BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun , maka keadaan yang demikian itu menuntut pengembangan sistem administrasi kependudukan. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pada pasal 21 ditegaskan bahwa dalam penyelenggaraan otonomi daerah, daerah mempunyai kewajiban pengelolaan Administrasi Kependudukan.
Administrasi
kependudukan
dibutuhkan
sebagai
data
informasi pertambahan dan perkembangan penduduk serta persebarannya guna perencanaan pembangunan di daerah.
Data Informasi yang akurat sebagai bahan pertimbangan yang objektif dalam menetapkan suatu kebijakan dalam perencanaan dan strategi pembangunan
kedepan
serta
evaluasi
dimasa
lalu.
Pelaksanaan
pembangunan yang semakin meningkat membawa dampak dari adanya pertambahan penduduk, untuk diketahui keadaan penduduk dan persebaran dengan berbagai kualitas yang dimiliki diharapkan pemerintah daerah dapat mengambil kebijakan dan langkah – langkah strategis yang jelas dan teratur dalam penyusunan perencanaan pembangunan dan anggaran. Penyusunan pelaksanaan kebijakan dan program – program pembangunan yang baik memerlukan dukungan dan kerja sama yang baik pula antara kecamatan yang ada di daerah kabupaten Tanjung Jabung Barat sehingga
ketersediaan
data
yang
lebih
akurat,terkini/tepat
waktu,relevan,komprehensif,konsisten dan berkesinambungan.Hal ini juga berlaku untuk data kependudukan sebagai dasar penyusunan kebijakan kependudukan baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota, sehingga diharapkan pendayagunaan data SIAK akan dapat dilakukan secara optimal,akurat dan mutahir dalam rangka mendukung pembangunan nasional
1
dan pembangunan daerah. Pertumbuhan penduduk sangat berkaitan dengan kesejahteraan
masyarakat.Pengetahuan
tentang
aspek
–
aspek dan
komponen demografi seperti fertilitas,mortalitas,migrasi,ketenagakerjaan, perkawinan dan aspek keluarga dan rumah tangga akan membantu pemerintah daerah khususnya pemerintah daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam mengembangkan program pembangunan kependudukan dan
peningkatan
kesejahteraan
sasaran.Kesejahteraan
masyarakat
masyarakat menjadi
latar
yang belakang
tepat dalam
penyusunan Profil Kependudukan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. B. TUJUAN Tujuan penyusunan Buku Profil Kependudukan ini
yaitu
memberikan gambaranyang jelas mengenai kondisi perkembangan penduduk di kabupaten Tanjung Jabung Barat baik perkembangan masa lampau maupun perkembangan kedepannya, gambaran secara statistik menyangkut variabel jumlah penduduk, struktur , umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan dan kematian sebagai sumber data yang disusun setiap tahun sehingga dapat dicapai sasaran yang diinginkan dari setiap kegiatan yang direncanakan dalam satu tahun anggaran.
Jumlah
penduduk
disuatu
daerah
merupakan
potensi
pembangunan yang besar jika berkualitas,sebaliknya jika suatu wilayah memiliki jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk yang pesat tetapi kualitasnya
rendah
maka
justru
akan
menjadi
beban
bagi
proses
pembangunan yang dilaksanakan.
Adapun
tujuan
spesifik
Kependudukan ini sebagai berikut :
2
pada
penyusunan
Buku
Profil
1.
Untuk mereview dan memberikan gambaran tentang perkembangan kependudukan di Kabupaten Tanjab Barat.
2.
Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situasi kependudukan pada tingkat Kabupaten dan Kecamatan untuk kemudian dipergunakan sebagai penetapan kebijakan dan program.
3.
Memberi saran dan rekomendasi dalam rangka upaya peningkatan kesadaran, pengetahuan dan komitmen para perancana dan pelaku pembangunan tentang issu dan persoalan kependudukan.
C. KONSEP DAN DEFINISI 1. Kependudukan
adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, ciri
utama, pertumbuhan, persebaran, mobilitas,penyebaran, kualitas, kondisi, kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi,sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk tersebut ( UU Nomor 10 Tahun 1992 ) ;
2. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penertiban dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran
penduduk,
pencatatan
andministrasi
kependudukan
serta
sipil,
pengelolaan
pendayagunaan
informasi
hasilnya
untuk
pelayanan publik dan pembangunan sektor lain ( UU Nomor 23 Tahun 2006); 3. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh instansi pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil ( UU Nomor 23 Tahun 2006); 4. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/ atau data agregat yang struktur sebagai hasil dari kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil ( UU Nomor 23 Tahun 2006);
3
5. Kuantitas Penduduk adalah jumlah penduduk akibat dari perbedaan antara jumlah penduduk yang lahir , mati, dan pindah tempat tinggal ( UU Nomor 10 Tahun 1992 ) ;
6. Kualitas Penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan non fisik serta ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang berbudaya,berkepribadian dan layak ( UU Nomor 10 Tahun 1992 ) ; 7. Mobilitas Penduduk adalah gerak keruangan penduduk dengan melewati batas Administrasi Daerah Tingkat II ( UU Nomor 10 Tahun 1992 ) ; 8. Profil adalah grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal – hal tertentu ( Sunaryo Urip – BPS )
9. Persebaran
Penduduk
adalah kondisi sebaran
penduduk secara
keruangan ( UU Nomor 10 Tahun 1992 ) ;
10. Penyebaran Penduduk adalah upaya mengubah sebaran penduduk agar serasi, selaras dan seimbang dengan daya dukung dan daya tamping lingkungan ( UU Nomor 10 Tahun 1992 ) ;
11. Pendaftaran Penduduk adalahpencatatan biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas, atau surat keterangan kependudukan ( UU Nomor 23 Tahun 2006 ) ;
12. Pencatatan Sipil adalahpencatatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang dalam register pencatatan sipil pada instansi pelaksana ( UU Nomor 23 Tahun 2006 ) ;
4
13. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau Surat Kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamt, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap ( UU Nomor 23 Tahun 2006 ) ;
14. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian , lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan
anak,
perubahan
nama
dan
perubahan
status
kewarganegaraan ( UU Nomor 23 Tahun 2006 ) ;
15. Nomor Induk Kependudukan adalah Nomor identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia ( UU Nomor 23 Tahun 2006 ) ;
16. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan , selanjutnya disebut SIAK adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi andministrasi kependudukan ditingkat penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu kesatuan ( UU Nomor 23 Tahun 2006 ) ;
17. Data adalah fakta yang ditulis dalam bentuk catatan, gambar atau direkam kedalam bentuk media.
18. Sumber data adalah segala sesuatu tentang fakta yang sudah ditulis dalam bentuk catatan atau rekam kedalam berbagai bentuk media oleh instansi / lembaga.
19. Fertilitas diartikan sebagai kemampuan seorang wanita atau sekelompok wanita untuk melahirkan dalam jangka waktu satu generasi atau selama masa subur.
5
20. Kematian atau Mortalitas
adalah satu dari tiga komponen demografi
yang berpengaruh terhadap struktur dan jumlah penduduk 21. Angka Kelahiran Total adalah rata – rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita sampai dengan masa reproduksinya.
22. Ratio
Jenis
Kelamin
adalah
suatu
angka
yang
menunjukkan
perbandingan jenis kelamin antara banyaknya penduduk laki – laki dan penduduk perempuan disuatu daerah pad awaktu tertentu.
23. Perkembangan
Kependudukan
adalah
segala
kegiatan
yang
berhubungan dengan perubahan keadaan penduduk yang meliputi kuantitas, kualitas dan mobilitas yang mempunyai pengaruh terhadap pembangunan dan lingkungan hidup ( UU Nomor 10 Tahun 1992 ) ;
24. Mobilitas Penduduk adalah gerak penduduk dari daerah asal ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali ke daerah asal pada hari yang sama.
25. Mobilitas penduduk permanen ( Migrasi ) adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administrative ( Migran Internal ) atau batas politik/ Negara ( Migrant Internasional)
26. Mobilitas penduduk non permanenadalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk tidak menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administrative.
27. Migrasi Kembali adalah banyaknya penduduk yang pada waktu diadakan senssus bertempat tinggal di daerah yang sama dengan tempat lahir dan pernah bertempat tinggal didaerah yang berbeda.
6
28. Migrasi seumur hidup adalah bentuk migrasi dimana pada waktu diadakan sensus tempat tinggal sekarang berbeda dengan tempat tinggal kelahirannya. 29. Migrasi risen
adalah bentuk migrasi melewati batas administrasi
( desa/Kec/Kab/Provinsi ) dimana pada waktu diadakan sensus bertempat tinggal di daerah yang berbeda dengan tempat tinggal lima tahun yang lalu.
30. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara suka rela untuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap di wilayah pengembangan transmigrasi atau lokasi permukiman transmigrasi.
31. Penduduk usia kerja angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun sampai dengan 64 tahun. 32. Angka partisipasi angkatan kerja adalah proporsi angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja
33. Angkatan Pengangguran adalah proporsi jumlah pengangguran terhadap angkatan kerja. 34. Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun kebawah dan penduduk usia 64 tahun keatas.
35. Lahir Hidup adalah suatu kelahiran bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda – tanda kehidupan pada saat dilahirkan. 36. Lahir Mati adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda – tanda kehidupan pada saat dilahirkan.
7
37. Angka Kematian bayi/ IMR adalah banyaknya kematian bayi usia kurang dari satu tahun ( 9 – 11 bulan ) pada suatu periode per 1.000 kelahiran hidup pada pertengan periode yang sama. 38. Angka Kematian Ibu/MMR adalah banyaknya kematian ibu pada waktu hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan per 100.000 kelahiran hidup, tanpa memandang lama dan tempat kelahiran yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya. 39. Angka partisipasi total adalah proporsi penduduk bersekolah menurut golongan umur sekolah yaitu 7 – 12, 13 – 15, 16 – 18 dan 19 – 24 tahun.
40. Angka partisipasi murni adalah persentase jumlah peserta didik SD usia 7 – 12 tahun,jumlah peserta didik SLTP usia 13 – 15 tahun, jumlah peserta didik SLTA usia 16 – 18 tahun dan jumlah peserta didik PTN / PTS usia 19 – 24 tahun dibagi jumlah penduduk kelompok usia dari masing – masing jenjang pendidikan. 41. Angka partisipasi kasar adalah persentase jumlah peserta didik SD, jumlah peserta didik SLTP, jumlah peserta didik SLTA, jumlah peserta didik PTN / PTS dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia masing – masing jenjang pendidikan ( SD usia 7-12 tahun, SLTP usia 13 – 15 tahun, SLTA usia 16-18 tahun, PTN/PTS usia 19 – 24 tahun ).
D. SUMBER DATA Sumber data yang digunakan di dalam penulisan ini merupakan data yang diambil dari Kecamatan dalam Kabupaten Tanjab Barat dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Tanjab Barat serta instansi terkait di lingkungan Pemerintah daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang berhubungan dengan penyusunan buku profil kependudukan ini.
8
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Laporan Penyusunan Buku Profil kependudukan
Kabupaten
Tanjung Jabung Barat Tahun 2011 disajikan atas VI (enam) bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut : BAB I.
PENDAHULUAN Berisi latar belakang penyusunan, tujuan , konsep dan defenisi, sumber data dan sistematika penulisan.
BAB II.
GAMBARAN
UMUM
KABUPATEN
TANJUNG
JABUNG
BARAT Pada bab ini membahas mengenai gambaran umum Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang menggambarkan tentang letak geografis, visi dan misi Pemerintah daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. BAB III.
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DIBIDANG KUANTITAS PENDUDUK Pada
bab
ini
berisikan
uraian
tentang
perkembangan
kependudukan bidang kuantitas penduduk yang terdiri dari jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, luas dan kepadatan penduduk, persebaran penduduk, Susunan umur penduduk dan Proforsi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin. BAB IV
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DIBIDANG KUALITAS PENDUDUK Pada
bab
ini
berisikan
uraian
tentang
perkembangan
kependudukan bidang kualitas penduduk yang terdiri dari angka kelahiran ( Fertilitas / TFR ), Angka Kem,atian Kasar ( Krude Death Rade/CDR ), Jumlah Kematian Ibu, Jumlah Kematian Bayi, Angka Kecukupan Gizi Balita, Komposisi Penduduk berdasarkan
jenis
kelamin,
Proforsi
Penduduk
menurut
Pendidikan dan Proforsi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin,serta Penduduk menurut agama.
9
BAB V
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DIBIDANG MOBILITAS PENDUDUK Pada
bab
ini
berisikan
uraian
tentang
perkembangan
kependudukan bidang mobilitas penduduk yang terdiri dari Migrasi, Migran Masuk, Migran Keluar, Migran Neto, Angka Partisipasi Angkatan Kerja dan Angka Pengangguran Terbuka.
.BAB VI
PENUTUP Pada bab ini berisikan kesimpulan dari setiap permasalahan yang dibahas.
.
10
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
A. LETAK GEOGRAFIS Secara geografis wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat terletak pada posisi koordinat 103023’ 00” - 1040 21’ 00” Bujur Timur dan 0053’ 00” - 010 41’ 00” Lintang Selatan. Pusat pemerintahan Kabupaten Tanjung Jabung Barat berada di Kota Kuala Tungkal yang berjarak ± 125 Km dari kota Jambi (Ibukota Provinsi Jambi). Kabupaten Tanjung Jabung Barat terbentuk dari pemekaran Kabupaten Tanjung Jabung menjadi Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjab Timur.
Secara
administrative
Kabupaten
Tanjung
Jabung
Barat
berbatasan dengan : -
Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Berhala dan Kabupaten Tanjab Timur
-
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Batanghari
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batanghari dan Tebo
Luas Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat berdasarkan data dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam Angka Tahun 2007 adalah 5.503,5 Km2, terdiri dari 5 (lima) kecamatan. Namun dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2008, tentang Pembentukan Tebing Tinggi, Batang Asam, Renah Mendaluh, Muara Papalik, Seberang Kota, Bram Itam, Kuala Betara dan Kecamatan Senyerang, maka wilayah kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari 13 (tiga belas) wilayah kecamatan, 70 (tujuh puluh) desa/kelurahan. Untuk Tahun 2011, setelah adanya pemekaran desa/
11
kelurahan Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari 13 ( tiga belas ) wilayah kecamatan dan 134 ( Seratus Tiga Puluh Empat ). GAMBAR : WILAYAH ADMINISTRASI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
B. VISI Perubahan parradigma dalam kegiatan pemerintahan diperlukan, agar pemerintah senantiasa dapat mengakomodasi kebutuhan perubahan dalam masyarakat dan memungkinkan administrasi
publik
menata kembali
masyarakat. Hal tersebut memerlukan suatu kerangka pemikiran upaya yang terstruktur untuk memberdayakan fungsi publik agar lebih sesuai dengan tuntutan perkembangan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Perubahan paradigma dapat mendorong tercapainya pemerintahan yang baik ( good governance ) memperbaiki kinerja sektor publik dan mengobati praktek administrasi yang tidak sehat.
12
Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan administrasi kependudukan yang merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi dan visi tidak hanya penting pada waktu berkarya, tetapi juga pada kehidupan
berorganisasi
itu selanjutnya
yang dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan internal dan eksternal. Pada hakekatnya membentuk visi organisasi adalah menggali gambaran bersama mengenai masa depan, berupa komitmen murni tanpa adanya rasa terpaksa . Pengertian Visi adalah suatu kemana dan bagaimana organisasi
pandangan yang jauh kedepan
harus dibawa dan berkarya agar tetap
konsisten, eksis,antisipatif, inovatif serta produktif atau suatu gambaran tentang keadaan diomasa depan berisikan cita dan citra yang ingin dicapai. Visi Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah : TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MAJU, AMAN, ADIL DAN MERATA BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA
C. MISI Pimpinan suatu organisasi harus memastikan agar visi sesuai dan selaras dengan perubahan yang harus dilakukan, sehingga organisasi akan efektif dan efisien dalam pencapaian Visi dan Misi akan mendorong alokasi sumber daya di seluruh unsur organisasi, sehingga kedua ungkapan tersebut harus selaras dengan tugas.
Untuk mewujudkan Visi yang telah ditetapkan setiap instansi pemerintah harus mempunyai misi yang jelas. Misi merupakan pernyataan yang menetapkan yang menetapkan tujuan instansi pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai, pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu fokus, misi menjelaskan mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukannya,dan bagaimana melakukannya.
13
Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh instansi pemerintah agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi tersebut diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal instansi pemerintah dan mengetahui peran dan program – program serta hasil yang akan diperoleh dimasa mendatang.
Untuk mewujudkan Visi tersebut diatas, maka misi Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah : 1. Meningkatkan Kualitas dan Ketersediaan Infrastruktur Pelayanan Umum 2. Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan yang baik, Jaminan Kepastian Hukum dan HAM serta Kesetaraan Gender 3. Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Kesehatan, Kehidupan Beragama dan Berbudaya 4. Meningkatkan Perekonomian Daerah dan Pendapatan Masyarakat berbasis Agribisnis dan Agroindustri yang Berwawasan Lingkungan 5. Meningkatkan Keamanan dan Ketertiban yang didukung oleh Partisipasi Masyarakat
14
BAB III
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DI BIDANG KUANTITAS PENDUDUK A. JUMLAH PENDUDUK Pada bab ini akan diuraikan mengenai jumlah penduduk yang dilihat dari jumlah penduduk di setiap kecamatan selama 3 ( tiga ) tahun terakhir yaitu jumlah penduduk tahun 2009, jumlah penduduk tahun 2010 dan jumlah penduduk tahun 2011, dimana pada dekade tahun tersebut terjadi banyak
sekali
perubahan
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat
di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai dampak adanya program pembangunan. Pada dekade tujuh puluhan hampir setiap daerah menghadapi masalah yang sama yaitu besarnya jumlah penduduk akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi serta masalah tidak meratanya penduduk disetiap daerah. Terutama antara lain daerah pedesaan dan perkotaan. Masalah jumlah penduduk perlu diperhatikan karena penduduk sebagai sumber daya ekonomi, selain sebagai modal dasar pembangunan, juga merupakan objek bagi pembangunan. Jumlah penduduk disuatu daerah selalu berubah-ubah dan perubahan penduduk dapat menjadi kurang atau pun bertambah, pada semester awal tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat berjumlah 245.208 jiwa kemudian bertambah penduduk lahir berkisar 970 jiwa, meninggal 465 jiwa , penduduk datang 921 jiwa, kemudian penduduk pindah 797 jiwa, sehingga jumlah penduduk tercatat 252.368 jiwaditambah warga negara asing 141 jiwa sehingga jumlah penduduk akhir semester sebanyak 252.509 jiwa. Pada awal semester tahun 2010 jumlah 252.368jiwa, kemudian bertambah penduduk lahir sebanyak 1.376 jiwa, meninggal 599 jiwa, penduduk datang 1.909 jiwa kemudian penduduk pindah 1.393 jiwa sehingga jumlah penduduk tercatat 290.095 jiwa ditambah warga negara asing 86 jiwa sehingga jumlah penduduk akhir semester
15
sebanyak 290.181 jiwa, pada akhir semester 2010 dan terakhir berdasarkan pengecekan dilapangan di Kabupaten/kota pada tahun 2011 bahwa penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat selalu mengalami penambahan yaitu pada awal semester berjumlah 290.095 jiwa, yang meninggal tercatat 4.021 jiwa, kemudian bayi lahir 1.463
dan ditambah yang datang dari
berbagai daerah baik migran maupun yang tidak tetap sebanyak 23.826 jiwa, dan jumlah ini selalu dipengaruhi juga dengan penduduk yang pindah sekitar 776 jiwa sehingga jumlah penduduk tercatat 313.997 jiwaditambah warga negara asing 89 jiwa sehingga jumlah penduduk akhir semester tahun 2011 sebanyak 314.086 jiwa, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1 Kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2009-2011
Penduduk
Penduduk
Penduduk
Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
( Jiwa )
( Jiwa )
( Jiwa )
Tungkal Ulu
11.684
12.755
13.569
Tungkal Ilir
60.805
68.555
76.930
Pengabuan
22.807
26.439
27.980
Betara
20.549
22.974
25.281
Merlung
12.791
15.771
16.610
Tebing Tinggi
27.330
32.901
37.756
Batang Asam
19.651
22.460
24.073
Renah Mendaluh
10.397
12.379
12.813
Muara Papalik
7.989
10.064
10.567
Seberang Kota
9.677
9.707
9.955
Bram Itam
15.424
16.625
17.433
Kuala Betara
11.386
12.554
12.796
Senyerang
21.878
26.991
28.234
252.368
290.095
313.997
Kecamatan
Jumlah
Sumber Data : DUK CAPIL Kab. Tanjab Barat
16
B. LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK
Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 1999 berjumlah 186.289
jiwa dan meningkat menjadi
212.805 jiwa pada tahun 2003. Sedangkan pada tahun 2004 penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat terus mengalami peningkatan menjadi 213.057 jiwa. Pada priode tahun 2010 penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat jauh mengalami peningkatan menjadi 290.095 jiwa dan pada tahun 2011 juga mengalami peningkatan menjadi 313.997jiwa. Untuk periode tahun 1999 – 2003 laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat rata-rata sebesar 2,59 persen pertahun. Akan tetapi pada awal periode tahun 2004 – 2011 rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 4,64 persen.Untuk melihat pertumbuhan penduduk dari tahun 1999-2011 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2 Laju Pertumbuhan Penduduk tahun 1999-2011 Jumlah Penduduk Jiwa )
No
Tahun
1
1999
186.289
2
2000
190.321
3
2001
193.357
4
2002
196.098
5
2003
212.805
6
2004
213.057
7
2005
224.456
8
2006
246.932
9
2007
247.368
10
2008
248.128
11
2009
252.368
12
2010
290.095
(
Laju Pertumbuhan 2,12 1,57 1,40 7,85 0,12 5,08 9,10 0,18 0,30 1,68 13,01 7,61
13 2011 313.997 Sumber data : Duk capil Kab. Tanjab Barat
17
Dari tabel diatas dapat dilihat laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat paling besar terjadi pada tahun 2010 sebesar 13,01 persen. Pertumbuhan penduduk dalam konteks peningkatan Jumlah penduduk sebagai salah satu sumber daya ekonomi yang kontruktif memiliki arti bahwa suatu pihak sumber daya manusia dipandang sebagai modal kekuatan, namun dilain pihak dapat merupakan hambatan terhadap keberhasilan
pembagunan
nasional,
khususnya
dilihat
dari
segi
pembagunan ekonomi sebagai modal atau potensi, apabila lapangan kerja tersedia dengan cukup. Kenyataan lapangan kerja tidak tersedia dengan cukup sehingga mengakibatkan pengangguran yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup penduduk. Dan hal ini merupakan salah satu tantangan yang besar bagi para penyusun rencana atau kebijakan pembagunan.
C. LUAS DAN KEPADATAN PENDUDUK
Kepadatan penduduk pada hakekatnya merupakan komponen penduduk berdasarkan geografis, dimana data kepadatan penduduk dapat dilihat apakah komposisi tersebut merata atau tidak, oleh karena itu kepadatan dapat dilihat menurut wilayah administrative yang lebih kecil. Melalui kepadatan penduduk dapat dilihat dimana saja terjadi pemusatan penduduk. Indikator kepadatan ini dinyatakan dalam presentase, sehingga dapat dilihat polanya.
Kepadatan penduduk paling tidak dipengaruhi tiga faktor yaitu letak geografi, keadaan sosial, ekonomi dan faktor demografi. Keadaan iklim dan kesuburan tanah merupakan faktor geografi utama yang berpengaruh terhadap persebaran penduduk disuatu wilayah. Sedangkan faktor sosial dan ekonomi yang cukup berpengaruh terhadap persebaran penduduk antara lain budaya dan tujuan hidup penduduk serta ketersedian fasilitas untuk kegiatan sosial ekomoni. Sementara faktor demografi yang cukup berpengaruh. Diantaranya kelahiran, kematian dan migran.
18
Tabel 3 menunjukan bahwa tahun 2009
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat tergolong Kabupaten yang berpenduduk jarang kalau dibandingkan dengan jumlah penduduk di kabupaten / kota di pulau jawa, dimana jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat, kalau kita lihat pada
tabel
1
dan
tabel
3
bahwa
jumlah
penduduk
tahun
2009sebanyak252.368 dengan kepadatan 50,39 orang per km² dan tahun 2010 jumlah penduduk sebanyak 290.095 dengan kepadatan 57,91 orang per km² dan tahun 2011 jumlah penduduk sebanyak313.997dengan kepadatan 62,68 orang per km² . Tabel 3 Luas dan Kepadatan Penduduk Perkecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2009 - 2011 Luas No
Kecamatan
Wilayah 2009
2010
2011
3
4
5
6
(km²) 1
2
Kepadatan penduduk per Km²
1
Tungkal Ulu
345,69
33,80
36,90
39,25
2
Tungkal Ilir
100,31
606,17
683,43
766,92
3
Pengabuan
440,13
51,82
60,07
63,57
4
Betara
570,21
36,04
40,29
44,34
5
Merlung
311,65
41,04
50,60
53,30
6
Tebing Tinggi
342,89
79,70
95,95
110,11
7
Batang Asam
1.042,37
19,18
21,55
23,09
8
Renah Mendaluh
473,72
21,95
26,13
27,05
9
Muara Papalik
336,38
23,75
29,92
31,41
10
Seberang Kota
121,29
79,78
80,03
82,08
11
Bram Itam
312,66
49,33
53,17
55,83
12
Kuala Betara
185,89
61,25
67,53
68,84
13
Senyerang
426,66
51,28
63,07
66,17
5.009,82
50,39
57,91
62,68
Sumber data Dukcapil Kab.Tanjab Barat
19
Kalau kita lihat dari tabel tersebut diatas bahwa pola kepadatan penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat di masing-masing kecamatan tidak
menunjukan
perubahan
yang
berarti,
Kecamatan
Tungkal
Ilirmerupakan daerah terdapat dimana dengan luas wilayah 100,31 km2 dengan kepadatan penduduk 683,43 orang per km² pada tahun 2010 jumlah penduduk 68.555 orang dan untuk tahun 2011 dengan jumlah penduduk sebanyak 76.930 orang kepadatan penduduknya mencapai 766,92 orang per km², sedangkan Kecamatan Batang Asam dengan luas wilayah yang besar 1.042,37 km2 pada tahun2010 penduduk yang tercatat penduduknya yaitu 22.460 orang, dengan kepadatan penduduk 21,55 orang per km² dan pada tahun 2011 dengan jumlah penduduk 24.073 orang dengan kepadatan penduduknya 23,09orang per km² . Konsentrasi kepadatan penduduk di Kecamatan Tungkal Ilir merupakan ibu kota Kabupaten Tanjab Barat yang dengan segala fasilitasnya mempunyai daya tarik tersendiri bagi penduduk didaerah sekitarnya untuk berimigrasi ke ibu kota Kabupaten Tanjab Barat.
D. PERSEBARAN PENDUDUK.
Persebaran penduduk atau disebut juga distribusi penduduk menurut tempat tinggal dapat di bagi menjadi dua kategori yaitu persebaran penduduk secara geografis dan persebaran penduduk secara administrative, disamping itu ada persebaran penduduk menurut klasifikasi tempat tinggal yakni desa dan kota. Secara geografis, penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat tersebar di beberapa kecamatan (13 kecamatan).
Pola persebaran penduduk antar daerah akan berbeda dan sangat
tergantung
pada
potensi
masing-masing
Kecamatan
yang
merupakan penyebab ketidak merataan jumlah penduduk antaranya faktorfaktor yang menyebabkan penyebaran penduduk tidak seimbang, ada kaitannya antara manusia dan lingkungan hidup yang ditempatinya, baik dilingkungan fisik, sosial dan budaya. Semuanya faktor tersebut akan berpengaruh dalam penyebaran penduduk dan pergerakan manusia dalam mencapai tujuan hidup yang dicita-citakanya penyebaran penduduk yang
20
tidak merata akan berakibat adanya tekanan-tekanan pada wilayah yang mengalami penumpukan penduduk diantaranya adalah penekanan terhadap sumber daya alam yang ada dan kebutuhan penyedian lapangan kerja sarana dan prasarana kehidupan lainnya.
Jika daerah tersebut tidak dapat mengakses setiap tekanan tersebut maka akan berakibat menurunnya kualitas hidup dan lingkungan. Penyebaran penduduk yang tidak merata sebenarnya bersifat universal karena banyak dijumpai hampir di seluruh Kabupaten / Kota dan Provinsi di Indonesia. Gejala ini perlu dikemukakan disini adalah meningkatkan prosentasi penduduk yang tinggal di daerah perkotaan antara lain yang disebabkan adanya urbanisasi setiap tahun dan urbanisasi ini terus diperkirakan meningkatnya dan bertambah dikemudian hari, sejalan dengan pesatnya
pembagunan
yang
dilaksanakan.Informasi
tentang
distribusi
penduduk secara geografis dan terkonsentrasinya penduduk di suatu tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk, yang umumnya di sertai dengan kemiskinan, dengan pembangunan dan program-program untuk mengurangi beban kepadatan penduduk atau melakukan realokasi pembangunan di luar ibukota Kabupaten Tanjung Jabung Barat atau realokasi penduduk untuk bermukim di tempat lain. Tabel 4 Persentase penyebaran penduduk Kabupaten Tanjab Barat tahun 2011
Jumlah penduduk
Luas Wilayah
Penyebaran
Tahun 2011
( Km²)
Penduduk ( % )
Tungkal Ulu
13.569
345,69
4,51
Tungkal Ilir
76.930
100,31
24,35
Pengabuan
27.980
440,13
440,13
Betara
25.281
570,21
8,57
Merlung
16.610
311,65
5,48
Tebing Tinggi
37.756
342,89
12,23
Batang Asam
24.073
1.042,37
8,50
Renah Mendaluh
12.813
473,72
4,24
Muara Papalik
10.567
336,38
3,69
Kecamatan
21
Seberang Kota
9.955
121,29
2,95
Bram Itam
17.433
312,66
5,29
Kuala Betara
12.796
185,89
3,73
Senyerang
28.234
426,66
8,05
Jumlah
313.997
5.009,82
100,00
Sumber data : Tanjung Jabung Barat dalam angka Tahun 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat persebaran penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat terbesar di Kecamatan Tungkal Ilir 24,35 persen. Angka persebaran penduduk di kecamatan ini sangat signifikan dibanding kecamatan yang lain. Sedangkan, tingkat persebaran penduduk terendah berada di Kecamatan Seberang Kota yaitu 2,95 persen.
Ada dua faktor yang menyebabkan tingginya pertumbuhan penduduk daerah perkotaan, pertama, perpindahan penduduk di daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Daerah perkotaan menjadi daya tarik karena lebih tingginya fasilitas yang lebih luas seperti fasilitas pendidikan, perumahan, kesehatan dan lain-lain. Fasilitas tersebut lebih baik dari yang tersedia di daerah pedesaan. Kedua, perubahan status desa dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Perlu ditambahkan disini bahwa status perkotaan suatu desa antara lain ditentukan oleh tersedianya fasilitas didesa tersebut. Pembagunan yang dilaksanakan selama ini kenyataan menambah berbagai
fasilitas
seperti
listrik,
sarana
pendidikan
kesehatan
perumahan,transportasi dan lain-lain.kepadatan penduduk merupakan rasio antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Ada wilayah yang padat penduduknya bukan semata-mata karena jumlah penduduk besar tetapi karena wilayahnya sangat sempit dilain pihak ada pula yang padat penduduknya karena memang besar jumlahnya.
22
E. SUSUNAN UMUR PENDUDUK
Dalam pengetahuan tentang karakteristik
penduduk
yang
kependudukan dikenal istilah
berpengaruh
penting
terhadap
proses
demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk. Karakteristik penduduk yang paling penting adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering juga di sebut struktur umur dan jenis kelamin. Struktur umur penduduk dapat di lihat dalam umur satu tahunan atau yang disebut juga umur tunggal ( single age ), dan yang di kelompokan dalam lima tahunan. Pengelompokan penduduk menurut umur dapat digunakan untuk mengetahui apakah penduduk di suatu wilayah dianggap penduduk muda apabila penduduk usia di bawah 15 tahun mencapai sebesar 40 persen atau lebih dari jumlah seluruh penduduk. Sebaliknya penduduk di sebut penduduk tua apabila jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas diatas 10 persen dari total penduduk. Karakteristik penduduk menurut umur dapat di tabulasi silang dengan jenis kelamin atau dapat juga ditabulasi silang dengan kakteristik sosial misalnya penduduk menurut umur dan tingkat pendidikan tertinggi yang di tamatkan, penduduk menurut umur dengan tempat tinggal, penduduk menurut umur dengan status pekerjaan dll.
Informasi tentang jumlah penduduk untuk kelompok usia tertentu penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan. Keterangan atau informasi tentang penduduk menurut umur yang terbagi dalam kelompok umur lima tahunan, sangat penting dan di butuhkan berkaitan dengan pengembangan kebijakan kependudukan terutama berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan.
Dengan mengetahui jumlah dan persentase penduduk di tiap kelompok umur, dapat diketahui berapa besar penduduk yang berpotensi
23
sebagai beban yaitu penduduk yang belum produktif (usia 0-14) termasuk bayi dan anak (usia 0-4) dan penduduk yang di anggap kurang produktif (65tahun keatas). Juga dapat di lihat berapa persentase penduduk yang berpotensi sebagai modal dalam pembangunan yaitu penduduk usia produktif atau yang berusia 15-64 tahun. Untuk lebih jelasnya mengenai penduduk menurut umur di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat di lihat pada tabel 5 berikut ; Tabel 5 Susunan Umur Penduduk Tahun 2010 -2011 Umur ( % )
Tahun
Jumlah
0-14
15-64
65+
2010
28,35
68,52
3,13
100
2011
25,79
70,71
3,50
100
Sumber : Data SIAK Dinas Kependudukan Tanjung Jabung Barat
Dari tabel diatas digambarkan bahwa penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 70,71 persen pada usia produktif ( umur 15 – 64 tahun ) .
F. PROFOPORSI KELAMIN
PENDUDUK
Beragam
BERDASARKAN
komposisi
penduduk
UMUR
dapat
DAN
disusun.
JENIS
Komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin sering digunakan, utamanya untuk
analisis
yang
berkaitan
dengan
biologis,
ekonomis
maupun
sosial.Komposisi penduduk menurut struktur umur dan jenis kelamin merupakan komposisi penduduk yang paling pokok, sebab keduia ini sangat mempengaruhi perilaku demografi, selain itu kedua ciri ini pun mudah dikombinasikan dengan karekteristik sosial, ekomomi muapun geografis. Struktur umur kependuduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yaitu
24
kelahiran,
kematian
dan
imigrasi
ketiga
variabel
ini sering
saling
berpengaruh satu dengan yang lain. Kalau salah satu variabel berubah, kedua variabel yang ikut berubah.
Faktor sosial ekonomi juga akan mempengaruhi struktur umur penduduk disuatu wilayah. Struktur umur penduduk antara Negara satu dengan Negara yang lain atau satu wilayah dengan wilayah lain bisa tidak sama. Perbedaan struktur umur antar wilayah akan menimbulkan pula perbedaan dalam aspek sosial ekomomi, seperti masalah angkatan kerja, pertumbuhan penduduk dan masalah pendidikan.
Untuk mengindikasikan bahwa secara perlahan struktur umur penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat mulai bergeser ini sesuai dengan proses yang panjang agar struktur umur penduduk bergeser dari penduduk muda ke penduduk tua.
Tabel 6 Proforsi Penduduk menurut kelompok umur Tahun 2011 Umur
Penduduk Tahun 2011 Laki – laki
Perempuan
Jumlah
0-4
10,889
10,219
21,108
5-9
15,197
14,815
30,012
10-14
15,267
14,586
29,853
15-19
14,593
13,615
28,208
20-24
14,711
15,069
29,780
25-29
16,427
16,258
32,685
30-34
16,888
15,707
32,595
35-39
14,357
13,061
27,418
40-44
12,744
11,108
23,852
45-49
9,126
7,991
17,117
25
50-54
7,508
6,590
14,098
55-59
5,205
4,249
9,454
60-64
3,656
3,179
6,835
65-69
2,458
2,198
4,656
70-74
1,884
1,536
3,420
>75
1,555
1,351
2,906
162.465
151.532
313.997
Sumber data : Dinas Dukcapil Kab Tanjab Barat
Piramida Penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat >75 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44
L
35-39
P
30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4 -20000
-15000
-10000
-5000
0
26
5000
10000
15000
20000
Pada tabel dan gambar Piramida penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2011 diatas dapat digambarkan bahwa penduduk usia muda lebih dominan yaitu usia dari 20 – 34 Tahun. Pada dasar dan badan piramida yang cukup lebar menunjukkan kelompok penduduk ini memiliki angka rasio ketergantungan penduduk muda yang cukup tinggi, sementara puncak piramida yang menciut tajam menunjukkan rendahnya angka rasio ketergantungan penduduk tua.
27
BAB IV
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DIBIDANG KUALITASPENDUDUK A. ANGKA KELAHIRAN ( FERTILITAS/TFR) Salah satu komponen demografi yang dapat menpengaruhi proses demografi adalah kelahiran (fertilitas) istilah fertilitas diartikan sebagai kemampuan seorang wanita atau sekelompok wanita subur. angka kelahiran adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita sampai dengan akhir masa reproduksinya. Angka ini diperoleh dengan menjumlahkan dengan penduduk awal dengan penduduk akhir pada tahun tertentu dan ini merupakan ukuran paling
baik
untuk
membandingkan
angka
kelahiran
dibeberapa
daerah/Negara dan salah satu usaha untuk menurunkan tingkat kelahiran adalah dengan menggalakan program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun 90 an. Program ini di intensifkan sehingga diharapkan seluruh pasangan usia subur dapat menggunakan atau memakai alat/cara yang deprogram oleh Pemerintah. Program KB ini mulai pelaksanaan secara gratis sampai dengan lingkaran biru dan lingkaran emas yang diperkenalkan kepada masyarakat secara umum.
Untuk mengetahui angka kelahiran atau jumlah anak yang dilahirkan, berdasarkan hasil pemantauan tim pembuatan buku ini yang dihimpun dari semua Kecamatan dalam kabupaten Tanjung Jabung Barat yang tercatat dari tahun 2009sampai dengan tahun 2011 bahwa bayi yang lahir tahun 2009 sebanyak 940 orang bayi, pada tahun 2010 lahir 1.376 orang bayi, dan tahun 2011 sebanyak 1.778 orang bayi, dan untuk mengetahui sampai seberapa jauh jumlah penduduk dari masing-masing Kecamatan dan jumlah angka kelahiran dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
28
Tabel 7 Jumlah Angka Kelahiran Perkecamatan tahun 2009 Jumlah Kecamatan
Penduduk
Jumlah Angka Kelahiran
Awal
Penduduk
%
Akhir 30
Tungkal Ulu
11.806
30
11.684
2,55
Tungkal Ilir
60.682
201
60.805
3,31
Pengabuan
22.770
79
22.807
3,47
Betara
20.489
52
20.549
2,53
Merlung
12.771
35
12.791
2,74
Tebing Tinggi
23.044
37
27.330
1,47
Batang Asam
17.141
176
19.651
9,57
Renah Mendaluh
10.273
66
10.397
6,37
Muara Papalik
7.952
7
7.989
0,88
Seberang Kota
9.657
33
9.677
3,41
Bram Itam
15.416
44
15.424
2,85
Kuala Betara
11.339
63
11.386
5,54
Senyerang
21.868
117
21.878
5,35
Kabupaten
245.349
940
252.368
3,78
Sumber Data : Dukcapil Kab. Tanjab Barat
Angka
kelahiran
pada
tahun
2009
berdasarkan
jumlah
penduduk tahun tersebut kalau dihitung angka kelahiran kasar bahwa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini menunjukan bahwa tahun 2009 angka bayi lahir sebanyak 940 bayi, ini berarti bahwa setiap1.000 penduduk terdapat kelahiran bayi sekitar 3 – 4 orang bayi yang lahir.
Kemudian pada tahun 2010 kalau kita lihat pada tabel 8 dibawah, bahwa angka kelahiran ini meningkat menjadi1.376bayi atau 5,07 persen, hal ini menunjukan bahwa setiap 1.000 orang terdapat bayi yang lahir di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebanyak 5 - 6 bayi.
29
Tabel 8 Jumlah Angka Kelahiran Perkecamatan Tahun 2010 Jumlah Kecamatan
Penduduk
Jumlah Angka Kelahiran
Awal
Penduduk
%
Akhir
Tungkal Ulu
11.684
41
12.755
3,35
Tungkal Ilir
60.805
360
68.555
5,56
Pengabuan
22.807
164
26.439
6,66
Betara
20.549
121
22.974
5,56
Merlung
12.791
107
15.771
7,49
Tebing Tinggi
27.330
6
32.901
1,99
Batang Asam
19.651
260
22.460
12,35
Renah Mendaluh
10.397
31
12.379
2,72
Muara Papalik
7.989
23
10.064
2,55
Seberang Kota
9.677
29
9.707
2,99
Bram Itam
15.424
100
16.625
8,24
Kuala Betara
11.386
56
12.554
4,68
Senyerang
21.878
78
26.991
3,20
Kabupaten
252.368
1376
290.095
5,07
Sumber data : Duk Capil Kab. Tanjab Barat
Kalau kita lihat dari tahun 2009,2010 dan tahun 2011 bahwa angka kelahiran ini selalu mengalami peningkatan terus dimana pada tabel Sembilan tercatat sebanyak 1.778 orang bayi atau setiap 1.000 penduduk maka bayi yang lahir sebanyak 6-7 orang bayi. Hal ini merupakan suatu tantangan Pemerintah dalam mengurangi angka kelahiran dengan melalui program keluarga berencana untuk menekan atau mengurangi jumlah angka kelahiran di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.Kewajiban pemerintah memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang Keluarga Berencana, disamping itu juga memberikan pemahaman dan kesadaran hak dan kesehatan reproduksi remaja masih rendah ,masih tabu di masyarakat Kabupaten Tanjung jabung Barat untuk membicarakan masalah reproduksi secara terbuka dalam keluarga, dan remaja merasa lebih nyaman mendiskusikannya secara terbuka dengan sesama teman.
30
Tabel 9 Jumlah Angka Kelahiran Perkecamatan Tahun 2011 Jumlah Kecamatan
Penduduk
Jumlah Angka Kelahiran
Awal
Penduduk
%
Akhir
Tungkal Ulu
12.755
56
13.569
4,25
Tungkal Ilir
68.555
733
76.930
10,08
Pengabuan
26.439
124
27.980
4,56
Betara
22.974
231
25.281
9,57
Merlung
15.771
42
16.610
2,60
Tebing Tinggi
32.901
167
37.756
4,73
Batang Asam
22.460
58
24.073
2,50
Renah Mendaluh
12.379
32
12.813
2,54
Muara Papalik
10.064
40
10.567
3,88
Seberang Kota
9.707
16
9.955
1,63
Bram Itam
16.625
148
17.433
8,70
Kuala Betara
12.554
29
12.796
2,29
Senyerang
26.991
102
28.234
3,99
Kab.Tanjab Barat
290.095
1.778
313.997
5,89
Sumber data : Duk Capil Kab. Tanjab Barat
Kalau kita lihat ke tiga tabel tersebut diatas selama tiga tahun bahwa jumlah angka kelahiran di Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengalami peningkatan sekitar 4,91 persen pertahun hal ini akan mempengaruhi penambahan jumlah penduduk.
Penambahan penduduk dari suatu kelahiran akan merupakan penambahan program pemerintah, untuk kebutuhan penduduk juga menjadi pelopor peningkatan partisipasi penduduk dalam peningkatan kesejahteraan keluarga dan berpartisipasi aktif serta lomba mengetengahkan kemajuan untuk penguatan persatuan bangsa, meningkatkan kualitas kehidupan, memacu pemberdayaan masyarakat, mencerdaskan kehidupan bangsa dan pada saat mampu mewujudkan kehidupan masyarakat yang berkualitas dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota/ bahkan akan sangat besar
31
manfaatnya
bagi
program
pembagunan,
kesehatan,
pendidikan,
peningkatan ekonomi keluarga, sosial , budaya dan lingkungan hidup.
Dalam
perkembangan
kelahiran
penduduk
satu-satunya
permasalahan mendasar dibidang Adminitrasi kependudukan yang dicoba dicari solusinya lewat kehadiran Undang-undang Adminitrasi kependudukan yaitu Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 yang intinya dengan Undangundang
tersebut
diharapkan
6
(enam)
permasalahan
dapat
dicari
pemecahannya yaitu persoalan dasar hukum, eksistensi kelembagaan, pemantapan
mekanisme
penyelenggaraan,
ketersediaan
aparatur
pelaksana, pengelolaan data dan dokumen serta partisipasi masyarakat.
Untuk mendukung itu semua, Kecamatan dalam Kabupaten Tanjab Barat senantiasa dituntut agar mampu menyerasikan kebijakan kependudukannya
dan
memantau
perkembangan
tingkat
kelahiran
penduduk di wilayahnya.
B. ANGKA KEMATIAN KASAR (Krude Death Rate/CDR)
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk. Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda, kapan dan dimana saja. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan. Indikator kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintah
pusat
maupun
lokal
dalam
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat.
Kematian dewasa ini umumnya disebabkan karena penyakit menular, penyakit degenerative, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap kematian. Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh
32
penyakit sistem pernapasan bagian atas (ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit karena infeksi kuman. Faktor gizi buruk juga menyebabkan anakanak rentan terhadap penyakit menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi dan balita di suatu daerah.
Faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan kesehatan lingkungan, kepercayaan, nilai-nilai, dan kemiskinan merupakan faktor individu dan keluarga, mempengaruhi mortalitas dalam masyarakat (Budi Oetomo, 1985). Tingginya kematian ibu merupakan cerminan dari ketidak tahuan masyarakat mengenai pentingnya perawatan ibu hamil dan pencegahan terjadinya komplikasi kehamilan.
Angka kematian kasar merupakan indikator
sederhana yang
tidak memperhitungkan pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada Indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila di kurangkan dari Angka Kelahiran Kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah.
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan
berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun
tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan degan penduduk yang masih muda. Rincian mengenai angka kematian kasar di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut ;
33
Tabel 09 Jumlah Angka Kematian Perkecamatan Tahun 2009 Jumlah Penduduk
Kecamatan
Jumlah Angka Kematian
Awal
Penduduk
%
Akhir
Tungkal Ulu
11.806
19
11.684
1,66
Tungkal Ilir
60.682
82
60.805
1,35
Pengabuan
22.770
34
22.807
1,50
Betara
20.489
36
20.549
1,75
Merlung
12.771
22
12.791
1,72
Tebing Tinggi
23.044
14
27.330
0,55
Batang Asam
17.141
46
19.651
2,50
Renah Mendaluh
10.273
30
10.397
2,90
Muara Papalik
7.952
34
7.989
4,27
Seberang Kota
9.657
17
9.677
1,76
Bram Itam
15.416
16
15.424
1,04
Kuala Betara
11.339
30
11.386
2,64
Senyerang
21.868
61
21.878
2,79
Kabupaten
245.349
441
252.368
1,77
Sumber data : Duk Capil Kab. Tanjab Barat
Angka kematian pada tabel tersebut diatas bahwa setiap 1.000 penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat terjadi peristiwa kematian penduduk sekitar 441 Jiwa ,kemudian pada tahun 2010 bahwa peristiwa kematian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 10 Jumlah Angka Kematian Perkecamatan Tahun 2010 Jumlah Kecamatan
Penduduk
Jumlah Angka Kematian
Awal
Penduduk
%
Akhir
Tungkal Ulu
11.684
17
12.755
1,40
Tungkal Ilir
60.805
171
68.555
2,64
Pengabuan
22.807
86
26.439
3,50
Betara
20.549
116
22.974
5,33
Merlung
12.791
31
15.771
2,17
34
Tebing Tinggi
27.330
4
32.901
0,13
Batang Asam
19.651
42
22.460
1,20
Renah Mendaluh
10.397
15
12.379
1,32
Muara Papalik
7.989
11
10.064
1,22
Seberang Kota
9.677
33
9.707
3,40
Bram Itam
15.424
18
16.625
1,12
Kuala Betara
11.386
11
12.554
0,92
Senyerang
21.878
14
26.991
0,57
Kabupaten
252.368
569
290.095
2,09
Sumber data : Duk Capil Kab. Tanjab Barat
Angka kematian pada tabel tersebut diatas bahwa setiap 1.000 penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2010terjadi peristiwa kematian
penduduk sekitar 2 - 3 Jiwa , sedangkan tahun 2011 ini dengan
jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebanyak 313.997 jiwa sedangkan yang mengalami peristiwa kematian dari jumlah penduduk 1000 jiwa terdapat 3 – 4 jiwa yang mati. Tabel 11 Jumlah Angka Kematian Perkecamatan Tahun 2011 Jumlah Kecamatan
Penduduk
Jumlah Angka Kematian
Awal
Penduduk
%
Akhir
Tungkal Ulu
12.755
28
13.569
2,13
Tungkal Ilir
68.555
333
76.930
4,58
Pengabuan
26.439
67
27.980
2,46
Betara
22.974
57
25.281
2,36
Merlung
15.771
42
16.610
2,60
Tebing Tinggi
32.901
43
37.756
1,22
Batang Asam
22.460
33
24.073
1,42
Renah Mendaluh
12.379
39
12.813
3,10
Muara Papalik
10.064
44
10.567
4,27
Seberang Kota
9.707
72
9.955
7,32
Bram Itam
16.625
76
17.433
4,46
Kuala Betara
12.554
48
12.796
3,79
Senyerang
26.991
48
28.234
1,74
Kabupaten
290.095
933
313.997
3,09
Sumber data : Duk Capil Kab. Tanjab Barat
35
Dari jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat berdasarkan tabel tersebut bahwa terjadi peristiwa kematian
pada tahun
2011 sekitar 3 – 4 orang. Kematian dapat disebabkan dari faktor umur, kesehatan dan faktor lainnya yang mengakibatkan menurunnya jumlah penduduk yang ada akan tetapi kalau dibandingkan jumlah penduduk yang lahir bahwa angka kematian tidaklah menunjukkan perubahan yang berarti.
C. JUMLAH KEMATIAN IBU
Dinamika
proses
pertambahan
penduduk
dalam
ilmu
kependudukan adalah suatu bidang yang luas dimensinya yang dapat dipengaruhi
oleh
(sosial,ekonomi,
pendidikan
dan
kesehatan)
yang
disederhanakan kedalam proses kelahiran dan kematian.
Penyederhanaan kompeksitas dinamika kependudukan terbagi kedalam 2 (dua) symbol positif (kelahiran) dan symbol Negatif (kematian), belum cukup untuk menggambarkan kenyataan atau perlu dirinci lebih lanjut, terdapat suatu hubungan sirkuler antara orang yang Imun (kekebalan terhadap suatu penyakit), orang yang rentan, orang yang terinfeksi tetapi belum menjadi sakit dalam suatu siklus epidemi.
Orang umum akan menjadi rentan akibat kehilangan daya kekebalannya dan dipengaruhi oleh lamanya umur (daya tahan) orang tersebut terhadap gangguan sekelilingnya. Orang yang rentan akan terinfeksi yang dipengaruhi laju kontak sehingga dating masa inkubasi yang akhirnya sakit. Orang yang sakit sebagian akan mati oleh karena adanya proses orang mati yang besarnya ditentukan oleh faktor-faktor kematian.
36
Tabel 12 Jumlah Kematian Ibu Perkecamatan Tahun 2011
Kecamatan
Jumlah
%
Jumlah Ibu Hamil
Tungkal Ulu
0
0
328
Tungkal Ilir
0
0
1752
Pengabuan
1
0,16
604
Betara
1
0,16
616
Merlung
0
0
397
Tebing Tinggi
2
0,22
895
Batang Asam
0
0
615
Renah Mendaluh
1
0,32
308
Muara Papalik
2
0,75
268
Seberang Kota
0
0
210
Bram Itam
0
0
388
Kuala Betara
1
0,37
268
Senyerang
0
0
576
Kabupaten
8
0,11
7.218
Sumber data : Dinkes Kab Tanjab Barat tahun 2011
Dari tabel di atas dapat dilihat tingkat kematian ibu pada tahun 2011 di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sekitar 0,11 persen dari 7.218 ibu yang hamil.
D. JUMLAH KEMATIAN BAYI
Sejalan dengan itu permasalahan yang terjadi karena kelahiran bayi keterkaitan erat dengan pemutahiran data yang merupakan sumber data yang akurat dan hasil data tersebut dapat mempresentasikan data jumlah penduduk. Pada tingkat kelahiran bayi, Pemerintah mengharapkan Seluruh Kota di Indonesia memulai database kependudukan yang berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional. Namun seiring meningkatnya
37
kelahiran,masalah kematian bayi juga terjadi dari setiap kelahiran baik ditingkat pusat dan daerah.
Untuk Kabupaten Tanjung Jabung Barat tingkat kematian bayi pada tahun 2011 mencapai 26 jiwa dengan tingkat kematian rata-rata per kecamatan/kota sebagaimana pada tabel berikut dibawah ini.
Tabel 13 Jumlah Kematian Bayi Perkecamatan Tahun 2011 Kecamatan
Jumlah Kematian Bayi
%
Jumlah Bayi yang lahir
Tungkal Ulu
1
0,27
365
Tungkal Ilir
7
0,46
1510
Pengabuan
5
1,01
495
Betara
6
1,24
482
Merlung
1
0,25
405
Tebing Tinggi
1
0,12
869
Batang Asam
1
0,17
589
Renah Mendaluh
0
0
305
Muara Papalik
0
0
296
Seberang Kota
0
0
236
Bram Itam
2
0,52
386
Kuala Betara
1
0,34
293
Senyerang
1
0,22
449
Kabupaten
26
0,39
6669
Sumber data : Dinkes Kab Tanjab Barat Th 2011
E. ANGKA KECUKUPAN GIZI BALITA Kebahagian Keluarga merupakan bagian terpenting dalam kehidupan seorang anak. Anak-anak yang lahir perlu tumbuh dalam kasih sayang orang tua yang tercermin melalui karekter yang baik, santun dan penuh solidaritas sehingga menjadi keluarga yang harmonis.
38
Dari keluarga yang harmonis inilah akan lahir anak-anak yang cerdas untuk mewujudkan anak-anak yang berkepribadian dan bermartabat yang perlu ditanamkan jiwa pejuang sejak dini. Oleh karenanya untuk peningkatan taraf hidup balita sejak dini perlu diberikan gizi yang cukup dalam rangka pertumbuhan perkembangan menjadi anak yang cerdas, terampil dan ditanamkan nilai-nilai budaya, adat istiadat dan perilaku kehidupan yang baik. Maka dalam konteks ini pula anak-anak bertahan hidup dalam memegang nilai-nilai sosial budaya sebagai kekuatan sosial yang perlu diturunkan kepada generasi berikutnya, sebagai nilai budaya bangsa.
Perkembangan balita dengan adanya kecukupan gizi untuk meningkatkan IQ anak itu sendiri, kecerdasaan manusia menurut teori Gardner memiliki 7 (tujuh) bentuk kecerdasan antara lain musical (menghayati irama) visual, serta pengenalan ruang, berbahasa, gerak tubuh, memahami dirinya serta mampu menjalin hubungan dengan manusia lainnya dan kemampuan berpikir yang logis. Peran
lingkungan
sekitar
anak
sangat
menentukan
perkembangan, anak diperkenalkan dilingkungan sejak lahir terbukti memiliki IQ lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang dibesarkan tanpa ada rangsangan lingkungan. Banyak anak terlahir sebagai anak kurang cerdas, namun tidak berarti hilang kesempatannya untuk menjadi anak pandai, menumbuhkembangkan kecerdasaan anak sangat bergantung pada pola asuh yang baik dari orang tua dan lingkungan serta gizi yang baik. Untuk saat ini angka kecukupan gizi bagi balita pada tahun 2011 dalam penilaian gizi lebih,gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk dimasingmasing Kecamatan dapat dilihat tabel dibawah ini.
39
Tabel 14 Angka Kecukupan Gizi Balita Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2011
Kecamatan
Gizi Lebih
Gizi Baik
Gizi Kurang
Gizi Buruk
Tungkal Ulu
0
334
9
0
Tungkal Ilir
5
3.812
27
0
Pengabuan
0
1.284
6
0
Betara
0
1.833
11
0
Merlung
3
1.173
6
4
Tebing Tinggi
2
2.112
7
0
Batang Asam
0
1.785
9
0
Renah Mendaluh
9
0
0
0
Muara Papalik
0
603
33
0
Seberang Kota
0
716
3
0
Bram Itam
0
789
10
0
Kuala Betara
17
453
17
0
Senyerang
0
1168
0
0
Kabupaten
36
16.062
138
4
Sumber data : Dinkes Kab Tanjab Barat Th 2011
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa angka kecukupan gizi balita di kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2011 baik yaitu balita yang gizi lebih ada 36 orang, balita gizi baik ada 16.062 orang, gizi kurang ada 138 dan gizi buruk ada 4 orang.
F. KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN RASIO JENIS KELAMIN
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin bisa menggambarkan perubahan komponen kependudukan seperti kelahiran, kematian dan migran menurut jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin (RJK) yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan.
Rasio
Jenis
Kelamin
(RJK)
adalah
perbandingan
jumlah
penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan. Data mengenai rasio jenis kelamin berguna untuk pembangunan
40
perencanaan pembangunan yang berwawasan gender. Terutama yang berkaitan dengan pertimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Misalnya, karena adat dan kebiasaan jaman dulu yang lebih mengutamakan
pendidikan
laki-laki
di
banding
perempuan,
maka
pengembangan pendidikan berwawasan gender harus memperhitungkan kedua jenis kelamin dengan mengetahui betapa banyaknya laki-laki dan perempuan dalam umur yang sama. Informasi tentang rasio jenis kelamin juga penting di ketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen. Untuk lebih jelas mengenai rasio jenis kelamin di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat di lihat pada tabel 15 berikut
Tabel 15 Komposisi penduduk Kabupaten Tanjab Barat berdasarkan Rasio Jenis Kelamin tahun 2011 Kecamatan
Jumlah Penduduk Tahun 2011
Rasio Jenis
Laki-laki
Perempuan
Kelamin
Tungkal Ulu
6.889
6.680
103
Tungkal Ilir
39.246
37.684
104
Pengabuan
14.407
13.573
106
Betara
13.307
11.974
111
Merlung
8.632
7.978
108
Tebing Tinggi
19.543
18.213
107
Batang Asam
12.450
11.623
107
Renah Mendaluh
6.673
6.140
109
Muara Papalik
5.485
5.082
108
Seberang Kota
5.200
4.755
109
Bram Itam
9.012
8.421
107
Kuala Betara
6.670
6.126
109
Senyerang
14.951
13.283
113
Kabupaten
162.465
151.532
107
Sumber data : Duk Capil Kab. Tanjab Barat tahun 2011
41
Dari tabel di atas dapat dilihat rasio jenis kelamin (RJK) Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah sebesar 107, ini berarti bahwa dari 100 orang penduduk wanita di Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdapat 107 orang penduduk laki-laki.
G. PROFORSI PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN
Pendidikan
merupakan
salah
satu
aspek
penting
dalam
kehidupan masyarakat yang berperan meningkatkan kualitas hidup, semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat akan semakin baik kualitas sumber dayanya.
Pendidikan dapat didefinisikan sebagai upaya seseorang sadar untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta memperluas wawasan, pemerataan kesempatan pendidikan diupayakan melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar, dan penambahan tenaga pengajar dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, dan untuk melihat jumlah penduduk yang berpendidikan dapat kita lihat tabel dari masing-masing kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2011.
42
Tabel 16 Proforsi Penduduk Kabupaten Tanjab Barat Menurut Pendidikan Tahun 2011
Kecamatan
1. TUNGKAL ULU
2. TUNGKAL ILIR
SLTP/ Sederajat
2,422
1904
3,973
2,480
2,422
368
(17,85%)
(14,03%) 8161
(29,28%)
(18,28%)
(17,85%)
(1,98%)
23,183
12,770
17,711
4,270
(10,61%) 3610
(30,14%)
(16,60%)
(23,02%)
(5,55%)
12,109
4,577
2,562
384
(12,90%) 3117
(43,28%)
(16,36%)
(9,16%)
(1,37%)
9,328
4,410
3,194
502
(12,33%) 2606
(36,90%)
(17,44%)
(12,63%)
(1,99%)
5,115
2,726
2,900
440
(15,69%) 4986
(30,79%)
(16,41%)
(17,46%)
(2,65%)
10,144
6,518
7,883
1,307
(13,21%) 3517
(26,87%)
(17,26%)
(20,88%)
(3,46%)
7,533
4,672
3,553
438
(14,61%) 2104
(31,24%)
(19,41%)
(14,76%)
(1,82%)
5,028
1,885
1,288
227
(16,43%) 1467
(39,24%)
(14,71%)
(10,05%)
(1,77%)
3,304
2,119
1,750
337
(13,88%) 1312
(31,27%)
(20,05%)
(16,56%)
(3,19%)
4,685
1,644
699
79
(13,18%) 1935
(47,06%)
(16,51%)
(7,02%)
(0,79%)
7,800
2,677
1,851
377
(11,10%) 1853
(44,74%)
(15,36%)
(10,62%)
(2,16%)
5,332
2,016
1,164
156
(41,67%)
(15,75%)
(9,10%)
(1,22%)
4,863
(14,48%) 4072
12,274
4,345
2,358
322
(17,22%)
(14,42%)
(43,47%)
(15,39%)
(8,35%)
(1,14%)
10,835
4,738
4,730 (18,71%)
5. MERLUNG
2,823 (17,00%)
6. TEBING TINGGI
6,918 (18,32%)
7. BATANG ASAM
4,360 (18,11%)
8. RENAH MENDALUH
2,281 (17,80%)
9. MUARA PAPALIK
1,590 (15,05%)
10. SEBERANG KOTA
1,536 (15,43%)
11. BRAM ITAM
2,793 (16,02%)
12. KUALA BETARA
2,275 (17,78%)
13. SENYERANG
Jumlah
13,569
Tamat SD/ Sederajat
(16,93%) 4. BETARA
Jumlah
Tidak Tamat SD /Sederajat
Tidak Sekolah
(14,08%) 3. PENGABUAN
Tamat Pergurua n Tinggi (D1,D2,D 3,S1,S2 dan S3)
52,164 ( 16,61 % )
40,644 (12,94%)
109,808 (34,97%)
43
52,839 ( 16,82% )
SLTA / Sederajat
49,335 (15,71%)
9,207 (2,93%)
76,930
27,980
25,281
16,610
37,756
24,073
12,813
10,567
9,955
17,433
12,796
28,234
313,997
Berdasarkan tabel tersebut Kecamatan Betara dan Renah Mendaluh jumlah penduduk yang tidak sekolah dan tidak tamat SD/sederajat cukup tinggi sebanyak 18,71 persen dan
16,43 persen, Kecamatan
Seberang Kota jumlah penduduk yang tamat SD/sederajat sebanyak 47,06 persen,untuk penduduk yang tamat SLTP/sederajat paling banyak di Kecamatan Muara Papalik yaitu 20,05 persen,untuk tamat SLTA/sederajat dan tamat Perguruan Tinggi paling banyak di Kecamatan Tungkal Ilir 23,02 persen dan 5,55 persen. Untuk penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat menurut tingkat pendidikannya tamatan SD/sederajat paling tinggi sebesar 109.808 jiwa atau 34,97 persen, sedangkan tamatan perguruan tinggi sekitar 2,93 persen.
H. PENDUDUK MENURUT AGAMA
Manusia
diberi
kelebihan
oleh
Tuhan
untuk
memelihara,melestarikan, mengambil manfaat, menggali dan mengolah kekayaan alam ini untuk terwujudnya kesejahteraan dan kedamain dan adanya kemajuan dalam menjalankan hidup. Pencapain ini dilandasi karena manusia memiliki standar hidup yang kuat dan stabil (aturan agama) serta bukan aturan yang labil dan berubah-ubah
(aturan
manusia).
Orang
yang
telah
memahami
dan
menghayati benar agama akan memiliki motivasi dan semangat hidup yang tinggi sehingga tidak akan malas, putus asa,berpangku tangan tetapi akan menjalani dan menghadapi tugas yang diemban kepadanya penuh semangat dan tulus ikhlas. Semangat dan motivasi sangat diperlukan dalam kehidupan dengan berlandaskan agama, sebab hanya orang-orang yang memiliki motivasi tinggi yang dapat menjalankan dengan baik, sebaiknya orang yang tidak menjalankan agama tidak memiliki semangat dan motivasinya. hidupnya cenderung akan bermalas-masalan, cepat putus asa, rendah diri dan tidak peduli dengan masa depannya.
44
Agama memberikan aturan-aturan manusia dalam berbagai bentuk hubungan yakni, hubungan manusia dengan Tahuan antar sesama manusia dengan alam sekitarnya dan dengan dirinya sendiri yang kemudian di manifestasikan dalam sikap yang serasi dalam ketundukan dan ketaan, baik terhadap Allah SWT, antar sesama manusia & terhadap dirinya sendiri. Pada pasal 29 UUD 1945 telah dinyatakan adanya kepercayaan bangsa Indonesia terhadapa manusia yang maha Esa, bahwa setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, berhak atas kebebasan berkeyakinan kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya dalam rangka meningkatkan keimanan, ketaqwaan dan akhlak yang mulia untuk mencerdaskan kehidupan. Agama yang ada di Negara Republik Indonesia yaitu Agama Islam, Kristen ( Protestan dan Khatolik ), Budha, Hindu,Konghuchu. Dari data yang adaKabupaten Tanjung Jabung Barat penduduk yang paling banyak menganut Agama islam berjumlah 297.693 Jiwa, dengan rincian jumlah dan proporsi kependudukan seperti pada tabel dibawah ini :
45
Tabel 17 Jumlah Penduduk menurut agama Perkecamatan Tahun 2011
Agama ( Jiwa ) Kecamatan
1. TUNGKAL ULU 2. TUNGKAL ILIR 3. PENGABUAN 4. BETARA 5. MERLUNG 6. TEBING TINGGI 7. BATANG ASAM 8. RENAH MENDALUH 9. MUARA PAPALIK 10. SEBERANG KOTA 11. BRAM ITAM 12. KUALA BETARA 13. SENYERANG
Jumlah
Islam
Kristen
Katholik
12,425 73,549 27,927 24,737 15,707 34,233 18,826 12,192 9,976 9,953 17,301 12,734 28,133 297,693
1,069 1,292 48 527 831 3,077 4,664 576 546 1 87 58 98 12,874
65 205 3 11 63 291 579 45 41 1 12 4 1,320
Hindu
5 2 5 19
Budha
5 1,718 2 4 4 136 4
3
1
2
31
3 39 1,905
Konghucu
157
157
Kepercayaan Lainnya
Jumlah
5 4
13,569 76,930 27,980 25,281 16,610 37,756 24,073 12,813 10,567 9,955 17,433 12,796 28,234 9 313,997
Sumber data : Dukcapil Kab. Tanjab Barat 2011
Berdasarkan tabel tersebut diatas bahwa penduduk Kabupaten Tanjab Barat pada tahun 2011 dengan jumlah penduduk sebanyak 313.997jiwa dengan mayoritas memeluk agama Islam sekitar 94.81 persensedangkan agama Kristen berkisar 4,10 persen dan selebihnya adalah memeluk agama lainnya.
46
BAB V
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DIBIDANG MOBILITAS PENDUDUK A. MIGRASI (PERPINDAHAN PENDUDUK)
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari satu tempat ketempat lain melewati batas administrative (migrasi internal) atau batas politik/Negara (migrasi internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (Negara) ke daerah (Negara) lain. Pada perbedaan
hakekatnya
pertumbuhan
migrasi
ekonomi
penduduk dan
merupakan
ketidakmerataan
refleksi fasilitas
pembangunan antara satu daerah dengan daerh lain. Penduduk dari daerah yang tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi. Migrasi dipengaruhi oleh daya dorong (push factor) suatu wilayah dan daya tarik (pull factor) wilayah lainnya. Daya dorong wilayah menyebabkan orang pergi ke tempat lain, misalnya karena di daerah itu tidak tersedia sumber daya yang memadai untuk memberikan jaminan kehidupan bagi penduduknya. Pada umumnya, hal ini tidak lepas dari persoalan kemiskinan dan penggangguran yang terjadi di wilayah tersebut. Sedangkan daya tarik wilayah adalah jika suatu wilayah mampu atau di anggap mampu menyediakan fasilitas dan sumber-sumber penghidupan bagi penduduk, baik penduduk di wilayah itu sendiri maupun penduduk di sekitarnya dan daerahdaerah lain. Penduduk wilayah sekitarnya dan daerah-daerah lain yang merasa tertarik dengan daerah tersebut kemudian bermigrasi dalam rangka meningkatkan taraf hidup. Jenis migrasi adalah pengelompokan migrasi berdasarkan dua dimensi penting dalam analisis migrasi, yaitu dimensi ruang/daerah (spasial) dan dimensi waktu.
47
Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk yang terjadi dalam satu Negara, misalnya antarpropinsi, antarkota/kabupaten, migrasi dari wilayah perdesaaan ke wilayah perkotaan atau satuan administrative lainnya yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten/kota, seperti kecamatan dan kelurahan/desa. Migrasi internal merupakan jenis migrasi yang memuat dimensi ruang. Migran menurut dimensi waktu adalah orang yang berpindah ketempat lain dengan tujuan untuk menetap dalam waktu enam bulan atau lebih. Migran sirkuler (migrasi musiman) adalah orang yang berpindah tempat tetapi tidak bermaksud menetap di tempat tujuan. Migrant sikuler biasannya adalah orang yang masih mempunyai keluarga atau ikatan dengan tempat asalnya seperti tukang becak, kuli bangunan, dan pengusaha warung tegal, yang sehari-harinya mencari nafkah di kota dan pulang ke kampungnya setiap bulan atau beberapa bulan sekali. Migran
ulang-alik
(commuter)
adalah
orang
yang
pergi
meninggalkan tempat tinggalnya secara teratur, (missal setiap hari atau setiap minggu), pergi ketempat lain untuk kerja, berdagang, sekolah, atau untuk kegiatan-kegiatan lainnyam, dan pulang ketempat asalnya secara teratur pula (missal pada sore atau malam hari atau pada akhir minggu). Migrant ulang-alik biasanya menyebabkan jumlah penduduk di tempat tujuan lebih banyak pada waktu tertentu, misalnya pada siang hari Ada tiga kriteria migrant : seumur hidup, risen, dan total.
Migran seumur hidup (life time migrant ) adalah orang yang tempat tinggalnya pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu lahir.
Migran risen (recent migrant ) adalah orang tempat tinggalnya pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu lima tahun sebelumnya.
48
Migran total (total migrant) adalah orang yang pernah bertempat tinggal di
tempat
yang
berbeda
dengan
tempat
tinggal
pada
waktu
pengumpulan data. Pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor) Faktor-faktor pendorong (push factor) antara lain adalah :
Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu, atau bahan dari pertanian.
Menyempitnya lapangan pekerjaan ditempat asal (misalnya tanah untuk pertanian di wilayah perdesaan yang makin menyempit).
Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga menggangu hak asasi penduduk didaerah asal.
Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.
Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.
Faktor-faktor penarik (pull factor) antara lain adalah :
Adanya harapan untuk memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidup.
Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangka, misalnya iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.
Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukrim di kota besar.
49
Ukuran-ukuran yang di gunakan dalam perhitungan migrasi adalah : 1.
Angka migrasi masuk (mi), yang menunjukkan banyaknya migran yang masuk per 1000 penduduk di suatu kabupaten/kota tujuan dalam satu tahun.
2.
Angka migrasi keluar (mo), yang menunjukkan banyaknya migrant yang keluar dari suatu kabupaten/kota per 1000 penduduk di kabupaten/kota asal dalam satu tahun.
3.
Angka migrasi neto (mn), yaitu selisih banyaknya migran masuk dan migran keluar ke dan dari suatu kabupaten/kota per 1000 penduduk dalam satu tahun. Ukuran-ukuran migrasi ini ber-manfaat untuk mengetahui apakah
suatu kabupaten/kota merupakan daerah yang memiliki daya tarik bagi penduduk wilayah sekitarnya atau wilayah lainnya. Dapat juga di tentukan apakah suatu kabupaten/kota merupakan wilayah yang tidak disenangi untuk dijadikan tempat tinggal. Dengan kata lain kabupaten/kota ini memiliki daya dorong bagi penduduknya untuk pergi meniggalkan daerah tersebut. Kabupaten/kota yang memiliki daya tarik bagi penduduk wilayah sekitarnya biasannya memiliki angka migrasi neto yang positif. Artinya, jumlah penduduk yang masuk lebih banyak daripada jumlah penduduk yang keluar. Sedangkan kabupaten/kota yang kurang disenangi oleh penduduknya akibat kelangkaan sumberdaya misalnya, biasanya memiliki angka migrasi neto yang negatif, yang berarti jumlah penduduk yang keluar lebih banyak daripada jumlah migran yang masuk. Untuk tahun 2011 , Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki angka migrasi neto yang positif lebih banyak migran masuk sebanyak 2,00 per 1000 orang atau sebanyak 1229 orang , seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini :
50
Tabel 18 Migrasi Penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2011
No
Kecamatan
Migrasi Masuk
Migrasi Keluar
( rata-rata per 1000
( rata-rata per 1000
orang penduduk )
orang penduduk )
1
Tungkal Ulu
3,67
1,87
2
Tungkal Ilir
2,01
1,82
3
Pengabuan
0,88
0,68
4
Betara
3,07
1,26
5
Merlung
2,28
0,91
6
Tebing Tinggi
3,46
3,32
7
Batang Asam
2,41
0,77
8
Renah Mendaluh
3,28
0,24
9
Muara Papalik
1,25
0,34
10
Seberang Kota
1,21
0,56
11
Bram Itam
0,61
0,23
12
Kuala Betara
0,71
0,39
13
Senyerang
0,37
0,11
Kab.Tanjab Barat
2,00
1,26
Sumber Data : Dinas Dukcapil Kab. Tanjab Barat
B. Migran masuk
Migran masuk yang terjadi selama periode 2011 di Kabupaten Tanjung Jabung Barat secara keseluruhan adalah sebesar 2,00 per 1000 orang ( 2,13 untuk laki-laki dan 1,88 untuk perempuan), ini berarti pola pergerakan penduduk masuk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat lebih banyak dari jumlah penduduk yang keluar kabupaten.
Jumlah penduduk yang masuk terbesar terdapat di Kecamatan Tungkal Ulu sebesar 3,67 per 1000 orang (4,12 untuk laki-laki dan 3,22 untuk perempuan), sedangkan migrasi masuk terkecil terdapat di Kecamatan Senyerang sebesar 0,38 per 1000 orang (0,40 untuk laki-laki dan 0,36 untuk
51
perempuan). Untuk lebih jelasnya mengenai migrasi masuk dapat di lihat pada tabel 19 berikut :
TABEL 19 MIGRASI MASUK KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2011 Penduduk Masuk
NO
Kecamatan
1
2
Lk
Pr
Jumlah
5 43
4 98
Pddk Tgh Priode 2011
Lk
Pr
Rata-rata
7 3,22
8 3,67
1
TUNGKAL ULU
3 55
13.337
6 4,12
2
TUNGKAL ILIR
159
142
301
74.975
2,12
1,89
2,01
3
PENGABUAN
25
23
48
27.366
0,91
0,84
0,88
4
BETARA
91
60
151
24.628
3,69
2,44
3,07
5
MERLUNG
37
38
75
16.433
2,25
2,31
2,28
6
TEBING TINGGI
125
125
250
36.165
3,46
3,46
3,46
7
56
57
113
23.451
2,39
2,43
2,41
50
33
83
3,95
2,61
3,28
8
BATANG ASAM RENAH MENDALUH
9
MUARA PAPALIK
13
13
26
10.406
1,25
1,25
1,25
10 11
SEBERANG KOTA BRAM ITAM
13
11
24
1,32
1,11
1,21
8
13
21
9.879 17.233
0,46
0,75
0,61
12
KUALA BETARA
10
8
18
12.694
0,79
0,63
0,71
13
SENYERANG
11
10
21
0,40
0,36
0,38
653
576
1229
2,13
1,88
2,00
Kabupaten
5
Migrasi Masuk
12.647
27.691 306.905
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Tanjung Jabung Barat
C. Migran Keluar Migrasi keluar yang terjadi selama priode 2011 di Kabupaten Tanjung Jabung Barat secara keseluruhan adalah sebesar 1,26 per 1000 orang ( 1,41 untuk laki-laki dan 1,12 untuk perempuan). Ini berarti pola penggerak penduduk keluar yang terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat lebih sedikit dari jumlah penduduk yang masuk kabupaten. Migrasi keluar yang ada, jika dirinci perkecamatan berdasarkan jenis kelamin, maka dapat di lihat bahwa Kecamatan Tebing Tinggi merupakan kecamatan terbesar dengan nilai migrasi keluar terbesar yaitu
52
3,32 per 1000 orang (3,76 untuk laki-laki dan 2,88 untuk perempuan), sedangkan migrasi keluar terkecil terdapat di Kecamatan Bramitam yaitu sebesar 0,23 per 1000 orang (0,29 untuk laki-laki dan 0,17 untuk perempuan), untuk lebih jelasnya mengenai migrasi keluar dapat di lihat pada tabel 20 berikut :
TABEL 20 MIGRASI KELUAR KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2011 Penduduk Keluar NO
Kecamatan
Lk
Pr
Jumlah
1
2 TUNGKAL ULU
3 29
5 21
4 50
TUNGKAL ILIR
148
125
273
3
PENGABUAN
18
19
37
4
BETARA
35
27
5
MERLUNG
20
6
TEBING TINGGI
Pddk Tgh Priode 2011
Migrasi Keluar Lk
Pr
Rata-rata
13.337
6 2,17
7 1,57
8 1,87
74.975
1,97
1,67
1,82
27.366
0,66
0,69
0,68
62
24.628
1,42
1,10
1,26
10
30
16.433
1,22
0,61
0,91
136
104
240
36.165
3,76
2,88
3,32
16
36
23.451
0,85
0,68
0,77
6
0
6
0,47
0,00
0,24
8
BATANG ASAM RENAH MENDALUH
20
9
MUARA PAPALIK
3
4
7
10.406
0,29
0,38
0,34
10 11
SEBERANG KOTA BRAM ITAM
4
7
11
0,40
0,71
0,56
5
3
8
9.879 17.233
0,29
0,17
0,23
12
KUALA BETARA
6
4
10
12.694
0,47
0,32
0,39
2
4
6
0,07
0,14
0,11
1,12
1,26
1 2
7
13
SENYERANG
5
12.647
27.691
432 344 776 306.905 1,41 Kabupaten Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Tanjung Jabung Barat
D. Migran Neto Angka migrasi neto yaitu selisih banyaknya migran masuk dan migrant keluar ke dan dari suatu kabupaten/kota per 1000 penduduk dalam satu tahun.
Dalam periode tahun 2011 selisih banyaknya migrant masuk dan migrant keluar yang terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah 1,28 yang terdiri dari 0,72 migran laki-laki dan 1,16 migran perempuan, ini berarti
53
bahwa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama periode 2011 jumlah penduduk masuk lebih banyak daripada jumlah penduduk keluar.
Jika dilihat dari per kecamatan pada tahun 2011, angka migrasi neto Positif (angka migrasi neto yang Positif, yang berarti jumlah penduduk yang masuk lebih banyak daripada jumlah migrasi yang keluar), terdapat di seluruh kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kecamatan-kecamatan yang memiliki angka Positif berarti kecamatan tersebut di senangi oleh penduduknya. Untuk lebih jelasnya mengenai migrasi netto ini dapat dilihat pada tabel 21 berikut:
TABEL 21 MIGRASI NETTO KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2011 Migrasi Masuk
Migrasi Keluar
Lk
Pr
Rata-rata
Lk
Pr
Rata-rata
TUNGKAL ULU
3 4,12
4 3,22
5 3,67
6 2,17
7 1,57
8 1,87
2
TUNGKAL ILIR
2,12
1,89
2,01
1,97
1,67
1,82
3
PENGABUAN
0,91
0,84
0,88
0,66
0,69
4
BETARA
3,69
2,44
3,07
1,42
5
MERLUNG
2,25
2,31
2,28
3,46
3,46
3,46
NO
Kecamatan
1
2
1
Pddk Tgh Priode 2011
Migrasi Masuk Netto Lk
Pr
Rata-rata
13.337
10 1,95
11 1,65
12 1,90
74.975
0,15
0,23
1,84
0,68
27.366
0,26
0,15
0,68
1,10
1,26
24.628
2,27
1,34
1,28
1,22
0,61
0,91
16.433
1,03
1,70
0,92
3,76
2,88
3,32
0,58
3,36
36.165
9
6
TEBING TINGGI
7
BATANG ASAM
2,39
2,43
2,41
0,85
0,68
0,77
23.451
0,30 1,54
1,75
0,77
8
RENAH MENDALUH
3,95
2,61
3,28
0,47
0,00
0,24
12.647
3,48
2,61
0,24
9
MUARA PAPALIK
1,25
1,25
1,25
0,29
0,38
0,34
10.406
0,96
0,86
0,34
10 11
SEBERANG KOTA BRAM ITAM
1,32
1,11
1,21
0,40
0,71
0,56
0,91
0,40
0,56
0,46
0,75
0,61
0,29
0,17
0,23
9.879 17.233
0,17
0,58
0,23
12
KUALA BETARA
0,79
0,63
0,71
0,47
0,32
0,39
12.694
0,32
0,32
0,39
13
SENYERANG
0,40
0,36
0,38
0,07
0,14
0,11
0,33
0,22
0,11
2,13
1,88
2,00
1,41
1,12
1,26
0,72
1,16
1,28
Kabupaten
Sumber data : Dukcapil Kab. Tanjab Barat
54
27.691 306.905
E. ANGKA PARTISIPASI ANGKATAN KERJA Sumber daya dari suatu perekomian Negara dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) bagian besar yaitu sumber daya manusia (humen resouscer ) dan sumber daya bukan manusia atau sering disebut dengan Kapital/modal. Sumber manusia meliputi semua usaha manusia baik fikiran maupun fisik yang ditujukan untuk menghasilkan benda (sudarman 1984 hal 3 ) .Sumber daya manusia pada prinsipnya terdiri tiga komponen utama, yaitu aspek kesehatan, aspek gizi dan aspek pendidikan. Kualitas dari ketiga komponen ini menentukan kapasitas dan produktifitas dari sekelompok penduduk yang termasuk dalam kelompok usia angkatan kerja atas tenaga kerja disuatu daerah. Jumlah angkatan kerja dalam suatu daerah pada waktu tertentu tergantung jumlah penduduk usia kerja. Semakin besar jumlah usia kerja maka akan semakin besar pula jumlah angkatan kerja. Dewasa ini bekerja tidak hanya diartikan sebagai sarana memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga merupakan sarana meningkatan status sosial, selain itu dengan bekerja diharapkan seseorang tidak lagi menjadi beban keluarga,masyarakat dan bangsa.
Berdasarkan kenyataan diatas maka pemerataan kesempatan kerja bagi setiap penduduk sangat penting untuk diwujudkan karena menjadi salah satu sasaran pembagunan. Dalam pembagunan ekonomi, sumber daya manusia bersama-sama dengan sumber daya alam merupakan faktor komplementer dari modal dan teknologi. Pembagunan ekonomi dianggap berhasil bila mampu memberikan sumber penghidupan yang lebih baik dan bisa menyediakan lapangan pekerjaan yang bagi angkatan kerja yang ada. Oleh karena itu, kebijakan ketenagakerjaan perlu diarahkan untuk terciptanya perluasan kesempatan kerja.
Tingkat pertumbuhan penduduk yang relative tinggi akan sangat mempengaruhi
pertumbuhan
angkatan
kerja.
Semakin
besar
jumlah
penduduk usia kerja, maka secara otomatis jumlah angkatan kerja akan bertambah, baik itu sebagai pekerjaan maupun sebagai pencari kerja.
55
Perbandingan antara angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja disebut tingkat partisipasi angkatan kerja atau sering disingkat TPAK. Dalam hal ini dimaksud dengan angkatan kerja adalah jumlah penduduk yang bekerja dan pencari kerja, sedangkan penduduk usia kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Dengan demikian tingkat partipasi angkatan menunjukan besarnya penduduk usia kerja yang bekerja dan pencari kerja. Semakin besar jumlah penduduk yang masuk dalam usia kerja maka akan semakin besar jumlah angkatan kerja.
Tingkat partipasi angkatan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor demografi, sosial dan demografi, sosial dan ekomomi pada umumnya dinegara-negara yang sedang berkembang mempunyai kecenderungan tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki lebih tinggi di bandingkan dengan perempuan, seperti halnya yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu pengaruh faktor-faktor tersebut tidak sebesar terhadap penduduk laki-laki, dibandingkan dengan penduduk perempuan, karena umumnya penduduk lakilaki merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Keadaan ini erat kaitannya dengan norma-norma dalam masyarakat timur yang mengharapkan agar laki-laki sebagai kepala rumah tangga dan berfungsi sebagai penopang keluarga yang mampu memberi nafkah pada keluarganya, sehingga pada umumnya manakala seorang laki-laki telah beranjak pada usia kerja, maka dengan sedikitnya akan tergolong sebagai angkatan kerja.
Secara umum memang semakin tinggi TPAK akan semakin baik, karena itu berarti bahwa partisipasi angkatan kerja semakin meningkat. Akan tetapi alangkah idealnya bila peningkatan TPAK tersebut dapat diselusuri karakteristik mana yang menyebabkan meningkatkan. Seperti diketahui bahwa angkatan kerja sendiri dengan bertambahnya partisipasinya penduduk yang bekerja, hal ini dapat berarti bahwa peningkatan TPAK semakin baik.
56
Akan tetapi manakala peningkatan TPAK justru seiring dengan menurunnya partisipasi penduduk yang bekerja, ini pertanda bahwa pemicu tingginya TPAK adalah meningkatnya penduduk yang mencari pekerjaan. Suatu hal yang
perlu dikhwatirkan
karena dapat mengakibatkan bertambahnya
pengangguran.
Penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2011 tercatat sebesar 313.997 jiwa dan tingkat partisipasi angkatan kerja sebanyak 133.616 orang atau mencapai 68,26 persen. Untuk melihat status pekerjaan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 22 Status Pekerjaan Utama di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2011 Status/Kedudukan dalam Pekerjaan
Jumlah
Persentase
22.659
17,70
tidak
24.328
19,00
3.Berusaha dbantu buruh tetap/buruh
5.674
4,43
4.Buruh/karyawan/pegawai
29.237
22,84
5.Pekerja bebas di pertanian
13.078
10,22
6.Pekerja bebas di non pertanian
4.338
3,39
7.Pekerja keluarga /tak dibayar
28.709
22,42
128.023
100,00
Utama 1.Berusaha Sendiri 2.Berusaha
dibantu
buruh
tetap/buruh tidak bayar
dibayar
Total Bekerja Sumber : Sakernas 2011, BPS Kab. Tanjab Barat
Berdasarkan tabel diatas penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2011 banyak bekerja sebagai Buruh / Karyawan / Pegawai dengan jumlah penduduk 29.237 orang dengan persentase 22,84 persen.
57
F. ANGKA PENGGANGURAN TERBUKA
Pengangguran timbul karena ketidaksesuaian antara permintaan dan penawaran kerja tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja yang melimpah antara
lain
disebabkan
tingkat
pertumbuhan
penduduk
yang
tinggi,
persebaran penduduk yang tidak merata, atau disebabkan perubahan struktur ekomomi. Disuatu sisi kebutuhan tenaga kerja memerlukan syarat tertentu, seperi jenis kelamin, kemampuan, tingkat pendidikan, bahkan mungkin pengalaman, selain itu untuk sektor formal cenderung menggunakan teknologi padat modal yang kurang menyerap tenaga kerja. Pengangguran terbuka adalah penduduk yang tidak mempunyai pekerjaan atau sedang mencari
pekerjaan.Rendahnya
tingkat
penganguran
terbuka
tersebut
disebabkan pada waktu itu penduduk yang memperebutkan pekerjaan belum sebanyak seperti sekarang ini.
Indikator
yang
berhubungan
dengan
permasalahan
ketenagakerjaan yakni kesempatan kerja adalah Tingkat Pengangguran Terbuka ( TPT ). TPT merupakan persentase jumlah penduduk yang menganggur terhadap angkatan kerja.Untuk melihat tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Tanjung Jabung Barat seperti pada tabel dibawah ini.
58
Tabel 23 Angka Pengangguran Terbuka Kab. Tanjab Barat Tahun 2011 Karakteristik
Jumlah Penduduk
Persentase
(1)
(2)
(3)
133.616
68,26
128.023
65,41
2. Pengangguran
5.593
2,86
Bukan Angkatan Kerja :
62.117
31,73
Total
195.733
100,00
Angkatan Kerja : 1. Bekerja
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK )
68,26
Tingkat Pengangguran Terbuka ( TPT )
4,19
Sumber : Sakernas 2011, BPS Kab. Tanjab Barat
Berdasarkan tabel di atas Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2011 sebanyak 4,19 persen dari 133.616 jumlah angkatan kerja .
59
BAB V
PENUTUP A. KESIMPULAN DAN SARAN Jumlah penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat disetiap Kecamatan selama 3 (tiga) tahun terakhir yaitu sejak dari tahun 2009sampai dengan tahun 2011, banyak sekali perubahannya didalam peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai dampak adanya program pembagunan disetiap Kecamatan. Hampir setiap daerah menghadapi masalah yang sama yaitu besarnya jumlah penduduk akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi serta tidak meratanya penduduk dimana Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2009 Jumlahnya 252.368 jiwa, dengan kepadatan 50,39orang per km² dan tahun 2010 berjumlah 290.095 Jiwa dengan jumlah penduduk warga negara asing 86 orang sehingga total menjadi 290.181, dengan kepadatan 57,91orang per km² dan pada tahun 2011 mengalami penambahan kembali dengan jumlah penduduk 313.997 jiwa jumlah penduduk warga negara asing 89 orang sehingga total menjadi 314.086 jiwa, kepadatan penduduk 62,68 orang per km². Jika dikaji secara mendalam, angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat memperlihatkan gambaran sepanjang kurun waktu selalu meningkat, hal ini salah satu penyebabnya adalah fenomena dari perubahan demografis di Kab tanjab Barat. Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2009 mengalami laju pertumbuhan sebanyak 1,68 persen, pada tahun 2010 jauh meningkat sebanyak13,01 persen, dan pada tahun 2011 tidak mengalami laju pertumbuhan yang begitu tinggi sebesar 7,61 persen. Pertumbuhan penduduk adalah sebagai salah satu sumber daya ekonomi yang konstruktif yang memiliki arti bahwa suatu pihak sumber daya manusia dipandang sebagai modal kekuatan, namun dilain pihak dapat merupakan
hambatan
terhadap
keberhasilan
pembagunan
nasional,
khusunya dilihat dari segi pembagunan ekomomi sebagai modal atau potensi.
60
Kepadatan
penduduk
Kabupaten
Tanjung
Jabung
Barat
berdasarkan geografis komposisinya tidak merata, masing-masing kecamatan kepadatannya dapat dilihat menurut wilayah administrative yang lebih kecil yaitu letak geografi, keadaan sosial, ekonomi dan faktor demografi. Keadaan iklim dan kesuburan tanah merupakan faktor georgrafi utama yang berpengaruh terhadap persebaran penduduk disuatu wilayah, sedangkan faktor sosial dan ekonomi yang cukup berpengaruh terhadap persebaran penduduk antara lain budaya dan tujuan hidup penduduk serta ketersedian fasilitas untuk kegiatan sosial ekonomi. Sementara faktor demografi yang cukup berpengaruh, diantaranya kelahiran,kematian dan migran.
Kecamatan Tungkal Ilir yang merupakan ibu kota dari Kabupaten Tanjab Barat adalah daerah terpadat diantara Kecamatan yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pada tahun 2011 dengan jumlah penduduk 76.933 jiwa Kecamatan Tungkal Ilir memiliki tingkat kepadatan sebesar 766,95 orang per km2.Ada dua faktor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk daerah perkotaan, pertama, perpindahan penduduk didaerah pedesaan ke daerah perkotaan yang ditentukan oleh tersedianya fasilitas didesa. kepadatan penduduk merupakan rasio antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Ada wilayah yang padat penduduknya bukan sematamata karena jumlah penduduk besar tetapi karena wilayahnya sangat sempit dilain pihak ada pula yang padat penduduknya karena memang besar jumlahnya.
Berdasarkan struktur umur penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yaitu kelahiran, kematian dan migrasi. Ketiga variabel ini sering saling berpengaruh satu dengan yang lain, kalau salah satu variabel berubah, kedua variabel yang lain ikut berubah suatu wilayah. Struktur umur selalu bergeser dari penduduk muda ke penduduk tua.
Pada masa kelahiran bayi pada tahun 2009 bayi yang lahir sebanyak 940 orang, tahun 2010 lahir 1.376 orang, tahun 2011 sebanyak 1.778 sebanyak orang. Kelahiran pada tahun tersebut dihitung berdasarkan
61
angka kelahiran kasar hal ini menunjukan bahwa tahun 2009 angka bayi lahir setiap 1,000 penduduk terdapat kelahiran bayi sekitar 3 – 4 orang bayi yang lahir, pada tahun 2010 angka kelahiran ini menjadi 5 - 6 orang atau 5,07persen, tahun 2011 angka kelahiran meningkat lagi tercatat sebanyak 1778 atau sekitar 6-7 orang bayi.Angka Kelahiran di Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengalami peningkatan sekitar 4,91 persen pertahun, hal ini akan mempengaruhi penambahan jumlah penduduk.
Pada tingkat kelahiran bayi, pemerintah khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Tanjab Barat mengaharapkan agar seluruh Kecamatan memulai database kependudukan yang berbasis Nomor Induk Kependudukan Nasional, dinamika proses pertambahan penduduk untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu daerah berpotensi meningkatkan sumber daya manusia dengan melihat langsung perkembangan keadaan penduduk. Dalam ilmu kependudukan salah satu bidang yang luas dimensinya yang dapat dipengaruhi oleh (sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan ) yang disederhanakan dalam prsoses kelahiran dan kematian.
Kematian atau mortalitas adalah salah satu dari tiga komponen demografi yang berpengaruh terhadap struktur dan jumlah penduduk. Yang dimaksud dengan mati adalah peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang biasa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup yang disebabkan dari faktor umur, kesehatan dan faktor lainnya yang mengakibatkan menurunya jumlah penduduk yang ada, akan tetapi kalau dibandingkan jumlah penduduk yang lahir bahwa angka kematian tidaklah menunjukan perubahan yang bararti. Peristiwa kematian terjadi untuk tiap 1.000 penduduk di Kab Tanjab Barat pada tahun 2011 sekitar 3 - 4 Jiwa.
Kematian juga terjadi disebabkan oleh kesehatan badan, sedangkan dimensi kesehatan itu sendiri juga banyak kaitannya misalnya gizi, penyakit, kematian bayi, kehamilan keluarga berencana, kelahiran dan seterusnya. Untuk kematian ibu pada tahun 2011 ini sebanyak 8 orang dari
62
7218 ibu yang hamil sedangkan untuk kematian bayi sebanyak 26 orang dari 6.669 bayi yang lahir. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi dan mengurangi angka kematian diperlukan gizi yang cukup untuk menjaga dan terhadap anak-anak yang lahir perlu tumbuh dalam kasih sayang orang tua, karena anak yang lahir perlu tumbuh dalam kasih sayang orang tua. Untuk peningkatan taraf hidup balita, sejak dini perlu memberikan gizi yang cukup dalam rangka pertumbuhan perkembanganjiwanya menjadi anak yang cerdas dan terampil yang akhirnya bisa memahami dirinya sendiri serta mampu menjalin hubungan dengan manusia lainnya. Pada tahun 2011, bayi dengan gizi baik sebanyak 16.062 orang.
Untuk mengetahui keadaan dari penduduk yang lahir ini perlu terdata secara sendiri tentang jenis kelaminnya yang terangkum dalam komposisi penduduk. Komposisi penduduk adalah untuk mengetahui dan menggambarkan perubahan komponen kependudukan ;menurut jenis kelamin seperti kelahiran, kematian dan migran dengan menggunakan alat rasio jenis kelamin (RJK) yaitu alat untuk menganalisis komposisi jenis kelamin perbandingan
jumlah
penduduk
laki-laki
terhadap
jumlah
penduduk
perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2011 yaitu 107.
Dalam kaitan ini pula perlu adanya pendidikan bagi setiap warga negara. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat akan semakin baik kualitas sumber dayanya dalam upaya meningkatnya pengetahuan yang telah
diberi
oleh
Tuhan
memelihara,melestarikan,mengambil
adalah manfaat,
untuk
menggali
digunakan dan
mengolah
kekayaan alam ini untuk terwujudnya kesejahteraan, kedamaian dan adanya kemajuan dalam menjalankan hidup karena manusia memiliki standar hidup yang kuat dan berubah-ubah (aturan manusia). Oleh karenanya orang yang telah memahami dan menghayati benar agama akan memiliki motivasi dan semangat hidup yang tinggi sehingga tidak akan malas, putus asa dan
63
berpangku tangan tetapi akan menjalani dan menghadapi tugas yang diemban dengan penuh semangat dan motivasi yang tinggi serta tulus ikhlas. Dimana mayoritas penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat memeluk agama islam sebanyak 297.693 jiwa.
Untuk pendidikan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2011 tingkat pendidikan tamatan SD / sederajat paling tinggi dari pada tingkat pendidikan yang lain penduduk yaitu sebanyak 109.808 atau 34,97 persen. Hal ini dapat dijadikan indikator dalam pelaksanaan pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Ketarkaitannya dengan penduduk maka Migran adalah salah satu dari tiga Faktor yang mempengaruhi pertambahan penduduk. Dua Faktor yang lain adalah Kelahiran (Fertilitas) dan Kematian (Mortalitas). Keragaman Kondisi dan Potensi antar Daerah di Kab Tanjab Barat merupakan pendorong terjadinya Migrasi. Penduduk pindah dari satu tempat ke tempat lainnya karena adanya peluang ditempat lain atau adanya keinginan hidup lebih baik.Migrasi dipergunakan oleh Pemerintah sebagai salah satu upaya untuk membentuk mempercepat proses pemerataan pembagunan karena dapat berperan dalam teknologi maupun budaya, serta mengambil bagian dalam pemanfaatan sumber manusia dan sumber
daya alam di daerah tujuan.
Untuk tahun 2011 ini, penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat paling banyak melakukan migrasi masuk sebanyak 1229 orang atau 2,00 per 1000 orang. Hal ini berarti Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki angka migrasi neto positif, yang berarti orang atau pendatang tertarik untuk datang ke wilayah ini.
Untuk daerah tujuan di kota mengakibatkan penduduknya meningkat.Isitlah daerah perkotaan menurut versi statistik (BPS) adalah suatu desa/Kelurahan
jika
memenuhi
kriteria
antara
lain
kepadatan
penduduk,persentase penduduk yang berkerja di sektor pertanian dan prasarana perkotaan. Baik perkotaan maupun pedesaan diperlukan adanya sumber daya. Sumber daya dari suatu perekonomian dapat dikelompokan
64
dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) bagian yaitu sumber daya manusia (humen resources) dan sumber daya bukan manusia atau sering disebut dengan capital/modal. Sumber daya manusia pada prinsipnya terdiri dari tiga komponen utama, yaitu aspek kesehatan, aspek gizi dan aspek pendidikan.
Peningkatan sumber daya manusia yang didasari dari pendidikan tidak pula dapat menjamin suatu lapangan kerja sehingga timbulnya penggaguran.
Pengangguran
timbul
karena
ketidaksesuaian
antara
permintaan dan penawaran tenaga kerja. Disuatu sisi kebutuhan tenaga kerja memerlukan syarat tertentu, seperti jenis kelamin, kemampuan tingkat pendidikan, bahkan mungkin pengalaman. Untuk Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tingkat pengangguran terbuka sebanyak 4,19 persen dari 133.616 angkatan kerja yang ada.
65