PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR
Oleh
SEPTA ARI MAMIRI A34203047
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN SEPTA ARI MAMIRI. A34203047. Persepsi dan Preferensi Pengunjung terhadap Fungsi dan Lokasi Obyek-obyek Rekreasi di Kebun Raya Bogor. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN. Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan taman yang terletak di jantung kota Bogor yang di dalamnya terdiri dari lokasi-lokasi yang memiliki keunikan satu sama lain. Keunikan-keunikan tersebut menimbulkan berbagai persepsi pengunjung berkaitan dengan obyek-obyek yang unik dan daya tarik obyek yang unik dan disukai tersebut mendorong pengunjung untuk dapat mempersepsikan kedekatannya melalui persepsi jarak. Selain persepsi keunikan, kesukaan dan jarak, pengunjung juga dapat merasakan fungsi KRB secara umum. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mempelajari persepsi dan preferensi pengunjung terhadap fungsi KRB, baik sebagai tempat konservasi tumbuhan, sebagai sarana pendidikan, maupun sebagai tempat rekreasi, (2) mempelajari persepsi dan preferensi pengunjung terhadap lokasi-lokasi yang disukai serta yang tidak disukai, dan (3) mempelajari persepsi pengunjung terhadap jarak dari Pintu I ke lokasi yang disukai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survei dan wawancara kepada 100 pengunjung KRB untuk mengisi kuesioner. Survei lapang dilakukan untuk mengamati kondisi umum, pengukuran jarak yang sebenarnya tehadap obyek-obyek rekreasi dan pengambilan foto kondisi lokasi-lokasi di KRB. Pada penelitian ini dianalisis pula persepsi jarak pengunjung dari Pintu I ke lokasi yang disukai. Pengolahan datanya dilakukan dengan dua cara, yaitu: data yang ada dianalisis untuk dibuat boxplot sehingga sebaran data dapat diketahui. Cara kedua adalah dengan mencari nilai mean data pada masing-masing kelompok usia dan pendidikan terakhir responden. Hasil nilai mean itu kemudian dibuat grafik. Dari grafik tersebut dapat terlihat kelompok usia dan pendidikan mana yang paling mendekati kebenaran dalam memperkirakan jarak. Interval jarak yang tepat dari Pintu I ke danau gunting adalah 148 m sampai 364 m. Interval jarak yang tepat dari Pintu I ke taman astrid adalah 613 m sampai 852 m. Kebun Raya Bogor berpotensi sebagai tempat rekreasi karena dapat memberikan manfaat baik secara fisik dan psikis bagi pengunjungnya terutama dalam menghilangkan kepenatan/stress (75%). Daya tarik yang dimiliki KRB terutama udaranya yang sejuk (64%) dapat memberi nilai lebih sebagai tempat rekreasi. Persepsi pengunjung terhadap tumbuhan yang dikoleksi KRB terutama adalah tumbuhan langka (76%). Sebagai tempat rekreasi yang berfungsi sebagai daerah konservasi tumbuhan, keberadaan KRB dapat membuat sebagian besar pengunjung menyadari tentang pentingnya upaya pemeliharaan tumbuhan (92%). Fungsi KRB sebagai sarana pendidikan mampu memberikan kontribusi besar bagi pengunjung dalam menambah ilmu pengetahuan terutama mengenai jenis-jenis/spesies tanaman (82%). Papan informasi merupakan fasilitas yang paling banyak membantu dalam menambah pengetahuan bagi pengunjung (87%). Lokasi-lokasi yang ada di KRB memiliki potensi dalam menambah pengetahuan pengunjung mengenai tumbuh-tumbuhan terutama rumah anggrek (59%). Sebagai
3
tempat edukasi, keberadaan jasa pemandu merupakan hal yang penting bagi mayoritas pengunjung dalam menyampaikan informasi yang jelas dan terperinci mengenai tumbuhan (86%). Lokasi yang paling disukai serta elemen lankap yang ada di dalamnya bervariasi. Sebagian besar pengunjung memilih taman astrid (37%), danau gunting (27%), dan rumah anggrek (15%) sebagai lokasi favorit dengan alasan lokasinya yang luas dan terbuka, pemandangannya yang indah, serta dapat melihat berbagai jenis bunga. Hasil analisis menunjukkan bahwa elemen air merupakan elemen lanskap yang paling disukai (62%). Selain lokasi yang disukai, pengunjung juga memberikan persepsi mengenai lokasi yang tidak disukai, terutama jembatan gantung (9%), danau gunting (6%), serta makam Belanda (5%) karena lokasinya yang kotor, tidak cocok untuk anak-anak, serta suasananya yang sepi dan menyeramkan. Persepsi pengunjung terhadap jarak memiliki kecenderungan yang berbeda-beda. Dari hasil analisis secara keseluruhan, ternyata mayoritas pengunjung menjawab di luar interval jarak yang sebenarnya. Usia dan pendidikan terakhir tidak mempengaruhi persepsi orang terhadap jarak. Jika dilihat secara keseluruhan, meskipun orang menyukai suatu lokasi tidak berarti mereka dapat mempersepsikan jaraknya dengan benar. Persepsi jarak dapat diaplikasikan dalam lanskap terutama dalam hal desain. Persepsi jarak pengunjung yang umumnya memperkirakan melebihi jarak sesungguhnya dapat mengindikasikan bahwa jarak lokasi KRB yang terasa jauh. Perjalanan pegunjung akan terasa lebih dekat apabila dibuat suatu stopping point yang menarik serta jalan lintas berupa jalan setapak.
PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh
SEPTA ARI MAMIRI A34203047
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
5
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: Persepsi dan Preferensi Pengunjung terhadap Fungsi dan Lokasi Obyek-obyek Rekreasi di Kebun Raya Bogor
Nama Mahasiswa : Septa Ari Mamiri NRP
: A34203047
Departemen
: Arsitektur Lanskap
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Andi Gunawan, MSc. NIP. 131 681 404
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian,
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.AGR NIP. 131 124 019
Tanggal pengesahan:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 10 September 1985, dari pasangan Bapak Priyono dan Ibu Wiwik Aris Dwi Gunawati dan merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Pada tahun 1991 penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Akbar Bogor kemudian melanjutkan pendidikan ke SDN Gunung Gede dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun 1997-2000 penulis menempuh pendidikan di SLTP Negeri 1 Bogor. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB. Penulis diterima pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Pada tahun 2005, sejalan dengan penataan jurusan/departemen di IPB, Program Studi Arsitektur Laskap berada di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis panjatkan rasa syukur kepada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan ridho-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi dan Preferensi Pengunjung terhadap Fungsi dan Lokasi Obyek-obyek Rekreasi di Kebun Raya Bogor’. Skripsi ini sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah mendukung sejak awal penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih banyak penulis ucapkan terutama kepada: 1.
Dr. Ir. Andi Gunawan MSc. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2.
Orang tua tercinta, Papa dan Mama, atas doa, cinta kasih dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan sripsi ini.
3.
Uki, Rian, Een yang memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4.
Semua pihak dan teman-teman yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini mendapat tanggapan yang
positif serta bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR....................................................................................... i DAFTAR TABEL ............................................................................................. v DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Tujuan ................................................................................................. 2 1.3 Manfaat ............................................................................................... 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Elemen Lanskap .................................................................................. 3 2.1.1 Elemen Landform........................................................................ 3 2.1.2 Elemen Vegetasi.......................................................................... 4 2.1.3 Elemen Bangunan ....................................................................... 4 2.1.4 Elemen Perkerasan ...................................................................... 5 2.1.5 Elemen Site Structure.................................................................. 5 2.1.6 Elemen Air .................................................................................. 5 2.2 Kebun Raya (Botanical Garden) ........................................................ 6 2.2.1 Kebun Raya sebagai Tempat Konservasi Tumbuhan ................. 7 2.2.2 Kebun Raya sebagai Tempat Penelitian...................................... 8 2.2.3 Kebun Raya sebagai Sarana Pendidikan ..................................... 8 2.2.4 Kebun Raya sebagai Tempat Rekreasi........................................ 9 2.3 Persepsi dan Preferensi ....................................................................... 9 2.4 Kognisi Lingkungan............................................................................ 10 BAB III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................. 12 3.2 Metode Penelitian .............................................................................. 13 3.3 Tahapan Penelitian ............................................................................ 13 3.4 Analisis dan Pengolahan Data Persepsi Jarak................................... 14 3.5 Jenis Data yang Dikumpulkan ........................................................... 15
9
3.6 Kuesioner........................................................................................... 16 3.7 Wawancara dengan Responden untuk Mengisi Kuesioner ............... 17 3.8 Cara Memilih Responden .................................................................. 17 3.9 Alat dan Bahan yang Diperlukan....................................................... 18 3.10 Batasan Penelitian ............................................................................. 18 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Lokasi 4.1.1
Sejarah Kebun Raya Bogor...................................................... 19
4.1.2
Letak dan Luas ......................................................................... 21
4.1.3
Flora dan Fauna........................................................................ 21
4.1.4 Kedudukan dan Struktur Organisasi ........................................ 22 4.1.5 Fungsi dan Tugas Pokok KRB................................................. 23 4.1.6
Sumber Dana............................................................................ 24
4.1.7
Jumlah dan Ragam Pengunjung KRB...................................... 24
4.1.8
Lokasi-lokasi dalam KRB ........................................................ 25
4.1.9
Koleksi Tanaman yang Menarik di KRB................................. 27
4.1.10 Peran Kebun Raya Bogor dalam Pembangunan ...................... 29 4.2 Persepsi dan Preferensi Pengunjung terhadap Fungsi KRB............. 30 4.3 Persepsi Pengunjung terhadap Fungsi Rekreasi ............................... 31 4.4 Persepsi Pengunjung terhadap Fungsi Konservasi ........................... 34 4.5 Persepsi Pengunjung terhadap Fungsi Pendidikan ........................... 37 4.6 Preferensi dan Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi yang Disukai .............................................................................................. 41 4.7 Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi yang Tidak Disukai.............. 44 4.8 Persepsi Jarak ................................................................................... 45 4.8.1 Persepsi Jarak Dari Pintu I ke Taman Astrid ............................. 46 4.8.2 Persepsi Jarak Dari Pintu I ke Danau Gunting........................... 50 4.8.3 Evaluasi Persepsi Jarak Menurut Usia dan Pendidikan Terakhir ..................................................................................... 53 4.8.4 Aplikasi Persepsi Jarak dalam Lanskap ..................................... 54
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 56 5.2 Saran.................................................................................................... 57 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 58 LAMPIRAN....................................................................................................... 61
11
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Jenis dan Cara Memperoleh Data .................................................................. 15 2. Struktur Kuesioner ......................................................................................... 16 3. Ragam Keperluan Pengunjung KRB Tahun 2005 dan 2006 ......................... 25 4. Saran Pengunjung terhadap Fungsi Rekreasi................................................. 34 5. Saran Pengunjung terhadap Fungsi Konservasi............................................. 37
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Peta Lokasi Penelitian .................................................................................. 12
2.
Bagan Alur Penelitian .................................................................................. 14
3. Struktur Organisasi Pusat Konservasi Tumbuhan KRB, LIPI ..................... 22 4.
Persepsi Fungsi KRB ................................................................................... 31
5.
Preferensi Fungsi KRB ................................................................................ 31
6.
Persepsi Pengunjung terhadap Manfaat KRB .............................................. 32
7.
Persepsi Pengunjung terhadap Daya Tarik KRB ......................................... 33
8.
Persepsi Pengunjung terhadap Koleksi Tumbuhan KRB............................. 35
9.
Persepsi Pengunjung terhadap Pengetahuan yang Diperoleh ...................... 38
10. Persepsi Pengunjung terhadap Fasilitas yang Dapat Menambah Pengetahuan................................................................................................. 39 11. Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi yang Dapat Menambah Pengetahuan................................................................................................. 41 12. Preferensi Lokasi yang Disukai Pengunjung............................................... 42 13. Lokasi-lokasi yang Disukai Pengunjung ..................................................... 43 14. Preferensi Pengunjung terhadap Lokasi yang Tidak Disukai...................... 44 15. Lokasi-lokasi yang Tidak Disukai Pengunjung........................................... 45 16. Persepsi Jarak dari Pintu I ke Taman Astrid Berdasarkan Usia.................. 47 17. Persepsi Jarak Menurut Mean Dari Pintu I ke Taman Astrid Berdasarkan Usia Pengunjung .................................................................... 48 18. Persepsi Jarak Dari Pintu I ke Taman Astrid Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengunjung................................................................ 49 19. Persepsi Jarak Menurut Mean Dari Pintu I ke Taman Astrid Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengunjung ........................................... 49 20. Persepsi Jarak Dari Pintu I ke Danau Gunting Berdasarkan Usia Pengunjung.................................................................................................. 51 21. Persepsi Jarak Menurut Mean Dari Pintu I ke Danau Gunting Berdasarkan Usia Pengunjung .................................................................... 52 22. Persepsi Jarak Dari Pintu I ke Danau Gunting Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengunjung................................................................ 52 23. Persepsi Jarak Menurut Mean Dari Pintu I ke Danau Gunting Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengunjung........................................... 53
13
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Format Kuesioner.......................................................................................... 62 2. Citra Ikonos yang Digunakan dalam Wawancara dengan Responden.......... 66 3. Tabel Latar Belakang Responden ................................................................. 67 4. Fasilitas yang Ada di Kebun Raya Bogor ..................................................... 68
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kebun Raya Bogor (KRB) yang terletak di jantung kota Bogor merupakan museum tanaman hidup dengan koleksi tanaman tropis terlengkap di dunia yang dibangun dengan konsep pertamanan yang indah (Subarna, 2006). KRB merupakan tempat yang sangat penting sebagai media untuk pelestarian tumbuhan, penelitian botani, sarana pendidikan serta sebagai tempat rekreasi yang bermanfaat bagi lingkungan serta masyarakat. Menurut Effendy (1984) persepsi adalah penginderaan terhadap kesan yang timbul dari lingkungannya. Di KRB terdiri dari lokasi-lokasi yang memiliki keunikan tersendiri satu sama lain. Kondisi yang tercipta di KRB menimbulkan persepsi bagi pengunjung dalam menilai aspek-aspek tertentu sehingga memberikan suatu pendapat mengenai lokasi yang dianggap disukai dan tidak disukai. Persepsi jarak merupakan bagian dari kognisi atau persepsi spasial. Keunikan dan daya tarik obyek-obyek rekreasi yang disukai oleh pengunjung mendorong mereka untuk dapat mempersepsikan kedekatannya melalui persepsi jarak. Dengan melihat persepsi jarak maka dapat diketahui persepsi pengunjung terhadap lokasi obyek-obyek rekreasi yang disukai (terasa jauh atau dekat). Dilihat dari fungsinya, saat ini sekilas KRB terlihat hanya sebagai tempat rekreasi yang banyak dikunjungi oleh masyarakat. Padahal fungsi KRB yang lebih penting adalah sebagai tempat konservasi tumbuhan, tempat penelitian, dan sarana pendidikan mengenai tumbuhan yang sangat bermanfaat apabila digunakan secara optimal. Tanpa adanya pelestarian serta penjelasan mengenai fungsi-fungsi kepada masyarakat, maka KRB akan kehilangan jati dirinya sebagai tempat konservasi tumbuhan maupun sarana pendidikan. Persepsi dan preferensi pengunjung terhadap fungsi-fungsi KRB merupakan hal yang penting karena dapat mengetahui seberapa besar apresiasi pengunjung terhadap fungsi utama KRB.
15
1.2. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mempelajari persepsi dan preferensi pengunjung terhadap fungsi KRB, baik sebagai tempat konservasi tumbuhan, sebagai sarana pendidikan maupun sebagai tempat rekreasi. 2. Mempelajari persepsi pengunjung terhadap lokasi yang disukai dan yang tidak disukai. 3. Mempelajari persepsi pengunjung terhadap jarak ke lokasi yang disukai dilihat dari latar belakang usia dan pendidikan.
1.3. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai: 1. Bahan masukan bagi pihak KRB dalam mendesain suatu ruang sehingga menimbulkan efek bagi pengunjung agar tidak merasa terlalu jauh menuju suatu lokasi. 2. Bahan masukan bagi pihak pengelola KRB dalam meningkatkan fungsinya tidak hanya sebagai tempat rekreasi, tetapi juga sebagai tempat konservasi tumbuhan dan sarana pendidikan yang dapat bermanfaat bagi pengunjung.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Elemen Lanskap Elemen lanskap meliputi tanaman atau vegetasi, segala sesuatu di atas permukaan tanah maupun air, serta konstruksi baik bangunan maupun elemen taman (Eckbo, 1964). Elemen lanskap menurut Booth (1983) adalah landform, vegetasi, bangunan, perkerasan, site structure, dan air. Elemen tersebut adalah komponen fisik dasar pembentuk lanskap dan merupakan media yang digunakan oleh para arsitek lanskap dalam membentuk suatu ruang. Setiap elemen memiliki karakter yang berbeda-beda namun dengan keunikan yang dimilikinya, saling mengisi dan mempengaruhi satu sama lain membentuk suatu lanskap yang estetis.
2.1.1. Elemen Landform Landform bersinonim dengan kata bentuk lahan dan menunjuk pada relief tiga dimensi dari permukaan bumi. Dalam pengertian yang sederhana, landform berarti bentukan lahan. Dalam skala regional, landform meliputi perbedaaan tipe lembah, gunung, daerah berbukit-bukit, padang rumput, dan dataran. Landform tersebut disebut sebagai landform makro (macrolandform). Sedangkan dalam skala tapak, landform meliputi gundukan tanah, lereng, tingkat area atau perubahan elevasi melalui steps dan ramps. Semua landform tersebut disebut sebagai landform mikro (microlandform). Pada skala terkecil (minilandform) meliputi gelombang bukit pasir atau variasi tekstur pada batu. Dalam semua situasi, landform merupakan elemen tanah pada lingkungan eksterior. Landform mampu memfasilitasi seluruh kegiatan outdoor dan dapat berperan baik sebagai elemen estetik maupun elemen yang bermanfaat dalam aplikasi desain. Elemen landform memiliki peranan yang penting dalam lanskap sebab secara langsung berhubungan dengan banyak elemen dan aspek lainnya pada lingkungan outdoor. Efek topografi adalah karakter keindahan suatu area, definisi dan persepsi suatu ruang, pandangan, drainase, iklim mikro, penggunaan lahan, dan mengatur fungsi tapak khusus. Landform juga berperan penting dalam elemen-elemen lanskap lainnya meliputi material tanaman, perkerasan, air dan
17
bangunan. Elemen-elemen lanskap ini dan komponen tambahan lainnya dalam lanskap harus bersandar dan berhubungan pada permukaan tanah. Bentuk, kemiringan, dan orientasi permukaan tanah berpengaruh pada segala sesuatu pada dan di atas permukaan tanah tersebut (Booth, 1983).
2.1.2. Elemen Vegetasi Vegetasi merupakan salah satu elemen fisik tapak yang penting dalam disain, dan pengelolaan lingkungan. Menurut Booth (1983), vegetasi memiliki tiga fungsi utama yaitu struktural, fungsi lingkungan, dan fungsi visual. Vegetasi sebagai elemen struktural dapat berperan sebagai pembentuk dan pengatur ruang, mempengaruhi pemandangan, dan mempengaruhi arah pergerakan. Vegetasi sebagai fungsi lingkungan dapat berperan sebagai pembersih, penjaga kelembaban tanah, pencegah erosi, pengatur suhu, dan sebagai habitat satwa. Vegetasi sebagai elemen visual dapat berperan sebagai focal point dan penghubung visual terhadap karakter vegetasi berupa ukuran, bentuk, warna, dan tekstur.
2.1.3. Elemen Bangunan Pada lanskap perkotaan elemen bangunan seringkali lebih dominan dibandingkan dengan elemen tanaman. Elemen bangunan memiliki peranan penting dalam membentuk karakter suatu ruang. Kehadiran bangunan dalam suatu lanskap baik secara individu maupun berkelompok (cluster) dapat mempengaruhi pemandangan, membentuk ruang terbuka, memodifikasi iklim mikro, dan menambah nilai fungsional tapak. Bangunan berbeda dengan elemen-elemen lanskap lainnya karena seluruh bangunan memiliki fungsi interior yang terbentuk karena dindingnya dan atau berbatasan dengan tapak. Bangunan dan daerah di sekitarnya merupakan lokasi primer bagi aktivitas manusia termasuk makan, tidur, mengurus anak, bekerja, belajar, dan bersosialisasi (Booth, 1983). Bangunan yang berdiri secara individual dipandang sebagai objek solid dalam lanskap yang dikelilingi oleh ruang terbuka. Bangunan tunggal tidak menciptakan ruang tetapi lebih kepada objek di dalam ruang. Jika bangunan disusun secara berkelompok, maka akan tercipta suatu ruang terbuka yang terbentuk di antara massa bangunan (Booth, 1983).
2.1.4. Elemen Perkerasan Perkerasan merupakan salah satu elemen keras. Perkerasan adalah segala sesuatu yang bersifat natural dan keras atau material permukaan buatan yang ditempatkan pada tanah di ruang terbuka untuk membentuk permukaan yang tahan lama dan juga bertujuan menciptakan desain yang memuaskan. Contoh perkerasan meliputi batu kerikil, batu bata, keramik, batu, beton, aspal, dan wood decking. Perkerasan memiliki beberapa karakteristik yang merupakan bagian dari kumpulan material permukaan tanah lainnya. Pertama, perkerasan bersifat keras, termasuk material permukaan tidak lunak sehingga memiliki sifat yang tetap dan tidak berubah. Karena perkerasan memiliki kualitas yang lebih permanen, maka baik digunakan untuk mendukung penggunaan yang kuat pada tanah
dan
membentuk area tanah yang tetap sama sepanjang waktu (Booth, 1983).
2.1.5. Site Structure Site structure dapat didefinisikan sebagai elemen konstruksi tiga dimensi dalam lanskap yang memiliki fungsi spesifik mengisi pada spasial yang lebih luas. Site structure merupakan elemen keras, tetap, dan relatif permanen pada lingkungan outdoor. Contoh site structure meliputi tangga, dinding, pagar, tempat duduk, gazebo, shelter, deck, dan bangunan kecil. Site structure merupakan elemen arsitektural skala kecil dengan karakteristik dan penggunaan yang bervariasi (Booth, 1983).
2.1.6. Air Menurut Booth (1983) air merupakan elemen yang digunakan oleh para arsitek lanskap dalam desain dan manajemen lingkungan eksterior. Air dapat digunakan dalam lanskap sebagai elemen estetik atau dapat berfungsi sebagai pendingin udara, penahan suara, atau menyediakan sarana rekreasi. Air merupakan salah satu elemen yang paling menarik perhatian dan diperlukan dari seluruh elemen lanskap lainnya. Air tidak hanya penting sebagai komoditas untuk bertahan hidup, tetapi juga dapat menyediakan sebagai sumber makanan, transportasi, dan rekreasi. Selain kebutuhan air untuk mendukung kehidupan, secara emosional orang tertarik dengan air karena pemandangannya, suaranya dan
19
penggunaan untuk rekreasi. Air memiliki visual spesial yang dapat menarik perhatian manusia untuk melihatnya. Manusia memiliki keinginan yang kuat untuk berinteraksi dengan air. Manusia memiliki hasrat untuk menyentuh dan merasakan air atau membenamkan diri mereka ke dalam air untuk kesenangan dan rekreasi. Air juga memiliki efek terapi. Air dapat menimbulkan efek hipnotis melalui penampilan air serta suaranya. Melihat dan mendengarkan air sepanjang danau maupun sungai dapat memberikan perasaan yang lebih tenang dan damai dalam pikiran.
2.2. Kebun Raya (Botanical Garden) Kebun raya (botanical garden) merupakan tempat dimana terdapat berbagai macam varietas tumbuhan yang ditanami dengan tujuan untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan untuk tujuan ornamental (hiasan), termasuk di dalamnya meliputi perpustakaan, herbarium, greenhouse dan arboretrum. Botanical garden meliputi arboretrum (untuk koleksi tanaman), harus mampu menyediakan
tujuan
sebagai
tempat
penelitian,
pendidikan,
konservasi,
pengembangan tanaman, dan hiburan. Botanical garden menampilkan tanaman lokal atau tanaman dari seluruh dunia dengan melihat keterbatasan kondisi tanah dan iklim setempat kecuali jika ditempatkan dalam greenhouse1. Kriteria-kriteria yang perlu diperhatikan sebagai lembaga botanical garden adalah : 1. Memiliki alasan yang tinggi untuk bersifat permanen. 2. Merupakan basis ilmiah untuk koleksi tumbuhan. 3. Melakukan dokumentasi koleksi tumbuhan secara tepat, termasuk jenis wild origin. 4. Memonitor koleksi tumbuhan yang dimiliki. 5. Melakukan penamaan (labelling) tanaman yang memadai. 6. Terbuka untuk umum. 7. Melakukan komunikasi mengenai informasi kepada taman-taman lainnya, institusi dan kepada publik.
1
http://www.bgci.orgbotanic_gardens1528
8. Melakukan pertukaran biji atau material lain dengan botanical garden lainnya, arboreta atau institusi-institusi penelitian. 9. Melakukan penelitian secara teknik ilmiah pada koleksi tanaman yang ada. 10. Melakukan pemeliharaan program penelitian dalam taksonomi tumbuhan2.
2.2.1. Kebun Raya sebagai Tempat Konservasi Tumbuhan Menurut Pushpangadan (1994) dalam Suhirman, et.al (1994) botanic garden memegang peranan dalam upaya konservasi spesies tumbuhan yang langka dan terancam punah. Peranan botanic garden dalam upaya konservasi, meliputi: 1. Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai flora lokal. 2. Untuk mengusahakan
sedapat mungkin upaya pelestarian spesies yang
terancam punah dan tumbuhan endemik dalam mengembangkan sebagai Wilayah Konservasi Keragaman Hayati (Biodiversity Conservation Region). 3. Untuk menyediakan area konservasi yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat penelitian, biologi reproduktif, dan sebagai tempat bagi pembentukan spesies tumbuhan endemik lokal maupun spesies yang terancam punah. 4. Memegang peranan penting dalam upaya konservasi dan pendidikan tentang lingkungan untuk semua tingkatan. 5. Menyediakan informasi teknik dimana dapat menjadi bahan pertimbangan bagi polititikus dalam mengambil keputusan. 6. Memegang peranan secara internasional. Menurut Chambers (1994) dalam Suhirman et.al (1994) konservasi tumbuhan sangat penting untuk perkembangan keberlanjutan dan botanical garden berperan sebagai pusat kegiatan konservasi. Terdapat lebih dari 80,000 spesies di botanical garden dari 270,000 spesies tanaman yang diketahui di dunia. Botanical garden memegang peranan penting dalam hal konservasi biodiversitas dan keberlanjutan kehidupan. Botanical garden memiliki koleksi tanaman yang penting untuk kegiatan konservasi terutama tanaman yang langka dan terancam punah. Berdasarkan IUCN Red List terdapat 34,000 taxa tumbuhan yang terancam 2
http://www.bgci.orgbotanic_gardens1528
21
punah. Saat ini, lebih dari 10,000 spesies tanaman yang terancam terdapat di botanical garden. Tanaman ini ditujukan untuk program pemulihan spesies dan menyediakan koleksi tanaman sebagai cadangan dalam jangka waktu yang lama.
2.2.2. Kebun Raya sebagai Tempat Penelitian Menurut Chambers (1994) dalam Suhirman et.al (1994) botanical garden melakukan penelitian taksonomi tumbuhan, ekologi untuk perkembangbiakan. Dengan
keahliannya
dalam
bidang
hortikultura,
botanical
garden
mengembangkan metode perkembangbiakkan dan pengolahan tanaman yang belum pernah dilakukan. Semua area yang ada di botanical garden sangat diperlukan untuk program pemulihan spesies dan penanaman kembali tanaman ke alam liar, seperti pengembangan teknik untuk penanaman ’Dragon Trees’ ke alam liar. Botanic garden juga melakukan perlindungan area baik di dalam maupun di luarnya untuk mengembangkan keanekaragaman (biodiversitas). Iwatsuki (1994) dalam Suhirman, et.al (1994) menyatakan bahwa botanical garden berkaitan dengan urusan penelitian botani mengenai keanekaragaman. Di Asia, terdapat beberapa botanical garden seperti di Bogor, Singapura, Kalkuta, dan lain sebagainya. Setengah abad belakangan ini, penelitian molekuler genetik merupakan salah satu bidang yang aktif dalam biologi, tetapi studi tentang biodiversitas atau sejarah alam telah dikesampingkan dan dianggap sebagai hal yang klasik (tidak relevan untuk saat ini).
2.2.3. Kebun Raya sebagai Sarana Pendidikan Richardson (1994) dalam Suhirman et.al (1994) menyatakan bahwa fungsi lain botanical garden adalah sebagai sarana pendidikan. Dalam hal tujuannya untuk mengembangkan program pendidikan lingkungan, botanical garden harus memutuskan tipe program apa saja yang akan dijalankan, mencakup siapa yang menjadi target program serta aspek konservasi dan pendidikan mana yang akan menjadi konsentrasi program. Setiap botanical garden perlu menyiapkan perencanaan dan prioritas mengenai program pendidikan, meliputi: 1.
Pesan mengenai konservasi dan keberlanjutan taman.
2.
Kelompok yang menjadi target program.
3.
Fasilitas yag diperlukan.
4.
Fasilitas yang tersedia dan memadai.
5.
Membutuhkan pengetahuan untuk setiap kelompok pengunjung agar dapat memahami pesan mengenai konservasi.
6.
Kemampuan yang dibutuhkan untuk setiap kelompok pengunjung.
7.
Sikap dan perilaku yang diharapkan.
8.
Berbagai program yang perlu dikembangkan3.
2.2.4. Kebun Raya sebagai Tempat Rekreasi Menurut Brockman and Merriam (1973), rekreasi hanya untuk kesenangan atau aktivitas yang berbeda dari rutinitas kehiduapan sehari-hari. Rekreasi meliputi kegiatan yang dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja hanya untuk kesenangan. Rekreasi tidak hanya secara fisik, tetapi juga intelektual, estetik, emosionalatau meliputi kombinasi seluruhnya. Rekreasi berperan sebagai relaksasi dari aktivitas sehari-hari terutama untuk fisik individu dan kapasitas produktivitas. Dengan rekreasi juga dapat menjadi kreatif (re-creative). Selain itu juga dapat meningkatkan personalitas individu dan hubungan sosial, serta memberikan kehidupan yang seimbang. Clem et.al (2005) menyatakan bahwa bagi sebagian orang, botanical garden merupakan tempat yang tepat untuk berjalan-jalan di hari libur. Subarna (2006) menyatakan bahwa ragam pengunjung yang masuk ke KRB, baik rombongan maupun perorangan mempeunyai keperluan yang berbeda, antara lain rekreasi umum.
2.3. Persepsi dan Preferensi Porteus (1977) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan proses secara sadar dari stimulus. Lebih lanjut diungkapkan bahwa persepsi kita tergantung dari kemampuan psikologis serta kekuatan melihat, merasakan, mencium, mendengar dan meraba. Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. 3
http://www.bgci.orgbotanic_gardens1528
23
Faktor internal adalah nilai-nilai dalam diri yang dipadukan dengan hal-hal yang ditangkap panca indera pada proses melihat, meraba, mencium, mendengar dan merasakan. Faktor tersebut kemudian dikombinasikan dengan faktor eksternal yaitu keadaan lingkungan fisik dan sosial yang kemudian menjadi respon dalam bentuk tindakan. Menurut Effendy (1984) persepsi adalah penginderaan terhadap kesan yang timbul dari lingkungannya. Daya persepsi seseorang dapat diperkuat oleh adanya pengetahuan dan pengalaman. Semakin sering seseorang menempatkan diri dalam komunikasi, akan semakin kuat daya persepsinya. Siagian (1989) menyatakan bahwa secara umum persepsi seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, (1) diri orang yang bersangkutan (sikap, motivasi, kepentingan, pengalaman dan harapan); (2) sasaran persepsi (orang, benda atau peristiwa); (3) situasi (keadaan lingkungan). Preferensi adalah kecenderungan untuk memilih sesuatu yang lebih disukai daripada yang lain. Menurut Porteus (1977) preferensi merupakan bagian dari komponen pembuatan keputusan dari seorang individu. Secara lengkap komponen-komponen tersebut adalah: persepsi, sikap, nilai, kecenderungan. Komponen tersebut saling mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan Lebih jauh Porteus (1977) mengemukakan bahwa studi perilaku individu dapat digunakan oleh ahli lingkungan dan para desainer untuk menilai keinginan pengguna (user) terhadap suatu objek yang akan direncanakan. Dengan melihat preferensi dapat memberikan masukan bagi bentuk partisipasi dalam proses perencanaan.
2.4. Kognisi Lingkungan Gifford (1997) menyatakan bahwa kognisi lingkungan adalah cara kita memperoleh, menyimpan, mengorganisir, dan mengingat informasi mengenai lokasi, jarak, susunan gedung-gedung, jalan, dan pintu. Kognisi lingkungan meliputi kognisi spasial yaitu proses berpikir yang membantu kita menemukan jalan (kesuksesan dalam berkemudi di lingkungan), memperkirakan jarak, mengenal isyarat rute, membuat dan membaca peta, dan secara umum mengerti lokasi di suatu ruang yang berbeda tempat. Kognisi spasial meliputi konsep
penggambaran peta secara tergambar dan terlukiskan di dalam kepala kita mengenai bagaimana suatu tempat disusun. Jika kita melihat ke sekitar, petunjuk mengenai peta terdapat di iklan-iklan, peta kereta api bawah tanah, majalahmajalah, dan pada setiap memori dan pikiran orang. Memori merupakan bagian yang penting dari kognisi lingkungan. Tetapi sejauh ini kebanyakan penelitian lebih terfokus pada kognisi spasial dibanding memori mengenai tempat atau bentuk kognisi lingkungan lainnya (Gifford, 1997). Prinsip kognisi spasial yang penting adalah bahwa orang tidak memproses informasi mengenai lingkungan seperti yang kamera atau komputer lakukan. Orang tidak memperoleh, menyimpan, dan mengingat informasi mengenai lokasi, jarak, dan susunan secara mekanikal. Dipandang secara mekanik, manusia banyak melakukan kesalahan dalam memproses informasi. Kognisi atau pengamatan kita berbeda setiap orang. Deviasi/penyimpangan yang terjadi (dari tujuan sesungguhnya dan dari satu orang ke orang lainnya) bersama-sama dengan keberhasilan kita sebagai spesies memberi kesan bahwa kita harus mempunyai dua pemikiran: pertama, gambaran kita yang tidak sempurna harus benar-benar berguna untuk kita, dan kedua, kognisi spasial harus ditentukan menurut perbedaan latar belakang individu. Pemikiran/pengamatan kita terhadap peta membantu menyelesaikan masalah spasial, seperti bagaimana menduga jalan dari satu tempat ke tempat lain bila kita belum pernah secara langsung melewati rute tersebut. Orang tidak memperoleh, menyimpan, dan mengingat informasi mengenai lokasi, jarak, dan susunan secara mekanikal (Gifford, 1997). Spesifikasi jarak merupakan fungsi gabungan dari kecepatan susunan dan pergerakan pengamat. Keakuratan pendapat mengenai jarak tidak disebabkan oleh level usia dari subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak mampu menunjukkan kecepatan informasi mengenai jarak (Degelman dan Rosinki, 1979). Murata (1999) menyatakan bahwa terdapat perbedaan dalam memperkirakan jarak antara subjek yang benar-benar berkeliling pada jalan dengan subjek yang hanya melihat kedua lokasi dari lokasi pengamatan. Faktor nonvisual, seperti tujuan orang dan keadaan secara psikologi juga mempengaruhi persepsi mereka terhadap jarak (Proffit, 2006).
25
BAB III METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan Kebun Raya Bogor (KRB) yang berlokasi di Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan, yaitu dimulai dari bulan Februari sampai Oktober 2007.
Kota Bogor
Kec. Bogor Tengah
Pintu I
Kebun Raya Bogor
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
3.2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan teknik survei dan wawancara kepada pengunjung KRB. Penelitian ini merupakan tinjauan deskriptif untuk mengetahui persepsi dan preferensi pengunjung tentang lokasi yang disukai (meliputi elemen lanskap yang paling disukai serta persepsi jarak pengunjung dari Pintu I ke lokasi yang disukai), persepsi terhadap lokasi yang tidak disukai, serta persepsi terhadap fungsi KRB sebagai tempat rekreasi, konservasi dan sebagai sarana pendidikan. Survei lapang dilakukan untuk mengamati kondisi umum, pengukuran jarak yang sebenarnya terhadap obyek-obyek rekreasi dan pengambilan foto kondisi lokasi-lokasi di KRB.
3.3. Tahapan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data dan tahap pengolahan/analisis data. Tiga tahapan tersebut yaitu: 1. Tahap Persiapan Tahap ini meliputi: penentuan lokasi penelitian, penetapan tujuan dan pembuatan usulan penelitian, permohonan izin kepada pihak Kebun Raya Bogor, serta persiapan survei yang meliputi pembuatan kuesioner, petunjuk pelaksanaan dan penyusunan jadwal pengambilan data. 2. Tahap Pengumpulan Data. Tahap ini meliputi: survei lapang, pengambilan sampel melalui wawancara dengan responden untuk mengisi kuesioner. 3. Tahap analisis data Metode yang digunakan untuk menganalis hasil kuesioner agar dapat memperoleh hasil yang diinginkan sesuai dengan tujuan penelitian adalah sebagai berikut: a. Analisis persepsi dan preferensi pengunjung terhadap fungsi dan lokasi obyek-obyek rekreasi. Pada analisis ini data dikumpulkan kemudian dicari nilai persentasenya dan dibuat grafik. Dari hasil persentase dapat dilihat lokasi mana yang paling
27
disukai dan tidak disukai pengunjung serta persentase persepsi pengunjung terhadap fungsi KRB. b. Analisis persepsi jarak Analisis ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pengunjung terhadap jarak dari Pintu I KRB menuju lokasi yang disukai.
3.4. Analisis dan Pengolahan Data Persepsi Jarak Pada analisis persepsi jarak, lokasi yang dianalisis adalah danau gunting dan taman astrid karena keduanya dapat mewakili pengunjung dalam aspek usia maupun pendidikan terakhir. Variabel yang dianalisis adalah usia dan pendidikan terakhir responden. Terdapat beberapa analisis untuk menentukan ketepatan dalam perkiraan jarak, yaitu: 1. Interval jarak sebenarnya dari Pintu I ke danau gunting adalah 148 m sampai 364 m sedangkan interval jarak sebenarnya dari Pintu I ke taman astrid adalah 613 m sampai 852 m. 2. Apabila responden memperkirakan jarak di dalam interval jarak sebenarnya, maka persepsi jaraknya sudah tepat. Sebaliknya, apabila responden memperkirakan jarak di luar interval jarak yang sebenarnya maka persepsi jaraknya tidak depat. Pengolahan data persepsi jarak dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu pembuatan boxplot serta mencari nilai mean dari masing-masing kelompok usia dan pendidikan. Pengolahan data secara lebih lengkap yaitu sebagai berikut: 1. Data persepsi jarak yang ada dibuat boxplot sehingga dapat diketahui sebaran datanya. 2. Data persepsi jarak dirata-ratakan (dicari nilai mean data) pada masingmasing kelompok usia dan pendidikan terakhir responden. Hasil nilai ratarata itu kemudian dibuat grafik. Dari grafik tersebut dapat terlihat kelompok usia dan pendidikan mana yang paling mendekati kebenaran dalam memperkirakan jarak.
Persiapan
Survei
Survei lapang
Persepsi dan preferensi pengunjung terhadap fungsi dan lokasi obyek-obyek rekreasi di KRB
Analisis Data
Pengsisian kuesioner melalui wawancara dengan responden
Gambar 2. Bagan Alur Penelitian
3.5. Jenis Data yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh berupa gambaran umum lokasi berupa foto lokasi di KRB dan data yang diperoleh melalui wawancara kepada 100 orang responden untuk mengisi kuesioner. Data sekunder yang diperoleh meliputi sejarah KRB, data fisik KRB (letak dan luas), data fungsi dan struktur organisasi KRB, serta data pengunjung. Jenis dan cara memperoleh data dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis dan Cara Memperoleh Data No 1
Jenis Data Data Primer
Data yang Diperoleh a. Kuesioner
Cara Memperoleh Data a. Wawancara dengan responden
b. Data visual, berupa foto
b. Observasi lapang
lokasi yang ada di KRB 2
Data Sekunder
a. Sejarah KRB
a. Studi Pustaka
b. Data fisik lokasi (letak
b. Studi Pustaka
dan luas KRB) c. Data fungsi dan struktur
c. Studi Pustaka
organisasi KRB d. Data pengunjung
d. Studi Pustaka
29
3.6. Kuesioner Prasetyo dan Lina (2005) menyatakan bahwa kuesioner berisikan daftar pertanyaan yang mengukur variabel-variabel, hubungan diantara variabel yang ada, atau juga pengalaman atau opini dari responden. Kuesioner terdiri dari enam bagian, yaitu: latar belakang responden, preferensi dan persepsi terhadap fungsi KRB, persepsi pengunjung terhadap fungsi rekreasi, persepsi pengunjung terhadap fungsi konservasi, persepsi terhadap fungsi pendidikan, dan persepsi dan preferensi terhadap lokasi di KRB. Format kuesioner secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 2. Struktur Kuesioner No 1
Kelompok Pertanyaan Latar Belakang Responden
Detail Pertanyaan a. Jenis kelamin b. Umur c. Tempat tinggal d. Pendidikan terakhir e. Pekerjaan f. Status perkawinan
2
Persepsi dan Preferensi
a. Fungsi KRB yang diketahui
terhadap
b. Fungsi KRB yang disukai
Fungsi KRB 3
Persepsi Pengunjung
a. Apakah melakukan kegiatan rekreasi
terhadap Fungsi Rekreasi
b. Manfaat berkunjung ke KRB c. Daya tarik berekreasi di KRB d. Saran pengunjung
4
Persepsi Pengunjung
a. Pengetahuan tumbuhan yang dikoleksi
terhadap Fungsi Konservasi
b. Keranekaragaman tanaman di KRB c. Kesadaran pentingnya konservasi d. Penjelasan konservasi tumbuhan e. Labelling tanaman f. Saran pengunjung
Tabel 2. Lanjutan No 5
Kelompok Pertanyaan
Detail Pertanyaan
Persepsi terhadap Fungsi a. Perolehan pengetahuan Pendidikan
b. Jenis pengetahuan yang diperoleh c. Fasilitas yang menunjang perolehan pengetahuan d. Lokasi yang dapat menambah pengetahuan e. Keperluan jasa pemandu
6
Persepsi dan Preferensi
a. Lokasi yang disukai
terhadap Lokasi di KRB
b. Elemen lanskap yang disukai c. Persepsi jarak dari Pintu I ke lokasi yang disukai d. Lokasi yang tidak disukai
3.7. Wawancara dengan Responden untuk Mengisi Kuesioner Dalam penelitian ini sampel yang diambil yaitu pengunjung KRB yang akan meninggalkan (pulang) dari Kebun Raya Bogor. Pengambilan sampel dilakukan di depan Pintu I. Tahap wawancara kepada responden dilakukan selama delapan hari, yaitu hari Senin-Minggu ditambah satu hari libur nasional dimulai dari pukul 9.00 – 16.00 WIB. Hal ini didasarkan agar pengunjung dari masingmasing kelompok tersebut dapat terwakili. Lamanya waktu wawancara adalah + 10 menit.
3.8. Cara Memilih Responden Dalam pengambilan sampel, terdapat cara untuk memilih responden, yaitu: 1. Responden adalah pengunjung KRB yang dapat membaca citra ikonos KRB posisi Pintu I. Jika responden dapat menyebutkan posisi Pintu I KRB maka pertanyaan dilanjutkan ke bagian kuesioner. Tetapi jika responden tidak mengetahui posisi Pintu I maka pertanyaan tidak dilanjutkan ke bagian kuesioner.
31
2. Jika pengunjung menolak untuk dijadikan sebagai responden, maka responden penggantinya adalah pengunjung pertama berikutnya yang bersedia untuk dijadikan sebagai responden.
3.9. Alat dan Bahan yang Diperlukan Dalam pengambilan sampel pengunjung, diperlukan beberapa alat dan bahan, yaitu: 1. Citra Ikonos Kebun Raya Bogor Citra ikonos yang digunakan berukuran A3 yang telah dilaminating dan ditulis keterangan tentang lokasi di sekitar KRB, yaitu Lapangan Sempur, Plaza Pangrango, Tugu Kujang, Plaza Bogor, Bogor Trade Mall (BTM), dan Hotel Salak. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah responden dalam menentukan Pintu I sebagai syarat untuk menjawab pertanyaan selanjutnya. 2. Alat-alat tulis yang digunakan yaitu ballpoint, pensil dan tip ex. 3. Lembaran kuesioner.
3.10. Batasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan penelitian, yaitu: 1. Sampel yang diambil adalah pengunjung yang keluar dari Pintu I, tidak termasuk pada pintu II dan pintu III. 2. Persepsi pengunjung meliputi fungsi KRB sebagai tempat rekreasi, konservasi tumbuhan, dan sarana pendidikan, tidak mencakup fungsinya sebagai tempat penelitian. 3. Pada analisis persepsi jarak, variabel yang diamati adalah usia dan pendidikan terakhir, tidak termasuk jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan dan status perkawinan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Lokasi 4.1.1. Sejarah Kebun Raya Bogor Ide pendirian Kebun Raya Bogor bermula dari seorang ahli biologi asal Jerman bernama Prof. Dr. C.G.C. Reindwart yang berada di Indonesia pada awal abad ke-19. Reindwardt menganggap eksplorasi tumbuhan dan masalah pertanian juga merupakan tugasnya di Hindia Belanda. Kemudian ia menulis surat kepada Komisaris Jenderal G.S.G.P. van der Capellen yang mengemukakan keinginannya untuk meminta sebidang tanah yang akan dijadikan kebun tumbuhan yang berguna, sebagai tempat pendidikan guru, koleksi tumbuhan dan juga dikembangkan menjadi kebun yang lain. Kebun botani yang didirikan pada tanggal 18 Mei 1817 oleh Prof. Dr. C.G.C. Reindwardt yang kemudian dinamakan ’s Lands Plantetiunte Buitenzorg tersebut lebih dikenal dengan nama Kebun Raya Bogor. Sepanjang masa sejarahnya, Kebun Raya Bogor mempunyai berbagai nama yaitu ”s’Lands Plantentuin”, ”Syokubutzuen”, ”Botanical Garden of Buitenzorg”, ”Botanical Garden of Indonesia”, Kebun Gede, dan Kebun Jodoh. Namun pada akhirnya lebih dikenal dengan nama Kebun Raya Bogor (KRB). Pendiriannya diawali dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di bumi Pajajaran sebagai pertanda dibangunnya pembangunan kebun itu, yang pelaksanaannya dipimpin oleh Reindwardt yang dibantu oleh Mr. James Hooper dan W. Kent dari Kebun Botani yang terkenal di Inggris, di kota Richmond. Reindwardt merintis usaha di bidang herbarium. Ia juga dikenal sebagai seorang pendiri Herbarium Bogoriense. Pada tahun 1822 Reindwardt digantikan oleh Dr. Carl Ludwig Blume yang melakukan inventarisasi koleksi tanaman yang tumbuh di kebun. Ia juga menyusun katalog kebun yang pertama dan berhasil dicatat sebanyak 912 jenis (species) tanaman. Pelaksanaan pembangunan ini pernah terhenti karena kekurangan dana tetapi kemudian dirintis kembali oleh Johanes Elias Teysmann (1831). Dengan
33
dibantu oleh Hasskarl, Teysmann melakukan pengaturan penanaman tanaman koleksi dengan mengelompokkannya menurut famili. Teysmann kemudian digantikan oleh Dr. Scheffer dan pada tahun 1867 ia diangkat menjadi Direktur Kebun Raya. Pengurusan Kebun Raya Bogor secara resmi terpisah dari halaman Istana Bogor pada tanggal 30 Mei 1868. Scheffer kemudian diganti oleh Prof. Dr. Melchior Treub. Treub (1880-1905) telah menjadikan nama Indonesia harum di dunia internasional dalam bidang ilmu pengetahuan alam. Setelah Indonesia merdeka maka Kebun Raya Bogor menjadi hak milik negara Indonesia dan pada tahun 1949-1959 pimpinan KRB beralih ke tangan putera bangsa pertama yaitu Prof. Ir. Setyodiwiryo dan nama ’s Lands Plantetiun te Buitenzorg berganti nama menjadi LPPA (Lembaga Pusat Penyelidikan Alam). Karena tidak adanya tenaga-tenaga staf ahli yang tetap, maka beliau mendirikan Akademi Biologi pada tahun 1955 yang membawahi tiga anak lembaga yaitu Museum Zoologi Bogor (MZB), Herbarium Bogor (HB), Pusat Penelitian Botani (PPB). Seiring dengan perubahan kondisi politik dan kebijakan di Indonesia, maka status dan fungsi KRB turut berubah mengikuti peraturan yang berlaku. Ruang lingkup kerja KRB berkembang dengan berbagai fungsi khusus. Lembaga dengan fungsi khusus yang menjadi bagian KRB kemudian lepas dan berdiri sendiri. Pada tahun 1986 status KRB ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) berdasarkan Keppres RI No.1 tahun 1986 yang berada di bawah kedeputian Ilmu Pengetahuan Alam, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan pembinaan harian Puslitbang Biologi – LIPI dan membawahi tiga Kebun Raya lainnya yaitu Cabang Balai Pengembangan Kebun Raya Cibodas, Cabang Balai Pengembangan Kebun Raya Purwodadi dan Cabang Balai Pengembangan Kebun Raya Eka Karya Bali. Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Kebun Raya Bogor mempunyai tugas melaksanakan inventarisasi, eksplorasi dan konservasi tumbuhan tropika yang mempunyai nilai ilmu pengetahuan untuk dikoleksi dalam bentuk Kebun Koleksi. Pengelolaan berada di bawah lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), oleh karena itu pengelolaannya lebih dititikberatkan pada bidang pendidikan dan penelitian selain rekreasi.
4.1.2. Letak dan Luas Kebun Raya Bogor terletak di tengah-tengah kota Bogor dengan ketinggian 260 meter di atas permukaan laut. Terletak pada 106o45’ Bujur Timur dan pada 6o36’ Lintang Selatan. Luas KRB saat ini mencapai 87 ha. Secara administratif, Kebun Raya Bogor termasuk dalam wilayah Bogor Tengah, Kota Bogor. Batas-batas wilayah KRB adalah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Jarak Harupat 2. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Ir. H. Juanda 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Otto Iskandardinata 4. Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Raya Pajajaran
4.1.3. Flora dan Fauna Jumlah koleksi terakhir tercatat sekitar 13.684 spesimen. Berdasarkan data bulan Januari tahun 2006, koleksi tanaman hidup yang ditanam di kebun berjumlah 3.423 jenis (spesies) mewakili 1.257 marga (genus) dari 222 suku (famili). Koleksi anggrek yang dipelihara di rumah kaca tercatat berjumlah + 7.178 spesimen yang terdiri dari: 441 jenis dari 93 marga. Selain anggrek alam, koleksi lain yang cukup menarik, lengkap, dan menonjol adalah polong-polongan (Fabaceae), Pinang-pinangan (Arecaceae), talas-talasan (Araceae), dan getahgetahan (Apocynaceae). Di samping itu, berbagai jenis koleksi bambu menarik untuk dilihat karena perannya yang sangat penting dalam kehidupan sosial budaya Indonesia. Satwa liar yang hidup di Kebun Raya Bogor terdiri dari mamalia, aves, reptil, dan amphibi. Jenis mamalia yang banyak menarik perhatian pengunjung adalah kalong (Pteropus vampirus), yang hidup bergelantungan, Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Sedangkan jenis burung yang ada di Kebun Raya Bogor yaitu burung Kowak Maling (Nycticorax nycticorax), Gagak Kampung (Cervus enca), Kepodang (Oriolus chinensis), Meninting (Alcedo meninting), dan Kutilang (Pycnonotus aurigaster).
35
4.1.4. Kedudukan dan Struktur Organisasi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI dipimpim oleh seorang Kepala Pusat yang membawahi Bidang Manajemen Konservasi Ex –Situ, Kelompok Peneliti dan Bagian Tata Usaha. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor berada langsung di bawah Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, sedangkan UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Purwodadi, dan Bali berada di bawah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI.
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
Bidang Konservasi Ex-Situ
Kelompok Jabatan Fungsional
Bagian Tata Usaha
Subbidang Pemeliharaan Koleksi
Subbagian Kepegawaian
Subbidang Registrasi Koleksi
Subbagian Keuangan
Subbidang Reintroduksi
Subbagian Umum
Subbidang Seleksi dan Pembibitan
Subbagian Jasa dan Informasi
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya ”Eka Karya” Bali
Gambar 3. Struktur Organisasi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
4.1.5. Fungsi dan Tugas Pokok Kebun Raya Bogor Tugas pokok KRB adalah melakukan inventarisasi dan konservasi tumbuhan tropika yang mempunyai nilai pengetahuan dan nilai ekonomi untuk dikoleksi dalam bentuk Kebun Botani. Selain itu KRB juga mengkaji, menggali dan meneliti potensi untuk pemanfaatan yang berkelanjutan. Sesuai dengan tujuan dan prinsipnya sebagai lembaga yang bertugas menyelenggarakan penelitian tentang kekayaan alam hayati di Indonesia, bila dirangkumkan tugas tersebut disebut juga Panca Darma atau Panca Fungsi, yaitu eksplorasi, koleksi, konservasi; introduksi; edukasi; dan pariwisata. Kebun Raya Bogor dalam melaksanakan fungsinya diantaranya melakukan kegiatan sebagai berikut: 1. Konservasi ex-situ ; yakni melakukan eksplorasi tumbuhan di kawasan hutan, mendata, atau registrasi, mengoleksi dan melestarikannya. 2. Penelitian, meliputi bidang : a. Taksonomi, yaitu memberi kepastian nama tanaman atau sertifikasi, inventarisasai dan evaluasi. b. Biosistematik, yaitu mempelajari hubungan kekerabatan antara tumbuhan. c. Botani terapan, yaitu penelitian mengenai manfaat tanaman. d. Hortikultura, meliputi penelitian adaptasi tanaman, cara budidayanya dan pngembangan ilmu pertamanan. 3. Pendidikan ; terutama di bidang ilmu botani, pertamanan dan lingkungan hidup. 4. Pariwisata ; KRB merupakan salah satu tempat kunjungan wisata potensial. 5. Penemuan serta pengumpulan jenis-jenis tanaman langka yang hampir punah di Indonesia Selama ini Kebun Raya dikembangkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memilih atau menyeleksi jenis-jenis, khususnya flora langka untuk dikembangkan. Dengan penataan lanskap yang sedemikian rupa, serta kelengkapan koleksinya, banyak masyarakat di sekitarnya maupun mancanegara memanfaatkan KRB sebagai tempat rekreasi. Akhirnya fungsi KRB berkembang sebagai obyek wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri.
37
4.1.6. Sumber Dana Sebagai salah satu instansi pemerintah, dana pengelolaan KRB sebagian besar diperoleh dari pemerintah melalui APBN. Sumber pendapatan lain yaitu dari hasil penjualan karcis masuk, dana-dana yang dihasilkan dari kerja sama dan bantuan dari pihak luar. Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin, biaya pemeliharaan, pembangunan sarana fisik, penelitian, publikasi, dokumentasi, pelayanan umum, perjalanan dinas, dan lain-lain.
4.1.7. Jumlah dan Ragam Pengunjung Kebun Raya Bogor Pengunjung yang datang ke KRB pada hari libur biasanya lebih banyak dibandingkan dengan hari kerja. Ragam pengunjung yang masuk baik dengan rombongan maupun perorangan mempunyai keperluan berbeda, diantaranya: rekreasi umum, rekreasi tamu dinas/tamu negara, karya wisata, kuliah lapangan, penelitian, film, dan lain-lain. Karcis masuk yang dibeli sudah termasuk asuransi, oleh karena itu selama berada di dalam KRB, pengunjung mendapat jaminan dari PT Asuransi Jasa Raharja, artinya apabila terjadi kecelakaan yang menimpa pengunjung akan mendapat pelayanan pengobatan dan penggantian premi dari pihak asuransi. Kerjasama dengan asuransi ini menunjukkan bahwa KRB melaksanakan fungsinya sebagai tempat rekreasi sekaligus memberikan rasa aman bagi pengunjung. Jumlah pengunjung Kebun Raya Bogor selama tahun 2006 turun bila dibandingkan dengan tahun 2005. Jumlah pengunjung tahun 2005 sebanyak 957.479 orang, sedangkan jumlah pengunjung tahun 2006 sebanyak 909.313 orang. Setiap hari kerja Senin sampai dengan Sabtu, kendaraan roda empat diperkenankan masuk sedangkan kendaraan roda 2 hanya parkir di depan Pintu Utama. Jumlah kendaraan roda empat yang masuk ke KRB selama tahun 2006 sebanyak 30.137 mobil dan parkir roda dua sebanyak 11.833 motor. Ragam keperluan pengunjung KRB tahun 2005 dan 2006 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Ragam Keperluan Pengunjung KRB Tahun 2005 dan 2006 No.
Tujuan Pengunjung
1
Rekreasi
2
Karyawisata
3
2005
2006
892.974
855.180
54.715
42.073
Kuliah lapangan/Penelitian
5.891
3.338
4
Kunjungan tamu negara/Dinas
1.434
182
5
Penelitian
15
166
6
Film
1.250
7.250
7
Lain-lain
1.200
1.124
957.479
909.313
Jumlah (orang) Sumber: Laporan Tahun Anggaran 2006 PKT KRB
4.1.8. Lokasi-lokasi dalam Kebun Raya Bogor KRB memiliki beberapa lokasi yang menarik untuk dinikmati oleh para pengunjung. Lokasi-lokasi tersebut adalah: 1. Pintu Masuk Utama Pintu masuk utama (pintu gerbang 1) terletak di depan Plaza yang dihiasi arca manusia-gajah, Ganesha. Di depan pintu masuk ini terdapat parkir kendaraan motor. 2. Jalan Kenari 1 Setelah melewati pintu gerbang utama, terbentang jalan sepanjang 450 m yaitu Jalan Kenari I. Namanya diperoleh dari pohon-pohon kenari (Canarium commune) yang menghiasi kedua sisinya. Deretan pohon yang indah itu ditanam atas prakarsa Johannes Elias Teysmann, kurator dan penata taman, pada tahun 1932. Jalan Kenari 1 dimulai dari pintu masuk utama sampai ujung dekat belakang istana Bogor. 3. Jalan Kenari 2 Jalan Kenari 2 terletak di sebelah timur Sungai Ciliwung Di kedua sisi jalan ini ditanami pohon-pohon kenari yang menjulang dan seolah dililit tanaman liana, yang dikenal sebagai pohon Tarzan. Tanaman merambat itu melingkar, melilit dan meliuk seperti ular. Pada bagian ujung Jalan Kenari 2 terdapat jembatan gantung berwarna merah.
39
4. Danau Gunting atau Kolam Istana Di sepanjang Jalan Kenari I, depan Istana Bogor dapat terlihat keindahan Kolam Gunting yang membentang di sisinya. Ada pulau kecil di tengahnya, penuh tumbuhan dan meriah dengan suara kawanan burung kowak (Nycticorax nycticorak). Selain itu terdapat burung-burung tamu, seperti kuntul perak kecil dan burung udang/cekakak. 5. Jalan Astrid Jalan Astrid yang dibangun pada tahun 1929 merupakan jalan yang paling menonjol dan ditandai dengan bunga Canna yang membelah jalan berlapis aspal sehingga terbagi menjadi dua jalur. Bunga Canna yang ditanam di tempat ini ditata sedemikian rupa sehingga meyerupai Bendera Belgia yang merupakan bendera negara asal dari Ratu Astrid yang namanya diabadikan untuk nama jalan ini. Pada bagian kanan dan kiri jalan ini ditanami pohon damar (Agathis dammara). 6. Taman Teysmann Taman ini dibangun pada tahun 1884 oleh Dr. M Treub. Di taman ini dibuat sebuah tugu peringatan J. E. Teysmann untuk mengenang jasanya ketika menjabat sebagai direktur KRB tahun 1831-1867. Taman ini berbentuk formal yang terletak di bagian barat KRB. Tanaman yang tumbuh pada taman ini ditanami dengan tanaman yang dibentuk secara khusus seperti topiary dengan bentuk piramida atau bundar. 7. Taman Meksiko Taman ini terletak di bagian selatan Kebun Raya Bogor. Taman ini merupakan taman yang sebagian besar koleksi tanamannya berasal dari Meksiko seperti spesies dari famili Agavaceae yaitu Agave americana L, yucca (Yucca aloifolia L), kamboja, pohon lilin dan berbagai jenis kaktus seperti Opuntia schumanni Speg. 8. Taman Bhinneka Pada taman ini terdapat beberapa jenis vegetasi berbunga yang ditata sedemikian rupa sehingga menyerupai burung Garuda. Jenis tanaman pada taman ini pada dasarnya didominasi oleh tanaman hias. Pada taman ini terdapat patung
Soedjana Kassan yang dibangun untuk mengenang jasanya sebagai orang Indonesia pertama yang memimpin Kebun Raya Bogor. 9. Rumah Anggrek Pada rumah anggrek terdapat bermacam-macam jenis anggrek Rumah anggrek terletak di sebelah herbarium. Koleksi anggrek yang dipelihara di rumah kaca tercatat berjumlah + 7.178 spesimen yang terdiri dari: 441 jenis dari 93 marga.
4.1.9. Koleksi Tanaman yang Menarik di Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor merupakan museum tanaman hidup dengan koleksi tanaman tropis terlengkap di dunia, dibangun dengan sebuah konsep pertamanan yang indah. Untuk memudahkan pengenalan tanaman, maka J.E. Teysmann mengatur sistem penamaan yang diatur berdasarkan famili tanaman. Jumlah koleksi terakhir bulan Januari 2006 terdiri dari 222 famili, 1.257 genera, dan lebih dari 13.684 spesimen tanaman hidup (Subarna, 2006). KRB memiliki beberapa koleksi tanaman yang menarik, yaitu: 1. Entada phaseolides (L) Merr. (Pohon Tarzan) Tumbuhan merambat ini berasal dari Kalimantan dan Maluku. Di KRB tanaman ini merambat pada pohon kenari yang satu ke pohon kenari lainnya. Di Jalan Kenari II, batangnya tampak bergelantungan menyeberangi jalan. Banyak wisatawan nusantara dan mancanegara menjulukinya dengan nama pohon tarzan. 2. Bunga bangkai (Amorphophallus titanium Becc.) Bunga bangkai merupakan tanaman asli Sumatera. Tanaman ini ditemukan pada tahun 1878 oleh Dr. Odoardo Beccari, seorang ahli botani berkebangsaan Italia. Tanaman yang berbunga setiap 2-3 tahun sekali ini memiliki keindahan spesifik yang jarang dijumpai pada bunga lain. Memiliki perbungaan tertinggi dan terbesar di dunia. Tingginya dapat mencapai 3,5 meter dengan diameter kelopak bunga lebih dari 2 meter. Umbinya mampu mencapai berat 200 kg. Selain itu kelopak bunganya yang berwarna merah maroon dan warna tongkol bunganya yang kuning keemasan membuat bunga ini terlihat cantik dan eksotik. Bunga ini mekar sempurna pada malam hari. Perbedaan suhu di dalam tongkol bunga dengan udara di sekitarnya dapat menyebabkan pengeluaran semacam asap tipis.
41
Asap inilah yang berbau busuk menyengat, mengundang serangga atau lalat untuk menyerbukinya. Hal unik dari tanaman ini adalah siklus hidupnya. Masa berdaun (vegetatif) dan masa berbunga (generatif) akan muncul pada waktu yang berbeda. Setelah masa berdaun akan dilanjutkan dengan masa istirahat (dormansi) selama 1-3 tahun. Setelah umbi memiliki cukup energi maka akan muncul masa berbunga. Meskipun memiliki aroma busuk, bunga bangkai mampu mengharumkan nama Indonesia. 3. Pohon Kenari (Canarium commune) Pada tahun 1835, semasa Johannes Elias Teysmann menjadi kurator s’Land Plantetuin (KRB), lebih dari seratus pohon kenari ditanam pada kedua tepi jalan yang menghubungkan gerbang utama, monumen Lady Raffles dan Istana Bogor. Jalan ini dikenal dengan nama Jalan Kenari 1. Pohon-pohon kenari yang berada di jalan sepanjang + 450 m itu adalah tumbuhan asli Indonesia yang berasal dari Sulawesi dan Maluku. Tanaman ini sering berfungsi sebagai tanaman pelindung di tepi jalan kerena memiliki tajuk yang rimbun dengan batang dan perakaran yang kokoh. Biji kenari yang lezat dapat dinikmati pada kue-kue tart maupun kue kering, sebagian buahnya yang unik sering dijadikan cinderamata. 4. Pohon Jodoh Disebut demikian karena di lokasi ini tumbuh dua jenis pohon besar berdampingan. Pohon di sebelah kanan adalah sejenis beringin atau Ficus albipila termasuk famili Moraceae, dengan kulit licin berwarna coklat hijau. Diduga pohon ini merupakan spesimen satu-satunya di Indonesia. Pohon di sebelah kiri adalah meranti bunga atau Shorea leprosula termasuk famili Dipterocarpaceae, ditanam pada tahun 1870, serta mempunyai kulit kasar berwarna gelap. Karena perbedaan bentuk dan warna kulitnya yang menggambarkan sepasang pengantin maka banyak orang menyebutnya pohon jodoh. 5. Anggrek Raksasa (Grammatophyllum speciosum BI.) Tumbuhan ini sering disebut anggrek raksasa karena tandan bunganya yang dapat mencapai 1 – 1,5 m dan menghasilkan bunga mencapai 100 kuntum lebih pertandannya. Bunganya berwarna kuning berbintik-bintik coklat seperti macan. Melihat warna bunganya ini, anggrek ini juga dinamakan anggrek macan.
Anggrek ini berasal dari daerah Kalimantan. Di KRB anggrek ini ditanam di pohon-pohon kenari (Vak.Z) dan pohon saputangan (Vak.XXI.A.). 6. Teratai Raksasa (Victoria amazonica (Poepp.) Sowerby) Tumbuhan air ini dikenal sebagai teratai raksasa yang termasuk dalam famili Nymphaeaceae, berasal dari daerah Amazon di Brazilia. Teratai ini didatangkan pertama kali melalui Kebun Raya Leiden Belanda pada tahun 1860. Daunnya bergaris tengah 1 - 1,5 m, bunganya berwarna putih yang berubah menjadi merah jambu setelah 2 – 3 hari. Tanaman ini berbunga seminggu sekali namun di daerah Subtropis, misalnya di Eropa, tanaman ini berbunga setahun sekali dan hanya satu malam (bunga mekar pada waktu tengah malam), sehingga tanaman ini sering disebut ”Queen of The Night”. 7. Kayu Raja (Koompassia excelsa (Becc.) Taub.) Pohon yang berasal dari Kalimantan ini bentuknya menarik sekali, berbatang lurus berwarna putih dan berakar banir yang besar. Pohon ini di daerah asalnya disebut pohon raja, biasanya disenangi lebah untuk membuat sarang madu pada dahannya. Tingginya dapat mencapai 50 m, kayunya sangat bagus untuk bahan furniture dan peralatan rumah tangga. Mempunyai daun majemuk yang gugur setiap bulan Mei dan Juni, bunganya kecil berwarna kuning, biasanya berbunga pada bulan Nopember. Pohon ini sudah mulai langka, di Kebun Raya Bogor ditanam pada tahun 1914. 8. Pohon Lici (Litchi chinensis Sonn.) Tanaman ini dikenal dengan nama Lici, berasal dari Cina dan termasuk ke dalam famili rambutan (Sapindaceae). Buahnya sangat lezat seperti rambutan. Di KRB, Lici merupakan pohon tertua yang ditanam pada tahun 1823. Pertumbuhannya subur dan sehat. Karena tanaman ini sudah tua, sekarang sudah tidak berbuah lagi.
4.1.10. Peran Kebun Raya Bogor dalam Pembangunan Peranan KRB pada masa pembangunan ini sangat penting, khususnya dalam membantu pemerintah melestarikan tanaman-tanaman langka. Penebangan pohon-pohon di hutan sebagai sumber devisa jangka pendek menyebabkan beberapa macam jenis tumbuhan dapat terancam bahaya kepunahan. Tumbuhan-
43
tumbuhan yang mempunyai potensi besar seperti rotan, anggrek asli, resin gala, blendok, gom, dan getah-getahan lainnya yang oleh masyarakat setempat digunakan sebagai sumber kehidupan akan musnah tanpa kesempatan untuk dikembangkan menjadi tanaman ekonomi yang bernilai tinggi. Bahkan terdapat beberapa
jenis
tanaman
sudah
punah
tanpa
ada
kesempatan
untuk
mengembangkannya. Dalam hal ini KRB mengambil langkah cepat untuk melaksanakan pengawetan atau preservasi secara selektif guna menyelamatkan dan melestarikan sumber-sumber genetika atau plasma nutfah agar kelak dapat digunakan dalam pengembangan dan pembangunan jangka panjang.
4.2. Persepsi dan Preferensi Pengunjung terhadap Fungsi KRB Pengunjung memberikan persepsi dan preferensi mereka terhadap fungsi KRB yang diketahui maupun yang disukai. Berdasarkan hasil analisis, ternyata setiap pengunjung memiliki pengetahuan dan persepsi yang berbeda tentang fungsi KRB. Tidak semua pengunjung mengetahui fungsi utama KRB sebagai tempat konservasi tumbuhan dan sarana pendidikan lingkungan. Pada Gambar 4 terlihat bahwa mayoritas pengunjung memiliki persepsi bahwa fungsi KRB adalah sebagai tempat rekreasi (90%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung mengetahui KRB sebagai tempat rekreasi dibandingkan dengan fungsi-fungsi utamanya sebagai tempat konservasi tumbuhan, sarana pendidikan serta tempat penelitian. Preferensi mayoritas pengunjung (58%) terhadap fungsi KRB adalah sebagai tempat rekreasi. Hal ini menunjukkan bahwa KRB berpotensi menjadi salah satu tempat rekreasi yang menjadi pilihan masyarakat. Mappiare (1983) menyatakan bahwa rekreasi merupakan perwujudan dari pelaksanaan minat pribadi seseorang yang dapat meregangkan ketegangan fisik dan psikis melalui kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dalam waktu senggang. Selain itu Kraus (1977) menyatakan bahwa banyak psikiater yang mendeskripsikan pengalaman rekreasi memiliki nilai kebahagiaan dan kehidupan yang seimbang. Preferensi fungsi KRB dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 4. Persepsi Fungsi KRB
Gambar 5. Preferensi Fungsi KRB
4.3. Persepsi Pengunjung terhadap Fungsi Rekreasi Seiring dengan perkembangannya, KRB banyak diminati oleh wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri sebagai salah satu alternatif pilihan sebagai tempat rekreasi. Menurut Subarna (2006) bahwa ragam pengunjung yang masuk baik dengan rombongan maupun perorangan mempunyai keperluan berbeda, diantaranya: rekreasi umum, rekreasi dinas/tamu negara, karya wisata, kuliah lapangan, penelitian, film, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan tidak semua
45
pengunjung yang datang ke KRB melakukan kegiatan rekreasi. Berdasarkan hasil analisis, mayoritas pengunjung melakukan kegiatan rekreasi di KRB (93%) tetapi ada pula pengunjung yang datang ke KRB hanya untuk kepentingan pekerjaan dan sekolah tanpa melakukan kegiatan rekreasi. Sebagai tempat rekreasi, KRB memberikan manfaat baik secara fisik dan psikis bagi pengunjungnya. Berdasarkan hasil analisis, sebagian besar pengunjung yang datang ke KRB (75%) memperoleh manfaat dapat menghilangkan kepenatan/stress dan memperoleh kesegaran fisik (50%). Hal ini didukung dengan pernyataan Kraus (1977) bahwa saat ini rekreasi merupakan suatu bentuk rehabilitasi yang penting untuk penyakit mental (mentaly ill) serta kondisi fisik yang tidak baik. Persepsi pengunjung tentang manfaat KRB lebih lengkap dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Persepsi Pengunjung terhadap Manfaat KRB
Daya tarik KRB menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan agar menarik minat wisatawan. Spillane (1994) menyatakan bahwa daya tarik menjadi unsur penting agar wisatawan dapat menikmati suatu pengalaman yang memuaskan di suatu objek. Pengunjung memberikan persepsi terhadap daya tarik yang ada di KRB. Mayoritas pengunjung memberikan penilaian KRB memiliki beberapa daya tarik, tidak hanya satu. Pada Gambar 7 terlihat bahwa mayoritas
pengunjung menyatakan daya tarik KRB adalah karena udaranya yang sejuk (64%). Kondisi KRB yang banyak ditumbuhi berbagai vegetasi mampu memproduksi oksigen sehingga menimbulkan rasa sejuk di dalam lingkungannya. Menurut Arifin dan Arifin (2005) taman-taman dengan tanamannya sebagai ruang terbuka hijau berperan dalam memproduksi oksigen, mengontrol iklim setempat, mencegah erosi dan menyimpan air tanah.
Gambar 7. Persepsi Pengunjung terhadap Daya Tarik KRB
Saran-saran yang dikemukakan oleh pengunjung dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak pengelola KRB sehingga dapat meningkatkan kinerja dalam menjalankan fungsi dan tugas yang telah ditetapkan. Sebagai tempat rekreasi, pihak KRB perlu memperhatikan fasilitas-fasilitas yang ada agar pengunjung dapat merasakan kepuasan serta kenyamanan. Saran-saran pengunjung sebagai tempat rekreasi dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu pengadaan dan penambahan fasilitas, peningkatan kebersihan, penataan dan keasrian taman, serta pengadaan acara dan program di KRB (Tabel 4). Peningkatan kebersihan merupakan saran yang paling banyak disampaikan oleh pengunjung. Hal ini menunjukkan bahwa kebersihan taman harus menjadi prioritas utama yang perlu diperhatikan KRB sebagai tempat rekreasi. Kebersihan
47
taman akan memperlihatkan suatu taman yang ideal dan nyaman untuk dinikmati serta memiliki nilai kesehatan yang baik sehingga memberikan rasa aman kepada para penggunanya. Oleh karena itu, taman harus terbebas dari sampah (Arifin dan Arifin, 2005).
Tabel 4. Saran Pengunjung terhadap Fungsi Rekreasi No. 1
Saran-saran Pengunjung
Pengunjung (%)
Pengadaan dan Penambahan Fasilitas a. Disediakannya sarana transportasi yang memadai
14
untuk berkeliling KRB b. Penambahan bangku taman
9
c. Penyediaan sarana bermain untuk anak
5
d. Lainnya 2
Peningkatan Kebersihan a. Peningkatan pembersihan sampah di area KRB b. Lainnya
3
4
13
38 6
Penataan dan Keasrian Taman a. Penataan taman yang lebih baik agar lebih indah
5
b. Lainnya
1
Pengadaan Acara dan Program di KRB
2
4.4. Persepsi Pengunjung terhadap Fungsi Konservasi Botanical garden memegang peranan penting dalam kegiatan konservasi tumbuhan salah satunya berpartisipasi dalam kegiatan konservasi ex situ tumbuhan. Konservasi tumbuhan merupakan fungsi KRB yang sangat fundamental karena dapat memelihara dan melestarikan tumbuhan-tumbuhan terutama yang langka dan terancam punah. Wyse and Sutherland (2000) dalam Nepote et.al (2006) menyatakan bahwa dalam beberapa dekade terakhir ini, botanical garden menjadi pusat yang penting untuk konservasi keanekaragaman
tumbuhan. Gates (2006) menyatakan bahwa jumlah tanaman merupakan hal yang penting dalam upaya konservasi ex-situ jangka panjang. Pada pertanyaan bagian ini, ingin diketahui tentang persepsi pengunjung terhadap KRB sebagai tempat konservasi tumbuhan. Berdasarkan hasil pengamatan, mayoritas pengunjung memiliki persepsi bahwa fungsi KRB adalah sebagai tempat rekreasi (90%) tetapi tidak sedikit yang berpersepsi bahwa fungsi KRB adalah sebagai tempat konservasi tumbuhan (70%). Sebagai tempat konservasi tumbuhan, KRB memiliki koleksi jenis-jenis tanaman baik yang berasal dalam negeri maupun luar negeri. Koleksi tanaman yang ada di KRB antara lain jenis tanaman langka, tanaman dari berbagai hutan di Indonesia, koleksi tanaman buah maupun tanaman dari luar negeri. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa koleksi tanaman yang paling banyak diketahui oleh pengunjung (76%) adalah tanaman langka. Persepsi pengunjung terhadap koleksi tumbuhan KRB dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Persepsi Pengunjung terhadap Koleksi Tumbuhan KRB
Keanekaragaman yang tinggi merupakan elemen kunci dalam koleksi tanaman. Derajat keanekaragaman koleksi tumbuhan hidup merupakan hal yang penting. Keanekaragaman tumbuhan menunjukkan jumlah taxa. Jumlah taxa menunjukkan jumlah tanaman unik dari sumber yang terdokumentasi. Banyak
49
organisasi cenderung untuk mempunyai koleksi tanaman dengan keanekaragaman yang tinggi (Gates, 2006). Sebagai kebun botani, KRB mengkoleksi beragam jenis tumbuhan. Berdasarkan hasil analisis, mayoritas pengunjung menyatakan bahwa keanekaragaman jenis tanaman KRB adalah beragam 52% dan 48% menyatakan sangat beragam. Subarna (2006) menyebutkan bahwa KRB merupakan museum tanaman hidup dengan koleksi tanaman tropis terlengkap di dunia. Jumlah koleksi terakhir bulan Januari 2006 terdiri dari 222 famili, 1.257 genera, dan 3.423 jenis. Upaya pemeliharaan tumbuhan merupakan fungsi pokok KRB. Dari hasil analisis ternyata 92% pengunjung menyatakan bahwa keberadaan KRB dapat membuat mereka sadar tentang pentingnya upaya pemeliharaan tumbuhan. Untuk lebih menjelaskan tentang pemeliharaan tumbuhan, maka diperlukan penjelasan yang terperinci mengenai konservasi tumbuhan terutama yang dilakukan oleh KRB. Sebanyak 98% pengunjung menyatakan tentang perlu adanya penjelasan mengenai konservasi tumbuhan oleh pihak KRB sedangkan 2% pengunjung menyatakan tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengenai upaya konservasi yang dilakukan oleh pihak KRB. Jika diperhatikan hampir semua tanaman koleksi yang ada di KRB memiliki papan nama/label tanaman. Papan nama itu adalah identitas yang menunjukkan spesies tumbuhan tersebut. Kejelasan label tanaman atau papan nama yang terdapat di KRB juga merupakan hal yang penting dalam menjelaskan kepada pengunjung mengenai jenis tanaman yang dikonservasi oleh KRB. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa penamaan tanaman KRB jelas (22%), cukup jelas (57%), dan tidak jelas (21%). Meskipun mayoritas pengunjung menyatakan bahwa penamaan tanaman sudah cukup jelas, tetapi terdapat saran dari pengunjung agar pada papan nama dituliskan nama lokal serta manfaat tanaman. Arifin dan Arifin (2005) menyatakan bahwa para pecinta atau pakar tanaman sering memberi papan nama (nama lokal dan nama ilmiah) pada tanamannya. Mereka ingin menyajikan informasi tanaman secara ilmiah, seperti tempat asal, tanggal penanaman, nama ilmiah dan bagian tanaman yang menarik. Rambu-rambu yang serupa sering dijumpai di kebun raya, taman koleksi, arboretrum, bahkan sekarang di taman rekreasi.
Pengunjung juga memberikan saran kepada KRB sebagai tempat konservasi tumbuhan yang dapat dilihat pada Tabel 5. Saran-saran pengunjung dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu peningkatan kinerja staf KRB, peningkatan pelayanan, promosi, dan informasi kepada masyarakat dan pengunjung, serta peningkatan sarana pada tapak untuk untuk mendukung konservasi. Tabel 5. Saran Pengunjung terhadap Fungsi Konservasi No
Saran Pengunjung
Pengunjung (%)
1
Peningkatan kinerja staf KRB
22
2
Meningkatkan pelayanan, promosi dan informasi
31
kepada masyarakat dan pengunjung 3
Peningkatan fasilitas dan sarana pada tapak untuk
47
mendukung konservasi
4.5. Persepsi Pengunjung terhadap Fungsi Pendidikan Selain sebagai tempat rekreasi dan konservasi tumbuhan, KRB juga berfungsi sebagai sarana pendidikan terutama mengenai flora. Clem et.al (2005) menyatakan bahwa selama tiga puluh tahun terakhir ini, pendidikan telah menjadi bagian yang penting dalam tujuan botanical garden. Willison (2006) dalam Nepote et.al (2006) menyatakan bahwa pendidikan merupakan hal yang berharga dalam mempromosikan upaya konservasi, meningkatkan kesadaran tentang pentingnya ekosistem dan peranan keragaman tumbuhan bagi kelangsungan hidup manusia. Tempat publik seperti museum, kebun binatang, dan botanical garden dapat menjadi pusat edukasi untuk menopang perkembangan. Persepsi pengunjung terhadap fungsi KRB sebagai sarana pendidikan menitikberatkan pada perolehan pengetahuan terutama mengenai tumbuhan. Mayoritas pengunjung (96%) yang datang ke KRB memperoleh pengetahuan setelah berkunjung dan 4% menyatakan sebaliknya. Hal ini berarti KRB memberikan kontribusi yang besar terhadap pengunjung dalam menambah ilmu pengetahuan bagi mereka terutama mengenai tumbuh-tumbuhan. Clem et al.
51
(2005) menyatakan bahwa botanical garden bertindak sebagai gudang pengetahuan mengenai tumbuhan yang dapat berguna bagi ilmuwan dan juga masyarakat umum. Pengetahuan yang didapat pengunjung adalah pengetahuan mengenai jenis/spesies tanaman, habitat tanaman, pengetahuan tentang jenis tanaman yang terancam punah dan langka, serta lainnya (Gambar 9). Mayoritas pengunjung memperoleh pengetahuan mengenai jenis/spesies tanaman (82%).
Gambar 9. Persepsi Pengunjung terhadap Pengetahuan yang Diperoleh
Fasilitas atau sarana dapat membantu pengunjung terutama dalam mempelajari tentang tanaman. Fasilitas atau sarana yang mendukung pengunjung dalam menambah ilmu pengetahuan antara lain: papan informasi, greenhouse, herbarium, perpustakaan, serta lainnya (Gambar 10). Clem et al. (2005) menyatakan bahwa spesimen pada botanical garden diidentifikasi dengan baik, diberi label, dicatat, dan disimpan dalam herbarium. Banyak botanical garden mempunyai perpustakaan yang mengkoleksi literatur mengenai tumbuhan yang telah berabad-abad, gardening, dan hortikultura. Pada Gambar 10 terlihat bahwa papan informasi merupakan fasilitas yang paling banyak membantu dalam menambah pengetahuan bagi pengunjung mengenai suatu jenis tanaman (87%) karena dapat dilihat nama latin suatu jenis tanaman serta familinya. Bahkan ada beberapa papan nama yang menyajikan informasi lengkap mengenai jenis
tanaman tertentu seperti tanaman anggrek raksasa, pohon kenari, teratai raksasa, palem, dan lain-lain.
Gambar 10. Persepsi Pengunjung terhadap Fasilitas yang dapat Menambah Pengetahuan Koleksi Hasskarl mengawali berdirinya Perpustakaan Kebun Raya Bogor, dengan tujuan untuk mendukung kegiatan penelitian ilmu pengetahuan alam. Koleksi ini menjadi begitu berharga, karena dari sinilah keberadaan perpustakaan Indonesia dengan segala pernak-perniknya berasal. Fungsi perpustakaan tidak hanya mengumpulkan dan menyimpan buku, tapi bagaimana mengomunikasikan dan menginformasikannya kepada masyarakat sehingga dapat membantu mengembangkan wawasan pengetahuan masyarakat. Perpustakaan KRB telah mengukir tinta emas dalam sejarah perpustakaan di Indonesia. Dalam hal layanan perpustakaan, perpustakaan KRB terbuka untuk umum dengan sistem pelayanan terbuka
dan
berfungsi
sebagai
sarana
penyimpanan,
pengelolaan
dan
penyebarluasan informasi dan berperan dalam membantu meningkatkan kualitas SDM, meningkatkan produktivitas kegiatan penelitian dan mempercepat pemanfaatan hasil-hasil penelitian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna informasi. Perpustakaan memiliki koleksi bahan pustaka baik dalam bentuk cetakan maupun elektronik terbitan dalam dan luar negeri. Koleksi khusus dari perpustakaan KRB ialah buku-buku dan majalah kuno (antiquariat) dalam bidang botani yang bernilai ilmiah tinggi, berumur lebih dari 100 tahun yang
53
disajikan dalam Bahasa Belanda, Prancis, Inggris dan Jerman. Koleksi lainnya berupa laporan eksplorasi staf KRB, daftar tanaman yang dimiliki KRB, kliping Serba-serbi berita KRB dan kliping tanaman obat 4. Lokasi-lokasi yang ada di dalam KRB memiliki potensi dalam menambah pengetahuan mengenai flora karena pada setiap lokasi memiliki jenis tumbuhan yang berlainan. Berdasarkan hasil analisis, lokasi-lokasi yang ada di KRB tidak hanya dimanfaatkan oleh pengunjung dengan bersantai maupun sekedar beristirahat saja tetapi juga memiliki potensi dalam menambah pengetahuan pengunjung terutama mengenai tumbuh-tumbuhan. Pengunjung banyak yang memilih lebih dari satu lokasi sebagai tempat yang dapat menambah pengetahuan. Terdapat beberapa lokasi di KRB yang membuat pengunjung lebih mengenal dan menambah pengetahuan mengenai tumbuhan terutama lokasi rumah anggrek (59%) dan lokasi tanaman air (38%) yang dapat dilihat pada Gambar 11. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi rumah anggrek memberikan kontribusi yang paling tinggi dibandingkan dengan lokasi lainnya dalam menambah pengetahuan bagi pengunjung KRB. Hal ini dimungkinkan karena pada rumah anggrek terdapat informasi yang cukup lengkap, antara lain informasi mengenai jenis-jenis anggrek, cara perkembangbiakan anggrek. Papan informasi merupakan salah satu sarana yang penting dalam menyampaikan informasi kepada pengunjung mengenai suatu jenis tumbuhan atau objek-objek bersejarah yang ada di KRB. Informasi yang disampaikan melalui papan informasi perlu disampaikan dengan jelas dan terperinci agar dapat dimengerti oleh pengunjung. Berdasarkan hasil kuesioner, dapat diketahui bahwa mayoritas pengunjung (51%) memberikan penilaian papan informasi sudah mampu menjelaskan secara terinci kepada mereka mengenai suatu tumbuhan sedangkan 49% pengunjung menyatakan sebaliknya. Jasa pemandu merupakan suatu pelayanan bagi pengunjung agar lebih memahami tentang objek yang ada di KRB. Adanya jasa pemandu merupakan hal yang penting bagi 86% pengunjung untuk menjelaskan informasi yang lebih jelas dan dapat dipahami oleh mereka terutama mengenai tumbuhan. Roff (2007) menyatakan bahwa perjalanan yang dibimbing oleh pemandu dapat memberikan 4
http://www.pikiran-rakyat.com
peluang untuk menjelajahi kebun raya dengan kelompok orang yang bertujuan agar mereka tertarik serta dapat berbagi pengetahuan. Jasa pemandu bagi pengunjung dilakukan agar memberikan pengalaman yang menyenangkan dan mengesankan. Jasa pemandu yang baik yaitu menyenangkan, relevan kepada pengalaman orang, terencana dengan baik, serta memiliki tema. Pemanduan bagi pengunjung memerlukan persiapan dan perencanaan yang baik.
Gambar 11. Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi yang Dapat Menambah Pengetahuan 4.6. Preferensi dan Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi yang Disukai Preferensi dan persepsi pengunjung terhadap lokasi yang disukai menggambarkan lokasi yang disukai dan penilaian mereka terhadap lokasi yang disukai itu. Di dalam KRB terdapat lokasi-lokasi yang memiliki keunikan tersendiri antara lain dapat dilihat dari soft material maupun hard material pada setiap lokasi, seperti tanaman, kolam, air mancur, bentukan lahan, rumah kaca dan lain-lain. Lokasi yang paling disukai serta elemen lankap yang ada di dalamnya bervariasi. Namun sebagian besar pengunjung memilih taman astrid (37%) sebagai lokasi favorit yang dapat dilihat pada Gambar 12. Pemilihan taman astrid sebagai lokasi favorit didasarkan pada beberapa alasan yaitu lokasinya yang luas dan terbuka; asri; banyak ditanami bunga; tepat sebagai tempat bermain, makan,
55
istirahat, bersantai; sering diadakan pameran tanaman; dekat dengan cafe’; serta letaknya yang strategis. Menurut Sarwono (1992), salah satu faktor yang menentukan kesukaan adalah keluasan ruang pandang; semakin luas ruang pandang maka semakin disukai. Hal ini sesuai dengan kondisi taman astrid yang ruang pandangnya luas dan terbuka. Lokasi lainnya yang paling disukai pengunjung adalah danau gunting (27%) dengan alasan adanya air mancur, pemandangan yang indah, sejuk, asri, serta terlihatnya istana sebagai focal point. Selain itu, rumah anggrek merupakan salah satu lokasi yang paling disukai pengunjung (15%) karena dapat melihat bermacam-macam anggrek, unik, indah, adanya rasa suka terhadap bunga, serta merupakan pengalaman baru bagi mereka. Preferensi pengunjung terhadap lokasi yang disukai selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Preferensi Lokasi yang Disukai Pengunjung
Dilihat dari elemen lanskapnya, pada taman astrid dan danau gunting memiliki elemen lanskap yang sama yaitu elemen air berupa kolam, danau dan air mancur. Dari hasil analisis, ternyata elemen lanskap yang paling banyak disukai pengunjung pada taman astrid dan danau gunting adalah elemen air, yaitu sebanyak 27% dan 26%. Hal ini didukung oleh pernyataan Meliawati (2003) bahwa elemen air dapat meningkatkan kualitas suatu lanskap.
Pengunjung yang menyukai lokasi rumah anggrek memilih elemen bangunan sebagai elemen lanskap yang paling disukai (13%). Menurut Booth (1983) elemen bangunan memiliki peranan penting dalam membentuk karakter suatu ruang. Kehadiran bangunan dalam suatu lanskap baik secara individu maupun berkelompok (cluster) dapat mempengaruhi pemandangan, membentuk ruang terbuka, memodifikasi iklim mikro, dan menambah nilai fungsional tapak. Lokasi-lokasi yang disukai pengunjung dapat dilihat pada Gambar 13. Secara umum, dapat diketahui bahwa air merupakan elemen yang paling disukai oleh pengunjung (62%) dibandingkan dengan elemen lanskap lainnya. Lanskap yang di dalamnya terdapat elemen air cenderung lebih disukai. Simonds dan Starke (2006) menyatakan bahwa tidak hanya penampilan air saja yang menarik untuk dilihat, tetapi suara air juga dapat menimbulkan sensasi kesenangan.
Taman Astrid
Danau Gunting
Rumah Anggrek
Gambar 13. Lokasi-lokasi yang Disukai Pengunjung
57
4.7. Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi yang Tidak Disukai Persepsi pengunjung terhadap lokasi yang tidak disukai di KRB, yaitu sebanyak 61% pengunjung menyatakan tidak ada satu lokasi pun di KRB yang tidak mereka sukai. Pengunjung yang menyatakan tidak ada lokasi satu pun yang tidak disukai dengan alasan semua lokasi di KRB indah, bagus, asri, teduh, rindang, nyaman, dapat menyejukkan hati, tanamannya menarik dan langka, serta tempatnya tepat untuk bersantai. Terdapat pengunjung (39%) yang tidak menyukai lokasi-lokasi tertentu. Preferensi terhadap lokasi yang tidak disukai didasarkan pada beberapa hal, antara lain suasananya yang sepi, kemungkinan munculnya tindakan kejahatan, tempatnya yang tidak sesuai dengan anak-anak, banyaknya sampah, serta adanya pasangan muda-mudi yang sedang bermesraan. Preferensi pengunjung terhadap lokasi yang tidak disukai dapat dilihat pada Gambar 14. Lokasi yang tidak disukai oleh pengunjung terutama adalah jembatan gantung (9%), danau gunting (6%), serta makam belanda (5%) dengan alasan tidak tepat untuk anak-anak, kotor, serta suasananya yang sepi yang dapat dilihat pada Gambar 15. Sungai Ciliwung merupakan salah satu lokasi yang tidak disukai karena banyaknya sampah sehingga terlihat kotor. Lanskap sungai tidak disukai karena keadaan sungai yang rata-rata airnya sudah kotor, tercemar, keruh dengan pemandangan yang kurang menarik, membuat lanskap sungai ini kurang disukai (Ilhami, 2007).
Gambar 14. Preferensi Pengunjung terhadap Lokasi yang Tidak Disukai
Jembatan Gantung
Makam Belanda
Danau Gunting Gambar 15. Lokasi-lokasi yang Tidak Disukai Pengunjung
4.8. Persepsi Jarak Persepsi jarak termasuk bagian dari kognisi atau persepsi spasial. Persepsi jarak merupakan hal yang penting untuk mengetahui kemampuan pengunjung dalam memperkirakan jarak (apakah tepat dalam memperkirakan jarak atau sebaliknya) dilihat dari latar belakang terutama dari usia dan pendidikan mereka. Pada pertanyaan bagian ini, pengunjung diminta memperkirakan jarak dari Pintu I KRB ke lokasi yang disukai. Pada pembahasan persepsi jarak ini, variabel yang digunakan hanya usia dan pendidikan terakhir pengunjung. Pemilihan lokasi untuk persepsi jarak adalah Taman Astrid dan danau gunting karena keduanya dapat mewakili pengunjung dari aspek usia dan pendidikan terakhir. Jarak yang tepat dari Pintu I ke danau gunting berkisar antara 148 m sampai 364 m. Untuk Taman Astrid, kisaran jarak yang tepat yaitu antara 613 m sampai 852 m.
59
Dari hasil analisis, ternyata persepsi jarak pengunjung cenderung berbedabeda. Selain itu, banyak pengunjung yang melakukan kesalahan dalam memperkirakan jarak yang sesungguhnya, yaitu memperkirakan jarak kurang dari maupun lebih dari jarak sesungguhnya. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Gifford (1997) yang menyatakan bahwa kognisi lingkungan kita dapat berbeda setiap orang. Adanya kesalahan dalam persepsi jarak menunjukkan telah terjadi deviasi/penyimpangan. Menurut Gifford (1997) bahwa orang tidak memperoleh, menyimpan, dan mengingat informasi mengenai lokasi, jarak, dan susunan secara mekanikal. Dipandang secara mekanik, manusia banyak melakukan kesalahan dalam memproses informasi. Didukung oleh peryataan Baird dan Burkhart (2000) bahwa secara umum orang relatif memiliki keterbatasan dalam memperkirakan jarak.
4.8.1. Persepsi Jarak Dari Pintu I ke Taman Astrid Taman Astrid merupakan lokasi yang paling banyak disukai oleh pengunjung (37%). Dilihat dari umurnya, lokasi ini disukai oleh golongan usia, yaitu usia 7-14 tahun, 15-24 tahun, 25-55 tahun. Dilihat dari pendidikannya, dimana lokasi ini disukai semua golongan pendidikan. Taman Astrid merupakan lokasi yang cukup jauh jika diukur dari Pintu I. Jarak dari Pintu I ke Taman Astrid yang sebenarnya berkisar antara 613 m sampai 852 m. Pada analisis ini, pengunjung yang menjawab jarak sejauh 80 km dan 20 km tidak dimasukkan dalam pengolahan data kerena nilainya yang terlalu jauh dan dianggap mereka tidak mengerti dalam menjawab pertanyaan. Berdasarkan hasil analisis, pengunjung memberikan persepsi yang berbeda-beda mengenai jarak ke lokasi ini. Mayoritas dari mereka menjawab lebih dari jarak yang sebenarnya, seperti 1 km, 2 km, 3 km, serta 4 km dan hanya sedikit yang menjawab kurang dari jarak sebenarnya. Hal ini menyatakan bahwa telah terjadi penyimpangan (deviasi) dalam memperkirakan jarak. Pada Gambar 16 terlihat bahwa mayoritas pengunjung menjawab lebih dari jarak sebenarnya. Data pada kelompok usia 7-14 tahun terlihat simetris. Hal ini menunjukkan bahwa jarak antara nilai median ke kuartil 1 sama dengan jarak antara median ke kuartil 3. Dalam mempersepsikan jarak, pengunjung dengan usia
7-14 tahun merupakan kelompok usia yang paling jauh dalam mempersepsikan jarak dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Pada kelompok usia 7-14 tahun persepsi jarak pengunjung yang paling mendekati jarak sebenarnya adalah 1000 m. Data pada kelompok usia 15-24 tahun terlihat tidak simetris. Mayoritas pengunjung pada kelompok usia 15-24 tahun mempersepsikan jarak lebih dari jarak sebenarnya tetapi ada pula yang menjawab kurang dari jarak sebenarnya yaitu 200 m. Persepsi jarak pengunjung yang paling mendekati interval jarak taman astrid yaitu sebesar 500 m dan 1000 m. Pada kelompok usia ini juga memiliki data pencilan, yaitu pengunjung yang menjawab 200 m dan 3000 m. Data pada kelompok usia 25-55 tahun terlihat tidak simetris dimana umumnya pengunjung banyak yang memperkirakan lebih dari jarak sebenarnya. Pada kelompok usia ini, persepsi pengunjung yang paling mendekati interval jarak sebenarnya adalah 500 m dan 1000 m.
4000
Interval jarak sebenarnya 9
persepsijarak
3000
2000
1000
852 613 14 0
7-14 tahun
15-24 tahun
25-55 tahun
umur
Gambar 16. Persepsi Jarak Dari Pintu I ke Taman Astrid Berdasarkan Usia Pengunjung
61
Pada Gambar 17 terlihat bahwa seluruh kelompok pengunjung berada di luar interval jarak sebenarnya. Kelompok usia 15-24 tahun paling mendekati kebenaran dalam memperkirakan jarak yang sebenarnya (mean = 1258 m) dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Nilai mean untuk kelompok usia 2555 tahun adalah sebesar 1433 m. Kelompok usia 7-14 tahun merupakan kelompok usia yang paling jauh dalam memperkirakan jarak yang sesungguhnya karena nilai mean datanya (2000 m) paling tinggi dibandingkan dengan data pada kelompok usia lainnya.
Interval jarak yang
sebenarnya
852 613
7-14
15-24
25-55
Gambar 17. Persepsi Jarak Menurut Mean Dari Pintu I ke Taman Astrid Berdasarkan Usia Pengunjung
Pada Gambar 18 terlihat bahwa umumnya data tidak simetris kecuali untuk pengunjung dengan pendidikan terakhir SD. Kelompok pengunjung dengan pendidikan terakhir SD seluruhnya memperkirakan di luar interval jarak sebenarnya. Pada kelompok ini, persepsi jarak yang paling mendekati kebenaran adalah 1000 m. Persepsi jarak yang paling mendekati kebenaran pada kelompok pengunjung dengan pendidikan terakhir SLTP adalah 500 m. Persepsi jarak pada kelompok pengunjung dengan pendidikan terakhir SLTA dan perguruan tinggi
yang paling mendekati interval jarak sebenarnya masing-masing adalah sebesar 1000 m.
4000
Interval jarak sebenarnya
13
persepsijarak
3000
2000
1000
852 613 22 0
SD
SLTP
SLTA
Perguruan tinggi/akademi
pendidikanterakhir
Gambar 18. Persepsi Jarak Dari Pintu I ke Taman Astrid Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengunjung
Interval jarak sebenarnya
852 613
SD
SLTP
SLTA
PT/ Akademi
Gambar 19. Persepsi Jarak Menurut Mean Data Dari Pintu I ke Taman Astrid Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengunjung
63
Menurut nilai rataannya (mean), pada Gambar 19 terlihat bahwa kelompok pengunjung
dengan
pendidikan
terakhir
SD,
SLTA,
dan
Perguruan
Tinggi/Akademi memperkirakan melebihi interval jarak sebenarnya kecuali untuk kelompok pengunjung dengan pendidikan terakhir SLTP. Pada kelompok pengunjung ini nilai mean datanya adalah 838 m yang masuk dalam interval jarak 613 m sampai 852 m. Nilai rataan untuk kelompok pengunjung dengan pendidikan terakhir SLTA dan Perguruan Tinggi/Akademi masing-masing sebesar 1263 m dan 1937,5 m. Kelompok yang paling jauh dalam memperkirakan jarak adalah pengunjung dengan pendidikan terakhir SD (nilai mean = 2000 m).
4.8.2. Persepsi Jarak Dari Pintu I ke Danau Gunting Sebanyak 27% pengunjung memilih lokasi ini sebagai lokasi yang paling disukai. Dilihat dari umurnya, lokasi ini disukai oleh semua golongan usia, yaitu usia 7-14 tahun, 15-24 tahun, 25-55 tahun serta >55 tahun. Begitu pula dilihat dari pendidikannya, dimana lokasi ini disukai semua golongan pendidikan. Jika dilihat dari Pintu I, lokasi danau gunting dapat terlihat dengan jelas. Interval jarak sebenarnya dari Pintu I ke danau gunting adalah 148 m sampai 364 m. Berdasarkan hasil analisis, ternyata pengunjung memberikan persepsi yang berbeda-beda mengenai jarak lokasi ini. Perkiraan jarak paling mendekati kebenaran adalah 100 m dimana usia 15-24 tahun merupakan kelompok usia yang memperkirakan jarak sebesar ini. Dari hasil analisis data, dapat diketahui bahwa pengunjung lebih banyak yang memperkirakan jarak lebih dari jarak sebenarnya. Kelompok usia 7-14 tahun lebih banyak yang memperkirakan jarak kurang dari jarak yang sebenarnya. Pada Gambar 20 terlihat bahwa data umumnya tidak simetris kecuali untuk kelompok usia 7-14 tahun. Pada kelompok umur 7-14 tahun, 15-24 tahun, dan 25-55 tahun terdapat pengunjung yang memperkirakan jarak dengan tepat (berada dalam interval jarak sebenarnya). Persepsi jarak yang tepat (masuk dalam interval 148-364 m) pada kelompok usia 7-14 tahun adalah 200 m. Untuk pengunjung dengan usia 15-24 tahun, persepsi jarak yang tepat adalah 200 dan 300 m. Persepsi jarak yang tepat pada kelompok usia 25-55 tahun adalah sebesar 200 m. Kelompok usia >55 tahun tidak dimasukkan dalam analisis karena jumlah
respondennya hanya satu. Pada Gambar 20 juga terlihat adanya pencilan data pada kelompok usia 15-24 tahun dan 25-55 tahun dengan nilai masing-masing sebesar 2000 m. Adanya pencilan data ini menunjukkan terdapat pengunjung yang memperkirakan jarak melebihi perkiraan pengunjung lainnya dengan perbedaan yang cukup jauh.
8
2000
22
Interval jarak sebenarnya
persepsijarak
1500
1000
500
364 148 0
7-14 tahun
15-24 tahun
25-55 tahun
>55 tahun
umur
Gambar 20. Persepsi Jarak Dari Pintu I ke Danau Gunting Berdasarkan Usia Pengunjung
Pada Gambar 21 terlihat bahwa umumnya pengunjung menjawab lebih dari jarak sebenarnya kecuali untuk kelompok usia 7-14 tahun yang rata-rata menjawab kurang dari jarak yang sebenarnya. Kelompok usia 7-14 tahun merupakan kelompok yang paling mendekati kebenaran dalam memperkirakan jarak dibandingkan dengan kelompok usia lainnya (nilai mean = 107,5 m). Sedangkan kelompok yang paling jauh dalam memperkirakan jarak adalah pengunjung dengan kelompok usia 25-55 tahun (nilai mean = 566 m). Pada Gambar 22 terlihat bahwa seluruh datanya tidak simetris. Persepsi jarak yang tepat pada kelompok pengunjung dengan pendidikan terakhir SD adalah 200 m karena berada dalam interval 148 sampai 364 m. Persepsi jarak yang tepat pada kelompok pengunjung dengan pendidikan terakhir SLTP dan
65
SLTA adalah 300 m. Pada kelompok pengunjung dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi/akademi, persepsi jarak yang paling tepat adalah sebesar 200 m.
Interval jarak sebenarnya
364
148
7-14
15-24
25-55
>55
Gambar 21. Persepsi Jarak Menurut Mean Dari Pintu I ke Danau Gunting Berdasarkan Usia Pengunjung
2000
1
10
Interval jarak sebenarnya
persepsijarak
1500
1000
500
364 148 0
SD
SLTP
SLTA
Perguruan tinggi/akademi
pendidikanterakhir
Gambar 22. Persepsi Jarak Dari Pintu I ke Danau Gunting Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengunjung
Berdasarkan Gambar 23 terlihat bahwa kelompok pengunjung dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi/akademi merupakan kelompok yang paling tepat dalam memperkirakan jarak yang sebenarnya (nilai mean = 310 m) karena berada pada interval jarak yang sebenarnya. Pengunjung dengan pendidikan terakhir SLTP merupakan kelompok yang paling salah dalam memperkirakan jarak yang sebenarnya (nilai mean = 800 m) karena nilainya yang paling jauh dari interval jarak sebenarnya.
364
SD
SLTP
SLTA
PT/ Akademi
Gambar 23. Persepsi Jarak Menurut Mean Dari Pintu I ke Danau Gunting Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengunjung
4.8.3. Evaluasi Persepsi Jarak dengan Usia dan Pendidikan Terakhir Persepsi manusia terhadap jarak memiliki kecenderungan yang berbedabeda. Dari hasil analisis secara keseluruhan, ternyata mayoritas pengunjung memperkirakan jarak melebihi interval jarak sebenarnya. Banyak terjadi deviasi (penyimpangan), yaitu banyaknya pengunjung yang menjawab lebih dari dan kurang dari jarak sebenarnya. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa usia tidak mempengaruhi persepsi orang terhadap jarak. Hal ini dapat terlihat bahwa pada pengunjung yang memilih taman astrid sebagai lokasi yang disukai, pengunjung dengan usia 15-24 tahun merupakan kelompok usia yang paling mendekati dalam memperkirakan jarak yang sebenarnya. Tetapi pada pengunjung
67
yang memilih danau gunting sebagai lokasi yang disukai, usia 7-14 tahun paling mendekati kebenaran dalam memperkirakan jarak. Apabila dianalisis dari aspek pendidikan terakhir pengunjung, dapat terlihat bahwa pada kelompok yang memilih taman astrid sebagai lokasi yang disukai, pengunjung dengan pendidikan terakhir SLTP dapat memperkirakan jarak secara tepat. Hal ini berbeda dengan kelompok yang memilih danau gunting sebagai lokasi favorit. Pada kelompok ini, pengunjung dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi/akademi merupakan kelompok yang tepat dalam memperkirakan jarak. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan terakhir tidak mempengaruhi persepsi orang terhadap jarak. Orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi tidak berarti dapat memperkirakan jarak lebih tepat dibandingkan dengan orang lain yang pendidikannya lebih rendah. Jika dilihat secara keseluruhan, meskipun pengunjung menyukai suatu lokasi tidak berarti mereka dapat mempersepsikan jarak dengan benar. Banyak terjadi penyimpangan dalam mempersepsikan jarak (lebih dari dan kurang dari jarak yang sebenarnya).
4.8.4. Aplikasi Persepsi Jarak dalam Lanskap Persepsi jarak merupakan hal yang menarik untuk dipelajari dalam lanskap. Persepsi jarak memiliki keterkaitan dengan desain lanskap. Menurut Coeterier (1993) persepsi ukuran dan persepsi jarak termasuk dalam persepsi ruang. Tinggi dan kompleksitas dinding, tekstur tanah, adanya elemen, tingkat kecerahan, serta peranan pengalaman orang dalam menempuh perjalanan dapat menjadi isyarat-isyarat dalam memperkirakan jarak. Persepsi ruang merupakan integrasi dari persepsi jarak dan persepsi ukuran. Gibson dalam Coeterier (1993) menyatakan bahwa tanda/isyarat dalam menggambarkan persepsi suatu ruang adalah permukaan dan layout suatu ruang. Danau gunting dapat ditempuh dengan kondisi jalan yang lurus dari Pintu I dan terlihat cukup dekat. Berdasarkan hasil pengamatan, nilai rata-rata persepsi jarak pengunjung dari Pintu I ke danau gunting adalah 455,4 m sedangkan nilai mean persepsi jarak pengunjung dari Pintu I ke taman astrid adalah sebesar 1386,6 m. Hal ini menunjukkan persepsi jarak pengunjung umumnya melebihi jarak
sesungguhnya. Kondisi jalan menuju danau gunting yang dipenuhi oleh tumbuhan yang tinggi, yaitu pohon-pohon kenari merupakan faktor yang mendukung pengunjung memperkirakan jarak melebihi jarak sebenarnya (overestimated). Crompton (2006) menyatakan bahwa semakin banyak pohon atau tiang tinggi yang menutupi suatu lanskap, maka suatu ruang akan terlihat lebih besar. Dengan ruang yang terlihat lebih besar maka suatu tempat akan terlihat lebih jauh. Persepsi jarak yang umumnya melebihi jarak sebenarnya juga terjadi pada kelompok pengunjung yang memilih taman astrid sebagai lokasi yang disukai. Hal ini disebabkan karena kondisi jalan yang berkelok-kelok serta naik-turun. Crompton (2006) menyatakan bahwa perjalanan melalui uphill dan downhill akan terasa lebih panjang dibandingkan perjalanan melalui jalan datar. Banyak pengunjung yang memperkirakan jarak melebihi jarak sebenarnya. Hal ini mengindikasikan bahwa lokasi KRB yang cukup jauh dari Pintu I. Aplikasi persepsi jarak dapat diterapkan pada desain lanskap sehingga suatu ruang dapat terlihat lebih dekat. Untuk membuat efek agar pengunjung merasa tidak jauh dalam mencapai suatu lokasi, maka diperlukan adanya modifikasi desain suatu ruang. Penataan lanskap yang tepat dapat membuat pengunjung merasa lebih dekat dalam menuju suatu lokasi. Salah satu cara agar pengunjung merasa lebih dekat dalam mencapai suatu lokasi adalah dengan membuat stopping point yang menarik. Selain itu, adanya jalan lintas berupa jalan setapak akan memudahkan pengunjung dalam mencapai suatu lokasi dan terasa lebih dekat.
69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan Persepsi pengunjung secara umum terhadap fungsi KRB adalah sebagai
tempat rekreasi. Mayoritas pengunjung memiliki persepsi yang lebih tinggi terhadap fungsi rekreasi dibandingkan dengan dengan fungsi-fungsi utamanya sebagai tempat konservasi tumbuhan, sarana pendidikan dan tempat penelitian. Pengunjung merasakan pentingnya fungsi KRB sebagai tempat rekreasi terutama dalam menghilangkan kepenatan/stress. Daya tarik yang dimiliki KRB terutama adalah udaranya yang sejuk. Sebagai tempat konservasi, keberadaan KRB dapat membuat mayoritas pengunjung menyadari tentang pentingnya upaya pemeliharaan tumbuhan. Fungsi KRB sebagai sarana pendidikan mampu memberikan kontribusi besar bagi pengunjung dalam menambah ilmu pengetahuan terutama pengetahuan mengenai jenis-jenis tanaman. Papan informasi merupakan fasilitas yang paling banyak membantu dalam menambah pengetahuan bagi pengunjung mengenai suatu jenis tanaman, terutama pada lokasi rumah anggrek. Pengunjung memiliki persepsi dan preferensi yang berbeda terhadap lokasi yang disukai maupun tidak disukai. Lokasi yang paling banyak disukai oleh pengunjung adalah Taman Astrid. Secara umum, elemen lanskap yang paling disukai adalah elemen air. Persepsi jarak tidak dipengaruhi oleh faktor usia dan tingkat pendidikan. Secara umum, persepsi pengunjung terhadap jarak melebihi interval jarak yang sebenarnya kecuali kelompok usia 15-24 tahun dan tingkat pendidikan SLTP (pengunjung yang memilih taman astrid sebagai lokasi favorit) serta kelompok usia 7-14 tahun dan tingkat pendidikan perguruan tinggi/akademi (pengunjung yang memilih danau gunting sebagai lokasi favorit). Pengunjung yang umumnya memperkirakan melebihi jarak sebenarnya dapat mengindikasikan bahwa jarak lokasi KRB yang terasa jauh.
5.2.
Saran
1. Penelitian ini dapat ditindaklanjuti melalui perbaikan desain, baik desain sirkulasi maupun desain obyek-obyek rekreasi agar terasa lebih menarik bagi pengunjung. 2. Dalam menyampaikan informasi yang lengkap mengenai upaya konservasi tumbuhan sebaiknya pihak KRB meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat umum (semua kalangan). 3. Agar pengunjung dapat merasa lebih dekat dalam mencapai suatu lokasi maka sebaiknya dibuat stopping point yang menarik dan jalan tembus berupa jalan setapak. 4. Penelitian ini dapat ditindaklanjuti dengan menganalisis persepsi jarak dilihat dari familiaritas orang terhadap lokasi.
71
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Cikal Bakal Perpustakaan Indonesia. http://www.pikiranrakyat.com. [3 September 2007]. ______. 2007. Botanical Garden. http://www.bgci.orgbotanic_gardens1528. [23 Oktober 2007]. Arifin, H.S. dan N.H.S. Arifin. 2005. Pemeliharaan Taman Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Depok. 171 hal. Baird, R.W. dan S.M.Burkhart. 2000. Bias and Variability in Distance Estimation on the Water: Implications for the Management of Whale Watching. IWC Meeting Document SC/52/WWI (2000). http://whitelab.biology.dal. carwbiwcvers.pdf. [26 November 2007]. Booth, N.K. 1983. Basic Elements of Landscape Architecture. Waveland Press., Illnois. 315 hal. Brockman, C.F and L.C. Merriam. 1973. Recreational Use Of Wild Lands. McGraw-Hill, Inc. New York. 329 hal. Clem, J., Crumley, H., dan Gentry, T. 2005. Creating New Experiences for Garden Visitor: Current Developments in Botanical Garden. http://curry.edschool.virginia.eduit projects [ 6 Desember 2007]. Coeterier, J.F. 1993. Cues for the Perception of the Size of Space in Landscapes. Journal of Environmental Management (1994) 42, 333-347. Academic Press Limited. Crompton, A. 2006. Perceived Distance in the City as a Function of Time. www.cromp.com [16 Januari 2008]. Darajat, T. 2007. Laporan Tahunan (Tahun Anggaran 2006) Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. LIPI-PKT. Bogor. 188 hal. Degelman, D and Richard R.1979. Motion Parallax and Children’s Distance Perception. Developmental Pschology, 1979, volume 15, pages 147-152. American Psychological Association. http://www.vanguard.eduupload Filesfacultyddegelmanparallax.pdf. [ 30 November 2007]. Effendy, O.U. 1984. Hubungan Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Karya. Bandung. Eckbo, G. 1984. Urban Landscape Design. Mc Graw-Hill Inc. New York. 248 hal.
Gates, 2006. Characteristics of an Exemplary. http://www.bgci.orgbotanic_ gardens1528. [2 November 2007]. Gifford, R. 1997. Environmental Psychology: Principles and Practice Second Edition. Allyn and Bacon A Viacom Company. USA. 504 hal. Ilhami, W.T. 2007. Persepsi dan Preferensi Warna Dalam Lanskap. Skripsi (tidak dipublikasikan). Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. IPB. Kraus, R.G. 1977. Recreation Today: Program Planning and Leadership. Goodyear Publishing Company, Inc. California. 576 hal. Mappiare, A. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Usaha Nasional. Surabaya. 245 hal. Meliawati. 2003. Kajian Karakteristik dan Elemen-elemen Pembentuk Kualitas Estetika Lanskap Kota Bogor. Skripsi (tidak dipublikasikan). Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. IPB. 103 hal. Murata, A. 1999. Basic Characteristics of Human's Distance Estimation. System, Man, and Cybernetics pages 38-43 volume 2. http://ieeexplore.ieee.org [3 Desember 2007]. Nepote, A.C, Castillo, A., Pujadas, A., Salcedo, M., Arizaga, S., Cruz, J.M., dan Perez, M.A. 2006. Two Ways of Looking at a Botanic Garden: Science and Education as Activating Forces. http://www.bgci.orgeducation. [6 Desember 2007]. Porteus, J.D. 1977. Environment and Behavior. Planning and Everyday. Urban Life. Addison-Wesley Publishing Co, Massachusets. Proffitt, D.R. 2006. Distance Perception. Psychological Science 15 (3), 131–135. http://www.blackwell-synergy.com [3 Desember 2007]. Prasetyo, B. dan Lina M.J. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Roff, J. 2007. Planning a Guided Walk. http://www.bgci.orgbotanic_gardens. [23 Oktober 2007]. Sarwono, S.W. 1992. Psikologi Lingkungan. PT Gramedia Widasarana Indonesia. Jakarta. 130 hal. Siagian, S.P. 1989. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Bina Aksara. Jakarta. Simonds and Starke. 2006. Landscape Architecture Fourth Edition : A Manual of Environment Planning and Design. The MacGraw Hill Companies Inc. USA.
73
Spillane, J.J. 1994. Pariwisata Indonesia : Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Kanisius. Yogyakarta. Indonesia. 128 hal. Subarna, A. 2006. Sekilas Kebun Raya Bogor. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Bogor. 30 hal. Suhirman, Butler, G., Fuaddini, Pfeiffer, J., Richardson, M., Suhendar. 1994. Strategies for Flora Conservation in Asia. The Kebun Raya Bogor Conference Proceedings. The Kebun Raya Bogor. Bogor. 362 hal.
LAMPIRAN
75
Lampiran 1.
Format Kuesioner Lembar Kuesioner
PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBJEK-OBJEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : Septa Ari Mamiri (A34203047) Departemen Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor
Selamat pagi/siang/sore, saya Septa Ari Mamiri, mahasiswi Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor. Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul ”Persepsi dan Preferensi Pengunjung terhadap Fungsi dan Lokasi Obyekobyek Rekreasi di Kebun Raya Bogor”. Saya mohon bantuan serta kesediaan bapak/ibu/saudara/saudari meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dengan jujur dan sebenarnya. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih. Bogor, Mei 2007 A. Latar Belakang Responden Nomor responden : ................. Lingkari jawaban Anda. 1. Jenis Kelamin
: a. Laki-laki b. Perempuan
2. Umur
: a. 7-14 tahun b. 15-24 tahun
c. 25-55 tahun d. > 55 tahun
3. Tempat Tinggal
: a. Bogor b. Jakarta
c. Lainnya.................................
4. Pendidikan terakhir : a. SD b. SLTP/SMP c. SLTA/SMU d. Perguruan Tinggi/Akademi e. Lainnya.... 5. Pekerjaan
: a. Pelajar/Mahasiswa b. Pegawai c. Wiraswasta
6. Status Perkawinan
: a. Belum menikah b. Sudah menikah
d. Ibu Rumah Tangga e. Lainnya................................
Lampiran 1.
Lanjutan
B. Persepsi dan Preferensi Pengunjung terhadap Lokasi di KRB 1. Lokasi mana yang menjadi favorit Anda di KRB? Apa alasannya? Area yang disukai : ........................................................................................................ Alasan : .......................................................................................................................... ........................................................................................................................................ ........................................................................................................................................ Elemen yang disukai di lokasi tersebut : a. Kolam b. Bangunan (contohnya : rumah kaca) c. Air mancur d. Lainnya (Sebutkan : ...........................................................) 2. Bagaimana Anda memanfaatkan lokasi yang Anda sukai tersebut? ........................................................................................................................................ ........................................................................................................................................ 3. Menurut Anda, berapa jarak dari Pintu I ke lokasi yang Anda sukai? ........................................................................................................................................ 4. Area mana yang paling Anda tidak sukai di KRB? Apa alasannya? Area yang tidak disukai : ............................................................................................... Alasan : .......................................................................................................................... ........................................................................................................................................ C. Persepsi dan Preferensi terhadap Fungsi KRB 1. Menurut Anda apakah fungsi KRB? (Jawaban dapat lebih dari satu) a. Sebagai tempat rekreasi dan pariwisata. b. Sebagai tempat konservasi tumbuhan (pelestarian dan koleksi tanaman). c. Sebagai tempat penelitian. d. Sebagai sarana pendidikan. e. Lainnya (Sebutkan : ..............................................................................................) 2. Berdasarkan jawaban di atas, fungsi KRB apa yang paling Anda sukai? Fungsi KRB yang paling disukai : Alasannya : .................................................................................................................) D. Persepsi Pengunjung terhadap Fungsi Rekreasi 1. Apakah Anda melakukan kegiatan rekreasi di KRB? a. Ya (Lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya). b. Tidak (Tidak perlu dilanjutkan ke pertanyaan berikutnya). 2. Manfaat apa yang Anda dapatkan setelah berkunjung ke KRB? (Jawaban dapat lebih dari satu) a. Memperoleh kesegaran fisik. b. Menghilangkan kepenatan/stress. c. Mendapatkan ide-ide baru untuk berkreasi. d. Mendapat teman baru.
77
Lampiran 1.
Lanjutan
e. Tidak mendapat manfaat apa-apa. f. Lain-lain (Sebutkan : ..............................................................................................) 3. Daya tarik apa yang membuat Anda berekreasi di KRB? (Jawaban dapat lebih dari satu) a. Warna-warni bunganya. b. Pohon-pohon yang tinggi dan rimbun. c. Udaranya yang sejuk. d. Jenis tanamannya banyak. e. Taman-tamannya yang luas. f. Harga tiketnya yang relatif terjangkau. g. Lainnya (Sebutkan...................................................................................................) 4. Apa saran Anda terhadap KRB dalam hal fungsinya sebagai tempat rekreasi? ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... E. Persepsi Pengunjung terhadap Fungsi Konservasi 1. Menurut Anda, tumbuhan apa saja yang dikoleksi di KRB? (Jawaban dapat lebih dari satu). a. Tumbuhan langka. b. Tumbuhan yang didatangkan dari luar negeri. c. Tumbuhan dari berbagai daerah Indonesia. 2. Menurut Anda bagaimana biodiversitas (keanekaragaman) jenis tanaman yang ada di KRB? a. Sangat beragam. b. Beragam. c. Tidak beragam. d. Sangat tidak beragam 3. Menurut Anda apakah diperlukan penjelasan mengenai konservasi tumbuhan di KRB? a. Ya b. Tidak 4. Apakah dengan adanya KRB membuat anda sadar tentang pentingnya upaya pemeliharaan tumbuhan terutama yang langka dan terancam? a. Ya. b. Tidak. 5. Bagaimana penamaan (labelling) tanaman yang ada di KRB? a. Jelas b. Cukup jelas c. Tidak jelas.
Lampiran 1. 6.
Lanjutan
Apa saran Anda terhadap KRB dalam hal fungsinya sebagai tempat konservasi tumbuhan? ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... .........................................................................................................................................
F. Persepsi Pengunjung terhadap Fungsi Pendidikan 1. Apakah Anda memperoleh pengetahuan setelah mengunjungi KRB? a. Ya (Lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya). b. Tidak (Tidak perlu dilanjutkan ke pertanyaan selanjutnya). 2. Pengetahuan apa yang Anda dapatkan setelah mengunjungi KRB? (Jawaban dapat lebih dari satu) a. Pengetahuan tentang jenis/spesies tanaman b. Pengetahuan tentang habitat tanaman. c. Pengetahuan tentang tanaman langka dan terancam punah. d. Lainnya (Sebutkan :...............................................................................................) 3. Fasilitas atau sarana apa yang membantu Anda dalam menambah ilmu pengetahuan mengenai tumbuhan di KRB? (Jawaban dapat lebih dari satu). a. Papan informasi/label tanaman. b. Greenhouse (rumah kaca). c. Herbarium. d. Perpustakaan. e. Lainnya (Sebutkan :...............................................................................................) 4. Zona (area) mana yang membuat Anda lebih mengenal dan menambah pengetahuan mengenai tumbuhan? (Jawaban dapat lebih dari satu) a. Jalan Astrid b. Zona Anggrek. c. Taman Meksiko d. Zona Bambu. e. Zona tanaman air f. Lainnya (Sebutkan : ..............................................................................................) 5. Menurut Anda, apakah diperlukan jasa pemandu di KRB untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas terutama mengenai tanaman? a. Ya. b. Tidak.
167
Lampiran 3.
No. 1
Tabel Latar Belakang Responden
Latar Belakang Responden
11 60 26 3
60 17 5 3 15
60 17 5 3 15
15 13 42 30
15 13 42 30
54 26 13 2 5
54 26 13 2 5
80 20
80 20
Pekerjaan a. Pelajar/Mahasiswa b. Pegawai c. Wiraswasta d. IRT e. Lainnya
6
11 60 26 3
Pendidikan Terakhir a. SD b. SLTP c. SLTA d. Perguruan Tinggi/Akademi
5
34 66
Tempat Tinggal a. Bogor b. Jakarta c. Depok d. Tangerang e. Luar Jabodetabek
4
34 66
Umur (tahun) a. 7-14 b. 15-24 c. 25-55 d. > 55
3
Persentase (%)
Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan
2
Jumlah
Status Perkawinan a. Belum menikah b. Sudah menikah
68
Lampiran 4.
Fasilitas yang Ada di Kebun Raya Bogor
Tempat Sampah
Orchidarium
Fasilitas Air Minum
Toilet
Kendaraan untuk Berkeliling
Herbarium
369
Lampiran 4.
Lanjutan
Cafe Dedaunan
Bangku Taman
Peta KRB
Gedung Konservasi
Masjid
Gazebo