REKONSTRUKSI ACEH N0. 16 ■ 4 MARET 2006 ■ DUA MINGGUAN
http://e-aceh-nias.org/ceureumen/
PANTON Assalamualikum kawom sabahat Peulara adat deungon budaya Budaya Aceh saheh beukuat Dengon syariat cit saboh punca Peulom di Aceh teungoh seumangat Peudong syariat hukom agama Ulama-umara beusapeue pakat Meunan cit rakyat dukung beusama Meung na lagee nyan tuhan bri rahmat Aceh beureukat jeuoh ngon bala Nanggroe pih aman makmu ngon rakyat Rot laot darat teuka sijahtra
■ FOTO: HOTLI SIMANJUNTAK
TA SAKTI
2
Rumah yang dibangun donor negeri jiran itu tak selesai. Karena warga harus menambah beban untuk membuat dapur, sumur, kamar mandi dan wc sendiri. Belum lagi bahan konstruksinya yang kurang bagus. Hati-Hati Tergelincir Kolusi!
Lebih Baik dari Tenda 3
Asri Zaidir Aceh Besar
[email protected]
Beginilah Nasib Anak Kos
7 Pemukiman Baru Desa Suak Biduk
B
AGI Sabaruddin (23), tinggal di rumahnya yang sekarang lebih baik dari pada hidup di bawah tenda. Selain pikiran lebih tenang, dia pun mengaku bisa lebih konsentrasi mencari nafkah. “Kalau di tenda pikiran buntu, tidak tau mau buat apa,” ujar Sabaruddin. Satpam PT. SAI, Lhok Nga, Aceh Besar ini memang sudah lima bulan lebih menempati rumah yang dibangun oleh Posko Jenggala, di Desa Mon Ikeun, Kecamatan Lhok Nga, Aceh Besar. Sebelumnya, dia mengungsi bersama lima saudaranya di pengungsian Posko Jenggala, Kuede Bing, dua kilometer dari desanya. Dia bersyukur rumahnya masih lebih baik dari pada rumah yang lain. Dikarenakan ketika masa pembangunan, dia selalu
datang mengawasi. Sehingga kekuarangannya dapat dia minimalisir. “kalau ada kita, maka bahanbahan yang jelek bisa kita ganti sendiri,” terang Sabarrudin. Kecewa Tak hanya dia yang mengeluhkan kondisi rumah tersebut. Banyak pengungsi di sana juga mengutarakan hal yang sama. Kebanyakan mereka menyangsikan kekokohannya rumah bantuan. Karena ketika dibangun, pemborong tidak memakai pondasi dan besi penyangga, sejatinya membangun rumah. “Rumah yang dibangun di sini semua tidak memakai pondasi. Bata yang berdiri cuma digali lobang, dan langsung dinaikkan,” ucap Sabarruddin. Selain itu, menurut Sabaruddin, hampir seluruh rumah bantuan Posko Jenggala ketika dibangun tidak ditambak terlebih dahulu. Sehinga bila hujan air akan merembes dan masuk ke dalam rumah.
Dari kayu rapuh Tak hanya Sabaruddin yang mengeluhkan kondisi rumah bantuan. Ada pula Syamsuddin (46), tetangga dari desa sebelah, Weu Raya, Kecamatan yang sama. Syamsuddin juga mendapatkan satu dari 250 rumah bantuan rumah untuk korban tsunami yang dibangun oleh Mercy Malaysia. Rumah Syamsuddin pun banyak celanya. Dari kayu yang rapuh, jendela yang tak seimbang dan kusen yang baling. Hingga dia selalu mengalami kesulitan ketika hendak menutupnya. Bangunannya juga sama dengan desa tetangga, yaitu tak memakai pondasi.” Bangunan di sini tak pakai pondasi. Langsung di cor, digali bawahnya saja,” ucap Syamsuddin. Lain dari itu, bila sedang musim panas, dia tak tahan bila di dalam tenda. Dan bila hujan, air masuk ke tendanya.“Ya sudah lah, dari pada tidak ada yang lain,” ujar Syamsuddin. ■
2
KORUPSI
CEUREUMeN
■ ■ ■ TANYA JAWAB Kapan Lagi Jadup Dibagi
T:
Kami baru menerima dana jatah hidup (Jadup) sebanyak lima kali. Namun, seperti halnya masyarakat di daerah lain, kayaknya tidak ada lagi pembagian dana Jadup. Saya dulu masih ingat pernyataan para pejabat bahwa Jadup akan diberikan mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Desember 2005. Nyatanya, yang diberikan cuma lima kali. Apakah janji itu tidak bisa direalisasikan, lalu dimana kendalanya sekarang? Mursyidah Barak Kajhu, Baitussalam Aceh Besar
J:
Menurut Kepala Dinas Sosial NAD Haniff Asmara yang ditanyai Ceureumén pekan lalu, Pemerintah Daerah (pemda) NAD kini mengalami kesulitan membagi kan dana jatah hidup. Persoalannya, katanya, Pemda tidak punya dana. Menurutnya, dana dari pusat yang pernah dijanjikan untuk Jadup, tidak kunjung ditransfer. Jika pusat sudah mentransfer dananya, ia mengaku akan segera membaginya kepada pengungsi yang berhak mendapatkan.
■ NANI AFRIDA
Kuntoro tersenyum melihat para jurnalis, sesaat setelah tiba di Aceh. Hingga saat ini BRR masih membutuhkan 1500 sampai 2000 personil untuk melaksanakan rehabilitasi dan rekontruksi
Rencana BRR Rekrut 2.000 Staf Baru
Istilah Pemerintahan Sendiri
T:
Kita sering mendengar dengan istilah pemerintahan sendiri. Katanya dalam draf Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Aceh (RUU-PA) yang diajukan kepada Mentri Dalam Negeri beberapa waktu lalu juga ada istilah pemerintahan sendiri. Apakah ini berarti Aceh akan setengah merdeka? Faisal Uteun Bayi Aceh Utara
Menurut draf argumen yang kini telah disiapkan oleh Tim Pengawal RUU-PA dari DPRD NAD dan Pemda, istilah pemerintahan sendiri artinya mengurus secara mandiri kewenangan yang telah diakui sebagai kewenangan Aceh. Jadi, tidak dimaksudkan sebagai upaya memisahkan dari NKRI. Menurut draf tersebut, istilah pemerintahan sendiri telah lama dikenal dalam rangka pelaksanaan desentralisasi di Indonesia. Istilah ini telah dipakai sejak tahun 1903.
J:
Rekening Barak Gratis
T:
Kami sedikit resah karena mendengar bahwa rekening nbarak untuk tahun ini harus dibayar sendiri, apa benar seperti itu? Kalau tahun kemarin kami membaca di koran bahwa Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) telah melunasi seluruh tagihan rekening barak yang berjumlah miliaran rupiah. Tapi, bagaimana dengan tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya? Soalnya, kami akan terus tinggal di barak sepanjang rumah belum dibuat. Dina Uhya Barak Lampeuneurut Aceh Besar
J:
Menurut Manajer PT PLN Wilayah I NAD Syarifuddin Ibrahim, rekening barak tahun ini pun akan gratis. Juga direncanakan gratis untuk tahun-tahun berikutnya. Pemerintah melalui BRR akan menutupi semua rekening barak pengungsi. Anda bisa mengirimkan pertanyaan apa pun yang ingin Anda ke-tahui, terutama mengenai masalah rekonstruksi dan rehabilitasi. Redaksi akan mencarikan jawaban untuk pertanyaan Anda. Kirimkan ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001 atau email
[email protected] dengan mencantumkan “Rubrik Tanya Jawab”
Hati-Hati Tergelincir Kolusi! Jika sekarang BRR merekrut enam direktur baru, maka negara harus mengalokasikan Rp 2.520.000.000 per tahun. Ini bila mengacu pada gaji dalam DIPA BRR tahun 2005, tunjangan pokok untuk direktur sebesar Rp 35 juta. AKHIRUDDIN
Wardhie Isma Banda Aceh
[email protected]
R
ENCANANYA dalam waktu dekat Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias akan merekrut 2.000 staf baru. Sebuah angka yang luar biasa, tapi dipertanyakan persentase staf lokal yang diterima. Awas, tergelincir kolusi! Deputi Komunikasi dan Hubungan Kelembagaan BRR Sudirman Said mengatakan, jumlah karyawan BRR saat ini ada 271 orang. Jumlah ini tidak sebanding dengan 1.773 proyek yang ditangani lembaganya. Bukan itu saja dalihnya, dengan mandat dan tanggung jawab sebesar itu, BRR masih sangat kekurangan staf. Jumlah itu sangat kurus sekali. “Kami akan menambah jumlah karyawan,” kata Sudirman Said dalam temu wartawan di d’Rodya Café Banda Aceh, Rabu (22/2) silam. Kalah dengan LSM Untuk memperkuat argumen-
nya, Sudirman membandingkan jumlah karyawan BRR dengan sejumlah NGO dan lembaga lain. “Sekarang ini jumlah karyawan BRR sangat kurus,” ujar dia. Menurutnya, Oxfam yang mengelola dana sebesar 27 juta dollar Amerika mempunyai 800 karyawan, Save the Children 700 karyawan (mengelola 65 juta USD), Care International 700 orang (100 juta USD), Bank Dunia punya 277 karyawan (600 juta USD), dan Bappenas 839 kar yawan (220 miliar). Tak transparan Rencana rekrut 2.000 karyawan seketika menuai kritik. Sejumlah komponen sipil di Aceh tak menentang, tapi mereka menilai tidak relevan. Apalagi penambahan staf itu bisa membuat bengkaknya anggaran dan penambahan biaya gaji rutin. Kecurigaan Akhiruddin Mahyuddin, Koordinator Gerakan Anti-Korupsi (GeRAK) itu beralasan. Pasalnya, sampai hari ini mekanisme rekrutmen di BRR
belum jelas. “Iklan penerimaan di media mana dipublikasikan. Kalau di media nasional, katakanlah Kompas, apakah orang di Nagan Raya dan Geumpang bisa tahu ada rekrutmen di BRR,” tanyanya. Pemborosan anggaran Dari sisi lain, dia melihat, jika menghitung jumlah alokasi untuk plot rekrutmen yang mencapai 1.500 hingga 2.000 orang maka dibutuhkan dana miliaran rupiah setiap bulannya untuk pembayaran gaji. Lalu, kata Akhiruddin, jika sekarang BRR merekrut enam direktur baru, maka negara harus mengalokasikan Rp 2.520.000.000 per tahun. Ini bila mengacu pada gaji dalam DIPA BRR tahun 2005, tunjangan pokok untuk direktur sebesar Rp 35 juta. Sedangkan untuk 56 manajer Rp 16.800.000.000. Sementara untuk 1.938 staf maka negara harus menyediakan dana sebesar Rp 104.625.000.000 (asumsi ini memakai tunjangan staf dengan besaran gaji Rp 4.500.000–red.) ■
■ REDAKSI CEUREUMeN ■ Pemimpin Redaksi: Sim Kok Eng Amy ■ Sekretaris Redaksi: Siti Rahmah ■ Redaktur: Nani Afrida ■ Wartawan: Wardhie Isma, Muhammad Azami ■ Koordinator Artistik: Mahdi Abdullah ■ Fotografer: Hotli Simanjuntak ■ Dengan kontribusi wartawan lepas di Aceh ■ Alamat: PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected] ■ Percetakan dan distribusi oleh Serambi Indonesia. CEUREUMeN merupakan media dwi-mingguan yang didanai dan dikeluarkan oleh Decentralization Support Facility (DSF atau Fasilitas Pendukung Desentralisasi). DSF merupakan inisiatif multi-donor yang dirancang untuk mendukung kebijakan desentralisasi pemerintah dengan meningkatkan keselarasan dan efektifitas dukungan dari para donor pada setiap tingkatan pemerintahan. Misi dari CEUREUMeN adalah untuk memberikan informasi di Aceh tentang rekonstruksi dan berita yang bersifat kemanusiaan. Selain itu CEUREUMeN diharap bisa memfasilitasi informasi antara komunitas negara donor atau LSM dengan masyarakat lokal.
FOKUS
CEUREUMeN
3
Firman Hadi Banda Aceh
[email protected]
S
HINTA (20), mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Banda Aceh mengaku hanya bisa pasrah. Saat ini dia harus menghemat seluruh pengeluarannya. Betapa tidak, tsunami yang “menyerang” Aceh, teryata juga membawa inflasi. Makanya tak heran jika biaya hidup di kota Banda Aceh tergolong cukup tinggi. Imbas yang cukup terasa tentu saja dialami mahasiswa yang indekos di ibu kota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. “Biaya hidup dan kuliah saat ini memang sudah mahal, ditambah lagi harga kamar kos juga naik tinggi, sementara penghasilan orang di kampung pas-pasan,” ujar Shinta yang berasal dari Aceh Utara ini. Akhirnya Shinta mendapati sebuah kamar kos di komplek Riana di Jl Utama, Rukoh Banda Aceh, dengan harga Rp 1.600.000 setahun per kamar. Harga yang cukup mahal karena Ssebelumnya harga kamar kos di Banda Aceh rata-rata berkisar antara Rp 600.000 sampai 1.400.000 per tahun. Tidur di LSM Nasib Shinta sedikit lebih beruntung dari Rusliadi (20). Mahasiswa asal Lhoong, Aceh Besar ini mengaku tidak pernah mampu menyewa sebuah kamar kos dengan harga sekarang. Apalagi saat ini dia tinggal sebatang kara di bumi ini. Tidak ada lagi yang membiayainya untuk kuliah. Ayah dan ibu beserta adik kakaknya sudah tewas saat musibah tsunami. Saat ini Rusliadi menumpang hidup –untuk sementara— di Kantor Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal di Kelurahan Prada Banda Aceh. Ikuti harga pasar Sementara itu Bustami S.Hut, pemilik kos-kosan di komplek Riana tersebut yang mempunyai 24 kamar mengatakan, naiknya harga kamar-kamar kos-kosan yang cuk-
■ FIRMAN HADI
Beberapa anak kos sedang duduk di depan kamar kos mereka. Terkadang satu kamar ditempati beberapa anak kos untuk menghemat akibat harga yang mahal.
Beginilah Nasib Anak Kos up tinggi, sampai mencapai 200% diakibatkan oleh pengaruh pasar. Apalagi banyaknya orang-orang asing yang mematok standar harga tinggi untuk sewa rumah.
Adi melihat adanya sifat materialistis akibat pengaruh hadirnya bule-bule pekerja LSM yang berkantong tebal. “Mereka pikir keadaan kami sama dengan para orang-orang LSM itu. ADI
Akibatnya, warga lain yang mempunyai kamar buat disewa ikut-ikutan latah menaikkan harga dengan cukup tinggi. Bustami juga menambahkan saat ini belum ada aturan khusus dari pemerintah atau standar harga sewa kamar kos untuk mahasiswa yang sedang menuntut ilmu. Menurut Bustami, harga kamar kos di tempatnya sudah tergolong paling murah. Dia hanya menaikkan Rp 200 ribu dari harga sebelumnya Rp 1.400.000 per kamar untuk satu tahun. Lagian kamar berukuran 3x4 meter itu “boleh” diisi tiga orang. Uang dari sewa kamar tersebut, kata Bustami dipakai buat kebutuhan hidup di-
Harga-Harga yang Mencekik Leher
Asrama Tetap Belum Cukup Firman Hadi Banda Aceh
[email protected]
P
Dalam konteks yang lain. Azhar melihat ini semua bukan disengaja. Akan tetapi efek dari sebuah bencana besar. Untuk itu dia menghimbau kepada seluruh mahasiswa untuk mensyukuri sudah diberi keselamatan dan menerima dengan ikhlas semua musibah.
EMBANTU Rektor III, Bidang Kemahasiswaan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Drs. Azhar Puteh Msi mengatakan pascatsunami beban yang ditanggung mahasiswa amat besar. Sehingga pihak Unsyiah, mencoba untuk mengurangi beban mahasiswa dengan menambah pembangunan dua unit gedung asrama baru. Pun demikian tetap tak mampu menampung 23 ribu mahasiswa Unsyiah. Lalu bagaimana dengan 6.000 mahasiswa IAIN Ar-Raniry dan ribuan mahasiswa Perguruan Ting■ FIRMAN HADI gi Swasta (PTS) lainya di Banda Harga sewa kamar yang mencekik membuat kehidupan Aceh? Mereka tentu akan bernasib mahasiswa dan pelajar semakin sulit. Belum ada solusi untuk itu. sama. C M Y K
rinya beserta keluarga. Sisanya disisihkan sebagai modal usaha menjadi kontrator kecil-kecilan. Tak punya nurani? Tak semua orang bisa menerima realita ini. Adi misalnya. Mahasiswa semester IX Fakultas Pertanian Unsyiah malah menunding penduduk kota Banda Aceh yang punya kos-kosan tak memiliki hati Nurani. Adi melihat adanya sifat materialistis akibat pengaruh hadirnya bule-bule pekerja LSM yang berkantong tebal. “Mereka pikir keadaan kami sama dengan para orang-orang LSM itu,” kata Adi. Beginilah nasib jadi anak kos...
Firman Hadi Banda Aceh
[email protected]
C
ARI kos murah? Jangan harap di saat seperti ini. Harga sewa kamar melonjak hingga 200 persen dibanding harga sebelumnya. Berikut rincian harga yang ditemukan berdasarkan survey tim Ceureumén :
HARGA KAMAR KOS (Ukuran 2x3 meter sampai 4x3 meter) ◆ ◆ ◆ ◆ ◆ ◆
Kelurahan Kampung Laksana Kampung Kramat
Rp 1,5 juta s/d Rp 3 juta Rp 1,5 juta s/d Rp 3 juta
Kuta Alam Lampriek Prada/Lingke Darussalam
Rp Rp Rp Rp
1,4 2 1,4 1,2
juta juta juta juta
s/d s/d s/d s/d
Rp Rp Rp Rp
3 3 3 3
juta juta juta juta
CERITA SAMP
CEUREUMeN
Rumah dan Problematikan
Puisi dari Lamno Dari hati yang gulana Kupotong menit-menit Kusimpul khayal dari kejauhan Menyusuri daerah hilang Ketika tak ada lagi biduk-biduk Bagai tak kompromi Terbang menuju kedukaan Menjumpai ibuku, aku terbuang Pada cahaya mengembang Sembari menuntut cinta Digenggam orang-orang suci Di kampug surga nan bijak tanpa jarak Dalam hening malam Ku menyembut nama-MU Menatap gelapan langit
Dengan tetes air hujan Aku butuh banyak berkah Wewangian bidadari surga Yang memahami bahasa para malaikat Berhati suci, bertubuh lembut Berselimut semangat Aku pemburu lincah Yang merindui kerinduaan-MU Wujudkan impian di kota damai Terhembus wajab berseri Nyanyian suci sang umat Satu dalam cinta abadi M Khali Siswi Kelas III SMP Neg 3 Jaya Lamno Aceh Jaya
Rasakan airmata melarut
Demokrasi Pedesaan Memasuki masa tujuh bulan pasca-penandatangan MoU Perdamaian antara RI-GAM, banyak sekali manfaat yang dirasakan oleh masyarakat Aceh pada khususnya. Walaupun perjanjian damai itu mendapat tanggapan pro dan kontra dari seluruh rakyat Indonesia, tetapi rakyat Aceh telah merasakan nikmatnya kata damai selama 6 bulan berjalan. Salah satu manfaat yang dirasakan yaitu terwujudnya demokrasi di perdesaan, salah satunya melalui pemilihan Kepala Desa (geusyik). Ini bukan berarti menyingkirkan jasajasa mantan kepala desa terdahulu. Ucapan terima kasih yang sangat besar patut kita ucapkan kepada kepala desa yang telah dengan gagah berani melewti masa-masa konflik walaupun dibawah todongan senjata. Bahkan ada kepada desa yang dibal-bal babak belur sehingga harus menjalani perawatan intensif dikarenakan membela warganya yang tidak bersalah. Dan ada juga kepala desa yang harus menghembuskan nafas terakhirnya di ujung timah panas. Pilkades merupakan wujud demokrasi rakyat perdesaan yang telah terwujud pasca-perdamaian RI-GAM. Dan kita semua mengharapkan perdamaian ini menjadi perdamaian abadi demi membangun Aceh kembali pasca bencana dan konflik berkepanjangan. Untuk proses demokrasi secara konfrehensif di Nanggroe Aceh Darussalam hanya akan terwujud pada saat Pilkada Gubernur dan Bupati/Walikota yang direncanakan 2006 ini. Kita berharap hajat tersebut dapat terlaksana dengan lancar dan independen. T Isa Rahmadi, SP FKI Kabupaten Bireuen
Dua orang pekerja sedang mengangkat bahan dindin rumah yang akan dibangun bagi pengungsi, di Desa Neuhen, Aceh B sebuah NGO di desa Neheun, Aceh Besar (foto kanan).
Tim Ceureumén Banda Aceh
S
ATU semester lalu hati warga Weu Raya, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar berbunga-bunga. Pasalnya mereka mendapat kabar akan dibangun 200 unit rumah oleh Mercy Malaysia. Rumah tipe 50 itu punya dua kamar plus ruang tamu dan teras. Belakangan mereka kecewa. Rumah yang dibangun donor negeri jiran itu tak selesai. Karena warga harus menambah beban untuk membuat dapur, sumur, kamar mandi dan wc sendiri. Belum lagi bahan konstruksinya yang kurang bagus. Lukman, warga desa di sana mengaku mengalami pengalaman tak sedap itu. Mereka merasa dibodohi dan dikibuli. “Termasuk BRR,” kata dia kepada Ceureumén . Pasalnya, tidak sedi-
Becak Bantuan Salah Sasaran Kami para tukang becak hingga saat ini masih menyewa becak milik orang lain. Padahal kami ini korban tsunami yang berhak mendapatkan becak bantuan. Yang membuat kami sedih, yang dapat becak bantuan justru yang bukan korban tsunami. Lebih ironis lagi kami menyewa dari mereka. Seharusnya pihak donor atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) melakukan penyelidikan dahulu sebelum menyerahkan becak bantuan. Apalagi selama ini banyak bantuan becak yang salah sasaran. Jangan sampai gigit jari. NN Tukang Becak Lampaseh
Buat Anda yang ingin menyampaikan Suara Rakyat kecil berupa ide, saran, dan kritik tentang rekonstruksi bisa melalui surat ke Tabloid CEUREUMéN PO Box 061 Banda Aceh 23001 email:
[email protected]
kit yang mengumbar janji setelah itu ujung-ujungnya wanprestasi. Pria berusia 50 tahun mengaku sangat kecewa. Lantas masalahnya menjadi rumit saat Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh Nias datang. Satu bulan lalu, mereka memberi bantuan 54 unit rumah, tipe 36 kepada masyarakat yang selama ini belum tersentuh bantuan rumah. Cemburu Akibatnya masyarakat merasa cemburu dengan perbedaan bantuan yang mereka dapatkan. “Kami menerima rumah ini karena terpaksa, ya daripada tinggal di tenda, kan lebih baik kami terima saja,” tuturnya. Lantas, warga Weu Raya berharap agar Mercy menindaklanjuti masalah itu. Jika tidak, sebut Lukman lebih baik mereka “angkat kaki” atau lembaga yang berkompeten menarik izinnya. Kalau bukan begitu, tambah
dia masih banyak NGO lain yang hendak memberi bantuan rumah, namun terhalangi karena daerah tersebut sudah dikapling oleh lembaga yang dimaksud. “Kalau tidak, bisa lebih lama lagi di tenda,” ujar dia. Banyak persoalan Pihak Mercy Malaysia yang dihubungi Ceureumén via telepon selular mengakui mereka memang punya bantuan di kawasan yang dimaksud. Mereka mengaku sudah menerima keluhan warga, namun tidak ada solusinya. “Hanya sebesar itu kemampuan kami,” kata Saiful dalam logat Malaysia yang kental. Itulah contoh kecil dari banyaknya persoalan di lapangan ketika bantuan diimplementasikan. Meski BRR melalui Tim Penyelesaian Perselisihan yang bernaung dibawah Deputi Monitoring, Evaluasi dan Penyelesaianya Perselisihan belum menerima laporan. ■
Tidak Sesuai dengan Janji Nani Afrida Calang Aceh Jaya
[email protected]
N
INING (31) bekerja sebagai penjual nasi pascatsunami. Semua hasilnya dikumpulkan untuk membiayai sekolah adik semata wayangnya. Sehingga dia lebih konsen berjualan. Tsunami telah menghancurkan rumah milik Nining. Bahkan juga mengambil korban jiwa orang tuanya. Dan kini dia bercitacita cukup sederhana. “Saya ingin adik saya tetap kuliah, jadi ya mencari uang,” Nining tinggal di Desa Blang Dalam Kecamatan Sampoinit
Aceh Jaya. Tak jauh dari warungnya, ada puluhan rumah sudah terbangun. Rumah bantuan untuknya kah? “Iya, tapi hingga saat ini kami belum tinggal di sana,” kata Nining kepada Ceureumén. Tidak sesuai janji Alasan Nining, dirinya dan penduduk masih mempertanyakan rumah yang dibangun Lembaga Swadaya Masyarakat, Habitat in Humaniterian International melalui kontraktor. “Katanya rumah yang dibangun ada kamar mandi, teras dan dapur. Ini tidak ada. Lagipula kayunya juga tidak bagus,” katanya. Ukuran rumah jadi masalah.
rencananya dibuat tipe 45, namun menjadi tipe 36. Pernah masyarakat komplain kepada pembuat rumah alias kontraktor yang mengerjakan rumah. “Kalau kami bertanya, pembuatan rumah kami langsung dihentikan dan yang dibuat rumah orang lain,” kata Nining jengkel. Sehingga sekarang yang dilakukan warga Blang Dalam hanyalah menunggu kejelasan rumah tersebut. “Kami masih bisa tinggal di pondok, kalau warga setuju ambil ya kita ambil. Kalau tidak, ya kita nurut. Semua musyawarah,” kata Nining lagi. ■
CERITA SAMPUL
Rumah dan Problematikanya
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Dua orang pekerja sedang mengangkat bahan dindin rumah yang akan dibangun bagi pengungsi, di Desa Neuhen, Aceh Besar (foto kiri), dan para pekerja sedang memasang rangka rumah knock down yang dibangun oleh sebuah NGO di desa Neheun, Aceh Besar (foto kanan).
Tim Ceureumén Banda Aceh
S
ATU semester lalu hati warga Weu Raya, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar berbunga-bunga. Pasalnya mereka mendapat kabar akan dibangun 200 unit rumah oleh Mercy Malaysia. Rumah tipe 50 itu punya dua kamar plus ruang tamu dan teras. Belakangan mereka kecewa. Rumah yang dibangun donor negeri jiran itu tak selesai. Karena warga harus menambah beban untuk membuat dapur, sumur, kamar mandi dan wc sendiri. Belum lagi bahan konstruksinya yang kurang bagus. Lukman, warga desa di sana mengaku mengalami pengalaman tak sedap itu. Mereka merasa dibodohi dan dikibuli. “Termasuk BRR,” kata dia kepada Ceureumén . Pasalnya, tidak sedi-
kit yang mengumbar janji setelah itu ujung-ujungnya wanprestasi. Pria berusia 50 tahun mengaku sangat kecewa. Lantas masalahnya menjadi rumit saat Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh Nias datang. Satu bulan lalu, mereka memberi bantuan 54 unit rumah, tipe 36 kepada masyarakat yang selama ini belum tersentuh bantuan rumah. Cemburu Akibatnya masyarakat merasa cemburu dengan perbedaan bantuan yang mereka dapatkan. “Kami menerima rumah ini karena terpaksa, ya daripada tinggal di tenda, kan lebih baik kami terima saja,” tuturnya. Lantas, warga Weu Raya berharap agar Mercy menindaklanjuti masalah itu. Jika tidak, sebut Lukman lebih baik mereka “angkat kaki” atau lembaga yang berkompeten menarik izinnya. Kalau bukan begitu, tambah
dia masih banyak NGO lain yang hendak memberi bantuan rumah, namun terhalangi karena daerah tersebut sudah dikapling oleh lembaga yang dimaksud. “Kalau tidak, bisa lebih lama lagi di tenda,” ujar dia. Banyak persoalan Pihak Mercy Malaysia yang dihubungi Ceureumén via telepon selular mengakui mereka memang punya bantuan di kawasan yang dimaksud. Mereka mengaku sudah menerima keluhan warga, namun tidak ada solusinya. “Hanya sebesar itu kemampuan kami,” kata Saiful dalam logat Malaysia yang kental. Itulah contoh kecil dari banyaknya persoalan di lapangan ketika bantuan diimplementasikan. Meski BRR melalui Tim Penyelesaian Perselisihan yang bernaung dibawah Deputi Monitoring, Evaluasi dan Penyelesaianya Perselisihan belum menerima laporan. ■
Tidak Sesuai dengan Janji Nani Afrida Calang Aceh Jaya
[email protected]
N
INING (31) bekerja sebagai penjual nasi pascatsunami. Semua hasilnya dikumpulkan untuk membiayai sekolah adik semata wayangnya. Sehingga dia lebih konsen berjualan. Tsunami telah menghancurkan rumah milik Nining. Bahkan juga mengambil korban jiwa orang tuanya. Dan kini dia bercitacita cukup sederhana. “Saya ingin adik saya tetap kuliah, jadi ya mencari uang,” Nining tinggal di Desa Blang Dalam Kecamatan Sampoinit
Aceh Jaya. Tak jauh dari warungnya, ada puluhan rumah sudah terbangun. Rumah bantuan untuknya kah? “Iya, tapi hingga saat ini kami belum tinggal di sana,” kata Nining kepada Ceureumén. Tidak sesuai janji Alasan Nining, dirinya dan penduduk masih mempertanyakan rumah yang dibangun Lembaga Swadaya Masyarakat, Habitat in Humaniterian International melalui kontraktor. “Katanya rumah yang dibangun ada kamar mandi, teras dan dapur. Ini tidak ada. Lagipula kayunya juga tidak bagus,” katanya. Ukuran rumah jadi masalah.
rencananya dibuat tipe 45, namun menjadi tipe 36. Pernah masyarakat komplain kepada pembuat rumah alias kontraktor yang mengerjakan rumah. “Kalau kami bertanya, pembuatan rumah kami langsung dihentikan dan yang dibuat rumah orang lain,” kata Nining jengkel. Sehingga sekarang yang dilakukan warga Blang Dalam hanyalah menunggu kejelasan rumah tersebut. “Kami masih bisa tinggal di pondok, kalau warga setuju ambil ya kita ambil. Kalau tidak, ya kita nurut. Semua musyawarah,” kata Nining lagi. ■
BRR belum Terima Laporan Wardhie Isma Banda Aceh
[email protected]
D
I sejumlah lokasi kita menemui tidak sedikit warga yang enggan menempati rumah bantuan. Sayangnya, belum ada solusi mekanisasi mengatasi masalah ini. Bagaimana dengan Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh Nias? Ternyata lembaga ini sudah membentuk tim khusus untuk menetralisir kasus serupa. Tim ini diberi nama Tim Penyelesaian Perselisihan. Tim yang diketuai Teuku Kamaruzzaman, mantan juru runding Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ini berada dibawah kendali Deputi Monitoring, Evaluasi dan Penyelesaianya Perselisihan. Belum punya data Sayangnya hingga kini tim ini mengaku belum mendapat data berapa banyak warga korban tsunami yang menolak bantuan rumah. “Sampai sekarang belum ada data warga yang menolak bantuan,” kata pria yang akrab disapa Ampon Man ini. Pun demikian BRR tak menutup mata, apalagi masyarakat tidak memberi laporannya. “Tetapi jika dilaporkan ada kasus seperti itu, kita siap menindaklanjuti laporan itu,” ujar dia. Tim ini pun nampaknya bukan lembaga intelijen, yang men-
cari-cari mengendus beraneka informasi. Sebab seperti kata Ampon Man bagi pihaknya apa yang sampai ke mejanya, masalah itu yang diselesaikan segera. “Tapi sejauh ini, belum sampai ke sana melihatnya.” Tidak tolak rumah Lantas bagaimana dengan warga yang menolak rumah? “Sampai sekarang kasus ini tidak sampai ke BRR, jadi laporan detail kita tidak dapat, tanpa laporan yang lebih detail, sulit mengambil langkah-langkah konkret,” ungkap Ampon Man. Oleh sebab itu, pihaknya mengharap agar masyarakat korban tsunami, kontraktor, atau LSM Asing yang bermasalah satu sama lain bisa memberi laporan kepada pihaknya. “Jadi bukan hanya yang terkait dengan KKN saja.” Laporan yang akurat dan bisa dipertanggungjawabkan akan segera dipelajari.”Insya Allah kita akan segera menengahi kasus-kasus seperti itu dengan baik,” pinta dia. Begitulah. Kenyataan di lapangan ada warga yang menolak bantuan rumah dengan alasan tak sesuai dengan yang dijanjikan. BRR tidak tahu, eh malah mereka juga belum menerima laporannya. Seharusnya ini menjadi tugas mereka. Kalau begitu ceritanya bak kata pepatah Arab yang artinya kira-kira,” terasa ada terkata tidak.” Entahlah. ■
CERITA SAMPUL
CEUREUMeN
dan Problematikanya
Ditolak Karena Mutu dan KKN Muhammad Azami Banda Aceh/Pidie
[email protected]
D
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Neuhen, Aceh Besar (foto kiri), dan para pekerja sedang memasang rangka rumah knock down yang dibangun oleh
BRR belum Terima Laporan Wardhie Isma Banda Aceh
[email protected]
D
I sejumlah lokasi kita menemui tidak sedikit warga yang enggan menempati rumah bantuan. Sayangnya, belum ada solusi mekanisasi mengatasi masalah ini. Bagaimana dengan Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh Nias? Ternyata lembaga ini sudah membentuk tim khusus untuk menetralisir kasus serupa. Tim ini diberi nama Tim Penyelesaian Perselisihan. Tim yang diketuai Teuku Kamaruzzaman, mantan juru runding Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ini berada dibawah kendali Deputi Monitoring, Evaluasi dan Penyelesaianya Perselisihan. Belum punya data Sayangnya hingga kini tim ini mengaku belum mendapat data berapa banyak warga korban tsunami yang menolak bantuan rumah. “Sampai sekarang belum ada data warga yang menolak bantuan,” kata pria yang akrab disapa Ampon Man ini. Pun demikian BRR tak menutup mata, apalagi masyarakat tidak memberi laporannya. “Tetapi jika dilaporkan ada kasus seperti itu, kita siap menindaklanjuti laporan itu,” ujar dia. Tim ini pun nampaknya bukan lembaga intelijen, yang men-
cari-cari mengendus beraneka informasi. Sebab seperti kata Ampon Man bagi pihaknya apa yang sampai ke mejanya, masalah itu yang diselesaikan segera. “Tapi sejauh ini, belum sampai ke sana melihatnya.” Tidak tolak rumah Lantas bagaimana dengan warga yang menolak rumah? “Sampai sekarang kasus ini tidak sampai ke BRR, jadi laporan detail kita tidak dapat, tanpa laporan yang lebih detail, sulit mengambil langkah-langkah konkret,” ungkap Ampon Man. Oleh sebab itu, pihaknya mengharap agar masyarakat korban tsunami, kontraktor, atau LSM Asing yang bermasalah satu sama lain bisa memberi laporan kepada pihaknya. “Jadi bukan hanya yang terkait dengan KKN saja.” Laporan yang akurat dan bisa dipertanggungjawabkan akan segera dipelajari.”Insya Allah kita akan segera menengahi kasus-kasus seperti itu dengan baik,” pinta dia. Begitulah. Kenyataan di lapangan ada warga yang menolak bantuan rumah dengan alasan tak sesuai dengan yang dijanjikan. BRR tidak tahu, eh malah mereka juga belum menerima laporannya. Seharusnya ini menjadi tugas mereka. Kalau begitu ceritanya bak kata pepatah Arab yang artinya kira-kira,” terasa ada terkata tidak.” Entahlah. ■
5
ESA Bradeh dan Kule merupakan dua tetangga di Kecamatan Batee, Pidie. Desa yang terletak di pinggir laut ini ikut dihantam gelombang tsuami pada Desember 2004 lalu. Karena seratusan rumah hancur yang berakibat warga terpaksa menempati barak. LSM Serasih akhirnya mau membantu warga dengan membangun rumah. Mereka membangun rumah sebanyak 800 unit di Desa Bradeh dan 75 unit lagi di Desa Kuli. Pembangunan pun sudah selesai sejak hari Raya Idul Adha yang lalu. Namun, warga tetap saja mengeluh. Mereka merasa kualitas rumah yang dibangun amat rendah. Sebagian rumah kayunya sudah bengkok-bengkok. Tidak adil Sudah kualitasnya kurang sesuai harapan, pembagian jatah rumah pun tidak adil. Di Desa Pasi Bradeh, Pak Keuchik malah dituding ikut kebagian tiga rumah. Ada juga warga lain yang mendapatkan rumah hingga dua unit, padahal hanya untuk satu keluarga. “GeRAK mensinyalir ada nuansa KKN dalam pembangunannya,” kata Syafrizal, seorang staf GeRAK. Dirusak warga Akibatnya, beberapa rumah di rusak
oleh warga. Menurut GeRAK, hingga kini belum ada satu pun rumah yang ditempati di Desa Pasi Bradeh ini. Sedangkan di Desa Kuli juga belum dihuni semuanya. “Selain karena pembangunan terindikasi KKN, juga ada persoalan tanah, yang berakibat sebagian warga enggan menempati,” kata Syafrizal. Bukan cuma itu. Ongkos tukang pun ikut dipotong oleh desa. Biaya pembuatan satu unit rumah adalah Rp 4 juta. “Tukang mengaku biayanya kecil sekali, tapi bagaimana lagi, mereka membutuhkan uang. Tapi, malah dipotong lagi sekitar 300.000 per unit rumah,” tambahnya, yang mengutip pengakuan para tukang. Akan tetapi, Penanggung Jawab Pembangunan Rumah LSM Serasih, Sigit Irawan, membantah kualitas rumah jelek. Menurutnya, rumah yang dibangun sesuai dengan standar. Bahwa ada Keuchik yang mendapatkan hingga tiga rumah seperti yang dituding warga, menurutnya, itu sudah diserahkan kepada aparat kepolisian. “Rumah yang kita bangun sesuai standar. Hanya tidak kita cat. Kalau soal Pak Keuchik dapat tiga rumah, itu kita serahkan kepada aparat kepolisian. Jika ada indikasi penyimpangan, semua kita serahkan kepada aparatpenegak hukum” katanya kepada Ceureumén. ■
Sudah kualitasnya kurang sesuai harapan, pembagian jatah rumah pun tidak adil. Di Desa Pasi Bradeh, Pak Keuchik malah dituding ikut kebagian tiga rumah. Ada juga warga lain yang mendapatkan rumah hingga dua unit, padahal hanya untuk satu keluarga.
Disinyalir ada nuansa KKN dalam pembangunannya.
■ ISTIMEWA
Selain karena pembangunan terindikasi KKN, juga ada persoalan tanah, yang berakibat sebagian warga enggan menempati. SYAFRIZAL
6
CEUREUMeN
KESEHATAN
CEK BANUN
Mengenali Penyakit Demam Berdarah Penyakit demam berdarah banyak menyebabkan kematian.Untuk dapat menghindari bahaya penyakit ini, Ceureumén menghadirkan info sehat tentang Demam Berdarah Penyebab ● Penyakit ini disebabkan oleh suatu virus yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. ● Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti. Ciri-ciri Dengue Klasik ● Penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari ● Nyeri-nyeri pada tulang diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit. ■
MAHDI ABDULLAH
Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) ● Gejalanya sama dengan dengue klasik ● Ditambah dengan perdarahan dari hidung, mulut, dubur dsb. Dengue Syok Sindrom Gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok pada bentuk ini sering terjadi kematian. ● Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi ●
Penganan sederhana yang mudah dibuah sudah pasti menjadi favorit keluarga. Tidak terkecuali yang satu ini. Novia Liza M Thaib akan memberi resep Bakwan-nya. Semoga Anda suka.
Bakwan
●
● ●
Bahan-Bahan : ● ¼ tepung terigu ● 1 gelas air ● 1 ons udang ● 1ons buncis ● 1 buah wortel ● 2 buah kentang ● 1 kilo minyak goreng ● Daun sop secukupnya
●
●
Cara membuatnya : ● Aduk tepung dengan air hingga mengental ● Giling semua bumbu menjadi satu lalu masukan kedalam adonan tepung ● Udang, buncis, wortel, kentang dan daun sop dipotong kecil-
Bumbu yang digiling : ● 5 siung bawang merah ● 3 siung bawang putih ● Merica 1/3 sendok teh ● Garam ● Ajinomoto secukupnya
kecil lalu masukan kedalam adonan Aduk hingga merata semua adonan yang telah dicampur Panaskan minyak makan Goreng adonan dengan menggunakan sendok atau cetakan bakwan yang telah dipanaskan Sajikan dengan saus tomat atau saus kecap Selamat mencoba
Bagi Anda yang memiliki resep unik yang bisa dimasak dengan mudah dan enak, bisa mengirim surat ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected]. Cantumkan alamat lengkap. Ceureumen akan mengunjungi Anda dan melihat Anda memasak. Disediakan bingkisan kecil untuk Anda.
Pengobatan Mengusahakan agar penderita banyak minum, bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infus. ● Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin, atau pemberian antipiretika ●
Pencegahan Hindari gigitan nyamuk ● Taburkan bubuk abate (bisa dibeli di apotik) pada bak mandi, selokan dan tempat penampungan air. ● Timbun barang yang tidak digunakan lagi sehingga menghindari air tergenang ● Semprotlah bagian-bagian rumah dan halaman yang merupakan tempat berkeliarannya nyamuk, dengan obat semprot nyamuk (yang banyak dijual di toko-toko) ●
TEKA TEKI SILANG CEUREUMÉN NO. 15 1
5
8
12
15
3
2
9
6
7
10
13
4
11
14
MENDATAR: 1. Terpelajar 5. Hewan berbulu duri 8. Perserikatan yang bertujuan memenuhi keperluan kebendaan para anggotanya dengan cara menjual barang kebutuhan dengan harga murah 12. Kedai 15. Cepat menerima tantangan, Peka MENURUN: 1. Lelah 2. Bilangan kosong 3. Koperasi Unit Desa 4. Alat Tulis Kantor 6. Ukuran Luas 7. Berkurang karena gesekan
9. Berdoa ( Latin ) 10. Lari ( Inggris ) 11. Sadar akan kekhilafan 12. Wanita Tuna Susila 13. Dibalik; Cahaya 14. Saluran air, Riol Jawaban TTS Ceureumén NO. 15 MENDATAR 1. Banderol, 5. Nus, 6. Mail, 7. Pubertas, 10. Gara, 12. Lab, 14. Radiator. MENURUN 1. Ban, 2. Nasib, 3. Ria, 4. Lulus, 6. Nur, 7. Pugar, 8. Era, 9. Telat, 11. Red, 13. BRR.
Dari sekian surat yang diterima redaksi hanya tiga yang kami anggap jawabannya benar. Pemenang TTS Ceureumén NO. 15: 1. Dahniar Neusu Jaya Banda Aceh 2. Lisa Elfira Pang-Pango No. 4 A Jeulingke Banda Aceh 3. Mahlil Krueng Neng. Desa Emperom Banda Aceh
KAMPUNGKU
CEUREUMeN
7
Selain mengandung gambut yang cukup dalam, air yang muncul dari tanah juga berwarna kehitaman. Hal ini termasuk menjadi kekhawatiran masyarakat.
■ IWAN
Hutan yang sudah dibuka, ada batas penebangan.
Pemukiman Baru Desa Suak Biduk Nani Afrida Aceh Barat
[email protected]
P
ENGUNGSI asal Desa Suak Biduk Kecamatan Arongan Lambalek Aceh Barat punya kesibukan baru sejak 3 bulan belakangan ini. Mereka ramai-ramai ke hutan gambut Cot Gajah Matee, 7 km dari pengung-
sian untuk menebas hutan. “Hutan ini akan menjadi areal pemukiman kami yang baru,” kata Hasnidar (21) salah seorang pengungsi kepada Ceureumén. Hutan gambut yang dibuka itu terletak di pinggir jalan Arongan Lambalek. Ada 3 kilometer hutan yang terbuka. Dan direncanakan akan menjadi pe-
Kendati membabat hutan gambut, para pengungsi mengaku pemerintah telah membuat batasan sejauh mana mereka bisa membabat hutan.
■ IWAN
Warga Desa Suak Biduk Kecamatan Arongan Lambalek sedang beristirahat setelah membuka hutan untuk tempat tinggal.
mukiman baru 6 desa yang ada di kecamatan Arongan Lambalek. Desa-desa itu antara lain Desa Suak Biduk, Desa Suak Ie Beso, Desa Pantee Mutia, Desa Suak Keumude, Desa Arongan, dan Desa Cot Kumbang. Semua wilayah desa-desa itu kini telah mengalami abrasi karena permukaannya turun pascatsunami 26 Desember 2004 lalu. Ada batasannya Setiap pagi Hasnidar berangkat ke hutan gambut dengan berjalan kaki bersama warga. Karena jarak pengungsian dengan hutan cukup jauh, mereka berangkat pagi-pagi setelah azan. Jalan yang menuju hutan tidak berkelok. Lurus. Namun jalan itu belum teraspal. Jaraknya tujuh kiloan dari pengungsian. Hasnidar dan warga desa Suak Biduk bekerja dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 17.00 sore. Mereka digaji Rp 35.000 oleh Catholic Relief Service (CRS), lembaga yang akan membuatkan rumah untuk para pengungsi ini. Kendati membabat hutan gambut, para pengungsi mengaku pemerintah telah membuat batasan sejauh mana mereka bisa membabat hutan. “Ada tandanya kok. Jadi tidak semua pohon ditebang. Ada batasannya,” kata Hasnidar lagi. Tandanya adalah garis merah. Hanya sampai situ para penduduk bisa menebang hutannya. Menetap sementara Rencananya bila pembersihan hutan selesai, warga akan membuat rumah sementara tak jauh dari lahan yang sudah dibuka. Mereka membuat pondok dari kayu yang diperoleh dari hutan. Bentuknya rumah panggung sederhana. “Kami sudah tidak tahan lagi hidup
di tenda. Sudah setahun lebih. Biar kami tinggal di sini,” kata Hasnidar sambil tersenyum. Kendati demikian, banyak juga warga yang memutuskan langsung tinggal di tepi hutan gambut. Untuk pulang pergi dengan jarak yang jauh menyebabkan mereka lelah. “Lebih baik kami tinggal disini, toh keluarga tidak punya lagi. Jadi tidak perlu memikirkan keluarga,” kata seorang warga pada Ceureumén Air kotor Menurut pengungsi, ada 109 rumah yang akan dibangun CRS di desa Suak Biduk. Dan para korban tsunami ini belum tahu pasti bagaimana bentuk rumah baru mereka.Apalagi karena tanah akan mengandung gambut sedalam 4 meter. “Kami akan berdiskusi dulu dengan masyarakat. Takutnya kalau dibangun pondasi bisa miring karena tanah gambut,” kata Zamzami (48) salah seorang tokoh masyarakat Suak Biduk serius. Selain mengandung gambut yang cukup dalam, air yang muncul dari tanah juga berwarna kehitaman. Hal ini termasuk menjadi kekhawatiran masyarakat. “Belum ada solusinya. Mungkin kalau sudah dibangun rumah akan ada jalan keluarnya,” kata Zamzami pula. Untuk sementara masyarakat begitu gembira dengan rencana pembangunan rumah mereka. Hingga saat ini 230 jiwa masyarakat Desa Suak Biduk jarang mendapatkan bantuan baik dana maupun sembako. “Kami sangat berharap bisa punya rumah sendiri. Di mana pun tak jadi soal asal jangan ditenda lagi,” kata Hasnidar lagi.■
DAMAI
CEUREUMeN
8
Teken Enam Bulan Lalu
Sosialisasi Setengah Tahun Kemudian Muhammad Azami Banda Aceh
[email protected]
S
ABTU (18/2) dua pekan lalu, sekitar 150 orang berkumpul di ruang Serbaguna Kantor Gubernur NAD. Sebagian pesertanya mewakili unsur GAM, sebagiannya lagi mahasiswa, akademisi, hingga unsur ulama. Mereka tekun menyimak ceramah yang disampaikan oleh Sofyan Djalil, Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia. Jurubicara GAM Bakhtiar Abdullah juga hadir, duduk di sebelah kiri Sofyan. Bahkan Bakhtiar ikut menjelaskan isi kesepahaman damai (MoU), seperti halnya Sofyan Djalil. Inilah kali pertama pihak GAM dan pemerintah melakukan sosialisasi isi MoU secara bersamasama. Narasumber maupun audiennya hadir pada tempat dan waktu yang sama pula. Sekitar 50an orang di antara pesertanya mewakili GAM. Sisanya dari berbagai unsur. Merekalah yang diharap pihak RI dan GAM nantinya untuk menjelaskan butir-butir MoU kepada masyarakat luas di seluruh Aceh. Dikritik terlambat Saling bergantian, Bakhtiar dan Sofyan menjawab sejumlah pertanyaan peserta. Sebagian pertanyaan mengenai tafsiran pasalpasal di MoU. Namun, banyak juga kritik yang datang. Utamanya menyangkut sosialisasi yang dinilai sudah sangat terlambat. “MoU sudah diteken enam bulan lalu, kok sosialisasi baru setengah tahun kemudian. Sepertinya menganggap remeh acara sosialisasi MoU ini,” komentar beberapa peserta. Padahal, menurut informasi, panitia sosialisasi bahkan sudah di SKkan sejak Azwar Abubakar masih menjabat Plt Gubernur NAD. Lalu, mengapa sosialisasi sangat terlambat? Pihak panitia tentu punya sejumlah argumen mengapa sosialisasi bersama ini baru dilakukan. Ketua Pembekalan Tim Sosialisasi Aceh Damai (TSAD) Teuku Pribadi mengatakan, tidak mudah untuk mengkoordinir GAM mulai dari puncak hingga ke bawahnya untuk melakukan sosialisasi secara bersamaan dengan pihak RI. “Pada bulan Oktober TSAD sebetulnya juga sudah pernah turun melakukan sosialisasi, tapi tidak melibatkan GAM,” katanya. Dijelaskan, pekan depan tim sosialisasi ini akan turun ke 21 kabupaten/kota di seluruh Aceh. Keuchik, Imum meunasah, ulama, bahkan camat akan menjadi audien mereka. Lalu, secara berjenjang para
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Ribuan warga Lhokseumawe sedang menonton konser damai yang diadakan di lapangan hirak beberapa waktu yang lalu
Francisco Fontan: MoU sudah diteken enam bulan lalu, kok sosialisasi baru setengah tahun kemudian. Sepertinya menganggap remeh acara sosialisasi MOU ini. KOMENTAR BEBERAPA PESERTA
keuchik atau imum meunasah akan menjelaskan lagi kepada warganya. Anggaran total untuk kebutuhan ini juga sudah disiapkan, yaitu sekitar Rp 3,6 miliar. Tafsir sering beda Meski sangat terlambat, peserta mengakui sosialisasi masih diperlukan.Sebab masih banyak penafsiran terhadap isi MoU di masyarakat. “Ada yang mengatakan bahwa dengan ada MoU ini Aceh akan merdeka, lamanya kira-kira sebatang rokok lagi,” kata seorang peserta. Katanya, mestinya kinilah saatnya bagi pemerintah untuk berpikir yang real, yaitu kesejahteraan dan pembangunan ekonomi. Yang lainnya mengatakan bahwa sebagian wilayah Sumatra Utara akan menjadi wilayah Aceh jika perbatasan Aceh merujuk pada 1 Juli 1956, sebagaimana di dalam MoU. Hal ini kemudian dibantah oleh Sofyan Djalil. ■
Kami Aktif Mendukung Damai
M
EMAKNAI perdamaian Aceh dengan mendukung secara finansial dan politik datang dari mana-mana. Misalnya saja dari Uni Eropa. Kepala Perwakilan Komisi Eropa di Aceh Francisco Fontan mengatakan, Komisi Eropa sudah terlibat aktif sejak lama dalam mendukung perdamaian di Aceh. “Kita sudah lama terlibat aktif untuk mendukung perdamaian, baik secara politik maupun finansial, jauh sebelum Nota Kesepahaman diteken pada 15 Agustus 2005,” katanya, yang ditemui Ceureumén di kantor Perwakilan Komisi Eropa, Banda Aceh, pekan lalu. Dukung perdamaian Dikatakan, kehadiran AMM (Aceh Monitoring Mission) di Aceh merupakan salah satu indikasi kuat bahwa pihaknya mendukung penuh perdamaian. Setelah MoU diteken, mereka juga membantu dana reintegrasi bagi mantan TNA dan mantan tahanan politik. “Melalui Lembaga internasional IOM, kita juga mendukung satu program bagi mantan TNA dan mantan Tapol. Melalui AMM kita terus memonitoring bagaimana
Kita sudah lama terlibat aktif untuk mendukung perdamaian, baik secara politik maupun finansial. FRANCISCO FONTAN
perkembangan yang terjadi dengan perdamaian ini, juga perkembangan pembahasan draf RUU-PPA yang sedang berjalan,” katanya. Dana perdamaian Berbicara soal bantuan keuangan, disebutkan ada sekitar USD 35 juta yang sudah dikomitmenkan oleh Uni Eropa membantu Aceh dan itu digunakan untuk berbagai kebutuhan, termasuk menyukseskan Pilkada di Aceh. “Kita komitmen untuk mendukung perdamaian ini. USD 10 juta untuk reintegrasi dan 25 jutanya lagi untuk bermacam-macam dukungan, seperti penguatan kapasitas terhadap polisi, untuk demokrasi, juga untuk mendukung Pilkada. Misalnya dengan melakukan penguatan terhadap KIP di tingkat provinsi,” katanya. ■
INFO DAMAI Pengadilan HAM ■
■ ■
Pemerintah dan Aceh Monitoring Mission (AMM) sedang merencanakan membentuk Pengadilan Hak dan Asasi Manusia (HAM) di Aceh Pengadilan ini hanya untuk kasus pelanggaran HAM setelah perjanjian damai Sebelum tanggal 15 Juni 2006 Pengadilan HAM ini sudah siap dibentuk