BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Rumah Sakit juga sebagai salah satu institusi pelayan kesehatan masyarakat akan melayani transaksi pasien dalam kesehariannya. Pemberian layanan dan tindakan dalam banyak hal akan mempengarui kondisi dan rasa nyaman bagi pasien. Semakin besar jasa layanan suatu rumah sakit, akan semakin kompleks pula jenis tindakan dan layanan yang harus diberikan yang kesemuanya harus tetap dalam satu koordinasi terpadu. Karena selain memberikan layanan, rumah sakit juga harus mengelola dana untuk membiayai operasionalnya. Melihat situasi tersebut, sangat tepat jika rumah sakit menggunakan sisi kemajuan komputer, baik piranti lunak maupun perangkat kerasnya dalam upaya membantu penanganan manajemen yang sebelumnya dilakukan secara manual. Sistem dan teknologi informasi telah menjadi komponen penting yang berperan dalam mendukung keberhasilan organisasi tak terkecuali di sektor kesehatan. Teknologi informasi bisa membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas, komunikasi, kolaborasi serta daya saing organisasi. Teknologi informasi memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan saat ini. Dimana kualitas pengolahan informasi merupakan faktor penting bagi keberhasilan institusi pelayanan kesehatan. Sistem informasi yang baik dapat mendukung alur kerja klinis dengan berbagai cara yang akan memberikan kontribusi untuk perawatan pasien yang lebih baik (Ammenwerth, E et al, 2006). Sistem informasi mempunyai 3 peranan penting dalam mendukung proses pelayanan kesehatan, yaitu: mendukung proses dan operasi pelayanan kesehatan, mendukung pengambilan keputusan staf dan pemimpin serta mendukung berbagai strategi untuk keunggulan kompetitif (O’brien, 2005).
1
2
Beberapa contoh penggunaan teknologi informasi dalam pelayanan kesehatan seperti pengenalan sistem pendukung keputusan, pengetahuan server memungkinkan akses langsung, dan pelayanan kesehatan profesional yang menawarkan fungsi (seperti order entry, pengelolaan alur kerja, penulisan laporan) untuk mendukung pelayanan kesehatan profesional di unit rawat inap dan unit rawat jalan. Penggunaan teknologi informasi modern ini memberikan peluang yang besar untuk mengurangi kesalahan klinis (misalnya kesalahan pengobatan, kesalahan diagnostik), untuk mendukung pelayanan kesehatan profesional (contoh ketersediaan waktu, informasi update pasien), untuk meningkatkan efisiensi perawatan (contoh waktu tunggu pasien), atau bahkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien (Ammenwerth, E et al 2003). Dunia kesehatan memiliki ketergantungan terhadap teknologi informasi (TI), yang telah menjadi bagian yang penting dalam praktek medis dan administrasi rumah sakit. teknologi inovatif seperti elektronik health record (EHR) dan computerized physician order entry (CPOE) atau sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) merupakan jalan menuju e-Health. Sistem EHR, CPOE
atau
SIMRS
merupakan
teknologi
informasi
kesehatan
yang
memungkinkan dalam peningkatan kualitas yang dulunya berbasis kertas menjadi elektronik (Lin C, I.-C. Lin & Roan 2012). Teknologi informasi sangat penting diterapkan di rumah sakit, dimana dengan adanya teknologi informasi ini dapat mendukung penerapan Universal Health Coverage (UHC) yang nantinya akan diterapkan di Indonesia. Pada tahun 2004 dikeluarkanUndang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosialnasional
(SJSN).UU
SJSN
memberikan
jaminan
sosial
yang
menyeluruhbagi seluruh rakyat Indonesia. Pada tahun 2011 dalam UU No 24tentang badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) menyatakan bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial, BPJS terdiri dari BPJS kesehatan dan BPJS ketenangakerjaan. Adanya peraturan BPJS ini
3
diharapakan semua orang tercover oleh jaminan kesehatan yang akan dikelola oleh satu badan hukum yaitu BPJS. Banyaknya target kepesertaan ini, sangat diperlukan adanya teknologi informasi dalam memudahkan kepesertaan, klaim jaminan kesehatan yang tentu saja tidak hanya menguntungkan pihak rumah sakit, penjamin, dan dinas kesehatan tetapi juga menguntungkan pasien. Dalam Roap Map Jaminan Kesehatan Sosial Nasional menyatakan bahwa “Untuk mencapai sistem Jaminan Kesehatan Sosial Nasional tidak cukup hanya memperluas cakupan kepesertaan, diperlukan kesiapan-kesiapan infrastruktur yang matang”. Infrastruktur yang dimaksud salah satunya adalah penggunaan IT. Pada tahun 2003, Institute of Medicine menerbitkan laporan terobosan “melakukan kesalahan adalah manusiawi, membangun sistem kesehatan lebih aman”. Laporan ini memperkirakan bahwa sedikitnya 44.000 orang meninggal di rumah sakit Amerika Serikat (AS) setiap tahun sebagai akibat kesalahan medis yang dapat dicegah. Beberapa organisasi mengklaim bahwa teknologi informasi (TI) dapat memberikan kontribusi secara signifikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sementara pada saat yang sama mengendalikan biaya. Namun sampai sekarang tidak ada bukti kuat yang menyatakan itu (Colpaert, K et al 2010).Ada banyak penyebab untuk kesalahan ini termasuk pengetahuan tentang obat, informasi pasien yang tidak lengkap, kesalahan transkrip, dan penyimpangan penilaian dan kinerja dan kesalahan yang paling umum yaitu obat (misalnya dosis yang salah, salah obat yang diresepkan, karna alergi). Komputerisasi order entry (CPOE) oleh dokter ataupun perawat berusaha untuk menghilangkan kesalahan dalam
perintah
tulis
tangan
(resep)
dengan
langsung
order
melalui
komputer(Pham et al. 2012). Data menunjukkan bahwa hanya 1,5% dari rumah sakit umum AS sudah menggunakan sistem EHR yang komprehensif dan 7,6% menggunakan sistem EHR dasar pada tahun 2008. Selain itu, penggunaan hanya 17% di rumah sakit AS. Negara-negara Eropa telah menunjukkan tingkat yang sama dalam adopsi EHR: persentase penggunaan EHR yang komprehensif 11,9% di rumah sakit umum di Austria dan 7,0% di Jerman pada tahun 2007. Pada tahun yang sama, persentase rumah sakit di Jepang yang telah mengadopsi EHRs adalah 10,1% dan
4
persentase klinik dengan sistem ini adalah 10,1%. Di Korea, data tentang penggunaan sistem EHR dan CPOE telah terbatas pada hasil, survei pada tahun 2004 menunjukkan bahwa 80,3% dari rumah sakit pendidikan dan rumah sakit umum menggunakan CPOE, sebaliknya EHRs yang tersedia hanya 9% dari rumah sakit pada tahun 2004. Dengan demikian, penggunaan EHRs di Korea masih terbatas (Yoon, D et al 2012). Sistem informasi rumah sakit, dapat dicirikan dengan fungsinya melalui informasi dan jenis layanan yang ditawarkan. Untuk mendukung perawatan pasien dan pemerintah terkait, tugas sistem informasi rumah sakit adalah untuk menyediakan informasi, terutama tentang pasien, dalam cara yang benar, relevan dan terbarukan, diakses oleh orang yang tepat pada tempat/lokasi dalam format yang dapat digunakan. Proses ini harus benar-benar dikumpulkan, disimpan, diproses, dan didokumentasikan serta informasi tentang kualitas perawatan pasien dan tentang kinerja rumah sakit dan biaya. Ini mengisyaratkan bahwa sistem informasi rumah sakit harus menyediakan komunikasi berkualitas tinggi antara berbagai sektor di rumah sakit baik dari segi informasi dan pengetahuan fungsifungsi terkait (Winter, AF et al 2001). Penyelenggara SIRS bertujuan untuk (a) merumuskan kebijakan dibidang perumahsakitan (b) menyajikan informasi rumah sakit secara nasional (c) melakukan pemantauan, pengendalian dan evaluasi penyelenggaraan rumah sakit secara nasional. Pelaporan SIRS terdiri dari (a) pelaporan yang bersifat terbarukan setiap saat (updated) dan (b) pelaporan yang bersifat periodik (Permenkes, 2011). Sistem informasi rumah sakit (SIRS) digunakan untuk pelaporan dari pihak rumah sakit ke dinkes kabupaten, dinkes provinsi maupun ke tingkat yang lebih tinggi. Sistem informasi managemen rumah sakit (SIMRS) digunakan untuk kemudahan pelayanan di rumah sakit seperti dapat mengelola data pasien secara lebih baik sehingga lebih mudah dicari dan ditemukan, dan kemudian data pasien tersebut dapat digunakan untuk perencanaan pengadaan obat, sehingga diharapkan stok obat yang ada sesuai dengan kebutuhan pasien tersebut. Sistem informasi managemen rumah sakit (SIMRS) dapat digunakan untuk mendukung proses pengambilan keputusan, SIMRS dapat mendukung suatu program tertentu dan
5
dijalankan dengan bantuan perangkat komputer.Sistem informasi yang baik dapat mendukung alur kerja dalam berbagai cara dan dengan demikian, memberikan kontribusi untuk perawatan pasien yang lebih baik( Ammenwerth, E. 2006). Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terdapat 66 Rumah sakit yang terdaftar di Dinas Kesehatan Provinsi DIY. karakteristik rumah sakit berdasarkan kepemilikkan yaitu rumah sakit pemerintah (RS Pemerintah Pusat, RS Pemerintah Provinsi, RS Pemerintah Daerah), rumah sakit TNI/Polri dan rumah sakit swasta (RS Yayasan). Karakteristik rumah sakit berdasarkan tipe yaitu (A, B, C, D) dan dibagi lagi menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Kompleksitas karakteristik rumah sakit ini menunjukan kebutuhan akan sistem informasi manajemen rumah sakit yang berbeda. Fakta menunjukkan bahwa beberapa rumah sakit sudah menerapkan sistem informasi manajemen rumah sakit terbukti dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan di rumah sakit-rumah sakit di DIY seperti penelitian Apit riana (2006) meneliti tentang evaluasi kinerja sistem informasi manajemen ditinjau dari aspek persepsi pengguna dalam mendukung proses manajemen di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Albertinus Widiawan Heri Prasetya (2009) meneliti tentang evaluasi implementasi SIMRS di RSUD Kota Yogyakarta dan Maria Irwani (2010) meneliti tenang evaluasi penggunaan sistem informasi manajemen obat pada instalasi farmasi Kab/Kota seprovinsi DIY. Walaupun demikian penggunaan sistem informasi manajemen rumah sakit di DIY belum diketahui secara jelas sampai sejauh mana, penelitian terdahulu hanya dilakukan di salah satu rumah sakit, belum melakukan penelitian di semua RS yang ada di DIYsehingga peneliti tertarik untuk menganalisis sejauh mana penggunaan sistem informasi manajemen rumah sakit di DIYdalam mendukung pelayanan pasien secara administratif maupun klinis. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian: menganalisis sejauh manapenggunaan sistem informasi manajemen rumah sakit di DIY dalam mendukung pelayanan pasien baik secara administratif maupun klinis?
6
C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum: Untuk menganalisis sejauh mana penggunaan sistem informasi manajemen rumah sakit di DIY dalam mendukung pelayanan pasien baik secara administratif maupun klinis. Tujuan Khusus: 1.
Mendeskripsikan karakteristik penggunaan sistem informasi manajemen rumah sakit di DIY berdasarkan kepemilikan.
2.
Mendeskripsikan manfaat dalam implementasi sistem informasi manajemen rumah sakit di DIY.
3.
Mendeskripsikan hambatandalam implementasi sistem informasi manajemen rumah sakit di DIY. D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Pemerintah Sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk pembuatan kebijakan terkait dengan sistem informasi managemen rumah sakit.
2.
Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen untuk meningkatkan penerapan sistem informasi managemen rumah sakit.
3.
Bagi pengembangan ilmu pengetahuan Sebagai referensi pustaka hasil penelitian khususnya penggunaan sistem informasi managemen rumah sakit. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian penggunaan sistem
informasi rumah sakit di DIY diantaranya adalah: 1. Yoon, D et al (2012) tentang “Adoption of Electronik Health Records in Korean Tertiary Teaching And General Hospitals”. Tujuan penelitian ini untuk melihat prevalensi catatan kesehatan elektronik (EHRs) di Korea dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat atau memfasilitasi adopsi EHRs. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Perbedaan
7
dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode, dalam penelitian ini menggunakan metode penelitan deskriptif kualitatif. 2. Jha, A et al (2009) tentang “Use of Electronic Health Records in U.S. Hospital”. Tujuan penelitian ini untuk melihat persentse sistem catatan elektronik yang komprehensif dan sistem dasar. Penelitian ini menggunakan metode survey. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode, dalam penelitian ini menggunakan metode penelitan deskriptif kualitatif.