhi hukuman 2 tahun penjara. Ia ditangkap pada 21 September 2009 atau tepat Idul Fitri setelah buron 7 bulan di Jalan Dewi Sartika, Jakarta. Saat tertangkap, ia juga kedapatan membawa 2 paket sabu. Lantas Fariz diajukan disidik oleh kepolisan dan dilimpahkan ke kejaksaan. “Dalam perjalanan kasus yang saya alami, yang dimulai dengan tertangkapnya saya sampai dengan vonis yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus), semuanya menghabiskan dana sekitar Rp 800 juta,” kata Fariz usai
sidang di PN Cibinong, belum lama ini. Rinciannya, Rp 500 juta untuk proses penyidikan dan sisanya ke pengadilan. Entah kebetulan atau tidak, pada 23 Desember 2009 dirinya dijatuhi hukuman 2 tahun penjara oleh PN Jakpus. “Vonis 2 tahun yang saya terima adalah sepadan dengan uang senilai Rp 800 juta yang saya berikan dan yang diambil dari saya,” kisahnya. Namun, lagi-lagi menurut Fariz, ia kembali diadili di PN Cibinong karena ada aparat yang tidak kebagian mendapat rupiah dari kantongnya. Kali ini Fariz mengaku dimintai Rp 350 juta oleh oknum aparat. Tapi karena uangnya sudah habis,
ia tidak bisa memberikan uang satu sen pun. Alhasil, ia dihukum 15 tahun penjara pada 9 Agustus 2011. Vonis PN Cibinong itu telah berkekuatan hukum tetap. Tidak terima atas hukuman itu, Fariz lalu mengajukan PK. “Saya mengajukan PK bukan karena tidak setuju dengan vonis 15 tahun, tapi saya divonis dengan UU Nomor 35 Tahun 2009, sedangkan dakwaan dan tuntutan jaksa adalah UU Nomor 5 Tahun 1997. Antara vonis dan tuntutan tidak nyambung,” kata Fariz yang kini meringkuk di LP Pondok Rajeg, Cibinong itu. Permohonan PK ini masih diproses di PN Cibinong.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Waspadai Peredaran Narkoba Jelang Tahun Baru
P
enyelundupan dan peredaran narkotika menjadi perhatian Kepolisian Daerah Bali menjelang perayaan Tahun Baru. Pengawasan, kata Kepala Sub-Direktorat II Narkoba Polda Bali, Ajun Komisaris Besar John Lay, akan dilakukan melalui Operasi Lilin. “Setelah Operasi Zebra, kami akan menggelar Operasi Lilin, yang juga akan mengawasi peredaran narkoba,” kata Ajun Komisaris Besar John Lay di Denpasar, belum lama ini. Dikatakannya, biasanya menjelang tahun baru, terutama saat malam pergantian tahun permintaan narkotika meningkat. Karena itu, sebutnya, banyak pengedar atau pemasok yang berusaha memasukkan narkotika ke Bali untuk persiapan atau stok. Salah satu kasus teranyar adalah upaya penyelundupan narkotika jenis sabu-sabu seberat 2,1 kilogram oleh seorang wanita berkewarganegaraan
Rusia. Upaya penyelundupan itu berhasil digagalkan petugas Bea dan Cukai Ngurah Rai. Mengenai tren kasus narkotika pada 2013, dijelaskan Lay, juga tergolong tinggi, yakni 842 kasus di seluruh Bali. Sedangkan pada 2014, hingga November tercatat menurun, yakni hanya 664 kasus. “Meski menurun, jumlah barang bukti yang didapatkan jauh lebih besar yakni sebanyak
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
15.756 gram narkoba dibandingkan tahun 2013 sebanyak 9.949 gram,” tegasnya. Sebelumnya, Kepala Kantor Bea Cukai Bandara Ngurah Rai Budi Harjanto, merilis pengungkapan yang dilakukan pihak Bea Cukai Ngurah Rai terhadap upaya penyelundupan sabu-sabu ke Bali. Pelakunya adalah warga Rusia, Magnaeva Alexandra (26), yang ditangkap
Ahad (7/12) lalu, sesaat setelah dia mendarat di Bandara Ngurah Rai Bali, dalam penerbangan dari Hongkong dengan pesawat Hongkong Airlines HX 707. Dari tangan tersangka, petugas berhasil menyita narkotika jenis sabu dengan berat total 2.102 gram. Benda kristal itu disimpan dalam koper tersangka, dalam 10 bungkus pelastik dilapisi kertas karbon dan lakban bening. (lin)
SINAR BNN 39 EDISI XII - 2014
liputankegiatan
Narkoba Renggut 2 Nyawa Setiap Jam di Indonesia
K
ejahatan narkoba sudah semakin parah. Data resmi menunjukkan ada 4,2 juta penduduk Indonesia pencandu narkoba. Sekitar sepertiga dari jumlah itu adalah pelajar dan mahasiswa. Lebih mengerikan lagi, BNN menyatakan, setiap hari ada 50 anak negeri ini yang meregang nyawa akibat memakai narkoba. Bila dihitung, berarti dua manusia Indonesia tewas setiap jam karena narkoba. Kepala Badan Narkotika Nasional 40 SINAR BNN EDISI XII - 2014
(BNN) Komisaris Jenderal Polisi Anang Iskandar menyatakan, 4,2 juta orang yang terdata sebagai penyalah guna narkoba itu akan direhabilitasi secara bertahap. Para bandar narkoba menurutnya harus dijebloskan ke penjara dan asetnya pun harus diambil negara. “Pengguna harus diselamatkan, mereka ditempatkan di rehabilitasi. Nanti akan dilakukan assesmen kalau dia pengguna murni maka kebijakan negara ini
politik hukumnya dijamin rehab menurut UU,” tambahnya. Sementara itu, Berdasarkan hasil penelitian BNN bersama Pusat Penelitian Universitas Indonesia, ada kecenderungan peningkatan yang cukup signifikan para pengguna narkoba di Indonesia. Tahun 2014 sekarang ini sudah 2,6 persen masyarakat di Indonesia telah menggunakan narkoba, dan diperkirkan tahun depan meningkat. Seperti diketahui, peredaran narkoba di
Indonesia sulit dikendalikan, salah satu faktornya adalah letak geografis Indonesia yang memiliki garis pantai yang cukup luas tidak sebanding dengan tenaga dan program yang mumpuni dalam menjaga wilayah perbatasan wilayah, khususnya garis pantai terluar atau yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Tentu saja hal ini dimanfaatkan oleh para mafia narkoba untuk menyelundupkan barangbarang haram ini masuk ke wilayah Indonesia.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Massa Geruduk Kejagung
Segera Eksekusi Mati Gembong Narkoba P
uluhan massa yang digawangi oleh Gerakan Anti Narkotika (Granat) dan beberapa elemen masyarakat berdemo di depan gedung Kejaksaan Agung (Kejagung). Mereka meminta pelaksanaan hukuman mati kepada para gembong narkoba agar segera dilakukan. Pantauan, di lapangan,puluhan orang membawa spandukspanduk bertuliskan ‘Indonesia Darurat Narkoba’ mengingatkan Presiden Jokowi agar tidak memberikan grasi kepada para sindikat narkotika. Selain itu, Ketua Granat Henry Yosodiningrat bersama sejumlah perwakilan juga menemui Jaksa Agung yang diwakili Kapuspenkum Tony T Spontana di ruangannya. Mereka meminta pelaksanaan
hukuman mati dipercepat. “Tadi saya sampaikan supaya ini (hukuman mati) dipercepat terhadap putusan yang sudah inkrach,” ucap Henry. Selain itu, tampak beberapa orang yang berdemo mengecat wajahnya dengan warna putih dan hitam. Mereka berperan sebagai para pecandu narkotika dan ikut aksi di depan gedung
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
kejaksaan. Henry sendiri punya angan-angan terkait eksekusi mati ini. Dia berharap bisa diperbolehkan jaksa untuk ikut menyaksikan eksekusi itu. “Kalau tidak menyalahi aturan dan diizinkan kalau boleh kami diundang. Saya ingin hadir menyaksikan eksekusi itu sendiri dengan biaya sendiri,” harap
Henry. Henry menyebutkan alasan dia ingin melihat langsung agar bisa menjelaskan kepada masyarakat bahwa para terpidana itu benar-benar dieksekusi. Henry ingin hadir sebagai unsur dari masyarakat. “Agar bisa menjelaskan kepada publik bahwa orang ini betul-betul sudah meninggal, mati karena hukuman mati,” tandasnya. (pas) SINAR BNN 41 EDISI XII - 2014
liputankegiatan
Loka Rehabilitasi BNN Batam Segera Beroperasi D
eputi Rehabilitasi BNN Diah Setia Utami, secara resmi melantik Heriandi sebagai Kepala Loka Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) di Batam, Kepulauan Riau, Selasa pekan lalu. Loka rehabilitasi berkapasitas 200 pasien ini nantinya dapat menampung penyalahguna Narkoba di wilayah Sumatera dan memberikan layanan gratis. Ini merupakan tempat rehabilitasi keempat yang dibangun oleh BNN setelah sebelumnya di Lido - Bogor, Baddoka Makassar, dan Tana Merah Samarinda. Rencananya Loka Rehabilitasi Batam ini akan diresmikan penggunaannya oleh Kepala BNN pada tanggal 16 Desember 2014 esok. Saat ini loka rehabilitasi didukung oleh 51 pegawai, terdiri dari tiga dokter umum, satu dokter spesialis kejiwaan, satu dokter gigi dan sisanya merupakan perawat, staf serta konselor. Untuk kebutuhan dokter spesialis, sementara ini didukung oleh pihak RSUD Embung Fatimah. Saat ini juga telah ada 23 orang pasien (residen) yang sedang menjalani program rehabilitasi, dua diantaranya adalah perempuan. Menurut survey BNN dan Puslitkes UI tahun 2011, jumlah penyalah guna Narkoba di provinsi 42 SINAR BNN EDISI XII - 2014
Kepulauan Riau (Kepri) termasuk salah satu yang tertinggi di Indonesia. Sebanyak 4,3 persen dari populasi penduduk Kepri sebesar 2,1 juta atau sekitar 44.941 orang adalah penyalahguna Narkoba. Oleh karenanya keberadaan tempat rehabilitasi Narkoba adalah sebuah kebutuhan. Menurut Diah, tidak seluruh penyalahguna Narkoba di Kepri ini akan bisa dilayani di Loka Rehabilitasi BNN, oleh karenanya ia berharap pihak pemerintah Provinsi Kepri bisa turut mendukung
program ini dengan membangun tempat rehabilitasi di wilayahnya. Diah juga menambahkan bahwa tidak semua penyalahguna Narkoba harus dirawat inap, ada juga yang cukup menjalani rawat jalan. “Di sini, sebelum masuk, akan diperiksa oleh tim medis. Dari pemeriksaan akan dilihat sampai di mana tingkat ketergantungan orang tersebut. Kalau baru menggunakan, bisa dirawat inap,” kata Diah. Dalam sambutannya, Diah berharap agar Kepala Loka Rehabilitasi BNN Batam
yang telah dilantik dapat memiliki visi untuk pelaksanaan program kedepan. Hal ini penting karena Batam memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Salah satu penyebab adalah lokasi geografisnya yang berdekatan dengan negara lain. Diah juga menegaskan perlunya untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi para customer, yakni para klien atau pasien maupun pegawai. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Berantas Penyalahgunanya,
Bukan Narkobanya P
enyuluh Badan Narkotika Nasional (BNN), Yudi Kusmayadi, mengatakan, sejatinya narkoba adalah obat yang biasa digunakan untuk menyembuhkan penyakit, sehingga tidak mungkin dapat diberantas secara tuntas. Hal itu dikatakan Yudi saat menjadi narasumber dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan BNN bersama dengan Pelita (Pemuda Lintas Nusantara) yang anggotanya merupakan pemuda dan pemudi Karang Taruna di Kelurahan Munjul, Kecamatan Cipayung. Menurut Yudi, karena narkoba itu obat, semua orang pasti pernah menggunakannya. Namun, obat akan dapat menjadi berbahaya apabila tidak digunakan semestinya. Perilaku menyalahgunakan obat itulah yang menurut Yudi ingin diberantas, bukan narkobanya., “Narkoba itu adalah obat, obat yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Jadi tidak mungkin kita memberantas narkoba
hingga ke akar-akarnya, yang kita berantas adalah bentuk penyalahgunaannya,” ujar Yudi. Dalam kesempatan itu, Yudi menjelaskan bahwa, ada lima jenis narkoba yang berbahaya namun sangat digemari oleh remaja Indonesia saat ini, yaitu putaw, ganja, ekstasi, sabu, dan bahan adiktif seperti rokok, alkohol, dan lem aibon., “Putaw dan ganja tergolong ke dalam jenis narkotika, sedangkan ekstasi dan sabu tergolong ke dalam jenis psikotropika,” jelasnya., Akan tetapi, kata Yudi, selain kelima jenis
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
narkoba tersebut, Ada satu jenis lagi yang bukan tergolong narkotika maupun psikotropika namun bahayanya sama yaitu bahan adiktif. “Seperti miras oplosan yang saat ini banyak beredar di masyarakat,” ucapnya., Yudi mengingatkan kepada para remaja yang hadir dalam acara itu bahwa, sulit untuk sembuh total bagi para pecandu narkoba, karena kerusakan utama organ tubuh dari penyalahgunaan narkoba adalah otak. Hanya saja, para pencandu tersebut masih dapat dipulihkan dari
ketergantungannya. Oleh karena itu, Yudi mengimbau agar para pecandu mau melaporkan diri kepada Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) untuk direhabilitasi., “Para pecandu narkoba sulit untuk bisa sembuh dari kecanduannya namun mereka (pecandu) bisa pulih atau lepas dari ketergantungannya dengan cara rehabilitasi. Kami (pemerintah) melalui BNN membuka kesempatan seluasluasnya untuk para pecandu yang ingin rehabilitasi dengan jalan melapor ke IPWL,” tandasnya., (pas) SINAR BNN 43 EDISI XII - 2014
liputankegiatan
Modus Sindikat Internasional Tipu Perempuan Indonesia
B
anyak perempuan Indonesia terjerat sindikat narkotika internasional dengan menjadi kurir. Kebanyakan mereka terjerat karena bujuk rayu mulai dari dipacari, dinikahi, dan diimingimingi uang banyak. Pernyataan itu disampaikan Kelompok Ahli BNN Brigjen Pol (Purn) Jeanne Mandagi di Lantai 4 Gedung Pascasarjana UI Salemba, Jakarta Pusat, belum lama ini. Ia menjadi pembicara dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan oleh BNN dan Iluni PPs UI. “Banyak perempuan Indonesia yang terlibat jadi kurir narkotika. Baik dari berbagai negara luar ke Indonesia atau sebaliknya. Mereka masuk dalam sindikat Internasional,” kata Jeanne mengawali paparannya. Dijelaskan Jeanne, dirinya sudah sekitar 30 tahun menangani kasus narkotika di Indonesia. Banyak perempuan Tanah Air yang tertangkap karena menjadi kurir sindikat narkotika dari usia 17 hingga 30-an ke atas. Saat diintrogasi para perempuan ini kemudian menjelaskan bagaimana mereka terjerat atau terbujuk. “Mereka jalan-jalan di
44 SINAR BNN EDISI XII - 2014
Amerika Latin, Eropa, dan Asia. Selain cara itu, lanjut Jeanne, sindikat narkotika internasional juga merekrut perempuan Indonesia menjadi kurir dengan cara menawarkan uang berjumlah besar. Mereka mengincar perempuan hamil dari keluarga miskin yang butuh uang. “Mereka merekrutnya dengan langsung menawarkan uang pada perempuan hamil dari keluarga miskin. membawa paket yang dia mal atau di diskotik, lalu Kebanyakan Khusus jadi tidak tahu bahwa itu ada laki-laki Nigeria atau narkotika. Seandainya dia kurir ke Tiongkok. Karena lainnya yang undang-undang di tahu dan itu memperkenalkan diri. Tiongkok melarang membahayakan, kalau Terjadilah percakapan, memenjarakan atau tidak mau, dia kemudian mereka lalu berkencan, menghukum mati diancam,” ujar Jeanne jadi pacar, dijanjikan perempuan hamil,” kata “Perempuan itu dinikahi. Setelah itu si lakiJeanne. diancam dibunuh, laki minta dikenalkan Ditambahkan Jeanne, termasuk semua keluarga atau temanbanyak juga tenaga kerja teman dekat, dan lainnya,” keluarganya atau teman wanita (TKW) Indonesia di dekatnya yang sudah ucap Jeanne. banyak negara yang diperkenalkan tadi di Lanjut Jeanne, setelah direkrut dengan bujuk awal. Itu juga diancam proses itu, para perempuan ini kemudian dibunuh. Itulah kenapa di rayu, termasuk imingiming uang besar. “Mereka dinikahi oleh para sindikat awal si sindikat narkoba disuruh jadi kurir kalau internasional ini minta ke narkoba internasional itu. si perempuan dikenalkan kembali ke Tanah Air,” Umumnya pernikahan ke keluarga atau temanucapnya. dilakukan di bawah Jeanne pun teman dekatnya,” sambung tangan. Si perempuan Jeanne dengan mimik mengimbau agar para kemudian diberikan perempuan Indonesia berbagai hadiah menarik wajah serius. waspada terhadap modusKarena itu, mau tidak yang membuatnya terlena mau si perempuan itu pun modus itu. Seperti dan masuk dalam jebakan. menjadi kurir narkotika. diketahui jika kedapatan “Setelah menikah, si Jika berhasil, ia akan terus membawa narkotika perempuan ini sebagai diperbudak mengedarkan ancaman pidananya berat, hadiah, disuruh jalannarkotika ke berbagai bahkan hingga ancaman jalan ke luar negeri. Dari hukuman mati. (pas) negara di dunia seperti ke sana nanti pulang disuruh Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
BNN Libatkan Pelajar Cegah Narkoba K
epala Seksi Media Tradisional Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN) Ahmad Soleh mengatakan dalam upaya mencegah penyalahgunaan narkoba pelibatan pelajar mutlak harus dilakukan. Hal itu disampaikan Ahmad Soleh saat menjadi narasumber dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan bersama para pelajar SMKN 4 Ciputat, Pamulang di Jalan
Sumatera Gg Masjid AlHuda RT 01 RW 017 Rawalele, Jombang Ciputat Tangerang. Soleh menuturkan, betapa pentingnya untuk melindungi masa depan para pelajar dari bahaya penyalahgunaan narkoba. Karena para pelajar merupakan generasi penerus bangsa yang harus bebas dari narkoba. “BNN menyadari bahwa pelajar merupakan komponen penting yang harus turut serta dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba. Hal ini dikarenakan pelajar merupakan cikal
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
bakal kaum intelektual yang akan menjadi motor pembangunan di masa depan,” ujar Soleh. Oleh karena itu, kata Soleh, BNN berusaha melibatkan para pelajar untuk aktif dalam upayaupaya pencegahan penyalahgunaan narkoba secara dini dengan berbagai metode. Salah satunya dengan metode FGD. “Siswa yang menjadi korban salah satunya terdiri dari anak yang suka nongkrong di luar sekolah dan tidak semangat belajar,” ujarnya. Lebih lanjut, Soleh
mengatakan, korban penyalahgunaan narkoba, baik dari kalangan anakanak, remaja, pekerja bahkan tidak mengenal batasan ekonomi, hanyalah alat dari para bandar dan pengedar untuk merusak khususnya generasi muda. “Mereka yang menjadi korban harusnya kita tolong dengan membawa ke Pusat Rehabilitasi yang ada di Lido atau dapat dibawa ke Rumah sakit Ketergantungan Obat (RSKO) yang disediakan agar segera direhabilitasi,” tandasnya. (pas) SINAR BNN 45 EDISI XII - 2014
kolomkolom
Rahasia Tidur Nyenyak Ditemukan Ilmuwan Indonesia
B
erusaha menutup mata tetapi tetap juga tak bisa tertidur. Begitu terlelap sebentar, ada saja yang lantas membangunkan hingga akhirnya berjuang lagi hanya untuk bisa tidur. Itu yang mungkin sering dialami banyak orang di perkotaan. Setelah minimal 8 jam bekerja mencari uang, ternyata malamnya masih harus berperang melawan kondisi terjaga agar besok harinya bisa beraktivitas dengan lancar. Sesuatu yang dibutuhkan banyak orang perkotaan mungkin rahasia untuk tidur nyenyak dan berkualitas. Baru-baru ini, Taruna Ikrar, seorang pakar ilmu saraf asal Indonesia yang kini mengajar dan meneliti di University of California, Irvine, menemukannya. Dalam publikasinya di Journal Physiology baru-baru ini, Taruna menguraikan bahwa kualitas tidur sangat 46 SINAR BNN EDISI XII - 2014
dipengaruhi oleh keseimbangan hormon, terutama kadar melaninconcentrating hormone (MCH). Taruna dan timnya melakukan eksperimen dengan tikus yang sudah direkayasa secara genetik. Rekayasa membuat tikus punya label protein khusus, ZsGreen1 Fluorescent Protein, pada ujung sel saraf penerima rangsang yang mengandung H3R (Histamine Reseptor Nomor 3) ZsGreen1 adalah protein spesifik berwarna hijau yang bisa merekam kerja sel saraf yang berperan dalam aktivitas terkait senyawa histamin. H3R sendiri adalah ujung sel saraf yang bertugas menerima rangsangan untuk tidur. Setelah direkayasa secara genetik, tikus kemudian diinduksi dengan hormon MCH. Tikus lalu diamati dengan laser
Photostimulation. Aktivitas sel saraf dipantau secara langsung dengan bantuan elektroda yang telah dipasang pada otak. “Tikus yang diinduksi dengan MCH dan diberi histamin jenis H3R memperlihatkan aktivitas lebih rendah, lebih mudah tertidur, dan memperlihatkan kondisi kurang aktif jika dibandingkan dengan tikus yang tidak diinduksi,” ujar Taruna menguraikan hasilnya. Berdasarkan hasil penelitian itu, Taruna mengatakan, rahasia untuk tidur nyenyak adalah menjaga keseimbangan aktivitas hormonal tubuh, khususnya MCH, serta menjaga kadar senyawa histamin. “Keseimbangan tersebut menjadi kunci peningkatan kualitas tidur, dan sekaligus menjadi faktor yang sangat penting terhadap kualitas kehidupan dan kesehatan
seseorang,” urainya kepada sejumlah wartawan, belum lama ini. Salah satu kunci untuk menjaga keseimbangan hormon adalah menjaga makanan, berat badan, dan melakukan aktivitas olahraga secara rutin. Konsumsi air sangat memengaruhi keseimbangan MCH. Manfaat lain dari penemuan ini adalah adanya cara baru untuk membantu orang yang mengalami gangguan tidur. “Manusia sehat yang mengalami gangguan tidur dapat diobati dengan memberikan obat secara khusus yang memengaruhi reseptor histamin di otak, khususnya reseptor histamin nomor 3 (H3R) sehingga gangguan tidur pada orang tersebut dapat diperbaiki, demikian juga bisa mencegah berbagai efek negatif dari kekurangan tidur,” ujar Taruna.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
kolomkolom
Sering Lupa, Gejala Pikun atau Kurang Vitamin B12?
M
untuk melihat fungsi otak. Selama 3 tahun berikutnya, responden menyimpan detail catatan tentang pola tidurnya. Dalam riset ini, sekitar 49 persen responden tidur dengan jam yang normal, yaitu 6-8 jam saat malam hari. Sebanyak 40 persen responden tidur dalam periode yang lama, yaitu lebih dari 9 jam saat malam hari. Sisanya tidur dalam durasi singkat yaitu 5 jam atau kurang saat malam hari. Pada akhir penelitian, ketiga golongan ini kembali membaca dan menulis secara menyebabkan sebagian besar melakukan tes MMSE. dari kita ingin menghabiskan Hasilnya, ketiga kelompok tepat. Pasalnya mereka waktu 1-2 jam lebih lama di seringkali kesulitan dalam memperoleh nilai MMSE menemukan kata yang tepat. tempat tidur terutama saat yang lebih rendah dibanding liburan weekend. Selain itu, orang dengan 3 tahun lalu. Walau tampak demensia juga biasanya Namun penurunan fungsi kesulitan dalam menganalisa menyenangkan, sebaiknya otak paling tinggi diderita hal ini tidak dilakukan. secara spasial. Mereka sulit responden yang tidur dalam Menurut penelitian terbaru, menentukan benda mana waktu lebih lama, yaitu 9 jam yang letaknya lebih dekat dan terlalu banyak tidur justru lebih saat malam hari. dapat mempercepat proses lebih jauh. Penurunan ini sekitar 2 kali hilangnya memori. Memang, menurut lebih besar dibanding yang Kebiasaan ini sekaligus Aggarwall, kekurangan tidur 6-8 jam saat malam memperbesar faktor risiko vitamin B12 jdengan hari. demensia memiliki beberapa terjadinya kepikunan atau Perbedaan ini, menurut kesamaan. Faktanya, di India demensia. peneliti, sangat signifikan. Riset tersebut dilakukan kekurangan vitamin B12 Responden yang tidur dalam oleh para ahli dari University periode lebih lama mengalami sangat umum terjadi, Hospital di Madrid and khususnya pada vegetarian. penurunan fungsi otak lebih Pasalnya vitamin B12 hanya Columbia University, New cepat. York. Penelitian dilakukan ditemukan pada produk “Riset ini membuktikan selama 3 tahun ini hewani, misalnya daging, adanya hubungan antara melibatkan sekitar 2.700 telur, ikan, dan daging ayam. durasi tidur dan kemampuan Banyak Tidur Bikin Cepat responden dengan rentang kognitif seseorang. Namun usia 60-70an. Pikun riset lanjutan masih Pada penelitian tahap Istirahat ekstra menjadi diperlukan untuk melihat, pertama, setiap responden impian kebanyakan orang apakah durasi tidur menjadi diuji menggunakan miniyang selalu sibuk dengan sebab atau akibat penurunan mental state examination pekerjaan setiap hari hari. fungsi kognitif,” kata Dr. (MMSE). Tes ini digunakan Padatnya aktivitas Doug Brown dari Alzheimer’s Society. SINAR BNN 47 Direhabilitasi dari pada Dipenjara EDISI XII - 2014
ungkin hampir setiap orang pernah lupa apa yang hendak dikatakan saat telepon Anda tiba-tiba berdering atau bel pintu berbunyi. Secara medis, ini disebut sebagai penurunan kemampuan kognitif minimal dan terjadi karena hilang ingatan jangka pendek. Lantas bila kerap mengalaminya, apakah itu merupakan tanda-tanda dari demensia atau pikun? Menurut Dr KK Aggarwal, Presiden Heart Care di India, penurunan kemampuan kognitif minimal tidak selalu berakhir dengan penyakit demensia dan Alzheimer. Sebaliknya, kondisi itu mungkin berhubungan dengan kekurangan vitamin B12 atau penyusutan otak terkait usia. “Namun bila kondisi ini sudah mulai menganggu kehidupan sehari-hari, maka perlu segera dikonsultasikan pada pakarnya sedini mungkin,” tandas Aggarwall. Untuk mengecek apakah seseorang mengalami demensia atau penurunan kemampuan kognitif, ada tes sederhana yaitu dengan melakukan pengurangan angka 100 dengan tujuh terus menerus. Misalnya 1007=93, 93-7=86, dan seterusnya. Orang dengan demensia tidak dapat melakukannya. Tanda lainnya seseorang mengalami demensia adalah tidak mampu untuk
Pengguna Narkoba Lebih Baik
kasuskasus
Terlibat Mata Rantai Narkoba di Penjara,
Sipir LP Tangerang Dibui
B
ukannya memberikan suri tauladan, sipir penjara malah terlibat bisnis narkotika. Supriyadi Mugi Utomo (30) terlibat dalam mata rantai narkoba di LP Kelas I Tangerang. Kasus bermula saat 3 penghuni LP yaitu Andi, Haslizar dan Nufus ingin pesta narkoba dan patungan Rp 400 ribu per orang pada Maret 2014. Setelah uang terkumpul, Nufus memesan sabu ke Akew yang bebas di luar penjara. Dalam hitungan jam, Akew bilang barang siap antar. Namun bagaimana caranya sabu itu bisa masuk melewati penjagaan yang sangat ketat? Nufus lalu memberikan sejumlah uang ke petugas jaga Supriyadi supaya paket kiriman dari Akew bisa masuk. Alhasil, paket yang berisi wafer, roti, biskuit, deodorant pun lolos. Selidik punya selidik, dalam deodorant itu berisi satu paket sabu. Siapa nyana, sejam kemudian diadakan sidak oleh pimpinan LP dan sabu itu ditemukan di kamar 7 Blok A2. Setelah diselidiki Polres 48 SINAR BNN EDISI XII - 2014
Tangerang, mereka lalu diproses dan dihadirkan ke pengadilan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Pada 13 Agustus 2014, jaksa menuntut Supriyadi dijatuhi hukuman 7 tahun penjara karena melanggar pasal 114 ayat 1 UU
Narkotika. Atas hal itu, Pengadilan Negeri (PN) Tangerang menjatuhkan hukuman selama 6 tahun pada 27 Agustus 2014. Keberatan dengan putusan itu, Supriyadi lalu banding. Apa kata Pengadilan Tinggi (PT) Banten?
“Menguatkan putusan PN Tangerang,” putusan majelis sebagaimana dilansir website Mahkamah Agung (MA), Kamis lalu. Duduk sebagai ketua majelis Abdul Hamid Pattiradja dengan anggota Lief Sofijullah dan Effendi.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
kasuskasus
Jaringan Pengedar Sabu-sabu di Lapas Paledang Dibekuk
K
epolisian Bogor Kota membekuk seorang pengedar sabu-sabu, bernama Rey Nicolas Sawerdani (33), di sekitar Perum Villa Duta, Bogor Timur, Kota Bogor, Kamis kemarin. Kepolisian mencurigai bila tersangka (Rey) mempunyai jaringan pengedar narkotika di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Paledang. Proses penangkapan bermula dari upaya petugas yang menyamar dan ingin membeli paket. Rupanya, tersangka terpancing. Dari tangan tersangka, petugas
mengamankan sabu-sabu seberat 0,5 gram. “Saat dilanjutkan penggeledahan di kediamannya, tidak ditemukan barang bukti lain,” kata Kepala Satuan Narkotika Polres Kota Bogor, Inspektur Satu (Iptu) Maulana Mukarom. Iptu Maulana menjelaskan, tersangka mengaku memperoleh
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
barang haram tersebut berdasarkan pemesanan seorang narapidana berinisial SN yang tengah menjalani masa tahanan di Lapas Paledang. “Barang berasal dari Jakarta yang dipesan sebelumnya oleh SN. Tersangka tugasnya hanya mengambil dan mengedarkan,” ujar Iptu Maulana.
Sampai saat ini pemeriksaan terhadap tersangka masih dilakukan dengan maksud untuk mengetahui jaringan pemasok sabusabu di lapas tersebut. Pihak kepolisian sendiri curiga tersangka Rey mempunyai keterkaitan dengan jaringan narkotika yang berada di lapas. Atas perbuatannya itu, tersangka dijerat dengan Pasal 114 UU RI No 35/ 2009 Tentang Narkotika dengan ancaman penjara 20 tahun penjara dan denda Rp 10 miliar. Terkait adanya indikasi (keterlibatan) dengan narapidana, Kepala Polres Kota Bogor, Ajun Komisaris Besar (AKBP) Irsan mengatakan, pihaknya siap berkoordinasi dengan pihak lapas, terutama dalam memutus jaringan antara napi dan pengedar atau pemakai yang berada di luar lapas,“Ke depan, polisi akan bekerjasama dengan lapas untuk memutus peredaran narkotika, baik yang ada di lapas atau pun yang berada di luar lapas,” tegas Irsan. (pas) SINAR BNN 49 EDISI XII - 2014
publikfigure
Doyok Dukung Terpidana Narkoba Dihukum Mati
T
ahun 2000 lalu, adalah masa sulit bagi pelawak Doyok. Pria kelahiran Sioarjo 17 Agustus 1954 ini harus berurusan dengan polis. Doyok yang bernama asli Sudarmaji ini, ditangkap lantaran kedapatan membawa narkoba. Selama satu tahun, ia terpaksa menghabiskan hari-harinya di dalam penjara. “Kalau bukan karena polisi, mungkin saya sudah mati, atau sudah over dosis karena narkoba. Saya berterima kasih kepada Polisi, yang sudah menyelamatkan hidup saya,” ujar Doyok saat berbincang khusus dengan Majalah Sinar, belum lama ini. Doyok mengaku senang begitu mendengar pernyataan Presiden Jokowi yang tak akan memberikan grasi kepada para terpidana mati narkoba. Menurutnya, itu adalah bagian dari ketegasan pemerintah untuk memberantas penyakit masyarakat yang pernah ia alami secara langsung. “Saya mendukung seratus persen. Tak ada ampun bagi para bandar narkoba dan itu menjadi bagian dari shock terapi bagi mereka, para pengedar narkoba. Bagi saya, ini adalah kasus berat dan harus
50 SINAR BNN EDISI XII - 2014
mengkonsumsi narkoba dan kemudian langsung ditangkap oleh Polsek Neglasari Tangerang. Sebelum Gogon, rekannya, juga rekan Doyok, Polo, ditangkap karena terbukti membawa 0,5 gram sabusabu. Polo kemudian divonis hukuman tujuh bulan penjara, dipotong masa tahanan dan denda Rp 1 juta. Pada 23 Maret 2001, Polo dibebaskan namun pada 2 Juni 2004, Polo kembali digerebek aparat Polsek Kramat Jati di Vila Citra, depan Kantor Kecamatan Kramat Jati, Jalan Tanduk Tunggara meja saya dan sebagian mendapatkan hukuman Raya, Kramat Jati, Jakarta masih berputar-putar di setimpal,” ujarnya. Timur, kedapatan “Gara-gara narkoba, 40 lingkungan Istana,” kata membawa sabu-sabu Presiden Jokowi. orang setiap hari mati. seberat 0.6 gram. Polo Presiden Jokowi Pasien narkoba, sampai kemudian dijatuhi menegaskan, kesalahan saat ini juga bertambah hukuman 1.5 tahun (para bandar narkoba) banyak. Harapan saya, penjara. sulit untuk dimaafkan dengan adanya shock Yang terakhir adalah karena mereka umumnya terapi, tidak memberi ampun mereka terpidana adalah para bandar besar pelawak Tesy. Pria bernama asli Kabul ini yang demi keuntungan narkoba. Dan harapan saya lagi, tak ada lagi BNN pribadi dan kelompoknya ditangkap lantaran telah merusak masa depan kedapatan memiliki karena kalau masih ada generasi penerus bangsa. narkoba di kediamannya BNN, berarti narkoba di kawasan Bekasi, Jawa Hingga kini, sudah masih ada,” tambah Doyok. Barat. sederet artis, termasuk Sebelumnya, Presiden “Saya berharap tak ada pelawak yang tersandung Jokowi memastikan masalah narkoba. Diawali lagi siapapun, maupun menolak permohonan dari kalangan artis dengan pelawak Doyok grasi yang diajukan oleh sekalipun yang pernah yang ditangkap, terbukti 64 terpidana mati kasus bernasib seperti saya, narkoba. “Saya akan tolak memakai narkoba. Kini, terjerat narkoba. Kita Doyok menyatakan jihad, permohonan grasi yang diajukan oleh 64 terpidana perang melawan narkoba. harus bergandengan Rekan Doyok, Gogon, pada tangan, memusuhi mati kasus narkoba. Saat narkoba,” Doyok tahun 2007 juga terjerat. ini permohonannya menegaskan. (pas) Ketika itu, Gogon diduga sebagian sudah ada di Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
publikfigure
Olivia dan Tarzan Dukung Vonis Mati Gembong Narkoba
G
erakan Anti Narkotika (Granat) mendatangi Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk mendesak segera melaksanakan hukuman mati terhadap para terpidana kasus narkotika. Tampak pula artis cantik Olivia Zalianty dan pelawak Tarzan dalam rombongan. Keduanya tampak bersama dengan rombongan dari Granat yang dipimpin Henry Yosodiningrat menemui Kapuspenkum Tony T Spontana. Mereka sempat menyampaikan aspirasinya kepada kejaksaan. “Kita datang ke sini bersama Pak Hendry yang intinya kami bawa daftar nama yang divonis dalam kasus narkoba yang putusannya sudah inkracht dan kita minta Kejagung untuk segera eksekusi terhadap seluruh putusan yang sudah inkracht atau sampai Mahkamah Agung atau Kasasi,” ucap Tarzan di Kejagung, Jl Sultan Hasanuddin, Jakarta
Selatan, belum lama ini. Sementara itu, Olivia Zalianty yang berdiri disamping Tarzan, menambahkan bahwa kedatangannya ke Kejagung selain menyerahkan daftar nama, juga akan meminta kepada Jaksa Agung agar Pak Hendry bisa dijinkan melihat langsung eksekusi mati agar bisa menjelaskan kepada
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
masyarakat bahwa para terpidana itu benar-benar sudah dieksekusi, “Pak Henry ingin hadir sebagai unsur dari masyarakat dengan biaya sendiri,” ujar Olivia. Menanggapi hal itu, Kapuspenkum Tony mengatakan pihak kejaksaan akan mengkaji permintaan tersebut. Namun ada pertimbangan tertentu seperti faktor
keamanan yang harus dipikirkan. “Nanti kita melihat mengkaji kembali, bahwa sepanjang tidak ada aturan yang dilarang, pertimbangan tertentu, paling tidak dalam pelaksanaan itu bisa terbuka menyampaikan ke publik, kesaksian testimoni, bahwa sudah dilaksanakan,” ucap Tony di tempat yang sama. SINAR BNN 51 EDISI XII - 2014
siramanrohani
Mencapai Puncak Tauhid Implementasinya dalam Memimpin
D
an siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. Ayat ini dimulai dengan kata tanya, “Siapakah yang lebih baik agamanya…” Ayat ini menegaskan bahwa ada bentuk beragama terbaik. Sebaliknya tentu ada pula bentuk beragama yang kurang baik. Beragama terbaik itu, pertama, aslama wajahahu lillah (berserah diri dengan ikhlas kepada Allah). Dalam surah alBayyinah ayat 5 ada ayat terkait: Wama umiru illa liya’budullaha mukhlishina lahuddin. (Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama). Kedua, wa huwa muhsinun (sedang diapun mengerjakan kebaikan), atau berbuat ihsan. Ketiga, wattaba’a millata ibrahima hanifa 52 SINAR BNN EDISI XII - 2014
(mengikuti millah/ agama Ibrahim yang lurus). Pengesaan atau pentauhidan Allah itu memerlukan usaha dan perjuangan yang terusmenerus, hingga suatu tahap atau martabat dimana kita telah benarbenar bebas dari segala perintang pisik dan psikis dalam menyembah/ ber’ubudiyah kepada Allah SWT sebagai satusatunya Ilah. Perintang
kebebasan atau kemerdekaan yang hakiki. Akibatnya suasana hati kita pun tidak sehat. Dengan demikian, perintang psikis itu sebenarnya penyakit. Bang Imad (Imaduddin Abdulrahim) mengatakan, secara hakiki semakin baik tauhid kita, maka kita semakin bebas (semakin independen). Yakni semakin bebas dari ilahilah selain Allah. Ilah selain Allah itu bisa bersumber dari diri kita sendiri. AlQur‘an berkata, “Afaraita manittakhadza ilahahu hawahu”. (Apakah engkau tidak melihat Muhammad, orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah-nya). Rasa sombong, atau pisik dan psikis itu dapat perasaan suka membalas menyandera pemasrahan dendam, sulit memberi diri kita kepada Allah. Apa maaf dan penyakit hati saja yang menyandera lainnya sebenarnya pemasrahan diri kita kepada Allah, maka hal itu muncul dari peng-ilahan hawa nafsu. Penyakitakan menjadi ilah kita. Hal yang sulit bagi kita penyakit hati ini adalah membebaskan diri membuat jati diri kita dari perintang nafsiah manusia yang selalu ingin dekat kepada Tuhan atau psikis. Misalnya sebagai asalnya menjadi perasaan sombong, sikap tersandera, terkungkung balas dendam, sulit memaafkan orang lain, dan dan dengan demikian tidak merdeka. Oleh karena ia sebagainya. Hal-hal ini berada di bawah kendali membuat kita tidak hawa nafsunya, maka ia berhasil mencapai Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
siramanrohani menjadi pelaku destruksi diri (zhalimnun li nafsihi) dan destruksi sosial (fasad fil ardh). Perlu kita ketahui bahwa puncak kebebasan tertinggi yang diraih seorang Muslim dalam kehidupan sosial itu, ditandai oleh kemampuan jiwa raganya untuk berbuat baik kepada siapa saja, sebagaimana Allah berbuat baik kepada dirinya. Hal inilah yang dimaksudkan firman Allah dalam surat alQashash/28 ayat 77: Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu akan (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Para sufi (orang yang tauhidnya telah mencapai puncak) merumuskan pengertian ahsin kama ahsanallahu ilaik dengan kalimat: takhallaqu bi akhlaqillah (Berakhlak dengan akhlak Allah). Sebagai seorang ilmuan atau calon ilmuan Muslim, kita harus paham ini, dan berusaha sungguh-sungguh mencapai kesempurnaan tauhid, yang juga kesempurnaan akhlak ini.
Dalam konteks kita memimpin sedikit atau banyak orang, di kantor atau di luar kantor : Apakah kita sudah mampu menempatkan diri kita pada posisi muhsinin? Dengan posisi muhsinin ini, kita berupaya agar benarbenar memahami mereka, sehingga misalnya, meskipun kita memberi sanksi hukum kepada mereka, karena memang pantas dan etis diberi sanksi. Kita jatuhkan sanksi bukan karena memuaskan rasa balas dendam, tetapi benarbenar karena mendidik mereka. Ketika kita menetapkan sanksi, kita berusaha melihat diri kita bahwa kita sungguhsungguh khalifah (wakil/ pengganti) Allah dalam menetapkan sanksi. Kita juga beristighfar atas keputusan kita, sembari kita berdo’a semoga yang kita pimpin itu kembali kepada kebenaran. Hak-hak mereka di luar itu tetap kita berikan. Hubungan kemanusiaan tetap kita pelihara. Hal ini kita lakukan karena kita berusaha bebas dan merdeka dari sikap mengilah-kan hawa nafsu atau egoisme kita. Kita ingin menjadi manusia yang bebas dan merdeka. Kita ingin tetap pada posisi penghambaan yang benar-benar lurus dan ikhlas kepada Allah. Lebih dari itu, kita nanti ingin bersama Rasulullah Saw di surga, karena kita telah berusaha menjadikannya
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
uswatun hasanah dalam hidup kita. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa dalam memberikan sanksi, hati kita berkata: “Saya jatuhkan sanksi bukan karena kehendak diri/ pribadi saya, tetapi karena aturan menghendaki demikian. Jika saya sampai terjebak menjatuhkan sanksi karena egoisme saya, maka sungguh saya telah tunduk/berpasrah diri kepada hawa nafsu saya. Jika demikian terjadi, maka saya telah mengilah-kan diri saya.” Dalam kaitan inilah agama mengajari kita agar memperbanyak sujud. Dalam shalat, perbuatan yang paling banyak kita lakukan adalah melakukan sujud. Dalam sujud kita diajari meredam dan mengubur dalam-dalam egoisme kita. Sujud mengajari kita naik menuju Allah. Sujud adalah puncak mikraj kita. Kata Nabi, saat sujud adalah saat hamba paling dekat dengan Tuhan. Saat itu pula kita ucapkan Subhana rabiiyal a’la atau do’a lain. Setelah shalat, kita diajarkan oleh Nabi berdzikir. Jika kita renungkan makna dzikirdzikir itu, maka penekanannya adalah pada pendidikan jiwa kita agar terbebas dari segala ilah palsu. Dalam sebuah hadits shahih, Nabi Saw mengajari kita agar membaca sebanyak 10 kali setelah shalat Shubuh dan Maghrib dzikir
berikut: “La ilaha illallahu wahdahu la syarikalah lahulmulku walahulhamd biyadihilkhair yuhyi wa yumitu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadir.” (Tidak ada ilah selain Allah, Maha Esa, tidak ada syerikat bagi-Nya. MilikNya lah kekuasaan dan pujian. Di tangan-Nya lah kebaikan. Dia menghidupkan dan mematikan. Dan Dia berkuasa atas segala sesuatu). Ketika membaca dzikir ini dengan rendah hati (tadharru’) dan lemah lembut (khufyah), maka konsentrasi atau fokus hati kita perlulah kita tujukan kepada penafian ilah-ilah yang bersifat psikis itu, misalnya rasa sombong, suka balas dendam, sulit memaafkan orang lain, dan sebagainya. Begitu juga kita harus menafikan pengagungan kita kepada keturunan, kekayaan, kekuasaan, ilmu atau apa saja selain Allah. Sehingga tidak ada lagi perintang kita dalam penghambaan kepada Allah. Dengan cara ini, mudah-mudahan Allah menyampaikan kita kepada puncak tauhid, yakni berada sedekatdekatnya di sisi Allah SWT. Wajjahtu wajhiya lilladzi fatharassamawati wal ardh, hanifan muslima wama ana minal musyrikin. (Ku hadapkan diriku kepada Dzat pencipta langit dan bumi dengan lurus dan tunduk, dan aku bukanlah golongan orang-orang yang musyrik). SINAR BNN 53 EDISI XII - 2014
testimoni
T
ifani mengaku sudah sejak 1990 menjadi pengguna narkoba jenis putau. Serbuk haram yang berasal dari heroin yang tidak murni tersebut begitu dalam menjeratnya tak lepas. Berawal dari rasa ingin tahu dan mencoba-coba, ia akhirnya terjerumus dalam lembah kelamnya narkoba. “saya sempat berhenti pada tahun 2004 dengan berobat jalan dan pindah ke Padang. Namun, saya kembali menggunakan di tahun 2009,” ujar Tifani kepada Majalah Sinar BNN. Kembalinya ia menggunakan putaw lantaran dipicu oleh suaminya. “Dulu, mantan suami saya juga seorang pecandu. Sebelum menikah, kami memutuskan untuk berhenti dan ingin menjalani hidup lebih baik bersama-sama. Sayang, suami saya tidak memegang teguh komitmen yang sudah kami buat. Ia tergoda untuk memakai narkoba kembali,” jelas Tifani. Merasa kecewa dan dikhianati, akhirnya rumah tangga yang masih berumur jagung itu pun berakhir dengan perceraian. “Karena masalah itulah membuat saya akhirnya memakai putaw lagi,” jelasnya. Menurut Tifani, godaan narkoba memang sangat kuat. Karena itulah sulit untuk berhenti. “Narkoba itu ‘nyandu’.
54 SINAR BNN EDISI XII - 2014
Selalu Ada Jalan Untuk Sembuh Seumur hidup, kita enggak akan pernah bisa lupa narkoba, dan godaan untuk kembali sangat besar,” kata wanita berusia 28 tahun itu, kandungan yang terdapat dalam putaw memang dapat menyebabkan efek adiktif pada penggunaanya, sehingga orang yang sudah mencicipi cenderung ingin mengkonsumsinya lagi dan lagi. Titik balik April 2010 menjadi titik balik Tifani. Ia memutuskan untuk berhenti total dari jerat
serbuk maut bernama putaw itu. Tifani merasa sudah sangat lelah dengan narkoba. Ia juga pernah merasakan sakaw. Atas saran sang kakak dan sudah capek dengan hidupnya yang berantakan, akhirnya ia memutuskan menjalani rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi milik BNN di Lido, Jawa Barat. Motivasi lain yang mendasarinya tak lain dan tak bukan adalah ia ingin menjadi ibu yang baik bagi anak semata wayangnya yang kini dirawat oleh orang tuanya.
Balai Besar Rehabikitasi yang terletak di Desa Wates Jaya Lido, Bogor, Jawa Barat merupakan pusat rujukan dan terapi bagi korban penyalahgunaan narkoba. Pelayanan publik ini sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah dan petugas yang membantu memutus jaringan narkoba. Balai Besar yang terdiri di atas lahan seluas 11,5 ha tersebut dibangun mirip sekolahan atau tempat diklat,. Badan Narkotika Nasional (BNN) juga menyebut tempat itu
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
testimoni sebagai kampus Unitra. Istilah kampus memang sengaja digunakan untuk menghindari bayangbayang pusat rehabilitasi yang ada di benak sebagian orang merupakan tempat yang menyeramkan. Pusat rehablitasi ini juga dilengkapi fasilitas seperti pusat olahraga, pusat ketrampilan, kesenian, IT/Komputer, hingga kegiatan sosial. Tahapan pertama yang harus dijalani pasien dipusat rehabilitasi ini adalah detokfikasi. Dalam tahapan tersebut, pasien diberi terapi putus zat dan terapi simptomatik. Tahap ini memakan waktu selama dua minggu. Selanjutnya tahapan entry unit yaitu fase stabilisasi pasca putus zat selama dua minggu, dan Primary Program selama 6 bulan dengan metode terapi rehabilitasi sosial dengan Therapeutic Community (TC). Tak hanya itu, metode lain yang digunakan juga melalui
program terapi yang melibatkan unsur agama sesuai agama yang di anut pasien. Setelah tahapan Primary Program, pasien akan menjalani TC lanjutan selama 5 bulan. Menurut Kepala Balai Besar Rehabilitasi, jika residen telah menjalani satu tahun program, maka akan terus dilakukan pemantauan. Jika sudah dinyatakan sembuh akan dikembalikan ke keluarganya masingmasing (back to family),“Setelah menjalani keseluruhan terapi, kami melakukan pendekatan after care. Di sini kami memberikan workshop untuk kegiatan seni dan ketrampilan mereka agar saat mereka kembali ke masyarakat, mereka bisa mandiri,” jelasnya. Energy positif Tifani juga bercerita mengenai pengalamannya selama berada di pusat rehabilitasi Lido,”Saat Primary program ada morning meeting yang
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
diadakan kurang lebih satu jam. Setiap hari morning meeting mengangkat tema yang berbeda. Jadi siapapun bisa sharing mengenai pengalamannya masingmasing. Secara tidak langsung itu memotivasi diri sendiri dan membuat banyak energy positif masuk,” kata Tifani. Menurut Tifani, banyak manfaat baik yang ia peroleh selama menjalani rehabilitasi di Lido, “Banyak sekali yang saya dapatkan disini. Misalnya saja sekarang saya jadi tahu bagaimana caranya bangun pagi dan mandi pagi. Dulu saat menjadi pecandu, hal itu tidak ada dipikiran saya. Yang ada bagaimana caranya mendapatkan barang (putau) agar bisa beraktivitas. Di sini saya juga merasa bisa lebih bersyukur dan lebih tahu nilai dalam diri kita,” kata wanita kelahiran 6 November 1983 itu. Saat Majalah Sinar BNN bertemu dengan
Tifani, ia sudah berada di Lido selama 1 tahun 3 bulan. Ia sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah, meski masih dalam pengawasan supervisior,”Saya di sini sudah terhitung On the Job Tarining (OJT), jadi sama saja seperti belajar bekerja. On the Job Training itu tergantung progress kita. Jika progress kita baik, kita bisa mengajukan diri untuk naik ke posisi staf. Untuk menuju ke sana tentu saja ada tingkatannya dan semuanya dites oleh staf di sini,” kata wanita asal Cilacap itu. Menurut Tifani, Balai Besar Rehabilitasi Lido berhasil menyembuh kannya. Sekarang, ia sangat merasa corcern dengan pecandu-pecandu yang ingin sembuh. “Tidak ada yang tidak mungkin bagi pecandu yang ingin sembuh, asalkan dibantu motivasi yang kuat di dalam dirinya sendiri untuk sembuh,” tandasnya.
SINAR BNN 55 EDISI XII - 2014
tipssehat
Kiat Bugar Bagi yang Tak Punya Waktu Olahraga
S
upaya tetap sehat dan bugar olahraga perlu dilakukan secara rutin. Penelitian menunjukkan, angka kejadian penyakit lebih banyak terjadi pada mereka yang kurang berolahraga. Kendati demikian, ada saja alasan orang untuk tidak berolahraga. Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Fitness First pada 3000 orang responden di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, menunjukkan 59 persen dari mereka merasa tidak punya waktu sebagai alasan untuk tidak berolahraga. Padahal olahraga sebenarnya tidak harus dilakukan dalam waktu lama. Meski sebentar, olahraga dengan intensitas tinggi tetap dapat memberikan manfaat yang optimal seperti olahraga intensitas lebih rendah yang dilakukan dalam waktu lama. CEO Fitness First Asia Simon Flint mengatakan, selama olahraga menjadi prioritas, seharusnya tidak ada lagi alasan tidak 56 SINAR BNN EDISI XII - 2014
ada waktu untuk melakukannya. Namun ia mengakui, orang yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta memang terlalu banyak membuang waktu di jalan, sehingga harus ada efisiensi waktu. “Bentuk efisiensi waktu itu bisa berupa olahraga yang dilakukan dengan waktu singkat, namun tetap memberikan manfaat optimal,” kata dia dalam konferensi pers peluncuran identitas dan kampanye baru Fitness First “Together, We Can Go Further” di Jakarta, belum lama ini. Dalam kesempatan yang sama, dokter
spesialis olahraga Zaini K Saragih mengatakan, untuk memberikan manfaat yang sama, olahraga yang dilakukan dalam waktu singkat perlu dilakukan dengan intensitas tinggi. Olahraga itu pun dikenal dengan istilah High Intensity Interval Training (HIIT). “Manfaat HIIT berlaku bagi atlet yang terlatih maupun orang yang tidak terlatih,” kata dokter yang pernah tergabung dalam tim dokter Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) ini. Dengan melakukan HIIT selama 2,5 jam, lanjut dia, manfaat yang
diperoleh juga sama seperti latihan endurance atau ketahanan selama 10,5 jam. Manfaat lainnya yaitu lebih efektif membakar lemak daripada latihan biasa. “Ini karena setelah melakukan HIIT pun lemak dalam tubuh masih dibakar selama 24 jam ke depan,” ujarnya. Zaini menjelaskan, HIIT pada prinsipnya bisa diterapkan pada semua jenis olahraga aerobik. Misalnya lari, 30 detik dilakukan dengan intensitas tinggi, kemudian 30-90 menit selanjutnya dilakukan dengan intensitas rendah.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
tipssehat
4 Keistimewaan Madu yang Perlu Anda Tahu M
adu memang pemanis alami yang istimewa. Sejak berabad-abad lalu madu sudah dipakai dalam dunia kesehatan. Ketahui apa saja keistimewaan madu bagi tubuh. 1. Meredakan batuk Madu bisa menjadi penyelamat saat musim dingin. Berdasarkan studi Kesehatan pada anak dan remaja, ternyata madu lebih unggul untuk meredakan gejala batuk dan meningkatkan kualitas tidur anak. Penelitian tersebut membandingkan efek madu melawan penekan batuk dextrometropan rasa madu terhadap 100 anak yang sedang flu. Tak heran jika WHO juga memasukkan madu ke dalam cairan manis yang bisa melindungi tenggorokan dan mengurangi iritasi. 2. Mengobati luka Sejak lama madu memiliki reputasi sebagai penyembuh. Hal ini ditemukan pada catatan dari tahun 2100-2000 sebelum masehi di Sumerian yang menyebutkan fungsi madu sebagai obat dan salep. Di Selandia Baru terdapat madu Manuka yang berasal dari lebah yang menyerbukkan secara alami semak manuka. Khasiatnya cukup baik untuk pasien yang mengalami luka tergores dan borok. Selain
kandungan antibakteri, madu ini juga menyejukkan. Semua jenis madu juga sebenarnya berkhasiat. Studi yang dimuat di British Journal of Surgery, menyebutkan peneliti Nigeria menggunakan madu untuk menyembuhkan 59 pasien dengan maag akut. Hampir semua mengalami perbaikan dan luka yang terinfeksi serta maag menjadi sembuh sekitar satu minggu sejak menggunakan madu. 3. Mengatasi ketombe Khasiat madu bagi kecantikan sudah sejak lama
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
diketahui. Salah satunya adalah mengatasi ketombe membandel dan gatal, terutama akibat jamur. Caranya pun mudah, cukup oleskan campuran madu pada kulit kepala setiap hari selama beberapa minggu. Rasa gatal dan luka di kulit kepala bisa sembuh. 4. Meningkatkan energi Ada kesalahpahaman bahwa karbohidrat tidak baik untuk tubuh. Sesungguhnya, setiap makanan sehat termasuk buah, sayuran dan kacang mengandung karbihidrat. Lagi pula, sistem
pencernaan membutuhkan glukosa yang mengirim energi ke sel, jaringan, dan organ. Madu sebanyak 17 gram karbohidrat per sendok teh dapat menjadi sumber makanan yang dapat membantu menyingkirkan rasa lesu. Madu juga bisa dijadikan camilan sebelum atau sesudah olahraga. Selain sumber karbohidrat, madu juga sumber energi yang tidak membuat gula darah berfluktuasi dan kadar insulin bertahan lebih lama. (Eva Erviana) SINAR BNN 57 EDISI XII - 2014
gayahidup
Olahraga Sejak Muda Cegah Penyakit Jantung U
ntuk menghindari risiko penyakit jantung, ada beberapa cara yang harus dilakukan, yaitu rutin berolahraga, tidak merokok, dan menjaga berat badan tetap ideal. Namun, studi baru menemukan, kurang aktif berolahraga merupakan pemicu utama penyakit jantung pada wanita, khususnya wanita muda usia 30-an. Peneliti mengatakan, wanita yang tidak aktif pada usia tersebut berisiko 50 persen untuk mengembangkan penyakit jantung di kemudian hari daripada mereka yang aktif. Bahkan, faktor ini dikatakan lebih berpengaruh daripada faktor lainnya, seperti merokok atau makan tak sehat. Dalam studi tersebut, para peneliti menganalisis data dari 32.521 wanita usia 22 hingga 90 tahun. Data tersebut termasuk pula info mengenai gaya hidup dan status kesehatan jantung mereka. Kemudian, peneliti menggunakan rumus
58 SINAR BNN EDISI XII - 2014
matematika untuk menentukan risiko penyakit jantung peserta berdasarkan tingkat keaktifan, kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi, atau obesitas mereka. Kurang beaktivitas memberikan wanita risiko yang lebih besar di segala usia. Namun, untuk wanita pada usia 30-an, faktor kurang aktif bergerak memberikan peningkatan risiko paling tinggi, yaitu 50 persen, dibandingkan wanita yang aktif. Risiko tersebut berkurang tipis seiring bertambahnya
usia. Wanita pada usia 40an “hanya” mengalami peningkatan risiko 38 persen, dan 28 persen untuk usia 50-an. Sementara untuk faktor merokok, risiko penyakit jantung meningkat 40 persen pada wanita usia 30-an, dan 30 persen bagi mereka yang obesitas. Yang menarik, studi itu juga menemukan, kebanyakan wanita kurus pun banyak yang tidak bergerak aktif. Bergerak aktif didefinisikan sebagai melakukan aktivitas fisik minimal 2,5 jam dalam
seminggu. Ketua penelitian Profesor Wendy Brown mengatakan, program peningkatan aktivitas fisik dapat memberikan tingkat harapan hidup yang lebih tinggi bagi orang dewasa, khususnya pada wanita muda. Namun, melanjutkan program untuk menghentikan kebiasaan merokok dan menekan obesitas juga perlu dilakukan. Pasalnya, semua faktor tersebut juga berperan dalam penurunan risiko penyakit jantung.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
artikel
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 59 EDISI XII - 2014
SINAR BNN EDISI XII - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara