PEMANFAATAN TAMAN LUMUT SEBAGAI OBYEK WISATA ILMU PENGETAHUAN DI KEBUN RAYA CIBODAS
ANANG WAHYUDI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Taman Lumut Sebagai Obyek Wisata Ilmu Pengetahuan di Kebun Raya Cibodas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014 Anang Wahyudi NIM E34070119
ABSTRAK ANANG WAHYUDI. Pemanfaatan Taman Lumut sebagai Obyek Wisata Ilmu Pengetahuan di Kebun Raya Cibodas. Dibimbing oleh EDHI SANDRA. Lumut merupakan salah satu bagian dari Kerajaan tumbuhan, yaitu dari divisi Bryophyta. Taman Lumut adalah pusat konservasi eksitu lumut terbesar di Indonesia yang merupakan bagian dari Kebun Raya Cibodas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap lumut dan konservasi lumut di taman lumut, mengidentifikasi kondisi terkini pengelolaan dan bentuk pengelolaan teknis taman lumut, serta menyusun strategi untuk mengembangkan taman lumut sebagai obyek wisata ilmu pengetahuan guna mendukung upaya konservasi lumut. Penelitian ini dilaksanakan di taman lumut Kebun Raya Cibodas yang berlokasi di Desa Cimacan, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan proses kuantifikasi persepsi dan pembuatan rangking, dilanjutkan dengan analisis deskriptif menggunakan metode SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pengunjung terhadap lumut dan konservasi lumut masih lebih rendah dibandingkan dengan pengelola Taman Lumut, pengelolaan taman lumut masih belum optimal, serta belum ada pengembangan khusus yang dilakukan untuk taman Lumut. Oleh karena itu diperlukan beberapa strategi alternatif untuk mengoptimalkan pengelolaan taman lumut guna mengembangkan taman lumut sebagai obyek wisata ilmu pengetahuan yang tidak hanya bisa memenuhi kepuasan pengunjung, tetapi juga mampu mendukung upaya peningkatan konservasi lumut di Taman Lumut. Kata kunci: lumut, persepsi, strategi, taman lumut
ABSTRACT ANANG WAHYUDI. Utilization of Bryophytes Park as Scientific Tourism Object in Cibodas Botanical Garden. Supervised by EDHI SANDRA. Mosses are part of Plant kingdom from Bryophyta division. Bryophytes park is the biggest ex situ conservation center in Indonesia which is part of Cibodas Botanical Garden. The objectives of this research were to identify visitor’s perception about moss and moss conservation in bryophyte park, to identify recent situation of bryophytes park’s management and technical management, and to compose strategies to support bryophytes park development as scientific tourism object in order to support moss conservation efforts. This research was carried out at bryophytes park of Cibodas Botanical Garden which located at Cimacan village, Cipanas sub-district, district of Cianjur, West Java. Data gathering was performed by using interview and literature review. Data then analyzed by quantification process and ranking, then followed by descriptive analysis using SWOT Method. Results of this research show that visitor’s perception about moss and moss conservation was still lower than bryophytes park’s manager, bryophytes park’s management hasn’t been optimal yet, and there’s not any special development performed for bryophytes park. Thus it needed some alternative strategies to develop bryophytes park as scientific tourism object that not only could fulfill visitor’s satisfaction, but also could support moss conservation improvement efforts in bryophytes park. Keywords: bryophytes park, moss, perception, strategy
PEMANFAATAN TAMAN LUMUT SEBAGAI OBYEK WISATA ILMU PENGETAHUAN DI KEBUN RAYA CIBODAS
ANANG WAHYUDI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi Nama NIM
: Pemanfaatan Taman Lumut Sebagai Pengetahuan di Kebun Raya Cibodas : Anang Wahyudi : E34070119
Disetujui oleh
Ir Edhi Sandra, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Obyek
Wisata
Ilmu
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 sampai April 2014 ini adalah konservasi lumut, dengan judul Pemanfaatan Taman Lumut sebagai Obyek Wisata Ilmu Pengetahuan di Kebun Raya Cibodas. Karya ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir Edhi Sandra, MSi selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Gunawan Santosa, MS dan Dr Arzyana Sunkar, MSc atas masukan dalan perbaikan skripsi saya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, dan rekan-rekan atas doa, kesabaran dan dukungan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Masukan, kritik dan saran yang membangun diharapkan demi perbaikan skripsi ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2014 Anang Wahyudi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat penelitian
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu
2
Alat dan Bahan
3
Jenis Data
3
Pengumpulan Data
3
Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
4
Karakteristik Responden
5
Kondisi Pengelolaan Taman Lumut
6
Persepsi Responden terhadap Konservasi Lumut
8
Preferensi Metode Pendidikan Konservasi
11
Analisis SWOT
12
Strategi Alternatif Pengembangan Taman Lumut
13
SIMPULAN DAN SARAN
16
Simpulan
16
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
16
vii
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8
Karakteristik responden berdasarkan kisaran umur Karakteristik responden berdasarkan daerah asal Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Penilaian responden terhadap sumber informasi mengenai taman lumut Penilaian responden terhadap sumberdaya manusia di taman lumut Penilaian responden terhadap infrastruktur dan fasilitas wisata di taman lumut Bentuk motivasi awal responden untuk mengunjungi taman lumut Preferensi responden terhadap tehnik pendidikan konservasi
5 5 6 6 7 8 10 12
DAFTAR GAMBAR 1 Peta lokasi penelitian 2 Taman lumut Kebun Raya Cibodas tampak dari luar (a) dan dari dalam (b dan c) 3 Kondisi serasah di obyek wisata taman lumut 4 Koleksi bunga bangkai (a), koleksi kantung semar (b), dan koleksi pakupakuan (c) Kebun Raya Cibodas
2 4 10 11
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Lumut merupakan salah satu bagian dari Kerajaan Tumbuhan, yaitu dari divisi Bryophyta. Secara morfologis, kelompok tumbuhan ini berupa organisme kecil yang umumnya berwarna hijau dan tidak memiliki struktur kompleks seperti pada tumbuhan berpembuluh pada umumnya. Kelompok tumbuhan ini tidak menghasilkan bunga ataupun biji, serta tidak memiliki mekanisme internal untuk mengangkut air maupun nutrisi. Meskipun tidak memiliki akar, kelompok tumbuhan ini memiliki struktur yang mirip akar untuk melekatkat diri dan penyerapan air. Menurut Hallingback dan Hodgets (2000), lumut dapat membantu proses stabilisasi tanah melalui kolonisasi pada tanah terbuka dan batuan, dan juga penting dalam proses daur ulang nutrisi, produksi biomassa, serta fiksasi karbon. Lumut juga sangat efisien dalam mengatur aliran air melalui suatu mekanisme tahanan air yang sangat efektif. Selain itu, lumut juga memiliki nilai ekonomi, baik itu sebagai sumber gambut untuk bahan bakar, hortikultura, penyerapan minyak, ataupun sumber dari berbagai senyawa kimia. Lumut juga telah lama digunakan untuk keperluan pengobatan dan nilainya sebagai indikator polusi juga sudah dikenal baik. Lumut masih sering dipandang sebelah mata karena morfologi dan laju reproduksi mereka. Lumut merupakan organisme yang rapuh dengan laju pertumbuhan yang relatif lambat. Kelompok tumbuhan ini sangat rentan terhadap gangguan dan juga sangat sensitif terhadap kekeringan dan polusi. Kelompok tumbuhan ini juga bukan merupakan organisme yang besar dan karismatik, dan ini juga ditambah dengan kurangnya pemahaman terhadap bagaimana mereka berkontribusi dalam ekosistem. Akibatnya kelompok tumbuhan ini seringkali menjadi terabaikan, baik oleh publik maupun kelompok-kelompok konservasi. Taman lumut di Kebun Raya Cibodas merupakan salah satu bentuk dari konservasi eksitu keanekaragaman lumut yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Pembangunan taman lumut ini merupakan salah satu bentuk inisiasi upaya konservasi lumut yang ada di Indonesia. Meskipun demikian, upaya konservasi lumut ini masih dirasa belum mencukupi karena bentuk penelitian tentang lumut yang dilakukan di Indonesia masih terbatas pada upaya identifikasi keanekaragaman lumut. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mempromosikan serta meningkatkan upaya konservasi terhadap lumut. Tujuan Penelitian 1. 2.
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk: Mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap lumut dan konservasi lumut di taman lumut Kebun Raya Cibodas Mengidentifikasi kondisi terkini pengelolaan beserta bentuk pengelolaan teknis yang dilakukan di obyek wisata taman lumut Kebun Raya Cibodas
2 2
3.
Menyusun strategi untuk mengembangkan obyek wisata taman lumut Kebun Raya Cibodas sebagai obyek wisata ilmu pengetahuan guna mendukung upaya konservasi lumut. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan untuk bisa digunakan sebagai dasar membuat strategi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap nilai penting lumut bagi ekosistem maupun konservasi lumut, serta sebagai bahan penunjang untuk mengembangkan taman lumut sebagai obyek wisata ilmu pengetahuan di Kebun Raya Cibodas.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di obyek wisata taman lumut Kebun Raya Cibodas yang terletak di Desa Cimacan, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Gambar 1). Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa lokasi ini merupakan pusat konservasi eksitu lumut yang terbesar di Indonesia. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2014.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian.
3 3
Alat dan Bahan Alat yang digunakan antara lain kamera, kuisioner, alat tulis, dan seperangkat komputer. Bahan penelitian adalah pengunjung dan pengelola taman lumut Kebun Raya Cibodas. Jenis Data Data yang diperlukan terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang diambil yaitu: karakteristik pengunjung, tingkat penerimaan sumber informasi, motivasi awal kunjungan, penilaian terhadap infrastruktur dan fasilitas wisata, penilaian terhadap sumberdaya manusia, persepsi terhadap konservasi lumut, preferensi tehnik pendidikan konservasi, kondisi umum taman lumut, kondisi pengelolaan taman lumut, dan bentuk pengelolaan teknis taman lumut. Data sekunder meliputi data dan informasi penunjang lainnya yang bisa digunakan untuk mendukung analisis. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui tiga cara, yaitu observasi lapang, wawancara, dan studi literatur. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuisioner tertutup yang didesain dengan menggunakan skala Likert yang dimodifikasi (Avenzora 2003 diacu dalam Sunarminto 2012). Penggunaan kuisioner tertutup ini dimaksudkan agar jawaban yang diberikan oleh responden bisa lebih terarah dan lebih mudah dianalisis. Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan metode convenient sampling tanpa menggunakan klasifikasi berdasarkan kelas umur, jenis kelamin maupun tingkat pendidikan. Jumlah responden yang diambil yaitu sebanyak 30 individu. Adapun pengambilan responden dilakukan sebagai berikut: a. jika calon responden merupakan sebuah kelompok dengan jumlah anggota 1-3 orang, maka jumlah responden yang diambil sebanyak 1 orang; b. jika calon responden adalah kelompok dengan jumlah anggota 4-8 orang, maka jumlah responden yang diambil sebanyak 1-3 orang; dan c. jika calon responden merupakan kelompok dengan jumlah anggota lebih dari 8 orang, maka jumlah responden yang diambil sebanyak 3-5 orang. Sementara itu, informan yang digunakan adalah personel kunci yang memiliki kewenangan dalam pengelolaan Taman lumut, yaitu penanggung jawab taman tematik. Pengumpulan data dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu pada setiap minggunya selama satu bulan. Hari Sabtu dan minggu dipilih karena merupakan hari dimana pengunjung paling banyak mengunjungi obyek wisata Taman lumut. Analisis Data Analisis data dilakukan melalui dua tahapan. Analisis tahap pertama dilakukan dengan proses kuantifikasi persepsi menggunakan skala Likert yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan rangking. Kuantifikasi persepsi dilakukan untuk mempermudah pembandingan nilai jawaban yang diberikan oleh responden untuk setiap pertanyaan yang diberikan. Pembuatan rangking dilakukan untuk mengetahui baik atau buruknya penilaian yang diberikan oleh responden terhadap elemen-elemen wisata taman lumut maupun elemen-elemen konservasi lumut yang ditanyakan.
4 4
Analisis tahap kedua yaitu analisis deskriptif yang dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis ini akan menganalisis kekuatan, kelemahan, kesempatan dan juga ancaman yang ada di obyek wisata taman lumut Kebun Raya Cibodas. Hasil dari analisis ini akan digunakan untuk menyusun strategi-strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan wisata ilmu pengetahuan di taman lumut Kebun Raya Cibodas guna mendukung dan meningkatkan upaya konservasi lumut di obyek wisata tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Taman lumut merupakan salah satu taman tematik yang ada di Kebun Raya Cibodas. Menurut Damayanti (2006), Taman lumut dibangun dengan tujuan untuk memperkuat fungsi dan tugas utama Kebun Raya Cibodas dalam bidang konservasi ex situ. Selain itu, taman ini juga dimaksudkan untuk sarana pendidikan, penelitian, pengembangan dan rekreasi. Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan nilai konservasi lumut dan apresiasi masyarakat terhadap keragaman lumut, serta menambah taman tematik yang ada di Kebun Raya Cibodas sebagai salah satu situs yang bisa menarik perhatian pengunjung. Taman lumut dirintis pada tahun 2004 dan dibangun di atas lahan seluas 2300 m2 (Gambar 2). Penanaman koleksi lumut dilakukan dengan metode cultivated landscape design, yaitu menggunakan terasering atau petak-petak yang dibatasi jalan glico. Penanaman disesuaikan dengan cara tumbuh lumut di habitat aslinya. Jumlah koleksi spesimen hidup yang bisa ditanam di taman koleksi ini berjumlah sekitar 235 jenis yang terdiri dari 49 famili dan 107 genus. Spesimen lumut hidup tersebut berasal dari hasil eksplorasi di sekitar kawasan Cibodas, Gunung Gede Pangrango, Gunung Salak, Gunung Geulis, Gunung Slamet, Jambi dan Kalimantan (Damayanti 2006).
(a) (b) (c) Gambar 2 Taman lumut Kebun Raya Cibodas tampak dari luar (a) dan dari dalam (b dan c). Sampai saat ini jenis lumut yang sudah ditanam di obyek wisata taman lumut berjumlah sekitar 134 jenis dengan luas area penanaman seluas 1500 m2. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari informan, obyek wisata taman lumut
5 5
ini merupakan pusat konservasi ex situ lumut terbesar di Indonesia, bahkan di Asia. Karakteristik Responden Karakteristik dari responden yang digunakan dalam penelitian ini sangat beragam. Hal ini dikarenakan desain pengambilan responden yang dilakukan tanpa menggunakan klasifikasi terlebih dahulu, baik menurut kelas umur, jenis kelamin, maupun tingkat pendidikan. Dengan demikian, responden yang diambil diharapkan mampu mewakili terhadap keseluruhan pengunjung dari taman lumut. Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan kisaran umur Persentase (%) No. Kisaran Umur (tahun) Jumlah (individu) 1 11 s/d 20 18 60 2 21 s/d 30 6 20 3 31 s/d 40 5 17 4 > 40 1 3 Total 30 100 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pengunjung obyek wisata taman lumut Kebun Raya Cibodas masih didominasi oleh pengunjung dari kisaran umur 11 s/d 20 tahun (60%). Hal ini menandakan bahwa obyek wisata taman lumut masih cukup diminati oleh pengunjung dari kalangan pemuda. Selanjutnya, karakteristik daerah asal responden disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan daerah asal No. 1 2 3 4 5 6
Daerah Asal Bogor Cianjur Depok Jakarta Tangerang Lainnya Total
Jumlah (individu) 4 14 1 5 2 4 30
Persentase (%) 13 47 3 17 7 13 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa pengunjung obyek wisata taman lumut masih didominasi oleh pengunjung yang berasal dari daerah Cianjur (47%). Hal ini mengindikasikan bahwa pengunjung utama dari obyek wisata taman lumut merupakan wisatawan yang berasal dari daerah Cianjur. Selain itu, hal ini menandakan bahwa wisatawan lokal masih cukup berminat dengan obyek wisata taman Lumut ini. Selain berdasarkan kelas umur maupun daerah asal pengunung, karakteristik pengunjng obyek wisata taman Lumut juga bisa dilihat dari jenis pekerjaan pengunjung. Hasl penelitian ini menunjukkan bahwa pengunjung obyek wisata taman Lumut berasal dari semua kalangan. Namun pengunjung obyek wisata taman Lumut yang paling dominan adalah berasal dari kalangan mahasiswa (30%)
5 6 dan pelajar (27%). Hal ini menunjukkan bahwa peminat utama terhadap obyek wisata ini masih didominasi oleh kalangan akademisi, dalam hal ini yaitu mahasiswa dan pelajar. Karakteristik pengunjung obyek wisata taman Lumut berdasarkan jenis pekerjaan disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Persentase (%) No. Pekerjaan Jumlah (individu) 27 1 Pelajar 8 30 2 Mahasiswa 9 10 3 PNS 3 7 4 Guru/Dosen 2 10 5 Pegawai swasta 3 17 6 Lainnya 5 100 Total 30 Kondisi Pengelolaan Taman Lumut Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden, pengelolaan obyek wisata taman Lumut saat ini masih belum maksimal. Kondisi ini dapat dilihat melalui beberapa indikator, antara lain yaitu pemanfaatan media informasi, sumberdaya manusia, serta infrastruktur dan fasilitas wisata yang ada di taman lumut. Pemanfaatan Media Informasi Pemanfaatan media informasi merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan wisata saat ini. Selain itu, teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang memainkan peran penting dalam daya saing organisasiorganisasi serta tujuan-tujuan wisata, begitu juga halnya dengan industri wisata secara menyeluruh (UNWTO 2001 diacu dalam Buhalis dan Law 2008). Teknologi informasi dan komunikasi juga telah mengubah efisiensi dan efektivitas organisasi-organisasi wisata secara drastis, begitu juga dengan bagaimana konsumen berinteraksi dengan organisasi-organisasi tersebut (Buhalis 2003 diacu dalam Buhalis dan Law 2008). Penyebaran informasi melalui berbagai media informasi dan komunikasi ini akan menjadi salah satu tonggak utama dalam upaya promosi wisata maupun pengembangan lebih lanjut dari sebuah objek wisata. Penilaian responden terhadap sumber informasi mengenai taman lumut tersaji pada Tabel 4. Tabel 4 No. 1 2 3 4 5 6 7
Penilaian responden terhadap tingkat penerimaan sumber informasi mengenai taman lumut Sumber Informasi Nilai Teman/Keluarga/Saudara 5.18 Iklan di Televisi/Radio 3.65 Internet 4.75 Instansi tertentu 3.92 Koran/Majalah/Surat Kabar 3.81 Brosur/Leaflet/Booklet 3.77 Papan informasi di obyek wisata 4.78
7
Sebagaimana tersaji pada Tabel 4, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber informasi yang memiliki tingkat penerimaan paling baik menurut responden adalah teman/keluarga/saudara (5.18). Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan berbagai media informasi untuk mempromosikan obyek wisata taman lumut masih belum maksimal. Akibatnya, informasi tentang obyek wisata taman lumut yang diterima oleh responden masih belum maksimal. Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia juga menjadi salah satu dimensi penting dalam sebuah kegiatan pelayanan wisata. Hal ini senada dengan pendapat yang diutarakan oleh Failte Ireland (2005) dalam Baum (2007), yaitu kisah sukses sebuah perusahaan wisata utamanya adalah tentang orang-orang—bagaimana mereka direkrut, bagaimana mereka dikelola, bagaimana mereka dilatih dan dididik, bagaimana mereka dinilai dan diberi penghargaan, dan bagaimana mereka didukung melalui sebuah proses pembelajaran dan pengembangan karir yang terus-menerus. Sebuah kegiatan pelayanan wisata tidak akan bisa terlaksana dengan baik jika kondisi sumberdaya manusia yang terlibat dalam kegiatan wisata tersebut belum terberdayakan secara optimal. Dalam kegiatan wisata pendidikan, aspek sumberdaya Manusia menjadi salah satu elemen penting agar tujuan dari kegiatan wisata tersebut bisa dicapai secara maksimal. Penilaian resonden terhadapsumberdaya manusia di taman lumut tersaji pada Tabel 5. Tabel 5 Penilaian responden terhadap sumberdaya manusia di taman lumut No. 1
Elemen dan Kriteria Profesionalisme SDM 1.1 Keramahan dalam pelayanan 1.2 Sikap tanggap dalam menangani keluhan 1.3 Keterampilan dalam melaksanakan tugas 1.4 Kemampuan berkomunikasi secara dua arah 1.5 Pemanfaatan waktu yang baik dan disiplin 2 Kinerja SDM 2.1 Ketepatan waktu aktivitas wisata 2.2 Kecermatan dalam pelaksanaan tugas 2.3 Kualitas pelayanan pengunjung 2.4 Jaminan kepuasan pengunjung 2.5 Kelancaran aktivitas wisata
Nilai 4.79 4.48 4.74 4.70 4.81 4.89 4.78 4.89 4.78 5.10
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberdayaan sumberdaya manusia di obyek wisata taman lumut masih belum maksimal. Penilaian responden terhadap aspek sumberdaya manusia dilakukan pada dua elemen utama, yaitu profesionalisme dan kinerja sumberdaya manusia. Sebagaimana tersaji pada Tabel 5, penilaian responden terhadap elemen profesionalisme sumberdaya manusia yang tertinggi adalah pada indikator pemanfaatan waktu yang baik dan disiplin (4.81), sedangkan yang terendah adalah pada indikator sikap tanggap dalam menangani keluhan (4.48). Sementara itu, penilaian responden terhadap elemen kinerja sumberdaya manusia yang tertinggi adalah pada indikator
8 kelancaran aktivitas wisata (5.10), sedangkan nilai yang terendah adalah pada indikator kecermatan dalam pelaksanaan tugas (4.78) dan jaminan kepuasan pengunjung (4.78). Hasil penilaian ini mengindikasikan bahwa masih diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan profesionalisme dan kinerja sumberdaya manusia di obyek wisata taman lumut. Infrastruktur dan Fasilitas Wisata Infrastruktur dan fasilitas wisata juga merupakan salah satu elemen penting dalam pelaksanaan sebuah kegiatan wisata. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Smith (1995) sebagaimana diacu dalam Hall (2000) yang menyatakan bahwa sebuah destinasi wisata harus memiliki infrastruktur wisata yang memadai untuk pengembangan wisata, untuk mendukung bisnis pariwisata, serta untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Wahab (1976) diacu dalam Yoeti (2010) mendefinisikan infrastruktur wisata sebagai semua bentuk infrastruktur yang khusus diadakan untuk memberi pelayanan untuk kebutuhan dan keinginan wisatawan yang berkunjung ke sebuah destinasi wisata. Selain sebagai pendukung kegiatan wisata, infrastruktur dan fasilitas yang tersedia dalam sebuah kegiatan wisata akan menjadi sarana bagi pengelola kegiatan wisata maupun wisatawan untuk mencapai tujuan pelaksanaan sebuah kegiatan wisata. Tingkat ketercapaian tujuan pelaksanaan kegiatan wisata maupun kepuasan pengunjung tidak akan tercapai secara maksimal jika kondisi infrastruktur dan fasilitas dalam sebuah kegiatan wisata tidak mendukung. Aspek infrastruktur dan fasilitas wisata dari obyek wisata taman lumut juga merupakan hal yang penting untuk dievaluasi. Secara umum, penilaian responden yang tertinggi adalah pada elemen infrastruktur (4.96), sedangkan penilaian yang terendah adalah pada elemen fasilitas rekreasi dan wisata (4.63). Hasil penilaian ini mengindikasikan bahwa fasilitas rekreasi dan wisata di obyek wisata taman lumut masih belum maksimal. Dengan demikian, perlu diambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan fasilitas rekreasi dan wisata di obyek wisata taman lumut sehingga kepuasan pengunjung yang maksimal dapat diperoleh. Data penilaian responden terhadap infrastruktur dan fasilitas wisata di obyek wisata taman lumut disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6 Penilaian responden terhadap infrastruktur dan fasilitas wisata di taman lumut No. Elemen Nilai 1 Infrastruktur 4.96 2 Fasilitas rekreasi dan wisata 4.63 3 Fasilitas pengelolaan 4.71 4 Fasilitas pendidikan dan penelitian 4.80 5 Fasilitas pendukung lainnya 4.83 Persepsi Responden Terhadap Konservasi Lumut Menurut Rakhmat (2003), persepsi diartikan sebagai pengalaman mengenai objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi (Riswandi 2009). Persepsi seseorang akan dipengaruhi oleh kebutuhan, kepercayaan, emosi dan ekspektasi (Wade dan
9 9
Tavris 2008). Oleh karena itu, persepsi bersifat selektif secara fungsional sehingga akan sangat bergantung kepada kerangka rujukan (frame of reference) yang dimiliki oleh setiap individu yang melakukan persepsi (Rakhmat 2003). Persepsi responden terhadap aspek konservasi lumut masih sangat beragam. Namun, secara keseluruhan, persepsi ini masih termasuk ke dalam kategori sedang (4.77). Sementara itu, persepsi pihak pengelola obyek wisata taman lumut terhadap konservasi lumut tergolong tinggi (6.12). Perbedaan tingkat persepsi antara responden dengan pihak pengelola obyek wisata taman lumut ini mengindikasikan bahwa upaya penyampaian nilai-nilai konservasi lumut dari pihak pengelola obyek wisata taman lumut masih belum diterima oleh responden, dalam hal ini yaitu pengunjung, dengan maksimal. Berdasarkan hasil hasil wawancara responden, observasi lapang, dan informasi yang didapatkan dari informan, perbedaan persepsi antara responden dengan pengelola obyek wisata taman lumut ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: Karakteristik dari Taman Lumut Taman lumut didesain sebagai pusat koleksi spesimen lumut yang hidup di daerah Cibodas dan sekitarnya maupun spesimen-spesimen lumut lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Ini merupakan hal yang tidak umum bagi masarakat. Hal ini disebabkan oleh tingkat pemahaman masyarakat terhadap lumut yang masih relatif rendah. Lumut tersebut hanya akan menjadi obyek yang menarik untuk dipelajari bagi kalangan tertentu saja, khususnya kalangan akademisi dan peneliti. Kondisi ini juga diperkuat dengan kurangnya penggunaan dan pemanfaatan media-media maupun sarana informasi pendukung lainnya yang terletak di dalam maupun di sekitar taman lumut. Dengan demikian, mayoritas pengunjung taman lumut yang datang hanya sekedar melihat keindahan taman lumut saja tanpa berkeinginan untuk mempelajari lumut lebih jauh lagi. Pengelolaan Taman Lumut Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, obyek wisata taman lumut pada umumnya hanya dikelola sebagai sebuah objek wisata yang menjadi bagian dari berbagai taman tematik yang ada di Kebun Raya Cibodas. Belum ada pengembangan-pengembangan khusus dalam pengelolaan taman lumut itu sendiri. Kegiatan-kegiatan khusus, seperti pendampingan dan pelatihan, hanya dilakukan jika terdapat permintaan paket wisata pendidikan atau paket wisata khusus lainnya oleh pengunjung. Informasi yang diperoleh dari informan juga menunjukkan bahwa kerjasama pengelolaan obyek wisata taman lumut antara pihak pengelola dari Kebun Raya Cibodas dengan institusi maupun organisasi lainnya juga belum terjalin. Pengellaan obyek wisata taman lumut selama ini dilakukan secara mandiri oleh Kebun Raya Cibodas. Oleh karena itulah belum ada pengembangan programprogram wisata yang dirancang khusus untuk obyek wisata taman lumut. Selain belum adanya program khusus untuk obyek wisata taman lumut, informan juga menyebutkan adanya kendala lain dalam pengelolaan obyek wisata taman lumut, yaitu kurangnya sumberdaya manusia, terutama tenaga ahli, untuk dialokasikan secara khusus untuk pengelolaan obyek wisata taman lumut. Berdasarkan komunikasi pribadi dengan salah satu pemandu di Kebun Raya Cibodas, tenaga kerja baru yang masuk setiap tahunnya untuk pengelolaan taman tematik masih belum mencukupi kebutuhan terhadap sumberdaya manusia yang
10 dibutuhkan. Kekurangan sumberdaya manusia ini akan mempengaruhi bentuk pengelolaan yang ada maupun pengembangan program-program yang bisa dilakukan di obyek wisata taman lumut. Hasil observasi lapang juga menunjukkan bahwa pengelolaan teknis yang dilakukan di obyek wisata taman lumut masih sangat kurang (Gambar 3). Pengendalian serasah di dalam lokasi obyek wisata masih belum dilakukan. Serasah yang kurang terkendali, selain mengurangi nilai estetika dari obyek wisata taman lumut, juga bisa mengancam kelestarian dari koleksi lumut yang ada di obyek wisata taman lumut itu sendiri. Seperti yang dinyatakan oleh Hallingback dan Hodgets (2000), lumut merupakan spesies yang sangat rawan terhadap dekomposisi oleh akumulasi serasah maupun persaingan dengan jenis-jenis tumbuhan bawah yang invasif.
Gambar 3 Kondisi serasah di dalam obyek wisata Taman Lumut. Motivasi Awal Responden Motivasi didefinisikan sebagai suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau melakukan tindakan atau bersikap tertentu (Handoko 2002 diacu dalam Qomariah 2009). Motivasi ini akan sangat mempengaruhi individu dalam melakukan sebuah kegiatan. Berdasarkan hasil wawancara, motivasi responden yang paling tinggi adalah untuk rekreasi (5.48). Dengan motivasi semacam ini, maka kegiatan wisata yang dilakukan responden di obyek wisata Taman Lumut adalah untuk rekreasi. Dengan demikian, kebutuhan responden terhadap obyek wisata taman lumut hanyalah untuk kepentingan rekreasi, bukan untuk pendidikan. Kebutuhan inilah yang pada akhirnya akan mempengaruhi persepsi responden terhadap lumut maupun taman lumut. Data mengenai motivasi awal kunjungan responden disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7 Bentuk motivasi awal responden untuk mengunjungi obyek wisata taman lumut No. 1 2 3 4 5 6 7
Bentuk Motivasi Rekreasi Piknik Foto-foto Kumpul-kumpul Fieldtrip/Studi wisata Kontak sosial Mengenal dan mempelajari lumut
Nilai 5.48 4.85 5.31 4.96 5.18 4.56 5.04
1 11 Meskipun motivasi responden untuk mempelajari lumut tidak memiliki nilai yang hampir sama dengan motivasi untuk rekreasi, kegiatan responden untuk mempelajari lumut dioyek wisata taman lumut terhambat oleh minimnya media informasi maupun sumberdaya manusia di obyek wisata taman lumut sehingga pada akhirnya kegiatan ini tidak dilakukan.dengan demikian, maka pemahaman responden terhadap lumut di obyek wisata taman lumut masih relatif rendah. Tingkat Ketertarikan Responden terhadap Taman Lumut Hasil observasi lapang menunjukkan bahwa tingkat ketertarikan responden terhadap obyek wisata taman lumut pada umumnya lebih rendah jika dibandingkan dengan taman tematik lainnya di Kebun Raya Cibodas. Selain disebabkan oleh kekurangpahaman responden terhadap lumut yang relatif tinggi, lokasi dari obyek wisata taman lumut juga turut mempengaruhi. Obyek wisata taman lumut sendiri terletak berdampingan dengan taman koleksi bunga bangkai (Gambar 4). Karena responden lebih mengenal bunga bangkai dibandingkan dengan Lumut, maka kebanyakan responden yang datang ke obyek wisata taman lumut adalah responden yang selesai mengunjungi taman koleksi bunga bangkai. Selain itu, obyek wisata taman lumut juga berdekatan dengan taman koleksi pakupakuan dan koleksi kantung semar (Nephentes sp.). Dengan kata lain, obyek wisata taman lumut bukan menjadi tujuan utama dari kegiatan wisata yang dilakukan oleh responden.
(a) (b) (c) Gambar 4 Koleksi bunga bangkai (a), koleksi kantung semar (b), dan koleksi paku-pakuan (c) Kebun Raya Cibodas. Preferensi Metode Pendidikan Konservasi Pendidikan konservasi merupakan salah satu kegiatan kunci dari upaya penanaman nilai-nilai konservasi kepada pengunjung. Adapun kegiatan pendidikan konservasi seperti pelatihan maupun pendampingan hanya dilakukan oleh pengelola jika terdapat permintaan terhadap paket wisata khusus oleh pengunjung. Oleh karena itu, pendidikan konservasi di obyek wisata taman lumut yang menyasar kepada pengunjung umum masih belum maksimal. Tehnik atau metode pendidikan konservasi yang diberikan juga akan mempengaruhi keberhasilan dari pendidikan konservasi itu sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode pendidikan konservasi yang paling menjadi preferensi responden adalah pengarahan terpandu (5.39). Pelaksanaan metode pendidikan konservasi ini membutuhkan jumlah tenaga ahli yang
12 mencukupi dari pengelola obyek wisata taman lumut. Selain itu, metode lain yang juga menjadi preferensi responden adalah pelatihan (5.00) dan papan informasi (5.00) sebagaimana tersaji pada Tabel 8. Dengan demikian, selain perlu menambah jumlah tenaga ahli untuk pengelolaan obyek wisata taman lumut, pengelola obyek wisata taman lumut juga perlu memperbaiki dan menambah papan-papan informasi di obyek wisata taman lumut untuk mendukung upaya pelaksanaan pendidikan konservasi kepada responden. Preferensi responden terhadap beberapa tehnik pendidikan konservasi disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8 Preferensi responden terhadap tehnik pendidikan konservasi No. Tehnik Pendidikan Konservasi Nilai 1 2
Brosur Pelatihan
4.26 5.00
3 4 5 6
Pengarahan terpandu Pengarahan singkat Papan interpretasi Papan informasi
5.39 4.89 4.93 5.00 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah sebuah analisis untuk mengidentifikasi kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari sebuah pengembangan potensi objek wisata. Hasil analisis ini dapat dijadikan sebagai salah satu dasar dalam merumuskan rekomendasi dan alternatif serta strategi dalam pengembangan objek wisata. Adapun analisis SWOT dari objek wisata taman lumut Kebun Raya Cibodas adalah sebagai berikut: a. Kekuatan (Strength) Kekuatan dari obyek wisata taman lumut Kebun Raya Cibodas adalah: Telah tersedia prasarana wisata yang sudah cukup memadai. b. Kelemahan (Weakness) Kelemahan dari obyek wisata taman lumut Kebun Raya Cibodas adalah: Minat pengunjung terhadap obyek wisata taman lumut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan taman tematik lainnya di Kebun Raya Cibodas. Belum adanya program khusus yang didesain oleh pengelola untuk pengembangan obyek wisata taman lumut. Fasilitas rekreasi dan wisata di obyek wisata taman lumut yang dinilai masih belum mencukupi. Pemanfaatan berbagai media informasi yang belum maksimal. Kurangnya sumberdaya manusia untuk pengelolaan obyek wisata taman lumut secara khusus. Profesionalisme dan kinerja dari sumberdaya manusia di taman lumut masih kurang maksimal. Belum terjalin kerjasama dengan institusi maupun organisasi lainnya untuk pengelolaan obyek wisata taman lumut.
1 13 c. Peluang (Opportunities) Peluang yang dimiliki oleh taman lumut Kebun Raya Cibodas adalah: Pemahaman pengunjung terhadap lumut yang masih relatif rendah. Lokasi taman lumut yang berdekatan dengan koleksi bunga bangkai, koleksi kantung semar, dan koleksi paku-pakuan. Pengunjung obyek wisata taman lumut didominasi oleh kelompok mahasiswa dan pelajar. d. Ancaman (Threats) Ancaman yang dihadapi oleh taman lumut Kebun Raya Cibodas yaitu: Pengelolaan teknis taman lumut, terutama pengendalian serasah, yang masih sangat kurang. Strategi Alternatif Pengembangan Taman Lumut Tahap akhir dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan strategistrategi alternatif untuk obyek wisata taman lumut Kebun Raya Cibodas sebagai obyek wisata ilmu pengetahuan guna mendukung upaya konservasi lumut. Berdasarkan hasil analisis SWOT sederhana di atas, maka beberapa strategi alternatif peningkatan efisiensi pengelolaan pengembangan taman lumut sebagai obyek wisata ilmu pengetahuan yang bisa dilaksanakan adalah sebagai berikut. 1.
Pemanfaatan media massa untuk mempromosikan obyek wisata taman lumut dan untuk mensosialisasikan konservasi lumut. Informasi merupakan salah satu kebutuhan yang vital dalam kehidupan di era modern saat ini. Oleh karena itulah pemanfaatan media massa, baik media cetak maupun elektronik, mutlak diperlukan. Pesan maupun informasi yang disampaikan melalui media massa akan mampu mempengaruhi aspek kognitif (pengetahuan, pemahaman, dan persepsi), aspek afektif (perasaan) dan juga aspek konatif/behavorial (sikap dan perilaku) dari penerima pesan tersebut (Riswandi 2009). Pemanfaatan media massa ini bisa ditujukan untuk upaya mempromosikan obyek wisata Taman Lumut dan juga untuk mensosialisasikan nilai-nilai konservasi lumut kepada masyarakat umum. Dengan demikian, pemanfaatan media massa ini diharapkan mampu menjadi penarik minat masyarakat terhadap obyek wisata taman lumut sekaligus menjadi media pendidikan konservasi, khususnya konservasi lumut, bagi masyarakat secara umum. 2.
Penambahan jumlah sumberdaya manusia untuk pengelolaan obyek wisata taman lumut. Penambahan sumberdaya manusia, terutama tenaga ahli, untuk pengelolaan obyek wisata taman lumut merupakan salah satu hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan. Penambahan sumberdaya manusia ini bisa dilakukan melalui beberapa cara. Cara pertama yaitu dengan perekrutan tenaga kerja baru yang memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang yang diperlukan. Cara ini digunakan untuk menambah tenaga kerja secara permanen. Selain dengan perekrutan tenaga kerja permanen, cara kedua untuk penambahan sumberdaya manusia yaitu melalui pembuatan program magang yang bisa diikuti oleh pelajar maupun mahasiswa dari latar belakang pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, misalnya mahasiswa jurusan biologi. Melalui kedua cara
1 14 ini, kebutuhan sumberdaya manusia di obyek wisata taman lumut bisa dipenuhi untuk jangka pendek maupun jangka panjang. 3.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia di obyek wisata taman lumut. Selain melalui penambahan sumberdaya manusia, peningkatan kualitas sumberdaya manusia di obyek wisata taman lumut juga diperlukan. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia ini bisa dilakukan melalui berbagai pelatihan manajerial maupun teknis, misalnya komunikasi dengan pengunjung, mekanisme penanganan keluhan, manajemen waktu pelaksanaan kegiatan, dan sebagainya. Dengan sumberdaya manusia yang lebih berkualitas, maka pengelolaan obyek wisata taman lumut bisa dilakukan dengan lebih optimal, serta kepuasan pengunjung bisa dipenuhi. 4.
Perbaikan dan peningkatan fasilitas wisata dan rekreasi di obyek wisata taman lumut. Fasilitas wisata dan rekreasi juga menjadi bagian penting untuk diperhatikan. Fasilitas wisata dan rekreasi di obyek wisata taman lumut dinilai masih kurang mencukupi. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan dan peningkatan fasilitas wisata dan rekreasi di obyek wisata taman lumut, misalnya dengan cara memperbaiki dan menambah papan-papan informasi di dalam obyek wisata taman lumut, memperbaiki shelter yang sudah ada, serta pembuatan pusat informasi tentang lumut. Dengan perbaikan dan peningkatan fasilitas wisata dan rekreasi ini, maka kepuasan pengunjung bisa terpenuhi dan upaya pendidikan konservasi di Obyek wisata taman lumut bisa dilaksanakan dengan baik. 5.
Pembuatan program atau kegiatan khusus untuk obyek wisata taman lumut. Salah satu cara untuk mempromosikan atau mengkampanyekan nilai-nilai konservasi lumut kepada pengunjung taman lumut khususnya dan pengunjung Kebun Raya Cibodas pada umumnya yaitu dengan pembuatan sebuah kegiatan khusus, misalnya pekan bryophyta, selama jangka waktu tertentu. Kegiatan ini bisa berupa pelatihan gratis, seminar terbuka, ataupun kegiatan menarik lainnya yang bisa menjadi penarik perhatian dan minat pengunjung umum terhadap lumut dan taman lumut. Kegiatan penarik perhatian ini akan bisa meningkatkan perhatian pengunjung kepada lumut dan taman lumut lebih intensif lagi. Seperti pendapat yang disampaikan oleh Suryabrata (2005) di dalam bukunya, aktivitas yang diikuti dengan perhatian yang intensif akan lebih sukses dan memiliki prestasi yang lebih tinggi. Selain program yang ditujukan untuk masyarakat umum, perlu juga dibuat program khusus untuk kalangan pelajar dan mahasiswa, misalnya kegiatan lomba karya ilmiah tentang lumut. Kegiatan ini dirancang dengan sasaran utama para pelajar dan mahasiswa, mengingat kelompok pelajar dan mahasiswa inilah yang merupakan pengunjung yang dominan di obyek wisata taman lumut. Jika kegiatan ini bisa didesain dengan semenarik mungkin, maka ketertarikan kalangan pelajar dan mahasiswa terhadap bidang kajian lumut dan konservasi lumut bisa semakin ditingkatkan.
1 15 6.
Perbaikan pengelolaan teknis di taman lumut Kegiatan yang juga harus dibenahi yaitu pengelolaan teknis di Obyek wisata taman lumut. Pengelolaan teknis ini meliputi pengelolaan koleksi dan juga pengelolaan tapak wisata. Untuk pengelolaan koleksi, diperlukan upaya-upaya untuk mengendalikan serasah yang ada di lokasi koleksi lumut, misalnya dengan memasang shading net untuk mengurangi jumlah serasah daun yang jatuh mengenai koleksi spesimen lumut dan juga dengan pembersihan serasah lumut secara berkala. Pengendalian serasah ini penting untuk menjamin keberlangsungan hidup dari koleksi spesimen lumut yang ada di Taman Lumut. Bentuk pengelolaan tapak yang diperlukan di taman lumut yaitu pembersihan jalur-jalur wisata yang sudah ada di obyek wisata taman lumut dan juga perbaikan dan penambahan tanda-tanda maupun media interpretasi di taman lumut. Hal ini penting untuk dilakukan guna mendukung kelancaran aktivitas wisata yang dilakukan di taman lumut. Selain itu, pengelolaan tapak sepeti ini diperlukan untuk mempermudah pengunjung untuk mengakses informasi-informasi yang ada di taman lumut, misalnya informasi mengenasi spesimen lumut yang dikoleksi di taman lumut. 7.
Penjalinan kerjasama berbagai institusi dan organisasi dalam pengelolaan obyek wisata taman lumut. Salah satu fungsi utama dari taman lumut adalah fungsi pendidikan dan penelitian. Dengan berdasar pada fungsi tersebut, maka pengelola obyek wisata taman lumut perlu menjalin kerja sama dengan universitas-universitas maupun institusi pendidikan lainnya guna meningkatkan fungsi pendidikan dari taman lumut itu sendiri. Kerjasama ini berguna untuk meningkatkan fungsi pendidikan taman lumut dan juga meningkatkan penelitian mengenai lumut guna mendukung upaya konservasi lumut. Selain itu, sebagai organisasi wisata, pengelola obyek wisata taman lumut juga perlu menjalin kerjasama dengan institusi-institusi maupun organisasiorganisasi yang bergerak di bidang wisata, misalnya badan promosi wisata, penyedia jasa perjalanan wisata, serta organisasi-organisasi kepariwisataan lainnya, untuk mengoptimalkan pengelolaan obyek wisata taman lumut. Kerjasama ini bisa berupa kerjasama dalam bidang promosi maupun dalam pengelolaan taman lumut secara kolaboratif. Dengan adanya penjalinan berbagai kerja sama ini maka diharapkan pengembangan obyek wisata taman lumut sebagai obyek wisata ilmu pengetahuan mapun upaya untuk meningkatkan konservasi lumut bisa berjalan dengan seimbang. Beberapa strategi di atas merupakan rancangan strategi umum yang bisa diterapkan guna mengembangkan obyek wisata taman lumut. Penerapan strategistrategi alternatif tersebut diharapkan mampu mengembangkan obyek wisata taman lumut menjadi suatu obyek wisata ilmu pengetahuan yang lebih baik serta mampu menjadikan obyek wisata taman lumut menjadi bukan hanya sekedar sebagai pusat konservasi ex situ lumut, tetapi juga sebagai pusat pendidikan konservasi lumut bagi masyarakat.
1 16
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Persepsi pengunjung terhadap konservasi lumut di obyek wisata taman lumut Kebun Raya Cibodas masih lebih rendah jika dibandingkan dengan persepsi pengelola obyek wisata taman lumut. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya sosialisasi nilai-nilai konservasi yang dilakukan oleh pengelola masih kurang diterima secara maksimal oleh pengunjung. 2. Pengelolaan taman lumut Kebun Raya Cibodas masih belum optimal. Hal ini ditunjukkan penilaian responden terhadap aspek pemanfaatan media informasi, sumberdaya manusia, serta sarana dan fasilitas wisata yang belum maksimal. Selain itu, pengelolaan teknis seperti pengendalian serasah dan tapak di obyek wisata taman lumut juga masih belum diakukan. 3. Diperlukan beberapa strategi alternatif untuk mengembangkan obyek wisata taman lumut, misalnya dengan pemanfaatan berbagai media informasi yang lebih efektif untuk mempromosikan obyek wisata taman lumut. Penerapan strategi-strategi alternatif inidiharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan obyek wisata taman lumut menjadi lebih baik lagi. Saran 1. Perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengembangkan obyek wisata taman lumut sebagai obyek wisata ilmu pengetahuan dengan mengimplementasikan strategi-strategi sebagai berikut: a. Pemanfaatan media massa untuk mempromosikan obyek wisata taman lumut dan mensosialisasikan konservasi lumut. b. Penambahan jumlah sumberdaya manusia untuk pengelolaan obyek wisata taman lumut. c. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia di obyek wisata taman lumut. d. Perbaikan dan peningkatan fasilitas wisata dan rekreasi di obyek wisata taman lumut. e. Pembuatan program atau kegiatan khusus untuk obyek wisata taman lumut. f. Perbaikan pengelolaan teknis di taman lumut. g. Penjalinan kerjasama dengan berbagai institusi dan organisasi dalam pengelolaan obyek wisata taman lumut.
DAFTAR PUSTAKA Baum T. 2007. Human Resource in Tourism: Still Waiting for Change. Tourism Management. 28:1383-1399.doi:10.1016/j.tourman.2007.04.005. Buhalis D, Law R. 2008. Progress in Information Technology and Tourism Management: 20 Years On and 10 Years After the Internet—the State of
17 eTourism Research. Tourism Management. 29: 609623.doi:10.1016/j.tourman.2008.01.005. Damayanti L. 2006. Koleksi Bryophyta Taman Lumut Kebun Raya Cibodas. Immamudin H, Suryana N, editor. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas. Hall CM. 2000. Tourism Planning: Policies, Process and Relationships. Singapore: Pearson Education (Pte) Ltd. Hallingback T, Hodgetts N, penghimpun. 2000. Mosses, Liverworts, and Hornworts. Status Survey and Conservation Action Plan for Bryphytes [bibliografi]. Oxford: IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge [Internet]. [diunduh 2011 Okt 20]. Tersedia pada: http://www.iucn.org/dbtwwpd/edocs/2000-074.pdf. Qomariah L. 2009. Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Meru Betiri (Studi Kasus Blok Rajegwesi SPTN I Sarongan) [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Rakhmat J. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sunarminto T. 2012. Pengembangan Kapasitas Para Pihak (Stakeholders) Bagi Pengembangan Eowisata di Kawasan Cibodas, Jawa Barat [disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Suryabrata S. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Wade C, Tavris C. 2008. Psikologi, Edisi ke-9. Widyasinta B, Juwono ID, penerjemah; Hardani W, Yoso BA, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Psycology, 9th Edition. Yoeti OA. 2010. Dasar-Dasar Pengertian Hospitaliti dan Pariwisata. Bandung: PT Alumni.
1 18
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banyuwangi Jawa Timur pada tanggal 23 Januari 1989 dari Ayah Subagio dan Ibu Ponijah. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2001 di SDN 04 Jambewangi, menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTPN 2 Genteng tahun 2004, menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Genteng tahun 2007 dan melanjutkan pendidikan tinggi di IPB pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan melalui jalur SPMB. Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis menjadi assten praktikum mata kuliah Konservasi Tumbuhan Obat Hutan Tropika tahun ajaran 2010/2011, Staf Biro Informasi dan Komunikasi HIMAKOVA, Anggota Kelompok Pemerhati Flora, dan anggota Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Ibadurrahman. Penulis pernah mengikuti praktik lapang antara lain Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cagar Alam (CA) Gunung Burangrang - BKPH Cikeong Jawa Barat tahun 2009, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat tahun 2010 dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional (TN) Meru Betiri di Jember dan Banyuwangi tahun 2011. Penulis juga pernah mengikuti Eksplorasi Flora Fauna di Cagar Alam (CA) Gunung Burangrang di Jawa Barat tahun 2009 dan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Sebangau di Kalimantan Tengah tahun 2010. Penulis melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Taman Lumut sebagai Obyek Wisata Ilmu Pengetahuan di Kebun Raya Cibodas” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di bawah bimbingan Ir Edhi Sandra, MSi.