Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN EDISI IX - 2014
2 SINAR BNN EDISI IX - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
dariredaksi
Barometer Gerakan Revolusi Mental Pelindung DR. Anang Iskandar, SiK,SH,MH Penasehat Drs. Nicolaus Eko Riwayanto, PGD, MSc Drs. Taufik
Dewan pengarah Yappi Wilem Manafe, SH Drs. V. Sambudiyono, MM dr. Diah Setia Utami SpKJ, MARS Drs. Deddy Fauzi Elhakim Charles Victor Sitorus Drs. Ahwil Luthan Dewan Redaksi Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si, Ir. Eswe Andrisias Tanpas, DR. Sulastiana, SIP, SH, M.Si, Adikta Suryaputra, SH. Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si Redaktur Pelaksana Eswe Andrisias Tanpas Redaktur DR. Sulastiana, SIP, SH, M.Si Adikta Suryaputra, SH Reporter Ari L, Vidya, Budi, FOTOGRAFER Iyan Fauzi Alamat Redaksi Gedung Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia Jl. MT. Haryono No. 11, Cawang, Jakarta Timur Telp. 021 - 80871556, 80871557 Fax. 021 - 80852525, 80871591, 80871592 Design Grafis/Layout tanpas design Percetakan CV. Viva Tanpas
Majalah SINAR bisa diunduh di : www.indonesiabergegas.com
M
enteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi menyebut BNN sebagai salah satu instansi baromenter gerakan revolusi mental dan menjadi lembaga kredibel yang menyelesaikan persoalan sosial. Salah satu indikator revolusi mental yang tampak jelas ditunjukkan BNN dalam bentuk implementasi pembinaan kepada para pengguna narkoba. Artinya, penanganan kasus yang dilakukan BNN tidak hanya dalam konteks penegakan hukum terhadap penjahat narkoba, akan tetapi ada langkah pembinaan pada para penyalah guna narkoba. Yuddy setuju dengan pola penanganan BNN terhadap penyalah guna narkoba melalui rehabilitasi. Sebagai instansi yang melakukan pelayanan kepada publik, BNN dituntut untuk bekerja lebih profesional agar bisa melayani kebutuhan masyarakat, sehingga ke depannya tidak ada keluhan dari masyarakat yang merasa dirugikan. Dalam konteks rehabilitasi, Menpan berpesan agar BNN semakin serius menggarap rehabilitasi sehingga benar-benar dapat membina para pengguna sehingga ketika telah menyelesaikan program, mereka dapat kembali produktif di tengah masyarakat. Jika BNN benar-benar serius, maka BNN akan jadi salah satu ujung tombak yang dapat melakukan kampanye nasional revolusi mental untuk generasi muda,” ujar menteri yang gemar olahraga ini. Menurut Yuddy, penting bagi masing-masing pihak untuk bekerja lintas sektoral, dan menghilangkan ego sektoral, sehingga dengan sinergitas yang dijalin dengan maksimal akan mendukung pembangunan nasional. Dalam kesempatan tersebut, Yuddy juga mengingatkan bahwa siapa saja bisa terlibat narkoba. Tak cuma artis, pegawai negeri sipil (PNS) pun ada yang terlibat kasus narkoba. Seluruh PNS dilarang menggunakan narkotika. Dan harus ada tindakan keras untuk mereka. Bagaimana mungkin aparatur negara jadi teladan masyarakat, jadi tulang punggung implementasi revolusi mental di bidang reformasi birokrasi, kalau dia sendiri pengguna narkoba. Wah kacau. KemenPAN-RB telah menjalin kerja sama dengan BNN. Kerja sama ini dilakukan agar seluruh PNS di Indonesia terbebas dari narkoba. KemenPAN mengundang BNN dan tim untuk mengetes kesehatan, apakah random atau keseluruhan seluruh PNS di KemenPAN. Politikus Partai Hanura itu memastikan, PNS yang terlibat narkoba akan ditindak tegas. Akan ada sanksi administratif atau rehabilitasi yang diberikan bagi PNS nakal tersebut. Pastikan seluruh PNS tidak terlibat narkoba. Kalau ada akan ditindak secara administrative. Kepala BNN, DR Anang Iskandar mengatakan, pelayanan BNN terhadap masyarakat dalam konteks rehabilitasi telah menjadi langkah yang sangat penting. Rehabilitasi dilakukan agar penggunanya pulih sehingga mereka bisa kembali reintegrasi dan kembali produktif sehingga mereka tidak PEMIMPIN REDAKSI akan menjadi beban negara dan keluarga.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 3 EDISI IX - 2014
daftar isi LIPUTAN UTAMA : Berantas Narkoba............................................ 5
Kementan....................................................... 8 Kemenkominfo................................................ 9
LIPUTAN UTAMA
BNN Barometer Revolusi Mental Bulog Bentuk Satgas...................................... 10
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi menyebut BNN sebagai salah satu instansi baromenter gerakan revolusi mental dan menjadi lembaga kredibel yang menyelesaikan persoalan sosial. Salah satu indikator revolusi mental yang tampak jelas ditunjukkan BNN dalam bentuk implementasi pembinaan kepada para pengguna narkoba. Artinya, penanganan kasus yang dilakukan BNN tidak hanya dalam konteks penegakan hukum .................................................................................. 6
Mahasiswa IKJ.............................................. 11 BNN Fokus................................................... 12 Berantas Narkoba.......................................... 13 Pengguna Narkoba......................................... 14
PUBLIK FIGURE
Ridwan Saidi.............................................. 46 KH. Maman................................................ 47
LINTAS SEKTORAL
SIRAMAN ROHANI
Pemerintah Diminta....................................... 16 Parlemen Muda Jakarta.................................. 17 Pemkot Pontianak......................................... 18
Mengenang Jasa..........................................52
TESTIMONI
Pendidikan Keluarga..................................... 19
Berantas Narkoba....................................... 54
Konflik Rumah Tangga.................................... 20 Konselor Adiksi............................................ 21
TIPS SEHAT
OPINI Tips Terbaik................................................. 22
ASPIRASI WARGA Strategi Pencegahan...................................... 24 Jangan Berhenti............................................. 26
Gula Darah Rendah..................................... 56
KOLOM Antisipasi Penyalahgunaan................................. 28 Perubahan Wajah.............................................. 29
ARTIKEL Terapi Mengatasi............................................... 30
LIPUTAN KEGIATAN
Cegah Narkoba.................................................. 34
ARTIKEL
Jalan Terjal....................................................... 36
KASUS
BNN Gerebek.................................................... 39
4 SINAR BNN EDISI IX - 2014
Redaksi menerima tulisan dengan syarat: Panjang tulisan 2 halaman kuarto diserta foto minimal 2 lembar. Dilengkapi identitas dan alamat jelas. Kami juga menerima kritik dan saran dari pembaca.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Berantas Narkoba BNN Dorong Penambahan Tempat Rehabilitasi “Ketika bisnis narkoba tidak lagi menguntungkan tentu bandar narkoba akan angkat kaki dari Indonesia,” ujar Kepala BNN Anang Iskandar,
B
adan Narkotika Nasional (BNN) membutuhkan lebih banyak tempat rehabilitasi pecandu narkoba agar bandar narkoba secara alami bisa dikurangi jumlahnya. “Ketika bisnis narkoba tidak lagi menguntungkan tentu bandar narkoba akan angkat kaki dari Indonesia,” ujar Kepala BNN Anang Iskandar, di Jakarta, belum lama ini. Menurutnya, dengan merehabilitasi pemakai narkoba, berarti mengurangi konsumen bandar narkoba yang beredar di Indonesia. Maka, Anang yakin, produksi narkoba akan berkurang secara perlahan-lahan. Dari data BNN,
Indonesia masih menjadi ladang subur untuk peredaran narkoba karena pemakainya semakin bertambah. Maka, BNN bersama tujuh instansi terkait membuat peraturan bersama (Perber) untuk merehabilitasi pemakai narkoba ke lembaga rehabilitasi. “Perber tersebut mengatur penanganan penyalahgunaan narkoba dengan asesment terpadu oleh tim hukum dan tim kesehatan,” jelas Anang. Fungsinya, untuk
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
mengidentifikasi pengguna murni dan pengguna yang memiliki tingkat ketergantungan narkoba,“Mereka akan direhabilitasi sampai pemeriksaan di pengadilan, ini sesuai dengan UU. Hitungannya sebagai proses menjalani hukuman,” ujar Anang Sebanyak 16 kota di Indonesia menjadi percontohan untuk penangangan penyalahgunaan narkoba. Medio Desember 2014, BNN mencatat ada 149 pemakai narkoba sedang
menjalani proses hukuman dengan penanganan asesment terpadu. Sedangkan sebanyak 988 orang telah ditempatkan di empat tempat rehabilitasi milik BNN. Yaitu, Balai Besar Rehabilitasi Lido di Bogor, Balai Rehabilitasi Baddoka di Makassar, Balai Rehabilitasi Tanah Merah di Samarinda dan Loka Rehabilitasi Batam di Kepulauan Riau,“Semoga tempat rehabilitasi ini bertambah,” harap Anang. (pas) SINAR BNN 5 EDISI IX - 2014
liputanutama
BNN Barometer Revolusi Mental M
enteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi menyebut BNN sebagai salah satu instansi baromenter gerakan 6 SINAR BNN EDISI IX - 2014
revolusi mental dan menjadi lembaga kredibel yang menyelesaikan persoalan sosial. Salah satu indikator revolusi mental yang tampak jelas ditunjukkan BNN dalam bentuk
implementasi pembinaan kepada para pengguna narkoba. Artinya, penanganan kasus yang dilakukan BNN tidak hanya dalam konteks penegakan hukum terhadap penjahat
narkoba, akan tetapi ada langkah pembinaan pada para penyalah guna narkoba. Yuddi setuju dengan pola penanganan BNN terhadap penyalah guna narkoba melalui
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama rehabilitasi. “Seperti dikatakan Kepala BNN, penyalah guna narkoba sudah menyentuh angka 4,2 juta jiwa, dan ini setara dengan penduduk Singapura,” kata Yuddy saat melakukan pertemuan dengan Kepala BNN, di Cawang, Jakarta, belum lama ini. Sebagai instansi yang melakukan pelayanan kepada publik, BNN dituntut untuk bekerja lebih profesional agar bisa melayani kebutuhan masyarakat, sehingga ke depannya tidak ada keluhan dari masyarakat yang merasa dirugikan. Dalam konteks rehabilitasi, Menpan berpesan agar BNN semakin serius menggarap rehabilitasi sehingga benar-benar dapat membina para pengguna sehingga ketika telah menyelesaikan program, mereka dapat kembali produktif di tengah masyarakat. Jika BNN benar-benar serius, maka BNN akan jadi salah satu ujung tombak yang dapat melakukan kampanye nasional revolusi mental untuk generasi muda,” ujar menteri yang gemar olahraga ini. Menurut Yuddy, penting bagi masingmasing pihak untuk bekerja lintas sektoral, dan menghilangkan ego sektoral, sehingga dengan sinergitas yang dijalin dengan maksimal akan mendukung pembangunan nasional. Dalam kesempatan
tersebut, Yuddy juga mengingatkan bahwa siapa saja bisa terlibat narkoba. Tak cuma artis, pegawai negeri sipil (PNS) pun ada yang terlibat kasus narkoba,”Seluruh PNS dilarang menggunakan narkotika. Dan harus ada tindakan keras untuk mereka. Bagaimana mungkin aparatur negara jadi teladan masyarakat, jadi tulang punggung implementasi revolusi mental di bidang reformasi birokrasi, kalau dia sendiri pengguna narkoba. Wah kacau, nggak boleh,” ujar Yuddy. Yuddy mengatakan, KemenPAN-RB telah menjalin kerja sama dengan BNN. Kerja sama ini dilakukan agar seluruh PNS di Indonesia terbebas dari narkoba.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
“Kami mulai dari KemenPAN. Kami mengundang BNN dan tim untuk mengetes kesehatan, apakah random atau keseluruhan seluruh PNS di KemenPAN. Silakan berkomunikasi dengan deputi kami untuk dites,” ujar dia. “Ada tes urine, sel rambut, mungkin sel darah silakan,” imbuh Yuddy. Politikus Partai Hanura itu memastikan, PNS yang terlibat narkoba akan ditindak tegas. Akan ada sanksi administratif atau rehabilitasi yang diberikan bagi PNS nakal tersebut,”Pastikan seluruh PNS tidak terlibat narkoba. Kalau ada akan ditindak secara administratif, kami minta
BNN untuk rehabilitasi,” ujar dia. “Sehingga arahan bapak presiden, revolusi mental yang sebenarnya membersihkan cara pandang jasmani dan rohani seluruh masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda,” tandas Yuddy. Sementara itu, Kepala BNN, DR Anang Iskandar mengatakan, pelayanan BNN terhadap masyarakat dalam konteks rehabilitasi telah menjadi langkah yang sangat penting. Rehabilitasi dilakukan agar penggunanya pulih sehingga mereka bisa kembali reintegrasi dan kembali produktif sehingga mereka tidak akan menjadi beban negara dan keluarga,”pungkas Anang.
SINAR BNN 7 EDISI IX - 2014
liputanutama
Kementan Jadi Pelopor Lingkungan Kerja Bebas Narkoba
K
ementerian Pertanian (Kementan) menegaskan sikapnya sebagai lingkungan kerja bersih narkoba. komitmen tersebut ditunjukkan dengan berbagai upaya yang dilakukan guna mencapai kondisi tersebut. Menurut Kepala Bagian Perencanaan Kementan, Suwandi, langkah pertama yang dilaksanakan dengan menggelar secara rutin kegiatan bersifat pembekalan informasi mengenai bahaya narkoba ke pegawai. Hal itu diutarakannya saat kegiatan Pemberdayaan Lingkungan Masyarakat dalam P4GN bersama Badan Narkotika Nasional (BNN), di Jakarta, belum lama ini. “Kalau pegawai menyadari bahaya narkoba, secara otomatis akan menghindarinya. Itu makanya kami merasa penjelasan tentang narkoba perlu terus disampaikan ke pegawai,” kata Suwandi. Melalui kegiatan semacam ini, diharapkan para pegawai dapat menjelaskan apa yang
8 SINAR BNN EDISI IX - 2014
diperoleh kepada kalangan masyarakat lainnya. Dengan demikian bukan hanya kalangan pegawai saja yang terhindar dari narkoba, namun juga masyarakat lain diluar jajaran Kementan, “Indonesia akan sehat dan kuat kalau masyarakatnya bersih narkoba, Kementan ingin jadi pelopornya,” tandas Suwndi. Selanjutnya Kementan akan menerapkan aturan tegas kepada pimpinan
dan pegawai yang diketahui menyalahgunakan narkoba. Agar para penyalahguna tersebut nantinya tidak menularkan perilaku buruk itu ke rekan kerjanya,“Kalau mau dipecat, silahkan coba narkoba,” tegas Suwandi. Untuk ke depan, Kementan akan membentuk satuan tugas anti narkoba di jajarannya. Saat ini keinginan tersebut dalam
pembahasan di tingkat pimpinan yang berwenang. Sementara itu, Kasubdit Lingkungan Kerja dan Masyarakat BNN Dik Dik Kusnadi menyatakan, tanggung jawab mewujudkan lingkungan bersih narkoba merupakan tugas seluruh komponen. Lingkungan kerja bersih narkoba turut menunjang terealisasinya profesionalitas dan hasil yang ingin dicapai. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Kemenkominfo Ciptakan Lingkungan Kerja Bebas Narkoba
K
ementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) secara tegas menyatakan siap melakukan berbagai upaya guna menangkal penyalahgunaan narkoba di lingkungan kerjanya. Sikap itu mengemuka pada kegiatan Pemberdayaan Lingkungan Kerja Pemerintah dalam P4GN bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), di Jakarta, belum lama ini. Untuk mewujudkan situasi seperti itu, menurut Sekretaris Jenderal Kemenkominfo Suprawoto, pihaknya akan melakukan tes urine sebagai langkah awal. Melalui langkah tersebut, diharapkan menjadi cara preventif mengantisipasi disalahgunakannya narkoba,“Sehingga kami mengetahui siapa pelaku penyalahguna narkoba dan yang tidak,” ujar Suprawoto. Sampai sejauh ini, katanya, belum ada pegawai di lingkungan Kemenkominfo yang terungkap keterlibatannya dengan
narkoba. Namun, bukan berarti itu menjadi tolak ukur Kemenkominfo aman dari ancaman narkoba,“Kapan dan siapa saja dapat menjadi sasaran narkoba. Oleh karenanya setiap saat pula harus membentengi lingkungan kerja dari masuknya narkoba,” kata Suprawoto. Dalam aksi menangkal narkoba, Kemenkominfo akan membentuk satuan tugas anti narkoba yang diorganisir oleh pegawai. Disitu mereka akan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
mempunyai program cara-cara strategis menjaga Kemenkominfo dari penyalahgunaan narkoba. Sementara itu, Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi Kemenkominfo Cecep Ahmad Faisal menjanjikan pada setiap kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai Kemenkominfo akan disisipkan materi mengenai bahaya narkoba. Para pegawai akan dibagun
kepeduliannya menanggulangi narkoba dengan tujuan menjaga masa depannya dari kehancuran. Kasubdit Lingkungan Kerja dan Masyarakat BNN Dik Dik Kusnadi mengapresiasi upaya yang ditunjukkan Kemenkominfo dalam melawan narkoba. Ia menilai, lingkungan kerja yang bersih narkoba menunjang meningkatnya produktifitas kerja bagi masyarakat. (pas) SINAR BNN EDISI IX - 2014
9
liputanutama
Bulog Bentuk Satgas Anti Narkoba B
adan Urusan Logistik (Bulog) menganggap lingkungan kerja bersih narkoba merupakan kondisi yang mutlak perlu direalisasikan. Untuk menuju itu, maka menjadi tanggung jawab seluruh pimpinan dan pegawai membentengi Bulog sebagai sasaran narkoba. “Itu kewajiban, tidak ada yang merasa sebagai pimpinan atau pegawai menjadikan Bulog tanpa narkoba,” kata Kepala Divisi Sumber Daya Manusia Bulog, Rini, pada kegiatan Pemberdayaan Lingkungan Kerja Pemerintah dalam P4GN yang digelar bersama Badan Narkotika Nasional (BNN), di Jakarta, barubaru ini. Untuk mencapai hal tersebut, diakuinya bukan upaya yang mudah. Anggapan mengenai narkoba merupakan tanggung jawab lembaga penegak hukum pasti mengemuka pada pandangan pegawai,“Namun bukan berarti menjadi putus asa dan hilang semangat turut serta memerangi narkoba,” ujar Rini Agar pegawai menyadari bahaya 10 SINAR BNN EDISI IX - 2014
narkoba serta mengenali modusnya, Rini memandang kegiatan seperti ini dirasa amat penting. Kesadaran akan akibat penyalahgunaan narkoba secara sendirinya akan muncul dari diri pegawai karena telah mendapat pembekalan,“Bulog secara rutin akan melaksanakan kegiatan semacam ini agar semakin tinggi kepedulian pegawai
berpartisipasi menanggulangi narkoba,” tandas Rini. Guna memperkuat Bulog ke depan dalam menangkal narkoba, Rini mengungkapkan keinginannya membentuk satuan tugas anti narkoba di tingkat pegawai. Satuan tersebut nantinya akan bekerja dalam mengawasi Bulog dari ancaman narkoba dan menyampaikan informasi
bahayanya kepada sesama pegawai. Sementara itu, Kasubdit Lingkungan Kerja dan Masyarakat BNN Dik Dik Kusnadi menyatakan, tanpa kepedulian maka sulit mewujudkan bangsa bersih narkoba. Ia menegaskan, penyalahgunaan narkoba akan merebak luas karena masyarakat memandang bukan sebuah perkara besar.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Mahasiswa IKJ Komitmen Tolak Narkoba
M
ahasiwa memiliki tantangan besar dalam pergulatan akademiknya. Tantangan tersebut muncul dari diri sendiri maupun lingkungan luar. Seorang mahasiswa yang tidak mampu mengatasi tantangan itu, maka akan dipastikan gagal merengkuh tujuan menjadi sarjana dan bermanfaat bagi masyarakat. Contoh tantangan yang harus diatasi tersebut ialah tegas menolak narkoba. “Kalau mahasiswa terbujuk rayuan ikut mengonsumsi narkoba, tinggal menunggu
kehancuran saja, semua impiannya akan berantakan karena besarnya kerugian yang diakibatkan zat berbahaya itu,” tandas Rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Wagiono Sunarto, pada kegiatan Pemberdayaan Lingkungan Perguruan Tinggi dalam P4GN, di Cikini, Jakarta, belum lama ini. Semua itu akan dapat dilalui, bila mahasiswa mempunyai komitmen menolak narkoba. Wagiono mengungkapkan, sikap diri seperti itu hanya akan tumbuh jika menyadari bahaya narkoba dan keinginan merealisasikan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
cita-citanya. “Apalagi mahasiswa sudah berbeda statusnya dengan pelajar. Mahasiswa memiliki waktu luang lebih banyak dengan jam studinya, itu membuat situasi masuknya penyalahgunaan narkoba juga lebih besar,” imbuhnya. Untuk itu Wagiono mengajak mahasiswa, selain memiliki komitmen menolak narkoba, juga mengisi waktu luangnya melalui aktifitas positif. Agar tidak terjerumus pergaulan yang salah seperti menggunakan narkoba,“Disini saya
mengajak seluruh mahasiswa IKJ aktif ikut membasmi narkoba melalui langkah seni,” cetusnya. Sedangkan Direktur Peran Serta Masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN) Brigjen Pol Siswandi menyatakan, mahasiswa selain agen perubahan juga merupakan pelopor penanggulangan narkoba di dalam dan luar kampus. Dirinya mengingatkan, bangsa ini menjadikan generasi muda sebagai tulang punggung, oleh karenanya jangan merusak diri dengan narkoba. (pas) SINAR BNN 11 EDISI IX - 2014
liputanutama
BNN Fokus Rehabilitasi
Pengguna Narkoba
“Di tahun 2014, strategi melawan sindikat narkoba berputar arah. Fokus penanganan bagi penyalah guna narkoba sedikit berada di garis depan (rehabilitasi),” kata Anang. 12 SINAR BNN EDISI IX - 2014
K
epala Badan Narkotika Nasional (BNN) Anang Iskandar mengatakan, dari tahun ke tahun jumlah sindikat pengedar narkoba yang diungkap semakin meningkat. Menurutnya, para bandar narkoba itu menggunakan modus-modus baru dalam menyebarkan barang haram tersebut. Menurut Anang, BNN terus melakukan segala usaha untuk menekan supply dan demand agar permasalahan narkoba segera selesai. Pada 2014 ini pihaknya memutar
arah dalam menangani kasus narkoba. “Di tahun 2014, strategi melawan sindikat narkoba berputar arah. Fokus penanganan bagi penyalah guna narkoba sedikit berada di garis depan (rehabilitasi),” kata Anang. Namun, kata Anang, pihaknya juga tidak mengendorkan pemberantasan narkoba dengan upaya pencegahan di semua lini. Inilah revolusi mental ala BNN dalam penangananan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba. “Jika langkah rehabilitasi berjalan sukses, maka tak ada lagi penyalahguna yang merogoh koceknya untuk narkoba,” tuturnya. Anang juga berpesan untuk para penegak hukum narkotika agar memiliki orientasi untuk merehabilitasi para penyalah guna narkoba daripada menjebloskan mereka ke penjara. “Pesan ini merupakan pilihan humanis dan terbaik menurut undangundang bagi masa depan bangsa,” tandasnya.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Berantas Narkoba BNN Jalin Kerjasama dengan BPOM
A
gar masyarakat Indonesia terbebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) menandatangani nota kesepahaman, sebagai landasan kerjasama yang sinergis mengenai pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan, serta peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. Selama ini, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Untuk kegiatan pemberantasan yang telah dilakukan pemerintah adalah dengan pengungkapan jaringan penyeludupan narkotika dan pengungkapkan pabrik narkotika. Sedangkan kegiatan pencegahan melalui kampanye nasional program Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), serta rehabilitasi. Apalagi saat ini, dunia
tengah digemparkan dengan peredaran 348 jenis narkotika baru yang dikenal dengan nama new phsycoactive substance (NPS). Di Indonesia, BNN telah menemukan sekitar 29 jenis NPS yang berdampak sama seperti ekstasi dan sabu-sabu. Bahkan, beberapa NPS memiliki dampak yang berbahaya, sampai mematikan. Maka itu, dengan nota kesepahaman ini, BPOM dan BNN telah sepakat untuk melakukan pertukaran informasi terkait pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
narkotika, psikotropika, dan prekursor narkotika; 1. Penyusunan ketentuan hukum dan/ atau pedoman terkait peredaran bahan psikoaktif baru, 2. Peningkatan kompetensi dan kapasitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan, 3. Pemeriksaan tes/uji narkoba 4. Pelaksanaan sosialisasi program wajib lapor dan rehabilitasi bagi pecandu, penyalah guna, dan korban penyalahgunaan narkotika dan prekursor narkotika. Dalam nota kesepahaman itu, juga
dilakukan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat melalui diseminasi informasi, dan advokasi tentang pencegahan dan penyalahgunaan, serta peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. Dengan nota kesepahaman yang telah ditandantangi oleh BPOM dan BNN, keduanya memiliki dasar yang kuat untuk meningkatkan kerjasama dalam melindungi kesehatan masyarakat dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. (pas) SINAR BNN 13 EDISI IX - 2014
liputanutama
Pengguna Narkoba Mirip Orang Sakit Jiwa K
epala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol DR. Anang Iskandar mengatakan ada 4,2 juta pengguna narkoba di Indonesia. Menurutnya, para pemakai tersebut tidak beda dengan orang sakit jiwa. “ Bangsa Indonesia sedang prihatin karena ada 4,2 juta yang terlanjur konsumsi narkoba. Orang yang konsumsi narkoba itu orang sakit . Pengguna narkoba hanya bisa sembuh melalui rehabilitasi. Ini yang harus kita pahami, pengguna narkoba bukan orang yang gaya hidupnya hebat, tapi orang sakit. Orang yang mirip dengan sakit jiwa,” terang Anang, di Stadion GBK, Jakarta, belum lama ini. Anang menjelaskan, para pemakai narkoba memerlukan bantuan dari pihak yang sehat. Walau pemakai narkoba dikategorikan penjahat, tapi sebenarnya mereka adalah korban,”Mereka ini perlu bantuan dari kita semua. Mereka hanya bisa disembuhkan dengan rehabilitasi,” imbuh dia. Di depan ribuan orang 14 SINAR BNN EDISI IX - 2014
yang hadir dalam ibadah akbar Indonesia Penuh Kemuliaan itu, Anang mengajak agar jangan sampai terjerat narkoba. Ia berpesan agar mereka yang tak mengonsumsi barang haram ini harus teguh hatinya agar tak gampang dirayu. “4,2 Juta itu cukup besar, walau sisanya sehat. Saya pesan yang termasuk 171 juta orang yang sehat ini jaga dirinya, karena yang 4,2 juta ini suka ajak yang
sehat agar bisa masuk grup pengguna narkoba. Ini yang saya minta pada komunitas untuk jaga,” tegas dia. “Yang sakit harus dipaksa atau didorong rehabilitasi. Pengguna narkoba nggak berasa sakit, tapi melalui tangan kita yang di sini, saya ajak para pecandu untuk stop,” tambah Anang. Sementara, kepada BNN sendiri, Anang menjanjikan penyidik dan petugas lapangan akan
bekerja keras menangkap para bandar dan pengedar narkoba. “Tugas kita, memasukan mereka dalam penjara agar tidak lagi mengedarkan narkoba di Indonesia. Melalui komunitas ini, saya ajak agar mendorong penegak hukum memasukan bandarbandar dan tak menutup kemungkinan di dalam undang-undang kita, mereka dapat dihukum mati,” tandas Anang.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputanutama
Sembuhkan Pengguna, Bandar
Narkoba Bisa Bangkrut “Sekarang ini sudah terlalu banyak pengedar dan pengguna narkoba. Untuk itu, untuk mewujudkan Indonesia bersih dan bebas dari narkoba, kita harus menekan pengguna sampai derajat terendah maka bandar narkoba akan bangkrut,”
B
adan Narkotika Nasional (BNN) menyelenggarakan acara Penyuluhan Akbar dalam upaya Pencegahan Pemberantasan Penggunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Tujuannya, untuk memberikan pemahaman dan strategi kepada masyarakat dalam menangani kasus narkoba. Kepala BNN, DR. Anang Iskandar mengatakan, selama ini pengguna narkoba dihukum penjara, namun ternyata itu bukan hukuman yang tepat. Kenyataannya, sampai saat ini permasalahan
narkoba tidak pernah selesai. Menurutnya, pengguna narkoba sama dengan orang yang sakit dan hukuman yang tepat adalah rehabilitasi,“Sekarang ini sudah terlalu banyak pengedar dan pengguna narkoba. Untuk itu, untuk mewujudkan Indonesia bersih dan bebas dari narkoba, kita harus menekan pengguna sampai derajat terendah maka bandar narkoba akan bangkrut,” kata
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Anang di Jakarta, belum lama ini. Sementara itu, Sri Rachma Chandrawati dari Rumah Kreasi Indonesia Hebat mengatakan, acara ini merupakan wujud dari sebuah keinginan dukungan kepada pemerintah untuk mencegah penyalahgunaan narkoba. ”Jangan sampai generasi mendatang terkena bahaya narkoba, dari segala kalangan baik masyarakat, mahasiswa, pelajar maupun relawan
harus mempunyai komitmen bersama untuk bebas dari narkoba,” ujar Sri Rachma yang juga Ketua Umum Indonesia Hebat. Sri mengatakan, RKIH telah membentuk tim peggerak nasional anti narkoba dan telah mendeklarasikan komitmen sejuta kader anti narkoba dari relawan RKIH dan PIH. Mereka terdiri dari berbagai elemen masyarakat, mahasiswa, pelajar, dan komunitas. (sna) SINAR BNN 15 EDISI IX - 2014
lintassektoral
Pemerintah Diminta Serius Berantas Narkoba “Narkoba menjadi bisnis yang menggiurkan di negara ini, tidak ada bisnis yang dalam waktu singkat dan cepat menuai keuntungan besar kecuali narkoba,” tegas Erlangga,
B
elum genap sebulan peristiwa penggerebekan di Kampung Bahari yang menjadi sarang narkoba, petugas BNN kembali menggerbek perumahan elit di Karang Elok, Blok I Barat V, No 27, Pluit, Jakarta Utara, yang menjadi gudang narkoba jenis Sabu. Sebanyak 150 kilogram sabu yang disimpan dalam 80 kardus, yang dikamuflasekan dengan mainan anak-anak dan manisan makanan tersebut pun disita BNN. Pengamat kriminolog UI, Erlangga Masdiana, 16 SINAR BNN EDISI IX - 2014
merasa sangat prihatin dengan maraknya peredaran narkoba di Indonesia. Menurutnya, sekarang narkoba sudah beredar sampai ke desadesa di mana sudah sampai kepada anak-anak yang menjadi korban, sebagai pecandu barang haram tersebut. “Narkoba menjadi bisnis yang menggiurkan di negara ini, tidak ada bisnis yang dalam waktu singkat dan cepat menuai keuntungan besar kecuali narkoba,” tegas Erlangga,
saat dihubungi Majalah Sinar, belum lama ini. Lanjut Erlangga, Pemerintah harus segera menyelesaikan permasalahan ini. Sebab, kata Erlangga, Indonesia dapat hancur jika generasi penerus bangsa sudah mejadi pecandu narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Kurangnya jumlah aparat Kepolisian, menjadi salah satu faktor penyebab sulitnya memberantas narkoba. Kemudian, kata Erlangga,
tertundanya pengesahan hukuman mati bagi pengedar menjadi preseden buruk bagi Indonesia. “Pemerintah harus lebih menguatkan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk pemberantasan narkoba, seperti pihak Kepolisian dan Badan Narkotika Nasional (BNN), jika tak ingin masa depan Negara hancur akibat generasi muda ketergantungan dengan Napza ” pungkasnya.(pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lintassektoral
Parlemen Muda Jakarta
Gandeng BNN Perangi Narkoba
K
inerja Badan Narkotika Nasional (BNN) yang konsisten melakukan pencegahan dan penindakan terhadap pelaku peredaran narkotika, khususnya di Jakarta mendapat apresiasi Parlemen Muda Jakarta (PMJ). PMJ pun berinisiatif mengundang BNN untuk mesinkronisasikan program terkait penanggulangan penyalahgunaan narkotika di Jakarta. Hasil pertemuan kedua belah pihak, baik PMJ dan BNN bersepakat akan mengusulkan kepada Pemprov DKI untuk menyediakan tempat
rehabilitasi para pengguna narkoba. “Aturan sekarang para pengguna kan tidak boleh ditahan, melainkan direhabilitasi. Laporan dari BNN, tempat rehabilitasi pengguna narkoba yang ada sekarang sudah tidak dapat menampung lagi. Makanya PMJ dan BNN menyepakati akan mendorong Pemprov DKI menyiapkan tempat rehabilitasi,” terang Taufiqurrahman, belum lama ini. Sementara itu, Wakil Sekjen PMJ Rendhika D Harsono mengatakan, peredaran narkotika di Jakarta sudah dalam taraf sangat mengkhawatirkan,
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
”Berdasarkan fakta yang ada, peredaran narkotika di Jakarta mengalami peningkatan setiap tahunnya, khususnya di kalangan pemuda,” ujar Rendhika. Wakil Ketua Fraksi PPP DPRD DKI ini mengatakan, persoalan peredaran narkotika harus diperangi secara bersama-sama termasuk melibatkan masyarakat umum. “Kami siap menjadi agent of change,” imbuhnya. Dia menambahkan, keterlibatan PMJ ini merupakan bentuk kepedulian para politisi muda di DPRD DKI terhadap kondisi dan situasi di masyarakat.
Rendhika berharap, apa yang dilakukan PMJ dan BNN ini mendapat dukungan dari masyarakat, ”Permasalahan ini merupakan tanggung jawab kita semua untuk menciptakan Indonesia ke depannya yang bebas dari narkotika,” ujarnya. Kepala BNN Komjen Pol DR. Anang Iskandar yang hadir dalam pertemuan ini mengatakan, kehadirannya ke Gedung DPRD di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat selain mesinkronisasikan program dewan dengan pihaknya, juga sekaligus bersilahturahmi. (pas) SINAR BNN 17 EDISI IX - 2014
lintassektoral
Pemkot Pontianak Gelar Sosialisasi UU Narkoba “Sekarang ini penyebaran narkoba sudah sangat luas, bahkan sampai ke anak-anak Sekolah Dasar. Bahkan pejabat negara yang semestinya jadi teladan masyarakat pun ikut terseret kasus narkoba,”
P
emerintah Kota (Pemkot) Pontianak serius dalam upaya memberantas Narkoba di wilayah Kota Pontianak. Salah satunya dengan digelarnya sosialisasi dampak penyalahgunaan narkoba di jajaran Pemkot Pontianak. Sebagai narasumber dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Pontianak dan Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat. Bertempat di Aula Sultan Syarif Abdurrahman. Wakil Walikota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menekankan pentingnya partisipasi
18 SINAR BNN EDISI IX - 2014
semua kalangan masyarakat dalam memberantas penyebaran narkoba di Pontianak,“Sekarang ini penyebaran narkoba sudah sangat luas, bahkan sampai ke anak-anak Sekolah Dasar. Bahkan pejabat negara yang semestinya jadi teladan masyarakat pun ikut terseret kasus narkoba,” ujar Edi. Edi juga menegaskan bahwa upaya pemberantasan narkoba merupakan tanggung jawab semua masyarakat
dengan membangun kemitraan dan jejaring untuk menanggulangi narkoba,“Penyebaran informasi tentang bahaya narkoba kepada pegawai khususnya dan masyarakat pada umumnya harus dilakukan secara rutin dan berkelanjutan, melalui kegiatan sosialisasi seperti ini, media cetak dan media elektronik,” himbaunya. Dalam arahannya Edi juga menekankan, Pemkot Pontianak siap membantu, mendukung
dan memfasilitasi setiap upaya penanggulangan narkoba untuk menciptakan lingkungan Kota Pontianak yang bersih dan bebas dari jeratan narkoba. Kepada jajaran Pemerintah Kota Pontianak, Edi menegaskan, jangan sampai bersentuhan dengan narkoba sedikitpun,“Harus kita hindari itu semua hal-hal yang bisa menyeret kita bersinggungan dengan hal-hal berbau narkoba,” tegasnya. (Uli)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lintassektoral
Pendidikan Keluarga Efektif Hindarkan Anak dari Narkoba
P
enyuluh Muda Diseminasi Informasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Eva Fitri Yuanita mengungkapkan, upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan narkoba adalah menerapkan pendidikan dalam keluarga. Hal itu sampaikan Eva saat menjadi narsumber dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan BNN bersama Kader PKK dan Warga RT 06 Kelurahan Cawang, Minggu kemarin. Menurut Eva, maraknya peredaran narkoba ditengah-tengah masyarakat sangat sulit untuk dicegah. Sehingga, diperlukan peran aktif para orang tua untuk memberikan pemahaman tentang bahaya narkoba kepada keluarganya. “Hingga saat ini, upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orangtua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk
selalu menjauhi narkoba,” ujar Eva. Eva menuturkan, upaya tersebut di atas menjadi solusi yang paling utama yang harus dilakukan. Mengingat, peredaran narkoba sudah sangat memprihatinkan. Karena, tidak saja menyasar kepada lapisan masyarakat tertentu, akan tetapi sampai pada anak usia dini. Penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
mudah mendapatkan narkoba dari oknumoknum yang tidak bertanggung jawab. “Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa di daerah sekolah, diskotik, dan tempattempat perkumpulan genk,” tambahnya. Oleh karena itu, menurut Eva, melalui kegiatan diskusi yang dilakukan oleh BNN ini, diharapkan para orang tua menjadi lebih meningkatkan pengawasan kepada
anaknya agar terhindar dari bahaya narkoba. Selain itu, agar tidak semakin bertambahnya penyalahguna narkoba bagi usia dini dan remaja. “Karena, maraknya peredaran narkoba di tengah mansayarakat, membuat kecil kemungkinan untuk menghindarkan narkoba. Terlihat dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun sudah banyak yang terjerumus narkoba,” tandasnya. SINAR BNN 19 EDISI IX - 2014
lintassektoral
Konflik Rumah Tangga Picu Remaja Konsumsi Narkoba
K
enakalan remaja adalah bentuk kegagalan remaja dalam proses perkembangan jiwanya baik saat masa remajanya itu sendiri maupun masa anak-anak. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan. “Dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan inilah kemudian mereka mencari caranya sendiri untuk menyelesaikan secara instant, termasuk mencoba-coba narkoba.” kata Rusdiana HB, Analis Monitoring Kekambuhan, Deputi Bidang Rehabilitasi BNN, saat diskusi di Aula Kelurahan Pasar Manggis, Jakarta, belum lama ini. Menurut dia, penyalahgunaan narkoba pada remaja dimulai dari coba-coba dan kemudian menjadi kecanduan. “Adik-adik jangan mudah terpengaruh oleh rayuan teman sebaya yang menggunakan narkoba,” sambungnya. Rusdiana menambahkan, biasanya bandar narkoba memanfaatkan rekan
20 SINAR BNN EDISI IX - 2014
sebaya untuk mencari calon-calon pengguna narkoba. Oleh karena itu remaja diminta untuk menjaga dirinya dari penyalahgunaan narkoba. “Adik-adik harus berani menolak segala bentuk penyalahgunaan narkoba,” tegas Rusdiana. Sementara itu Kasi Perencanaan Direktorat Paska Rehabilitasi Deputi Bidang Rehabilitasi BNN, Dokter Yoseph Yody, mengatakan perlu berbagai upaya untuk
mencegah penyalahgunaan narkoba agar tidak semakin merajalela. Salah satu upaya yang bisa dilakukan, lanjut Jody, adalah dengan melakukan kontrol terhadap penggunaan obat-obatan yang sering dipakai,”Penggunaan obat harus sesuai dengan dosis yang tertera di belakang kemasan,” terang Jody. Dulu sebelum BPOM menarik obat-obat batuk yang mengandung
dextromethorphan atau yang dikenal dengan dekstro dari pasaran, banyak remaja yang menggunakan dekstro sebelum tawuran karena penggunaan dalam dosis tertentu dapat meningkatkan kepercayaan diri dan keberanian. “Penggunaan obatobatan secara sembarangan berpotensi menjadi remaja untuk menggunakan narkoba jenis lain,” tutup Jody. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
lintassektoral
Konselor Adiksi Tulang Punggung Antinarkoba P ENGGUNA narkoba termasuk dalam komunitas tersembunyi dimana masih sedikit yang mengakses tempat layanan rehabilitasi. Pada dasarnya, mereka ingin mendapatkan bantuan untuk pulih dan tidak ingin lagi mengonsumsi barang haram tersebut. Situasi ini menjadi tantangan bagi konselor adiksi agar dapat berperan penting. Kuncinya, konselor adiksi harus memiliki kepedulian tinggi menjangkau sekaligus memberikan edukasi pada para pengguna narkoba supaya mau direhabilitasi. Kepedulian memang jadi salah satu poin penting yang harus dimiliki seorang konselor. Seperti disampaikan Ishak, yang aktif dalam Komunitas Peduli Napza Yakita. Dia menjelaskan modal penting yang harus dimiliki oleh konselor adalah peduli dan bekerja dari hati. Berangkat dari suara hati inilah dia selalu menyempatkan diri masuk ke komunitas pengguna narkoba dan mengajak mereka berhenti dari kebiasaan buruknya tersebut. Dia juga meminta para pecandu menjalankan serangkaian program rehabilitasi pemulihan dari kecanduan narkoba. Dalam pengamatannya, banyak masalah yang ditemukan ketika
berinteraksi dengan para pecandu. Seperti kesulitan pulih karena pasokan narkoba tinggi. Selain itu, masih jadi ancaman paradigma penegak hukum yaitu tangkap dan penjarakan. Karena itulah, konselor harus rajin menjalin komunikasi yang intens meyakinkan pengguna kalau mereka adalah korban bandar dan pengedar narkoba. ”Kami datangi pecandu dalam kondisi apapun. Mereka terpuruk, kami ada. Dari situlah mereka menerima kita dan program kita,” ungkapnya di sela-sela Kegiatan Peningkatan Kompetensi Konselor Adiksi Bagi Petugas Rehabilitasi Komponen Masyarakat, di Fave Hotel, Cawang, Jakarta
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Timur, belum lama ini. Ana Oktavina Saragih dari BNNK Pematang Siantar, menambahkan hal penting lainnya yang dilakukan konselor memberikan semangat bahwa banyak orang yang masih peduli pada mereka. Menurutnya dorongan terus harus dilakukan agar para pecandu tergerak menjalankan serangkaian program termasuk rehabilitasi memulihkan fisik dan psikis mereka. Menanggapi pentingnya peran para konselor mendukung gerakan rehabilitasi, Direktur Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat Deputi Bidang Rehabilitasi BNN, dr Budyo
Prasetyo, Sp.RM menekankan agar konselor harus meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan pada kliennya. ”Karena itulah Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komp onen Masyarakat BNN mem berikan pelatihan pada 30 konselor yang berasaldari BNN Kota, BNN kabupaten dan lembaga rehabilitasi adiksi berbasis masyarakat,” ungkapnya. Dia juga berharap usai kegiatan ini, peran konselor semakin maksimal dalam memberikan pelayanan rehabilitasi pada kliennya, sehingga angka penyalahgunaan narkoba di tanah air bisa terus ditekan. (pas) SINAR BNN 21 EDISI IX - 2014
opiniopini
Tips Terbaik Membebaskan Otak Dari Kecanduan Narkoba
K
ata “addiction” berasal dari istilah Latin yang kurang lebih memiliki arti “diperbudak oleh” atau “terikat.” Siapapun yang telah berjuang untuk mengatasi kecanduan atau telah berusaha membantu orang lain untuk melakukannya (berjuang mengatasi kecanduan), tentu akan mengerti kenapa mempunyai arti demikian. Ya, ketergantungan memberikan pengaruh panjang dan kuat di otak yang bermanifestasi dalam tiga cara yang berbeda: keinginan terhadap zat adiktif, kehilangan kontrol atas diri sendiri, dan melanjutkan keterlibatan dengan itu meskipun memiliki konsekuensi yang merugikan. Selama bertahuntahun, para ahli percaya bahwa alkohol dan obat keras bisa menyebabkan kecanduan. Teknologi Neuroimaging dan penelitian yang lebih baru malah telah menunjukkan bahwa aktivitas menyenangkan tertentu, seperti perjudian, hasrat berbelanja, dan tindakan seksual dapat juga mengkooptasi otak. Itu artinya otak kita dikudeta oleh apa yang
22 SINAR BNN EDISI IX - 2014
menjadi candu sehingga tidak mampu lagi berpikir dengan moncer, logis, dan cerdas. Apalagi kecanduan narkoba ? jangankan otak kita diajak berpikir logik, diajak mengingat nama sendiri saja bisa jadi blank. Pada tahun 1930an, ketika para peneliti mulai menyelidiki apa yang menyebabkan perilaku adiktif, mereka percaya bahwa orang-orang mengembangkan kecanduan (entah bagaimana) secara cacat moral atau kurang kemauan. Seperti tidak terlalu berbahaya. Konsensus ilmiah telah berubah sejak saat itu. Saat ini kita mengenal kecanduan narkoba sebagai penyakit kronis yang mengubah struktur dan fungsi otak. Sama seperti kerusakan penyakit kardiovaskular pada jantung dan diabetes yang merusak pankreas, kecanduan narkoba benarbenar telah mengkudeta otak manusia. Wewenangnya sebagai pengendali diri kita menjadi tumpul dan makjul. Hal ini terjadi karena otak berjalan melalui serangkaian perubahan, dimulai dengan pengakuan kesenangan (recognition of pleasure)
dan berakhir dengan perilaku kompulsif mengerikan. Pilih Rehabilitasi atau Mati ? Jika teman, sahabat, atau anggota keluarga Anda mulai ada yang ketergantungan dengan narkoba, pastikan tidak terbawa panik, apalagi ikut terbawa mencobanya. Tenangkan diri, rileks, dan kendalikan pikiran dan perasaan pada titik stabil. Jika tidak berusaha tenang, kecil kemungkinannya bisa mengambil kebijakan yang jernih. Sementara Anda sedang diberi amanah sebagai manusia harapan. Orang yang kecanduan narkoba sedang dihadapkan pada 2 (dua) kemungkinan resiko ; penjara dan maut. Cara yang paling mungkin agar dia terhindar dari keduanya adalah rehablitiasi. Sekali lagi, cara yang paling memungkinkan ia terhindar dari kemungkinan dipenjara dan meregang nyawa siasia di usia yang tidak semestinya adalah dengan direhabilitasi. Sangat disarankan Anda tidak mengambil metode penyelamatan selain itu, termasuk
dengan memulihkannya sendiri atau secara internal keluarga. Untuk merehabilitiasi seorang pecandu narkoba, kita harus ingat bahwa kebutuhan setiap orang (pecandu) berbeda. Secara umum, semakin lama dan lebih intens penggunaan narkobanya, biasanya semakin lama dan lebih intens pula pengobatan yang diperlukan. Di pusat rehabilitasi, banyak ahli yang yang akan terus memantau, mengevaluasi, merawat, dan tentu saja mengabdikan hidupnya untuk menyelamatkan anak bangsa dari jurang kehancuran. Terlepas dari panjang program yang bisa memakan waktu beberapa minggu atau bulan, dukungan jangka panjang dan tindak lanjut tetap sangat penting untuk pemulihan. Pusat-pusat rehabilitasi melakukan itu dengan berbagai sarana yang memadai. Konsep rehabilitasi narkoba yang diterapkan Badan Narkotika Nasional (BNN) memiliki program perawatan berkualitas yang tidak hanya seputar penyalahgunaan narkoba, tapi juga mengenai rasa sakit, emosional dan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
opiniopini masalah hidup lainnya yang bisa berkontribusi terhadap kecanduan narkoba. Semuanya dianalisa dan disolusikan. Pusat rehabilitasi narkoba yang baik umumnya akan menawarkan rencana program yang bersifat personal, sebab satu model pemulihan belum tentu cocok untuk semua peserta program. Hal ini dapat dicapai melalui evaluasi klinis yang akan diperhitungkan dalam rencana perawatan (treatment plan) untuk penyesuaian kebutuhan individu. Bersikap terbuka dan tidak sungkan mengajukan pertanyaan untuk mengevaluasi program yang membahas kebutuhan peserta rehabilitasi akan membantu proses kelancaran rehabilitasi. Jadi, jangan ragu untuk menyampaikan apa adanya, apa yang dirasakan, dan apa yang ingin dicapai. Bagaimana jika memilih tidak direhabilitasi ? Itu adalah hak Anda, tapi itu adalah seburukburuknyaAnda mengambil pilihan. Jika orang yang kecanduan itu adalah keluarga Anda, apakah Anda rela nama baiknya –yang secara langsung berhubungan dengan nama baik Anda– rusak seketika saat ia sedang pesta narkoba lalu tertangkap Polisi ? Apakah Anda tidak sakit ketika Anda ingin terbebas dari jeratan
narkoba dan kembali hidup normal tapi ternyata tidak ada satupun yang mempedulikan Anda hingga nyawa lepas dari raga dengan sia-sia ? naudzubillahimindzalik… Jangan menghindar ! jangan jauhi orang yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Lakukan pendekatan persuaif. Yakinkan dia dengan penuh kasih sayang bahwa dia masih punya harapan dan peluang merdeka melalui proses rehabilitasi yang akan berlangsung secara terukur, bahkan bias berlangsung dengan sangat cepat jika ia kooperatif dan mempunyai keinginan yang kuat untuk bersih kembali. Putuskan untuk Melakukan Perubahan Jika Anda bukan yang menjadi korbannya, tetapi orang lain, maka gantilah sub judul di atas menjadi “yakinkan dia untuk melakukan perubahan”. Bagi orang yang kecanduan, langkah terbesar dan terberat menuju pemulihan adalah memutuskan untuk membuat perubahan. Ini normal, untuk perasaan yang diliputi konflik, apalagi ketika seorang penggunanya menyadari proses tersebut butuh perjuangan keras. Perubahan memang tidak mudah, dan berkomitmen untuk mendapatkan ketenangan jangka panjang (tidak sesingkat
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
dalam pengaruh obat) akan melibatkan perubahan banyak hal, termasuk: cara mengatasi stres ; apa yang boleh dan apa yang tidak ; apa yang dilakukan di waktu luang; bagaimana berpikir tentang diri sendiri. Seorang pecandu mungkin bertanya-tanya dalam dirinya “apakah aku benar-benar siap untuk semua perubahan itu ?” Tidak apa-apa jika ia masih merasa gamang, setidaknya pikiran ia sudah mulai mau bekerja untuk menimang antara hancur atau pulih. Dan kita yakin, tidak ada satupun manusia yang ingin hancur, itu artinya kita masih punya kesempatan untuk terus meyakinkan dia agar mau berubah. Memulihkan diri dari kecanduan narkoba adalah proses yang memerlukan kesabaran, membutuhkan waktu, komitmen, motivasi dan dukungan. Ketika seorang pecandu merenungkan situasinya, tips berikut insya Allah dapat membantunya membuat keputusan : Berpikir tentang perubahan Melacak riwayat penggunaan narkoba, termasuk kapan dan berapa banyak yang digunakan. Ini akan menambah tingkat kesadaran bagaimana peran kecanduan telah merusak episode kehidupan dia; Membuat daftar plus dan minus dari proses berhenti, serta biaya dan akibat yang ditimbulkan
jika terus melanjutkan penyalahgunaan narkoba; Pertimbangkan hal-hal yang penting baginya, seperti pasangan, anakanak, karir, bakat, dan tentu saja kesehatannya. Bagaimana penggunaan narkoba mempengaruhi hal-hal tersebut ? Jadilah orang yang bisa dipercaya olehnya. Jika Anda adalah seorang pengguna, bicarakanlah dengan seseorang yang Anda percaya. Mintalah pendapatnya tentang penyahalgunaan narkoba oleh Anda. Ini akan membantu Anda mendapatkan motivasi tambahan, bahwa orangorang begitu menyayangi Anda; Tanyakan pada diri sendiri, hal apa yang dapat membantunya membuat perubahan ? Mempersiapkan perubahan: 5 langkah kunci untuk pemulihan kecanduan Ingatkan diri sendiri tentang alasan ingin berubah. Pikirkan tentang upaya terakhir berhenti (jika ada). Apa yang berhasil ? Apa tidak ? Atur secara spesifik dan target yang terukur, seperti tanggal atau batas penggunaan obat. Hapus hal-hal yang dapat jadi pengingat kecanduan dari rumah dan tempat yang sering disinggahi. Beritahu teman dan keluarga, bahwa Anda sedang berusaha berhenti menggunakan narkoba dan meminta dukungan mereka. SINAR BNN 23 EDISI IX - 2014
aspirasiwarga
Strategi Pencegahan Narkoba
M
encegah lebih baik daripada mengobati, sebuah kalimat sakral bagi mereka yang belum terjamah akan Narkoba. Dalam upaya pencegahan yang terkait tentang masalah ini dapat di bagi dalam tiga kategori yaitu: Pencegahan Primer Adalah bentuk pencegahan yang dilakukan sebelum penyalahgunaan terjadi. Hal ini bisa dimulai dari dalam lingkungan keluarga, kelompok masyarakat, aktivis anti narkoba, dan badan pemerintah. Pencegahan Sekunder Adalah bentuk pencegahan yang dilakukan pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatment) cara ini biasanya ditangani oleh lembaga professional 24 SINAR BNN EDISI IX - 2014
dibidangnya yaitu lembaga medis seperti klinik, rumah sakit dan dokter. Tahap pencegahan ini meliputi: tahap penerimaan awal dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan tahap ditoksikasi dan terapi komplikasi medik dilakukan dengan cara pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap. Pencegahan Tersier Adalah bentuk pencegahan yang dilakukan untuk merehabilitas mereka yang sudah memakai dan dalam proses penyembuhan, upaya ini dilakukan cukup lama oleh lembaga khususnya seperti klinik rehabilitas dan kelompok masyarakat yang dibentuk khusus (therapeutic community). Tahap ini dibagi menjadi
dua bagian yaitu : a. fase stabilitasi yang berfungsi untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat. b. fase sosial dalam masyarakat agar mantan penyalahguna Narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang bermakna di masyarakat. Upaya preventif ini dapat dilakukan dengan dua cara intervensi langsung yaitu : 1. Pencegahan Internal Pencegahan ini dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan dan komunikasi yang baik dengan melibatkan keluarga serta seluruh komponen anak bangsa, dengan memperhatikan dan menitikberatkan pada pola: a. Pengembangan Pengembangan dalam lingkungan keluarga, Agama dan lingkungan tempat
tinggal yang mampu meningkatkan dan menumbuhkembangkan diri anakanak bangsa melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan etika, moral dan keimanan secara optimal dan berjenjang sesuai dengan perkembangannya. b. Penyaluran Penyaluran hobby dan minat yang positif dari dalam diri tiaptiap individu anakanak bangsa dalam keluarga di mulai sejak usia dini secara optimal. c. Perbaikan Memberikan pendidikan Agama, etika, moral dan pemahamanpemahaman positif yang berfungsi sebagai perbaikan dalam memperbaiki kesalahannya, kekurangan-kekurangan, kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam meyakini dan memahami tentang betapa bermaknanya hidup ini jika kita melalukannya dengan baik dan benar pada kehidupan sehari-hari. Perbaikan perbaikan ini harus berlandaskan pada : Aspek keyakinan/Aqidah Yang disebut keyakinan adalah sesuatu yang berkenaan dengan keimanan terhadap Tuhan dan semua yang telah difirmankanNya untuk diyakini. Keyakinan seseorang mudah sekali goyah dan terpengaruh karena sebagai akibat dari lemahnya nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan yang ada dalam dirinya. Aspek norma atau hukum
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
aspirasiwarga Yang dimaksud norma atau hukum adalah aturanaturan atau ketentuan yang telah ditentukan yang mengatur tentang hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta. Aspek ini sering disalahgunakan dalam praktik sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman seseorang terhadap norma atau hukum yang mengatur tentang tata hubungan seseorang berdasarkan nilai-nilai keagamaan. Aspek Perilaku (akhlak) Yang dimaksud dengan perilaku (akhlak) ialah sikap-sikap atau perilaku yang tampak dari pelaksanaan keyakinan dan norma atau hukum. Akhlak menyangkut langsung dengan perkembangan kepribadian seseorang. Seseorang akan mempunyai akhlak yang mulia apabila ia telah memiliki dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan. Tetapi, bila dasar keimanan dan ketaqwaan seseorang rendah, maka rendah pula akhlak dan moral seseorang. Mereka akan berbuat apa saja yang menurut pikiran dan perasaan walaupun bertentangan dengan ajaran keyakinan dan norma atau hukum yang berlaku. 2. Pencegahan External Pencegahan ini dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan dan komunikasi yang baik dengan melibatkan seluruh komponen anak bangsa dengan memperhatikan dan menitikberatkan pada program dan stretegi: a. Membentuk Team Penyuluh, mengadakan pelatihan sekaligus pengukuhan kader penyuluhan anti Narkoba pada pelajar, mahasiswa,
anggota masyarakat, lembaga pemerintah dan non pemerintah lainnya. b. Menyusun dan menetapkan kebijakan pencegahan dan penanggulangan narkoba dalam peraturan dan tata tertib yang disosialisasikan keseluruh komponen masyarakat. c. Melakukan Pendidikan pencegahan secara kurikuler (integrasi pencegahan) yang meliputi aspek pencegahan penyalahgunaan narkoba, pola hidup sehat dan keterampilan sosial (resistance skills) untuk menolak narkoba. d. Memfasilitasi layanan/ kegiatan, konsultasi/ konseling bagi siswa atau mahasiswa yang beresiko tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba. Dalam strategi ini, perlu membentuk dan melatih kelompok penyuluh sebaya/ konselor sebaya. e. Memfasislitasi kegiatan alternatif yang semenarik mungkin bagi siswa dan mahasiswa berupa berbagai bentuk kesenian, kekaryaan, olah raga, kegiatan sosial masyarakat dan lainnya, sebagai kegiatan pengganti atau pilihan lain untuk membantu mengembangkan diri atau mengaktualisasi diri. f. Memfasilitasi layanan atau kegiatan intervensi bagi sekolah/kampus seperti penyediaan “hotline” untuk konsultasi narkoba dan “call number” atau “SMS number” untuk menyampaikan laporan kepada aparat kepolisian tentang adanya penyalahgunaan/peredaran gelap narkoba di sekolah/di masyarakat. Penyediaan “Hotline” atau “Help desk” yaitu saluran telepon khusus bagi siswa/mahasiswa yang
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
memerlukan layanan informasi sekaligus konsultasi masalah narkoba. g. Meningkatkan pengawasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di sekolah/kampus dan di lingkungan sekitarnya melalui Satgas Anti Narkoba dan dukungan dari masyarakat khususnya kepala desa/lurah; Babinkamtibmas dan PLKB di tingkat desa/kelurahan. h. Melakukan penyuluhan tentang Keterampilan Mengasuh dan Mendidik Anak dengan baik (Parenting Skills) bagi orang tua di sekolah dan di masyarakat serta penyebarluasan informasi/ materi parenting skills dan pencegahan penyalahgunaan narkoba dalam keluarga. i. Membentuk kelompok orang tua anti narkoba di sekolah dan di masyarakat sebagai mitra sekolah/ masyarakat sangat bermanfaat dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba. B. Pemberantasan Mengadakan penyidikan secara mendalam pada setiap kasus Narkotika. Menutup/menyegel tempat hiburan malam yang telah diduga menjadi sarang peredaran narkoba. Menindak tegas setiap pelaku penyalahgunaan Narkotika dengan hukuman yang berat agar mereka jera. C. Pemberdayaan/ Rehabilitasi Adalah bentuk pencegahan yang dilakukan pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatment) cara ini biasanya ditangani oleh lembaga professional dibidangnya yaitu lembaga medis seperti klinik, rumah sakit dan dokter. Tahap pencegahan ini
meliputi: tahap penerimaan awal dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan tahap ditoksikasi dan terapi komplikasi medik dilakukan dengan cara pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap. Kemudian melakukan rehabilitasi dalam upaya menujuh proses penyembuhan. Upaya ini dilakukan oleh lembaga special seperti klinik rehabilitasi dan yayasan atau kelompok masyarakat yang telah dibentuk khusus (therapeutic community). Tahap ini dibagi menjadi dua bagian yaitu : fase stabilitasi yang berfungsi untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat. fase sosial dalam masyarakat agar mantan penyalahguna Narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang bermakna di masyarakat. Demikian beberapa hal yang dapat sampaikan dalam rangka memberikan pengenalan dan pemahaman bagi kita semua untuk lebih mengenal dan memahami tentang beberapa Upaya Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan Narkoba dan Dampak penyalahgunaannya terhadap masyarakat terutama bagi generasi muda. Dukungan dan partisipasi aktif dari kita semua melalui Pemerintah, Swasta, LSM, tokoh masyarakat, Tokoh Agama, karang taruna terutama keluarga, sangat diharapkan demi kelangsungan hidup generasi yang akan datang yang bebas dari Penyalahgunaan Narkoba. Mari Kita Sehati Mewujudkan Masyarakat yang Bebas dari Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba. SINAR BNN 25 EDISI IX - 2014
aspirasiwarga
26 SINAR BNN EDISI IX - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
aspirasiwarga
Jangan Berhenti Berantas Narkoba P
eredaran narkoba di Tanah Air sudah makin mengkhawatirkan. Bahkan sudah menjadi tindakan kriminal luar biasa (extra ordinary crime). Kondisi ini jelas memberikan nilai negatif untuk perkembangan generasi mendatang terutama dalam kelangsungan bangsa. Jika peredaran narkoba dibiarkan, entah akan menjadi apa negeri kita ini nanti. Jangankan dibiarkan, saat gerakan gencar pemberantasan narkoba dilakukan, semakin gencar pula para pengedar melakukan aksinya. Bagaimana pula jika kita diam, tentu mereka akan semakin membabi buka. Jadi, rasanya tidak salah jika kita kobarkan semangat dan menyatakan perang terhadap narkoba. Jangan berhenti berantas narkoba dari kehidupan masyarakat. Saat ini, berbagai cara terus dilakukan para cukong dan pengedar dalam menyebarkan barang haram itu. Lihat saja apa yang dilakukan oleh seorang pengedar di Kabupaten Karimun belum lama ini. Modus
yang digunakan adalah dengan cara membuang barang haram tersebut ke laut sebelum kapal bersandar dan melewati mesin pemindai barang (x-ray) di pelabuhan. Harapannya, barang itu bisa diambil oleh yang lain dengan menggunakan sampan. Namun, berkat kejelian pihak aparat, modus tersebut dapat dikuak. Dan banyak lagi modus yang mereka lakukan. Jika kita melihat data yang disampaikan Badan Narkotika Nasional (BNN), untuk daerah Kepri, saat ini tercatat sebanyak 44.941 warga Kepri terindikasi mengkonsumsi narkoba. Kalau dilihat dari
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
prevalensi penyalahgunaan narkoba di Kepri sebesar 4,3 persen dari total penduduk Kepri, atau sekitar 44.941 warga terindikasi penyalahguna narkoba. Itu baru data untuk Kepri, sedangkan berdasarkan statistik, di Indonesia telah terdapat 4,5 juta orang yang terkena serta ada 1,2 juta orang yang sudah tidak bisa direhabilitasi karena kondisinya dinilai terlalu parah. Narkoba saat ini telah menjadi salah satu cara untuk menghancurkan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Para pengedar tidak hanya mengincar merekamereka yang berstatus
sosial mapan, namun juga masuk ke kantongkantong “lugu” yakni para pelajar. Hal ini tentu sangat membahayakan kehidupan bangsa ke depannya. Melihat kondisi dari data yang disampaikan BNN Pusat tersebut, rasanya tidak salah kita rapatkan barisan dan satu tekad untuk memberantas narkoba mulai dari lingkungan terkecil yakni keluarga. Jangan biarkan barang haram itu masuk melalui anak-anak kita. Jangan biarkan barang haram itu menggoda anggota keluarga kita. Saat ini, kepada anakanak, tidak hanya diajarkan tentang pelajaran di sekolah mereka, tapi juga diajarkan tentang bahaya narkoba. Tidak ada salah jika secara perlahan-lahan ditanam sikap anti narkoba kepada generasi pewaris bangsa. Berikan contoh-contoh buruknya serta bentuk pola pikirnya untuk tidak mau tergoda dengan barang neraka itu walaupun mereka sudah dewasa nanti. Memberantas narkoba memang tidak bisa oleh satu dan dua elemen saja, tapi, butuh dukungan dengan seluruh lapisan masyarakat. Jika sebagian besar kita sudah bisa bersatu untuk memberantas narkoba, kita percaya ruang untuk barang haram itu pun akan semakin sempit. Semoga. SINAR BNN 27 EDISI IX - 2014
kolomkolom
Antisipasi Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja
M
asa perkembangan dari masa anak menuju ke dewasa, merupakan masa yang penuh gejolak dan kesulitan, baik bagi si remaja maupun orangtuanya. Seringkali karena ketidaktahuan orangtua mengenai perkembangan anaknya, sehingga timbul bentrokan dan kesalahpahaman diantara mereka dan lingkungannya. Keadaan seperti itu akan mengganggu perkembangan remaja secara wajar, yang bisa berakibat terjadinya berbagai macam gangguan tingkah laku seperti penyalahgunaan narkoba, atau kenakalan remaja serta gangguan mental lainnya. Orangtua seringkali dibuat bingung atau tidak berdaya dalam menghadapi perkembangan anak remajanya, dan ini akan menambah parah gangguan yang diderita para remaja. Untuk menghindari hal tersebut, Dr. Murcuanto Diwanto, salah seorang psikiater, menjelaskan, kita harus memahami perkembangan anak remaja beserta ciri-ciri khasnya. Dengan begitu kita bisa memahami perubahanperubahan yang terjadi pada diri anak saat mamasuki masa remaja. Selain itu, dengan memahami dan membina remaja agar menjadi individu yang sehat dalam segi kejiwaan dapat mencegah kenakalan remaja dan terhindar dari tindakan penyalahgunaan narkoba. 28 SINAR BNN EDISI IX - 2014
Perubahan anak ke masa remaja membawa perubahan pada diri seseorang. Kalau pada masa anak ia berperanan sebagai seorang individu yang selalu bergantung dan dilingungi, maka pada masa remaja ia diharapkan mampu berdiri sendiri dan berkeinginan mandiri. Namun sebenarnya ia masih membutuhkan perlindungan dan tempat bergantung dari orangtua. Pertentangan antara keinginan untuk bersikap sebagai individu yang mampu berdiri sendiri dengan keinginan tetap bergantung dan dilindungi, akan menimbulkan konflik pada diri remaja. Akibatnya, timbul kegelisahan dan kecemasan yang akan mewarnai sikap dan tingkah lakunya. Ia menjadi mudah tersinggung, marah, kecewa dan putus asa. Keterbatasan kemampuan pada diri remaja, menyebabkan ia tidak selalu mampu untuk memenuhi berbagai macam dorongan kebutuhan dirinya. Ketidakmampuan remaja dalam menyalurkan segala keinginannya, menyebabkan timbulnya dorongan yang kuat untuk berkelompok. Dalam kelompok, segala kekuatannya seolah-olah dihimpun sehingga menjadi suatu kekuatan yang besar. Remaja akan merasa lebih aman dan terlindungi apabila berada di tengah-tengah kelompoknya. Oleh karena
itu ia berusaha keras untuk dapat diakui oleh kelompoknya dengan cara menyamakan dirinya dengan segala sesuatu yang ada dalam kelompoknya. Rasa setia kawan terjalin dengan erat dan kadang-kadang menjurus ke arah tindak yang membabi buta. Tujuan akhir dari suatu perkembangan remaja adalah terbentuknya identitas diri. Dengan terbentuknya identitas diri, seorang individu sudah dapat memberi jawaban terhadap pertanyaan: siapakah, apakah saya mampu dan dimanakah tempat saya berperan. Ia telah dapat memahami dirinya sendiri, kemampuan dan kelemahannya serta peranannya dalam lingkungannya. Sebelum identitas diri terbentuk, pada umumnya akan terjadi suatu krisis identitas. Setiap remaja harus mampu melewati krisisnya dan menemukan jatidirinya. Berbagai Motivasi Dalam Penyalahgunaan Narkoba Motivasi dalam penyalahgunaan narkoba ternyata menyangkut motivasi yang berhubungan dengan keadaan individu yaitu aspek fisik, emosional, mental-intelektual dan interpersonal. Di samping adanya motivasi individu yang menimbulkan suatu tindakan penyalahgunaan narkoba, masih ada faktor lain, yaitu faktor sosiokultural seperti tekanan perasaan yang mendalam, akibat
perpecahan dalam keluarga misalnya perceraian, keluarga yang berpindahpindah, orang tua yang tidak ada/jarang di rumah dan sebagainya. Pengaruh media massa, perubahan teknologi yang cepat, lunturnya nilainilai dan sistem agama serta mencairnya standar moral. Terlalu banyak nganggur, dan ketidakseimbangan keadaan ekonomi. Dengan adanya faktorfaktor sosial kultural tersebut, akan mempengaruhi kehidupan remaja untuk mamakai narkoba. Karena remaja merupakan individu yang sangat peka terhadap berbagai pengaruh, baik dari dalam diri, keluarga dan lingkungannya. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Karakteristik psikologis pada remaja merupakan faktor yang memudahkan terjadinya tindakan penyalahgunaan narkoba. Ditambah dengan faktor lingkungan. Faktor lingkungan mempengaruhi dan memotivasi remaja untuk menyalahgunakan narkoba. Di dalam upaya pencegahan penyalah gunaan narkoba di kalangan remaja, Deputi Bidang Pencegahan BNN telah melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan membangun jaringan pelajar dan mahasiswa anti narkoba serta membentuk satgassatgas anti narkoba di sekolah dan kampus.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
kolomkolom
Perubahan Wajah Seorang Wanita Pecandu Narkoba
M
ikaila Tyhrust (28) dulunya merupakan sosok wanita yang atraktif, menarik, dengan rambut pirang dan kulitnya yang bersih. Ia juga memiliki rencana masa depan yang cerah ketika masih berusia 18 tahun. Namun, hal itu berubah sejak ia kecanduan Gamma Butyrolactone atau sejenis ekstasi cair pada tahun 2009 lalu. Sejak saat itu, ia menderita kerusakan organ hati. Selain akibat narkoba, ia pun mengalami kehidupan suram lantaran kerap kali diperlakukan seperti layaknya boneka oleh para laki-laki. Adapun obat yang ia gunakan ini biasa dikonsumsi melalui mulut hampir sama dengan minuman beralkohol namun dengan efek yang lebih lama dan lebih berbahaya. Obat ini akan membuat penggunanya mengalami perasaan euforia dan sudah diam. Dan jika dikonsumi terusmenerus dan dengan dosis banyak, obat ini akan sangat membayakan. Selama mengalami kecanduan, perlahanlahan mulai muncul kelainan pada kulitnya. Muncul bintik-bintik seperti jerawat, matanya
juga bengkak, sementara rambutnya kemudian berubah warna menjadi kian cokelat. Tak sampai disitu, akibat mabuk berat, ia juga sempat terjatuh hingga membuat gigi depannya tanggal. Dalam kurun waktu empat tahun kecanduan, Tyhurst kerap kali dilarikan ke rumah sakit hampir 1000 kali. Ia juga nyaris kehilangan nyawanya sebanyak 15 kali. Ia baru berhenti mengonsumi GBL setelah dokter memperingatkan dirinya bahwa jika tak berhenti, maka ia akan meninggal. Pada akhir Maret lalu, Tyhrust bertekad untuk menjalani rehabilitasi. Ia pergi ke pusat rehabilitasi di Crumpsall, Manchester. Saat itu dirinya
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
mengklaim telah berhenti menggunakan obat terlarang selama dua tahun. Ini merupakan salah satu yang ia lakukan untuk mengubah kehidupannya dan demi anak perempuannya. Selain rehabilitasi, ia juga menjalani detoks dan berharap di kemudian hari bisa menjalani tranplantasi hati. Namun, perjalananya tak semulus yang dibayangkan. Hari Senin kemarin, pengadilan memutuskan bahwa ia bersalah atas tindakan penganiayaan terhadap seorang pria yang terjadi beberapa waktu yang lalu yang dilakukan bersama teman-temannya. Pengadilan memutuskan penangguhan penahanan selama 18
bulan, dan mengharuskan Tyhurst menjalani program rehabilitasi selama 12 bulan. Tyhurst sendiri mengungkapkan bahwa ia sudah berkali-kali menjalani operasi bedah liver. Jika terjadi kelainan lagi, maka ia harus melakukan transplantasi. “Saya ingin mencoba mengembalikan kehidupan saya. Buktinya saya sudah tidak menggunakannya lagi setahun belakangan ini. Saya juga berharap tidak akan tersandung masalah kembali, karena ini sangat memalukan bagi diriku. Saya juga kerap melihat putri saya, dan dia belum tahu apa yang sebenarnya terjadi,” paparnya sebagaimana dikutip dari Dailymail. (pas) SINAR BNN 29 EDISI IX - 2014
artikelartikel
Terapi Mengatasi Kecanduan Narkoba S
ebaiknya para pecandu narkoba segeralah berhenti, sekali lagi berhenti mengkonsumsi narkoba. Tidak ada satupun seseorang yang dapat meraih sukses dalam hidup ini apabila kehidupannya dikendalikan oleh narkoba. Kontrol dan kendalikan hidupmu tanpa narkoba. Jangan membuat kelalaian yang disengaja, karena bagaimanapun kalau menjadi pecandu narkoba, maka dalam hidup ini telah kehilangan segalanya dengan sia-sia. Di sekitar daerah Haadyai, Muangthai Selatan, pada awal 1979, para penguasa memergoki satu cara yang sangat keji dalam menyelundupkan heroin lewat perbatasan, Malaysia. Bayi-bayi diculik atau dibeli dari orang tuanya yang tidak menyadari apa maksud sebenarnya si Pembeli. Bayi tersebut lalu dibunuh, isi perutnya dikeluarkan dan diisi dengan kantong-kantong heroin. Mayat itu lalu dibawa menyeberangi perbatasan, laksana bayi yang terlena dibuaian 30 SINAR BNN EDISI IX - 2014
tangan ibu tercinta. Di Hamburg, Jerman, seorang pemuda sempat menelan ekstasi sebelum terlibat keributan dengan pacarnya sampai ia nekat menghujamkan samurai ke jantungnya dan mati konyol Di Thailand, biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah akibat kecelakaan lalu-lintas di bawah pengaruh miras mencapai US$ 4 Billion per tahun, yang merupakan 16 % dari APBN atau 2,8 kali dari dana Departemen
kesehatan Masyarakat. Antara tahun 1989 dan 1994 kematian akibat kecelakaan lalu-lintas (di bawah pengaruh miras) meningkat sampai 170 %; 30 % tempat tidur di rumah sakit dihuni oleh pasien-pasien akibat kecelakaan lalu-lintas tersebut. Di Amerika, penyalahgunaan Narkotika sudah merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern. Dikemukakan bahwa 1 di antara 11 orang
dewasa Amerika adalah pecandu narkotika berat; sementara di kalangan remaja adalah 1 di antara 6 orang. Cedera, cacat, hingga kematian akibat penyalahgunaan narkotika adalah hal yang sia-sia yang disebabkan karena over dosis, tindak kekerasan dan kecelakaan (terutama kecelakaan lalu lintas) Di Republik Indonesia, Peredaran Gelap dan penyalahgunaan Narkoba semakin mengerikan. Prevalensi Penyalahguna Narkoba saat ini sudah
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
artikelartikel mencapai 4.5 juta jiwa dengan estimasi 2,6 % penduduk Indonesia adalah penyalahguna Narkoba. Maraknya peredaran Narkoba di Indonesia merugikan keuangan negara sebesar Rp 48 triliun setiap tahunnya. Data yang diperoleh dari BNN (Badan Narkotika Nasional) menyebutkan, setiap tahunnya 15.000 orang meninggal akibat penyalahgunaan Narkoba. Dari jumlah tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa 40 nyawa perhari harus melayang akibat Narkoba. Operasi Nila Rencong yang digelar khusus Oleh BNN di wilayah Aceh beberapa tahun lalu menorehkan hasil yang membelalakkan mata. Total berat pohon dan bibit ganja yang ditemukan di areal hutan dan pegunungan bermedan berat di ujung barat provinsi Indonesia tersebut tercatat sebesar 373,245 ton. Berat total yang setara dengan berat 6 ribu pria dewasa yang bila semuanya didudukkan dapat memenuhi 8 lapangan sepakbola!. Menurut Kepala BNN, DR. Anang Iskandar, penggerebekan sebuah pabrik pembuatan ekstasi, dengan berbagai alat, seperti cooling reactor, rotary evaporator (penguap), penjernih air, mesin pencampur, mesin penghancur, pressing machine, dan berbagai alat pencetak, pil yang
tercetak dalam satu menit mencapai 840 tablet (satu jam 50.400 butir). Jika dihitung dengan jam kerja sehari lima jam dan seminggu lima hari serta sebulan tiga minggu, berarti satu hari bisa mencetak 251.000 butir pil, seminggu 1.260.000 butir, sebulan 3.780.000 butir dan setahun 45.360.000 butir. Itu baru kemampuan satu set mesin saja, sedangkan ada dua mesin. Berapa besar peredaran ekstasi di tanah air. Beberapa tahun yang lalu penyair kawakan, Taufik Ismail, mengaku pernah dibuat tak bisa tidur dua hari dua malam. Matanya terus melek, pikirannya kalut karena dihantui kegetiran yang luar biasa. Hal itu dialaminya setelah ia mewawancarai tiga puluh remaja laki-laki dan perempuan di sebuah panti rehabilitasi Narkoba di Jakarta. “Setelah ngobrol dan mendengar cerita mereka, saya tidak bisa tidur dua hari berturut-turut. Saya benar-benar merinding mendengarnya. Saya berpikir, sudah sangat luar biasa kerusakan bangsa ini. Kemana pun saya pergi, apakah itu di kota besar, kecil, tepi pantai, saya melihat mayat-mayat berdiri. Mereka adalah korban dari ekstasi, marijuana dan Shabu-shabu,” kata Taufik Ismail. Janda Kholinah (nama samaran), berusia 47 tahun, yang sehari-hari
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
berprofesi sebagai seorang pedagang nasi goreng. Menghadapi putranya, Adiansyah, berusia 23 tahun, terjerat Narkoba sejak di bangku SMP. Kholinah tidak mudah menyerah. Dirinya berupaya agar anaknya dapat sembuh dan bebas dari barang haram meski berkorban harta habishabisan, “Saya rela berbuat apa saja supaya anak saya bisa sembuh,”ungkapnya. Derita Kholinah memang berkepanjangan. Pada tahun 2010 suaminya meninggal akibat Stroke yang makin parah karena memikirkan Adian yang kecanduan Narkoba. Belum lagi, karena perhatian total Kholinah diberikan kepada Adian, putra sulungnya, Ardana berusia 25 tahun, tibatiba menjadi pemuda yang mengurung diri di kamar dan tidak mau bekerja lagi, “Dia Stres dan saya bawa berobat meski dengan uang paspasan,”kata Kholinah. Perilaku pemakai Narkoba memang selalu berusaha untuk memegang uang untuk beli narkoba,“Jika tak diberi uang saya bisa dihajar habis-habisan. Pernah saya diseret dari rumah tetangga dimintai uang. Duh Gusti,” ujarnya sedih. Agustus tahun lalu, Adian menganiaya ibu kandungnya karena dimintai uang sebesar Rp 25 ribu tidak mau memberi, “Sejak bangun
tidur saya pasrah. Saya benar-benar tidak punya uang. Jadi mau diapain saja pasrah,”ungkapnya. Namun tetangganya merasa tidak tega terhadap Kholinah dan ingin membuat Adian jera. Akhirnya Adian dilaporkan kepada pihak aparat keamanan dan diamankan. KPP menyebutkan bahwa 3 % dari total pecandu di Indonesia adalah perempuan. Jika merujuk pada hasil penelitian BNN yang menyebutkan 2,6 % dari total penduduk Indonesia adalah Penyalahguna Narkoba, berarti kurang lebih ada sekitar 200.000 perempuan di Indonesia yang menjadi Penyalahguna Narkoba. Bayangkan apabila semua perempuan tersebut adalah ibu-ibu yang memiliki rata-rata dua orang anak maka akan terdapat 400 ribu anak yang terlantar karena ibunya tidak berdaya dan terjerat oleh Narkoba. Atau kalaupun semua perempuan itu belum berkeluarga, maka malapetaka sudah menunggu mereka dan anak-anak mereka kelak. Apalagi bila perempuan tersebut adalah pengguna Narkoba jarum suntik, maka HIV/AIDS, Hepatitis, dan berbagai penyakit berbahaya lainnya sudah membayangi dan cenderung menular ke anak-anak mereka. Dari berbagai data dan informasi yang ada di SINAR BNN 31 EDISI IX - 2014
artikelartikel BNNP (Badan Narkotika Nasional Propinsi) DKI, diketahui bahwa wilayah penyebaran, penyalahgunaan, dan peredaran gelap Narkoba telah merambah ke berbagai tempat pendidikan dari SD, SMP, SMU, hingga perguruan tinggi. Maraknya aksiaksi kekerasan seperti perusakan, pemerasan, penganiayaan hingga tawuran yang dilakukan oleh pelajar, salah satu penyebabnya adalah penyalahgunaan Narkoba. Untuk itu, menurut Gubernur Basuki Tjahaya Purnama, para pelajar, orang tua serta guru perlu mendapatkan pembekalan dan pengetahuan tentang bahaya Narkoba dan akibat-akibat yang ditimbulkannya, “Lebih jauh lagi, kita harus meningkatkan kesadaran dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan, serta pengetahuan yang memadai tentang pola hidup sehat,” kata Basuki. “Dulu saya seorang pemakai narkoba berat,”tutur Jefri atau sebutan akrabnya Jek, “Mengulas kehidupan saya kalau diceritakan sangat pahit dan memang ini sudah menjadi jalan saya,”ungkapnya. Kata Jefri, narkoba itu seperti duri yang bernyawa, jika sudah masuk ke dalam diri kita maka perlahan-lahan duri itu akan menusuk-nusuk diri kita dari dalam, yah.. akhirnya hanya diri sendiri yang merasakan 32 SINAR BNN EDISI IX - 2014
bagaimana sakitnya, tersiksanya bahkan sampai ajal mendekati kita. Testimoni Bunda Iffet, “Hati saya trenyuh melihat efek jahat narkoba pada anak saya, (Bimbim Slank). Slank, Band besar yang telah mengukir banyak prestasi di kancah musik Indonesia adalah salah satu ikon yang mempunyai fans fanatik terbesar di negeri ini. Eksistensinya di dunia musik tak diragukan lagi. Seiring perjalanan waktu, grup band yang telah dua kali bongkar pasang personil, ternyata tak lepas dari lika-liku problematika seputar narkoba. Namun berkat perjuangan serta tangan dingin bunda Iffet, akhirnya band ini mampu lepas dari masalah ketergantungan narkoba. Setelah benar-benar pulih dan bersih dari narkoba, Band ini menguatkan tekadnya untuk berperang melawan narkoba, serta mengajak orang dan fansnya agar tidak menggantungkan hidupnya pada narkoba. Harus diakui, mereka adalah legenda musik tanah air yang bisa memberi contoh positif dan dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang. Sekarang bukan jamannya lagi slogan “Say no to Drugs”, tapi “Fight Against Drugs”, jangan hanya bilang tidak tapi perangi narkoba. “Kami hanya memberikan contoh pada para slankers
agar tidak make narkoba. Kita ingin sampaikan, tanpa narkoba kita punya stamina yang kuat dan bisa berkarya. Sejauh ini, memang kami tidak punya album khusus tentang narkoba, namun kita punya banyak lagu yang bertemakan itu,” tandas Bimbim. Dalam seminggu, Capt. H. Kaharuddin bisa menghabiskan Rp 16 juta untuk membeli shabu. Dalam kurun waktu tersebut Kahar tetap melaksanakan tugasnya di kantor yakni di Barito sebagai kepala pelayaran. Lama-kelamaan produktifitasnya menurun; Kahar bahkan hanya mampu mengandalkan anak buahnya untuk bekerja. Pernah pada saat rapat dengan bos perusahaannya dari Korea ia tertidur sampai rapat berakhir. Efek jahat shabu pada tubuhnya sudah mulai parah. Badannya seakan tidak punya tenaga untuk beraktifitas, ia bisa menghabiskan sehari penuh untuk tidur sehingga kerjaannya pun terbengkalai. Badannya kurus karena tidak ingat makan, otaknya lemah. Bahkan karena saking seringnya tertidur ia sudah lupa akan waktu dan hari. Akibatnya Kahar jadi bulan-bulanan penipuan oleh teman dan anak buahnya. Barang-barang di rumahnya ia jual dengan harga murah tanpa sadar. Mobil
limosinnya hanya dijual dengan harga 100 juta, “Hidup saya sudah pasrah, mau makan atau tidak kek terserah,” kenang Kahar pada saat kecanduannya akan narkoba masih merongrong walaupun harta ludes tak tersisa. Teman dan keluarga menjauh. Saat ini ia sudah banyak menyadarkan orang di Ternate, terutama kaum muda, “Dengan cerita saya ini, saya ingin pembaca majalah SINAR jangan pernah coba-coba pakai narkoba. Untuk yang masih make, sebenarnya harga diri mereka akan hilang karena menjadi bodoh, lebih bodoh dari binatang. Sebodohbodohnya binatang lebih bodoh lagi orang yang make shabu. Kedua, mereka tidak menyadari akibatnya nanti. Syukur kalau dia mati, tapi kalau tidak? Bisa Gila. Seperti saya ini yang sudah mengalami akibatnya. Saya juga berharap mudah-mudahan dengan membaca kisah saya ini ada lima bandar saja yang sadar, sehingga beriburibu manusia bisa selamat dari narkoba. Seorang bapak, sebut saja Budi Ardjanto (bukan nama sebenarnya), tiba-tiba menangis tersedu-sedu sambil bercerita. Putra keduanya terpaksa meninggal dunia pada waktu kelas dua SMP karena narkoba. Dirinya sempat tidak mengetahui pada awalnya karena puteranya tinggal
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
artikelartikel bersama sang nenek di daerah Jakarta Pusat sementara dirinya tinggal di wilayah Tangerang. Dalam pengakuan sedihnya Budi bercerita, dirinya telah habishabisan harta bendanya mulai dari mobil, rumah, dan isinya telah amblas semua dengan harapan besar putranya dapat sembuh. Namun kenyataannya dia harus meninggal dalam usia muda. Irwanto Ph. D, menceritakan, adiknya pemakai narkoba sejak SMP. Padahal bukan di kota besar tapi di kota kecil yang namanya Purwodadi, Grobogan. Kecil sekali, di sebelah timur Semarang. Dia makai ganja, pil dan segala macam sampai dia dikeluarkan dari sekolah. Saya dan keluarga sangat menderita waktu itu. Karena adik saya ini adalah adik yang kita sayangi. Pandai sekali tapi punya masalah. Bertahuntahun seperti itu terusmenerus. Sampai saya lulus kuliah pun, adik saya masih terlunta-lunta. Sejak saat itulah saya mulai terjun ke Bersama, mulai jadi relawan untuk mengurusi masalah ini. Kemudian adik saya mulai sembuh, lalu saya tinggalkan dia ke Amerika karena saya dapat beasiswa Full Bright, tapi saya tetap ambil bidang narkoba. Master saya bidang narkotik, doktor saya juga bidang narkotik. Balik ke Jakarta rupanya adik saya
punya masalah lagi. Di keluarganya ada masalah dan dia balik lagi ke narkoba. Adik saya mulai minum lagi, ngobat lagi segala macam sampai akhirnya ia meninggal dunia tahun 1993 karena over dosis. Tapi kelihatannya dia mengoverdosiskan dirinya sendiri, dia bunuh diri. Begitu tahu dia meninggal bunuh diri, saya sangat frustasi, kecewa dengan diri sendiri, menyalahkan diri sendiri karena saya doktor yang mempelajari hal itu tetapi tidak bisa membantu adik saya sendiri. Saya dihantui perasaan bersalah, dunia narkotik sudah mau saya tinggalin. Sampai sekitar tahun 2000-an orang mulai ramai membicarakan itu, dan saya sudah mulai damai dengan diri saya sendiri, akhirnya saya berkata dalam hati,”Kalau adikku tidak bisa aku tolong mungkin aku bisa menolong orang lain. Mulailah saya jadi relawan lagi.” Seorang korban Narkoba, Fandy (bukan nama yang sebenarnya), mantan seorang Bandar besar Narkoba, “Saya dulu bergelimangan harta dengan berjualan Narkoba secara gelap. Mau beli apa saja saya bisa sehingga rasanya hidup tidak pernah susah dan banyak teman,” ungkapnya berbagi cerita. Fandy juga pemakai jenis Narkoba yang menggunakan suntikan dan sering
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
bergantian dengan teman-temannya di kampus tanpa menyadari bahaya maut yang bisa mengancamnya. Bisnis barang haram akhirnya menjadi pukulan berat bagi dirinya karena setelah melakukan tes dirinya dinyatakan positif dan harus menjalani perawatan medis, “Saya kaget dan tidak menyangka. Ini akibat nyutik bergantian dengan teman-teman. Korban AIDS kebanyakan dominan pecandu Narkoba. Sekarang ini, saya sudah tiga tahun lamanya harus minum obat secara rutin pagi dan sore hari, dan tidak boleh kelewat,” ungkapnya. Menurut pengakuan Fandy, setiap bulan dirinya harus menyediakan uang sebesar 9 juta untuk membeli obat. Bukan berarti bisa sembuh. HIV/AIDS belum ada obatnya. Dari 30 temannya dulu di kampus yang sering nyutik tinggal tiga orang yang masih hidup termasuk dirinya.”Teman-teman yang lain sudah pada meninggal semua. Kini saya berjuang dalam hidup bersama AIDS yang belum ada obat yang dapat menyembuhkannya,” ungkapnya sedih. Penderita korban infeksi virus HIV/AIDS sebagian akibat memakai Narkoba terutama menggunakan jarum suntik yang tidak steril selain akibat seks
bebas dan sebagainya. Seorang ibu yang mengikuti persidangan anaknya karena terlibat narkoba sempat mengungkapkan kenyataan pahit yang tengah diterimanya. Dirinya mengetahui putranya sebagai pemakai setelah petugas polisi memberitahukan putranya ditangkap petugas anti narkoba. Dirinya hampir tidak percaya. Namun fakta berbicara lain. Sebab, si anak di rumah berlaku baik dan tidak macammacam dan bahkan setiap kali si ibu membersihkan kamar dan tas sekolahnya tidak menunjukkan tandatanda sang anak termasuk pemakai. Kepedihan mendalam itu membuahkan peringatan.”Saat itu, saya memohon kepada aparat penegak hukum supaya bertindak tegas memberantas jaringan narkoba di tanah air. Para pengedar yang masih leluasa berkeliaran di masyarakat juga di lingkungan sekolah agar segera ditindak karena merekalah anak saya terpaksa masuk bui.” Dalam sebuah artikel berjudul “Narkoba Mempengaruhi kerja otak”, dr. Lidya H Martono, SKM dan dr. Satya Joewana, SPKJ, mengakhiri ulasannya dengan, “Perasaan Nikmat, rasa nyaman, tenang atau rasa gembira yang dicari mula-mula oleh pemakai Narkoba, harus dibayar sangat SINAR BNN 33 EDISI IX - 2014
artikelartikel mahal oleh dampak buruknya, seperti ketergantungan, kerusakan berbagai organ tubuh, berbagai macam penyakit, rusaknya hubungan dengan keluarga dan temanteman, rongrongan bahkan kebangkrutan keuangan, rusaknya kehidupan moral, putus sekolah, pengangguran serta hancurnya masa depan dirinya. Gara-gara hobi mabuknya itu, saat kelas 1 SMA, nilai rapor Novri merah semua. Itu pun terus berlanjut, hingga kuliahnya putus di tengah jalan, “Yah, gimana mau kuliah, duitnya saya pakai untuk mabuk,” ungkapnya sembari menggaruk-garuk kepalanya yang botak. Saat itu, Novri tidak dapat mengontrol diri dari kemarahan. Emosinya juga sangat tidak terkendali hingga ia memutuskan hengkang dari kampus. Cita-cita pun melayang. Ia terus berusaha, bagaimana cara membeli barang haram, padahal tidak ada sama sekali uang di tangannya. Novri juga berkisah mengenai kakak angkatnya, yang tinggal serumah dan juga pernah menderita ketergantungan obat. Namun kakaknya itu berhasil pulih, setelah mengikuti program di sebuah pusat rehabilitasi, “Kakak saya itu sering banget nasihatin dan cerita gimana rasa capeknya dan sering tersiksa gara-gara 34 SINAR BNN EDISI IX - 2014
narkoba,”ujar Novri. Kedua orang tuanya pun tidak bosanbosannya menasihati, namun saat diberitahu dengan nada tinggi, Novri justru marah dan gusar. Tak satu pun nasihat didengarnya, yang ada di kepalanya saat itu adalah bagaimana cara agar terus punya uang dan kembali menikmati barang haram tersebut, “Nggak tahan kalau lagi sakaw. Sakitnya dari ujung kaki sampai kepala, badan pegal, seperti terserang flu tulang dan tenggorokan kadang sakit,” tutur Novri panjang lebar. Akhirnya, untuk dapat terus mengkonsumsi narkoba, Novri ikut mengedarkan. Dia berharap pengalaman hidupnya dapat menjadi pelajaran bagi generasi muda agar jangan sekali pun terjerat narkoba, karena saat ingin terlepas akan mengalami fase-fase teramat sulit. Bercermin dari masa lalunya yang kelam, saat ini Novri mendampingi dan membantu korbankorban ketergantungan narkoba di pusat rehabilitasi Rumah Sakinah. Menurutnya, pekerjaan sebagai manajer program di pusat rehabilitasi Rumah Sakinah adalah sebuah pengabdian untuk menebus dosa-dosanya. Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, mengatakan, Sindikat Narkoba incar Anak-anak.
Fakta menunjukkan saat ini banyak anak-anak yang terjerembab dalam lembah narkoba. Keterlibatan anak-anak tidak hanya sebagai pemakai, banyak di antaranya membantu bandar-bandar narkoba untuk mengedarkan narkoba. Dibandingkan menjebak orang dewasa, yang terhitung sulit, anakanak kerap kali menjadi sasaran empuk para bandar narkoba. Bandarbandar narkoba memiliki seribu akal bulus untuk menggaet anak-anak agar mau mencoba narkoba. Dari sekian banyaknya penduduk dunia yang sudah menjadi korban, tercatat tidak kurang dari 4 juta jiwa lebih umat manusia di Republik Indonesia tercinta ini terjerumus menjadi korban narkoba. Kita memang tidak pernah berharap jumlah tersebut akan bertambah. Akan tetapi, kenyataan terbukti lain. Jumlah korban bertambah banyak, jumlah pengedar bertambah besar dan berkembang, yang sepertinya sulit untuk dibendung. Yang mengkhawatirkan, menurut informasi terakhir sebagaimana banyak diberitakan baik di media cetak maupun media elektronik, Indonesia sekarang ini banyak diserbu oleh sindikat narkoba internasional. Oleh karena itu tantangan yang akan kita hadapi pada masa-
masa mendatang, otomatis bertambah berat. Hal ini pun akan meminta perhatian yang lebih serius lagi bagi segenap warga Negara Indonesia dalam rangka menyelamatkan kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagaimana telah diamanatkan oleh para pejuang serta pendiri Republik ini. Kita harus merapatkan barisan, kita harus satukan tekad sambil mengevaluasi serta instropeksi diri terhadap langkah kita selama ini : apa yang telah kita lakukan, apa yang harus kita lakukan, apakah yang telah kita lakukan itu sudah maksimal atau belum, apakah kata hati nurani kita sudah sesuai dengan perbuatan kita, serta banyak lagi hal yang perlu kita renungi bersama. Tanpa adanya penerapan nilai Agama mustahil rasanya masalah penyalahgunaan narkoba dan sejenisnya dapat dibasmi. Kita perlu manusia-manusia yang sehat jasmani dan rohani sebagai pejuang yang akan membebaskan bangsa ini dari penyalahgunaan barang haram tersebut, sekaligus diharapkan akan melahirkan manusiamanusia sehat jasmani dan rohani lainnya. Usaha kita harus maksimal. Hati dan pikiran harus benarbenar bersih. Kalau sudah demikian, serahkan segala sesuatunya kepada Tuhan Sang Pencipta.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Cegah Narkoba Melalui Stand Up Comedy D
ewan Pengurus Cabang Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan, mencegah bahaya dan peredaran narkoba antara lain melalui penyuluhan dengan “stand-up” komedi. Ketua DPD KNPI HST Hj Suryatin Hidayah di Barabai, Selasa mengungkapkan, melalui “stand-up” komedi, diharapkan sebagai sarana penyuluhan narkoba karena menarik dan para siswa bisa lebih cepat memahami tentang bahaya narkoba. “Penyuluhan anti narkoba yang kesekian kalinya ini terasa cukup berbeda melalui pendekatan penyuluhan yang lebih komunikatif, menghibur sekaligus mendidik akan bahaya penyalahgunaan narkoba,” katanya. Menurut Suryatin, saat ini peredaran narkoba semakin memprihatinan karena penyalahgunaan narkoba banyak mengincar kalangan generasi muda, padahal mereka adalah generasi
penerus bangsa bukan hanya daerah perkotaan tapi sudah memasuki pelosok pedesaan,” katanya. Selain di SMA 5 Barabai, penyuluhan juga telah dilakukan di beberapa SLTP dan SLTA antara lain yang sudah terlaksana di SMA 2 Barabai, Madrasah Aliyah Hidayah Bulayak Hantakan. Selain itu KNPI juga menyelenggarakan lomba karya ilmiah bahaya penyalahgunaan narkoba. Kepala SMA 5 Barabai Hardiannor menyambut baik terlaksananya
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
kegiatan ini, terutama untuk mengingatkan para siswa yang saat ini sedang memasuki masa remaja yang penuh tantangan dan godaan. “Bahaya narkoba perlu diwaspadai dan perlu partisipasi semua pihak untuk mendukung pencegahannya,” katanya. Sebelumnya, Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin mengaku prihatin dengan maraknya peredaran narkoba di wilayahnya. “Perlu upaya semua pihak untuk menangkal masuknya narkoba, tidak hanya hanya aparat,
tetapi peran orang tua serta dunia pendidikan untuk menyosialisasikan mengenai bahaya narkoba kepada generasi muda,” katanya. Menurut dia, posisi Kalsel sebagai pintu masuk ke wilayah Kalimantan menjadi daerah yang rawan masuknya narkoba. Menurut catatan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kalsel, angka estimasi warga Kalsel yang mengkonsumsi narkoba saat ini mencapai 52.472 orang dari 3,6 juta jiwa penduduk. SINAR BNN 35 EDISI IX - 2014
artikelartikel
Jalan Terjal Berantas Narkoba
S
epanjang tahun 2014, pengungkapan kasus narkoba tidak lagi sebatas memorakporandakan jaringan suplai dan produksi sabu-ekstasi, tetapi juga pasar bagi kedua jenis barang haram tersebut. Tanggal 19 Mei, Diskotek Stadium di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Barat, ditutup setelah 16 tahun berkibar. Penutupan dipicu tewasnya seorang polisi yang diduga over dosis 36 SINAR BNN EDISI IX - 2014
narkoba di tempat hiburan tersebut, Jumat (16/5/2014). Hari Sabtu (8/11/ 2014), giliran Polres Metro Jakarta Utara menggerebek Kampung Bahari, Tanjung Priok. Sebanyak 38 orang ditangkap, 300 gram sabu, 500 butir pil ekstasi, dan 2 kilogram ganja disita. Demikian pula 5 senjata api, 25 butir peluru, senapan angin, 40 celurit dan golok, 39 alat isap sabu, 14 timbangan
digital, 6 radio panggil, 4 set kamera pemantau, serta 6 sepeda motor dan satu mobil dari empat lokasi di RW 013 dan RW 014, Kelurahan Tanjung Priok. Berdasarkan catatan polisi, dalam setahun terakhir Kampung Bahari menonjol dalam kasus narkoba. Dari 300 kasus yang terjadi dan ditangani Polres Metro Jakut sejak Januari 2014, sebanyak 75 persen di antaranya melibatkan pelaku atau
lokasi di RW 013 dan RW 014, Kelurahan Tanjung Priok. Di tempat lain, Polres Metro Jakarta Selatan menggerebek kampus Universitas Nasional (Unas) di Jalan Sawo Manila, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Kamis (14/ 8). Di ruang senat mahasiswa antara lain ditemukan ganja 5 kilogram dan sekantong paket ganja siap edar. Hari Senin (18/8), Polres Metro Jaksel dan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
artikelartikel BNN kembali menggeledah Unas dan menemukan 6 kilogram ganja di belakang kampus. Sementara itu, Polres Metro Jakarta Pusat pada Kamis (27/11) menyita 2 kilogram ganja, beberapa gram sabu, dan puluhan butir ekstasi di Kampus Universitas Kristen Indonesia, Salemba, Jakpus. Empat tersangka ditangkap. BNN mencatat, Jakarta masih menjadi pasar terbesar narkoba. Diukur dari tingkat prevalensi, pencandu di Ibu Kota ini mencapai 7,7 persen dari penduduk produktif atau sekitar 490.000 jiwa. Tingkat prevalensi itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nasional yang hanya 2,2 persen. Karena itu, sindikat narkoba internasional tidak pernah habis akal menembus Ibu Kota dengan berbagai rute dan modus. Selama 2014, sebanyak 397 sindikat penyelundupan narkoba diungkap BNN pusat dan BNN provinsi, sebagian besar untuk diedarkan di Jakarta dan sekitarnya. Sabu menjadi jenis narkoba yang paling banyak diselundupkan dengan berat total 447,5 kilogram. Penyelundupan sabu seberat 35 kg dari Iran dengan menggunakan jasa paket dapat diungkap oleh petugas di Kantor Pos Pasar Baru. Sabu itu diselubungi serbuk kimia dan dikemas dalam kardus. Serbuk kimia itu membuat sabu tak
terdeteksi sinar-X dan anjing pelacak. Kepala BNN Anang Iskandar menengarai, bandar narkoba juga mulai menguasai perguruan tinggi sebagai pasar peredaran narkoba. ”Di mana ada generasi muda, di situ akan menjadi lahan subur bagi peredaran narkoba. Pengelola kampus harus mewaspadai itu,” ujarnya. Melawan polisi Kriminolog UI, Kisnu Widagso, berpendapat, tidak ada hal baru dengan peredaran narkoba di permukiman, kawasan tempat hiburan malam, dan kampus di Tanah Air. ”Yang berbeda hanya volume peredaran dan jumlah penggunanya,” ucapnya. Peningkatan volume dan jumlah pengguna mulai membengkak pada pertengahan tahun 2000. Bukan cuma soal volume peredaran dan jumlah penggunanya yang kian mengkhawatirkan, melainkan juga perlawanan para bandar dan warga yang sudah menjadi kaki tangan mereka. Saat BNN hendak menangkap seorang bandar di Kampung Bahari, seperti pengakuan Sumirat dari Humas BNN, lebih dari 500 warga menghalang-halangi dan mengepung petugas. Kasat Narkoba Polres Metro Jakbar Ajun Komisaris Besar Gembong Yudha dan 44 anggotanya bahkan tidak hanya dikepung dan dihalanghalangi, tetapi juga
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
dilempari batu dan diancam senjata tajam oleh puluhan warga di Kampung Permata, Cengkareng, Jakbar. Peristiwa itu terjadi pada 29 Juni 2012. Kehilangan kontrol Menanggapi soal peredaran narkoba di kampus, Kisnu berpendapat, hal itu bisa terjadi karena kampus kehilangan kontrol sosial. Kontrol sosial itu hilang karena kuatnya citra bahwa kampus pasti steril dari narkoba. ”Kampus, kan, tempat tumbuh mahasiswa yang penuh idealisme. Citra seperti inilah yang membuat pengawasan di lingkungan kampus melemah, bahkan kehilangan kontrol,” ucap Kisnu. Saat peristiwa terungkap, nyatalah bahwa kampus memang sudah kehilangan kontrol. Dengan mudah ganja didistribusikan mantan mahasiswa yang putus kuliah. ”Biang keladinya, ya, para mahasiswa DO (drop out/putus kuliah) yang dibiarkan bebas beraktivitas lewat organisasi kemahasiswaan. Padahal, mahasiswa DO itu hanya menjadikan organisasi itu sebagai kedok,” kata Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Eko Daryanto. Lalu, bagaimana dengan narkoba yang menyusup ke kawasan permukiman? Jawabannya masih sama, kehilangan kontrol. Apa
yang membuat warga kehilangan kontrol? ”Ketidakpedulian warga terhadap lingkungan sosialnya,” ungkap psikolog sosial UI, Prof Hamdi Muluk. Ketidakpedulian ini bahkan bisa berubah menjadi sikap melawan petugas. Apalagi, jika bisnis gelap narkoba telah menjadi andalan nafkah warga seperti pernah terjadi di Kampung Permata. Di satu masa, lebih dari separuh warga di kampung tersebut mengandalkan hidupnya dari narkoba. Bayangkan jika pada 2010 penghasilan pengojek di lingkungan lapak sabu di kawasan RW 007, Kedaung Kaliangke, Cengkareng, Jakbar, ini setiap hari mencapai Rp 700.000, sementara pendapatan per bulan para penimbang sabu bahkan sampai Rp 8 juta. Lalu, bagaimana melawan dan mengakhiri ketidakpedulian warga terhadap lingkungan sosialnya demi membebaskan hidup mereka dari narkoba? Solusinya, kata Hamdi, menekan permintaan narkoba dengan meningkatkan kegiatan positif warga dan mengurangi stres. Di sisi lain, mengurangi suplai narkoba dengan bermacam operasi. Tampaknya, jalan melawan ketidakpedulian itu menjadi tantangan para pemangku kepentingan pada 2015. SINAR BNN 37 EDISI IX - 2014
kasuskasus
Seluruh Wilayah Indonesia Sudah Dimasuki Narkoba
K
ejahatan narkoba bersifat luar biasa karena lintas negara dan terorganisir. Dampaknya yang luas menimpa di segala lapisan masyarakat dan kerugian dari segi kesehatan, ekonomi dan keamanan sangatlah besar karena dapat mengganggu ketahanan nasional Indonesia. “Saat ini, hampir tidak ada tempat, baik di tingkat kota ataupun desa yang terbebas dari penyalahgunaan dan peredaran narkoba. Akibat yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba ini lebih banyak sisi negatifnya,” ungkap Kasi Media Elektronik Diah Hariani dalam kegiatan diskusi di Buncit Raya Mampang, belum lama ini. Dia menjelaskan, dari sisi kesehatan narkoba dapat merusak tubuh bahkan jika dibiarkan terus-menerus dapat menghancurkan kehidupan keluarga, mengancam keamanan lingkungan, dan memicu aksi-aksi kejahatan di masyarakat. Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, 38 SINAR BNN EDISI IX - 2014
lanjut Diah, juga sangat mempengaruhi segenap sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, perlu wujud nyata untuk melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN). Menurut Diah, partisipasi dan kolaborasi segenap masyarakat adalah strategi yang sangat diperlukan untuk merespon pada permasalahan penyalahgunaan narkoba yang sangat kompleks.
Dalam hal ini pemerintah tidak bisa sendirian dalam mengatasi masalah narkoba untuk itu dibutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat. “BNN telah mencanangkan tahun 2014 sebagai tahun penyelamatan pengguna narkoba artinya sudah saatnya kita harus lebih berempati terhadap para pencandu dan pengguna narkoba karena mereka adalah orang –orang yang sakit yang harus dipulihkan dari ketergantungan , kasihan mereka apabila belum sempat direhabilitasi namun sudah kehilangan
nyawa gara-gara narkoba,” paparnya. Diah berpesan, kepada seluruh peserta untuk ikut mensukseskan program pemerintah dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dengan menyebarluaskan informasi tentang bahaya narkoba ini. Dimulai dari lingkungan keluarga masing-masing, Jika hal ini dilakukan serentak oleh seluruh keluarga di Indonesia bukanlah hal mustahil Indonesia menjadi Negara Bebas penyalahgunaan Narkoba.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
kasuskasus
BNN Gerebek Rumah di Pluit,
150 Kg Sabu Disita T
im Badan Narkotika Nasional menggerebek sebuah rumah di kawasan Muara Karang, Pluit, Jakarta Utara. Di rumah tersebut, petugas menyita 150 kg narkoba jenis sabu. “Betul petugas BNN telah melakukan pengungkapan kasus di kawasan Pluit. Barang buktinya, 150 kilogram narkoba jenis methamphetamine atau sabu. Sabu dibungkus ke dalam 27 paket dari 80 paket manisan yang
dijadikan kamuflase oleh tersangka,” kata Kepala Bagian Humas BNN Kombes Pol Sumirat Dwiyanto di Jakarta, belum lama ini. Sumirat menjelaskan, 3 tersangka juga berhasil ditangkap dari rumah itu. Seluruh tersangka berinisial XJ, CW, dan LL juga sudah diamankan petugas BNN. “Tersangka berhasil kami tangkap di rumah di Pluit Karang Elok Blok I Barat V No 27 Muara Karang, (Pluit) Jakarta Utara,” lanjut Sumirat.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Berdasarkan pemeriksaan, ketiga tersangka merupakan jaringan internasional asal China. Mereka memesan sendiri dan mengirim sabu itu ke Indonesia. “Jaringan Tiongkok, karena dia mengirim barang sendiri dia terima sendiri. Dia baru satu bulan di sini. Nungguin barang dateng dia masukin rumah di Pluit itu,” ungkap Sumirat. Petugas BNN masih melakukan pemeriksaan
mendalam terhadap ketiga tersangka. Sebab, untuk narkoba jenis sabu, berat 150 kg itu merupakan angka yang luar biasa. “Itu yang masih kita dalami. Akan dikirim ke mana lagi sabu ini. Karena jumlah itu sangat luar biasa untuk sabu,” ujar Sumirat. Ketiga tersangka terancam UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman maksimal hukuman mati. (pas) SINAR BNN 39 EDISI IX - 2014
liputankegiatan
BNNK Palu Gandeng KNPI Berantas Narkoba
U
ntuk mensukseskan program Pencegahan, Pemberantasan, Penyalagunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), Badan Narkotika Nasional (BNNK) Palu menggandeng Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Palu. Upaya tersebut tampak pada kegiatan sosialisasi P4GN di Aula SMK Negeri 1 Palu, belum lama ini. kegiatan itu dihadiri sejumlah OKP dan Ormas dibawah naungan KNPI Kota Palu serta sejumlah pengurus OSIS SMA dan SMK se Kota Palu. Dalam kesempatan sosialisasi itu, hadir pula Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Administarsi (STIA) Palu, DR Timuddin DG Mangera Bauwo MSi, sekaligus bertindak sebagai salah satu pemateri, serta Kepala BNNK Palu, AKBP Sumantri Sudirman yang diwakili salah satu penyuluh BNNK Palu, Pelman. Kepada para anggota dan pengurus OKP, Ormas dan Osis, Pelman
40 SINAR BNN EDISI IX - 2014
berharap dapat ikut berperan aktif melawan penyalagunaan narkoba di lingkungan masingmasing. Mengingat berdasarkan UU Narkotika, bukan hanya BNN yang memiliki kewajiban dalam pemberantasan dan melawan kejahatan narkoba, namun juga masyarakat umum. Bahkan kata Pelman, jika dilihat dalam UU tersebut, jika ada orang dengan sengaja melihat dan membiarkan adanya kejahatan narkoba di lingkungannya atau keluarganya bisa dikenakan sanksi.
“Olehnya jika ada anggota keluarga, sahabat, teman dan tetangga kita yang diketahui menjadi korban (pecandu/ pemakai) silahkan hubungi Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) yang telah ditunjuk menteri Kesehatan RI, Rumah Sakit Madani, Anutapura, Undata dan Bhayangkara, dijamin kerahasiaannya dijaga, sementara korban atau sipemakai akan dirawat gratis hingga sembuh,” pesannya. Dalam kesempatan tersebut, Pelman juga menitip pesan kepada peserta sosialisasi untuk
terus memantau para anggota keluarga yang masih berstatus sekolah. Sebab saat ini, anak sekolah juga telah menjadi sasaran empuk. Bahkan tidak sedikit anak sekolah saat ini telah menjadi pengkonsumsi aktif obat-obat terlarang dan zat adiktif lainnya. “Hal ini sangat membahayakan, sebab THD dan zat adiktif seperti Lem Fox cukup relatif murah dan mudah ditemukan di lingkungan kita, olehnya harus diwaspadai penuh anakanak kita, demi masa depan generasi bangsa,” katanya. (nun)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
BNNK Cilacap Gencar Berantas Narkoba
WOM Cilacap. Mereka kita beri pemahaman agar jangan sampai mendekati atau bahkan terlibat dalam peredaran narkoba,” ujarnya.
S
ejak Oktober, Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Cilacap gencar menggelar berbagai kegiatan pencegahan penyalahgunaan peredaran narkoba di sejumlah tempat. Hal ini dimaksudkan agar seluruh lapisan masyarakat enggan bersentuhan dengan narkoba. Kepala BNNK Cilacap AKBP H Ruswanto SH melalui Kepala Seksi (Kasi) Pemberdayaan Masyarakat, Gentur Widyo S SH MM, mengungkapkan salah satu upaya pencegahan narkoba ini dengan tes urine mendadak disejumlah tempat. Dalam kegiatan ini, sasarannya yakni para abdi negara di lingkungan kecamatan, Muspika serta para kepala desa. Gentur menjelaskan, setidaknya ada enam kecamatan yang disambangi BNNK untuk dilakukan tes urine. Tercatat ada ratusan orang yang berhasil dites urine oleh para petugas BNNK. Mereka berada di Kecamatan Kawunganten, Bantarsari, Gandrungmangu, Kedungreja, Sidareja dan
Cipari. “Enam kecamatan itu berada di wilayah barat Cilacap. Daerah tersebut memang cukup rentan penyalahgunaan narkoba mengingat ada beberapa kecamatan yang berbatasan dengan wilayah Jawa Barat,” ujarnya. Tak hanya tes urine, pencegahan penyalahgunaan narkoba juga dilakukan dengan cara melakukan advokasi oleh BNNK. Jika sebelumnya, para PNS menjadi sasaran advokasi, kini para karyawan di lingkungan perusahaan swasta juga menjadi obyek advokasi. Sementara itu Kepala
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
Seksi (Kasi) Pencegahan, Parwito SSos MM mengatakan, advokasi untuk kalangan swasta ini, adalah implementasi Inpres 12 tahun 2011 tentang Strategi Nasional Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba. Menurut dia, advokasi ini digelar untuk memberi pemahaman kepada para karyawan, tentang bahaya penyelahgunaan narkoba. Mengingat, narkoba sudah masuk ke semua lini. “Kita melakukan advokasi di sejumlah perusahaan swasta. Di antaranya PT FIF, Dafam Hotel, Sinarmas Grup dan
Setelah dilakukan advokasi, kata Parwito, BNNK kemudian membentuk kader penyuluh anti narkoba di lingkungan pemerintahan serta karyawan swasta. Para kader ini dipilih saat acara advokasi narkoba digelar,“Para kader penyuluh narkoba ini kita beri tugas agar turut mensosialisasikan bahaya narkoba, baik di lingkungan tempatnya bekerja maupun di tempat tinggalnya. Dengan makin banyaknya kader-kader antinarkoba, maka kita harapkan Cilacap akan bebas narkoba,” tegas Parwito. (ron) SINAR BNN 41 EDISI IX - 2014
liputankegiatan
Pembentukan Satgas Anti Narkoba di Kampus
S
ejauh ini mahasiswa cukup rentan menjadi sasaran dan korban penyalahgunaan narkoba. Badan Narkotika Nasional (BNN) mendorong pembentukan satuan tugas (Satgas) antinarkoba untuk melakukan sosialisasi akan bahaya narkotika di kampus. Kasi Media Elektronik, Deputi Bidang Pencegahan, BNN, Diah Hariani Surtikanti mengatakan, pihak kampus harus ikut berperan serta melakukan tindakan preventif dengan mewajibkan setiap calon mahasiswa baru untuk melakukan tes kesehatan (tes narkoba dengan diambil sample urin) dan juga membentuk tim Satgas anti-narkoba yang bertugas melakukan sosialisasi akan bahaya narkotika kepada seluruh civitas akademika. “Karena akan sangat disayangkan apabila mahasiswa kehilangan masa depan yang seharusnya menjadi tujuan atau akhir dari perjuangannya, hanya karena coba-coba narkoba,” ungkap Diah
42 SINAR BNN EDISI IX - 2014
rehabilitasi. “Setelah mereka pulih dapat melanjukan studinya sampai selesai,” tegasnya. Diah juga menuturkan, peredaran narkoba hingga saat ini menjadi ancaman serius bagi generasi muda selaku pemegang estafet kepemimpinan bangsa di masa depan. “Apalagi, peredaran narkoba ini bekerja melalui sistem jejaring, yang tentu saja harus dilawan dengan Oleh karena itu, pada saat FGD di Kampus At jejaring, yaitu kesempatan ini Diah Thahiriyah, Kampung keterlibatan seluruh mengajak pecandu atau Melayu, Jakarta, belum komponen masyarakat keluarga pecandu untuk lama ini. dan instansi,” paparnya. melaporkan diri atau Selain itu, kata Diah, Dengan demikian, keluarganya kepada untuk meredam Institusi Penerima Wajib konsolidasi dari setiap penyebaran, peredaran, pihak pada seluruh instansi Lapor (IPWL) untuk dan penyalahgunaan perlu diberdayakan sebagai narkoba di kampus, maka medapat layanan motor penggerak rehabilitasi dari perlu mengoptimalkan pencegahan pemerintah. keterlibatan civitas penyalahgunaan narkoba Salah satu yang bisa akademika agar memiliki maupun jaringan diterapkan kampus kata persepsi yang sama Diah, adalah menerapkan peredaran narkoba di terkait dengan Indonesia. kebijakan yang ketat penanganan pecandu Diakhir penjesannya, terhadap mahasiswa yang narkoba. Diah mengimbau kepada “Saat ini sudah terjadi menjadi pecandu mahasiswa agar narkoba. “BNN tidak pergeseran paradigma senantiasa berhati-hati merekonmendasikan penanganan pecandu dalam memilih narkoba. Jika sebelumnya mahasiswa pecandu lingkungan, jangan narkoba untuk di pecandu narkoba sampai berawal dari salah dianggap pelaku kriminal keluarkan,” lanjut Diah. pilih teman berujung pada Menurut dia, (penjahat), maka saat ini hancurnya masa depan mahasiswa pencandu pecandu adalah orang sakit yang harus diobati,” narkoba akan diupayakan akibat penyalahgunaan untuk mendapat layanan narkoba. (pas) terangnya. Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
Berantas Narkoba, BNN Butuh Bantuan Remaja
B
adan Narkotika Nasional (BNN) terus berupaya melakukan pemberantasan terhadap peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obatobatan berbahaya (Narkoba). Namun, hal itu tidak bisa terealisasi bila tidak didukung oleh semua pihak. Penyuluh BNN Bidang Pencegahan, Rotua Sihotang, mengatakan peran pemuda dan kalangan remaja sangat dibutuhkan dalam melakukan pencegahan terhadap peredaran dan penyalahgunaan Narkoba. “Kita (pihak BNN) hanya bisa menjauhi (Narkoba) atau mencegahnya. Disinilah peran para pemuda dan remaja untuk melakukan upaya-upaya pencegahan, yang lebih kreatif dan lebih inovatif,” kata Rotua kepada sejumlah wartawan, belum lama ini. Dalam kesempatan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bagi Pemuda dan Remaja GPI Sidang Kota Wisata, di Gedung GPI Sidang Kota Wisata, Cileungsi, Bogor, Rotua menuturkan
kecanduan, apalagi sampai menjadi penyalur,” tuturnya. Sementara itu, Gabriel, salah satu perwakilan remaja, mengatakan agar UU no. 35 tahun 2009 tentang narkotika harus disosialisasikan ke masyarakat luas agar bisa sadar dan segera melapor bila ada penyalahgunaan narkoba tanpa perlu merasa takut ataupun dijebak dari berbagai oknum untuk melaporkan permasalahan narkoba kepada pihak yang berwenang. Ia juga berharap bagi Kendati demikian, para pengguna sebaiknya kalangan pemuda tidak ditangani dengan dianggap sebagai manusia Rotua mengingatkan, kalangan pemuda maupun penjara tetapi sebaiknya yang memiliki ide-ide kreatif dalam melakukan semua kalangan memiliki direhabilitasi. Jangan kegiatan positif yang bisa potensi yang sama dalam sampai ada permainan penyalahgunaan Narkoba. dalam penegakkan hukum menyukseskan program Tetapi, memang yang yang bisa merugikan pemerintah khususnya kerap menjadi sasaran masyarakat lantaran tidak dalam penanggulangan empuk adalah remaja paham undang-undang. masalah Narkoba. “Harus tahu lebih “Seperti meningkatkan yang masih dalam kategori usia labil. mengenai informasi komunitas remaja yang “Terutama remaja bahwa korban pecandu ada dengan baik. Kalangan dalam masa usia yang penyalahgunaan narkoba remaja dihadapkan labil, cenderung dan bukanlah tempatnya dengan pilihan bebas sangat rawan dalam berada di balik sel jeruji harus mampu dan penjara, tapi ditempatkan terampil di dalam memilih menyalahgunakan narkoba itu. Janganlah di rehabilitasi agar para pergaulan di sekitar menganggap enteng korban dapat di berikan lingkungan, agar tidak tentang narkoba, jangan pemulihan dari terjerumus dalam sampai terjerumus rehabilitasi-rehabilitasi penyalahgunaan karena ikut-ikutan lalu tersebut,” pungkasnya. narkoba,” ujarnya.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 43 EDISI IX - 2014
liputankegiatan
Mantan Pengguna Narkoba Dilatih Mahir Komputer
D
irektorat Pasca Rehabilitasi Deputi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) memberikan berbagai pelatihan keteramplan dan meningkatkan rasa percaya diri bagi mantan pengguna narkoba yang dikirim dari Balai Besar Rehabilitasi Lido, Bogor, ke Rumah Dampingan Cipinang Besar, Jakarta Timur, kemarin. Para residen yang didampingi Agus, diterima Koordinator Rumah Dampingan Cipinang, Drg. Trisnawati, dan program manager Rumah Dampingan Wilis Wulandari. Ini merupakan referral residen dari Balai Besar Rehabilitasi Lido tahap lima. Para residen diberikan pengarahan tentang kegiatan-kegiatan yang ada dan peraturanperaturan yang berlaku di Rumah Dampingan. Para Residen akan melaksanakan program di Rumah Dampingan selama 2 bulan. Dalam arahannya, Trisnawati menjelaskan, para residen tersebut telah mengikuti rehabiltasi primery 44 SINAR BNN EDISI IX - 2014
selama 6 bulan di Balai Besar Rehabilitasi BNN di Lido Bogor, “Kemudian mereka akan mengikuti program lanjutan pasca rehabilitasi di Rumah Dampingan Cipinang selama dua bulan,”jelas Trisnawati, ketika ditemui usai memberikan bekal dan arahan kepada residen, kemarin. Selanjutnya Trisnawati menjelaskan, dalam mengikuti program pasca rehabilitasi di Rumah Dampingan Cipinang, para residen diberikan ketrampilan vocasional diantaranya dilatih mencuci motor dan mobil dengan steam, pelatihan
mahir mengoperasikan komputer dan membuat kerajinan tangan handycraf,“Selain itu mereka juga tetap diberikan after care meeting, support group therapy, dan relaps prevention. Mantan penyalah guna narkoba di Rumah Dampingan Cipinang mendapatkan konseling dari psikolog dan medis dari dokter,” jelas Trisnawati. Trisnawati berharap para residen dapat mengikuti dan menjalani program pasca rehabilitasi dengan baik dan serius agar mereka bisa kembali hidup
normatif, produktif dan tidak relaps. Kunci untuk pulih dari ketergantungan narkoba ialah meningkatkan kualitas hidup, lepas dari kecanduan zat adiktif saja tidak cukup, “Banyak treatmet yang perlu diberikan kepada pecandu untuk kembali meningkatkan produktivitas. Bekal keterampilan, kesiapan mental, serta dukungan dari keluarga, teman, dan lingkungan sekitar memiliki peran penting dalam membantu mereka kembali dalam kekehidupan normal,” ujarnya. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
BNN Kerjasama dengan Yayasan Desa Madani mantan pecandu narkoba dalam rangka persiapan untuk kembali ke keluarga. Tujuan Rumah Dampingan adalah membimbing mantan pecandu narkoba, mengembangkan kepribadian yang tangguh terhadap godaan untuk memakai narkoba kembali, memberi kesempatan mereka untuk epuluh orang residen menggali dan mengembangkan minat yang telah selesai dan bakat yang dimiliki menjalani program rehabilitasi di Balai Besar dalam lingkungan Rehabilitasi BNN Lido, melanjutkan program pascarehabilitasi di Rumah Dampingan BNN Bandung. Mereka diantar tim referal dari Balai Besar rehabilitasi BNN Lido. Residen selama 2 bulan akan mendapatkan layanan pascarehabilitasi di Rumah Dampingan Bandung. Rumah Dampingan BNN yang ada di Bandung bekerja sama dengan Yayasan desa Madani, yang beralamat di jalan Raya Cinunug 14B, Cileunyi, Bandung. Drg. Febri dari Pasca Rehab BNN, menjelaskan, bahwa Rumah Dampingan merupakan suatu tempat yang diperuntukkan bagi
Tujuan Rumah Dampingan adalah membimbing mantan pecandu narkoba, mengembangkan kepribadian yang tangguh terhadap godaan untuk memakai narkoba kembali.
S
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
pendidikan, pergaulan yang sehat dan aman, serta membentuk mantan pecandu narkoba agar siap menjalani aktifitas sosial sesuai dengan potensi diri yang dimilikinya dan menerima tanggung jawab sebagai warga negara yang produktif. “Untuk mencapai tujuan tersebut, program pascarehabilitasi memuat tentang pencegahan kekambuhan, ketahanan diri, pengembangan diri,
pelatihan kerja, bimbingan dan konseling, serta pola hidup sehat,” jelas drg. Febri Residen di Rumah Dampingan BNN Bandung, mempunyai beberapa kegiatan keterampilan vocasional, anatara lain keterampilan bengkel las dan budidaya tanaman hias. Selain itu residen juga mempunyai kegiatan tambahan untuk menjaga tempat futsal, kolam renang dan fitnes centre. (lin)
SINAR BNN 45 EDISI IX - 2014
publikfigure
Ridwan Saidi
Sulit Berantas Narkoba dalam Sistem Liberal
“Maka, sebelum kita menekan angka kasus narkoba, kita harus memperbaiki sistem politik. Semakin liberal sistem politik suatu negara, semakin gila-gilaan peredaran narkoba,” tandas Ridwan Saidi.
B
udayawan Betawi Ridwan Saidi punya pandangan
46 SINAR BNN EDISI IX - 2014
menarik soal peredaran narkoba. Menurut dia, peredaran narkoba sangat dipengaruhi sistem politik suatu negara. Dengan sistem politik yang ketat, peredaran narkoba bisa ditekan. “Namun kalau sistem politik belum ketat, sulit memberantas peredaran narkoba. Di negara liberal, jumlah kasus narkoba membengkak,” kata Ridwan Saidi ketika ditemui usai menghadiri sebuah diskusi di Warung Daun, belum lama ini. Pria berusia 72 tahun itu lantas memberikan contoh kasus di negara
Belanda yang memiliki sistem politik liberal. Menurut dia, penertiban para pecandu narkoba di negeri kincir angin tersebut sulit. “Maka, sebelum kita menekan angka kasus narkoba, kita harus memperbaiki sistem politik. Semakin liberal sistem politik suatu negara, semakin gilagilaan peredaran narkoba,” tandas Ridwan Saidi. Lebih lanjut, Ridwan Saidi mengatakan, peredaran narkoba yang paling parah memang terjadi sejak zaman
reformasi. Sebelumnya pada zaman Orde Baru, peredaran narkoba masih cukup ketat. Ridwan kemudian mengajak warga memulai hidup sehat. Saat ini, lanjut dia, kampanye kesehatan lebih pada penyembuhan. Sehingga, lanjut dia, pola hidup sehat harus dimulai dari rumah. “Satu menit saja, saya belum pernah masuk rumah sakit. Karena saya sering jalan kaki. Usahakan apa yang bisa kita tempuh dengan jalan kaki, ya jalan kaki,” ujar Ridwan. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
publikfigure
KH. Maman Imanulhaq
Dorong Polisi dan BNN Agresif Berantas Narkoba
A
nggota Komisi VIII FPKB DPR RI, KH Maman Imanulhaq mendorong aparat kepolisian dan Badan Narkotika Nasional (BNN) agar lebih agresif memberantas peredaran miras dan Narkoba yang sudah menelan banyak korban. “Sudah terlalu banyak anak bangsa yang mati mengenaskan karena miras dan Narkoba , Kepolisian dan BNN harus lebih agresif berantas narkoba dan miras, tidak ada toleransi bagi perusak generasi bangsa,” kata Kiai Maman Imanulhaq dalam acara Deklarasi Anti Miras dan Narkoba, di Lapangan Alun-alun Kabupaten Majalengka, belum lama ini. Upaya memberantas Miras dan Narkoba diakuinya bukan perkara mudah, butuh kerjasama banyak pihak agar peredaran benda haram tak meluas bebas. “Saya tau ini bukan pekerjaan mudah, bukan bagi kepolisian dan BNN saja tapi semua elemen termasuk agamawan harus bersinergi melakukan perlawanan bandar narkoba yang mencari keuntungan
semata,” tegas KH Maman. Khusus miras oplosan, politisi muda yang biasa disapa Kang Maman menegaskan, perlu adanya pembatasan peredaran zat yang bisa dipergunakan sebagai materi campuran Miras oplosan. “Kepolisian dan BPOM dalam hal ini harus sinergi mengawasi ketat peredaran obat-obatan yang berpotensi disalahgunakan untuk bahan miras,”tuturnya. Terkait penyebab maraknya pengguna miras oplosan di kalangan masyarakat, Kang Maman
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
mengaku ada persoalan psikis, ekonomi dan rendahnya iman,”Perlu telaah sosial, pendekatan keagamaan, itulah kenapa sinergitas semua pihak penting memerangi persoalan ini,” tandasnya. Sementara itu, Kapolda Kapolda Jawa Barat, Irjen. Pol. Drs. Mochammad Iriawan, mengajak elemen masyarakat untuk ikut mengawal memerangi miras dan narkoba, khususnya diwilayah Jawa Barat,”Mohon dukungan semua elemen masyarakat karena ini tanggungjawab bersama,” tuturnya.
Kapolda juga berkomitmen akan memecat oknum polisi yang terlibat kasus miras dan narkoba. Hadir dalam acara Deklarasi Anti Miras dan Narkoba, Kapolda Jawa Barat, Irjen. Pol. Drs. Mochammad Iriawan, Kapolres Majalengka AKBP. Suyudi Ario Seto, Bupati Majalengka H. Sutrisno. Acara yang diakhiri dengan pemusanahan barang bukti razia miras dan narkoba juga dihadiri berbagai perwakilan elemen masyarakat dan kepemudaan. (rif) SINAR BNN 47 EDISI IX - 2014
publikfigure
Bupati Rejang Lebong Ajak Masyarakat Berantas Narkoba
B
upati Rejang Lebong (RL), H. Suherman, SE, MM mengungkapkan keprihatinnya terhadap kondisi wilayah calon Kabupaten Lembak. Khususnya terhadap mayoritas masyarakat Lembak yang ikut terdampak karena tingginya angka kejahatan di kawasan tersebut. Dia sependapat bahwa kondisi tersebut hanya karena ulah segelintir orang atau kelompok. Karena itu ia mengajak seluruh masyarakat 48 SINAR BNN EDISI IX - 2014
Lembak untuk bersamasama menjaga keamanan. Tak hanya itu ia juga mengajak masyarakat Lembak memberantas penyalahgunaan narkoba di wilayah itu. “Apa yang terjadi di Lembak sehingga kerap menimbulkan gangguan keamanan, hanya karena ulah segelintir orang. Nah masyarakat mayoristas inilah yang dapat mengatasinya. Jaga keamanan dan yang terpenting lagi mari kita berantas narkoba. Karena tidak ada alasan lain aksi
kriminalitas yang terjadi disebabkan pengaruh narkoba,” ungkap Suherman usai melakukan pemantauan Lembak dalam kesempatan roadshow Bakti Sosial (Baksos) di seluruh kecamatan di Lembak, belum lama ini. Suherman mengaku, banyak masyarakat Lembak yang memiliki keinginan membangun daerahnya. Hanya saja akibat ulah segelintir orang yang terus melakukan perbuatan melanggar hukum, hingga keseluruhan
mendapat citra buruk. Menurutnya, yang dapat memulihkan keadaan tersebut adalah masyarakat Lembak itu sendiri. “Karena dari kesadaran masyarakat untuk mau memerangi kejahatan dan narkoba di lingkungannya akan menekan angka kejahatan itu sendiri. Persoalan hukum tidak selalu dapat digantungkan dengan aparat kepolisian atau TNI. Mari kita samasama menjaga situasi daerah menjadi aman dan perangi narkoba,” tandasnya.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
publikfigure
Hanan A. Rozak
Aparat dan Warga Harus Kerjasama Berantas Narkoba melaporkan setiap orang yang diduga kuat sebagai pelaku penyalahgunaan narkoba. “Tanpa ada bantuan masyarakat, saya kira akan sulit bagi aparat memberantasnya. Sebab sasaran mereka adalah generasi penerus bangsa,” katanya. Dijelaskan Hanan, saat ini para pengedar membidik sasaran korbannya anak-anak remaja laki-laki dan wanita. Sasaran para pelaku pengedar ini menurutnya tidak melihat apakah calon korbannya berasal dari keluarga mampu atau tidak. “Sebab awalnya pelaku pengedar ini memberikan secara cuma-cuma. eredaran narkoba di pihaknya, Tuba menjadi Setelah kecanduan maka sasaran empuk peredaran korban dengan cara Tulangbawang narkoba dengan target mengundang apapun harus kalangan remaja. keprihatinan Bupati mendapatkan barang Bupati Hanan A. Hanan A. Rozak, M.S. dan haram itu,” tuturnya. Rozak, M.S. mengatakan, Wakil Bupati Heri Hal yang sama hingga saat ini peredaran diungkapkan Wakil Wardoyo. Menurut narkoba dalam wilayah pemimpin Tuba yang Bupati Heri Wardoyo. Tuba sudah sangat mengusung nama Saat ini dirinya menilai, Handoyo saat kampanye memprihatinkan. Selain para pengedar tidak pilkada lalu itu, diperlukan itu, juga warga memikirkan apakah calon masyarakat harus berani korbannya merupakan keseriusan aparat dan mau membantu penegak hukum dalam saudaranya atau bukan, aparat penegak hukum memberantas narkoba namun yang mereka cari dalam memberantas dalam wilayah Tuba. adalah keuntungan narkoba. Sebab berdasarkan berupa pengumpulan Caranya dengan informasi yang diterima harta benda dari menjual
P
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
barang haram tersebut. “Yang mereka pikirkan adalah bagaimana bisa mendapatkan uang,” katanya. Kepada aparat penegak hukum, Heri berharap agar memberikan hukuman setinggi-tingginya bagi pelaku atau pun pelaku yang mengaku sebagai korban atau kurir. Sebab, tindakan mereka sudah melanggar hak asasi manusia. “Pengedar ini tidak lagi berfikir bagaimana kelangsungan hidup generasi penerus bangsa, yang mereka pikirkan adalah bagaimana mencari konsumen sebanyak-banyaknya dan mendapatkan keuntungan yang sangat besar,”tuturnya. Upaya lainnya yakni pembatasan izin keramaian terhadap masyarakat. Sebab dengan cara itu maka hiburan hingga larut malam dapat dihentikan oleh aparat. “Kami mengimbau agar masyarakat tidak lagi menggelar hiburan hingga larut malam. Cukuplah paling lama pukul 21.00 WIB,”harapnya. (han) SINAR BNN 49 EDISI IX - 2014
liputankegiatan
Berdayakan Poskamling Cegah Peredaran Narkoba N
arkoba yang kian mengancam mendorong warga Babakan Jati, Desa Cikampek Timur, Karawang untuk terus meningkatkan kewaspadaan dengan mengoptimalkan Pos Pengamanan Lingkungan (Poskamling) setiap harinya. Seperti diungkapkan Kepala Dusun Babakan Jati, Desa Cikampek Timur, Drs. Soleh Supriatna, SH, cara ini dapat menjadi strategi preventif dari timbulnya kegiatan penyalahgunaan atau peredaran narkoba di lingkungan Babakan Jati,”Nantinya bila diketahui ada perilaku yang melanggar hukum, pengurus lingkungan
50 SINAR BNN EDISI IX - 2014
pemukiman akan segera berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk ditindak tegas,“Kami menolak tegas penyalahgunaan narkoba di Babakan Jati, jangan sampai masyarakat menjadi rusak karena mengonsumsi narkoba,” tandas Soleh Supriatna. Selain upaya seperti itu, pertemuan antar warga juga kerap dilakukan. Pada forum silaturahmi antar warga juga dibahas berbagai persoalan yang ada di masing-masing tingkat RT,”Termasuk kalau ada yang melaporkan penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh warganya, silahkan
disampaikan agar cepat diselesaikan masalahnya,” jelas Soleh Supriatna, yang juga sesepuh Desa Cikampek Timur. Menurut Soleh, langkah lainnya membentengi lingkungan Babakan Jati dari narkoba ialah melibatkan kalangan remaja dalam setiap kegiatan RW dan RT. Soleh mengemukakan, alasan itu didasari karena remaja rentan menyalahgunakan narkoba sehingga dirasa perlu mengajaknya dalam kegiatan sosial agar menjauhkannya dari penyalahgunaan narkoba. Sementara itu, Kapolsek Cikampek, Kompol Ahmad
Kompol Ahmad Syofwan, SH.
Syofwan, SH, sangat mengapresiasi upaya warga Babakan Jati dalam melindungi lingkungannya dari ancaman bahaya narkoba, karena menurutnya, penanggulangan narkoba pertama kali harus dilakukan oleh masyarakat. Pasalnya, lingkungan masyarakat merupakan wilayah peredaran dan penyalahgunaan narkoba oleh oknum pengedar serta Bandar,“Disini dituntut peranan warga mengawasi dan peduli memperhatikan situasi lingkungannya agar tidak ada pelanggaran hukum narkoba,” paparnya. Kapolsek menegaskan, lingkungan bersih narkoba tidak akan terwujud tanpa partisipasi masyarakat. Para pengedar dan Bandar akan leluasa melakukan aksinya, serta pengguna terus akan meningkat karena kurangnya perhatian dari warga. (pas)
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
liputankegiatan
TKI Perlu Paham Bahaya Narkoba
M
asih kurangnya pemahaman dan pengenalan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) mengenai bahaya narkoba, dirasa perlu membekalinya berkaitan dengan itu. Diharapkan setelah para TKI mengenal modus peredaran dan penyalahgunaan narkoba, mereka tidak lagi terjebak dengan kejahatan tersebut. Hal itu diutarakan Sekretaris Asosiasi Pengusaha Jasa TKI (APJATI) Imam Subali pada kegiatan Pemberdayaan Lingkungan Masyarakat
dalam P4GN yang diselenggarakan LSM FPKNHA bersama Komunitas Pengusaha Jasa TKI dan Badan Narkotika Nasional (BNN), di Hotel Maharadja, Jakarta, belum lama ini. Selama ini, sambung Imam Subali, banyak terungkap kasus yang melibatkan TKI dalam tindak kejahatan narkoba. TKI dimanfaatkan sebagai jasa kurir maupun pengedar narkoba tanpa mengetahui akibat hukumnya,“Biasanya mereka digunakan ketika akan pulang ke tanah air, dititipi barang yang tidak
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
diketahui isinya oleh TKI,” katanya. Ada pula modus lain berupa dipacari untuk memudahkan peredaran narkoba ke negara asalnya. Imam meminta agar kegiatan seperti ini bersifat sinergi antara pengusaha TKI dan BNN terus dibangun untuk mewujudkan tenaga kerja yang bersih narkoba dan peduli menanggulanginya. Sedangkan Ketua LSM FPKNHA M Syarifuddin menegaskan, TKI adalah pejuang bagi Bangsa Indonesia. Bukan hanya sebatas memberikan keuntungan devisa bagi negara, tetapi
menentukan citra Indonesia di mata bangsa lain,“Kalau TKI ikut terlibat narkoba maka nama baik bangsa akan ikut hancur, apalagi sudah mengetahui modus peredaran dan penyalahgunaannya,” papar Syarifuddin. Kasubdit Lingkungan Kerja dan Masyarakat BNN Dik Dik Kusnadi mengemukakan, saat ini Indonesia bukan sekadar negara persinggahan narkoba, tapi telah menjadi penghasil pula, “Itu diakibatkan kurangnya kepedulian dan pemahaman terhadap narkoba,” ujarnya. SINAR BNN 51 EDISI IX - 2014
siramanrohani
Mengenang Jasa Seorang Ibu Oleh Akhbar Islam
S
epanjang kehidupan manusia, sosok ibu memang tidak akan pernah bisa tergantikan dalam kehidupan kita sebagai seseorang yang penuh kasih sayang yang memberikan segalanya tanpa balas jasa. Bukan setumpuk Emas yang kau harapkan dalam kesuksesanku, bukan gulungan uang yang kau minta dalam keberhasilanku, bukan juga sebatang perunggu dalam kemenanganku, tapi keinginan hatimu 52 SINAR BNN EDISI IX - 2014
membahagiakan aku. Apa yang paling dinanti seorang wanita yang baru saja menikah? Sudah pasti jawabannya adalah: k-e-h-a-m-i-l-a-n. Seberapa jauh pun jalan yang harus ditempuh, Seberat apa pun langkah yang mesti diayun, Seberapa lama pun waktu yang harus dijalani, Tak kenal menyerah demi mendapatkan satu kepastian dari seorang bidan: p-o-s-i-t-i-f. Meski berat, tak ada
yang membuatnya mampu bertahan hidup kecuali benih dalam kandungannya. Menangis, tertawa, sedih dan bahagia tak berbeda baginya, karena ia lebih mementingkan apa yang dirasa si kecil di perutnya. Seringkali ia bertanya : menangiskah ia? Tertawakah ia? Sedihkah atau bahagiakah ia di dalam sana? Bahkan ketika waktunya tiba, tak ada yang mampu menandingi cinta yang pernah diberikannya, ketika itu
mati pun akan dipertaruhkannya asalkan generasi penerusnya itu bisa terlahir ke dunia. Rasa sakit pun sirna, ketika mendengar tangisan pertama si buah hati, tak peduli darah dan keringat yang terus bercucuran. Detik itu, sebuah episode cinta baru saja berputar. Tak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain anak. Tak satu pun tema yang paling menarik untuk didiskusikan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
siramanrohani bersama rekan sekerja, teman sejawat, kerabat maupun keluarga, kecuali anak. Si kecil baru saja berucap “Ma?” segera ia mengangkat telepon untuk mengabarkan ke semua yang ada di daftar telepon. Saat baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara haru, bangga dan sedikit takut si kecil terjatuh dan luka. Hari pertama sekolah adalah saat pertama kali matanya menyaksikan langkah awal kesuksesannya. Meskipun disaat yang sama, pikirannya terus menerawang dan bibirnya tak lepas berdoa, berharap sang suami tak terhenti rezekinya. Agar langkah kaki kecil itu pun tak terhenti di tengah jalan. “Demi anak”, “Untuk anak”, menjadi alasan utama ketika ia berada di pasar berbelanja keperluan si kecil. Saat ia berada di pesta seorang kerabat atau keluarga dan membungkus beberapa potong makanan dalam tissue. Ia selalu mengingat anaknya dalam setiap suapan nasinya, setiap gigitan kuenya, setiap kali hendak berbelanja baju untuknya. Tak jarang, ia urung membeli baju untuk dirinya sendiri dan berganti mengambil baju untuk anak. Padahal, baru kemarin sore ia membeli baju si kecil. Meski pun, terkadang ia harus berhutang. Lagilagi atas satu alasan, demi anak. Di saat pusing
pikirannya mengatur keuangan yang serba terbatas, periksalah catatannya. Di kertas kecil itu tertulis: 1. Beli susu anak; 2. Uang sekolah anak. Nomor urut selanjutnya baru kebutuhan yang lain. Tapi jelas di situ, kebutuhan anak senantiasa menjadi prioritasnya. Bahkan, tak ada beras di rumah pun tak mengapa, asalkan susu si kecil tetap terbeli. Takkan dibiarkan si kecil menangis, apa pun akan dilakukan agar senyum dan tawa riangnya tetap terdengar. Ia menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu yang tak pernah dibayar, menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai, dan menjadi babby sitter yang paling setia. Sesekali ia menjelma menjadi puteri salju yang bernyanyi merdu menunggu suntingan sang pangeran. Keesokannya ia rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar dan menghalau musuh agar tak mengganggu. Atau ketika ia dengan lihainya menjadi seekor kelinci yang melompat-lompat mengelilingi kebun, mencari wortel untuk makan sehari-hari. Hanya tawa dan jerit lucu yang ingin didengarnya dari kisah-kisah yang tak pernah absen didongengkannya. Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus menyamarkan suara menguapnya dengan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
auman harimau. Atau berpura-pura si nenek sihir terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata barang sedetik. Namun, si kecil belum juga terpejam dan memintanya menceritakan dongeng ke sekian. Dalam kantuknya, ia pun terus mendongeng. Tak ada yang dilakukannya di setiap pagi sebelum menyiapkan sarapan anak-anak yang akan berangkat ke sekolah. Tak satu pun yang paling ditunggu kepulangannya selain suami dan anak-anak tercinta. Serta merta kalimat, “sudah makan belum?” tak lupa terlontar. Saat baru saja memasuki rumah. Tak peduli meski si kecil yang dulu kerap ia timang dalam dekapannya itu, sekarang sudah menjadi orang dewasa yang bisa saja membeli makan siangnya sendiri di Sekolahnya. Hari ketika si anak yang telah dewasa itu mampu mengambil keputusan terpenting dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidup bersama pasangannya, siapa yang paling menangis? Siapa yang lebih dulu menitikkan air mata? Lihatlah sudut matanya, telah menjadi samudera air mata dalam sekejap. Langkah beratnya ikhlas mengantar buah hatinya ke kursi pelaminan. Ia menangis melihat anaknya tersenyum bahagia dibalut gaun
pengantin. Di saat itu, ia pun sadar, buah hati yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cintanya itu tak lagi hanya miliknya. Ada satu hati lagi yang tertambat, yang dalam harapnya ia berlirih, “Masihkah kau anakku?” Saat senja tiba. Ketika keriput di tangan dan wajah mulai berbicara tentang usianya. Ia pun sadar, bahwa sebentar lagi masanya kan berakhir. Hanya satu pinta yang sering terucap dari bibirnya, “Bila ibu meninggal, ibu ingin anakanak ibu yang memandikan. Ibu ingin dimandikan sambil dipangku kalian”. Tak hanya itu, imam shalat jenazah pun ia meminta dari salah satu anaknya. “Agar tak percuma ibu mendidik kalian menjadi anak yang shalih & shalihat sejak kecil,” ujarnya. Duh IBU, semoga saya bisa menjawab pintamu itu kelak. Bagaimana mungkin saya tak ingin memenuhi pinta itu? Sejak saya kecil ibu telah mengajarkan arti cinta sebenarnya. Ibulah madrasah cinta saya, Ibulah sekolah yang hanya punya satu mata pelajaran, yaitu “cinta”. Sekolah yang hanya punya satu guru yaitu “pecinta”. Sekolah yang semua murid-muridnya diberi satu nama: “anakku tercinta”. Untuk Mengenang Jasa dan Sayang Ibu untuk Kita Renungkan bersama. SINAR BNN 53 EDISI IX - 2014
testimoni
Berantas Narkoba dengan Taruhan Nyawa Mungkin inilah sebuah resiko yang harus ia terima dari pekerjaan sebagai seorang cepu. Bayaran yang ia terima dari para petugas, mungkin belum sepadan dengan pekerjaannya yang bisa merengut jiwanya.
yang hanya lulusan sebuah STM di Jakarta tidak bisa bekerja sebagaimana para pemuda seusianya. Setiap kali melamar pekerjaan dia selalu terbentur dengan catatan kriminalnya. Akhirnya Choi pun memilih bekerja membantu kepolisian sebagai seorang informan atau yang lebih dikenal dengan sebutan cepu di satuan narkotika di sebuah Polres di Jakarta. Selain itu, ia pun harus
mengetahui seluruh tempat penjualan narkoba hingga jaringan perdagangannya. Bahkan tidak jarang, ia harus masuk ke sebuah jaringan pengedar narkoba selama beberapa bulan bahkan hingga tahunan. Sehingga tidak jarang berkat informasinya, banyak sahabatnya yang harus masuk tahanan. Mungkin inilah sebuah resiko yang harus ia terima dari pekerjaan sebagai seorang cepu.
Bayaran yang ia terima dari para petugas, mungkin belum sepadan dengan pekerjaannya yang bisa merengut jiwanya. Jika informasi yang ia berikan sangat penting, maka bayarannya pun sangat besar dan sebaliknya. Namun Choi menyenangi pekerjaanya, namun dia tidak mau berkomentar sampai kapan ia menjalani pekerjaannya yang berbahaya ini.
B
agi mereka yang tidak menyenangi resiko dan tantangan, profesi menjadi informan atau mata-mata tentu bukan profesi ideal dan menjadi cita-cita. Selain syarat resiko, tidak semua orang bisa menjalani pekerjaan ini. Bekerja di perkantoran atau di tempat-tempat yang menghasilkan uang, sangat diimpikan bagi semua orang. Apalagi yang mempunyai pendidikan dan ketrampilan. Namun tidak bagi pemuda yang biasa dipanggil Choi ini. Choi 54 SINAR BNN EDISI IX - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
tipssehat
Gula Darah Rendah Sebabkan Orang Mudah Marah
M
udah marah dengan orang lain atau hanya karena hal-hal kecil? Mungkin Anda menderita gula darah rendah. Berdasarkan penelitian, gula darah rendah atau hipoglikemia membuat seseorang mudah marah dan tidak berenergi. “Ada cukup banyak penelitian yang menunjukkan bahwa rendahnya tingkat gula darah mempengaruhi orang untuk marah,” ujar Profesor David Benton, seorang psikolog dari Swansea University seperti dikutip dari dailymail.co.uk. Penelitian di Amerika Serikat tahun ini juga menunjukkan bahwa gula darah rendah membuat seseorang menjadi
agresif. Faktor yang membuat seseorang menjai lebih agresif hingga saat ini masih diteliti lebih lanjut. Profesor kimia biologi di Imperial College London Jeremy Nicholson mengatakan, kemungkinan seeorang menjadi agresif karena rendahnya kadar glukosa di otak. Menurut dia, fungsi otak tidak bisa berjalan dengan baik jika kebutuhan glukosa rendah. Berdasarkan penelitian, gula darah rendah sering kali mengakibatkan perpecahan dalam rumah tangga. Hal ini terjadi jika salah satu pasangan menderita hipoglikemia sehingga sering marahmarah. Sementara itu, apa yang menyebabkan gula
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
darah rendah? Banyak yang mengatakan bahwa kadar gula darah rendah terjadi karena kurang makan. Namun, berdasarkan penelitian ini, gula darah rendah juga bisa disebabkan oleh kombinasi makanan yang salah. Misalnya, kombinasi minuman berakohol dengan makanan manis seperti cokelat yang dikonsumsi bersamaan. Benton mengatakan, alkohol dapat membuat kadar gula darah rendah. Namun, sensitifitas terhadap kadar gula darah rendah itu tergantung pada fisiologi tubuh manusia. Hipoglikemia juga dapat terjadi jika orangorang penderita diabetes tipe 1 terlalu banyak
menyuntikan insulin ke dalam tubuh. Gejala seseorang yang menderita hipoglikemia di antaranya berkeringat, kelelahan, penglihatan kabur, kebingungan, kejang, dan bisa membuat seseorang tak sadarkan diri. Bahkan dalam tingkatan yang cukup parah bisa membuat seseorang koma. Menurut Nicholson, siapa pun yang tidak makan selama lebih dari delapan jam berisiko hipoglikemia. Untuk itu, jangan lupa makan atau rutin makan dan minum pada pagi, siang, dan malam. “Buah dan sayur merupakan solusi jangka panjang yang lebih baik untuk menjaga kadar gula darah,” kata Nicholson. SINAR BNN 55 EDISI IX - 2014
tipssehat
Makan Malam Sebelum Pukul 19.00
Hindarkan Diri dari Peningkatan Asam Lambung
S
ekarang ini semakin banyak orang yang menderita masalah pencernaan yang terkait dengan obesitas atau diabetes. Alasannya tentu saja diet dan pilihan makan yang tidak sehat. Makanan yang tidak dicerna dengan sempurna mampu menyebabkan gangguan. Yang sering mengganggu pencernaan adalah makan malam. Itulah mengapa disarankan sebaiknya makan malam sebelum pukul 19.00. Karena, beberapa jam setelahnya, semua sistem dalam tubuh berhenti bekerja. Ini manfaat makan malam sebelum pukul 19, seperti dilansir dari boldsky. Menghindari peningkatan asam lambung. Jika makan makanan berat sebelum tidur, kita akan merasa tidak nyaman sambil berbaring di tempat tidur. Selain itu, asam lambung akan naik dan menyebabkan perasaan terbakar di dalam hati. Memberikan lebih banyak waktu untuk mencerna makanan. 56 SINAR BNN EDISI IX - 2014
Satu keuntungan makan malam lebih awal adalah memberikan waktu yang lebih lama sehingga makanan dapat dicerna dengan baik. Karena ketika kita tidur, proses pencernaan makanan yang tidak sempurna dan membuat serangkaian masalah pencernaan. Menghindari obesitas. Penelitian menunjukkan bahwa makan malam berhubungan dengan obesitas. Ini terjadi karena sistem
pencernaan tubuh tidak berjalan dengan baik di malam hari dan metabolisme cenderung memperlambat sistem. Jadi, jika makan malam lebih awal maka kita dapat menghindari obesitas. Mengurangi kemungkinan makan berlebihan. Salah satu alasan terbaik makan malam sebelum pukul 19 adalah kita dapat mengurangi kecenderungan makan berlebihan. Karena jarak antara makan siang dan
makan malam tidak terlalu lama, sehingga kita tidak merasa terlalu lapar di malam hari dan tentu saja, makan malam pun tidak terlalu banyak. Tubuh sebenarnya memiliki jam alami untuk pencernaan. Di atas pukul 5 adalah waktu untuk mencerna makanan. Jadi kita tidak memberatkan kerja pencernaan dengan makan terlalu banyak. Bila tidak , maka pencernaan yang menjadi masalah. Oleh karena itu, sebaiknya makan malam sebelum pukul 19.00.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
tipssehat
Kurang Tidur Kok Badan Malah Tambah Gemuk?
B
anyak orang yang meremehkan manfaat tidur bagi kesehatan. Padahal, kurangnya waktu tidur bisa menyebabkan berbagai efek, salah satunya membuat berat badan naik. Penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Cell menunjukkan, efek negatif dari pola tidur yang tidak teratur dapat dideteksi pada tingkat terendah sistem biologis kita, dalam setiap bakteri tubuh. Pola tidur dan pola makan yang tidak stabil akan menyebabkan perubahan negatif metabolik pada bakteri usus. Perubahan ini berhubungan dengan tingkat kegemukan, kanker, penyakit jantung, diabetes, dan kerentanan terhadap infeksi. Studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa pola tidur dan makan tidak teratur dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Sebuah studi yang diterbitkan dalam The International Journal of Obesity menemukan bahwa tikus yang diberi makan siang hari (jam mereka biasanya tidur) bobot tubuhnya naik dua kali lipat sama seperti berat badan tikus yang diberi pola makan sama selama waktu alami mereka bangun. Kurang tidur juga dapat menyebabkan fluktuasi hormon yang bisa membuat seseorang hampir mustahil menurunkan berat badan. Penelitian yang dilakukan
di Universitas Stanford menunjukkan bahwa tidur yang kurang dari 7,7 jam malam menciptakan ketidakseimbangan dalam hormon yang mengatur nafsu makan dan kenyang, sehingga Anda merasa lapar sepanjang waktu tapi makanan yang dimakan tidak memuaskan Anda. Ketiga studi ini menunjukkan efek kerusakan akibat pola tidur dan makan yang tidak teratur. Bekerja shift malam atau perjalanan udara mungkin sering mengganggu rutinitas kita, tetapi yang lebih sering kita menciptakan sendiri kondisi tersebut. Misalnya saja dengan terjaga sampai larut malam menonton televisi, makan terlalu malam, atau menatap layar gadget di jamjam seharusnya kita tidur. Mendapatkan istirahat Siapkan lebih awal. Bersiap-siap untuk tidur panjang sebelum waktu istirahat tiba akan
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
memastikan bahwa begitu rasa kantuk datang Anda tinggal masuk ke dalam selimut dan memejamkan mata. Sebaliknya, jika Anda baru membersihkan muka atau memastikan pintu telah terkunci setelah mata mulai mengantuk, bisa jadi Anda justru segar kembali saat naik ke tempat tidur. Matikan komputer satu jam sebelum tidur. Bermain komouter pada waktu senggang di larut malam sebenarnya adalah pembunuh tidur. Keseruan menjelajah di dunia maya justru membuang-buang waktu istirahat yang Anda butuhkan. Cahaya terang dari layar gadget dapat mengganggu ritme sirkadian Anda, yang mengarah pada tidur yang gelisah. Berhenti makan dari pukul 20:30. Makan di malam hari adalah strategi untuk tetap terjaga. Jika Anda menutup dapur setelah makan malam, Anda akan
merasa siap untuk tidur lebih awal dan tidur lebih baik (karena Anda tidak akan mencerna semua makanan itu). Anda akan bangun karena benar-benar lapar untuk sarapan dan menyiapkan pola makan yang sehat untuk sepanjang hari. Awali pagi hari dengan persiapan saat malam sebelumnya. Persiapkan apa yang akan Anda bawa esok hari pada malam sebelumnya. Apa pun yang Anda berhasil lakukan saat malam akan mempercepat kegiatan esok dan memungkinkan Anda untuk beristirahat lebih mudah dan lebih lama. Jangan memeriksa ponsel untuk mengobrol sebelum tidur. Anda mungkin membaca sesuatu yang menggelisahkan, dan jika dijawab, Anda akan menemukan diri Anda terjaga setelah berhasil mengirim. Kecuali sesuatu yang penting, abaikan saja pesan-pesan yang masuk ke ponsel Anda. Kunci untuk lebih baik, tidur lebih teratur adalah rekayasa ulang kebiasaan malam Anda. Pilih dua dari solusi kecil di atas (atau datang dengan sendiri), berlatih dengan setia selama empat minggu, dan Anda akan segera menemukan rutinitas baru secara alami yang menyebabkan tidur lebih teratur. (Eva Erviana) SINAR BNN 57 EDISI IX - 2014
gayahidup
Lima Menit di Tempat Hijau Sehatkan Mental B
erolahraga lima menit saja di lahan hijau dan terbuka seperti taman atau kebun ternyata memberi manfaat besar bagi kesehatan mental Anda, demikian hasil riset terbaru di Inggris. Temuan ini menambah bukti bahwa kombinasi antara aktivitas olahraga dan alam dapat memperbaiki kualitas kehidupan. Para pakar di University of Essex dalam penelitiannya mengindikasikan, aktivitas fisik di lahan hijau dan terbuka selama lima menit saja seperti berjalan kaki, berkebun, bersepeda atau menanam pohon dapat mendorong semangat dan penghargaan diri. “Kami percaya bahwa akan ada banyak potensi manfaat bagi individu, masyarakat dan bagi biaya layanan kesehatan jika seluruh kelompok manusia melakukan lebih banyak pengobatan diri dengan berolah raga di tempat hijau,” kata Jo Barton, salah seorang pimpinan riset. 58 SINAR BNN EDISI IX - 2014
Banyak kajian lain memperlihatkan bahwa berolahraga di tempat terbuka dapat mengurangi resiko sakit mental dan meningkatkan rasa sehat. Tetapi Barton mengatakan hingga saat ini tak seorang pun mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk beraktivitas di tempat hijau agar manfaatnya terlihat nyata. Barton dan timnya mengkaji data 1.252 orang dengan status
kesehatan mental, jenis kelamin, dan usia yang berbeda. Data ini bersumber dari 10 penelitian yang ada di Inggris. Mereka menganalisis kegiatan seperti berjalan, berkebun, bersepeda, memancing, mendayung, menunggang kuda dan menanam pohon. Hasil kajian menunjukkan, perbaikan kesehatan paling signifikan terjadi pada pemuda dan orang yang menderita sakit mental,
kendati orang dari semua usia dan kelompok sosial juga menikmati manfaatnya. Dampak positif yang paling besar pada penghargaan diri muncul dari dosis lima menit “olah raga di tempat hijau”. Peneliti menyatakan, lingkungan yang sifatnya alami bermanfaat, termasuk taman di kota kecil atau besar. Namun daerah yang hijau yang lengkap dengan sumber air tampaknya memiliki manfaat yang lebih besar.
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
artikel
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara
SINAR BNN 59 EDISI IX - 2014
SINAR BNN EDISI IX - 2014
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi dari pada Dipenjara