Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN EDISI III - 2014
2 SINAR BNN EDISI III - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
dariredaksi
Implementasi Deklarasi Politik dan Rencana Aksi
D
Pelindung DR. Anang Iskandar, SiK,SH,MH Penasehat Drs. Nicolaus Eko Riwayanto, PGD, MSc Drs. Sulistyono, M.Si
Dewan pengarah Yappi Wilem Manafe, SH Drs. V. Sambudiyono, MM dr. Diah Setia Utami SpKJ, MARS Drs. Deddy Fauzi Elhakim Charles Victor Sitorus Drs. Ahwil Luthan Dewan Redaksi Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si, Ir. Eswe Andrisias Tanpas, DR. Sulastiana, SIP, SH, M.Si, Adikta Suryaputra, SH. Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si Redaktur Pelaksana Eswe Andrisias Tanpas Redaktur DR. Sulastiana, SIP, SH, M.Si Adikta Suryaputra, SH Reporter Ari L, Vidya, Budi, FOTOGRAFER Iyan Fauzi Alamat Redaksi Gedung Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia Jl. MT. Haryono No. 11, Cawang, Jakarta Timur Telp. 021 - 80871556, 80871557 Fax. 021 - 80852525, 80871591, 80871592 Design Grafis/Layout tanpas design Percetakan CV. Viva Tanpas
Majalah SINAR bisa diunduh di: www.indonesiabergegas.com
alam Sidang CND di Wina, Austria, belum lama ini, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto memaparkan, Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia telah berupaya memerangi narkoba dari berbagai aspek. Indonesia telah berusaha keras mengimplementasikan Deklarasi Politik dan Rencana Aksi 2009 hingga saat ini. Lima tahun lalu, pemerintah telah meyakinkan pihak DPR untuk menelurkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika yang relevan dalam konteks penanganan masalah narkoba. Untuk mendukung UU ini, pemerintah menerbitkann peraturan turunan berupa peraturan tentang prekursor pada tahun 2010, dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2011 tentang wajib lapor bagi pecandu narkotika. UU No.35 Tahun 2009 telah mengatur bagaimana penanganan ideal antara pendekatan pengurangan pasokan dan permintaan narkoba secara seimbang. UU ini tergolong keras dan tegas terhadap bandar dan pengedar narkoba, sedangkan bagi pengguna narkoba, UU ini sangat humanis. Para pengguna diarahkan untuk rehabilitasi, sebagai hukuman alternatif. Memang Negara-Negara Anggota PBB telah berkomitmen untuk mengimplementasikan Deklarasi Politik dan Rencana Aksi secara efektif, strategi yang terintegrasi dan berimbang antara demant dan supply untuk menangani peredaran gelap obat/narkotika, pilar ketiga yang juga ditempatkan pada posisi yang sama dengan demant dan supply adalah kerja sama internasional khususnya penanganan tindak pidana pencucian uang dan kerjasama yudisial Untuk mewujudkan hal tersebut dilakukan dengan cara membangun kerjasama internasional yang tegas, bekerjasama dengan organisasi-organisasi regional dan internasional terkait, dengan bantuan lembaga keuangan internasional, bekerjasama dengan masyarakat sipil termasuk organisasi non pemerintah serta sektor swasta dan publik. Tugas Indonesia sebagai anggota tetap dalam CND periode 2014 - 2017 menindaklanjuti Deklarasi Politik dan Rencana Aksi menuju strategi yang terintegrasi dan seimbang untuk menangani masalah narkoba dengan meneruskan program penyelamatan pengguna narkoba, pengguna narkoba lebih baik direhabilitasi dari pada di penjara, dengan rencana aksi secara berlanjut karena program ini selaras dan merupakan penjabaran dari deklarasi politik dan Rencana Aksi sisi demant yang diputuskan PBB dalam resolusi 67/193 . Dari sisi supply, program double gardan dalam penindakan terhadap pengedar atau anggota jaringan peredaran gelap narkoba tidak saja dituntut dengan tindak pidana narkoba tetapi juga ditindak dengan pasal tersendiri mengenai tindak pidana pencucian uang. Berkat kerja keras dalam menanggulangi masalah narkoba yang dilakukan BNN selama ini, telah mengundang perhatian UNODC, menurutnya, Indonesia dalam hal ini BNN yang paling maju didalam mengambil inisiatif untuk melaksanakan standart pencegahan berbasis ilmu pengetahuan, dan UNODC memberikan dukungan sepenuhnya kepada BNN melalui konsultasi berbagai program termasuk aspek teknis dalam penerapan standart pencegahan berbasis ilmu pengetahuan. Bahkan UNODC yang saat ini sedang merancang sebuah program khusus dibidang pencegahan dan merencanakan akan mengundang Indonesia (BNN) untuk melakukan presentasi tentang pelaksanaan Pilot Project standart pencegahan berbasis ilmu pengetahuan di 8 Provinsi yang akan berguna sebagai masukan dan leason learn bagi anggota UNODC lainnya dalam melaksanakan standart pencegahan berbasis ilmu pengetahuan di negaranya masing - masing.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 3 EDISI III - 2014
daftar isi LIPUTAN UTAMA :
Bangun Kerjasama Internasional yang Tegas.......... 8
BNN Paling Maju dalam Mengambil Inisiatif..........11 Dekriminalisasi dan Depenalisasi........................ 12 UU Narkotika Bukan Ambivalen.............................14 Sidang CND Bahas Implementasi Deklarasi...........17 Sidang CND Bahas Isu Narkotika Global................19
LINTAS SEKTORAL
LIPUTAN UTAMA
Tiga Jurus Indonesia Tanggulangi Narkoba Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto memaparkan, Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia telah berupaya memerangi narkoba dari berbagai aspek. Indonesia telah berusaha keras mengimplementasikan Deklarasi Politik dan Rencana Aksi 2009 hingga saat ini. ........................................................................................................6
HIDUP SEHAT
Tantangan dan Respon Dunia Tentang NPS........... 20
20 Cara Hidup Sehat........................................... 44
Pengedar Narkoba Harus Dihukum Maksimal........ 21
RESENSI BUKU
Optimalkan Peran BNNP/BNNK........................... 22 Kecanduan Narkoba ........................................... 23
Aku Bebas dari Narkoba.................................... 50
Penjara, Sekolah Bagi Pengguna Narkoba............ 24
SIRAMAN ROHANI
Bandar Narkoba, Kakak Beradik.......................... 25
Merdeka dari Hawa Nafsu.....................................52
TESTIMONI
ASPIRASI WARGA
Kisah Etty Merangkul Mantan Pecandu Narkoba....54
Diskotik jadi Ajang Peredaran Narkoba................. 27 Narkoba Dikenal untuk Ditangkal......................... 28
ARTIKEL
Peran Penting Keluarga Pulihkan Pengguna Narkoba.............................................. 30
LIPUTAN KEGIATAN berdayakan Mantan Pengguna Narkoba................ 32 Galang Dukungan Media...................................... 33 Kita Tidak Boleh Lengah...................................... 34 Membangun Lingkungan yang Sehat..................... 35
KOLOM Tiga Langkah Membangun Remaja Terbebas dari Narkoba......................................... 38
4 SINAR BNN EDISI III - 2014
Redaksi menerima tulisan den gan syarat: Panjang tulisan 2 halaman kuarto diserta foto minimal 2 lembar. Dilengkapi identitas dan alamat jelas. Kami juga menerima kritik dan saran dari pembaca.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
MAKLUMAT NOMOR : MAK/01/III/2014/BNN TENTANG PENYELAMATAN PENGGUNA NARKOBA
1.
PENYALAH GUNA NARKOBA ADALAH ORANG YANG MENGGUNAKAN NARKOBA SECARA TANPA HAK DAN MELAWAN HUKUM (PENGGUNA ILLEGAL), SELANJUTNYA DALAM HAL INI DISEBUT SEBAGAI PENGGUNA NARKOBA, MEMILIKI RESIKO TINGGI TERHADAP KEBERHASILAN HIDUP TERMASUK RESIKO TERHADAP GANGGUAN MENTAL DAN BERBAGAI JENIS PENYAKIT, MUDAH PUTUS SEKOLAH ATAU GAGAL MENYELESAIKAN PERGURUAN TINGGI, CENDERUNG MENJADI PENGANGGURAN, MENYEBABKAN TERJADINYA KECELAKAAN LALU LINTAS YANG ME RUGIKAN DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN, DAN BERMASALAH DALAM HUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN;
2.
PENYELAMATAN PENGGUNA NARKOBA MERUPAKAN SEMANGAT DAN KOMITMEN DALAM RANGKA MEMBANGUN KEMBALI KESEHATAN MASYARAKAT YANG TERKOYAK KARENA NARKOBA DAN UNTUK MENCEGAH LEBIH JAUH TIMBULNYA PERMASALAHAN ATAU KEJAHATAN YANG DISEBABKAN OLEH PENGGUNAAN NARKOBA, HAL INI MERUPAKAN ESENSI DARI TUJUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA;
3.
MASALAH PENGGUNAAN NARKOBA SANGAT KOMPLEKS, TIDAK HANYA PENGGUNANYA SAJA YANG TERKENA AKIBATNYA, TETAPI JUGA KELUARGA, TEMAN SEPERGAULAN, MASYARAKAT LUAS DAN PEMERINTAH. OLEH SEBAB ITU DIPERLUKAN PENDEKATAN YANG KOMPREHENSIF DAN SEIMBANG ANTARA PENDEKATAN KESEHATAN DAN PENDEKATAN HUKUM. PENGGUNA NARKOBA TIDAK SAJA MENJADI MASALAH KRIMINAL, PENYIMPANGAN SOSIAL YANG MERUGIKAN DIRI SENDIRI DAN PIHAK LAIN, TETAPI JUGA MENJADI MASALAH KESEHATAN, PENDIDIKAN DAN HAK ASASI MANUSIA;
4.
PEMULIHAN MERUPAKAN CARA TERBAIK BAGI MEREKA YANG SUDAH TERLANJUR MENGKONSUMSI NARKOBA, KHUSUSNYA YANG SUDAH KECANDUAN, DALAM RANGKA MENGURANGI DAMPAK BURUK MELALUI PELAYANAN REHABILITASI MEDIS, REHABILITASI SOSIAL, DAN PASKA REHABILITASI;
5.
PENEGAKAN HUKUM MEMAINKAN PERAN YANG SANGAT PENTING DALAM MENGINTEGRASIKAN DAN MENYE IMBANGKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN (DEMAND) DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (SUPPLY), HUKUM POSITIF KITA MENGANUT DOUBLE TRACK SYSTEM PEMIDANAAN TERHADAP PENGGUNA NARKOBA DAPAT DIHUKUM PENJARA DAN DAPAT DIHUKUM REHABILITASI. MEMBERIKAN PENGHUKUMAN REHABILITASI BAGI PENGGUNA NARKOBA ADALAH PILIHAN TERBAIK YANG MEMILIKI NILAI TAMBAH, DAPAT MENURUNKAN PRE VALENSI PENGGUNA NARKOBA YANG MERUPAKAN INDIKATOR KEBERHASILAN DALAM MENANGGULANGI MA SALAH NARKOBA;
6.
PENANGGULANGAN PERMASALAHAN NARKOBA MEMBUTUHKAN KERJASAMA NASIONAL YANG KUAT BAIK PENGEMBAN FUNGSI PENEGAKAN HUKUM MAUPUN PENGEMBAN FUNGSI KESEHATAN SERTA PENGAMBIL KEBIJAKAN DI PUSAT DAN DI DAERAH. DIPERLUKAN KESAMAAN CARA BERTINDAK DALAM MENANGANI MASALAH NARKOBA SECARA INTEGRATIF DAN SEIMBANG DENGAN TUJUAN MENGURANGI KEBUTUHAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA. DIBUAT DI PADA TANGGAL
: :
JAKARTA 27 MARET 2014
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL ttd ANANG ISKANDAR Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 5 EDISI III - 2014
liputanutama
Menkopolhukam
Tiga Jurus Indonesia Tanggulangi Narkoba
M 6 SINAR BNN EDISI III - 2014
Menkopolhukam, Djoko Suyanto dalam Sidang CND di Wina Austria
enteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto memaparkan, Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia telah berupaya memerangi narkoba dari berbagai aspek, “Indonesia telah berusaha keras mengimplementasikan Deklarasi Poli-
tik dan Rencana Aksi 2009 hingga saat ini. Secara global, ada tiga hal yang sudah dilakukan Indonesia dalam melakukan aksi nyata penanggulangan narkoba,” kata Menkopolhukam Djoko Suyanto, dalam Sidang CND di Wina, Austria, belum lama ini. Selanjutnya Djoko
Suyanto menjelaskan, pertama, lima tahun lalu, pemerintah telah meyakinkan pihak DPR untuk menelurkan UU narkotika yang relevan dalam konteks penanganan masalah narkoba, dan hasilnya pada 2009 lalu UU No.35 Tahun 2009 tentang narkotika lahir dan meng-
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama gantikan undangundang terdahulu. Untuk mendukung UU ini, pemerintah menerbitkann peraturan turunan berupa peraturan tentang prekursor pada tahun 2010, dan Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2011 tentang wajib lapor bagi pecandu narkotika. “UU No.35 Tahun 2009 telah mengatur bagaimana penanganan ideal antara pendekatan pengurangan pasokan dan permintaan narkoba secara seimbang. UU ini tergolong keras dan tegas terhadap bandar dan pengedar narkoba, sedangkan bagi pengguna narkoba, UU ini sangat humanis. Para pengguna diarahkan untuk rehabilitasi, sebagai hukuman alternatif seperti yang sudah dijelaskan dalam PP No.25 Tahun 2011 tentang wajib lapor bagi pecandu narkotika,” jelas Djoko. Menurut Djoko, regulasi ini mampu memberikan manfaat yang besar bagi pengguna narkoba, karena dapat memenuhi hak para pengguna untuk mendapatkan layanan kesehatan, dan solusi untuk menghindari over kapasitas lapas,”Selain dua per-
aturan yang sudah disinggung sebelumnya, pemerintah juga telah menerbitkan sejumlah aturan yang berfungsi untuk mengontrol ekspor dan impor narkotika, psikotropika dan precursor,” tandas Djoko. Selanjutnya Djoko menjelaskan jurus kedua, yaitu upaya untuk mengurangi pasokan narkoba dilakukan dengan cara pencegahan hingga rehabilitasi dan pascarehabilitasi. Terapi dan rehabilitasi dan juga pasca rehabilitasi untuk pecandu narkoba dilakukan secara terpadu agar setelah pulih mereka bisa dibekali dengan keterampilan untuk siap kembali ke masyarakat, “Sejak 2009, pusat rehabilitasi di Indonesia telah berkembang cukup pesat, dan dapat menyediakan sejumlah program terapi. Panti rehabilitasi yang tersedia bukan hanya milik pemerintah namun juga milik masyarakat,” papar Djoko. Terkait dengan gencarnya program rehabilitasi, tambah Djoko, Indonesia telah mencanangkan tahun 2014 sebagai tahun penyelamatan untuk pengguna narkoba. Fokus
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
dari pencanangan ini adalah menyelamatkan pengguna narkoba dari hukuman pidana penjara dengan mempromosikan dan mengembangkan kesempatan bagi mereka untuk menjalani terapi dan rehabilitasi, “Dalam konsep pasca rehabilitasi, pemerintah dalam hal ini Badan Narkotika Nasional (BNN) melihat pemanfaatan flora dan fauna untuk pembinaan mantan pengguna narkoba menjadi hal yang sangat penting. Karena itulah, sejumlah pilot project rehabilitasi berbasis konservasi alam digencarkan, seperti konservasi berbasis hutan, laut, perikanan, dan pertanian,” ujarnya. Jurus yang ketiga, menurut Djoko adalah, dalam rangka menanggulangi masalah narkoba tentunya diperlukan kerja sama internasional. Sebagai bentuk nyata, BNN dan Polri telah membangun jejaring dengan sejumlah negara melalui kesepakatan nota kesepahaman bersama dalam rangka memberantas peredaran gelap narkoba. Bentuk kerja sama yang dibangun bisa melalui sharing informasi dan pelaksanaan
controlled delivery, “Hingga saat ini, sudah ada delapan nota kesehapaman yang ditandatangani oleh BNN dengan sejumlah negara untuk memaksimalkan upaya pemberantasan jaringan narkoba,” tandasnya. Dalam konteks penanganan pencucian uang, kata Djoko, pemerintah telah menerbitkan UU No.8 Tahun 2010 tentang TPPU. Agar upaya ini berjalan maksimal, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) telah membuat MoU dengan 46 unit intelejen bidang keuangan di seluruh dunia, “Meski Indonesia sudah melaksanakan berbagai upaya namun ancaman dan tantangan selalu ada. Berbagai kejahatan terkait narkoba masih rawan baik di level nasional, regional maupun internasional,” katanya. Seperti negaranegara lainnya, Indonesia dihadapkan dengan masalah tingginya angka penyelundupan narkotika sintetis. Tingginya permintaan narkotika sintesis ternyata dipengaruhi oleh peningkatan sektor penghasilan dan tuntutan gaya hidup modern. (pas) SINAR BNN 7 EDISI III - 2014
liputanutama
Bangun Kerjasama Internasional yang Tegas
Sidang CND di Wina Austria
P 8 SINAR BNN EDISI III - 2014
ada sidang High Level Segment Commission on Narcotic Drugs (CND) ke 52 di Wiena tahun 2009 (lima tahun yang lalu), Negara Anggota PBB berkomitmen untuk mengimplementasikan Deklarasi Politik dan Rencana Aksi
secara efektif, strategi yang terintegrasi dan berimbang antara demant dan supply untuk menangani peredaran gelap obat/ narkotika, pilar ketiga yang juga ditempatkan pada posisi yang sama dengan demant dan supply adalah kerja
sama internasional khususnya penanganan tindak pidana pencucian uang dan kerjasama yudisial Untuk mewujudkan hal tersebut dilakukan dengan cara membangun kerjasama internasional yang tegas, bekerjasama dengan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Kepala BNN, DR. Anang Iskandar bersama Delegasi Indonesia menggelar pertemuan dalam Sidang CND di Wina Austria
organisasi-organisasi regional dan internasional terkait, dengan bantuan lembaga keuangan internasional, bekerjasama dengan masyarakat sipil termasuk organisasi non pemerintah serta sektor swasta dan publik. Tahun 2014 ini, sidang High Level Segment diselenggarakan bersamaan dengan sidang rutin Komisi CND. Sebelum sidang CND ke 57 UNODC (Organisasi Internasional yang menangani masalah Kejahatan dan Narkoba, red ) mengeluarkan dukumen evaluasi lima tahunan yang memuat perkembangan global penanganan masalah narkoba sejak tahun 2009, dimana dalam dokumen tersebut
berisi kemajuan dan kemunduran serta situasi yang tidak berubah sebagai evaluasi selama lima tahunan. Hal ini diindikasikan sebagai kemajuan: pemberian treatment dan rehabilitasi bagi pengguna semakin meningkat, berbagai treatment berbasis masyarakat tumbuh meningkat, kerjasama internasional menunjukkan peningkatan, pembangunan alternatif sebagai solusi mengganti tanaman narkoba cukup berhasil, sementara yang tidak menunjukan kemajuan adalah tidak berubahnya global prevalence yang mencapai 5 %, minimnya akses kepada treatment dan masih maraknya penyelun-
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
dupan. Sedangkan kemundurannya : kultivasi opium di Afganistan masih marak, hasilnya diperdagangkan sampai ke Asia Tenggara karena permintaan tinggi, synthetic stimulan tetap menjadi persoalan karena permintaan yang beragam, legalisasi ganja di Uruguay maupun di beberapa negara bagian di AS karena bertentangan dengan single convention 1961. Berdasarkan evaluasi UNODC, pada sesi general debate of the high-level segmen, tergambar berbagai cara negara-negara di dunia menangani masalah narkoba dalam rangka menerapkan pendekatan seimbang antara demant
dan supply, banyak negara yang tidak lagi menghukum pidana penjara bagi para pengguna narkoba, mereka memfokuskan diri pada rehabilitasi dan mencegah warganya agar tidak menjadi pecandu, meskipun masih ada negara yang mempidana pengguna narkoba. Negara peserta sidang yang menyampaikan paparannya tentang trend data prevalensi pengguna narkoba, namun tidak banyak negara yang memiliki trend data pengguna narkoba yang melaporkan diri baik secara suka rela maupun dipaksa berdasarkan undang - undang dan langkah rehabilitasinya. Trend bagi pengguna yang melaporkan SINAR BNN 9 EDISI III - 2014
liputanutama diri tidak dituntut pidana atau yang dikenal dengan depenalisasi dan memberikan hukuman rehabilitasi bagi pengguna yang ditangkap (dekriminalisasi) serta menghukum berat bagi para pengedar dengan ancaman pidana narkoba dan tindak pidana pencucian uang merupakan implementasi dari pendekatan seimbang antara demant dan supply yang sedang naik daun dalam sidang CND. Tindak lanjut dari deklarasi politik, Majelis Umum PBB akan mengadakan sidang khusus Majelis Umum PBB mengenai masalah narkoba dunia yang dilaksanakan awal tahun 2016 membahas mengenai kemajuan yang dicapai negara-
10 SINAR BNN EDISI III - 2014
Tugas Indonesia sebagai anggota tetap dalam CND periode 2014- 2017 adalah menindak lanjuti Deklarasi Politik dan Rencana Aksi menuju strategi yang terintegrasi dan seimbang untuk menangani masalah narkoba dengan meneruskan program penyelamatan pengguna narkoba, pengguna narkoba lebih baik direhabilitasi dari pada di penjara. negara peserta dalam mengimplementasikan Deklarasi Politik dan Rencana Aksi, pada sidang ini Indonesia sebagai anggota tetap harus menyiapkan yang terbaik. Tugas Indonesia sebagai anggota tetap dalam CND periode 2014- 2017 adalah menindak lanjuti Deklarasi Politik dan Rencana Aksi menuju strategi yang terintegrasi dan seimbang untuk menangani masalah narkoba dengan meneruskan
program penyelamatan pengguna narkoba, pengguna narkoba lebih baik direhabilitasi dari pada di penjara, dengan rencana aksi secara berlanjut karena program ini selaras dan merupakan penjabaran dari deklarasi politik dan Rencana Aksi sisi demant yang diputuskan PBB dalam resolusi 67/193 . Dari sisi supply program double gardan dalam penindakan terhadap pengedar atau anggota jaringan pere-
daran gelap narkoba tidak saja dituntut dengan tindak pidana narkoba tetapi juga ditindak dengan pasal tersendiri mengenai tindak pidana pencucian uang. Dari bentangan luasnya tugas penanganan masalah narkoba, maka kerjasama mutlak harus dilakukan, bekerjasama dengan organisasi regional dan internasional terkait, bekerjasama untuk mendapatkan dukungan anggaran dari lembaga keuangan internasional dan nasional, bekerjasama untuk mendapatkan dukungan penuh kementerian dan non kementrian terkait, bekerjasama dengan organisasi non pemerintah serta sektor swasta dan publik. (dito)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
BNN Paling Maju dalam Mengambil Inisiatif P
ada sidang CND hari ke dua tanggal 18 Februari 2014, Deputi Pencegahan BNN Yappi Manafe, mengadakan pertemuan dengan Ahli UNODC dibidang pencegahan Giovana Campello dan Wadih Maalouf untuk membicarakan kerjasama BNN dengan UNODC untuk membicarakan mengenai pelaksanaan Pilot Project standart pencegahan berbasis pengetahuan di 8 provinsi yang menjadi wilayah kerja BNNP yaitu DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Kaltim, Sumut, DIY, Jawa Barat, Sulawesi Utara dan Riau. UNODC menyatakan, Indonesia dalam hal ini BNN yang paling maju didalam mengambil inisiatif
Kepala BNN, DR. Anang Iskandar dan Deputi Pencegahan BNN, Yappi Manafe, SH
untuk melaksanakan standart pencegahan berbasis ilmu pengetahuan, dan UNODC memberikan dukungan sepenuhnya kepada BNN melalui konsultasi berbagai program termasuk aspek teknis dalam penerapan standart pencegahan berbasis ilmu pengetahuan.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Saat ini UNODC sedang merancang sebuah program khusus dibidang pencegahan dan merencanakan akan mengundang Indonesia (BNN) untuk melakukan presentasi tentang pelaksanaan Pilot Project standart pencegahan berbasis ilmu pengethuan
di 8 Provinsi yang akan berguna sebagai masukan dan leason learn bagi anggota UNODC lainnya dalam melaksanakan standart pencegahan berbasis ilmu pengetahuan di negara masing - masing. Indonesia berencana pada bulan Oktober 2014 akan melaksanakan training model to prepare standart pencegahan berbasis implementasi yang sukses di berbagai negara, rencananya BNN akan mengundang stakeholder terkait, termasuk perwakilan dari 10 negara ASEAN. UNODC memberikan dukungan dan bersedia hadir pada acara tersebut sebagai narasumber. (dito) SINAR BNN 11 EDISI III - 2014
liputanutama
Dekriminalisasi dan Depenalisasi Pengguna Narkoba Telah Mendunia
Kepala BNN, DR. Anang Iskandar bersama Delegasi Indonesia dan Duta Besar Indonesia untuk Austria usai mengikuti Sidang CND di Wina Austria
D
ekrimanlisasi dan depenalisasi terhadap pengguna narkoba yang dikenalkan pada pertengahan tahun 2013, kemudian diaplikasikan pada awal tahun 2014 sebagai tahun penyelamatan pengguna narkoba dengan tema pengguna narkoba lebik baik direhabilitasi daripada
12 SINAR BNN EDISI III - 2014
dipenjara, telah dikenal oleh dunia. Dalam side event yang membahas isu Sentencing Policies for Drug Offences-Best Practice in The UK, yang diorganisasikan Academic Council on the UN System (ACUNS) dan Intenational Drugs Policy Consurtium (IDPC) menghadirkan empat
narasumber dari UNODC, Austria, Ekuador, dan UK,”Dalam presentasi masing - masing narasumber pada umumnya berpegang kepada artikel 3 Konvensi Narcotic Illicit Drugs and Traficing 1998, dan juga merujuk kepada laporan International Narcotic Control Board (INCB) tahun
2007 khususnya artikel 18 chapter 1 yang memberikan alternatif penghukuman kepada para pengguna narkoba, dan salah satu alternatif yang saat ini menjadi kecenderungan di berbagai negara adalah rehabilitasi kepada para pengguna narkoba,” kata Deputi Pencegahan Badan Narktotika Nasional
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama (BNN), Yappi Manafe, usai mengikuti siding CND di Wina, Austria, beberapa waktu lalu. Selanjutnya Yappi mengatakan, artikel 18 chapter 1 laporan INCB mengatakan, no punishment for personal use of drug user, but they should be treatment throught rehabilitation and after care. Menurut Yappi, di negara Ekuador, saat ini sedang diupayakan untuk men-sinkronkan undang - undang yang mengatur tentang tindak pidana narkoba yang selama ini memenjarakan para pengguna narkoba, ternyata tidak efektif setelah
dilakukan evaluasi dalam 5 tahun terkahir, “Pemerintah Ekuador akan menggolongkan jumlah narkoba tertentu yang boleh dimiliki oleh drug user, dan merancang bagi drug user yang memiliki narkoba dalam jumlah tidak melebihi yang ditetapkan di dalam undang - undang untuk direhabilitasi, namun bagi para pengedar, sindikat, dan penyelundup narkoba, diberikan hukuman yang keras,” kata Yappi. Di Inggris, pengaturannya membedakan antara pengguna narkoba dan sindikat
narkoba. Pemerintah Inggris juga melakukan penggolongan jenis - jenis narkoba dikaitkan dengan berat atau ringannya sanksi sesuai dengan penggolongan tersebut, “Secara prinsip dalam penerapan hukuman baik kepada pengguna dan sindikat narkoba berpedoman pada artikel 3 konvensi PBB, dan Hakim diberikan kewenangan untuk melakukan diskresi dalam memutuskan kasus - kasus narkoba, namun tetap berpedoman kepada penggolongan yang ditetapkan di dalam undang – undang,” jelas Yappi.
Sedangkan di Austria, bagi sindikat narkoba diterapkan hukuman yang cukup keras, bagi pengguna narkoba tetap dikenakan hukuman, namun dimasukkan ke dalam program rehabilitasi, dipantau oleh pengadilan,”Apabila selama masa pemantauan yang bersangkutan tidak ada perubahan, maka pengadilan akan mengeksekusi hukuman yang diterapkan (hukuman penjara). Di Austria, bagi orang yang memiliki narkoba (bukan sindikat), dianggap sebagai kejahatan biasa,” tandasnya. (pas)
Kepala BNN, DR. Anang Iskandar dan Menkopolhukam Djoko Suyanto meninjau pameran stand Indonesia dalam Sidang CND di Wina Austria
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 13 EDISI III - 2014
liputanutama
UU Narkotika Bukan Ambivalen
Tetapi UU yang Seksi
Humanis Terhadap Pengguna Narkoba dan Tegas Terhadap Pengedar
P
enandatanganan peraturan bersama tentang penanganan pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika dipandang sebagai langkah strategis untuk menempatkan para pengguna ke tempat rehabilitasi. Peraturan bersama yang ditandatangani oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan anggota Mahkumjakpol plus dibuat untuk mengubah paradigma penanganan korban penyalahgunaan narkotika agar tidak lagi dipandang sebagai pelaku kriminal yang harus dipenjara, tetapi dipandang sebagai korban yang harus mendapatkan perawatan dan rehabilitasi. Penandatanganan tersebut dilakukan oleh Mahkamah 14 SINAR BNN EDISI III - 2014
Agung, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Jaksa Agung, Kapolri, dan Kepala BNN di Istana Wakil Presiden, pada 11 Maret lalu. Kepala BNN, DR. Anang Iskandar, mengatakan, UndangUndang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, bukan ambivalen, tetapi UU yang Seksi yang sudah mengadopsi seluruh konvensi internasional mulai dari konvensi narkotika tahun 1961 yang menghukum pidana penjara bagi pengguna narkoba, konvensi 1988 yang memberikan alternative pengancaman berupa rehabilitasi bagi pengguna narkoba, dan mengadopsi deklarasi politik dan
rencana aksi dunia dalam menanggulangi permasalahan narkoba,”Sehingga sepintas kelihatan ambivalen, namun kalau dipahami akan terlihat seksi, humanis terhadap pengguna narkoba, dan sangat keras terhadap para pengedar,” kata Anang Iskandar. Selanjutnya Anang Iskandar menjelaskan, itu sebabnya diperlukan kesamaan pemahanan antara penegak hukum dan pengemban fungsi rehabilitasi dalam menangani penyalahgunaan narkoba, “Inilah pentingnya kita bersama –sama menandatangani peraturan bersama untuk mengintegrasikan dan menyeimbangkan peran penegak hukum dan pengemban fungsi rehabilitasi yaitu Ke-
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama menkes dan Kemensos,” jelasnya. Sementara itu, Hakim Agung RI, Prof Surya Jaya, SH.MHum, mengungkapkan, UndangUndang Narkotika merupakan UU yang humanis terhadap pengguna narkoba, yang selama ini pengguna narkoba dihukum pidana penjara,”Untuk menyelamatkan bangsa dan Negara dari kehancuran, perlu adanya perubahan paradigma atau cara berpikir atas penanganan pengguna narkoba. Penegakan hukum terhadap pengguna narkoba perlu dikoreksi, karena walaupun pelaksanaannya sudah serius tetapi jumlah penyalahguna bukannya berkurang tetapi malah terus bertambah,” ungkapnya, dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Deputi Hukum dan Kerjasama, di Gedung Graha Abdi Persada, Kalimantan Selatan, Rabu (16/4). Selanjutnya Surya Jaya menjelaskan, selama ini para pengguna narkoba masih dianggap sebagai kriminal, “Padahal Undang-Undang sudah mengamanatkan bahwa yang diproses hanya perbuatannya
“Memang rehabilitasi terhadap pengguna narkoba masih mengalami kendala, karena masih adanya ego sektoral diantara para penegak hukum dan cara pandang para penegak hukum dalam penerapan rehabilitasi, masih banyak yang menganggap rehabilitasi bukan merupakan penghukuman,” tandas Surya Jaya. saja, namun proses penyelamatannya bagi para pengguna narkoba juga harus berjalan beriringan, dalam hal ini berarti rehabilitasi,” jelas Surya Jaya. Surya Jaya, menjelaskan, kendalakendala yang dihadapi oleh Criminal Justice System dalam melaksanakan rehabilitasi hingga saat ini diharapkan dapat diantisipasi dengan dikeluarkannya peraturan bersama,”Karena dulu, penyalah guna baru bisa direhabilitasi setelah ada putusan dari pengadilan. Setelah peraturan bersama ditandatangani, penyalah guna dapat direhabilitasi pada tingkat penyidikan dan penuntutan sebelum putusan dari hakim ada. Peraturan bersama merupakan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
koreksi atas hal-hal yang belum tersentuh terkait rehabilitasi,” jelas Surya Jaya. Menurut Surya Jaya, peraturan bersama akan mudah untuk dilaksanakan bersama dengan perangkat perundang-undangan lainnya, apabila ada kesamaan paradigma diantara Criminal Justice System dalam menangani pengguna narkoba, “Memang rehabilitasi terhadap pengguna narkoba masih mengalami kendala, karena masih adanya ego sektoral diantara para penegak hukum dan cara pandang para penegak hukum dalam penerapan rehabilitasi, masih banyak yang menganggap rehabilitasi bukan merupakan penghukuman,” tandas Surya Jaya. Sebelum peraturan
bersama ini muncul, setidaknya ada beberapa aturan yang telah diperkenalkan di Indonesia. Misalnya Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung (SEMA) No. 4 Tahun 2010 dan SEMA No. 3 Tahun 2011 yang membuka ruang pemahaman bahwa pengguna narkotika dapat diperlakukan berbeda. Dalam SEMA tersebut diatur bahwa pengguna narkotika dapat ditahan di lembaga rehabilitasi sosial dan medis. Diatur pula tentang kualifikasi yang mempermudah aparat penegak hukum dan hakim dalam mengambil keputusan terkait pengguna narkotika. Sayangnya pada praktiknya, seluruh SEMA ini tidak berjalan, karena dianggap tidak mengingat institusi lain. Bahkan lebih buruk, hakim sendiri tidak mencerminkan ketundukan pada aturan tersebut, mungkin karena sifatnya SEMA. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ICJR bekerjasama dengan Lembaga Kajian dan Advokasi Untuk Independensi Peradilan (LeIP), implementasi Putusan MA terhadap pengguna narkotika seSINAR BNN 15 EDISI III - 2014
liputanutama lama tahun 2012, dari 37 sampel putusan, hanya 6% hakim MA menjatuhkan putusan tindakan (rehabilitasi sosial dan medis). Lebih buruk, untuk urusan penanganan pengguna narkotika pada tahapan penyidikan dan penuntutan, polisi dan jaksa, dengan sampel yang sama tidak sekalipun melakukan penempatan tersangka di lembaga rehabilitasi. “Akibatnya rutan dan lapas saat ini mengalami overkapasitas, hampir separuh dari rutan dan lapas Indonesia dipenuhi oleh tersangka/terdakwa narkotika, yang harusnya sebagian dari mereka lebih baik mendapat rehabilitasi,” kata Supriyadi, peneliti senior ICJR. Pemahaman selama ini, tambah Supriyadi, rehabilitasi melekat pada pasal pidana yang disangkakan atau didakwa. Kecenderungan polisi dan jaksa dalam praktik adalah dengan menggunakan Pasal 111 dan Pasal 112 UU. Dalam pasal-pasal itu pengguna narkotika dikualifikasikan sebagai pelaku yang harus dipidana karena memenuhi rumusan ´memiliki, menyimpan dan menguasai´, 16 SINAR BNN EDISI III - 2014
daripada menggunakan Pasal 127 yang langsung mengkategorikan tersangka dan terdakwa sebagai pengguna narkotika. Problemnya, struktur UU Narkotika justru melekatkan kewajiban rehabilitasi bagi pengguna narkotika yang dikenakan pemidanaan berdasarkan pasal 127 UU Narkotika. Sehingga bagi tersangka dan terdakwa yang meskipun masuk dalam kategori pengguna narkotika atau pecandu, namun pasal pemidanaannya dikenakan Pasal 111 dan Pasal 112. “Kecenderungannya adalah tidak dilakukan kewajiban rehabilitasi oleh aparat penegak hukum dan hakim,” ujarnya. Dalam penandatanganan Peraturan Bersama, Kepala BNN, DR. Anang Iskandar, mengatakan, peraturan bersama ini justru merupakan langkah kongkret bagi pemerintah dalam menekan jumlah pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika di Indonesia. Ada perubahan orientasi penanganan masalah narkotika dimana selama ini pengguna bermuara pada hukuman pidana penjara. “Kedepan
pengguna Narkoba akan bermuara di tempat rehabilitasi, karena hukuman bagi pengguna disepakati berupa pidana rehabilitasi,” katanya. Selanjutnya Anang Iskandar menegaskan, UU Narkotika yang berlaku saat ini menganut double track system pemidanaan terhadap pecandu. Yaitu orang yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik maupun psikis, dapat dijatuhi hukuman pidana penjara atau pidana rehabilitasi, “Hakim mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka mendekriminalisasikan pengguna narkoba dengan menjatuhkan hukuman rehabilitasi, untuk lebih memfungsikan peran hakim tersebut perlu dukungan dari aparat penegak hukum berupa peraturan bersama,” tegasnya. Pada peraturan bersama tersebut dibentuk Tim Asessmen Terpadu yang berkedudukan di tingkat pusat, tingkat provinsi, tingkat kabupaten/kota. Tim tersebut terdiri dari tim dokter dan tim hukum yang bertugas
melaksanakan analisis peran tersangka yang ditangkap atas permintaan penyidik yang berkaitan dengan peredaran gelap narkotika,”Tim inilah yang nantinya melaksanakan analisis hukum, analisis medis dan analisis psikososial serta membuat rencana rehabilitasi yang memuat berapa lama rehabilitasi diperlukan. Hasil asessmen tersebut sebagai kelengkapan berkas perkara berfungsi sebagai keterangan seperti visum et repertum,” ujar Anang Iskandar. Dengan berlakunya peraturan bersama ini, pengemban fungsi rehabilitasi, yaitu Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, dan BNN harus bekerja sama dan bekerja lebih keras untuk merumuskan tugas merehabilitasi 4 juta pecandu narkotika. Ada dua cara agar para pecandu itu berhenti mengonsumsi narkoba untuk mewujudkan Indonesia negeri bebas narkotika. Pertama, dipaksa melalui penegakan hukum. Kedua, secara sukarela melaporkan diri ke rumah sakit yang telah ditunjuk oleh menteri kesehatan yang tersebar di seluruh Indonesia. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Sidang CND Bahas Implementasi Deklarasi Politis dan Rencana Aksi
P
ada tanggal 13 - 21 Maret 2014 di Wina, Austria telah diselenggarakan sidang Komisi Narkoba/Commission on Narcotic Drugs (CND) ke-57. Sidang didahului dengan sesi tingkat tinggi (tingkat menteri)/High Level Segment (HLS) yang dilaksakan pada tanggal 13 -14 Maret 2014 dan dilanjutkan dengan sidang reguler CND ke-57 pada 17-21 Maret 2014. Komisi Narkoba CND dibentuk oleh ECOSOC melalui resolusi 9 (I), tanggal 16 Februari 1946, sebagai badan pembuat kebijakan dalam sistem PBB terkait dengan masalah narkoba. CND beranggotakan
Menkopolhukam Djoko Suyanto Beramah tamah dengan peserta Sidang CND di Wina Austria
53 negara, 11 diantaranya dari kawasan Asia dan 1 rotating seat, untuk periode 4 tahun. Indonesia saat ini menjadi salah satu anggota Komisi untuk periode 2014 – 2017. Komisi Narkoba/ CND membantu ECOSOC dalam mengawasi
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
penerapan konvensi dan perjanjian internasional mengenai narcotic drugs yaitu Single Convention on Narcotic Drugs 1961, Convention on Psychotropic Substances 1971, dan United Nations Convention against Illicit Traf-
fic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances 1988. CND juga memberikan masukan terkait dengan pengawasan narkotika, psikotropika dan prekursornya kepada ECOSOC. Pada pertemuan sesi ke-57 CND taSINAR BNN 17 EDISI III - 2014
liputanutama hun ini, akan dibahas isu-isu penting terkait narkoba, seperti demand and supply reduction, pembatasan ruang lingkup precursor maupun hal-hal bersifat administratif terkait dengan fungsi UNODC sebagai badan PBB yang menangani isu obat-obatan terlarang global. Pertemuan tingkat menteri ini mengangkat tema “Progress achieved and challenges in implementing the Political Declaration and Plan of Action on International Cooperation towards an integrated and balanced strategy to counter world drug problem”. Pertemuan bertujuan untuk melakukan tinjauan atas implementasi negara-negara anggota CND atas Deklarasi Politik dan Rencana Aksi 2009 Menuju Strategi yang Terintegrasi dan Berimbang untuk memberantas persoalan obat-obatan terlarang global dan sekaligus mempersiapkan UN General Assembly Special Session yang direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2016. Tiga upaya utama yang telah dilakukan oleh Indonesia sebagai implementasi dari 18 SINAR BNN EDISI III - 2014
Pada pertemuan sesi ke-57 CND tahun ini, akan dibahas isu-isu penting terkait narkoba, seperti demand and supply reduction, pembatasan ruang lingkup precursor maupun hal-hal bersifat administratif terkait dengan fungsi UNODC sebagai badan PBB yang menangani isu obat-obatan terlarang global. Deklarasi Politik dan Rencana Aksi 2009, yang pertama disahkannya UU No 35 tahun 2009 sebagai pengganti UU Narkotika tahun 1997; kedua, Indonesia mengutamakan kebijakan bidang pencegahan sampai pasca rehabilitasi; ketiga, upaya Indonesia dalam menanggulangi kejahatan narkoba adalah melalui kerjasama Internasional untuk memberantas jaringan peredaran narkoba. Arti Penting High Level CND 57 1. 5 tahun setelah Deklarasi Politik dan Rencana Aksi Dunia melawan kejahatan narkotika, pertemuan CND ke-57 dilakukan pada tingkat menteri untuk mengkaji halhal yang telah dilakukan dan langkahlangkah kedepan yang perlu dilakukan dalam
melawan kejahatan narkoba. 2. Indonesia mulai tahun 2014 menjadi anggota penuh CND untuk periode 4 tahun kedepan, sehingga akan aktif secara penuh bersama anggota lainnya memajukan langkah dan upaya nyata dalam mengatasi kejahatan narkoba. 3. Kejahatan narkoba merupakan kejahatan serius, terorganisir dan bersifat lintas batas, sehingga kerjasama dunia, regional dan bilateral sangat penting artinya, karena tidak satupun negara di dunia dapat mengatasinya sendiri. 4. Indonesia dengan angka prevalensi mencapai 2,2 persen atau sekitar 4 juta, telah menjadi negara tujuan dan pasar yang besar di kawasan Asia, sehingga diperlukan
upaya nyata untuk menguranginya antara lain melalui penyelamatan pengguna narkoba dan pemberantasan yang seimbang. Dalam rangka mendorong upaya rehabilitasi bagi pengguna narkoba yang sejalan dengan tahun 2014 sebagai tahun penyelamatan pengguna narkoba, maka selama berlangsungnya sidang HLS dan CND, Indonesia menampilkan pameran berupa peragaan materi rehab termasuk kegiatan dan fasilitas pasca rehab di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) yang telah dikunjungi oleh Yuri Fedotov (Executive Director UNODC) pada Desember 2012. Sidang HLS dan CND dihadiri Delegasi RI yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan untuk High Level Segment dan Kepala BNN untuk Sidang Reguler CND ke-57 serta diikuti oleh sejumlah pejabat/wakil dari Kemenko Polhukam, BNN, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Polri, PPATK, dan Badan POM sebagai anggotanya. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Sidang CND Bahas Isu Narkotika Global nya. Berdasarkan data PBB, estimasi korban yang ditimbulkan dari kokain dan jenis narkotika lainnya, adalah 200 ribu jiwa setiap tahunnya. Karena itulah, pertemuan tingkat tinggi itu lebih fokus dalam membuat rencana aksi yang akan diterapkan di seluruh dunia. Rencana aksi ini sangat penting karena akan menjadi catatan penting dalam Kepala BNN, DR. Anang Iskandar bersama Delegasi Indonesia dalam Sidang CND di Wina Austria persiapan Sesi Khusus penanganan masalah Majelis Umum PBB ini, masing-masing pada tahun 2016 mennarkotika internanegara anggota medatang. sional. Sementara laporkan implemenSidang Commisitu, rencana aksi yang tasi dari Deklarasi sion on Narcotic Drug ditetapkan pada Politis dan Rencana (CND) dihadiri pertahun tersebut menAksi yang sudah jadi garis besar dalam wakilan negara angdibuat pada tahun gota PBB, organisasi upaya mengurangi 2009 yang memfokusituasi terkini lintas pemerintah, dampak penyalahgukan pada mengurangi dalam masalah tokoh masyarakat, dan narkoba di ling- pasokan dan permint- naan narkotika, dan bagaimana menelaah media. Peserta sidang aan narkoba. kup global, menjadi mengkaji tentang berefek buruk yang timDeklarasi politis pembahasan utama bagai model pendekabul untuk kesehatan pada tahun 2009 dalam sidang Comtan dan mengembangmasyarakat, aturan lalu itu, telah menmission on Narcotic kan upaya memerangi hukum, hak asasi, Drug (CND) di markas guatkan komitmen masalah narkoba. konflik bersenjata dan anggota PBB dalam PBB di Wina, Austria. (pas) isu-isu penting lainmelaksanakan sistem Dalam pertemuan
S
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 19 EDISI III - 2014
lintassektoral
Tantangan dan Respon Dunia Terhadap NPS D
alam sidang tahunan CND ke 57, dilakukan pembahasan mengenai ancaman dari NPS (New Psychoactive Substances) yang berkembang secara cepat di seluruh dunia, “Fenomena dari zat adiktif baru ini berkembang sangat cepat tidak hanya dalam jumlahnya, dimana tahun lalu berjumlah 251 jenis yang beredar, saat ini telah ditemuakan sebanyak 354 zat, dan dalam 3 tahun terkahir dari 20 negara yang melaporkan ditemukan zat tersebut, saat ini telah mencapai 80 lebih Negara,” kata anggota Kelompok Ahli Badan Narkotika Nasional (BNN), Bali Moniaga, usai menghadiri Sidang CND di Wina, Austria, belum lama ini. Selanjutnya Bali mengatakan, zat adiktif baru ini menjadi tantangan bersama semua Negara, sehingga perlu diatasi secara bersama 20 SINAR BNN EDISI III - 2014
mereka menangani melalui penerapan pengawasan sementara terhadap zat - zat baru tersebut yang dianggap berbahaya bagi kesehatan masayarakat dan kesehatan keamanan masyarakat selama 3 tahun, setelah itu baru dapat dimasukan kedalam daftar golongan 1 narkotika. Tantangan yang lain adalah kurangnya kemampuan untuk mendeteksi secara laboratoium, karena Kepala BNN, DR. Anang Iskandar bersama Menkopolhukam Djoko Suyanto dan Duta Besar Indonesia untuk Austria meninjau pameran stand Indonesia dalam zat - zat ini masih sangat Sidang CND di Wina Austria baru,”Salah satu bahaya - sama, dalam kaitan ini tif baru ini, keempat, yang perlu diwaspadai tantangan terbesar yang secara farmakologis oleh masyarakat adalah dihadapi semua negara promosi dan penjualan karena zat baru, samantara lain, pertama, zat pai saat ini belum ada zat ini terutama di kaini belum diatur dalam langan generasi muda, penelitian terhadap 3 konvensi yang mendampak penggunaan se- selalu dikenalkan sebagatur mengenai narkogai zat yang aman dan cara keilmuan, kelima, tika dan obat - obatan, legal serta murah, sehperkembangan jenis kedua perkembangan zat yang selalu berubah ingga banyak konsumen cyber teknologi telah - ubah sehingga menyu- merasa aman dan tidak mempercepat peredaran litkan penegak hukum melanggar hukum. dan penjualannya tanpa melakukan pengawasan Indonesia sudah saatnya dapat diawas, ketiga, terhadap perkembangan untuk mengantisipasi hanya sedikit negara dengan cepat wabah zat zat tersebut. yang sudah menerapkan adiktif ini, mengingat Dari pengalaman peraturan mengenai saat ini sudah ditemupenanganan di Amerika, pengawasan zat adikkan 26 zat baru. (pas) saat ini dapat dikatakan Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lintassektoral
Elza Syarief :
Pengedar Narkoba Harus Dihukum Maksimal N
arkoba merupakan masalah besar bangsa ini yang menjadi tanggung jawab bersama dalam penanggulangannya. Penegakan hukum terhadap persoalan itu juga harus dilaksanakan sebaikbaiknya agar terwujud keinginan Indonesia bersih narkoba. Fakta menunjukkan, saat ini kondisi Bangsa Indonesia telah berubah dari negara persinggahan menjadi penghasil narkoba. Situasi tersebut dikarenakan tingginya angka pengguna narkoba dan mereka tidak dapat melepaskan diri dari ketergantungannya,”Membuat pengedar dan bandarnya merasa Indonesia adalah pasar menguntungkan penjualan narkoba, sebab penggunanya banyak,” ujar Ketua Umum DPP Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), Elza Syarief, dalam peringatan Hari Kartini, di Jakarta, belum lama ini. Melihat persoalan tersebut, dirasa penting melakukan langkah strategis menyelesaikannya agar pasokan narkoba hilang dan tidak ada lagi korbannya,”Dalam menangani masalah narkoba, antara pengedar, bandar, dan pengguna narkoba harus berbeda. Pengedar dan bandar adalah pelaku kejahatan yang menyebabkan kematian bagi banyak orang. Belum lagi, pada akhirnya membuat bangsa hancur karena sumber daya manusianya terjerat narkoba,” kata Elza Syarif. Atas hal itu, Elza berpendapat bila hukuman tegas dan mempunyai efek jera wajib diterapkan kepada mereka. Cara itu juga akan membuat ketakutan pelaku lain karena menganggap Indonesia sanksi pidana dilaksanakan tidak mengenal kompromi,“Langsung dihukum maksimal atau vonis mati kalau perlu,” tandasnya. Namun, berbeda dengan pengguna dan pecandu narkoba. Golongan orang tersebut adalah kategori orang sakit yang harus disembuhkan agar hidup sehat kembali,“Menyembuhkan orang sakit tentu saja dengan perawatan medis serta sosial untuk memulihkan kepercayaan dirinya. Nah, bagi pengguna dan pecandu narkoba, tempatnya adalah rehabilitasi agar dirawat,” ujar Elza. Senada dengan pandangan tersebut, Ketua Ikatan Alumni Lemhanas RI Suryo Wiranto menyatakan, merehabilitasi pengguna narkoba akan mematikan peredaran narkoba di Indonesia, “Karena tidak ada yang mengonsumsi narkoba karena tidak ingin kembali sakit,”katanya. Pada acara ini juga turut dihadiri dari Badan Narkotika Nasional (BNN) yang diwakili Dik Dik Kusnadi selaku Kasubdit Lingkungan Kerja dan Masyarakat beserta jajarannya. Masyarakat yang mengikuti ajang ini diajak turut serta menangkal narkoba dan menjaga lingkungannya dari barang berbahaya tersebut. (pas) Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 21 EDISI III - 2014
lintassektoral
Optimalkan Peran BNNP/BNNK B
adan Narkotika Nasional (BNN) menggelar Rapat Koordinasi terkait penanganan pecandu Narkoba melalui upaya rehabilitasi di Redtop Hotel, Jalan Pecenongan 72, Jakarta Pusat, Senin (28/4). Kegiatan yang mengangkat tema ‘Optimalisasi Peran dan Fungsi BNNP/ BNNK di Bidang Rehabilitasi Pecandu dan Korban Penyalahguna Narkotika ini dihadiri oleh seluruh Kepala BNN Provinsi (BNNP) dan Kepala BNN Kabupaten/Kota (BNNK). Rapat koordinasi ini merupakan bentuk dari implementasi dari peraturan bersama yang telah ditandatangani oleh BNN dan seluruh instansi yang tergabung didalam Forum Mahkumjakpol (Mahkamah Agung, Kemenkumham, Kejaksaan Agung dan Polri) pada 11 Maret 2014 lalu. Tak hanya perwakilan BNN. Rapat juga dihadiri oleh perwakilan Kemkes, Kemensos, Kemenkumham, Kejaksaan, serta Bareskrim Polri. Hasil penelitian BNN bersama Puslitkes UI menunjukkan bahwa jumlah pecandu di Indonesia sekitar 3,8 sampai dengan 4,2 juta jiwa. 27 persen diantaranya merupakan kelompok coba pakai, 45 persen kelompok teratur pakai, 26 persen kelompok 22 SINAR BNN EDISI III - 2014
candu merupakan pelaku tindak kriminal yang harus dihukum pidana. Menghadapi hal tersebut, BNN telah melakukan pencanangan tahun 2014 sebagai ‘Tahun Penyelamatan Pengguna Narkotika’. Program ini juga didukung dengan dikeluarkannya Peraturan Bersama antara Mahkumjakpol, Kemenkes, Kemensos dan BNN tentang penanganan pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika melalui upaya rehabilitasi. Diselenggarakannya Rapat Koordinasi ini Kepala BNN, DR. Anang Iskandar memberikan sambutan dalam Rakor bertujuan untuk mensinkoptimalisasi BNNP/BNNK ronisasikan dan mengkBNN di Lido pada tahun pecandu bukan suntik 2 oordinasikan kebijakan/ 2012 hanya dapat mempersen dan kelompok peprogram terkait rehaberikan layanan kepada candu suntik. bilitasi pecandu Narkoba 908 orang pecandu. Hal ini kepada seluruh BNNP dan Dari angka diatas, menunjukkan bahwa sepecandu yang memerlukan BNNK selaku pelaksana bagian besar korban peny- program rehabilitasi di layanan terapi dan rehabilitasi dengan segera adalah alahguna narkotika belum wilayah. 1.190.000 orang. Korban pe- mendapat perawatan dan Melalui kegiatan ini tidak terakses oleh layanan BNN akan menyiapkan nyalah guna yang tergolong terapi dan rehabilitasi. dalam kategori coba pakai seluruh perangkat penduAdanya PP Wajib Lapor kung (software dan harddan teratur pakai masih Nomor 25 Tahun 2011 tidak ware) yang ada di wilayah dapat ditangani dengan kegiatan pencegahan primer menjadikan para pecandu khususnya yang terkait mau melaporkan diri atau- dengan pembentukan dan intervensi singkat. pun menjalankan rehabili- IPWL dan tim asesmen terPada tahun 2012, dari tasi secara suka rela. estimasi 4,2 juta penyalah padu. Dengan melibatkan Stigma negatif guna narkotika di IndoKementerian terkait yang masyarakat terhadap penesia hanya sekitar 14.510 ikut serta dalam pembencandu menyebabkan mer- tukkan Peraturan Bersama, orang yang mengakses eka (dan atau keluarga) layanan rehabilitasi di diharapkan kedepannya seluruh Indonesia, dengan enggan mengakui bahwa BNNP dan BNNK akan jumlah terbanyak pada kel- dirinya adalah pecandu menjadi ujung tombak Narkoba. Disamping itu, ompok usia 26 - 40 tahun BNN dalam penanganan yaitu sebanyak 9.972 orang. banyak diantara kita yang pecandu di seluruh wilayah Balai Besar Rehabilitasi masih menganggap pedi Indonesia. (pas) Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lintassektoral
Kecanduan Narkoba Berawal dari Coba-Coba B
adan Narkotika Nasional (BNN) terus berupaya penyalahgunaan narkotika dan obatobatan di kalangan remaja. Pasalnya, saat ini pecandu narkoba di Indonesia sudah mencapai 4 juta jiwa termasuk di dalamnya remaja atau pelajar. Psikolog BNN Rini S. mengungkapkan, kecanduan narkoba berawal dari adanya keinginan untuk mencoba barang haram tersebut. Hal ini lalu berdampak pada rasa ketagihan hingga akhirnya mengalami ketergantungan. “Berawal dari adanya keinginan, ketagihan hingga ketergantungan. Sehingga, akan selalu ada hasrat untuk menggunakannya. Tak peduli dari mana uang yang didapatkan untuk membeli narkoba,” jelas Rini
dalam diskusi bertema ‘Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja’ di panti asuhan Vincentius Putra, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin (17/3). Menurutnya, pelajar sebagai kaum muda punya rasa ingin tahu yang besar akan hal-hal baru. Salah satunya ketertarikan dengan rokok. “Hati-hatilah karena rokok adalah pintu awal masuk narkoba. Jangan sampai sedikit saja atau membuka diri untuk kecanduan terhadap narkoba,” kata Rini mengingatkan warga panti. Dia pun berharap agar remaja yang memiliki masalah tidak malu-malu berkonsultasi dengan orang tua atau guru,”Jangan sampaikan kegelisahan pada sembarang orang atau karena bisa saja teman
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Kegiatan Diskusi tentang narkoba bersama siswa SMA
kita adalah penyalahguna narkoba dan malah menawarkan untuk menggunakan narkoba,” tegas Rini. Di tempat yang sama, Kasi Media Tradisional BNN Ahmad Soleh menjelaskan profil dan penggolongan narkotika disertai lewat pemutaran film-film pendek. Hal ini guna memotivasi masyarakat terutama remaja untuk menjauhi narkoba. Sebab, penyalahguna narkoba
sudah kehilangan masa kini sehingga jangan sampai kehilangan masa depannya juga. Oleh karena itu, BNN mencanangkan tahun 2014 sebagai tahun penyelamatan para penyalahguna narkoba,”Dengan cara memulihkan para pecandu dan penyalahguna dengan jalan rehabilitasi, sekaligus mencegah bagi yang belum terkena,” demikian Ahmad. (pas) SINAR BNN 23 EDISI III - 2014
lintassektoral
Penjara, Sekolah Bagi Pengguna untuk Menjadi Pengedar Narkoba D
inginnya lantai dan terbatasnya ruang gerak di dalam penjara, tak membuat para penyalah guna narkoba jera. Sebaliknya, penjara justru menjadi semacam sekolah bagi para penyalah guna untuk menjadi pengedar atau Bandar narkoba. Hal itu salah satunya terjadi pada seorang pria berinisial BU (30) yang ditangkap Badan Narkotika Nasional (BNN) pekan lalu karena terlibat sindikat internasional peredaran gelap narkotika jenis sabu. BU yang mulanya hanya pecandu terlibat dalam sindikat setelah berkenalan dengan seorang pengedar narkoba berinisial TM (34) saat menjalani masa hukuman di sebuah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di daerah Lampung. Dipenjara selama delapan bulan, BU banyak belajar dari TM terutama mengenai peredaran dan pengendalian sindikat narkoba jenis sabu. TM sendiri meru24 SINAR BNN EDISI III - 2014
pakan mantan narapidana kasus narkoba. Ia divonis hukuman 10 tahun penjara karena keterlibatannya dalam upaya penyelundupan 300 Kg Ganja melalui Pelabuhan Baka Heuni, pada 2006 lalu. “Saya dijelaskan bagaimana caranya berkomunikasi, bagaimana cara kerjanya,” kata BU kepada wartawan di Gedung BNN, Jakarta Timur, Selasa pekan lalu. Setelah keluar dari penjara, BU tak memiliki pekerjaan. Tuntutan ekonomi membuatnya menerima ajakan TM untuk berbisnis narkoba. “Saya butuh uang, kebetulan diajak bisnis begini,” ungkapnya. Kedua residivis ini
kemudian berkoordinasi berbisnis narkoba. TM meminta BU mengambil paket narkoba jenis sabu seberat satu kilogram dari Medan ke Lampung Selatan dengan upah Rp 2 Juta. Setelah tiba di Lampung, BU berencana bertemu TM di suatu tempat untuk menyerahkan sabu tersebut. Petugas BNN yang mendapat informasi mengenai transaksi itu langsung menangkap keduanya. Kepada petugas, TM mengaku diperintah oleh seorang berinisial JU yang juga dikenalnya saat berada di Lapas yang sama. Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Deddy Fauzi Elhakim men-
gungkapkan, kasus ini semakin mempertegas asumsi bahwa penjara bukanlah tempat yang tepat bagi pengguna. Sebaliknya, di balik teralis besi penjara, pergaulan dengan pengedar membuat seorang pengguna narkoba memiliki kemampuan untuk turut menjadi pengedar. “Akhirnya seorang pengguna dapat pelajaran lebih banyak, setelah selesai masa hukuman dia malah jadi pengedar,” ungkapnya. Untuk itu, Deddy menegaskan, para penyalah guna narkoba seharusnya direhabilitasi. Selain itu, di dalam penjara harus ada pemisahan antara pengguna dan pengedar agar sindikat peredaran narkoba di Indonesia tidak bertambah besar. Kedua tersangka dan barang bukti saat ini diamankan di Kantor BNN untuk diperiksa lebih lanjut. Atas perbuatannya kedua tersangka terjerat UU nomor 35 tahun 2009 dengan ancaman hukuman maksimal pidana mati atau penjara seumur hidup. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lintassektoral
Bisnis Narkoba, Kakak Beradik Ditangkap BNN K
akak beradik asal Aceh, Murdani dan Safriadi alias Edy ditangkap Badan Narkotika Nasional (BNN) karena terbukti melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dari hasil bisnis peredaran gelap narkoba. “Edy memutar uang keuntungan hasil bisnis haram narkoba untuk dana pendukung bisnis properti yang dijalankan oleh kakak kandungnya, Murdani,” kata Kepala BNN, Komjen Pol. Anang Iskandar di BNN, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (29/4). Anang mengungkapkan, saat menangkap Safriadi di Jalan Galuh Pakuwon Timur No.12, Bandung, Jawa Barat pada 25 Maret lalu, BNN menyita enam tabungan milik tersangka yang menggunakan nama berbeda-beda, yakni Dadang C, Edy, Revaldi, Zulfikar, Indardi, dan Slamet Kuncoro. “Kami dapatkan beberapa rekening tabungan dari nama yang berbeda, ternyata nama itu fiktif semua. Dari
tabungan ini, transaksi uang yang keluar masuk dari dan ke rekeningnya terhitung sebesar Rp179,3 Miliar. Total aset yang disita dari Safriadi senilai Rp700 juta yang terdiri dari tabungan, kendaraan bermotor dan rumah,” papar Anang. Kepada petugas, Safriadi mengaku sudah terlibat peredaran gelap narkotika jenis sabu selama tujuh tahun sejak tahun 2007. Barang-barang haram itu dia dapatkan dari dua warga negara Malaysia berinisial MUN dan A (WN Malaysia). Selain menjual sabu, Safriadi juga seringkali menyimpan sebagian sabu untuk ia
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
konsumsi sendiri. “Saat ditangkap terdapat narkotika jenis sabu seberat delapan gram di salah satu unit apartemen yang disewanya. Sementara itu, hasil penjualan narkoba dia setorkan kepada bandar di Malaysia, dan keuntungannya beberapa kali ditransfer untuk kakaknya, Murdani,” ungkap Anang. Pada hari yang sama dengan penangkapan Safriadi, BNN juga mengamankan Murdani di Perumahan Puspita Serpong, Tangerang, Banten. Dari tangan Murdani, petugas menyita aset senilai Rp15 miliar yang terdiri dari satu unit rumah di Puspita Loka, BSD, Tangerang,
satu unit rumah Anggrek Loka BSD, dua unit apartemen di Permata Eksekutif, satu unit Apartemen Gateway, dan satu unit toko di Permata Hijau. “Kami juga menyita mobil-mobil mewah milik tersangka yang terdiri dari mobil Harrier, satu unit mobil Toyota Yaris, dan satu unit mobil Nissan Xtrail, dan beberapa buku tabungan serta deposito,” jelas Anang. Atas perbuatannya, Safriadi dijerat dengan Pasal 112 (2), 114 (2) dan 137 UU No.35 Tahun 2009 tentang narkotika dengan ancaman hukuman mati atau seumur hidup dan Pasal 3,4,5 UU No.8 Tahun 2010 tentang pencegahaan dan pemberantasan tindak pencucian uang dengan ancaman hukuman 20 tahun penjara. Sementara Murdani dijerat Pasal 3, 4, dan 5 UU No.8 Tahun 2010 tentang pencegahaan dan pemberantasan tindak pencucian uang dengan ancaman hukuman 20 tahun penjara. (pas) SINAR BNN 25 EDISI III - 2014
aspirasiwarga
26 SINAR BNN EDISI III - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
aspirasiwarga
Diskotik Jadi Ajang Peredaran Narkoba
Cabut Izin Operasionalnya
P
emerintah Provinsi DKI Jakarta menegaskan akan mencabut izin operasi tempattempat hiburan yang menjadi tempat peredaran Narkoba. Hal tersebut untuk menekan peredaran Narkoba di wilayah Jakarta. “Saya sudah ngomong sama Kabareskrim lewat telepon. Kita sudah sepakat, kita cabut izin tempat hiburan malam itu. Karena pencabutan izin itu kan kewenangan Pemprov,” jelas Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Rabu kemarin. Ahok melanjutkan,
Wakil Gubernur DKI, Basuki Tjahaya Purnama
pengusaha tempat hiburan malam pun harus mendukung langkah ini. Mereka harus melakukan pencegahan tempat usahanya dijadikan lokasi peredaran Narkoba, kalau tidak mau usaha mereka ditutup. “Tempat hiburan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
malam kan seringkali dijadikan tempat untuk mengedarkan narkoba. Makanya, kita minta pengusaha diskotek untuk tegas mengawasi tempat usahanya,” tandasnya. Berdasarkan data dari Badan Nasional Narkotika (BNN),
selama 2013 ada 207 pengunjung tempat hiburan malam yang tertangkap positif mengunakan narkoba. Jumlah tersebut didapat dari 32 kali operasi yang dilakukan BNN di 24 tempat hiburan yang ada di ibu kota. (pas) SINAR BNN 27 EDISI III - 2014
aspirasiwarga
Narkoba Dikenal untuk Ditangkal
N
arkoba merupakan salah satu istilah yang sering kita dengar. Narkoba banyak di ceritakan di mediamedia massa. Berita tentang narkoba sering kita baca di surat kabar, majalah, tabloid, dan media 28 SINAR BNN EDISI III - 2014
cetak lainnya. Kabar tentang narkoba sering kita lihat di televisi, selain itu kita juga sering dengar di radio dan perbincangan masyarakat. Penyalah gunaan narkoba telah menjadi masalah besar di negeri tercinta kita ini.
Banyak orang cemas, khawatir, dan kalang kabut. Di masyarakat muncul gerakan-gerakan dan badan-badan anti narkoba. Tak heran juga banyak kelompok masyarakat yang menyatakan “Perang Terhadap Narkoba”. Data tentang peny-
alah gunaan narkoba telah tercatat cukup lama di negeri kita. Kasus tersebut muncul pada tahun 1969. Pada saat itu jenis narkoba yang di konsumsi masih sangat terbatas. Para pemakai baru mengkonsumsi morfin dan ganja. Pada ahun-
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
aspirasiwarga tahun berikutnya kasus seperti ini meningkat. Jenis narkoba yang di konsumsi pun menjadi bervariasi. Mulailah digunakan jenis narkoba yang lain, seperti : obat tidur / hipnotika / nitrasepam barbiturat, pethidin, dan heroin. Bahkan , pada era tahun 1990-an, membumilah “Pil Setan” yang bernama Ectasy/Xtc. Seiring dengan hal tersebut, kalangan pemakai dan jalur penyebaran narkoba pun berkembang. Pada awalnya narkoba hanya dipakai oleh orang-orang frustasi yang mencari sarana pelampiasan. Sekarang narkoba di konsumsi oleh banyak kalangan. Ada oknum tokoh masyarakat yang terlibat, pengusaha sukses, artis atau selebritis. Bahkan, wakil masyarakat yang menjadi anggota DPR pun ada yang terlibat kasus narkoba. Demikian pula jalur peredaran narkoba. Sekarang tak hanya terbatas di kalangan orang-orang putus asa. Narkoba beredar ke segala kalangan, Narkoba merambat ke segala lingkungan kehidupan. Bahkan, lingkungan kampus dan sekolah tak luput dari serbuan narkoba.
Kenyataan terakhir memang sungguh memilukan, karena para pelajar dan mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Beberapa tahun lagi mereka akan menjadi pelaku pembangunan dan pemimpin bangsa. Mereka akan menentukan roda pembangunan. Bagaimana lajunya roda pembangunan bangsa ini jika di gerakkan dan dikemudikan oleh para pecandu narkoba? Kekhawatiran kita cukup beralasan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasasa dengan Puslitkes UI, menunjukkan banyak bahwa pelajar dan mahasiswa menduduki ranking kedua penyalahguna narkoba setelah pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan generasi muda bangsa kita telah terancam. Tak hanya sebatas itu, kini para pengedar barang haram itu mulai melirik anak SD. Anak-anak SD mulai didekati dan dirayu agar mencoba memakai narkoba. Akibatnya, ada anak belia yang tergiur untuk mencobanya. Para perayu itu tak hanya mendekati anak-anak yang berada, tetapi
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
juga anak-anak dari keluarga miskin. Para pengedar gencar mencari pelanggan anak-anak sekolah, maka tempat transaksi narkoba pun mulai mengalami pergeseran. Transaksi tak hanya berlangsung di pasar, terminal, stasiun, atau tempattempat keramaian lainnya, akan tetapi juga di lingkungan sekolah. Transaksi narkoba bisa terjadi di halaman parkir sekolah, kantin sekolah, WC, ataupun mobil pengedar narkoba yang pakir di dekat sekolah. Kenyataan ini sangat menakutkan bagi semua kalangan. Ketakutan disebabkan oleh pengetahuan mereka terhadap bahayanya penyalah gunaan narkoba. Narkoba amat berbahaya. Misalnya, ganja. Ganja mempunyai efek khayalan/ halusinasi. Pemakai ganja akan terbius oleh khayalan-khalayan. Akibatnya, ia akan senantiasa menghayalkan hal-hal yang indah saja. Ia lupa bahwa dalam kehidupan ini ada hal-hal yang menyedihkan, menakutkan, dan menyakitkan. Jika suatu saat ia tersadar bahwa kehidupan memang tak sela-
manya indah, maka si pemakai ganja itu tak akan menerimanya. Ia ingin berhalusinasi lagi. Ganja berakibat lain lagi, ganja dapat mengubah pikiran menjadi suntuk. Gaya berfikir menjadi lemah, lamban, dan bodoh. Ganja dapat menghilangkan konsentrasi, baik konsentrasi belajar, bekerja, maupun berperilaku. Pemakaian ganja juga menyebabkan tubuh malas bergerak, mata merah, dan rasa mengantuk yang teramat besar. Pemakai ganja dapat berperilaku tanpa kendali. Ia bisa ketawa atau menangis tanpa sebab. Iapun mendadak rakus makan. Orang yang sudah menjadi pecandu ganja dapat terkena dampak yang lebih fatal. Fungsi organorgan tubuh penting seperti jantung, ginjal, hati, paru-parunya akan rusak. Bahkan surfet membuktikan bahwa pemakai ganja pada waktu lama akan menyebabkan schizophrenia/kegilaan. Oleh karena itu marilah kita mempelajari narkoba semakin dalam lagi dan mengenalinya. Namun, tentu saja “Narkoba bukan dikenal untuk disayang”, akan tetapi “dikenal untuk ditangkal”. SINAR BNN 29 EDISI III - 2014
artikelartikel
Peran Penting Keluarga Pulihkan Pengguna Narkoba S
EKILAS tak ada yang akan menyangka gadis berpembawaan ceria bertubuh agak gemuk ini pernah menjadi seorang pecandu narkoba. Meski dilahirkan dalam keluarga harmonis dengan kondisi serba berkecukupan secara materi, Ganita, 28 (nama samara), akibat rasa penasaran, memakai narkoba dalam usia yang masih sangat belia, 14 tahun. “Saya memakai narkoba murni hanya didorong rasa penasaran dan kebingungan. Bingung untuk mencari cara bersenang-senang, sedangkan semua jenis hiburan sudah pernah saya rasakan. Jadi salah kalau orang beranggapan hanya anak bermasalah yang bisa terjerumus dalam ketergantungan narkoba,” ujar Nita, begitu ia biasa dipanggil. “Awalnya saya tertarik melihat efek kegembiraan, euforia yang ditimbulkan saat melihat pacar dan teman-teman terdekat mulai memakai narkoba,” ujar Nita memulai ceritanya. Selain itu, narkoba jenis putaw yang pertama kali ia cicipi itu terasa membuat dirinya menjadi lebih berani, percaya diri, kreatif, dan santai. Meski awalnya hanya ingin mencoba, tanpa disadari ia menjadi ketagihan dan terus melakukannya lagi berulang-ulang tanpa bisa berhenti. Sejak itu, tak kurang dari Rp 500 ribu hingga jutaan rupiah bisa ia habiskan per hari hanya untuk membeli
30 SINAR BNN EDISI III - 2014
beberapa gram putaw. Padahal sekitar tahun 1998 saat itu, ia masih duduk di bangku kelas 2 di sebuah SMP swasta ternama di Karawang. “Biasanya saya pakai nar koba sebelum masuk sekolah, jadi baru masuk setelah jam istirahat selesai. Begitu sete rusnya berlangsung hampir setahun,“kenang Nita. Meski awalnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi, akhirnya kebiasaan Nita me makai narkoba itu diketahui orang tuanya. “Saya dan teman-teman yang pakai juga teman main di rumah. Orang tua kami sudah saling kenal, jadi ketika salah seorang dari kami ketahuan menjadi pemakai, semuanya langsung diinterogasi orang tua masing-masing,” ujar Nita. Ia kemudian dipindahkan ke SMP lain, di Bandung. Namun hubungan dengan pemasok putaw tetap berlangsung lancar, bahkan kini ia memiliki bandar tetap untuk menjaga pasokannya. Sejak itu, ia sering keluarmasuk berbagai tempat rehabilitasi dengan beragam metode yang ditawarkan. Ia sempat mengurangi pemakaian hanya sekali setiap akhir pekan, namun hal itu tidak berlangsung lama. “Saya selalu cari cara untuk bisa mendapatkan putaw sebanyak-banyaknya untuk ditimbun supaya saat butuh tidak perlu repot mencari,” tutur Nita. Namun nyatanya, semakin banyak stok putaw yang ia miliki semakin tinggi
frekuensi pemakaian putaw yang ia lakukan. Demikian juga upaya kedua untuk menghentikan kebiasaan memakai narkoba itu tidak menunjukkan hasil. Hanya sekitar 3- 4 bulan Nita sempat berhenti mengonsumsi putaw. Setelah itu, hingga tamat SMA dan melanjutkan kuliah, Nita tidak pernah terputus dari ketergantungannya terhadap putaw. Tak mengherankan bangku kuliah pun akhirnya ia tinggalkan karena tidak bisa diikutinya dengan baik. Kendati kucuran uang saku dari keluarga diperketat setelah ia ketahuan menjadi pecandu narkoba, Nita tidak kehilangan akal. Bakat seni desain yang ia miliki cukup untuk menjadi ladang pendapatan yang membuat pasokan putaw yang dibutuhkannya tetap terjaga kesinambungannya. “Saat itu enggak ada hal lain yang lebih penting kecuali menjaga pasokan putaw. Bahkan tak jarang hasil kerja saya hanya dihargai dengan beberapa gram putaw,” kenang Nita sambil tersenyum getir. Patah Kaki Saat Sakaw Beragam pengalaman pahit pernah ia rasakan akibat ketergantungannya terhadap putaw. Selain pernah menjadi target operasi pemakai narkoba yang membuatnya harus berurusan dengan aparat kepolisian, Nita juga pernah mengalami patah tulang kaki saat dalam kondisi ketagihan putaw yang amat sangat, sakaw. Padahal saat
itu ia menjalani terapi pemulihan dari ketergantungan putaw dan dikurung di dalam kamar. “Saya sudah enggak bisa lagi menahan diri akhirnya nekat kabur menjebol internit kamar dan menyusup keluar lewat atap rumah,” tutur Nita. Sialnya, lanjut Nita, saat lompat dari atap itu kakinya terpelintir hingga patah. Setelah dibawa ke rumah sakit dan dioperasi pun ia masih berupaya untuk men dapatkan putaw, “Dengan kaki masih dibalut gips dan langkah tertatih-tatih, saya kabur dari rumah sakit karena badan sudah nagih putaw waktu itu,” imbuh Nita. Selama hampir 10 tahun lamanya, ia berkutat dengan ketergantungannya terhadap narkoba. Berbagai upaya yang dilakukan keluarganya untuk menariknya keluar dari ketergantungan itu tak pernah berhasil. Selamatkan Diri - Sendiri Kegusaran keluarga terha dap kondisi Nita akhirnya berbuah keputusan untuk membawanya ke tempat rehabilitasi di Lido, Bogor. Di pusat rehabilitasi itu, Nita tidak hanya diobati secara medis, namun juga diberikan beragam konseling yang sifatnya memulihkan kesadaran mental terhadap eksistensi dirinya. Istilahnya dual diagnosis. “Di situ, saya seperti disadarkan bahwa hidup terlalu berharga hanya untuk dihabiskan di dunia khayal saat mengonsumsi putaw. Hanya saya pribadi yang bisa
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
artikelartikel menentukan akan seperti apa saya di masa depan,”ujar Nita. Hal lain yang membuatnya termotivasi untuk cepat lepas dari ketergantungan adalah dukungan keluarga. “Ternyata selama ini saya tidak sadar apa yang saya lakukan justru membuat kelu arga menjadi terpecah, semu anya merasa paling bersalah dan hubungan antar anggota keluarga menjadi buruk,”tutur Nita. Perlahan ia mulai bisa mengurangi dosis hingga akhirnya mampu berhenti. “Berkaca pada kegigihan saya dulu saat berusaha men dapat putaw, saya ingin mem baliknya menjadi motivasi untuk mengejar kesuksesan dari apa pun yang saya kerjakan. Saya harus bisa menebus 10 tahun waktu yang terbuang itu dengan kesuksesan,” pungkas Nita yang berniat untuk kembali meneruskan kuliahnya yang tertunda. Saat Keharmonisan Keluarga Tidak Lagi Berguna Hasil survei Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) menun jukkan sekitar 60%-70% pecandu narkoba di Indonesia berasal dari keluarga baikbaik atau dapat dikatakan keluarga yang harmonis. Sementara itu, enam dari 10 penggunaan narkoba dilakukan di sekitar lingkungan rumah. Itulah hasil survei yang dilakukan lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pencegahan dan penanggulangan narkoba ini terhadap 613 pecandu narkoba di 14 panti rehabilitasi. “Ini tentunya fakta yang cukup mengejutkan. Artinya bahaya penyalahgunaan narkoba sudah sedemikian merasuki sendi kehidupan masyarakat hingga ke level keluarga,”ujar Psikolog Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur, Riza Sarasvita. Karena itu, lanjut Riza, harus ada upaya yang lebih komprehensif untuk mencegah merembesnya penggunaan narkoba ke dalam unit terkecil masyarakat ini. “Pemberian informasi yang
memadai tentang bahaya narkoba sedini mungkin untuk semua lapisan masyarakat mutlak harus dilakukan,”ujar Riza. Sebagai zat yang menye babkan adiksi, ketergantungan proses pemulihan seorang pengguna narkoba tergantung dari jenis zat yang digunakan si pemakai. Jenis zat opiat (heroin, morfin, ganja) lebih spesifik mempercepat membuat ketergantungan dan mengakibatkan gangguan otak akibat perubahan syaraf pusat.”Nah, yang harus dipulihkan itu bukan sekadar dorongan keinginan untuk berhenti, namun juga struktur dan tatanan syaraf dan otak yang sudah terganggu dan mengalami perubahan,”ujar Riza. Jadi, lanjut Riza, ada persoalan gangguan fisik yang harus dipulihkan dengan pe ngobatan medis. Sementara jenis amfetamin seperti sabu dan ekstasi menyebabkan halusinasi dan dorongan untuk bertindak hiperaktif. Narkoba jenis benzodiazepin semacam pil nipam, BK, dan magadon mendorong orang untuk bersikap agresif. Penggunaan narkoba menstimulus potensi gangguan jiwa dalam diri mereka. Penggunaan narkoba tertentu bisa memicu. Ada sebagian alasan menggunakan narkoba adalah self medication.”Seseorang yang merasa diri aneh, terasingkan, alienated, berbeda dengan teman sebaya ataupun lingkungannya namun tidak memiliki teman curhat, cenderung lebih mudah menjadi pemakai untuk menghilangkan atau berpaling dari rasa anehnya itu,”ujar Riza. “Semakin dini seseorang memulai memakai narkoba, akan semakin sulit proses pemulihannya. Hal ini karena pada usia di bawah 18 tahun, faktor perkembangan fisik dan otak yang seharusnya berkembang maksimal terhambat oleh racun yang ada dalam narkoba itu,”papar Riza.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Dual Diagnosis Secara umum, efek yang paling berbahaya dari penggu naan narkoba adalah membuat orang lepas kontrol atas dirinya sendiri. Sementara itu, agresivitas lebih disebabkan alkohol, ganja, dan benzodiazepin (pil nipam, BK, megadon). “Untuk memulihkan kondisi ini, harus dilakukan dual diagnosis. Diagnosis pertama dilakukan untuk mengatasi ketergantungannya terhadap narkoba, sedangkan diagnosis yang lain adalah untuk mengatasi gangguan jiwanya,”papar Riza. Setelah tahap detoksifikasi selesai, tahap pemulihan emosi dalam mengelola amarah, anger management harus menjadi bagian dari terapi dalam proses rehabilitasi pengguna narkoba. Karena, para pengguna itu memiliki kesulitan yang serius untuk mengekspresikan rasa kesal dan rasa marah dalam bentuk yang positif yang dialaminya. Itu berpotensi menimbulkan kekerasan. Peran Lingkungan Upaya pemulihan itu tidak bisa dilakukan sendiri, harus ada dukungan yang proporsional dari lingkungan. Keluarga sebagai lingkungan terdekat harus menjadi garda terdepan dalam proses pemu lihan anggota keluarga yang mengalami ketergantungan narkoba ini. “Jauhkan persoalan saling menyalahkan ataupun lempar tanggung jawab di antara anggota keluarga. Ciptakan suasana yang hangat dan tumbuhkan aura kasih sayang yang tulus di antara anggota keluarga. Kondisi ini akan sangat membantu mempercepat upaya pemulihan,”ujar Riza. Hasil penelitian Riza bersama tim psikolog RSKO Cibubur menunjukkan dukungan keluarga yang positif membuat pasien memiliki daya tahan yang lebih lama dalam program pemulihan. Hal ini akan menghasilkan perubahan perilaku permanen yang membawa dampak
positif terhadap perubahan setelah ia selesai menjalani rehabilitasi,” papar Riza. Namun, di sisi lain, ia juga mengingatkan upaya pemulihan itu harus didukung secara proporsional. “Pihak keluarga dan lingkungan terdekat juga harus mendorong para pemakai memotivasi diri sendiri untuk memerdekakan diri dari belenggu penjajahan narkoba,” imbuh Riza. Artinya, kemandirian si pemakai untuk berupaya melepaskan diri dari ketergantungan narkoba harus terus ditumbuhkan. “Serangan narkoba terha dap keluarga harmonis lebih disebabkan faktor dari dalam individu anggota keluarga ini. Karena itu, upaya pemulihan juga harus menyentuh sisi psikologis terdalam dari individu untuk menumbuhkan keinginan terlepas dari ketergantungan narkoba,” ujar Riza. Demikian halnya peran teman terdekat. Menjauhkan pengguna dari lingkungan pemakai harus ditempuh. Se mentara itu, pendekatan per sonal secara intensif dengan memerhatikan aspek persuasif, seperti mendengarkan curhat maupun mengajaknya melakukan aktivitas keseharian yang membuat senang, bisa menjadi mempercepat upaya pemulihan. Selain itu, faktor keter bukaan dalam keluarga cukup berperan signifikan,”Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menghargai pendapat setiap anggota, namun tetap memegang teguh sopan santun dan hierarkis orang tua biasanya memiliki tameng yang lebih kuat terhadap godaan mencoba narkoba,” ujar Riza. Hal penting lainnya adalah peran keluarga untuk menanamkan sisi spiritualitas, tidak hanya pada dimensi ritual, tapi yang terpenting adalah memberikan contoh berperilaku sesuai dengan tuntutan agama maupun kepercayaan yang dianut.
SINAR BNN 31 EDISI III - 2014
liputankegiatan
Berdayakan Mantan Pengguna Narkoba dengan Wirausaha
dan medis dari dokter,” jelas Trisnawati. Trisnawati berharap para residen dapat mengikuti dan menjalani program pasca rehabilitasi dengan baik dan serius agar mereka bisa kembali hidup normatif, produktif dan tidak relaps. Kunci untuk pulih dari keter-
D
irektorat Pasca Rehabilitasi Deputi Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) akan memberikan pelatihan keteramplan dan meningkatkan rasa percaya diri bagi 10 mantan pengguna narkoba yang dikirim dari Balai Besar Rehabilitasi Lido, Bogor, ke Rumah Dampingan Cipinang Besar, Jakarta Timur, Selasa (29/4). Para residen yang didampingi Nomi, diterima Koordinator Rumah Dampingan Cipinang, Drg. Trisnawati, Mulyana dan Ari serta konselor Rumah Dampingan Wilis Wulandari. Para residen diberikan pengarahan tentang kegiatan-kegiatan yang ada dan peraturanperaturan yang berlaku di Rumah Dampingan. Para Residen akan melaksanakan program di Rumah Dampingan selama 2 bulan. Dalam arahannya, Trisnawati menjelaskan, 10 residen tersebut telah 32 SINAR BNN EDISI III - 2014
Mantan Pengguna Narkoba Dilatih berwirausaha service HP.
mengikuti rehabiltasi primery selama 6 bulan di Balai Besar Rehabilitasi BNN di Lido Bogor, “Kemudian mereka akan mengikuti program lanjutan pasca rehabilitasi di Rumah Dampingan Cipinang selama dua bulan,”jelas Trisnawati, ketika ditemui usai memberikan bekal dan arahan kepada residen, kemarin. Selanjutnya Trisnawati menjelaskan, dalam mengikuti program pasca rehabilitasi di Rumah
Dampingan Cipinang, para residen diberikan ketrampilan vocasional diantaranya dilatih mencuci motor dan mobil dengan steam, pelatihan komputer dan membuat kerajinan tangan handycraf,“Selain itu mereka juga tetap diberikan after care meeting, support group therapy, dan relaps prevention. Mantan penyalah guna narkoba di Rumah Dampingan Cipinang mendapatkan konseling dari psikolog
gantungan narkoba ialah meningkatkan kualitas hidup, lepas dari kecanduan zat adiktif saja tidak cukup, “Banyak treatmet yang perlu diberikan kepada pecandu untuk kembali meningkatkan produktivitas. Bekal keterampilan, kesiapan mental, serta dukungan dari keluarga, teman, dan lingkungan sekitar memiliki peran penting dalam membantu mereka kembali dalam kekehidupan normal,” ujarnya. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Galang Dukungan Media, BNN Gandeng Jurnalis Online Hal ini juga mendapat dukungan dari para peserta. Arul, salah seorang jurnalis juga menyatakan kesiapan untuk menjadi relawan,“Saya rasa semua yang hadir di sini siap untuk menjadi relawan. Masalahnya apakah BNN mau turun bersama media untuk bertemu dan mendengar langsung dari masyarakat. Kalau perlu kita datangi rumah orang yang dicurigai jadi bandar narkoba,” tanBNN Menggelar diskusi tentang narkoba bersama awak media Online dasnya. Sementara itu, Kasukan info soal narkoba, asih kurangnya melemah pada saat bdit Masyarakat BNN, daya tarik upa- pemberitaan vonis yang maupun menjaring duSiti Alfiasih mengaprekungan dari masyarakat. ya dan program dijatuhkan,“Padahal siasi kesediaan para dengan kehadiran Ferdinand, salah pencegahan narkoba jurnalis untuk hadir dan seorang jurnalis menguntuk diangkat menjadi media, peran kontrol berdiskusi dengan BNN. kritisi website BNN konsumsi berita, diakui masyarakat tentunya Menurutnya, sebagai menjadi terwakili. Dan yang lebih sering sulit Badan Narkotika Naini akan menjadi sumdiakses. Padahal menu- sebuah permasalasional (BNN) dan para han bangsa yang cukup bangsih yang baik bagi rutnya media ini bisa jurnalis media online. sangat diefektifkan mis- kompleks, dibutuhkan Hal ini terungkap dalam kondisi proses penegaalnya dengan menampil- kepedulian dari semua pertemuan yang digelar kan hukum di negeri pihak,“Akan selalu ada kita,” ujarnya. kan video-video muBNN dengan Jurnalis kendala teknis di lapanSebagai orang yang takhir dari BNN,“Perlu Media Online di gedung gan. Namun dengan kesmenjalankan profesi sebuah gerakan yang BNN, Kamis (13/3). amaan visi dan misi kita dan bergerak di media masif dari seluruh eleKabag Humas BNN, untuk membebaskan online, hampir semua men masyarakat. NaSumirat Dwiyanto meanak bangsa serta negeri jurnalis yang hadir mun gerakan tersebut nyatakan, dalam kasus kita dari jeratan narkohukum pun kadangkala menyarankan agar BNN membutuhkan adanya ba, tentu akan menjadi media seringkali gencar memanfaatkan teknologi perubahan luar biasa yang terkini. Baik untuk dalam menyikapi upaya pemicu kesatuan dalam mengekspos di awal menghadapi musuh mensosialisasikan propenanganan narkoba,” penangkapan, namun bersama,”ujarnya. (pas) gram, mendiseminasiujarnya. terkesan cenderung
M
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 33 EDISI III - 2014
liputankegiatan
Kita Tidak Boleh Lengah
menyampaikan, bahwa sekolah penerbang Deraya sendiri sebelumnya telah melakukan kerjasama dengan BNN khususnya untuk memberi pembekalan kepada mahasiswa baru. Hal ini mengingat latar belakang para siswa dari sekolah menengah yang perlu mendapat pembekalan. Ditemui setelah mem-
M
enyikapi masih relatif rendahnya daya tangkal masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba, Badan Narkotika Nasional (BNN) terus berusaha melakukan penguatan kepada berbagai kelompok masyarakat. Individu dan kelompok profesi atau golongan mana saja bisa menjadi penyalahguna narkoba sehingga pemahaman atas bahaya narkoba harus disebarkan seluas-luasnya. Hal ini disampaikan Siti Alfiasih, dari Badan Narkotika Nasional, saat membuka acara kader anti narkoba bagi mahasiswa sekolah penerbangan, di Cawang, Jakarta, Rabu (26/3). Selanjutnya Siti mengatakan, kita tidak boleh lengah dengan mengasumsi adanya kelompok yang steril dari narkoba, “Faktanya beberapa kasus penyalahgunaan narkoba melibatkan mereka yang berprofesi dalam dunia penerbangan,” kata Siti. Menurutnya, kewaspadaan, deteksi dan 34 SINAR BNN EDISI III - 2014
pencegahan dini harus dijalankan di semua lini dan kalangan. Hal ini akan menjadi satu kekuatan dalam menangani permasalahan narkoba yang melanda negeri kita,“Bila mampu mencegah sedari dini tentu baik sekali, namun manakala hal itu telah terjadi, deteksi dini akan menjadi penentu untuk melakukan tindakan penanganan selanjutnya,” imbuh Siti. Budi Kustanto, operasional department Deraya Flying School yang hadir mendampingi para
mahasiswanya dalam kegiatan ini menyatakan, perlunya diberikan pembekalan kepada para mahasiswa penerbangan secara komprehensif dan berkelanjutan,“Beberapa kasus narkoba dalam dunia penerbangan membuat kita harus selalu waspada dan melakukan deteksi dan pencegahan dini kepada para siswa. Ini harus menjadi perhatian semua pihak yang terkait, baik dari sisi pendidikannya maupun pembuat regulasi penerbangan,” tuturnya. Lebih lanjut Budi
berikan pembekalan kepada para mahasiswa, Sudirman, dari BNN mengharapkan agar para peserta dapat menggulirkan kembali pemahaman yang telah didapat minimal kepada lingkup sekitarnya,“Dalam kegiatan ini kita tidak hanya memberi pemahaman atas bahaya narkoba. Namun juga kita mengajarkan cara mengkomunikasikan, sehingga apa yang dipahami sebagai bahaya narkoba dapat disebarluaskan juga kepada orang lain,” ujarnya. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Membangun Lingkungan yang Sehat
S
ekarang ini disinyalir tidak ada satu wilayah pun di Indonesia ini yang bebas dari peredaran gelap narkoba, karena para sindikat senantiasa memanfaatkan celah-celah yang bisa dimasukinya untuk mengedarkan narkoba. Karena itu, peran serta masyarakat sangat penting mengawasi putraputri dalam pergaulan di lingkungan rumah mapun lingkungan sekolah, “Sebagai masyarakat, kita harus senantiasa waspada dan menjaga lingkungan kita dari ancaman bahaya penyalahgunaan narkoba,” kata Mudjeni TB, dalam Focus Group Discussion
(FGD) bagi Jamaah Masjid Al-Huda dan masyarakat RW 05 Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Jakarta Barat, Senin (17/3). Selanjutnya, Mudjeni mengungkapkan, bahwa narkoba sudah banyak merenggut nyawa generasi muda, 40 nyawa melayang setiap hari karena over dosis narkoba, tapi kenapa masih banyak yang suka menyalahgunakannya, “Inilah yang harus diperhatikan para penegak hukum, kasusnya sudah luar biasa dan mengkhawatirkan kelangsungan hidup para generasi muda, tetapi penanganannya masih biasabiasa saja. Apalagi seka-
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
rang narkoba sudah masuk ke berbagai kalangan seperti Anggota Dewan, Polisi, Jaksa, Hakim, dan Ustad, ini menyedihkan,” ungkap Mudjeni. Ia berharap pemerintah dapat bertindak lebih tegas lagi dalam menangani permasalahan penyalahgunaan narkoba,”Saya sangat bersyukur dengan kedatangan tim BNN ke lingkungan kami, dan saya berharap bahwa kita yang hadir dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan kita bermasyarakat,” harap Mudjeni. Sementara itu, Rusdiana HB dari BNN, menjelaskan, masyarakat perlu waspada terhadap lingkungan sekitar tempat tinggalnya, untuk menghindarkan generasi muda dari ancaman penyalahgunaan narkoba menjadi generasi yang sehat dan bersih dari narkoba, “Jangan seperti penegak hukum yang memakai narkoba. Karena kalau tidak dibangun dari sekarang, kapan lagi mau menciptakan generasi pemimpin yang bebas dari narkoba. Maka disinilah pentingnya masyarakat ikut FGD, yang tadinya tidak tahu, tidak mau, dan tidak mampu, menjadi
tahu, mau, dan mampu mencegah bahaya penyalahgunaan narkoba,” jelas Rusdiana. Selain itu, Rusdiana juga menjelaskan mengenai pemahaman tentang lingkungan narkoba, pemahaman tentang dampak narkoba, strategi membangun lingkungan sehat dari narkoba serta dasar hukum wajib lapor. Hal ini ditekankan agar masyarakat berperan serta dalam menanggulangi bahaya penyalahgunaan narkoba terutama di lingkungan sendiri. Sedangkan, Jaka, mantan penyalahguna narkoba memberikan testimony, bahwa lingkungan sangat pengaruhnya dalam hal menyalahgunakan narkoba, “Dulu di lingkungan sebelah saya banyak remaja yang menggunakan narkoba, sehingga saya ikut terpengruh dan memakainya. Tapi setelah saya pindah dan jauh dari lingkungan teman-teman yang memakai narkoba, saya bisa berhenti, dan bisa beraktivitas kembali secara normal,” kata Jaka, yang sekarang dipercaya menjadi Ketua Karang Taruna di lingkungan RW 05. (pas). SINAR BNN 35 EDISI III - 2014
galeriagaleria
Kepala BNN DR. Anang Iskandar memberikan keterangan di hadapan sejumlah wartawan saat melakukan kunjungan kerja ke Sidoarjo, Jawa Timur.
Kepala BNN DR. Anang Iskandar menghadiri diskusi Stop Narkoba di Universitas Pancasila, Jakarta.
Para tokoh lintas agama mengikuti diskusi dan sosialisasi tentang pencegahan naroba di Indonesia melalui pemberdayaan para tokoh lintas agama.
Kepala BNN DR. Anang Iskandar memimpin Rakor dengan para Deputi dan Direktur di lingkungan BNN.
Kepala BNN DR. Anang Iskandar bersama peserta workshop P4GN yang terdiri para jurnalis media cetak dan elektronik yang digelar di Gedung Diklat, Lido, Bogor.
36 SINAR BNN EDISI III - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
galeriagaleria
Kepala BNN DR. Anang Iskandar yang didamping sejumlah pejabat BNN menggelar pertemuan dengan pejabat di lingkungan BPOM,
Adikta Suryaputra Staf Khusus Kepala BNN, saat menghadiri Sidang CND di Wina Austria.
Deputi Pencegahan BNN, Yappi Manafe bersama jajaran di Deputi Pencegahan dan peserta diskusi, usai menggelar diskusi tentang pencegahan narkoba.
Suasana diskusi dan sosialisasi tentang P4GN
Kepala BNN DR. Anang Iskandar bersama PNS di lingkungan BNN yang baru menerima SK pengangkatan dari CPNS menjadi PNS.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 37 EDISI III - 2014
kolomkolom
Tiga langkah Membangun Remaja Terbebas dari Narkoba M
embangun remaja yang bebas dari penyalahgunaan narkoba harus didasarkan pada pencermatan terhadap karakteristik pengguna narkoba sekaligus tindakan yang melatarbelakanginya. Menurut analisis Dr. Graham Blaine (psikiater), penyebab seseorang mengkonsumsi narkoba tidak hanya berasal dari keinginan individu itu sendiri akan tetapi juga berasal dari lingkungan sekitarnya. Semuanya itu jelas akan memburamkan masa depan keluarga, masyarakat dan bangsa termasuk masa depan remaja itu sendiri. Logika yang dapat ditarik sangat sederhana. Remaja yang menyalahguna38 SINAR BNN EDISI III - 2014
kan narkoba sudah menjadi generasi yang rusak dan sulit dibenahi. Tubuhnya tidak lagi fit dan fresh untuk belajar dan bekerja membantu orangtua, sementara mentalnya telah dikotori oleh niat buruk untuk mencari cara mendapatkan barang yang sudah membuatnya kecanduan. Bila sudah
demikian, apa yang dapat diharapkan dari mereka? Selanjutnya, beberapa studi yang pernah dilakukan, karakteristik pengguna narkoba biasanya adalah remaja-remaja kita yang “bermasalah”. Bermasalah disini artinya memiliki beban mental/kejiwaan yang menurut mereka
sangat berat dan sulit untuk ditanggung. Misalnya terlalu sering dimarahi orangtua, tidak disukai lingkungan, merasa bersalah karena orangtuanya bercerai, tidak mendapat kasih sayang, prestasi belajar jelek, merasa diremehkan teman yang membuat sakit hati, merasa kurang percaya diri
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
kolomkolom dan sebagainya. Keinginan yang besar ini sedikit banyak dipengaruhi oleh sedikitnya pengetahuan mereka tentang narkoba, membuat mereka rapuh dan terjebak dalam lingkaran yang menghancurkan. Bagaimana menangkalnya? Ada tiga langkah penting yang perlu dicoba untuk membangun remaja masa depan yang bebas narkoba. Pertama, dalam lingkungan keluarga, orangtua berkewajiban memberikan kasih sayang yang cukup terhadap para remajanya. Mereka tidak boleh cepat marah dan main pukul tatkala sang remaja melakukan kesalahan baik dalam tutur kata, sikap, maupun perbuatannya, tanpa diberi kesempatan untuk membela diri. sebaliknya, orangtua harus bersikap demokratis terhadap anaknya. Anak harus diposisikan sebagai insan yang juga membutuhkan penghargaan dan perhatian. Tidak cukup hanya diperhatikan kebutuhan fisiknya, tetapi juga kebutuhan psikisnya. Sehingga komunikasi yang hangat antara orangtua dan anak-anaknya men-
jadi langkah utama yang jitu untuk menjalin hubungan yang harmonis agar sang remaja menjadi tenteram dan nyaman tinggal di rumah. Jadi mereka tidak membutuhkan pelampiasan atau pelarian di luar rumah tatkala menghadapi persoalan yang rumit. Kedua, dalam lingkungan sekolah, pihak sekolah berkewajiban memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang narkoba sebagai bentuk antisipasi terhadap informasi serba sedikit namun salah tentang narkoba yang selama ini diterima dari pihak lain. Pihak sekolah juga perlu mengembangkan kegiatan yang berhubungan dengan penanggulangan narkoba dalam rangka mencegah dan mengatasi meluasnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar, seperti melakukan pembinaan dan pengawasan secara rutin terhadap siswa baik dengan melibatkan pihak lain (kepolisian, komite sekolah, orangtua), menggiatkan kegiatan ekstrakurikuler yang bermanfaat, serta mengembangkan suasana yang nyaman dan aman bagi remaja un-
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
tuk belajar. Di samping itu pihak sekolah perlu berupaya keras “mensterilkan” lingkungan sekolah dari peredaran dan penyalahgunaan narkoba, dengan tidak membolehkan sembarang orang memasuki lingkungan sekolah tanpa kepentingan yang jelas dan mencurigakan. Dengan tidak memperbolehkan sembarangan orang memasuki lingkungan sekolah tanpa kepentingan yang jelas akan menghindarkan lingkungan sekolah dari peredaran narkoba. Ketiga, dalam lingkungan masyarakat, para tokoh agama, perangkat pemerintahan di semua tingkatan mulai dari Presiden, Gubernur, Bupati, Camat, Lurah, hingga RT dan RW perlu bersikap tegas dan konsisten terhadap upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dilingkungannya masing-masing yang didukung penuh oleh pihak keamanan dan kepolisian. Mereka perlu terus menerus memberi penyadaran pada seluruh warga masyarakat akan bahaya mengkonsumsi narkoba tanpa indikasi medik dan pengawasan ketat dari dokter dalam
rangka penyembuhan. Khusus para tokoh masyarakat dan tokoh agama tidak boleh mengenal lelah dan bosan menanamkan norma-norma dan kebiasaan yang baik sebagai warga masyarakat, baik dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dengan Tuhannya. Ketiga langkah tersebut adalah sebuah langkah formal dan normatif. Namun layak untuk diimplementasikan. Karena tiga lingkungan tersebut yang menjadi wilayah sehari-hari remaja ketika mencari jati dirinya. Remaja adalah generasi penerus bangsa yang akan menentukan masa depan keluarga, masyarakat dan negara. Sebagai generasi penerus, remaja harus memiliki motivasi kuat untuk belajar dan terus belajar agar kelak akan mampu menjadi generasi yang tidak saja sehat, cerdas dan terampil, tetapi juga bertaqwa. Kita harus mengambil langkah, agar keterbelakangan dan keterpurukan bangsa ini tidak semakin dalam ke depannya karena remaja yang nantinya menjadi pilar tak lagi punya harapan.(pas) SINAR BNN 39 EDISI III - 2014
liputankegiatan
Pengguna Narkoba Jangan Ditahan Tapi Direhabilitasi P
enyidik polisi dan kejaksaan dihimbau untuk tidak memasukkan pengguna narkoba ke dalam penjara, “Ini dikhususkan untuk tersangka kasus narkoba yang berstatus sebagai pengguna,” kata Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Pol. DR. Anang Iskandar, usai bertemu ratusan mantan pecandu narkoba dalam program Aftercare, di halaman kantor BNN Provinsi Jawa Timur, Rabu (26/3). Selanjutnya, mantan Kapolwiltabes Surabaya ini, mengatakan, di lapangan, selama ini masih banyak pengguna narkoba yang ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara,“Mulai tahun ini, kita berusaha hal itu tidak terjadi lagi. Pengguna narkoba harus dimasukkan ke dalam tempat rehabilitasi. Bukan di pen40 SINAR BNN EDISI III - 2014
proses hukum itu mereka jangan ditahan. Kemudian, berkas perkaranya juga harus diterapkan bahwa mereka pengguna. Demikian halnya tuntutan jaksa, juga harus menuntut pengguna supaya dihukum rehabilitasi,” kata Anang. “Kecuali, jika ternyata si pengguna itu juga menjadi pengedar. Boleh ditahan, dan pemberkasan perkara jara. Polisi, jaksa, dan tandas Anang. maupun tuntutannya penyidik lain jangan juga harus lebih bePengguna yang lagi menahan pengrat,” sambungnya. tidak melapor, tetap guna narkoba,” tegas Dijelaskan Anang, bisa ditangkap oleh Anang. dalam kebijakan globpetugas. Namun, unSebagaimana datuk pengguna yang su- al, pengguna narkoba lam Undang-undang dah berusaha sembuh tidak lagi dipenjara. Narkotika, pengguna dan telah melaporkan Tapi diberikan alternarkoba memang natif hukuman, rehadiri ke instansi yang masuk dalam katberwenang, tidak bisa bilitasi. Di Indonesia, egori pelaku kejahaundang-undangnya ditangkap. tan dengan ancaman Bagi pengguna yang juga ada pilihan, penghukuman empat tahun tidak melapor kemuguna narkoba bisa penjara, “Pengguna dian ditangkap, tetap dihukum penjara dan narkoba tetap salah. diproses sebagaimana bisa direhabilitasi. Tapi, dalam undang“Tapi kebijakan negketentuan yang ada. undang juga disamMulai dari penyidikan, ara ini lebih memilih paikan bahwa mereka hingga di persidanrehabilitasi,” tandasharus direhabilitasi,” nya. (pas) gan, “Tapi, selama Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan sebagai tahun penyelamatan pengguna narkoba,“Bila diantara kita atau di lingkungan kita ada yang menjadi pecandu narkoba, sebaiknya kita mengupayakan agar ia mau direhabilitasi. Sebagai langkah awal dapat dilakukan dengan melaporkan diri sebagai pecandu untuk mendapatkan perawatan,”ujarnya. Hal ini disampaikan Siti, menanggapi banyaknya warga yang belum memahami paradigma dan ketentuan mengenai rehabilitasi untuk pengguna narkoba, bahkan ada yang menyatakan alasan takut untuk melaporkan diri. Menurut Siti, hal ini bisa dimaklumi mengyang berada di sekitar la ada anggota keluarga yang menjadi pe- ingat di masa-masa wilayah rawan,“Kita candu narkoba,“Harus sebelumnya tidak mendengar bahwa dipikirkan bagaimana ada pembedaan yang wilayah peredaran jelas antara pengguna caranya BNN bisa narkoba yang menmensosialisasikan ba- murni dengan mereka jadi tetangga sebelah sudah mulai diberan- haya dan penanganan yang melakukan kejahatan seperti pengetas. Ada kekhawatiran narkoba ke warga daran narkoba,“Justru tiap-tiap RT. Kalau penyebaran justru dengan mengikuti perlu dibikin sepakan mengarah ke wilayah sekitar. BNN erti acara layar tancap program wajib lapor, maka status pengguna supaya menarik dan perlu melaksanakan tersebut akan dapat akhirnya warga akan programnya secara diketahui secara jelas paham,” imbuhnya. lebih intens di sini,” dan tegas. Bila daTerkait dengan ujarnya. lam assesment tidak Sebagai orang yang program yang disodiketemukan indikasi sialisasikan, Siti anggota keluarganya keterlibatan dengan ada yang pernah men- Alfiasih, dari BNN sindikat, maka sudah jadi pengguna narko- menekankan mengenai upaya rehabilitasi pada tempatnya ia ba, Zainuddin sangat direhabilitasi,”ujar dimana tahun 2014 memahami kesulitan Siti. (pas) yang dialami manaka- telah dicanangkan
Pusatkan Kegiatan di Daerah Rawan T
ingginya tingkat penyalahgunaan narkoba di beberapa wilayah di DKI Jakarta, tidak menyebabkan mereka yang ada di sekitar wilayah tersebut menjadi kehilangan kepedulian dan menjadi putus harapan. Keinginan agar terciptanya lingkungan yang bersih dari penyalahgunaan narkoba tetap menjadi sesuatu yang didambakan dan diupayakan oleh sebagian kelompok masyarakat. Hal ini menjadi harapan dari mereka yang hadir dalam pertemuan dan diskusi antara Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan warga Cengkareng Timur, Jakarta Barat, Rabu (12/3). Zainuddin, salah seorang warga yang aktif dalam pengamanan lingkungan sejak belasan tahun yang lalu mengungkapkan, perlunya BNN melakukan penetrasi secara terintegrasi bagi wilayah-wilayah
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 41 EDISI III - 2014
liputankegiatan
Warga Perlu Paham Dampak dan Bahayanya P
encegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) tengah mengisi kegiatan warga RT 002/ RW 02 Kampung Guji, Kelurahan Duri Kepa, Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat. Kegiatan yang dipusatkan di Aula Karang Taruna RW 02 itu dikemas dalam bentuk Focus Group Disucussion (FGD) dengan narasumber Prof. Paulina G. Padmohoedojo, salah satu tim asistensi Badan Narkotika Nasional BNN). Dalam paparannya, Paulina menjelaskan, kiat-kiat pencegahan penyalahgunaan narkoba yang berbasis keluarga. Keluarga dinilai sangat penting dalam pembentukan dan pemahaman sejak dini tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, “Hal semacam ini belum banyak diketahui oleh warga terlebih dalam 42 SINAR BNN EDISI III - 2014
menghadapi permasalahan dan ancaman bahaya narkoba,” jelas Paulina, kemarin. Selain itu, tambah Paulina, macam, bentuk dan jenis-jenis narkoba, juga belum dipahami betul oleh warga, sehingga besar kemungkinan penyalahgunaan di wilayah warga Kampung Guji, Kelurahan Duri Kepa Jakarta Barat bisa terjadi, “Karena itu, tidak ada salahnya kalau kita memulai dari bawah seperti keluarga atau warga masyarakat untuk
mendapatkan informasi seperti ini dan kemudian diinformasikan kembali ke lingkungan-lingkungan lebih tinggi lainnya, entah itu kantor, sekolah, masjid, gereja atau tempat-tempat lainnya,” ujar Paulina. Sementara itu salah seorang warga mengungkapkan, bahwa di sekitar tempat tinggalnya yang mayoritas sebagai tempat kost, berharap tidak terjadi penyalahgunaan narkoba,“Saya takut kalau anak saya yang menjadi kor-
ban, karena pengaruh dari lingkungan begitu besar, apalagi saya juga mendengar bahwa ada kamar kost yang dijadikan tempat memproduksi ectasy,” katanya. Karena itu, untuk mengantisipasi, perlu digalakkan siskamling atau program dari RT bekerjasama dengan pemerintah yang menangani permasalahan narkoba dalam satu wilayah seperti BNNP, untuk menyisir ke daerah-daerah yang rawan penyalahgunaan narkoba. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Pecandu Narkoba Meningkat Perlu Konseling Psikologi K
epala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) DKI Jakarta Brigjen Pol. Ali Johardi, mengatakan, saat ini jumlah pecandu narkoba di Jakarta semakin meningkat,”Salah satu penyebabnya karena ada masalah psikologi yang mereka hadapi dan tidak dapat diselesaikan. Sehingga dibutuhkan konseling psikologi bagi pecandu narkoba, baik yang sudah direhabilitasi maupun yang belum direhabilitasi,” kata Ali Johardi, Senin (31/3). Tiga hari sebelumnya, BNNP DKI menggelar Kegiatan Sosialisasi Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di Kampus Universitas Pancasila, dan Universitas Tarumanegara. Acara tersebut diikuti 231 mahasiswa. Tampak hadir, Drg. Linda,
Kepala BNNP DKI, Brigjen Pol. Ali Johardi (kiri) dalam sebuah diskusi
Sp. Ort dan dr. Wang Suryani, SpKK dari Yayasan Buddha TzuChi Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Kepala Bidang Pencegahan BNNP DKI, Sapari Partodiharjo, mengatakan, pencegahan penyalahgunaan narkoba dapat dicapai dengan maksimal apabila dilaksanakan secara terkoordinasi dan terintegrasi dengan semua pihak,”Akan lebih optimal jika melibatkan seluruh potensi yang ada, termasuk mahasiswa,”
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
ujar Sapari. Karenanya, untuk melakukan upaya tersebut, perlu dijalankan secara simultan melalui serangkaian kegiatan di lingkungan perguruan tinggi. Diharapkan Universitas Pancasila, khususnya Fakultas Psikologi dan Universitas Tarumanegara mau bersama-sama dengan BNNP DKI memberikan konseling psikologi bagi pecandu narkoba. Di tempat yang sama, Wakil Dekan I Fakultas Psikologi
Universitas Pancasila, Evanita, Psi, M.Si dan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, DR. Rostiana, Psi, mengharapkan agar acara Sosialisasi P4GN diadakan secara rutin dengan harapan agar para mahasiswa Universitas Pancasila khususnya Fakultas Psikologi mendapat pengetahuan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba serta mempunyai kepedulian dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba. (pas) SINAR BNN 43 EDISI III - 2014
hidupsehat
20 Cara Hidup Sehat yang Mudah dan Sederhana
S
eberapa sehat Anda? Apakah Anda memiliki pola makan yang sehat? Apakah Anda berolahraga secara teratur? Apakah Anda minum setidaknya 8 gelas air sehari? Apakah Anda mendapatkan cukup tidur setiap hari? Apakah anda sudah menerapkan Cara Hidup Sehat yang benar? Hidup ini indah dan Anda tidak ingin melewatkannya dengan masalah kesehatan yang tidak perlu, bukan? Untuk itu perhatikan kesehatan dan asupan anda dengan cara hidup sehat. Kesehatan yang baik bukan hanya tentang fisik – juga termasuk sehat secara mental dengan gaya hidup sehat. Berikut 20 cara hidup sehat yang akan membuat anda lebih menghargai tubuh anda. Cara Hidup Sehat 1. Minum lebih banyak air. Sebagian besar dari kita sangat kurang minum cukup air setiap hari. Air sangat penting bagi tubuh kita. Apakah Anda tahu lebih dari 60% 44 SINAR BNN EDISI III - 2014
tubuh kita terdiri dari air? Air diperlukan untuk melaksanakan fungsi tubuh kita, seperti membawa nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh kita. Karena kita kehilangan air setiap hari melalui urin, buang air besar, keringat, dan pernapasan, kita perlu mengisi asupan air kita. Jumlah air yang kita butuhkan tergantung pada berbagai faktor seperti kelembaban, aktivitas fisik, dan berat badan, tetapi umumnya kita perlu 2,7 – 3,7 liter asupan air! Karena asupan makanan menyumbang sekitar 20% dari asupan cairan kita, itu berarti kita perlu minum sekitar 2 – 3 liter air, atau sekitar 8-10 gelas (sekarang Anda tahu bagaimana rekomendasi
8 gelas itu!). Salah satu cara untuk mengetahui apakah Anda dehidrasi adalah urin anda tidak berwarna atau tida berwarna kekuningan berarti tubuh anda tidak mendapatkan cukup air! Tanda lainnya termasuk: bibir kering, mulut kering dan sedikit buang air kecil. Cara Hidup Sehat 2. Cukup tidur Bila Anda tidak beristirahat dengan baik, Anda akan menghabiskan waktu waktu dengan makan biasanya dengan makanan cepat saji / junk food. Istirahat yang cukup dan Anda tidak perlu camilan untuk tetap terjaga. Juga, kurang tidur menyebabkan penuaan dini, dan Anda tidak meng-
inginkan hal itu, bukan? Cara Hidup Sehat 3. Meditasi. Meditasi akan menenangkan pikiran dan jiwa Anda. Sehingga metabolisme tubuh anda dpat berjalan dengan baik. Cara Hidup Sehat 4. Latihan. Bukan hanya beberapa kali seminggu, tapi cobalah setiap hari. Penelitian telah menunjukkan bahwa berolahraga setiap hari membawa manfaat luar biasa bagi kesehatan, termasuk dapat memperpanjang umur, menurunkan risiko semua penyakit, kepadatan tulang yang lebih tinggi dan menurunkan berat badan. Tingkatkan aktivitas dalam hidup Anda. Pilih berjalan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
hidupsehat untuk jarak yang dekat. Naiki tangga, bukan menggunakan lift. Bergabunglah beberapa kelas aerobik. Cara Hidup Sehat 5. Makan lebih banyak buahbuahan. Buah-buahan adalah mengandung vitamin dan mineral. Apakah Anda tahu bahwa jeruk memberikan manfaat kesehatan lebih dari pil Vitamin C? Meminum dalam suplemen tidak sama dengan mengkonsumsi buah. Makanlah buah-buahan yang paling bergizi seperti: Semangka, Aprikot, alpukat, Apel, melon, jeruk, Kiwi, jambu, pepaya, stroberi. Cara Hidup Sehat 6. Makan lebih banyak sayuran. Seperti buahbuahan, sayur-sayuran juga penting bagi kesehatan kita. Para ahli menyarankan bahwa kita harus memiliki 5-9 porsi buah/sayuran sehari, dan sayangnya kebanyakan orang bahkan tidak memiliki setidaknya 5 porsi sayuran sehari! Makanlah sayuran seperti Kacang merah, kacang hitam, asparagus, kacang panjang, kacang Perancis, kecambah, jamur kancing, dan wortel. Apa sayuran favorit Anda? Konsumsilah mulai sekarang. Cara Hidup Sehat 7. Pilih makanan berwarna cerah. Buah-buahan dan sayuran dengan warna-warna cerah biasanya mengandung antioksidan yang tinggi. Antioksidan baik untuk kesehatan karena mereka menghilangkan radikal bebas dalam tubuh yang merusak sel-sel. Jadi penuhi kulkas anda dengan buah / sayuran aneka warna: Putih (Pisang, jamur), Kuning (Nanas, Mangga), Orange (Jeruk, pepaya), Red (Apple, Stroberi, Tomat, semangka), Hijau (Jambu, Alpukat, mentimun, selada, seledri), Ungu / Biru (Blackberry, Terong, prunes).
Cara Hidup Sehat 8. Cintai diri anda. Dengan mencintai diri sendiri, anda akan sadar untuk melakukan hidup sehat, memilih makanan yang kaya vitamin, dan selalu berolahraga. Mulalilah dari sekarang daripada tidak sama sekali. Cara Hidup Sehat 9. Berjalan / berlari tanpa alas kaki. Ada banyak manfaat positif yang terbukti jika anda berjalan / berlari tanpa alas kaki, seperti memiliki postur tubuh yang lebih baik, lebih sedikit stres pada kaki Anda, mengurangi stres pada sendi Anda, dll. Cara Hidup Sehat 10. Jauhkan orang-orang “negatif” dari kehidupan Anda. Positif sehat dan mental merupakan bagian penting dari cara hidup sehat. Anda tidak perlu orang yang selalu mengganggu/merepotkan dalam hidup Anda. Jika Anda merasa jika teman anda terlalu kritis atau negatif, biarkan dia pergi dari kehidupan anda. Cara Hidup Sehat 11. Jauhkan hal hal yang bersifat negatif dari diri sendiri. Anda tidak perlu memiliki sifat negatif pada diri sendiri. Dengarkan apa kata pikiran anda dan singkirkan pikiran negatif itu. Banyak mereka yang merasa tidak bahagia karena mereka tidak berpikir positif pada diri sendiri, sehingga penyakit pun bisa datang karena pikiran anda terlalu panas memikirkannya. Cara Hidup Sehat 12. Bernapas dalam-dalam. Oksigen merupakan sumber penting bagi kehidupan. Anda mungkin tahu bagaimana bernapas, tetapi apakah Anda bernapas dengan benar? Sebagian besar dari kita tidak bernapas dengan baik – kita hanya bernapas cuma 1/3 dari kapasitas paru-paru kita. Cobalah bernapas dalam da-
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lam di mana paru-paru Anda terisi penuh, perut Anda mengembang dan ada gerakan minimal di bahu Anda. Cara Hidup Sehat 13. Makanlah dalam porsi kecil. Makanlah dalam porsi yang kecil, ini juga dapat menyeimbangi penyaluran energi Anda sepanjang hari. Secara umum, makanlah ketika Anda merasa lapar, dan berhenti ketika kenyang. Anda tidak perlu menunggu sampai waktu makan untuk makan. Dengarkan tubuh Anda. Cara Hidup Sehat 14. Berhenti makan ketika Anda merasa kenyang. Banyak dari kita bergantung pada faktor luar untuk mengetahui kapan kita kenyang, seperti apakah semua orang telah selesai makan, apakah piring Anda kosong atau tidak. Anda harus melihat faktor dalam tubuh, seperti apakah perut Anda terasa penuh atau tidak. Jangan merasa harus menghabiskan makanan hanya karena masih ada makanan di piring. Cara Hidup Sehat 15. Jalani hidup dengan tujuan. Kesehatan yang positif dimulai dari dalam! Apakah hidup anda memiliki tujuan? Apakah Anda hidup sesuai dengan tujuan Anda? Coalah membuat tujuan hidup anda, jadi anda lebih bisa menargetkan hal hal yang ingin anda lakukan. Dan kebahagiaan akan mendatangi anda ketika target itu telah diselesaikan dengan baik. Cara Hidup Sehat 16. Katakan tidak untuk makanan berminyak. Kurangi asupan makanan cepat saji seperti kentang goreng, donat, keripik, dan makanan yang telah digoreng. Bukan saja dapat menyebabkan penggemukan (1 sendok makan minyak adalah 120 kalori), makanan goreng mengandung akrilamida,
potensi zat kimia penyebab kanker. Menurut laporan BBC, sekantong keripik dapat berisi hingga 500 kali. Cara Hidup Sehat 17. Kurangi makanan yang manis. Permen, kue-kue, coklat, soda, donat, dan makanan manis lainnya, mereka juga tidak mengenyangkan dan dapat memicu anda makan lebih banyak. Jika itu terjadi kadar gula dalam tubuh anda akan kehilangan keseimbangan dan diabetes pun mengintai. Cara Hidup Sehat 18. Go oganik. Makanan organik adalah makanan yang diproduksi tanpa “bahan sintetis seperti pestisida dan pupuk kimia, bukan hasil rekayasa genetika, dan tidak diproses menggunakan iradiasi, pelarut industri, atau makanan tambahan kimia”. Makanan organik cenderung lebih mahal, tapi apakah Anda lebih suka menyimpan uang dan memberi makan tubuh Anda dengan pestisida atau membayar ahli kesehatan yang harganya jauh lebih mahal dari makanan organik itu sendiri untuk mendapatkan tubuh sehat? Cara Hidup Sehat 19. Hindari soda dan kafein. Minuman dengan kafein bersifat diuretik – yang berarti mereka mempercepat laju produksi urin. Selain itu, soda juga tidak sehat bagi tubuh, menyebabkan kenaikan berat badan. Cara Hidup Sehat 20. Belajarlah untuk mengatakan tidak. Anda harus makan hanya karena Anda keluar dengan teman-teman Anda ketika anda merasa kenyang, atau karena orang lain menawarkan makanan. Cukup mengatakan tidak dan mengatakan Anda tidak lapar, mereka akan mengerti jika anda mengatakannya secara serius. SINAR BNN 45 EDISI III - 2014
publikfigure
Arman “GIGI” Maulana
Artis Harus Jauhi Narkoba A
rman Maulana ternyata punya cerita banyak dan menarik kalau diajak berbincang soal narkoba. Bukan saja karena salah seorang personel Gigi ini bisa sembuh dari ketergantungan pada narkoba, tetapi juga karena sejumlah pandangannya tentang mengapa manusia normal, terlebih lagi artis, harus menjauhi narkoba Menurut Arman, narkoba itu setan yang harus selalu dijauhi. Narkoba itu tidak saja bisa menghancurkan diri kita sendiri, tetapi juga merusak nama baik keluarga. Karena itu, menurut Arman, tidak aneh kalau ada seseorang yang menjadi pecandu narkoba, pada saatnya nanti seluruh keluarganya akan dibuat malu. “Jadi, jauhilah narkoba, terlebih jika Anda adalah keluarga artis. Kasihan kelu46 SINAR BNN EDISI III - 2014
arga akan malu,” ujar Arman Maulana ketika berbincang dengan wartawan menanggapi adanya personel band yang ditangkap polisi karena narkoba. Menurut pengakuan Arman, ada personil Gigi yang menjadi pemakai narkoba, tapi sekarang ia sudah sadar dan sudah direhabilitasi, “Ia memang pemakai narkoba yang berat, tapi, dia masih bisa
disadarkan. Ia juga masih punya sejumlah impian bagus dalam dunia musik, termasuk di antaranya menciptakan lagu-lagu menarik. Atas dasar itu, semua personel Gigi tidak keberatan ketika ia minta diperkenankan bergabung kembali ke Gigi. “Ya, kami bersedia menerima ia lagi asalkan dia janji, tidak akan menyentuh narkoba lagi. Soalnya,
kami tahu, reputasi Gigi yang sudah dicapai selama ini bisa hancur karena ada personelnya kecanduan narkoba,” ujar Arman Maulana, vokalis Gigi. Sekarang Gigi berusia 17 tahun. Andil Thomas dalam menciptakan lagu-lagu bagus yang mengatrol nama Gigi juga besar. “Kami berterima kasih kepada Thomas,” ujar teman-teman Thomas lainnya di Gigi.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
publikfigure
Sule
Narkoba Nggak Level P
elawak Sule punya pengalaman menarik seputar narkoba. Ia mengaku dulu pernah berada di lingkungan penuh pemakai barang terlarang itu. Namun, berkat komitmennya untuk tidak terjerumus, Sule akhirnya bias keluar dari sana. “Zaman dulu pernah. Semuanya pasti pernah mengalamilah, cuma ada yang bias keluar dari situ, ada yang enggak. Tergantung kita sebenarnya. Kalau kita bias mengendalikan ya, Alhamdulillah,” katanya saat ditemui di Studio Trans 7, belum lama ini. Pelawak yang terkenal dengan istilah “Prikitiew” ini, ikut menyayangkan sejumlah selebritis yang terjerumus menyalahgunakan narkoba. Ia prihatin karir yang selama ini meraih bangun dan raih dengan
susah payah, harus jatuh hanya karena narkoba. “Sayanglah, sudah meniti karir panjang-panjang, bagus dan sukses, giliran terkenal malah pakai narkoba,” sayangnya. Sule, yang bernama lengkap Entis Sutisna ini, juga tak setuju bila dunia selebritis dikatakan penuh dengan pergaulan berbau narkoba. Profesi dan gaya hidup mereka, kata Sule, memang rentan godaan barang laknat itu. “Saya nggak terlalu pengalaman dengan shabu, obat dan yang lainnya, karena tak terlalu mengenal sedekat itu. Kalau dilihat dari muka saya yang seperti remaja masjid gini, nggak mungkinlah saya ditawarin. Masa anak masjid model begini ditawarin narkoba, nggak level-lah,” ujarnya bercanda.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 47 EDISI III - 2014
publikfigure
Citra Kirana
Dukungan Keluarga Bantu Pulihkan Pecandu Narkotika C
itra Kirana, artis yang sangat peduli dengan pengguna narkoba ini, mengingatkan bahwa para korban penyalahguna narkoba merupakan pihak yang sangat membutuhkan pertolongan, tidak hanya pertolongan dari bidang medis, melainkan juga dukungan moral dari semua pihak, baik dari keluarga, teman, maupun lingkungan tempat tinggal mereka. Para pecandu yang merupakan korban penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terlanjur mendapatkan stigma negatif dari masyarakat, terlebih lagi apabila pecandu tersebut didapati menderita penyakit bawaan seperti HIV maupun Hepatitis akibat penyalahgunaan narkoba. 48 SINAR BNN EDISI III - 2014
“Rehabilitasi memang dianggap efektif sebagai salah satu cara untuk mengobati para pecandu narkoba agar lepas dari ketergantungannya, namun bukan berarti keluarga maupun temanteman dekat korban melepaskannya begitu saja ke tempat terapi dan rehabilitasi. Mere ka tetap harus terus mengamati perkembangannya serta memberikan dukungan kepada si korban,” kata Citra Kirana. Demikian pula halnya ketika pecandu sudah melalui tahap rehabilitasi. Pada tahap pasca rehabilitasi, dukungan keluarga dan teman-temannya sangat penting sekali agar korban merasa diterima dan tidak tergoda untuk menyalahgunakan narkoba kembali (relaps). Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
publikfigure
Manohara
Masyarakat Harus Ikut Berantas Narkoba M
anohara, merasa prihatin dengan maraknya penggunaan narkoba di Indonesia, ia bersama LSM GANNAS, serius melakukan kegiatan sosial di tengah-tengah masyarakat baik di kota maupun di desa. Apalagi pemerintah melalui BNN (Badan Narkotika Nasional) dalam menjalankan tugasnya melakukan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) perlu melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun masyarakat. Manohara menyerukan kepada masyarakat untuk bersama-sama dengan LSM GANNAS, memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia. “Saya secara pribadi dan lembaga menyerukan dan menghimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan narkoba. Karena peredaran narkoba di Indonesia saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Setiap hari 40 orang meninggal karena narkoba. Mari kita bergandengan tangan bersatu padu melawan sindikat
narkoba yang ingin menghancurkan generasi muda kita,” ajak Manohara. Adapun GANNAS mempunyai target kerja antara lain untuk jangka pendek melakukan inventarisir wilayah kategori rawan narkoba, kontiniu membangun komunikasi dan bekerjasama dengan masyakarat secara langsung, serta melakukan komunikasi dan diskusi dengan lembaga pemerintah yakni BNN, BNNP dan BNNK bersama organisasi anti narkoba lainnya dan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
menyelenggarakan eventevent testimonial yaitu laiknya Festival Musik Anti Narkoba, serta fokus menyelenggarakan kampanye dan konser amal untuk korban narkoba yang tidak mampu untuk disalurkan menjadi manusia yang kreatif dan berdaya. Jangka panjang, melakukan kerjasama dengan aparat penegak hukum dalam hal penindakan terhadap pengedar dan penyalahguna narkoba, membuat dan menyiapkan rumah karya sebagai tempat mendidik dan menempa para korban penyalahgunaan narkoba untuk menjadi manusia yang kreatif dan produktif badan-badan atau lembaga di segala bidang, pun ikut melakukan kerjasama denmaupun perorangan yang gan Lembaga Anti Narkojuga fokus melakukan tika Internasional. pemberantasan narkoba. Manohara berharap Jangka menengah yakni dengan adanya LSM yang melakukan road show fokus menyelamatkan pediskusi tentang bahaya muda-pemudi dari bahaya narkoba pada beberapa narkoba, seperti GANNAS Kampus dan SMU di Jaini dapat dijadikan wadah karta, melakukan kerja yang tepat untuk kita menkonkrit lapangan dalam jadi sadar dan memerangi pemberantasan narkoba bahaya penyalahgunaan dan melibatkan unsur RT (Rukun Tetangga) dan RW narkoba,“Perjuangan takkan pernah berhenti, maju (Rukun Warga), merterus dan terus dukung ekomendasi para korban gerakan ini tanpa kompropenyalahgunaan narkoba mi,” tegas Manohara. untuk di rehabilitasi, SINAR BNN 49 EDISI III - 2014
resensibuku
“Aku Bebas dari Narkoba” Judul
: Aku Bebas Dari Jerat Narkoba
Pengarang : Relon Star No. ISBN
: 9789792254549
Halaman
: IX + 144
Penerbit
: Gramedia
S
ampai sekarang — ibarat menjaring angin — upaya pemberantasan narkoba tidak pernah berhasil. Narkoba tetap dicari-cari dan bahkan menjadi salah satu lahan bisnis yang strategis, karena tidak pernah sepi peminat. Sadar atau tidak, kita sebenarnya berdiri di hadapan kenyataan paradoksal; semakin kita memerangi narkoba semakin banyak pula orang yang kerasan menggunakan narkoba. Para pengedar maupun pengguna
50 SINAR BNN EDISI III - 2014
narkoba tidak pernah kekurangan cara kreatif untuk mengelabui petugas keamanan,
terutama polisi yang kerap mengadakan razia. Celakanya lagi, kalau polisi pun ter-
libat dalam urusan kongkalikong dengan mafia pengedar narkoba. Akibatnya, tentu saja, kuantitas pengguna narkoba terus bertambah dan juga pebisnis narkoba tetap eksis meski terus dikejar-kejar. Sasaran empuk pebisnis narkoba mayoritas pada kalangan remaja. Tidak sedikit remaja yang awalnya hanya berniat mencoba tapi akhirnya kecanduan. Ada banyak hal yang bisa kita deretkan sebagai faktor penyebab terjadinya hal tersebut. Kita boleh mencari, apa saja penyebabpenyebab itu? Dan, untuk apa orang memakai narkoba; sekedar senang-senang, just for fun atau untuk sesuatu yang lain?
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
resensibuku Tentu sulit menemukan jawaban yang definitif. Hal yang bisa dilakukan adalah belajar dari pribadipribadi yang pernah mencicipi pahit manisnya hidup bersama narkoba. Relon Star, mantan pecandu narkoba yang kemudian bertobat menyajikan kisah hidup sekaligus pergulatannya dalam buku Aku Bebas dari Jerat Narkoba. Buku tersebut menuturkan kisah nyata tentang kehidupan Relon Star. Petualangannya dalam dunia suram bersama narkoba berawal dari keadaan keluarga yang berantakan, ditambah dengan keadaan lingkungan dan teman-temannya yang sudah akrab dengan narkoba. Temanteman perlahan-lahan membujuknya untuk merasakan nikmatnya narkoba. Dan akhirnya ia tidak bisa lepas dari pengaruh narkoba. Relon kecil sebagaimana juga remaja lain tentu saja membutuhkan pengakuan, ingin diberi kepercayaan, ingin didengar dan ingin disapa oleh orangtuanya. Namun, karena tuntutan tugas, ayahnya yang merupakan seorang pendeta, tidak bisa meluangkan
sebenarnya ia sadar, Kisah hidup Relon yang penuh kekece- sungguh sulit untuk bebas dari cengwaan, keterpurukan, kekacauan akhirnya bisa keraman pengaruh sampai pada pengalaman yang mennarkoba. Artinya gantarnya untuk berbalik. Peristiwa itu hanya butuh keajaiban terjadi justru ketika ia mengalami bahwa untuk bisa lepas dari tidak ada harapan lagi untuk hidup, se- narkoba. Buku ini mirip lain dengan melepaskan diri dari jerat sebuah novel, disanarkoba. Bagaimana ia memahami per- jikan dengan gaya istiwa yang amat menentukan masa bahasa yang menarik, depannya itu? Bagi Relon, ada invisible memikat dan penuh hand yang mendorongnya. tegangan. Kisahnya berangkat dari pengalaman nyata, sehwaktu bersama Relon. tidak memahaminya. ingga jauh dari kesan mengada-ada. Pesan Ibunya pun demikian. Segala jenis narkoba sudah ia coba, mulai moral buku tersebut Relon menyebut dari ganja sampai — hemat saya — dialaIbunya mirip satpam putau. Ia merasa, matkan pada keluarga karena terlampau “Narkoba adalah surga agar ‘menaruh perhaoverprotective. (hal di dunia” karena bisa tian pada anak’. Orang 25). Situasi rumah tua tidak bisa “sekedar yang tidak membuat- memberinya kebebasan, kenikmatan, berada di dekat anaknya merasa at home anak. Itu bukan solusi. membawa Relon pada meski hanya untuk sesaat. Yang terpenting adakeputusan untuk sesKisah hidup Relon lah, apa yang dilakuedikit mungkin berada yang penuh kekecekan terhadap anak”. di rumah. Selalu ada waan, keterpurukan, Juga pada lingkungan, alasan yang dibuatkekacauan akhirnya terutama sekolah agar buat untuk menghinsampai pada pengala“menciptakan kondisi dar dari pertemuan yang kondusif bagi dengan keluarga. Titik man yang mengantarnya untuk berbalik. perkembangan mental kritis dalam hidup anak’. Buku ini menRelon terjadi ketika ia Peristiwa itu terjadi justru ketika ia menjadi salah satu kesakmemilih untuk mensian paling konkret jadi anak nakal. Moti- galami bahwa tidak yang mengingatkan vasinya, “supaya papa ada harapan lagi untuk hidup, selain siapa saja perihal bamalu” (hal.23). dengan melepaskan haya narkoba. “Benda Hidup Relon penuh diri dari jerat narkoba. itu ibarat magnet. dengan pengalaman Bagaimana ia mema- Ia mampu menyihir pahit, meski ia sendhami peristiwa yang siapa saja agar tidak iri tidak mau peduli amat menentukan terlepas dari jeratnya”. dengan hidup yang ia masa depannya itu? Sekali menggunakan jalani. Mengabaikan Bagi Relon, ada invis- narkoba, saya yakin perintah orang tua, ible hand yang menhanya butuh invisible baginya, merupakan dorongnya. Di balik hand yang bisa membalas dendam atas itu, secara implisit bebaskan kita. sikap mereka yang
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 51 EDISI III - 2014
siramanrohani
Merdeka dari Hawa Nafsu
B 52 SINAR BNN EDISI III - 2014
ila dilihat dari tingkatan makna hidup, nikmat dibagi dalam tiga tingkatan: Hidup, Merdeka dan Hidayah. Hidup adalah anu grah, nikmat sekaligus amanah, tetapi ketika kita hidup dalam cengkeraman dan penguasaaan penjajahan, makna hidup sebagai manusia yang memiliki hak dan
kewajiban, menjadi tidak berarti, terutama dalam menikmati hak hidupnya. Orang yang hidup di alam merdeka dapat menentukan jalan hidupnya tanpa tekanan. Tapi kemer dekaan tanpa hidayah adalah malapetaka. Terutama apabila kita senantiasa me ngikuti hawa nafsu.
Orang yang mampu mengendalikan hawa nafsu itulah sejatinya orang yang merdeka. Itulah manusia yang tidak mau memperbudak orang lain termasuk memperbudak dirinya sendiri oleh hawa nafsunya. Allah SWT mengingatkan kepada kita, untuk mengkalkulasi bahaya negatif dari ketaatan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
siramanrohani seseorang terhadap hawa nafsu, “Apakah kamu tidak memperhatikan akibat dari orang-orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya?” Kita masih ingat sebuah massage yang menjadi acuan Hak Asasi Manusia, ungkapan yang disampaikan Khalifah Umar Bin Khathab kepada Amir bin Ash, “ Sejak kapan kamu memperbudak manusia, padahal mereka dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merdeka?” Ucapan ini menun jukan keberpihakan Islam terhadap hak kemerdekaan manusia dari semua aspek. Namun, Islam memandang kemerdekaan manusia bukan kebebasan tanpa batas. Kemerdekaan sejati dalam Islam adalah ketun dukan total kepada Kuasa Illahi dan melepaskan diri dari jeratan nafsu, lalu mengem balikan seluruhnya kepada aturan Allah, di sanalah ia sebenarnya mendapatkan kemerdekaannya. Kemerdekaan seperti itulah yang akan melahirkan kekuatan maha dahsyat. Dengan kemerdekaan seper ti ini, dua imperium besar, Persia dan Romawi, ditundukan di awal sejarah Islam.
bertanya,’’Dan, apakah jihad yang lebih besar itu?’’ Nabi Muhammad SAW menjawab ,’’Perjuangan hamba hamba Allah atas hawa nafsu sendiri’’ Orang yang mengikuti nafsu sebenarnya bukan hamba Allah, tetapi budak nafsu sebab tidak mungkin seseorang melayani dua majikan. Dengan demikian, pembebasan diri dari perbu dakan nafsu adalah kemenangan dan kemerdekaan terbesar. Ketika perang Qadi mengatakan , musuh Jika konsep kemer yang paling besar dan siyah, Sa’ad bin Abi de k aan seperti ini terberat untuk dihadapi Waqqash memerinpatri dalam jiwa umat tahkan Rabi’bin Amir adalah melawan hawa Islam, tidak akan ada nafsu. Ketika Rosuuntuk menghadap lagi bentuk penjajahan lullah kembali dari Rustum, panglima implisit yang kulitnya salah satu peperanperang Persia. Rustum bertanya kepada gannya, beliau bersab- menawarkan kemak da; “Kita telah kembali muran, padahal seja Rabi’ tentang tujuan tinya menghancurkan dari jihad yang lebih kedatangan pasukan sisi kemanusian seseo kecil kepada jihad Islam ke wilayahnya. rang.Wallahu alam bil yang lebih besar.” Dengan lantang murodih. Mereka Rabi’ menjawab dan jawabannya itu dicatat dengan tinta emas oleh sejarah.”Kami datang untuk membebaskan manusia dari penghambaan terhadap sesamanya kepada penghambaan kepada Allah yang Maha Esa dan Per kasa. Dari dunia yang sempit menuju dunia yang luas serta dari kesewenang-wenangan agama kepada keadilan Islam.” Rasulullah SAW
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 53 EDISI III - 2014
testimoni
Kisah Etty ‘Merangkul’ Mantan Pecandu Narkoba jeratan narkoba. Rizal bukan satusatunya orang yang Etty bantu. Lebih dari seratus orang pecandu narkoba yang telah dibantunya sejak tahun 1990 hingga 2014 ini. Dan semua dilakukan sendiri dengan tulah penuturan sukarela dan tanpa Rizal, mantan biaya. pengguna narkoba, Saat kami tanya apa ihwal pengalaman alasan menerima para pahitnya saat dulu dia mantan pengguna berupaya berhenti dari narkoba di pabrik ketergantungannnya kerupuk kulit yang pada candu perusak kini diwarisinya dari syaraf itu. Hendrik sejak suaminKepada SINAR, ya itu meninggal, Etty 1990-an Rizal bertemu industry miliknya. Rizal mengaku tak mengatakan bahwa Hendrik. Meski tahu satu-dua kali saat ia Sejak itulah Rizal, ia terpanggil untuk Rizal adalah mantan berusaha mengubah dibantu Etty Lasmembantu mereka. pecandu, suami Etty arah kehidupannya mini, yang sekaligus Lasmini itu melihat dan mencari pekerKetua RT Tegalparang Apalagi di kampungnya sendiri sudah ada jaan yang halal, warga tekad baik Rizal dan Mampang Prapatan sepuluh warga yang menerimanya bektetap curiga dan meini perlahan-lahan meninggal karena mandangnya sebelah erja sebagai karyawan memulai babak baru pembuat kerupuk mata. kehidupannya, mem- narkoba. “Kita rekrut mereka kulit di usaha home Beruntung tahun bebaskan diri dari
“Saya selalu ditolak melulu. Mau kerja di sana ditolak, ngelamar kerja di situ ditolak. Orang-orang pada bawaannya curiga aja gitu.”
I
54 SINAR BNN EDISI III - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
testimoni agar jangan kembali ke jalan yang salah. Kita perlu merangkul mereka, karena mereka perlu bantuan kita,” ujarnya. “Jadi jangan malah dimusuhi.” Etty juga mengakui, tidak mudah menyembuhkan kecanduan para mantan pengguna narkoba ini. Di samping itu, ada juga pengguna narkoba yang tidak suka dengan apa yang ia lakukan. Namun Etty, yang juga anggota Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) ini percaya bahwa dengan pendekatan personal dan terus membangun rasa saling percaya, kecanduan mereka bisa disembuhkan. Sayangnya menurut Etty, selama ini perhatian pemerintah sangat kurang dalam memberikan bantuan riil terhadap upayanya menyadarkan warganya dari kecanduan narkoba. Apa Peran BNN? Saat kami menghubungi Deputi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN), Dr. Diah Setia Utami, Sp. Kj. MARS di kantor BNN, Diah mengakui bahwa salah satu program kerja BNN adalah membantu upaya
penanggulangan dan rehabilitasi penyalahgunaan narkoba di masyarakat. Diah sangat mengapresiasi usaha Bu Etty merehab warga yang kecanduan narkoba. Tetapi ia mengingatkan bahwa tidak boleh sembarang orang melakukan rehabilitasi pecandu narkoba. Mesti ada standar-standar tertentu yang dipenuhi. Dari data yang dimiliki BNN, Diah menyebutkan bahwa ada 1.000.109 pecandu narkoba di Indonesia. Dan ada sekitar 3.000.000 pemakai narkoba yang masih dalam taraf cobacoba. Dari jumlah empat juta itu, baru 18.000 pecandu yang mampu direhabilitasi oleh BNN. Pecandu narkoba paling banyak anak muda berumur 25-29 tahun, dan yang dewasa dari 30-40 tahun. Melihat sangat sedikitnya yang mampu dicover oleh BNN inilah, Diah berharap rehabilitasi pengguna narkoba ini mendapat dukungan dari masyarakat. Apalagi dari pengamatan BNN, meski sudah direhab, angka kekambuhan pengguna narkoba ini bisa mencapai 70% pada
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
tahun pertama bagi pecandu akut. Bagi yang baru tahap awal kecanduannya, kekambuhannya sekitar 30-40%. Sementara Dr. Dodi, Sp. Kj., psikiater dari Wisma Adiksi yang berkantor di Cinere, menekankan bahwa pecandu narkoba hanya bisa ditangani secara tuntas oleh ahli di bidangnya. Dan harus diisolasi agar proses pemulihannya bisa fokus. Dodi menyebutkan, tolak ukur keberhasilan itu bukan hanya ketika si pecandu sudah tidak lagi mengkonsumsi narkoba. Tapi saat pola kehidupannya sudah mulai teratur dan bisa berperan kembali di masyarakat. Dalam amatannya di Wisma Adiksi, yang bisa dipantau oleh Wisma Adiksi adalah 30-40% pecandu yang sudah pulih. Sisanya tak bisa dipantau karena mereka tak lagi menjalin komunikasi dengan komunitas. Dodi mengklaim jika mengikuti program sampai akhir, 95% pecandu bisa pulih. Waktu pemulihan bervariasi, tapi kurang lebih bisa mencapai dua tahun. Rangkul, Jangan Musuhi Kami
Mungkin bagi keluarga yang berkecukupan, memasukkan anaknya yang terkena jeratan narkoba ke panti rehabilitasi adalah cara yang terbaik. Tetapi bagi masyarakat kecil yang untuk mencari nafkah saja susah, biayanya yang besar tentu tak mampu mereka tanggung sendiri. Belum lagi pandangan curiga dan cibiran masyarakat sekitar seperti yang dialami oleh Rizal. Rizal hanyalah satu contoh, banyak Rizal-Rizal lain yang mengalami nasib serupa. Bahkan mungkin lebih tragis. Beruntung Rizal bertemu Etty, yang dengan segala keterbatasannya, dengan tulus tetap berusaha membimbingnya. Setidaknya Etty telah membuktikan bahwa selama ada kemauan dan kesediaan mau merangkul para mantan pecandu narkoba, harapan bagi mereka untuk hidup lebih baik itu masih ada. Di sisi lain kita harus percaya, bahwa setiap orang, termasuk mantan pecandu narkoba bisa berubah ke arah yang lebih baik asal mereka mau dan kita pun dengan sungguh-sungguh bersedia membantu. SINAR BNN 55 EDISI III - 2014
tipssehat
Cara Menurunkan Kadar Kolesterol Oleh Dr. Mia Achmad
K 56 SINAR BNN EDISI III - 2014
etika mendengar kata kolesterol, yang terbayang dalam benak kita langsung berbagai macam penyakit. Apakah itu kolesterol? Kolesterol adalah komponen lemak yang terdapat pada pembuluh darah manusia. Kolesterol berguna sebagai sumber energi, membentuk sel-sel dalam tubuh dan sebagai
bahan dasar pembentukan hormon. Kolesterol dalam darah manusia terbagi menjadi 2 jenis yakni kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan HDL (kolesterol baik). LDL apabila terlampau tinggi dan tidak seimbang dengan kolesterol baik (HDL) dapat menyebabkan penempelan di
dinding pembuluh darah. Kolesterol yang berlebihan bisa menempel di dinding pembuluh darah sehingga pembuluh darah menyempit dan aliran darah tidak lancar. Kadar kolesterol yang tinggi akan menyebabkan penebalan plak di pembuluh darah dan juga mudah memicu kerusakan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
tipssehat dinding pembuluh darah. Plak yang menempel pada dinding pembuluh darah berisi lemak dan komponen peradangan. Plak yang semakin menebal pada dinding pembuluh darah akan semakin mempersempit lumen pembuluh darah. kolesterol ini bisa muncul di pembuluh darah mana saja. Namun yang paling berbahaya ialah jika plak tersebut berada di pembuluh darah jantung dan otak. Sewaktu-waktu plak ini bisa menutupi seluruh lumen pembuluh darah, atau bisa juga plak ini pecah dan terbawa ke aliran pembuluh darah jantung . jika terbawa ke pembuluh darah jantung maka pecahan tersebut akan langsung menyumbat aliran darah dan akibatnya jantung tidak dapat menerima darah. Kemudian tidak lama otot jantung akan akan mati. Keadaan inilah yang disebut heart attack. Gejala-gejala kolesterol tinggi umumnya tidak tampak. Baru bila kadar kolesterol sangat meningkat, tampak bercak-bercak kuning tebal yang khas pada kulit, terutama pada kelopak mata, di siku dan tumit. Gejala koles-
juga makan kue-kue yang dibuat dari susu, kuning telur, dan mentega. 3. Pilih makanan yang mengandung serat misalnya buah dan sayuran. Serat dapat membantu menurunkan kadar kolesterol. 4. Konsumsi ikan. Beberapa jenis ikan baik untuk kesehatan Ikan tuna, ikan kod atau halibut merupakan pilihan yang sehat untuk menghindari kolesterol Jenis ikan salmon, makarel, dan herring memiliki kadar asam lemak omega 3 yang dapat membantu mempertahankan kesehatan jantung. 5. Hindari alcohol dan rokok. Alkohol dapat meningkatterol tinggi muncul saturasi. Hindari jenis kan kadar kolesterol, juga diakibatkan pola lemak trans. Jenis sedangkan merokok makan yang tidak se- lemak yang sehat dapat mengakibathat, banyak mengkon- didapat dari minyak kan aterosklerosis sumsi makanan atau zaitun, kacang, dan yang berujung pada minuman yang memi- minyak kanola.Almon serangan jantung dan liki kadar kalori tinggi, dan walnut juga merustroke. lemak jenuh, obesitas pakan sumber lemak 6. Lakukan olah yang tidak terkendali, sehat. raga atau kegiatan merokok dan kurang 2. Batasi kadar untuk tubuh karena olah raga. kolesterol. Maksimal dapat memperbaiki asupan kolesterol kadar kolesterol. Salah satu upaya adalah 300 mg seLakukan setidaknya dalam menurunk- hari.Pada penderita 30 menit atau jika an kolesterol: jantung, jumlahnya memungkinkan 1 jam 1. Pilih makanan tidak lebih dari 200 dalam sehari, mismengandung lemak mg. Sumber kolesterol alnya menggunakan yang sehat. Jangan adalah daging, kunbersepeda, berjalan mengkonsumsi lebih ing telur, dan produk cepat, atau gerakan dari 10% dari kadar susu. Hindari makan lainnya. lemak harian dari leotak, hati, usus, ginjal mak yang mengalami dan babat. Hindari
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 57 EDISI III - 2014
gayahidup
Gaya Hidup Sehat Agar Terhindar dari Penyakit
P
enyakit adalah salah satu masalah yang bisa membuat hidup kita jadi tak teratur, dan datangnya bisa tidak disangka-sangka karena penyebabnya pun bermacammacam. Ada sebuah pemeo yang mengatakan bahwa mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Hal itu memang benar adanya, karena saat kita sakit selain menggangu aktifitas fisik juga menghabiskan biaya untuk berobat. Oleh karena itulah sebaiknya kita melakukan upaya pencegahan agar jangan sampai terkena penyakit. Diantaranya penyebab munculnya penyakit pada tubuh manusia adalah karena serangan virus dan bakteri. Faktor lainnya bisa karena gaya hidup yang kurang sehat misalnya saja tidak pernah berolahraga karena sibuk dengan aktifitas kantor dan senang memakan makanan yang serba instan. Jadi, langkah pertama dan terbaik untuk mencegah timbulnya penyakit
58 SINAR BNN EDISI III - 2014
pada tubuh kita adalah dengan merubah pola hidup menjadi pola hidup sehat dan suka mengonsumsi makanan alami. Gaya hidup sehat dengan rajin berolahraga, istirahat di malam hari yang berkualitas, memakan makanan alami, dan menjaga kebersihan memang dapat mengurangi resiko terkena berbagai macam penyakit. Akan tetapi hal tersebut tak menutup kemungkinan suatu hari anda tetap terserang penyakit misalnya karena gangguan virus dan bakteri yang bisa saja menginfeksi anda saat berada di tempat umum. Penyebab penyakit lainnya yang sulit dihindari adalah karena faktor genetik dan pencemaran lingkungan. Namun, meskipun begitu tetap kita harus senantiasa melakukan upaya terbaik dengan gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit, misalnya saja dengan : 1. Mencukupi kebutuhan air putih
Air putih memiliki manfaat yang banyak sekali, dan anda perlu mengonsumsi beberapa gelas air putih dalam sehari agar jangan sampai dehidrasi . Air putih yang ditambahi air perasan jeruk lemon dapat anda manfaatkan untuk mengelurkan toksin dalam tubuh. 2. Menghirup udara segar rutin Menghirup udara segar berarti anda telah menjaga kesehatan paru-paru anda. Biasnya anda akan bisa mendapatkan udara yang segar pada pagi hari di mana belum banyak tercemar oleh polusi yang ditimbulkan asap kendaraan ataupun asap rokok. Pastikan anda juga rajin menjaga kebersihan perabot rumah seperti kipas angin dan AC. 3. Olahraga Kita semua pasti setuju bahwa olahraga dapat mencegah timbulnya penyakit karena akan meningkatkan kekebalan tubuh. 4. Mendapatkan tidur yang cukup Tidur yang berkualitas
akan mampu mengurangi stress dan peradangan, serta mengurangi resiko kondisi depresi dan jantung. Idurlah selama 6-8 jam pada malam hari dalam keadaan nyenyak. 5. Mengurangi stress Karena stress adalah salah satu faktor resiko terbesar yang dapat memunculkan penyakit. Ada banyak cara mengurangi stress misalnya dengan mandi air dingin, berolahraga, mendengarkan musik, tidur, dsb. 6. Memakan makanan yang tepat Hindari maknan berlemak dan terlalu banyak karbohidrat, makanlah protein yang bagus, dan kurangi makanan gorengan lebih baik memakan makanan yang dikukus saja, serta kurangi makanan yang manis-manis. 7. Berhenti merokok Jika anda seorang perokok yang ingin memulai gaya hidup sehat mencegah penyakit maka sebaiknya anda berusaha meninggalkan kebiasaan yang kurang sehat ini. Karena tak ada lagi keraguan tentang adanya hubungan antara kanker dan merokok. Itulah beberapa tips gaya hisup sehat agar terhindar dari penyakit yang mungkin bisa anda coba terapkan mulai dari hari ini.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
artikel
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN59 EDISI III - 2014
SINAR BNN EDISI III - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara