PENDAHULUAN
Latar Belakang Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan luar sekolah (non formal) bagi petani dan keluarganya agar berubah sikap dan perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better environment) (Departemen pertanian, 2009). Penyuluhan
dapat
diartikan
sebagai
proses
perubahan
perilaku
(pengetahuan, sikap dan keterampilan) di kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau
dan
mampu
melaksanakan
perubahan-perubahan
demi
tercapainya
peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian (Huda, 2002). Pentingnya penyuluhan pembangunan juga diawali oleh kesadaran akan adanya kebutuhan manusia untuk mengembangkan dirinya agar lebih mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Karena itu, kegiatan penyuluhan pembangunan terus menerus dikembangkan dalam rangka menggerakkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan agar mereka memiliki kemampuan menolong dirinya sendiri untuk mencapai tujuan perbaikan mutu hidup dan kesejahteraan yang dicita-citakan (Mardikanto, 1992). Peran
penyuluh
yaitu
membantu
petani
untuk
memecahkan
permasalahannya sendiri dengan kemampuan yang dimiliki sendiri, sehingga
petani dapat menjadi lebih baik. Penyuluh juga memiliki peran untuk menyampaikan program-program pemerintah dan menyampaikan teknologi baru dalam peningkatan produksi pada bidang pertanian. Program memiliki peran yang penting dalam suksesnya penyuluhan (Priyono, 2009). Terlepas dari berbagai persoalan, banyak pihak menyadari bahwa kegiatan penyuluhan pertanian masih sangat diperlukan oleh petani. Kondisi pertanian rakyat masih lemah dalam banyak aspek, sementara tantangan yang dihadapi semakin berat, jadi sebenarnya mereka justru memerlukan kegiatan penyuluhan yang makin intensif, berkesinambungan dan terarah. Untuk mewujudkan kondisi penyuluhan pertanian seperti ini memang tidak mudah, dan tidak mungkin dapat dilakukan dalam waktu singkat. Meskipun demikian, upaya-upaya perbaikan yang nyata perlu segera dilakukan, karena jika tidak, kinerja penyuluhan pertanian yang memang sudah mengalami kemunduran besar akan semakin memburuk. Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) yang dicanangkan Pemerintah guna meningkatkan kualitas dan produktifitas padi sangat membantu para petani padi dalam melakukan pengelolaan untuk hasil yang lebih baik (Mar, 2010). Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia merupakan salah satu agenda besar dalam program ini. Lewat SLPTT ini diharapkan muncul pendamping yang dapat mendampingi petani di lapangan dalam menemukan dan memecahkan masalah mereka. Dipilihnya pola ini karena model penyuluhan belum terbukti mampu memecahkan masalah di lapangan (Mar, 2010). Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu terbukti berhasil dalam menurunkan biaya pestisida, meningkatkan hasil panen dan membuat pertanian
lebih berkelanjutan sehingga Departemen Pertanian RI sekarang menerapkan pendekatan serupa pada berbagai masalah lain. Keberhasilan hanya akan tercapai melalui pelatihan kembali seluruh staf yang sebelumnya menggunakan pendekatan dari atas ke bawah (Van den Ban, 1999). Daerah penelitian mulai mendapatkan Program Penyuluhan Pertanian SL PTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) pada tahun 2007 yang diberikan kepada para petani yang tergabung dalam anggota Kelompok Tani yang mengelola lahan pertanaman seluas 25 Ha dengan Laboratorium Lahan seluas 1 Ha sebagai sarana belajar bersama anggota Kelompok Tani. Laboratorium Lahan seluas 1 Ha tersebut memperoleh bantuan saprodi dari pemerintah seperti benih, pupuk dan sarana produksi lainnya. Pemilihan Laboratorium Lahan tersebut dilakukan berdasarkan hasil kesepakatan bersama setiap anggota Kelompok Tani. Disamping ketertarikan untuk mengevaluasi bagaimana sikap petani padi sawah anggota kelompok tani terhadap pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SL PTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu): Hama Terpadu yang dilaksanakan di daerah penelitian, terdapat ketertarikan untuk membandingkan sikap petani padi sawah dari anggota 2 (dua) kelompok tani di daerah penelitian, yaitu: kelompok tani yang telah lama terbentuk dan kelompok tani yang baru terbentuk. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa luas panen komoditi padi sawah di Kecamatan Hamparan Perak pada tahun 2009 adalah sebesar 10.222 satuan yang merupakan luas panen tertinggi di Kabupaten Deli Serdang. Produksi komoditi padi sawah pada Kecamatan Hamparan Perak adalah sebesar 53.396 satuan dan produktivitasnya adalah sebesar 52,24 satuan yang merupakan salah satu daerah
yang mendekati jumlah rata-rata produktivitas padi sawah di Kabupaten Deli Serdang. Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009. No. Kecamatan
Luas Panen (Ha)
1. Gunung Meriah 2. STM Hulu 3. Sibolangit 4. Kutalimbaru 5. Pancur Batu 6. Namorambe 7. Biru-Biru 8. STM Hilir 9. Bangun Purba 10. Galang 11. Tanjung Morawa 12. Patumbak 13. Deli Tua 14. Sunggal 15. Hamparan Perak 16. Labuhan Deli 17. Percut Sei Tuan 18. Batang Kuis 19. Pantai Labu 20. Beringin 21. Lubuk Pakam 22. Pagar Merbau Jumlah
1.104 990 1.370 1.976 940 1.832 1.795 1.715 365 2.063 4.925 1.428 40 4.905 10.222 6.632 10.167 2.029 8.443 4.503 3.376 3.916 74.737
Produksi (Ton) 5.612 4.957 6.925 10.087 4.774 9.486 9.134 8.739 1.827 10.772 25.669 7.200 204 25.604 53.396 34.503 53.585 10.296 43.872 23.888 18.104 20.961 389.597
Produktivitas (Kw/Ha) 50,82 50,07 50,56 51,04 50,79 51,78 50,88 50,97 50,03 52,20 52,12 50,42 50,47 52,20 52,24 52,03 52,71 50,75 51,96 53,05 53,62 53,52 52,13
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: 1. Bagaimana perkembangan penyuluhan pertanian di daerah penelitian selama 5 (lima) tahun terakhir? 2. Bagaimana karakteristik petani padi sawah anggota Kelompok Tani (umur, tingkat pendidikan, lama bertani dan luas lahan) di daerah penelitian?
3. Bagaimana sikap petani anggota Kelompok Tani yang telah lama terbentuk terhadap pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) SL PTT: Hama Terpadu di daerah penelitian? 4. Bagaimana sikap petani anggota Kelompok Tani yang baru terbentuk terhadap pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) SL PTT: Hama Terpadu di daerah penelitian? 5. Bagaimana pengaruh karakteristik petani anggota Kelompok Tani yang telah lama terbentuk (umur, tingkat pendidikan, lama bertani dan luas lahan) terhadap sikap petani pada pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SL PTT: Hama Terpadu di daerah penelitian? 6. Bagaimana pengaruh karakteristik petani anggota Kelompok Tani yang baru terbentuk (umur, tingkat pendidikan, lama bertani dan luas lahan) terhadap sikap petani pada pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SL PTT: Hama Terpadu di daerah penelitian? 7. Bagaimana perbandingan sikap petani antara anggota Kelompok Tani yang telah lama terbentuk dengan Kelompok Tani yang baru terbentuk terhadap Program Penyuluhan Pertanian SL PTT: Hama Terpadu di daerah penelitian?
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui perkembangan penyuluhan pertanian selama 5 (lima) tahun terakhir di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui karakteristik petani padi sawah anggota Kelompok Tani (umur, tingkat pendidikan, lama bertani dan luas lahan) di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui sikap petani anggota Kelompok Tani yang telah lama terbentuk terhadap pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian
SL PTT:
Hama Terpadu di daerah penelitian. 4. Untuk mengetahui sikap petani anggota Kelompok Tani yang baru terbentuk terhadap pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SL PTT: Hama Terpadu di daerah penelitian. 5. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik petani anggota Kelompok Tani yang telah lama terbentuk (umur, tingkat pendidikan, lama bertani dan luas lahan) terhadap sikap petani pada Program Penyuluhan Pertanian SL PTT: Hama Terpadu di daerah penelitian. 6. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik petani anggota Kelompok Tani yang baru terbentuk (umur, tingkat pendidikan, lama bertani dan luas lahan) terhadap sikap petani pada Program Penyuluhan Pertanian SL PTT: Hama Terpadu di daerah penelitian. 7. Untuk mengetahui perbedaan sikap petani antara anggota Kelompok Tani yang telah lama terbentuk dengan Kelompok Tani yang baru terbentuk terhadap Program Penyuluhan Pertanian SL PTT: Hama Terpadu di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam kegiatan penyuluhan pertanian serta sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.