Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN EDISI V - 2014
2 SINAR BNN EDISI V - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
dariredaksi
Bermuara di Pusat Rehabilitasi Pelindung DR. Anang Iskandar, SiK,SH,MH Penasehat Drs. Nicolaus Eko Riwayanto, PGD, MSc Drs. Taufik
Dewan pengarah Yappi Wilem Manafe, SH Drs. V. Sambudiyono, MM dr. Diah Setia Utami SpKJ, MARS Drs. Deddy Fauzi Elhakim Charles Victor Sitorus Drs. Ahwil Luthan Dewan Redaksi Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si, Ir. Eswe Andrisias Tanpas, DR. Sulastiana, SIP, SH, M.Si, Adikta Suryaputra, SH. Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si Redaktur Pelaksana Eswe Andrisias Tanpas Redaktur DR. Sulastiana, SIP, SH, M.Si Adikta Suryaputra, SH Reporter Ari L, Vidya, Budi, FOTOGRAFER Iyan Fauzi Alamat Redaksi Gedung Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia Jl. MT. Haryono No. 11, Cawang, Jakarta Timur Telp. 021 - 80871556, 80871557 Fax. 021 - 80852525, 80871591, 80871592 Design Grafis/Layout tanpas design Percetakan CV. Viva Tanpas
Majalah SINAR bisa diunduh di : www.indonesiabergegas.com
P
ara penyalahguna dan pecandu narkoba yang tertangkap aparat penegak hukum tidak lagi dihukum pidana penjara. Setelah melalui proses asessment, para penyalah guna dan pecandu narkoba akan bermuara di pusat rehabilitasi. Sebagai pilot project, kebijakan yang tertuang dalam peraturan bersama dan ditandatangani oleh Kementerian Hukum dan HAM, Kejaksaan Agung, Polri, MA, BNN, Kementerian Kesehatan, serta Kementerian Sosial ini akan dilaksanakan di 16 kota dan kabupaten. Pelaksanaan rehabilitasi saat ini difokuskan pada 16 kota dan kabupaten yang menjadi pilot project, yakni Kota Batam, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Kabupaten Bogor, Kota Tangerang Selatan, Kota Semarang, Kota Surabaya, Kota Makassar, Kabupaten Maros, Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kota Padang, Kabupaten Sleman, Kota Pontianak, Kota Banjar Baru, dan Kota Mataram. Pemilihan kota dan kabupaten tersebut berdasar kesiapan infrastruktur seperti pusat rehabilitasi. Dengan adanya pilot project ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi daerah lainnya tentang bagaimana penanganan penyalah guna narkoba secara proporsional dan professional. Seluruh konsep mengenai penanganan pecandu dan penyalah guna narkoba sudah tertuang dengan jelas dalam berbagai aturan. Saat ini, yang diperlukan hanyalah implementasi dari para penegak hukum, untuk dapat mengambil pilihan yang lebih humanis. Semua berpulang pada orientasi penegak hukum itu sendiri. Pilihan-pilihan yang lebih baik inilah yang pada faktanya akan jadi investasi untuk masa depan bangsa. Penanganan pecandu dan penyalah guna narkoba di pusat rehabilitasi menjadi pilihan manis yang humanis untuk investasi Indonesia di masa depan. Kebijakan ini menjadi pedoman yang lebih mumpuni untuk memilah mana penjahat narkoba yang pantas masuk ke dalam jeruji besi dan penyalah guna yang seharusnya dipulihkan di pusat rehabilitasi. Dengan paradigma baru, penyalah guna narkoba yang tersangkut kasus narkoba akan ditangani dengan proporsional. Hal itu selaras dengan roh UU Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika yang sudah mengatur dengan jelas bahwa penjahat dihukum keras dan penyalah guna dihukum dengan sentuhan yang humanis. Para penyalah guna yang tertangkap akan diasessment oleh tim hukum dan tim medis untuk memilah sebagai penyalah guna murni, atau tersangkut dalam jaringan narkoba. Berdasar hasil tim asessment tersebut, hakim memiliki pedoman yang kuat untuk mengenakan vonis rehabilitasi. Langkah ini tidak melanggar hukum positif karena pada dasarnya hukum positif di negeri ini menganut double track system pemidanaan, yaitu penyalah guna dan dalam keadaan ketergantungan dapat dihukum pidana dan dapat juga dihukum rehabilitasi. Pemimpin Redaksi
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 3 EDISI V - 2014
daftar isi LIPUTAN UTAMA : 16 RS Jadi Pilot Project......................................... 5
Perangi Narkoba....................................................8 Cegah Narkoba Selamatkan................................... 9 Sebuah Pilihan Humanis...................................... 10
LIPUTAN UTAMA
Pecandu yang Tertangkap Akan Direhabilitasi Terpidana Mati Kasus Narkoba............................. 11
Para penyalahguna dan pecandu narkoba yang tertangkap aparat penegak hukum tidak lagi dihukum pidana penjara. Setelah melalui proses asessment, para penyalah guna dan pecandu narkoba akan bermuara di pusat rehabilitasi. Sebagai pilot project, kebijakan yang tertuang dalam peraturan bersama dan ditandatangani oleh Kementerian Hukum dan HAM, Kejaksaan Agung, Polri, MA, BNN, Kementerian Kesehatan, serta Kementerian Sosial ini akan dilaksanakan di 16 kota dan kabupaten............................................................... 6
Pengguna Narkoba Wajib Direhabilitasi................ 12 Ada Perubahan Paradigma.................................. 13 Kontrol Anak Agar Tidak...................................... 14 Ridwan Kamil Ajak Masyarakat............................ 15
KOLOM
Antara Rehabilitasi Atau Penjara....................... 38
LINTAS SEKTORAL
PUBLIK FIGURE
Samarinda Menjadi Pilot Project.......................... 16 Sosialisasi Bahaya Narkoba................................ 17 Maksimalkan Peran BK...................................... 18 MOPD Siswa Baru.............................................. 19 Balai Rehabilitasi Narkoba.................................. 20 Pedoman Teknis.................................................. 21
Pidana Rehabilitasi.......................................... 46 Perlu Gerakan Sporadis.................................... 47
SIRAMAN ROHANI
Pola Makan Sehat.............................................52
OPINI
TESTIMONI
Cegah Narkoba dengan.................................. 22
LIPUTAN KEGIATAN Pengawasan Orangtua......................................... 24 PSSI Akan Kampanyekan.................................... 25
Mantan Pengguna Narkoba.............................. 54
ASPIRASI WARGA Bentuk Organisasi Anti Narkoba............................ 27 Jaga dan Awasi Anak............................................ 28
ARTIKEL Pengguna Narkoba Tak Lagi Dipenjara................... 30
LIPUTAN KEGIATAN
Bisnis Baju Online Kandas.................................... 32 Antisipasi Kenakalan Remaja............................... 33 Pramuka Menjadi Pelopor.................................... 34 Finalisasi Pedoman.............................................. 35
ARTIKEL
Berantas Narkoba Kalah Bukan Pilihan................. 36
4 SINAR BNN EDISI V - 2014
Redaksi menerima tulisan de ngan syarat: Panjang tulisan 2 halaman kuarto diserta foto minimal 2 lembar. Dilengkapi identitas dan alamat jelas. Kami juga menerima kritik dan saran dari pembaca.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
16 RS Jadi Pilot Project Pusat Rehabilitasi Narkoba
K
epala Badan Narkotika Nasional (BNN), DR. Anang Iskandar, menegaskan pengguna dan pecandu narkoba tidak lagi dikenai hukuman penjara, melainkan mereka akan dimasukkan ke dalam pusat rehabilitasi. Saat ini sudah ada 16 rumah sakit di 16 kota besar di seluruh Indonesia yang ditunjuk sebagai pusat rehabilitasi, diantaranya rumah sakit di Aceh, Semarang, Jakarta, Makassar, Ambon, Jambi, Yogyakarta, Batam dan Pontianak. Menurut Anang, keenam belas rumah sakit tersebut dijadikan pilot project. Direncanakan, tahun depan semua rumah sakit milik pemerintah akan dijadikan sebagai pusat rehabilitasi. “Kini peraturannya tengah dibahas dan ditandatangani oleh Presiden,” kata Anang dalam sosialisasi Bahaya Narkoba di Ruang multimedia, gedung pusat UGM, Rabu (27/8). Anang mengatakan, semua pengguna dan penyalahguna narkoba yang memiliki ketergantungan psikis wajib direhabilitasi. Berdasarkan kesepakatan bersama antar kementerian dan lembaga
Kepala Badan Narkotika Nasional DR. Anang Iskandar, saat menjadi narasumber dalam sosialisasi bahaya narkoba di Gedung UGM, Yogjakarta.
hukum, negara menjamin semua pengguna dan pecandu narkoba untuk direhabilitasi,“Yang membayar negara, supaya mereka semua sembuh,” katanya. Peraturan bersama yang disepakati, BNN, Kemenkes, Mahkamah Agung, Kementerian Sosial dan Kemenkumham serta Polri ini diharapkan bisa mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa dari penyalahgunaan narkoba. Seperti diketahui jumlah pengguna narkoba di Indonesia kurang lebih 4,2 juta orang. Terdiri 1,1 juta orang coba pakai; 1,9
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
orang teratur pakai; 1,2 juta pecandu narkoba. “Jika dibiarkan dan tidak direhabilitasi akan jadi masalah kita bersama. Cara pendekatannya pun berbeda, kelas berat ada rawat inap, terlanjur pakai bisa rawat jalan dan konseling, yang baru coba pakai kita libatkan komunitas, keluarga dan ahli agar segera bisa sembuh,” ungkapnya. Selain untuk mengurangi jumlah penguna narkoba, aturan ini diharapkan mampu mengurangi jumlah tahanan atau napi narkoba. Faktanya ada 18.905 tahanan narkoba yang berada di lapas. Di lapas sendiri menurut
Anang tidak menutup kemungkinan dijadikan ‘pabrik’ narkoba. “Di sana ada demand (permintaan-red). Selain kerugian sosial, ekonomi dan tentu juga masa depan mereka,” paparnya. Psikolog UGM, Prof . Dr. Koentjoro, dalam paparannya mengatakan, upaya untuk mengantisipasi peredaran narkoba di lingkungan kampus tidak hanya menjadi urusan mahasiswa melainkan perlu melibatkan kerjasama antara dosen, karyawan dan alumni. “Jika ada bandar yang coba masuk kampus bisa langsung ditindak,” tegasnya. (pas) SINAR BNN 5 EDISI V - 2014
liputanutama
Menkum HAM Amir Syamsudin, saat peluncuran pilot project pelaksanaan rehabilitasi untuk penyalah guna narkoba di Graha Pengayoman, Kementerian Hukum dan
Pecandu Narkoba yang Tertangkap Akan Direhabilitasi
c 6 SINAR BNN EDISI V - 2014
ara penyalahguna dan pecandu narkoba yang tertangkap aparat penegak hukum tidak lagi dihukum pidana penjara. Setelah melalui proses asessment, para penyalah guna dan pecandu narkoba akan bermuara di pusat rehabilitasi. Sebagai pilot project,
kebijakan yang tertuang dalam peraturan bersama dan ditandatangani oleh Kementerian Hukum dan HAM, Kejaksaan Agung, Polri, MA, BNN, Kementerian Kesehatan, serta Kementerian Sosial ini akan dilaksanakan di 16 kota dan kabupaten. Menteri Hukum dan
HAM, Amir Syamsuddin menyatakan, pelaksanaan rehabilitasi saat ini difokuskan pada 16 kota dan kabupaten yang menjadi pilot project, yakni Kota Batam, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Kabupaten Bogor, Kota Tangerang Selatan, Kota Semarang, Kota
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama Surabaya, Kota Makassar, Kabupaten Maros, Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kota Padang, Kabupaten Sleman, Kota Pontianak, Kota Banjar Baru, dan Kota Mataram. Dikatakan, pemilihan kota dan kabupaten tersebut berdasar kesiapan infrastruktur seperti pusat rehabilitasi. “Dengan adanya pilot project ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi daerah lainnya tentang bagaimana penanganan penyalah guna narkoba secara proporsional dan professional,” kata Amir usai peluncuran pilot project pelaksanaan rehabilitasi untuk penyalah guna narkoba di Graha Pengayoman, Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta, Selasa (26/8). Menurut Amir, seluruh konsep mengenai penanganan pecandu dan penyalah guna narkoba sudah tertuang dengan jelas dalam berbagai aturan. Saat ini, yang diperlukan hanyalah implementasi dari para penegak hukum, untuk dapat mengambil pilihan yang lebih humanis. “Semua berpulang pada orientasi penegak hukum itu sendiri. Pilihan-pilihan yang lebih baik inilah yang pada faktanya akan jadi investasi untuk masa depan bangsa,” jelasnya. Dikatakan, penanganan pecandu dan penyalah guna narkoba di pusat rehabilitasi
narkoba yang secara sukarela direhabilitasi. “Semua berpulang pada orientasi Untuk itu, dibutuhkan penegak hukum itu sendiri. tindakan tegas untuk Pilihan-pilihan yang lebih baik ini- merehabilitasi para pecandu narkoba,”Yang lah yang pada faktanya akan jadi tidak mau direhabilitasi investasi untuk masa depan akan ditangkap penegak hukum dan dibawa ke bangsa,” kata Amir Syamsudin. pengadilan dengan vonis rehabilitasi,” jelasnya. “Langkah ini tidak menjadi pilihan manis Pelaksanaan melanggar hukum yang humanis untuk penanganan pecandu positif karena pada investasi Indonesia di narkoba di pusat dasarnya hukum positif masa depan. Dikatakan, rehabilitasi diharapkan di negeri ini menganut kebijakan ini menjadi dapat dilakukan di double track system pedoman yang lebih seluruh wilayah di mumpuni untuk memilah pemidanaan, yaitu Indonesia seiring penyalah guna dan dalam dengan pembangunan mana penjahat narkoba keadaan ketergantungan infrastruktur pendukung. yang pantas masuk ke dapat dihukum pidana dalam jeruji besi dan Dengan demikian, Anang dan dapat juga dihukum optimis, Indonesia akan penyalah guna yang seharusnya dipulihkan di rehabilitasi,” jelasnya. terbebas dari penyalah Dalam kesempatan pusat rehabilitasi. guna narkoba. yang sama Kepala BNN, “Dengan paradigma Kabareskrim Mabes Komjen Pol Anang baru, penyalah guna Polri Komjen Pol Suhardi narkoba yang tersangkut Iskandar mengatakan, Alius menyatakan, tim assesment yang kasus narkoba akan pihaknya telah mengirim dibentuk berasal dari ditangani dengan telegram kepada seluruh unsur Kementerian proporsional. Hal itu satuan narkoba yang ada Hukum dan HAM, BNN, selaras dengan roh UU di 16 kota dan kabupaten Mahkamah Agung, Nomor 35 tahun 2009 untuk bersinergi Kejaksaan Agung, tentang narkotika yang dengan pihak terkait sudah mengatur dengan Kepolisian, Kementerian dalam melaksanakan Sosial, dan Kementerian jelas bahwa penjahat penanganan pecandu Sosial di daerah yang dihukum keras dan narkoba tersebut. telah menjalani seleksi penyalah guna dihukum Suhardi mengingatkan, dan pelatihan terlebih dengan sentuhan yang meski direhabilitasi, dahulu. Dengan humanis,” katanya. kasus narkoba yang demikian, rekomendasi Dikatakan Amir, menjerat pecandu akan yang diberikan tidak para penyalah guna tetap diproses. sembarang,”Tim asesmen yang tertangkap akan “Pengguna yang ini akan dilatih sehingga tertangkap diberi diasesmen oleh tim tidak sembarangan. hukum dan tim medis kesempatan untuk Mereka memiliki untuk memilah sebagai diassesment beberapa kompetensi dasar penyalah guna murni, pihak. Kami sudah untuk menangani para atau tersangkut dalam mengirim telegram pecandu,” katanya. jaringan narkoba. kepada 16 kota untuk Anang Berdasar hasil tim disiapkan langkahasesmen tersebut, hakim mengungkapkan, langkahnya. Dengan berdasarkan pengalaman direhabilitasi mudahmemiliki pedoman yang kuat untuk mengenakan selama ini, tidak mudahan bisa kembali banyak pecandu vonis rehabilitasi. sehat,” katanya. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 7 EDISI V - 2014
liputanutama
KETUA MA HATTA ALI
Perangi Narkoba Cegah Dekadensi Moral Bangsa M
ahkamah Agung (MA) menabuh genderang perang terhadap narkoba. Hal ini untuk mencegah bangsa Indonesia ke dalam titik nadir dekadensi moral,”Menurut saya kita harus konsen terhadap anti narkoba dan melakukan perang narkoba,” kata Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali, kepada sejumlah wartawan, usai kegiatan ‘Sosialisasi Pedoman Pelaksanaan Teknis dan Pilot Project Rehabilitasi Bagi Pecandu dan Korban Penyalahguna Narkotika dalam Proses Hukum’ di Hotel Park, Cawang, Jakarta Timur, belum lama ini. Perang narkoba yang dimaksud yaitu perang yang dilakukan China dalam memberantas narkoba. Hatta menyerukan supaya aparat pengadilan dalam mengadili kasus narkotika itu tidak bermain-main dengan perkara narkoba,”Atau kita akan menjadi bangsa merosot karena narkoba dan dekadensi moral,” ujarnya. Untuk menyelamatkan bangsa dari bahaya 8 SINAR BNN EDISI V - 2014
narkoba, maka MA tidak bisa seorang diri berperang. MA menghimbau seluruh elemen penegak hukum untuk mempunyai aksi nyata yang sama. “Dengan UU Narkotika yang sudah sangat baik, dan telah diterbitkannya Peraturan Bersama, seharusnya tidak ada hambatan dan alasan untuk tidak bisa memberantas narkoba. Masyarakat dan penegak hukum harus merapatkan barisan dan menyamakan persepsi memerangi narkoba,” ujar Hatta Ali. Peraturan bersama itu dibentuk BNN bersama Polri, Kejaksaan Agung, Mahkamah Agung, Kemenkum
HAM, Kemensos dan Kemenkes. Dengan berlakunya peraturan ini, maka pengguna atau penyalahguna narkoba tidak di penjara, melainkan direhabilitasi. Dalam implementasi ini, setiap penyalahguna narkoba yang tertangkap akan langsung diproses assesment. Jika terbukti sebagai penyalahguna narkoba akan langsung direkomendasi untuk rehabilitasi, yang artinya mulai dari proses penyidikan sudah tidak ditahan tetapi direhabilitasi. Implementasi peraturan baru ini dilaksanakan di 16 kota besar sebagai pilot project-nya. Adapun
kota yang menjadi pilot project seperti Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Bogor, Tangerang Selatan, Semarang, Surabaya, Makassar, Maros, Samarinda, Balikpapan, Padang, Sleman, Pontianak, Banjar Baru, Mataram dan Kepulauan Riau. Kota ini dipilih karena mereka memiliki infrastruktur pusat rehabilitasi. Ke depan, sambil berjalan, kita bangun infrastruktur, dan 2016 nanti diharapkan di seluruh Indonesia sudah dibangun pusat rehabilitasi. Sosialiasi ini tidak hanya berlaku bagi badan narkotika tingkat kota dan provinsi, tetapi juga di tingkat Polres dan Polsek di 16 kota yang menjadi pilot project. Nanti akan dilakukan evaluasi secara berkala karena pelaksanaan peraturan ini juga masih tahap uji coba. Ditargetkan setiap tahunnya akan ada 400.000 pengguna yang dapat direhabilitasi, sehingga persoalaan penyalah guna narkoba di Indonesia dapat diselesaikan dalam tempo 10 tahun. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboy
Cegah Narkoba Selamatkan Penggunanya P engguna Narkoba juga merupakan anak bangsa yang perlu diselamatkan. Mereka adalah anak-anak kita dan saudara-saudara kita yang harus segera dilepaskan dari belenggu Narkoba agar dapat kembali menjalani hidup dalam keadaan sehat dan produktif. Hal itu diungkapkan Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboy, ketika dimintai komentarnya berkaitan dengan maraknya generasi bangsa yang menyalahgunakan narkoba, belum lama ini. Selanjutnya Nafsiah menjelaskan, pada tanggal 11 Maret tahun 2014 lalu, telah diterbitkan Peraturan Bersama (Perber) tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi yang ditandatangani oleh Mahkamah Agung, Kementerian Hukum dan HAM, Kejaksaan Agung, Kepolisian, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, dan Badan Narkotika Nasional, “Dengan terbitnya peraturan bersama ini, maka para pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan Narkoba di Tanah Air kita memperoleh layanan rehabilitasi yang diperlukan,” jelas Nafsiah Mboy. Menurut Nafsiah, amanat Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika dan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun
2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika, Pemerintah bersama segenap lapisan masyarakat telah melakukan berbagai langkah dan upaya untuk menyelamatkan para pengguna Narkoba dan tidak lagi menempatkan para pengguna Narkoba sebagai pelaku tindak pidana atau pelaku tindak kriminal. Upaya ini diperkuat dengan penetapan Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) pada tahun 2011 dan pencanangan tahun 2014 sebagai Tahun Penyelamatan Pengguna Narkoba. “Saat ini, tersedia 274 IPWL di seluruh Indonesia yang terdiri dari Rumah Sakit, Puskesmas, dan Lembaga Rehabilitasi
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Medis milik Pemerintah atau Swasta. Seluruh IPWL mampu melaksanakan rehabilitasi medis, baik terapi simtomatik maupun konseling adiksi Napza. Sedangkan, IPWL berbasis rumah sakit mampu memberikan rehabilitasi medis dalam bentuk rawat inap yang bersifat jangka pendek dan yang bersifat jangka panjang. Saya berharap seluruh pihak terkait untuk turut menyebarluaskan informasi tentang keberadaan IPWL dan layanan yang diberikan bagi anggota masyarakat yang memerlukan. Daftar dan alamat IPWL dapat dilihat di website Kementerian Kesehatan RI,” ujar Nafsiah. Nafsiah juga mengharapkan Badan Narkotika Nasional (BNN)
dapat meningkatkan cakupan pengguna Narkoba yang direhabilitasi di IPWL dengan memanfaatkan upaya penjangkauan yang dilakukan BNN dengan segera merujuk para pengguna Narkoba yang terdeteksi di lapangan ke IPWL, “Peningkatan cakupan ini diperlukan, karena dewasa ini pengguna Narkoba yang datang ke IPWL untuk mendapat layanan rehabilitasi hanya mereka yang datang secara sukarela,” terang Menkes. Pengutamaan upaya promotif-preventif pada penanggulangan Narkoba sangat penting, karena langkah ini akan berdampak positif pada menurunnya jumlah anak yang mulai merokok pada usia muda; menurunnya jumlah orang yang mengkonsumsi minuman beralkohol; menurunnya penyalahgunaan Narkoba dan menurunnya penyebaran dan penularan HIV AIDS, “Saya sangat mengharapkan agar upaya promotif-preventif dapat dintegrasikan dengan upaya-upaya penanggulangan dampak buruk zat adiktif lainnya terhadap kesehatan, termasuk rokok, alkohol, dan inhalans. Karena ketiga zat adiktif tersebut seringkali merupakan entry point atau pintu masuk menuju penyalahgunaan Narkoba,” tandas Menkes. (pas) SINAR BNN 9 EDISI V - 2014
liputanutama
Reorientasi Penanganan Penyalah Guna Narkoba
Sebuah Pilihan Humanis Untuk Masa Depan Bangsa R eorientasi penanganan pengguna narkoba telah memasuki fase yang kian progresif. Keseriusan para stake holder tergambar jelas dari mulai deklarasi komitmen moral berupa penyelamatan pengguna narkoba , kemudian lahirnya komitmen yang lebih nyata yaitu Peraturan Bersama oleh Mahkamah Agung, Kementerian Hukum dan HAM, Kejaksaan Agung, Polri plus Kemenkes, Kemensos dan BNN, hingga peluncuran penanganan pengguna narkoba yang ideal melalui pilot project rehabilitasi di 16 kota, “Ekspektasinya, langkah ini jadi pilihan manis yang humanis untuk investasi atau kado masa depan,” kata Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), DR. Anang Iskandar, ketika ditemui di ruang kerjanya, belum lama ini. Selanjutnya Anang Iskandar menjelaskan, sebagai bentuk konsepsi penanganan pengguna narkoba yang mengusung paradigma baru, melalui Perber (Peraturan Bersama) inilah penegak hukum diberikan pedoman yang lebih mumpuni untuk memilah mana penjahat narkoba yang pantas masuk ke dalam jeruji besi atau memilah mana penyalah guna yang seharusnya dipulihkan di pusat rehabilitasi, “Hal ini selaras dengan roh UU No.35/2009 tentang narkotika yang sudah mengatur dengan
10 SINAR BNN EDISI V - 2014
tersedia di 16 kota tersebut. Dengan harapan, proses penanganan penyalah guna narkoba baik yang berasal dari kelompok penyalah guna narkoba yang terkait proses hukum, maupun dari kelompok yang sukarela melaporkan ke Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) dapat tertangani dan mendapat akses rehabilitasi yang mudah. Pilot project ini akan diterapkan di 16 lokasi antara lain Kota Batam, Jakarta Timur Jakarta Kepala BNN, DR. Anang Iskandar Selatan, Kabupaten Bogor, melanggar hukum positif, jelas, bahwa penjahat Kota Tangerang Selatan, karena pada dasarnya dihukum keras dan Kota Semarang, Kota hukum positif di negeri penyalah guna dihukum Surabaya, Kota Makassar, ini menganut double track dengan sentuhan yang Kabupaten Maros, system pemidanaan, yaitu humanis,” jelasnya. Kota Samarinda, Kota Penyalah Guna dan dalam Menurut mantan Balikpapan, Kota Padang, keadaan ketergantungan Gubernur Akpol ini, Kabupaten Sleman, Kota dapat dihukum pidana dengan paradigma baru Pontianak, Kota Banjar dan dapat juga dihukum ini, penyalah guna narkoba Baru, dan Kota Mataram rehabilitasi. yang tersangkut kasus .Dengan adanya pilot Pilot Project narkoba akan ditangani project ini diharapkan dengan proporsional. Sesuai Pelaksanaan Rehabilitasi dapat menjadi inspirasi Diharapkan Inspirasional dengan amanah Perber, bagi daerah lainnya tentang Amanah perber yaitu para penyalah guna akan bagaimana penanganan diasesmen oleh tim hukum implementasi asesmen penyalah guna narkoba terpadu pada kasus dan tim medis, sehingga secara proporsional dan penyalah gunaan idealnya dapat digali,apakah dia professional. hanya penyalah guna murni, harus dilakukan secara “Semua konsep sudah serempak dan massif. atau tersangkut dalam tertuang dengan jelas, kini Namun untuk langkah awal, hanya tinggal implementasi jaringan narkoba, “Jika pelaksanaan rehabilitasi memang penyalah guna dari para penegak hukum, difokuskan pada 16 kota murni maka akan diukur apakah dapat mengambil pilot project. tingkat keparahannya. pilihan yang lebih humanis Pada hari Selasa tanggal atau tidak. Semua berpulang Dengan hasil analisis 26 Agustus, 16 kota pilot inilah, ketika penyalah pada orientasi penegak project resmi diluncurkan guna menjalani proses hukum itu sendiri. Pilihandi Kantor Kementerian hukum, hakim memiliki pilihan yang lebih baik Hukum dan HAM. Pemilihan inilah yang pada faktanya pedoman yang kuat pilot project ini didasarkan akan jadi investasi untuk untuk mengenakan vonis pada kesiapan infrastruktur masa depan bangsa,” tandas rehabilitasi,” ujar Anang. atau pusat rehabilitasi yang Anang. (pas) Langkah ini tidak Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Terpidana Mati Kasus Narkoba Harus Segera Dieksekusi
M
araknya peredaran narkotika akhirakhir ini membuka tabir yang cukup mencengangkan. Pasalnya, pengendalian jaringan narkotika dilakukan dari balik jeruji besi. Dari sebagian kurir yang ditangkap Badan Narkotika Nasional (BNN) diketahui bahwa pelaku digerakan terpidana dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (LP). Ironisnya, pengendalian jaringan tersebut dilakukan para terpidana mati kasus narkotika. Salah satu kasus yang mencuat beberapa waktu lalu adalah Meirika Franola alias Ola. Meski hukuman Ola telah berubah menjadi seumur hidup setelah diberikan grasi, perempuan ini kembali terlibat bisnis narkotika bersama seorang kurir berinisial NA. Sama halnya dengan Adam Wilson. Terpidana mati asal Nigeria ini masih menjalankan bisnis narkotika walau telah menjalani masa hukuman selama 10 tahun di LP Kembangkuning. Pengungkapan
Jaksa Agung Basrief Arief
keterlibatan Adam diketahui setelah BNN menangkap tiga kurir berinisial ES, HS, dan SA yang membawa 8,7 kilogram sabu dari India. Kasus lain yang lebih menghebohkan adalah penangkapan tujuh terpidana dari tiga LP berbeda di Nusakambangan. Sylvester Obiekwe, Obina Nwajagu, Yadi Mulyadi ditangkap BNN di LP Batu, Hillary K Chimize dan Humprey Ejike ditangkap di LP Pasir Putih, sedangkan Ruddi Cahyono dan Hadi Sunarto ditangkap di LP Narkotika.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Sylvester, Obina, Humprey, dan Yadi diketahui sebagai terpidana mati. Sementara, Hillary yang semula dijatuhi pidana mati, hukumannya berubah menjadi 12 tahun setelah peninjauan kembalinya dikabulkan MA. Penangkapan Hillary sempat melibatkan seorang wartawati bernama Zakiah yang ditangkap lebih dulu di Sarinah, Jakarta. Dengan banyaknya terpidana mati yang ditangkap karena mengendalikan jaringan narkotika dari dalam LP, BNN
mendesak Kejaksaan Agung untuk segera mengeksekusi terpidana mati. Jaksa Agung telah memerintahkan seluruh Kepala Kejaksaan Tinggi untuk menginventarisasi terpidana mati yang sudah tidak memiliki upaya hukum. Dari 111 terpidana mati yang diinventarisasi, Jaksa Agung Basrief Arief mengungkapkan ada 12 terpidana yang sudah tidak memiliki upaya hukum. “Artinya, dari 12 ini sudah bisa dieksekusi karena upaya hukum, seperti banding, kasasi, dan PK, sudah tidak ada lagi. Tentunya terkait grasi nanti akan dilihat juga,” katanya, belum lama ini. Basrief mengaku, dalam rangka eksekusi, pihaknya sedang mempersiapkan dan berkoordinasi dengan lembaga-lembaga terkait. Secara aturan, Kejaksaan selaku eksekutor tidak bisa menyampaikan waktu dan tempat terpidana mati akan dieksekusi, “Insya Allah dalam waktu dekat ini ada yang sudah akan kami lakukan eksekusi,” tandas Basrief Arief. (pas) SINAR BNN 11 EDISI V - 2014
liputanutama
Mulai Pertengahan Agustus 2014
Anang menambahkan, sosialiasi ini tidak hanya berlaku bagi badan narkotika tingkat kota dan provinsi, tetapi juga di tingkat Polres dan Polsek di 16 kota yang menjadi pilot project,”Nanti akan kita lakukan evaluasi secara berkala karena pelaksanaan peraturan ini juga masih tahap uji coba. Kita menargetkan setiap tahunnya akan ada 400.000 pengguna yang dapat direhabilitasi, sehingga persoalaan penyalah guna narkoba di Indonesia dapat diselesaikan dalam tempo 10 tahun,” katanya. Anang mengatakan, sejauh ini belasan ribu pengguna narkotika direhabilitasi. 16.000 di Kepala BNN, DR. Anang Iskandar diwawancarai awak media antaranya baru ditangani adan Narkotika narkoba yang tertangkap dilaksanakan di 16 oleh pusat dan panti kota besar sebagai pilot Nasional (BNN) akan langsung diproses rehabilitasi milik swasta, project-nya. Adapun telah membentuk assesment. Jika terbukti sisanya ditangani BNN kota yang menjadi pilot peraturan bersama sebagai penyalahguna dan pemerintah,”Dengan project seperti Jakarta dengan lembaga hukum narkoba akan langsung adanya project Selatan, Jakarta Timur, lainnya. Peraturan itu direkomendasi untuk seperti ini, kita tidak mewajibkan penyidik rehabilitasi, yang artinya Bogor, Tangerang akan mengurangi Selatan, Semarang, merehabilitasi pengguna mulai dari proses kewenangan hukum, Surabaya, Makassar, narkoba mulai 16 penyidikan sudah justru memberikan Maros, Samarinda, Agustus 2014 ini. tidak ditahan tetapi rambu-rambu Balikpapan, Padang, Peraturan bersama direhabilitasi,” ujar peringatan. Mereka Sleman, Pontianak, itu dibentuk BNN Kepala BNN Komjen Pol. yang direhabilitasi Banjar Baru, Mataram bersama Polri, Kejaksaan Anang Iskandar, usai jika kedapatan sabu dan Kepulauan Riau. Agung, Mahkamah kegiatan ‘Sosialisasi kurang dari satu gram, “Kota ini dipilih Agung, Kemenkum Pedoman Pelaksanaan ekstasi 8 butir dan ganja karena mereka memiliki kurang dari 5 gram HAM, Kemensos dan Teknis dan Pilot Project Kemenkes. Dengan Rehabilitasi Bagi Pecandu infrastruktur pusat dalam penyidikan akan berlakunya peraturan dan Korban Penyalahguna rehabilitasi. Ke depan, dilakukan assesment. sambil berjalan, kita ini, maka pengguna Narkotika dalam Proses Kalau terbukti, penyalah bangun infrastruktur, dan guna akan direhabilitasi, atau penyalahguna Hukum’ di Hotel Park, 2016 nanti diharapkan narkoba tidak di penjara, Cawang, Jakarta Timur, sehingga mereka tidak di seluruh Indonesia melainkan direhabilitasi. Rabu (6/8/2014). dimasukkan ke dalam sudah dibangun pusat “Dalam implementasi Implementasi penjara,” ujar Anang. rehabilitasi,” jelas Anang. (pas) ini, setiap penyalahguna peraturan baru ini
Pengguna Narkoba Wajib Direhabilitasi
B
12 SINAR BNN EDISI V - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
H. Ganjar Pranowo
Ada Perubahan Paradigma dalam Menangani Narkoba
G
ubernur Jawa Tengah H. Ganjar Pranowo mengatakan sedang ada perubahan paradigma dalam menjalankan kebijakan narkoba baik di Jawa Tengah maupun Indonesia. “Jika dimasa lalu, pengguna narkoba itu cenderung ditangani secara hukum, yakni dengan cara dihukum, maka di masa kini penanganan kasus-kasus narkoba itu sedang mengalami pergeseran, dimana tidak lagi mengandalkan aspek hukum, namun juga sudah mengarah aspek kesehatan,” ungkap Ganjar Pranowo, ketika ditemui di Semarang belum lama ini. Menurut Ganjar Pranowo, penanganan dari aspek kesehatan harus dilakukan mengingat tidak sedikit warga Jawa Tengah yang menjadi korban penggunaan narkoba dan harus direhabilitasi,”Ada dua macam korban, yakni korban yang benar-benar pecandu itu sendiri dan kedua korban yang berasal dari wilayahwilayah yang kita tidak pernah tahu, anak kita, di sekolah, remaja coba-
coba,” papar Ganjar Pranowo. Pergeseran paradigma ini harus terjadi guna mengikuti dinamika masyarakat yang terjadi di masyarakat Indonesia saat ini. Ganjar sepakat korban narkoba tidak dihukum, tapi itu pun harus dipilah-pilah agar dapat dibedakan antara korban dengan bandar narkoba. “Testimoni, testimoni dari para korban narkoba harus diperbanyak agar ada perubahan, pertanyaannya kita mau berubah atau tidak, kalau kita mau berubah maka kita harus bergerak bersama-sama,” imbau Ganjar.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Untuk itu, Ganjar Pranowo, menghendaki agar semua pemangku kepentingan untuk sama-sama memerangi Narkoba. Sebab, pengguna narkoba tidak memandang siapa dia, sehingga pintu-pintu masuk peredarannya harus dijaga ketat, terutama di daerah rawan peredaran gelap narkoba,”Pengguna Narkoba itu tidak memandang siapa. Dia bisa pejabat, artis dan siapa saja, bahkan anggota legislatif juga bisa kena Narkoba,” ungkap Ganjar Pranowo. Selanjutnya Ganjar menekankan, semua pemangku kepentingan
mulai dari jajaran eksekutif, legislatif, yudikatif, TNI dan Polri, partai politik, organisasi kemasyarakatan, tokoh masyarakat dan lainnya harus bersatu menyatakan “perang” terhadap Narkoba. Persoalannya, sebut Ganjar, bagaiamana upaya seluruh lapisan masyarakat untuk memerangi Narkoba. Sebab, tekad memerangi barang terlarang ini hanya bisa diwujudkan dengan kebersamaan di lingkungan kampung, PNS, Camat dan Lurah agar bisa mencanangkan zona bebas Narkoba. Artinya, apabila ada pemakai atau pengedar masuk di kecamatan, mereka bisa ramai-ramai menangkapnya. Begitu juga di lingkungan pemerintah daerah. Menurut Ganjar, kalau ada PNS yang ketahuan menggunakan atau mengedarkan Narkoba langsung diberhentikan. Pemprov tidak akan mentolerir pegawai yang terlibat Narkoba dan sudah dibuktikan. “Saya sudah bertekad bagaimana Jawa Tengah ini bersih dari Narkoba,” tandas Ganjar. (pas) SINAR BNN 13 EDISI V - 2014
liputanutama
Awang Faroek Ishak
Kontrol Anak Agar Tak Terjerumus Narkoba Menuntut peran aktif orang tua untuk meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas anak.
G
ubernur Kaltim, H Awang Faroek Ishak menghendaki para orang tua meningkatan kontrol terhadap anak-anaknya guna menghindari terjerumus dalam penyalahgunaan Narkoba. Sebab, kecenderungan anak terjerumus akibat salah pergaulan lantaran kontrol atau pengawasan orang tua lemah. “Prinsip pemberantasan peredaran dan penyalahgunaan Narkoba ke depan adalah bagaimana mengantisipasi generasi muda agar tidak terjerumus. Sebab, peredaran gelap Narkoba meningkat lantaran penyalahgunaannya meningkat,” ujar Gubernur Awang Faroek ketika dikonfirmasi wartawan terkait tingginya intensitas penyelundupan Narkoba ke Kaltim.
14 SINAR BNN EDISI V - 2014
Selanjutnya Awang Faroek menyatakan, upaya yang harus dilakukan sekarang adalah mencegah peningkatan jumlah korban, “Salah satunya menuntut peran aktif orang tua untuk meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas anak,” katanya. Peningkatan kontrol dimaksud antara lain melihat pergaulan anak dengan mengetahui teman dan tempat ngumpulnya. Dengan
menyelamatkan keluarga dan lingkungannya agar tidak terjerumus dalam penyalahgunaan Narkoba. Setelah pencegahan, hal lain yang tidak kalah pentingnya penyembuhan. Ini untuk membebaskan korban penyalahgunaan Narkoba dari ketergantungan melalui upaya rehabilitasi. “Terus terang saya perihatin melihat Lapas (lembaga Pemasyarakatan) di Kaltim yang dipenuhi tahanan kasus Narkoba. Padahal, idealnya pengguna dimasukkan begitu, orang tua pada pusat rehabilitasi bisa meningkatkan supaya sembuh dari pengawasan terhadap ketergantungan,” akunya. aktivitas anak,”Jika teman Faroek pun mengaku bergaul anaknya kurang bersyukur Kaltim benar tentu memudahkan sudah memiliki pusat kontrol dengan memberi rehabilitasi di Samarinda. pembatasan bergaul. Saat Termasuk ke depan pergaulan anak baik, ia menjadikan gedung yakin tidak akan terlibat bekas RSUD AM Parikesit Narkoba,” tuturnya. Tenggarong yang akan Tidak hanya untuk dipindah menjadi pusat anak. Peran pencegahan rehabilitasi Narkoba, juga bisa dilakukan sehingga diharapkan kepada keluarga tidak ada lagi korban terdekat. Intinya Narkoba masuk Lapas semua pihak diminta digabungkan dengan bertanggungjawab kasus kejahatan lain. (pas) Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Ridwan Kamil Ajak Masyarakat Perangi Narkoba “Mari kita terus berjuang bersama menanggulangi dan membebaskan Bandung agar terbebas dari kejahatan narkoba.”
W
ali Kota Bandung M. Ridwan Kamil mengatakan ancaman penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba tidak cukup dengan hanya melalui pelaksanaan program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN),”Meskipun sudah banyak capaian yang dihasilkan, namun masih banyak hal yang membutuhkan perbaikan dan upaya penyempurnaan serta kerja keras kita bersama,” katanya, ketika ditemui di Balai Kota Bandung, belum
lama ini. Dia menjelaskan, untuk dapat menanggulangi permasalahan narkoba yang kompleks, maka perlu adanya suatu upaya pengintegrasian dan kerja sama antara masyarakat dengan kepolisian serta aparatur terkait. Hal ini dapat mempersempit pelaku, pengguna, dan pengedar narkoba di
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
masyarakat,”Dengan berintegrasi dan bekerja sama secara intensif maka sudah pasti peredaran dan penggunaan narkoba akan lebih dapat dicegah dan dimonitor. Sehingga kita dapat mempersulit baik dari peredaran dan juga penggunaanya di masyarakat,” tegasnya. Dia mengajak segenap para kepala
SKPD dan para aparatur untuk membantu para pengguna narkoba sehingga dapat kembali melaksanakan aktivitas sosial sebagai anggota masyarakat,”Mari kita terus berjuang bersama menanggulangi dan membebaskan Bandung agar terbebas dari kejahatan narkoba,” ajaknya. (pas) SINAR BNN 15 EDISI V - 2014
lintassektoral
Samarinda Menjadi “Pilot Project” Penanganan Narkoba
K
ota Samarinda, Kalimantan Timur menjadi salah satu “pilot project” atau proyek percontohan penyelamatan terhadap pengguna narkoba. Hal itu diungkapkan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia Komisaris Jenderal Anang Iskandar. “Kota Samarinda menjadi salah satu `pilot project` penyelamatan pengguna narkoba yang akan dimulai pada pertengahan Agustus 2014,” ungkap Anang Iskandar pada peresmian Balai Rehabilitasi BNN Tanah Merah, Samarinda, Senin (11/8). Balai Rehabilitasi Tanah Merah di jalan poros Samarinda-Bontang yang sudah mulai beroperasi sejak Oktober 2013 dengan luas 11,8 hektare dengan kapasitas 200 orang itu dibangun dengan biaya Rp 50 miliar. “Dengan adanya balai rehabilitasi ini, pecandu atau pengguna narkoba tidak lagi harus dipenjara, tetapi diatur rehabilitasinya. Oleh karena itu, pengguna narkoba nanti direorientasi penanganannya dan tidak lagi bermuara di penjara,” kata Anang Iskandar. Sementara, penanganan terhadap pengedar narkoba, lanjut Anang Iskandar, dilakukan secara tegas. “Penanganan terhadap para pengguna sangat
16 SINAR BNN EDISI V - 2014
Kepala BNN, DR. Anang Iskandar, saat meresmikan Balai Rehabilitasi Tanah Merah Samarinda.
humanis tetapi kalau bandar narkoba itu sangat keras. Bagaimana kerasnya, silakan oleh hakim dihukum sampai hukuman mati. Tidak hanya itu, hartanya atau asetnya bisa dirampas dengan Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang. Itu kerasnya menangani masalah narkoba,” katanya. “Tetapi, masalah penyalahgunaan narkoba yakni pecandu narkoba wajib direhabilitasi dan akan dibiayai oleh negara. Silahan teman-teman evaluasi bagaimana pelaksanaan `pilot project` itu, apakah berjalan dengan baik atau tidak,” ungkap Anang Iskandar. Ke depan, lanjut Anang Iskandar, juga
akan dibangun fungsi rehabilitasi di setiap rumah tahanan negara (rutan) dan lembaga pemasyarakatan (Lapas),”Kami berharap, di setiap kabupaten/kota dan provinsi memiliki balai rehabilitasi dan ke depan, juga harus ada fungsi rehabilitasi di setiap lapas dan rutan,” ujarnya. Sementara, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak menyatakan, dengan diresmikannya Balai Rehabilitasi Tanah Merah itu, menjadi salah satu solusi penanganan penyalahgunaan narkoba. “Saya kembali bersemangat karena sudah ada solusinya bagi para pengguna yang tidak lagi dimasukkan ke penjara tetapi di panti rehabilitasi.
Tadi saya bertemu dengan beberapa anak di sini (Balai Rehabilitasi) dan mudahmudahan dalam enam bulan mereka bisa kembali normal. Sementara, para pengedar khususnya bandar narkoba saya berharap dapat dihukum seberat-beratnya,” ungkap Awang Faroek. Pemerintah Provinsi Kaltim lanjut Awang Faroek Ishak akan mendorong seluruh kabupaten/kota untuk membangun Balai Rehabilitasi. “Di Kaltim baru terdapat dua Balai Rehabilitasi yakni di Balikpapan dan Samarinda sehingga jika biaya pembangunannya Rp 50 miliar, saya yakin semua kabupaten/kota bisa membangunnya,” tambahnya. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lintassektoral
Sosialisasi Bahaya Narkoba
Bagi Siswa Baru N
arkoba merupakan permasalahan yang sangat kompleks yang dihadapi bangsa ini sebab dampak buruk dari penyalahgunaan Narkoba itu sendiri dapat merusak seluruh tatanan kehidupan masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, untuk mencegah semakin banyaknya generasi muda yang terlibat penyalahgunaan narkoba, Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Maluku, menggelar sosialisasi bahaya menyalahgunakan narkoba bagi siswa baru. “Upaya sekolah di kota Ambon guna menyukseskan program P4GN di daerah seribu pulai ini kian meningkat dari waktu ke waktu, hal ini ditandai dengan program rutin untuk mensosialisasikan dampak buruk penyalahgunaan Narkoba bagi siswa-siswi yang baru masuk pada sekolah-sekolah swasta maupun negeri, yang dilakukan setiap tahun dengan melibatkan BNNP-Maluku untuk memberikan materi sosialisasi di beberapa
sekolah baik tingkat SLTP maupun SLTA. Hal ini adalah bentuk kepedulian bersama untuk menyelamatkan generasi bangsa di daerah seribu pulau ini,” kata Kepala BNNP Maluku, Benny Pattiasina, dalam press release yang dikirimkan ke redaksi indonesiabergegas.com, belum lama ini. Selanjutnya Benny menjelaskan, dalam kegiatan tersebut, BNNP Maluku menurunkan tim penyuluh ke sekolah- sekolah, guna
memberikan sosialisasi sekaligus sebagai ruang untuk bertukar informasi dengan pihak sekolah terkait perkembangan masalah Narkoba yang dialami selama ini,”Akibat dari kurangnya informasi tentang bahaya Narkoba, membuat siswa dapat dengan mudah menggunakan Narkoba, disamping itu aspek lingkungan pergaulan yang buruk dan psikologis siswa yang cenderung ingin mencoba-coba juga menjadikan siswa gampang terpengaruh
ajakan atau rayuan teman sebayanya untuk mencoba narkoba,” jelas Benny. Menurut Benny, dalam penanganan masalah penyalahgunaan Narkoba, tidak hanya menjadi tanggung jawab BNN semata, diperlukan kerjasama semua pihak, “Maka dari waktu ke waktu BNNP-Maluku terus menjalin kerjasama dengan semua pihak untuk mensukseskan program P4GN termasuk di dalamnya pihak sekolah,” ujar Benny. (pas)
Siswa Baru mengikuti sosialisasi bahaya narkoba
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 17 EDISI V - 2014
lintassektoral
Para Guru Bimbingan Konseling mencoba memaksimalkan perannya dalam lingkungan sekolah
guru BK yang selama ini menjadi konselor siswa di sekolah sangatlah penting dalam mengarahkan siswa yang terindikasi menyalahgunakan narkoba untuk memperoleh pertolongan melalui rehabilitasi,” ujar Dewi Sementara itu Jesicha Yeny Susanti, menjelaskan, tidak gampang menerapkan program rehabilitasi bagi pengguna narkoba. “Tantangannya luar biasa berat, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan,” ungkap Jesicha. Menurut Jesicha, sejak dicanangkannya program penyelamatan bagi pecandu narkoba pada awal tahun 2014, dukungan masyarakat masih sebesar 30%. Hal mencegah penyalahgunaan narkoba di ini dikarenakan belum ada kesamaan persepsi antara pemerintah, penegak hukum, dan kepolisian terkait pelaksanaan program tersebut di lapangan. Untuk itu Jesicha juga berharap agar masyarakat juga berperan dengan mendorong menyalahgunakan narkoba aparat untuk benar-benar dengan cara dikeluarkan menegakkan hukum dari sekolah atau sesuai dengan UU yang dipindahkan ke sekolah berlaku, karena UU No. lain bukanlah merupakan 35/2009 tentang narkotika penanganan yang tepat, telah menjamin bahwa karena hal tersebut tidak pengguna narkoba harus akan menyelesaikan direhabilitasi. masalah tetapi malah akan Menanggapi kekhawatiran menambah masalah,“Jika guru BK terkait kerahasiaan para siswa tersebut identitas siswa serta nama dikeluarkan dari sekolah sekolah yang melaporkan dan di luar mereka bertemu siswanya yang terindikasi dengan temannya sesama menyalahgunakan pengguna atau pengedar dan narkoba ke BNN, Dewi tertangkap polisi, penjara menjamin sepenuhnya akan tidak akan membuat mereka merahasiakan identitas kapok tetapi malah akan siswa ataupun pelapor dari membuat mereka tambah pihak-pihak yang tidak pintar,” kata Dewi. berkepentingan,“Jangan Untuk itu, tambah kuatir, kami tidak akan Dewi, jika ada siswa mempublikasikan ke yang terindikasi masyarakat umum apalagi menyalahgunakan narkoba, mempublikasikan ke media mereka harus segera atau melaporkan ke polisi jika ditolong dengan cara ada masyarakat yang melapor direhabilitasi, “Peranan ke kita,” tegas Dewi. (lis)
Maksimalkan Peran Bimbingan Konseling G una memaksimalkan penanganan pecandu narkoba di masyarakat khususnya di lingkungan pendidikan, BNN Kota Kediri melalui Seksi Pemberdayaan Masyarakat, belum lama ini menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama para guru bimbingan konseling tingkat SMA di Kota Kediri. FGD yang digelar di Aula BNN Kota Kediri menghadirkan Kepala BNN Kota Kediri AKBP. Lilik Dewi Indarwati, AmK.,SH.,MM, dan Ketua Eklesia Foundation Kediri Jesicha Yeny Susanti, SH.,MM.,MH, yang selama ini aktif dalam bidang pendidikan dan penanggulangan bahaya narkoba. Kegiatan FGD ini selain untuk mensosialisasikan tentang rehabilitasi sebagai
18 SINAR BNN EDISI V - 2014
penanganan terbaik bagi pecandu narkoba, juga bertujuan untuk menyerap aspirasi serta masukanmasukan dari guru BK terkait permasalahan serta penanganan pecandu narkoba yang ada di lngkungan sekolah. Dengan mengusung tema Pengguna Narkoba Labih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara, diskusi bersama para guru BK ini diharapkan bisa menyamakan persepsi diantara para guru BK tentang penanganan terbaik apa yang perlu dilakukan sekolah apabila ada anak didik yang terindikasi menyalahgunakan narkoba. Lilik Dewi Indarwati, dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa penanganan siswa yang terindikasi
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lintassektoral
MOPD, Siswa Baru Disumpah Anti Narkoba P
ada Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPD), ratusan siswa baru Kota Depok bersumpah untuk tidak memakai narkoba. Dinas Pendidikan Kota Depok menegaskan agar seluruh sekolah dan lembaga pendidikan dari tingkat SD hingga perguruan tinggi untuk melaksanakan Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPD) dengan baik dan benar. Hal itu untuk mencegah terjadinya kekerasan saat penyelenggaraan MOPD. “Sudah ada petunjuk teknis pelaksanaan MOPD, sehingga sekolah harus mematuhi baik negeri dan swasta, semua dilaksanakan secara sama dan tak ada yang berlebihan,” ujar Kepala Bidang Menengah Kejuruan Dinas Pendidikan Kota Depok Siti Chaerijah, kemarin. Salah satu penyelenggaraan MOPD positif dilakukan oleh seluruh peserta didik baru sekolah Al Ma’mun Education Center (AMEC) tingkat SDIT, SMPIT, SMK Keperawatan.
SMK Farmasi dan SMK Multimedia. Sebanyak 200 siswa disumpah bebas narkoba. Program ini kerjasama Sekolah AMEC dengan Polsek Sawangan dan berlaku untuk seluruh peserta didik. Menurut Direktur Sekolah AMEC, Ma’mun Ibnu Ridwan, sosialisasi bahaya narkoba dan strategi pencegahan
di lingkungan Sekolah AMEC, perlu dilakukan bersama, termasuk melibatkan aparat Kepolisian. Pihaknya menanamkan dalam pikiran siswa bahwa narkoba itu musuh bersama. “Sama seperti musuh abadi kita, yaitu setan, siapa yang tergoda, berarti sudah berkawan dengan misi setan yang
membawanya ke neraka,” tukasnya. Ma’mun mengklaim, kegiatan ini sudah dirancang bebas kekerasan, baik fisik maupun psikis, dan akan diakhiri dengan api unggun dan renungan malam di alam terbuka. Kanit Narkoba Polsek Sawangan AKP Supriyadi juga memberikan arahan terkait bahaya narkoba. (pas)
Para siswa baru mengikuti sosialisasi dan disumpah untuk anti narkoba
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 19 EDISI V - 2014
lintassektoral
Balai Rehabilitasi Narkoba Tanah Merah Diresmikan
G
ubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek Ishak bersama Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), DR Anang Iskandar meresmikan Balai Rehabilitasi BNN, Tanah Merah, Samarinda, Senin (11/8). Meski baru diresmikan, balai rehabilitasi ini sudah mulai beroperasi sejak Oktober 2013. Sejak saat itu, sudah ada 80 orang yang direhabilitasi, dan 15 diantaranya sudah menyelesaikan program rehabilitasi medis dan sosial secara terintegrasi. Menurut Kepala BNN, Balai Rehabilitasi ini bisa menampung 200 residen. Sedangkan sumber daya manusia yang bertugas di tempat rehabilitasi ini sejumlah tujuh puluh personel, yang terdiri dari dokter, perawat, dan konselor. Pembangunan Balai Rehabilitasi Tanah Merah BNN di Samarinda merupakan wujud dukungan BNN dan kepedulian Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur maupun Kota Samarinda melalui Rencana Aksi Provinsi Kalimantan Timur di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan
20 SINAR BNN EDISI V - 2014
Kepala BNN, DR. Anang Iskandar dan Gubernur Kaltim Awang Farouk, menggunting pita saat meresmikan Balai Rehabilitasi Tanah Merah, Samarinda, Kalimantan Timur.
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2011- 2015 (RAP P4GN 2011-2015). Dukungan Pemerintah Kota Samarinda berupa penyediaan lahan seluas 11,8 hektar di kawasan Jalan Raya Bontang Samarinda, Tanah Merah Kalimantan Timur. Pembangunan fasilitas rehabilitasi ini dilakukan dalam tiga tahap sejak 2011 lalu. Bangun Budaya Merehabilitasi Pengguna Narkoba Provinsi Kalimantan Timur menjadi salah satu daerah yang angka penyalahgunaan narkobanya tinggi. Mengatasi persoalan
narkoba, rehabilitasi menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan pemidanaan penjara terhadap pengguna narkoba. Prevalensi penyalahgunaan narkoba di Kalimantan Timur menyentuh angka 3,1%. Dari hasil penelitian BNN bersama UI tahun 2011, pengguna narkoba teratur pakai di Kaltim berkisar antara 35.512 hingga 46.468 orang (Data Jurnal P4GN tahun 2012). Menanggapi hal ini, upaya menekan penyalahgunaan narkoba harus lebih serius, dengan mengedepankan upaya menekan demand, dan mendorong turunnya supply.
Dalam konteks penanganan narkoba, salah satu masalah krusial yang sedang dihadapi saat ini adalah keterbatasan jumlah panti rehabilitasi, sementara trend penyalahgunaan cenderung selalu meningkat. BNN telah berupaya keras dengan membangun berbagai pusat rehabilitasi. Sejauh ini, BNN sudah memiliki Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Balai Rehabilitasi Baddoka Makassar, Balai Rehabilitasi di Batam dan Balai Rehabilitasi Tanah Merah di Samarinda yang saat ini diresmikan. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lintassektoral
Pedoman Teknis Untuk Percepatan Implementasi Asesmen Terpadu
P
eraturan Bersama (perber) tentang penanganan pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika ke dalam lembaga rehabilitasi yang sudah ditandatangani oleh Ketua MA, Menkumham, Jaksa Agung, Kapolri, Kepala BNN, Menkes dan Mensos, pada 11 Maret 2014 lalu dinilai sebuah langkah maju dalam penangananan pengguna narkoba yang ideal. Meski demikian, perber menyisakan sejumlah tantangan dan permasalahan. Kepala BNN, DR Anang Iskandar mengakui peraturan bersama belum sepenuhnya bisa berjalan dengan maksimal karena faktanya, proses perubahan paradigma tidak bisa terealisir secara instan. Pada prakteknya, banyak pihak masih mempertanyakan bagaimana mekanisme yang ideal tentang implementasi asesmen terpadu sesuai perber ini sendiri. Oleh karena itulah, dalam rangka menjawab segala tantangan dan permasalahan seperti ini, BNN telah menyiapkan pedoman pelaksanaan teknis asesmen bagi pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika dalam proses hukum. Dengan pedoman teknis ini, prosedur
pelaksanaan asesmen terpadu, masa kerja tim asesmen, tugas dan wewenang tim asesmen, mekanisme pelaksanaan asesmen, dan pembiayaan tim asesmen terpadu dijelaskan secara terperinci, sehingga bisa menjadi acuan yang kuat bagi para pelaksana di lapangan untuk menjalankan amanah perber yaitu pelaksanaan asesmen terpadu. Mekanisme yang jelas memang sangat penting, tapi hal fundamental lainnya yang tak kalang penting tentu saja orientasi penegak hukum dalam menangani tersangka pengguna narkoba. “Apakah para penyalah guna itu akan dimasukan ke dalam
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
penjara atau ke dalam lembaga rehabilitasi”, imbuh Kepala BNN di hadapan peserta Sosialisasi Pedoman Teknis Rehabilitasi Dalam Rangka Pelaksanaan Pilot Project Rehabilitasi Bagi Pecandu dan Korban Penyalah Guna Narkotika Dalam Proses Hukum, di Jakarta, Rabu (6/8). Karena itulah, Kepala BNN menegaskan reorientasi penangananan penyalah guna dan pecandu narkotika penting untuk dipahami, sehingga pengguna tidak lagi digiring ke dalam balik jeruji besi akan tetapi ke tempat rehabilitasi. “Jika kita ingin mengambil analogi, pengguna, kakinya ada di dua sisi, kaki kanan
penjara, sedangkan yang kiri rehabilitasi, nah selama ini mereka sering digeret kaki kanannya sehingga masuk penjara, tapi dengan pelaksanaan asesmen terpadu ini diharapkan mereka bisa digeret dari kanan ke kiri sehingga bisa bermuara di rehabillitasi”, imbuh Anang. Ketika ditanyakan media tentang langkah konkret ke depan terkait pelaksanaan asesmen terpadu, Kepala BNN menjelaskan bahwa asesmen terpadu akan dilakukan di 16 lokasi yang sudah dinilai siap dari segi infrastruktur. Kepala BNN juga mengatakan, pihaknya akan terus melakukan evaluasi pada pelaksanaan asesmen terpadu di 16 lokasi tersebut. SINAR BNN 21 EDISI V - 2014
opiniopini
Cegah Narkoba dengan Sistem Laba-Laba dan obat terlarang (narkoba) bisa dengan menggunakan teori labalaba atau sistem jejaring masyarakat. Teori itu cukup menarik dan perlu untuk diterapkan dalam upaya melakukan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba, (P4GN) di lingkungan sekolah, kampus, maupun masyarakat. Menurut Alma Lucyati, program ke depan yang harus dilakukan adalah membuat jejaring di masyarakat atau semacam relawan narkoba. Di jejaring ini melibatkan semua elemen masyarakat raktisi Kesehatan, termasuk kepolisian dan Alma Lucyati pernah mengatakan tokoh agama. Maraknya peredaran dalam sebuah acara narkoba di kalangan peringatan Hari Anak pelajar dan mahasiswa Nasional tahun lalu, akhir-akhir ini yang mengambil tema memang sudah sangat Stop Narkoba di Dunia mengkhawatirkan semua Pendidikan, bahwa pihak. Sekarang ini salah satu upaya pelajar dan mahasiswa untuk memberantas tidak hanya sebagai penyebaran dan pemakai, tetapi sudah penggunaan narkotika Say No to Drug, jangan hanya dijadikan jargon belaka. Tapi ini harus menjadi tanggung jawab bersama, antara organisasi berbasis keagamaan, pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan lembaga hukum, untuk meningkatkan dan memberdayakan masyarakat kita menuju kehidupan yang sehat.
P
22 SINAR BNN EDISI V - 2014
banyak yang menjadi pengedar. Peredaran narkoba akan sulit dibendung kalau tidak ada kerjasama dari semua pihak. Karena kebiasaan memakai narkoba seperti kebiasaan merokok. Walaupun kebanyakan orang sudah tahu akan bahayanya, tetapi mereka tetap mengkonsumsi. Oleh karena itu, Say No to Drug, jangan hanya dijadikan jargon belaka. Tapi ini harus menjadi tanggung jawab bersama, antara organisasi berbasis keagamaan, pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan lembaga hukum, untuk meningkatkan dan memberdayakan masyarakat kita menuju kehidupan yang sehat baik dari aspek mental, jasmani, maupun spiritual. Di seluruh dunia, banyak program yang didirikan dengan maksud mencegah penyalahgunaan narkoba, atau untuk
mengobati mereka yang terkena narkoba melalui kepercayaan dan praktek-praktek agama tertentu. Pendekatan ini banyak dilakukan di Indonesia dan negaranegara berkembang lainnya. Di Barat, agama tidak begitu menonjol dalam mencegah penyalahgunaan narkoba; namun kita percaya bahwa program-program berbasis keagamaan benar-benar memiliki kepedulian ke arah sana. Penyalahgunaan narkoba menyebabkan peningkatan HIV/ AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deviciency Syndrome), kekacauan mental, dan kejahatan yang pada gilirannya merusak sendi-sendi kehidupan sosial. Puluhan, bahkan ratusan juta orang telah kecanduan narkoba. Di Indonesia, Badan Narkotika Nasional (BNN) menaksir sekitar 4,2 juta orang sudah terjerat ketergantungan narkoba.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
opiniopini Kendati persoalan narkoba muncul, pemerintahan kita memberi harapan bagi setiap orang, keluarga, dan masyarakat yang terpengaruh oleh penyalahgunaan narkoba. BNN khususnya Deputi pencegahan, terus melakukan sosialisasi dan tindakan-tindakan pencegahan dengan melibatkan semua elemen masyarakat, termasuk kalangan media massa dan juga melakukan penelitian dan riset. Dalam salah satu risetnya, menunjukkan bahwa kaum muda yang terlibat dalam komunitas keagamaan tidak begitu rentan terhadap penggunaan narkoba. Ini pantas diapresiasi dan terus didorong untuk melakukan inovasiinovasi pencegahan. Komunitas keagamaan berada di garda depan dalam merespon kebutuhan pelayanan sosial yang mendesak bagi setiap individu dan masyarakat, termasuk ketergantungan narkoba. Kita memberikan makanan dan pakaian bagi yang membutuhkan. Kita memberi naungan bagi tuna wisma. Kita menawarkan pengobatan narkoba, bingkisan, dan membantu kelompokkelompok anggota yang berjuang menjaga agama. Ketika mencegah penggunaan narkoba, kita juga dapat memainkan peranan penting. Saat ini, Indonesia bukan hanya negara perdagangan narkoba, namun juga sudah
menjadi produsen dan pasar jaringan global yang sistematik dalam industri ini. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama sinergis antara pemerintah, LSM, organisasi sosial, untuk mengatakan tidak pada narkoba guna menyelamatkan generasi masa depan kita. Pencegahan dan pengobatan akibat penyalahgunaan narkoba merupakan persoalan yang kompleks yang masih perlu banyak dipelajari tentang apa yang terbaik dilakukan dan oleh siapa. Agama tentunya memiliki peran untuk dimainkan, namun materi ajaran agama yang ada belum mencukupi untuk pencegahan dan pengobatan yang efektif, juga ada rumusan bahwa kegiatan berbasis keagamaan dapat diperbaiki dengan beberapa praktik pencegahan yang baik dalam masyarakat kita. Seperti semua program pencegahan dan pengobatan yang didasarkan pada kebutuhan agama perlu dievaluasi secara hati-hati oleh peneliti yang independen yang menggunakan indikator keberhasilan yang objektif. Dengan demikian, pertukaran pandangan dan pengalaman di antara kita itu penting, guna memberikan bantuan yang lebih baik bagi mereka yang memiliki persoalan narkoba. Permasalahan penyalahgunaan narkoba
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
layaknya ancaman bola salju yang setiap harinya semakin membesar. Cara untuk mencegah hal tersebut selain kegiatan berbasis keagamaan, juga diimbangi dengan memperkuat pendidikan berbasis keluarga. Hasil riset Badan Narkotika Nasional yang bekerja sama dengan Universitas Indonesia beberapa waktu yang lalu, menyebutkan sedikitnya ada 8.000 anak Sekolah Dasar (SD) sudah terkena narkoba. Ini merupakan bencana yang akan menggilas masa depan generasi harapan bangsa. Selain mengoptimalkan penyuluhan dan sosialisasi dampak penyalahgunaan narkoba kepada semua lapisan masyarakat, sudah saatnya dan tak bisa ditunda-tunda lagi perlu memperkuat pendidikan berbasis keluarga. Hal ini sudah menjadi kewajiban kita sebagai orang tua untuk selalu memberikan pembinaan dan sesering mungkin menciptakan komunikasi antara anak dan orang tua agar ada saling keterbukaan. Kadangkala memang diakui kita sebagai orang tua jarang berkomunikasi dan kurang memantau perkembangan dan lingkungan pergaulan anak. Mengingat porsi terbesar pendidikan ada di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar, semua pihak harus memperhatikan pola-
pola pergaulan dan tingkah laku anak-anak yang mulai membentuk satu kelompok. Biasanya mereka terbawa dan terjerumus karena seperti ‘ada rasa kebersamaan’ sesama rekan pergaulan dalam satu kelompok atau geng. Masyarakat perlu memperhatikan hal ini dan secepatnya memberikan informasi jika ada tindak-tanduk mereka di luar batas kewajaran. Selain hal itu basis mental dan spiritual juga menjadi tanggung jawab orang tua dan tokoh agama. Perlu sinergitas dalam hal ini sebab sekali lagi, masalah narkoba bukan tanggung jawab siapa-siapa melainkan tanggung jawab kita semua. Seluruh elemen masyarakat bersama seluruh jajaran pemerintah, membangun komitmen bersama secara total untuk memberantas narkoba. Masalah narkoba merupakan salah satu kejahatan trans nasional. Narkoba dan zat adiktif lainnya merupakan musuh bangsa yang harus diperangi. Pencegahan yang paling efektif adalah dengan membentengi diri dan keluarga yang mutlak dilakukan seluruh orangtua. Komitmen itu juga harus didukung dengan tersedianya dana dalam jumlah yang cukup untuk mendukung kegiatan pembinaan generasi muda, agar terhindar dari narkoba. (*) SINAR BNN 23 EDISI V - 2014
liputankegiatan
Pengawasan Orangtua Penting dalam Pencegahan Narkoba
P
eran orangtua untuk menghindarkan anak-anak dari penggunaan narkotika dan obat-obatan berbahaya sangat diperlukan. Mengingat orangtua merupakan pihak yang terdekat dengan anak-anak. Tim Asistensi BNN, Paulima G. Padmohoedojo, mengingatkan, para pengedar narkoba tidak pernah kehabisan akal untuk mempengaruhi anak-anak agar menjadi pecandu, misalnya memberi permen, pulpen, atau lainnya. “Bahkan orangtua pun tidak tahu-menahu bahwa di dalam permen atau pulpen tersebut terdapat zatzat adiktif yang sangat membahayakan bagi anak,” katanya saat diskusi di Cililitan, Jakarta Timur, kemarin. Paulina menambahkan, keterlibatan orangtua dalam mendidik anak sejak usia dini sangat penting dengan menanamkan pengetahuan tentang bahaya narkoba. Sehingga bisa 24 SINAR BNN EDISI V - 2014
lebih waspada dan mampu menghindari penyalahgunaan narkoba dalam proses pertumbuhannya. “Bagaimana ibuibu dapat mengatasi penyalahgunaan narkoba bagi anak-anaknya. Karena orangtua, terutama ibu-ibu, mempunyai peran yang sangat penting dalam menerapkan pola asuh anak untuk mencegah penyalahgunaan narkoba,” imbuhnya. Seiring perkembangan zaman, semua informasi bisa diperoleh dengan mudah baik itu yang bersifat positif dan negatif.
Sehingga pengawasan menjadi sangat penting di kehidupan anak-anak masa kini. Orangtua juga tidak perlu merasa sulit untuk memberikan pengetahuan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, pasalnya banyak akses seperti BNN atau media lain yang bisa membantu memberikan pemahaman terhadap anak-anak. “Dan juga harus tahu bagaimana penyampaian pada anak untuk mencegah dan menghadapi masalah narkoba. Tanamkan kepada anak-anak sejak usia dini permasalahan ini, karena
setiap anak berpotensi tinggi untuk terperangkap narkoba,” tukasnya. Tetty, orangtua yang memiliki anak remaja menyampaikan apresiasinya karena telah mendapat banyak pengetahuan baru tentang bahaya narkoba. “Ini dapat jadi pegangan dan memperluas pengetahuan akan bahaya narkoba bagi keluarga, sehingga kami dapat sama-sama membantu BNN dalam mewujudkan Indonesia bebas narkoba dan menghasilkan generasi bebas narkoba,” pungkas Tetty. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
PSSI Akan Kampanyekan Anti Narkoba di Pertandingan Liga “Banyak anak muda yang belum paham tentang bahaya narkoba, karena itulah tim pelatih harus juga bisa memberikan penjelasan yang mendalam tentang masalah narkoba,”
K
etika ditemui tim Humas BNN, Ketua PSSI, Djohar Arifin mengungkapkan PSSI mendukung penuh upaya BNN dalam menanggulangi permasalahan narkoba di negeri ini. Djohar mengatakan, dalam sisi prevensi, PSSI akan mengampanyekan anti narkoba, rasis, dan juga anti doping. “PSSI mendukung gerakan penanggulangan narkoba, dan dukungan itu bisa berupa iklaniklan atau kampanye anti narkoba di pinggirpinggir lapangan dalam pertandingan di liga yang berada di bawah PSSI”, kata Djohar usai menghadiri kegiatan penandatangan MoU
BNN dengan Badan Sepakbola Rakyat Indonesia (BASRI), dan Sentra Komunikasi Mitra Polri, di BNN, Rabu pekan lalu. Selanjutnya Djohar menegaskan, bahwa Doping dan narkoba itu musuh utama PSSI, “Jadi tentu kita akan kampanyekan,” tandas mantan pemain PSMS di era 1973-1976 ini. Disingung tentang strategi pencegahan narkoba dengan sepakbola, Djohar sangat setuju. Menurutnya, di Indonesia ini, sepakbola digemari banyak kalangan terutama anak muda, dari mulai
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
sepakbola lapangan besar hingga futsal. Agar progam anti narkoba di lingkungan sepakbola lebih tepat sasaran, Djohar menghimbau agar penyelenggara pelatihan sepakbola proaktif memberikan pemahaman tentang bahaya narkoba pada peserta pelatihan sepakbola. “Banyak anak muda yang belum paham tentang bahaya narkoba, karena itulah tim pelatih harus juga bisa memberikan penjelasan yang mendalam tentang masalah narkoba,” ujarnya.
Menanggapi kerja sama BNN dengan BASRI, Djohar memberikan dukungan dan apresiasi tinggi. Menurutnya, BASRI potensial untuk menjadi kader yang dapat memberikan pemahaman bahaya narkoba pada pemain sepakbola. Di samping itu, dalam aspek pemulihan para pengguna narkoba, Djohar pun cukup optimis, sepakbola bisa menjadi salah satu cara efektif dalam mengembalikan mental dan fisik pengguna narkoba sehingga bisa kembali berguna di tengah masyarakat. (pas) SINAR BNN 25 EDISI V - 2014
aspirasiwarga
26 SINAR BNN EDISI V - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
aspirasiwarga
DANANG
Bentuk Organisasi Anti Narkoba Hingga Tingkat RT narkoba. Disamping itu organisasi anti narkoba tingkat RT/RW bisa berperan sebagai SAKSI KOLEKTIF atas kasuskasus narkoba yang ada di wilayahnya. Jadi tak ada lagi atas nama individu/ orang- perorang yang akan jadi saksi. Tetapi tugas saksi kasus narkoba itu dipikul dan diambil alih atas nama organisasi, bukan atas nama individu/ perorangan lagi. Sehingga nama individu/ perorangan tidak disebut atau dicantumkan sebagai entuklah organisasi saksi tetapi fungsi atau anti narkoba tingkat peran sebagai saksi hingga tingkat RT/ diambil alih dan dipikul RW di seluruh Indonesia. secara kolektif atas nama Organisasi tsb akan menjadi organisasi. penangkal jitu dan super Dengan demikian tidak canggih dari peredaran ada lagi rasa takut, malu, narkoba. Tanpa bantuan enggan, sungkan, dari dan peran serta aktif dari warga untuk jadi saksi, masyarakat melalui wadah sebab tak ada istilah saksi organisasi anti narkoba individu/ perorangan, yang tingkat RT/RW, maka ada hanya SAKSI KOLEKTIF jangan pernah bermimpi atas nama organisasi anti dan berharap banyak jika narkoba tingkat RT/RW narkoba dapat dibasmi atau itu. Soal SAKSI KOLEKTIF diminimalisir seefektif dan via organisasi anti narkoba sejauh mungkin. tingkat RT/RW ini sangat Warga masyarakat penting, sebab jarang sekali biasanya akan segan, orang- perorang yang mau sungkan, malu, bisa jadi jadi saksi kasus narkoba takut atau apalah alasan/ secara individu. Tetapi jika yang ada di pikiran mereka peran saksi itu dipikul dan bila harus bertindak dan diambil alih oleh organisasi bergerak sendiri- sendiri. maka persoalan akan jadi Tetapi bila bersama- sama mudah, gampang dan akan alias bergotong royong berjalan sangat lancar dan dalam suatu wadah efektif serta efisien dalam organisasi resmi, maka rangka memerangi narkoba. warga tidak akan segan, Mari bangun dan sungkan, malu, takut tumbuhkan kembali lagi untuk bergerak dan semangat gotong royong bertindak memerangi itu untuk hal-hal yang baik
B
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
dan positif. Pemerintah dan pemegang otoritas kekuasaan di RI (MPR/ DPR) itulah yang memiliki wewenang dan kekuasaan untuk menggerakkan dan memaksa masyarakat guna membentuk organisasi tsb. Mari semua komponen negara RI deklarasikan dibentuknya organisasi anti narkoba tingkat RT/RW di seluruh nusantara. Para Lurah dan Camat harus jadi ujung tombak terbentuknya organisasi tsb di tiaptiap RT/RW. Pemerintah harus mengusahakan terbentuknya organisasi tsb melalui wewenang kekuasaan yang ada ditangannya. Jangan hanya berharap dari kesadaran masyarakat RT/RW itu sendiri, hal itu akan kurang jalan sebab masyarakat kita masih bersifat perlu “digerakkan dan dipelopori serta agak dipaksa”. Dan pemerintahlah yang mempunyai wewenang memaksa dan kemampuan untuk menggerakkan dan memelopori itu melalui ujung tombak tadi yaitu Lurah dan Camat diseluruh Indonesia. Institusi kepolisian jangan arogan dengan berpikir bisa bertindak sendirian (one man show) dengan pertimbangan demi kepentingan nama baik korps-nya saja, sebab kalau bertindak sendirian kesannya dilihat masyarakat/ dimata opini seakan- akan sudah berbuat sangat efektif dan berhasil
baik sekali. Kalau sendirian itu omong kosong. Faktanya sangat jauh dari kenyataan dan sangat kurang efektif. Tanpa organisasi resmi anti narkoba tingkat RT/ RW hasil yang dicapai kepolisian RI, akan sangat kurang efektif dan akan sangat bias dan penuh distorsi, sebab kenyataan di lapangan kepolisian RI tidak akan pernah mampu berbuat banyak karena keterbatasan yang ada padanya baik itu dari segi personil, dana, peralatan, dll. Jadi kepolisian RI sangat perlu dibantu dan ditunjang oleh peran serta aktif dan riil masyarakat melalui organisasi resmi. Dan kepolisian RI sebagai institusi hendaknya turut menjadi salah satu pelopor dan pemicu lahirnya organisasi resmi anti narkoba tingkat RT/RW. Ingat yang penting hasilnya bukan hanya memikirkan kepentingan nama baik dan prestasi korps-nya saja secara one man show, itu bukan jamannya lagi. Jika masyarakat bisa ikut (alias bisa dipaksa untuk ikut) memerangi narkoba, mengapa tidak diarahkan dan disalurkan melalui suatu wadah resmi tsb. Dan kepolisian serta institusi terkait lainnya akan sangat turut terbantu sekali dalam tugas super penting tsb demi kebaikan bangsa dan negara serta demi menyelamatkan generasi muda bangsa dari jeratan setan narkoba. SINAR BNN 27 EDISI V - 2014
aspirasiwarga
DEWI
Jaga dan Awasi Anak Didik dari Penyalahgunaan Narkoba
A
da tiga hal yang harus diperhatikan ketika melakukan program anti narkoba di sekolah. Yang pertama adalah dengan mengikutsertakan keluarga. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa sikap orangtua memegang peranan penting dalam membentuk keyakinan akan penggunaan narkoba pada anak-anak. Strategi untuk mengubah sikap keluarga terhadap penggunaan narkoba termasuk memperbaiki pola asuh orangtua dalam rangka menciptakan komunikasi dan lingkungan yang lebih baik di rumah. Kelompok dukungan dari orangtua merupakan model intervensi yang sering digunakan. Apa itu Narkoba Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan Obat berbahaya. Selain “narkoba”, istilah lain yang diperkenalkan khususnya 28 SINAR BNN EDISI V - 2014
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik “narkoba” atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obatobatan untuk penyakit tertentu. Namun kini pemanfaatannya disalah gunakan diantaranya dengan pemakaian yang telah diluar batas dosis / over dossis. Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga jika disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Penyebaran Narkoba di Kalangan Anak-anak dan Remaja Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar
narkoba yang senang mencari mangsa di daerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempattempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua, ormas,pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela. Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba. Menurut kesepakatan Convention on the Rights of the Child (CRC) yang juga disepakati Indonesia pada tahun 1989, setiap anak berhak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi (termasuk HIV/AIDS dan narkoba) dan dilindungi secara fisik maupun mental. Namun realita yang terjadi saat ini bertentangan dengan kesepakatan tersebut, sudah ditemukan anak usia 7 tahun sudah ada yang mengkonsumsi narkoba jenis inhalan (uap yang dihirup). Anak usia
8 tahun sudah memakai ganja, lalu di usia 10 tahun, anak-anak menggunakan narkoba dari beragam jenis, seperti inhalan, ganja, heroin, morfin, ekstasi, dan sebagainya (riset BNN bekerja sama dengan Universitas Indonesia). Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD terus mengalami peningkatan. Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak), penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam. Penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba-coba mengisap rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba menyusupkan zat-zat adiktif (zat yang menimbulkan efek kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya. Hal ini menegaskan bahwa saat ini perlindungan anak dari bahaya narkoba masih belum cukup efektif. Walaupun pemerintah dalam UU Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 dalam pasal 20 sudah menyatakan bahwa Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
aspirasiwarga terhadap penyelenggaraan perlindungan anak (lihat lebih lengkap di UU Perlindungan Anak). Namun perlindungan anak dari narkoba masih jauh dari harapan. Narkoba adalah isu yang kritis dan rumit yang tidak bisa diselesaikan oleh hanya satu pihak saja. Karena narkoba bukan hanya masalah individu namun masalah semua orang. Mencari solusi yang tepat merupakan sebuah pekerjaan besar yang melibatkan dan memobilisasi semua pihak baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas lokal. Adalah sangat penting untuk bekerja bersama dalam rangka melindungi anak dari bahaya narkoba dan memberikan alternatif aktivitas yang bermanfaat seiring dengan menjelaskan kepada anak-anak tentang bahaya narkoba dan konsekuensi negatif yang akan mereka terima. Anak-anak membutuhkan informasi, strategi, dan kemampuan untuk mencegah mereka dari bahaya narkoba atau juga mengurangi dampak dari bahaya narkoba dari pemakaian narkoba dari orang lain. Salah satu upaya dalam penanggulangan bahaya narkoba adalah dengan melakukan program yang menitikberatkan pada anak usia sekolah (schoolgoing age oriented). Di Indonesia, perkembangan pecandu narkoba semakin pesat. Para pecandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar. Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok. Karena kebiasaan
merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orangorang yang sudah menjadi pecandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan. Dampak Negatif Penyalahgunaan Narkoba Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja (pelajar) adalah sebagai berikut: Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian, sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran, Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah, Sering menguap, mengantuk, dan malas, tidak memedulikan kesehatan diri, Suka mencuri untuk
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
membeli narkoba. Menyebabkan Kegilaan, Pranoid bahkan Kematian ! Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan pelajar, sudah seyogianya menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua pihak termasuk orang tua, guru, dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba terhadap anak-anak kita. Ada tiga hal yang harus diperhatikan ketika melakukan program anti narkoba di sekolah. Yang pertama adalah dengan mengikutsertakan keluarga. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa sikap orangtua memegang peranan penting dalam membentuk keyakinan akan penggunaan narkoba pada anak-anak. Strategi untuk mengubah sikap keluarga terhadap
penggunaan narkoba termasuk memperbaiki pola asuh orangtua dalam rangka menciptakan komunikasi dan lingkungan yang lebih baik di rumah. Kelompok dukungan dari orangtua merupakan model intervensi yang sering digunakan. Kedua, dengan menekankan secara jelas kebijakan tidak pada narkoba. Mengirimkan pesan yang jelas tidak menggunakan membutuhkan konsistensi sekolah-sekolah untuk menjelaskan bahwa narkoba itu salah dan mendorong kegiatankegiatan anti narkoba di sekolah. Untuk anak sekolah harus diberikan penjelasan yang terus-menerus diulang bahwa narkoba tidak hanya membahayakan kesehatan fisik dan emosi namun juga kesempatan mereka untuk bisa terus belajar, mengoptimalkan potensi akademik dan kehidupan yang layak. Terakhir, meningkatkan kepercayaan antara orang dewasa dan anak-anak. Pendekatan ini mempromosikan kesempatan yang lebih besar bagi interaksi personal antara orang dewasa dan remaja, dengan demikian mendorong orang dewasa menjadi model yang lebih berpengaruh. Oleh sebab itu, mulai saat ini pendidik, pengajar, dan orang tua, harus sigap serta waspada, akan bahaya narkoba yang sewaktuwaktu dapat menjerat anak-anak sendiri. Dengan berbagai upaya tersebut di atas, mari kita jaga dan awasi anak didik dari bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan untuk menelurkan generasi yang cerdas dan tangguh di masa yang akan datang dapat terealisasikan dengan baik. SINAR BNN 29 EDISI V - 2014
artikelartikel
Pengguna Narkoba Tak Lagi Dipenjara? “Kenapa sih kok bisa nggak dipenjara? Kan dia pemakai narkoba? Loh, kenapa dan alasannya apa? Bukannya narkoba dan obat-obatan sejenisnya dilarang keras untuk diedarkan apalagi dikonsumsi di Negara manapun? Tak terkecuali di Indonesia sendiri?”.
I
nilah pertanyaan yang ada di dalam pikiran saya ketika membaca artikel di portal berita ternama. Mengapa oh mengapa pengguna narkoba tidak dipenjara ya? Pertanyaan saya akhirnya terjawab sudah setelah membaca artikel tersebut. Menarik memang. Selama ini yang saya tahu yaa kalau memakai narkoba, apalagi sampai ketahuan sama petugas polisi bisa panjang urusannya. Beberapa minggu yang lalu, tujuh lembaga negara menandatangani nota kesepahaman tentang Peraturan Bersama Penanganan Pecandu Narkoba dan Korban Peyalahgunaan ke Dalam Lembaga Rehabilitasi. Ketujuh lembaga negara tersebut adalah Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, Jaksa
30 SINAR BNN EDISI V - 2014
Agung, Kepala Kepolisian Republik Indonesia serta Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN). Peraturan bersama ini bertujuan untuk: a. Mewujudkan koordinasi dan kerjasama secara optimal penyelesaian permasalahan narkotika dalam rangka menurunkan jumlah pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika melalui program pengobatan, perawatan, dan pemulihan dalam penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika sebagai tersangka, terdakwa, atau narapidana; dengan tetap melaksanakan pemberatasan peredaran gelap Narkotika b. Menjadi pedoman teknis dalam penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika sebagai
tersangka, terdakwa atau narapidana untuk menjalani Rehabilitasi Medis dan/ Rehabilitasi Sosial. c. Terlaksananya proses Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosila di tingkat penyidikan, penuntutan dan pemidanaan secara sinergis dan terpadu. Peraturan bersama ini merupakan langkah pemerintah dalam menekan jumlah pengguna/pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika yang hingga saat ini mencapai 4 juta jiwa. Serta menjadikan Indonesia bebas dari pengguna/ pecandu maupun pengedar narkotika. Dan di tahun 2014 ini, Badan Narkotika Nasional (BNN) telah mencanangkan sebagai tahun penyelamatan dan penyalahgunaan narkotika. Dan dalam peraturan bersama pun dijelaskan bahwa nantinya pengguna narkotika akan direhabilitasi, bukan di penjara. Humas BNN Sumirat Dwiyanto mengatakan, bahwa pengguna/pecandu
narkotika tidak akan diproses secara hukum jika melapor. Namun jika tertangkap tangan oleh petugas, mereka (pengguna/pecandu narkotika) akan diproses hukum. Untuk saat ini, bagi pengguna/pecandu narkotika bisa melapor ke Puskesmas, Rumah Sakit, Rumah Sakit Kepolisian atau ke pihak BNN sendiri. Mengacu pada pasal 55 ayat 1& 2 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika bahwa; apabila pengguna/pecandu narkotika masih belum cukup umur, orang tua atau wali yang wajib melaporkan. Sedangkan apabila pengguna/pecandu sudah cukup umur wajib melaporkan diri atau dilaporkan oleh pihak keluarganya kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit dan/ atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabiltasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah. Setidaknya ada 132 Puskesmas atau Rumah Sakit yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan,
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
artikelartikel 40 Rumah Sakit dari Kementerian Sosial yang termasuk 45 Rumah Sakit Kepolisian. Sedangkan untuk BNN sekitar 133 dan sudah termasuk di provinsi. Sedangkan dalam pasal 54 Undangundang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dijelaskan bahwa: Pencandu Narkotika dan
pasal 1 butir ke 7&8). Biaya rehabilitasi pun akan dibebankan pada kementeriankementerian terkait. Jika masuk dalam rehabilitasi medis, maka biaya rehabilitasi pengguna/ pecandu yang sudah diputus oleh pengadilan (terdakwa-red) akan dibebankan pada
pun yang tertangkap atau ditangkap tangan oleh petugas. Serta menganalisis secara medis, psikologis/ psikososial dan merekomendasikan rencana rehabilitasi atau terapi bagi pengguna/ pecandu. Tim assesment terpadu ini ada dimasingmasing tingkat Nasional,
angka pengguna/pecandu narkotika di Indonesia yang mencapai 4 juta jiwa. Kerjasama dari berbagai kalangan pun sangat diperlukan. Terutama dari masyarakat dan orangorang terdekat, di mana jika salah satu keluarga, teman, sahabat, tetangga atau bahkan diri kita
Korban Penyalahgunaan Narkotika Wajib Menjalani Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial. Yang dimasksud dengan rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika. Sedangkan rehabilitasi sosial adalah proses pemulihan secara terpadu baik fisik, mental maupun sosial agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. (Peraturan Bersama
anggaran Kementerian Kesehatan. Sedangkan biaya rehabilitasi sosial akan dibebankan pada anggaran Kementerian sosial. Tak hanya sekedar membuat peraturan bersama, Pemerintah pun membentuk tim assesment (Penilaian) terpadu, yang terdiri dari tim tim dokter & psikolog serta tim hukum (terdiri dari unsur Polri, BNN, Kejaksaan dan Kemenkum HAM). Dimana tugas tim Assesment ini untuk melakukan analisis terhadap pengguna/ pecandu bahkan pengedar narkotika sekali
Provinsi hingga Kabupaten maupun Kota. Diharapkan dengan adanya peraturan bersama yang telah ditandatangani oleh tujuh lembaga negara tersebut, ada perubahan dalam penanganan pengguna/pecandu narkotika di Indonesia yang lebih humanis. Pengguna maupun pecandu narkotika tak lagi dipenjara, melainkan akan dimasukkan ke tempat rehabilitasi medis atau sosial sesuai dengan hasil analisis tim assesment terpadu. Tak hanya sekedar dalam penanganannya saja, tetapi mampu menekan
sendiri yang menjadi pencandu, alangkah baiknya untuk segera melapor ke puskesmas, rumah sakit atau ke BNN langsung. Padahal jika mereka (pengguna/ pecandu) melapor, tidak akan langsung ditangkap melainkan akan dibantu dalam penyembuhan dari ketergantungan narkotika. Dengan melapor, secara tidak langsung kita sudah menyelamatkan satu jiwa untuk tidak meninggal dengan cara yang siasia karena narkotika. Tumbuhkan jiwa-jiwa bersih generasi bangsa dan terbebas dari narkotika.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 31 EDISI V - 2014
liputankegiatan
Bisnis Baju Online Kandas,
Gara-Gara Narkoba
Tambah Modal Clothing Online PR yang juga seorang pecandu sabu mengaku tidak pernah mengenal IR sebelumnya. Ia hanya diperintah oleh seseorang untuk mengambil barang, kemudian menyerahkannya kepada kurir lainnya. Rencananya, PR akan menggunakan upah hasil bisnis Narkotikanya untuk mengembangkan bisnis clothing online yang tengah ia jalani beberapa tahun terakhir. Setiap transaksi yang dilakukan, PR menerima upah sebanyak Rp 50.000 gerbang Perum Legenda per gram. Sedangkan Cibubur dan sekitarnya. IR mendapat upah Rp Wisata, Cibubur, Kab. Dari pengungkapan 3 Juta setiap transaksi. Bogor. Saat dilakukan kasus tersebut petugas Pria yang bekerja di penangkapan petugas mengamankan dua emuda berinisial PR orang pria berinisial PR sebuah pabrik garmen mengamankan barang harus mengubur sebagai Marketing sejak (26) dan IR (30) dengan bukti sebanyak ± 155,5 impiannya menjadi barang bukti total 222,5 gram sabu dari keduanya. tahun 2008 ini mengaku pengusaha bisnis baju melakukan pekerjaan Kemudian gram sabu. online, akibat ulahnya sebagai kurir narkotika petugas melakukan Pengungkapan kasus jadi kurir narkoba. karena tuntutan ekonomi. penggeledahan di ini merupakan hasil ia ditangkap usai Atas perbuatannya, kediaman IR di kawasan pengembangan dari bertransaksi narkoba, di informasi masyarakat PR dan IR terancam pasal Perum Bukit Putra, daerah Cibubur beberapa yang melaporkan dugaan Cileungsi, Bogor dan 114 ayat (2) dan Pasal waktu lalu. 112 ayat (2) Jo Pasal berhasil menemukan transaksi narkoba Petugas Badan sebanyak 66,4 gram sabu 132 ayat (1) Undangyang sering terjadi Narkotika Nasional undang No. 35 Tahun siap edar. Pemeriksaan di kawasan Cibubur (BNN) kembali 2009 tentang Narkotika juga dilakukan dan sekitarnya. BNN membongkar jaringan dengan ancaman dikediaman PR di selanjutnya melakukan sindikat narkotika pengintaian terhadap PR Apartemen Kalibata City, hukuman maksimal Internasional yang kerap saat melakukan transaksi Jakata, dan menemukan pidana mati atau penjara berkeliaran di kawasan seumur hidup. (pas) dengan IR di depan pintu 0,6 gram sabu. Jadi Kurir Untuk
P
32 SINAR BNN EDISI V - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Antisipasi Kenakalan Remaja di Lingkungan Pondok Pesantren
M
asa remaja merupakan masa dimana seorang manusia dalam masa yang labil, penuh rasa ingin tahu, dan dalam pencarian jati diri. Tidak sedikit orang yang menyesali masa remajanya karena pernah melakukan kecerobohan yang berdampak buruk bagi masa depan hidupnya. Kenakalan masa remaja pada titik ekstrim yang membawa penyesalan biasanya bila telah melanggar hukum, sex pranikah, putus sekolah, dan terlibat jaringan narkoba. Kenakalan remaja bisa juga merambah ke lingkungan Pesantren, mengingat masa remaja adalah masa pubertas yang memiliki fisik orang dewasa namun pikiran cenderung masih anakanak. Para santri di Pondok Pesantrenpun bisa saja melakukan kenakalan remaja dalam skala yang ringan. John Raharja memberikan contoh keluar lingkungan pesantren tanpa izin, bolos ataupun kenakalan remaja yang dilakukan santri yaitu tertidur saat diterangkan oleh Ustadz/Ustadzah saat jam pelajaran dikarenakan mereka tidak
yang lebih jauh dan fatal, para orang tua dan guru harusnya memfasilitasi wahana-wahana untuk menyalurkan ekspresi dan energi mereka. Seperti mengikutkan remaja-remaja dalam ekstra kurikuler di sekolah dan kompetisi yang mengedepankan prestasi. Sistem ini terbukti berguna di Husnul Khotimah yang sering mendapatkan prestasi akademik maupun non-akademik. BNN sebagai lembaga pemerintah yang berkonsentrasi pada P4GN (Pencegahan memanfaatkan waktu raga bela diri seperti dan Permberantasan tidur/istirahat secara Taekwondo, Karate, dan Penyalahgunaan dan baik. Silat Tifan diadakan di Peredaran Gelap John Raharja selaku Pesantren, fenomena Narkoba) turut penyuluh BNN yang juga rusaknya pintu kamar mendukung lembagapelatih ekstrakurikuler mandi sudah tidak lemabaga pendidikan Taekwondo di Pondok seperti dulu lagi. yang mengedepankan Pesantren Husnul Senada dengan ekstrakurikuler. Karena Khotimah ini membagi John, Juju Junaedi yang dengan mengikuti kisah santri didiknya. juga Penyuluh BNN ekstra kurikuler, Menurutnya sebelum menghimbau para remaja resiko remaja terkena ada ekstra kurikuler untuk bisa menyalurkan narkoba sangat kecil. beladiri, pintu kamar energi mereka ke hal-hal Sebab menurut BNN, mandi santri putra yang positif. Itu mengapa bahwa sebagian besar di Pondok Pesantren ketika suatu lingkungan pecandu mendapatkan Husnul Khotimah sering pergaulan memberikan narkoba berasal rusak dan harus diganti. ruang bagi mereka dari lingkungan luar Hal ini disebabkan untuk menyalurkan sekolah. Itu sebabnya para santri putra energi secara positif, perlu membentuk sering mempraktekkan kenakalan remaja bisa lingkungan baik “tendangannya” ke pintu diminimalisir. dengan kegiatan baik kamar mandi disaat Juju juga untuk menghindarkan mereka sedang menunggu menyarankan bahwa kenakalan remaja dan antrian. Akan tetapi sejak sebelum para remaja jauh dari narkoba. (did). ekstrakurikuler olah melakukan kenakalan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 33 EDISI V - 2014
liputankegiatan
Pramuka Menjadi Pelopor Cegah Narkoba Ambalan Penegak secara suka rela serta menumbuh kembangkan kualitas dan kuantitas Gerakan Pramuka di Gugus Depan/Ambalan. Sementara itu, Kasi Pencegahan BNNK Ciamis, Deny Setiawan, S.Sos,menyatakan, bahwa para calon penegak pramuka dituntut responsip terhadap segala bentuk ancaman kenakalan remaja yang datang kapan saja dan dimana saja, “Untuk itu pramuka harus menjadi teladan bagi siswa lainnya dalam membangun kebersamaan dan mental ramuka harus Suhendi, SH, dari Badan Hari Pramuka ke-53 positif di lingkungan menjadi pelopor Narkotika Nasional Tahun 2014. dalam mencegah Kota (BNNK) Ciamis, Kegiatan Masa Ta’aruf sekolah dan masyarakat,” kata Deny. penyalahgunaan narkoba di hadapan anggota Calon Anggota Keluarga Kegiatan tersebut baik di lingkungan Pramuka SMK Lembaga Ambalan Penegak mendapat respon positif sekolah maupun di Pendidikan Teknologi (MATA CAKAP) Panca dari pihak pembina lingkungan masyarakat, Ciamis, dalam sosialisasi Wesi Jaya Gudep Ciamis pramuka SMK LPT “Melalui materi dasar bahaya narkoba di 01-145 Pangkalan SMK Ciamis, Ari Haryanti, S.Pd pengenalan bahaya lapangan Perkemahan LPT Ciamis, bertujuan yang intinya berharap narkoba, anggota Cisadap, Ciamis, kamis memperkenalkan agar kerjasama dengan pramuka diharapkan pekan lalu. kepenegakan serta BNNK Ciamis dapat memiliki pengetahuan, Sebanyak 123 siswa memberikan motivasi terjalin harmonis dalam kesadaran dan calon ambalan penegak kepada para tamu pemahaman tentang pramuka SMK LPT Ciamis Penegak agar mempunyai berbagai kegiatan yang berhubungan dengan bahaya narkoba sekaligus antusias mengikuti keinginan untuk pembangunan mental dapat mencegah baik sosialisasi bahaya memasuki Ambalan anak didik, sehingga menyalahgunakan narkoba dari BNNK penegak/ menjadi mampu menangkal maupun mengedarkan Ciamis, dimana kegiatan anggota Pramuka berbagai ancaman narkoba baik di tersebut bertepatan Penegak, adapun perilaku penyimpangan lingkungan sekolah, dengan peringatan Hari targetnya adalah keluarga dan Kemerdekaan ke-69 tumbuhnya minat peserta remaja di dalam dan luar sekolah. (mis) masyarakat,” kata Republik Indonesia dan untuk menjadi anggota
P
34 SINAR BNN EDISI V - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Finalisasi Pedoman Rehabilitasi Bagi Pengguna Narkoba dalam Proses Hukum
B
adan Narkotika Nasional (BNN) melalui Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah (PLRIP) Deputi Bidang Rehabilitasi melaksanakan kegiatan Finalisasi Pedoman Rehabilitasi Bagi Penyalah Guna Narkotika dalam Proses Hukum (Compulsory Treatment), di Hotel Nalendra, Jakarta Timur, Kamis pekan lalu. Penyusunan pedoman ini merupakan tindak lanjut pelaksanaan Peraturan Bersama BNN Nomor 01 Tahun 2014 tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika dalam Lembaga Rehabilitasi yang ditandatangani oleh Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Jaksa Agung, Kapolri, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, dan Kepala BNN pada 11 Maret 2014 yang lalu. Kepala Subdirektorat TC Instansi Pemerintah Deputi Bidang Rehabilitasi Dra Ni Made Labasari mengatakan bahwa “BNN sebagai leading sector dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN) diharapkan mampu memberikan suatu pedoman yang dapat dijadikan acuan bagi lembaga/instansi pemerintah, salah satunya adalah mengenai pelaksanaan terapi dan rehabilitasi terpadu bagi penyalah guna narkotika yang terkait hukum baik sebelum putusan dan atau setelah putusan pengadilan”. Menurutnya, “Pedoman ini diperlukan guna menyamakan persepsi bagaimana layanan program terapi dan rehabilitasi yang dilaksanakan bagi
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
penyalah guna narkotika yang terkait dengan permasalahan hukum mulai dari tertangkap tangan/ditangkap sampai dengan proses penempatan di lembaga rehabilitasi dan/ atau penempatan di lembaga pemasyarakatan”. Sementara itu, dr Ayie Sri Kartika (RSMM) menjelaskan “melalui rehabilitasi diharapkan pecandu dapat memperoleh perawatan baik medis maupun sosial sesuai dengan kebutuhan yang bersangkutan. Dengan demikian rehabilitasi
ini diharapkan memberi kontribusi nyata untuk penanggulangan dampak buruk yang sering kali dialami pecandu Narkotika termasuk pengendalian penularan dan perawatan HIV/AIDS. Acara ini diikuti oleh para pakar dan praktisi dari BNN, RS Marzuki Mahdi (RSMM), Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Kementerian Kesehatan RI, Kementerian Sosial RI, Ditjenpas Kemenkumham RI, Direktorat IV Tindak Pidana Narkoba Polri, dan RS Pengayoman. (rls)
SINAR BNN 35 EDISI V - 2014
artikelartikel
Berantas Narkoba, Kalah Bukan Pilihan
DENNY INDRAYANA Wakil Menteri Hukum dan HAM, Guru Besar Hukum
D
alam ikhtiar memberantas narkoba—sama halnya dengan upaya memberantas korupsi— takut, mundur, apalagi kalah, sama sekali bukanlah pilihan. Upaya justru harus terus dilakukan tanpa henti,dengan konsistensi perjuangan yang semakin tinggi, serta upaya pemberantasan yang semakin efektif. Itulahsebabnya Kemenkumham terus bergerak dalam upaya membersihkan narkoba, 36 SINAR BNN EDISI V - 2014
utamanya dari lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rumah tahanan (rutan).Tidak hanya dengan berbagai inspeksi mendadak (sidak),namun juga dengan pembenahan sistem yang menyeluruh. Karena sidak saja hanya langkah penindakan yang dapat cenderung reaktif, dan tidakakanbisaefektif, apalagijika tanpa didukung kebijakan pencegahan berupa pembenahan sistem yang komprehensif. Maka kami pun tidak hanya melakukan sidak ke lapas dan rutan,tetapi juga mengevaluasi seluruh standar kerja pemasyarakatan, agar sistemnya semakin jauh dari penyimpangan. Inspeksi mendadak tentu saja tetap penting dan harus terus dilakukan. Utamanya sebagai terapi kejut, sekaligus untuk mengetahui kelemahan sistem yang kemudian dibenahi. Itu sebabnya, setelah melakukan inspeksi awal pada Senin pekan lalu, saya memutuskan berkoordinasi dengan BNN Provinsi (BNNP) Kalimantan Selatan (Kalsel) untuk melakukan inspeksi lanjutan pada Sabtu lalu di Lapas Teluk
Dalam, Banjarmasin. Dalam inspeksi pertama, Senin lalu, saya telah membagikan (lagi) nomor telepon seluler alias hape saya kepada warga binaan. Bukan berarti mereka boleh punya hape di lapas, tetapi untuk membuka jalur komunikasi langsung antara saya dan warga binaan. Konsekuensinya, hape saya banyak menerima informasi mengenai kondisi Lapas Teluk Dalam dari berbagai sumber. Setelah mengecek akurasinya, saya putuskan untuk melakukan inspeksi dan penggeledahan dengan target yang jelas dan terukur. Malam Minggu lalu, setelah berkomunikasi dengan Menkumham, berkoordinasi dengan BNNP Kalsel, saya dengan Kakanwil Kalsel bergerak ke Lapas Teluk Dalam. Sebagaimana diberitakan, ada dinamika lapangan pada saat sidak tersebut. Beberapa napi berteriak dari dalam sel. Kondisinya memang sempat ramai selama 5 – 10 menit. Meski demikian, dari salah satu target,kami tetap berhasil menemukan barang bukti berupa tiga hape, Samsung Galaxy Tab beserta seluruh pesan singkat transaksi narkobanya,
paket sabu-sabu, alat isap sabu-sabu, brankas yang masih terkunci dan tidak diketahui isinya,serta kartu remi dan dadu yang kemungkinan digunakan untuk berjudi. Temuan tersebut dirasa cukup untuk malam Minggu itu. Kami putuskan untuk mengevaluasi pelaksanaan sidak, dan melanjutkan dengan pembenahan sistem. Keputusan itu diambil tentu juga untuk menjaga agar kondisi lapas tetap tertib. Lapas Teluk Dalam adalah salah satu tipikal lapas di kota besar yang huniannya berlebih. Dari kapasitas yang seharusnya dihuni oleh kurang dari 400 orang, hingga Senin kemarin lapas dihuni oleh 2.059 orang. Itu berarti ada kelebihan penghuni 500% lebih. Dari total jumlah warga binaan tersebut yang merupakan kasus narkoba lebih kurang 80%. Itu menunjukkan persoalan narkoba di Kalsel sudah masuk “zona merah”. Provinsi kelahiran saya ini,menurut sumber BNNP, menduduki peringkat kelima di Indonesia dalam kasus narkoba. Banjarbaru, tempat saya tinggal, kasus
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
artikelartikel narkobanya naik 100% dalam kurun waktu kurang dari satu tahun terakhir. Singkatnya, Kalsel sudah darurat narkoba. Maka, persoalan narkoba tentu tidak bisa diselesaikan dengan cara dan pola pikir biasabiasa saja. Sebagaimana kasus korupsi yang harus dilawan secara luar biasa, demikian pula halnya perang melawan narkoba. Itu sebabnya saya dengan gencar dan terus-menerus menegaskan kebijakan anti- “HaLiNar” di lapas dan rutan, yaitu: anti-hape, anti-pungli dan antinarkoba. Ketiganya saling berkait, jika hape dapat diberantas, pungli dapat dihilangkan, dengan sendirinya narkoba juga tidak akan merajalela di lapas/rutan. Karena pengendalian peredaran narkoba di dalam lapas ataupun di luar dari dalam lapas pasti dengan menggunakan hape, serta menjadi langgeng karena oknum petugas juga mendapatkan bagian melalui pungli. Itu sebabnya, sejak awal September lalu kami menginisiasi penyempurnaan menyeluruh standar kerja pemasyarakatan di seluruh lapas/ rutan di Indonesia. Seminar dan lokakarya pertama telah diadakan di Medan, untuk wilayah Sumatera. Selanjutnya awal Oktober nanti seminar dan lokakarya yang sama berturutturut akan diadakan di Banjarmasin untuk wilayah Kalimantan; Makassar untuk wilayah Sulawesi; Manokwari untuk wilayah Maluku dan Papua; Denpasar untuk
yang diketik Sekjen Kemenkumham, Sekretaris Yang kita hadapi adalah pebisnis narkoba Itjen Kemenkumham, dan jaringan mafianya. Namun, seberat apa dan perwakilan dari pun tantangan dan risiko yang dihadapi, kita Ombudsman. Pengamanan demikian tidak boleh mundur selangkah pun. Lapas sebagai antisipasi agar dan rutan kami harus terus kami ikhtiarkan tidak ada yang bisa bebas dari narkoba. Sekali lagi, dalam mem- mengubah hasil rapat. Kembali ke persoalan berantas di lapas/ narkoba—sebagaimana dalam perang mela- narkoba rutan, seluruh ikhtiar wan korupsi— takut, mundur, apalagi kalah penindakan (inspeksi mendadak) serta bukanlah pilihan. pencegahan (pembenahan sistem) tersebut tidak akan berhenti kami wilayah Bali dan Nusa diterima, lebih dari 1.800 lakukan. Bagi kami di Kemenkumham, Tenggara; Surabaya untuk formasi akan menjadi wilayah Jawa; dipungkasi petugas pemasyarakatan. pemberantasan narkoba adalah suatu keharusan, di Jakarta, untuk seluruh Saya diberi suatu keniscayaan. Indonesia. kepercayaan penuh oleh Apapun dinamika, Dalam seminar dan Menkumham untuk tantangan, dan risikonya lokakarya itu, pola memimpin langsung tentu harus dilihat pembinaan, ketertiban proses dan rapatsebagai konsekuensi dari pemasyarakatan, metode rapat kelulusan CPNS perjuangan,yang memang perlindungan pelapor Kemenkumham. Untuk pasti tidak pernah mudah. dan sistem reward and menjaga agar prosesnya Karena yang kita punishment di lapas/rutan akuntabel, saya tidak kami benahi. Termasuk hanya melibatkan internal hadapi adalah pebisnis narkoba dan jaringan kriteria berkelakuan baik Kemenkumham, tetapi mafianya. Namun, seberat yang diusulkan mencakup juga unsur Ombudsman, apa pun tantangan dan larangan memiliki hape, ICW, dan mahasiswa dari risiko yang dihadapi, narkoba, senjata tajam, Universitas Indonesia. berjudi, pungli dan Lebih jauh seluruh proses kita tidak boleh mundur selangkah pun. Lapas dan lain-lain. Diatur bahwa rapat kelulusan itu juga pelanggaran atas larangan kami rekam suaranya dan rutan kami harus terus kami ikhtiarkan bebas demikian akan berdampak gambarnya (video). dari narkoba. Sekali lagi, dengan tidak diberikannya Tidak hanya agar apa hak napi,semisal remisi. yang terjadi di ruang rapat dalam memberantas narkoba—sebagaimana Tidak hanya kepada dan proses pengambilan dalam perang melawan warga binaan,reward keputusannya korupsi— takut, mundur, and punishment juga terdokumentasi dengan apalagi kalah bukanlah harus diterapkan baik,namun juga agar pilihan. kepada petugas lapas/ semuanya akuntabel Demi Indonesia rutan. Bagaimanapun dan transparan. Untuk yang lebih bersih dari kapasitas dan integritas pengamanan, ruang narkoba,demi Indonesia sumber daya manusia rapat CPNS tidak hanya yang lebih baik, kita tak pemasyarakatanlah dikunci, tapi juga disegel. akan surut selangkah yang akan menjadi pilar Demikian pula berkas pun,atau dalam bahasa utama pembenahan di (file) kelulusan tidak Banjar ada ungkapan lapas dan rutan. Itu pula hanya disegel komputer terkenal dari pahlawan sebabnya kami mengawal jinjingnya, namun nasional Pangeran betul proses rekrutmen juga diberi password. Antasari, “Haram CPNS yang sekarang Kata kunci tersebut menyarah waja sampai sedang berlangsung. merupakan karakter kaputing”. Keep on fighting Apalagi dari 2.839 CPNS yang harus dipadukan for the better Indonesia. Kemenkumham yang akan antara password
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 37 EDISI V - 2014
kolomkolom
Dekriminalisasi Korban Penyalahguna Narkotika
Antara Rehabilitasi atau Penjara
U 38 SINAR BNN EDISI V - 2014
ADAN Narkotika Nasional (BNN) sebagai Leading Agent penanganan narkotika di Indonesia mempunyai kebijakan Dekriminalisasi dan Depenalisasi sejalan dengan amanat UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang tertuang dalam Pasal 127
Ayat 3 yang berbunyi: “Dalam hal Penyalahguna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, Penyalah Guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Dalam
kebijakan tersebut sesuai dengan amanat UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika maka penyalahguna narkotika sebagai korban memiliki hak untuk direhabilitasi karena mereka merupakan korban dari penyalahgunaan narkotika.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
kolomkolom Kebijakan tersebut dalam konteks hukum positif di Indonesia tentunya membawa sebuah perspektif baru tentang penegakan hukum di Indonesia. Konsep hukum terhadap para pengguna narkotika selama ini sesuai dengan KUHP adalah merupakan tindak pidana seperti pada Pasal 55 dan 56. Kejahatan tindak pidana narkotika merupakan kejahatan yang unik sama halnya seperti dengan tindak pidana perjudian, dimana korban dan tersangkanya adalah satu Konsep baru dalam melihat para pengguna narkotika sebagai korban tentunya tidak muncul secara tiba-tiba. Dapatlah dikemukakan disini bahwa konsep tersebut muncul juga dilatar belakangi oleh fakta di lapangan bahwa mereka yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan kemudian tersangkut masalah hukum banyak yang dikirim ke penjara sebagai salah satu bentuk pembinaan. Namun demikian yang terjadi kemudian seperti kita tahu bersama kondisi tersebut tidak kemudian dapat menyelesaikan masalah bahkan cenderung menciptakan masalah baru. Para pengguna yang awalnya hanya coba-coba ketika berada di penjara mereka berinteraksi dengan pengguna yang sudah senior dan bahkan para bandar yang
pada akhirnya banyak dari mereka ini ketika keluar dari penjara menjadi lebih “pintar” dalam penyalahgunaan narkotika dan bahkan tidak jarang menjadi pengedar baru. Kondisi seperti dijelaskan diatas dimungkinkan terjadi karena penjara bukanlah tempat yang tepat bagi mereka dimana yang diperlukan oleh para korban penyalahgunaan narkoba tersebut adalah terapi dan sayangnya hal ini tidak mereka dapatkan di penjara. Penjara sendiri sebagai muara akhir pembinaan para penyalahguna narkoba ini juga merasa kewalahan selain dari sisi kuantitas (dimana terjadi over kapasitas) juga mereka tidak memiliki pusat ataupun klinik rehabilitasi yang sesuai bagi para penyalahguna tersebut. Berdasarkan hasil penelitian BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI tahun 2011 prevalensi penyalahguna narkotika di Indonesia adalah sebesar 2.2% atau sekitar 3.8 Juta orang. Kondisi ini tentunya perlu penanganan yang serius dari seluruh pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Dari 3.8 Juta orang yang merupakan pengguna narkotika tersebut baru sekitar 0.47% atau 18.000 orang yang sudah mendapatkan layanan terapi Berita di media baik elektronik maupun non elektronik akhir-akhir
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
ini diwarnai oleh berita tentang tertangkapnya para pengguna narkotika baik itu dari kalangan orang terkenal, seniman, artis bahkan tokoh masyarakat yang tertangkap tangan sedang menggunakan narkotika. Kondisi ini tentunya memprihatinkan apabila kita lihat rata-rata mereka yang terlibat penyalahgunaan narkotika ini datang dari latar belakang yang bisa dikatakan terdidik dan memiliki karir dalam pekerjaannya. Permasalahan timbul ketika para penyalahguna ini menghadapi ancaman hukuman terkait pelanggaran yang telah dilakukannya. Dilema antara apakah mereka ini akan direhabilitasi ataukah dipenjara. Ketiadaan tuntutan pidana baik bagi penyalahguna yang melaporkan dirinya maupun mereka yang sedang menjalani rehabilitasi di rumah sakit maupun tempat rehabilitasi lainnya dijamin oleh UU no. 35 tahun 2009 khususnya pada Pasal 128 (3): Pecandu Narkotika yang sedang menjalani rehabilitasi medis dua kali masa perawatan di rumah sakit atau Lembaga Rehabilitasi yang ditunjuk Pemerintah tidak dituntut pidana. Selain itu kewajiban melapor bagi para penyalahguna juga telah diatur sebagaimana tertuang dalam pasal 55 (1,2, dan 3). Tidak hanya
kewajiban melaporkan diri, tetapi dalam UU no. 35 tahun 2009 juga mewajibkan mereka yang telah melaporkan diri, maupun tertangkap tangan dan dinyatakan sebagai korban penyalahgunaan wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabiltasi sosial, hal ini dengan jelas tertuang dalam pasal 54. Kemudian untuk mereka yang memang masuk dalam kategori sebagai pengedar dan bandar, UU no. 35 tahun 2009 dalam ketentuan pidananya sudah sangat jelas mengatur hal tersebut. Sebagai contoh adalah pasal 111 dan pasal 112 sampai dengan pasal 126. Dalam pasalpasal tersebut kepada mereka yang terbukti memiliki, mengedarkan, menyimpan narkotika diberikan ancaman hukuman yang maksimal. Sebagai sebuah kesimpulan maka dapatlah dikemukakan disini bahwasannya konsep dekriminalisasi dan depenalisasi adalah konsep yang sudah ada dalam UU no. 35 tahun 2009, bukan sesuatu yang muncul tiba-tiba dan tidak perlu ada polemik tentang pelaksanaannya, demikian pula penegakan hukum kepada para bandar dan pengedar juga telah jelas diatur didalamnya. Sehingga antara konsep rehabilitasi dan pidana penjara bagi bandar dan pengedar haruslah berjalan seiring dan sama-sama kuat. SINAR BNN 39 EDISI V - 2014
liputankegiatan
Gelar Pertandingan Tinju dan Ajak Lawan Narkoba
U
paya menyampaikan bahaya narkoba dapat dilakukan dengan beragam cara. Salah satunya melalui kejuaraan tinju nasional yang mempertandingkan tiga kelas memperebutkan Piala Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), di Jakarta, Jumat (8/8). “Kami ingin menjadikan prestasi olahraga dapat diraih tanpa narkoba,” tandas Ketua Panitia Kejuaraan Yance. Dirinya mengingatkan, banyak olahragawan yang sebelumnya berprestasi tetapi terpuruk karena terlibat narkoba. Itu diakibatkan, sambung Yance, tidak mengetahui tentang narkoba. Ada yang mengonsumsi jenisjenis tertentu bertujuan menjadi penambah stamina, padahal ternyata
40 SINAR BNN EDISI V - 2014
narkoba, karena tidak paham, dipakai saja. Narkoba juga membuat jiwa sportifitas olahraga hilang,” kata Yance. Semangat tidak berbuat curang dalam pertandingan dan sesuai aturan memudar karena pikiran telah dirusak narkoba. Nah, melalui kejuaraan tinju ini, saya ingin sekalian menegaskan kalau berolahraga yes, narkoba no, cetusnya. Pada kesempatan ini, Yance juga meminta
seluruh olahragawan menganggap BNN merupakan sahabat dan mitra menanggulangi narkoba. Ia menyatakan, dengan begitu para olahragawan bukan hanya membawa prestasi membanggakan, namun ikut pula menyelamatkan masyarakat dari kehancuran. Sedangkan Direktur Peran Serta Masyarakat BNN Brigjen Pol Siswandi mengemukakan, narkoba saat ini menyasar siapa saja tanpa
mengenal golongan. Ia menghimbau, agar para olahragawan mengenal bagaimana menghancurkannya narkoba. “Jaga prestasi dan nama baik bangsa, jangan biarkan semua pupus karena terjebak narkoba. Olahragawan juga bisa menjadi pelopor anti narkoba di bangsa ini dengan mengantisipasi masuknya barang berbahaya itu ke sasana pelatihan,” ujar Siswandi. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Jaksa dan Hakim Sepakat Korban Narkoba Wajib Lapor Ahmad Junaedi, juga menekankan pentingnya penegakan UU No. 35/2009 tentang perlindungan bagi pengguna, “Pimpinan sudah memberikan surat edaran kepada Jaksa Agung seluruh Indonesia bahwa setiap pecandu dan penyalahguna narkoba wajib menjalani rehabilitasi,” terang Ahmad. Ahmad menekankan para pengguna juga tidak diarahkan untuk menjalani penahanan di dalam rumah tahanan atau penjatuhan hukuman penjara, “Mereka wajib menjalani perawatan medis hukum merupakan ada tahap juga perlu diberikan bagi maupun sosial, bukan penyidikan korban sebuah kebutuhan yang pengguna narkoba di penahanan,” ujarnya. wajib diberikan kepada narkotika direhab bawah umur,”Anak-anak Ahmad menjelaskan, tersangka narkoba, tanpa ada penetetapan dibawah umur tidak penegakan peraturan khususnya pecandu. hakim. Kami berharap bisa dipidana. Kalau tes tersebut perlu dipahami Untuk itu, ia mengimbau darah menunjukkan hasil secara jelas oleh semua rehabilitasi dilakukan para pengguna tidak setelah ada penetapan. seperti jumlah barang pihak. Apalagi mengingat segan melakukan wajib Hal itu diungkapkan bukti yang ada di badan, data perkara kasus Ketua Pengadilan Negeri lapor kepada pihak harus dilindungi. Tapi narkoba yang begitu Jakarta Selatan Suhartoyo terkait,”Kalau ada payung kalau lebih tetap akan besar di Indonesia. Untuk hukum yang jelas, para dalam acara sosialisasi dikenai pidana,” jelasnya. 2013 saja, Kejaksanaan pengguna akan merasa Peraturan PerundangPada kesempatan Negeri seluruh Indonesia diamankan, termasuk undangan Terkait yang sama, Kasubdit menerima 2.694 perkara ketika menjalani Narkotika, di Jakarta, Penuntutan Tindak dan mengeluarkan 1.634 rehabilitasi,” terangnya. Kemarin. Pidana Umum putusan. Di Jakarta Perhatian khusus Suhartoyo Kejaksanaan Agung jumlah perkara mencapai disebutkan Suhartoyo, menerangkan, payung Republik Indonesia, 365 dengan 319 putusan.
P
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 41 EDISI V - 2014
liputankegiatan
Jateng Pilot Project Penanganan Narkoba T
ingginya penyalahgunaan narkoba membuat pemerintah terus mengupayakan penanganan yang tepat. Salah satunya dengan merehabilitasi pengguna narkoba. Gubernur Jawa Tengah H. Ganjar Pranowo SH menyampaikan, pengguna narkoba harus mendapat tindakan tegas agar tidak mengulangi perbuatannya. Apalagi pengguna narkoba kebanyakan justru berasal dari kalangan pemuda yang semestinya menjadi generasi penerus bangsa. Dan Jawa Tengah ditunjuk menjadi salah satu pilot project dalam penanganan kasus narkoba. “Saya kira ini menarik. Jawa Tengah akan menjadi pilot project dari 16 daerah se-Indonesia. Hal ini serius dilakukan. Pengguna yang tadinya ditangani dengan dimasukkan dalam penjara, mulai akan diatasi dengan rehabilitasi. Perubahan ini harus didukung oleh para stakeholder, harus bersama-sama. SKPD juga akan gerak cepat menyosialisasikannya,” katanya, pada acara ramah tamah dan silaturahmi dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, di Resto S2 Semarang, Senin (18/8). Ditambahkan, narkoba bukan hanya
42 SINAR BNN EDISI V - 2014
Kepala BNN, DR. Anang Iskandar menyematkan Jaket kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, saat melakukan kunjungan kerja ke Semarang
menyangkut peredaraan dan penggunanya. Lebih dari itu, penggunaan narkoba dapat berdampak pada merebaknya sejumlah penyakit menular, seperti AIDS, yang tentu saja berpengaruh terhadap kualitas generasi muda. “Dibutuhkan kerja keras untuk proses penanganannya. Terlebih untuk anak muda, harus bisa diajak bicara. Pesanpesan narkoba juga akan diberikan ke sekolahsekolah dan kampus sebagai langkah kampanye preventif atas penyebaran penggunaan narkoba,”
tambah Ganjar. Sementara itu, Kepala BNN RI DR. Anang Iskandar mengatakan pada 26 Agustus, pihaknya melaunching pilot project kesepakatan tentang peraturan bersama dari tujuh kementerian (Kemenkumham, Kapolri, Jaksa agung, Ketua MA, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, dan Kepala BNN) maupun nonkementerian. Antara lain mengenai penyalahgunaan narkoba yang dulu orientasinya dibina dalam penjara, tapi sekarang orientasinya diubah menjadi rehabilitasi
dengan syarat-syarat tertentu. “Ada upaya jaminan rehabilitas sosial bagi para pecandu. Namun dalam pelaksanaannya nantinya akan muncul kendala, masalah atas pelaksanaan ketentuan ini. Pemerintah juga sudah menyiapkan tempat rehabilitasinya, fasilitas, SDM-nya. Di Jawa Tengah akan dibangun di Kota Semarang, dengan menyiapkan unit rehabilitasi di RSPP Mandiri dan Puskesmas Poncol untuk pilot project orientasi penanganan narkoba,” katanya.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Kebijakan Humanis, Komunitas Pengguna Tanggapi Optimis
P
enanganan pengguna narkoba secara humanis melalui asesmen terpadu, seperti tertuang dalam amanah Peraturan Bersama telah memberikan kesan positif bagi komunitas pengguna narkoba. Seperti disampaikan Edo Agustian, Koordinator Persaudaraan Korban Napza Indonesia (PKNI), komunitas pengguna narkoba menanggapi positif terhadap upaya penanganan pengguna narkoba yang lebih humanis dan
proporsional melalui peraturan bersama yang ditandatangani Maret 2014 lalu.
“Ini adalah terobosan yang baru, dan dapat memberikan harapan
bagi pengguna narkoba untuk mendapatkan hak pengobatannya melalui rehabilitasi,” ujar Edo saat ditemui usai menghadap Kepala BNN DR. Anang Iskandar, belum lama ini. Ketika ditanya tentang kontribusi yang bisa diberikan oleh masyarakat, Edo mengatakan, sebagai bagian dari masyarakat yang memperjuangkan hak-hak para pengguna narkoba, tentu ia bersama rekan-rekannya akan terus mengawal pelaksanaan asesmen terpadu.
Narkoba, Alat Teror Sangat Berbahaya
N
arkoba tidak dipungkiri telah menjadi alat teror yang sangat berbahaya. Sebuah keluarga menjadi tidak nyaman, tidak bisa tidur nyenyak, dan hal-hal buruk lainnya, ketika dalam keluarga tersebut terjadi penyalahgunaan narkoba. Hal itu disampaikan Sestama BNN, Eko Riwayanto saat memberikan pembekalan kepada 102 mahasiswa calon
Duta Kampus Anti Narkoba 2014, di Jakarta, Selasa (19/8). Karena itulah ia mengajak pada seluruh calon kader agar
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lingkungan yang bersih dari penyalahgunaan narkoba. Ditambahkan Sestama, masyarakat yang bersih dari narkoba menjadi satu landasan yang kuat untuk menciptakan daya saing yang berkualitas,“Jangan harap bisa bersaing jika di tengah-tengah bisa berperan aktif masyarakat negeri dalam pencegahan ini masih terjadi penyalahgunaan narkoba penyalahgunaan di lingkungannya. dan peredaran gelap Hal ini penting untuk narkoba,” tandas mendorong terciptanya Sestama. (pas) SINAR BNN 43 EDISI V - 2014
liputankegiatan
Masyarakat Komitmen Perangi Narkoba
W
arga Kelurahan Cilangkap, Jakarta Timur, secara tegas menyatakan komitmen memerangi narkoba. Berbagai upaya akan dilakukan untuk membentengi lingkungan dari penyalahgunaan narkoba. Demikian dikatakan Guntur selaku Ketua RW 05 Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, pada kata sambutannya dalam kegiatan Pemberdayaan Lingkungan Masyarakat dalam P4GN yang diselenggarakan bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), Rabu (20/8). 44 SINAR BNN EDISI V - 2014
“Langkah pertama saya akan selalu meminta warga yang telah memahami tentang bahaya narkoba, khususnya bagi mereka yang mengikuti kegiatan ini, untuk menjelaskan dan mengingatkan tetangganya maupun warga lainnya untuk menghindari,” jelasnya. Dengan begitu, sambungnya, seluruh warga akan mengerti menghancurkannya narkoba. Sehingga harapan tumbuhnya inisiatif warga secara sendirinya melawan narkoba tumbuh,“Metode paling utama menanggulangi narkoba ialah memberikan
kesadaran kepada warga bahwa narkoba mematikan,” imbuh Guntur. Menurutnya, bila warga tidak memiliki kesadaran dan pemahaman mengenai narkoba, maka yang muncul adalah sikap acuh. Jika itu terjadi, tambah Guntur, banyak warga yang nantinya menjadi korban narkoba. Selanjutnya tindakan lain ialah meningkatkan koordinasi antara RT, PKK, karang taruna, serta keamanan lingkungan, ungkapnya. Organisasi kemasyarakatan itu, ujar Guntur, perlu memiliki kewaspadaan terhadap setiap gerak
gerik mencurigakan dari warga di lingkungan pemukimannya. “Kalau ada yang dianggap mengarah ke penyalahgunaan narkoba, diharapkan agar segera melaporkan ke aparat keamanan,” tandasnya. Sedangkan Kasubdit Lingkungan Kerja dan Masyarakat BNN Dik Dik Kusnadi mengemukakan, kepedulian adalah modal penting menanggulangi narkoba. Tanpa kepedulian, lanjutnya, para pengedar dan bandar narkoba akan mudah memasok barangnya ke lingkungan masyarakat karena dirasa aman. (has)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Tangkal Narkoba Via Kasih Sayang Keluarga
K
eluarga merupakan kunci utama penangkal terjadinya penyalahgunaan narkoba. Kasih sayang dan perhatian orang tua kepada anak-anaknya akan membuatnya merasa tidak sendiri. Hal tersebut diutarakan tokoh masyarakat Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Eti Sahrial, pada kegiatan Pemberdayaan Lingkungan Masyarakat dalam P4GN bersama warga Kelurahan Lenteng Agung dan Badan Narkotika Nasional (BNN), Kamis (28/8). “Anak merasa memiliki tempat mencurahkan isi
hatinya dan berbagi apa yang dialaminya seharihari, bukan mencari jalan keluar penyelesaian masalahnya diluar rumah,” tandasnya. Seorang anak yang melampiaskan segala persoalan hidupnya diluar rumah, sambung Eti, dapat melakukan berbagai cara. Besar peluangnya dengan menyalahgunakan narkoba, katanya. “Mengonsumsi narkoba untuk menghilangkan rasa suntuk dan mengobati kesepiannya dapat dianggap sebagai jalan terbaik,” imbuh Eti. Apalagi, lanjutnya, bila buah hati kita
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
tersebut bergaul dengan lingkungan yang buruk. Banyak fakta terungkap selama ini pergaulan yang salah dan kondisi broken home menjadi faktor terbesar penyalahgunaan narkoba di kalangan anak dan remaja. “Jangan sampai anak-anak kita menjadi korbannya,” pungkas Eti. Sementara Ketua LSM Jayasakti Nano Sukatno yang merupakan salah satu pembicara menyatakan, orang tua harus mengawasi setiap tingkah laku anak dalam kesehariannya. Itu dilakukan agar menangkal penyimpangan pergaulan anak, yaitu
penyalahgunaan narkoba. “Orang tua juga perlu memahami gejala penyalahgunaan narkoba agar tidak mudah dikelabui anak, bisa saja anak beralasan macammacam,” tukasnya. Senada dengan itu, Kasubdit Lingkungan Kerja dan Masyarakat BNN Dik Dik Kusnadi menegaskan, sesuai arahan presiden pada HANI tahun lalu menjelaskan bahwa keluarga adalah benteng utama menghalau narkoba. Oleh karenanya, tambahnya, keluarga harmonis adalah tuntutan yang harus diwujudkan untuk membasmi narkoba. (has) SINAR BNN 45 EDISI V - 2014
publikfigure
ARIST MERDEKA SIRAIT
Pidana Rehabilitasi Pengguna Narkoba Langkah Maju
P
eraturan Bersama (Perber) tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi, dinilai merupakan langkah maju. Hal tersebut dikatakan Ketua Komisi Nasional Perlindungan 46 SINAR BNN EDISI V - 2014
Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait. Menurutnya, langkah tersebut perlu difokuskan kepada anak-anak, maupun korban dari penggunaan narkoba tersebut. “Rehabilitas pengguna narkoba ini merupakan langkah maju. Tapi tetap harus ada sanksi sosial,
karena sanksi sosial ini justru lebih berat. Karena yang dihadapi itu penghakiman oleh masyarakat,” kata Aris saat dihubungi SINAR, belum lama ini. Untuk memberikan sanksi sosial itu diumumkan kepada masyarakat, “Hukuman sosial itu lebih berat.
Tidak hanya sekadar dihukum badan, atau pidana penjara. Tapi dia diumumkan dipublikasikan, meskipun hanya direhabilitasi,” imbuhnya. Sebelumnya, Peraturan Bersama tentang penanganan pecandu dan korban narkoba ditandatangani oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkum HAM) Amir Syamsuddin, Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri, Jaksa Agung Basrief Arief, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Anang Iskandar, dan Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi. Kemudian Ketua Mahkamah Agung (MA) Hatta Ali, serta Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Sutarman. Inti dari Peraturan Bersama tersebut yakni, hukuman pidana penjara tidak akan lagi diberikan bagi para pengguna narkoba. Hukuman para pengguna akan bermuara pada tempat rehabilitasi atau pidana rehabilitasi. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
publikfigure
INDRA BEKTI
“Aku tuh setuju adanya duta narkoba, karena umumnya para kalangan ‘public figure’, dalam hal ini artis, jika bicara masih didengar oleh masyarakat, khususnya kalangan remaja. Tapi untuk menjadi duta narkoba haruslah dilakukan pemeriksaan secara benar, karena sosoknya akan menjadi sebuah contoh panutan bagi semua pihak, dalam hal ini para remaja khususnya pengemarnya sendiri,” tegas Indra. Dan saat ditanya apakah dirinya mau jika ditunjuk untuk menjadi Duta Narkoba, Indra mengaku tak keberatan. “Aku tuh senang sekali jika didaluat menjadi duta narkoba, selain menjadi panutan, kita dapat dicontoh,” ucap Indra. Selama menjadi artis, Indra mengakui dirinya sering dugem ke kelab malam. Namun untuk bersatu,”Untuk kasus dengan dukungan narkoba, ia tidak akan narkoba kasus ini tidak masyarakat harus menyentuhnya. “Aku akan selesai jika seluruh melakukan gerakan tuh sering ke tempat pihak tidak dilibatkan, sporadis memberantas hiburan malam, tapi yang khususnya pemerintah narkoba, karena yang dan masyarakat, serta namanya narkoba memiliki namanya narkoba plus kalangan lembaga sebuah jaringan yang sulit alkohol, nggak pernah deh disentuh,” tegasnya. yang peduli terhadap diputus,” tegas Indra. Indra juga masalah narkoba. Saya Untuk langkah awal, menyampaikan sebuah kira semuanya harus selain dibutuhkan pesan kepada kalangan tegas, jangan ada langkah kesadaran diri masingtebang pilih untuk masing, juga dibutuhkan remaja, khususnya para penggemarnya, untuk memberantas narkoba,” pemberantasan dari tidak menyentuh yang tutur Indra. lingkungan masyarakat, namanya narkoba. “Kita Menurut Indra, khususnya lingkungan bisa bergembira, tapi dalam memberantas tempat tinggal. Indra katakan ‘Say No To Drugs’ narkoba diperlukan sangat setuju adanya untuk remaja, termasuk gerakan sporadis untuk beberapa artis yang para penggemarku,” tegas memberantas narkoba. didaulat menjadi duta Indra. (pas) “Kiranya pemerintah narkoba.
Perlu Gerakan Sporadis Berantas Narkoba
S
eperti kita ketahui bahwa perkembangan pemberantasan narkoba hingga saat ini masih saja belum menunjukkan hasil yang begitu memuaskan. Menilik dari banyaknya korban penyalahgunaan narkoba yang merambah hingga ke kalangan remaja, membuat presenter yang akrab dengan dunia ABG, Indra Bekti, angkat bicara. Menurut Indra, korban penyalahgunaan narkoba adalah kebanyakan dari kalangan remaja. “Korban dari keganasan narkoba telah banyak terjadi, khususnya di kalangan remaja. Saya merasa prihatin atas kondisi ini dan untuk memutus mata rantai narkoba memang sangat sulit,” ujar Indra ketika ditemui di studio salah satu stasiun Televisi Swasta, kemarin. Pria kelahiran 28 Desember 1977 itupun menilai bahwa untuk kasus narkoba sampai kapanpun tidak akan selesai jika semua pihak tidak ikut terlibat dan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 47 EDISI V - 2014
publikfigure
dr. CELLICA NURACHADIANA
Keluarga Lingkungan Terbaik Cegah Narkoba
K
ehadiran korban narkoba dalam keluarga sering menjadi masalah dalam keluarga itu sendiri bahkan dapat menimbulkan penderitaan . Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar 48 SINAR BNN EDISI V - 2014
penyalahguna narkoba dari keluarga yang tidak sehat dan tidak bahagia. Sebaliknya, suatu keluarga yang sejahtera diliputi suasana yang serasi, selaras dan seimbang, dimana anak – anak didik dapat tumbuh dan
berkembang fisik, mental dan sosialnya secara optimal, merupakan benteng yang kokoh untuk mengatasi dan menanggulangi ancaman dan gangguan, termasuk penanggulangan masalah narkoba. Pengalaman membuktikan bahwa kelompok orang tua, apabila digerakan dan diberikan pengetahuan, keterampilan, dukungan dan bantuan, bisa menjadi mitra masyarakat yang paling aktif dalam pencegahan bahaya narkoba. Keluarga sebagai unit kecil dalam masyarakat merupakan wadah utama dalam proses sosialisasi anak menuju kepribadian yang dewasa. Keluarga adalah benteng utama yang dapat mencegah anak – anak dari masalah narkoba. Pencegahan penyalahgunaan narkoba seharusnya dimulai dalam keluarga. Keluarga yang sejahtera dengan penuh kasih sayang sebetulnya
sudah melaksanakan pencegahan. Anak – anak yang tumbuh dengan kasih sayang dan rasa aman dengan adanya kesempatan untuk menyatakan perasaan dan mengeluarkan pendapat serta dididik untuk mengambil keputusan yang bijaksana, kemungkinan besar tidak akan menyalahgunakan narkoba. Ingat bahwa anak yang sering di kritik akan belajar menyalahkan orang lain, bila sering dimusuhi akan belajar melawan, bila sering diejek akan menjadi pemalu, bila sering dipermalukan akan tumbuh rasa bersalah. Bersikaplah penuh toleransi untuk mengajar kesabaran, dengan dorongan akan tumbuh percaya diri, dengan keadilan mereka akan jadi bijaksana, dengan memberi rasa aman akan memberi keyakinan lakukanlah semua itu dengan penuh rasa cinta. Say No To Drugs.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
jurnaljurnal
Jurnal Data P4GN Tahun 2013
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Peredaran gelap Narkoba di wilayah negara ASEAN dan sekitarnya menunjukkan perkembangan yang signifikan, hal ini ditandai dengan terungkapnya sejumlah kasus Narkoba di masingmasing negara
L
aporan tahunan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) 2013 menyebutkan bahwa pada tahun 2011, diperkirakan antara 167 sampai dengan 315 juta orang (3,6-6,9% dari populasi penduduk dunia yang berumur 15-64 tahun) menggunakan Narkoba minimal sekali dalam setahun. Dari jenis narkotika, secara global, Narkoba jenis Ganja paling banyak digunakan. Prevalensi penyalahgunaan ganja
berkisar 2,9%-4,3% per tahun dari populasi penduduk dunia yang berumur 15-64 tahun. Tren legalisasi ganja telah diberlakukan Amerika Serikat di New York dan Colorado, Belanda, Jerman (kepemilikan 6 gram), Argentina, Siprus (15 gram), Ekuador, Meksiko (5 gram), Peru (8 gram), Swiss (4 Batang), Belgia (3 gram), Brazil, Uruguay, Paraguay (10 gram), Kolombia (20 gram), dan Australia. Diperkirakan penyalahgunaan Kokain
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
berkisar 15 - 19,3% per tahun (prevalensi 0,3 - 0,4% per tahun) di dunia. Sementara penyalahgunaan dan peredaran kokain di Barat dan Eropa Tengah mengalami penurunan dari 1,3% tahun 2010 menjadi 1,2% tahun 2011; penurunan juga terjadi di Amerika Utara dari 1,6% tahun 2010 menjadi 1,5% tahun 2011. Prevalensi penyalahgunaan opiate tertinggi dilaporkan terjadi di wilayah
Asia Barat Daya (1,2%), khususnya di Afghanistan, Iran, dan Pakistan, terjadi di Asia Tengah, Eropa Selatan (0,8%); Amerika Utara (0,5%) dan Afrika Tengah (0,4%). Penyalahgunaan Amphetamine-Type Stimulants (ATS) termasuk ekstasi telah menyebar secara meluas dan meningkat di seluruh dunia yaitu : Oceania (2,9%), Amerika Utara (0,9%) dan Eropa (0,7%). Pakistan telah menjadi Negara darurat SINAR BNN 49 EDISI V - 2014
jurnaljurnal ATS dimana prevalensi penyalahgunaan ATS sebesar 0,1% dari total populasi di Negara itu. Peningkatan ATS juga terjadi di Oceania (2,1%), Australisa, Selandia Baru, Amerika Tengah dan Amerika Utara (masingmasing 1,3%), Afrika (0,9%) dan Asia (0,7%). UNODC melaporkan bahwa Afghanistan menempati rangking pertama negara yang memproduksi dan menanam opium dunia sebesar 74% tahun 2012. Penanaman opium di Afghanistan meningkat 15% tahun 2012, namun penanaman opium di Myanmar terjadi penurunan sebesar 30% atau turun 5.000 ton dibanding tahun 2012. Sementara, di Negara Mexico, kini dilaporkan sebagai produsen terbesar di Benua Amerika. Afghanistan dikenal sebagai sumber peredaran gelap opium, diperkirakan 93% tanaman poppy dunia berada di Afghanistan. Kira-kira 80% opium dari Afghanistan diselundupkan melalui Iran dan Pakistan serta Negara Asia Tengah. Setiap tahun kira-kira ada 900 ton opium dan 375 ton heroin keluar dari Afghanistan sebesar US$ 65 milyar dapat memasok + 15 juta Penyalahguna Narkoba dan menyebabkan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya. Peredarannya melewati Balkan dan Eurasian, termasuk China, India, 50 SINAR BNN EDISI V - 2014
dan Rusia. 1. Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Tingkat Global. Data penyalahgunaan Narkoba di ASEAN kurang dapat termonitor secara rinci, namun secara umum dapat tergambar bahwa penyalahgunaan Narkoba jenis ATS semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari hasil pengungkapan kasus ATS dan dimungkinkan meningkatnya peredaran ATS sesuai dengan meningkatnya permintaan pasar. Peredaran gelap Narkoba di wilayah negara ASEAN dan sekitarnya menunjukkan perkembangan yang signifikan, hal ini ditandai dengan terungkapnya sejumlah kasus Narkoba di masing-masing negara tersebut : a. Penangkapan WN Iran di Indonesia, Thailand, dan Philipina yang memasukkan Narkoba jenis Metamphetamine atau dikenal dengan Shabu dalam jumlah besar. b. Terungkap perkembangan baru cara melakukan penanaman Ganja di Jepang dengan system indoor (dalam rumah) dengan menggunakan pot dalam jumlah besar. c. Terungkap pula di kelompok kriminal Vietnam yang melakukan metode cloning untuk menghasilkan tanaman Ganja dengan kualitas yang sama, dan cara ini
belajar dari kelompok kriminal Vietnam yang berada di Australia. d. Masih berkembangnya sindikat Nigeria yang menggunakan kurir kebanyakan wanita setempat, meskipun jaringan sindikat ini sudah banyak terungkap, namun semakin berubahubah dalam melakukan modus operandinya dan bahkan dapat mengarah timbulnya tindak pidana korupsi pada aparat penegak hukum setempat. e. India sebagai sumber produksi Ketamine banyak mengirim selain ke negara-negara di daratan Amerika dan Eropa juga ke Asia termasuk negaranegara di ASEAN. f. Penyelundupan tablet cold (obat flu dalam bentuk tablet) dalam jumlah besar ke Thailand dari Korea Selatan, karena 100.000 tablet dapat diekstrak menjadi 6 (enam) Kg Pseudo-ephedrine berubah fungsinya sebagai bahan kimia untuk membuat Narkoba jenis Shabu. g. Pada tahun 2011 penegak hukum di Myanmar berhasil menyita sebanyak 5,9 juta tablet Metamphetamine, hal ini terjadi peningkatan sebesar 168% dari 2,2 juta tablet yang disita pada tahun sebelumnya. h. Laporan UNODC Asia and the Pacific 2011 Regional ATS Report, di tahun 2010
terdapat sekitar 136 juta metamfetamin tablet yang disita di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara. Sebanyak 98% dari total yang disita terdapat di tiga negara - Cina (58,4 juta), Thailand (50,4 juta), dan Laos (24,5 juta). Selain itu, terdapat sebanyak 6,9 ton metamfetamin kristal yang disita di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara, dimana 61% dari total yang disita terdapat di Cina (4,2 ton). Sedangkan untuk ekstasi, penyitaan di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara terhitung lebih dari 1,7 juta tablet. Penyitaan terbesar (94%) terdapat di wilayah Cina dan Indonesia. i. Laporan UNODC Asia Pasifik, Global SMART Update 2012, sepertiga dari ATS global dan setengah dari metamfetamin global yang disita pada tahun 2010 berasal dari Asia Timur dan Asia Tenggara. Sejumlah besar ATS terus diproduksi di Cina, Myanmar dan Filipina. Selain itu, produksi ATS gelap terus berkembang di negara-negara yang sebelumnya menjadi negara transit untuk ATS seperti Kamboja, Indonesia dan Malaysia. Sementara di wilayah Asia Selatan, tetap menjadi target kelompok kejahatan terorganisir sebagai sumber ATS, terutama ephedrine dan pseudoephedrine. j. Dengan nilai jual narkotika yang tinggi dan jumlah permintaan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
jurnaljurnal yang terus tumbuh, menyebabkan kawasan ASEAN menjadi sasaran penyelundupan narkotika dan bahan-bahan prekursor dari berbagai jenis dan kemasan. 2. Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Tingkat Nasional. Berdasarkan hasil penelitian BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI Tahun 2011 tentang Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia, diketahui bahwa angka prevalensi penyalahguna Narkoba di Indonesia telah mencapai 2,23% atau sekitar 4,2 juta orang dari total populasi penduduk (berusia 10 - 59 tahun). Tahun 2015 jumlah penyalahguna Narkoba diproyeksikan ± 2,8% atau setara dengan ± 5,1 5,6 juta jiwa dari populasi penduduk Indonesia. Hasil Survei Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Moda Transportasi (Darat, Laut, Udara) di Indonesia tahun 2013 antara BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI,diketahui bahwa angka prevalensi penyalahgunaan Narkoba setahun terakhir (current user) juga menunjukkan angka yang relatif tinggi (6,9%), dengan prevalensi tertinggi ditemukan pada moda pekerja ASDP (9,7%) dan moda transportasi darat (7,6%). Sedangkan prevalensi jenis Narkoba yang paling
banyak digunakan oleh pekerja transportasi setahun terakhir adalah Ganja sebesar 4,9%, ATS sebesar 2,3%, sedangkan Opiad, Tranquilizer, Hallucinogen dan Inhalant di bawah 1%. Pada kelompok ATS jenis yang paling sering digunakan adalah ekstasi dan shabu dengan prevalensi ekstasi 1,4%, dan shabu 1,4%, jenis katinon juga dilaporkan digunakan dengan prevalensi 0,3%. Penggunaan opiad jenis heroin prevalensinya 0,5%, morfin 0,4% dan opium 0,2%. Pengunaan tranquilizer seperti luminal (0,4%), pil koplo/BK (0,5%), dan fenorbital (barbiturate) prevalensinya 0,1% juga ditemukan dikalangan pekerja transportasi setahun terakhir. Sedangkan pada kelompok hallucinogen terbanyak digunakan adalah mushroom (0,3), kecubung (0,3%), dan bentuk Narkoba jenis lama yaitu LSD yang masih tetap beredar (0,1%). Untuk obat bebas di konter obat terbanyak adalah dextromethorpan (0,7%). Penyalahgunaan ATS jenis ekstasi ditemukan pada semua moda pekerja kecuali kereta api, prevalensi pada pekerja ASDP tertinggi (4,1%), moda darat (1,6%) dan laut (1,0%). Jenis Shabu juga cukup banyak digunakan setahun terakhir pada pekerja ASDP (3,6%), darat (1,7%) dan laut
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
(1,1%). Untuk pekerja udara penggunana ATS relatif lebih rendah dibandingkan moda lain, prevalensi penggunaan ekstasi dan shabu masing-masing (0,7%) dan (0,1%). Jumlah pecandu Narkoba yang mendapatkan pelayanan Terapi dan Rehabilitasi di seluruh Indonesia tahun 2013 menurut data Deputi Bidang Rehabilitasi BNN adalah sebanyak 6.111 orang, dengan jumlah terbanyak pada kelompok usia 26 – 40 tahun yaitu sebanyak 3.916 orang. Jenis Narkoba yang paling banyak digunakan oleh pecandu yang mendapatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi adalah heroin (1.695 orang), shabu (1.649 orang), selanjutnya secara berturutan adalah jenis ganja (1.243 orang), ekstasi (282 orang) dan opiat (195 orang). Berdasarkan penggolongan kasus Narkoba tahun 2013, terjadi trend penurunan kasus Psikotropika dengan persentase penurunan 6,77% dari 1.729 kasus di tahun 2012 menjadi 1.612 kasus di tahun 2013. Sedangkan trend peningkatan kasus terbesar yaitu kasus Bahan Adiktif Lainnya dengan persentase kenaikan 60,48% dari 7.917 kasus di tahun 2012 menjadi 12.705 kasus di tahun 2013. Kasus Narkotika
merupakan kasus terbesar yang terjadi tahun 2013 dengan total 21.267 kasus. Sedangkan berdasarkan penggolongan tersangka kasus Narkoba tahun 2013, jumlah tersangka Narkoba tertinggi terjadi pada kasus Narkotika dengan total 28.784 orang. Mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 13,73%. Terjadi penurunan jumlah tersangka kasus Psikotropika sebesar 9,41%, dari sejumlah 2.062 orang yang ditangkap pada tahun 2012 menjadi 1.868 orang di tahun 2013. Sedangkan untuk tersangka kasus Bahan Adiktif Lainnya mengalami kenaikan sebesar 61,52%, dari 8.269 orang di tahun 2012 menjadi 13.356 orang di tahun 2013. Sementara untuk sitaan barang bukti di tahun 2013, peningkatan terbesar terjadi pada jumlah sitaan barang bukti pohon ganja dengan persentase 56,66% dari 341.395 batang yang disita di tahun 2012 menjadi 534.829 batang yang disita di tahun 2013. terjadi penurunan yang sangat signifikan pada sitaan barang bukti biji ganja dengan persentase penurunan 95,79% dari 284,91 gram yang disita di tahun 2012 menjadi hanya 12 gram di tahun 2013. SINAR BNN 51 EDISI V - 2014
siramanrohani
Pola Makan Sehat Cara Rasulullah M
engawali artikel ini, Perlu kita mengingat kembali Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terjemahannya ; “Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (al-Ahzab [33]: 21). Dalam berbagai aktivitas dan pola kehidupan Rasulullah SAW, memang sudah dirancang oleh Allah sebagai contoh teladan yang baik (uswah hasanah) bagi semua manusia. Teladan ini mencakup berbagai aspek kehidupan termasuk dalam hal pola makan yang bermuara pada kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kesehatan merupakan aset kekayaan yang tak ternilai harganya. Ketika nikmat kesehatan dicabut oleh Allah, maka manusia rela mencari pengobatan dengan biaya yang mahal bahkan ke tempat yang jauh sekalipun. Sayangnya, hanya sedikit orang yang penduli
52 SINAR BNN EDISI V - 2014
dan memelihara nikmat kesehatan yang Allah telah anugerahkan sebelum dicabut kembali oleh-Nya. Karena Allah telah menegaskan kepada kita bahwa Beliau (Rasulullah) adalah teladan, inilah teladan yang bisa kita ikuti bagaimana pola makan Rasulullah agar sehat dan berkah dan mendapatkan amal. Asupan awal kedalam tubuh Rasulullah adalah udara segar pada waktu subuh. Beliau bangun
sebelum subuh dan melaksanakan qiyamul lail. Para pakar kesehatan menyatakan, udara sepertiga malam terakhir sangat kaya dengan oksigen dan belum terkotori oleh zat-zat lain, sehingga sangat bermanfaat untuk optimalisasi metabolisme tubuh. Hal itu sangat besar pengaruhnya terhadap vitalitas seseorang dalam aktivitasnya selama seharian penuh. Rasulullah pernah
bersabda : “Dua nikmat yang sering kali manusia tertipu oleh keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang”. (HR. Bukhari no. 6412). Dalam hadist lain disebutkan Rasulullah bersabda, “Nikmat yang pertama kali ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak adalah ketika dikatakan kepadanya, “Bukankah Aku telah menyehatkan badanmu serta memberimu minum dengan air yang menyegarkan?” (HR. Tirmidzi: 3358. dinyatakan shahih oleh Syaikh alAlbani). Menurut Indra Kusumah SKL, S.Psi dalam bukunya “Panduan Diet ala Rasulullah”, kesehatan sering dilupakan, padahal ia seakan-akan bisa diumpamakan sebagai mahkota indah di atas kepala orang-orang sehat yang tidak bisa dilihat kecuali oleh orang-orang yang sakit. Sepintas masalah makan ini tampak sederhana, namun ternyata dengan pola makan yang dicontohkan Rasulullah. Beliau terbukti memiliki
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
siramanrohani tubuh yang sehat, kuat dan bugar. Ketika Kaisar romawi mengirimkan bantuan dokter ke Madinah, ternyata selama setahun dokter tersebut kesulitan menemukan orang yang sakit. Dokter tersebut bertanya kepada Rasulullah tentang rahasia kaum muslimin yang sangat jarang mengalami sakit. Seumur hidupnya, Rasulullah hanya pernah mengalami sakit dua kali. Pertama, ketika diracun oleh seorang wanita Yahudi yang menghidangkan makanan kepada Rasulullah di Madinah. Kedua, ketika menjelang wafatnya. Pola makan seringkali dikaitkan dengan pengobatan karena makanan merupakan penentu proses metabolisme pada tubuh kita. Pakar kesehatan selama ini mengenal dua bentuk pengobatan yaitu pengobatan sebelum terjangkit penyakit atau preventif (ath thib Al wiqo’i) dan pengobatan setelah terjangkit penyakit (at thib al’ilaji). Dengan mencontoh pola makan Rasulullah, kita sebenarnya sedang menjalani terapi pencegahan penyakit dengan makanan (attadawi bil ghidza). Hal itu jauh lebih baik dan murah daripada harus berhubungan dengan obat-obat kimia senyawa sintetik yang hakikatnya adalah racun, berbeda dengan pengobatan alamiah Rasulullah melalui makanan dengan senyawa kimia organik. Beberapa gambaran pola hidup sehat Rasulullah berdasarkan berbagai riwayat yang bisa dipercaya, sebagai berikut: 1. Di pagi hari, Rasulullah menggunakan siwak untuk menjaga
kesehatan mulut dan gigi. Organ tubuh tersebut merupakan organ yang sangat berperan dalam konsumsi makanan. Apabila mulut dan gigi sakit, maka biasanya proses konsumsi makanan menjadi terganggu. 2. Di pagi hari pula Rasulullah membuka menu sarapannya dengan segelas air dingin yang dicampur dengan sesendok madu asli. Khasiatnya luar biasa. Dalam Al Qur’an, madu merupakan syifaa (obat) yang diungkapkan dengan isim nakiroh menunjukkan arti umum dan menyeluruh. Pada dasarnya, bisa menjadi obat berbagai penyakit. Ditinjau dari ilmu kesehatan, madu berfungsi untuk membersihkan lambung, mengaktifkan usus-usus dan menyembuhkan sembelit, wasir dan peradangan. 3. Masuk waktu dhuha (pagi menjelang siang), Rasulullah senantiasa mengonsumsi tujuh butir kurma ajwa’ (matang). Rasulullah pernah bersabda, “Barang siapa yang makan tujuh butir kurma, maka akan terlindungi dari racun”. Hal itu terbuki ketika seorang wanita Yahudi menaruh racun dalam makanan Rasulullah pada sebuah percobaan pembunuhan di perang khaibar. Racun yang tertelan oleh Rasulullah kemudian dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma. Salah seorang sahabat, Bisyir ibu al Barra’ yang ikut makan tersebut akhirnya meninggal, tetapi Rasulullah selamat dari racun tersebut. 4. Menjelang sore hari, menu Rasulullah biasanya adalah cuka dan minyak zaitun. Selain itu, Rasulullah juga mengonsumi makanan pokok seperti roti. Manfaatnya banyak sekali,
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
diantaranya mencegah lemah tulang, kepikunan di hari tua, melancarkan sembelit, menghancurkan kolesterol dan melancarkan pencernaan. Roti yang dicampur cuka dan minyak zaitun juga berfungsi untuk mencegah kanker dan menjaga suhu tubuh di musim dingin. 5. Di malam hari, menu utama makan malam Rasulullah adalah sayursayuran. Beberapa riwayat mengatakan, Rasulullah selalu mengonsumsi sana al makki dan sanut. Menurut Prof. Dr. Musthofa, di Mesir keduanya mirip dengan sabbath dan ba’dunis. Mungkin istilahnya cukup asing bagi orang di luar Arab, tapi dia menjelaskan, intinya adalah sayur-sayuran. Secara umum, sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama yaitu menguatkan daya tahan tubuh dan melindungi dari serangan penyakit. 6. Rasulullah tidak langsung tidur setelah makan malam. Beliau beraktivitas terlebih dahulu supaya makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan cepat dan baik sehingga mudah dicerna. Caranya juga bisa dengan shalat. 7. Disamping menu wajib di atas, ada beberapa makanan yang disukai Rasulullah tetapi tidak rutin mengonsumsinya. Diantaranya, tsarid yaitu campuran antara roti dan daging dengan kuah air masak. Beliau juga senang makan buah yaqthin atau labu air, yang terbukti bisa mencegah penyakit gula. Kemudian, beliau juga senang makan buah anggur dan hilbah (susu). 8. Rasulullah sering menyempatkan diri untuk berolahraga. Terkadang beliau berolahraga sambil
bermain dengan anak-anak dan cucu-cucunya. Pernah pula Rasulullah lomba lari dengan istri tercintanya, Aisyah radiyallahu’anha. 9. Rasulullah tidak menganjurkan umatnya untuk begadang. Hal itu yang melatari, beliau tidak menyukai berbincangbincang dan makan sesudah waktu isya. Biasanya beliau tidur lebih awal supaya bisa bangun lebih pagi. Istirahat yang cukup dibutuhkan oleh tubuh karena tidur termasuk hak tubuh. 10. Pola makan Rasulullah ternyata sangat cocok dengan irama biologi berupa siklus pencernaan tubuh manusia yang oleh pakar kesehatan disebut circadian rhytme (irama biologis). Fakta-fakta di atas menunjukkan pola makan Rasulullah ternyata sangat cocok dengan irama biologi berupa siklus pencernaan tubuh manusia yang oleh pakar kesehatan disebut circadian rhytme (irama biologis). Inilah yang disebut dengan siklus alami tubuh yang menjadi dasar penerapan Food Combining (FC). Selain itu, ada beberapa makanan yang dianjurkan untuk tidak dikombinasikan untuk dimakan secara bersama-sama. Makananmakanan tersebut antara lain: Jangan minum susu bersama makan daging. Jangan makan ayam bersama minum susu. Jangan makan ikan bersama telur. Jangan makan ikan bersama daun salad. Jangan minum susu bersama cuka. Jangan makan buah bersama minum susu Demikianlah Pola makan Rasulullah, semoga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Wassalam SINAR BNN 53 EDISI V - 2014
testimoni
Mantan Pengguna Narkoba Akan Unjuk Gigi di Level Dunia
S
iapa bilang mantan pengguna narkoba tidak bisa bicara di level internasional? Dua mantan pengguna narkoba asal Surabaya, Jawa Timur menorehkan prestasi luar biasa karena akan tampil sebagai kontestan futsal kelas dunia yang akan digelar di Chili Oktober 2014 mewakili Indonesia. Achmad Junaedi dan Zainudin, keduanya pernah terbelenggu dalam dunia narkoba. Saat itu alasan sosial dan ekonomi menjadi pemicu terjerumus dalam lubang narkoba. Namun, tidak selamanya mereka berkutat dalam titik nadir akibat narkoba, karena mereka bisa bangkit lalu membuka lembaran baru hidupnya hingga bersih dari barang haram bernama narkoba. Dari pengakuan keduanya, sepakbola merupakan pintu gerbang pemulihan dari masalah adiksi yang mereka alami. Mereka menunjukkan keseriusan dan mencurahkan kemampuannya di dunia sepakbola. Dari situ, keduanya bertemu dengan yayasan Bina Hati sebagai EO lokal Jawa Timur dalam
54 SINAR BNN EDISI V - 2014
pelaksanaan seleksi International street soccer. “Kemudian, mereka lolos seleksi ke Bandung melalui Yayasan Rumah Cemara, selaku EO nasional dalam event street soccer dengan katagori kaum marginal tersebut,” kata Doni, pengurus Yayasan Bina Hati, belum lama ini. Prestasi ini sangat membanggakan. Bahkan, Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Timur pun memberi apresiasi penuh kepada dua mancan pengguna ini. Pada Selasa (22/7/2014) lalu, dua duta bangsa tersebut diundang pada acara
buka bersama yang digelar di kantor BNNP Jatim. Acara yang juga dihadiri oleh ketua BNN Kabupaten/Kota se-Jawa Timur itu juga melibatkan para mantan pengguna narkoba yang berada di bawah yayasan Bina Hati dan Yakita. Termasuk sejumlah komunitas di Surabaya juga hadir pada acara yang dihiasi dengan hiburan musik reggae, hiphop, dan acapella tersebut. “Sejumlah komunitas ini tergabung dalam satu komunitas bernama Kawan BNN. Komunitas yang bertekad membebaskan Indonesia bersih dari penyalahgunaan narkoba,” kata Kepala BNNP Jawa
Timur Brigjen Pol Iwan A Ibrahim. Dalam kegiatan ini, BNNP dan sejumlah pihak yang hadir terus memberi apresiasi kepada mantan pengguna yang berhasil pulih tersebut. Terutama, untuk mereka yang malah bisa berprestasi meski pernah terperangkap dalam dunia narkoba. “Ini merupakan motivasi bagi mantanmantan pengguna lain. Mereka semua punya kesempatan besar untuk tetap berprestasi. Dua Duta Bangsa inilah salah satu buktinya,” imbuh Destina Kawanti, Kasi Diseminasi dan Informasi BNNP Jawa Timur. Pada acara itu, juga dilakukan FGD (Focus Group Discussion). Yakni komunikasi intens empat mata antara Duta Anti Narkoba dengan para mantan pengguna narkoba yang hadir di sana. Selain bertujuan untuk memperat silaturahmi di antara personel BNNP dengan para mantan pengguna narkoba, acara ini juga sebagai media implementasi bagi para Duta Anti Narkoba dalam melaksanakan tugasnya. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
resensiresensi
Mencegah Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Melalui Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa
D
ata dari Badan Pusat Statistik Nasional menunjukkan bahwa ngka tertinggi korban penyalahgunaan narkoban adalah kalangan remaja yang berstatus pelajar maupun mahasiswa. Namun sayangnya pihak yang gigih menangani mereka adalah Badan Narkotika Nasional (BNN) yang dibantu pihak Kepolisian, bukan guru di sekolah maupun dosen di Perguruan Tinggi. Akibatnya, siswa (korban penyalahgunaan narkoba) cenderung
diperlakukan sebagai kriminal, bukan pelajar. Wal hasil, setelah dipenjara bukannya jera tetapi justru semakin merajalela. Pada saat yang bersamaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendigbud) mencanangkan gerakan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Akan tetapi hingga saat ini gerakan tersebut belum menunjukkan hasil yang signifikan, terlebih lagi perannya dalam menanggulangi dan mencegah bahaya
penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa. Padahal, nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa mempunai potensi besar untuk dikembangkan guna mencegah dan menanggulangu penyalahgunaan narkoba. Buku ini merupakan upaya pencegahan bahaya penyalahgunaan narkoba melalui
pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Katakan Tidak Pada Narkoba
S
aat ini, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, khususnya di kalangan remaja/ pelajar lndonesia sangat memprihatinkan. Dari tahun ke tahun, jumlah remaja korban penyalahgunaan narkoba terus meningkat, bahkan semakin meningkat. Narkoba memicu aksi-aksi kejahatan, dan menyebarkan penyakit seperti AIDS. Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba bukan disebabkan oleh
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
satu faktor. Banyak faktor yang menyebabkan penyalagunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba... Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba merupakan permasalahan yang sangat kompleks. Untuk itu, diperlukan upaya yang sinergis dan komprehensif dari semua pihak guna mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba... SINAR BNN 55 EDISI V - 2014
tipssehat
Menjaga Kesehatan secara Alami T
ips Menjaga Kesehatan secara Alami cukup mudah dibiasakan sehari-hari. Setiap orang tentu ingin hidup sehat sambil melakukan kegiatan harian bersama orang-orang tercinta. Hidup sehat mulai dari diri sendiri, seberapa hebat pun anda sebagai individu atau pemimpin apabila tidak dapat memimpin tubuh
56 SINAR BNN EDISI V - 2014
sendiri, maka anda belum layak dikatakan sebagai pemimpin. Oleh karena itu melindungi kesehatan tubuh adalah prioritas utama. Berikut sejumlah tips praktis melaksanakan gaya hidup sehat : 1. Perbanyak Minum Air Putih Pola hidup sehat ini memang sedikit susah untuk dijalankan sebab tidak sedikit orang
enggan minum air putih yang tidak mempunyai rasa. Ingatlah bahwa air putih adalah minuman paling baik dari semua minuman yang kita kenal. lakukan kebiasaan minum air putih sekurang-kurangnya 6-8 gelas setiap hari untuk melindungi kesehatan ginjal dan saluran kemih. anda bisa juga memberikan perasan air jeruk untuk membantu
mengeluarkan toksin di dalam tubuh. 2. Kebersihan Kebersihan sangat mutlak dalam mewujudkan hidup sehat, misalkan dari mandi 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan, menjaga kebersihan area kamar mandi, menggosok gigi sewaktu bangun dan sebelum tidur, hingga merapikan kamar tidur. Kebersihan rumah secara
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
tipssehat keseluruhan selalu dapat menjadi ukuran karakter pemilik tempat tinggal tersebut dan jika semua ruangan kotor maka dapat diartikan bagaimana pemilik rumahnya. 3. Hirup Udara segar Dengan menghirup udara segar berarti anda melindungi kesehatan paru-paru. Kita tak perlu pergi ke pegunungan atau tempat pedesaan hanya untuk memperoleh udara bersih. Pola hidup sehat semacam ini dapat anda lakukan setiap pagi dan berusaha terhindar dari udara tercemar seperti asap rokok. Selain itu, kita juga harus memperhatikan kebersihan perabot rumah misalkan kipas angin, Ac dan lain-lain. 4. Olahraga Janganlah terlampau berkonsentrasi pada pekerjaan anda. Sempatkan waktu sejenak buat refreshing / penyegaran dan olahraga. Karena di samping melatih otot juga dapat mengurangi kepenatan dan terhindar dari stress. Pola hidup sehat dengan berolahraga sangat efektif bagi semua kelompok umur. 5. Perbanyak serat sewaktu sarapan Serat yang cukup saat sarapan pagi membikin perut kenyang sampai waktu makan siang tiba. Tips ini dapat diakali dengan menyantap sereal atau oatmeal dipadukan potongan buah seperti pisang dan strawberry.
Jika sereal tidak tersedia, roti mungkin sebagai penggantinya. Pilihlah roti yang terbuat dari tepung gandum dan disajikan bersama selai kacang atau selai buah. 6. Makanlah buahbuahan segar Tahukah anda saat terbaik mengkonsumsi buah-buahan yaitu ketika sedang makan menu utama atau sebelum makan. Apabila kita mengambil buah-buahan setelah makan maka energi yang berasal dari buah menjadi percuma,
tersimpan dalam tubuh dan tidak terpakai. 7. Menghidangkan kacang-kacangan Semua jenis kacang (almond, kacang tanah, dan kenari) merupakan sumber asam lemak omega 3. Zat asam lemak omega 3 ialah nutrisi lemak baik yang diperlukan tubuh. Di samping itu, asam lemak juga dapat membuat rambut, kulit, dan kuku selalu sehat. 8. Tidur / Istirahat Istirahat adalah soal
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
memulihan kesegaran tubuh dengan relaksasi atau tidur. Setiap orang mesti mengatur waktu untuk istirahat. Cobalah anda ingat-ingat bila orang mengalami sakit maka tentu memerlukan cukup istirahat, jika tidak bagaimana ? penyakitnya dapat kambuh lagi. Dengan begitu istirahat wajib bagi kesehatan kita. 9. Kurangi Minuman memiliki kandungan Gula Usahakan mengurangi minuman yang memiliki kandungan gula karena gula dapat
11. Mewujudkan Lingkungan yang sehat Pola hidup dapat dibentuk oleh lingkungan sekitar. jika anda ingin mengubah pola hidup mesti diawali dari lingkungan sehari-hari. Sebagaiman halnya bermakna seseorang senantiasa sehat dengan mempunyai banyak rekan / tetangga yang mau berkomitmen membiasakan hidup sehat. 12. Mengubah pola Pikir Perkara yang sangat mendasar mempunyai gaya hidup sehat dan mengubah pola pikir untuk serius mencanangkan hidup sehat. Disiplin ketat menerapkan prinsip membiasakan pola hidup sehat pada prakteknya dalam keseharian seperti agama. Mengenal dan berkomunikasi dengan orang atau sosok yang betul-betul dapat dijadikan teladan dalam menyadarkan pentingnya hidup sehat. mempercepat dampak 13. Berpikir Positif penuaan, obesitas umumnya menyebabkan serta Menghindarkan diri dari Stress penimbunan lemak di Senantiasa berpikir lever. Lebih baik gunakan positif dapat membuat pemanis alami seperti anda bahagia serta gula aren daripada gula mewujudkan kesehatan pasir. rohani yang terjaga. 10. Batasi makanan Berpikirlah ke depan, berminyak seperti bersikap optimis dan tidak gorengan lupa bersyukur atas nikmat Kurangi terlampau dari tuhan. Sambutlah hari banyak mengkonsumsi esok yang lebih cerah. makanan gorengan dan Itulah Tips Menjaga membatasi nutrisi yang Kesehatan secara Alami memiliki kandungan protein lemak tinggi serta Sehari-hari. Praktekkan mulai dari sekarang. jeroan. SINAR BNN 57 EDISI V - 2014
gayahidup
Gaya Hidup Sehat Cegah Serangan Jantung menurunkan risiko sampai 13 persen sedangkan jalan kaki atau bersepeda paling tidak 40 menit sehari menurunkan risiko sampai tujuh persen. Semakin banyak gaya hidup sehat yang dilakukan pria, semakin banyak pengurangan risikonya. Misalnya, jika mereka melakukan pola makan sehat dan mengurangi konsumsi alkohol, risikonya turun sampai 35 persen. Bila mereka olah raga dan mengikuti pola makan sehat serta mengurangi enyakit serangan bisa menurunkan risiko alkohol, risikonya turun jantung memang sampai sepertiga. Bila sampai 64 persen. menakutkan. Tetapi pria melakukan lima Studi terhadap pria ini sebenarnya penyakit perubahan sekaligus, dilakukan oleh peneliti yang lebih banyak risikonya bisa berkurang dari Swedia dan sudah menyerang para pria ini sampai 86 persen. diterbitkan dalam Journal bisa dicegah. Pria cukup Berhenti merokok of the American College of menghilangkan perut menurunkan risiko Cardiology. Para peneliti buncit, mengurangi sampai 36 persen menghitung 80 persen konsumsi alkohol, jalan sementara pola makan serangan jantung pada kaki 40 menit sehari, sehat menurunkan pria bisa dihindari lewat lebih banyak makan sampai 25 persen. perubahan gaya hidup sayur dan buah serta Mengurangi minuman menjadi lebih sehat. berhenti merokok. beralkohol sampai Penelitian ini mengikuti Sebuah studi terhadap kurang dari tiga unit pria dari usia 45 sampai 20.271 pria menemukan menurunkan risiko 79 selama 11 tahun. Di empat dari lima serangan serangan jantung delapan awal penelitian mereka jantung dapat dicegah persen. diberi sejumlah pertanyaan dengan gaya hidup sehat. Mengurangi lingkar mengenai gaya hidup. Bahkan melakukan satu pinggang sampai kurang Dr. Agneta Akesson, perubahan hidup sehat dari 90 cm bermanfaat associate professor
P
58 SINAR BNN EDISI V - 2014
dari Karolinska Institutet di Stockholm mengatakan,”Tidaklah mengejutkan bahwa pilihan gaya hidup sehat mengurangi risiko serangan jantung. Hal yang mengejutkan adalah betapa drastis risiko itu turun.” “Penting untuk dicatat bahwa perilaku gaya hidup itu bisa diubah dan mengubah perilaku dari risiko tinggi ke risiko rendah dapat berdampak besar terhadap kesehatan jantung. Hal terbaik yang kita bisa lakukan adalah mengadopsi gaya hidup sedini mungkin,” imbuhnya. Sekitar 62 ribu pria mendapat serangan jantung setiap tahun di Inggris. Serangan jantung pada wanita terjadi 38 ribu per tahun. Perbedaan besar kejadian serangan jantung berdasarkan jenis kelamin ini sebagian disebabkan oleh faktor keturunan dan juga perbedaan gaya hidup. Peneliti berpendapat banyak serangan jantung pada wanita tidak terdiagnosa karena wanita tak mengalami gejala-gejala khas seperti nyeri dada.(kmps)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
artikel
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN59 EDISI V - 2014
SINAR BNN EDISI V - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara