BAB I I. Pendahuluan A. Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang banyak dijumpai pada anak-anak di negara berkembang dan cenderung meningkat pada setiap dasawarsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% anak mengalami karies. Kondisi ini tentu saja berpengaruh pada derajat kesehatan anak, proses tumbuh kembang bahkan masa depan mereka. Masalah yang paling sering dijumpai di dalam rongga mulut anak adalah karies gigi dan penyakit periodontal disamping kondisi kebersihan mulut yang kurang baik (Effendi, 1981). Menurut data yang dikumpulkan oleh Depkes RI, status kesehatan gigi dan mulut dapat diukur dengan derajat keparahan penyakit gigi dan mulut masyarakat. Kurangnya kebersihan gigi dan mulut menyebabkan tertimbunnya mikroorganisme pada permukaan gigi yang disebut dengan plak gigi. Saat ini banyak orang tua yang kurang memperhatikan komposisi makanan yang dimakan oleh anak mereka. Dewasa ini banyak orang tua cenderung memberikan menu cepat saji yang mana sangat tinggi kalori nya. Kebiasaan diet anak dan pemilihan makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan dalam pertumbuhan bakteri di dalam rongga mulut. Menurut Glickman (1972) plak merupakan suatu endapan granuler yang tidak mempunyai bentuk, bertekstur halus, melekat pada permukaan gigi, tambalan atau protesa, dan hanya dapat dihilangkan dengan pembersihan secara
mekanis yaitu dengan menyikat gigi. Plak memegang peranan penting dalam proses perusakan jaringan keras gigi dan jaringan periodontal. Di dalam plak terdapat bakteri yang menghasilkan asam dan dapat melarutkan email sehingga terjadi karies gigi (Glickman, 1972). Plak berkaitan dengan makanan sehari-hari yang dikonsumsi anak. Di dalam rongga mulut nutrisi mempunyai peran ganda yaitu sebagai suplai energi bagi individu tersebut dan bakteri yang terdapat di dalam rongga mulut. Sisa karbohidrat yang tertinggal di dalam rongga mulut oleh bakteri akan terbentuk asam yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya karies (Snawder, 1980). Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Usia sekolah merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk diantaranya menyikat gigi. Tujuan menyikat gigi adalah untuk membersihkan semua sisa-sisa makanan dari permukaan gigi serta menstimulasi gingiva. Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat (Fischman, 1988). Berdasarkan teori Blum, status kesehatan gigi mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku, dan pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Di samping mempengaruhi status kesehatan gigi
dan mulut secara langsung, perilaku dapat juga mempengaruhifaktor lingkungan dan pelayanan kesehatan. Sehubungan dengan pendapat di atas, maka frekwensi membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku akan mempengaruhi baik atau buruknya kebersihan gigi dan mulut, di mana akan mempengaruhi jugaangka karies dan penyakit penyangga gigi. Namun jarang sekali dilakukan penelitian mengenai hubungan perilaku dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut. Cara paling efektif untuk menghilangkan plak adalah dengan menyikat gigi. Penyuluhan tentang bagaimana memelihara kebersihan gigi dengan jalan menyikat gigi secara benar dan efektif agar sisa-sisa makanan pada permukaan gigi dapat hilang sangatlah penting. Menyikat gigi adalah cara yang umum dilakukan untuk membersihkan plak pada permukaan gigi. Efektifitas menyikat gigi tergantung dari beberapa hal, antara lain metode menyikat gigi, durasi menyikat gigi, bentuk sikat gigi, lama serta frekuensi menyikat gigi (Darbi, 2003). Waktu yang ideal untuk menyikat gigi adalah pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur, tetapi anak-anak seringkali lupa untuk menyikat gigi sebelum tidur (Besford, 1996). Menurut Machfoedz dan Zein (2005) kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari sewaktu mandi saja tidak benar karena sesudah menyikat gigi pagi dan sore hari saat mandi, orang akan makan pagi dan malam atau makan makanan kecil lainnya. Untuk perilaku benar dalam menyikat gigi berkaitan dengan faktor gender, ekonomi, dan daerah tempat tinggal. Ditemukan sebgian besar penduduk indonesia menyikat gigi pada saat mandi pagi maupun mandi sore, ( 76,6%).
Menyikat gigi dengan benar adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur malam, untuk Indonesia ditemukan hanya 2,3 persen. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5 %. Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas pravelansi nasional. Pravelansi nasional gosok gigi setiap hari adalah 91,1% sebanyak sebelas provinsi mempunyai pravelansi gosok gigi setiap hari dibawah pravelansi nasional. Apabila disandingkan dengan perilaku menggosok gigi pada masyarakat Indonesia, terlihat bahwa terjadi peningkatan proporsi penduduk yang menggosok gigi setiap hari dari tahun 2007 sebesar 91,1% menjadi 93,8% tahun 2013. Akan tetapi jika dilihat “cara gosok gigi dengan benar” ternyata selain proporsinya kecil, juga terjadi penurunan, yaitu dari tahun 2007 sebesar 7,3% menjadi 2,3% di tahun 2013. Survei awal penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada anak-anak TK di TK Kristen 1, TK Teladan dan TK Pembina Jombor Sukoharjo menunjukkan bahwa sebagian besar anak-anak menyikat gigi pada saat mandi, baik mandi pagi dan mandi sore. Hanya sebagian kecil yang menyikat gigi pada pagi hari setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Dari 100 anak yang diteliti, terdapat 46 anak (46%) yang menyikat gigi setelah sarapan. Sisanya (54%) menyikat gigi sebelum sarapan (saat mandi pagi).
B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka timbul suatu permasalahan bagaimanapengaruhkebiasaan menyikat gigi (sesudah dan sebelum
makan) dengan diet karbohidrat terhadap akumulasi plak, status karies dan derajat keasaman (pH saliva) pada anak usia 4-5 tahun.
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebiasaan sikat gigi dan diet anak terhadap akumulasi plak, status karies dan derajat keasaman (pH saliva) pada anak usia 4-5 tahun.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi ilmu pengetahuan maupun masyarakat. 1.Bagi ilmu pengetahuan untuk memberikan tambahan informasi tentang pengaruh kebiasaan sikat gigi dan diet anak terhadap akumulasi plak, status karies dan derajat keasaman (pH saliva) pada anak usia 4-5 tahun. 2.Bagi masyarakat sebagai pedoman dalam melakukan penyikatan gigi berkaitan dengan kebiasaan menyikat gigi yang tepat sehingga derajat kesehatan gigi dan mulut anak meningkat.
E. Keaslian Penelitian Penelitian yang pernah dilakukan adalah tentang akumulasi plak dan cara menyikat gigi terhadap tingkat keparahan karies pada gigi susu pada anak usia 6-9 tahun (Herrera, 2013). Kuriakose, dkk (2013) meneliti tentang akumulasi plak dikaitkan dengan oral hygiene, pH saliva dan kadar immunogobulin A pada anak dengan karies rampan. Sejauh pengetahuan penulis, penelitian tentang pengaruh
kebiasaan menyikat gigi dan diet anak terhadap akumulasi plak, status karies dan derajat keasaman (pH saliva) pada anak usia 4-5 tahun belum pernah dilakukan.