KEANEKARAGAMAN LUMUT KERAK SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS UDARA DI KEBUN RAYA CIBODAS, KEBUN RAYA BOGOR DAN ECOPARK-LIPI CIBINONG
CLAUDIA ZAVIER BORDEAUX
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBERINFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAKCIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara di Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Bogor dan Ecopark – LIPI Cibinong adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam DaftarPustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Claudia Zavier Bordeaux NIM E34110112
ABSTRAK CLAUDIA ZAVIER BORDEAUX Keanekaragaman Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara di Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Bogor dan Ecopark – LIPI Cibinong. Dibimbing oleh ENDES NURFILMARASA DACHLAN dan ELIS NINA HERLIYANA.
Penelitian mengenai keanekaragaman lumut kerak sebagai bioindikator kualitas udara di Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Bogor dan Ecopark-LIPI telah dilakukan dari Maret-Mei 2015. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi keanekaragaman jenis lumut kerak yang hidup pada kulit kayu (Corticolous), menghitung luasan tutupan talus lumut kerak, dan menganalisis morfologi lumut kerak. Ketiganya dihubungkan dengan lokasi tertentu dengan karakteristik lingkungan yang diduga berbeda, yaitu Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Bogor dan Ecopark-LIPI Cibinong. Kebun Raya Cibodas mewakili kualitas udara bersih dan berada pada wilayah pegunungan. Kebun Raya Bogor Mewakili kualitas udara tercemar berat, dan Ecopark-LIPI mewakili kualitas udara tercemar sedang keduanya mewakili wilayah kota. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai indeks keanekaragaman lumut kerak pada ketiga lokasi yaitu Kebun Raya Cibodas (2.13), Ecopark-LIPI Cibinong (1.61) dan Kebun Raya Bogor (1.46). Perbedaan morfologi warna pada liken akibat kandungan klorofil talus yang dipengaruhi oleh polutan SO2 karena padatnya lalulintas. Kata kunci: keanekaragaman, kualitas udara, lumut kerak
ABSTRACT CLAUDIA ZAVIER BORDEAUX Diversity of Lichens at Cibodas Botanical Garden, Bogor Botanical Garden and Ecopark-LIPI As Bioindicators of Air Pollution. Supervised by ENDES NURFILMARASA DACHLAN dan ELIS NINA HERLIYANA.
The use of biological agents is an alternative for monitoring air quality. Lichen diversity as air quality bio-indicators was conducted in Cibodas Botanical Garden, Bogor Botanical Garden and Ecopark-LIPI at March until May 2015. The purposes of this study are to identify the diversity of lichens on the bark (Corticolous), calculate the extent of the talus cover lichens, and analyze the lichens morphology, are linked to a specific location with a different environmental characteristics. Cibodas Botanical Garden representing clean air quality and located in the mountainous. Bogor Botanical Garden Representing heavily polluted air quality, and Ecopark-LIPI representing lightly polluted air quality. The results showed that the value of lichens diversity index on Cibodas (2.13), Ecopark-LIPI Cibinong (1.61) and Bogor Botanical Garden (1.46). Morphological differences color of lichen due to the chlorophyll content of the talus which is affected by SO2 (Sulfur Dioxyde) from gas emission of the traffic. Keywords: air quality, diversity, lichens
KEANEKARAGAMAN LUMUT KERAK SEBAGAI BIOINDIKATORKUALITAS UDARA DI KEBUN RAYA CIBODAS, KEBUN RAYA BOGOR DAN ECOPARK-LIPI CIBINONG
CLAUDIA ZAVIER BOERDEAUX
Skripsi sebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelar SarjanaKehutanan pada DepartemenKonservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ialah Kualitas Udara, dengan judul Keanekaragaman Lumut Kerak Sebagai Indikator Kualitas Udara di Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Bogor dan Ecopark-LIPI. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Endes N Dachlan, MS dan Dr Ir Elis Nina Herliyana, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, nasihat, dan semangat kepada penulis. Selain itu, penulis menyampaikan penghargaan kepada Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya atas izin penggunaan Kebun Raya sebagai lokasi penelitian penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Papie (Sudin Muhammad, SH.) dan Mamie (Jenny Bordeaux) serta Adik tercinta (William Watasano Bordeaux S.) atas bantuan, dukungan dan keikhlasannya dalam doa yang ditujukan kepada penulis. Terima kasih juga diucapkan kepada Eka Aditya Putri Iskandar M.Sc. selaku pembimbing lapang selama penelitian di Kebun Raya Cibodas, Shindy Haquesta, Krista Maria Ervina dan Panji Prakoso atas dukungan, bantuan dan perhatiannya selama penyusunan tugas akhir kepada penulis. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Keluarga besar KSHE 48, keluarga besar SHUTTER IPB (Komunitas Fotografi IPB ), keluarga besar HIMAKOVA. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, September 2015
Claudia Zavier Bordeaux
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Jenis Data
3
Metode Pengambilan Data
3
Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
6
Komposisi Jenis Lumut Kerak
8
Suhu, Kelembaban dan Intensitas Cahaya
9
Tutupan Talus dan Frekuensi Perjumpaan
10
Keanekaragaman Jenis Lumut Kerak (H’)
12
Respon Lumut Kerak Terhadap Sumber Pencemar
13
SIMPULAN DAN SARAN
15
Simpulan
15
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
18
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Alat dan bahan penelitian Indeks Keanekaragaman Komposisi jenis lumut kerak pada ketiga lokasi penelitian Suhu, kelembaban dan intensitas cahaya di ketiga lokasi Tutupan talus dan frekuensi lumut kerak Nilai keanekaragaman lumut kerak pada ketiga lokasi
2 4 8 9 10 13
DAFTAR GAMBAR 1 Kondisi fisik lokasi penelitian: Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Bogor, dan Ecopark- LIPI 2 Talus Parmeliaceae pada pohon di lokasi penelitian 3 Respon lumut kerak terhadap sumber pencemar
7 11 13
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Baku mutu udara ambient nasional (PP No 41 Tahun 1999) Suhu dan kelembaban di lokasi penelitian Luas permukaan kayu, luas tutupan lumut dan persentase tutupan lumut di Kebun Raya Cibodas Luas permukaan kayu, luas tutupan lumut dan persentase tutupan lumut di Kebun Raya Bogor Luas permukaan kayu, luas tutupan lumut dan persentase tutupan lumut di Ecopark-LIPI Hasil identifikasi lumut kerak Foto lumut kerak di Kebun Raya Cibodas Foto lumut kerak di Kebun Raya Bogor Foto lumut kerak di Ecopark – LIPI
18 19 20 22 23 24 27 31 32
PENDAHULUAN Latar belakang
Kota merupakan pusat aktivitas manusia yang di dalamnya terdapat pembangunan ekonomi yang mengakibatkan terjadinya penurunan ekologi. Pembangunan ekonomi diindikasikan dengan majunya kehidupan manusia seperti meningkatnya teknologi, kawasan industri serta pesatnya sektor transportasi (Dachlan 2013). Akibat dari pembangunan ekonomi tersebut terjadi penurunan kualitas udara yang berbahaya bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Menurut Dachlan (1992) diacu dalam Gratimah (2009), salah satu cara untuk mereduksi polusi di daerah perkotaan adalah mengurangi emisi karbon dan membangun hutan kota. Cara lain yaitu dengan pemantauan terhadap kualitas udara agar dapat dilakukan penanganan cepat terhadap perubahan kualitas udara. Pemantauan kualitas udara di Indonesia telah dilakukan dengan alat pemantau yang berfungsi untuk memantau konsentrasi CO (karbon monoksida), SO2 (sulfur dioksida), NOx (nitrogen oksida), O3 (ozon) dan debu PM10 (particulate matter) (BAPPENAS 2006). Namun pemantauan menggunakan alat pemantau memiliki beberapa kendala yaitu memerlukan biaya investasi, oprasional, dan perawatan alat yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan cara yang lebih sederhana dan murah namun tetap dapat mengukur kualitas udara. Sistem pemantauan dengan menggunakan agen biologi atau indikator biologi merupakan salah satu alternatif dalam pemantauan kualitas udara. Berdasarkan Forest Health Monitoring Field Methods Guide (1994) pemantauan kualitas udara dan perubahan iklim dapat diukur melalui penilaian kesehatan dengan indikator utama adalah komunitas lumut kerak. Lumut kerak dianggap berguna dalam memantau kualitas udara karena banyak spesies lumut kerak yang peka terhadap gas dan pengendapan polutan terutama senyawa dasar nitrogen dan sulfur dioksida. Menurut penelitian Hutajulu (2014) keberadaan lumut kerak di habitatnya menunjukan respon terhadap perubahan lingkungan. Lumut kerak merupakan kelompok organisme yang memiliki respon sensitif terhadap perubahan lingkungan yang ditunjukan dengan perubahan warna atau morfologinya (Pratiwi 2006). Berdasarkan penelitian Istam (2007) Lumut kerak dapat dijadikan sebagai indikator biologi terhadap pencemaran udara. Bahkan lumut kerak sudah digunakan untuk bioindikator pencemaran udara di Dimitrovgrad, Serbia (Stamenkovic 2010).
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi keanekaragaman jenis lumut kerak yang hidup pada kulit kayu (Corticolous), menghitung luasan tutupan talus lumut kerak, menganalisis morfologi lumut kerak. Ketiganya dihubungkan dengan lokasi tertentu dengan karakteristik lingkungan yang diduga berbeda, yaitu Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Bogor dan Ecopark-LIPI Cibinong.
2 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi penunjang dalam ilmu terkait lumut kerak. Serta memberikan informasi mengenai keanekaragaman jenis lumut kerak sebagai bioindikator pencemaran udara di Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Bogor dan Ecopark- LIPI Cibinong.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Bogor dan Ecopark-LIPI Cibinong, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2015. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 1) :
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 1 Alat dan bahan penelitian Nama Kegunaan Bahan Peta lokasi Melihat lokasi penelitian Plastik transparan Menggambar lumut kerak Amplop Menyimpan sampel lumut kerak Alat GPS (Global Positioning System) Merekam koordinat plot contoh Silet/cutter Mengambil sampel lumut kerak Termometer bola basah dan bola Mengukur suhu dan kelembaban kering udara Timbangan analitik Mengukur luas lumut kerak Kamera Dokumentasi Alat tulis dan Tally sheet Mencatat hasil Pita Ukur Alat pengukur panjang, tinggi, diameter Pemilihan Lokasi Pengukuran di Lapangan
Pemilihan lokasi pengukuran berdasarkan ketiga lokasi mampu mewakili kualitas udara yang diduga berbeda. Kebun Raya Cibodas mewakili kualitas udara bersih, Kebun Raya Bogor yang berada di tengah kota Bogor mewakili kualitas
3 udara tercemar berat dan Ecopark-LIPI Cibinong berada di dekat kawasan industri mewakili kualitas tercemar ringan. Pemilihan plot contoh dilakukan secara purposive sampling yaitu pemilihan yang ditetapkan secara sengaja dimana sudah diketahui atau diyakini keberadaan komunitas lumut kerak. Kriteria pemilihan lokasi yaitu dekat dengan sumber pencemar. Plot contoh berupa lingkaran seluas 0.1 ha. Berdasarkan jarak dari titik pencemaran udara plot contoh dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian pertama (0-5 m), bagian kedua (>5-≤17 m), bagian ketiga (>17 m).
Jenis Data yang Dikumpulkan Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Karakteristik lokasi penelitian sebagai habitat lumut kerak yaitu faktor lingkungan terhadap lumut kerak meliputi; suhu udara dan kelembaban udara dan intensitas cahaya. Data lumut kerak meliputi frekuensi perjumpaan, presentase tutupan talus, warna dan bentuk morfologi, dan jenis lumut kerak, serta indeks keanekaragaman jenis. Pengamatan talus lumut kerak yang dilakukan secara makroskopik. Pengamatan makroskopik meliputi warna, keadaan dan bentuk talus lumut kerak. Data faktor biotik yang diperoleh meliputi jenis tanaman substrat lumut kerak dan keliling batang atas tanaman. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pengguna data, dan data telah diolah serta dipublikasikan pihak lain. Data ini dilakukan dengan studi pustaka. Prosedur Pengumpulan Data Pengambilan sampel udara Pengukuran data suhu dan kelembaban dilakukan pengukuran tiga kali sehari (07.30, 13.30 dan 17.30 WIB) dengan tiga kali pengulangan pada masingmasing lokasi penelitian. Pengambilan sampel talus lumut kerak Pengambilan sampel talus lumut kerak diawali dengan menentukan pohon substrat lumut kerak, kemudian melakukan pengamatan secara makroskopik dengan melihat ciri-ciri talus lumut kerak secara langsung pada tiap pohon. Pengamatan dimulai dari dasar sampai ketinggian ±150 cm (Asta et al. 2002). Diameter dan keliling batang diukur menggunakan pita meter. Pengukuran dimaksudkan untuk mengetahui luas kulit kayu yang diamati. Ciri-ciri lumut kerak yang diamati meliputi warna, bentuk dan keadaan talus lumut kerak pada kedua sisi batang. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitik, yaitu menelaah data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang disajikan dalam bentuk grafik atau tabulasi.
4 Identifikasi jenis lumut kerak Sampel lumut kerak diidentifikasi di Laboratorium Penyakit Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat Penelitian Biologi, Laboratorium Mikrobiologi Cibinong. Ciri makroskopik lumut kerak Analisis ciri makroskopik dan mikroskopik dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis data ciri makroskopik lumut kerak dilakukan dengan melihat bentuk, keadaan serta warna talus lumut kerak pada tiap lokasi. Indeks keanekaragaman jenis (H’) Keanekaragaman jenis lumut kerak yang terdapat pada tiga lokasi pengamatan ditentukan dengan menggunakan indeks keanekaragaman ShannonWiener (H’) (Odum 1996) dengan rumus :
H’ = -∑pi ln pi
; pi =
Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener ni = Jumlah individu setiap jenis N = Jumlah individu seluruh jenis pi = Kelimpahan setiap jenis Nilai indeks keanekaragaman yang didapat akan menjadi perbandingan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman jenis lumut kerak anatara kebun raya (Tabel 2). Tabel 2 Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener Nilai indeks ShannonWiener
3 1–3 <1
Kategori
Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesies tinggi dan kestabilan komunitas tinggi Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang dan kestabilan komunitas sedang Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies rendah dan kestabilan komunitas rendah
5 Luas permukaan kulit kayu Pengukuran kulit kayu yaitu diameter dan keliling menggunakan pita meter untuk mengetahui luas kulit kayu yang diamati. Luas kulit kayu yang diamati diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan rumus(Noer 2004): Luas permukaan kulit kayu (
) = ⁄ x (A+B) x C
Keterangan : A= Keliling batang atas pohon (cm) B= Keliling batang bawah pohon (cm) C= Tinggi batang pohon yang diamati (150 cm dari permukaan tanah)
Frekuensi perjumpaan lumut kerak Perjumpaan lumut kerak digunakan untuk mengetahui penyebaran jenis lumut kerak pada tiap lokasi pengamatan. Rumus yang digunakan dalam analisis perjumpaan lumut kerak adalah
rekuensi perjumpaan =
Jumlah titik pengamatan ditemukan suatu jenis lumut kerak Jumlah seluruh titik pengamatan
Presentase tutupan lumut kerak terhadap kulit kayu Luas tutupan lumut kerak pada kulit kayu dari setiap vegetasi diukur pada ketinggian 150 cm dari permukaan tanah. Luasan tutupan talus diperoleh dengan melalukan penggambaran dan penjiplakan talus lumut kerak pada plastik transparan, kemudian lumut kerak yang sudah terjiplak pada plastik transparan ditimbang menggunakan timbangan analitik dan selanjutnya dikonversi menjadi luasan ( ) berdasarkan berat plastik 1 . Nilai luasan tutupan talus lumut kerak diperoleh dengan perhitungan menggunakan rumus :
Luas tutupan lumut kerak (
)=(
)
Keterangan : Wt = Berat total plastik yang diukur berdasarkan luas plastik yang tertutup lumut kerak (mg), Wi = Berat total plastik dengan luas 1 (mg). Presentase tutupan talus lumut kerak terhadap kulit kayu diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan rumus :
Presentase tutupan lumut kerak =
6 Pengaruh faktor lingkungan terhadap lumut kerak a. Suhu udara Suhu udara harian diukur pada ketinggian 120 cm di atas permukaan tanah. Pengukuran dilakukan pada masing-masing lokasi penelitian pada 07.30, 13.30 dan 17.30 WIB, dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Handoko 1993): (
b.
) (
) (
)
Suhu dara ( ) = Kelembaban relatif udara Kelembaban relatif udara harian pada masing-masing lokasi penelitian dilakukan pengukuran pagi, siang, dan sore hari, dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Handoko 1993) : Kelembaban udara (%) =
(
) (
) (
)
c. Intensitas Cahaya Pengukuran intensitas cahaya menggunakan alat luxmeter yang dilakukan pada plot ditemukannya lumut kerak. Pengukuran dilakukan dengan menembak tiga titik dilokasi lumut kerak lalu diambil nilai rata-rata, dengan rumus sebagai berikut : Intensitas Cahaya ( I ) =
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kebun Raya Cibodas Kebun Raya Cibodas berada di Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Lokasi tersebut berada di lereng utama Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) dengan ketinggian 1 300-1 425 meter di atas permukaan laut (mdpl). Fungsi kawasan untuk inventarisasi, eksplorasi dan konservasi tumbuhan dari dataran tinggi basah, menyediakan jasa pelayanan, fasilitas penelitian, pendidikan serta area wisata dan rekreasi masyarakat. Kelembaban udara rata-rata yaitu sebesar 89,3% dengan temperatur 17.0 26.4 . ermasuk daerah basah dengan curah hujan per tahun sebesar 3 380 mm. Lokasi penelitian ini merupakan kawasan relatif tidak tercemar. Keberadaan plot contoh terletak pada koordinat 0722036-9254821 UTM 48 pada ketinggian 1 246 mdpl. Berada di pintu masuk utama merupakan areal yang terdapat vegetasi berkayu.
7 Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor berada di tengah kota Bogor pada ketinggian 235-260 mdpl. Curah hujan rata-rata 4.330 mm/tahun dan suhu rata-rata sepanjang tahun 21.4 – 30.2 C. Keberadaan plot contoh terletak pada koordinat 06990299269850 UTM 48 dengan ketinggian 216 mdpl. Merupakan kawasan yang berpotensi mengalami pencemaran udara. Berada di dekat Pasar Bogor dan dekat dengan jalan raya yang pesat oleh transportasi angkutan kota. Ecopark-LIPI Ecopark-LIPI berada di area perkantoran Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong tepatnya di depan kantor Limnologi. Ecopark merupakan perluasan dari Kebun Raya Bogor masih dalam naungan UPT. Fungsi dari Kebun Raya LIPI adalah untuk pendidikan dan koleksi tanaman. Tanaman yang dikoleksi yaitu tumbukan dataran rendah asli Indonesia. Keberadaan plot contoh terletak di koordinat 0722036-9254821 UTM 48 dengan ketinggian 145 mdpl. Lokasi ini berpotensi mengalami pencemaran udara karena berada di kawasan industri cibinong. Berikut peta sebaran lokasi penelitian.
(a) (b) Gambar 2 (a) Lokasi penelitian Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur (b) Vegetasi berkayu pada area plot contoh
(a) (b) Gambar 3 (a) Kondisi lokasi penelitian di Kebun Raya Bogor (b) Kondisi lokasi penelitian di Ecopark-LIPI Kebun Raya Cibodas terletak di Cagar Biosfer Cibodas yang merupakan kawasan cagar alam dunia merupakan kawasan strategis sebagai salah satu daerah jalur distribusi dan serapan air di Cagar Biosfer Cibodas khususnya untuk wilayah Kabupaten Cianjur. Kota Bogor memiliki kebun raya yaitu Kebun Raya Bogor dan Ecopark-LIPI di Kabupaten Bogor. Kebun raya selain berfungsi sebagai tempat pelestarian dan koleksi terhadap flora dan juga memeiliki fungsi sebagai pereduksi pencemar lingkungan (Dachlan 2013).
8 Komposisi Jenis Lumut Kerak
Liken adalah asosiasi simbiotik dari fungi yaitu Ascomycetes, dan terkadang berasal dari Basidiomycetes atau Phycomycetes dan alga yaitu Cyanobacteriae atau Chlorophyceae. Alga merupakan bagian yang mengandung nutrient, nutrient inilah yang memuat krolofil, sementara fungi berfungsi memberikan alga supply air dan mineral. Berdasarkan tipe morfologi, lumut kerak dikelompokkan dalam empat tipe, yaitu: Crustose (berbentuk seperti kerak), Foliose (berbentuk seperti daun), Squamulose (berbentuk seperti sisik), dan Fructicose (berbentuk seperti cabang silinder atau pita) (Vashista 1982 diacu dalam Januardania 1995).Kebun Raya Cibodas memiliki lumut kerak dengan jumlah terbanyak yaitu 14 jenis, berbeda dengan Ecopark-LIPI yang berjumlah 9 jenis dan Kebun Raya Bogor memiliki 6 jenis lumut kerak (Tabel 3). Tabel 3 Komposisi jenis lumut kerak pada tiga lokasi penelitian Lokasi Penelitian No
Famili
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Anthoniaceae Anthoniaceae Anthoniaceae Calaciaceae Calaciaceae Graphidaceae Graphidaceae Graphidaceae Graphidaceae Graphidaceae Lecanoraceae Lecanoraceae Megalosporaceae
14 Parmeliaceae 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Parmeliaceae Parmeliaceae Parmeliaceae Parmeliaceae Pertusariaceae Physciaceae Rosellaceae Stereocaulaceae -
Morfologi C C C F F C C C C C C C F F F F F C F C C -
Jenis lumut kerak
Cryptothecia scripta Cryptothecia striata Cryptothecia effusa Dirinaria sp. Dirinaria picta Graphis sp. Graphis assimilis Graphis glaucescens Phaeographis sp. Graphis insulana Lecanora helva Lecanora horiza Megalospora tuberculosa
Kebun Raya Cibodas √ √ √ √ √ √ √
Kebun EcoRaya parkBogor LIPI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ -
Parmelia sp.
√
-
-
Parmotrema sp. Parmotrema crinitum Parmotrema tinctorum Parmotrema reticularum Pertusaria sp. Physcia sp. Dichospiridium boschianum Lepraria incana Unidentified
√ √ √ √ √ √
√ -
√ √ -
Keterangan : √ : ditemukan, C: Crustose, F: Foliose
9 Kebun Raya Cibodas merupakan daerah pegunungan yang memiliki udara bersih dengan polusi yang sedikit sehingga banyak jenis lumut kerak yang tumbuh. Morfologi talus lumut kerak yaitu foliose banyak tumbuh di Kebun Raya Cibodas. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang menyatakan bahwa daerah yang memiliki cukup banyak liken foliose mengindikasikan kondisi yang baik untuk pertumbuhan liken (Yazici dan Aslan 2006). Liken merupakan agen pionir yang tumbuh pertama kali bila daerah tersebut sudah pulih atau berada dalam kondisi baik. Suhu, Kelembaban, dan Intensitas Cahaya
Karakteristik lingkungan seperti suhu udara harian, kelembaban relatif udara harian dan kualitas polutan udara ambien mempengaruhi keberadaan lumut kerak. Hasil pengukuran menunjukan bahwa Kebun Raya Cibodas memiliki suhu harian sebesar 22.0 ºC dan kelembaban relatif udara harian sebesar 86.5%. Suhu harian pada lokasi Kebun Raya Bogor sebesar 27.9 ºC dan kelembaban relatif udara harian sebesar 75.8%. Ecopark-LIPI memiliki suhu harian tertinggi sebesar 29.0 ºC dan kelembaban relatif udara harian terendah sebesar 74.8% (Tabel 4). Tabel 4 Suhu dan kelembaban harian rata-rata di tiga lokasi penelitian Pengulangan (hari)
1 2 3 Rata-rata
Kebun Raya Cibodas
Kebun Raya Bogor
( ) RH (%) 22.0 86.5 21.9 86.5 22.0 86.5
( ) RH(%) 26.9 80.1 28.1 74.0 28.6 73.2
( ) RH(%) 28.7 75.5 28.8 76.4 29.6 72.6
22.0
27.9
29.0
86.5
75.8
Ecopark-LIPI
74.8
Berdasarkan Gauslaa dan Solhaug (1998), suhu optimal bagi pertumbuhan lumut kerak yaitu kurang dari 40 °C suhu 45 °C dapat merusak klorofil pada lumut kerak sehingga aktivitas fotosintesis dapat terganggu. Dilihat dari faktor suhu maka ketiga kebun raya tersebut merupakan lokasi yang sesuai untuk pertumbuhan lumut kerak. Menurut Pryanka (2014) kelembaban memiliki hubungan linier terhadap keanekaragaman lumut kerak, sehingga semakin tinggi kelembaban suatu wilayah maka akan semakin tinggi pula nilai keanekaragaman lumut kerak di wilayah tersebut. Suhu dan kelembaban menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan talus lumut kerak pada suatu wilayah. Kelembaban yang tinggi menunjukan bahwa wilayah tersebut memiliki banyak kandungan air di udara. Air tersebut diabsorbsi oleh lumut kerak guna metabolisme dan pertumbuhan. Suhu memiliki hubungan terbalik yaitu semakin tinggi suhu maka keanekaragamannya rendah. Hal ini dibuktikan pada penelitian Nurjanah et al. (2013), suhu yang tinggi di kawasan industri pabrik rokok Gudang
10 Garam (280C) menyebabkan rata-rata presentase penutupan relatif talus lumut kerak lebih rendah dibandingkan di kawasan wisata Ubalan (26.70C). Intensitas cahaya berpengaruh dalam fotosintesis lumut kerak. Rata-rata intensitas cahaya di lokasi penelitian yaitu Kebun Raya Cibodas 680.76 lux, Kebun Raya Bogor 881.96 lux, dan Ecopark-LIPI 557.88 lux. Menurut Ray (1972) nilai intensitas cahaya terendah yang diperlukan lichen untuk berfotosintesis secara efektif adalah 1 025 lux.
Tutupan Talus dan Frekuensi Perjumpaan
Respon lumut kerak terhadap lingkungan salah satunya ditunjukan dengan frekuensi perjumpaaan. Perjumpaan jenis lumut kerak dihitung pada masingmasing pohon yang dijadikan substrat lumut kerak. Kebun Raya Cibodas memiliki 33 vegetasi yang menjadi substrat lumut kerak yaitu Cinamommum burmanii, Casuarina sp., Callistemon citrinus, Malaleuca genistifolia, Magnolia blumei pranti, Madhuca lancifolia, Mangifera odorata. Jenis lumut kerak yang memiliki frekuensi perjumpaan tertinggi adalah jenis Graphis sp. (85%), Parmotrema sp. (39%), Megalospora tuberculosa (27%). Tutupan talus yang terluas adalah Parmotrema crinitum (72%) dan Parmotrema sp. ( 49%) (Tabel 5). Talus Parmeliaceae mendominasi pada plot penelitian karena jenis dari famili ini memiliki talus yang lebar dalam satu koloni (Gambar 4) serta cocok hidup pada kelembaban yang tinggi.
Tabel 5 Tutupan talus dan frekuensi lumut kerak pada lokasi Kebun Raya Cibodas Jenis
Tutupan talus (%)
Frekuensi perjumpaan (%)
7 5 8
3 9 15
23 20
85 3
5 6
6 9
Megalospora tuberculosa Parmelia sp.
8 10
27 9
Parmotrema sp. Parmotrema crinitum
49
39
72 17
6 24
8 5
24 3
Cryptothecia scripta Dirinaria sp. Dirinaria picta Graphis sp. Graphis assimilis Lecanora horiza Lepraria incana
Parmotrema tinctorum Pertusaria sp. Unidentified
11
Sumber foto: Bordeaux 2015
Gambar 4 Talus Parmeliaceae di Kebun Raya Cibodas terlihat lebar dan memenuhi kulit pohon Vegetasi yang menjadi substrat lumut kerak di Kebun Raya Bogor sejumlah 27 pohon yaitu jenis Albizia lebbeck, Albizia lucidior, Albizia richardiana, Eerythrin arborescens, Gleditsia assamica, Pithecellobium dulce, Piptadenia paregrina, Saraca indica, Trachylobium hornemanianum. Jenis lumut kerak yang memiliki frekuensi perjumpaan tertinggi adalah Cryptothecia effusa (52%), Dichospiridium boschianum (41%) dan Cryptothecia scripta (30%). Luasan tutupan talus terbesar adalah Cryptothecia effusa (96%) (Tabel 6). Tabel 6 Tutupan talus dan frekuensi lumut kerak pada lokasi Kebun Raya Bogor Jenis
Tutupan talus (%)
Frekuensi (%)
Cryptothecia scripta
26
30
Cryptothecia effusa
96
52
Dichospiridium boschianum
38
41
Dirinaria picta
8
22
Graphis assimilis
5
11
Graphis glaucescens
4
30
12 Vegetasi yang menjadi substrat lumut kerak di Ecopark-LIPI sejumlah 25 pohon yaitu Agathis dammara, Cananga odorata, Canarium hirsutum dan Diospyros celebica. Jenis lumut kerak yang memiliki frekuensi perjumpaan tertinggi adalah Dirinaria picta (52%), Cryptothecia striata (48%), Cryptothecia effusa (37%). Luasan tutupan talus terbesar adalah Physcia sp. (88%) (Tabel 7). Tabel 7 Tutupan talus dan frekuensi lumut kerak pada lokasi Ecopark-LIPI Jenis
Tutupan talus (%)
Dirinaria picta Cryptothecia striata Cryptothecia effusa Physcia sp. Parmotrema reticularum Graphis glaucescens Phaeographis sp. Graphis insulana Lecanora helva
Frekuensi (%) 46 50 15
52 48 37
88 11 34 10 11 32
7 4 11 4 4 4
Perbedaan persentase tutupan lumut kerak mengindikasikan kepekaan lumut kerak terhadap kondisi lingkungan. Terdapat beberapa faktor seperti faktor internal yaitu kesehatan kulit vegetasi yang menjadi substrat lumut kerak, kandungan air dan zat makanan yang tersedia. Faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain suhu, kelembaban dan intensitas cahaya yang berhubungan dengan penutupan tajuk pohon serta tingkat pencemaran udara yang terjadi di masing-masing lokasi penelitian. Ketiga lokasi penelitian ditemukan lumut kerak Parmeliaceae. Membuktikan bahwa Parmeliaceae adalah famili dari jenis lumut yang toleran. Menurut Hadiyati et al. (2013) Parmeliaceae memiliki rhizines yang berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan, sehingga jenis Parmeliaceae dapat tumbuh dengan baik walaupun dengan kondisi lingkungan yang tercemar.
Keanekaragaman Jenis Lumut Kerak (H’)
Faktor lingkungan seperti kondisi iklim mikro yaitu suhu, kelembaban, air, nutrisi dan intensitas cahaya mempunyai peranan yang penting dalam besarnya keanekaragaman lumut kerak. Jumlah keanekaragaman lumut kerak dapat diambil sebagai perkiraan kualitas lingkungan yaitu semakin banyak jumlah lumut kerak menunjukkan kepada kondisi lingkungan yang baik, begitupun sebaliknya (Asta et al. 2002). Berikut nilai keanekaragaman jenis lumut kerak yang ada di tiga lokasi penelitian (Tabel 8).
13 Tabel 8 Nilai keanekaragaman lumut kerak di tiga lokasi penelitian Lokasi penelitian Nilai keanekaragaman jenis (H’) Kebun Raya Cibodas 2.13 Kebun Raya Bogor 1.46 Ecopark – LIPI 1.61 Keanekaragaman tertinggi sebesar 2.13 terdapat di Kebun Raya Cibodas diduga karena iklim mikro dan kualitas udara pegunungan yang lebih baik dari kedua lokasi lainnya yang berada di kota. Suhu dan kelembaban di Kebun Raya Cibodas mendukung pertumbuhan lumut kerak secara maksimal. Keanekaragaman di Ecopark – LIPI sebesar 1.61 dan di Kebun Raya Bogor sebesar 1.46. Kedua lokasi tidak berbeda jauh karena tempat tersebut berada di daerah kota. Semua lokasi penelitian ini termasuk dalam kriteria indeks (H’) 1-3 yang menunjukkan keanekaragaman sedang dengan penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang dan kestabilan komunitas sedang. Penelitian lain di Thailand menunjukkan bahwa keanekaragaman liken tertinggi di zona hutan pegunungan atas yaitu 600 mdpl dan terendah di pertanian dan perkotaan daerah di bawah 400 mdpl (Saipunkaew et al. 2005).
Respon Lumut Kerak terhadap Sumber Pencemar
Menurut Garty (2000) diacu dalam Wijaya (2004), berdasarkan daya sensitivitasnya terhadap pencemar udara maka lumut kerak dikelompokkan menjadi tiga yaitu sensitif, toleran dan pengganti. Perbedaan morfologi pada jenis lumut kerak yang sama dapat menjadi indikator adanya perbedaan kualitas udara. Liken tidak memiliki organ khusus untuk penyerapan air seperti akar pada tumbuhan tinggi, sehingga penyerapan mineral hanya dapat melalui permukaan talus. Lapisan yang melindungi talus liken hanya berupa kutikula primitif, maka talus liken tidak dapat menghindari penyerapan partikel-partikel secara langsung dari udara, termasuk polutan (Bates 2002, Nash 2008). Sifat lumut kerak tersebut menyebabkan terdapat respon yaitu perubahan morfologi pada talus.
Sumber foto: Bordeaux 2015
(a)
Sumber foto: Bordeaux 2015
(b)
Sumber foto: Bordeaux 2015
(c)
Gambar 5 Dirinaria picta (a) lokasi di Kebun Raya Cibodas terlihat warna hijau tua dan (b) lokasi di Kebun Raya Bogor terlihat lebih pucat dan koloni kecil (c) lokasi di Ecopark-LIPI warna putih dan koloni tidak rapat
14
Sumber foto: Bordeaux 2015
Sumber foto: Bordeaux 2015
(a) (b) Gambar 6 Crytothecia scripta (a) lokasi di Kebun Raya Cibodas terlihat warna hijau tua dan (b) lokasi di Kebun Raya Bogor terlihat lebih pucat
Sumber foto: Bordeaux 2015
Sumber foto: Bordeaux 2015
(a) (b) Gambar 7 Crytothecia effusa (a) lokasi di Kebun Raya Bogor terlihat warna hijau tua dan (b) lokasi di Ecopark-LIPI terlihat lebih kuning dan pucat
Sumber foto: Bordeaux 2015
Sumber foto: Bordeaux 2015
(a) (b) Gambar 8 Graphis assimilis (a) lokasi di Kebun Raya Cibodas terlihat warna lebih kuat (b) Kebun Raya Bogor terlihat warna putih memudar
Sumber foto: Bordeaux 2015
Sumber foto: Bordeaux 2015
(a) (b) Gambar 9 Graphis glaucescens (a) lokasi di Kebun Raya Bogor terlihat warna lebih kuat (b) Ecopark-LIPI terlihat warna putih memudar
15 Semakin padat kendaraan pada suatu lokasi maka akan semakin banyak SO2 yang diserap oleh talus lichen. Hal ini juga terjadi pada lumut kerak di ketiga lokasi penelitian. Menurut Nurhidayah et al (2001), semakin banyak kandungan SO2 maka kandungan klorofil pada tumbuhan akan mengalami penurunan. Kandungan SO2 di udara mempengaruhi kandungan sulfur pada liken. Meningkatnya kandungan sulfur pada lichen diikuti dengan penurunan kandungan klorofilnya. Kebun Raya Cibodas tidak memiliki data mengenai kualitas udara. Letak Kebun Raya Cibodas di pegununggan sehingga sedikit sumber pencemar. Sumber pencemar yang ada yaitu kendaraan bermotor yang digunakan pengunjung. Berbeda dengan Kebun Raya Bogor yang berada di pusat kota. Sumber pencemar di Kebun Raya Bogor yaitu kendaraan bermotor yang padat dan kondisi jalan yang macet sehingga pencemaran udara berpotensi tinggi. Sumber pencemar di Ecopark –LIPI adalah kendaraan bermotor namun tidak ada penumpukan kendaraan disekitar kawasan. Tidak ada pemantauan berkala untuk pencemaran udara di tiga lokasi penelitian, namun untuk Kebun Raya Bogor penelitian tentang pengukuran kualitas udara pernah dilakukan oleh Istam (2007) yang mengukur kadar CO2 yaitu sebesar 327 ppm (588.6µg/m3), CO 1.37 ppm (1.569 µg/m3), NO2 0.02 ppm (0.037 µg/m3), dan SO2 sebesar 0.01ppm (0.026 µg/m3). Penelitian oleh Santosa (2005) mengenai kualitas udara di pasar bogor yaitu daerah dekat plot contoh penelitian. Hasilnya adalah kandungan SO2 sebesar 18.65 µg/m3 pada musim hujan. Kandungan SO2 yang berasal dari bahan bakar kendaraan roda empat tersebut masih tergolong rendah (ambang batas 900 µg/m3). Polutan yang tinggi di Pasar Bogor adalah CO, yaitu sebesar 8.13 µg/m3 Pada musim hujan dan 8.74 µg/m3 pada musim kemarau, karena kecepatan kendaraan lambat atau sering terjadinya kemacetan di wilayah ini (Rindita 2014).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tingkat keanekaragaman jenis lumut kerak tertinggi sebesar 2.13 berada di Kebun Raya Cibodas. Famili Parmeliaceae merupakan jenis yang toleran dan dapat ditemukan di tiga lokasi yaitu Kebun Raya Cibodas mewakili wilayah pegunungan dan Kebun Raya Bogor dan Ecopark-LIPI untuk wilayah kota. Kebun Raya Bogor memiliki keanekaragaman jenis lumut kerak terendah, dikarenakan lokasinya yang berada di pusat kota. Jenis Dirinaria picta termasuk toleran dapat ditemukan di semua lokasi dengan kualitas udara yang berbeda. Jenis lumut kerak yang sensitif terhadap sumber pencemar adalah Dirinaria sp., Graphis sp., Lecanora horiza, Megalospora tuberculosa, Parmelia sp., Parmotrema sp., Parmotrema crinitum, Parmotrema tinctorum, Pertusaria sp., dan Lepraria incana yang hanya ditemukan di Kebun Raya Cibodas. Perbedaan
16 morfologi warna pada lumut kerak dipengaruhi oleh polutan SO2 karena padatnya lalulintas.
Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain : 1. Diharapkan dapat dilakukan pengukuran terhadap kualitas udara di Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Bogor, dan Ecopark-LIPI. 2. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai lumut kerak untuk menentukan tingkat pencemaran udara dilihat dari kualitas udara pada lokasi Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Bogor, dan Ecopark-LIPI.
DAFTAR PUSTAKA Asta J, Erhardt W, Ferretti M, Fornasier F, Kirschbaum U, Nimis PL, Purvis OW, Pirintsos A, Scheidegger C, Van Haluwyn C et al. 2002. Mapping lichen diversity as an indicator of environmental quality. Monitoring with Lichens–Monitoring Lichens. 4(7):273–279. [BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2006. Strategi dan aksi nasional peningkatan kualitas udara. rencana Jakarta(ID):BAPPENAS Bates JW. 2002. Effects on bryophytes and lichens. In: Bell JNB, Treshow M (eds.). Air Pollution and Plant Life. 2nd ed. London (UK): John Wiley & Sons. p 309-342. Campbell. 2003. Biologi. Jakarta (ID): Erlangga. Dachlan EN. 1989. Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dan beberapa komponen sumberdaya alam. Media Konservasi. 2:39-44. Dachlan EN. 2013. Kota Hijau Hutan Kota. Bogor (ID): IPB Pr. EMAP Forest Monitoring. 1994. Forest Health Monitoring Field Methods Guide. Tallent-Halsell NG, editor. Las Vegas (US): Environmental Monitoring Systems Laboratory Office of Research and Development Gauslaa Y, Solhaug K A. 1998. Hight-light damage in air-dry thalli of old forest lichen lobaria pulmonaria: interaction of irradiance, exposure duration and high temperature. Journal of experement botani. 334: 697-705. Gratimah RG. 2009. Analisis Kebutuhan Hutan Kota Sebagia Penyerap Gas CO2 Antropogenik di Pusat Kota Medan [tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Hadiyati M, Tri RS, Mukarlina. 2013. Kandungan sulfur dan klorofil thallus lichen Parmelia sp. dan Graphis sp, pada pohon peneduh jalan di Kecamatan Pontianak Utara. Protobiont 2(1): 12-17 Handoko. 1993. Klimatologi dasar landasan pemahaman fisika atmosfer dan unsur-unsur atmosfer. Jakarta (ID): Puataka Jaya.
17 Hutajulu RH. 2014. Keanekaragaman jenis lumut kerak yang hidup pada kulit kayu sebagai bioindikator pencemaran udara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Istam YC. 2007. Respon lumut kerak pada vegetasi pohon sebagai indikator pencemaran udara di Kebun Raya Bogor dan Hutan Kota Manggala Wana Bhakti [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Januardania D. 1995. Jenis-jenis lumut kerak yang berkembang pada tegakan pinus dan karet di Kampus IPB Dramaga Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nash III T. 2008. Lichen Biology. Cambridge (GB): Cambridge Univ Pr. Noer IS. 2004. Bioindikator Sebagai Alat Untuk Menengarai Adanya Pencemaran Udara. Bandung (ID): Forum Komunikasi Lingkungan III, Kamojang. Nurhidayah, Anggarwulan, E. dan Solichatun. 2001. Kandungan Klorofil pada Daun Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) di Sekitar Kawah Sikidang Dataran Tinggi Dieng. BioSMART, 3(1):35-39 Nurjanah S, Yousep A, Shofa M, Ahmad B. 2013. Keragaman dan kemampuan lichen menyerap air sebagai bioindikator pencemaran udara di Kediri [catatan penelitian]. Kediri (ID): Universitas Nusantara PGRI Kediri. Odum EP. 1996. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. T Samingan, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Univ Pr. Pratiwi ME. 2006. Kajian lumut kerak sebagai bioindikator kualitas udara (Studi kasus: Kawasan Industri Pulo Gadung, Arboretum Cibubur dan Tegakan Mahoni Cikabayan) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pryanka A. 2014. Keanekaragaman lumut kerak tiga taman kota di Jakarta selatan sebagai bioindikator pencemaran udara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Priyono A. 1996. Identifikasi tumbuhan air di kebun raya bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ray ES. 1972. Photosynthetic Response with Respect to Light in Three Strains of Lichen Algae, TheOhio Jrnl. Sci. 72(2): 114-117. Riandita. 2014. Analisis populasi liken makro epifitik sebagai bioindikator kualitas udara di Kota Bogor, Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Saipunkaew W, Wolseley PA, Chimonides PJ. 2005. Epiphytic likens as indicators of environmental health in the vicinity of Chiang Mai city, Thailand. Lichenologist. 37(4):345-356. Stamenkovic SM. Civijan. Mirjana Arandjelovic. 2010. Lumut kerak sebagai bioindikator kualitas udara di Dimitrovgrad (Selatan-Timur Serbia). Belgrade (RS): Universitas Belgrade. Arch Biol Sci. 62(3):643-648. Wijaya LF. 2004. Biomonitoring beberapa kandungan logam mempergunakan Parmelia wallichiana Tayl di Wilayah Muntakul Buruz Bandung [skripsi]. Bandung (ID): Universitas Padjajaran. Yazici K, Aslan A. 2006. Distribution of epiphytic lichens and air pollution in the city of Trabzon, Turkey. Bull Environ Contam Toxicol. 77:838-845.
18 Lampiran 1 Baku mutu udara ambien nasional (PP No 41 Tahun 1999) Parameter SO2(Sulfur Dioksida) CO(Karbon Monoksida) NO2(Nitrogen Dioksida) O3(Oksida) HC(Hidro Karbon) PM10 (Partikel < 10 mm) PM2,5(Partikel <2,5 mm) TSP(Debu)
Waktu Pengukuran 1 Jam 24 Jam 1 Thn 1 Jam 24 Jam 1 Thn 1 Jam 24 Jam 1 Thn 1 Jam 1 Thn 3 Jam
Baku mutu 900 μg/Nm3 365 μg/Nm3 60 μg/Nm3 30.000 μg/Nm3 10.000 μg/Nm3 400 μg/Nm3 150 μg/Nm3 100 μg/Nm3 235 μg/Nm3 50 μg/Nm3 160 μg/Nm3
24 Jam
150 μg/Nm3
24 Jam 1 Thn 24 Jam 1 Thn 24 Jam 1 Thn
65 μg/Nm3 15 μg/Nm3 230 μg/Nm3 90 μg/Nm3 2 μg/Nm3 1 μg/Nm3
Dustfall(Debu Jatuh)
30 Hari
Total Fluorides(as F)
24 Jam 90 Hari
10 Ton/km2/Bulan (pemukiman) 10 Ton/km2/Bulan (Industri) 3 μg/Nm3 0,5 μg/Nm3
Flour Indeks
30 Hari
Khlorine& Khlorine Dioksida Sulphat Indeks
24 Jam
Pb(Timah Hitam)
30 Hari
Metode Analisis Pararosanalin
Peralatan Spektrofometer
NDIR
NDIR Analyzer
Saltzman
Spektrofometer
Chomilumine scent Flamed Ionization Gravimetric
Spektrofometer
Gravimetric
Hi – Vol
Gravimetric
Hi – Vol
Gravimetric Ekstraktif Pengabuan Gravimetric
Hi – Vol AAS
Specific Ion Electrode
40 μg/ 100 cm2 dari kertas limed filter 150 μg/Nm3
Colourimetric
1 mg SO3/ 100 cm3 dari lead peroksida
Colourimetric
Specific Ion Electrode
Gas Chormatografi Hi – Vol
Camnister
Impinger atau Countinous Analyzer Limed Filter Paper Imping atau Countinous Analyzer Lead Peroxida Candle
19 Lampiran 2 Suhu dan kelembaban di lokasi penelitian Kelembaban udara di lokasi penelitian Kebun Raya Cibodas Ulangan Kelembaban
Kebun Raya Bogor
I
II
III
I
II
III
86.5
86.5
86.5
80.1
74
73.2
Rata-rata
86.5
Ecopark - LIPI I
II
75.5
76.4
75.8
III 72.6 74.8
Suhu udara di lokasi penelitian
Ulangan
Kebun Raya Cibodas I II III
Suhu
22.0
Rata-rata
21.9 22.0
22.0
Kebun Raya Bogor I II III 26.9
28.1 27.9
28.6
I
Ecopark - LIPI II III
28.7
28.8 29.0
29.6
2,35
2,3
62,2
14,65
1,3
14,65
62
32
132
57
19
59
1,1
0,85
13
19
1,6
17
Cryptothecia scripta
4,45
48
Dirinaria picta Graphis assimilis Unidentified Megalospora tuberculosa Dirinaria sp. Parmotrema sp. Parmotrema tinctorum Lecanora horiza Pertusaria sp.
54,25
berat
301
Jumlah Individu
Graphis sp.
Jenis
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
1x1
13,75
183,125
16,25
183,125
777,5
28,75
29,375
10,625
20
55,625
678,125
cm2
18600
223725
31800
105750
158250
58275
38400
21075
10200
72825
luas kulit kayu 298575
Lampiran 3 Keanekaragaman lumut kerak di Kebun Raya Cibodas
7
8
5
17
49
5
8
5
20
8
% Tutupan talus 23
1
8
2
8
13
3
9
1
1
5
28
titik
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
total titik
3
24
6
24
39
9
27
3
3
15
85
%FR
0,0227544
0,0706586
0,0227541
0,0682634
0,1580838
0,0383233
0,0742514
0,0155688
0,0203592
0,0574850
0,3604790
pi
-3,78299
-2,64989
-3,78299
-2,68438
-1,84463
-3,2617
-2,6003
-4,16248
-3,89422
-2,85623
-1,02032
ln pi
0,086080
0,187238
0,086080
0,183245
0,291606
0,124999
0,193076
0,064805
0,079283
0,164191
0,367805
pi ln pi
20
Total
Jenis Parmotrema crinitum Lepraria incana
6,45
4,2
18
46
835
berat
Jumlah Individu
0,08
0,08
1x1
52,5
80,65
cm2
95325
11250
luas kulit kayu
6
72
% Tutupan talus
3
2
titik
Lampiran 3 Keanekaragaman lumut kerak di Kebun Raya Cibodas (lanjutan)
33
33
total titik
9
6
%FR
0,05508982
0,02155886
pi
-2,89879
-3,83706
ln pi
2.13
0,159694
0,082715
pi ln pi
21
Cryptothecia scripta Cryptothecia effusa Graphis assimilis Dirinaria picta Graphis glaucescens Dichospiridium boschianum Total
Jenis
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
140,5
1
9,35
4,45
37,15
1x1
24,2
Berat
464,375
55,625
116,875
12,5
1756,25
302,5
cm2
123150
154012,5
141525
27075
183600
114675
luas kulit kayu
38
4
8
5
96
26
% tutupan talus
11
8
6
3
14
8
titik
Lampiran 4 Keanekaragaman lumut kerak di Kebun Raya Bogor
27
27
27
27
27
27
total titik
41
30
22
11
52
30
%FR
806
235
97
18
326
84
46
jumlah individu
0,291563
0,120347
0,022333
0,404467
0,104218
0,057072
pi
-1,2325
-2,11737
-3,80171
-0,90519
-2,26127
-2,86344
ln pi
1,46
0,359351
0,254820
0,084902
0,366118
0,235666
0,163422
pi ln pi
22
Dirinaria picta Cryptothecia striata Cryptothecia effusa Physcia sp. Parmotrema reticularum Graphis glaucescens Phaeographis sp. Graphis insulana Lecanora helva Total
Jenis
0,08
0,08
0,08 0,08
0,08
0,08
0,08 0,08 0,08
48,75
13,2 16,6
0,45
5,3
0,6 0,65 1,9
1x1
46,65
Berat
7,5 8,125 23,75
66,25
5,625
165 207,5
609,375
583,125
cm2
7350 7350 7350
19275
5175
107325 23700
121800
luas kulit kayu 125775
10 11 32
34
11
15 88
50
% tutupan talus 46
Lampiran 5 Keanekaragaman lumut kerak di Ecopark-LIPI
1 1 1
3
1
10 2
13
14
titik
27 27 27
27
27
27 27
27
27
total titik
4 4 4
11
4
37 7
48
52
% FR
2 5 21 725
39
2
139 80
205
jumlah individu 232
0,002759 0,006897 0,028966
0,053793
0,002759
0,191724 0,110345
0,282759
pi 0,32
-5,89302 -4,97673 -3,54165 -29,4855
-2,92261
-5,89302
-1,6517 -2,20415
-1,26316
ln pi -1,13943
-0,01626 -0,03432 -0,10259 1,61
-0,15722
-0,01626
-0,31667 -0,24322
-0,35717
pi ln pi -0,36462
23
24 Lampiran 6 Hasil identifikasi lumut kerak
p
25 Lampiran 6 Hasil identifikasi lumut kerak (lanjutan)
26 Lampiran 6 Hasil identifikasi lumut kerak (lanjutan)
27 Lampiran 7 Foto jenis lumut kerak di Kebun Raya Cibodas
Graphis assimilis Nyl.
Dirinaria picta (Sw.) Schaer. Ex Clem.
Megalospora tuberculosa (Fee) Sipman
Unidentified
Graphis sp.
Parmotrema sp.
28 Lampiran 7 Foto jenis lumut kerak di Kebun Raya Cibodas (lanjutan)
Dirinaria sp.
Parmotrema tinctorum (Despr. Ex Nyl.)
Graphis sp.
Lecanora horiza (Ach.) Linds.
29 Lampiran 7 Foto jenis lumut kerak di Kebun Raya Cibodas (lanjutan) Parmotrema sp.
Pertusaria sp.
Cryptothecia scripta G. Thor
Parmelia sp.
Parmotrema crinitum (Ach.) M.Choisy
30 Lampiran 7 Foto jenis lumut kerak di Kebun Raya Cibodas (lanjutan) Lepraria incana (L.) Ach.
31 Lampiran 8 Foto jenis lumut kerak di Kebun Raya Bogor
Cryptothecia scripta G. Thor
Cryptothecia effusa(Mull.Arg.) R. Sant.
Graphis assimilis Nyl.
Dirinaria picta (Sw.) Schaer. Ex Clem.
Graphis glaucescens Fee
Dichosporidium boschianum (Mont.)G.
32 Lampiran 9 Foto jenis lumut kerak di Ecopark-LIPI
Dirinaria picta (Sw.) Schaer. Ex Clem.
Physcia sp.
Cryptothecia effusa (Mull.Arg.) R. Sant.
Parmotrema reticulatum (Taylor) M. Choisy
Phaeographis sp.
33 Lampiran 9 Foto jenis lumut kerak di Ecopark-LIPI (lanjutan)
Graphis glaucescens Fee
Cryptothecia striata G.Thor
Graphis insulana (Mull.Arg.) Lucking & Sipman
Lecanora herva Stizenb.
34
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 8 Desember 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Kedua orang tua bernama Ayah (Sudin Muhammad) dan Ibu (Jenny Bordeaux). Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu SD Negeri Cibuluh 1 Bogor (1999-2005), SMP Negeri 2 Bogor (2005-2008), dan SMA Negeri 5 Bogor (2008-2011). Pada tahun 2011, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur ujian tulis. Penulis memilih menempuh pendidikan di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Selama masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) hingga saat ini. Selain itu penulis juga aktif di Kelompok Pemerhati Mamalia (KPM) ‘TARSIUS’ HIMAKOVA. Praktek lapang profesi yang telah dilakukan penulis diantaranya Group Project dikampus IPB Dramaga, Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Manusela (2013), Praktek Pengenalan Ekosistem Hutran (P2EH) di cagar alam Pangandaran dan Cagar alam Gunung Sawal (2013), Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2014) dan Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Gunung Merapi (2015). Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Kehutanan, penulis menyususun skripsi yang berjudul “Keanekaragaman Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara di Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Bogor dan Ecopark – LIPI Cibinong “ dibawah bimbingan Dr Ir Endes N Dachlan, MS dan Dr Ir Elis Nina Herliyana, MSi.