PEMANFAATAN KEBUN RAYA SEBAGAI TAMAN REKREASI: ANTARA KEPENTINGAN EKONOMI DAN PELESTARIAN ALAM I Gusti Bagus Rai Utama1 Universitas Dhyana Pura, Br. Tegaljaya, Dalung, Kuta Utara, Badung, Bali (80361), Indonesia
[email protected]
ABSTRACT Kebun Raya Bali semula hanyalah lembaga konservasi tumbuhan telah berkembang menjadi objek wisata yang menawan dan menarik. Untuk mendapatkan informasi perkembangan Kebun Raya Bali, penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut: (1) bagaimanakah karakteristik wisatawan?; (2) bagaimanakah persepsi wisatawan terhadap Kebun Raya Bali?; (3) faktor-faktor apa sajakah yang mendorong dan memotivasi wisatawan untuk berkunjung?; (4) faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi wisatawan berkunjung ke Kebun Raya Bali?. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan 88 responden sebagai sampel. Instrumen dalam pengumpulan data berupa angket, pengolahan data dilakukan dengan alat analisis sederhana statistik deskriptif, uji beda data berpasangan dengan Wilcoxon signed rank, dan analisis faktor untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh pada Kebun Raya Bali. Hasil penelitian ini adalah: (1) wisatawan yang mengunjungi Kebun Raya Bali ditinjau dari berbagai aspek, didominasi oleh, wisatawan nusantara, mahasiswa dan pegawai swasta, kelompok umur antara 20 sampai 40 tahun, wisatawan sering atau telah berulangkali berkunjung, laki-laki lebih banyak daripada perempuan; (2) wisatawan yang mengunjungi Kebun Raya Bali terdorong dan termotivasi karena faktor relaxation, escape, strengthening family bond dan play sebagai faktor pendorong kategori sangat kuat. Faktor pendorong kedua adalah social interaction, prestice, educational opportunity, dan wish fulfillment sebagai faktor pendorong kategori kuat. Sedangkan faktor romance, dan self fulfillment sebagai faktor pendorong kategori lemah; (3) terdapat lima faktor yang berpengaruh di Kebun Raya Bali, yakni faktor tariff dan pelayanan, faktor atraksi alam, faktor aksesibilitas, faktor situasi, dan faktor fasilitas. Beberapa saran yang diperkirakan dapat bermanfaat bagi pengelola Kebun Raya Bali adalah: (1) sebaiknya mempertimbangkan dan memperhatikan karakteristik wisatawan dalam melakukan diversifikasi kebun raya; (2) memperhatikan faktor pendorong wisatawan yang berkunjung agar wisatawan datang sesuai dengan harapan wisatawan; (3) sebaiknya mempertimbangkan lima faktor yang terbentuk dalam melakukan pengelolaan, pelestarian, dan pemanfaatan kebun raya, sehingga kebun raya ini akan tetap menjadi tujuan masyarakat dalam melakukan rekreasi. Kata Kunci: rekreasi, motivasi, daya tarik, fasilitas, atraksi, aksesibilitas
1
MA and PhD in Tourism Studies (CHN/Stenden Leeuwarden Netherlands, Universitas Udayana, Bali)
Page 1 of 10
INTRODUCTION Pembangunan pertanian dalam kerangka sistem agribisnis merupakan suatu rangkaian dan keterkaitan dari: (1) sub agribisnis hulu (upstream agribusiness) yaitu seluruh kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi bagi pertanian primer (usahatani); (2) sub agribisnis usahatani (onfarm agribusiness) atau pertanian primer, yaitu kegiatan yang menggunakan sarana produksi dan sub agribisnis hulu untuk menghasilkan komoditas pertanian primer. Sub ini di Indonesia disebut pertanian; (3) sub agribisnis hilir (down-stream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik bentuk produk antara (intermediate product) maupun bentuk produk akhir (finished product); dan (4) sub jasa penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga sub agribisnis di atas (Deptan, 2005) Konsep pembangunan agribisnis tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pengembangan eco-tourism dalam bentuk wisata agro. Wisata agro merupakan salah satu usaha bisnis dibidang pertanian dengan menekankan kepada penjualan jasa kepada konsumen. Bentuk jasa tersebut dapat berupa keindahan, kenyamanan, ketentraman dan pendidikan. Pengembangan usaha wisata agro membutuhkan manajemen yang prima diantara sub sistem, yaitu antara ketersediaan sarana dan prasarana sarana wisata, objek yang dijual promosi dan pelayanannya (Deptan, 2005) Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam yang, jika dikelola dengan tepat, kekayaan tersebut mampu diandalkan menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di wilayah Indonesia sangat sesuai untuk pengembangan komoditas tropis dan sebagian sub tropis pada ketinggian antara nol sampai ribuan meter di atas permukaan laut. Komoditas pertanian (mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan) dengan keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam mempunyai daya tarik kuat sebagai wisata agro atau ekowisata yang berbasiskan pertanian. Kese!uruhannya sangat berpeluang besar menjadi andalan dalam perekonomian Indonesia (Deptan, 2005) Preferensi dan motivasi wisatawan berkembang secara dinamis. Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati objek-objek spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produkproduk pertanian modern dan spesifik menunjukkan peningkatan yang pesat. Kecenderungan ini merupakan signal tingginya permintaan akan wisata agro dan sekaligus membuka peluang bagi pengembangan produk-produk agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik (Deptan, 2005) Hamparan areal pertanaman yang luas seperti pada areal perkebunan, dan hortikultura disamping menyajikan pemandangan dan udara yang segar, juga merupakan media pendidikan bagi masyarakat dalam dimensi yang sangat luas, mulai dari pendidikan tentang kegiatan usaha dibidang masing-masing sampai kepada pendidikan tentang keharmonisan dan kelestarian alam (Deptan, 2005) Objek wisata agro tidak hanya terbatas kepada objek dengan skala hamparan yang luas seperti yang dimiliki oleh areal perkebunan, tetapi juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi objek wisata yang menarik. Dengan datangnya wisatawan mendatangi objek wisata juga terbuka peluang pasar tidak hanya bagi produk dan objek Page 2 of 10
wisata agro yang bersangkutan, namun pasar dan segala kebutuhan masyarakat. Dengan demikian melalui wisata agro bukan semata merupakan usaha atau bisnis dibidang jasa yang menjual jasa bagi pemenuhan konsumen akan pemandangan yang indah dan udara yang segar, namun juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian, menjadi media pendidikan masyarakat, memberikan signal bagi peluang pengembangan diversifikasi produk agribisnis dan berarti pula dapat menjadi kawasan pertumbuhan baru wilayah. Dengan demikian maka wisata agro dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru daerah, sektor pertanian dan ekonomi nasional (Deptan, 2005) Bagi Provinsi Bali, potensi pengembangan wisata agro sangat besar. Seiring dengan hal tersebut, Sudibya (2002) mengatakan, pariwisata international pada saat ini telah mengalami pergeseran yang cenderung mengarah pada pariwisata ecotourism yang berwawasan lingkungan, konservasi alam dengan pemanfaatan alam dan lingkungan secara bertanggung jawab. Ecotourism dan wisata agro diyakini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, meningkatkan gairah untuk meningkatkan usaha kecil seperti kerajinan rumah tangga, pertanian, dan bidang usaha lainnya karena wisatawan ecotourism adalah wisatawan yang bersentuhan langsung dengan penduduk lokal dimana objek tersebut dikembangkan. HISTORICAL DEVELOPMENTS & CURRENT STATUS Pemanfaatan Alam sebagai Atraksi Wisata Wisatawan yang berkunjung ke Bali belakangan ini memiliki kecenderungan tidak sekedar menikmati keunikan sosial budaya tetapi perhatian akan lingkungan yang semakin meningkat (Sudibya, 2002). Pada hakekatnya setiap ekosistem dengan segala isinya (sumber daya alam fisik dan hayatinya) merupakan atraksi wisata yang dapat dikembangkan untuk objek wisata alam. Semakin beragam kegiatan wisata alam semakin banyak pula membutuhkan atraksi (Fandeli, 2001) Kedua pendapat di atas menjadi landasan, bahwa alam berperan penting sebagai sumber daya dalam kepariwisataan. Alam yang indah, alami, unik, dan langka akan menjadi daya tarik wisatawan dan selanjutnya daya tarik tersebut dijadikan sebagai atraksi wisata alam. Brahmantyo, dkk (2001) telah melakukan penelitian tentang potensi dan peluang dalam pengembangan pariwisata Gunung Salak Endah, menemukan beberapa potensi alam dapat dimanfaatkan sebagai atraksi objek wisata ecotourism. Potensi tersebut adalah, Air Terjun Curug Ciumpet, areal perkemahan, lahan pertanian sebagai objek wisata agro, kolam air deras, arena pancing (perikanan darat), peternakan lebah, peternakan kuda, wisata perhutanan dan perkebunan, dan wisata industri pengolahan hasil tanaman kopi. Sedangkan Sudibya (2002) mengindentifikasikan, ecotourism potensial dikembangkan di Bali. Kabupaten Jembrana potensial untuk pengembangan berbagai jenis wisata alam dengan memanfaatkan kawasan Taman Nasional Bali Barat, camping dan trekking dikombinasikan dengan snorkeling di Pulau Menjangan. Kabupaten Buleleng potensial untuk pengembangan berbagai agrowisata mengingat daerah ini memiliki kawasan pertanian yang luas. Berbagai tanaman industri seperti jeruk keprok, tembakau, anggur dan holtikultura bisa dibudidayakan di kabupaten ini. Di Kabupaten Tabanan dapat diintensifkan pengembangan holtikultura dan kebun bunga untuk Page 3 of 10
keperluan hotel dan restoran serta masyarakat umum. Kebun Raya Bali juga dapat ditingkatkan pemanfaatannya, baik untuk atraksi wisata maupun untuk penelitian dan pendidikan. Kabupaten Bangli potensial untuk pengembangan peternakan sapi, terutama penggemukan (fattening) dan unggas untuk pasokan daging ke hotel dan restoran. Danau Batur dikembangkan sebagai tempat perikanan air tawar, baik untuk keperluan industri pariwisata maupun konsummsi lokal. Pulau Nusa Penida potensial untuk pengembangan penggemukan sapi untuk menghasilkan daging yang berkualitas. Pada prinsifnya, alam Bali memiliki potensi yang begitu besar untuk dikembangkan menjadi ecotourism. Lebih lanjut Sudibya (2002) menjelaskan, saat ini di Bali sudah ada atraksi wisata yang erat hubungannya dengan prinsip ecotourism, seperti misalnya, arung jeram (whitewater rafting), cruising/sailing, taman burung, taman gajah, taman reptil, taman kupu-kupu, taman anggrek, dan wisata berkuda (horse riding). Tempat Rekreasi dan Konservasi Salah satu diversifikasi pertanian sekaligus juga diversifikasi produk pariwisata adalah pengembangan wisata agro atau ecotourism yang berbasiskan pertanian. Gregorius (2005) menjelaskan, Bali selain dikenal kaya akan budaya serta indahnya panorama alam, Bali juga memiliki sejumlah tempat wisata artifisial berupa taman. Taman identik dengan bunga, pepohonan dan berbagai jenis fauna, sehingga melahirkan citra asri, alami dan berudara segar. Pada hari-hari libur, taman-taman akan diserbu pengunjung, baik yang ingin mempelajari koleksinya maupun sekadar menghilangkan kejenuhan dan keluar dari rutinitas. Untuk bisa tetap mempertahankan keasriannya dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Taman-taman yang ada di Bali saat ini sebagian besar telah dikelola, baik oleh kalangan swasta maupun pemerintah atau kerja sama keduanya. Pengelola dituntut memiliki banyak kiat dalam menggalang dana, sehingga bisa membiayai aktivitas pemeliharaan taman. Tanpa pengelolaan, koleksi taman akan stagnan, tidak terpelihara dan akhirnya ditinggalkan pengunjung (Gregorius, 2005) Untuk mengetahui lebih jelas (pemahaman empiris) mengenai kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kebun Raya Bali dapat dilihat pada grafik 1 berikut ini:
Page 4 of 10
500000
468565
400000
380635
379962
343346
340105
300000 200000 100000
2009
0
2010
2011
2012
2013
Grafik 1. Kunjungan Wisatawan ke Kebun Raya Bali Tahun 2009-2013. Sumber: Disparda Provinsi Bali (2014)
Taman selain sebagai tempat rekreasi, taman juga memiliki fungsi edukasi bahkan konservasi. Kebun Raya Bali Bali tidak disebut sebagai taman, namun dilihat dari fungsinya bisa dikategorikan sebagai taman. Di sana bisa disaksikan berbagai jenis pohon, dari yang biasa sampai yang langka. Kebun Raya Bali sebenarnya telah menerapkan konsep agribisnis dalam pengelolaannya karena disana dipelihara dan dibudidayakan berbagai jenis tanaman seperti anggrek dan bunga tropis lainnya dengan tujuan untuk dijual sebagai produk jasa rekreasi/wisata (Gregorius, 2005). Kehadiran taman-taman diyakini akan memperkokoh Bali sebagai sebuah destinasi wisata. Bagaimanapun objek-objek buatan perlu dibuat untuk memperkaya khazanah kepariwisataan Bali dan dapat memberdayakan perekonomian masyarakat. Kalau hanya bertahan pada objek-objek wisata yang tradisional, dimungkinkan Bali akan ditinggalkan atau setidaknya akan kehilangan daya tarik. Terkait hal ini, perlu ditunjang oleh data statistik tentang pengunjung ke taman-taman dimaksud. (Gregorius, 2005) Kebun Raya Bali Bali semula hanyalah lembaga konservasi tumbuhan namun telah berkembang menjadi objek wisata (taman rekreasi) yang menawan dan menarik, karena memadukan unsur keindahan alam, kelangkaan, dan keragaman jenis tanaman. Dengan melakukan penelitian tentang wisatawan yang mengunjungi Kebun Raya Bali Bali, diharapkan informasi tersebut akan berguna untuk pengembangan taman atau kebun raya lainnya di Bali. KEY TRENDS & ARISING NEEDS Kebun Raya Bali merupakan salah satu dari empat kebun raya yang berada di bawah naungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Adapun rencana induk pengembangan Kebun Raya Bali yang disusun berdasarkan analisis kebutuhan dalam jangka panjang tahunan adalah sebagai berikut, (1) Pengumpulan jenis-jenis Gymnospermae, yakni jenis-jenis tumbuhan berdaun jarum dari seluruh dunia. (2) Pengumpulan jenis-jenis tumbuhan dari seluruh Bali dan Nusa Tengga yang habitat aslinya berasal dari daerah dataran tinggi basah. (3) Rekreasi dan objek pariwisata di Page 5 of 10
daerah Bali, disamping penyediaan fasilitas bagi kepentingan ilmu pengetahuan “ilmiah”. (4) Melakukan kegiatan usaha tambahan untuk menunjang pembiayaan kebun raya (Sujana, 2002) Kekayaan koleksi jenis tanaman pada empat kebun raya di Indonesia tercatat Kebun Raya Bali menyimpan 20 koleksi Jenis tanaman, Kebun Raya Purwodadi menyimpan 48 koleksi jenis tanaman, Kebun Raya Cibodas menyimpan 55 kolekasi jenis tanaman dan yang terbanyak adalah Kebun Raya Bogor dengan jumlah koleksi sebanyak 177 jenis koleksi. Sedangkan tugas pokok yang diemban oleh Kebun Raya Bali adalah melakukan tugas inventarisasi, eksplorasi, dan konservasi tumbuhan tropika yang mempunyai nilai ilmu pengetahuan dari kawasan dataran tinggi lembab. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Kebun Raya Bali mempunyai fungsi sebagai berikut, (1) melaksanakan inventarisasi berbagai jenis tumbuhan tropika yang habitatnya dari dataran tinggi lembab, (2) melaksanakan ekplorasi jenis-jenis tumbuhan tropika yang habitatnya dari dataran tinggi lembab, (3) melakukan konservasi terhadap tumbuhan tropika yang habitatnya dari dataran tinggi lembab yang mempunyai nilai ilmu pengetahuan dan potensi ekonomi dalam rangka melestarikan sumber daya hayati (plasma nuftah) di bumi Indonesia, (4) melakukan pelayanan jasa ilmiah dibidang arsitektur (lanscape) pertamanan serba ragam tanaman hias (floracultural), introduksi dayaguna tumbuhan apresiasi masyarakan terhadap alam lingkungan, dan (5) melakukan kegiatan tata usaha (Sujana, 2002)
Foto 1. Kebun Raya Bali Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2007 Foto 1 menampilkan Kebun Raya saat ini masih nampak asri, menawan, dan masih menyimpan keindahan alam sebagai atraksi wisata yang menarik. Pohon-pohon
Page 6 of 10
langka, variasi tanaman masih terpelihara dengan baik, berarti pengelola Kebun Raya Bali masih konsisten dengan tugas-tugas yang diembannya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. [1] Karakteristik responden yang mengunjungi Kebun Raya Bali dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) responden atau wisatawan yang berkunjung ke Kebun Raya Bali dominan wisatawan nusantara; (b) mahasiswa dan pegawai swasta merupakan kelompok pengunjung dominan pada Kebun Raya Bali jika dilihat dari profesi responden; (c) responden atau wisatawan yang berkunjung dominan dari kelompok umur antara 20 sampai 40 tahun jika dilihat dari kelompok umur responden; (d) responden atau wisatawan yang berkunjung pada saat ini, merupakan pengunjung yang telah berulang kali datang ke Kebun Raya Bali; (e) responden atau wisatawan yang mengunjungi Kebun Raya Bali lebih banyak Laki-laki daripada perempuan. [2] Responden atau wisatawan mancanegara dominan mempunyai persepsi yang positif terhadap Kebun Raya Bali dengan menempatkan atraksi Kebun Raya Bali yang urutan pertama, kemudian diurutan kedua aksesibilitas dan fasilitas urutan terakhir dari ketiga atribut yang dimiliki oleh Kebun Raya Bali. [3] Responden atau wisatawan nusantara juga dominan mempunyai persepsi yang positif terhadap Kebun Raya Bali dengan menempatkan atraksi pada urutan pertama, kemudian fasilitas pada urutan kedua dan aksesibilitas pada urutan ketiga. [4] Responden atau wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara mempunyai persepsi yang sama terhadap Kebun Raya Bali, yaitu persepsi positip secara dominan. [5] Responden atau wisatawan yang berkunjung ke Kebun Raya Bali terbagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama (>75%), wisatawan yang berwisata ke Kebun Raya Bali terdorong oleh faktor relaxtion, escape, strengthening family bond, dan play. Kelompok kedua (50-75%), yakni wisatawan yang berwisata ke Kebun Raya Bali terdorong oleh faktor social interaction, prestice, educational opportunity, dan wishfulfilment. Kelompok ketiga (<50%), yakni wisatawan yang berwisata ke Kebun Raya Bali terdorong oleh faktor romance, dan selft-fulfilment. [6] Ada lima faktor yang terbentuk pada Kebun Raya Bali dalam hubungannya dengan kunjungan wisatawan, Faktor-faktor tersebut adalah, faktor tarif dan pelayanan (explained variance 27,791%), faktor atraksi alam (explained variance 15,712%), faktor aksesibilitas (explained variance 12,010%), faktor situasi (explained variance 7,990%) dan faktor fasilitas (explained variance 5,715%). CONCLUSIONS Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa keindahan alam menjadi atraksi utama Kebun Raya Bali telah mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap wisatawan untuk berkunjung ke Kebun Raya Bali setelah faktor tarif dan pelayanan. Ada beberapa saran yang dapat diusulkan berdasarkan hasil penelitian, ditujukan kepada pengelola Kebun Raya Bali, pengunjung atau wisatawan, dan pemerintah misalnya sebagai berikut: [1] Jika pengelola melakukan diversifikasi produk sebaiknya melakukan skala prioritas, dengan prioritas pertama pada faktor tarif dan pelayanan, prioritas kedua pada faktor atraksi alam, ketiga pada faktor aksesibilitas, keempat faktor situasi, dan kelima Page 7 of 10
faktor fasilitas. Faktor yang menjadi pertimbangan pertama adalah memfokuskan pada segmen pasar nusantara, kelompok umur muda (20-40 th), dan memelihara hubungan baik dengan wisatawan yang telah ada. Karena lebih dari 75% responden berwisata ke Kebun Raya Bali dengan tujuan rekreasi, maka dalam pembuatan brosur dan penyebaran informasi sebaiknya menyebutkan bahwa kebun raya ini adalah taman rekreasi dengan harapan menambah nuansa baru dan nilai jual lebih dimata wisatawan disamping tugas utama dari kebun raya ini adalah sebagai lembaga konservasi tanaman. [2] Kelestarian, keindahan, dan keragaman jenis tanaman di Kebun Raya Bali akan tetap lestari, indah dan nyaman jika wisatawan yang berkunjung ikut serta dalam usahausaha menciptakan kelestarian, misalnya tidak melakukan perusakan terhadap tumbuhan yang ada di areal kebun raya dan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Kunjungan wisatawan akan terus diharapkan, karena dengan kunjungan ke taman ini, pengelola mendapatkan dana untuk melakukan pemeliharaan, penanaman tanaman baru, penataan taman, serta usaha-usaha lain yang menguntungkan secara ekonomi maupun sosial. [3] Pemerintah, pengelola, dan masyarakat sebaiknya dapat bekerjasama dalam segala hal khususnya dalam hal manfaat ekonomi dengan menerapkan konsep pemerataan pendapatan diantara tiga kelompok tersebut untuk menghindari konflik yang tidak diinginkan. Pihak Kebun Raya Bali dapat melakukan pembinaan kepada masyarakat sekitar taman dalam hal penjualan tanaman, penyediaan cinderamata, penjualan sayur mayur, dan penjualan buah-buahan agar masyarakat dapat merasakan menfaat dari keberadaan Kebun Raya Bali. [4] Bagi pebisnis yang ingin mengembangkan taman atau sejenis kebun raya, dapat mengambil manfaat hasil penelitian ini, bahwa faktor tarif dan pelayanan mempunyai pengaruh yang paling besar dalam memikat pengunjung, kemudian faktor atraksi alam berupa, koleksi bunga, koleksi pepohonan, koleksi anggrek, yang didukung oleh keindahan alam memberikan pengaruh besar. Faktor lain seperti fasilitas, suasana, dan askesibilitas juga menjadi pertimbangan dalam pengembangan taman rekreasi yang berbasiskan budidaya flora.
Page 8 of 10
ACKNOWLEDGEMENTS Perkenankanlah penulis menuliskan ungkapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Nyoman Darma Putra, M.Litt sebagai pembimbing utama, telah dengan penuh perhatian dan kesabarannya membagikan ilmu serta pengetahuannya untuk membimbing, dan menasehati dalam menyelesaikan artikel ini. Terimakasih yang sebesarbesarnya juga penulis berikan kepada Dr. I Made Suradnya, M.Sc selaku pembimbing kedua yang dengan kefakarannya, telah membimbing, serta mengarahkan artikel ini menjadi lebih baik. Secara khusus, penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Dhyana Pura dan Ketua Yayasan Dhyana Pura yang berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini. Putu Chris Susanto sebagai Editor Internal yang telah menterjemahkan laporan ini menjadi lebih komunikatif, begitu juga para mahasiswa Universitas Dhyana Pura yang telah berpartisipasi sebagai tim relawan pencari data penelitian ini. Semoga Tuhan membalas budi baik anda semua. REFERENCES 1. Brahmantyo (2001) “Potensi dan Peluang Usaha dalam Pengembangan Pariwisata Gunung Salak Endah”. LP3M STP Tri Sakti, Jurnal Ilmiah, Vol 5. No. 3 Maret 2001, Jakarta 2. Dajan, Anton (2000) Pengantar Metode Statistik, Jilid I. Pustaka LP3S, Cetakan ke20, Jakarta 3. Darsoprajitno, H, Soewarno (2001) Ekologi Pariwisata,Tata Laksana Pengelolaan Objek dan Daya Tarik Wisata. Angkasa. Bandung 4. Deptan (2005) Strategi Pengembangan Wisata Agro Di Indonesia. Retrive from http://database.deptan.go.id/agrowisata/viewfitur.asp?id=1 5. Disparda (2003a) Data Objek dan Daya Tarik Wisata tahun 2003. Disparda Provinsi Bali. Denpasar 6. Disparda (2003b) BALI, Objek dan Daya Tarik Wisata tahun 2003. (Buku panduan pramuwisata). Disparda Provinsi Bali. Denpasar 7. Fandeli, Chafid (2001) Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. (Editorial) Liberty. Yogyakarta 8. Ghozali, Imam dan Castellan, Jhon (2002) Statistik Nonparametrik, Teori dan Aplikasi dengan program SPSS. Universitas Diponegoro. Semarang 9. Gregorius (2005) “Perkaya Khazanah Wisata” Retrive from http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/5/19/pa2.htm 10. Hair, Joseph, Raolph Anderson, Ronald Tatham, and William Black (1998) Multivariate Data Analysis. Fifth Edition. Prentice – Hall. New Jersey 11. Lindberg, Kreg dan Hawkins, Donald (1993) Ekoturisme, Petunjuk untuk perencana dan Pengelola. The Ecotourism Society. Jakarta 12. LIPI (2005) “Kebun Raya Bogor : Cikal Bakal Perpustakaan Indonesia” Retrive from http://www.lipi.go.id/www/www.cgi?cetak&1111211845 13. Nuryanti, W (2001) “Perencanaan dan Pembangunan Pariwisata di Indonesia”. Unpublished article. 14. Pendit, I Nyoman, S (1999) Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana. PT Pradnya Paramita, cetakan ke-enam (edisi revisi). Jakarta
Page 9 of 10
15. Pitana, I Gde (2002) “Pengembangan Ekowisata di Bali”. Makalah Disampaikan pada Seminar Ekowisata di Auditorium Universitas Udayana pada tanggal 29 Juni 2002. Denpasar. 16. Pitana, I Gde., Gayatri (2005) Sosiologi Pariwisata, Kajian sosiologis terhadap struktur, sistem, dan dampak-dampak pariwisata. Andi Offset. Yogyakarta. 17. Rangkuti, Freddy (2001) Riset Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama, Bekerjasama dengan STIE IBII. Jakarta 18. Rusmini, Made (2001). Manajemen Pemasaran. Andi Offset. Yogyakarta 19. Santoso, Singgih, dan Tjiptono, Fandy. (2002) Riset Pemasaran ,Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. PT. Alex Media Komputindo. Jakarta 20. Simamora, Hendry (2000) Manajemen Pemasaran International. Salemba Empat, cetakan pertama. Jakarta 21. Soekadijo, RG (1997) Anatomi Pariwisata,Memahami pariwisata sebagai system lingkage. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 22. Spillane, James (1993) Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan prospeknya. Kanisius. Yogyakarta 23. Subiyanto, Ibnu (2000) Metodologi Penelitian Manajemen dan Akuntansi. UPP. Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Yogyakarta. 24. Sudibya, Bagus (2002) “Pengembangan Ecotourism di Bali: Kasus Bagus Discovery Group”. Makalah disampaikan pada Ceramah Ecotourism di Kampus STIM-PPLP Dhyana Pura, Dalung, Kuta pada tanggal 14 Agustus 2002. Denpasar. 25. Sugiyono (2001) Statistik Nonparametrik untuk penelitian. CV Alfabeta, cetakan ke2. Bandung. 26. Sujana, I Wayan (2002) “Perumusan Strategi Pengelolaan Objek Wisata Kebun Raya Eka Karya Bali di Candikuning Baturiti Tabanan” (Tesis) Universitas Udayana. Denpasar 27. Suwantoro, Gamal (1997) Dasar-dasar Pariwisata. ANDI. Yogyakarta 28. Swarbrooke, J. (1998) Sustainable Tourism Management. CABI Publishing is division of CAB International. New York 29. Syamsu dkk. (2001) “Penerapan Etika Perencanaan pada kawasan wisata, studi kasus di kawasan Agrowisata Salak Pondoh, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta”. LP3M STP Tri Sakti, Jurnal Ilmiah, Vol 5. No. 3 Maret 2001. Jakarta 30. Wibisono, Dermawan. (2003) Riset Bisnis, Panduan bagi Praktisi dan Akademisi. PT SUN. Jakarta 31. Yoeti, Oka (1997) Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. PT Pradnya Paramita. Jakarta
Page 10 of 10